Anda di halaman 1dari 20

Mountaineering berasal dari kata “mountain” yang berarti gunung.

Mountaineering
adalah kegiatan mendaki gunung  dan menyusuri hutan dengan menerapkan materi-
materi yang  dibutuhkan selama pendakian.

Pembagian mountaineering menurut jenis medan yang dihadapi:


1. Hill Walking = Perjalanan mendaki bukit-bukit atau pegunungan yang belum
membutuhkan peralatan khusus dan tekhnik khusus.
2. Climbing = Pendakian yang membutuhkan alat dan tekhnik khusus. Climbing dibagi
menjadi 2 macam yaitu:
a. Rock Climbing = Pendakian pada batu yang membutuhkan alat dan tekhnik khusus.
b. Snow and Ice Climbing = Pendakian pada gunung es atau daerah besalju yang
membutuhkan alat dan tekhnik khusus.
3. Scrambling = Pendakian pada tebing-tebing batu yang tidak terlalu terjal yang
terkadang menggunakan tangan untuk keseimbangan. Bagi pemula biasanya dipasang
tali untuk pengaman jalur di lintasan.

Materi-materi yang harus dikuasai dalam kegiatan mountaineering :


1. Navigasi.
2. Suvival.
3. Ilmu Membaca medan dan peta (IMMP).
4. Teknik Hidup alam Bebas (THAB).
5. Pengetahuan dan tekhnik SAR.
7. Manajemen Perjalanan.
9. Manajemen Logistik.

Peta

Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bagian datar) dari sebagian atau semuanya permukaan
bumi yang dilihat dan diteliti dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan
tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat
dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi struktur garis kontur.

Beberapa unsur yang dapat dilihat dan diteliti dalam peta :

Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta

Nomor peta; selain sbg nomor registrasi dari badan pembuat, kita dapat menggunakannya sbg ajar jika
kelak kita akan mencari suatu peta Manajemen logistik atau kalori adalah sebuah upaya bagi kita
(pendaki) untuk mencari bahan-bahan makanan (yg akan dibawa dlm mendaki) dengan beberapa
pertimbangan (dari segi nutrisi, kalori, dan ukuran Pack) agar efisien, ekonomis, dan tidak terlalu berat
serta tidak menghabiskan banyak tempat pd carrier yang kita bawa.

Dari pengalaman, ada beberapa sebab tas kita terasa berat saat kita bawa :
1. Barang bawaan yang berlebihan
2. Packing kita yang salah
3. Kita yang sudah lelah
4. Atau memang tas kita yang jelek

Poin ke satu dari empat pilihan diatas adalah yang akan kita bahas dalam posting kali ini, Bagaimana
cara kita meminimalisasi barang bawaan kita untuk memperingan tas keril. Dengan catatan, tidak untuk
dikurangi, tetapi di-substitusi dengan list lain yang bisa lebih ringan, efisien, compact dan ekonomis.
Terutama dari segi Logistik alias stok makanan.

Logistik adalah sesuatu yang vital untuk setiap pendakian ataupun ekspedisi. Kalau seandainya manusia,
logistik adalah alat vitalnya, yang sangat mendukung untuk kelanjutan perjalanan dan
perkembangbiakan. Suskes tidaknya pendakian kita, logistik pulalah yang menjadi kunci
keberhasilannya. Kalau seumpama stok logistik kita habis ditengah perjalanan, sangat tidak mungkin
untuk memakasakan diri meneruskan perjalanan hingga puncak. Kalaupun dipaksakan itupun sangat
beresiko.

Kadang sekalipun sudah makan, perut rasanya masih lapar, serasa tidak ada energi untuk meneruskan
perjalanan sampai camp berikutnya. Apalagi ditambah dengan cuaca yang sedang tidak bersahabat,
medan yang extrim dan trek yang licin. Semakin membuat nyali kita ciut untuk meneruskan perjalanan,
bahkan tak jarang ada juga yang memilih turun. Adakah yang salah?. makan sudah, ngopi juga sudah,
stok juga mencukupi tetapi rasanya sangat tidak cukup untuk men-support aktivitas perjalanan kita.

“Itulah yang terjadi apabila kita kurang memahami kesinambungan antara kandungan Kalori dalam
makanan kita dengan kebutuhan aktivitas sehari-hari kita.” kurangnya tenaga dan lemasnya tubuh salah
satu dampaknya, sebab apa yang kita makan tidak cukup untuk dibakar menjadi energi untuk
mengimbangi aktivits kita. Tidak tergantung dari porsi dan kuantitasnya, melainkan kualitas makanan
kita.

Idealnya, Jumlah kalori yang dibutuhkan untuk setiap perjalanan seorang pendaki gunung tergantung
pada :
1. Ukuran dan berat badan seseorang.
2. Metabolisme individu.
3. Lamanya perjalanan.
4. Cuaca/suhu.
5. Jenis aktifitas yang telah direncanakan sebelumnya.

Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan
perbekalan makanan/minuman yang akan dibawa :
1. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
3. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
4. Ringan, dan mudah didapat.
5. Murah.

A. Menghitung kebutuhan Energi berdasarkan Basal Metabolic Rate.


Basal Metabolic Rate (BMR) atau laju metabolisme Basal (LMB) adalah energi minimal yang diperlukan
tubuh dalam keadaan istirahat sempurna baik fisik maupun mental, berbaring tetapi tidak tidur dalam
suhu ruangan 25 derajat C (Darwin, 1988:7). Secara praktis besarnya BMR seseorang dapat dihitung
dengan mengalikan berat badan dengan 24 kalori (berat badan x 24 kalori). Misalnya berat badan
seseorang 60 kg kebutuhan BMRnya adalah 1440 kalori, sedangkan jumlah kebutuhan kalori per hari
dapat ditentukan berdasarkan kelipatan BMR sebagai berikut:

Koordinat peta; penjelasannya mampu dilihat dan diteliti dalam sub berikutnya

Kontur; adalah garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan
laut.

