Anda di halaman 1dari 31

TUGAS 1

ISTILAH FASHION
Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Fashion dan Kepariwisataan

Dosen Pengampu :
Dr. Suciati,S.Pd., M.Ds.
Feny Puspita Sari, S.Pd., M.Ds.

Oleh :

Renilan Yasyfa Husnayaini


NIM : 1903060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
ISTILAH FASHION

A
Aba/ abayah
Sepotong gaun longgar tanpa lengan, siluetnya menyerupai tabung dengan bukaan
untuk tangan dan kepala. Dipakai sebagai busana luar di timur tengah, umumnya
untuk pria muslim. Bisa dibuat dari bermacam- macam jenis bahan, walaupun
pada umumnya dibuat dari bahan wool (khususnya wool dari bulu domba atau
onta). Kadang disebut sebagai aba, atau di eja abba.

Gambar 1. contoh aba/abayah


sumber : Google Image

Accessory / accessories

Batasan yang dipergunakan untuk menggambarkan bagian-bagian seperti tas,


sarung tangan, topi, dan sebagainya; yang dipilih secara baikdan serasi.
Menjadipelengkap dan menyempurnakan sebuah busana.

Gambar 2. Accessory
sumber : Google Image
Accordion pleats
Lipit/ plooi yang teratur, berjalur sempit dan rapi, dibuat dengan cara dijahit atau
disetrika dengan seksama pada gaun atau rok. Dinamakan demikian karena
bentuknya mengingatkan kita pada lipatan-lipatan yang ada di alat musik
akordeon. Lipit ini biasanya dimulai dari pinggang menuju keliman bawah. Lipit
accorion banyak digunakan pada desain “ball gowns” selama akhir abad ke-19
pada pergantian abad, model ini menjadi detail yang melengkapi bermacam
busana dan populer selama tahun 1920-an dan 1950-an, dan biasanya dibuat pada
bagian kerah, lengan baju, peplum, trim, atau kerut jumbai (frills). Contoh lain
pada “Box pleats” dan “Sunray pleats”.

Gambar 3. Accordion pleats


sumber : Google Image
Acetate
Serat selulosa yang diciptakan di Jerman pada tahun 1869 untuk membuat kain
atau benang Acetate digunakan sebagi bahan pembuat pakaian dalam wanita, blus
gaun, pakaian rajut, serta busana lainnya yang membutuhkan kain ringa serupa
sutra. Kadang-kadang acetate juga digunakan sebagai linning atau bahan pelapis
busana secara massal dan murah. Amcel, Dicel, dan Tricel juga merupakan bahan
dari serat acetate.

Gambar 4. Acetate Dress


sumber : Google Image
Acrylic
Serat selulosa yang sering digunakan sebagai pengganti wool. Pertama kali
diluncurkan secara komersil pada tahun 1947, tetapi tidak diproduksi secara besar-
besaran sampai tahun 1950-an. Acrylic adalah kain yang kuat, hangat, dan jatuh
menyampir dengan indah. Bahan ini pada umumnya digunakan untuk sweater dan
tracksuit, juga untuk lapisan dalam sepatu, sarung tangan, jas, maupun selop.
Merk acrylic yang umum dikenal adalah Acrilan dan Orlan.

Gambar 5. Acrilan dress


sumber : Google Image
Afghan jacket
Jacket dari kulit kambing dengan bagian bulunya dibiarkan tanpa dipotong,
dipakai pada bagian kulitnya diluar denga bagian bulunya membentuk pinggiran-
pinggiran berbulu kusut/ gimbal (shaggy)

Gambar 6. Afghan jacket


sumber : Google Image
Aigrette
Bulu burung yan tinggi, biasanya berasal dari burung osprey (elang pemakan ikan)
atau egret (burung bangau kecil). Bulu ini digunakan untuk menghias tatanan
rambut chignon atau topi pada akhir abad ke-19. Bulu jambul aigrette dipakai di
atas topi sampai tahun 1940-an.

Gambar 7. Aigrette chignon


sumber : Google Image
Alencon lace
Alencon adalah nama sebuah kota di Normandia, Prancis, yang terkenal dengan
kerajinan rendanya dari pertengahan abad ke-17 sampai akhir abad ke-19.
Kerajinan renda aslinya berasal dari venesia. Versi awal Alencon berdesain klasik
dengan lekuk dan bunga yang diatur sedemikian rupa di atas jala halus, dan
berbingkai jahitan timbul.

