Anda di halaman 1dari 308

SISTEMATIKA PELAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG PAVILIUN RS. GRAHA SEHAT


KRAKSAAN PROBOLINGGO

Disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Herlina Amalia M.S (14901.06.19009)
2. Isma Warda (14901.06.19011)
3. Maharani Hariri (14901.06.19016)
4. Marvelinda Diah A.L (14901.06.19017)
5. Muhammad Rizal Elvani (14901.06.19020)
6. Muhammad Miftahul Huda (14901.06.19023)
7. Nuvia Ayu (14901.06.19029)
8. Riki Pratama Putra (14901.06.19037)
9. Siti Roufatul Jannah (14901.06.19041)
10. Sofie Puspita Sari (14901.06.19042)
11. Sulaiha (14901.06.19044)
12. Vivi Faridah (14901.06.19048)
13. Zaifan Shidqi (14901.06.19053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
SISTEMATIKA PELAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG PAVILIUN RS. GRAHA SEHAT
KRAKSAAN PROBOLINGGO

Disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Herlina Amalia M.S (14901.06.19009)
2. Isma Warda (14901.06.19011)
3. Maharani Hariri (14901.06.19016)
4. Marvelinda Diah A.L (14901.06.19017)
5. Muhammad Rizal Elvani (14901.06.19020)
6. Muhammad Miftahul Huda (14901.06.19023)
7. Nuvia Ayu (14901.06.19029)
8. Riki Pratama Putra (14901.06.19037)
9. Siti Roufatul Jannah (14901.06.19041)
10. Sofie Puspita Sari (14901.06.19042)
11. Sulaiha (14901.06.19044)
12. Vivi Faridah (14901.06.19048)
13. Zaifan Shidqi (14901.06.19053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners

Laporan ini disetujui,


Tanggal 24 Agustus 2020

Ketua Prodi Ners, Dosen Pembimbing

Dodik Hartono, S.Kep.Ns.M.Tr.Kep Iin Aini Isnawati, S.kep.Ns.M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat taufik serta hidayah-
nya atas terselesaikannya laporan” Sistematika Pelaporan Manajemen Keperawatan Di Ruang
Paviliun Rs. Graha Sehat Kraksaan Probolinggo”.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners di STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
Pada penyusunan laporan ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan namun berkat
bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga laporan ini dapat
terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat penyusun sampaikan terima kasih kepada :
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H., M.M., selaku Ketua Yayasan Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim,SKM.,S.kep.,Ns.,M.kes selaku ketua Stikes Hafsyawaty Pesantren
Zainul Hasan Proboliggo.
3. Dodik Hartono S,Kep.,Ns.,M.Tr.Kep. selaku ketua Prodi Profesi Ners Stikes Hafsyawaty
Pesantren Zainul Hasan Proboliggo.
4. Iin Aini Isnawati, S.Kep,Ns, M. Kes. selaku pembimbing yang banyak meluangkan
waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan laporan ini.
5. Semua rekan kelompok tiga seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demi
terselesaikannya laporan ini.
6. Dan juga semua pihak yang terkait dalam penyelesaian laporan ini yang tidak bisa saya
sebutkan semuanya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang di berikan dan
semoga laporan ini berguna baik bagi penyusun maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Probolinggo,24 Agustus 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umun .............................................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 3
1.3.1 Bagi Klien................................................................................................... 3
1.3.2 Bagi Perawat ............................................................................................... 3
1.3.3 Bagi Ruang dan Rumah Sakit ...................................................................... 3
BAB 2 PENGKAJIAN ............................................................................................... 4
2.1 Pengumpulan Data ................................................................................................. 4
2.1.1 Orientasi Ruangan ..................................................................................... 4
2.1.2 Analisa SWOT ........................................................................................... 77
2.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................ 84
2.3 Prioritas Masalah .................................................................................................... 88
BAB 3 PERENCANAAN ........................................................................................... 89
BAB 4 PELAKSANAAN ........................................................................................... 92
BAB 5 EVALUASI ..................................................................................................... 93
5.1 Evaluasi Struktur ................................................................................................. 93
5.2 Evaluasi Proses .................................................................................................... 93
5.3 Evaluasi Hasil ...................................................................................................... 95
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................96
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 96
6.2 Saran ................................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 98

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum,
dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Proses
dalam manajemen bersifat dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen juga merupakan proses mengorganisir sumber-sumber untuk
mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi,
filosofi organisasi. Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M
(Man, Money, Material, Method, Market). Dalam setiap kegiatan manajemen selalu
diawali dari perencanaan dan diakhiri dengan pengontrolan yang merupakan suatu siklus
yang berulang (Mugianti, 2016).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien
(Gillies, 1989). Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan
professional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi
manajemen diantaranya yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan
pengendalian (Nursalam, 2014)..Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis.
Keberhasilan manajemen keperawatan dalam ruangan harus dapat menyesuaikan dengan
kondisi ruangan perawatan dan sesuai dengan sumber daya manusia yang ada, termasuk
dukungan dari pemegang kebijakan.
Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan dan
asuhan keperawatan dapat tercapai. Manajer keperawatan yang efektif seyogianya
memahami hal ini dan mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana yang meliputi
penggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya,
melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan
yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana (Mugianti, 2016).

1
Manajemen keperawatan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan,
karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta
pentingnya pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi. Proses manajemen satu unit pelayanan kesehatan mencangkup manajemen
asuhan dan manajemen pelayanan, dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan
terintregasi di dalam sebuah Rumah Sakit.
Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan terhadap pelayanan kesehatan masyarakat
bermula dari pendirian suatu apotek yang berdiri sejak tahun 1998. Selanjutnya,
pelayanan apotek tersebut dikembangkan dengan mendirikan Praktek Bersama Dokter
Spesialis, dan pendirian Laboratorium Klinik “Sehat” tahun 2002 diatas lahan seluas 300
m2. Usaha berkembang semakin pesat dan pelayanan kesehatan semakin dibutuhkan
masyarakat sebagai penunjang pelayanan kesehatan., maka pada tanggal 13 Desember
2003 diresmikanlah Klinik Umum dan Bersalin (Klinik Sehat) oleh Bapak Bupati Kab.
Probolinggo Drs. H. Hasan Aminudin, M.Si. , yang saat itu juga merupakan satu-satunya
klinik umum di kabupaten Probolinggo.
Berdasarkan uraian diatas, langkah mewujudkan pelayanan keperawatan yang
berkualitas mahasiswa Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo melakukan Praktik Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan yang
dilakukan di Ruang Paviliun Rumah Sakit Graha Sehat agar manajemen keperawatan
khususnya yang terfokus pada perencanaan peningkatan kualitas pelayanan yang ada di
rumah sakit dapat lebih berkualitas dan lebih baik lagi.
1.2 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menganalisa praktik manajemen keperawatan dan dapat menerapkan
prinsip-prinsip manajemen keperawatan sesuai dengan model praktik
keperawatan profesional di Ruang Paviliun Rumah Sakit Graha Sehat.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum diatas, tujuan khusus yang ingin dicapai dari praktik
ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengkajian situasi di Ruang Paviliun Rumah Sakit Graha Sehat
sebagai dasar untuk menyusun rencana strategi dan operasional;
2. Menganalisa manajemen pelayanan keperawatan secara sistematis dengan
yang berfokus pada man, money, material, method, dan machine di Ruang
Paviliun Rumah Sakit Graha Sehat.
2
3. Menganalisa strenght, weakness, opportunity, threath (SWOT) dari
pengkajian yang telah dilakukan di Ruang Paviliun Rumah Sakit Graha
Sehat.
4. Menyusun rencana strategi dan operasioanal di Ruang Paviliun Rumah Sakit
Graha Sehat dari pengkajian yang telah dilakukan;
5. Menyusun planning, organizing, actuacting (POA) di Ruang Paviliun
Rumah Sakit Graha Sehat;
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Klien
Meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada klien oleh petugas.
1.3.2 Bagi Perawat
a. Meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh perawat sehingga
meningkatkan kepuasan klien
b. Meningkatkan kesejahteraan perawat dengan manajemen keperawatan yang
baik
1.3.3 Bagi Ruangan dan Rumah Sakit
a. Mendapatkan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada klien
b. Memberikan contoh aplikasi pelaksanaan manajemen keperawatan agar
kegiatan keperawatan dapat berjalan lebih optimal.

3
BAB II
PENGKAJIAN
2.1 Pengumpulan Data
2.1.1 Orientasi Ruangan
1. Profil Rumah Sakit
Peran Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat bermula dari pendirian suatu apotek yang berdiri sejak tahun 1998.
Selanjutnya, pelayanan apotek tersebut dikembangkan dengan mendirikan Praktek
Bersama Dokter Spesialis, dan pendirian Laboratorium Klinik “Sehat” tahun 2002
diatas lahan seluas 300 m2. Usaha berkembang semakin pesat dan pelayanan
kesehatan semakin dibutuhkan masyarakat sebagai penunjang pelayanan kesehatan.,
maka pada tanggal 13 Desember 2003 diresmikanlah Klinik Umum dan Bersalin
(Klinik Sehat) oleh Bapak Bupati Kab. Probolinggo Drs. H. Hasan Aminudin, M.Si. ,
yang saat itu juga merupakan satu-satunya klinik umum di kabupaten Probolinggo.
Klinik Sehat yang dikelola oleh CV Graha Sehat Lestari mendapatkan Izin
Operasional tetap dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Status kepemilikan
Klinik Sehat kemudian diubah menjadi PT Graha Sehat Lestari Kraksaan sebagai
persyaratan pengajuan menaikkan status menjadi Rumah Sakit Umum Graha Sehat
Kraksaan, berdasarkan Izin Operasional Tetap yang diterbitkan oleh Menteri
Kesehatan RI per tanggal 27 Agustus 2008.
Sejalan dengan upaya meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit Graha
Sehat, dilakukan serangkaian pembenahan manajemen dan pembangunan fisik
(gedung) secara menyeluruh, sehingga pada tahun 2012 Rumah Sakit Graha Sehat
telah terakreditasi sebagai rumah sakit swasta yang pertama di Kraksaan, kabupaten
Probolinggo dan ditetapkan sebagai rumah sakit umum tipe C.
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien akan terus menerus
dikembangkan oleh Rumah Sakit Graha Sehat yang berlokasi di jalan Raya Panglima
Sudirman Nomor 2 Kraksaan, kabupaten Probolinggo, dengan memberikan pelayanan
kesehatan rawat jalan, gawat darurat, rawat inap, dan pelayanan penunjang medis
serta pelayanan penunjang non medis. Upaya ini akan senangtiasa dilakukan untuk
melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dalam mewujudkan
visi dan misi Rumah Sakit Graha Sehat, sebagai rumah sakit pilihan masyarakat di
kabupaten Probolinggo.
A. Adapun Visi, Misi dan Motto RS Graha Sehat Kraksaan dan Ruang Paviliun
4
a. Visi
Menjadikan Rumah Sakit dengan pelayanan PRIMA pilihan utama seluruh
masyarakat
b. Misi
1) memberikan pelayanan kesehatan Gawat darurat, rawat jalan, rawat inap dan
penunjang
2) memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, berstandar keselamatan
pasien
3) memberikan fasilitas kesehatan, sarana prasarana yang aman dan nyaman
kepada pasien
4) meningkatkan pengembangan sumber daya manusia rumah sakit
c. Motto
Kesembuhan dan Kepuasan Pasien adalah Tujuan Utama Kami
Sedangkan dalam ketersediaan kamar yang ada yaitu dapat terbagi sebagai
berikut:
1) intensif care unit (ICU) dengan kapasitas 2 tempat tidur
2) kelas 1 dengan kapasitas 9 tempat tidur
3) kelas 2 dengan kapsitas 20 tempat tidur
4) kelas 3 dengan kapasitas 24 tempat tidur
5) NICU dengan kapasitas 3 tempat tidur
6) PICU dengan kapasitas 2 tempat tidur
7) VIP dengan kapasitas 4 tempat tidur
8) VVIP dengan kapasitas 2 tempat tidur
Dalam ketersediaan ruang pavilion yaitu ada VIP dan VVIP. Adapun pembagian
untuk fasilitas pavilion yaitu sebagai berikut :
1) VIP :
a) fasilitas : 1 tempat tidur, lemari pakaian, kulkas, AC, TV, meja makan,
sofa, kamar mandi di dalam. Dengan tariff : kamar (Rp. 400.000), dokter spesialis
(Rp. 150.000), dokter umum (Rp. 80.000)
b) VVIP
a) fasilitas : bed penunggu pasien, air panas, 1 tempat tidur, lemari pakaian,
kulkas, AC, TV, meja makan, sofa, kamar mandi di dalam. Dengan tarif : kamar
(Rp. 500.000), dokter spesialis (Rp. 200.000), dokter umum (Rp. 90.000)

5
STRUKTUR ORGANISASI DIRUANG PAVILIUN
RS GRAHA SEHAT KRAKSAAN

DIREKTUR
dr. Kartodinoto
NIK: 137012015

KOMITE KEPERAWATAN
MANAGER KEPERAWATAN Veronita Suryati, S.Kep,Ns
Faid Mursyid Madani S.Kep.Ns. NIK: 124082015
NIK: 41112010

KEPALA UNIT PAVILIUN


Badrina Mahdalena Sofa Amd. Kep
NIK: 62122012

KEPALA JAGA KEPALA JAGA KEPALA JAGA KEPALA JAGA


Tuyun Putri H. Amd.Kep Salman AlFarizi S.Kep.Ns Husnul Wafa S.Kep.Ns Dedinata H.S Amd.Kep
NIK: 8507214 NIK: 214072012 NIK: 315072018 NIK: 149072016

PERAWAT PELAKSANA
Putri Permatasari, Amd. Keb
NIK: 263042017
Izhati Choirina, Amd. Keb
NIK: 245082017
Irma Maulidya, Amd. Keb
NIK: 159072016
Fatimatuz Zahro, Amd. Kep
NIK: 219072019

6
2. Ketenagaan (Man/M1)
a. Analisis ketenagaan jumlah tenaga keperawatan, medis dan non keperawatan
Ruang paviliun RS graha sehat kraksaan merupakan ruang rawat inap khusus
untuk kasus penyakit dalam genekol. Ruang paviliun RS graha sehat kraksaan
memiliki lima (5) tenaga perawat yang terdiri dari (2) perawat Ners dan (3)
perawat ahli madya. Dan (4) D3 kebidanan Untuk tenaga medis ada 5 dokter
sepesialis dan dokter umum dan untuk tenaga non medis ada (6) yaitu terdiri dari
clening service (5) petugas dan prakarya dan administrasi (1) . Komposisi tenaga
perawat di ruang paviliun dibagi menjadi 1 KANIT (D3), 2 kepala jaga (Ners), 1
kepala jaga (D3 keperawatan ) dan kepalajaga (D3 kebidanan) sedangkan perawat
pelaksana (3 D3 Keb dan D1 keperawan). Untuk non perawat prakarya 1 dan 4
ceaning service .
a. Tenaga Keperawatan
No. Nama Pendidikan
1. Badrina Mahdelena D3 keperawatan
2. Yuyun Putri H D3 kebidanan
3. M. Salman A S1 keperawatan
4. Dedinata H D3 keperawatan
5. Husnul Wafa S1 keperawatan
6. Izhati Choirina D3 kebidanan
7. Irma Maulidiyah S1 kebidanan
8. Putri Permatasari D3 kebidanan
9. Fatimatuzzahro D3 keperawatan

a. Tenaga Medis
No Nama Kualisifikasi
1 Dr. Fauziah Spesialis Paru
2 Dr. Ziadul Spesialis Orto
3 Dr. Abror Spesialis Bedah
4 Dr. Nanik Spesialis Penyakit
Dalam
5 Dr. Reza Spesialis THT

7
a. Tenaga Non Keperawatan
No Nama Pendidikan

1. Eko SMA
3. Muklis SMA
3. Dina SMA
4. Mulyadi SMA
5 idia Nur K D1

b. Latar belakang pendidikan, masa kerja, jenis pelatihan yang diikuti


Perawat yang terdapat padaRuang paviliun di RS graha sehat yang memiliki
pendidikan terakhir S1 Keperawatan berjumlah 2 orang dan yang memiliki
pendidikan terakhir ahli madya keperawatan berjumlah 5 orang sedangkan
kebidanan berjumlah 4 pendidikan D3 kebidanan.
Tabel 2.1 Daftar Tenaga Perawat Ruang tulip
No. Nama Jabatan Level Pelatihan
Pendidikan
1. Badrina Kanit DIII Kep 1,2,3,4,5
Mahdelena

2. Yuyun Putri H KJ DIII Keb 1,2,5

3. M. Salman A KJ S1 Kep 1,2,5

4. Dedinata H KJ DIII Kep 1,2,5

5. Husnul Wafa KJ S1 Kep 1,2,5

6. Izhati Choirina PP DIII Keb 1,2,5

7. Irma Maulidiyah PP DIII Keb 1,2,5

8. Putri PP DIII Keb 1,2,5


Permatasari

9. Fatimatuzzahro PP DIII Kep 1,2,5

Keterangan Pelatihan:

8
1. BHD

2. Code Red (Kewaspadaan Bencana)

3. Komunikasi efektif

4. Clinical Pathway

5. Pelatihan standart diagnosa keperawatan

Pada ruang paviliun dapat 9 perawat dan bidan yang mengikuti dan memiliki
sertifikat pelatihan. Pelatihan tersebut antara lain BHD dan Code Red (Kewaspadaan
Bencana) yang rutin dilaksanakan setiap 3 bulan sekali; pelatihan komunikasi efektif
dan Clinical Pathway yang rutin dilaksanakan setiap 1 tahun sekali; serta pelatihan
standart diagnosa keperawatan yang rutin dilaksanakan setiap 1 tahun sekali.untuk
pelatihannya ada pelatihan internal dan eksternal yang mana untuk pelatihan ekternal
itu ada perwakilan ruanagan yang dikirim untuk melakukan pelatihan kemudian
hasil dari pelatihan kemudian di presentasikan ke perawat ruangan untuk menambah
pengetahuan .adapun Pelatihan merupakan salah satu cara yang paling efektif agar
kompetensi perawat dapat berkembang, selain meningkatkan knowledgeskill dari
perawatitu sendiri juga akan terasah dan mendapatkan ilmu baru. Pada dasarnya
perawat yang betugas pada sebuah instalasi rawat inap masih belum terdapat
standart yang baku terkait keikutsertaan dalam setiappelatihan. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pelatihan yang
diadakan oleh rumah sakit dan diikuti oleh tenaga keperawatan maka semakin
meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh setiap perawat, sehingga pelayanan
yang diberikan dapat lebih optimal dan berjalan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan.
RS. Graha sehat juga memberikan kesempatan untuk belajar lebih lanjut (ijin
belajar) bagi perawat ruang yang memiliki keinginan untuk melanjutkan kejenjang
pendidikan melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit graha sehat.).
Berdasarkan hasil dari kesepakatan Asosiasi Instusi Pendididikan Ners Indonesia
(AIPNI) dengan kementrian RI dalam rapat RTA AIPNI pada 13 Oktober 2016 yaitu
perbandingan perawat profesi dan perawat vokasional dalam satu ruangan yaitu
untuk perawat profesi 40% dan untuk perawat vokasional 60%.
Berdasarkan hasil pada pengkajian tenaga keperawatan di Ruang Paviliun di RS
graha sehat dengan total tenaga keperawatan yang berjumlah (2) perawat ners dan

9
(3) D3 keperawatan dan (4) D3 kebidanan , Hal tersebut sesuai dengan peraturan
AIPNI 2016.
Ruang paviliun graha sehat kraksaan memiliki struktur organisasi yang telah
berjalan sesuai dengan tugas masing-masing perawat yaitu dengan menggunakan
metode tim, dengan jumlah 5 perawat dan 4 bidan dengan komposisi 4 ketua jaga
dan 4 perawat/bidan pelaksana. Hal ini sesuai dengan Jenis model asuhan
keperawatan yang menyebutkan bahwa metode kasus Menurut Sitorus (2006), pada
metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien
secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat
bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Dan
untuk metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
Namun pada metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal
sehingga para pakar mengembangkan metode keperawatan primer (Douglas,1992).
Sedangkan menurut data ruangan yaitu ketua jaga 4 (2 ners, 1 bidan dan 1 D3
keperawatan) dan perawat pelaksana ada 4(1 D3 dan 3 D3 kebidanan) petugas.hal
tersebut sesuai dengna teori kasus menurut sitorus (2006) untuk keterangan di
lapangan menyatakan bahwasannya memakai metode TIM.
c. Tingkat ketergantungan pasien
Menurut Douglas (2010) terdapat tiga pengelompokan yang digunakan untuk
mengetahui tingkat suatu ketergantungan pada pasien yang dikaji di Ruang tulip
selam 2 hari yaitu perawatan mandiri, perawatan partial dan perawatan total yang
disesuaikan berdasarkan kriteria berikut:
1) Self Care: pasien dapat mandiri atau hampir tidak membutuhkan bantuan dari
perawat
a) Mampu naik-turun tempa tidur
b) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c) Mampu makan dan minum
d) Mampu mandi sendiri/mandi Sebagian dengan bantuan
e) Mampu membersihakn mulut
10
f) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
g) Status psikologi stabil
h) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
i) Operasi ringan
2) Partial Care: pasien membutuhkan sebagian bantuan perawat atau perawatan
intermediate
a) Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-turun tempat tidur
b) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi dan berjalan
c) Membutuhkan bantuan untuk makan
d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
f) Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK
g) Post operasi minor 24 jam
h) Melewati fase akut dari post operasi mayor
i) Fase awal dari penyembuhan
j) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
k) Gangguan emosional ringan
3) Total Care: pasien membutuhkan bantuan perawat penuh dan memerlukan
perawatan yang lebih lama atau perawatan total
a) Membutuhkan bantuan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong atau kursi roda
b) Membutuhkan Latihan pasif
c) Membutuhkan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus)
atau NG tube (sonde)
d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
f) Dimandikan perawat
g) Dalam keadaan inkontinensia
h) 24 jam post mayor
i) Pasien tidak sadar
j) Keadaan pasien tidak stabil
k) Observasi TTV setiap kurang dai 1 jam
l) Perawatan luka bakar
m) Perawatan kolostomi
11
n) Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
o) Menggunakan WSD
p) Irigasi kandung secara terus menerus
q) Menggunakan alat traksi
r) Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang
s) Gangguan emosional berat, bingung DNA disorientasi
Menurut Douglas dalam Nursalam 2014disebutkan bahwa standart waktu pelayanan
pasien rawat inap dikategorikan sebagai berikut:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/hari
2) Perawatan intermediet/partial memerlukan waktu 3-4 jam/hari
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/hari

Tingkat Ketergantungan Pasien


Tanggal/ Self Care Partial Care Total Care Total Rata-Rata
Hari ke
01/06/2020 14 6 3 23 7
1
2 12 8 3 23 7
3 13 8 2 23 7
Total 36 18 8
Rata-rata 12 6 2

d. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien


1) Menurut Douglas (2010) menetapkan bahwa jumlah perawat yang dibutuhkan
dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-
masing kategori mempunyai ilia standar pershiftnya yaitu:
Tabel Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan PasienMenurut
Dougalas
Jumlah Klasifikasi Pasien
Pasien Mandiri Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

12
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

Pembagian Dinas Tenaga kesehatan Ruang general Tanggal 05 Agustus 2020.

