Diaper Rash
Diaper Rash
KELOMPOK 5
Disusun Oleh:
2018
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
mahasiswa keperawatan. Kami juga meminta maaf apabila banyak kesalahan
dalam penyusunan tugas ini. Kami menyadari bahwa tugas ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tugas ini.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
PENULIS
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan .............................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................5
A. Pengertian.........................................................................................5
B. Etiiologi............................................................................................5
C. Tanda dan Gejala..............................................................................6
D. Pathofisiologi...................................................................................6
E. Klasifikasi........................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang....................................................................8
G. Penatalaksanaan Medis....................................................................9
H. Komplikasi.......................................................................................10
I. Pencegahan.......................................................................................10
J. Cara Penularan.................................................................................11
K. Asuhan Keperawatan........................................................................11
BAB III : KESIMPULAN.....................................................................................19
A. KESIMPULAN................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memiliki anak yang sehat merupakan dambaan setiap orang tua. Semua
bayi memiliki kulit yang sangat peka, berbeda dengan kulit orang dewasa
yang tebal dan mantap, kondisi kulit pada bayi yang relatif tipis menyebabkan
bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi. Secara struktural, kulit
bayi dan balita belum berkembang dan berfungsi secara optimal, sehingga
diperlukan perawatan yang lebih menekankan pada perawatan kulit, sehingga
bisa meningkatkan fungsi utama kulit sebagai pelindung dari pengaruh luar
tubuh. Selain perawatan kulit rutin, para orang tua juga perlu memperhatikan
perawatan kulit pada daerah yang tertutup popok agar tidak terjadi gangguan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah ganguan kulit tersebut
adalah dengan perawatan perianal (Manulang, 2010). Para orang tua modern
sudah merasa nyaman dengan penggunaan diaper atau popok bayi sekali
pakai, karena mereka tidak perlu bersusah payah untuk mencuci dan
menjemur tumpukan popok bayi seperti pada masa orang tua mereka dulu.
Namun, ada beberapa orang tua jaman sekarang yang lebih memilih
menggunakan popok kain untuk bayi mereka dengan alasan kesehatan dan
kenyamanan bayi. Salah satu masalah kesehatan kulit yang sering terjadi pada
bayi adalah diaper rash (ruam popok), bagi bayi yang sering menggunakan
popok, maka anda juga harus rajin memperhatikan popoknya. Karena
kepraktisannya saat penggunaan dan kelalaian saat menggantinya sang bayilah
yang mendapatkan dampak buruknya, seperti iritasi pada kulit bayi,
sehingga mengakibatkan bayi menjadi rewel. Diaper rash (ruam popok) pada
bayi membuat kulit kemerahan, agak membentol. Bayi yang terkena diaper
rash (ruam popok) biasanya akan rewel, karena dengan cara itulah
mengekspresikan rasa tidak nyaman (shelly sim, 2014).
Menurut laporan Journal of Pediatrics terdapat 54% bayi berumur 1
bulan yang mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper. Dalam
artikel yang berjudul Disposable Diapers : Potential Health Hazards, Cathy
Allison menyatakan kalau Procter & Gamble (Produsen Pampers dan
1
Huggies) melalui penelitiannya memperoleh data mencengangkan. Angka
ruam popok pada bayi yang menggunakan disposable diaper meningkat dari
7,1% hingga 61%. Sementara itu Mark Fearer dalam artikelnya yang berjudul
Diaper Debate-Not Over Yet menyatakan beberapa hasil studi medis
menunjukkan angka peningkatan ruam popok 7% pada tahun 1955 dan 78%
pada tahun 1991 (Nyak, C, 2008).
Di Amerika Serikat terdapat sekitar satu juta kunjungan bayi dan anak
dengan ruam popok yang berobat jalan setiap tahun. Penelitian di Inggris
menemukan, 25% dari 12000 bayi berusia 4 minggu mengalami ruam popok.
Gangguan kulit ini menyerang bagian tubuh bayi atau anak yang tertutup
popok. Daerah yang terserang biasanya area genetal, lipatan paha dan bokong
(Steven, 2008). Lebih dari 30% bayi dan balita di Indonesia mengalami diaper
rash (ruam popok). Ini terjadi karena orang tua tidak peduli dengan jenis
popok, popok yang dipakai sepanjang hari dan jarang diganti dan popok kain
dicuci asal bersih (Marta Fitria, 2014).
