“Dupont Analisis”
Kelompok 14
2020/2021
ANALISIS DUPON
Rasio margin laba, juga disebut rasio laba atas penjualan atau rasio laba kotor, adalah rasio
profitabilitas yang mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh dengan setiap nilai penjualan
yang dihasilkan dengan membandingkan laba bersih dan penjualan bersih suatu perusahaan.
Dengan kata lain, rasio margin laba menunjukkan persentase penjualan yang tersisa setelah
semua biaya dibayar oleh bisnis.
Kreditor dan investor menggunakan rasio ini untuk mengukur seberapa efektif suatu
perusahaan dapat mengubah penjualan menjadi laba bersih. Investor ingin memastikan laba
cukup tinggi untuk membagikan dividen, sementara kreditor ingin memastikan perusahaan
memiliki cukup laba untuk membayar kembali pinjamannya. Dengan kata lain, pihak-pihak
luar ingin tahu efisiensi dari perusahaan.
Rasio perputaran aset adalah rasio efisiensi yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan penjualan dari asetnya dengan membandingkan penjualan bersih dengan rata-
rata total aset. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan seberapa efisien suatu perusahaan
dapat menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan.
Rasio perputaran total aset menghitung penjualan bersih sebagai persentase aset untuk
menunjukkan berapa banyak penjualan yang dihasilkan dari setiap nilai aset perusahaan.
Misalnya, rasio 0,5 berarti bahwa setiap 1 rupiah aset menghasilkan 0,5 rupiah penjualan.
Financial Leverage (Leverage Keuangan)
Atas dasar itu, rasio leverage keuangan berguna untuk mengukur beban utang perusahaan
secara keseluruhan dan membandingkannya dengan aset atau ekuitas. Rasio ini menunjukkan
seberapa banyak aset perusahaan milik pemegang saham daripada kreditor. Ketika pemegang
saham memiliki sebagian besar aset, perusahaan dikatakan memiliki leverage rendah. Ketika
kreditor memiliki mayoritas aset, perusahaan dianggap memiliki leverage tinggi. Semua
pengukuran ini penting bagi investor untuk memahami seberapa berisiko struktur modal
suatu perusahaan dan jika perlu berinvestasi.
Namun dalam Dupont Analysis, rumus tersebut diperluas. Perluasan rumus tersebut berguna
untuk analisis di tiap komponen penghasil laba pada perusahaan.
Contoh Perhitungan
Seorang investor telah mengamati dua perusahaan, yaitu SuperCo dan GearInc.
Investor tersebut ingin mengetahui mana diantara kedua perusahaan tersebut yang memiliki
peluang lebih baik untuk investor tersebut menanamkan modal. Investor tersebut
memilih Dupont Analysis untuk melihat nilai ROE dari kedua perusahaan. Nilai ROE
tersebut kemudian digunakan untuk dasar analisis bagi investor.
Hasil perhitungan ROE serta komponen lain dari perusahaan terangkum pada tabel di bawah
ini:
Setelah melakukan Dupont Analysis, bagaimana keputusan yang diambil investor tersebut?
Jawab:
Seperti yang terlihat di tabel, SuperCo meningkatkan marjin laba dengan meningkatkan laba
bersih dan mengurangi total asetnya. Perubahan SuperCo meningkatkan margin keuntungan
dan perputaran aset. Investor juga dapat menarik kesimpulan bahwa SuperCo juga
mengurangi sebagian utangnya karena rata-rata ekuitas tetap sama.
Sementara itu, pada GearInc, investor dapat melihat bahwa seluruh perubahan ROE
disebabkan oleh peningkatan leverage keuangan. Ini berarti GearInc. meminjam lebih banyak
uang, yang mengurangi ekuitas rata-rata. Sementara itu, pinjaman tambahan dinilai tidak
mengubah laba bersih perusahaan, pendapatan atau margin laba, dimana hal ini menandakan
bahwa leverage tidak menambah nilai riil bagi perusahaan.
Atas dasar hasil Dupont Analysis, dapat disimpulkan bahwa investor memilih menanamkan
modal kepada Perusahaan SuperCo daripada GearInc, karena keadaan kinerja ekonomi dan
perkembangan laba yang telah dijabarkan dari Dupont Analysis.
Net Profit Margin = Laba bersih / Pendapatan = Rp. 1.000 / Rp. 10.000 = 10%
Marjin laba dapat meningkat jika biaya berkurang atau harga dinaikkan, yang dapat
memberi pengaruh besar terhadap ROE. Hal ini merupakan salah satu penyebab kenapa harga
saham perusahaan mengalami fluktuasi yang sangat kuat saat manajemen membuat
perubahan terhadap proyeksi marjin laba, biaya, dan harga.
Asset Turnover Ratio = Pendapatan / Rata-rata Aset = Rp. 100 juta / Rp. 50 juta = 2
Pada umumnya asset turnover ratio berbeda-beda antara sektor industri yang satu
dengan yang lain. Contohnya, sebuah perusahaan ritel menghasilkan pendapatan yang besar
dari asetnya tapi dengan marjin yang kecil, sehingga membuat asset turnover rationya sangat
besar. Sebaliknya, sebuah perusahaan utilitas mempunyai aset tetap (fixed assets) yang sangat
tinggi nilainya jika dibandingkan dengan pendapatan, sehingga akan menurunkan nilai rasio
asset turnover sangat jauh dibandingkan perusahaan ritel.
Rasio ini dapat membantu saat membandingkan dua perusahaan yang sangat mirip.
