Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TRILOGI EKONOMI ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas Filsafat Ekonomi

Dosen Pengampu : M. Sultan Mubarok, M.E

Disusun oleh:

Kelompok 6

1. Feri Hidayatulloh (4119168)


2. Citra Nur Anisa (4119169)
3. Sokhibul Mutaqin (4119170)

Kelas: D

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran guna perbaikan dan
peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang bagi pembaca sangat berharga
bagi kami.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pengalaman bagi kami.

Pekalongan, 7 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 4
2.1 Teologi Ekonomi Islam ............................................................................. 4
2.2 Kosmologi Ekonomi Islam ........................................................................ 5
2.3 Antropologi Ekonomi Islam ...................................................................... 9
BAB IIIPENUTUP ............................................................................................ 13
3.1 Simpulan ................................................................................................. 13
3.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah adalah pencipta dan alam semesta adalah ciptaan-Nya, hal ini telah menjadi
keyakinan umat Islam pada umumnya. Penciptaan alam semesta termasuk perkara penting
yang dengan penciptaan itu berbagai ilmu dan makna bisa di peoleh manusia. Ciptaan Tuhan
adalah baharu karena alam temporal terjadi dan hancur, wujud dan musnah silih berganti
pada setiap detik terusmenerus secara kesinambungan selama-lamanya. Penciptaan-Nya
adalah pemberian-Nya yang telah ditetapkan oleh-Nya sejak azali dan pemberianNya itu
tidak dapat dihalang seperti firman Allah: Dan pemberian Tuhanmu tidak dapat dihalang (al-
Isra’, 17:20). Terjadinya alam semesta ini merupakan tanda kewujudan-Nya bagi manusia
yang menggunakan akal dalam kehidupannya.
Filsafat merupakan ilmu yang sangat istimewa, yang mencoba menjawab masalah-
masalah yang tidak mampu dijawab oleh pengetahuan biasa. Sedangkan ilmu pengetahuan
adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem yang meliputi
kenyataan, struktur, membedakan bagian-bagian dan hukum-hukum tentang obyek kajian
yang diteliti yaitu alam, manusia, dan agama sejauh yang dapat dijangkau oleh akal manusia
dengan dibantu oleh panca indera yang kebenarannya diuji secara emperis, riset dan
eksperimental.
Tema sentral dari filsafat Islam adalah pemahaman hubungan antara Tuhan (teologi),
Manusia(antropologi), dan Alam (kosmologi). Mulainya adalah Tuhan dan berakhir pula
pada Tuhan. Manusia merupakan aktor penerima atau pengelola ciptaan Tuhan, sedangkan
alam sebagai sarana manusisa berbuat untuk menuju kembali pada Tuhan. Ketiganya
memuat hubungan yang sinergis, masing-masing ketiga actor tersebut memiliki peran yang
saling kait mengait antara yang menguntungkan atau merugikan. Kemampuan manusia
untuk mengelola alam dan menerjemahkan wahyu Tuhan adalah wujud dari sikap yang
harmonis.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Teologi Ekonomi Islam?
2. Apa pengertian Kosmologi Ekonomi Islam?
3. Apa pengertian Antropologi Ekonomi Islam?
C. Tujuan Masalah
Adapun Tujuan Penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu Teologi Ekonomi Islam.
2. Untuk mengetahui apa itu Kosmologi Ekonomi Islam.
3. Untuk mengetahui apa itu Antropologi Ekonomi Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teologi Ekonomi Islam

