Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vesikolithiasis atau batu kandung kemih merupakan batu yang tidak
normal yang terpadat pada kandung kemih. Vesikolitiasis merupakan batu
yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih,
maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes
disertai dengan rasa nyeri luar biasa yang mejalar ke paha, abdomen dan
daerah genital.
Kasus batu kandung kemih pada orang dewasa di Negara barat sekitar
5% dan terutama diderita oleh pria, sedangkan pada anak-anak insidensinya
sekitar 2-3%.  Beberapa faktor risiko terjadinya batu kandung kemih :
obstruksi infravesika, neurogenic bladder, infeksi saluran kemih (urea-
splitting bacteria), adanya benda asing, divertikel kandung kemih.
Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan
adanya beberapa daerah yang termasuk daerah stone belt dan masih
banyaknya kasus batu endemik yang disebabkan diet rendah protein, tinggi
karbohidrat dan dehidrasi kronik.
Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari : batu
infeksi (struvit), ammonium asam urat dan kalsium oksalat.
Batu kandung kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada
penderita dengan gejala obstruktif dan iritatif saat berkemih. Tidak jarang
penderita datang dengan keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan
buang air kecil berhenti tiba-tiba.
Cara penangan untuk mengeluarkan batu dari kandung kemih adalah
melalui tindakan operasi. Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi
sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa
klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan
dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar
dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari
efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan
benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung,

1
paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-
benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.
Vesikolithotomi adalah alternatif untuk membuka dan mengambil batu
yang ada di kandung kemih, sehingga pasien tersebut tidak mengalami
ganguan pada aliran perkemihannya.
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan asuhan kepada klien
dengan vesikolithiosis baik pre, intra maupun post operasi vesikolithotomi.
Perawat juga berperan dalam memberikan penyuluhan tentang pencegahan
terjadinya komplikasi pasca operasi dan berulangnya penyakit vesikolithiosis.
Hal yang harus diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan
pemeliharaan kesehatan seperti berobat ke dokter, minum obat secara teratur
dan menghindari penyakit infeksi yang menjadi salah satu penyebab
timbulnya vesikolithiasis berulang..

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Keperawatan Perioperatif: Vesikolitotomi pada
pasien Vesikolithiasis.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian Keperawatan Perioperatif:
Vesikolitotomi pada pasien Vesikolithiasis.
b. Dapat membuat diagnosa Keperawatan Perioperatif: Vesikolitotomi
pada pasien Vesikolithiasis.
c. Dapat membuat perencanaan Keperawatan Perioperatif:
Vesikolitotomi pada pasien Vesikolithiasis.
d. Dapat melakukan implementasi Keperawatan Perioperatif:
Vesikolitotomi pada pasien Vesikolithiasis.
e. Dapat melakukan evaluasi Keperawatan Perioperatif: Vesikolitotomi
pada pasien Vesikolithiasis.
f. Dapat memahami tentang Vesikolithiasis dan pembedahan
Vesikolitotomi.

2
C. Manfaat Penulisan
Dalam penyusunan makalah  ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1. Berfungsi sebagai salah satu sumber informasi bagi pelajar dan atau
mahasiswa yang ingin memperdalam wawasan tentang asuhan
keperawatan perioperatif : Vesokolitotomi pada klien Vesikolitiasis.
2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang asuhan keperawatan
perioperatif : Vesokolitotomi pada klien Vesikolitiasis.
3. Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam upaya lebih meningkatkan
pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.

D. Batasan Penulisan
Fokus kami dalam penyusunan makalah ini adalah konsep dasar penyakit
Vesikolithiasis dan asuhan keperawatan pembedahan sistem perkemihan :
vesikolitotomi.

E. Metode Penulisan
Makalah ini disusun melalui studi kepustakaan dengan pengumpulan data dari
berbagai sumber.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Untuk menghasilkan makalah yang baik, maka
pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Agar penulisannya lebih
terarah dan lebih mudah untuk dipahami, maka diperlukan adanya sistematika
penulisan yang teratur. Secara sistematis, penulis menempatkan materi
pembahasan keseluruhannya kedalam 3 bab yang terperinci sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Teori
BAB III : Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
BAB IV : Merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara
tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai rasa nyeri (Effendi, 2010)
Batu kandung kemih adalah suatu kondisi terdapatnya batu di dalam
kandung kemih (Muttaqin dan Sari, 2011: 202).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria atau terdapat benda
asing di kandung kemih, sering terjadi pada klien yang menderita gangguan
miksi (Purnomo, 2012: 100).
Jadi, Vesikolithiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu yang tidak
normal pada kandung kemih yang menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, sehingga aliran yang mula-mula lancar
secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes.