Tenaga Dinas Libur Total


Pagi Sore Malam
Kepala Ruangan 1 0 1
Kepala Jaga 1 1 1 1 4
Perawa/ Bidan pelaksana 1 1 1 1 4
Total 9

a. Pengaturan Ketenagaan
Jumlahtenaga
yangdiperlukantergantungdarijumlahpasiendantingkatketergantungannya.Klasisifikasi
derajatketergantunganpasiendibagimenjaditigakelompokyaitu:
1. Perawatan Minimal, memerlukaan 1 - 2 jam/24 jam
2. PerawatanPersial, memerlukaan waktu 3- 4 jam/24 jam
3. PerawatanTotal, memerlukaan waktu 5 - 6 jam/24 jam
Untukmenentukantingkatketergantunganpasienkelompokmenggunakanklasifik
asidancriteriatingkatketergantunganpasienberdasarkan Orem, yaituteori Self Care
Deficit.
b. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan klien di ruang General dengan menggunakan
instrumen penilaian ketergantungan klien menurut Orem; Minimal, Partial, Total care
(Nursalam, 2010). Menurut Douglas, dan menurut Gillies Klasifikasi ketergantugan
pasien dibagi menjadi 3 katagori, yaitu:
1. Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
2. Perawatan Persial dengan waktu 3-4jam/24 jam
3. Dan perawatan total dengan waktu 5-6 jam/24jam.
1. Menurut perhitungan Gilies (2012)

13
a) Tingkat ketergantungan klien di ruang General dihitung dengan
menggunakan instrumen penilaian ketergantungan klien menurut orem :
Minimal, parsial, total care (nursalam,2010). Menurut perhitungan Gillies
(2012) di dapatkan data pada tanggal 5 Agustus 2020.Dengan rata-rata
jumlah pasien 4 orang. Tingkat ketergantungan :

1MC x 2 jam = 2
2 PC x 4 jam =8
1 TC x 6 jam =6
16 :4 = 4 jam
Jumlah total rata – rata jam perawat per hari

= 4 Jam
2. Rata-rata pasien per hari

=4
= 4 Orang
3. Perhitungan jumlah tenaga perawat yang dinas di ruang General
Rumus :
Rata-rata pasien/hari x rata-rata jam perawatan/hari x hari kerja satu th
(Hari kerja dalam satu tahun – jumlah hari libur/tahun) x jumlah jam kerja
= 4 x 4 x 365
365 - 108 x 7
= 5840
1799
= 3,24
4. Perhitungan jumlah tenaga perawat per 24 jam
Rata-rata pasien/hari x rata-rata jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja/ hari
4x 4= 16 orang = 2,28 orang = 2 orang
7 7
5. Prosentase distribusi tenaga per hari
a. Pagi = 47 % x 4 = 1,88 = 2 orang

14
b. Sore = 36 % x 4 = 1,44 = 1orang
c. Malam = 17% x 4 = 0,68 = 1orang
6. Jumlah perawat yang libur/hari
Jumlah hari yang tidak kerja/tahun x tenaga yg di butuhkan/24 jam
Jumlah harikerja/tahun
= 108 X 4
257
= 1,7 = 2 orang

7. Jumlah perawat yang dinas di ruang General


Jumlah perawat yang dinas 24 jam + jumlah perawat yang libur =
= 4+ 2
= 6orang

8. Tingkat ketergantungan pasien di hitung setiap hari dengan total Bed diruang
paviliun 6 bed, mulai tanggal 05 Agustus 2020 dengan rumus need (douglas),
antara lain:

15
Jumlah tenaga perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien

Hari Klasifikasi klien Jumlah Jumlah Total Jumlah kebutuhan perawat


ke Klien perawat dan
bidan tersedia
Self Part Total P S M P S M
Care Care Care
1 2 1 4 4 2 2 8 Self = 1 x 0,17 = 0,17 Self = 1 x 0,14 = 0,14 Self = 1x 0,07 = 0,07
Part = 2x 0,27 = 0,54 Part = 2 x 0,15 = 0,30 Part = 2 x 0,10= 0,20
Tot = 1 x 0,36= 0,36 Tot = 1 x 0,30 = 0,30 Tot = 1 x 0,20= 0,20
Jumlah = 5,08 Jumlah = 3,76 Jumlah = 2,18
1,072 0,741 0,471

PAGI : 2 orang
SORE : 1 orang
MALAM : 1 orang +
4 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari
108x4= 432= 1,6 dibulatkan menjadi 2 orang
257 257
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas tanggal 05 Agustus 2020 adalah :
4 orang + 2 orang struktural (Kepala Ruangan,kepala jaga) = 13 orang.
16
17
e. Alur Masuk Pasien

PENDAFTARAN PASIEN
DIDAMPINGI:
1. KELUARGA
IGD 2. PIHAK
POLI BERWENANG

PENDAFTARAN

PASIEN MASUK RUANG TULIP


RUANGAN LAIN
RS UNEJ

PERAWATAN PASIEN

PASIEN PULANG PAKSA


SEMBUH
MENINGGAL
RUJUK

PEMBAYARAN
PERAWATAN DI
LOKET TERPADU

Alur Masuk Pasien di RS Graha Sehat


Keterangan :
: penempatan posisi
: garis komando
: garis koordinasi
Pasien datang ke RS GRAHA SEHAT dengan didampingi keluarga atau
penanggung jawab pasien lain yang memiliki kewenangan terhadap pasien. Apabila
pasien datang ke RS graham sehat melalui Ruang IGD maka keluarga pasien atau
penanggung jawab harus melengkapi registrasi di tempat pendaftaran pasien agar
pasien dapat segera dilakukan penanganan. Setelah registrasi selesai pasien diberikan
gelang identifikasi untuk meningkatkan keselamatan pasien (SKP 1). Setelah itu pasien
akan dilakukan pemeriksaan oleh petugas kesehatan berupa pemeriksaan oleh dokter,
pemeriksaan penunjang, perawatan oleh perawat, hingga pemberian obat. Setelah itu
pasien akan diarahkan menuju ruang perawatan sesuai dengan keadaan pasien. Perawat
IGD akan menghubungi ruang yang bersangkutan, dan setelah itu perawat ruangan
akan menyiapkan ruangan untuk pasien. Setelah ruangan dinyatakan siap, transporter

18
atau perawat IGD akan mengantarkan pasien ke ruangan, dalam hal ini adalah ruang
Tulip untuk pasien dengan penyakit dalam. Diruang Tulip, perawat IGD melakukan
timbang terima dengan perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan perawatan yang
dibutuhkan pasien sesuai dengan indikasi. Pasien kemudian menjalani perawatan
hingga pasien dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu rujukan. Apabila pasien
dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu rujukan, keluarga harus menyelesaikan
pembayaran perawatan di loket terpadu. Namun saat pasien keluar rumah sakit diluar
jam kerja atau hari libur, tugas administrasi ruangan digantikan oleh perawat yang jaga
pada saat tersebut.
Alur masuk ruang pavilion jika pasien dari poli spesialis dimulai saat pasien
melakukan pendaftaran kemudian pasien melakukan pemerikssaan sesuai dengan poli
spesialis yang akan dituju. Jika pasien disarankan untuk rawat inap, pasien kemudian
melakukan pendaftaran untuk menjalani rawatinap. Setelah itu petugas menyiapkan
ruangan, Kemudian perawat atau transporter poli spesialis melakukan timbang terima
ke perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan keperawatan di ruangan dan pasien
menjalani perawatan hingga pasien dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu
rujukan, jika pasien dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu rujukan,
keluarga harus menyelesaikan pembayaran perawatan di loket terpadu.
Alur masuk ruang Tulip jika melalui ruang lain, dimulai dengan pemeriksaan oleh
DPJP ataupun jika terdapat permintaan dari pihak pasien untuk pindah ruang/kelas. Jika
semua prosedur administrasi telah di setujui, perawat ruangan lain seperti ruang OK,
ruang ICCU, ruang HD, dan ruangan lain di RS graha sehaat akan melakukan
pemesanan kamar di ruang tulip. Perawat ruang Tulip kemudian menyiapkan kamar
dan prosedur perpindahannya akan sama seperti alur masuk klien dari IGD maupun
poli.
3. Sarana dan prasarana (M2/Material)
Standart sarana dan prasarana rumah sakit
A. Pemilihan lokasi.

(1) Aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi,

Lokasi harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke jalan raya
dan tersedia infrastruktur dan fasilitas dengan mudah, misalnya tersedia
pedestrian, Aksesibel untuk penyandang cacat

(2) Kontur Tanah

19
kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan
harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur
tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi
jalan terhadap tapak bangunan dan lain-lain.

(3) Fasilitas parkir.

Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di RS sangat penting,


karena prasarana parkir dan jalan masuk kendaraan akan menyita banyak
lahan. Perhitungan kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya adalah 1,5
menyesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi daerah setempat. Tempat
parkir harus dilengkapi dengan rambu parkir.

(4) Tersedianya utilitas publik.

Rumah sakit membutuhkan air bersih, pembuangan air kotor/limbah,


listrik, dan jalur telepon. Pengembang harus membuat utilitas tersebut
selalu tersedia.

(5) Pengelolaan Kesehatan Lingkungan

Setiap RS harus dilengkapi dengan persyaratan pengendalian dampak


lingkungan antara lain :
 Studi Kelayakan Dampak Lingkungan yang ditimbulkan oleh RS
terhadap lingkungan disekitarnya, hendaknya dibuat dalam bentuk
implementasi Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL), yang selanjutnya dilaporkan setiap 6 (enam)
bulan (KepmenKLH/08/2006).
 Fasilitas pengelolaan limbah padat infeksius dan non–infeksius
(sampah domestik).
 Fasilitas pengolahan limbah cair (Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL); Sewage Treatment Plan (STP); Hospital Waste Water
Treatment Plant (HWWTP)). Untuk limbah cair yang mengandung
logam berat dan radioaktif disimpan dalam kontainer khusus
kemudian dikirim ke tempat pembuangan limbah khusus daerah
setempat yang telah mendapatkan izin dari pemerintah.
 Fasilitas Pengelolaan Limbah Cair ataupun Padat dari Instalasi
Radiologi.

20
 Fasilitas Pengolahan Air Bersih (;Water Treatment Plant) yang
menjamin keamanan konsumsi air bersih rumah sakit, terutama
pada daerah yang kesulitan dalam menyediakan air bersih.

(6) Bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain.


 Pasien dan petugas membutuhkan udara bersih dan lingkungan
yang tenang.
 Pemilihan lokasi sebaiknya bebas dari kebisingan yang tidak
semestinya dan polusi atmosfer yang datang dari berbagai sumber.

(7) Master Plan dan Pengembangannya.

Setiap rumah sakit harus menyusun master plan pengembangan


kedepan. Hal ini sebaiknya dipertimbangkan apabila ada rencana
pembangunan bangunan baru. Review master plan dilaksanakan setiap
5 tahun.

B. Massa Bangunan.
(8) Intensitas antar Bangunan Gedung di RS harus memperhitungkan jarak
antara massa bangunan dalam RS dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut ini :
a. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
b. Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
c. Kenyamanan;
d. Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan;

(9) Perencanaan RS harus mengikuti Rencana Tata Bangunan &


Lingkungan (RTBL), yaitu :
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Ketentuan besarnya KDB mengikuti peraturan daerah setempat.
Misalkan Ketentuan KDB suatu daerah adalah maksimum 60%
maka area yang dapat didirikan bangunan adalah 60% dari luas
total area/ tanah.
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Ketentuan besarnya KLB mengikuti peraturan daerah setempat.

21
KLB menentukan luas total lantai bangunan yang boleh dibangun.
Misalkan Ketentuan KLB suatu daerah adalah maksimum 3 dengan
KDB maksimum 60% maka luas total lantai yang dapat dibangun
adalah 3 kali luas total area area/tanah dengan luas lantai dasar
adalah 60%.
c. Koefisien Daerah Hijau (KDH)
Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan
gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
daerah setempat tentang bangunan gedung, harus diperhitungkan
dengan mempertimbangkan
1. daerah resapan air
2. ruang terbuka hijau kabupaten/kota
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%,
harus mempunyai KDH minimum sebesar 15%.
d. Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Pagar (GSP)
Ketentuan besarnya GSB dan GSP harus mengikuti ketentuan yang
diatur dalam RTBL atau peraturan daerah setempat.
(10) Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang
berlaku).
(11) Pengembangan RS pola vertikal dan horizontal
Penentuan pola pembangunan RS baik secara vertikal maupun
horisontal, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
diinginkan RS

C. Kebutuhan luas lantai.

(12) Kebutuhan luas lantai untuk rumah sakit pendidikan disarankan + 110
m2 setiap tempat tidur. 2)

(13) Sebagai contoh, rumah sakit pendidikan dengan kapasitas 500 tempat
tidur, kebutuhan luas lantainya adalah sebesar + 110 (m2/tempat tidur)
x 500 tempat tidur = + 55.000 m2 .

(14) Kebutuhan luas lantai untuk rumah sakit umum (non pendidikan) saat
ini disarankan 80 m2 sampai dengan 110 m2 setiap tempat tidur. 3)

22
(15) Sebagai contoh, rumah sakit umum (non pendidikan) dengan kapasitas
300 tempat tidur, kebutuhan luas lantainya adalah sebesar 80
(m2/tempat tidur) x 300 tempat tidur = + 24.000 m2 .

(16) Tabel 3.1.4 menunjukkan bagian-bagian dari rumah sakit umum (non
pendidikan) dan ruangan yang dibutuhkannya.
D. Persyaratan teknis sarana rumah sakit
Atap.
Umum.

Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
Persyaratan atap.

(1) Penutup atap.

(a) Penutup atap dari bahan beton dilapis dengan lapisan tahan air,
merupakan pilihan utama.

(b) Penutup atap bila menggunakan genteng keramik, atau genteng


beton, atau genteng tanah liat (plentong), pemasangannya harus
dengan sudut kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku.

(c) Mengingat pemeliharaannya yang sulit khususnya bila terjadi


kebocoran, penggunaan genteng metal sebaiknya dihindari.

(2) Rangka atap.

(a) Rangka atap harus kuat memikul beban penutup atap.

(b) Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas yang
baik dan kering, dan dilapisi dengan cat anti rayap.

(c) Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang
tidak mudah berkarat, atau di cat dengan cat dasar anti karat.
Langit-langit.

(1) Umum.

Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.

(2) Persyaratan langit-langit.

23
(a) Tinggi langit-langit di ruangan, minimal 2,70 m, dan tinggi di
selasar (koridor) minimal 2,40 m.

(b) Rangka langit-langit harus kuat.

(c) Langit-langit mungkin harus dari bahan kedap suara.

Dinding dan Partisi.


Umum.

Dinding harus keras, tidak porous, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak
punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan. Disamping itu dinding
harus tidak mengkilap.
Bed, Tempat Tidur Pasien

Tempat tidur pasien bervariasi, biasanya tergantung kelas, namun untuk rumah
sakit baru sudah menggunakan peralatan yang lebih modern.

Rumah sakit yang sudah lama pun pasti juga ingin melayani pasien dengan
standar yang sama, namun karena pengadaan peralatan itu bertahap mengakibatkan
peralatan yang lebih baru dan moderen pasti akan diberikan kepada layanan kelas
tertinggi. Bed ini sudah menggunakan sistem remote untuk menaikkan dan
menurunkan sandaran kepala, juga sandaran kaki, disamping itu untuk naik turun
ketinggian bed dari lantai.

24
Remote ini digunakan untuk mengontrol tempat tidur pasien generasi baru,
seperti yang disebutkan diatas. Untuk mengatur tempat tidur tinggal menekan tombol
remot kontrol yang tersedia, ada 3 baris baris atas, baris tengah, dan baris bawah.
Tombol baris paling atas untuk naik-turunkan sandaran kepala, gambar tombol arah
atas (sebelah kiri) berarti untuk menaikkan dan tombol arah bawah (sebelah kanan)
digunakan untuk menurunkan, sedang baris yang paling bawah atau baris ke-3 adalah
tombol untuk naik-turunkan sandaran kaki. Untuk deretan tengah pada remot kontrol
tersebut merupakan tombol untuk mengatur tinggi rendah tempat tidur dari lantai,
ingin meninggikan tekan tombol sebelah kiri dan untuk menurunkan tekan tombol
sebelah kanan.

Kanan dan kiri atau samping bed bagian atas masih dilengkapi dengan rel
penahan (pagar) pasien agar tidak jatuh (mengurangi resiko jatuh). Untuk
membukanya dengan cara menarik ke atas gagang sambil menekan tombol merah
hingga berbunyi klik, sebaliknya untuk membukanya tekan tombol merah pada pojok
gagang dan turunkan penahan tersebut.

Panel Oksigen

Panel Oksigen merupakan alat tambahan yang biasanya sudah tersedia dan
menempel di dinding bagian kepala dari bed, tempat tidur pasien. Apabila tidak
tersedia panel tersebut, jika ada pasien membutuhkan tambahan oksigen, biasanya
didatangkan khusus memakai tabung oksigen yang mobile

Pintu

25
a) Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing
dengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar 90 cm,
dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass).

b) Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm.

c) Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1
kamar mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat.

d) Pintu kamar mandi pasien, harus membuka ke luar kamar mandi.

e) Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke luar.

Kamar mandi
a) Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak cuci
tangan (wastafel). (b) Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat
mengikuti pedoman atau standar teknis yang berlaku.
b) Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat, 1 (satu) buah untuk setiap kelas.
c) Toilet umum, terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel).
d) Disediakan 1 (satu) toilet umum untuk penyandang cacat di lantai dasar, dengan
persyaratan sebagai berikut :
a. Toilet umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan
rambu/simbol "penyandang cacat" pada bagian luarnya.
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm).
d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan
disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu
pergerakan pengguna kursi roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapanperlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan
harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang

26
memiliki keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna
kursi roda.
f. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh
menggenangkan air buangan.
g. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda.
h. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat.
i. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, disarankan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency
sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
Jendela
1 Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya,
dan cukup rapat.
2 Bukaan jendela harus dapat mengoptimalkan terjadinya pertukaran udara dari
dalam ruangan ke luar ruangan.
3 Untuk bangunan rawat inap yang berlantai banyak/bertingkat, bentuk jendela
tidak boleh memungkinkan dilewati pasien untuk meloncat.

Persyaratan dinding pada ruang-ruang khusus.

(1) Pelapisan dinding dengan bahan keras seperti formika, mudah


dibersihkan dan dipelihara. Sambungan antaranya bisa di “seal”
dengan filler plastik. Polyester yang dilapisi (laminated polyester) atau
plester yang halus dan dicat, memberikan dinding tanpa kampuh (
tanpa sambungan = seamless).

(2) Dinding yang berlapiskan keramik/porselen, megumpulkan debu dan


mikro organisme diantara sambungannya. Semen diantara
keramik/porselin tidak bisa halus, dan kebanyakan sambungan yang
diplaster cukup porous sehingga mudah ditinggali mikro organisme
meskipun telah dibersihkan.

(3) Keramik/porselin bisa retak dan patah.