Skala peta; adalah perbandingan selang jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Hadir dua macam
skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan
25.000 cm atau 250 meter di kondisi yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis
berada dibawah skala angka).

Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, menjadi memudahkan pembaca
menganalisa peta.[2]

Koordinat

KOmpas dan Peta

Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak sebagai membantu menentukan posisi dipeta dalam
hitungan koordinat. Koordinat adalah letak suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik
pertemuan selang absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni
perpotongan selang garis-garis yang tegak lurus satu sama pautan. Sistem koordinat yang resmi dipakai
hadir dua macam yaitu :

Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat
dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang
selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis diberitahukan dalam satuan derajat,
menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sbg koordinat
utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) luasnya adalah 3.7 cm. Pada skala
1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama
dengan 1 menit (60").

Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, letak suatu titik diberitahukan dalam
ukuran jarak setiap titik acuan. Sebagai wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60
LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke
timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya
menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu sebagai penentuan
koordinat koordinat grid 4 angka, mampu langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu
karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8
angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).

Analisa Peta

Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita
diharapkan mampu memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi ajang sebenarnya,
meskipun kita belum pernah mendatangi kawasan di peta tersebut.

Unsur landasan peta ; Sebagai mampu menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus
cek informasi landasan di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan
sbgnya. Disamping itu juga dapat dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang
kontur), sehingga dapat dianggarkan cuaca, dan vegetasinya.

Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita mampu
menganalisa peta topografi berlandaskan struktur kontur.

Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :

Selang garis kontur satu dengan lainnyanya tidak pernah saling berbentuk

Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali
diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah

Selisih ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan selalu berubah

Kawasan datar benar kontur jarang-jarang sedangkan kawasan terjal benar kontur rapat.

Beberapa tanda ajang yang mampu dikenal dalam peta topografi:

Puncak bukit atau gunung biasanya benar struktur lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran
kontur pautannya.

Punggungan terlihat sbg rangkaian kontur benar struktur U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak

Lembahan terlihat sbg rangkaian kontur benar struktur V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak.
Kontur lembahan biasanya rapat.

Saddle, kawasan rendah dan sempit di selang dua ketinggian

Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian


Sungai, terlihat dipeta sbg garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya hadir di **lembahan, dan
namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diteliti lembahan curam,
kelokan-kelokan dan arah arus.

Bila peta kawasan pantai, muara sungai merupakan tanda ajang yang sangat jelas, begitu pula pulau-
pulau kecil, tanjung dan teluk

Pengertian akan tanda ajang ini mutlak diperlukan, sbg asumsi awal dalam menyusun perencanaan
perjalanan[3]

Kompas

Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah
utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis)

Kompas hadir 2 tipe landasan yaitu:

Gyrocompass and Kompas magnetik

Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan letak peta dengan ajang sebenarnya (atau dengan kata pautan
menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan
sebagai mengenal dahulu tanda-tanda ajang sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini mampu
dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dan lain-lain. Jadi minimal anda kenal
secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi sebagai meyakinkan anda bahwa
kira-kira posisi anda dipeta adalah adil. Langkah-langkah orientasi peta: Usahakan sebagai mencari
tempat yang berpemandangan buka agar mampu melihat tanda-tanda ajang yang menyolok. Siapkan
kompas dan peta anda, letakkan pada bagian datar Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas,
sehingga arah peta berlandaskan dengan arah ajang sebenarnya Cari tanda-tanda ajang yang paling
menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda ajang tersebut di peta. Lakukan hal ini sebagai
beberapa tanda ajang Ingat tanda-tanda itu, strukturnya dan tempatnya di ajang yang sebenarnya. Ingat
hal-hal khas dari tanda ajang.

Merencanakan Jalur Lintasan

Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan mampu menyusun perencanaan jalur lintasan dalam
suatu ajang perjalanan. Sbg contoh anda misalnya berhasrat pergi ke suatu gunung, tapi dengan
menggunakan jalur sendiri.

Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan suatu peta topografi,
mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda mampu menyusun suatu
perencanaan perjalanan yang dewasa. Dalam proses perjalanan secara semuanya, mulai dari
transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan
ajang lintasan.
Hadir beberapa hal yang mampu dibuat menjadi bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur
lintasan.

Pertama, anda harus membekali dahulu kemampuan sebagai membaca peta, kemampuan sebagai
menafsirkan tanda-tanda ajang yang tertera di peta, dan kemampuan landasan navigasi darat pautan
seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, ilmu tentang peta kompas, dan sbgnya, minimal
sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.

Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya
informasi tambahan pautan tentang ajang lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan
yang pernah melewati ajang tersebut, kondisi ajang, vegetasi dan cairannya. Semakin banyak informasi
awal yang anda mampu, semakin dewasa rencana anda.

Tentang jalurnya sendiri, hadir beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe
garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus selang titik awal dan titik belakang. Kedua,
tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan sedang berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel
karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi ajang. Yang ketiga dengan
guide/patokan tanda ajang tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/ guide sungai. Jalur
ini lebih fleksibel karena tidak lurus adil, tapi menyesuaikan kondisi ajang, dengan tetap berpatokan
tanda ajang tertentu sbg petokan pergerakannya.

