Anda di halaman 1dari 13

1

Format Tugas Laporan Tutorial

I. Nama : Mangatur Riverson Sinurat


Nim : 17171031
Kelompok :4
Tutor : dr. Farid Bastian, M.K.M
Skenario ke- :3
Blok : 20

II. Seven Jumps

Langkah I : Identifikasi Istilah

1. Vulnus Puncum
Vulnus puncum adalah luka tusuk. Luka ini disebabkan karana trauma kabat
benda tajam yang masuk kedalam kulit seperti pisau. Luka ini akan tampak kecil jika
dilihat dari luar namun pada bagian dalam terjadi kerusakan yang parah. Jika tusukan
terkena pada bagian dada atau abdomen disebut dengan Vulnus penetrosum.
2. Vulnus Laceratum
Vulnus laceratum adalah luka robekan atau laserasi. Luka ini disebabkan karena
trauma benda tumpul. Bentuk luka yang tampak dari luar tidak rata dan sedikit
perdarahan kemudian memiliki resiko infeksi yang tinggi
3. Hematom Periorbital Dextra
Hematoma Periorbital dextra adalah kulpulan darah yang keluar dari pembuluh
darah (ekstrafasasi pembulu darah) pada sekitar mata (periorbital) sebelah kanan.
Hematoma dapat terjadi karena adaanya trauma yang mengenaik pembulu darah yang
menyebabkan darah keluar dari pembuluh darah dan berkumpul di sekitar daerah yang
terkena trauma. Hematoma dapat juga terjadi karena adanya pemecahan trombosit yang
berlebihan.

Sumber Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003.

4. Vulnus Excariatum
Vulnus excariatum adalah luka lecet. Luka ini akan tampak seperti goresan
hanya pada bagian kulit dan terbuka. Luka ini sering disebabkan karena kecelakaan
atau jatuh.
5. Vulnus Scissum
Vulnus scissum atau vulnus insivum adalah luka sayat. Luka ini disebabkan
karena adannya trauma sayatan benda tajam atau jarum. luka sayatan juga dapat terjadi
karena tindakan invasive seperti pembedaha. Ciri luka sayatan , tepi luka tajam dan
licin

Sumber :Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017
2

Langkah II : Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah

1. Bagaimana mekanisme terjadinnya multiple vulnus pada pasien di skenario? dan


identifikasi luka pada pasien apakah luka tertutup/ terbuka.
2. Tindakan awal yg tepat pada vulnus? apa yg terjadi bila luka dibiarkan saja?
3. Bagaimana penanganan yang dapat dilakukan pada kedua pasien dalam skenario?

Langkah III : Analisis Masalah

Uraikan disini!

1. Bagaimana mekanisme terjadinnya multiple vulnus pada pasien di skenario? dan


identifikasi luka pada pasien apakah luka tertutup/ terbuka.

Pada skenario dijelaskan terjadinya beberapa luka yang dapat di identifikasi.


Vulnus yang terjadi pada keadaan pada skenario setelah di identifikasi seperti vulnus
laceratum, vulnus scissum, vulnus excariotum, vulnus punctum, dan close vulnus
(Hematome periorbital dextra). Mekanisme terjadinya vulnus dapat dijelaskan karena
adanya trauma. Trauma yang dapat terjadi pada setiap vulnus dapat berbeda-beda.
Dalam skenario dapat dijelaskan karena adanya trauma akibat tusukan pisau (vulnus
puctum) yang terjadi pada syekh ali jaber. Pada pelaku di dapatkan vulnus laceratum
dapat terjadi karena trauma tumpul, vulnus scissum karena adanya sayatan benda
tajam, vulnus excariotum yang dapat terjadi karena benturan tubuh di daereh karena
tekanan, dan hematom periorbital dapat terjadi karena adanya beturan pada daerah
mata yang mengakibatkan pembuluh darah pecah dan darah berkumpul pada daerah
yang terkena trauma. Mekanisme dari trauma ini dapat terjadi dengan kejadian yang
berbeda-beda dan menghasilkan jenis vulnus yang berbeda pula.

