Pengertian Samkhya
Samkhya adalah salah satu system filsafat India, yang mengakui Veda sebagai otoritas
tertinggi. Oleh sebab itu Samkhya dikelompokkan kedalam Astika (ortodok). Jika dilihat dari
bentuk katanya, Samkhya berasal dari dua urat kata yaitu “sam” dan “Khya”. Sam diartikan
sebagai bersama-sama dan Khya diartikan sebagai bilangan, jadi secara harfiah Samkhya
berarti bilangan bersama-sama. Kata Samkhya digunakan dalam Sruti dan Smerti, dimana
masing-masing digunakan dalam pengertian pengetahuan dan tindakan, sehingga kata
Samkhya ini juga memiliki arti pengetahuan yang benar.
Dalam Sarva Darsana Samgraha, yaitu suatu system filsafat Hindu mengatakan kata
Samkhya (sankhya) itu artinya adalah jumlah. Dan system ini memberikan 25 prinsip
terjadinya alam semesta setelah dua asas yaitu purusa dan prakerti sehingga berkembanglah
sebagai penyusun alam semesta dan tubuh manusia itu sendiri.
Kadangkala system ajaran Samkhya dikatakan sebagai ajaran yang bersifat atheistic
atau Nir Iswara Sankhya (Samkhya tanpa Tuhan), yaitu suatu ajaran yang tidak mempercayai
adanya Tuhan, karena dalam ajaran Samkhya ini sama sekali tidak menyebut-nyebut nama
Tuhan, dengan alasan Tuhan itu sangat sulit untuk bias dibuktikan keberadaannya. Tapi
ajaran Samkhya jika dilihat dari pengakuannya terhadap otoritas Veda, nyatanya system ini
termasuk ke dalam kelompok Astika yang mengakui Veda sebagai sumber ajaran kebenaran
Hindu. System Samkhya ini tidak menentang Tuhan, hanya saja Samkhya menunjukkan
bahwa Purusa dan Prakrti sudah cukup untuk menjelaskan alam semesta ini, jadi tidak ada
alas an untuk merumuskan hipotesa tentang keberadaan Tuhan.
System ajaran Samkhya ini dicetuska oleh Maha Rsi Kapila. Rsi Kapila ini lahir dari
ibu yang bernama Devahuti dan ayahnya adalah Kardama. Dari ibunyalah Rsi Kapila ini
mendapatkan ajaran-ajaran filsafat, dan apa yang menjadi konsep system ini ditulis dalam
sebuah buku Samkhya Sutra. Rsi Kapila sering dipanggil dengan sebutan Rsi Kapila Muni,
dikatakan sebagai Putra Brahma dan Avatara Visnu.
Prakerti
Purusa
2. Tri Guna
Prakrti dibangun oleh triguna yaitu, rajas, dan tamas. Guna artinya unsur, atau
komponen penyusunan. Triguna itu tidak dapat kita amati dengan indra. Adanya itu
disimpulkan atas obyek dunia ini yang merupakan akibat dari padanya. Karena adanya
kesamaan azas antara akibat dan sebab, maka dapat kita ketahui sifat-sifat guna itu dari
alam yang merupakan wujud hasil dari padanya. Semua obyek dunia ini memiliki tiga
sifat yaitu sifat-sifat yang menimbulkan rasa senang. Susah dan netral. Nyanyian burung
yang menyenangkan seorang seniman, menyusahkan orang sakit, tak berpengaruh
apapun untuk orang yang acuh. Sebab semua sifat ini merupakan akibat suatu sebab,
maka sifat-sifat itu haruslah terkandung dalam sattva, rajas dan tamas itu.
a. Sattwa adalah suatu prakrti yang merupakan alam kesenangan yang ringan,
yang tenang bercahaya. Wujudnya berupa kesadaran sifat ringan yang
menimbulkan gerak keatas, angin dan air di udara dan semua bentuk
kesenangan seperti kepuasan, kegirangan dan sebagainya.