Menentukan arah tanpa alat navigasi

Selain menggunakan alat-alat navigasi, kita juga mampu menentukan arah mata angin dengan tanda-
tanda dunia dan buatan, yaitu:

Tanda-tanda dunia yaitu matahari, bulan dan rasi bintang

Tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan menciptakan kompas sendiri dari jarum/silet yang
bermagnet dan diletakkan di atas permukaan cairan

Flora dan fauna:

Tajuk pohon yang lebih lebat biasanya berada di sebelah barat

Lumut-lumutan Parmelia sp dan Politrichum sp biasanya hidup lebih lebat pada bagian barat pohon

Tumbuhan pandan hutan biasanya cenderung condong ke arah timur

Sarang semut/serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan


Pengertian Dasar
Survival berasal dari kata Survive yang berarti suatu perjuangan yang dilakukan
makhluk hidup atau manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
suatu keadaan yang sulit atau darurat. Orang yang melakukan survival disebut survivor.

Survival juga diartikan


S : Size up the situation (Sadar akan situasi yang dihadapi)
U : Undue haste make taste (Gunakan semua pikiran sehat kamu, jangan tergesa-gesa
R : Remember where you are (Ingat dimana kamu berada)
V : Vaquish fear and panic (Kuasai dirimu dari rasa takut dan panic)
I : Improvise (Improvisasi sesuatu yang ada di sekitar kita)
V : Value living (Hargailah hidup)
A : Act like the natives (Sesuaikan dirimu dengan lingkungan setempat)
L : Learn Basic Skill (Pelajari dasar-dasar keterampilan)

Lebih Lanjut kita akan membahasnya degan lebih rinci seperti dibawah ini :
S:
Size up the situation (Sadar akan situasi yang dihadapi)
Mengetahui karakteristik lingkungan dengan cara merasakan apa yang terjadi di sekitar
kita. Setiap medan mempunyai karakteristik masing-masing. Karakteristik tersebut
meliputi suara, kelerangan, kedalaman, suhu, tinggi dan lain-lain.

Mengetahui kondisi badan kita. Dalam kondisi survival sering kita dihadapkan dengan
tekanan baik berupa fisik atau mental. Periksa kondisi badan, jika terjadi luka beri
pertolongan pertama dan pertolongan lanjutan. Sebagai contoh, pada kondisi iklim
apapun harus banyak minum air untuk mencegah dehidrasi.

Mengetahui kondisi peralatan yang ada. Mengecek peralatan yang ada saat survival
sangat penting, terutama sisa logistik dan PPPK. Jika kita sudah mengetahui
karakteristik lingkungan, kondisi badan dan kondisi peralatan yang ada, maka kita siap
untuk membuat rencana survival.

U:
Undue haste make taste (Gunakan semua pikiran sehat kamu, jangan tergesa-gesa)
Kita tidak boleh melakukan tindakan tanpa dipikir dan direncakan terlebih dahulu.
Mempertimbangkan semua aspek mengenai situasi yang ada untuk mengambil
keputusan. Pada waktu survival, jangan tergesa-gesa karena peralatan bisa tertinggal
dan kita bisa mengalami disoriented, sehingga kita tidak mengetahui jalan mana yang
akan kita tempuh. Menggunakan pikiran sehat untuk mengevaluasi setiap tindakan dan
situasi yang berubah .

R:
Remember where you are (Ingat dimana kamu berada)
Ingat dimana kamu berada. Pengenalan akan daerah sekitar akan memberikan rasa
kenal yang berpengaruh terhadap rasa aman. Mengetahui posisi di peta dan posisi di
medan merupakan salah satu prinsip dasar yang harus diketahui. 

Lebih meyakinkan jika ada orang lain untuk mengetahui posisi kita saat survival. Jika
kita sudah tahu di mana posisi kita, maka kita dapat membuat rencana kemana kita
akan bergerak untuk keluar dari kondisi yang sulit atau untuk mencari sumber mata air
dan pemukiman penduduk terdekat.

V:
Vaquish fear and panic (Kuasai dirimu dari rasa takut dan panik)
Musuh terbesar dalam kondisi survival adalah rasa takut dan panik. Jika hal tersebut
tidak terkendali, maka akan menghancurkan kemampuan kita untuk membuat rencana
dan mengambil keputusan yang tepat. Keyakinan diri dan latihan tentang survival yang
telah kita dapat, membantu kita untuk mengatasi rasa takut dan panik.

I:
Improvise (Improvisasi sesuatu yang ada di sekitar kita)
Pengalaman yang kurang memadai merupakan musuh dalam situasi survival. Belajar
untuk kreatif merancang alat yang bisa dipakai dalam survival, karena hal tersebut akan
membantu kita dalam kondisi yang sulit.

V:
Value living (Hargailah hidup)
Jika kita berhadapan dengan situasi survival yang penuh dengan tekanan, kita harus
mempunyai semangat untuk hidup, karena hal tersebut akan membantu kita keluar dari
kesulitan yang ada. Sikap putus asa akan menurunkan dan menjatuhkan mental dan
fisik kita untuk terus bertahan hidup.
A:
Act like the natives (Sesuaikan dirimu dengan lingkungan setempat)
Kita harus bertindak menurut lingkungan sekitar dan menghargai kehidupan lokal yang
kita temui. Kita bisa meniru pola hidup masyarakat lokal dan satwa yang kita temui. Kita
harus tahu apa yang mereka makan, cara mendapatkan makanan, dan cara mencari
air.