B. Fisiologi
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme
terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbang¬an
garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
Urin terbentuk di nefron. Proses pembentukan urin dimulai ketika darah
mengalir lewat glomerulus. Ketika darah berjalan melewati sruktur ini, filtrasi
terjadi. Air, elektrolit dan molekul kecil akan dibiarkan lewat, sementara
molekul besar (protein, sel darah merah dan putih, trombosit) akan tetap
tertahan dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler
glomerulus dan memasuki tubulus, cairan ini disebut “filtrat”. Di dalam
tubulus ini sebagian substansi secara selektif diabsorpsi ulang ke dalam
darah,sebagian lagi disekresikan dari darah ke dalam filtrate yang mengalir

4
disepanjang tubulus. Filtrat ini akan dipekatkan dalam tubulus distal serta
duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang akan mencapai pelvis
ginjal. Kemudian urin yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut
dari ginjal melalui ureter ke dalam kandung kemih (tempat sementara urin
disimpan). Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan urin akan
diekskresikan dari tubuh lewat uretra.

C. Etiologi
Menurut Mansjoer, dkk (2007: 490) Faktor- faktor yang mempengaruhi
batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I
(lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu.

5
6. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak
dijumpai predisposisi metabolik).
7. Batu Asam Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
8. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.
9. Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
- 75 % kalsium.
- 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium,Amonium,Fosfat).
- 6 % batu asam urat.
- 1-2 % sistin (cystine).

D. Patofisiologi
Kebanyakan kalkuli vesikalis terbentuk di dalam kandung kemih,
tetapi beberapa awalnya mungkin telah terbentuk di dalam ginjal, kemudian
menuju ke dalam kandung kemih, di mana dengan adanya pengendapan
tambahan akan menyebabkan tumbuhnya batu kristal. Pada pria yang lebih
tua, batu kandung kemih terdiri atas asam urat. Batu jenis ini merupakan
batu yang paling mungkin terbentuk di kandung kemih. Batu yang terdiri atas
kalsium oksalat biasanya awalnya terbentuk di ginjal. Jenis umum dari
sebagian besar batu vesikalis pada orang dewasa terdiri atas asam urat
(>50%). Pada kondisi yang lebih jarang, batu kandung kemih terdiri atas
kalsium oksalat, kalsium fosfat, ammonium urat, sistein, atau magnesium
ammonium fosfat (bila dikaitkan dengan infeksi).(Muttaqin dan Sari, 2011: 3).

6
E. Manifestasi klinik
Berbagai manifestasi akan muncul sesuai dengan derajat penyumbatan
tersebut.
1. Nyeri Kandung kemih
Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan gelombang nyeri
luar biasa, akut, dan kolik. Terjadi secara akut pada abdomen bawah dan
disertai nyeri tekan suprapubik, Terjadi karena obstruksi yang
meningkatkan tekanan hidrostaltik ketika batu menghambat dari saluran
urine,
2. Nyeri miksi
Nyeri pada saat miksi antara lain nyeri ketika mengejan (tenesmus), dan
nyeri pada akhir berkemih (disuria terminal). seringkali dirasakan
(refered pain) yang menyebar pada pada daerah genetalia yaitu ujung
penis, skrotum, perineum hingga ke pinggang, abdomen sampai ke kaki.
3. Gejala gastrointestinal
Mual,dan muntah, dapat terjadi apabila mengalami episode kolik renal
serta diare, demam, dan perasaan tidak nyaman di abdominal terjadi
akibat reflex dan proksimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas, dan
usus besar.
4. Klien sering merasa ingin BAK, frekuensi berkemih lebih dari normal
(polakisuria) namun hanya sedikit urine yang keluar , dan biasanya
mengandung darah (hematuria) akibat aksi abrasi batu, gejala ini
disebabkan kolik ureter.
Adanya batu pada kandung kemih memberikan manifestasi pada
berbagai masalah keperawatan (Muttaqin dan Sari, 2011: 3).

F. Komplikasi
Komplikasi menurut Haryono (2013: 61) adalah jika keberadaan batu
dibiarkan maka dapat menjadi sarang kuman yang bisa menimbulkan infeksi
saluran kemih, pielonefritis, yang akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul
gagal ginjal dengan segala akibat terparahnya.

7
1. Hidronefrosis.
2. Pielonefrosis.
3. Uremia.
4. Gagal ginjal akut sampai kronis
5. Obstruksi pada kandung kamih
6. Perforasi pada kandung kemih
7. Hematuria atau kencing darah
8. Nyeri pingang kronis
9. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu

G. Penatalaksanaan Medis Pembedahan Vesikolitotomi


1. Pengertian Pembedahan Vesikolitotomi
Vesikolitotomi adalah tindakan medis untuk membuka dan
mengambil batu yang ada dikandung kemih, sehingga pasien tersebut tidak
mengalami gangguan pada aliran perkemihannya (Franzoni D.F dan Decter
R.M,2015).

2. Tujuan Pembedahan Vesikolitotomi


Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi
infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu

3. Indikasi Pembedahan Vesikolitotomi


Penderita batu kandung kemih dengan ukuran batu berukuran lebih
dari 2.5 cm pada orang dewasa dan semua ukuran pada anak-anak

4. Kontraindikasi Pembedahan Vesikolitotomi


Obstruksi Prostat, Striktura Urethra.