b. Rajas adalah unsur gerak pada benda-benda ini. Ia selalu gerak dan
menyebabkan benda-benda ini bergerak. Ialah menyebabkan api berkobar,
angin berhembus, pikiran berkeliaran kesaana kemari. Ialah yang
menggerakan sattwa dan tamas untuk melaksanakan tugasnya.
c. Tamas adalah unsur yang menyebabkan sesuatu menjadi pasip dan bersifat
negatif. Ia bersifat keras, menentang aktifitas menahan gerak pikiran hingga
menimbulkan kegelapan, kebodohan sehingga mengantar orang pada
kebingungan. Karena menentang aktifitas menyebabkan orang menjadi malas,
acuh tak acuh, tidur.
Ketiga guna ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainya karena masing-masing
saling mengsuport yang lain sebagai satu kesatuan. Ibaratkan “lampu minyak” yang
terdiri dari unsur nyala, unsur minyak dan unsur lampunya, yang secara sendiri-
sendiri tidak akan dapat berfungsi. Dalam kaitan dengan konsep penciptaan ,
pemeliharaan dan peniadaan, Sattwa adalah penciptaan Rajas adalah pemeliharaan
dan Tamas adalah peniadaan. Prakrti dicirikan oleh adanya tiga guna diatas. Kata
guna artinya adalah kwalitas atau sifat dari Prakrti, tetapi tidak sekedar aspek
permukaan dari alam materiil ini, tapi hakekat intrinsic dari Prakrti.
Guna-guna itu selalu berubah dari dalem dirinya sendiri walaupun dalam
keadaan keseimbangan, Cuma saja ia tidak menghasilkan apapun sepanjang
keseimbangan tidak terganggu. Bila keseimbangan terganggu maka guna-guna dalam
situasi gunaksobha, dimana masing-masing guna beraksi satu sama lainnya yang
diebabkan karena salah satu guna secara dominan tampil walaupun tidak meniadakan
guna-guna lainnya, dalam benda-benda material yang diam atau yang tidak bergerak
maka yang dominan adalah Tamas Guna dibangdingkan dengan dua Guna lainnya.
Dalam sesuatu ang bergerak maka Rajas Guna dominan dari pada duaguna lainnya.
Demikianlah Guna-Guna itu bekerja bersama-sama dalam membentuk alam
semesta ini. Guna-guna itu dapat di mengerti dari fakta berupa ciri-ciri dari Dunia
marteriin ini,baik secara eksternalmaupun secara internal, baik itu berupa unsur fisik
atau pikiran, yang semanya itu memiliki kemampuan dalam menghasilkan
kesenangan, penderitaan atau seimbang tidak keduanya. Suatu objek yang sama
barangkali menyenangkan seseorang tapi menyakiti bagi yang lainnya atau sama
sekali tidak keduanya itu. Seorang wanita yang cantik akan sangat menarik bagi
pacarnya,tapi akan menyakitkan wanita lainnya yang juga tertarik pada laki-laki pacar
wanita cantik itu, dan tidak ada apa-apanya bagi orang lain yang tidak
terlibat”kecantikan dari wanita itu menunjukkan adanya hubungan dengan orang-
orang lainnya disekitarnya, yang muncul dari Guna-guna yang ada pada dunia ini.
Dari contoh ini kita akan dibantu dalam memahami bagaimana asal-usuldari semua
fenomena Prakrti ang memiliki ciri-ciri yang dapatkita temukan.
