Bab Ii-1 PDF
Bab Ii-1 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi kasus
pada area carpal tunnel, yang dibatasi oleh tulang-tulang carpal dan juga
pada jari jari tangan I sampai setengah jari IV bagian telapak tangan,
numbness, nyeri, dan kelemahan otot. Angka kejadian CTS sekitar 90%
267 dari 100.000 populasi dengan prevalensi 9,2% pada perempuan dan
lebih tinggi dari pada Amerika yaitu 5% (Ibrahim dkk., 2012). Penderita
umumnya usia 40-60 tahun, perempuan tiga kali lebih beresiko daripada
6
7
2. Etiologi
pekerjaan yang tekanan dan pengulangan rendah hanya 0,6% (Aroori dan
Spence, 2007). Pada kondisi hamil juga dapat menjadi faktor resiko
terjadinya CTS, biasanya terjadi pada trismester III dan terjadi secara
bilateral (Bahrami dkk., 2005). Posisi tangan yang salah juga memicu
lebih beresiko dibandingkan dengan posisi sendi 450 pronasi dan 45 0 fleksi
3. Patofisiologi
ruang carpal tunnel. Susunan ossa carpal dan transverse carpal ligament
tersebut diisi oleh sembilan flexor tendon dan saraf medianus. Sebelum
masuk ke area carpal tunnel, cabang yang mensarafi area palmar cutaneus
membawa serabut sensorik otot thenar. Setelah keluar dari area carpal
m. opponens pollicis, dan m. lumbrical I serta II. Selain itu juga mensarafi
m.flexor pollicis brevis. Pada cabang yang lain mensarafi jari I, II, III dan
gangguan motorik dan sensorik pada bagian palm, phalange I, II, III dan
asupan darah yang terdiri dari oksigen dan nutrisi untuk saraf
yang akan dirasakan adalah tingling, numbness, dan acute pain. Beberapa
terganggu, selain itu juga terasa nyeri dan parestesia. Teori terakhir yaitu
menimbulkan tanda dan gejala yang akan dirasakan oleh penderita. Akan
Menurut Ibrahim, dkk (2012) tanda dan gejala CTS dapat diklasifikasikan
berat yang terasa dari pergelangan sampai bahu seperti tertusuk yang
akan memprovokasi keluhan. Selain itu, di pagi hari terasa kaku pada
jari-jari.
aktivitas statis dalam waktu yang lama atau pekerjaaan berulang ulang
genggaman akan jatuh karena tidak dapat merasakan lagi akibat motor
deficit.
c. Pada tahap akhir ini, muncul atropi pada otot thenar dan respon saraf
fase ini sensoriknya mulai berkurang, terasa sakit pada otot thenar,
10
pollicis.
4. Diagnosa Pembanding
Tanda dan gejala dari CRS meliputi nyeri leher yang terasa hingga
1) Kompresi
2) Traksi
m. pectoralis minor dan costae II, III dan IV. Gejala yang ditimbulkan
merasakan nyeri yang dalam pada dada, shoulder dan lengan atas,
1) Adson’s Test
2) Allen Test
arteri radialis.
3) Roos Test
Posisi pasien duduk, bahu retraksi dan depresi, fleksi elbow. Lalu
4) Cyriax Release
tangan dalam posisi netral. Elevasi bahu pasien secara pasif dan
5. Anatomi Fisiologi
Wrist joint merupakan sendi yang dibentuk oleh os radius dan ulna
bagian distal, ossa carpal. Sedangkan hand terdiri dari ossa carpal, ossa
menghasilkan gerakan pada sendi. Anatomi wrist joint dan hand meliputi
wrist joint dan hand, area terjadinya CTS yaitu pada carpal tunnel. Carpal
trapezoid dan tendon flexor carpi radialis. Kemudian dilapisi oleh kapsul
flexors, empat tendon dari deep flexors dan long flexor (Chammas dkk.,
2014).
pada brachial plexus dari C8 dan T1 yang berjalan ke inferior sisi medial
teres. Setelah bercabang mensarafi empat otot, lalu bercabang dua. Pada
bawah transverse carpal ligament yang menginervasi grup otot thenar dan
Pada otot thenar akan mengalami atropi akibat CTS. Hal ini terjadi
7 6 3 2
Gambar 2.2 Otot pada telapak tangan (Houston Methodist Orthopedics & Sports
Medicine, 2013)
Keterangan:
4. Abductor digitiminimi
brevis
6. Biomekanik
ossa carpal, distal radius, ulna carpal, dan metacarpal. Struktur pada
distal dengan sedikit serong ke palmar 150 yang bersendi dengan carpus
ossa carpal ke arah distal searah axis os radii (serong 50), sedangkan
dorsal dan saat dorsal flexion translation ke palmar, saat ulnar deviation
(MLPP) pada posisi palmar fleksi 50 dan ulnar deviasi 50. Sedangkan sendi
akan mengunci maksimal atau close packed position (CPP) yaitu dorsal
flexion penuh. Pola kapsuler yang terjadi pada wrist joint yaitu ekstensi
B. Intervensi Fisioterapi
yaitu splint hand dan paraffin bath, (b) electroterapeutis terdiri dari
(c) mekanis bisa berupa traksi dan mobolisasi. Pada kasus CTS dextra,
intervensi yang dipilih yaitu US, paraffin, stretching dan resisted exercise.
Berikut ini adalah penjelasan tentang intervensi yang menjadi pilihan terapi:
1. Ultrasound (US)
akan tetapi yang digunakan untuk terapi antara 0,75-3 MHz. Semakin
healing process pada jaringan yang rusak (Ono dkk, 2010). Terapi US
yang timbul karena bentuk gelombang yang terdiri dari rapatan dan
jaringan yang rusak akan terjadi melalui reaksi dari zat anti-infalmatori
saraf sensorik dan motorik serta aktivitas enzim. Selain itu dapat
dosis US dengan frekuensi 1Mhz, intensitas 1,0 W/cm2 dan waktu terapi
yang sensitif (organ atau area mata), total joint replacement dan adanya
akut dan kronis, joint contracture, plantar warts, trigger finger, bursitis,
2. Paraffin
pada area distal dari tubuh. Suhu yang digunakan untuk terapi yaitu 48-
520C. Campuran paraffin dan mineral oil memiliki efek hangat yang
lebih baik dibandingkan dengan terapi air dengan suhu yang sama. Efek
digunakan untuk tindakan terapi pada bagian distal tubuh yaitu pada
tangan dan kaki seperti, sprain, strain, arthritis, post trauma, dan
3. Stretching Exercise
gerakan berupa penguluran dari soft tissue. Latihan menjadi bagian yang
besar dari waktu yang dimiliki oleh penderita tidak diawasi oleh
mengurangi gejala yang muncul dari keluhan yang ada. Menurut Kisner
dan Colby, terapi latihan adalah suatu gerakan-gerakan tubuh, postur dan
aktivitas fisik yang sistematis pada pasien dengan tujuan (a) memulihkan
4. Resisted Exercise
kontraksi otot statik maupun dinamik secara aktif melawan tahanan dari
luar, baik tahanan manual maupun dengan alat (Kisner dan Colby, 2007).
regulasi normal aktivitas otot, kemudian sistem otot akan terbiasa ketika
dilakukan dalam1-3 sesi dengan interval antara sesi 2-3 menit. Latihan