L:
Learn Basic Skill (Pelajari dasar-dasar keterampilan)
Tanpa keterampilan dan pengetahuan dasar tentang survival, maka kesempatan kita
untuk bertahan hidup sedikit. Belajar ketrampilan dan pengetahuan dasar dari
sekarang, jangan menunggu jika kita akan survival. Kita harus memahami tentang
medan yang akan dituju dan kita harus mempraktekkan keterampilan dan pengetahuan
dasar tersebut di medan yang akan kita tuju. Sebagai contoh, jika kita akan ke padang
pasir, kita harus mengetahui bagaimana cara mendapatkan air di padang pasir.
Psikologi Survival
Di alam terbuka, timbulnya kebutuhan survival adalah karena adanya usaha manusia
untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan- kesulitan tersebut antara lain:
Keadaan alam (cuaca dan medan)
Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)

Kondisi Sulit Atau Darurat


Terjebak pada medan yang berat seperti :
Jurang yang dalam
Hutan yang rapat
Tebing yang terjal
Kehabisan makanan dan minuman.
Tersesat di belantara hutan
Kerusakan atau keterbatasan peralatan yang dimiliki.

Sumber keadaan sulit atau darurat


Kurang siapnya fisik dan mental untuk melakukan suatu pengembaraan.
Pengetahuan yang terbatas untuk melakukan suatu pengembaraan.
Tidak adanya koordinasi yang baik antara sesama anggota dalam melaksanakan
pengembaraan. Ketidaksiapan peralatan dan perlengkapan untuk melakukan suatu
pengembaraan. Perencanaan yang salah atau ketidaksesuaian rencana yang dijalankan pada
suatu pengembaraan.

Mengatasi Keadaan Sulit Atau Darurat


Kunci penting utama dalam berbagai kondisi survival adalah sikap mental dari individu
Memiliki ketrampilan survival adalah sangat penting bagi kita semua, akan tetapi hal
tersebut bukan mutlak diperlukan, karena factor psikologi seseorang akan keinginan
untuk bertahan adalah hal yang sangat mendasar

Tekanan-tekanan dalam kondisi survival biasanya berupa: luka-luka, penyakit,


kematian, ketidak pastian (misal; informasi terbatas), lingkungan (cuaca, topografi),
lapar dan haus, kelelahan, dan sebagainya. Beberapa reaksi psikologis yang dihasilkan
dalam situasi survival adalah adanya rasa ketakutan, kemarahan dan frustasi,
kebosanan dan kelengangan, rasa bersalah, dan sebagainya.
Tindakan Mengantisipasi Keadaan Sulit/Darurat
Landasan Sikap Mental,
Landasan Pengetahuan
Langkah Sebelum Bertindak
Sikap Mental
Sikap mental yang lemah dari seorang yang menghadapi situasi sulit atau darurat tidak
akan membawa suatu penyelesaian yang bijaksana, namun akan membawa ke
permasalahan-permasalahan yang lebih sulit untuk diselesaikan. Untuk menghindari
keadaan tersebut, seorang survivor perlu :

Menyadari keadaan sulit/darurat/bahaya yang sedang dialaminya.


Berusaha untuk tetap tenang dan bijaksana dalam menghadapi keadaan
sulit/darurat/bahaya.
Meyakini bahwa keadaan sulit/darurat/bahaya tersebut akan ada jalan untuk
menyelesaikannya.

Mencoba untuk berpikir jernih dan menggunakan akal sehatnya.


Merencanakan setiap tindakan yang akan dilakukan dan memutuskan suatu tindakan
yang paling rasional yang dapat dilakukannya.
Berusaha bertindak dengan mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki.

Pengetahuan Skill Individu


Sikap mental merupakan salah satu faktor yang menunjang manusia untuk dapat
mengatasi keadaan sulit/darurat/bahaya. Hal ini semakin kokoh apabila ditunjang oleh
pengetahuan untuk dapat mengatasi situasi tersebut. Pengetahuan- pengetahuan
tersebut adalah :
Pengetahuan teknik-teknik hidup di alam bebas.
Pengetahuan tentang alam dan lingkungan.
Pengetahuan dan cara untuk mencari perlindungan dan pertolongan.

Langkah Sebelum Bertindak


Keadaan sulit/darurat/bahaya biasanya dapat mempengaruhi mental seseorang
sehingga pola tindakan yang dilakukan akan menyimpang dari tindakan yang rasional.
Dengan demikian, segala tindakan dalam keadaan sulit/darurat/bahaya perlu
direncanakan berdasarkan landasan pengetahuan yang dimiliki sehingga diharapkan
tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat memperburuk keadaan survivor.

Tindakan Saat Tersesat Di Hutan:


Mengobservasi.
Mengingat-ingat rute atau awal perjalanan sebelum tersesat.
Mengamati keadaan lingkungan sekeliling, baik medan ataupun potensi alam untuk
bersurvival bahkan untuk meminta pertolongan.
Mengecek perbekalan dan perlengkapan yang ada.
Merencanakan suatu tindakan yang akan dilakukan, misal:
Diam ditempat dan beristirahat.
Mencari jalan, makanan atau minuman.
Melanjutkan perjalanan.
SEARCH AND RESCUE (SAR) gunung hutan

SAR adalah suatu pengerjaan dari personil dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong
dengan cara yang efektif dan efisien jiwa manusia dan sesuatu yang berharga, yang berada dalam
keadaan mengkhawatirkan.

Dari sudut pandang operasional SAR diaktifkan bila diterima informasi bahwa :

1.  Muncul suatu keadaan darurat atau mungkin akan muncul.

2. Tidak diaktifkan kembali operasi SAR bila korban atau sesuatu yang berharga yang berada dalam
keadaan bahaya dibebaskan dalam komposisi terawat atau beteul-betul aman, ketika tidak
memungkinkan lagi munculnya keadaan darurat, atau ketika tidak lagi diharapkan pertolongan.

