Anda di halaman 1dari 5

KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERMEABILITAS

Tujuan
Melihat pengaruh berbagai perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas
membran.

Hasil Pengamatan
1. Nilai Absorban (A) Fisik Panas dan Beku
Perlakuan Nilai Absorban (A) pada 525 Nilai Kepekatan
Suhu nm Larutan
70 1,3960 +++++
65 0,5590 ++++
60 0,5195 +++
50 0,2420 ++
45 0,2035 +
beku 3,4535 ++++++++
kontrol dingin 0,3165 -
kontrol panas 0,0900 -

Keterangan : ++++++++ = sangat pekat

+++++ = pekat

++++ = agak pekat

+++ = sedikit pekat

++ = kurang pekat

+ = tidak pekat

- = bening

2. Grafik hubungan antara perlakuan panas (x) dan nilai absorbansi (y)
1
3. Nilai Absorban (A) Kimia
Perlakuan Nilai Absorban (A) pada 525 Nilai Kepekatan
Kimia nm Larutan
Aseton 0,045 ++
Metanol 2,479 +++
Benzen 0,01 +
Kontrol 0,207 -

Keterangan : ++++ = pekat

++ = sedikit pekat

+ = kurang pekat

- = bening

Pembahasan
Setelah dilakukannya semua perlakuan untuk mengamati pengaruh fisik dan kimia terhadap
sifat permeabilitas membran sel pada tanaman Beta vulgaris, kemudian dilakuknnya
pengamatan, terdapat hasil yang menunjukan perbedaan adanya pengaruh perlakuan fisik dan
kimia terhadap permeabilitas membran sel.
Pengamatan yang pertama yaitu pada potongan umbi Beta vulgaris yang diberi perlakuan
dengan direndam didalam air dengan suhu 70°C, 65°C, 60°C, 50°C, 45°C, selama satu jam.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap kekeruhan air dengan mengukur absorbansinya,

2
ternyata untuk umbi yang direndam didalam air bersuhu 70°C memiliki nilai absorbansi yang
paling tinggi. Pada saat suhu semakin tinggi, maka permeabilitas membran akan semakin
berkurang karena komponen membran akan mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
suhu yang terlalu tinggi. Suhu tinggi sangat mempengaruhi protein dan fosfolipid lemak
penyusun membran. Akibatnya, sel mengalami difusi cairan sel ke luar membran sel.
Semakin menurun suhunya maka nilai absorban yang berhasil teramati semakin rendah,
namun terjadi penyimpangan untuk suhu 45°C. Pada suhu 45°C ternyata nilai absorban yang
teramati sebesar 0,2035. Hal itu menunjukan kenaikan kembali setelah terus turun dari suhu
65°C. Hal itu merupakan kesalahan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
yaitu kesalahan saat merendam umbi pada suhu 70°C, kurangnya keahlian praktikan saat
pengukuran nilai absorban, dan kesalahan pada saat pengukuran nilai absorban. Menurut
Bonner (1961), perbedaan permeabilitas sangat bergantung pada besar kecilnya molekul yang
lewat dan ditentukan oleh besar-kecilnya pori-pori membran. Tapi pada membran plasma sel
hidup, besarnya molekul tidak berpengaruh, hal ini disebabkan oleh adanya kaitan antara
kelarutan zat dalam salah satu komponen membran.

Percobaan selanjutnya, yaitu perlakuan umbi Beta vulgaris yang direndam didalam keadaan
suhu air rendah atau dingin. Setelah dilakukannya pengamatan terhadap umbi dan
penghitungan nilai absorbannya, didapatkan data bahwa nilai absorban yang tertera yaitu
sebesar 3,4535. Nilai absorban yang tinggi menunjukan bahwa perlakuan terhadap air dingin
sangat mempengaruhi permeabilitas sel karena membran sel tidak tahan terhadap suhu yang
terlalu ekstrim sehingga komponen penyusun membran menjadi rusak dan isi sel keluar sel.
Hal tersebut menunjukan bahwa nilai ini jauh lebih besar dibandingkan dengan perlakuan
umbi dengan air panas. Grafik yang tertera diatas meunjukan penurunan garis saat umbi
diperlakukan dengan air panas, kemudian naik secara signifikan saat umbi diperlakukan
dengan air dingin.

