Mountaineering
adalah kegiatan mendaki gunung dan menyusuri hutan dengan menerapkan materi-
materi yang dibutuhkan selama pendakian.
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bagian datar) dari sebagian atau semuanya permukaan
bumi yang dilihat dan diteliti dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan
tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat
dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi struktur garis kontur.
Nomor peta; selain sbg nomor registrasi dari badan pembuat, kita dapat menggunakannya sbg ajar jika
kelak kita akan mencari suatu peta Manajemen logistik atau kalori adalah sebuah upaya bagi kita
(pendaki) untuk mencari bahan-bahan makanan (yg akan dibawa dlm mendaki) dengan beberapa
pertimbangan (dari segi nutrisi, kalori, dan ukuran Pack) agar efisien, ekonomis, dan tidak terlalu berat
serta tidak menghabiskan banyak tempat pd carrier yang kita bawa.
Dari pengalaman, ada beberapa sebab tas kita terasa berat saat kita bawa :
1. Barang bawaan yang berlebihan
2. Packing kita yang salah
3. Kita yang sudah lelah
4. Atau memang tas kita yang jelek
Poin ke satu dari empat pilihan diatas adalah yang akan kita bahas dalam posting kali ini, Bagaimana
cara kita meminimalisasi barang bawaan kita untuk memperingan tas keril. Dengan catatan, tidak untuk
dikurangi, tetapi di-substitusi dengan list lain yang bisa lebih ringan, efisien, compact dan ekonomis.
Terutama dari segi Logistik alias stok makanan.
Logistik adalah sesuatu yang vital untuk setiap pendakian ataupun ekspedisi. Kalau seandainya manusia,
logistik adalah alat vitalnya, yang sangat mendukung untuk kelanjutan perjalanan dan
perkembangbiakan. Suskes tidaknya pendakian kita, logistik pulalah yang menjadi kunci
keberhasilannya. Kalau seumpama stok logistik kita habis ditengah perjalanan, sangat tidak mungkin
untuk memakasakan diri meneruskan perjalanan hingga puncak. Kalaupun dipaksakan itupun sangat
beresiko.
Kadang sekalipun sudah makan, perut rasanya masih lapar, serasa tidak ada energi untuk meneruskan
perjalanan sampai camp berikutnya. Apalagi ditambah dengan cuaca yang sedang tidak bersahabat,
medan yang extrim dan trek yang licin. Semakin membuat nyali kita ciut untuk meneruskan perjalanan,
bahkan tak jarang ada juga yang memilih turun. Adakah yang salah?. makan sudah, ngopi juga sudah,
stok juga mencukupi tetapi rasanya sangat tidak cukup untuk men-support aktivitas perjalanan kita.
“Itulah yang terjadi apabila kita kurang memahami kesinambungan antara kandungan Kalori dalam
makanan kita dengan kebutuhan aktivitas sehari-hari kita.” kurangnya tenaga dan lemasnya tubuh salah
satu dampaknya, sebab apa yang kita makan tidak cukup untuk dibakar menjadi energi untuk
mengimbangi aktivits kita. Tidak tergantung dari porsi dan kuantitasnya, melainkan kualitas makanan
kita.
Idealnya, Jumlah kalori yang dibutuhkan untuk setiap perjalanan seorang pendaki gunung tergantung
pada :
1. Ukuran dan berat badan seseorang.
2. Metabolisme individu.
3. Lamanya perjalanan.
4. Cuaca/suhu.
5. Jenis aktifitas yang telah direncanakan sebelumnya.
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan
perbekalan makanan/minuman yang akan dibawa :
1. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
3. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
4. Ringan, dan mudah didapat.
5. Murah.
Koordinat peta; penjelasannya mampu dilihat dan diteliti dalam sub berikutnya
Kontur; adalah garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan
laut.
Skala peta; adalah perbandingan selang jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Hadir dua macam
skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan
25.000 cm atau 250 meter di kondisi yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis
berada dibawah skala angka).
Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, menjadi memudahkan pembaca
menganalisa peta.[2]
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak sebagai membantu menentukan posisi dipeta dalam
hitungan koordinat. Koordinat adalah letak suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik
pertemuan selang absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni
perpotongan selang garis-garis yang tegak lurus satu sama pautan. Sistem koordinat yang resmi dipakai
hadir dua macam yaitu :
Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat
dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang
selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis diberitahukan dalam satuan derajat,
menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sbg koordinat
utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) luasnya adalah 3.7 cm. Pada skala
1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama
dengan 1 menit (60").
Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, letak suatu titik diberitahukan dalam
ukuran jarak setiap titik acuan. Sebagai wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60
LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke
timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya
menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu sebagai penentuan
koordinat koordinat grid 4 angka, mampu langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu
karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8
angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita
diharapkan mampu memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi ajang sebenarnya,
meskipun kita belum pernah mendatangi kawasan di peta tersebut.
Unsur landasan peta ; Sebagai mampu menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus
cek informasi landasan di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan
sbgnya. Disamping itu juga dapat dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang
kontur), sehingga dapat dianggarkan cuaca, dan vegetasinya.
Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita mampu
menganalisa peta topografi berlandaskan struktur kontur.
Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
Selang garis kontur satu dengan lainnyanya tidak pernah saling berbentuk
Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali
diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
Selisih ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan selalu berubah
Kawasan datar benar kontur jarang-jarang sedangkan kawasan terjal benar kontur rapat.
Puncak bukit atau gunung biasanya benar struktur lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran
kontur pautannya.
Punggungan terlihat sbg rangkaian kontur benar struktur U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
Lembahan terlihat sbg rangkaian kontur benar struktur V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak.
Kontur lembahan biasanya rapat.
Bila peta kawasan pantai, muara sungai merupakan tanda ajang yang sangat jelas, begitu pula pulau-
pulau kecil, tanjung dan teluk
Pengertian akan tanda ajang ini mutlak diperlukan, sbg asumsi awal dalam menyusun perencanaan
perjalanan[3]
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah
utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis)
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan letak peta dengan ajang sebenarnya (atau dengan kata pautan
menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan
sebagai mengenal dahulu tanda-tanda ajang sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini mampu
dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dan lain-lain. Jadi minimal anda kenal
secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi sebagai meyakinkan anda bahwa
kira-kira posisi anda dipeta adalah adil. Langkah-langkah orientasi peta: Usahakan sebagai mencari
tempat yang berpemandangan buka agar mampu melihat tanda-tanda ajang yang menyolok. Siapkan
kompas dan peta anda, letakkan pada bagian datar Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas,
sehingga arah peta berlandaskan dengan arah ajang sebenarnya Cari tanda-tanda ajang yang paling
menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda ajang tersebut di peta. Lakukan hal ini sebagai
beberapa tanda ajang Ingat tanda-tanda itu, strukturnya dan tempatnya di ajang yang sebenarnya. Ingat
hal-hal khas dari tanda ajang.
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan mampu menyusun perencanaan jalur lintasan dalam
suatu ajang perjalanan. Sbg contoh anda misalnya berhasrat pergi ke suatu gunung, tapi dengan
menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan suatu peta topografi,
mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda mampu menyusun suatu
perencanaan perjalanan yang dewasa. Dalam proses perjalanan secara semuanya, mulai dari
transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan
ajang lintasan.
Hadir beberapa hal yang mampu dibuat menjadi bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur
lintasan.
Pertama, anda harus membekali dahulu kemampuan sebagai membaca peta, kemampuan sebagai
menafsirkan tanda-tanda ajang yang tertera di peta, dan kemampuan landasan navigasi darat pautan
seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, ilmu tentang peta kompas, dan sbgnya, minimal
sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya
informasi tambahan pautan tentang ajang lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan
yang pernah melewati ajang tersebut, kondisi ajang, vegetasi dan cairannya. Semakin banyak informasi
awal yang anda mampu, semakin dewasa rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, hadir beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe
garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus selang titik awal dan titik belakang. Kedua,
tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan sedang berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel
karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi ajang. Yang ketiga dengan
guide/patokan tanda ajang tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/ guide sungai. Jalur
ini lebih fleksibel karena tidak lurus adil, tapi menyesuaikan kondisi ajang, dengan tetap berpatokan
tanda ajang tertentu sbg petokan pergerakannya.
