Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HASIL – HASIL PERAIRAN

POTENSI HASIL PERAIRAN DI KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
Nama : Muhammad Raja’Athaufa
NIM : 1910713310002
Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dosen : Ir. Iriansyah, M.Si
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
maklalah yang berjudul “Potensi Hasil Perairan di Kalimantan Selatan”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu syarat ketuntasan mata kuliah Hasil-Hasil
Perairan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Dosen
Pengampu Mata Hasil-Hasil Perairan dan segenap pihak yang telah membantu
hingga makalah ini terselesaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi bahan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Banjarbaru, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................... 2
1.3. Tujuan..................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN....................................................................... 3
2.1. Pengertian Penangkapan Ikan dan Alat Tangkap Ikan........... 3
2.2. Alat Tangkap di Daerah Kalimantan Selatan dan Cara
Pengoprasiannya..................................................................... 3
2.2.1. Anco.............................................................................. 3
2.2.2. Lukah / Bubu................................................................ 4
2.2.3. Lunta / Jala Tebar......................................................... 5
2.2.4. Rengge.......................................................................... 6
2.2.5. Tempirai........................................................................ 7
BAB 3. PENUTUP................................................................................. 8
3.1. Kesimpulan............................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki laut yang


luasnya sekitar 5,8 juta km² dan menurut World Resources Institute tahun 1998
memilki garis pantai sepanjang 91.181 km yang di dalamnya terkandung sumber
daya perikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan
tumpuan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam. Berdasarkan laporan
FAO Year Book 2009, saat ini Indonesia telah menjadi negara produsen perikanan
dunia, di samping China, Peru, USA dan beberapa negara kelautan lainnya.
Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai pada tahun 2007 berada pada
peringkat ke-3 dunia, dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada periode
2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus
mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah,
baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan
mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and
fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien.
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk
memenuhi permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai
jenis alat tangkap. Aktivitas perikanan dimulai dengan usaha melakukan
penangkapan ikan ataupun mengumpulkan biota akuatik (rumput laut, kerang-
kerangan dan lain-lain). Penangkapan ikan tentu saja didukung oleh teknologi
penangkapan ikan yang memadai dan berwawasan lingkungan. Hal ini bertujuan
agar hasil tangkapan yangdiperoleh maksimal serta tidak menimbulkan kerusakan
pada habitat ikan sehingga sumberdaya ikan tetap lestari. Operasi penangkapan
ikan oleh setiap jenis alat tangkap memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan setiap
jenis alat tangkap memiliki kontruksi yang berbeda yang disesuaikan dengan
target tangkapan dan kondisi perairan pada daerah penangkapan ikan.
Potensi perikanan Kalimantan Selatan meliputi garis pantai sepanjang
1.330 km, perairan umum 1.000.000 ha, kolam 2.400 ha, tambak 53.382 ha dan

1
minapadi/sawah 3.752 ha. Produksi perikanan Kalimantan Selatan tahun 2013
sebesar 339.437, 3 ton, yang terdiri dari perikanan tangkap sebesar 241.704,2 ton
dan perikanan budidaya sebesar 97.733,1 ton. Produksi perikanan tangkap di laut
memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan sektor perikanan dan kelautan
yaitu sebesar 176.691,4 ton. Penangkapan ikan di laut hanya dilakukan di
Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan yang terbesar
berada di Kabupaten Kotabaru. Adapun jenis ikan yang ditangkap, seperti cumi-
cumi, kepiting, udang windu, kakap, kerapu, manyung, dll. Sedangkan produksi
hasil tangkapan di perairan umum (meliputi sungai, danau, waduk, rawa dan
saluran irigasi teknis) diperoleh sebesar 65.012,7 ton dengan beberapa hasil jenis
ikan seperti betok, gabus, nila, mas, baung, lele, sepat rawa, sepat siam, patin, lais,
udang galah, dll

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Apa pengertian dari penangkapan ikan dan alat menangkap ikan?
b) Apa saja jenis alat penangkapan ikan di daerah Kalimantan Selatan dan
bagaimana cara pengoprasiannya?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah


sebagai berikut :
a) Memahami pengertian penangkapan ikan dan alat menangkap ikan.
b) Memahami jenis alat penangkapan ikan di daerah Kalimantan Selatan beserta
cara pengoprasiannya.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penangkapan Ikan dan Alat Tangkap Ikan