Maka dari keseluruhan sistem SAR untuk mengatasi problem atau masalah SAR maka dapat
digambarkan secara menyeluruh, yaitu :

1.  Dengan cepat dapat dimengerti oleh seseorang yang masih awam dalam bidang SAR.

2.  Secara logika dapat dilaksanakan oleh pasukan operasi SAR selama dituntut adanya misi SAR.

1. Tahapan SAR

Untuk mempermudah misi SAR, suatu kegiatan operasional SAR dibagi ke dalam tahapan-tahapan,
yaitu sebagai berikut :

1.1. Tahap Kekhawatiran (awareness stage)

yaitu kekhawatiran bahwa keadaan darurat mungkin akan muncul, termasuk di dalamnya
penerimaan informasi keadaan darurat yang datang dari perseorangan atau organisasi atau
instansi pemerintahan.
1.2. Tahap Kesiapan (initial action stage)

yaitu aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang
lebih jelas, termasuk di dalamnya :

-          Mengevaluasi dan mengklarifikasi informasi yang didapat.

-          Menyiapkan fasilitas SAR

-          Pencarian awal dengan komunikasi

-          Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan
mengharuskan.

1.3. Tahap Perencanaan (planning stage)

yaitu suatu pengembangan perencanaan yang efektif, termasuk didalamnya :

-          Perencanaan pencarian dan dimana sepatutnya dilaksanakan.

-          luas daerah search area.

-          tipe pola pencarian.

-          Perencanaan pertolongan dan pembebasan akhir.

-          Perencanaan pencarian optimum.

-          Perencanaan pencarian yang dapat dicapai.

-          Memilih metoda pertolongan yang terbaik.

-          Memilih titik pembebasan/delivery point yang aman bagi korban.

1.4. Operation Stage

- melakukan briefing kepada unit-unit SAR pelaksana.

- memberangkatkan atau mengirim fasilitas SAR.

-  SAR bergerak ke lokasi kejadian.

- melakukanoperasi pencarian di lokasi kejadian.

- melakukan penggantian atau penjadwalan unit-unit SAR di loksai kejadian.


- menolong dan menyelamatakan korban.

- memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan.

- melaksanakan debriefing kepada unit-unit SAR pelaksana.

1.5. Tahap akhir (mision conclution stage)

yaitu gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke
lokasi semula, termasuk didalamnya :

-         -  Kembali ke Base Camp

-        -   Re-covery

-          - Memuat dan mengatur kembali perlengkapan

-          - Menyiapakan unit pelaksana yang akan kembali

-          - Membuat dokumentasi SAR

MANAJEMEN PERJALANAN PENDAKIAN

13022016

(Seni Mempersiapkan Perjalanan Pendakian)

Sebelum membahas tentang Manajemen Perjalanan Pendakian, sebaiknya kita sedikit melakukan
review terlebih dahulu tentang apa itu manajeman. Tidak sulit memang menemukan penjelasan
tentang manajemen di dunia maya. Sudah sangat bertebaran tulisan-tulisan yang membahas
tentang apa itu manajemen. Sedikit yang saya kutip adalah berikut ini. Pengertian manajemen
menurut George.R.Terry yang mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah suatu proses
atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke
arah tujuan-tujuan organisasional maksud yang nyata. Pengertian manajemen
menurut Encylopedia of the Social Science, mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah
suatu proses yang pelaksanaan tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Pengertian
manajemen menurut Mary Parker Follet, mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah
sebuah seni atau management is an art). Setiap pekerjaan mampu diselesaikan oleh orang lain.
Pengertian manajemen menurut James A.F Stoner, yang mengemukakan pendapatnya tentang
pengertian manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber
daya organisasi yang lain agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengertian
manajemen menurut Lawrence A. Appley adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui
usaha orang lain. Pengertian manajemen Wilson Bangun adalah rangkaian aktivitas-aktivitas yang
dikerjakan oleh anggota-anggota organisasi untuk mencapai tujuannya. Pengertian manajemen
menurut Koontz, mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah seni yang paling produktif
selalu didasarkan pada pemahaman terhadap ilmu yang mendasarinya.

Fungsi Manajemen Perjalanan Pendakian

Bisa kita simpulkan secara sederhana bahwa Manajemen adalah sebuah pengaturan proses untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, baik dilakukan sendiri maupun melibatkan orang lain
(Organisasi/Kerjasama). Jika proses yang hendak kita lakukan adalah perjalanan pendakian gunung,
maka Ilmu Manajemen yang kita gunakan bisa kita sebut dengan Manajemen Perjalanan
Pendakian. Sedangkan apa tujuan yang hendak dicapai? Dalam hal ini setiap pelaku pendakian bisa
memiliki tujuan yang berbeda. Bisa sekedar untuk sampai ke puncak, bisa sekedar untuk
menikmati perjalanan semampunya (tidak harus puncak), bisa juga dengan tambahan tujuan
skunder seperti hunting foto landscape, penelitian, dan lain-lain.

Lantas apa fungsi dari Manajemen Perjalanan Pendakian? Sesuai dengan maknanya, manajemen
yang berarti “pengaturan”, seharusnya dalam setiap aspek kehidupan kita memerlukan ilmu
manajemen untuk mengatur apa yang kita lakukan supaya bisa mencapai tujuan. Setiap orang
adalah manajer bagi dirinya sendiri. Fungsi kita melakukan pengaturan (managing) terhadap proses
perjalanan pendakian adalah untuk memastikan perjalanan pendakian kita berjalan dengan lancar,
cukup pembiayaan, cukup kebutuhan konsumsi selama pendakian, cukup kebutuhan peralatan
untuk menghadapi berbagai kondisi di lokasi, cukup kebugaran tubuh selama perjalanan hingga
selesai, cukup kebutuhan antisipasi untuk kondisi-kondisi terburuk (obat-obatan, komunikasi,
pengetahuan melepaskan diri dari kondisi buruk seperti survival, navigasi darat, PPGD, dll), cukup
untuk kebutuhan transportasi, cukup untuk urusan administrasi dan perijinan, serta hal-hal
lainnya.