Selain menggunakan alat-alat navigasi, kita juga mampu menentukan arah mata angin dengan tanda-
tanda dunia dan buatan, yaitu:
Tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan menciptakan kompas sendiri dari jarum/silet yang
bermagnet dan diletakkan di atas permukaan cairan
Lumut-lumutan Parmelia sp dan Politrichum sp biasanya hidup lebih lebat pada bagian barat pohon
Lebih Lanjut kita akan membahasnya degan lebih rinci seperti dibawah ini :
S:
Size up the situation (Sadar akan situasi yang dihadapi)
Mengetahui karakteristik lingkungan dengan cara merasakan apa yang terjadi di sekitar
kita. Setiap medan mempunyai karakteristik masing-masing. Karakteristik tersebut
meliputi suara, kelerangan, kedalaman, suhu, tinggi dan lain-lain.
Mengetahui kondisi badan kita. Dalam kondisi survival sering kita dihadapkan dengan
tekanan baik berupa fisik atau mental. Periksa kondisi badan, jika terjadi luka beri
pertolongan pertama dan pertolongan lanjutan. Sebagai contoh, pada kondisi iklim
apapun harus banyak minum air untuk mencegah dehidrasi.
Mengetahui kondisi peralatan yang ada. Mengecek peralatan yang ada saat survival
sangat penting, terutama sisa logistik dan PPPK. Jika kita sudah mengetahui
karakteristik lingkungan, kondisi badan dan kondisi peralatan yang ada, maka kita siap
untuk membuat rencana survival.
U:
Undue haste make taste (Gunakan semua pikiran sehat kamu, jangan tergesa-gesa)
Kita tidak boleh melakukan tindakan tanpa dipikir dan direncakan terlebih dahulu.
Mempertimbangkan semua aspek mengenai situasi yang ada untuk mengambil
keputusan. Pada waktu survival, jangan tergesa-gesa karena peralatan bisa tertinggal
dan kita bisa mengalami disoriented, sehingga kita tidak mengetahui jalan mana yang
akan kita tempuh. Menggunakan pikiran sehat untuk mengevaluasi setiap tindakan dan
situasi yang berubah .
R:
Remember where you are (Ingat dimana kamu berada)
Ingat dimana kamu berada. Pengenalan akan daerah sekitar akan memberikan rasa
kenal yang berpengaruh terhadap rasa aman. Mengetahui posisi di peta dan posisi di
medan merupakan salah satu prinsip dasar yang harus diketahui.
Lebih meyakinkan jika ada orang lain untuk mengetahui posisi kita saat survival. Jika
kita sudah tahu di mana posisi kita, maka kita dapat membuat rencana kemana kita
akan bergerak untuk keluar dari kondisi yang sulit atau untuk mencari sumber mata air
dan pemukiman penduduk terdekat.
V:
Vaquish fear and panic (Kuasai dirimu dari rasa takut dan panik)
Musuh terbesar dalam kondisi survival adalah rasa takut dan panik. Jika hal tersebut
tidak terkendali, maka akan menghancurkan kemampuan kita untuk membuat rencana
dan mengambil keputusan yang tepat. Keyakinan diri dan latihan tentang survival yang
telah kita dapat, membantu kita untuk mengatasi rasa takut dan panik.
I:
Improvise (Improvisasi sesuatu yang ada di sekitar kita)
Pengalaman yang kurang memadai merupakan musuh dalam situasi survival. Belajar
untuk kreatif merancang alat yang bisa dipakai dalam survival, karena hal tersebut akan
membantu kita dalam kondisi yang sulit.