Istilah “Teologi” sebenarnya berasal dari komunitas Kristen. Di dalam sejarah Islam
dikenal beberapa jalur pemikiran. Pertama, orang fokus pemikirannya terhadap masalah
filsafat, khususnya filsafat peripatetik dari Arestoteles. Kelompok ini disebut Ahlul
Hikmah dan falsafatnya dinamakan hikmah. Kedua, kelompok yang memusatkan
pemikirannya pada ilmu riwayah yang kemudian kelompok ini dinamakan para fuqaha,
yang ilmunya disebut fiqih. Ketiga, kelompok yang mengambil logika Yunani untuk
membahas keyakinan agama yang tidak hanya berkaitan dengan masalah Tuhan, tetapi
juga berkenaan dengan masalah manusia. Kelompok ini disebut kelompok mutakallimin
dan ilmunya disebut ilmu kalam. 1
Kemudian lambat laut dalam perkembangannya di tanah air, ilmu kalam ini lebih
dikenal dengan sebutan teologi. Oleh karena itu jika dalam diskursus ini menggunakan
istilah“Teologi Ekonomi,” maka yang dimaksud adalah bagaimana keyakinan agama
(akidah Islam) bisa dijadikan kekuatan dan motivasi untuk membangun ekonomi sebagai
sebuah tawaran solusi agar ekonomi Indonesia lebih cerah dalam menyongsong masa
depan yang lebih menjanjikan. Bukankah kandungan teologi yang melahirkan kontroversi
teologi dalam Islam berpusat pada tujuh masalah pokok, antara lain tentang etika teodisi
perintah Allah dalam kaitan dengan kehendak bebas, determinisme, nasib, kebaikan,
keburukan, hukuman, dan pahala.2
Namun, penulis di sini tidak menjelaskan perdebatan antara para golongan yang
berselisis paham tentang masalah diatas. Akan tetapi yang perlu kita sadari bagaimanapun
Islam merupakan ajaran yang mendorong pemeluknya agar mempunyai etos kerja yang
tinggi agar menjadi komunitas yang kuat dalam segala aspek kehidupan. Hal ini dapat
dipahami dari sebuah hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Abu Hurairah ra. “Dari
Abu Hurairah, berkata Rasulullah saw: mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai

1
Jalaluddin Rahmat, Renungan-renungan Sufistik Membuka Tirai Kejaiban, (Bandung: Mizan, 1999), hal. 234
2
Muhammad Djakfar, Teologi Ekonomi: Membumikan Titah Langit di Ranah Bisnis, (Malang: UIN- Maliki Pers,
2010), hal. 40

4
Allah swt dari pada Mukmin yang lemah. Tetapi dalam diri kedua mereka ada kebaikan.
Berusahalah kamu terhadap apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada
Allah. Dan janganlah kamu lemah. Apabila musibah menimpamu, maka jangan berkata
‘seandainya aku melakukan begini dan begitu’. Tetapi berkatalah bahwa semua itu atas
kekuasaan dan kehendakNya, karena sesungguhnya kata ‘seandainya’ merupakan pintu
masuk pekerjaan syaitan” (HR. Muslim)3
Pada perinsipnya secara substansial hadits di atas mendorong orang beriman agar
mempunyai etos kerja yang tinggi dalam segala aspek kehidupan. Semangat dan nyali itu
apabila dikaitkan dengan masalah bisnis diharapkan agar komunitas Muslim, khususnya
Indonesia, menjadi kuat dalam urusan ekonomi sehingga mampu berkompetisi di tengah
pergaulan hidup antar bangsa. Seorang Muslim harus kompetitif, sebagian besar komponen
bangsa tidak boleh lemah dan mudah kehilangan asa dalam menghadapi segala cobaan dan
tantangan dengan bersandar pada pertolongan Allah. Dengan kata lain, agar Muslim
Indonesia menjadi umat yang maju dan terbaik di bidang ekonomi, atau bahkan di bidang
yang lain harus mampu membaca peluang dan tantangan, bekerja keras pantang menyerah,
yang dilandasi dengan nilai-nilai ketuhaan. Muslim sejati bisa bersaing secara sehat dalam
perekonomian yang menjadi semangat untuk hidup sejahtera berdampingan dengan yang
lainnya, tidak mementingkan dirinya sendiri

B. Kosmologi Ekonomi Islam


a. Pengertian

Kosmologi (Inggris = cosmology) kosmos berasal dari bahasa Yunani “dunia


teratur”, bentuk atau susunan benda”. Istilah ini bahasa sederhananya adalah
“keteraturan alam”, dari bahasa Yunani “kosmos” ( dunia, alam semesta) dan “logos”
(ilmu tentang). Jadi kosmologi adalah “ilmu yang memandang alam semesta sebagai
suatu keseluruhan yang intregal. 4

3
Sahih Muslim, Juz 13, hal. 143
4
Joko Siswanto, Orientasi Kosmologi ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2005),hal 1.