5. Komplikasi Pembedahan Vesikolitotomi


Perdarahan, infeksi luka operasi, fistel.

8
H. Fase Pre Operatif pada Vesikolitotomi
Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi
bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi.

Persiapan Pembedahan Vesikolitotomi


1. Persiapan di bangsal
a. Persiapan Klien
1) Persiapan Fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi antara lain :
a) Status kesehatan fisik secara umum.
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain
status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,
dan lain-lain.
b) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan.
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal. Kecuali pada kasus-kasus
yang mengancam jiwa.

9
d) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien
dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon
dengan tindakan enema/lavement
e) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan. Daerah
yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi. Pada Bedah vesikolitotomi pencukuran pada
daerah sekitar alat kelamin (pubis).
f) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
g) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
h) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal
ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir
pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum
operasi antara lain : Latihan nafas dalam, Latihan batuk efektif, dan
latihan gerak sendi.
2) Inform Consent
Hal yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab
dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent (surat pernyataan persetujuan
dilakukan tindakan medis pembedahan dan anastesi).

10
3) Persiapan 1 malam sebelum operasi
a. Puasa dan pembatasan makan dan minum.
b. Pemberian enema jika perlu.
c. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.
d. Jika klien menerima anastesi umum tidak boleh makan dan minum
selama 8 – 10 jam sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang
gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi sebelum operasi
untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.
4) Persiapan untuk anastesi
Ahli anastesi selalu berkunjung pada pasien pada malam sebelum
operasi untuk melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan
neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe anastesi yang akan
digunakan selama operasi.
5) Meningkatkan istirahat dan tidur

2. Persiapan perawat di ruang perawatan


Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum
obat-obatan pre operasi (Muttaqin dan Sari, 2011) :
a. Mencatat tanda-tanda vital
b. Cek gelang identitas klien
c. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik
d. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus
e. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir
f. Anjurkan klien untuk buang air kecil
g. Perawatan mulut jika perlu
h. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala
i. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia

3. Pemeriksaan Diagnostik (Muttaqin dan Sari, 2011: 204).


a. Laboratorium
b. USG
c. Foto Polos Abdomen

11
d. Intravena Pyelography (IVP).
e. CT Scan
f. Sistoskopi
4. Persiapan di ruang pra bedah (ruang sementara)
Perawat melakukan pengkajian ringkas mengenai kondisi fisik pasien
dan kelengkapan yang berhubungan dengan pembedahan. Diagnose
keperawatan individu bagaimana bergantung pada pengkajian keperawatan.
Tinjau rekam medik untuk merencanakan kebutuhan pasien yang spesifik
dalam hubungannya dengan pendekatan bedah yang direncanakan, posisi
pasien, kebutuhan peralatan dan perlengkapan khusus, tindakan pendahuluan
(jalur kateter IV, cukur dan lain lain).
Pengkajian ringkas oleh perawat adalah sebagai berikut (Muttaqin
Ariff.2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika :
a. Validasi: perawat melakukan konfirmasi kebenaran identitas pasien
sebagai data dasar untuk mencocokkan prosedur jenis pembedahan yang
akan dilakukan.
b. Kelengkapan administrasi: status rekam medik, data-data penunjang
(laboratorium, radiologi, hasil CT-scan, serta nomor serial tengkorak harus
tersedia) dan kelengkapan informed consent.
c. Kelengkapan alat dan sarana: sarana pembedahan seperti benang, cairan
intravena, dan obat antibiotik profilaksis sesuai dengan kebijakan institusi.
d. Pemeriksaan fisik: terutama tanda-tanda vital dan neurovaskular
(parestesia, kesemutan, paralissi) serta pencukuran rambut pada bagian
genital.
e. Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan.

I. Fase Intra Operatif pada Vesikolitotomi


Fase Intraoperatif dimulai Dimulai ketika pasien masuk ke bagian
atau ruang bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang infus, memberikan
medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien

12
(Muttaqin Ariff.2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta:
Salemba Medika.
Peran Perawat Pada Fase Intra Operatif
a. Pemeliharaan Keselamatan (Safety Management)
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi
pasien selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk
jaminan keamanan diantaranya adalah :
1) Atur Posisi Pasien
2) Kesejajaran Fungsional
3) Pemajanan Area Pembedahan
4) Mempertahankan Posisi Sepanjang Prosedur Operasi
5) Memasang Alat Grounding ke Pasien
6) Memberikan Dukungan Fisik
7) Memastikan Bahwa Jumlah Spongs, Jarum Dan Instrumen Tepat.
b. Pematauan Fisiologis
1) Memperhitungkan Efek Dari Hilangnya Atau Masuknya Cairan
Secara Berlebihan Pada Pasien
2) Membedakan Data Kardiopumonal Yang Normal Dengan Yang
Abnormal
3) Melaporkan Perubahan-Perubahan Pada Nadi, Pernafasan, Suhu
Tubuh Dan Tekanan Darah Pasien.
c. Dukungan Psikologis (Sebelum Induksi Dan Jika Pasien Sadar)
dukungan psikologis yang dilakukan oleh perawat pada pasien antara
lain :
1. Memberikan Dukungan Emosional Pada Pasien
2. Berdiri Dekat Dan Menyentuh Pasien Selama Prosedur Dan Induksi.
3. Terus Mengkaji Status Emosional Pasien
4. Mengkomunikasikan Status Emosional Pasien ke Anggota Tim
Perawatan Kesehatan Lain yang Sesuai.
d. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
1) Memberikan Keselamatan untuk Pasien
2) Mempertahankan Lingkungan Aseptik dan terkontrol

13
3) Secara efektif mengelola sumber daya manusia.

1. Persiapan instrumentasi
1) Alat Tidak Steril
a. Mesin anastesi dan obat – obatan
b. Meja operasi
c. Lampu operasi
d. Mesin couter
e. Mesin suction + arde ( ground )
f. Meja instrument
g. Meja mayo
h. Troli Waskom
i. Tempat sampah
j. Safety box

2) Alat-alat Steril
a. Meja instrument steril
1) Skort : 4 buah
2) Handuk kecil : 4 buah
3) Duk besar : 2 buah
4) Duk sedang : 2 buah
5) Duk kecil : 2 buah
6) Sarung meja mayo : 1 buah
7) Duk tapal kuda : 1 buah
8) Bengkok : 2 buah
9) Cucing : 2 buah
10) Hand piece couter : 1 buah
11) Selang suction : 1 buah
b. Meja mayo
1) Desinfeksi klem : 1 buah
2) Duk klem : 5 buah
3) Pinset cirurgis : 2 buah

14
4) Pinset anatomis : 2 buah
5) Hanvat mess no 03/07: 1 / 1
6) Pean bengkok sedang : 2 buah
7) Kocher : 2 buah
8) Spreader : 1 buah
9) Haak tajam : 2 buah
10) Mousquito : 2 buah
11) Gunting benang : 1 buah
12) Gunting metzembum : 1 buah
13) Gunting mayo : 1 buah
14) Nald voeder : 2 buah
15) Langeebeck : 2 buah
16) Allis klem : 2 buah
17) O haak : 1 buah
18) Stone tang : 1 buah
c. Bahan habis pakai
1) Paragon mess 10 / 11 : 1 / 1
2) Handscoon : 5 pasang
3) Spuit 3/10/50 cc : 1/1/1
4) Folley cateter no 16 : 1 buah
5) Urobag : 1 buah
6) Radon darin No 14 : 1 buah
7) Sufratule : 1 buah
8) Plain 2.0/3.0 : 1/1
9) Vycril : 1/1
10) Ns 0,9 % : 1000 ml
11) WFi : 50 cc
12) Kassa : 20
13) Deppers :5/5
14) Iodine providone : 100 cc
15) Hypapic : 5x10 cm
16) Stapler : 10

15
17) Silk 2.0 : 1 buah
18) Jarum round / cutting : 1/1

2. Prosedur Pembedahan Vesikolitotomi


Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai
posedur. Prossedur pemberian anastesi, pengaturan posisi bedah,
manajemen asepsis, dan prosedur bedah vesikolitotomi akan
memberikan implikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul.
Prosedur Pembedahan Vesikolitotomi antara lain (Muttaqin Ariff.2009.
Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika. :
1. Sign in (di hadiri seluruh tim operasi sebelum induksi )
a. Indentifikasi identitas, area operasi, tindakan operasi dan lembar
persetujuan.
b. Indetifikasi area operasi ( lateralisasi ).
c. Identifikasi mesin anastesi , pulse oksimeter dan obat obatan
anastesi.
d. Identifikasi riwayat alergi pasien.
e. Identifikasi resiko aspirasi dan kehilangan darah.
2. Posisikan pasien supine.
3. Anastesi melakuan pembiusan, pasang arde pada kaki pasien.
4. Perawat sirkular mencuci area operasi dengan sabun dan langsung
di keringkan.
5. Operator, perawat intrument, dan asisten operator melakukan cuci
tangan dengan air mengalir, hibiscrub, dan sikat selama 3-5 menit
6. Perawat instrument melakukan surgical scrubing, gowning,
gloving, dan membantu operator serta asisten untuk gowning dan
gloving.
7. Perawat Sirkuler membuka pembungkus intrumen dan tidak
menyentuh bagian yang steril dan diterima oleh perawat
instrument.
8. Menyiapkan betadin 10 % dan alkohol 7 % didalam kom di bantu
perawat sirkuler.