V:
Value living (Hargailah hidup)
Jika kita berhadapan dengan situasi survival yang penuh dengan tekanan, kita harus
mempunyai semangat untuk hidup, karena hal tersebut akan membantu kita keluar dari
kesulitan yang ada. Sikap putus asa akan menurunkan dan menjatuhkan mental dan
fisik kita untuk terus bertahan hidup.
A:
Act like the natives (Sesuaikan dirimu dengan lingkungan setempat)
Kita harus bertindak menurut lingkungan sekitar dan menghargai kehidupan lokal yang
kita temui. Kita bisa meniru pola hidup masyarakat lokal dan satwa yang kita temui. Kita
harus tahu apa yang mereka makan, cara mendapatkan makanan, dan cara mencari
air.
L:
Learn Basic Skill (Pelajari dasar-dasar keterampilan)
Tanpa keterampilan dan pengetahuan dasar tentang survival, maka kesempatan kita
untuk bertahan hidup sedikit. Belajar ketrampilan dan pengetahuan dasar dari
sekarang, jangan menunggu jika kita akan survival. Kita harus memahami tentang
medan yang akan dituju dan kita harus mempraktekkan keterampilan dan pengetahuan
dasar tersebut di medan yang akan kita tuju. Sebagai contoh, jika kita akan ke padang
pasir, kita harus mengetahui bagaimana cara mendapatkan air di padang pasir.
Psikologi Survival
Di alam terbuka, timbulnya kebutuhan survival adalah karena adanya usaha manusia
untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan- kesulitan tersebut antara lain:
Keadaan alam (cuaca dan medan)
Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
SAR adalah suatu pengerjaan dari personil dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong
dengan cara yang efektif dan efisien jiwa manusia dan sesuatu yang berharga, yang berada dalam
keadaan mengkhawatirkan.
Dari sudut pandang operasional SAR diaktifkan bila diterima informasi bahwa :
2. Tidak diaktifkan kembali operasi SAR bila korban atau sesuatu yang berharga yang berada dalam
keadaan bahaya dibebaskan dalam komposisi terawat atau beteul-betul aman, ketika tidak
memungkinkan lagi munculnya keadaan darurat, atau ketika tidak lagi diharapkan pertolongan.
Maka dari keseluruhan sistem SAR untuk mengatasi problem atau masalah SAR maka dapat
digambarkan secara menyeluruh, yaitu :
1. Dengan cepat dapat dimengerti oleh seseorang yang masih awam dalam bidang SAR.
2. Secara logika dapat dilaksanakan oleh pasukan operasi SAR selama dituntut adanya misi SAR.
1. Tahapan SAR
Untuk mempermudah misi SAR, suatu kegiatan operasional SAR dibagi ke dalam tahapan-tahapan,
yaitu sebagai berikut :
yaitu kekhawatiran bahwa keadaan darurat mungkin akan muncul, termasuk di dalamnya
penerimaan informasi keadaan darurat yang datang dari perseorangan atau organisasi atau
instansi pemerintahan.
1.2. Tahap Kesiapan (initial action stage)
yaitu aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang
lebih jelas, termasuk di dalamnya :
- Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan
mengharuskan.
yaitu gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke
lokasi semula, termasuk didalamnya :
- - Re-covery
13022016
Sebelum membahas tentang Manajemen Perjalanan Pendakian, sebaiknya kita sedikit melakukan
review terlebih dahulu tentang apa itu manajeman. Tidak sulit memang menemukan penjelasan
tentang manajemen di dunia maya. Sudah sangat bertebaran tulisan-tulisan yang membahas
tentang apa itu manajemen. Sedikit yang saya kutip adalah berikut ini. Pengertian manajemen
menurut George.R.Terry yang mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah suatu proses
atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke
arah tujuan-tujuan organisasional maksud yang nyata. Pengertian manajemen
menurut Encylopedia of the Social Science, mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah
suatu proses yang pelaksanaan tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Pengertian
manajemen menurut Mary Parker Follet, mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah
sebuah seni atau management is an art). Setiap pekerjaan mampu diselesaikan oleh orang lain.
