Para ilmuwan tersebut menduduki peranan yang amat penting dalam menunjang kemajuan peradaban
Islam. Para ilmuwan mendapat perlindungan dan fasilitas dari negara untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Sekalipun mereka ada yang bukan Muslim. Diantara mereka ada yang menjabat sebagai
jabatan tertinggi di Istana Khalifah. Ada pula yang menjadi dokter pribadi, wazir atau bendaharawan dan
lain sebagainya.
1. Imam Hanafi
Pendiri madzhab Hanafi ini diberi gelar “Imam Ahlur Ra’yi” karena ia lebih banyak memakai
argumentasi akal dari pada ulama, namun ia tetap mengacu pada sumber hukum Islam, seperti Al-Qur’an
dan Hadits, fatwa sahabat, ijma’, qiyas, istihsan serta urf. Kitab-kitab yang beliau tulis diantaranya:
Al-Faraid ⇒ Yakni kitab khusus membicarakan tentang waris dan segala bentuk ketentuan-
ketentuannya menurut hukum Islam.
Asy-Syurut ⇒ Kitab yanng membahas tentang perjanjian dalam suatu akad atau transaksi
Al-Fiqhul Akbar ⇒ Kitab yang membahas tentang teologi dan ilmu tauhid.
Baca Juga: √ Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Nabi & Rasul Beserta Artinya
2. Imam Malik
Yakni seorang mujtahids besar dan ahli dalam bidang fiqih dan hadits sekaligus pendiri madzhab Maliki.
Imam Malik dalam menetapkan hukum menggunakan sumber-sumber dari Al-Qur’an, Hadits, atsar,
tradisi masyarakat Madinah, qiyas, dan al-maslahah al-mursalah. Karyanya yang terkenal adalah “Al-
Muwatta” yakni kitab yang mencakup segala hal dalam masalah fiqih.
1. Hasan al-Basri
Ialah seorang ahli tasawuf. Pada tahun 37 H, setelah perang siffin, ia pindah ke Basrah dan disanalah ia
memulai karirnya sebagai seorang ulama dan zahid yang sangat berpengaruh. Inti ajaran beliau ialah al-
Khauf wal Raja’ yakni takut terhadap siksaan Allah SWT. dan berharap akan janji dan balasan kebaikan
dari Allah SWT. Dengan konsep tersebut, manusia dapat terhindar dari perbuatan maksiat dan senantiasa
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Rabi’ah al-Adawiyah
Ia adalah seorang sufi wanita yang termasyhur sepanjang sejarah. Konsep pemikirannya sangat terkenal
dan menjadi suatu terobosan sufisme yang sangat monumental. Konsep sufi yang diterapkannya adalah
konsep mahabbah yaki tentang rasa cinta kepada Allah SWT. Konsep tersebut mengajarkan bahwa tidak
ada sesuatu yang patut dicintai kecuali Allah SWT. semata dan ibadah yang dilakukan oleh seorang
hamba harus didasari dengan kecintaan kepada-Nya agar dalam beribadah disertai dengan rasa senang
dan keikhlasan.
1. Abu Hurairah
Beliau sangat termasyhur dan paling banyak dalam meriwayatkan hadits-hadits rasul. Menurut Imam
Bukhari, tidak kurang dari 800 hadits yang dihafal oleh Abu Hurairah.
Baca Juga: √ Pentingnya Sholat Bagi Umat Muslim Dalam Islam Lengkap
Dari Abu Hurairah banyak sekali hadits yang diterima oleh para tabi’in dan ulama ketika itu untuk dikaji
dan dijadikan dasar hukum. Para tabi’in yang juga berperan dalam pengembangan ilmu hadits zaman
Bani Umayyah yakni sebagai berikut:
Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dan ulama besar yang memprakasai kodifikasi hadits
ketika menjabat sebagai khalifah.
Ikrimah, seorang ulama besar dari Mekah.
Abu Qatadah dan Muhamad Sirin, ulama dari Basrah.
Asy-Sya’ibi dan an-Nakhari, dari Kufah.
Abu Khair Marsad dan Yazid bin Habib, ulama hadis dari Mesir.
Thawus bin Kaisan al-Yamani dan Ibnu Munabbin, dari Yaman.
Ilmu tafsir adalah ilmu yang mengkaji makna dan tujuan yang terkandung dalam Al-Qur’an sesuai
dengan kemampuan akal manusia. Diantara mereka yang berjasa dalam lahirnya dan berkembangnya
ilmu tafsir adalah sebagai berikut:
Itulah beberapa tokoh ilmuwan Muslim yang sangat berperan penting dalam peradaban Islam di zaman
Dinasti Bani Umayyah.