Diaper rash (ruam popok) dikenal dengan sebutan ruam popok, karena
gangguan kulit ini timbul di daerah yang tertutup popok, yaitu sekitar alat
kelamin, bokong, serta pangkal paha bagian dalam. Tanda-tanda diaper rash
(ruam popok) adalah kulit sekitar daerah tersebut meradang, berwarna
kemerahan kadang lecet. Biasanya, ruam kulit ini membuat si kecil merasa
gatal dan tidak nyaman. Penyebab diaper rash (ruam popok) biasanya karena
kulit bayi lembab dan penggunaan diaper yang cukup lama. Daerah yang
langsung berhubungan dengan popok terutama adalah lipat paha, pantat dan
paha bagian dalam, sehingga kulit tersebut mudah sekali menderita kelainan.
Banyak faktor penyebabkan terjadinya diaper rash (ruam popok). Diantaranya
faktor fisik (pakaian, popok), faktor kimiawi (bahan kimia dalam urine dan
fecese), faktor enzimatik (bahan kimia yang bereaksi secara enzim) dan
adanya mikroba (jamur dan bakteri pada urine dan fecese yang terdapat pada
popok) (Suririnah, 2010). Walaupun diaper rash (ruam popok) bukan
merupakan kelainan yang mematikan, namun bila dibiarkan akan semakin
meluas sehingga bisa mengganggu pertumbuhan si kecil. Ketika dia sudah
2
dewasa kelak, bukan tidak mungkin dia akan merasa malu karena bercak yang
muncul sewaktu kecil itu akan membekas hingga dewasa.
Dampak terburuk dari penggunaan popok yang salah, selain mengganggu
kesehatan kulit juga dapat mengganggu perkembangan pertumbuhan bayi dan
balita. Hal itu diutarakan oleh seorang pakar kesehatan kulit di Jakarta
rendahnya pengetahuan pemakaian popok bayi yang benar memang telah
menggejala di Indonesia. Pencegahan diaper rash harus segera dilakukan
dengan menghindari pemakaian popok yang basah. Bayi atau balita penderita
diaper rash akan mengalami gangguan seperti rewel dan sulit tidur. Gejala itu
dapat berkembang menjadi granuloma yang dapat terinfeksi jamur Candida
Albicans jika tidak segera diatasi. Karena itu, seorang ibu disarankan segera
mengganti popok setiap kali bayi ngompol (Aisyah, 2009)
Ketepatan dalam perawatan daerah perianal memerlukan ketepatan
perilaku ibu dalam menjaga kesehatan kulit bayi. Kebanyakan ibu lebih
memilih diapers dari pada memilih popok kain, dengan alasan diapers bayi
lebih praktis karena tidak perlu sering mengganti popok yang basah akibat
buang air, selain itu membuat rumah lebih bersih tidak terkena air kencing
bayi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diaper rash?
2. Apa etiologi dari diaper rash?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari diaper rash?
4. Bagaimana patofisiologi dari diaper rash?
5. Bagaimana klasifikasi dari diaper rash?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada diaper rash?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk penderita diaper rash?
8. Apa komplikasi yang muncul pada diaper rash?
9. Bagaimana pencegahan yang dilakukan untuk penderita diaper rash?
10. Bagaimana cara penularan diaper rash?
11. Apa asuhan keperawatan yang muncul?
3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian diaper rash.
2. Untuk mengetahui etiologi dari diaper rash.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari diaper rash.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari diaper rash.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari diaper rash.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada diaper rash.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penderita diaper rash.
8. Untuk mengetahui komplikasi pada doapr rash.
9. Untuk mengetahui pencegahan yang dilakukan untuk penderita diaper
rash.
10. Untuk mengetahui cara penularan diaper rash.
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang muncul.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Titi LS, eksim popok yang disebut juga dermatitis popok adalah
kelainan kulit yang timbul akibat radang di daerah yang tertutup popok, yaitu
di alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha dan perut bagian bawah.
Penyakit ini sering terjadi pada bayi dan anak balita yang menggunakan popok,
biasanya pada usiakurang dari tiga tahun, paling banyak usia 9-12 bulan
(Rukiyah. A & Yulianti,2010).