Pengertian manajemen menurut James A.F Stoner, yang mengemukakan pendapatnya tentang
pengertian manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber
daya organisasi yang lain agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengertian
manajemen menurut Lawrence A. Appley adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui
usaha orang lain. Pengertian manajemen Wilson Bangun adalah rangkaian aktivitas-aktivitas yang
dikerjakan oleh anggota-anggota organisasi untuk mencapai tujuannya. Pengertian manajemen
menurut Koontz, mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah seni yang paling produktif
selalu didasarkan pada pemahaman terhadap ilmu yang mendasarinya.
Bisa kita simpulkan secara sederhana bahwa Manajemen adalah sebuah pengaturan proses untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, baik dilakukan sendiri maupun melibatkan orang lain
(Organisasi/Kerjasama). Jika proses yang hendak kita lakukan adalah perjalanan pendakian gunung,
maka Ilmu Manajemen yang kita gunakan bisa kita sebut dengan Manajemen Perjalanan
Pendakian. Sedangkan apa tujuan yang hendak dicapai? Dalam hal ini setiap pelaku pendakian bisa
memiliki tujuan yang berbeda. Bisa sekedar untuk sampai ke puncak, bisa sekedar untuk
menikmati perjalanan semampunya (tidak harus puncak), bisa juga dengan tambahan tujuan
skunder seperti hunting foto landscape, penelitian, dan lain-lain.
Lantas apa fungsi dari Manajemen Perjalanan Pendakian? Sesuai dengan maknanya, manajemen
yang berarti “pengaturan”, seharusnya dalam setiap aspek kehidupan kita memerlukan ilmu
manajemen untuk mengatur apa yang kita lakukan supaya bisa mencapai tujuan. Setiap orang
adalah manajer bagi dirinya sendiri. Fungsi kita melakukan pengaturan (managing) terhadap proses
perjalanan pendakian adalah untuk memastikan perjalanan pendakian kita berjalan dengan lancar,
cukup pembiayaan, cukup kebutuhan konsumsi selama pendakian, cukup kebutuhan peralatan
untuk menghadapi berbagai kondisi di lokasi, cukup kebugaran tubuh selama perjalanan hingga
selesai, cukup kebutuhan antisipasi untuk kondisi-kondisi terburuk (obat-obatan, komunikasi,
pengetahuan melepaskan diri dari kondisi buruk seperti survival, navigasi darat, PPGD, dll), cukup
untuk kebutuhan transportasi, cukup untuk urusan administrasi dan perijinan, serta hal-hal
lainnya.
Timbul suatu pertanyaan, kenapa kita harus memperhatikan manajemen perjalanan? Bukankah
kita sudah terbiasa mendaki gunung atau kita sudah beberapa kali mendaki gunung yang sama?
Meski kita sudah punya banyak pengalaman dan sudah lebih dari sekali mendaki di gunung yang
sama, tetapi faktor resiko tidak akan berubah. Resiko kecelakaan tidak akan memilih siapa yang
belum pengalaman dan siapa yang sudah pengalaman. Semakin kita memperhatikan dan
menjalankan manajemen perjalanan dengan benar, setidaknya kita telah mengurangi faktor resiko
subyektif dari setiap perjalanan di alam bebas.
Dalam tulisan ini saya mencoba membagi tahapan manajemen perjalanan menjadi 3 tahapan. Yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tiga tahapan tersebut bersifat umum.
Berikutnya saya akan coba membedahnya satu persatu.
Tahap persiapan
Dalam tahap persiapan tentunya kita harus memikirkan sejak awal mengenai perjalanan pendakian
yang akan kita lakukan. Langkah yang pertama adalah penentuan tujuan. Tujuan di sini saya
membaginya menjadi dua, yaitu tujuan umum (general goal) dan tujuan khusus (specific
goal). Tujuan umum adalah tujuan perjalanan kita akan kemana. Contohnya ke Gunung Gede.
