Rangkuman Materi Sejarah Indonesia Untuk Kelas 11
Rangkuman Materi Sejarah Indonesia Untuk Kelas 11
OLEH :
NOVELIA ANANDA FITRILA
KELAS XII MS 3
BAB 1
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat
1) Sir Francis Drake (1577-1580), melakukan pelayaran keliling dunia hingga memborong
rempah-rempah di Ternate.
2) Pilgrim Fathers, melakukan pelayaran pada tahun 1607 hingga mendarat di Amerika Utara.
3) Sir James Lancester berhasil mendarat di Aceh dan Penang pada tahun 1591, pada tahun
1602 berhasil mendarat di Aceh yang dilanjutkan ke Banten.
4) Sir Henry Middleton, pada tahun 1604 berhasil mendarat di Ternate, Tidore, Ambon dan
Banda.
5) William Dampier, pada tahun 1688 berhasil mendarat di Australia kemudian melanjutkan
pelayaran dengan menelusuri pantai ke arah Utara.
6) James Cook, pada tahun 1770 berhasil mendarat di Pantai Timur Australia sehingga diklaim
sebagai penemu Benua Australia.
1) Barentz, pada tahun 1594 mencari daerah Timur (Asia) melalui jalur lain yaitu ke Utara.
2) Cornelis de Houtman, pada tahun 1596 berhasil mendarat di Banten.
3) Jacob van Neck, berhasil mendarat di Banten pada 28 November 1598 dan berhasil
mendapatkan rempah-rempah yang banyak. Sehingga banyak pedagang Belanda yang
datang ke Indonesia. Atas usulan Johan van Oldenbarnevelt dibentuklah kongsi dagang
Belanda pada 20 Maret 1602 yang bernama Vereenigde Oost IndischeCompagnie (VOC).
VOC dipimpin oleh Gubernur Jenderal, sebagai Gubernur Jenderal yang pertama yaitu
Gubernur Jenderal Pieter Both pada tahun 1609. Kemudian diganti oleh Gubernur Jenderal
Jan Pieter Zoon Coen tahun 1617.
Tujuan dari pembentukan kongsi dagang ini adalah menghindarkan persaingan yang
tidak sehat antarpedagang Belanda sendiri, memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi
persaingan dengan pedagang-pedagang Eropa lain misalnya East India Company (EIC),
membantu pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang
menguasainya, melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.
Dalam menjalankan tugasnya, VOC memiliki hak khusus yaitu hak oktroi (hak untuk
dapat bertindak sebagai negara sendiri). Hak tersebut meliputi memonopoli perdagangan,
memiliki tentara sendiri dan mendirikan benteng-benteng, mencetak dan mengedarkan mata
uang sendiri, mengangkat pegawai dari kalangan Belanda atau pribumi, membuat peradilan
sendiri, memerintah di negeri jajahan.
Setelah berkuasa ± 200 tahun, VOC mengalami kebangkrutan dan dibubarkan pada
tanggal 31 Desember 1799. Hal ini disebabkan kas VOC kosong, pegawai VOC yang
korupsi, banyaknya biaya untuk perang, tidak mampu bersaing dengan kongsi dagang lain,
adanya perdagangan gelap.
4) Abel Tasman, berhasil berlayar mencapai perairan di sebelah Tenggara Australia dan
menemukan Pulau Tasmania pada tahun 1642.
c. Politik etis
Politik ini dikemukakan oleh van Deventer dan disebut politik balas budi karena Belanda
memiliki banyak utang budi kepada rakyat Indonesia yang dianggap telah membantu
kemakmuran Belanda. Dalam politik ini berisi tentang tiga hal yang sering disebut Trilogi
van Deventer. Isi dari trilogi van Deventer yaitu: Irigasi (pengairan); Edukasi (pendidikan);
Migrasi (perpindahan penduduk).
C. Munculnya Berbagai Perlawanan
c. Maluku Bergolak
Pada tahun 1529 terjadilah perang antara Portugis dengan Kerajaan Tidore. Portugis dibantu
oleh Kerajaan Ternate dan Bacan sedangkan Kerajaan Tidore di bantu oleh Spanyol. Sultan
Hairun dikhianati dan lalu dihukum mati. Itulah yang menyebabkan rakyat Tidore marah dan
menyerang Portugis habis habisan
c.Perlawanan Trunajaya
Kerajaan Mataram mengadakan perjanjian perdamaian dengana VOC. Isi perjanjian tersebut
yaitu :
a. Mataram mengakui kekuasaan VOC di Batavia
b. Mataram boleh berdagang di seluruh Indonesia kecuali Maluku
c. VOC mengirim duta setiap tahun ke Kerajaan Mataram
d. Diadakan tukar menukar tawanan perang
karena Raja Amangkurat bertindak sewenang wenang terhapat rakyat terjadilah
pemberontakan Trunajaya yang dipimpin oleh Pangeran Adipati Anom yang mendapat
bantuan dari Makassar yang dipimpin oleh Karaeng Galesung.
a.Perlawanan di Maluku
Perlawanan terjadi karena Belanda memaksa masyarakat menyerahkan berbagai macam hasil
bumi. Pada malam hari tanggal 15 Mei 1817 para pemuda Saparua di bawah pimpinan
Pattimura mereka mambakar kapal kapal di pelabuhan Belanda. Namun pada tanggal 16
Desember 1817 Pattimura dihukum gantung oleh Belanda.
b.Perang Padri (1815 – 1837)
Perang ini tidak lepas dari pertentangan kaum adat dan kaum padri. Pertempuran terjadi
karena Belanda menyuruh kaum adat dan padri untuk kerja rodi. Peperangan ini dipimpin
oleh Tuanku Imam Bonjol dan mendapat bantuan dari Sentot Alibasah. Namun Tuanku
Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur.