16
9. Operator melakukan desinfeksi area operasi berikan desinfeksi
klem dan kom berisi 3 deppers dan povidon iodine.
10. Operator dan asisten melakukan drapping, berikan duk besar untuk
bawah dan atas, duk sedang untuk samping kanan dan kiri berikan
duk klem untuk fiksasi keempat sisinya, berian duk kecil untu
bagian bawah, terakhir berikan duk tapal kuda.
11. Dekatkan meja mayo, meja instrument dan troli waskom ke meja
operasi, pasang suction, hand couter fiksasi dengan kasa + duk
klem.
20. Time out ( sebelum insisi )
21. Konfirmasi tim operasi, identitas pasien,dan antibiotic profilaksis
pasien.
22. Antisipasi kejadian kritis :
a. Operator
b. Anastesi
c. Instrument ( jumlah kassa, jarum dan alat )
d. Radiologi
23. Berdoa dipimpin oleh operator.
24. Berikan kassa basah kemudian kassa kering kepada operator untuk
membersihkan area operasi dari cairan desinfeksi.
25. Berikan pinset cirurgis dan kom berisi cairan desinfeksi untuk
melakukan marking pada area yang akan dioperasi.
26. Operator mulai melakukan insisi median, berikan hv mess no 3
dengan mess no 10 untuk insisi kulit sampai lemak, berikan kassa
kering dan mousquito kepada asisten untuk melakukan perawatan
perdarahan degan couter ( coagulan ).
27. Berikan couter serta dobel haak tajam untu melanjutkan insisi fasia
sampai otot. Untuk insisi fasia bias menggunakan mess no 10
dengan sedikit insisi kemudian berikan kocher untuk memegang
fasia kemudian berikan gunting mayo untuk memperlebar insisi
fasia.

17
28. Setelah fasia terbuka berikan langenback untuk memperlebar
lapang operasi.
29. Setelah terlihat otot berikan steeldeppers yang dijepitkan pada
koker untuk menyisihkan otot dan peritoneum yang melekat pada
kandung kemih.
30. Setelah terlihat dinding kandung kemih berikan spuit 3 cc untuk
aspirasi urine.
31. Setelah aspirasi positif dan didapatkan urine, persiapan untuk insisi
pada buli.
32. Berikan needle holder + benang plain 2.0 untuk tegle pada buli
33. Berikan Hv No 7 dengan mess No 11 serta doble pinset anatomis
untuk insisi pada buli.
34. Berikan gunting metzembaum untuk memperlebar insisi buli
kearah distal dan proksimal.
35. Berikan double allice untuk memegang jaringan buli yang terinsisi.
36. Setelah buli terbuka berikan stonetange pada operator untuk
indentifikasi batu dan mengangkat batu, setelah batu keluar batu
diletakkan pada bengkok berisi cairan Ns 0,9 %.
37. Berikan cateter No 16 kepada asisten serta spuit 10 cc berisi WFi,
pasang kateter dan kunci dengan catatan penguncian sedikit dahulu
yaitu 3 cc.
38. Berikan spuit 50 cc berisi cairan Ns 0,9% untuk melakukan
spooling pada buli lewat kateter, spooling berkisar antara 50 cc –
200 cc dan suction.
39. Berikan needle holder + pinset anatomis beserta benang plain No
3.0 untuk menutup buli pada lapisan tunikasubmukosa dan lapisan
mukosa ( bagian dalam ).
40. Berikan benang vycril No 3.0 untuk menjahit tunika muskularis
dan lapisan peritoneum pada dinding kandung kemih.
41. Lakukan pengisian kandung kemih dengan spuit 50 cc dengan
cairan Ns 0.9% sebanyak 50 -100 cc lewat kateter untuk mengetes

18
kebocoran pada jahitan, bila tidak ada kebocoran tambah kunci
kateter sampai 10 cc.
42. Berikan cucing berisi Ns 0,9 % untuk melakukan cuci area dan
suction, berikan steel deppers pada operator untuk cek pendarahan.
43. Berikan redon drain No 14 fiksasi dengan silk 2.0 dengan jarum
cutting.
44. Sign out ( dilakukan sebelum menutup fasia )
45. Perawat sirkuler mengkonfirmasi jenis tindakan dan bahan
specimen ( bila ada ) kepada operator.
46. Perawat instrument mengkonfirmasi penggunaan jumlah kassa,
alat, dan jarum.
47. Berikan needle holder serta pinset cirurgis dengan benang vycril no
1 untuk menutup / menjahit fasia dan otot.
48. Berikan plain 2.0 untuk menjahit lemak.
49. Berikan stapler dan pinset cirurgis untuk menyatukan kulit.
50. Setelah proses penjahitan selesai berikan kassa basah untuk
membersihkan area operasi kemudian dikeringkan dengan kassa
kering, tutup dengan sufratule, kassa kering, kemudian hypapic.
51. Alat – alat dibersihkan, pasien dirapihkan.
52. Perawat instrument menginventarisasi alat – alat dan bahan – bahan
habis pakai, kemudian mencuci alat – alat dan menata instrument
pada instrument set, serta merapihkan kembali ruangan.
(Muttaqin Ariff.2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta:
Salemba Medika.
J. Fase Post Operatif pada Vesikolitotomi
Asuhan yang diberikan pada pasien dari kamar operasi dan diruang
pulih sadar sampai kesadaran pasien optimal.
Fokus Pengkajian dan intervensi pascabedah vesikolitotomi diruang
pulih sadar adalah selalu memperhatikan status respirasi, status
hemodinamik, dan penurunan risiko hipotermi. Peran perawat dalam Fase
Postoperatif adalah :
1. Mempertahankan jalan nafas