Gambar 8. Alencon lace


sumber : Google Image
Aloha shirt
aloha shirt sering disebut sebagai kemeja Hawaii, sebuah kemeja pria bermodel
santai dan longgar, berkerah terbuka, dan berlengan pendek. Pada umumnya
kemeja ini berwarna cerah dan bermotif flora, fauna, atau hal-hal yang bernuansa
alam tropis. Lihat “Hawaiian shirt”

Gambar 9. Aloha shirt


sumber : Google Image
Alpaca
Binatang alpaca berasal dari rumpun keluarga onta dan hewan asli daerah
pegunungan Andes, Amerika Selatan. Serat alpaca dicampur dengan sutera. Kain
campuran ini lebih murah daripada sutera asli, namun memiliki kualitas kilau
yang sama dengan tipe sutera barat.
Pada mulanya, alpaca digunakan sebagai busana luar dan bahan pelpis mantel
saja. Pada akhir abad ke-19, alpaca dicampur dengan katun sehingga
memungkinkan untuk dibuat gaun setelan.

Gambar 10. Alpaca dress


sumber : Google Image
Angel sleeve
Lengan panjang yang longgar dengan ciri mengembang keluar dari lubang lengan.

Gambar 11. Angel sleeve


sumber : Google Image

Apparel
Batasan yang digunakan pada abad ke-14, untuk menunjukan suatu busana
formal. Sekarang batasannya ditujukan untuk sebutan busana pada umumnya.
Juga bisa dinamakan attire, clothes, clothing, dress, garb, garments, dan raiment.

Gambar 12. Apparel


sumber : Google Image

Applique
Aplikasi dibuat dari potongan-potongan ornamental (kain perca) yang dijahitkan
atau di lem pada bahan atau pakaian. Desain kelopak, daun, bunga, atau motif
binatang adalah yang umum dipasangkan pada kain katun, renda, dan satin.
Aplikasi yang terkenal selama tahun 1950-an adalah motif-motif sederhana dari
bahan felt (flanel) yang menghiasi circle skirt (rok melingkar atau klok ).
kemudian pada tahun 1970-an, desain yang lebih rumit mulai dipakai.

Gambar 13. Applique


sumber : Google Image

Army surplus
Sisa persediaan pakaian milik angkatan bersenjata, misalnya duffle coats. Pakaian
penerbang, celana, dan sepatu boots. Pakaian ini dijual kepada masyarakat umum
selama tahun 1950, dan menjadi bagian dari mode tahun 1960-an.

Gambar 14. Army surplus


sumber : Google Image
Ascot
Ascot sering dikenal dengan istilah “cravat” berupa dasi sekaligus selendang yang
dikenakan pria pada pertengahan abad ke-19, berujung lebar, dipakai disekeliling
leher, dan disimpulkan di bawah dagu. Ascot merupakan bagian dari busana
formal, biasanya terbuat dari bahan sutera polos, dan tanpa jumbai diujungnya.
Simpul untuk ascot bisa tunggal atau dobel, terkadang ditahan dengan peniti.
Sejak tahun 1980, ascot umumnya dikenakan oleh wanita.

Gambar 15. Ascot


sumber : Google Image

B
Babuskha
istilah babuskha berasal dari bahasa Rusia yang berarti nenek. Babuskha berupa
sebuah selendang berbentuk segitiga, biasanya terbuat dari bahan katu pada
umumnya, selendang ini biasa dipakai untuk penutup atau hiasan kepala wanita
diseluruh dunia. Pada awalnya babuskha berasal dari desa dan menjadi tren mode
singkat, yaitu merupakan aksesoris mode “folkloric” dan “peasant” yang populer
pada tahun 1970-an.

Gambar 16. Basbuskha


sumber : Google Image
Backless
Kata sifat yang mengambarkan sehelai busana dengan potongan bagian belakang
yang rendah, sebagai contoh : gaun backless, bra, atau pakaian renang.

Gambar 17. backless


sumber : Google Image
Balmacaan
Mantel yang terbuat dari tweed (sejenis wool), berbentuk longgar, panjang hingga
betis, serta berlengan raglan. Balmacaan hanya dipakai oleh pria pada abad ke-19
dan telah diadaptasian menjadi pakaian wanita pada akhir abad tersebut.