Percobaan yang terakhir yaitu perlakuan umbi Beta vulgaris dengan zat-zat kimia, yaitu
direndam dengan larutan metanol, aseton, dan benzena. Hasil yang didapatkan setelah
melakukan pengamatan terhadap ketiga perlakuan tersebut, umbi yang direndam dengan
metanol memperlihatkan bentuk umbi yang mengembung, sementara umbi yang direndam
didalam benzena tidak memperlihatkan perubahan bentuk yang berarti, sementara umbi yang
direndam didalam aseton menunjukan keadaan umbi yang mengkerut. Hal tersebut sangat
3
berkaitan dengan nilai permeabilitas membran sel. Umbi yang direndam dalam larutan aseton
ternyata memiliki kerusakan permeabilitas membran yang besar karena larutan aseton dapat
merusak komponen membran sehingga larutan intra sel berdifusi keluar sel. Hal sebaliknya
terjadi pada metanol, dimana membran sel menjadi sedikit berkurang daya permeabilitasnya
sehingga ada cairan yang masuk kedalam sel yang mengakibatkan sel umbi menjadi
mengembung. Nilai absorban yang berhasil diamati, yaitu untuk metanol sebesar 2,479,
untuk benzen sebesar 0,01 dan untuk aseton sebesar 0,045. Hal itu menunjukan bahwa setiap
pemberian zat kimia yang berbeda mempengaruhi tingkat permeabilitas yang berbeda pula.
Pemberian metanol, mempengaruhi tingkat kerusakan membran sel yang tinggi dibandingkan
dengan perlakuan dengan menggunakan aseton maupun benzen.

Jawaban Pertanyaan
1. Apa akibat dari perlakuan panas terhadap permeabilitas membran sel?
Akibat dari perlakuan panas terhadap permeabilitas membran sel adalah komponen
membran sel yang merupakan fosfolopid dan protein menjadi terdegradasi dan terurai
yang mengakibatkan permeabilitas membran menjadi rusak.
2. Apa akibat yang ditimbulkan dari perlakuan pembekuan terhadap permeabilitas
membran sel ?
Akibat yang ditimbulkan dari perlakuan pembekuan terhadap permeabilitas membran
sel yaitu struktur dari komponen penyusun membran menjadi kaku dan rusak karena
protein dan fosfolipid sangat rentan terhadap perlakuan suhu yang ekstrem seingga
permeabilitas sel enjadi berkurang.
3. Bagaimana pengaruh senyawa organik yang diberikan (aseton, methanol, benzene,
dan kontrol?
Pengaruh senyawa organik yang diberikan, yaitu komposisi membran yang terutama
yaitu komposisi lipid menjadi terdegradasi oleh pemberian senyawa organik yang
kemudian molekul polar dapat dengan mudah keluar –masuk sel karena struktur lipid
dan protein telah dirusak.
4. Bagaimanakah hubungan antara sifat-sifat molekul hidrofilik dibagian luar membran
sel dan hidrofobik dibagian dalam membran terhadap permeabilitas membran?

Hubungan antara sifat-sifat molekul hidrofilik dibagian luar membran sel dan
hidrofobik dibagian dalam membran terhadap permeabilitas membran yaitu membran

4
enjadi bersifat selektif permeabel. Sifat ini yang menyebabkan hanya
molekul-molekul tertentu dan kecil saja yang dapat masuk kedalam membran. Sifat
itu pula yang membuat membran tidak dapat mudah ditembus oleh senyawa-senyawa
polar.

Kesimpulan

Membran sel akan mengalami kerusakan ataupun penurunan tingkat permeabilitas selnya jika
ditahruh ataupun diberikan perlakuan pada suhu ekstrem (panas & dingin). Membran sel juga
akan mengalami penurunan tingkat permeabilitas membran sel jika berada pada kondisi
lingkungan yang terdapat zat-zat kimianya sehingga cairan dalam sel dapat keluar ataupun
masuk kedalam sel secara bebas.

Anda mungkin juga menyukai