19
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
3. Mempertahakan sirkulasi darah
4. Mengobservasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
5. Mempertahankan Balance cairan
6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury.

Setelah kondisi pasien stabil dari ruang intensif, pasien akan


mendapat perawatan lanjutan diruang rawat inap. Penting bagi perawat
untuk memperhatikan proses pemindahan dan transportasi dini. Intervensi
yang lazim dilakukan meliputi :
1. Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,
tube/selang, dan komplikasi.
2. Manajemen nyeri keperawatan.
3. Manajemen ambulasi dini.
4. Manajemen penurunan resiko infeksi luka pascabedah Vesikolitotomi
(penggantian balutan biasanya dilakukan pada hari ke 3 pascabedah.
Metode pelaksanaan disesuaikan dengan prosedur institusi tentang
perawatan luka bersih.
5. Pelepasan catheter minimal 6 hari Setelah hari operasi
6. Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi <
20cc/24 jam Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca
operasi.
Follow-up
1. Pasca operasi kontrol 2 minggu, kontrol berikutnya tiap 3 bulan.
2. Pemeriksaan USG dilakukan 6 bulan pasca operasi
3. Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan laboratorium (darah lengkap
dan urinalisis dan faal ginjal) Diusahakan minum sedemikian rupa
sehingga diuresis minimal 2 liter/24 jam. (Muttaqin Ariff.2009.
Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika.).

20
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
“VESIKOLITOTOMI”

A. Pengkajian
1. Biodata klien dan penanggung jawab
2. Keluhan klien
Nyeri pinggang, sakit saat miksi keluar darah serta nyeri pada supra pubis.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
a. Apakah klien pernah dirawat sebelumnya bagaimana cara klien
mengatasi nyeri (mis. Nyeri berkurang jika klien bnyak minum dan
mengurangi aktifitas
b. Apakah klien ada riwayat alergi
4. Riwayat penyakit keluarga
a. Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
b. Apakah keluarga biasa mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung asam urat (ikan, daging, jeroan dan ayam)
c. Apakah klien biasa minum air yang sudah dimasak
5. Pemahaman klien tentang kejadian
Ahli bedah bertanggung jawab, untuk menjelaskan sifat operasi,
semua pilihan alternatif, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi. Ahli bedah mendapatkan dua consent (ijin)
satu untuk prosedur bedah dan satu untuk anestesi. Perawat bertanggung
jawab untuk menentukan pemahaman klien tentang informasi, lalu
memberitahu ahli bedah apakah diperlukan informasi lebih banyak
(informed consent).
6. Kondisi akut dan kronis :
Untuk mengkompensasi pengaruh trauma bedah dan anestesi, tubuh
manusia membutuhkan fungsi pernafasan, sirkulasi, jantung, ginjal, hepar
dan hematopoetik yang optimal. Setiap kondisi yang mengganggu fungsi
sistem ini (misalnya: DM, gagal jantung kongestif, PPOM. Anemia,
sirosuis, gagal ginjal) dapat mempengaruhi pemulihan. Disamping itu

21
faktor lain, misalnya usia lanjut, kegemukan dan penyalahgunaan obat /
alkohol membuat klien lebih rentan terhadap komplikasi.
7. Pengalaman bedah sebelumnya
Perawat mengajukan pertanyaan spesifik pada klien tentang
pengalaman pembedahan masa lalu. Informasi yang didapatkandigunakan
untuk meningkatkan kenyamanan (fisik dan psikologis) untuk mencegah
komplikasi serius.
8. Status Nutrisi
Status nutrisi klien praoperatif secara langsung mempengaruhi
responnya pada trauma pembedahan dan anestesi. Setelah terjadi luka
besar, baik karena trauma atau bedah, tubuh harus membentuk dan
memperbaiki jaringan serta melindungi diri dari infeksi. Untuk membantu
proses ini, klien harus meningkatkan masukan protein dan karbohidrat
dengan cukup untuk mencegah keseimbangan nitrogen negatif,
hipoalbuminemia, dan penurunan berat badan. Status nutrisi merupakan
akibat masukan tidak adekuat, mempengaruhi metabolik atau
meningkatkan kebutuhan metabolik.
9. Status cairan dan elektrolit
Klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektolit cenderung
mengalami shock, hipotensi, hipoksia, dan disritmia, baik pada
intraoperatif dan pascaoperatif. Fluktuasi valume cairan merupakan akibat
dari penurunan masukan cairan atau kehilangan cairan abnormal.
10. Status emosi.
Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan
yang direncanakan tergantung pada pengalaman masa lalu, strategi koping,
signifikan pembedahan dan sistem pendukung. Kebanyakan klien dengan
pembedahan mengalami ancietas dan ketakutan yang disebabkan
penatalaksanaan tindakan operasi, nyeri, dan immobilitas.
11. Pola eliminasi 
a. Masalah kebiasaan eliminasi urin pada klien vesikolithiasis
(terganggu).