Dermatitis diapers atau ruam popok adalah gangguan kulit yang timbul
akibat radang di daerah yang tertutup popok, yaitu di alat kelamin, sekitar
dubur, bokong, lipatan paha, dan perut bagian bawah (Rukiyah, A & Yulianti,
2010).
5
Diaper rash (ruam popok) disebabkan olehrosiola dan erytema
infectiosum (penyakit fith) adalah tidak berbahaya dan biasanya mereda tanpa
pengobatan. Ruam disebabkan campak, rubella dan cacar air menjadi tidak
umum karena anak mendapatkan vaksin.
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper
dermatitis, napkin dermatitis ), antara lain:
a. Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
b. Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu lama tidak
segera diganti setelah pipis atau BAB (feces).
c. Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
d. Alergi bahan popok.
e. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
f. Kebersihan kulit yang tidak terjaga.
g. Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing.
h. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
i. Akibat mencret
j. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen
6
D. Patofisiologi Diaper Rash
Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena pemakaian
popok. Lokasi yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar kemaluan,
maupun paha. Bahkan, jika bakteri yang terdapat dalam urine bayi Anda terurai
menjadi amonia, ruam ini bisa bertambah parah. Tentu saja keadaan ini sangat
tidak menyenangkan buat si kecil.
Bayi yang senang tidur lama sebenarnya tidak ada masalah. Tetapi
masalahnya bila popoknya basah berkali-kali dan membuatnya lembab. Karena
penyebab ruam popok yang paling utama adalah popok yang lembab. Popok
yang lama terkena air seni dan tinja bisa menimbulkan iritasi pada kulit. Bila
Bunda tak segera membersihkannya, bakteri dan jamur akan tumbuh. Selain
karena lembab ada juga bayi yang memang alergi terhadap popok sekali pakai.
Lebih baik gunakan popok tradisional dengan resiko Bunda harus lebih sering
menggantinya bila bayi buang air kecil atau besar.
Penggunaan produk bayi yang mengandung parfum juga bisa
meningkatkan resiko terkena ruam popok termasuk juga deterjen untuk
mencuci pakaiannya. Disarankan menggunakan diapers tanpa pewangi. Tetapi
alangkah baiknya bila melakukan upaya pencegahan, seperti :
a. Ganti popok sesering mungkin. Bila si kecil buang air besar, jangan
menunda-nunda untuk segera menggantinya.
b. Minimalisasikan penggunaan tissue basah untuk membersihkan area
popoknya. Air bersih adalah pilihan terbaik.
c. Hindari menggesek kulit bayi walau pun dengan handuk lembut.
Sebaiknya tepuk-tepuk dan angin-anginkan saja pantat si kecil untuk
mengeringkannya.
d. Beri sirkulasi udara untuk area kulitnya yang terkena popok dengan
cara menggunakan popok kain, khususnya pada waktu tidur.
e. Jangan mengikat atau merekatkan popok terlalu kencang.
Perhatian :
Bila ruam tidak hilang lebih dari 3 hari konsultasikan segera ke
dokter, terutama bila timbul demam dan tidak nafsu makan.
Jangan mengolesi ruam (bintik-bintik merah) dengan lotion atau
baby oil. Gunakan salep anti jamur yang mengandung Zinc di
bawah pengawasan dokter.
7
c. Terjadi kemerahan yang intens didaerah yang sangat kecil.
d. Kulit mengalami kekeringan dengan skala sedang.
4. Derajat sedang ruam popok
a. Terjadi kemerahan pada daerah yanglebih besar
b. Terjadi kemerahan yang intens didaerah yang sangat kecil
c. Terjadi benjolan (popula) dan beberapa benjolan (0-5) terdapat cairan
didalamnya (pustules)
d. Kulit mengalami sedikit pengelupasan
e. Mungkin terjadi pembengkakan (edema)
5. Derajat berat ruam popok
a. Terjadi kemerahan yang intens didaerah yang lebih besar
b. Terjadi pengelupasan kulit yang parah
c. Terjadi pembengkakan (edema) yang parah
d. Beberapa daerah popok mengalami kehilangan lapisan kulit dan terjadi
pendarahan
e. Banyak terjadi benjolan (popula) dan tiap benjolan terdapat cairan
(pustula)
Hitung darah lengkap dapat membantu terutama jika ada demam atau
diduga infeksi sekunder. Jika hasil tes ditemukan anemia menandakan keadaan
berkaitan dengan hepatosplenomegali dengan kemungkinan diagnosis
Histiositosis sel Langerhans atau sifilis kongenital. Jika dicurigai sifilis
kongenital, serologi yang relevan harus dikirim bidang pemeriksaan
mikroskopis gelap untuk spirochetes dari setiap kerokan lesi bulosa yang dapat
dilakukan :
1. Kultur dari lesi yang mengering serta infeksi yang sudah jelas
diindikasikan untuk tes sensitifitas antibiotik.
