A. SEJARAH MOUNTAINEERING
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang
dimulai dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit Tursina untuk
mencari cintanya Siti Hawa. Siti Hajar yang telah lintas dari bukit marwah ke bukit Safa
ditemani dengan sherpa JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan
pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi)
giliran kalian untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.
B. PENGERTIAN MOUNTAINEERING
Mendaki gunung (Mountaineering) adalah suatu kegiatan keras, berbahaya, penuh
petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi.
Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan
ini.Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk
bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti
keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya
sendiri.
Banyak alasan orang melakukan kegiatan mountaineering namun pada dasarnya
keitan itu dilakukan untuk:
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi
Menurut kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering terbagi menjadi
tiga bagian:
1. Hill Walking / Fell Walking yaitu Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai dan
yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan khusus yang bersifat teknis,
biasanya bukit atau gunung memiliki medan yang tidak terlalu tinggi dengan derajat
kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat.
2. Scrambling yaitu pendakian pada tebing-tebing batu yang tidak begitu terjal atau relatif
landai, kadang-kadang menggunakan tangan untuk keseimbangan. Bagi pemula biasanya
dipasang tali untuk pengaman jalur di lintasan. Scrambling merupakan kegiatan mendaki
gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit)
yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat).
3. Climbing, yaitu kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik khusus.
Peralatan teknis diperlukan sebagai pengaman. kegiatan climbing ini menggunakan
wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 deraja. Climbing umumnya tidak
memakan waktu lebih dari satu hari. Bentuk kegiatan climbing ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
a. Rock Climbing yaitu pendakian pada tebing-tebing batu yang membutuhkan teknik
pemanjatan dengan menggunakan peralatan khusus.
b. Snow & Ice climbing yaitu pendakian pada es dan salju.
4. Expedition merupakan gabungan dari semua bentuk pendakian di atas. Waktunya bisa
berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping harus menguasai
teknik pendakian dan pengetahuan tentang peralatan pendakian, juga harus menguasai
manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian, dll.
C. MANAJEMEN PERJALANAN
Dalam merencanakannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Medan yang akan dituju (hutan, pegunungan, rawa, pantai, dsb).
2. Tujuan kegiatan (perjalanan, latihan, penelitian, kemanusiaan/SAR, dll).
3. Lama kegiatan.
4. Keterbatasan kemampuan fisik untuk membawanya (dianjurkan berat total yang
dibawa tidak melebihi 1/3 berat badan).
5. Hal-hal khusus (penyakit, obat-obatan, dsb).
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat memilih perlengkapan dan
perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, namun dengan beban yang tidak melebihi
kemampuan kita untuk membawanya (maximum utility in minimum weight). Perhitungan
berat total untuk perorangan tidak boleh melebihi sepertiga (1/3) berat badannya.
Agar perjalanan di alam bebas dapat berjalan sesuai dengan rencana kita, ada beberapa
hal yang perlu dilakukan :
1. Tujuan, Tujuan haruslah disesuaikan dana yang telah tersedia, kemampuan anggota, dan
waktu. Setiap anggota harus mengetahui dengan jelas tujuan perjalanannya, hal ini untuk
menghindari kesalahpahaman yang mungkin akan terjadi.
2. Waktu, Apakah waktu yang ditetapkan bisa diikuti oleh semua anggota. Hal lain yang
harus diperhatikan adalah musim pada saat pelaksanaan perjalanan alam bebas tsb.
3. Peserta Jumlah anggota yang ikut haruslah ditetapkan dengan beberapa pertimbangan,
berapa orang yang dapat dilibatkan.
4. Anggaran Keuangan, Dalam menyusun keuangan, beberapa hal harus diperhitungkan,
antara lain kemungkinan situasi ekonomi negara kita, seperti inflasi, perubahan kurs
mata uang asing.
5. Perizinan, Setiap daerah atau negara mempunyai peraturan perijinan yang berbeda. Izin
ini tergantung juga pada sifat ekspedisi yang akan dilakukan:untuk penelitian, wisata,
pembuatan film, atau petualangan.
6. Pembukuan Perjalanan, Pembukuan sebaiknya dilakukan secepatnya, kalau perjalanan
itu dilakukan pada masa liburan, pembukuan harus dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum
kehabisan tiket.
7. Sponsor dan Publikasi, Adakalanya pencantuman seorang penasehat atau pelindung
dalam organisasi perjalanan dilakukan dengan pertimbangan diplomatis, yaitu untuk
mendukung organisasi itu dalam usaha untuk mencari kemudahan fasilitas atau
lainnya.Publikasi di media massa seringkali penting dan berkaitan erat dengan usaha
pengumpulan dana.
8. Penelitian dan Perencanaan Perjalanan, Perencanaan terperinci harus dilakukan oleh
setiap bidang. Kalau memang memungkinkan ada baiknya mengirimkan satu kelompok
pendahulu untuk dilakukan survey lokasi, yang bertugas mencari informasi tentang
lokasi
9. Perencanaan di Lapangan, Kegiatan di lapangan harus sudah jauh-jauh hari disiapkan.
Dirumuskan secara terperinci dalam schedule. Susunlah rencana itu dalam suatu jadwal
khusus hari per hari. Tetapkanlah waktu yang diperlukan untuk mencapai target/ tujuan
perjalanan, serta strategi yang akan digunakan dan rute yang akan ditempuh, serta tempat
menginap/ bivoak.
10. Briefing, Seluruh anggota perjalanan akhirnya dikumpulkan untuk menerima briefing.
Pada kesempatan ini, pimpinan perjalanan menjelaskan segala sesuatu yang berkenaan
dengan perjalanan.
11. Check Kesehatan Pastikan semua anggota telah melakukan check kesehatan. Usahakan
mendapat vaksinasi untuk mencegah demam, tuberculoses, serta anti tetanus.
12. Pelaksanaan di Lapangan, Dalam tahap ini pemimpin perjalanan langsung menangani
pelaksanaan perjalanan. Pimpinan harus pandai menekankan kepada anggota-anggotanya
bahwa keberhasilan suatu perjalanan ditentukan oleh kemampuan setiap anggota untuk
belajar tinggal dan bekerjasama sebagai suatu kelompok yang utuh, pada setiap
kesempatan lakukanlah pertemuan untuk mengadakan evaluasi dan diskusi mengenai
masalah-masalah yang dihadapi.
13. Setelah Perjalanan (Evaluasi), Tahap ini adalah anti klimaks, sehingga kegiatannya
seringkali terulur-ulur, bahkan tak jarang dilupakan. Baiknya membuat laporan
perjalanan.
Dalam penyusunan, yang menjadi dasar adalah keseimbangan beban, bagaimana kita
menumpukan berat beban pada tubuh sedemikian rupa sehingga kaki dapat bekerja secara
efisien. Dalam batas-batas tertentu, rangka yang dimiliki oleh ransel banyak memberikan
kenyamanan. Rangka ini membuat posisi tubuh lebih menyenangkan saat menggendong
beban. Namun bagaimanapun desain ransel yang dimiliki akan sedikit artinya apabila anda
tidak mampu menyusun barang-barang anda dengan baik.