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009


Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan pada pasal 1 menyatakan bahwa Penangkapan ikan adalah kegiatan
untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan di budidayakan
dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah,
dan/atau mengawetkannya. Dalam dunia perikanan, tak lepas dengan usaha
penangkapan Sumber Daya Ikan
Alat menangkap ikan (fishing tackle) adalah peralatan yang digunakan
nelayan dan pemancing untuk mendapatkan ikan dan biota laut lainnya.
Penggunaan alat tangkap dalam menangkap ikan dimaksudkan untuk
mempermudah manusia dalam menangkap Sumber Daya Ikan (SDI) di suatu
perairan.
Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam
penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta
rekreasi bagi sebagian  penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada
jangka panjang (sustainability management). Tindakan manajemen perikanan
tangkap adalah mekanisme untuk mengatur,  mengendalikan dan mempertahankan
kondisi sumber daya ikan pada tingkat tertentu yang  diinginkan.  Salah satu kunci
manajemen ini adalah status dan tren aspek sosial ekonomi  dan aspek sumber
daya.  Data dan informasi status dan tren tersebut dapat dikumpulkan  baik secara
rutin (statistik) maupun tidak rutin (riset).

2.2. Alat Tangkap di Daerah Kalimantan Selatan dan Cara Pengoprasiannya


2.2.1. Anco

3
Anco adalah jaring angkat yang dipasang diperairan, berbentuk empat
persegi panjang, terdiri dari jaring yang keempat ujungnya diikat pada dua
bamboo yang dibelah dan kedua ujungnya dihaluskan (diruncingkan) kemudian
dipasang bersilangan satu sama lain dengan sudut 90°. Komponen utama alat ini
adalah jaring, selain jaring alat ini juga terdiri atas dua belah bamboo sebagai
pembuka jaring, tangkai panjang, tali untuk pengangkatan dan potongan bamboo
yang disusun berjejer sebagai tempat nelayan untuk menaik turunkan jaring.
Cara pengoperasian anco tidak terlalu sulit, yaitu dengan cara
menurunkan alat tangkap kedalam perairan, apabila dirasa ikan yang berkumpul di
jaring sudah cukup banyak, maka nelayan akan menarik jaring anco ini dengan
cepat. Lebih jelasnya setelah hancau ditenggelamkan pada kedalaman tertentu
ikan akan berkumpul di dalam jaring seteleah tertarik dengan umpan yang berada
di dalam jaring. Kemudian jaring diangkat ke permukaan air secara mekanis dari
bangunan yang dibuat dari bamboo. Ikan yang berada di atas jaring akan
terperangkap bila jaring di angkat terus dan air tersaring. Hasil tangkapan hancau
sendiri adalah semua jenis ikan yang berada di daerah operasional penangkapan,
hal ini dikarenakan alat ini tidak mempunyai selektifitas yang bagus terhadap ikan
tangkapan, bahkan ikan kecil pun dapat tertangkap. Namun hasil tangkapan yang
biasa didapat dengan menggunakan hancau yaitu ikan seluang, ikan nilem, ikan
lemuru, ikan belanak, dan udang seperti udang rebon.
Anco atau portable lift nets termasuk alat tangkap yang sederhana,
terbuat dari bamboo sebagai alat untuk menaik dan menurunkan jaring. Mata
jaring anco relative lebih kecil yang bertujuan untuk menangkap ikan – ikan kecil
seperti ikan petek. Lebar jaring hancau sangat bervariasi dari 1 m – 5 m, namun
alat yang digunakan masyarakat Kalimantan Selatan menggunakan ukuran yang
kecil yaitu 1 meter × 1 meter. Bila alat ini dioperasikan dibutuhkan bantuan lampu
atau umpan agar ikan tertarik untuk mendekat.