Sedangkan tujuan khusus bisa juga mengenai isi perjalanan tersebut. Misalnya kita mendaki ke
Gunung Gede hanya untuk refreshing. Berarti tujuan khusus pendakian Gunung Gede kali ini
adalah untuk refreshing. Jangan dilupakan, ketika kita sudah memiliki tujuan, kita juga harus
memikirkan tujuan cadangan. Gunanya adalah jika tujuan yang pertama tidak bisa dilakukan
dengan berbagai alasan. Selesai kita menentukan tujuan pendakian langkah berikutnya adalah
memikirkan lama waktu perjalanan (misalnya 3 hari 2 malam). Selanjutnya kita harus
menginventarisir segala kebutuhan untuk perjalanan pendakian kali ini. Beberapa diantaranya
adalah : Team (personil yang melakukan perjalanan, pembagian tugas, personil tambahan seperti
porter atau pemandu), Peralatan (kebutuhan peralatan untuk pendakian), Logistik atau konsumsi
(berapa keseluruhan kebutuhan konsumsi selama perjalanan pendakian), Obat-obatan, kebutuhan
keamanan dan keselamatan serta kebutuhan darurat (perhitungkan resiko-resiko yang
kemungkinan terjadi dan persiapkan pencegahannya), Administrasi (Apa saja yang dibutuhkan
untuk proses administrasi dan perijinan), Transportasi (Bagaimana cara menjangkau lokasi, apakah
menggunakan transportasi umum atau pribadi), Pembiayaan (dari keseluruhan kebutuhan yang
telah terdata harus diperhitungkan seluruh kebutuhan anggarannya dan bagaimana cara
memenuhinya, apakah dengan sponsor atau dengan biaya pribadi).
Sebelum memulai perjalanan, kita harus mempersiapkan segala kebutuhan peralatan dan
konsumsi. Kebutuhan peralatan harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan lama
perjalanan. Tidak semua tempat membutuhkan jenis peralatan yang sama. Oleh karena itu
informasi tentang lokasi pendakian se-detail-detailnya harus kita miliki supaya kita bisa
menentukan peralatan yang cocok dan efisien sesuai dengan kebutuhan pendakian. Kebutuhan
peralatan juga harus disesuaikan dengan jumlah personil. Contohnya adalah tenda, jangan sampai
kebutuhan tenda kurang dari total kapasitas personil, karena itu sangat beresiko jika terjadi cuaca
buruk. Perlengkapan-perlengkapan lainnya juga harus lengkap sesuai fungsinya, seperti peralatan
camp, peralatan masak, peralatan istirahat, peralatan perjalanan, peralatan keamanan dan
keselamatan, survival kit, dan lain-lain. Dalam manajemen peralatan, kemampuan packing sangat
mutlak harus dikuasai supaya seluruh peralatan bisa di angkut dengan efisien.
Untuk manajemen konsumsi juga harus benar-benar dipikirkan dan dilakukan supaya kebutuhan
makanan dan minuman bisa mencukupi untuk seluruh personil selama perjalanan hingga selesai.
Ada cara sederhana untuk melatih diri melakukan manajemen konsumsi. Caranya adalah dengan
memisahkan dan mengemas bahan makanan sesuai dengan waktu makan dan diberi label.
Contohnya untuk perjalanan pendakian selama 2 hari 1 malam, maka jam makan kita adalah 6 kali
makan. Untuk kebutuhan 6 kali makan, maka kita bisa memisahkan bahan makanan yang kita bawa
menjadi 8 bagian. Kenapa 8 bagian, bukan 6 bagian? Kan kebutuhan makan kita hanya 6 kali.