(4) Cat epoksi pada dasarnya mempunyai kecenderungan untuk

27
mengelupas atau membentuk serpihan.

(5) Pelapis lembar/siku baja tahan karat (stailess steel) pada sudut-sudut
tempat benturan membantu mengurangi kerusakan.

Lantai.
Umum.

Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.

Persyaratan lantai pada ruang-ruang khusus.

(1) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup ke arah saluran pembuangan.

(2) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar


mudah dibersihkan.

(3) Lantai harus cukup konduktif, sehingga mudah untuk menghilangkan


muatan listrik statik dari peralatan dan petugas, tetapi bukan
sedemikian konduktifnya sehingga membahayakan petugas dari
sengatan listrik.

(4) Untuk mencegah menimbunnya muatan listrik pada tempat


dipergunakan gas anestesi mudah terbakar, lantai yang konduktif harus
dipasang.

(5) Lantai yang konduktif bisa diperoleh dari berbagai jenis bahan,
termasuk vinil anti statik, ubin aspal, linolium, dan teraso. Tahanan
listrik dari bahan- bahan ini bisa berubah dengan umur dan akibat
pembersihan.

(6) Tahanan dari lantai konduktif diukur tiap bulan, dan harus memenuhi
persyaratan yang berlaku seperti dalam NFPA 56A.

(7) Permukaan lantai tersebut harus dapat memberikan jalan bagi peralatan
yang mempunyai konduktivitas listrik yang sedang antara peralatan
dan petugas yang berhubungan dengan lantai tersebut.

(8) Lantai dilokasi anestesi yang tidak mudah terbakar tidak perlu

28
konduktif. Semacam plastik keras (vinil), dan bahan-bahan yang tanpa
sambungan dipergunakan untuk lantai yang non konduktif. Permukaan
dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pemvakuman
basah

Sistem Proteksi Kebakaran

Sistem Proteksi Pasif

Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai sistem proteksi pasif


terhadap bahaya kebakaran yang berbasis pada desain atau pengaturan
terhadap komponen arsitektur dan struktur rumah sakit sehingga dapat
melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.

Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko


kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan
kondisi penghuni dalam rumah sakit.

(1) Rumah sakit harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran.

(2) Kompartemenisasi dan konstruksi pemisah untuk membatasi kobaran


api yang potensial, perambatan api dan asap, agar dapat:

(a) melindungi penghuni yang berada di suatu bagian bangunan


terhadap dampak kebakaran yang terjadi ditempat lain di dalam
bangunan.

(b) mengendalikan kobaran api agar tidak menjalar ke bangunan lain


yang berdekatan.

(c) menyediakan jalan masuk bagi petugas pemadam kebakaran

(3) Proteksi Bukaan

Seluruh bukaan harus dilindungi, dan lubang utilitas harus diberi


penyetop api (fire stop) untuk mencegah merambatnya api serta
menjamin pemisahan dan kompartemenisasi bangunan.

Sistem Proteksi Aktif

29
Sistem proteksi aktif adalah peralatan deteksi dan pemadam yang dipasang
tetap atau tidak tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan
untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran pada bangunan rumah sakit.

(1) Pipa tegak dan slang Kebakaran

Sistem pipa tegak ditentukan oleh ketinggian gedung, luas per lantai,
klasifikasi hunian, sistem sarana jalan ke luar, jumlah aliran yang
dipersyaratkan dan sisa tekanan, serta jarak sambungan selang dari
sumber pasokan air.

(2) Hidran Halaman

Hidran halaman diperlukan untuk pemadaman api dari luar bangunan


gedung. Sambungan slang ke hidran halaman harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh instansi kebakaran setempat.

(3) Sistem Springkler Otomatis.

Sistem springkler otomatis harus dirancang untuk memadamkan


kebakaran atau sekurang-kurangnya mempu mempertahankan
kebakaran untuk tetap, tidak berkembang, untuk sekurang-kurangnya
30 menit sejak kepada springkler pecah.

(4) Pemadam Api Ringan (PAR)

Alat pemadam api ringan kimia (APAR) harus ditujukan untuk


menyediakan sarana bagi pemadaman api pada tahap awal. Konstruksi
APAR dapat dari jenis portabel (jinjing) atau beroda,

(5) Sistem Pemadam Kebakaran Khusus.

Sistem pemadaman khusus yang dimaksud adalah sistem pemadaman


bukan portable (jinjing) dan beroperasi secara otomatis untuk
perlindungan dalam ruang-ruang dan atau penggunaan khusus. Sistem
pemadam khusus meliputi sistem gas dan sistem busa.

(6) Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran


Sistem deteksi dan alarm kebakaran berfungsi untuk mendeteksi secara
dini terjadinya kebakaran, baik secara otomatis maupun manual.

(7) Sistem Pencahayaan Darurat

30
Pencahayaan darurat di dalam rumah sakit diperlukan khususmya pada
keadaan darurat, misalnya tidak berfungsinya pencahayaan normal dari
PLN atau tidak dapat beroperasinya dengan segera daya siaga dari
diesel generator.

(8) Tanda Arah.

Bila suatu eksit tidak dapat terlihat secara langsung dengan jelas oleh
pengunjung atau pengguna bangunan, maka harus dipasang tanda
penunjuk dengan tanda panah menunjukkan arah, dan dipasang di
koridor, jalan menuju ruang besar (hal), lobi dan semacamnya yang
memberikan indikasi penunjukkan arah ke eksit yang disyaratkan.

(9) Sistem Peringatan Bahaya

Sistem peringatan bahaya dapat juga difungsikan sebagai sistem


penguat suara (public address), diperlukan guna memberikan panduan
kepada penghuni dan tamu sebagai tindakan evakuasi atau
penyelamatan dalam keadaan darurat. Ini dimaksudkan agar penghuni
bangunan memperoleh informasi panduan yang tepat dan jelas.

Sistem Penghawaan (Ventilasi)

(1) Umum.

(a) Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai ventilasi alami


dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya.

(b) Bangunan rumah sakit harus mempunyai bukaan permanen, kisi-


kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat
dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.

(2) Persyaratan Teknis

(a) Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka


diperlukan ventilasi mekanis seperti pada bangunan fasilitas
tertentu yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan
pencemaran.

(b) Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi,

31
mengikuti Persyaratan Teknis berikut:

1) SNI 03 – 6572 - 2000 atau edisi terbaru; Tata cara


perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung.

2) SNI 03 – 6390 - 2000 atau edisi terbaru; Konservasi energi


sistem tata udara pada bangunan gedung.

Sistem Pengkondisian Udara

(1) Umum.

(a) Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan


rumah sakit harus mempertimbangkan temperatur dan
kelembaban udara.

(b) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di


dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat pengkondisian udara
yang mempertimbangkan :

1) fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah pengguna, letak


geografis, orientasi bangunan, volume ruang, jenis
peralatan, dan penggunaan bahan bangunan;

2) kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan

3) prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan

Sistem Pencahayaan

(1) Umum.

Setiap rumah sakit untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan


harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan/
mekanik, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.

(2) Persyaratan Teknis.

(a) Rumah sakit tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan,


dan bangunan pelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk
pencahayaan alami.

32
(b) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi
rumah sakit dan fungsi masing-masing ruang di dalam rumah
sakit.

(c) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat


iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam rumah
sakit dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi
yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek
silau atau pantulan.
 Sirkulasi udara/ventilasi pada bangunan instalasi CSSD dibuat
sedemikian rupa agar tidak terjadi kontaminasi dari tempat
penampungan bahan dan instrumen kotor ke tempat penyimpanan bahan
dan instrumen bersih/steril.
 Persyaratan ruang dekontaminasi adalah sebagai berikut :
Tekanan udara pada ruang dekontaminasi adalah harus negatif supaya
udara dalam ruangan tidak mengkotaminasi udara pada ruangan
lainnya, pengantian udara 10 kali per jam (Air Change Hour-ACH :
10 times)
Suhu dan kelembaban ruangan yang direkomendasikan adalah : suhu
180C – 220C, Kelembaban udara : 35% -75%.
 Persyaratan gudang steril adalah sebagai berikut :
 Tekanan udara positif dengan efisiensi filtrasi partikular antara
90%
– 95% (untuk partikular berukuran 0,5 mikron)
 Suhu dan kelembaban ruangan yang direkomendasikan
adalah : suhu 180C – 220C, Kelembaban udara : 35% -
75%.
 Permukaan dinding dan lantai ruangan mudah
dibersihkan, tidak mudah menyerap kotoran atau debu.
 Area barang kotor dan barang bersih dipisahkan (sebaiknya memiliki
akses masuk dan keluar yang berlawanan)
 Lantai tidak licin, mudah dibersihkan dan tidak mudah menyerap
kotoran atau debu.
 Pada area pembilasan disarankan untuk menggunakan sink pada meja

33
bilas kedap air dengan ketinggian 0.80 – 1,00 m dari permukaan lantai,
dan apabila terdapat stop kontak dan saklar, maka harus menggunakan
jenis yang tahan percikan air dan dipasang pada ketinggian minimal 1.40
m dari permukaan lantai.
 Dinding menggunakan bahan yang tidak berpori.
Tangga.
(1) Umum.

Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang


dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan
tanjakan dengan lebar yang memadai.

(2) Persyaratan.

(1) Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran


seragam Tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17
cm.

(2) Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.

(3) Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam


keadaan darurat, untuk mengevakuasi pasien dalam kasus
terjadinya kebakaran atau ancaman bom

(3) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat


membahayakan pengguna tangga.

(4) Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail).

(5) Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65


cm ~ 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang
mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan
dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.

(6) Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-


ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.

(7) Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang


sehingga tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.

34
Lift (Elevator)

(1) Umum.

Lift merupakan fasilitas lalu lintas vertikal baik bagi petugas RS


maupun untuk pasien. Oleh karena itu harus direncanakan dapat
menampung tempat tidur pasien.

(2) Persyaratan.

(1) Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan lebar
pintunya tidak kurang dari 1,20 m untuk memungkinkan
lewatnya tempat tidur dan stretcher bersama-sama dengan
pengantarnya.

(2) Lif penumpang dan lift service dipisah bila dimungkinkan.

(3) Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lif sebagai sarana hubungan


vertikal dalam bangunan gedung harus mampu melakukan
pelayanan yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada bangunan,
sesuai dengan fungsi dan jumlah pengguna bangunan rumah
sakit.

(4) Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lif harus


tersedia lif kebakaran yang dimulai dari lantai dasar bangunan
(ground floor).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara :
a. Lokasi dan Denah Ruangan
1. Lokasi Rumah Sakit
RS Graha Sehat beralamat di Jl. Raya Jabung Candi Sumber Armi,
Sumberlele Kecamatan Kraksaan, Jawa Timur. Rumah sakit Graha Sehat memiliki
beberapa ruang rawat inap, IGD, instalasi bedah sentral, laboraturium dan radiologi,
poli, depo farmasi, masjid, instalasi laundry, instalasi kamar mayat, ruang
pembuangan limbah, ruang genset dan lain lain.

35
Ruang PAVILIUN adalah ruang kelas 1 dengan penyakit secara umum sesuai
dengan surat keputusan dari pihak rumah sakit. Jumlah tempat tidur sebanyak 6 dibagi
menjadi dua. Ruangan Catleya bawah dengan nomer bed pasien 1, 2, 3, 4, 5, 6,
Pelaksaanaan penempatan pasien kelas 1di Ruang PAVILLIUN digunakan pada pasien
penyakit umum kecuali pasien penyakit yang menular seperti (Tubercolosis) maka harus
dilakukan pertimbangan terdahulu akan di prioritaskan sesuai dengan ketetapan dari
ruangan .
b. Lingkungan Kerja
Ruang PAVVILIUN memiliki 1 Nurse Stationy yaitu berada di lantai 2 sebelah
tangga ujung kanan dan di depan ruang pasien. Kamar rawat inap terdiri dari 4 ruangan
dimana ruangan perawatan tersebut dengan berbagai macam penyakit yang meliputi
penyakit interna, bedah, saraf, , dll,namun ruang PAVILLIUN tidak menerima pasien
menular, sehingga akses perawat dalam pemberian perawatan dapat dengan mudah
dilakukan, begitupun pasien dan keluarga yang memerlukan informasi maupun kebutuhan
lainnya dapat dengan mudah untuk dilayani.
Pada Ruangan PAVILLIUN terdapat lantai yang menurun dengan derajat
kemiringan 30%. hal tersebut menyebabkan resiko jatuh pada perawat dan pasien. Resiko
jatuh pada perawat dapat terjadi dikarenakan aktivitas yang tinggi pada perawat ketika
pemberian asuhan keperawatan, sedangkan resiko jatuh pada pasien dapat teradi pada
pasien OB (orang baru), preopt post operasi, yang dibawa dengan brangkar, dimana
brangkar tersebut harus melewati lantai dengan kemiringan 30%.
Fasilitas ruang kerja perawat di ruang PAVILLIUN yaitu terdapat ruang
penyimpanan obat, nurse station, ruang perawat atau diskusi yang menjadi satu dengan

36
ruang kepala, ruang administarsi, ruang sholat dan kamar mandi. Fasilitas ruang kerja
perawat di ruang PAVILLIUN yaitu terdapat ruang penyimpanan obat dimana terdapat
lemari khusus untuk obat pasien, nurse station, ruang perawat atau diskusi yang menjadi
satu ruangan dengan ruang kepala, ruang administarsi, ruang sholat dan kamar mandi.
Pada ruang PAVILLIUN belum memiliki ruang administrasi khusus sehingga hanya meja
administrasi yang terletak didepan ruangan diskusi. Di atas meja administrasi terdapat
komputer dan rekam medis pasien yang bisa saja diakses oleh pasien atau keluarga pasien
dengan mudah, sehingga mengurangi kerahasiaan dokumen pasien.
Pada ruang tempat penyimpanan obat terdapat loker obat, meja, lemari untuk
penyimpanan barang. Obat pasien tersimpan dalam masing-masing loker sesuai dengan
nomor bed pasientanpa mencantumkan identitas lengkap pasien. Tempat penyimpanan
obat di ruang PAVILIUN diisi dengan cairan infuse, obat oral, obat injeksi, sedangkan
untuk obat-obatan yang memerlukan suhu rendah diletakan di kulkas obat.Setiap loker
obat pasien hanya terdapat nomer bed, tidak ada identitas pasien yang lengkap yang
terdiri dari nama, tanggal lahir dan nomor RM, dengan masalah tersebut perlunya
pemberian identitas pada loker obat seperti nama pasien, tanggal lahir pasien dan nomor
rekamedis harusnya diberi disetiap loker obat pasien untuk meningkatkan standar
keselamatan dalam pemberian obat kepada pasien dan menghindari kesalahan
pengambilan obat untuk pasien.
Ruang PAVILLIUN memiliki fasilitas pelayanan seperti kursi roda, tensimeter,
stetoskop, oksimeter, timbangan BB, APAR, dan lain sebagainya, beberpa fasilitas untuk
menunjang keadaan tersebut seperti alat EKG, set rawat luka dan syring pump. Setiap bed
pasien terdapat hand scrub untuk mengurangi risiko pemaparan infeksi baik pada pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan. Manajemen logistik di ruangan seperti perencanaan dan
pemenuhan kebutuhan terkait dengan sarana dan prasarana diruang PAVILIUN dilakukan
pada proses rapat bulanan yang dilakukan di ruangan untuk mendata sarana prasarana apa
saja yang perlu di ajukan, anggaran dari pengadaan barang berasal dari rumah sakit. Alur
pengadaan barang setalah dilakukan rapat bulanan dan dilakukan pendataan yaitu
mengajukan pengadaan barang yang dilakukan oleh kepala ruangan kepada tim pengajuan
kemudian diajukan kepada tim PPK.
Pada fasilitas pada ruang PAVILIUN terdapat 3 pembagian yaitu critical(alat
steril), semicritical (ceteter urobeg, dan alat-alat infasif), non critical (siringpump,dll).
Pada alat semi critical diletakkan pada ruang penyimpanan obat yang sudah disediakan
lemari sendiri untuk alat semicritical.. sedangkan pada alat critical dan non criticalbelum

37
memiliki almari khusus alat medis, sehingga alat medis kini masih diletakkan di almari
bersama dengan sprei dan selimut pasien. Selain itu juga di pintu almari tidak diberi label
nama-nama barang yang ada didalamnya sehingga sering membuat bingung petugas
kesehatan.
Barang seperti obat ataupun spuit dilakukan one day dose dispensing yang
dilakukan oleh pihak farmasi pada pasien rawat inap yang dikemas/ disiapkan dalam
dosis tunggal untuk pemakaian sehari (24 jam). Obat yang di bawa oleh pihak farmasi
untuk ruangan disimpan di lemari obat yang terdapat identitas,
Pemeliharaan alat kesehatan seperti stetoskop, tensi meter dan lain sebagainya
dilakukan oleh bagian elektromedik yang dilakukan setiap 1 tahun sekali untuk
mengetahui apakah alat terdapat kerusakan atau merawat alat supaya tetap dalam keadaan
baik. Jika terdapat alat kesehatan yang rusak maka akan dilakukan pelaporan dan
kemudian dilakukan pengecekan ulang apakah benar-benar alat tersebut rusak atau tidak.
Jika alat tersebut terjadi kerusakan maka akan dilakukan perbaikan dan pembukuan serah
terima alat yang rusak.
c. Gambaran kapasitas tempat tidur
Jumlah tempat tidur sebanyak 6 dibagi menjadi dua tempat yaitu catleya
bawah 14 tempat tidur dicatleya bawah dan dicatleya atas 12 tempat tidur. Ruangan
PAVILIUN bawah dengan nomer bed pasien 1, 2, 3, 4, 5, 6, dimana setiap ruangan
ditempati pasien penyakit yang diderita pasien secara umum, kecuali penyakit
menular seperti tubercolosis.
Di dalam ruangan terfasilitasi beberapa, AC, kursi untuk penunggu
pasien(sofa). Tempat tidur penunggu pasien, TV, tempat penyimpanan barang, meja,
standart infuse, dan di masing-masing tempat tidur. Ruangan ini terdapat gorden pada
tempat tidur satu dengan dengan yang lainnya, di setiap ruangan terdapat satu kamar
mandi. Kamar mandi sudah tersedia, tetapi masih belum ada pegangan yang terbuat
dari besi. Hal tersebut belum sesuai dengan 6 sasaran keselamatan pasien poin ke 6
yaitu pengendalian risiko jatuh. Pada lantai kamar mandi pasien setiap harinya
dilakukan pembersihan sehingga lantai kamar mandi pasien bersih.

38
Ruang PAVILIUN merupakan ruangan kelas 1 yang terdiri dari 4 ruangan
dan ditempati pasien dengan berbagai penyakit.

Tabel 2.12 Fasilitas Petugas Kesehatan di Ruang Pavilliun RS Graha Sehat. .


Jumlah Keadaan barang
No Nama Barang + merk / model
Barang Baik Rusak
1. Etalase besar /2 pintu 1 1 -
2. Etalase kecil /2 pintu 1 1 -
3. Lemari kayu besar/6 pintu 1 1 -
4. Meja kayu 1 ½ m 1 1 -
5. Dressing trolly lengkap 2 2 -
6. Lemari es/sharp 5 4 1
7. AC split 2PK/nasional 5 5 -
8. Sterilisator /smic 1 1 -
9 Irrigator stan single 1 1 -
10. Infuse standart max high 2M 6 6 -
11. Wheel chair 2 2 -
12. Kereta oksigen 1 1 -
13. Stik pan 4 4 -
14. Lampu sorot 1 1 -
15. WSD/Botol 1 1 -
16. O2 regulator 6 5 -
17. Regulator standart 3 3 -
18. Lampu baca foto 1 1 -
19. Meja instrument 1 1 -
20. Ambubag dewasa 1 1 -
21. Zuiq aparat 1 1 -
22. Manometer 2 2 -
23. Pulse oxymetri /mek 1 1 -
24. Nebulisir / pari 1 1 -
25. Timbangan /mic 1 1 -
26. Suction bellow drynase / sharp 1 1 -
27. Syringe pump /terume 2 2 -
28. Troly injeksi 1 1 1
29. Waskom kecil 2 2 -
30. Waskom besar 3 3 -
31. Tensimeter beroda 1 1 -
32. TV LCD 32 /Panasonic 5 5 -
33. Computer 1 1 -
34. Suction pum 1 1 -
35. Meja computer 1 1 -
36. Printer /Epson 1 1 -
37. Infusion pump /terumo 1 1 -
38. Trolly makan 85x50x135 6 6 -
39. Stethoscope dewasa /spirit 2 2 -
40. Bed side cabinet /mak 6 6 -

39
4. Metode (M3/Methode)
A. Model Penugasan Asuhan Keperawatan
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan
kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai
tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan
pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat
terwujud. Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
(Nursalam,2014).
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
sebagai berikut :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan
pada visi dan misi rumah sakit.
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas
dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa
ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik
adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
5. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan
justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam pelaksanaannya.