Gambar 18. balmacaan


sumber : Google Image
Balmoral petticoat
Merupakan rok dalam yang menggembungkan lebar yang dibuat dari rambut kuda
berwarna putih atau abu-abu, dipakai sebagai pengganti crinoline dari
pertengahan abad ke-19.

Gambar 19. balmoral petticoat


sumber : Google Image
Bandanna
kata bandana kemungkinan berasal dari bahasa Hindu bandhnu, yaitu suatu
metode primitif jumputan (tie-dye). Nama ini diberikan untuk sapu tangan lebar
berwarna cerah yang dibuat dengan proses ini. Di Amerika Barat, bandanna
biasanya dipakai oleh para koboi, biasanya terbuat dari selembar bahan yang
dicelup dalam satu warna, dan dipakai di sekitar leher atau sebagai penutup mulut
dan hidung untuk melindungi dari debu atau menutup identitas diri.

Gambar 20. bandanna


sumber : Google Image
Barege
Gaun dari bahan semi-transparan dan ringan yang dibuat dari sutera atau wool,
dengan tenunan jela terbuka. Selama abad ke-19,barege pada umumnya
digunakan sebagai cadar atau hiasan kepala. Pertama kali dihasilkan di lembah
berage, Prancis, walaupun akhirnya Paris yang menjadi pusat penghasilannya.
Selendang bermotif yang populer di Prancis selama pertengahan abad ke-19.

Gambar 22. Barege shawl


sumber : Google Image

Gambar 21. Barege


sumber : Google Image

Barrel shape
Model rok yang dibuat dengan menggambungkan bahan, mulai dari pinggang
menuju keliman dan disempitkan pada bagian ujungnya. Pada awalnya terdapat
pada model hobble skirt di awal tahun 1900, dan kemudian versi rok yang lebih
pendek muncul di awal tahun 1960-an. Kata “barrel” sendiri memiliki arti sebagai
tong.

Gambar 23. barrel skirt


sumber : Google Image
Bateau neckline
Garis leher rendah berbentuk lunas perahu yang melintang di sepanjang pundak.
Potongan leher depan dan belakang sama rendahnya. Model ini populer untuk aun
maupun atasan sejak awal tahun 1920. Bateau neckline dikenal juga sebagai
model/garis leher “sabrina”.

Gambar 24. bateau neckline


sumber : Google Image

Beach coat
Jaket sepanjang pinggul yang terbuat dari bahan handuk (terry cloth), populer
sebagai bagian dari pakaian santai selama tahun 1950-an.

Gambar 25. beach coat


sumber : Google Image

Beading
Pinggiran renda yang berlubang, kemudian dimasukkan/ diselipkan sehelai pita
panjang ke dalamnya.

Gambar 26. beading


sumber : Google Image
Beadwork
Suatu proses untuk menempelkan mote/ manik-manik (beads), pada bahan dengan
jarum dan benang ; kegunaannya untuk unsur hiasan /dekoratif. Boleh juga
dinamakan beading.

Gambar 27. beadwork


sumber : Google Image

Bertha
Bentuk kerah yang menyerupai cape, biasanya terbuat dari renda. Model kerah ini
populer pada pertengahan abad ke-19.

Gambar 28. Bertha


sumber : Google Image

Bespoke
Busana berupa jas yang dibuat berdasarkan pesanan ukuran perorangan
(individual) dan atas permintaan klien, sebagai kebalikan dari busana siap pakai
(ready to wear). Juga dinamakan custome fit atau custome made dan made to
measure.

Gambar 29. Bespoke


sumber : Google Image
Bettina blouse
model blus yang diperkenalkan oleh Givenchy pada tahun 1953 melalui Bettina
Grazziani, salah seorang top model Paris, yang sejak tahun 1950-an bekerja secara
eksklusif untuk rumah mode Givenchy. Blus ini berupa kemeja berleher lebar dan
bagian lengannya dipenuhi jumbai yang terbuat dari bahan borderie anglaise
(katun bermotif bordir lubang-lubang). Blus bettina populer selama beberapa
tahun di eropa maupun Amerika.

Gambar 30. bettina blouse


sumber : Google Image

Boutique
Boutique muncul pada tahun 1920-an sebagai toko kecil dalam rumah-rumah
mode dan menjual produk sampingan dari couture (fashion), misalnya perhiasan
di Channel dan sportswear di Jean Patou. Pada tahun 1930-an mulai diikuti oleh
perancang lain. Setelah perang dunia II, boutique yang menampilkan busana-
busana terpilih dari berbagai desainer atau merek eksklusif dibuka di seluruh
dunia.pada tahun 1960-an, mulai ada boutique khusus fashion bagi kaum muda
dengan harga yang terjangkau atau menjual pakaian bekas dengan pilihan
berlimpah.