5
Kosmologi adalah pandangan terhadap fenomena alam dan sosial dimana
manusiannya bisa menjalin hubungan secara seimbang dan harmonis. 5 Dapat dimaknai
arti kosmologi ialah serangkaian keyakinan dan pandangan universal yang
tersistematis mengenai manusia dan alam semesta, atau secara umum mengenai ‘ke-
ada-an’ (wujud).

Istilah kosmologi belum lama dipakai. Aristoteles menyebut istilah kosmologi


sebagai fisika (tetapi tidak menurut kata modern). Filsafat Skolastik memakai nama
“filsafat alami” (philosophia naturalis). Untuk pertamakalinya nama “kosmologi”
dipergunakan oleh Christian Wolff pada tahun 1731 (cosmologia generalis), sebagai
salah satu pengkhususan metafisika umum (ontologi), disamping psikologi rasional
dan teologi rasional.

Istilah kosmologi, akhir-akhir ini juga dipergunakan dalam ilmu-ilmu empiris,


untuk menunjukkan ilmu mengenai evolusi kosmis. Untuk mencegah bahaya
kekacauan, maka uraian filosofis kerap dipakai nama “filsafat alam dunia”. Jikalau
mempergunakan nama “kosmologi”, sebaiknya selalu ditambah kata penjelasan
menjadi “kosmologi filosofis”, atau lebih khusus “kosmologi metafisik”.

Kosmologi merupakan ilmu pengetahuan tentang alam ataupun dunia. Istilah


“dunia” mengandung arti bermacam-macam, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam ilmu pengetahuan. Pengertian “dunia” yang menunjukkan objek
material mengacu kepada apa yang dialami dan dihayati oleh manusia sebagai
lingkungan, terutama dalam hubungan langsung dengan dirinya sendiri. Kosmologi
tidak bertitik tolak dari hanya satu macam fakta-fakta tertentu, atau yang dari satu
bidang kenyataan saja, melainkan berpangkal dari “keseluruhan faktisitas (eksistensi
selalu nampak di depan kesadaran manusia sebagai sesuatu yang sudah ada)” duniawi.

Kosmologi mencari struktur-struktur dan hokum-hukum yang paling umum dan


mendalam dalam kenyataan duniawi seluruhnya. Struktur dan hokum itu secara formal
tidak termasuk dalam parameter-parameter ilmu empiris, namun selalu

5
Baedhowi, “ Dinamisi Ruang Antar Praktis Kosmologi dan Sufisme dalam Kesenian: Sebuah Model Kearifan
Lokal Komunis Budaya Lereng Merapi”, Annual Conference on Islamic Studies (ACIS), (Banjarmasin: 1-4
November,2010), hal.343.

6
“diandaikannya.” Mereka memungkinkan adanya kenyataan dengan hokum-hukumnya
seperti diselidiki oleh ilmu-ilmu empiris itu.

Kosmologi sebagai ilmu yang membahas tentang alam semesta telah dijelaskan
dalam al-Quran dengan berbagai gejala alam ini ada yang menciptakan dan tidak
mungkin akan berdiri sendiri. Pandangan para ahli terhadap “kosmos” berbeda-beda.
Ada yang menganggap “kosmos” merupakan keselurhan yang bersatu tanpa
ketegangan, atau menganggap bahwa kosmos itu merupakan suatu harmoni yang
memperdamaikan hal-hal yang berlawanan. Kosmos didasari dan dikuasai oleh satu
prinsip atau asas. Ada yang menganggap prinsip itu sebagai air, udara, tak terbatas,
bilangan-bilangan, api atau seluruh kenyataan merupakan unsure yaitu ada yang tak
berubah dan abadi, kosmos dan semesta alam merupakan kesatuan bulat, seperti bola
sempurna (sfairos) tanpa kejamakan dan tanpa perbedaan.

Kosmologi ada yang memandang bahwa dunia dan manusia merupakan emanasi
(pancaran) dari jiwa sedangkan jiwa itu emanasiroh (Nous), dan roh itu emanasi
pertama dari yang satu. Dunia bersatu, karena dirasuki oleh jiwa dunia sebagai
enamasi dari jiwa. Dua manusia dibedakan, akan tetapi pada dasarnya semuanya
diresapi oleh daya dan sinar sumbernya yaitu yang satu.