Timbul suatu pertanyaan, kenapa kita harus memperhatikan manajemen perjalanan? Bukankah
kita sudah terbiasa mendaki gunung atau kita sudah beberapa kali mendaki gunung yang sama?
Meski kita sudah punya banyak pengalaman dan sudah lebih dari sekali mendaki di gunung yang
sama, tetapi faktor resiko tidak akan berubah. Resiko kecelakaan tidak akan memilih siapa yang
belum pengalaman dan siapa yang sudah pengalaman. Semakin kita memperhatikan dan
menjalankan manajemen perjalanan dengan benar, setidaknya kita telah mengurangi faktor resiko
subyektif dari setiap perjalanan di alam bebas.

Tahapan Manajemen Perjalanan Pendakian

Dalam tulisan ini saya mencoba membagi tahapan manajemen perjalanan menjadi 3 tahapan. Yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tiga tahapan tersebut bersifat umum.
Berikutnya saya akan coba membedahnya satu persatu.

 Tahap persiapan

Dalam tahap persiapan tentunya kita harus memikirkan sejak awal mengenai perjalanan pendakian
yang akan kita lakukan. Langkah yang pertama adalah penentuan tujuan. Tujuan di sini saya
membaginya menjadi dua, yaitu tujuan umum (general goal) dan tujuan khusus (specific
goal).  Tujuan umum adalah tujuan perjalanan kita akan kemana. Contohnya ke Gunung Gede.
Sedangkan tujuan khusus bisa juga mengenai isi perjalanan tersebut. Misalnya kita mendaki ke
Gunung Gede hanya untuk refreshing. Berarti tujuan khusus pendakian Gunung Gede kali ini
adalah untuk refreshing. Jangan dilupakan, ketika kita sudah memiliki tujuan, kita juga harus
memikirkan tujuan cadangan. Gunanya adalah jika tujuan yang pertama tidak bisa dilakukan
dengan berbagai alasan. Selesai kita menentukan tujuan pendakian langkah berikutnya adalah
memikirkan lama waktu perjalanan (misalnya 3 hari 2 malam). Selanjutnya kita harus
menginventarisir segala kebutuhan untuk perjalanan pendakian kali ini. Beberapa diantaranya
adalah : Team (personil yang melakukan perjalanan, pembagian tugas, personil tambahan seperti
porter atau pemandu), Peralatan (kebutuhan peralatan untuk pendakian), Logistik atau konsumsi
(berapa keseluruhan kebutuhan konsumsi selama perjalanan pendakian), Obat-obatan, kebutuhan
keamanan dan keselamatan serta kebutuhan darurat (perhitungkan resiko-resiko yang
kemungkinan terjadi dan persiapkan pencegahannya), Administrasi (Apa saja yang dibutuhkan
untuk proses administrasi dan perijinan), Transportasi (Bagaimana cara menjangkau lokasi, apakah
menggunakan transportasi umum atau pribadi), Pembiayaan (dari keseluruhan kebutuhan yang
telah terdata harus diperhitungkan seluruh kebutuhan anggarannya dan bagaimana cara
memenuhinya, apakah dengan sponsor atau dengan biaya pribadi).

Manajemen Team (Personil)


Dalam manajemen team, harus dilakukan pengaturan dan pembagian tugas. Langkah pertama
yang harus dilakukan adalah memilih leader atau pemimpin. Jika leader sudah terpilih, maka
tinggal membagi tugas selama perjalanan pendakian. Siapa nanti yang akan berjalan paling depan
sebagai penunjuk jalan, siapa yang akan di tengah, dan siapa yang akan menjadi sweeper (paling
belakang) pembagian tim ini sangat penting dan harus disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing personil. Personil yang berada di paling depan harus yang paling mengerti jalur pendakian.
Jika seluruh personil belum pernah mendaki di lokasi tersebut, maka harus di pilih personil yang
memiliki kemampuan navigasi paling bagus. Selain memiliki kemampuan navigasi yang mumpuni,
personil yang berada di paling depan harus memiliki kepedulian besar yang tidak mementingkan
dirinya sendiri. Hal ini dimaksudkan supaya dalam perjalanan, dia tidak meninggalkan rekannya
jauh di belakang. Personil yang berada di tengah adalah personil yang memiliki kemampuan
terlemah. Tujuannya adalah supaya dia yang menjadi pengatur ritme perjalanan. Jangan pernah
sekalipun menempatkan personil terlemah di paling belakang, karena sangat beresiko jika terjadi
hal yang tidak diinginkan. Personil yang berada di belakang adalah anggota tim yang memiliki
kemampuan fisik paling kuat dan paling berstamina. Tujuannya sebagai penjaga untuk personil
yang kemampuannya lebih lemah yang ada di depannya dan untuk memastikan tidak ada yang
tertinggal. Lantas dimana posisi leader atau pemimpin? Leader tidak saya masukkan di posisi
manapun karena sifatnya fleksibel. Leader bertanggung jawab atas keselamatan timnya, jadi dia
harus siap berapa di mana saja. Kadang berada di depan, kadang berada di tengah atau belakang.
Seorang leader harus selalu berpindah posisi untuk terus memastikan seluruh anggota teamnya
dalam kondisi baik. Seorang leader juga bertanggung jawab mengatur seluruh personilnya supaya
tidak tercecer atau terpisah-pisah. Keutuhan team adalah tanggung jawab bersama dan leader
sebagai pengemban utama. Pilihlah leader dari personil yang paling bijaksana, paling sabar, paling
dewasa, paling peduli, dan paling bertanggung jawab. Dan anggota team lainnya wajib mematuhi
instruksi dari leader, meski dalam proses pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah.
Persiapan kemampuan fisik dan pengetahuan juga bagian dari manajemen team (personil). Maka
sebelum melakukan perjalanan, sebaiknya seluruh anggota tim bisa dengan rutin menjaga
kebugaran tubuhnya dan terus mencari pengetahuan tentang pendakian, tehnik hidup di alam
bebas, survival, navigasi darat, dan lain-lain.