Jawabannya adalah 2 bagian untuk cadangan dan antisipasi jika perjalanan kita ternyata lebih lama
karena beberapa kendala. Kemudian kemaslah setiap bagian tersebut dan beri label misalnya H1P
(artinya hari pertama pagi), H1S (hari pertama siang) dan seterusnya. Untuk logistik cadangan sama
sekali tidak boleh dibuka sampai benar-benar dibutuhkan atau perjalanan sudah selesai. Belajarlah
disiplin!. Cara di atas bisa kita lakukan untuk melatih manajemen logistik. Tetapi jika kita sudah
terbiasa mengatur dengan benar, maka cara tersebut tidaklah diperlukan. Selain pengaturan bahan
makanan, jangan lupa juga untuk mengatur kebutuhan air karena air merupakan kebutuhan dasar
mahluk hidup. Dalam perjalanan pendakian kita harus selalu mencari informasi mengenai lokasi-
lokasi sumber air terdekat dengan jalur pendakian. Jika ternyata sepanjang jalur pendakian tidak
ada mata air, maka seluruh kebutuhan air harus kita bawa dari bawah. Sesuaikan kebutuhan air
dengan jumlah personil dan lama perjalanan. Harus dipisahkan pula kebutuhan untuk minum, baik
selama perjalanan maupun selam di camp dan untuk memasak serta kebutuhan lainnya. Usahakan
se-efisien mungkin dalam penggunaan air. Contohnya untuk kebutuhan yang sementara bisa
digantikan dengan selain air, maka sebaiknya jangan menggunakan air, seperti kebutuhan buang
air untuk membersihkan bisa kita ganti dengan tissue.
Manajemen Transportasi
Melakukan perjalanan pendakian di lokasi yang berbeda dengan tempat kita tinggal maka
kebutuhan transportasi harus dipikirkan. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain faktor
keselamatan, faktor jarak tempuh, faktor waktu tempuh, faktor biaya. Jika seluruh faktor
transportasi sudah kita ketahui, maka kita bisa menentukan jenis transportasi apa yang akan kita
gunakan. Jangan sampai hanya menginginkan biaya se-minim mungkin, kita mengabaikan faktor
keselamatan
Sebelum memulai perjalanan, kita harus bisa menghitung estimasi biaya yang dibutuhkan. Seluruh
kebutuhan yang terdata harus terdata pula kebutuhan biayanya, peralatan, konsumsi, transportasi,
perijinan dan biaya-biaya lainnya. Hitung seluruh kebutuhan yang ada dan tentukan estimasi
biayanya. Selanjutnya mulai dipikirkan untuk memenuhi biaya tersebut. Apakah cukup hanya
dengan uang pribadi setiap personil (patungan) atau akan mencoba mencari sponsor untuk
membiayai perjalanan kita. Dalam mengatur pembiayaan kita juga harus jeli dan efisien. Pisahkan
dahulu uang yang ada sesuai kebutuhannya dan keluarkan sesuai dengan kebutuhannya. Jangan
sampai kita menggunakan uang tidak sesuai dengan seharusnya. Untuk manajemen administrasi di
sini maksudnya adalah untuk merencanakan bagaimana proses perijinan dan administrasi di
tempat yang akan kita datangi. Lagi-lagi proses pengumpulan informasi di sini sangatlah penting.
Karena tidak semua tempat memiliki prosedur yang sama. Sebagai pendatang kita harus mematuhi
peraturan dan prosedur yang berlaku di tempat yang akan kita datangi.
Tahap Pelaksanaan
Dalam manajemen perjalanan pendakian, tahap pelaksanaan hanya dilakukan jika tahap persiapan
sudah selesai dan beres. Jika masih terlalu banyak persipan yang kurang maka sebaiknya tunda
dahulu perjalanan kita supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Tahap pelaksanaan adalah
wujud dari realisasi tahap perencanan. Segala yang sudah kita rencanakan secara matang kita
laksanakan sesuai dengan prosedur yang kita buat. Ingat, dalam pelaksanaan perjalanan, jangan
sekalipun melanggar apa yang sudah kita rencanakan. Kita bisa mebuat aturan untuk diri kita
sendiri, belajar disiplin dari diri kita sendiri. Lakukan perjalanan hanya sesuai dengan apa yang
sudah direncanakan. Kecuali jika kondisi alam di lapangan menuntut yang berbeda. Misalnya
perbedaan kondisi secara mendadak. Akan tetapi, hal-hal tersebut seharusnya sudah ada dalam
antisipasi ketika kita melakukan persiapan perjalanan. Salah satu fungsi persiapan adalah untuk
membuat prediksi-prediksi perubahan kondisi dimana kita harus membuat rencana cadangan
untuk menghadapinya. Jika kita melakukan perjalanan yang sudah terencana dengan baik dan
disiplin sesuai dengan perencanaan, maka tujuan perjalanan kita akan dengan mudah kita capai.