2. Pewarnaan Gram atau kultur bula karakteristik impetigo untuk S.
aureus dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis ini. Kultur
8
rutin menunjukkan infeksi polimikrobial (misalnya, streptokokus,
Enterobacteriaceae, dan anaerob) dalam hampir satu setengah dari
kasus.
3. Kerokan Kalium hidroksida (KOH) dari lesi pustul dapat
menunjukkan pseudohyphae dalam kasus dugaan kandidiasis.
4. Jika ditemukan tungau dapat didiagnosa skabies.
b. Tes lain
1. Tingkat Serum zinc kurang dari 50 mcg/dL dapat mendiagnosa
enteropathica acrodermatitis.
2. Biopsi kulit dapat dilakukan untuk membantu membedakan
granuloma gluteal infantum dari proses granulomatosa dan neoplastik.
Histopatologi: granuloma gluteal infantum nampak infiltrasi inflamasi
yang terdiri dari neutrofil, limfosit, histiosit, sel plasma, sel raksasa
kadang-kadang, dan eosinofil, kadang-kadang dengan peningkatan
jumlah kapiler. Pemeriksaan granuloma gluteal menggunakan
mikroskop elektron mengungkapkan 3 jenis sel raksasa: di tipe
pertama, sel-sel ini secara luas terjadi pembesaran retikulum
endoplasma; jenis kedua, sel-sel memfagositosis eritrosit; dan dalam
jenis ketiga, sel-sel memiliki vesikula dan butiran dan mirip dengan
histiosit.
9
b. Hidrokortison dan anti jamur dioleskan bersamaan dua kali sehari pada
saat mengganti popok, kemudian dioleskan barier ointment di atasnya.
Dapat pula digunakan hidrokortison kuat sebab popok bersifat oklusif
dan meningkatkan absorpsi kortikosteroid yang dapat menimbulkan
atrofi kulit dan penekanaan kelenjar adrenal. Untuk terapi lanjutan dan
pencegahan digunakan nistatin, amphoterin B atau imidazol dalam
bentuk powder.
c. Anti-kandida topikal diberikan jika ada tanda-tanda infeksi kandida.
Pada diaper rash dengan infeksi Candida albicans sedang hingga berat
diberikan mupirocin 2%.Mupirocin 2% mengeradikasi Candida
albicans dalam waktu 2-6 hari.Pada diaper rash yang disertai infeksi
jamur saluran cerna, dianjurkan menambah nistatin oral 150.000 unit
tiga kali sehari. Neomisin seringmenimbulkan sensitasi sehingga tidak
digunakan pada pengobatan diaper rash. Infeksi yang meliputi sebagian
tubuh kadang membutuhkan antibiotic sistemik.Pada infeksi
Staphylococcus sebaiknya menggunakan sepalosporin generasi
pertama, dicloxacin atau amoxilin-clavunat dan sebaiknya menghindari
pemakaian eritromisin.
10
popok diganti semakin kecil kemungkinan terkena diaper rash. Popok harus
diganti segera setelah BAK/BAB untuk membatasi jumlah bahan iritan ini dan
mencegah tercampurnya feses dan urin. Penggunaan popok dengan daya serap
kuat mengurangi kelembaban pada daerah popok.
Pencucian dan penggosokan yang berlebihan pada daerah popok akan
menimbulkan iritasi kulit. Setelah BAK/BAB, pencucian dapat dilakukan
dengan air hangat dan pembersih ringan.
Preparat protektif yang digunakan terdiri dari losion, krim atau ointment,
yang mengandung emolien dapat ditambah dengan kaolin, talk atau zinc oxide.
Penggunaan preparat ini akan mengurangi gesekan dan absorbsi bahan iritan.
pH kulit sedikit lebih bersifat asam dan mendekati pH normal kulit dan
berfungsi sebagai buffer terhadap pH yang lebih tinggi yang disebabkan oleh
adanya amonia.Emolien digunakan 2-3 kali sehari.
b. Sirkulasi.