Manajemen Logistik (Peralatan dan Konsumsi)

Sebelum memulai perjalanan, kita harus mempersiapkan segala kebutuhan peralatan dan
konsumsi. Kebutuhan peralatan harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan lama
perjalanan. Tidak semua tempat membutuhkan jenis peralatan yang sama. Oleh karena itu
informasi tentang lokasi pendakian se-detail-detailnya harus kita miliki supaya kita bisa
menentukan peralatan yang cocok dan efisien sesuai dengan kebutuhan pendakian. Kebutuhan
peralatan juga harus disesuaikan dengan jumlah personil. Contohnya adalah tenda, jangan sampai
kebutuhan tenda kurang dari total kapasitas personil, karena itu sangat beresiko jika terjadi cuaca
buruk. Perlengkapan-perlengkapan lainnya juga harus lengkap sesuai fungsinya, seperti peralatan
camp, peralatan masak, peralatan istirahat, peralatan perjalanan, peralatan keamanan dan
keselamatan, survival kit, dan lain-lain. Dalam manajemen peralatan, kemampuan packing sangat
mutlak harus dikuasai supaya seluruh peralatan bisa di angkut dengan efisien.

Untuk manajemen konsumsi juga harus benar-benar dipikirkan dan dilakukan supaya kebutuhan
makanan dan minuman bisa mencukupi untuk seluruh personil selama perjalanan hingga selesai.
Ada cara sederhana untuk melatih diri melakukan manajemen konsumsi. Caranya adalah dengan
memisahkan dan mengemas bahan makanan sesuai dengan waktu makan dan diberi label.
Contohnya untuk perjalanan pendakian selama 2 hari 1 malam, maka jam makan kita adalah 6 kali
makan. Untuk kebutuhan 6 kali makan, maka kita bisa memisahkan bahan makanan yang kita bawa
menjadi 8 bagian. Kenapa 8 bagian, bukan 6 bagian? Kan kebutuhan makan kita hanya 6 kali.
Jawabannya adalah 2 bagian untuk cadangan dan antisipasi jika perjalanan kita ternyata lebih lama
karena beberapa kendala. Kemudian kemaslah setiap bagian tersebut dan beri label misalnya H1P
(artinya hari pertama pagi), H1S (hari pertama siang) dan seterusnya. Untuk logistik cadangan sama
sekali tidak boleh dibuka sampai benar-benar dibutuhkan atau perjalanan sudah selesai. Belajarlah
disiplin!. Cara di atas bisa kita lakukan untuk melatih manajemen logistik. Tetapi jika kita sudah
terbiasa mengatur dengan benar, maka cara tersebut tidaklah diperlukan. Selain pengaturan bahan
makanan, jangan lupa juga untuk mengatur kebutuhan air karena air merupakan kebutuhan dasar
mahluk hidup. Dalam perjalanan pendakian kita harus selalu mencari informasi mengenai lokasi-
lokasi sumber air terdekat dengan jalur pendakian. Jika ternyata sepanjang jalur pendakian tidak
ada mata air, maka seluruh kebutuhan air harus kita bawa dari bawah. Sesuaikan kebutuhan air
dengan jumlah personil dan lama perjalanan. Harus dipisahkan pula kebutuhan untuk minum, baik
selama perjalanan maupun selam di camp dan untuk memasak serta kebutuhan lainnya. Usahakan
se-efisien mungkin dalam penggunaan air. Contohnya untuk kebutuhan yang sementara bisa
digantikan dengan selain air, maka sebaiknya jangan menggunakan air, seperti kebutuhan buang
air untuk membersihkan bisa kita ganti dengan tissue.

Manajemen Transportasi

Melakukan perjalanan pendakian di lokasi yang berbeda dengan tempat kita tinggal maka
kebutuhan transportasi harus dipikirkan. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain faktor
keselamatan, faktor jarak tempuh, faktor waktu tempuh, faktor biaya. Jika seluruh faktor
transportasi sudah kita ketahui, maka kita bisa menentukan jenis transportasi apa yang akan kita
gunakan. Jangan sampai hanya menginginkan biaya se-minim mungkin, kita mengabaikan faktor
keselamatan

Manajemen Pembiayaan dan Administrasi

Sebelum memulai perjalanan, kita harus bisa menghitung estimasi biaya yang dibutuhkan. Seluruh
kebutuhan yang terdata harus terdata pula kebutuhan biayanya, peralatan, konsumsi, transportasi,
perijinan dan biaya-biaya lainnya. Hitung seluruh kebutuhan yang ada dan tentukan estimasi
biayanya. Selanjutnya mulai dipikirkan untuk memenuhi biaya tersebut. Apakah cukup hanya
dengan uang pribadi setiap personil (patungan) atau akan mencoba mencari sponsor untuk
membiayai perjalanan kita. Dalam mengatur pembiayaan kita juga harus jeli dan efisien. Pisahkan
dahulu uang yang ada sesuai kebutuhannya dan keluarkan sesuai dengan kebutuhannya. Jangan
sampai kita menggunakan uang tidak sesuai dengan seharusnya. Untuk manajemen administrasi di
sini maksudnya adalah untuk merencanakan bagaimana proses perijinan dan administrasi di
tempat yang akan kita datangi. Lagi-lagi proses pengumpulan informasi di sini sangatlah penting.
Karena tidak semua tempat memiliki prosedur yang sama. Sebagai pendatang kita harus mematuhi
peraturan dan prosedur yang berlaku di tempat yang akan kita datangi.