2.2.2. Lukah / Bubu

4
Lukah adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan,
berupa jebakan (traps) dan bersifat pasif. Lukah juga memiliki nama lain yaitu
perangkap (traps) dan penghadang (guiding barriers). Alat tangkap lukah terbuat
dari bambu, dengan rotan cincin sebagai bingkai. Lukah berbentuk seperti tong
tetapi meruncing menjelang akhir menyerupai kerucut. Mulutnya dilengkapi
dengan saluran separat pintu masuk yang memungkinkan ikan atau udang untuk
melewati dengan mudah dalam satu arah saja.
Dalam operasionalnya, bubu terbagi menjadi tiga jenis, yaitu bubu dasar
yang daerah pengoperasiannya di dasar perairan. Kemudian bubu apung yang
operasional dan penangkapannya diapungkan. Bubu hanyut bubu yang dalam
operasional penangkapannya dihanyutkan.
Lukah sendiri dapat dioperasikan pada perairan dangkal 2 – 7 m,
berdasar batuan dan berpasir. Lukah diletakkan pada perairan untuk menghadang
ikan yang berenang, karena sifat ikan yaitu berenang melawan arus. Pasang lukah
di fishing ground yang sudah ditentukan dipasang secara tunggal dan ada yang
beruntai. Dalam pengoperasiannya menangkap ikan diberikan umpan di
dalamnya, umpan tersebut berfungsi untuk menarik perhatian ikan. Umpan disini
dapat berupa ikan yang telah mati atau ikan petek. Hasil tangkapan alat tangkap
lukah yaitu ikan baung, seluang, nilem, belut dan udang

2.2.3. Lunta / Jala Tebar

Lunta merupakan jaring ikan berbentuk lingkaran kecil dengan pemberat pada
tepi-tepinya, yang dilempar atau ditebar oleh nelayan. Lunta salah satu alat
tangkap yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar dalam
pembuatannya. Komponen bahannya biasa terbuat dari nilon multifilamen atau

5
dari monofilamen, dan diameternya berkisar 3 – 5 m. Bagian ujung jaring
diberikan pemberat yang terbuat dari timah agar memudahkan jala membuka atau
menyebar saat dilemparkan, dan menutup saat alat tangkap lunta mendarat di air
sehingga menyulitkan ikan untuk meloloskan diri.
Lunta dioperasikan menggunakan tenaga manusia tanpa alat tambahan
saat digunakan, yaitu dengan cara melemparnya menggunakan teknik – teknik
tertentu. Alat ini banyak dioperasikan pada perairan seperti sungai, waduk, danau,
serta perairan pantai berkedalaman berkisar 0,5 – 10 m. Waktu pengoperasiaan
jala tebar sendiri biasa dilakukan pada siang hari. Lunta digunakan untuk
menangkap ikan dengan trip penangkapan satu hari penangkapan (one day
fishing). Selektifitas alat tangkap lunta terhadap jenis ikan yang tertangkap adalah
sepat rawa, sepat siam, dan betok untuk lunta mesh size 3,2 cm, sedangkan
untuk lunta 4,3 cm jenis adalah sepat siam, tambakan, sepat rawa dan betok.

2.2.4. Rengge

Rengge merupakan alat tangkap terbuat dari rangkaian benang ataupun


nilon yang dianyam dengan menggunakan mesin yang lebarnya 1,5 – 2 m, ukuran
mata jaringnya sebesar 1,5 – 2,5 cm dan panjangnya 10 – 12 m, dimana pada
bagian atas alat ini dipasang pengapung sedangkan bagian bawahnya dipasang
pemberat. Alat penangkapan ikan ini berbentuk empat persegi panjang dilengkapi
dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris
bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat atau
terpuntal. Rengge dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar secara
menetap, hanyut dan melingkar.
Cara pengoperasionalan rengge yaitu dengan memasang sepanjang anak-
anak sungai atau melintang membelah anak sungai yang bagian bawahnya

6
ditenggelamkan mencapai 1,5 m. Alat ini termasuk alat tangkap pasif karena alat
tangkap hanya didiamkan dan menunggu ikan berenang melewati alat tangkap,
maka ikan tersebut akan terjerat pada bagian insangnya. Rengge biasanya
dipasang pada pagi hari kemudian diambil hasilnya pada sore hari. Pengambilan
hasil tangkapan dilakukan dengan mengangkat rengge dan mengambil ikannya
satu per satu. Hasil tangkapan alat tangkap rengge berupa ikan lais, baung, tapa,
haruan, biawan, dan kakapar.