22
b. penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam
hari (Nocturia) dan pada siang hari.
12. Pola istirahat tidur
a. Sering terbangun pada malam hari untuk kencing.
b. Klien merasa tidak nyaman.
13. Terapi dan diet.
Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat,
antara lain:
a. Mengurangi makanan kaya akan kalsium. 
b. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari. Kurangi 
c. Berolahraga secara rutin. 
d. Pertahankan berat badan ideal. 
14. Pemeriksaan Fisik ( head to toe )
a. Kepala :
Biasanya pada klien dengan vesikolithiasis tidak ada ke abnormalan
kepala yang dikarenakan oleh batu buli buli
b. Mata : 
Tidak ada tampak ikterik.
c. Mulut dan gigi :
Bibir kering, mukosa agak kering.
d. Thorax : 
Auskultasi bunyi napas normal
e. Abdomen : 
1) Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis menunjukkan renal
insufisiensi dari obstruksi yang lama.
2) Distensi kandung kemih
3) Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik  retensi urine
4) Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan
menimbulkan pasien ingin buang air kecil  retensi urine
5) Perkusi : Redup  residual urine

23
f. Pemeriksaan penis : 
Uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya stenose meatus,
striktur uretra, batu uretra/femosis. 
15. Pengkajian per sistem
a. Sistem Pernafasan
Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat
karena pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang
menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat
menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens
analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.
b. Sistem Sirkulasi
Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan
karena lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi
yang bisa menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi
karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi
tromboflebitis, statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena
trauma pembuluh darah.
c. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun
sehingga bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala
meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat
diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum
normalnya peristaltik usus.
d. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter
karena hilangnya tonus otot.
e. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat
menyebabkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat
menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya
drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi

24
luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui insisi bisa terjadi jika
ada dehisens luka serta bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).
f. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.
g. Pemeriksaan penunjang
1) Lab: hematuria (bila terjadi obstruksi yang lama)
2) Pemeriksaan pielografi intravena
3) Pemeriksaan ultrasonografi
Adanya batu didalam ginjal, vesika urinaria dan tanda-tanda
obstruksi urine
h. Pengelompokan data
Data Subjektif dan Data Objektif
1) Klien mengeluh nyeri suprapubis, panggul.
2) Mengeluh kencing menetes ( retensi urine ).
3) Klien mengeluh tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil
4) Klien merasakan nyeri seperti terbakar pada waktu kencing.
5) Klien mengeluh mual / muntah. a. Klien tampak meringis.
6) Peningkatan suhu tubuh klien.
7) Distensi kandung kemih
8) Penonjolan pada daerah supra pubik
9) Pada photo BOP ditemukan batu pada vesika urinary
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan

Perioperatif: Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba

Medika

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
2. Intra Operasi
a. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan

25
3. Post Operasi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhungan dengan hipersekresi jalan
nafas
b. Kesiapan eliminasi urin
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invansif

PPNI, Tim Pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.


Jakarta : DPP-PPNI

26
C. Rencana Keperawatan
1. Pre Operatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
SDKI SLKI SIKI
Nyeri Akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan Observasi :
pencedera fisiologis tindakan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
keperawatan selama intensitas nyeri
…x… diharapkan - Identifikasi skala nyeri
pengalaman sensorik - Identifikasi respon nyeri non verbal
atau emosional yang - Monitor efek samping penggunaan analgesik
berkaitan dengan Terapeutik :
kerusakan jaringan - Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
aktual atau nyeri
fungsional, dengan - Fasilitasi istirahat dan tidur
onset mendadak atau
Edukasi :
lambat dan
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
berintensitas ringan
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
hingga berat dan
- Ajarkanteknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
konstan menurun
nyeri

27
dengan kriteria Kolaborasi :
hasil : - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
1. Keluhan nyeri 4
(cukup menurun)
2. Meringis 4
(cukup menurun)
3. Gelisah 5
(menurun)
4. Kesulitan tidur 4
(cukup menurun)
5. Frekuensi nadi 5
(membaik)

28
2) Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
SDKI SLKI SLKI
Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi :
kekhawatiran mengalami kegagalan tindakan keperawatan - identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
selama …x… berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
diharapkan kondisi kemampuan kognitif
emosi dan - periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
pengalaman subyektif suhu, sebelum dan sesudah latihan
individu terhadap - monitor respon terhadap terapi relaksasi
objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat Terapeutik :
antisipasi bahaya yang - ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
memungkinkan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
individu melakukan - gunakan pakaian longgar
tindakan untuk - gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
menghadapi ancaman analgetik atau tindakan medis lain
menurun.