Kosmologi memandang bahwa ada kesatuan besar di antara para penghuni


kosmos. Seluruh kosmos dirasuk (dijiwai) oleh suatu zat kejiwaan”, atau daya hidup,
atau kesaktian zat atau daya itu non personal dan pada dasarnya tidak berbeda untuk
manusia, hewan, tumbuhan, membuat mereka keramat. Daya itu berjumlah terbatas.
Di dalam orang, makhluk dan benda daya itu bertambah atau berkurang. Yang
diperoleh oleh yang satu dikurangi dari yang lainnya. Oleh zat itu ada keserupaan
besar di antara mereka6.

Kosmologi Islam sendiri bermula dengan pengetahuan bahwa alam semsta


memegang kunci menuju keabadian jiwa kita. Pendangan ini melihat kosmos sebagai
serat dengan makna dan tujuan.7 Makna spiritual dari kosmologi Islam adalah

6
Ibid hal.8
7
William C. Chittick,Kosmologi Islam danDunia Modern: RelevansiIlmu-IlmuIntelektualisme Islam (Bandung:
Mizan,2012), hal.117.

7
memberikan pengetahuan tentang kosmos agar dapat memahami keburaman realitas
kosmos menjadi transparan, dari tirai menuju sarana penyingkapan realita silahi, yang
diselubungi dan disikapkan kosmos oleh hakikatnya sendiri. Tujuannya ialah agar
manusia memahami penjara eksistensi dan mengungkapkan keesaan ilahi (al-Tauhid)
yang tercermin dalam alam beragamaan. Pengetahuan keagungan kosmos dan sangat
mudah kita temui di dalam Al Quran yang bercerita tentang seluruh alam semesta.

Dalam surat al Isra’ ayat ke-88, Allah menunjukkan keagungan Al Quran yang
merupakan bagian kosmis atau alam semesta yang artinya: “katakanlah:
“sesungguhnya jika manusia dan jin ber-kumpul untuk membuat yang serupa Al-
Quran ini: niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”. dalam Al
Quran, terdapat banyak bukti bahwa Al Quran berasal dari Allah, bahwa umat manusia
tidak akan pernah mampu membuat sesuatu yang menyerupainya. Salah satu bukti
adalah ayat-ayat Al Quran yang terdapat di alam semesta. Sesuai dengan ayat“ Kami
akan memperhatikan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segenap penjuru
dan pada mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah
benar. Al Quran menjelaskan kepada manusia cara menjadi hamba Allah dan mencari
ridhaNya.

Manusia dalam Al Quran menurut Dirk Bakker adalah ciptaan dan tuhan adalah
penciptanya, 8 manusia adalah makhluk istimewa karena dapat mengikuti tuntunan akal
dam hal-hal yang diketahui tuntunan iman dalam hal-hal yang tidak diketahuinya 9.

Mengenai penciptaan alam semesta, sebagaimana termaksud dalam Alquran,


surah ali imran 190-191, memberikan informasi tentang penciptaan, struktur, dan
perkembangan (evolusi) alam semesta adalah salah satu hal untuk mengingat
kekuasaan Allah. Sehingga ada 4 karakter dalam diri seseorang muslim yang berpikir
(ulilalbab) :

8
Dirk Bakker,Man in the Quraan,(Holland:DrukkerjiHolland,N.V, 1965), hal. 12
9
Al-Syayuthi, Al-maqal fi al-insan,(Mesir: dirasahQur’aniyah Dar al Ma’arif, 1966), hal. 35

8
1) Mereka senantiasa mengingat Allah sambil berdiri, duduk, maupun berbaring
(dalam segala aktivitasnya)
2) Dan selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (tak henti menelaah
fenomena alam)
3) (bila dijumpainya suatu kekaguman mereka berkata: “tuhan kami, tiadalah
engkau ciptakan semua ini sia-sia. Maha suci engkau”.
4) (dan dengan kesadaran bahwa pengembaraan intelektualnya mungkin sesaat,
mereka senantiasa memohon kepada Allah: dan jauhkanlah kami dari siksaan
neraka.”10

Kemudian alam semesta bermula juga diterangkan dalam Al Quran


dengan menggambarkan tentang penegasan kepada orang kafir yang tetap tidak
mau beriman bahwa antara langit dan bumi adalah suatu yang padu, lalu Allah
memisahkan antara keduanya.