40
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan
dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga
kesehatan lainnya. Dalam pemilihan model metode asuhan keperawatan (MAKP)
yang tepat, diperlukan beberapa dasar pertimbangan dalam memilihnya. Sebagaimana
disebutkan dalam buku Nursalam (2014) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi. Dasar utama dari penentuan model
pemberian asuhan keperawatan harus didasarkna pada visi dan misi dari rumah
sakit.
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Proses
keperawatan menjadi unsur yang penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan pada pasien. Keberhasilan didalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya. Setiap suatu perubahan, harus selalu
mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya.
Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka
tidak akan didapat hasil yang sempurna.
4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat. Tujuan akhir dari
asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan
yang siberikan oleh perawat. Oleh karenanya, model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
5. Kepuasan dan kinerja perawat. Kelancaran pelaksanaan dari suatu model sangat
ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat
meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan
frustasi dalam pelaksanaannya.
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya. Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan dari penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang
baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

41
Beberapa jenis model metode asuhan keperawatan (MAKP
Jenis metode asuhan keperawatan menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis
dan Huston (1998) dalam Nursalam (2014) diantaranya:
1. Fungsional (bukan metode MAKP)
Metode ini berdasarkan dari orientasi tugas dari filosofi keperawatan dimana
perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu. Model fungsional dilaksanakan
oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Dalam metode ini yang
menjadi penanggung jawab adalah perawat yang bertugas pada tindakan
tertentu. Metode ini memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya, yaitu:
Kelebihan:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junir dan/atau belum
berpengalaman
Kelemahan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
2. Kasus
Model ini berdasarkan pada pendekatan holistis dari filosofi keperawatan
dimana perawat bertanggung jawab terhadap auhan dan observasi pada pasien
tertentu. Pada metode ini rasio 1:1 (pasien:perawat) dimana setiap pasien
dilimpahkan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada
saat mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien
satu perawat, umunya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk khusus

42
seperti isolasi, perawatan intensif. Penanggung jawab dalam metode ini yaitu
menajer keperawatan. Terdapat kelebihan dan kelemahan dari metode ini, yaitu:
Kelebihan:
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kelemahan:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
3. Tim
Metode ini berdasarkan pada kelomopok filosofi keperawatan dimana enam
sampai tujuh perawat professional dan perawat pelaksana bekerja sebagai satu
tim, disupervisi oleh ketua tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas
anggota yang berdeba-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri
dari tenga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu. Penanggung jawab dalam metode ini yaitu ketua tim.
Kelebihan dan kelemahan dari metode ini, yaitu:
Kelebihan:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan:
Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
4. Primer
Model ini berdasarkan pada tindakan yang komperehensif dari filosofi
keperawatan dimana perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan
keperawatan. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini

43
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Penanggung jawab dalam metode
ini yaitu perawat primer (PP). kelebihan dan kelemahan dari metode ini, yaitu:
Kelebihan:
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh
pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
1) Keperawatan primer tidak dapat digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau
setara.
2) Keperawatan tim tidak dapat digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terbagi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
Berdasarkan hasil observasi dan pengkajian di Ruang Paviliun RS Graha Sehat
didapatkan hasil terdapat 6 perawat (2 ners, 4 ahli madya keperawatan) dan 3 bidan
(ahli madya kebidanan) sudah termasuk kepala ruangan, terdapat 1 orang pekarya
kesehatan dan 1 administrasi. Model metode asuhan keperawatan yang digunakan di
Ruang Paviliun adalah model metode fungsional, dimana kepala jaga atau ketua tim
ikut serta menjalankan peran sebagai perawat pelaksana. Hal ini dikarenakan
kurangnya jumlah perawat di Ruang Paviliun, sehingga hal tersebut menjadikan
kurang efektif sebagaimana mestinya model metode keperawatan yang harus
dilaksanakan di ruang Paviliun.

44
B. Timbang terima
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)
selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi
mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
1. Tujuan Timbang Terima
1) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
5) Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
1) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
2) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
2. Langkah-langkah dalam Timbang Terima
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan

45
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4) Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buri.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2002).
3. Prosedur dalam Timbang Terima
1) Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2) Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
d) Intervensi kolaborasi dan dependen.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

46
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang
berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua
arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang
menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien langsung.
4. Metode dalam Timbang Terima
1) Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.
2) Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan
di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga
pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

47
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain .
5. Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
1) Menggunakan Tape recorder
2) Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one
way communication.
3) Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
4) Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
5) Menggunakan komunikasi tertulis –written
6) Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja
atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukanbahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1) Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2) Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3) Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4) Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5) Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.

48
6. Faktor-faktor dalam Timbang Terima
1) Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2) Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3) Kemampuan menginterpretasi medical record.
4) Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5) Pemahaman tentang prosedur klinik.
7. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi
diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift
kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1) Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan
2) Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara
pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur,
sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat.
3) Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4) Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah
terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

49
5) Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi
tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan
industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa
kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak
terjadi pada shift malam.
8. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan
dikerjakan oleh perawat. Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima
antara lain:
1) Identitas pasien.
2) Diagnosa medis pesien.
3) Dokter yang menangani.
4) Kondisi umum pasien saat ini.
5) Masalah keperawatan.
6) Intervensi yang sudah dilakukan.
7) Intervensi yang belum dilakukan.
8) Tindakan kolaborasi.
9) Rencana umum dan persiapan lain.
10) Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
1) Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
3) Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)

50
9. Evaluasi dalam Timbang Terima
1) Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift
timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan
timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2) Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan
mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station
kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima
mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah
dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap
klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke
klien.
3) Evaluasi Hasil
4) Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
Terdapat beberpa langkah sebelum melakukan timbang terima yaitu (Nursalam,
2014):
1) Persiapan (pra)
a. Dilaksanakan setiap pergantian shift
b. Semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima
khususnya pasien baru masuk dan pasien yang memiliki permasalahan
yang belum teratasi.
c. Semua sarana prasarana terkait pelayanan keperawatan dilaporkan dan
dioperkan.
2) Pelaksanaan di nurse station dan di bed pasien
a. Kedua kelompok dinas sudah siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
c. Kepala ruang membuka acara timbang terima.

51
d. Perawat yang sedang jaga menyampaikan timbang terima kepada
perawat berikutnya.
e. Perawat shift dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan validasi
tentang apa yang disampaikan.
f. Melakukan validasi keliling ke bed pasien.
3) Pasca timbang terima
a. Diskusi/klarifikasi.
b. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung tanda tangan
pergantian sif serta penyerahan laporan.
c. Ditutup oleh kepala ruangan.
Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi di ruang Paviliun RS Graha Sehat ini,
timbang terima dilakukan selama 3x dalam sehari setiap pergantian shift pada pukul
07.00, 14.00 dan 21.00. Kegiatan timbang terima dilakukan oleh karu, perawat dinas
sebelumnya dan perawat yang akan dinas selanjutnya. saat semua perawat berkumpul
terutama di pagi hari yang dipimpin oleh kepala ruangan. Proses timbang terima
dilakukan diruangan perawat dan validasi ke bed pasien. Saat melakukan kegiatan
timbang terima, semua perawat yang bertugas sebelumnya maupun selanjutnya selalu
datang tepat waktu, sehingga kegiatan timbang terima berjalan dengan baik. Setiap
kegiatan timbang terima selalu dimulai dengan berdoa dan diakhiri juga dengan
bersyukur. Kegiatan timbang terima dilakukan dengan cara, perawat dinas
sebelumnya melaporkan kegiatan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan
kepada perawat dinas selanjutnya. Kegiatan ini selalu dilakukan dengan baik dan
perawat selanjutnya memvalidasi dan mendokumentasi data-data yang disampaikan
oleh perawat sebelumnya. Kegiatan timbang terima yang dilakukan menggunakan
metode SBAR yang berisi poin-poin penting seperti hasil laboratorium, rencana foto
thoraks, TTV, keluhan klien, dan tindakan yang harus dilakukan namun belum
dilakukan. Metode SBAR secara detail dapat dilihat di dalam rekam medis pasien.
Dan hasil timbang terima bisa dilihat dibuku dokumentasi timbang terima. Setelah
melakukan timbang terima pada ruangan perawat, perawat menuju ke setiap kamar
dan bed pasien untuk memvalidasi. Setelah itu, perawat akan melakukan diskusi
ataupun klarifikasi dan menutup kegiatan timbang terima dengan saling
menyemangati satu sama lain dan selalu bersyukur.
C. Post conference

52
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Konferansi merupakan pertemuan tim yang
dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan
dinas, pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana. Tujuan
post conference adalah untuk memberikan kesempatan untuk mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai. Syarat post
conference:
a Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana:
a Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi, budaya)
b Keluhan klien
c TTV dan kesadaran
d Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru
e Masalah keperawatan
f Rencana keperawatan hari ini
g Perubahan keadaan terapi medis
h Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 1 hari, di ruang Paviliun RS
Graha Sehat jarang melaksanakan pre dan post conference. Pelakasanaan pre dan post
conference hanya dilakukan jika dibutuhkan dan jika ada hal yang perlu dibahas dan
difahami lebih lanjut terkait, rumahsakit, ruangan, maupun pasien. Pre dan Pos
tconference di ikuti oleh kepala ruang, katim dan anggota tim.
D. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen keperawatan
dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan
memperbaiki secara bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu 3F, yaitu Fair,
Feedback, dan Follow Up. Supervisi merupakan ujung tombak tercapainya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Supervisi keperawatan merupakan kegiatan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor

53
mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar
pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Nursalam, 2014). Kriteria
evaluasi supervisi sebagai berikut:
1. Struktur.
1) Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan.
2) Menyusun konsep supervisi keperawatan.
3) Menentukan materi supervisi.
2. Proses.
1) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan dan
supervisor.
2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
3. Hasil.
1) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.
2) Supervisor mengevaluasi hasil supervisi.
3) Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA.
4. Program Kerja.
1) Rencana strategi.
a. Mengajukan proposal pelaksanaan supervisi.
b. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan. Merevisi
konsep supervisi keperawatan.
c. Menentukan materi supervisi keperawatan.
d. Merevisi format supervisi.
e. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan.
f. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
2) Pengorganisasian.
a. Penanggung jawab :
b. PP :
c. PA :
d. Waktu :
Menurut salah satu Kepala ruangan ruang Paviliun RS Graha Sehat
mengungkapkan supervisi keperawatan dilakukan secara langsung oleh kepala
ruangan terhadap kenerja dari ketua jaga atau perawat pelaksana dalam melaksanakan
askep. Dan supervisi keperawatan juga dilakukan secara langsung oleh tim supervisi
dari rumah sakit pada saat yang dibutuhkan saja dan tidak terjadwal secara teratur,

54
supervisi yang dilakukan bertujuan untuk menilai kinerja perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan setiap harinya sesuai SOP yang ada. Waktu yang dilakukan
supervisi di ruang Paviliun tidak tentu, tetapi setidaknya dilakukan satu kali dalam
sebulan. Kegiatan supervisi ini menggunakan format yang sudah sesuai dengan
standar keperawatan. Pada ruang paviliun ini selalu ada feedback dari supervisor
untuk setiap tindakannya, apabila terdapat kesalahan ataupun kekurangan, supervisor
langsung menegur di ruang perawat dan tidak di depan pasien ataupun keluarga. Dan
apabila kesalahannya banyak, maka akan dibahas dalam forum semua perawat Ruang
Paviliun. Forum yang dimaksut dalam hal ini, bisa dilakukan bertatap muka dengan
semua anggota (secara langsung) ataupun dibahas dalam grup Whatsapp Ruang
Paviliun (secara tidak langsung). Dan begitu sebaliknya jika ada hasil baik maka akan
diberikan pengharagaan kepada tim yang sudah melakukan tugas dengan baik.
Karena tidak adanya dokumentasi terakit supervisi maka pelaporan supervisi
belum berjalan maksimal.
E. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2009).
Tujuan dilakukannya ronde keperawatan yaitu: Untuk menjustifikasikan masalah-
masalah yang belum teratasi , mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat
primer lain, melaksanakan pelayanan kesehatan dengan memberi kepuasan kepada
konsumen sehingga melebihi apa yang diharapkannya dan menjadi perawat yang
professional, menemukan masalah dan merumuskan intervensi keperawatan yang
tepat sesuai dengan masalah pasien, menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Paviliun RS Graha Sehat
beliau mengungkapkan bahwa ronde keperawatan belum aktif dan belum optimal
dilakukan dikarenakan belum ada panduan atau SOP yang pas untuk membahas
pelaksanaan ronde keperawatan.
F. Diskusi Refleksi Kasus
DRK pada pelaksanaanya, menggabungkan antara proses diskusi dan refleksi
pengalaman (Hatlevik, 2012). DRK pada dasarnya memiliki 4 tujuan, yakni mem-
inimalisir kesenjangan teori dan praktik, perluasan peran dan kompetensi dalam

55
keperawatan, kebutuhan pembelajaran dan tanggung jawab pendidikan (Tashiro &
Naruse, 2013).
DRK dimanfaatkan sebagai alternatif pemecahan masalah serta teknik yang
digunakan dalam pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) baru, sedangkan
bagi perawat, DRK sangat penting dalam meningkatkan profesionalisme,
membangkitkan motivasi belajar, meningkatkan pengetahuan dan aktualisasi diri
dengan teknik asertif atau tanpa menyalahkan orang lain (Depkes, WHO, & PMPK-
UGM, 2003).
Manfaat pelaksanaan DRK sangat dirasakan bagi perawat, namun sebagian besar
rumah sakit ataupun puskesmas di Indonesia melakukan tidak sesuai dengan prosedur,
sehingga manfaat yang dirasakan kurang maksimal. Masalah tersebut disebabkan
adanya berbagai hambatan, baik dari manajemen rumah sakit ataupun pribadi perawat,
oleh karena itu dibutuhkan studi mengenai gambaran pelaksanaan DRK dalam
mendukung peningkatan professional dan pengetahuan perawat.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan komponen yang sangat efektif dan
efisien untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan akuntabilitas perawat.
Pelaksanaan diskusi sesuai dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh DepKes yaitu
bahwa kasus yang disajikan merupakan kasus klinis maupun manajemen. Hasil
penelitian yang dilakukan Ahmad Iqbal (2013) menjelaskan bahwa diskusi refleksi
kasus mampu meningkatkan individu dalam membuat perencanaan dan efektif dalam
upaya mengembangkan mutu keperawatan. Penelitian Mawardi Pamungkas (2011)
menunjukan hasil bahwa perawat merasa puas dengan hasil pembelajaran melalui
DRK, tetapi diperlukan pembentukan tim monitoring untuk pelaksanaan DRK,
pemberian reward untuk meningkatkan motivasi peserta diskusi dan perlu adanya
dukungan stakeholder rumah sakit. Hasil penelitian lain oleh Chi Yi Wu (2014)
menyatakan bahwa dengan melakukan discussion group perawat menunjukkan
perbaikan perilaku yang signifikan dan konsisten terhadap tindakan keperawatan
setelah diadakannya kegiatan diskusi.
Manfaat DRK antara lain seorang perawat bisa introspeksi diri terhada tindakan
atau kegiatan kerja yang dilakukan sehingga akan meningkatkan kualitas kinerja yang
diharapkan (Ahmad I, Said HB, Zed, at al, 2013) Diskusi dengan berdasar pada kasus
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemberian umpan balik.
Diskusirefleksi kasus yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan
kerjasama tim dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dalam hubungan

56
interpersonal serta mempunyai dampak positif terhadap pengetahuan klinis perawat
(Chris Dawber, 2013).
Hasil penelitian lain yang dilakukan di Pakistan menyatakan bahwa diskusi
refleksi kasus berdampak positif yaitu mampu meningkatkan individu dalam membuat
perencanaan dan efektif dalam upaya mengembangkan peningkatan mutu
keperawatan (Chi Yi Wu (2014). Kelebihan dari kegiatan DRK diantaranya adalah
dalam waktu yang tidak lama perawat dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan, perawat memperoleh pengetahuan praktis, motivatif
serta menumbuhkan kebiasaan, disiplin diri dan kemandirian. Hal ini sesuai dengan
tujuan DRK seperti yang termaktub dalam Permenkes 836 dan buku Pedoman
Peningkatan Manajemen Kinerja dari DepKes yaitu bahwa DRK mempunyai tujuan
mengembangkan profesionalisme perawat yang meliputi: meningkatkan aktualisasi
diri, membangkitkan motivasi belajar dan sebagai wahana untuk menyelesaikan
masalah yang mengacu pada standar keperawatan dan SPO yang telah ditetapkan
(KepMenKes RI No. 836, 2005)
Diskusi Refleksi Kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan
pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola
asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada
pemahaman standar yang ditetapkan. Tujuan dari DRK adalah mengembangkan
profesionalisme perawat, meningkatkan aktualisasi diri, membangkitkan motivasi
belajar, wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan yang telah ditetapkan, dan belajar untuk menghargai kolega untuk lebih
sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, serta tidak memojokkan dan
meningkatkan kerja sama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Paviliun RS Graha Sehat
beliau mengungkapkan bahwa diskusi reflex kasus belum aktif tetapi kepala ruangan
telah memotivasi anggota serta petugas pelayanan yang baru untuk melakukan diskusi
refleksi kasus dikemudian hari, serta terkandalnya tidak ada SOP terkait diskusi
refleksi kasus.
G. Discharge planning
Discharge planning adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu pasien
dan keluarga dalam meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya.
Discharge planning akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu
antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang

57
diberikan setelah klien pulang (Nursalam & Efendi, 2008). Shepperd, et al (2004)
menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek berarti dalam menurunkan
komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruang di ruang
Paviliun RS Graha Sehat bahwa untuk discharge planning dilaksanakan saat pasien
akan pulang untuk mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien , antara lain :
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit, bantuan yang dibutuhakan pasien, dan
lain-lain. Pelaksanaanya dilakukan secaara kolaboratif serta disesuaikan dengan
sumberdaya dan fasilitas yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan
bahwa di ruang Paviliun terdapat beberapa media edukasi yang tersedia seperti leaflet,
namun materinya sangat terbatas dan lebih sering penyampaian discharge planning
hanya dilakukan secara lisan tanpa ada media atau tulisan. Kegiatan discharge
planning sudah tersusun secara baik karena adanya SOP dan adanya lembar discharge
planning.
H. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan seluruh obat yang seluruhnya dilakukan oleh
perawat untuk administrasi ke pasien. Proses sentralisasi obat meliputi pembuatan
strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, membuat
petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat, dan pendokumentasian hasil
pelaksanaan (Nursalam, 2015). Pelaksanaan sentralisasi obat secara optimal, dengan
kepemimpinan kepala ruangan, serta pengetahuan perawat dapat mempengaruhi
proses ketepatan pemberian obat oleh perawat dengan prinsip 6 T (tepat pasien, tepat
obat, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu dan tepat dokumentasi) dan 1 W (waspada
efek samping), sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan pemberian obat selama
proses perawatan pasien (Aprilia., Nursalam., C. Asmoro., 2016)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan kepala Ruang
Paviliun bahwa sentralisasi obat dilalukan diruang penyimpanan obat baik obat oral
maupun injeksi. Alur sentralisasi obat di ruang Paviliun yaitu dokter menuliskan resep
kemudian perawat mengirimkan resep tersebut ke farmasi, kemudian farmasi
mengirimkan obat keruang Paviliun kemudian obat diterima kemudian
didokumentasikan disetiap kasus pasien. Obat dan cairan infus yang didapatkan dari
farmasi sudah terdapat nama, jenis obat, nomer registrasi dan ruangan. Obat yang

58
telah diterima oleh perawat ruangan akan dipilah dan diletakkan dilemari obat sesuai
dengan nomer bed setiap pasien.
Obat yang diberikan kepeda pasien dengan memperhatikan 6 benar pemberian
obat yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara atau rute, dan benar
dokumentasi. Sistem distribusi obat untuk ruang Paviliun adalah one day one dose
yang artinya penyediaan obat yang dilakukan oleh instalasi farmasi pada pasien rawat
inap yang dikemas dengan dosis tunggal dengan pemakaian sehari (24 jam).
Kelebihan dari sistem ini adalah pasien lebih mudah mendapatkan obat, menghindari
pemberian obat double, pasien membayar obat minimum. Bagi instalasi farmasi
pelayanan yang diberikan lebih beorentasi pada pasien, menurunkan biaya obat,
mengurangi medical error, serta pengelolaan stok obat secara sentralisasi sehingga
pengendalian obat bisa ditingkatkan. Kelemahan dari sistem ini adalah membutuhkan
SDM lebih banyak, beban kerja instalasi farmasi berlipat ganda, penulisan permintaan
obat berulang-ulang, dapat terjadi keterlambatan pemberian obat atau lupa tidak
dilanjutkan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan bahwa
Pengembalian obat pada pasien pulang dari ruangan ke ruangan masih sering
terlambat hal tersebut disebabkan karena pengambilan dan pengembelaian obat tidak
diantarkan ke ruangan oleh apoteker tetapi diambil oleh perawat sendiri ke bagian
apotek rawat inap sehingga menambah beban kerja perawat sehingga menghambat
kepulangan pasien tepat waktu, dan tidak lupa perawat akan mengembalikan obat sisa
apabila pasien telah pulang. Farmasi belum ada disetiap ruangan.
I. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah bukti bahwa tanggung jawab hukum dan etik perawat
terhadap pasien sudah dipenuhi dan bahwa pasien menerima asuhan keperawatan
yang bermutu (Lyer, 2005).
Menurut Tungpalan (1983) dalam Handayaningsih (2009), dokumentasi adalah
suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Sedangkan proses pendokumentasian merupakan pekerjaan mencatat atau merekam
peristiwa baik dari objek maupun pemberi jasa yang dianggap berharga dan penting.
Menurut Fisbach (1991) dalam Hartati (2010), pelaksanaan dokumentasi
keperawatan adalah sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan
menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah
sakit.