Gambar 31. boutique


sumber : Google Image
Bridal Veil
Veil / cadar yang dipakai oleh para pengantin selama upacara perkawinan,
khususnya dibuat dari bahan gouze atau netting warna putih atau putih tulang (off
white) ; panjang cadar menjela dari pinggang sampai ke lantai. Nama lainnya
adalah wedding veil.

Gambar 32. Bridal veil


sumber : Google Image

Briefcase
tempat atau tas yang ringan serba guna, umumnya berbentuk datar terbuat dari
bahan kulit atau vinyl, serta memakai pegangan (carrying handle). Dipergunakan
untuk mengirim dokumen, buku, file, dan sebagainya.

Gambar 33. briefcase


sumber : Google Image
C
Cable knits
Pola dekoratif timbul yang mirip belitan kabel, yang diaplikasikan pada rajutan
sweater dengan rajutan kabel biasanya dikenakan sebagai pakaian santai dan
sport wear.

Gambar 34. cable knits


sumber : Google Image

Caftan
Aslinya dipercayai berasal dari Mesopotamia kuno. Caftan adalah busana
berpotongan longgar dengan panjang sebatas mata kaki, memiliki bukaan depan,
berlengan lebar dan panjang, dan biasanya memakai ikat pinggang sehelai
selendang (sash) yang terbuat dari sutera atau katun. Pada tahun 1950-an, Dior
mengeluarkan versi caftan tanpa selendang dengan panjang sebatas lantai untuk
gaun malam. Selama tahun 1960, Halston dan Yves St. Laurent adalah dua
perancang yang menggunakan bentuk dasar ini. Pada tahun 1970-an, caftan
semakin populer sebagai pakaian malam dan dipotong dengan proporsi longgar,
seperti untuk gaun rumah atau gaun tidur. Pada beberapa versinya terdapat bukaan
depan dari leher sampai mata kaki,kenbanyakan dipakai selendang. Caftan dapat
dibuat dari hampir semua jenis bahan, namun bahan sintetis yang membentuk
garis badan seringkali dipilih, seperti satin dan bahan seringkali dipilih, seperti
satin dan bahan dengan bordir berat.

Gambar 35. caftan


sumber : Google Image
Camisole
Bagian dari pakaian dalam yang diperkenalakan pada awal abad ke-19,
terinspirasi dari bodice atau chemise yang longgar tanpa lengan. Orisinilnya,
camisole dipakai diantara corset dan gaun sebagai lapisan pelindung, juga
membungkus dari bagian dada sampai pinggang dan memiliki tali pundak tipis.
Pada awal abad tersebut, ketika banyak wanita mulai meninggalkan corset,
camisole yang mereka pilih.
Camisole pada awalnya terbuat dari katun atau lawn, dengan versi yang
lebih elegan dan diberi trim berupa renda. Satin dan sutera adalah bahan yang
populer selama tahun 1930-an. Pengenalan bertahap bahan sintetis atau serat yang
mudah penanganannya telah menambah penampilan dari camisole.

Gambar 36. camisole


sumber : Google Image

Cartwheel hat
Topi dengan pinggiran yang sangat lebar, biasanya lurus tetapi kadangkala
melengkung keatas. Bagian mahkota topi ini dalam dan biasanya terbuat dari
jerami. Topi ini populer mulai dari sebelum dan sesudah Perang Dunia II sampai
akhir tahun 1950-an.

Gambar 37. Cartwheel hat 1940


sumber : Google Image
Catsuit
Pakaian terusan,biasanya berlengan panjang, dan terdapat bukaan depan risleting
atau kancing dari bagian tengan sampai leher. Pakaian ini populer pada tahun
1960-an dan terbuat dari bahan yang melekat pada tubuh. Catsuit seringkali
dipasangkan dengan sepatu boots.

Gambar 38. Catsuit


sumber : Google Image

Chador
Pakaian yang dipakai oleh beberapa perempuan muslim ketika berada ditempat
umum. Serupa burka yang menyelimuti seluruh bagian badan ; sementara burka
menutupi wajahnya, chador, chadder, chuddah, chuddar, dan chudder.