C. Antropologi Ekonomi Islam


1. Pengertian Antropologi
Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari makhluk manusia (anthropos).
Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai sesuatu yang kompleks
dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut
sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya. Antropologi mulai banyak dikenal
orang sebagai sebuah ilmu setelah diselenggarakannya simposium pada tahun 1951
yang dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-negara di kawasan Ero-
Amerika (hadir pula beberapa tokoh dari Uni Soviet). Simposium yang dikenal dengan
sebutan International Symposium on Anthropology ini telah menjadi lembaran baru
bagi antropologi, terutama terkait dengan publikasi beberapa hasil karya antropologi,
seperti buku yang berjudul “Anthropology Today” yang di redaksi oleh A.R. Kroeber
(1953), “An Appraisal of Anthropology Today” yang di redaksi oleh S. Tax, dkk.
(1954), “Yearbook of Anthropology” yang diredaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1955),
dan “Current Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1956). Setelah

10
QS Al-Anbiya’:30

9
simposium ini, antropologi mulai berkembang di berbagai negara dengan berbagai
tujuan penggunaannya. Di beberapa negara berkembang pemikiran-pemikiran
antropologi mengarah pada kebutuhan pengembangan teoritis, sedangkan di wilayah
yang lain antropologi berkembang dalam tataran fungsi praktisnya. Pengertian lainnya
disampaikan oleh Harsojo dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Antropologi”
(1984). Menurut Harsojo, antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurutnya, perhatian antropologi tertuju
pada sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi serta nilai-nilai yang akan
membedakan cara pergaulan hidup yang satu dengan pergaulan hidup yang lainnya.
Sementara itu Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Antropologi
I ” (1996) menjelaskan bahwa secara akademis, antropologi adalah sebuah ilmu
tentang manusia pada umumnya dengan titik fokus kajian pada bentuk fisik,
masyarakat dan kebudayaan manusia. Sedangkan secara praktis, antropologi
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku
bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut. Di lain pihak
Masinambow, ed. dalam bukunya yang berjudul “Koentjaraningrat dan Antropologi di
Indonesia” (1997) menjelaskan bahwa antropologi adalah disiplin ilmu yang mengkaji
masyarakat atau kelompok manusia. Conrad Philip Kottak dalam bukunya berjudul
“Anthropology, the Exploration of Human Diversity” (1991) menjelaskan bahwa
antropologi mempunyai perspektif yang luas, tidak seperti cara pandang orang pada
umumnya, yang menganggap antropologi sebagai ilmu yang mengkaji masyarakat
nonindustri. Menurut Kottak, antropologi merupakan studi terhadap semua
masyarakat, dari masyarakat yang primitif (ancient) hingga masyarakat modern, dari
masyarakat sederhana hingga masyarakat yang kompleks. Bahkan antropologi
merupakan studi lintas budaya (komparatif) yang membandingkan kebudayaan satu
masyarakat dengan kebudayaan masyarakat lainnya. 11
2. Antropologi Ekonomi
Pada tahun 1930-an, seorang ahli antropologi Inggris R. Firth memulai meneliti gejala
ekonomi pedesaan seperti masalah permodalan, pengerahan tenaga kerja, sistem
produksi, pemasaran sistem pertanian dan perikanan. Hal ini beliau lakukan di wilayah