59
Tujuan pencatatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi status kesehatan klien (pasien) dalam rangka mencatat kebutuhan
klien, merencanakan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan mengevaluasi
tindakan, serta untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.
Dokumentasi asuhan keperawatan harus dibuat dengan lengkap, jelas, obyektif,
ada tanggal, dan harus ditandatangani oleh perawat, karena mempunyai manfaat yang
penting bila dilihat dari berbagai aspek, yaitu:
1. Hukum: Data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan
ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal, dan perlu dihindari
adanya penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi yang salah
2. Jaminan Mutu Pelayanan: Pendokumentasian data pasien yang lengkap dan
akurat akan memberikan jaminan mutu pelayanan
3. Komunikasi: Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat “perekam” terhadap
masalah yang berkaitan dengan pasien
4. Keuangan: Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan
yang didokumentasikan dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai acuan
atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi pasien
5. Pendidikan: Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran
6. Penelitian: Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan
7. Akreditasi: Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
(Nursalam, 2009).
Komponen dokumentasi asuhan keperawatan meliputi komponen isi dokumentasi
dan komponen dalam konsep penyusunan dokumentasi. Komponen isi dokumentasi
meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan
tindakan keperawatan, evaluasi, tanda tangan dan nama terang perawat, catatan
keperawatan, resume keperawatan, dan catatan pasien pulang atau meninggal dunia
(Nursalam, 2009). Sedangkan komponen model dokumentasi yang digunakan
mencakup tiga aspek, yaitu:

60
1. Keterampilan berkomunikasi yang baik memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada profesi kesehatan lainnya mengenai apa yang sudah,
sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat
2. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, intervensi. Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi
respons klien terhadap intervensi yang diberikan dan mengkomunikasikan
informasi tersebut kepada profesi kesehatan lainnya
3. Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola
pendokumentasi, sebagai pedoman praktik pendokumentasian. (Nursalam, 2009).
Tahap-Tahap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
1. Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Standar dokumentasi untuk pengkajian keperawatan adalah perawat
mendokumentasikan data pengkajian keperawatan dengan cara yang sistematis,
komprehensif, akurat, dan terus-menerus (Nursalam, 2009). Berikut adalah
kriteria penulisan dokumentasi pengkajian keperawatan:
1) Gunakan format yang sistematis untuk mendokumentasikan pengkajian
2) Gunakan format yang telah tersusun untuk mendokumentasikan pengkajian
3) Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan
4) Tulis data objektif tanpa bias dan memasukkan pendapat pribadi
5) Sertakan pernyataan yang mendukung interprestasi data objektif
6) Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis
7) Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati oleh instansi
8) Tuliskan secara jelas dan ringkas
2. Dokumentasi Diagnosis Keperawatan
Pendokumentasian diagnosis keperawatan merupakan daftar masalah kesehatan
klien yang menyertakan catatan keperawatan (Nursalam, 2009). Kriteria
penulisan diagnosis keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Memakai PE dan PES (Problem, Etiologi, Sign/Symptom)
2) Catat diagnosis keperawatan potensial dalam sebuah problem/format etiologi
3) Memakai istilah yang telah distandarkan oleh NANDA
4) Merujuk pada daftar yang dapat diterima
5) Memulai penulisan pernyataan diagnosis sesuai dengan penulisan diagnosis
6) Pastikan definisi karakteristik telah didokumentasikan
7) Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan ditulis pada daftar masalah

61
8) Hubungkan tiap-tiap diagnosis keperawatan bila saling merujuk
9) Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian,
intervensi, dan evaluasi
10) Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan dari langkah-
langkah proses keperawatan
11) Pendokumentasian semua diagnosis keperawatan harus merefleksikan
dimensi dalam masalah yang berorientasi pada sistem pendokumentasian
perawat
12) Suatu agenda mungkin diperlukan untuk membuat diagnosis keperawatan
dan sistem pendokumentasian yang relevan
3. Dokumentasi Rencana Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien dengan kriteria penulisan rencana asuhan
keperawatan yang efektif, yaitu:
1) Sebelum menulis rencana asuhan keperawatan, kaji ulang data yang ada
2) Daftar dan jenis masalah aktual, risiko, dan potensial
3) Berilah gambaran dan ilustrasi khususnya diagnosis
4) Kriteria hasil harus ditulis dengan jelas, khusus, dan terukur
5) Rencana keperawatan harus selalu ditandatangani dan diberi tanggal
6) Mulai rencana intervensi dengan menggunakan kata kerja (action verb)
7) Alasan prinsip kekhususan (specificity)
8) Tuliskan rasionalisasi dari rencana intervensi
9) Rencana intervensi harus selalu tertulis dan ditandatangani
10) Rencana intervensi harus didokumentasikan sebagai hal permanen
11) Sertakan klien dan keluarganya dalam perencanaan jika memungkinkan
12) Rencana intervensi harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dan
diusahankan untuk selalu diperbaharui (Nursalam, 2009).
4. Dokumentasi Intervensi Keperawatan
Komponen penting pada dokumentasi intervensi adalah mengidentifikasi
mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan
siapa yang melakukan intervensi (Nursalam, 2009).
1) Why. Harus dijelaskan alasan intervensi harus dilaksanakan
2) What. Ditulis secara jelas ringkas dari pengobatan/intervensi
3) When. Pendokumentasian ketika melaksanakan intervensi sangat penting

62
4) How. Intervensi dilaksanakan dalam penambahan pendokumentasian
5) Who. Siapa yang melaksanakan intevensi harus selalu dituliskan pada
dokumentasi serta tanda tangan sebagai pertanggung jawaban
5. Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang merupakan hasil observasi dan analisa
perawat terhadap respon klien segera pada saat dan setelah intervensi
keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara spontan dan
memberi kesan apa yang terjadi saat itu. Sedangkan evaluasi somatif, yaitu
evaluasi yang merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan pada
tujuan keperawatan (Nursalam, 2009).
Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Standar dokumentasi asuhan keperawatan menurut Departemen Kesehatan (1995)
dalam Nursalam (2011) sebagai berikut:
Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan
No Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Mendokumentasikan data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian
2. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosio-spriritual)
3. Data dikaji sejak klien masuk sampai pulang
4. Masalah dirumuskan berdasarkan masalah kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan
B. DIAGNOSIS
1. Diagnosis keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
2. Diagnosis keperawatan mencerminkan PE/PES
3. Merumuskan diagnosis keperawatan aktual/potensial
C. PERENCANAAN
1. Berdasarkan diagnosis keperawatan
2. Disusun menurut urutan prioritas
3. Rumusan tujuan mengandung komponen klien/subjek, perubahan, perilaku,
kondisi klien, dan/atau kriteria
4. Rencana intervensi mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci,
dan jelas, dan/atau melibatkan klien/keluarga
5. Rencana intervensi menggambarkan keterlibatan klien/keluarga
6. Rencana intervensi menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain
D. INTERVENSI
1. Intervensi dilaksanakan mengacu pada rencana asuhan keperawatan
2. Perawat mengobservasi respons klien terhadap intervensi keperawatan
3. Revisi intervensi berdasarkan hasil evaluasi
4. Semua intervensi yang telah dilaksanakan didokumentasikan dengan ringkas
dan jelas

63
E. EVALUASI
1. Evaluasi mengacu pada tujuan
2. Hasil evaluasi didokumentasikan
F. CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menulis pada format yang baku
2. Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan intervensi yang dilaksanakan
3. Pendokumentasian ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar
4. Setiap melakukan intervensi/kegiatan perawat mencantumkan paraf dan
nama dengan jelas, serta tanggal dan waktu dilakukannya intervensi
5. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Sumber : Nursalam, 2017
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diruang Paviliun,
pendokumentasian keperawatan memiliki format pengkajian keperawatan yang
berbasis manual dengan menggunakan lembar dokumentasi dan menggunakan digital
menggunakan computer yang didalamnya sudah terdapat format pengkajian sehingga
perawat mengisikan dengan melakukan centang pada kolom yang telah disediakan
yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Pengkajian awal dilakukan dalam 24 jam
pertama saat pasien masuk rumah sakit baik melalui UGD maupun melalui Poli.
Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan dengan metode SOAP pada tiap
shift dan dilakukan oleh perawat jaga serta dokter penanggungjawab dan akan
disampaikan pada saat timbang terima dari perawat yang berdinas pada saat itu
kepada perawat yang berdinas pada shift selanjutnya. Seluruh asuhan keperawatan
didokumentasikan pada catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), tetapi
sebagian besar perawat di ruang paviliun tidak menuliskan secara lengkap pada
lembar dokumentasinya, banyak sekali bahasa yang sama, dan hasil yang sama setiap
pasien pada lembar rekam medic setiap pasien, dan tidak menuliskan sebagaimana
ilmu tentang dokumentasi keperawatan, kurangnya pengawasan dari kepala ruang
menjadi factor penyebab kurang terstrukturnya dokumentasi keperawatan yang
dibuat,
I. Pelaksanaan Standar SAK
SAK merupakan Standar Asuhan Keperawatan yang ditetapkan oleh Depkes
dan dijadikan sebagai pedoman di rumah sakit. Di Indonesia secara legal telah
ditetapkan SAK, hal ini diberlakukan dan diterapkan di Rumah Sakit di seluruh
Indoenesia melalui SK Direktorat Pelayanan Medik No. YM 00.03 .2.6.7637 tahun 1993
tentang berlakunya SAK di rumah sakit sebagai salah satu kriteria asuhan profesional,
tolak ukur mutu asuhan keperawatan, dan salah satu dasar hukum asuhan profesional.

64
Selain itu peraturan tentang SAK juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan di Rumah Sakit
Khusus yang dikembangkan dan dikomunikasikan sebagai pedoman operasional dalam
pelayanan keperawatan (Kemenkes, 2015)
Ruang Paviliun RS Graha Sehat memiliki Buku pedoman SAK untuk
memberikan asuhan keperawatan yaitu menggunakan SDKI, SIKI, dan SLKI.
Sebagian besar perawat sudah menggunakan pedoman SAK namun masih tahap
penyesuaian dan masih perlu dibiasakan lagi karena pedoman SAK yang digunakan
adalah pedoman baru yang menggunakan SDKI, SIKI, SLKI, dengan begitu perawat
masih belum terbiasa dan masih ada kesalahan. Biasanya satu sama lain sesame
perawat atau sebagai kepala ruangan akan mengingatkan jika ada kesalahan.
J. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instukrsi tertulis yang
baku mengenai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan , bagaimana, dan
oleh siapa dilakukan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah
memberlakukan adanya SOP di rumah sakit yang meliputi SOP Profesi, SOP
Pelayanan, dan SOP administrasi. Menurut PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008
penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip yaitu: kemudahan dan kejelasan,
mudah dimengerti dan diterapkan, efisisien dan efektivitas, prosedurnya harus
sederhana dan efektif dalam penerapannya, prosedurnya harus selaras dengan standar
yang lain, bermutu dan dapat diukur, disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan
kualitas pelayanan yang berkembang, berorientasi pada pengguna, dan sesuai dengan
hokum yang berlaku (Stiyawan H, 2018). Pada ruang Paviliun RS Graha Sehat
sudah tersedia SOP baik itu SOP Profesi, SOP pelayanan, maupun SOP administrasi
SOP yang ada masih up to date untuk digunakan.
K. Program 6 Sasaran Keselamatan Pasien
Program sasaran keselamatan pasien telah diatur dalam SNARS (2018) sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi standar akreditasi rumah sakit yang diberlakukan
sejak Januari tahun 2018. Penyusunan sasaran keselamatan pasien pada SNARS
mengacu dari WHO Patient Safety (2007) tentang Nine Life-Saving Patient Safety
Solution yang digunakan juga oleh pemerintah. Tujuan dari sasaran keselamat pasien
ini adalah untuk mendorong rumah sakit agar melakukan perbaikan spesifik pada
keselamatan pasien. Terdapat 6 program sasaran keselamatan pasien yang harus
dipenuhi oleh setiap rumah sakit.

65
1. Sasaran 1: Mengidentifikasi pasien dengan benar
Standar SKP 1 : rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin ketepatan
identifikasi pasien
Elemen Penilaian SKP 1
1) Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien.
2) Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2 identitas dan
tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi pasien dirawat
sesuai dengan regulasi rumah sakit.
3) Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik,
dan terapeutik.
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah,
pengambilan spesimen, dan pemberian diet.
5) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan
intravena, hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik,
dan identifikasi terhadap pasien koma.
Standarnya Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan
terdapat paling sedikit 2 dari 3 bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal
lahir, nomor rekam medik, atau bentuk lainnya (misalnya, nomor induk
kependudukan atau barcode). Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk
identifikasi pasien, proses identifikasi ini dilakukan di semua area layanan rumah
sakit (Tim Penyusun SNARS, 2018).
Di Ruang Paviliun Proses identifikasi pasien dilakukan sejak dari awal pasien
masuk rumah sakit dan akan selalu dikonfirmasi dalam segala proses di rumah
sakit. Semua pasien baru yang masuk telah diberikan gelang identitas dan
ditanyakan namanya saat gelang disematkan. Pasien berjenis kelamin laki-laki
diberikan gelang berwarna biru sedangkan perempuan berwarna pink. Hasil
observasi terkait dengan gelang identitas mayoritas pasien telah menggunakan
gelang sesuai dengan ketentuan. Tidak ada kesalahan warna gelang atau
kesalahan identifikasi pasien di ruang Paviliun. Hanya saja seringkali perawat
melakukan tindakan hanya dengan menyebutkan nama pasien tanpa menanyakan
tanggal lahir dan melakukan identifikasi menggunakan gelang identitas.
2. Sasaran 2: peningkatan komunikasi yang efektif

66
Standar SKP 2: rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses
peningkatan efektivitas komunikasi verbal maupun melalui telpon antar PPA
Standar SKP 2.1 Rumah sakit menerapkan regulasi untuk proses pelaporan hasil
pemeriksaan diagnostic kritis
Standar SKP 2.2 Rumah Sakit menetapkan dan melaksanakan proses komunikasi
timbang terima (hand over)
Elemen Penilaian SKP.2
1) Ada regulasi tentang komunikasi efektif antar profesional pemberi asuhan.
2) Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antarprofesional pemberi asuhan.
3) Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh
penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan.
4) Penyampaian hasil pemeriksaaan diagnostik secara verbal ditulis lengkap,
dibaca ulang, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara lengkap.
Elemen Penilaian SKP.2.1
1) Rumah sakit menetapkan besaran nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan
hasil diagnostik kritis.
2) Rumah sakit menetapkan siapa yang harus melaporkan dan siapa yang harus
menerima nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan dicatat di rekam medis
Elemen Penilaian SKP.2.2
1) Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan di antara
profesional pemberi asuhan pada waktu dilakukan timbang terima pasien
(hand over).
2) Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung proses timbang terima
pasien bila mungkin melibatkan pasien. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang
catatan komunikasi yang terjadi waktu timbang terima pasien untuk
memperbaiki proses.
Sistem komunikasi di ruang Paviliun sudah dilakukan dengan SBAR dan
TBAK. Komunikasi lewat telepon sudah dilakukan secara SBAR dan TBAK,
kemudian untuk SOP komunikasi melalui telepon sudah tertempel di tembok nurse
station yang posisinya dekat dengan telpon sehingga memudahkan perawat untuk
membaca.
Saat melakukan komunikasi dengan dokter melalui telepon, perawat sudah
menyiapkan kertas untuk mencatat semua instruksi dokter dan mengkonfirmasi
ulang apa yang sudah dicatat oleh perawat. Begitu juga saat melakukan komunikasi

67
secara lisan atau visite dokter, jika ada tulisan dokter yang kurang jelas, perawat
mengkonfirmasikan atau menanyakan kembali instruksi yang diberikan oleh
dokter. Perawat juga sudah menjelaskan semua prosedur pelayanan kesehatan
mulai dari saat pasien masuk ruangan, pemeriksaan, diagnosis, rujukan dan saat
pasien keluar rumah sakit. Setiap akan melakukan proses tindakan keperawatan
sudah meminta persetujuan atau informed concent baik secara lisan atau pada
tindakan tertentu secara tertulis. Dalam proses timbang terima pasien perangkat
yang ada pada rung tulip juga sudah lengkap meliputi CAP timbang terima,
formulir alih ruang, formulir alih rawat, formulir resume pasien pulang, dan
formulir transportasi.
3. Sasaran 3: peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert
Medication)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat
bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien.
Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas obat risiko tinggi yaitu :
1) Obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan kematian atau
kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik
2) Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama
(look alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau
hydralazine dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip
(NORUM)
3) Elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau
lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar
dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan
magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih
Elemen Penilaian SKP. 3
1) Ada regulasi tentang penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan, dan
penggunaan obat yang perlu diwaspadai.
2) Rumah sakit mengimplementasikan regulasi yang telah dibuat.
3) Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu diwaspadai yang disusun
berdasar atas data spesifik sesuai dengan regulasi.
4) Tempat penyimpanan, pelabelan, dan penyimpanan obat yang perlu
diwaspadai termasuk obat NORUM diatur di tempat aman.
Elemen Penilaian SKP.3.1

68
1) Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mencegah
kekurang hati-hatian dalam mengelola elektrolit konsentrat.
2) Elektrolit konsentrat hanya tersedia di unit kerja/instalasi farmasi atau depo
farmasi.
Di Ruang Paviliun obat-obatan high alert diletakkan pada ruangan dan lemari
khusus dan sudah disesuikan dengan kamar pasien pada label obat dituliskan
nama, tanggal lahir, dan dosis yang harus diberikan. Dalam ruangan terebut juga
terdapat lembar pengisian form untuk pengambilan obat emergency. Sebagian
besar perawat telah menerapkan keamanan obat dan Cairan. Penerapan delapan
benar dalam menunjang keselamatan pasien yaitu: benar pasien, benar obat, benar
dosis, benar waktu, benar cara atau route pemberian, benar dokumentasi, benar
informasi, dan benar pengkajian juga sudah diterapkan. Pada saat peberian obat
high alert perawat juga sudah melakukan double check
4. Sasaran 4: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Rumah sakit harus menentukan area-area di dalam rumah sakit yang
melakukan tindakan bedah dan prosedur invasive dan menetapkan prosedur yang
seragam yang meliputi beri tanda ditempat operasi, lakukan verifikasi pra operasi,
dan melakukan time out sebelum insisi kulit.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Ruang pavilion sebelumnya
belum ada insiden terkait salah pasien operasi atau salah tindakan operasi, perawat
selalu mengikuti prosedur pasien operasi dengan baik.
5. Sasaran 5: pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Standar SKP 5: Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan
melaksanakan evidencebased hand hygiene guidelines untuk menurunkan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian SKP.5
1) Ada regulasi tentang pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) yang
mengacu pada standar WHO terkini.
2) Rumah sakit melaksanakan program kebersihan tangan (hand hygiene) di
seluruh rumah sakit sesuai dengan regulasi.
3) Staf rumah sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur.
4) Ada bukti staf melaksanakan lima saat cuci tangan.
5) Prosedur disinfeksi di rumah sakit dilakukan sesuai dengan regulasi

69
6) Ada bukti rumah sakit melaksanakan evaluasi terhadap upaya menurunkan
angka infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Di Rumah sakit Graha Sehat khususnya di ruang Paviliun mengadopsi
pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum
dari WHO Guidelines on Patient Safety. Sebagian besar perawat telah
menerapkan tindakan untuk mengurangi infeksi dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, mendisinfeksi bagian tubuh yang
akan dirawat luka, memakai alat-alat yang sudah disterilkan, namun dalam hal ini
beberapa perawat masih belum memiliki kesadaran penuh dalam memakai sarung
tangan saat melakukan tindakan seperti memasang dan melepas infus. Didepan
tiap kamar pasien juga sudah terdapat desinfektan. Hal ini menunjukkan
kepedulian yang tinggi untuk mencegah infeksi yang ada di rumah sakit karena
tingginya angka infeksi ini akan memicu terjadinya ketidakpuasan yang dirasakan
oleh pasien sebagai konsumen rumah sakit.
Implementasi penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs tersedia pada titik-
titik pelayanan namun ketika habis petugas tidak segera melakukan isi ulang
karena proses pengadaan barang di Rumah Sakit Graha Sehat memerlukan waktu
yang lama. Perawat pelaksana harus mengisi formulir pengadaan barang yang
harus ditanda tangani oleh kepala ruang, setelah itu kepala ruang harus meminta
tanda tangan kepala pendendalian dan pencegahan infeksi di rumah sakit. Di
ruang Paviliun tersedia wastafel yang terdapat di nurse station dan untuk alat
pengering tangan di ruang paviliun menggunakan tisu handuk.
6. Sasaran 6: Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh
Standar SKP.6 Rumah sakit melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat
pasien jatuh.
Elemen Penilaian SKP.6
1) Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera karena jatuh.
2) Rumah sakit melaksanakan suatu proses asesmen terhadap semua pasien rawat
inap dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, dan lokasi terindikasi berisiko
tinggi jatuh sesuai dengan regulasi.
3) Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen
ulang dari pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan teridentifikasi
risiko jatuh.