Pada obyek-obyek dunia ini. Prekrti dan produk-produk yang dihasilkannya
membutuhkan guna-guna tersebut karena, prakrti dan produknya tidak mempunyai
kekuatan untuk membedakan dirinya dengan Purusa. Mereka adalah Objek sedangkan
Purusa adalah Subyek. Filsafa Samkhya menyatakan bahwa keseluruhan alam semesta
ini berkembang dari guna, dimana dalam keadaan ketiga guna itu seimbang alami
disebut Prakrti dan dalam keadaan tidak seimbang disebut sebagai Vikrti, yaitu
keadaan yang heterogen. Tiga guna inioleh filsuf Samkhya yang beraliran nonteistik
dinyatakan sebagai penyebab terakhir dari aktifitas (calam); dan Tamas adalah berat
dan gelap, lesu atau menutupi (guru danavarna). Guna itu tidak berbentuk dan selalu
ada (omnipresent) yang dalam keadaan seimbang menyerahkan sifat-sifatnya kedalam
yang satu dengan yang lainnya. Dalam keadaan tidak seimbang, rajas dikatakan
sebagai pusat dari sattva dan tamas, yang menghasilkan penciptaan karena
memanifestasikan dirinya dengan demikian rajas menghasilkan pasangan-pasangan
yang berlawanan.sebaliknya Raja juga tergantung dari Sattpa dan Tamas, karena
aktifitas tidakakan terjadi tanpa adanya obyek dan media leat mana ia beraktifitas.
Dalam keadaan memanifestasikan diri, salah satu guna mendominasi duaguna
lainnya, tetapi tidak pernah terjadi secara sepenuhnya terpisah atau absen satu sama
lainnya karena secara keseimbangan mereka bereaksi antara satu dengan yang
lainnya. Dengan pengaruh rajas maka kekuatan sattvika maka kecepatan yang tinggi
dan unit kekuatan itu terpecah menjadi bagian-bagian. Dalamtahapan tertentu
barangkal percepatan berkurang dan mereka mulai mendekat dan mendekat satusama
lainnya.kontraksi dari kekuatan Sattvika maka akan terbentuk Tamas, dan dalam
waktu yang bersamaan dorongan dari kekuatan aktif (rajas) juga terjadi pada Tamas
dan dalam kontraksi itu terjadilah ekspansi yang cepat. Dengan demikian guna itu
secara terus menerus merubah keunggulan mereka mengatasi yang lainnya.
Keunggulan Sattva dari Tamas dan sebaliknya, keunggulan Sattva pada Tamas terjadi
secara bersamaan dalam proses tersebut, dan pergantiian itu terjadi pada setiap saat.
Sattva dan Tamas dan dalam penampakannya merupakan terang dan tidak berbobot
sedang yang lain merupakan gelap dan berat. Tapi pasangan ini bekerja secara
bersama-sama dalam penciptaan dan peleburan seperti halnya benda-benda bergerak
dari yang halus. Ekspansi kekuatan energi yang tertimbun dalam bentuk-bentuk yang
halus, darimana ia memafestasikan dari dalam bentuk keseimbangan yang baru.
Keseimbangan yang sifatnya relatif ini merupakan suatu tahapan tertentu dari proses
evolusi itu sendiri. Memang kelihatannya ada suatu konflikyang berkesinambungan
antara guna-guna itu, tapi sesungguhnya ada kerjasama yang sempurna selama proses
penciptaan oleh karena lewat interaksi yang berkesinambunganitulah aliran kosmis
dan kehidupan individual terus berlangsung. Guna-guna itu memiliki peranan yang
sama dalam tubuh dan pikian manusia sepertihalnya yang terjadi pada alam semesta
secara keseluruhan.
4. Atheistik
Tujuan akhir dari Ajaran Samkhya adalah kelepasan. Kelepasan dapat dicapai
oleh seseorang bila orang tersebut menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam
pikiran, perasaan, dan badan jasmani. Bila seseoarng belum menyadari hal itu, maka
ia tidak akan dapat mencapai kelepasan, akibatnya ia mengalami kelahiran yang
berulang-ulang. Jalan untuk mencapai kelaepasan adalah melalui pengetahuan yang
benar, latihan kerohanian yang terus menerus,merealisasikan perbedaan purusa dan
prakerti serta cinta kasih terhadap semua makhluk. Dengan demikian samkhya
menekankan pada jalan jnanadalam wujud wiweka dan kebijaksanaan untuk
melepaskan purusa dari jebakan prakerti.