 Tahap Pelaksanaan

Dalam manajemen perjalanan pendakian, tahap pelaksanaan hanya dilakukan jika tahap persiapan
sudah selesai dan beres. Jika masih terlalu banyak persipan yang kurang maka sebaiknya tunda
dahulu perjalanan kita supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Tahap pelaksanaan adalah
wujud dari realisasi tahap perencanan. Segala yang sudah kita rencanakan secara matang kita
laksanakan sesuai dengan prosedur yang kita buat. Ingat, dalam pelaksanaan perjalanan, jangan
sekalipun melanggar apa yang sudah kita rencanakan. Kita bisa mebuat aturan untuk diri kita
sendiri, belajar disiplin dari diri kita sendiri. Lakukan perjalanan hanya sesuai dengan apa yang
sudah direncanakan. Kecuali jika kondisi alam di lapangan menuntut yang berbeda. Misalnya
perbedaan kondisi secara mendadak. Akan tetapi, hal-hal tersebut seharusnya sudah ada dalam
antisipasi ketika kita melakukan persiapan perjalanan. Salah satu fungsi persiapan adalah untuk
membuat prediksi-prediksi perubahan kondisi dimana kita harus membuat rencana cadangan
untuk menghadapinya. Jika kita melakukan perjalanan yang sudah terencana dengan baik dan
disiplin sesuai dengan perencanaan, maka tujuan perjalanan kita akan dengan mudah kita capai.
Setidaknya kita sudah sangat meminimalisir resiko subyektif.

 Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dilakukan ketika perjalanan sudah selesai. Kenapa harus ada evaluasi? Evaluasi
sifatnya sangat penting karena bisa digunakan untuk mengetahui segala kendala yang terjadi
selama perjalanan dan digunakan untuk antisipasi pada perjalanan berikutnya. Dalam setiap
aktifitas seharusnya ada pembelajaran. Pembelajaran bermanfaat untuk proses pendewasaan diri
dan untuk memperbaiki aktifitas-aktifitas kita selanjutnya. Begitu pula dengan perjalanan
pendakian.

Manajemen logistik atau kalori adalah sebuah upaya bagi kita (pendaki) untuk mencari bahan-
bahan makanan (yg akan dibawa dlm mendaki) dengan beberapa pertimbangan (dari segi nutrisi,
kalori, dan ukuran Pack) agar efisien, ekonomis, dan tidak terlalu berat serta tidak menghabiskan
banyak tempat pd carrier yang kita bawa.

Dari pengalaman, ada beberapa sebab tas kita terasa berat saat kita bawa :
1. Barang bawaan yang berlebihan
2. Packing kita yang salah
3. Kita yang sudah lelah
4. Atau memang tas kita yang jelek

Poin ke satu dari empat pilihan diatas adalah yang akan kita bahas dalam posting kali ini,
Bagaimana cara kita meminimalisasi barang bawaan kita untuk memperingan tas keril. Dengan
catatan, tidak untuk dikurangi, tetapi di-substitusi dengan list lain yang bisa lebih ringan, efisien,
compact dan ekonomis. Terutama dari segi Logistik alias stok makanan.

Logistik adalah sesuatu yang vital untuk setiap pendakian ataupun ekspedisi. Kalau seandainya
manusia, logistik adalah alat vitalnya, yang sangat mendukung untuk kelanjutan perjalanan dan
perkembangbiakan. Suskes tidaknya pendakian kita, logistik pulalah yang menjadi kunci
keberhasilannya. Kalau seumpama stok logistik kita habis ditengah perjalanan, sangat tidak
mungkin untuk memakasakan diri meneruskan perjalanan hingga puncak. Kalaupun dipaksakan
itupun sangat beresiko.

Kadang sekalipun sudah makan, perut rasanya masih lapar, serasa tidak ada energi untuk
meneruskan perjalanan sampai camp berikutnya. Apalagi ditambah dengan cuaca yang sedang
tidak bersahabat, medan yang extrim dan trek yang licin. Semakin membuat nyali kita ciut untuk
meneruskan perjalanan, bahkan tak jarang ada juga yang memilih turun. Adakah yang salah?.
makan sudah, ngopi juga sudah, stok juga mencukupi tetapi rasanya sangat tidak cukup untuk
men-support aktivitas perjalanan kita.

“Itulah yang terjadi apabila kita kurang memahami kesinambungan antara kandungan Kalori dalam
makanan kita dengan kebutuhan aktivitas sehari-hari kita.” kurangnya tenaga dan lemasnya tubuh
salah satu dampaknya, sebab apa yang kita makan tidak cukup untuk dibakar menjadi energi untuk
mengimbangi aktivits kita. Tidak tergantung dari porsi dan kuantitasnya, melainkan kualitas
makanan kita.

Idealnya, Jumlah kalori yang dibutuhkan untuk setiap perjalanan seorang pendaki gunung
tergantung pada :
1. Ukuran dan berat badan seseorang.
2. Metabolisme individu.
3. Lamanya perjalanan.
4. Cuaca/suhu.
5. Jenis aktifitas yang telah direncanakan sebelumnya.

Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam
merencanakan perbekalan makanan/minuman yang akan dibawa :
1. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
3. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan ba
4. Ringan, dan mudah didapat.
5. Murah.

Anda mungkin juga menyukai