70
4) Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien dari
situasi dan lokasi yang menyebabkan pasien jatuh.
Di ruang paviliun hampir semua perawat telah menerapkan usaha pencegahan
jatuh dengan menaikkan pengaman atau pembatas tempat tidur. Pemasangan
pengaman tempat tidur sangat penting disediakan terutama pada pasien dengan
kesadaran menurun dan gangguan mobilitas. Perawat juga sudah meletakkan bel
di dekat pasien dan menganjurkan pasien untuk menggunakan bel bila
memerlukan bantuan, supaya tidak terjadi hal-hal tidak terduga yang
mengakibatkan pasien jatuh atau membuat cidera baru. Selain itu, perawat
memberikan tanda atau etiket atau label pada tangan pasien dan tanda segitiga
berwarna kuning yang di letakkan di sisi tempat tidur untuk pasien risiko jatuh,
namun dalam hal ini beberapa pasien dan keluarga masih sering menurunkan
pengaman yang terdapat disisi tempat tidur, hal tersebut dilakukan saat ada
pengunjung yang datang untuk menjenguk dan setelah pengunjung pulang
pengaman tidak dipasang kembali, tetapi selama 1 tahun terakhir ini belum ada
laporan kasus pasien jatuh di ruang tulip hal tersebut dikarenakan perawat selaku
melakukan pengkajian ulang resiko jatuh pada pasien.

5. Sumber keuangan (MONEY/M4)


Kajian teori
Sesuai dengan ketentuan umum PP No 6 tahun 2000 per jam adalah badan usaha milik
negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam UU no 9 tahun 1969 dimana seluruh
modalnya oleh pemerintah dan merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan serta tidak
terbagi atas saham-saham , jadi rumah sakit perjam tetap merupakan aset dari depkes.
Pengelolaan RS perjam oleh direksi serta dibentuk dan pengawan untuk melakukan
pengawasan (djoyo sugito, 2002).
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan , baik medis
maupun non medis dalam kaitan tersebut agar pelayanan rumah sakit dapat berjalan
seoptimal mungkin dan dapat diraskan oleh masyarakt maka untuk itu , rumah sakit
perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis, no medis atau jasa pemborongan. :
1. Daftar isian proyek pemerintah pusat dari anggaran pendapatan belanja negara
(APBN)
2. Daftar isian kegiatan dari anggaran pendapatan belnja negara
3. Pendapatan fugsional dari pendapatan pelayanan rumah sakit

71
Sumberdana rumah sakit yaitu:
1) Sistem yang digunakan dalam sumber keuangan
Sistem keuangan Ruang Paviliun RS Graha Sehat terpusat pada keuangan rumah
sakit. Sumber utama pendanaan rumah sakit berasal dari APBN dan APBD. Tidak ada
pengeloaan uang secara langsung di Ruang Paviliun.Administrasi bertugas merinci dan
checklist terkait dengan tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan dalam pemberian
asuhan. Pengisian checklist dan rincian tindakan keperawatan dilakukan secara online,
sehingga dari bidang keuangan rumah sakit langsung bisa mengetahui terkait halitu.
Prosedur pembayaran pasien pulang yaitu setelah mendapat rincian pembiayaan dari
administrasi ruangan, keluarga pasien bisa lagsung melakukan pembiayaan di kasir
rumah sakit. Waktu penyerahan lembar rinciaan pembiayaan, administrasi atau perawat
menjelaskan kepada keluarga pasien terkait prosedur pembiayaan ataupun prosedur
yang harus dilakukan keluarga pasien sebelum pasien pulang. Hal ini terjadi pada setiap
ruangan, semua keuangan yang ada di RS Graha Sehat di kelolamen jadi satu oleh
bagian bidang keuangan rumah sakit.Akan tetapi, dengan adanya sistem ini keluarga
atau pasien tidak dapat menyelesaikan admisnistrasi pasien pulang dalam sekali waktu
karena harus melengkapi prosedur baik di ruangan maupun di kasir rumah sakit.
Adapun terkait dengan pengadaan barang atau alat kesehatan disentralisasi oleh
rumah sakit. Sehingga ruangan tidak dapat melakukan pengadaan barang secaraman
diri. Apabila ruangan ingin mengadakan alat atau barang, maka ruangan mengajukan
kebagian pengadaan barang. Rumah sakit ini juga bekerjasama dengan pihak lain yaitu
BPJS, SPM, DinasSosial, dan lain sebagainya. Apabilapasien yang memiliki atau
terdaftar dalam salah satu pihak yang telah bekerjasama dengan rumah sakit, maka
pasien tersebut tidak perlu melakukan pembiayaan secara langsung karena sudah dalam
pembiayaan pihak tersebut.
RS Graha Sehat dapat mendanai semua pegawai yang didelegasikan untuk
mengikuti pelatihan ataupun seminar, tetapi dengan melalui prosedur yang sudah
ditentukan oleh rumah sakit.Salah satu contohnya pelatihan atau seminar yang diikuti
oleh perawat. Adapun prosedurnya yaitu perawat mengajukan permohonan terkait
pembiayaan pelatihan atau seminar kepada bagian bidang keuangan dengan persetujuan
kepala ruang, kepala instalasi rawat inap, dan direktur rumah sakit.Apabila dari semua
pihak sudah menyetujui pembiayaan seminar atau pelatihan didanai oleh pihak rumah
sakit, apabila tidak disetujui pembiayaan ditanggung pribadi.

72
Ruang Paviliun memiliki uang kas yang bersumber dari iuran rutin karyawan di
ruang paviliun. Uang kas tersebut digunakan untuk kepentingan bersama di ruang
Paviliun seperti menjenguk karyawan ruang paviliun yang sedang sakit dan berlibur
bersama seluruh karyawan ruang Paviliun.

6. Pemasaran bangsal (Market/M5)


kajian teori
Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu
dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai Ekonomi itu sendiri menentukan harga
barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi
,pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara produksi dan
konsumsi. Menurut kotler(1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang
bernilai pihak lain.sedangkan rumah sakit sebagai salah satu penyedia layanan
kesehatan merupakan institusi yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Jumlah rumah sakit yang semakin meningkat membuat setiap rumah sakit
saling bersaing untuk mendapatkan pelanggan.oleh karena itu pemasaran rumah sakit
yang baik akan dapat membantu rumah sakit untuk terus bertahan dalam persaingan
dan berkembang menjadi lebih baik .keluarnya premenkes no80/menkes/per/1ii/90
yang menyatakan bahwa badan hukum termasuk perorangan di perkenankan memiliki
dan mengelola rumah sakit dengan sifat profit oriented, membuat rumah sakit sadar
untuk menerapkan manajemen pemasaran yang modern dengan melaksanakan proses
pemasaran yang baik, termasuk promosi yang termasuk kedalam bauran pemasaran.
Artinya,rumah sakit akan melakukan berbagai upaya promosi dalam rangka menarik
minat konsoling sebanyak banyaknya.
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pemikiran, penetapan
harga,promosi , serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memuaskan tujuan -tujuan individu dan organisasi(cottlete.1997) .
Promosi dapat dilakukan berbagai cara salah satunya adalah iklan. Namun
bolehkan rumah sakit beriklan? Selama ini pengelola rumah sakit ,baik pemerintah
maupun swasta berpedoman dan meyakini bahwa rumah sakit tidak boleh
beriklan.banyak alasan yang ditemukan antara lain tidak etis rumah sakit

73
mengharapkan kesakitan dari pasien untuk tersebut datang kerumah sakit yang
mereka kelola. Namun ketika ruaha sakit memutuskan untuk beriklan, rumah saikit
harus benar benar siap. Jika tidak, mereka akan berhadapan dengan undang undang
perlindungan konsumen seperti yang dialami rs, hiffokaruavhi yang pernah memiliki
pengalamna tidak menyenangkan saaat mereka berusaha melakukan promosi di media
masa. Saat pembukaan RS berupaya untuk menarik minat pelnggan dengan
memasangkan iklan pemberitahuan dan informasi sebanyak sethngah halangan
disalah satu media cetak , pada iklan tersebut dicntumkan mengenai fasilitas
kesehatan dan tenaga mdis yang dimiliki oleh tersebut. Tetapi ternyta iklan tersebut
mendapat sambutan yang tidak menyenangkan dari anggota DPR karena dinilai tidak
etis. Dengan adanya kejadian ini, rumah sakit lainnya berfikir 2 kali untuk
mengiklankan rumah sakit mereka karena takut akan menjadi masalah denagn
anggota dewan.

a. Jumlah rata-rata pasien/hari, di Ruang Tulip Bulan agustus 2020 minggu pertama.
Jumlah rata-rata pasien/hari di Ruang Paviliun sejumlah 4 pasien, dan memiliki
sisa 2 bed.
Tabel Jumlah Pasien tahun 2020 di Ruang Paviliun RS Graha Sehat
No Hari Jumlah Pasien
1 Senin 4
2 Selasa 4
3 Rabu 4

jumlah pasien dalam 3 hari jumlah px


4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
senin selasa rabu

jumlah pasien dalam 3 hari jumlah px

74
Gambar Diagram Data Pasien MRS pada bulan Agustus 2020 dalam 3 hari di minggu
pertama.
Jumlah rata-rata pasien MRS di Ruang Paviliun pada bulan agustus setiap harinya yaitu 4
pasien/hari. Pasien di Ruang Paviliun memiliki sisa 2 bed setiap harinya.
b. BOR di Ruang paviliun pada bulan Agustus 2020 di minggu pertama
Tabel BOR di Ruang Tulip bulan Juni di minggu pertama
Kriteria Hari
Senin Selasa Rabu
BOR % 100% 100% 100%
Standar 60%- 60%- 60%-
ideal 85% 85% 85%
BOR
*standar Depkes RI, 2005

Cara Perhitungan BOR, ALOS, TOI


1) BOR (Bed Ocupancy Ratio)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡


x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

Jumlah hari perawatan: hari 1 pasien yang dirawat sebanyak 4 pasien, hari 2 pasien
yang dirawat sebanyak 4 pasien, hari ke 3 pasien yang dirawat sebanyak 4. Maka
jumlah hari perawatan dari hari 1-3 yaitu 12. Selama 3 hari (periode)

12
BOR = x 100%
6𝑥3

12
= x 100% = 66.6%
18

Tabel diatas menunjukkan hasil dari perhitungan BOR di Ruang Paviliun RS Graha
Sehat pada Bulan Agustus 2020 per hari. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa hari senin
sebanyak 66.6%, hari selasa sebanyak 66.6%, hari rabu sebanyak 66.6%. Data dari hasil
pengkajian dan perhitungan tersebut menunjukkan nilai BOR dari hari senin sampai rabu di
minggu pertama pada bulan agustus 2020 berada dalam kriteria standar Depkes RI tahun

75
2005. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di Ruang paviliun dilakukan
dengan efektif dan menunjukkan strategi marketing berjalan dengan baik sehingga minat
yang ditunjukkan dalam melakukan kunjungan ulang yang standart.

c. Tingkat Kepuasan Perawat


Ruang Paviliun di Rumah sakit Graha Sehat belum pernah melakukan penilaian
mengenai kepuasan perawat yang berada di ruangan.
d. Petunjuk ruang atau tempat di Ruang paviliun
Terdapat petunjuk arah ke Ruang paviliun yang terpasang disetiap jalur rumah
sakit. Papan nama Ruang paviliun telah terpasang disetiap pintu masuk ruangan.
Tidak ada petunjuk pintu evaluasi yang terpasang pada dinding Ruang paviliun.
e. Official Website Ruang Paviliun
Ruang paviliun merupakan ruang VIP, namun tidak memiliki Website yang di
khususkan untuk ruangan tersebut, hanya ada Website rumah sakit graham sehat
keseluruhan.
f. Analisis masalah bagian market
Berdasarkan data yang didapat pada pengkajian di Ruang paviliun menunjukkan
hasil sebagai berikut:
1) Jumlah rata-rata pasien yang dirawat di Ruang paviliun pada tahun 2020 sebanyak
4 pasien/hari.
2) Nilai rata-rata BOR dan ALOS yaitu sudah sesuai dengan standar dari Depkes RI
tahun 2005
3) Ruang Paviliun belum pernah melakukan penilaian kepuasan pada perawat
diruangan
4) Petunjuk arah menuju Ruang Paviliun telah terpasang dimasing-masing ruas jalur
rumah sakit serta papan nama Ruang paviliun telah ada di pintu masuk ruang
paviliun Pentunjuk arah pintu evakuasi belum terpasang di ruang paviliun.
5) Ruang paviliun Rumah Sakit Graha Sehat tidak memiliki Official website

76
2.1.2 Analisis SWOT
ANALISA SWOT M1 (Man)
Analisa SWOT Bobot Rating Rating x Bobot
Faktor Internal (IFAS) IFAS
Stregth = S-W
1. Sudah ada SOP masing- 0,10 3 030 = 3,00-2,1
masing untuk petugas = 0,9
ruangan sesuai jabatan
2. Terdapat struktur organisasi 0,20 3 0,60
3. Adanya perawat yang 0,25 3 0,75
mengikuti pelatihan-
pelatihan
4. Hubungan antar perawat 0,20 3 0,60
juga terjalin dengan baik.
5. Terdapat komunikasi 0,25 3 0,75
terapeautik antara tenaga
kesehatan dengan pasien

TOTAL 1 3,00
Weakness
1. Perawat belum sesuai 0,10 3 0,3
menurut IPNI 2016
2. Perawat blum ada yang 0,4 3 1,2
mengikuti pelatihan MAKP
3. Tenaga perawat shif siang 0,10 3 0,3
dan malam masing–masing
hanya berjumlah 2 orang
sehingga tidak sebanding
dengan jumlah pasien
dirawat
4. Beban kerja perawat tinggi 0,10 3 0,3
TOTAL 0,7 12 2,1
Faktor Eksternal (EFAS) EFAS
= O-T
Opportunity = 3,25-2,60
1. Adanya Asper yang 0,45 3 1,35 = 0,65
membantu pekerjaan
perawat ruangan
2. Beberapa perawat 0,30 3 0,90
mempunyai kemauan untuk
melanjutkan ke jenjang lebih
tinggi
3. Adanya perawat 0,25 4 1,00
magang/orientasi
TOTAL 1 3,25
Theatred
1. Ada tuntutan tinggi dari 0,25 3 0,75
masyarakat untuk pelayanan

77
yang lebih profesional
2. Makin tinnginya kesadaran 0,35 3 1,05
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
3. Adanya persaingan dengan 0,15 2 0,30
rumah sakit lain
4. Adanya pertanggungjawaban 0,25 2 0,50
legalitas bagi pasien
TOTAL 1 2,60

ANALISIS SWOT M2
No. ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING
M2 (Sarana dan1.Prasarana )
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1. Tersedianya gedung dan peralatan 0,2 2 0,4 S-W
medis yang sudah cukup sesuai 2,8-4,3= -
standart. 1,5
2. Nurse station terletak di daerah
yang strategis 0,1 2 0,2
3. Adanya kamar mandi di setiap
ruangan 0,2 3 0,6
4. Tersedia televisi di setiap ruangan
yang bisa digunakan 0,2 3 0,6
5. Tersedia AC di setiap ruangan
6. Adanya ventilasi udara di setiap
ruangan 0,1 3 0, 3
7. Tersedia tempat sampah medis
dan non medis 0,1 4 0,4

0,1 3 0,3
TOTAL 1 2,8
WEAKNESS 0,3 2 0,6
1. Ketidak disiplinan pengunjung
terhadap peraturan ruangan
2. Tidak tersedianya alat EKG
3. Tidak tersedia safety box untuk 0,9 3 2,7
pembuangan benda tajam 2
4. Tidak ada ruang khusus/ ruang 0,2 0,4
tindakan
5. Ada beberapa peralatan di 2
ruangan yang jumlahnya masih 0,1 0,2
perlu ditambah sesuai dengan 2
kebutuhan ruangan 0, 1 0,2
6. Terbatasnya tissue di tempat cuci
tangan

2
0, 1 0,2

78
TOTAL 1,7 13 4,3
EKSTERNAL FACTOR (EFAS) O-T
OPPURTUNITY 2,3 -2 =
1. Adanya kesempatan untuk 0,4 2 0,8 0,3
menambah alat yang kurang.
2. Adanya kerjasama antara rumah
sakit dan pihak luar yang dapat 0,3 2 0,6
menyediakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
3. Kebijakan pemerintah untuk
menambah sarana dan prasarana
di rumah sakit.
0, 3 3 0,9

Total 1 2,3
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat yang 0,4 2 0,8
tinggi terhadap pelayanan
kesehatan sehingga memerlukan
peralatan yang memadai .
2. Pasien rawat inap di ruang
PAVILLIUN masih sering
komplain dengan tingkat 0,6 2 1,2
kebersihan wastafel ruangan.

Total 1 2
ANALISIS SWOT M3
No. Unsur Manajemen Bobot Rating Bobot x
Rating
INTERNAL FACTOR (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
1 Sudah memiliki visi, misi, dan
motto sebagai acuan untuk 0,09 5 0,45
memberikan layanan kesehatan
2 Proses timbang terima dilakukan
diruangan perawat dan validasi 0,06 4 0,24
ke bed pasien.
3 Pelaksanaan timbang terima
menggunakan SBAR dan ada S-W=
0,06 3 0,18
buku untuk pendokumentasian 4,09-6,2
hasil timbang terima. = -2,11
4 terdapat feedback dari supervisor
untuk setiap tindakannya guna
untuk memberikan
0,02 3 0,06
pengharagaan kepada tim atau
perawat yang sudah melakukan
tugas dengan baik.
5 Kegiatan discharge planning
0,06 4 0,24
tersusun secara baik karena

79
adanya SOP dan adanya lembar
discharge planning.
6 Pemberian obat menggunakan
0,06 4 0,24
dosis one day one dose
7 Proses penyimpanan obat yang
telah diberikan dilakukan
dengan baik karena sudah
diletakkan di lemari obat disertai
dengan nama pasien. Obat yang
0,06 5 0,3
diterima dicatat dan disusun di
lemari obat dilakukan oleh
perawat. Satu kotak pasien berisi
obat oral maupun obat intravena
sesuai dengan kebutuhan pasien
8 Dokumentasi asuhan
keperawatan dilakukan dengan 0,02 5 0,1
manual dan digital
9 Menggunakan pedoman SAK
yang terupdate. Yaitu SDKI, 0,06 4 0,24
SLKI, dan SIKI.
10 Tersedia SOP baik itu SOP
Profesi, SOP pelayanan, maupun
SOP administrasi SOP yang ada 0,06 4 0,24
masih up to date untuk
digunakan.
11 Gelang identitas pasien sudah
terpasang sesuai prosedur
sehingga tidak ada kesalahan
0,09 5 0,45
warna gelang atau kesalahan
identifikasi pasien di ruang
pavilion
12 Sistem komunikasi di ruang
Paviliun sudah dilakukan dengan 0,09 4 0,36
SBAR dan TBAK
13 Obat-obatan high alert
0,09 4 0,36
diletakkan pada lemari khusus
14 belum ada insiden terkait salah
pasien operasi atau salah 0,09 3 0,27
tindakan operasi
15 perawat memberikan tanda atau
etiket atau label pada tangan
pasien dan tanda segitiga
0,09 4 0,36
berwarna kuning yang di
letakkan di sisi tempat tidur
untuk pasien risiko jatuh
1 61 4,09
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Terdapat peran ganda dalam
0,6 2 1,2
pelaksanaan tugas
2 Penerapan MAKP kurang 0,08 2 0,16

80
optimal
3 Pelaksanaan pre dan post
conference belum dilakukan 0,12 1 0,12
sebagaimana mestinya
4 Pelaksanaan timbang terima
terkait pembahasan 0,08 2 0,16
keperawatannya kurang optimal.
5 Supervise belum dilaksanakan
0,9 3 2,7
dengan optimal
6 Ronde keperawatan belum
0,5 3 1,5
dilaksanakan dengan optimal
7 Diskusi refleksi kasus belum
0,12 1 0,12
dilaksanakan dengan optimal
8 Pendokumentasian askep masih
belum begitu benar karena 0,08 2 0,16
memakai panduan baru.
9 five moment dan penggunaan
0,08 2 0,16
APD belum maksimal
10 Pengoplosan obat dilakukan oleh
0,08 1 0,08
perawat bukan petugas farmasi
Total 1 15 6,2
EXTERNAL FACTOR (EFAS)
OPPORTUNITY (PELUANG)
1 RS Graha Sehat merupakan
rumah sakit yang dipercaya 0,2 2 0,4
rakyat atas pelayanannya.
3 Adanya program pelatihan untuk
perawat yang mempunyai 0,3 2 0,6
kesempatan.
4 Adanya kerjasama dengan
O-T= 1-
rumah sakit terakreditasi A 0,4 2 0,8
1,8
untuk program pelatihan.
= -0,8
Total 1 13 1
THREAT (ANCAMAN)
1 Terdapat RS lain yang lebih
lengkap, besar dan lebih bagus
0,6 3 1,8
akreditasinya pada jarak kurang
dari 1 KM.
2 Terdapat kritik terkait obat yang
0,4 2 0,8
telat dan lama.
Total 1 5 2,6