Sumber: Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah.

2. Tindakan awal yg tepat pada vulnus? apa yg terjadi bila luka dibiarkan saja?

Tindakan awal yang dapat di lakukan pada kejadian vulnus


• Hentikan perdarahan
Tindakan ini dapat dilakukan dengan menutup perdarahan mengginakan
kain yang bersih. Tindakan ini dilakukan sebelum sampai pada faskes pelayana
kesehatan
• Lakukan pencucian luka
3

Jika perdarahan sudah berhenti, lakukan pencucian pada daerah vulnus.


Pencucian luka ini dapat menggunakan H202. Tindakan ini dilakukan dengan
cara mengalirin cairannya diderah luka.
• Eksisi jaringan Mati
Tindakan ini dapat dilakukan jika terjadi luka dengan jaringan mati
disekita vulnus. Jaringan mati dapat di eksisi menggunakan scapel atau
guntung.
• Balutan
Pembalutan luka dapat dilakukan sebelum dilakukan tindakan
selanjutnya. Pembalutan pada luka dapat dilakukan juga untuk menghindari
keadaan infeksi dari lingkungan sekita. Balitan dapat dilakukan dengan
menggunakan pembalut yang bersih dan tidak lengket.

Tindakan awal ini dapat dilakukan pada setiap keadaan lukan agar dapar
meminimalisisr keadaan yang lebih parah. Jika tidak dilakukan dengan tepat
maka dapat terjadi infeksi pada luka. Infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi
yang berat.

Sumber: Ekaputra, Erfandi. 2013. Evolusi Manajemen Luka. Jakarta: TIM. Fahrurrozi, &
Purba, Teddy.

3. Bagaimana penanganan yang dapat dilakukan pada kedua pasien dalam skenario?

Penanganan yang dapat dilakukan pada kedua pasien seperti


1) Melakukan wound toilet vulnus
Wound toilet dapat dilakukan dengan menggunakan H2O2. Disertai dengangan
pemberian Povidone iodine
2) Balutan
Tindakan balutan luka dapat dilakukan untuk menghindari kejadian infeksi.
Luka di depridement dengan menggunakan kasa dan balutan yang sesuai dengan
luka.
3) Pemberian cairan
Pada pasien di skenario dapat kita berikan cairan untuk menggantikan cairan
yang terhilang karena adanya perdarahan
4) Jahit luka
Pada pasien dengan adanya luka terbuka dapat dilakukan jahitan luka agar dapat
mempercepat penyembuhan luka.
5) Pemberian Antibiotik dan Tetanus Toksoid serum
Karena luka yang terjadi pada pasien di skenario diakibatkan karena tusukan
benda tajam. Untuk menghindari kejadian tetanus. Dapat diberika TTS dan
antibiotic secara topical di daerah lukan dan antibiotik oral.
Sumber: Al-Muqsith, AM, 2015. Luka (Vulnus). Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh.
Tersedia di repository.unimal.ac.id/4013/1/LUKA%20%28 VULNUS%29.pdf. (diakses tanggal
19 Agustus 2020).
4

Langkah IV : Strukturisasi

Gambarkan disini!
Syekh Ali Jaber di Tikam Oleh
seseorang pemuda saat
berdakwa

Pelaku di amuk masa dan di


amankan

Pelaku dan Syekh Ali Jaber di


bawa ke RS Hermina

Dilakukan Primary Survey Dilakukan Primery Survey


PELAKU SYEKH ALI JABER

PEMERIKSAAN TANDA VITAL PEMERIKSAAN TANDA VITAL


• Kesadaran Compos mentis • Kesadaran Compos mentis
• K.U = Lemas • K.U = Sakit
• TD = 90/60 mmHg • TD = 110/60 mmHg
• HR =100 x/ Mnt • HR =94 x/ Mnt
• RR = 26 x/ Mnt • RR = 24 x/ Mnt
• T = 36.9 C • T = 36.6C

PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN FISIK


• Vulnus Laceratum di kepala • Vulnus Punctum di lengan kanan
kanan 10 cm
• Hematom periorbital dextra
• Multiple vulnus scissum di
punggung tidak rata (10-
20cm)
• Vulnus excoriatum di kedua
siku tangan dan punggung
kaki.