Gambar 39. Chador


sumber : Google Image
Chambray
Bahan bermotif gingham yang lembut dan ringan. Tradisionalnya berupa benang
pakan putih ditenun dengan benang lungsi berwarna untuk menghasilkan motif
kotak-kotak (checked) atau motif garis-garis (striped). Walaupun boleh juga polos
tanpa warna. Dipergunakan untuk kemeja, gaun, pakaian anak-anak, dan
sebagainya. Nama asalnya adalah “Chambrai” sebutan sebuah kota di sebelah
Utara Prancis, dimana bahan itu pada mulanya dibuat.

Gambar 40. Chambray


sumber : Google Image

Charleston
Suatu gaya dansa di Amerika pada tahun 1920-an berupa gerakan tendangan
menyamping dari lutut. Oleh karena itu, pada saat itu gaun-gaun dibuat lebih
pendek untuk kepentingan tersebut (terutama untuk wanita muda). Kelim bawah
busana kebanyakan dibuat sederhana, sedangkan gaunnya berbentuk tube yang
berjumbai-jumbai untuk memberkan kesan ramping tanpa menghalangi gerakan.
Seiring dengan era yang disebut “Roaring Twenties” di mana berkembang mode
gaun tube (selongsong) penuh hiasan jumbai-jumbai yang menjuntai, bulu burung,
kalung mutiara dan manik-manik serta payet yang panjang menggantung.

Gambar 41. Charleston


sumber : Google Image
Chiton
Pakaian ini awalnya berasal dari Yunani kuno. Meskipun telah muncul berbagai
versi yang variatif, chiton umumnya dibuat dari sepotong kain lebar berbentuk
segi empat panjang yang dililitkan di sekeliling tubuh, dikencang kan ikat
pinggang di bawah atau atas pinggang. Alternatif lain yaitu dipakai dengan
menyatukan ujung atas dua helai bahan menggunakan serangkaian kancing/
gesper di sepanjang kedua lengan sehingga mencipta lengan baju, dan busana
tersebut diikat di bawah dada. Chiton telah diadaptasi menjadi berbagai variasi
potongan dan model di sepanjang abad.

Gambar 42. chiton


sumber : Google Image

Churidar
Celana pas/ close fitting dipotong panjang pada kakinya, sehingga menghasilkan
kerutan-kerutan dan banyak lipatan sampai mata kaki. Dipakai laki-laki,
perempuan, dan anak-anak di India dan belahan asia lainnya, biasanya
dipadupadankan dengan kurta.

Gambar 43. churidar


sumber : Google Image
D
Dagging
Motif dekoratif yang dipotong pada pinggiran/ border pakaina. Model populer
khusus pada abad ke-15.

Gambar 44. dagging


sumber : Google Image

Dandy
Batasan yang pertama kali dipergunakan pada akhir abad ke-18, untuk seorang
pria yang suka bersolek untuk menarik perhatian dengan pakaian yang elegan dan
tingkah laku aristokratik, juga dinamakan “beau”.

Gambar 45. dandy


sumber : Google Image
Doo rag
Penutup kepala yang sederhana dan ketat dipakainya. Aslinya merupakan
improvisasi dari penggunaan sehelai sapu tangan atau bandana. Doo rag sekarang
diproduksi dari bahan katun atau bahan stretch/ rajut.

Gambar 46. doo rag


sumber : Google Image

E
Envelope bag
Tas tangan ini berbentuk segi empat panjang dan memiliki penutup berupa
kelepak seperti amplop. Seperti clutch purse ,tas ini juga tanpa gantungan. Tas
tangan ini populer selama abad ke-20.

Gambar 47. envelope bag


sumber : Google Image
Epaulet
Ornamen pada pundak jaket atau mantel militer yang digunakan untuk menahan
tanda pangkat ditempatnya,juga sebagai dekorasi. Epaulet populer pada akhir
abad ke-19, dan terus dipakai di sepanjang abad ke-20.

Gambar 48. epaulet


sumber : Google Image

Eyelet
Lubang bundar kecil dikerjakan diatas bahan untuk memasukan renda, tali kor,
atau lainnya.

Gambar 49. eyelet


sumber : Google Image

F
Fair isle
Fair isle adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sebuah desain geometris
warna-warni, yang dinamakan dari tempat asalnya , yaitu suatu pulau di bagian
Utara Skotlandia. Pada “sweater” desain fair isle biasanya melintang di bagian
dada. Selama tahun 1920-an, Prince of Wales membantu mempopulerkan sweater
fair isle yang dikenakan untuk bermain golf.