81
M4 (MONEY)
NO ANALISIS SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1) Pengisian checklist dan rincian pemberian asuhan yang 0,25 5 1,25
dilakukan secara online
2) Adanya pihak administrasi 0,15 4 0,60
3) Sistem keuangan dilakukan secara sentral di bidang 0,20 4 0,80
keuangan RS yang bertujuan untuk meminimalisir beban s-w=
kerja diruangan 4,1-3,5=
4) Sedangkan pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS, 0,15 4 0,60 0,6
dan biaya sendiri. Biaya Perawatan yang berlaku saat ini
sesuai kelas perawatan.
5) Tiap perawat memperolehpendapatan dari rumah sakit 0,15 3 0,45
berupa lauk pauk
6) Untuk tarif seperti dokter, makanan perawat, HR perawat 0,10 4 0,40
maupun dokter sudah terencana sesuai dengan tarif yang
ditentukan rumah sakit.
1 4,1
TOTAL

WEAKNESS 0,5 4 2,0


1) Adanya ketidaksesuaian intensif perawat yang diterima
2) Pengadaan barang ruangan tidak dapat diterima secara 0,5 3 1,5
langsung

TOTAL 1 3,5

b. EkternalFaktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1) Pengeluaran sebagian besar dibiayai oleh institusi
2) Adanya kesempatan untuk menggunakan konsumsi 0,45 5 2,25 o-p=
medis sehingga menghemat pengeluaran 0,35 4 1,4 4,45 – 4
3) Rumah sakit bekerja samadengan bpjs = 0,45
0,20 4 0,8
TOTAL
1 4,45
TREATHENED
1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari pasien dan
keluarga untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik 1 4 4
dengan biaya yang dikeluarkan

TOTAL
1 4

82
ANALISIS SWOT M5
UNSUR MANAJEMEN BOBOT RATING BOBOT X RATING
Internal factor (Ifas)
Strength (kekuatan)
1. Petunjuk ruangan 0,3 1 0,3
paviliun telah tersedia
2. BOR Ruang paviliun 0,4 2 0,8
sesuai dengan standar
Depkes RI
3. Terdapat petunjuk jalur 0,2 2 0,4
evakuasi yang terpasang
di dinding
4. Memiliki 1 kotak saran 0,1 1 0,1
(S-W)
untuk pasien
3,1 – 1,7=
5. Merupakan satusatunya 0,4 3 1.5
1,4
ruang rawat inap
VIP/VVIP
Total 1.4 9 3,1
Weakness (kelemahan)
1. Tidak dilakukan penilaian 0,2 1 0,2
kepuasan perawat
2. Tidak memiliki website 0,5 3 1,5
ruangan
Total 0,7 4 1,7
External factor (Efas)
Opportunity (peluang)
1. Bekerja sama dengan 0,3 2 2,4
perusahaan asuransi
seperti BPJSdan
jasaraharja
2. Memiliki wibsite rumah 0,3 2 0,6
sakit
3. Memikiki akun media 0,3 1 0,3 (O-T)
sosial rumah sakit graha 3,5-3,6= -0,1
Total 1,1 7 3,5
Treathed (ancaman)
1. Adanya rumah sakit lain 0,9 4 3,6
yang menjadi pesaing
Total 0,9 4 3,6

83
DIAGRAM LAYANG

Berdasarkan diagram diatas menujukkan bahwa penilaian Ruan Paviliun RS


Graha sehat pada M1 Berada di kuadrant 1 Hal ini berarti Ruang paviliun RS Graha
Sehat memiiki kekuatan sekaligus peluang yang bagus dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan, M2 berada di kuadrant 4 Hal ini berarti Ruang paviliun RS
Graha Sehat memiiki kekuatan yang tinggi dan memiliki ancaman yang tinggi
sehingga bisa mengatasi ancaman dengan mengandalkan kekuatan yang ada, M3
berada di kuadrant 3 Hal ini berarti Ruang paviliun RS Graha Sehat memiiki
kelemahan dan ancaman yang tinggi sehingga di perlukan penyelesaian masalah, M4
Berada di kuadrant 1 Hal ini berarti Ruang paviliun RS Graha Sehat memiiki
kekuatan sekaligus peluang yang bagus dalam meningkatkan pelayanan keperawatan,
M5 berada di kuadrant 4 Hal ini berarti Ruang paviliun RS Graha Sehat memiiki
kekuatan yang tinggi dan memiliki ancaman yang tinggi sehingga bisa mengatasi
ancaman dengan mengandalkan kekuatan yang ada.

84
2.2 Identifikasi Masalah
Daftar Masalah
No Masalah
Ketenagaan (Man/M1)
1 Perawat belum sesuai menurut IPNI 2016
2 Perawat blum ada yang mengikuti pelatihan MAKP
3 Tenaga perawat shif siang dan malam masing–masing hanya
berjumlah 2 orang sehingga tidak sebanding dengan jumlah pasien
dirawat
4 Beban kerja perawat tinggi
Sarana dan Prasarana (Material/M2)
1. Ketidak disiplinan pengunjung terhadap peraturan ruangan

2. Tidak tersedianya alat EKG

3. Tidak tersedia safety box untuk pembuangan benda tajam

4. Tidak ada ruang khusus/ ruang tindakan

5 Terbatasnya tissue di tempat cuci tangan

6. Ada beberapa peralatan di ruangan yang jumlahnya masih perlu


ditambah sesuai dengan kebutuhan ruangan

Metode (Methods/M3)
7. Timbang terima belum tersturuktur dan tidak berjalan maksimal
karena serangkaian proses timbang terima dimulai pada saat jumlah
perawat belum lengkap atau terlambat datang sehingga tidak
mendapatkan informasi secara menyeluruh.
8 Belum pernah dilakukan DRK karena beban kerja perawat yang
berlebihan sehingga membuat motivasi perawat kurang dalam
melaksanakan DRK
9 Tidak mempunyai SOP discharge planning
10 Dokumentasi menggunakan manual
11 Pengembalian obat pada pasien pulang dari ruangan ke farmasi masih
sering terlambat sehingga menghambat pemulangan pasien
12 Kurangnya kesadaran dari pasien dan pengunjung terkait dengan
resiko jatuh pada pasien karena kurangnya sosialisasi dari perawat
13 Hand hygiene five moment dan penggunaan APD belum maksimal
14 Sedikit sekali SOP dan tindakan medis atau keperawatan yang belum
up to date untuk digunakan
15 Pengoplosan obat dilakukan oleh perawat bukan petugas farmasi
16 Belum terlaksananya tugas farmasi dengan baik
16 RS lain yang sudah mulai menggunakan model dokumentasi
elektronik sehingga membuat layanan yang diberikan lebih baik
Sumber Keuangan (Money/M4)
Waktu penyelesaian adminidtasi pasien pulang tidak dapat dilakukan
18 sekali waktu

85
Pengadaan barang ruangan tidak dapat diterima secara langsung

Pemasaran Bangsal (Market/M5)


19 Tidak dilakukan penilaian kepuasan perawat
20 Adanya rumah sakit lain yang menjadi pesaing

Tidak memiliki website ruangan

Penampisan Prioritas Masalah


Tabel 2.2 Penampisan Prioritas Masalah

No Prioritas masalah M S V C Jumlah prioritas


1 Perawat belum sesuai 3 2 2 2 9 10
menurut IPNI 2016

2 Perawat blum ada yang 3 3 2 1 9 9


mengikuti pelatihan
MAKP
3 Tenaga perawat shif siang 3 2 1 1 7 17
dan malam masing–
masing hanya berjumlah 2
orang sehingga tidak
sebanding dengan jumlah
pasien dirawat
4 Beban kerja perawat 2 2 1 1 6 24
tinggi
5. Ketidak disiplinan 2 2 1 1 6 23
pengunjung terhadap
peraturan ruangan

6 Tidak tersedianya alat 3 2 1 1 7 16


EKG

7 Tidak tersedia safety box 5 5 4 3 17 4


untuk pembuangan benda
tajam

8 Tidak ada ruang khusus/ 3 3 1 1 8 12


ruang tindakan

9 Terbatasnya tissue di 2 2 2 2 8 11
tempat cuci tangan

86
10 Ada beberapa peralatan di 2 2 1 1 6 22
ruangan yang jumlahnya
masih perlu ditambah
sesuai dengan kebutuhan
ruangan

11 Terdapat peran ganda 5 4 5 3 17 3


dalam pelaksanaan tugas
12 Penerapan MAKP kurang 5 5 4 3 17 6
optimal
13 Pelaksanaan pre dan post 2 2 1 1 6 21
conference belum di
lakuakan sebagaimana
mestinya
14 Pelaksanaan timbang 3 3 2 2 10 7
terima terkait pembahasan
keperawatannya kurang
optimal
15 Supervisi belum 5 5 5 4 19 1
dilaksanakan dengan
optimal
16 Ronde keperawatan 5 5 4 4 18 2
belum dilaksanakan
dengan optimal
17 Diskusi refleksi kasus 2 1 1 1 5 25
belum dilaksanakan
secara optimal
18 Pedokumentasian askep 2 2 2 1 7 15
masih belum begitu benar
karena memakai panduan
baru
19 Five moment dan 2 2 2 1 7 14
penggunaan APD belum
maksimal
20 Pengoplosan obat 3 1 1 1 6 18
dilakukan oleh perawat
bukan petugas farmasi
22 Waktu penyelesaian 2 2 1 1 6 19
adminidtasi pasien pulang
tidak dapat dilakukan
sekali waktu

23 Pengadaan barang 2 2 1 1 6 20
ruangan tidak dapat
diterima secara langsung
24 Tidak dilakukan penilaian 3 2 1 1 7 13
kepuasan perawat
25 Adanya rumah sakit lain 5 4 4 3 17 5
yang menjadi pesaing

87
26 Tidak memiliki website 4 4 1 1 10 8
ruangan

Keterangan:
- Magnitude (M) : berapa banyak orang yang terkena dampak masalah tersebut
- Severity (S) : Besarnya Kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case
fatality dari masing- masing
- Vulnerebility (V) : menunjukkan sejauh mana masalah tersebut
- Community an Political Concern (C) : menunjukkan sejauh mana masalah tersebut
menjadi concern atau kegusaran orang dan para pemangku kebijakan
- Affordability (A) : menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia untuk mengatasi
masalah tersebut
Adapun skor penilaian yang digunakan adalah:
1: tidak ada 4: banyak
2: kurang 5: sangat banyak
3: cukup
Berdasarkan penampisan prioritas masalah, maka diperoleh masalah-masalah yang
menjadi prioritas untuk diselesaikan, yaitu:

2.3 Prioritas Masalah


Tabel Prioritas Masalah
No Masalah
1 Supervisi belum dilaksanakan dengan optimal
2 Ronde keperawatan belum dilaksanakan dengan optimal
3 Terdapat peran ganda dalam pelaksanaan tugas
4 Tidak tersedia safety box untuk pembuangan benda tajam
5 Adanya rumah sakit lain yang menjadi pesaing

88
BAB III
PERENCANAAN
Plant Of Action
No. Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Penanggung jawab Waktu
1. Supervise belom 1. Adanya pemantantauan dari 1. Tindakan asuhan Zaifan Shidqi 18 Agustus-19
dilakukan dengan optimal bidang kepelayanan keperawatan Nuvia Ayu Agustus 2020
keperawatan terhadap sesuai dengan
kegiatan supervisi SPO yang sesuai
2. Melakukan supervises dengan peraturan
secara berkala berdsarkan di rumah sakit
uraian tugas dan fungsi masing-masing
masing2 berdasarkan
jadwal yang telah di
sepakati
3. Memberikan reward kepada
perawat kinerja yang
baiksesuai SPO
4. Pemberian bimbingan dan
motivasi serta arahan pada
pekerja yang tidak sesuai
SPO

2. Ronde keperawatan belum 1. Melakukan sosialisasi 1. Terlaksananya Maharani Hariri


di lakukan secara optimal dan mengadakan ronde Ricky Pratama Putra
pelatihan ronde keperawatan
keperawatan tentang secara optimal
ronde keperawatan .
sehingga dapat 2. Kalaborasi
meningkatkan antar tenaga
kemampuan kognitif kesehatan
efektif dan berfikir terjalin dengan

89
kritis terhadap baik
pengaplisian konsep 3. Pasalah klien
teori ke dalam praktek teratasi
keperawatn. dengan
2. Menerapkan tidakan ronde
pelaksanaan ronde keperawatan
keperawatan secara 4. Perawat
teratur sehinnga mampu
mendaptkan kualitas mengpikasika
asuhan dengann n ronde
kalaborasi antar tenaga keperawatn
kesehatan.
3. Bidang keperawatan
atau komite rumahsaki
selalu melakukan
evaluasi terus menerus
pelaksanaa ronde
keperawatan.
3. Terdapat peran ganda 1. Membuka lowongan 1. Beban kerja Isma Warda
dalam pelaksanaan tugas pekerjaan untuk tenaga perawat lebih Vivi Faridah
perawat sesuai AIPNI berkurang
2016
2. Meningkatkan kinerja
perawat dengan
memperhatikan faktor-
faktor penyebab stress
kerja dan berupaya
untuk menguranginya.
3. Mengadakan rekreasi
karyawan bersama
keluarganya sarana
untuk mengenal

90
keluarga dan
mendekatkan hubungan
antara karyawan dengan
keluarganya.
4. Tidak tersedia safety box 1. Melakukan pengajuan 1. Tersedia safty Rizal Elvani
untuk pembuangan benda mengadakan sefty box box setiap Mrvelinda Diah
tajam untuk meminimalisir ruangan
penyebaran penyakit
5. Adanya rumah sakit lain 1. Peningkatan skill 1. Rumah sakit Siti Roufatul
yang menjadi pesaing 2. Peningkatan SDM menjadi Sulaiha
seluruh jajaran rumah unggul dan M. Miftahul Huda
sakit menjadi
3. Penambahan Fasilitas pimpinan
sarana dan prasarana utama
4. Pemberian kompensasi masyarakat.
yang layak pada SDM

91
BAB IV
PELAKSANAAN PROPOSAL ROLEPLAY MANAJEMEN KEPERAWATAN

Pada BAB IV dilakukan pelaksanaan roleplay terkait manajemen keperawatan, yang


meliputi:
1. Penerimaan pasien baru (Proposal Terlampir)
2. Timbang terima (Proposal Terlampir)
3. Discharge planning (Proposal Terlampir)
4. Sentralisasi obat (Proposal Terlampir)
5. Supervise keperawatan (Proposal Terlampir)
6. Ronde keperawatan (Proposal Terlampir)

92
BAB V
EVALUASI
5.1 EVALUASI STRUKTUR
Selama proses menejemen keperawatan di Ruang paviliun Rs Graha Sehat
kelompok 3 membagi tugas. Tugas yang dibagi di anataranya yaitu M1-M5, yaitu M1
ditugaskan kepada Sulaiha dan zaifan sidqi dan Rizal el fany, M2 ditugaskan kepada
Novia ayu dan Marvelinda, M3 ditugaskan kepada Miftahul Huda dan Vivi Farida dan
Riki Pratama, M4 ditugaskan kepada Sofi Puspitasari dan Herlina Amalia p, M5
ditugaskan kepada Maharani, Siti Roufatul Jannah dan Isma Warda. Kemudian kami
menyelesaikan tugas tesebut.
Setelah kami menyelesaikan M1-M5 , kami membagi tugas kembali dari BAB1-
BAB 6. Pembagian BAB 1 ditugaskan Vivi Farida, BAB 2 ditugaskan kepada Isma
Warda dan Herlina Amalia, BAB 3 ditugaskan kepada Nuvia Ayu,Riki dan Zaifan, BAB
4 memiliki beberapa rincian proposal roleplay antara lain yaitu pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pelaksanaan peran ditugaskan kepada vivi farida, supervise
keperawatan dan ronde keperawatan ditugaskan kepada miftahul huda, pelaksanaan
timbang terima dilaksanakan kepada siti roufatul, pelaksanaan setralisasi obat dan
logistic ditugaskan kepada marvelinda, pelaksanaan dekomentasi perawatan ditugaskan
kepada sofi puspitasari, selanjutnya pada BAB 5 yaitu kami mengevaluasi dari seluruh
BAB 1-BAB 4 dan BAB 6 dilakukan kesimpulan dari keseluruhan yang di tugaskan
kepada sulaiha dan maharani.
5.2 EVALUASI PROSES
KEGIATAN KELOMPOK 3
Rabu ,05 Agustus 2020
NO KEGIATAN JAM
1. Melakukan pengkajian di rumah sakit graha sehat di ruang 11.00
paviliun
2. Melakukan diskusi di grup WhatsApp kelompok, membahas 13.00
hasil pengkajian di Rs Graha Sehat WIB

3. Pembagian tugas M1-M5 (Man, Material, Method, Money, 16.00


Market).

Selasa, 11 Agustus 2020


NO KEGIATAN JAM
1. Mengerjakan Analisis SWOT 07.00-
13.00
WIB
2. Melakukan daring bersama pembimbing ibu iin aini isnawaty 11.31-
S,kep, Ners (membahas pengkajian, cara menuliskan dengan 12.00
baik, memaparkan kasus, menganalisis masalah) WIB
3. Melakukan persamaan presepsi dan diskusi bersama satu 14.30-
kelompok terkait revisi daring 15.00
WIB
4. Mengerjakan revisi Pengkajian M1-M5 (setelah kgiatan daring, 15.30
melengkapi sesuai masukan pembimbing ) WIB

93
Rabu, 12 agustus 2020
NO KEGIATAN JAM
1. Mengerjakan Analisis SWOT 07.15-
13.00
WIB
2. Melakukan persamaan presepsi dan diskusi bersama satu 13.00-
kelompok terkait POA 13.30
WIB
4. Melakukam konsultasi melalui Whatshap bersama ibu iin aini 14.27
isnawaty S,kep,Ners
5. Pembagian tugas BAB 2-BAB 6 10.16
WIB

Selasa, 18 Agustus Juni 2020


NO KEGIATAN JAM
1. Melanjutkan mengerjakan POA 07.00-
10.00
WIB
2. Melakukan daring desiminasi awal bersama pembimbing ibu iin 10.05-
aini isnawaty S,kep,Ners 11.20
WIB
3. Melakukan diskusi bersama terkait revisi bersama kelompok 13.30-
14.30
WIB

Rabu, 19 Agustus 2020


NO KEGIATAN JAM
1. Diskusi dengan kelompok terkait revisi tugas melalui WAG 11.05- 16.00
2. Pembuatan video roleplay bersama kelompok 09.00- 15.00
3. Melakukan diskusi skrip video roleplay bersama ibu iin aini
s,kep ners

Kamis,20 Agustus 2020


NO KEGIATAN JAM
1. Melanjutkan pembuatan video roleplay 12.00 – 15.00
2. Diskusi dengan kelompok terkait revisi Proposal manajemen 17.00 - 18.00

Jumaat ,21 agustus 2020


NO KEGIATAN JAM
1. Melanjtkan video roleplay 13.00 - 16.00

Sabtu,22 agustus 2020


NO KEGIATAN JAM

94
1. Mengerjakan perbaikan skrip role play sesuai dngan saran 18.00
dari pembimbing dengan kelompok melalui Whatsapp
Group

Minggu ,23 agustus 2020


NO KEGIATAN JAM
1. Melaksanakan desimininasi akhir di kampus bersama dosen 10.00-
ibu iin aini isnawaty s,kep Ners
Senin,24 agustus 2020
NO KEGIATAN JAM
1. Melakukan edit video roleplay 07.00
2. Melakukan menyatukan file dari BAB1-DAPUS 07.00

5.3 EVALUASI HASIL


Dari hasil pengkajian M1-M5 dapat di simpulkan bahwasannya masalah prioritas yang
dapat diketahui yaitu
1. Supervisi belum dilaksanakan dengan optimal
2. Ronde keperawatan belum dilaksanakan dengan optimal
3. Terdapat peran ganda dalam pelaksanaan tugas
4. Tidak tersedia safety box untuk pembuangan benda tajam
5. Adanya rumah sakit lain yang menjadi pesaing
Sehingga dapat dilakukan rencana dari program kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa
selama praktek profesi manajemen keperawatan di Ruang Paviliun adalah :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu melalui ronde
keperawatan
2. Memotivasi dan mengingatkan perawat untuk memakai APD dan menerapkan SOP
3. Melengkapi kebutuhan alat medis yang dibutuhkan diruangan
4. Melaporkan dan berkoordinasi dengan kepala ruangan bahwa ruang paviliuni
membutuhkan format pengkajian khusus.
5. Mensosialisasikan peningkatan skill dengan diberikannya pelatihan diluar atau
didaam rumah sakit
6. Pengukuran tingkat kepuasan perawat masih belum dilakukan secara spesifik di
ruang paviliun

95
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil praktik profesi manajemen keperawatan di Ruang Paviliun RSUD Graha Sehat
Kabupaten Probolinggo tanggal 05 agustus – 22 agustus 2020, kami dapat menyimpulkan
bahwa secara umum pelaksanaan manjemen keperawatan telah dilaksanakan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dengan dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen secara umum dari
mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi manajemen keperawatan.
Faktor utama dalam keberhasilan pengelolaan ruangan adalah pengelolaan sumber daya
manusia dengan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan unsure pimpinan/kepala
ruangan (Ners) dan pelaksana keperawatan ditunjang dengan adanya Standar Prosedur
Operasional (SPO) Tekhnis Keperawatan dan Standar Prosedur Operasional (SPO)
manajemen keperawatan.
Adapun rencana dari program kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa selama praktek
profesi manajemen keperawatan di Ruang Paviliun adalah :
7. Meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu melalui ronde
keperawatan
8. Memotivasi dan mengingatkan perawat untuk memakai APD dan menerapkan SOP
9. Melengkapi kebutuhan alat medis yang dibutuhkan diruangan
10. Melaporkan dan berkoordinasi dengan kepala ruangan bahwa ruang paviliuni
membutuhkan format pengkajian khusus.
11. Mensosialisasikan peningkatan skill dengan diberikannya pelatihan diluar atau
didaam rumah sakit
12. Pengukuran tingkat kepuasan perawat masih belum dilakukan secara spesifik di
ruang Mawar

B. Saran
Dengan telah selesainya praktik profesi manajemen keperawatan, maka untuk perbaikan
ke depan, kami mengajukan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Pelaksana Pelayanan Keperawatan Ruang Paviliun RS Graha Sehat kabupaten
Probolinggo
a. Melaksanakan SPO Teknis Keerawatan secara konsisten
b. Melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan secara berkelanjutan

96
2. Bagi Kepala Ruang Paviliun RS Graha Sehat kabupaten Probolinggo
a. Melanjutkan manajemen keperawatan yang telah terlaksana dengan baik mengenai
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP)
b. Melaksanakan fungsi pengawasan dan evaluasi secara lebih terpadu dengan
melibatkan lintas program dan bidang
3. Bagi Ruang Paviliun RS Graha Sehat kabupaten Probolinggo
a. Mendukung dan memfasilitasi terselenggaranya Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MPKP) termasuk pemenuhan tenaga perawat dan fasilitas keperawatan
b. Melaksanakan fungsi pengawasan dan evaluasi secara lebih terpadu dengan
melibatkan lintas bidang atau bagian.
c. Meningkatkan kepuasan perawat dengan cara memberikan reward sistem sesuai
kinerjanya.
d. Mengadakan format pengkajian khusus Ruang Paviliun.