2. Faktor Ekstern
a. Kemenangan Jepang atas Rusia
b. Partai Kongres di India
c. Filipina dibawah Jose Rizal
d. Gerakan Nasionalisme Cina
e. Gerakan Turki Muda.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar
lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif
dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha
memantapkan keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum
dari pemerintah Belanda. Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar
Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua
aliran berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak
bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah
gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang
menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto
Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi
Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin
lambannya Budi Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk
umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan
kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik.
Berikut ini beberapa bentuk peran politik Budi Utomo.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih
terbatas di kalangan penduduk pribumi. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan
pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam
Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur
dari arena politik.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada
tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan
hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur
Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah
kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul dari
pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme.
Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah
haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai
rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain
terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI
Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh
H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di
Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang
merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kegiatan Indische Vereeniging semakin tegas dan radikal, dan telah berkembang ke arah
politik. Sejalan dengan semakin meluasnya pemakaian nama Indonesische, dirasa perlu untuk
mengubah nama organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924. Majalah
Hindia Poetra pun ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui rapat pada
tanggal 3 Februari 1925 akhirnya Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan
Indonesia (PI). Semboyan “Indonesia Merdeka” sudah menjadi slogan meskipun
mengatakannya dengan Bahasa Belanda. Melalui media “Indonesia Merdeka” dan kegiatan
internasional, dunia internasional mengetahui aktivitas perjuangan para pemuda Indonesia.
Berikut ini kegiatan-kegiatan internasional yang diikuti oleh PI.
a. Mengikuti Kongres ke-6 Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Paris
pada tahun 1926. Delegasi Perhimpunan Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta.
b. Mengikuti Kongres I Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Berlin
pada tahun 1927, mengirimkan Mohammad Hatta, Nasir Pamuncak, Batot, dan Achmad
Subardjo. Dalam perjalanannya Perhimpunan Indonesia mengalami banyak tekanan dari
pemerintah Belanda, lebih-lebih setelah terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia
pada tahun 1926. Pengawasan dilakukan semakin ketat. Meskipun demikian, pada tanggal 25
Desember 1926 Semaun bersama Mohammad Hatta menandatangani suatu kesepakatan yang
dikenal dengan Konvensi Hatta-Semaun. Dalam kesepakatan itu ditekankan pada upaya
Perhimpunan
Indonesia tetap pada garis perjuangan kebangsaan dan diharapkan PKI dengan ormas-
ormasnya tidak menghalang-halangi Perhimpunan Indonesia dalam mewujudkan
citacitanya. Cita-cita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam 4 pokok ideologi dengan
memerhatikan masalah sosial, ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan
politik yang dikembangkan sejak tahun 1925. Keempat pokok ideologi tersebut adalah
kesatuan nasional, solidaritas, non-kooperasi, dan swadaya.
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya
PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-
temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh
Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.
PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang
ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat dengan
mudah dilakukan karena ada beberapa faktor berikut.
a. Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana pemerintah Belanda lebih memberi
pengakuan kepada cabang Sarekat Islam lokal.
b. Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV
harus keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
Setelah berhasil menyusup dalam tubuh SI, jumlah anggota PKI semakin besar. PKI
berkembang pesat. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan PKI berkembang
pesat.
a. Propagandanya yang sangat menarik.
b. Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan.
c. Pandai merebut massa rakyat yang tergabung dalam partai lain.
d. Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis.
e. Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow.
Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas.
Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia karena
massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan
ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk
lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan
penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang
gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih
melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
Peranan PNI dalam pergerakan nasional Indonesia sangat besar. Menyadari perlunya
pernyataan segala potensi rakyat, PNI memelopori berdirinya Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI diikuti oleh PSII (Partai Sarekat
Islam Indonesia), Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische
Studi Club, dan Algemeene Studie Club. Berikut ini ada dua jenis tindakan yang
dilaksanakan untuk memperkokoh diri dan berpengaruh di masyarakat.
1. Ke dalam, mengadakan usaha-usaha dari dan untuk lingkungan sendiri seperti
mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah, bank dan sebagainya.
2. Keluar, dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-
rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan
Indonesia di Jakarta.
Kegiatan PNI ini cepat menarik massa dan hal ini sangat mencemaskan pemerintah kolonial
Belanda. Pengawasan terhadap kegiatan politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan
tindakantindakan penggeledahan dan penangkapan. Dengan berkembangnya desas desus
bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R.
Gatot Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman
oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno dengan kepiawaiannya
melakukan pembelaan yang diberi judul “Indonesia Menggugat”. Penangkapan terhadap para
tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan berat dan menggoyahkan keberlangsungan partai.
Dalam suatu kongres luar biasa yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April 1931, diambil
keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran ini menimbulkan pro dan kontra. Mr.
Sartono kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran masuk
dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta
dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai asas PNI yang lama
yaitu self help dan nonkooperasi. Namun di antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal
strategi perjuangan. PNI Baru lebih mengutaman pendidikan politik dan sosial, sedangkan
Partindo mengutamakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan
tersebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
b. Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI
pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun
1929. Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi
politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional.
Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help dan
nonkooperasi. Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun
1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat
radikal menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak
bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan
Moh.
Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga
menganut asas insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
a. mencapai Indonesia Merdeka,
b. memperkokoh ekonomi Indonesia,
c. mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d. memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya diselenggarakan
suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya
mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian
kepada Indonesia suatu pemerintah yang berdiri sendiri. Namun usul tersebut ditolak oleh
pemerintah kolonial Belanda. Adanya kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda
tersebut, atas prakarsa Moh. Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah
Gabungan Politik Indonesia (Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong
terbentuknya Gapi.
a. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah
antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi
pemerintahan yang berdiri sendiri.
b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
c. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen
sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia
Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk
komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman.
Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Namun, setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang
mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia
berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan tersebut, sebab
dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan rakyat Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan itu, Muhammadiyah melakukan beberapa upaya berikut.
a. Mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama
dan kurikulum yang modern.
b. Mendirikan rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
c. Mendirikan rumah yatim piatu.
d. Mendirikan perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.
Di samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan
bangsa antara lain, berikut ini.
a. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri
pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman
Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi
kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura.
Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi,
bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Surabaya. Dalam
rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah yang juga diberi nama Tri
Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo secara nyata dalam anggaran dasarnya.
a. Ingin menghidupkan persatuan dan kesatuan, di antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali,
dan Lombok.
b. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan.
Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan
Lombok.
Tujuan Kongres Pemuda I adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan
kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.
Hal yang menjadi agenda pembicaraan adalah tentang usulan bahasa Indonesia yaitu bahasa
Melayu sebagai bahasa persatuan. Mengenai usulan fusi untuk semua perkumpulan pemuda,
tidak ada keputusan. Setelah berlangsungnya kongres pertama, para pemuda semakin tergerak
untuk menindaklanjuti dengan melakukan kongres berikutnya. Oleh karena itu, setelah
diawali pertemuan pendahuluan terbentuklah susunan panitia seperti berikut.
Ketua : Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Kongres Pemuda II berlangsung sejak tanggal 27 Oktober 1928 dan berakhir tanggal 28
Oktober 1928. Kongres Pemuda II diadakan sebanyak tiga kali rapat.
a. Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein.
b. Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di
Koningsplein Noord.
c. Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat
Raya 106 Jakarta.
MATERI PELAJARAN SEMESTER 2
BAB 1
Tirani Matahari Terbit
Pada pertengahan tahun 1942timbul pemikiran dari markas besar tentara jepang agar
penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran
(Termasuk Semimiliter).Diseluruh kepulauan indonesia bekas Hindia Belanda itu dibagi
menjadi tiga wilayah pemerintahan militer:
a.Pemerintahan Militer Angkatan Darat,Yaitu Tentara kedua puluh lima (Tomi Shudan)
untuk sumatera.Pusatnya Di Bukittinggi
b.Pemerintahan Militer Angkatan Darat,Yaitu Tentara keenam belas (Asamu Shudan)
untuk jawa dan madura.Pusatnya di Jakarta.Kekuatan Pemerintahan Militer ini kemudian
di tambah dengan Angkatan Laut(Ni Nangkenkantai).
c.Pemerintahan Militer Angkatan Laut.Yaitu (Armada selatan kedua) untuk daerah
kalimantan,sulawesi,dan maluku.Pusatnya di Makassar.
Berdasarkan Osamu Seirei berisi ketentuan sebagai berikut:
a.Jabatan Gubenur Jendral pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan
yang dahulu dipegangnya diambil ahlioleh panglima tentara jepang di jawa.
b.Para pejabat pemerintahan sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap
diakui kedudukanya,asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan jepang.
c.Badan-badan Pemerintahan dan undang-undang dimasa belanda tetap diakui secara sah
untuk sementara waktu,asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer
jepang.
4. Pemerintahan sipil
2.Organisasi Militer
a.Heiho
Heiho(pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam
organisasi militer Jepang,baik angkatan darat maupun laut. Syarat-syarat untuk menjadi
tentara Heiho antara lain: (1) Umur 18-25 tahun,(2) Berbadan sehat,(3) Berkelakuan baik,dan
(4) Berpendidikan minimal sekolah dasar. Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu
tentara Jepang. Kegiatannya antara lain,membangun kubu-kubu pertahanan,menjaga kamp
tahanan,dan membantu perang tantara Jepang sebagai contoh,banyak anggota Heiho yang
ikut perang melawan tantara serikat di Kalimantan,Irian,bahkan ada yang sampai ke Birma.
b.Peta
Jepang berencana membentuk pasuakn untuk mempertahankan tanah air Indonesia yang
disebut pasukan pembelah tanah air (Peta) Jepang berupaya mempertahankan Indonesia dari
serangan sekutu secara sungguh-sungguh. Hal ini bisa saja didasari oleh rasa was-was yang
makin meningkat karena situasi di medan perang yang bertambah sulit sehingga disamping
Heiho,Jepang juga membentuk organisasi Peta(Pembela Tanah Air). Peta adalah organisasi
militer karena itu,para anggota peta mendapatkan latihan kemiliteran. Mula-mula yang
ditugasi untuk melatih anggota pera adalah seksi khusu dari bagian intelijen yang disebut
Tokubetsu Han.