11
Harsojo, Pengantar Antropologi, (Jakarta: BinaTjipta, 1967), hal. 32

10
Osenia dan Malaysia. Apa yang telah dilakukan R. Firth ini kemudian banyak diikuti
oleh murid-muridnya bahkan para ahli antropologi lainnya yang mencoba mengadakan
penelitian di daerah lain. Bahkan metode dan pendekatan yang digunakan R. Firth
terus mengalami perkembangan sehingga menjadikan kajian antropologi terhadap
kehidupan ekonomi masyarakat menjadi semakin mantap. Kajian ini secara luas
dikenal dengan antropologi ekonomi. Di Indonesia, beberapa kajian antropologi
ekonomi cukup banyak mendapat perhatian terutama yang berupa upayaupaya para
ahli baik dari Eropa dan Amerika maupun para sarjana antropologi Indonesia sendiri
yang berusaha memahami masalah perekonomian para petani, nelayan, masyarakat di
sekitar hutan, masyarakat meramu di Papua dan sebagainya. 12
Ilmu Ekonomi yang mengkaji fenomena ekonomi modern lebih didasari oleh
pemikiran-pemikiran Barat atau Ero-Eropa. Persoalannya adalah bilamana pemikiran-
pemikiran ekonomi diterapkan pada setiap masyarakat terutama masyarakat yang
masih sederhana atau negara terutama negaranegara berkembang tidak selamanya akan
sesuai karena dilatarbelakangi oleh faktor cara pandang yang berbeda pada kehidupan
ekonominya. Perhitungan ekonomi modern tidak selamanya dapat diterapkan pada
sistem ekonomi masyarakat non Barat. Keragaman budaya pada setiap masyarakat
atau suku bangsa memperlihatkan pula adanya keragaman dalam strategi kehidupan
ekonominya. Keragaman pada sistem ekonomi dapat dilihat pada sistem produksi
apakah bercocok tanam sebagai petani, nelayan, peternakan, dan sebagainya. Begitu
pula keragaman ini dapat dilihat pada sistem tukar menukar atau sistem jual beli
barang. Pada kondisi seperti di atas, antropologi sangat diharapkan perannya untuk
dapat menjembatani pemikiran ekonomi modern dan pemikiran ekonomi lokal.
Pembangunan ekonomi masyarakat di negara-negara berkembang tidak akan berjalan
dengan baik bilamana tanpa diikuti oleh pertimbangan aspek budaya lokal terutama
yang terkait dengan pola pikir kehidupan ekonominya. Terdapat perbedaan pandangan,
anggapan, pengetahuan, persepsi pada masyarakat industri dengan masyarakat
nonindustri seperti pertanian. Oleh karena itu perlu kehati-hatian para perencana
pembangunan yang mencoba mengadopsi pemikiran atau teknologi yang datang dari

12
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 24

11
masyarakat industri (negara-negara Barat) bagi kepentingan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.13

13
Ibid., hal. 25

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trilogi Ekonomi Islam meliputi Teologi, Kosmologi, dan Antropologi didalam
filsafat Ekonomi Islam. Teologi Ekonomi adalah bagaimana keyakinan agama (akidah
Islam) bisa dijadikan kekuatan dan motivasi untuk membangun ekonomi sebagai sebuah
tawaran solusi agar ekonomi Indonesia lebih cerah dalam menyongsong masa depan yang
lebih menjanjikan.
Spiritual dari kosmologi Islam adalah memberikan pengetahuan tentang kosmos agar
dapat memahami keburaman realitas kosmos menjadi transparan, dari tirai menuju sarana
penyingkapan realita silahi, yang diselubungi dan disikapkan kosmos oleh hakikatnya
sendiri.
Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya.
antropologi sangat diharapkan perannya untuk dapat menjembatani pemikiran ekonomi
modern dan pemikiran ekonomi lokal.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah masih banyak kesalahan dan kekurangan yang perlu
diperbaki. Oleh karena itu diharapkan pembaca memberi kritik serta saran yang
membangun agar dalam pembuatan makalah lainnya bisa lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Syayuthi, Al-maqal fi al-insan. 1966. Mesir: dirasah Qur’aniyah Dar al Ma’arif.


Baedhowi. 2010. “Dinamisi Ruang Antar Praktis Kosmologi dan Sufisme dalam Kesenian:
Sebuah Model Kearifan Lokal Komunis Budaya Lereng Merapi”. Annual Conference on
Islamic Studies (ACIS). Banjarmasin: 1-4 November
Bakker, Dirk. 1965. Man in the Quraan. Holland: Drukkerji Holland, N.V
Rahmat, Jalaluddin. 1999. Renungan-renungan Sufistik Membuka Tirai Kejaiban. Bandung:
Mizan
Djakfar, Muhammad. 2010. Teologi Ekonomi: Membumikan Titah Langit di Ranah Bisnis.
Malang: UIN- Maliki Pers.
Siswanto, Joko. 2005. Orientasi Kosmologi . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Harsojo. 1967. Pengantar Antropologi. Jakarta: BinaTjipta.
Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.

14

Anda mungkin juga menyukai