2.2.5. Tempirai

Alat tangkap ini terbuat dari bilah rotan yang dianyam berbentuk
setengah lingkaran dan menyerupai keranjang. Ukuran dari alat tangkap ini
biasanya 60 cm x 60 cm x 60 cm, dimana pada salah satu sisinya terdapat pintu
masuk. Di pintu masuk tersebut terdapat simpul untuk menahan ikan keluar
dengan jarak celah antar bilah 2 cm.
Cara pengoprasian alat tangkap tempirai dilakukan dengan menambatkan
pada patok yang dipasang di perairan rawa sedalam 2/3 tinggi perairan beserta
umpan yang biasa dipasang adalah buah kelapa. Ikan yang masuk akan
terperangkap oleh tempirai yang ada kemudian ikan-ikan hasil tangkapan tersebut
dikeluarm dengan cara diangkat dan dibuka celah yang ada, lalu ikan diambil
dengan menggunakan serok yang besar. Tempirai biasa dipasang pada pagi hari
kemudian diangkat pada sore hari. Ikan yang biasa tertangkap pada alat tangkap
tempirai yaitu ikan biawan, kekapar, betok, sepat siam, dan haruan.

7
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada penulisan makalah ini adalah sebagai


berikut:
1. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan di budidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya.
2. Anco merupakan sejenis jaring angkat (lift nets) yang dioperasikan dengan
tangan. Alat tangkap ikan ini terdiri dari jaring berbentuk persegi yang
keempat ujungnya diikatkan pada dua batang bambu atau kayu yang
dipasang bersilang tegak lurus. Cara pengoprasian alat ini dengan
dibenamkan dalaam perairan sungai, dengan alat bantu lampu untuk
menarik perhatian target tangkapan berupa udang, ikan wader, dan ikan teri.
3. Lukah adalah alat untuk menangkap ikan (seperti bubu) yang dipasang di
dalam air yang tidak berapa dalam, dengan alat bantu tali agar alat tangkap
tidak terbawa arus dan cara pengoprasiannya diletakkan didalam air yang
berarus untuk menghadang target tangkapan berupa udang, belut, ikan
baung, dan ikan seluang.
4. Lunta adalah adalah jaring ikan berbentuk lingkaran kecil dengan pemberat
pada tepi-tepinya, yang cara pengoprasiannya dilempar atau ditebar oleh
nelayan. Lunta biasanya di operasikan pada perairan seperti sungai, waduk,
danau, serta perairan pantai berkedalaman berkisar 0,5 – 10 m dengan hasil
tangkapan berupa ikan belanak.
5. Rengge merupakan alat tangkap terbuat dari rangkaian benang ataupun
nilon yang dianyam, dimana pada bagian atas alat ini dipasang pengapung
sedangkan bagian bawahnya dipasang pemberat.

8
6. Tempirai adalah alat tangkap yang terbuat dari bilah rotan yang dianyam
berbentuk setengah lingkaran dan menyerupai keranjang

9
DAFTAR PUSTAKA

Agusta Fredy, 2017. Analisis Pendapatan Penggunaan Beberapa Alat Tangkap


pada Pengelolaan Sumberdaya Ikan Secara Berkelanjutan di Provinsi
Lampung. Jurnal Manajemen Sumberdaya Alam Program Pascasarjana
Universitas Lampung. Vol. 2. (4) : 6-11.
Fachrussyah Z. C, 2009. Dasar-Dasar Penangkapan Ikan. Buku Ajar Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo. Halaman 1-
8.
Irhamsyah dan Azizah N, 2019. Kajian Selektivitas Lunta (Cast net) sebagai Alat
Tangkap Ramah Lingkungan di Perairan Umum Daratan. Prosiding
Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah. Vol. 4. (1) : 65-71.
Kirana E. N, Herry B, dan Aristi D. P. F, 2015. Analisis Hasil Tangkapan pada
Alat Tangkap Anco (Lift net) Berdasarkan Perbedaan Waktu
Pengoprasian Siang dan Malam di Waduk Kedungombo Boyolali.
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology.
Vol. 4. (4) : 125-134.
Rianasari A, Bustari, dan Usman, 2018. Identifikasi Alat Tangkap Ramah
Lingkungan di Sepanjang Perairan Sungai Kampar Kecamatan Kuok
Kabupaten Kampar. Jurnal Perikanan. Vol. 2. (1) : 1-11
Sarapil C, Yanita K, dan Eunike K, 2018. Pengoprasian Alat Tangkap Tradisional
Dalombo (Jala Lempar) di Perairan Kampung Binebas Kecamatan
Tabukan Selatan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Ilmiah
Tindalung. Vol. 4. (1) : 1-5.

Anda mungkin juga menyukai