Karena aset mencakup komponen lain seperti persediaan barang dagangan, maka perubahan
pada rasio ini dapat menandakan penjualan yang sedang turun atau naik yang kemudian akan
terpampang nilainya dalam laporan keuangan. Jika asset turnover ratio sebuah perusahaan
meningkat, maka ROE juga akan ikut naik.
Equity Multiplier
Equity multiplier atau yang dikenal sebagai financial leverage, secara tidak langsung
menganalisis penggunaan utang perusahaan untuk membeli aset. Anggaplah sebuah
perusahaan mempunyai aset senilai Rp. 100juta dan modal dari pemegang sahamnya sebesar
Rp. 25 juta. Dari neraca keuangan (balance sheet) akan terlihat bahwa perusahaan memiliki
utang sebesar Rp. 75 juta (aset – modal = utang). Jika perusahaan terus meminjam uang
untuk membeli aset, maka rasio ini akan naik. Seluruh akun-akun yang digunakan untuk
menghitung financial leverage terdapat dalam neraca keuangan, sehingga Anda menggunakan
rumus berikut ini untuk menghitung financial leverage:
Financial Leverage = Aset / Ekuitas = Rp. 100 juta / Rp. 25 juta = 4
Kebanyakan perusahaan harus menggunakan utang dan modal bersamaan demi membiayai
operasional dan ekspansi. Jika tidak menggunakan utang juga tidak baik, karena dapat
menghabiskan dana kas internal perusahaan terlalu besar, sehingga tidak terdapat cadangan
jika perusahaan sedang mengalami masa terburuk. Akan tetapi, terlalu banyak berutang untuk
meningkatkan financial leverage dan ROE, juga menciptakan risiko besar karena porsi utang
yang tidak proporsional terhadap ekuitas.
CONTOH PERHITUNGAN ANALISIS DUPONT DARI LAPORAN KEUANGAN
EMITEN IHSG
Sebagai seorang investor, Anda tentu harus membiasakan diri dengan laporan keuangan
emiten saham. Kali ini kita akan menggunakan DuPont analysis untuk menganalisa laporan
keuangan PT. Mayora Indah Tbk. (MYOR) dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Kedua
emiten ini sama-sama berada di sektor industri consumer dengan bisnis yang serupa yaitu
produk FMCG.
INDF MYOR
(dalam jutaan rupiah) 2020 2019 2020 2019
Laba Bersih 1,805,109 1,634,302 949,829 480,083
Pendapatan 19,304,795 19,169,840 5,379,573 6,013,763
Net Profit Margin 9.4% 8.5% 17.7% 8.0%
Pendapatan 19,304,795 19,169,840 5,379,573 6,013,763
Rata-rata Aset 99,430,397 96,368,178 19,256,233 17,495,290
Asset Turnover Ratio 0.19 0.20 0.28 0.34
Rata-rata Aset 99,430,397 96,198,559 19,256,233 17,495,290
Rata-rata Ekuitas 55,386,459 50,858,888 10,846,853 8,783,819
Equity Multiplier 1.8 1.9 1.8 2.0
ROE Analisis DuPont 3.3% 3.2% 8.8% 5.5%
Dari tabel di atas kita dapat melihat bahwa kedua perusahaan sama-sama mengalami
peningkatan net profit margin, hanya MYOR meningkat 2 kali lipat dari tahun sebelumnya.
Tentu hal ini menimbulkan tanda tanya karena dengan pendapatan yang turun dan rata-rata
aset yang meningkat, berarti penjualan PT. Mayora Indah Tbk. sedang mengalami penurunan
dan terjadi penumpukan persediaan di gudang. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata MYOR
memperoleh laba sebesar Rp. 605 miliar dari selisih kurs, tapi bukan dari sisi operasional
sehingga tidak dapat dikatakan adanya keberhasilan manajemen yang signifikan dalam
mengelola perusahaan menghadapi pandemi Covid-19. Sewajarnya investor waspada
terhadap praktik creative accounting di saat seperti ini agar terhindar dari kerugian. Pada sisi
INDF terdapat sedikit peningkatan dalam penjualan dan laba bersih, juga terhadap
keseluruhan struktur komponen analisis DuPont. Sangat tipikal sebuah saham blue chip
dengan pasar yang sudah matang, di mana pendapatan dan laba bersih akan naik perlahan
namun pasti setiap tahunnya.
Perbandingan DuPont analysis dan ROE
Analisis DuPont adalah versi penjabaran dari return on equity (ROE), di mana kedua rasio ini
sama-sama menilai tinggi rendahnya perolehan laba bersih terhadap ekuitas.
Dengan analisis DuPont, investor dan analis dapat menggali lebih dalam untuk mencari
faktor apa yang paling berkontribusi terhadap perubahan ROE. DuPont analysis dapat
membantu menyimpulkan apakah proft, pemanfaatan aset, atau penambahan utang yang
merubah ROE.
b. Dapat melalukan perbandingan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan satu dengan
perusahaan sejenis.
KESIMPULAN
Analisis DuPont merupakan kerangka untuk menganalisa kinerja fundamental yang
diperkenalkan pertama kali oleh DuPont Corporation. Analisa ini menggunakan teknik yang
berguna untuk membagi faktor perubah return on equity (ROE) menjadi beberapa bagian.
Investor dapat menggunakan DuPont analysis untuk membandingkan efisiensi kinerja dua
perusahaan yang serupa dalam sektor industri yang sama. Dengan metode ini dapat terlihat di
mana letak kekuatan dan kelemahan perusahaan yang harus lebih diperhatikan dari laporan
keuangan.