Setidaknya kita sudah sangat meminimalisir resiko subyektif.
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan ketika perjalanan sudah selesai. Kenapa harus ada evaluasi? Evaluasi
sifatnya sangat penting karena bisa digunakan untuk mengetahui segala kendala yang terjadi
selama perjalanan dan digunakan untuk antisipasi pada perjalanan berikutnya. Dalam setiap
aktifitas seharusnya ada pembelajaran. Pembelajaran bermanfaat untuk proses pendewasaan diri
dan untuk memperbaiki aktifitas-aktifitas kita selanjutnya. Begitu pula dengan perjalanan
pendakian.
Manajemen logistik atau kalori adalah sebuah upaya bagi kita (pendaki) untuk mencari bahan-
bahan makanan (yg akan dibawa dlm mendaki) dengan beberapa pertimbangan (dari segi nutrisi,
kalori, dan ukuran Pack) agar efisien, ekonomis, dan tidak terlalu berat serta tidak menghabiskan
banyak tempat pd carrier yang kita bawa.
Dari pengalaman, ada beberapa sebab tas kita terasa berat saat kita bawa :
1. Barang bawaan yang berlebihan
2. Packing kita yang salah
3. Kita yang sudah lelah
4. Atau memang tas kita yang jelek
Poin ke satu dari empat pilihan diatas adalah yang akan kita bahas dalam posting kali ini,
Bagaimana cara kita meminimalisasi barang bawaan kita untuk memperingan tas keril. Dengan
catatan, tidak untuk dikurangi, tetapi di-substitusi dengan list lain yang bisa lebih ringan, efisien,
compact dan ekonomis. Terutama dari segi Logistik alias stok makanan.
Logistik adalah sesuatu yang vital untuk setiap pendakian ataupun ekspedisi. Kalau seandainya
manusia, logistik adalah alat vitalnya, yang sangat mendukung untuk kelanjutan perjalanan dan
perkembangbiakan. Suskes tidaknya pendakian kita, logistik pulalah yang menjadi kunci
keberhasilannya. Kalau seumpama stok logistik kita habis ditengah perjalanan, sangat tidak
mungkin untuk memakasakan diri meneruskan perjalanan hingga puncak. Kalaupun dipaksakan
itupun sangat beresiko.
Kadang sekalipun sudah makan, perut rasanya masih lapar, serasa tidak ada energi untuk
meneruskan perjalanan sampai camp berikutnya. Apalagi ditambah dengan cuaca yang sedang
tidak bersahabat, medan yang extrim dan trek yang licin. Semakin membuat nyali kita ciut untuk
meneruskan perjalanan, bahkan tak jarang ada juga yang memilih turun. Adakah yang salah?.
makan sudah, ngopi juga sudah, stok juga mencukupi tetapi rasanya sangat tidak cukup untuk
men-support aktivitas perjalanan kita.
“Itulah yang terjadi apabila kita kurang memahami kesinambungan antara kandungan Kalori dalam
makanan kita dengan kebutuhan aktivitas sehari-hari kita.” kurangnya tenaga dan lemasnya tubuh
salah satu dampaknya, sebab apa yang kita makan tidak cukup untuk dibakar menjadi energi untuk
mengimbangi aktivits kita. Tidak tergantung dari porsi dan kuantitasnya, melainkan kualitas
makanan kita.
Idealnya, Jumlah kalori yang dibutuhkan untuk setiap perjalanan seorang pendaki gunung
tergantung pada :
1. Ukuran dan berat badan seseorang.
2. Metabolisme individu.
3. Lamanya perjalanan.
4. Cuaca/suhu.
5. Jenis aktifitas yang telah direncanakan sebelumnya.
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam
merencanakan perbekalan makanan/minuman yang akan dibawa :
1. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
3. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan ba
4. Ringan, dan mudah didapat.
5. Murah.