Gambar 50. fair isle


sumber : Google Image

Fichu
1. selendang kecil (scarf) atau syal (shawl) yang dipakai disekitar pundak atau
leher dan dikencangkan dengan sebuah bros pada dada. Fichu juga dapat
digunakan untuk menyebut kerut jumbai atau sepotong bahan, biasnya renda yang
dijahit melintang dada pada sebuah blus atau gaun.
2. Selendang besar yang dilipat diagonal membentuk segitiga, dipakai dipundak,
dan menyilang di dada.

Gambar 51. fichu 1 Gambar 52. fichu 2


sumber : Google Image sumber : Google Image
Fob
Kantung kecil yang terletak pada bagian depan celana pria, dekat pinggang, atau
pada bagian vest/waistcoat/rompi. Dipergunakan untuk membawa uang receh/
coin ,jam saku, kunci-kunci, dan lain-lain.

Gambar 53. fob


sumber : Google Image

Frills
Jumbai sempit yang dikerutkan pada ujung leher, lubang lengan, manset atau
kelim.

Gambar 54. frills


sumber : Google Image

G
Gretchen neckline
Garis leher berpotong rendah, bundar, berkerut (gathered) berdasarkan pada blus
gaya peasunt (petani), yang diperkenalkan selama tahun 1920-an. Style ini populer
baik pada gaun-gaun maupun untuk blus.
Gambar 55. gretchen neckline
sumber : Google Image

Gusset
sepotong bahan kecil berbentuk segitiga atau bentuk berlian (diamond shape)
yang disisipkan dalam jahitan pakaian untuk menambah kekuatan jahitan pakaian,
dan kemudahan untuk bergerak.

Gambar 56. gusset


sumber : Google Image

Gypsy
Model gaun meliputi rok penuh, kerutan-kerutan menggembung (flounce) dan
blus dengan garis leher potongan rendah yang seringkali berelistik, biasanya
dibuat dari bahan ringan berwarna cerah. Selendang (scarves) melilit leher atau
pinggang adalah penampilan dominan lainnya dari gaun model gypsy.
Gambar 57. gypsy
sumber : Google Image

G
Grunge
Pertama kali berkembang di tahun 1980-an, sejarah gaya busana grunge sudah
tidak bisa dipisahkan dari perkembangan aliran musik grunge itu sendiri. Awalnya
banyak digunakan orang untuk menonton salah satu aliran jenis musik rock ini,
gaya busana grunge identik dengan kesan nyaman, apa adanya, tidak mahal, dan
sedikit messy. Jika gaya busana rock cenderung lekat dengan nuansa hitam,
fashion style grunge justru lebih membebaskan pemakainya untuk bereksplorasi
dengan berbagai warna dan pattern, asalkan masih terkesan simpel dan tidak
berlebihan.

Gambar 58. grunge


sumber : sorabel.com/blog
H
Harajuku
perpaduan dari berbagai tren fashion di Jepang, serta tidak jarang berani
mengombinasikan antara traditional dan western look. Para pemuda di Jepang
yang menjadikan harajuku style sebagai fashion statement mereka, biasanya
berprinsip tidak takut menjadi berbeda dan berani tampil semau apa yang mereka
suka. Maka tidak heran, kalau gaya harajuku kemudian lekat dengan berbagai
fashion item yang unik, colorful, dan anti-mainstream. Padu padan yang sekilas
tampak crash pun nggak jarang diterapkan oleh seseorang yang tampil dengan
gaya ini.

Gambar 59. harajuku


sumber : sorebel.com/blog

V
Vibrant
fashion item yang memiliki warna-warna atau pattern cerah dan sangat menarik
perhatian mata. Dengan istilahnya wanita yang suka tampil dengan gaya vibrant
yang pemberani dan tidak ragu untuk menjadi pusat perhatian dan berani tampil
menonjol.
Gambar 60. vibrant
sumber : sorabel.com/blog
DAFTAR PUSTAKA

Poespo,Goet. 2018. A to Z istilah Fashion. Jakarta Pusat: PT Gramedia Pustaka


Utama
sorabel.com/blog ditulis oleh Sorabel / 05/November/2019/. Mengenal Macam-
Macam Style Fashion. Diakses 07 September 2020, 12.35

Anda mungkin juga menyukai