VULNUS
5

Langkah V : Learning Objective


Tuliskan disini!
1. Jelaskan Definisi vulnus dengan rujukan
2. Jelaskan jenis jenis vulnus dengan rujukan
3. Jelaskan patofisiologi dan fase penyembuhan vulnus dengan rujukan
4. Jelaskan Manifestasi vulnus dengan rujukan
5. Jelaskan pemeriksaan fisik vulnus dengan rujukan
6. Jelaskan pemeriksaan penunjang dengan rujukan
7. Jelaskan diagnosis vulnus dengan rujukan
8. Jelaskan Tatalaksana vulnus dengan rujukan
9. Jelaskan Komplikasi dan prognosis vulnus dengan rujukan

Langkah VII : Sintesis hasil belajar mandiri sesuai LO, sebutkan sumbernya
ditiap paragraf bahasan

1. Jelaskan defenisi vulnus dengan rujukan!

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang bisa disbabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpu, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik, atau gigitan hewan.

Sumber: Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah.

Vulnus atau luka didefinisikan sebagai rusaknya kesatuan / komponen jaringan,


dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.

Sumber: Maryunani, A. (2015). Perawatan Luka Modern (Modern Woundcare). Jakarta: IN


MEDIA.

Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau
organ tubuh lain . Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang
disebabkan oleh trauma, intentional/operasi, ischemia/vaskuler, tekanan dan keganasan

Sumber: Ekaputra, Erfandi. 2013. Evolusi Manajemen Luka. Jakarta: TIM. Fahrurrozi, &
Purba, Teddy.
6

2. Jelaskan jenis jenis vulnus dengan rujukan !

Jenis jenis luka berdasarkan penyebabnya dapat dibagi sebagai berikut:


• Luka lecet (Vulnus Excoriasi)
Luka ini akibat gesekan dengan benda keras misalnya terjatuh dari motor
sehingga terjadi gesekan antara anggota tubuh dengan aspal. Dimensi luka yaitu
hanya memiliki panjang dan lebar, namun biasanya mengenai ujung-ujung syaraf
nyeri di kulit sehingga derajat nyeri biasanya lebih tinggi dibanding luka robek.

• Luka sayat (Vulnus scissum)


Luka yang disebabkan oleh sayatan benda tajam misalnya logam atau kayu.
Luka yang dihasilkan tipis dan kecil, yang juga bisa disebabkan karena di sengaja
dalam proses pengobatan.

• Luka robek atau parut (Vulnus laseratum)


Luka robek biasa terjadi karena benda keras yang merusak permukaan kulit
misalnya terjatuh, terkena ranting pohon, atau terkena batu sehingga menimbulkan
robekan pada kulit. Dimensi luka panjang, lebar dan dalam.

• Luka tusuk (Vulnus punctum)


Luka tusuk terjadi akibat tusukan benda tajam, berupa luka kecil dan dalam.
Pada luka ini perlu diwaspadai adanya bakteri clostridium tetani benda tajam/logam
yang menyebabkan luka.

• Luka gigitan (Vulnus morsum)


Luka morsum disebabkan gigitan gigi, baik itu oleh manusia ataupun binatang
seperti serangga, ular, dan binatang buas. Perlu diwaspadai luka akibat gigitan dari
ular berbisa yang berbahaya.

• Luka bakar (Vulnus combustion)


Luka bakar adalah kerusakan jaringan yang timbul karena suhu tinggi, bahan
kimia, trauma dingin, dan radiasi yang mengenai kulit dan dapat mengenai jaringan
dibawahnya.