Latihan tugas intelijen dipimpin oleh Yanagawa. Latihan ini kemudian berkembang secara
sistematis dan terprogram. Penyelenggannya berada di dalam Seinen Dojo(panti latihan
pemuda) yang terletak di Tangerang. Mula-mula anggota yang dilatih hanya 40 orang dari
seluruh Jawa.Akhirnya,pada tanggal 3 oktober 1943 secara resmi berdirilah peta. Berdirinya
peta ini berdasarkan peraturan dari pemerintah Jepang yang disebut Osamu Sainendan,nomor
44. Banyak di antara berbagai lapisan masyarakat yang tertarik menjadi anggota peta sampai
akhir pendudukan Jepang,anggota peta ada sekitar 37000 orang di Jawa dan sekitar 20000
orang di Sumatra. Di Sumatra namanya lenih terkenal dengan Giyugun(prajurit-prajurit
sukarela). Orang-orang peta inilah yang akan banyak berperang dibidang ketentaraan di masa
berikutnya. Beberapa tokoh terkenal di dalm peta,antara lain Supriadi dan Sudirman
3.Organisasi-organisasi militer dan semimiliter
a.Pengerahan tenaga pemuda
Sebelum resmi membentuk organisasi-organisasi semimiliter,jepang telah melatih pemuda
untuk menjadi pemuda yang disiplin,memiliki semangat yang tinggi(seishin),dan berjiwa
kesartia (bushido) yang tinggi.salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai tersebut kepada
kaum muda adalah dengan pendidikan,baik pendidikan umum maupun pendidikan
khusus.pendidikan umum berupa seperti sekolah dasar dan sekolah menengah.sedangkan
pendidikan khusus berupa latihan-latihan yang diadakan oleh jepang,seperti BPAR(Barisan
Pemuda Asia Raya),yang berpusat di jakarta.
Barisan Pemuda Asia Raya diresmikan pada tanggal 11 juni 1942 dengan pimpinan dr.slamet
sudibyo dan S.A Soleh.Program latihan ini diadakan dalam jangka waktu 3 bulan dan jumlah
peserta tidak di batasi.selain,BPAR jepang juga membentuk wadah latihan yang disebut San
A Seinen Kutensho yang diprakarsai oleh H.Shimuzu Dan Wakabayashi.Latihan ini diadakan
selama satu setengah bulan.Pada tahap pertama pelatihan,telah dilantik sebanyak 250 orang.
b.Organisasi Semimiliter
Seinendan
Seinendan (korps pemuda) adalah organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun.Pada
awalnya, seinendan beranggota 3.500 orang pemuda dari jawa.Tujuan dibentuknya seinendan
adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan
tanah airnya dengan kekuatan sendirinya.Untuk memperbanyak jumlah seinndan ,jepang juga
menggerakan seinendan bagi putri yang disebut josyi seinendan.Sampai pada akhirnya
seinendan berjumlah sekitar 500.000 Pemuda.Tokoh-tokoh indonesia yang pernah menjadi
anggota seinendan adalah Sukarni dan Latif Hendraningrat
Keibodan
Organisasi keibodan (krops kewaspadaan) merupakan organisasi semimiliter yang
anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun.Ketentuan utama dari organisasi
keibon adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik.Pembina Keibodan adalah
Depatermen Kepolisian(keimubu) dan di daerah syu(shu) dibina oleh bagian
kepolisian(keisatsubu).Dikalangan orang-orang cina juga di bentuk keibodan yang
dinamakan kakyo keibotai.
Organisasi Seinendan dan keibodan dibentuk di daerah-daerah seluruh indonesia,meskipun
namanya berbeda-beda.Misalnya di sumatera disebut Bogodan dan di kalimantan disebut
konan kokokudan.dengan jumlah anggota Dua juta orang.Pada bulan Agustus 1943 dibentuk
Funjikai(Perkumpulan wanita) yang anggotanya minimal berusia 15 tahun.Dan pada tahun
1944 dibentuk “Pasukan Srikandi” dan juga dibentuk organisasi untuk anak SD yang disebut
seinentai(Barisan murid sekolah dasar),kemudian dibentuk Gakukotai(Barisan murid sekolah
dasar).
Barisan Pelopor
Pada tanggal 1 November 1944 dibentuk organisasi yang bernama barisan pelopor.Barisan
pelopor ini berada dibawah naungan jawa Hokokai.Anggotanya mencapai 60.000
orang.Dimana dipimpim oleh seorang nasionalis ,yakni ir.Soekarno yang di bantu oleh R.P
suroso,Otto Iskandardinata,dan Buntara Martoatmojo.Anggota barisan pelopor istimewa ada
100 orang dengan ketuanya adalah Sudiro.
Hizbullah
Pada tanggal 7 september 1944,PM jepang,Kaiso mengeluarkan janji mengeluarkan
kemerdekaan untuk indonesia.Jepang merencanakan untuk membentuk pasukan cadangan
khusus dan pemuda-pemuda sebanyak 40.000 orang.Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri
pasukan sukarelawan islami yang bernama hizbullah(Tentara Allah).
Para pelajar harus menghormati budaya dan adat istiadat Jepang. Mereka juga harus
melakukan kegiatan kerja bakti (kinrohosyi). Kegiatan kerja bakti itu
meliputi,pengumpulan bahan-bahan untuk perang,penanaman bahan makanan,penanaman
pohon jarak,perbaikan jalan,dan pembersihan asrama. Para pelajar juga harus mengikuti
kegiatan latihan jasmani dan kemiliteran. Mereka harus benar-benar menjalankan semangat
Jepang(Nippon Seishin). Para pelajar juga harus menyanyikan lagu Kinigayo,menghormati
bendera Hinomaru dan melakukan gerak badan (taiso) serta seikerei. Akibat keputusan
pemerintah Jepang tersebut,membuat angka buta huruf menjadi meningkat.
