Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman kasus

Ny. A datang ke Puskesmas pada Kamis 25 Juli 2019 datang ke puskesmas untuk kami anamnesis
bersama dr. Wildan Sp, KJ. Ny. A merupakan seorang istri dari Tn. A (64 tahun) yang stroke sejak 21 April
2018. Olehkarena penyakit suaminya, Ny. A menjadi rutin ke puskesmas untuk minta obat rutin bagi
suaminya. Ny. A mengaku saat sebelum sakit Tn. A merupakan orang yang sangat aktif, banyak kegiatan
lingkungan yang beliau ikuti. Namun sejak suaminya sakit, Ny. A mengaku banyak perubahan yang
terjadi pada suaminya terutama pada sisi emosinya. Tn. A menjadi tidak sabaran bila meminta sesuatu
bahkan kadang hingga memaki istrinya. Namun bila sanak saudara maupun anak-anaknya hadir ke
rumahnya, Tn. A sering menitikan air mata keharuan.

Perubahan yang terjadi pada Tn. A sedikit banyak telah membawa perubahan juga bagi istrinya.
Ny. A sering terbangun di malam hari untuk menemani suaminya buang air yang bisa mencapai 4 kali
dalam semalam sehingga secara tidak langsung memengaruhi kualitas tidur Ny. A. Namun terlepas dari
hal tersebut, secara psikis Ny. A merasa khawatir, sedih dan cemas dengan perubahan yang terjadi pada
suaminya hingga membuat berat badannya menurun akhir-akhir ini. Bila Tn. A sedang emosi hingga
memakinya, Ny. A selalu bersabar dan kadang menghabiskan waktu sejenak bercengkrama dengan
tetangga sebagai pelipur laranya. Namun terkadang saat rasa sabarnya habis beliau sering berucap
untuk pergi ke rumah anaknya di Pekanbaru dan meninggalkan suaminya sendiri. Meski begitu, Ny. A
sesungguhnya amat sangat menyayangi suaminya. Beliau begitu takut bila suaminya akan dipanggil
Tuhan terlebih dahulu dan meninggalkannya. Ny. A begitu takut hidup sendirian.

Perasaan terhadap pengalaman

Melalui kejadian dan kisah hidup yang dialami Ny. A telah memperluas pandangan saya tentang
gangguan jiwa bahwasanya siapapun memiliki kesempatan untuk terganggu jiwanya tanpa pandang
bulu yang bahkan bisa saja menghinggapi salah satu anggota keluarga kita. Setiap anggota keluarga
memiliki peran yang sangat besar dalam keharmonisan dan kestabilan keluarga. Tanpa dukungan
keluarga ataupun orang-orang terdekat maka hal kecil saja bisa membuat masalah yang bila tak segera
diselesaikan bisa mengganggu anggota keluarga lain bahkan orang lain. Melalui gejala yang ditunjukkan
Tn. A juga memperluas pandangan saya dimana gejala orang depresi tidak selalu digambarkan dengan
orang yang pasif namun bisa dengan sikap marah. Pengertian dan pemahaman yang tepat dari anggota
keluarga amat penting dalam kasus tersebut. Bila keluarga salah mengartikan ‘marah’nya pasien sebagai
manifestasi rasa benci maka perpecahan dalam keluarga tinggallah menunggu waktu.

Evaluasi

Apa yang bisa dilakukan Ny. A dalam menghadapi suami dengan depresi organik?

Analisis

Depresi sebelumnya dianggap sebagai suatu jenis neurastenia yang termasuk dalam kategori
gangguan jiwa ringan. Penderita depresi memiliki suasana hati yang buruk secara berkepanjangan,
kehilangan minat terhadap segala hal, dan merasa kekurangan energi. Suasana hati mereka sangat
buruk sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Menurut kriteria diagnostik American Psychiatric
Association, Anda dikatakan memiliki gangguan depresi bila Anda mengalami 5 atau lebih gejala depresi
fisik atau psikologis selama lebih dari 2 minggu secara berturut-turut, termasuk suasana hati yang buruk
dan rasa kekurangan energi. Anda terus-menerus dibombardir oleh pikiran negatif dan kehidupan
sehari-hari Anda terpengaruh secara signifikan.

Dalam kasus ini, dapat kita ketahui jika Tn. A mengalami depresi organik karena sakit strokenya
yang secara tidak langsung memberi pengaruh terhadap psikis istrinya saat ini. Padahal menurut hasil
sebuah penelitian menunjukkan bahwa gejala depresi menurun secara signifikan dengan dukungan
keluarga dan pasangan yang kuat. Rasa nyeri yang dirasakan pasien pun berkurang ketika tingkat
dukungan meningkat. Olehkarena itu dalam kasus ini memperkuat psikis dan perbaikan pola pikir dari
Ny. A adalah pritoritas utama.

Menurut peneliti terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) dapat berpengaruh
terhadap depresi pada lansia. SEFT merupakan penggabungan antara spiritual power dengan EFT yang
menggunakan metode tapping pada delapan belas titik pada tubuh yang dapat membantu pasien untuk
mengurangi kecemasan, gangguan mental lebih cepat, dan tanpa adanya resiko yang membahayakan
(Zainuddin, 2006), hal tersebut dikarenakan rangsangan pada titik tersebut merangsang keluarnya
hormon endorphin dalam tubuh, sehingga pasien merasa rileks dan nyaman. Spiritual mempunyai
pengaruh menurunkan depresi, hal tersebut didukung oleh penelitian Syukra (2012) bahwa lansia yang
mempunyai religiusitas tinggi mempunyai peluang yang rendah terserang depresi, penelitian di atas
senada dengan penelitian Bosworth et al (2003) bahwa lansia yang mempunyai spiritualitas dan koping
religius berdampak pada perbaikan outcome depresi. Sedangkan dalam penelitian Church & Brooks
(2010) mereka menyatakan bahwa spiritual emotional freedom technique juga dapat menurunkan
kecemasan, depresi, nyeri, pada tenaga kesehatan. SEFT menjadi salah satu pilihan intervensi dalam
mengatasi depresi karena terapi SEFT relatif lebih singkat serta SEFT mudah dipraktekkan mandiri oleh
klien.

Kesimpulan

Berikut ini yang bisa Anda lakukan jika Anda (atau orang yang Anda kenal) memiliki gejala depresi :

1. Pahami fakta tentang penyebab, jenis, dan penanganan depresi


2. Kenali gejala dan tentukan keparahan serta berapa lama depresi itu telah terjadi
3. Tetapkan tujuan-tujuan kecil yang membantu Anda keluar dan melakukan banyak hal. Mencapai
hal-hal kecil setiap hari juga bisa membantu
4. Hindari tekanan atau perubahan yang besar, karena hal itu dapat menyebabkan banyak
ketegangan
5. Cobalah berolah raga atau teknik SEFT untuk menghilangkan ketegangan yang ada, membantu
Anda agar tenang serta tidur dengan lebih baik
6. Konsultasilah dengan seorang konselor profesional yang dapat membantu kesembuhan Anda

Daftar pustaka
Etika, Arif Nurma. 2016. Intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Menurunkan Depresi
Pada Lansia. Jawa Timur : Universitas Kediri

Hung, Man et al. 2016. The relationship between family support; pain and depression in elderly with
arthritis. USA.

Kamenov, Kaleyon et al. 2015. How much do we know about the functional effectiveness of interventions
for depression? A systematic review.

http://www.gryphonpsychology.com

https://www21.ha.org.hk

Anda mungkin juga menyukai