Sumber: Al-Muqsith, AM, 2015. Luka (Vulnus). Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh. Tersedia
di repository.unimal.ac.id/4013/1/LUKA%20%28 VULNUS%29.pdf. (diakses tanggal 19 Agustus 2020)
7

Selain berdasarkan penyebanya luka dapat dibagi berdasarkan kontaminasinnya

a) Luka Bersih (Clean Wounds)


Luka bersih adalah luka bedah (luka sayat elektif dan steril) yang tidak
terinfeksi. Luka tidak mengalami proses peradangan (inflamasi) dan juga tidak
terjadi kontak dengan sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinaria yang
memungkinkan infeksi.
b) Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds)
Jenis luka ini adalah luka pembedahan (luka sayat elektif) dimana terjadi kontak
dengan saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
terkontrol. Potensi kontaminasi, bisa terjadi walau tidak selalu, oleh flora normal
yang menyebabkan proses penyembuhan lebih lama.
c) Luka terkontaminasi (Contamined Wounds)
Luka terkontaminasi adalah luka terbuka, fresh, luka robek/parut akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna.
d) Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds)
Luka kotor atau infeksi adalah terdapatnya mikroorganisme pada luka akibat
proses pembedahan pembdahan yang sangan terkontaminasi. Kemungkinan
terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin besar dengan adanya
mikroorganisme tersebut.

Sumber :Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017

Berdasarkan waktu dan lamanya, luka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Akut
Luka akut adalah luka baru, terjadi mendadak dan penyembuhannya sesuai
dengan waktu yang diperkirakan. Luka akut merupakan luka trauma yang biasanya
dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Contohnya adalah luka sayat,
luka bakar, luka tusuk. Luka operasi dapat dianggap sebagai luka akut yang dibuat oleh
ahli bedah. Contohnya adalah luka jahit, skin grafting.

2) Kronis
Luka kronik adalah luka yang berlansung lama atau sering timbul kembali
(rekuren), terjadi karena gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya
disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Luka kronik terjadi pada luka gagal
sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak direspon baik terhadap terapi dan punya
tendensi untuk timbul kembali. Contohnya adalah ulkus dekubitus, ulkus diabetik,
ulkus vena dan luka bakar.

Sumber: Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah
8

3. Jelaskan patofisiologi dan fase penyembuhan vulnus

Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa
disebabkan oleh trauma mekanis dan perubahan suhu (luka bakar). Vulnus yang
terjadi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala seperti bengkak, krepitasi,
shock, nyeri, dan deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi yang lebih
serius. Tanda dan gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe vulnus.
Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit (luka)
sendiri yang dikenal dengan penyembuhan luka. Proses perbaikan sel
(penyembuhan luka) bergantung pada kedalaman luka di kulit. Proses ini terjadi
secara sederhana yang diawali dengan pembersihan (debris) area luka, pertumbuhan
jaringan baru hingga permukaan datar, dan pada akhirnya luka menutup.
Penyembuhan luka terdiri dari tiga fase, yaitu:
1) Fase inflamasi
Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau saat luka terjadi (hari ke- 0
sampai hari ke-3 atau ke-5). Pada fase ini terjadi dua kegiatan utama, yaitu
kegiatan vaskular dan respon inflamasi. Respon vaskular diawali dengan respon
homeostatik tubuh selama 5 detik pasca-luka (kapiler berkontraksi dan trombosit
keluar). Sekitar jaringan yang luka mengalami iskemia yang meransang
pelepasan histamin dan zat vasoaktif yang menyebabkan vasodilatasi, pelepasan
trombosit, reaksi vasodilatasi dan vasokontriksi serta pembentukan lapisan fibrin
(meshwork). Lapisan fibrin ini membentuk scab (keropeng) di atas permukaan
luka untuk melindungi luka dari kontaminasi kuman. Respon inflamasi
merupakan reaksi non-spesifik tubuh dalam mempertahankan atau memberi
perlindungan terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Respon ini
diawali dari semakin banyaknya aliran darah ke sekitar luka yang menyebabkan
bengkak, kemerahan, hangat/demam, ketidaknyamanan/nyeri, dan penurunan
fungsi tubuh (tanda inflamasi). Tubuh mengalami aktivitas bioselular dan
biokimia, yaitu reaksi tubuh memperbaiki kerusakan kulit, sel darah putih
memberikan benda asing yang menempel (makrofag), dikenal dengan proses
debris (pembersihan).