3. Pengerahan Romusa
Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati,kemudian berubah menjadi kebencian.
Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintahn Jepang daripada pemerintahan Kolonial
Belanda. Jepang sering kali bertindak sewenag-wenang. Pada masa pendudukan Jepang
banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja
sebagai perawat atau disekokahkan,ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kempetai.
Kondisi itu menambah deretan penderitaan rakyat di bawah kendali penjajah Jepang.
Kemudia timbullah berbagai perlawanan.
a.Aceh Angkat Senjata
Salah satu perlawanan terhadap Jepang di Aceh adalah perlawanan rakyat yang terjadi di
Cot Plieng yang dipimpin oleh Abdul Jalil. Ia adalah seorang ulama muda,guru mengaji di
daerah Cot Plieng,Provinsi Aceh. Karena melihat kekejaman dan kesewenangan pemerintah
pendudukan Jepang,terutama terhadap romusa,maka rakyat Cot Plieng melancarkan
perlawanan. Di Lhokseumawe,Abdul Jalil berhasil menggerakkan rakyat dan para santri di
sekitar Cot Plieng. Jepang membujuk Abdul Jalil untuk berdamai,tetapi Abdul Jalil
menolak,pada tanggal 10 November 192,Jepag mengerahkan pasukannya untuk menyerang
Cot Plieng.
Kemudian,pertempuran berlanjut hingga pada tanggal 24 November 1942,saat rakyat
sedang ,menjalankan ibadah salat subuh. Karena diserang,maka rakyat pun dengan sekuat
tenaga melawan. Beberapa hari kemudian,saat Abdul Jalil dan pengikutnya sedang
menjalankan sholat,mereka ditembak oleh tentara Jepang sehingga Abdul Jalil gugur sebagai
pahlawan bangsa.
Dalam pertempuran ini,rakyat yang gugur sebanyak 120 orang dan 150 orang luka-
luka,sedangkan Jepang kehilangan 90 orang prajuritnya. Kebencian rakyat Aceh terhadap
Jepang semakin meluas sehingga meunculkan perlawanan di Jangka Buyadi bawah pimpinan
perwira Gyugun Abdul Hamid. Dalam situasi perang yang meluas ke berbagai tempat,Jepang
mencari cara yang efektif untuk menghentikan perawanan Abdul Hamid.Jepang menangkap
dan menyandera semua anggota keluarga Abdul Hamid. Dengan berat hati akhirnya Abdul
Hamid mengakhiri perlawanannya.
b.Perlawanan di Singaparna
Singaparna merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Barat,yang rakyatnya dikenal
sangat religious dan memiliki jiwa patriotik. Rakyat Singaparna sangat anti terhadap
dominasi asing. Oleh karena itu,rakyat Singaparna sangat benci terhadap pendudukan
Jepang,apalagi ketika mengetahui perilaku pemerintan Jepang yang sangat kejam. Kebijakan-
kebijakan Jepang banyak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam-ajaran yang banyak dianut
oleh masyarakat Singaparna. Atas dasar pandangan dan ajaran Islam,rakyat Singaparna
melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang. Perlawanan itu juga diatarbelakangi
oleh kehidupan rakyat yang semakin menderita. Kemudian secara khusus rakyat Singaparna
di bawah Kiai Zainal Mustafamenentang keras untuk melakukan seikeirei. Itulah sebabnya
rakyat Singaparna mengangkat senhata melawan Jepang. Perlawananmeletus pada bulan
Februari 1944.Perlawanan dipimpin oleh Kiai Zainal Mustafa,seorang ajeengan di
Sukamanah,Singaparna Pertempuran dimulai pada hari jumat di bulan Februari 1944. Karena
jumlah pasukan yang lebih besar dan peralatan senjata yang lebih lengkap,tentara Jepang
berhasil mengalahkan pasukan Zainal Mustafa. Kiai Zainal ditangkap Jepang bersama
gurunya Kiai Emar serta pengikutnya diangkut ke Jakarta. Pada tanggal 25 Oktober
1944,mereka dihukum mati.
c.Perlawanan di Indramayu
Perlawanan terhadap kekejaman Jepang juga terjadi di daerah Indramayu. Latar belakang dan
sebab-sebab perlawanan itu tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Singaparna.
Perlawanan rakyat Indramayu terjadi di desa Kaplongan,Distrik Karangampel pada bulan
April 1944.
Kemudian pada bulan Juli muncul pula perlawanan di esa Cidempet,Kecamatan Lohbener.
Perlawanan tersebut terjadi ketika rakyat merasa tertindas dengan adanya kebijakan penaikan
hasil padi yang sangat memberatkan. Rakyat melawan dan protes,mereka bersemboyan “lebih
baik mati melawan Jepang daripada mati kelaparan”. Namun rakyat tidak mampu melawan
kekuatan Jepang yang didukung dengan tentara dan peralatan yang lengkap. Rakyat telah
menjadi korban dalam membela bumi tanah airnya.
d. Rakyat Kalimantan Angkat Senjata
Perlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang juga terjadi di Kalimantan ,peristiwa yang
hamper sama dengan apa yang terjadi di Jawa dan Sumatra. Salah satu erlaawanan di
Kalimantan adalah perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma,seorang pemimpin Suku
Dayak. Pang Suma dan pengikutnya melancarkan perlawanan Jepang dengan taktik perang
gerilnya. Mereka dibantu rakyat yang militant dan dengan memanfaatkan keuntungan alam
rimba belantara,sungai,rawa.dandaerah yang sulit ditempuh perlawanan berkobar dengan
sengitnya. Namun adanya mata-mata Jepang sering membuat perlawanan para pejuang
Indonesia dapat dikahkan oleh penjajah. Demikian juga perlawanan rakyart yang dipimpin
Pang Suma di Kalimantan ini akhirnya mengalami kegagalan.
e.Perlawanan Rakyat Irian
Gerakan perlawanan yang terkenal di Papua adalah “Gerakan Koreri” yang berpusat di Biak
dengan pemimpinnya bernama L.Rumkorem. Biak merupakan pusat pergolakan untuk
melawan pendudukan Jepang. Rakyat Irian terus memberikan perlawanan di berbagai tempat.