29
Dengan kriteria hasil : Edukasi :
1. Verbalisasi - jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
khawatir akibat tersedia (misalnya : musik, meditasi, nafas dalam, relaksasi
kondisi yang di otot progresif)
hadapi 4 (cukup - anjurkan mengambil posisi nyaman
menurun) - anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang di
2. Perilaku gelisah 5 pilih
(menurun) - demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (misalnya : nafas
3. Perilaku tegang 5 dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)
(menurun)
4. Konsentrasi 5
(membaik)
5. Pola tidur 5
(membaik)

30
2. Intra Operatif
1) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan

SDKI SLKI SIKI


Resiko perdarahan berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi :
tindakan pembedahan tindakan keperawatan - Monitor tanda dan gejala perdarahan
selama …x… - Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah
diharapkan resiko kehilangan darah
mengalami kehilangan - Monitor tanda-tanda vital ortostatik
darah baik internal Terapeutik :
(terjadi di dalam tubuh) - Pertahankan bedrest selama perdarahan
maupun eksternal
(terjadi hinga keluar Edukasi :
tubuh) menurun. - Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Dengan kriteria hasil :
1. Kelembapan Kolaborasi :
membran 5
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika
(meningkat)
perlu
2. Hemoglobin 5
- Kolanorasi pemberian produk darah, jika perlu

31
(membaik)
3. Hematokrit 5
(membaik)
4. Tekanan darah 5
(membaik)

32
3. Post Operatif

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhungan dengan hipersekresi jalan nafas
SDKI SLKI SIKI
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
hipersekresi jalan nafas keperawatan selama …x… - Monitor frekuensi, irama,
diharapkan kemampuan kedalaman, dan upaya nafas
membersihkan sekret atau - Monitor pola nafas
obstruksi jalan nafas untuk - Monitor adanya prosuksi
mempertahankan jalan nafas sputum
tetap paten meningkat. Dengan - Monitor saturasi oksigen
kriteria hasil :
1. Batuk efektif 5 (meningkat) Terapeutik :
2. Produksi sputum 5 - Dokumentasi hasil
(menurun) pemantauan
3. Frekuensi nafas 5 (membaik)
4. Pola nafas 5 (membaik)

33
Edukasi :
- Informasikan hasil
pemantauan

2) Kesiapan eliminasi urin


SDKI SLKI SIKI
Kesiapan eliminasi urin Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan - Monitor eliminasi urin (misalnya : frekuensi, konsistensi,
selama …x… aroma, volume, dan warna)
diharapkan pola
eliminasi urin Terapeutik :
membaik dengan - Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
kriteria hasil :
1. Sensasi berkemih 4 Edukasi :
(cukup meningkat) - Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Distensi kandung - Anjurkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat
kemih 5 (menurun) untuk berkemih
3. Frekuensi BAK 5 - Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
(membaik) kontraindikasi
4. Karakteristik urin 5
(membaik)

34
3) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invansif
SDKI SLKI SIKI
Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi :
tindakan invansif tindakan keperawatan - monitor tanda dan gejala infeksi
selama …x…
diharapkan derajat Terapeutik :
infeksi berdasarkan - cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
observasi atau sumber dan lingkungan pasien
informasi menurun. - pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Dengan kriteria hasil :
1. Demam 5 Edukasi :
(menurun) - jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Kemerahan 5 - ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
(menurun)
- ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
3. Nyeri 5 (menurun)

35
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Vesikolitiasis atau batu kandung kemih adalah batu yang
menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih atau
terdapat benda asing di kandung kemih, sering terjadi pada klien yang
menderita gangguan miksi.
Cara penangan untuk mengeluarkan batu dari kandung kemih
adalah melalui tindakan operasi yaitu Vesikolitotomi.
Vesikolitotomi adalah untuk membuka dan mengambil batu yang
ada dikandung kemih, sehingga pasien tersebut tidak mengalami gangguan
pada aliran perkemihannya.
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan asuhan kepada
klien dengan vesikolithiosis baik pre, intra maupun post operasi
vesikolithotomi. Perawat juga berperan dalam memberikan penyuluhan
tentang pencegahan terjadinya komplikasi pasca operasi dan berulangnya
penyakit vesikolithiosis.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai
makalah ini adalah:
1. Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan
makalah mengenai asuhan keperawatan perioperative pada pembedahan
vesikolitotomi.
2. Diharapkan pembaca dapat memahami penjelasan mengenai asuhan
keperawatan perioperative pada pembedahan vesikolitotomi.
3. Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan dan ilmu pengetahuan.

36

Anda mungkin juga menyukai