Gejala : baik
c. Eliminasi.
Gejala : oliguri
d. Makanan/cairan.
11
Gejala : ada keinginan untuk makan
e. Nyeri/Kenyamanan
f. Pernapasan
Gejala : kecemasan
h. Prioritas keperawatan
Mengatasi nyeri pada anak
Memperbaiki integritas kulit
Meningktkan pemenuhan aktifitas anak
Mencegah infeksi
Mengurangi/menghilangkan kecemasan pada orang tua anak
Meningkatkan haluaran urin
2. Analisa data
12
Klien Nampak Pemakaian popok pada
rewel,gelisah bayi
Area pemakain Popok yang
popok Nampak kasar,iritasi karena air
kemerahan,lecet seni
Gesekan pada kulit
Bercak-bercak
kemerahan.
Lecet pada kulit
Luka pada kulit
13
Ibu klien Nampak Kurangnya orang tua
tidak menjaga menjaga hygiene
hygiene area
popok
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan lecet, perlukaan pada area pemakaian popok di
tandai dengan kulit bercak-barcak kemerahan
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan destruksi jaringan,
kerusakan permukaan kulit di tandai dengan kulit Nampak melepuh
c. kecemasan orang tua berhubungan dengan hospitalisasi pada anak di tandai
dengan ibu klien Nampak khawatir kondisi anaknya
d. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya menjaga hygiene
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ruam popok
4. INTERVENSI
a. Nyeri berhubungan dengan lecet, perlukaan pada area pemakaian popok di
tandai dengan kulit bercak-barcak kemerahan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama ……
pasien tidak mengalami nyeri dengan kriteria hasil:
Nyeri berkurang/terkontrol
Ekspresi wajah rileks
14
INTERVENSI
Pastikan ibu mengganti popoknya secara rutin
Berikan tempat tidur ayunan secara indikasi
Membasuh pantat bayi dan mengeringkannya
Melepas popok dan membiarkan kulitnya terkena angin
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan destruksi jaringan,
kerusakan permukaan kulit di tandai dengan kulit Nampak melepuh
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …… pasien
tidak mengalami gangguan integritas kulit dengan kriteria hasil:
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
Menunjukan regenerasi jaringan
Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya infeksi berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
Intervensi
Berikan perawatan ruam popok dengan tepat dan tindakan
control infeksi
Berikan area graft bila mungkin
Cuci sisi dengan sabun ringan lalu minyaki dengan krim
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
c. kecemasan orang tua berhubungan dengan hospitalisasi pada anak di
tandai dengan ibu klien Nampak khawatir kondisi anaknya
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama ……
pasien tidak mengalami kecemasan dengan kriteria hasil:
klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
15
mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk
mengontrol cemas
vital sign dalam batas normal
postur tubuh, bahasa, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
INTERVENSI
16
Mengganti popok segera setelah anak kencing atau berak
Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah meninggalkan pasien
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Tingkatkan intake nutrisi
17
5. EVALUASI
Kefektifan tindakan,peran anggota keluarga untuk membantu mobilisasi
pasien, kepatuhan pengobatan dan mengefaluasi masalah baru yang
kemungkinan muncul.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diaper rush adalah iritasi pada kulit bayi yang terjadi di daerah bokong.
Ini bisa terjadi jika popok basahnya telat diganti, atau popoknya terlalu kasar
dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema.
Ruam popok atau diaper rush merupakan masalah kulit pada daerah genital
bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya
terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi.
Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air
hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus atau dengan melepaskan popok
beberapa waktu.
Meskipun ruam popok menyebabkan sakit dan sangat mengganggu bayi
ibu, namun biasanya tidak berbahaya. Ruam popok pada umumnya terjadi pada
bayi denagn kulit yang lebih sensitive. Jika ruam pada bayi ibu disebabkan
oleh popok yang basah atau infeksi jamur, maka hanya dengan melepas popok
dan membiarka kulitnya terkena angin sudah mampu menyembuhkan. Pastikan
ibu mengganti popoknya dengan rutin. Membasuh pantatdan mengeringkannya
sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga menggunakan krim khusus untuk
membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok.
19
20
DAFTAR PUSTAKA