Mereka melakukan taktik perang gerilnya,Jepang cukup kewalahan menghadapi keberanian
dan taktik gerilnya orang-orang Irian. Akhirnya Jepang tidak mampu bertahan menghadapi
para pejuang Irian tersebut. Jepang akhirnya meninggalkan Biak,oleh karena itu dapat
dikatakan Pulau Biak ini merupakan daerah bebas dan merdeka yang peratama di Indonesia.
Ternyata perlawan ini meluas ke berbagai daerah,dari Biak kemudian ke Yapen Selatan.
Pelawanan di daerah ini berlangsung sangat lama bahkan sampai kemudian tentara Jepang
dikalahkan sekutu.
f.Peta di Blitar Angkat Senjata
Sebagai komandan Peta,Supriyadi cukup memahami penderitaan rakyat akibat penindasan
yang dilakukan Jepang. Penderitaan rakyat itulah yang menimbulkan rencana para anggota
Peta di Blitar untuk melancarkan perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Pada tanggal 29
Februari 1945 dini hari,Supriyadi dengan teman-temannya mulai bergerak.Setelah pihak
Jepang mengetahui adanya gerakan penyerbuan,mereka segara mendatangkan pasukan yang
semuanya orang Jepang. Pimpinan tentara Jepang kemudian menyerukan kepada segenap
anggota Peta yang melakukan serangan,agar segara kembali ke induk kesatuan masing-
masing. Beberapa kesatuan mulai memenuhi perintah pimpinan tentara Jepang. Tetapi
mereka yang kembali ke induk pasukannya memenuhi panggilan justru
ditangkap,ditahan,dan disiksa oleh polisi Jepang. Selanjutnya diserukan kepada anak buah
Supriyadi agar menyerah dan kembali ke indk pasukannya,Supriyadi memenuhi panggilan
tersebut. Namun pasukan yang tetap melakukan perlawanan yang dipimpin
Shodanco,Supriyadi,dan Muradi itu membuat pertahanan di lereng Gunung Kawi dan Distrik
Pare.
Untukmenghadapi perlawanan pasukan Peta,Jepang mengerahkan semua pasukannya dan
mulai memblokir serta mengepung pertahanan pasukan Peta tersebut. Jepang mulai
menggunakan tipu muslihat,komandan pasukan Jepang pura-pura menyerah kepada pasukan
Muradi. Kolonel Katagiri kemudian bertukar pikiran dengan anggota pasukan Peta,Kolonel
Katagiri berhasil mengadakan persetujuan dengan mereka. Katagiri menjanjikan,bahwa
segala sesuatu akan dianggap soal interen daidan,dan akan diurus Daidanco Surakhmad.
Mereka akan diterima kembali dan tidak akan dibawa ke depan pengadilan mliter. Dengan
hasil kesepakatan itu mereka menyatakan mensal at as perbuatan melawan Jepang dan
berjanji untuk setia kepada kesatuannya. Tidak terlalu lama akhirnya perlawanan Peta di
Blitar di bawah pimpinan Supriyadi ini dapat dipadamkan. Tokoh-tokoh dan anggota Peta
yang ditangkap kemudian diadili di depann Mahkamah Militer Jepang di Jakarta.
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora
kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka tergabung
dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945,
mereka bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka
membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta,
ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya
adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka
kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap
untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan
golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo
menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah
Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan.
Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des
Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan
setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan
rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI
diterima oleh para tokoh Indonesia.
3. Perumusan Teks Proklamasi Hingga Pagi
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro
Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala
pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-
Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi
Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima
kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal
16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo,
tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia
sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta
menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang
bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta
meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura
tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan
ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia
mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat
(Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan
Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks
Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura,
Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan
oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah,
Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang
mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada
Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan
agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung
Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta,
Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim
Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut
menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor
(Laut) Dr. Hermann Kandeler.Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di
Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno,
Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).
4. Pembacaan Proklamasi Pukul 10.00 Pagi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di
ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks
proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks
proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik,
Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu
adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi
Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman
Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan
proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera
Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan
oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan
pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah
Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut.
Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang
Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera
berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut
masih disimpan di Istana Merdeka.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang
dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat
mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan
Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil
keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar
negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian
terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI)
dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan
dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden
dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
B. Menganalisis Terbentuknya NKRI Dari Rengasdengklok Hingga Pegangsaan
Timur 1.Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
PPKI menetapkan keputusan penting bagi kehidupan bangsa indonesia,yaitu :
a. Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang
kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar tahun 1945.
b. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan Ir.Soekarno sebagai Presiden
dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakilnya.
2. Pembentukan Departemen dan Pemerintahan Daerah
Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI melanjutkan sidang dan hasilnya melahirkan
keputusan sebagai berikut :
a. Pembagian wilayah negara Republik Indonesia menjadi 8 provinsi
b. Pembentukan Departemen dan penunjukan para Mentri.