2) Fase proliferasi
Terjadi mulai hari ke-2 sampai hari ke-24 yang terdiri atas proses detruktif
(fase pembersihan), proses ploriferasi atau granulasi (pelepasan sel-sel
baru/pertumbuhan), dan epitalisasi (migrasi sel/penutupan). Pada fase destruktif,
sel polimorf dan makrofag membunuh bakteri jahat dan terjadi proses deris
(pembersihan) luka. Pada fase ini, makrofag juga berfungsi menstimulasi
fibroblas untuk menghasilkan kolagen (kekuatan sel berikatan) dan elastisin
(fleksibilitas sel) dan terjadi proses angiogenesis (pembentukan pembuluh
darah). Kolagen dan elastin yang dihasilkan menutupi luka dengan membentuk
matriks/ikatan jaringan baru. Proses ini dikenal juga dengan proses granulasi,
yaitu tumbuhnya sel-sel yang baru. Luka yang tadinya memiliki kedalaman,
permukaannya menjadi rata dengan tepi luka. Epitalisasi terjadi setelah tumbuh
jaringan granulasi dan dimulai dari tepi luka yang mengalami proses migrasi
membentuk lapisan tipis (warna merah muda) menutupi luka. Sel pada lapisan
ini sangat rentan dan mudah rusak. Sel mengalami kontraksi (pergeseran), tepi
luka menyatu hingga ukuran luka mengecil. Tidak menutup kemungkinan epitel
tumbuh tanpa adanya jaringan granulasi sehingga menutup tidak sempurna. Pada
9

beberapa kasus, epiltel tumbuh atau menutup dari tengah luka, bukan dari tepi
luka. Hal ini terjadi karena setiap individu memiliki aktivitas sel yang unik dan
sedikit berbeda satu sama lain.

3) Fase remodeling atau maturasi


Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka. Terjadi mulai hari ke-21 hingga satu atau dua tahun, yaitu
fase penguatan kulit baru. Pada fase ini, terjadi sintesis matriks ekstraseluler,
degradasi sel, proses remodeling kolagen dan elastin pada kulit. Kondisi yang
umum terjadi pada fase ini adalah terasa gatal dan penonjolan epitel (keloid) pada
permukaan kulit. Dengan penanganan yang tepat, keloid dapat ditekan
pertumbuhannya, yaitu dengan memberikan penekanan pada area kemungkinan
terjadi keloid. Pada fase ini, kolagen bekerja lebih teratur dan lebih memiliki
fungsi sebagai penguat ikatan sel kulit baru, kulit masih rentan terhadap gesekan
atau tekanan sehingga membutuhkan perlindungan. Dengan memberikan kondisi
lembap yang seimbang pada bekas luka dapat melindungi dari risiko luka baru.
Kualitas kulit baru hanya kembali 80%, tidak sempurna seperti kulit sebelumnya
atau sebelum kejadian luka.

Terdapat juga tipe-tipe penyembuhan luka, seperti:


1. Primary intention healing (penyembuhan luka primer)
Tipe penyembuhan ini timbul bila jaringan telah melekat secara baik dan
jaringan yang hilang minimal tidak ada. Tipe penyembuhan yang pertama ini
dikarakteristikkan oleh pembentukan minimal jaringan granulasi dan skar. Pada
luka ini proses inflamasi minimal karena kerusakan jaringan tidak luas.
Epitelisasi biasanya timbul dalam 72 jam sehingga resiko infeksi lebih rendah.
Jaringan granulasi yang terbentuk hanya sedikit atau tidak terbentuk. Hal ini
terjadi karena adanya migrasi tipe jaringan yang sama dari kedua sisi luka yang
akan memfasilitasi regenerasi jaringan. Contoh dari penyembuhan luka primer
adalah luka operasi atau luka tusuk dengan alat tajam.
2. Secondary intention healing (penyembuhan luka sekunder)
Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya
jaringan dalam jumlah yang besar. Penyembuhan jaringan yang hilang ini akan
melibatkan granulasi jaringan. Pada penyembuhan luka sekunder, proses
inflamasi dalam keadaan signifikan. Seringkali terdapat lebih banyak debris dan
jaringan nekrotik dan periode fagositosit yang lebih lama. Hal ini menyebabkan
resiko infeksi lebih besar. Seringkali jaringan granulasi dibutuhkan untuk
mengisi ruang luka dan sel epitel tidak dapat menutup defek jaringan sehingga
scar akan menutup permukaan luka. Karena kontraksi jaringan scar yang terjadi
menyebabkan deformitas. Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan juga lebih
lama dan jaringan scar yang terbentuk lebih luas dan kemungkinan untuk infeksi
lebih besar. Contoh dari penyembuhan tipe ini adalah luka akibat tekanan
(pressure ulcer)
10

3. Tertiary intention healing (penyembuhan luka tertiar)


Penyembuhan luka tertiar merupakan penyembuhan luka yang terakhir.
Sebuah luka diindikasikan termasuk dalam tipe ini jika terdapat keterlambatan
penyembuhan luka, contohnya adalah terjadi sirkulasi yang buruk pada daerah
injuri. Luka yang sembuh dengan penyembuhan tertier akan memerlukan lebih
banyak jaringan penyambung (jaringan scar). Contohnya adalah luka abdomen
yang dibiarkan terbuka karena adanya drainage

Sumber: Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah.

4. Jelaskan Manifestasi vulnus dengan rujukan

Gejala Lokal
1) Nyeri terjadi karena kerusakan ujung- ujung saraf sensoris
Intensitas atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat/ luas
kerusakan ujung-ujung saraf, etiologi dan lokasi luka.
2) Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada lokasi luka, jenis pembuluh
darah yang rusak.
3) Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar
4) Gangguan fungsi, fungsi anggota badan akan terganggu baik oleh karena rasa
nyeri atau kerusakan tendon.
Gejala umum
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat penyulit/komplikasi
yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau perdarahan yang hebat.

Sumber :Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017

5. Jelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang vulnus dengan rujukan!


Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan seperti
• Pemeriksaan tanda Vital (Tekanan Darah, Heart Rete, Respiration Rate, dan
Suhu Tubuh)
• Inspeksi: adanya kerusakan jaringan didaerah trauma, ada perdarahan,
edema sekitar area trauma, melepuh, kulit warna kemerahan sampai
kehitaman.
• Palpasi: nyeri tekan, atau anestesi.

Sumber :Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017
11

6. Pemeriksaan penunjang vulnus dengan rujukan!

Pemeriksaan penunjang sebenarnya tidak diperlukan jika luka hanya berada pada
lokal dan tidak terdapat tanda-tanda perubahan tanda vital. Namu, pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan seperti:

1) Pemeriksaan darah Rutin


2) Pemeriksaan elekrolit
3) Pemeriksaan radiologi : Foto Rontgen (X-Ray) dan CT-Scan

Sumber: Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah.

7. Jelaskan diagnosis vulnus dengan rujukan !

Penegakan diagnosis pada keadaan vulnus dapat dilakukan dengan melakukan


ananmnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.

• Pada anamnesi dapat ditanyakan : Terjadi trauma, ada jejas, memar,


bengkak, nyeri, rasa panas didaerah trauma.
• Di temukan gejala seperti :
• Nyeri terjadi karena kerusakan ujung- ujung saraf sensoris, Intensitas atau
derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat/ luas kerusakan
ujung-ujung saraf, etiologi dan lokasi luka, Perdarahan, hebatnya
perdarahan tergantung pada lokasi luka, jenis pembuluh darah yang rusak,
Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar, Gangguan
fungsi, fungsi anggota badan akan terganggu baik oleh karena rasa nyeri atau
kerusakan tendon dan Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi
akibat penyulit/komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau
perdarahan yang hebat.
• Pemeriksaan fisik
o Inspeksi: adanya kerusakan jaringan didaerah trauma, ada
perdarahan, edema sekitar area trauma, melepuh, kulit warna
kemerahan sampai kehitaman.
o Palpasi: nyeri tekan, atau anestesi.