3. Pembentukan Badan-Badan Negara
Pembentukan anggota KNIP dan KNIP diberi kekuasaan dan kewenangan legislatif untuk
ikut serta menetapkan GBHN sebelum MPR dibentuk.
4. Pembentukan Kabinet
Kabinet pertama dibentuk pada tanggal 2 September 1945, Kabinet RI dipimpin oleh
Presiden Soekarno.
5. Pembentukan Berbagai Partai Politik
Komite van aksi merupakan gerakan yang bertugas dalam pelucutan senjata tentara Jepang
dan merebut kantor-kantor yang masih diduduki Jepang.Selain itu muncul juga badan
perjuangan seperti API,BARA,BBI,dll.
7. Lahirnya Tentara Nasional Indonesia
BAB 3
Revolusi Menegakkan Panji-Panji NKRI
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk
menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946
bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda
dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan
senjata (14 Oktober) serta meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai
tanggal 11 November 1946.
Linggarjati merupakan kota kecil yang berda dikurang lebih 21 km sebelah barat Cirebon.
Perundingan Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam
perundingan Linggarjati delegasi Indonesia dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir,
sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn serta Dr. H,J. Van. Mook.
Penengah serta pemimpin perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam. Hasil
perundingan diumumkan pada tanggal 15 November 1946 serta sudah tersusun sebagai
naskah persetujuan yang terdiri atas 17 pasal, antara lain berisi sebagai berikut:
Belanda mengakui dengan cara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang
meliputi Sumatra, Jawa serta Madura. Belanda wajib meninggalkan wilayah de facto paling
lambat 1 Januari 1949.
Republik Indonesia serta Belanda bakal bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia
Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu tahapnya merupakan
Republik Indonesia
Republik Indonesia Serikat serta Belanda bakal membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan
Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Hasil perundingan Linggarjati menimulkan beberapa pendapat pro serta kontra di kalngan
partai politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati memenyesalkan pihak Reopublik
Indonesia krena wilayahnya terus sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura serta Sumatera.
Faktor ini menyebababkan terjadinya pergolakan di Bali Novmber 1946 dibawah ceo Letnan
Kolonel Gusti Ngurah Rai, dengan perang puputan/ perang habis-habisan (puputan
Margarana ) serta pertempuran Manado dipimpin Letkol Taulu yang dibantu oleh Residen
Lapian melawan tentara KNIL (Belanda).
2. Agresi Militer Belanda I
Direncanakan oleh Van Mook, dia merencanakan negara-negara boneka dan ingin
mengembalikan kekuasaan Belanda atas Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pihak
Belanda melanggar perundingan linggarjati yang telah disepakati sebelumnya, bahkan
mereka menyobek kertas perjanjian tersebut. Kemudian pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda
melancarkan aksi militer pertama dengan target utama kota-kota besar di pulau Jawa dan
Sumatra. Agresi Militer Belanda 1 ternyata menimbulkan reaksi yang hebat dari dunia
internasional. Pada tanggal 30 Juli 1947, pemerintah India dan Australia mengajukan
permintaan resmi agar masalah Indonesia segera dimasukkan dalam daftar acara Dewan
Keamanan PBB. Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan
penghentian dari kedua belah pihak yang mulai berlaku tanggal 4 Agustus 1947. Untuk
mengawasi pelaksanaan perjanjian gencatan senjata tersebut, maka dibentuk suatu Komisi
Konsuler yang anggotanya adalah konsul jenderal yang berada di Indonesia.
3. Komisi Tiga Negara
KTN merupakan sebuahkomite yang dibentik oleh Dewan Keamanan PBB yg bakal menjadi
penengah konflik antara Indonesia serta Belanda. Komite ini di kenal sebagai Committee of
Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), Komisi Tiga Negara
(KTN), disebut begitu sebab beranggotakan tiga negara, yaitu :
1. Australia yang dipilih oleh Indonesia diwakili oleh Richard C. Kirby
2. Belgia yang dipilih oleh Belanda diwakili oleh Paul van Zeeland
3. Amerika Serikat sebagai pihak yang netral menunjuk Dr. Frank
Graham. Tugas KTN
1. Menguasai dengan cara langsung penghentian tembak menembak sesuai dengan
resolusi PBB
2. Menjadi penengah konflik antara Indonesia serta Belanda.
3. Memasang patok-patok wilayah status quo yang dibantu oleh TNI
4. Mempertemukan kembali Indonesia serta Belanda dalam Perundingan Renville.
Tetapi, Perundingan Renville ini mengdampakkan wilayah RI makin sempit.
4.Perjanjian Renville
Isi dari Perjanjian Renville adalah :
a. Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
b. Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesiaa Belanda.
c. Sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk, Belanda dapat menyerahkan
kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara.
d. Republik Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat.
e. Antara enam bulan sampai satu tahun akan diselenggarakan pemilihan umum untuk
membentuk Konstituante RIS.
f. Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong) harus
dipindahkan ke daerah Republik Indonesia.
5.Agresi Militer II
Agresi Militer Belanda 2 dimulai ketika pihak Belanda yang tetap bersikukuh menguasai
Indonesia mencari dalih untuk dapat melanggar perjanjian yang telah disepakati. Bahkan
pihak Belanda menuduh jika pihak Indonesia tidak menjalankan isi perundinganRenville.