• Pemeriksaan penunjang jika diperlukan

Sumber :Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017
12

8. Jelaskan tatalaksana vulnus dengan rujukan!

Langkah langkah yang dapat dilakukan pada kasus ulkus seperti:


1) Memberhantikan perdarahan dengan menutup luka
2) Anastesi luka jika luka dalam keadaan berat
3) Lakukan pembersihan luka menggunakan antiseptic (Yodium povidone 1%
dan kloroheksidine ), dan H202
4) Bersikan daerah sekitar luka dari jaringan nekrotik dengan eksisi kemudian
bilas dengan NaCL
5) Lakukan penjahitan bila memungkinkan
6) Lakukan deressing pada derah sekita luka dengan menggunakan kasa yang
diberikan Vaseline

Jika luka dicurigai mengalai infeksi dengan tanda-tanda nyeri, bengkak, berwarna
kemerahan, terasa panas dan mengeluarkan nanah. Lakukan tindakatan:

• Buka luka jika dicurigai terdapat nanah


• Bersihkan luka dengan cairan desinfektan
• Tutup ringan luka dengan kasa lembap. Ganti balutan setiap hari, lebih
sering bila perlu
• Berikan antibiotik sampai selulitis sekitar luka sembuh (biasanya dalam
waktu 5 hari).
o Berikan kloksasilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari) karena
sebagian besar luka biasanya mengandung Staphylococus.
o Berikan ampisilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari),
gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) dan metronidazol
(7.5 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari) jika dicurigai terjadi pertumbuhan
bakteri saluran cerna.

Jika luka diketahui akibat adanya trauma akibat benda yang memungkinkan
terkontaminasi Bakteri C.tetani maka dilakukan:

Profilaksis tetanus

• Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian ATS efektif
bila diberikan sebelum 24 jam luka
• Jika telah mendapatkan vaksinasi tetanus, beri ulangan TT jika sudah
waktunya.

Sumber: Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah.

Sumber :Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017
13

9. Jelaskan komplikasi dan prognosis vulnus dengan rujukan

➢ Komplikasi Vulnus
• Kerusakan Arteri (Dini) : Hemtoma, seroma, cyanosis,
• Keadaan lanjut : Keloid dan parut hipertropik dan
kontraktur
• Kompartemen syndrom : karena adanya kerusakan pada Otot,
saraf dan tulang karna adanya penekanan karna adanya oedema
• Infeksi : jika luka terkontaminasi lingkungan luar
• Shock : jika terjadi perdarahan yang berlebih

➢ Prognosis
• Pada kasus trauma prognosis secara umum didapati bonam
• Kesembuhan pada ulkus tergantung pada luas, kedalaman dan penyebab

Sumber :Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017

Sumber: Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah.

Rubrik Penilaian Tutorial Online


2 1 0
Langkah I-IV seven jumps Langkah I-IV seven jumps Tidak membahas pokok
searah, sesuai pokok keluar dari pokok bahasan bahasan
bahasan tapi masih sesuai tema
Langkah V: Seluruh LO Langkah V; hanya Langkah V; tidak mengenai
terpenuhi disertai memenuhi 2-3 LO LO sama sekali
penambahan LO sesuai
pokok bahasan
Seluruh hasil sintesis valid, Hasil sintesis ada yang Seluruh sintesis tidak valid
sesuai referensi valid ada yang tidak atau tidak menyebutkan
referensi
Seluruh pembahasan Sebagian pembahasan Pembahasan sama sekali
sintesis sesuai LO sintesis sesuai LO tidak sesuai LO
Pembahasan sintesis tidak Dijumpai plagiat sebagian Plagiat total
plagiat dengan teman kelompok

Penilaian Tutorial : total poin x 10


Nilai :

Anda mungkin juga menyukai