Oleh karena itu pihak TNI dan pemerintah Indonesia sudah memperhitungkan bahwa
sewaktu-waktu Belanda akan melakukan aksi militernva untuk menghancurkan republik
dengan kekuatan senjata. Untuk menghadapi kekuatan Belanda itu, didirikan Markas
Besar Komando Djawa (NIBKD) vang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris Nasution dan
Markas Resar Komando Sumatra (MBKS) yang dipimpin oleh Kolonel Hidayat.
Serangan dibuka tanggal 19 Desember 1948. Dengan taktik perang kilat (blitkrieg), Belanda
melancarkan serangan di semua front di daerah Republik Indonesia. Serangan diawali dengan
penerjunan pasukan payung di Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Adi Sucipto) dan dengan
gerak cepat berhasil menduduki kota Yogyakarta. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Moh. Hatta memutuskan untuk tetap tinggal di ibukota, walaupun mereka tahu bahwa dengan
demikian mereka akan ditawan oleh musuh. Alasannya, agar mereka dapat melakukan
kegiatan diplomasi dengan pihak Belanda.
Di samping itu, Belanda tidak mungkin menjalankan serangan secara terus-menerus karena
presiden Panglima Tertinggi Angkatan Perang Indonesia dan wakil presiden menteri
pertahanan sudah berada di tangan mereka. Sementara itu, beberapa bulan sebelum Belanda
melakukan serangan terhadap kota Yogyakarta, Jenderal Sudirman (Panglima Besar
Angkatan Perang) menderita sakit paru-paru yang sangat parah sehingga harus dirawat di
rumah sakit dan kemudian dirawat di rumah. Ia berpesan jika Belanda menyerang kembali,
maka ia akan memegang kembali pimpinan Angkatan Perang dan memimpin prajurit-
prajuritnya melakukan perlawanan gerilya.
Dalam waktu satu bulan, pasukan TNI telah berhasil melakukan konsolidasi dan mulai
memberikan pukulan secara teratur kepada musuh. Seluruh Jawa dan Sumatra menjadi satu
daerah gerilya yang menyeluruh. Tekanan terhadap pasukan Belanda ditingkatkan.
Penghadangan terhadap konvoi perbekalan tentara Belanda berhasil dilakukan. Serangan
umum yang dilaksanakan terhadap kota-kota yang diduduki Belanda mulai dilaksanakan oleh
pasukan TNI. Serangan yang paling terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap
kota Yogyakarta di bawah pimpinan Komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto.
Pasukan I N I berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Sementara itu, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX menolak kerja sama dari Belanda. Sultan mendukung segala tindakan
para pemimpin gerilya. Di samping itu, perjuangan dalam rangka menegakkan kedaulatan
Republik Indonesia juga dilakukan di luar negeri. Dengan modal sumbangan pesawat rakyat
Aceh, W. Supomo membentuk armada udara komersial vang berpangkalan di
Myanmar (Burma). Hasil penerbangan komersial itu dijadikan modal untuk membiayai
pemakilan Republik Indonesia di luar negeri. Selain itu, dibuka komunikasi radio
antara Wonosari, Bukittinggi, Rangoon (sekarang Yangoon), dan New Delhi.
6.Peranan PDRI sebagai Penjaga Eksistensi RI
PDRI didirikan oleh Syafruddin Prawiranegara atas perintah Presiden Soekarno yang pada
saat itu ditawan oleh Belanda.PDRI ini berhasil mempertahankan eksistensi RI dan
menunjukkan kepada dunia internasional bahwa RI masih tetap berdiri.
7.Terus Memimpin Gerilya
8.Peranan Serangan Umum 1 Maret 1949 untuk menunjukkan eksistensi TNI
Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949.
a. Ke dalam
1) Mendukung perjuangan yang dilakukan secara diplomasi.
2) Meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
b. Ke luar
1) Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk
mengadakan ofensif.
2) Mematahkan moral pasukan Belanda.
9.Belanda semakin terjepit dalam persetujuan Roem-Royen
Dalam perundingan Roem Royen, pihak Republik Indonesia tetap berpendirian bahwa
pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta merupakan kunci pembuka
untuk perundingan selanjutnya. Sebaliknya, pihak Belanda menuntut penghentian perang
gerilya oleh Republik Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 7 Mei 1949 berhasil dicapai
persetujuan antara pihak Belanda dengan pihak Indonesia. Kemudian disepakati kesanggupan
kedua belah pihak untuk melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB tertanggal 28
Januari 1949 dan persetujuan pada tanggal 23 Maret 1949. Pernyataan pemerintah Republik
Indonesia dibacakan oleh Ketua Delegasi Indonesia Mr. Mohammad Roem yang berisi antara
lain sebagai berikut.
Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian perang gerilya.
Kedua belah pihak bekerja sama dalam hai mengembalikan perdamaian dan menjaga
keamanan serta ketertiban.
Belanda turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang bertujuan mempercepat
penyerahan kedaulatan lengkap dan tidak bersyarat kepada negara Republik Indonesia
Serikat.
Pernyataan Delegasi Belanda dibacakan oleh Dr. J.H. van Royen, yang berisi antara lain
sebagai berikut.
Pemerintah Belanda menyetujui bahwa pemerintah Republik Indonesia harus bebas dan
leluasa melakukan kewajiban dalam satu daerah yang meliputi Karesidenan Yogyakarta.
Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin Republik Indonesia
dan tahanan politik yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948.
Pemerintah Belanda menyetujui bahwa Republik Indo-nesia akan menjadi bagian dari
Republik Indonesia Serikat (RIS).
Konferensi Meja Bundar (KMB) akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah pemerintah
Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.