97
DAFTAR PUSTAKA
Airmadidi, W. M. (2018). No Title, 8(2), 92–98.
Berkelanjutan, J. P. (2019). Kata Kunci : Rumah Sakit, Limbah Medis Padat 40, 1(1), 40–52.
Imelda, C., & Rosa, J. (n.d.). PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN STRESS
KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DR. M.
HAULUSSY AMBON Cythia Imelda Tjokro dan Jean Rosa Asthenu Dosen Politeknik
Negeri Ambon.
Murwani, I. (2009). Komunikasi Terapeutik Panduan Bagi Perawat. Fitramaya: Yogyakarta.
Nursalam, 2017. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Madika.
Sari, R. M., & Zainaro, M. A. (2018). MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA
KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN, 12(4), 244–252.
Ok, T. (2019). STRATEGI BERSAING DALAM RANGKA MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASIA ( STUDI KASUS RS . BHAKTI ASIH KARANG
TENGAH -, (January 2018).
Oxyandi, M., Yanthi, Z., Murni, D., & Maisa, E. A. (2019). Supervisi Keperawatan Berbasis
In House Training Pada Kegiatan Identifikasi Resiko Jatuh Dengan Metode Humpty
Dumpty, 1(2), 29–40.
Sari, R. M., & Zainaro, M. A. (2018). MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA
KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN, 12(4), 244–252.

98
PROPOSAL ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU
MANAJEMEN KEPARAWATAN

Disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Herlina Amalia M.S (14901.06.19009)
2. Isma Warda (14901.06.19011)
3. Maharani Hariri (14901.06.19016)
4. Marvelinda Diah A.L (14901.06.19017)
5. Muhammad Rizal Elvani (14901.06.19020)
6. Muhammad Miftahul Huda (14901.06.19023)
7. Nuvia Ayu (14901.06.19029)
8. Riki Pratama Putra (14901.06.19037)
9. Siti Roufatul Jannah (14901.06.19041)
10. Sofie Puspita Sari (14901.06.19042)
11. Sulaiha (14901.06.19044)
12. Vivi Faridah (14901.06.19048)
13. Zaifan Shidqi (14901.06.19053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan IPTEK sangat mempengaruhi perkembangan ilmu keperawatan.
Manajemen keperawatan merupakan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan. Hal
ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
dirasakan sebagai fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dan belajar banyak langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya
(Nursalam, 2017). Salah satunya adalah pada saat penerimaan pasien baru.
Di ruang Paviliun sudah ada alur serah terima pasien baru, tetapi pada pelaksanaanya
masih belum optimal karena hanya sebatas serah terima dari perawat yang mengantar lalu
perawat ruangan mengantar ke tempat tidur pasien dan melakukan anamnese mengenai
keluhan yang dirasakan.
Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif melibatkan pasien dan keluarga yg sangat mempengaruhi mutu kualitas
pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien dapat dimulai dengan adanya suatu upaya
perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak masuk sampai pasien pulang.
Essensi dari penerimaan pasien baru adalah agar keluarga/pasien dapat mengetahui prosedur
tindakan, kelanjutan pengobatan/perawatan, tata tertib ruangan dan keluarga/pasien dapat
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan bagi perawat dapat meningkatkan
komunikasi antara perawat, keluarga/pasien, mengetahui kondisi pasien secara umum,
melakukan atau melengkapi pengkajian pasien baru, mengurangi kecemasan keluarga/pasien
serta membina hubungan saling percaya
Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan
adalah salah satunya dengan melakukan proses penerimaan pasien baru yang sesuai dengan
alur yang terdapat dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional..
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Menerapkan proses penerimaan pasien baru sesuai dengan standart
1.2.2 Tujuan Khusus :
a. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan senyum dan salam
b. Meningkatkan komunikasi terapeutik antara perawat, keluarga dan pasien
c. Mengetahui kondisi pasien secara umum
d. Melakukan atau melengkapi pengkajian pasien baru
e. Mengurangi kecemasan keluarga dan pasien
f. Membina hubungan saling percaya
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
a. Pasien mendapatkan informasi tentang kondisi ruangan, perawatan, obat, tata
tertib ruangan, dan pelayanan.
b. Tercapainya kepuasan pasien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan.
1.3.2 Bagi Perawat
a. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal.
b. Perawat, pasien dan keluarga dapat bekerjasama dengan baik
c. Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga kepada perawat
1.3.3 Bagi Institusi
a. Terciptanya model asuhan keperawatan professional, khususnya dalam hal
penerimaan pasien baru.
b. Terlaksananya standar penerimaan pasien baru untuk meningkatkan kepuasan
pasien dan keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien baru
pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai
orientasi ruangan, perawatan, medis dan tata tertib ruangan (Nursalam,2017).
2.2 Tujuan
1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan senyum dan salam
2. Meningkatkan komunikasi terapeutik antara perawat, keluarga dan pasien
3. Mengetahui kondisi pasien secara umum
4. Melakukan atau melengkapi pengkajian pasien baru
5. Mengurangi kecemasan keluarga dan pasien
6. Membina hubungan saling percaya
2.3 Tahapan Penerimaan Pasien Baru
I. Tahap pra penerimaan pasien baru
1. Menyiapkan kelengkapan administrasi (umum dan BPJS)
2. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
4. Menyiapkan lembar serah terima pasien dari ruangan lain catatan medik, obat, alat,
hasil pemeriksaan penunjang, catatan khusus dll)
5. Menyiapkan format pengkajian
6. Menyiapkan informed consent sentralisasi obat.
7. Menyiapkan nursing kit
8. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung serta sarana dan prasarana yang
ada di ruangan.
9. Menyiapkan lembar inventaris
II. Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
1. Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan atau perawat primer atau
perawat yang diberi delegasi.
2. Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya.
3. Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur klien dan mengantar ke tempat yang
telah ditetapkan.
4. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien
datang dengan branchard atau kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman.
5. Perawat PP menerima obat, alat, hasil pemeriksaan penunjang yang dan catatan
khusus dari perawat yang mengantar kemudian mendokumentasikan pada lembar
serah terima pasien dari ruangan lain dan penandatanganan antara perawat
sebelumnya dengan PP.
6. Perawat PP atau PA melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format.
7. Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
8. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan informasi
secara lisan, kepada pasien/keluarga diajak orientasi ruangan, orientasi terkait letak
ruangan, orientasi peta Rumah Sakit, perawatan (termasuk perawat yang bertanggung
jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal
visite), tata tertib di ruang Paviliun.
9. Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikan
10. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menandatangani lembar
informed concent sentralisasi obat.

2.4 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan


1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien
2. Dilakukan oleh kepala ruangan, perawat primer atau perawat pelaksana yang telah diberi
wewenang atau delegasi.
3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi pasien.
4. Saat berkomunukasi dengan pasien dan keluarga tetaplah tersenyum dan gunakan
komunikasi terapeutik
2.5 Peran perawat dalam penerimaan pasien baru

1. Kepala ruangan
1) Mendelegasikan kepada PP atau PA
2) Memperkenalkan PP atau PA
3) Menerima pasien baru
2. Perawat primer
1) Menerima telepon dari rekam medik/IGD/Poliklinik
2) Menyiapkan lembar serah terima dan penerimaan pasien baru
3) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
4) Menerima obat, alat, hasil pemeriksaan penunjang yang dibawa dan catatan khusus.
5) Melakukan pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi
keperawatan pada pasien baru.
6) Mengorientasikan pasien dan keluarga tentang tata tertib ruangan, situasi dan kondisi
ruangan
7) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab dan
memperkirakan hari perawatan jika memungkinkan.
8) Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien
9) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3. Perawat associate
Membantu perawat primer dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru

2.6 Alur Ruang Marwah Lantai 3

PENDAFTARAN PASIEN
DIDAMPINGI:
1. KELUARGA
2. PIHAK
IGD BERWENANG
POLI

PENDAFTARAN

PASIEN MASUK RUANG


RUANGAN LAIN
PAVILIUN

PERAWATAN PASIEN

PASIEN PULANG PAKSA


SEMBUH
MENINGGAL
RUJUK

PEMBAYARAN
PERAWATAN DI
LOKET TERPADU
BAB III
PELAKSANAAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Hari/ Tanggal : Rabu/19 Agustus 2020
Pukul : 09.00 WIB - selesai
Pelaksana : Kepala ruangan, Perawat Primer dan Perawat
Associate
Topik : Aplikasi peran, pelaksanaan penerimaan pasien
baru
Tempat : Ruang Paviliun
Sasaran : Pasien baru masuk di Ruang Paviliun

3.2 Pengorganisasian
Penanggung jawab : Vivi Faridah,S.Kep
M. Miftahul Huda,S.Kep
Kepala ruangan : Isma Warda,S.Kep
Perawat Primer : Herlina Amalia M.S,S.Kep
Marvelinda Diah A.L,S.Kep
Perawat Associate : Maharani Hariri,S.Kep
Nuvia Ayu,S.Kep

3.3 Metode
Role play.

3.4 Media
1. Lembar serah terima pasien.
2. Lembar pasien masuk rumah sakit
3. Lembar pengkajian pasien
4. Nursing kit
5. Lembar informed consent sentralisasi obat
6. Lembar tata tertib pasien dan keluarga pasien
7. Welcome Book
3.5 Kerangka Kerja Penerimaan Pasien Baru

Pra
Karu memberitahu PP akan ada pasien baru

PP menyiapkan:

1. Lembar serah terima pasien dari ruangan lain


(kelengkapan administrasi)
2. Lembar pasien masuk rumah sakit
3. Lembar pengkajian pasien
4. Nursing kit
5. Lembar informed consent sentralisasi obat
6. Lembar tata tertib pasien dan keluarga pasien
7. Kamar pasien (tempat tidur, kursi, meja, saran
khusus yang diperlukan seperti oksigen, nebulezer,
suction dll)

Pelaksanaan
KARU, PP dan PA menyambut pasien baru

PP menjelaskan segala sesuatu yang


tercantum dalam lembar penerimaan pasien
baru (tata tertib rumah sakit, ruangan, pasien
sekamar, obat, perawatan)

Anamnesa pasien baru oleh PP dan PA

Terminasi
Post

Evaluasi
3.6 Mekanisme Penerimaan Pasien Baru
TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU PELAKSANA

Pra 1. KARU memberitahu PP bahwa akan Nurse 5 menit KARU


Penerimaan ada pasien baru Station
PP
pasien baru 2. PP menyiapkan hal-hal yang
diperlukan dalam penerimaan pasien
baru, diantaranya lembar pasien
masuk RS, lembar serah terima pasien
dari ruangan lain, lembar pengkajian,
lembar informed consent, nursing kit,
dan lembar tata-tertib pasien,lembar
inventaris
3. PP meminta bantuan PA untuk
mempersiapkan tempat tidur pasien
baru
4. KARU menanyakan kembali pada PP
tentang kelengkapan untuk
penerimaan pasien baru.
5. PP menyebutkan hal-hal yang telah
dipersiapkan
Pelaksanaan 1. KARU dan PP menyambut pasien dan Kamar 20 menit KARU
penerimaan keluarga dengan memberi salam serta Pasien
PP
pasien baru memperkenalkan diri dan PP pada
klien/keluarga PA
2. PP menunjukkan pada pasien tempat
Pasien dan
tidur yang akan ditempati.
keluarga
3. PP menerima obat, alat, data
pemeriksaan penunjang yang dibawa
dan catatan khusus kemudian
mendokumentasikan pada lembar
serah terima pasien dari ruanagan
lain..
4. Di tempat tidur pasien, PP melakukan
anamnesa dengan dibantu oleh PA.
5. Kemudian PP mengisi lembar pasien
masuk serta menjelaskan mengenai
beberapa hal yang tercantum dalam
lembar penerimaan pasien baru.
6. Ditanyakan kembali pada pasien dan
keluarga mengenai hal-hal yang
belum dimengerti.
7. PP, pasien dan keluarga
menandatangani penerimaan dan
perseujuan persetujuan sentralisasi
obat.
8. PP dan PA kembali ke Nurse Station.
Post 1. KARU memeriksa kelengkapan Nurse 5 menit KARU
penerimaan pengisian duokumentasi Station
PP
pasien baru 2. KARU melakukan evaluasi
tentang orientasi yang telah PA
dilakukan
3. KARU memberikan reward pada
PP dan PA
4. PP merencanakan intervensi
Keperawatan
3.7 SOP Penerimaan Pasien Baru
SOP PENERIMAAN PASIEN BARU

Pengertian Pasien baru adalah pasien yang datang dari poliklinik, IRD, pindahan dari
ruangan lain yang akan dirawat di Unit Rawat Inap

Tujuan Sebagai acuan pelaksanaan perawatan dalam menerima pasien baru

Kebijakan Setiap pasien masuk harus diterima oleh perawat

Prosedur - Pasien datang ke ruangan disertai status.


- Paien ditempatkan di kelas yang telah disepakati.
- Perawat memperkenalkan diri
- Diterangkan hak dan kewajiban kepada pasien dan keluarganya.
- Melaksanakan program orientasi kepada pasien, memberitahu tentang
denah ruangan, letak kamar mandi, ruangan perawat dan memberitahu
fasilitas yang tersedia serta cara penggunaannya. Perawat memberitahu
tentang jadwal kegiatan rutin ruangan antara lain waktu mandi, makan,
kunjungan dokter dan waktu besuk.
- Melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
evaluasi.

Unit terkait Rawar Inap


3.8 Naskah Roleplay
NASKAH ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU DAN ORIENTASI
Pembagian peran :
Kepala Ruangan (Karu)
Perawat Primer (PP)
Perawat Associate (PA)
Perawat UGD1 (PUGD1)
Perawat UGD2 (PUGD2)
Pasien
Ibu pasien
Kakak pasien
Dokter dan pengunjung
Pra penerimaan pasien baru
Disebuah RS Graha Sehat, tepatnya di ruang rawat inap paviliun. Perawat primer, perawat
associate beserta Kepala ruangan sedang berkumpul di Nurse station shift pagi 07.30 saat itu.
Kepala ruangan menerima telepon dari UGD mengabarkan bahwa aka nada pasien baru
dengan diagnose medis alergi yang akan dirujuk ke ruang paviliun.
(Kring…kring..kring bunyi telepon)
Karu : Selamat pagi ruang paviliun dengan Ners ….
PUGD1 : Selamat pagi, saya dengan (sebutkan nama) mohon ijin pak, nanti pukul 09.00
ada pasien yang akan masuk ruangan sambiloto . Pasien bernama Tn. R usia 20 tahun dengan
diagnose medis alergi.
Karu : Siap mbak, terimakasih
Karu pun memberitahu PP jika akan ada pasien baru yang akan masuk ke ruangan paviliun.
Karu : Mbak barusan saya dapat telepon dari UGD bahwa nanti pukul 09.00 akan ada
pasien baru dari UGD mau di antar kesini tolong di persiapkan perlengkapan untuk
penerimaan pasien baru ya sama anamnesanya di siapkan
juga ya.
PP : iya bu
Karu pun pergi meninggalkan Nurse station dan menuju ruangannya
Perawat primer menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam penerimaan pasien baru
diantaranya kelengkapan administrasi, lembar pasien masuk RS, lembar pengkajian, lembar
inform consent sentralisasi obat,, nursing kids, lembar tata tertib pasien, lembar serah terima
dari ruangan lain.
PP : (sambil mengecek kelengkapan berkas-berkasnya di Nurse station)
Setelah itu Perawat Primer meminta tolong kepada Perawat Associate untuk mempersiapkan
tempat tidur untuk pasien baru.
PP : suster, begini nanti pukul 09.00 akan ada pasien baru, jadi tolong disiapkan
tempat tidurnya ya di kelas III
PA : Baik bu.
Perawat Associate pun meninggalkan Nurse station dan pergi ke ruangan kelas III untuk
mempersiapkan tempat tidur pasien.
10 menit kemudian Perawat primer pergi ke ruangan kelas III tepatnya di bed pasien dan
bertemu perawat Associate yang sudah di dalam sebelumnya untuk memastikan apakah sudah
siap dan membicarakan berkas kelengkapan penerimaan pasien baru.
PA : bagaimana bu berkas-berkasnya sudah siap?
PP : iya sudah, ini juga nursing kids nya yang akan di butuhkan . (sambil
menunjuk nursing kids di atas tmpat tidur di depannya) . dan gimana mbak untuk tempat tidur
pasiennya ?
PA : ini sudah siap bu, tempat tidurnya yang ini ( sambil menunjuk bed di
depannya)
PP : sudah dirapikan tadi ini ya ?
PA : sudah bu.
PP : oke bagus.
Kepala Ruangan pun menuju kelas III tepatnya di bed pasien dan menanyakan kembali
kepada perawat primer tentang kelengkapan penerimaan pasien baru.
Karu : Gimana mba dengan kelengkapannya?
PP : Ini sudah lengkap kelengkapannya bu, sudah saya teliti tadi
Karu : (sambil membuka buka dan mengecek berkas2 kelengkapan)
PP : ini juga bu nursing kids nya sudah siap jika dibutuhkan dan tempat tidur juga
sudah siap (sambil menunjuk nursing kids dan tempat tidur)
Karu : Oke bagus, kalau begitu kita tunggu mungkin sebentar lagi pasiennya akan
datang (sambil melihat jam tangan). Terima kasih bantuannya.
PP dan PA : iya bu.
Pelaksanaan penerimaan pasien baru
Pasien Tn R datang ke ruang kelas III ke bednya dengan memakai kursi roda diantar oleh
perawat UGD 1 dan 2 beserta ibu dan kakak pasien. Kepala ruangan, perawat primer dan
perawat Associate menyambut kedatangan pasien dan keluarga beserta perawat UGD.
PUGD1 : Selamat pagi bu, saya (sebutkan nama) dari UGD mau mengantarkan
pasien saya dari UGD.
Karu : atas nama Tn. R ya?
PUGD1 : iya bu.
Karu : perkenalkan bu mba saya kepala ruangan disini, nama saya …... Dan ini
perawat ….. dan ini perawat …. (sambil menunjuk mereka satu persatu)
Pasien dan keluarga : iya bu
Perawat primer meminta tolong kepada perawat asosiate untuk membantu pasien untuk
dipindahkan ke tempat tidurnya.
PP : suster mela tolong bantu Tn.R pindah ke bednya ya
PA : baik bu. ( sambil membantu Tn.R pindah dari kursi roda ke bednya dengan
di bantu keluarga)
Sementara Perawat associate membantu pasien, Perawat primer dan perawat UGD
melaksanakan serah terima pasien. PP menerima obat,alat,data pemeriksaan penunjang yang
dibawa dan catatan khusus kemudian mendokumentasikan pada lembar serah terima pasien dari
ruangan lain.
PUGD2 : ini bu tadi dari ruang UGD (sambil menyerahkan kelengkapan yang
disebutkan tadi)
PP : baiklah akan saya dokumentasikan di lembar serah terima
Perawat UGD 1 dan 2 dan perawat primer pun meninggalkan ruangan pasien.
Di nurse station datang ibu dan kakak pasien dengan membawa obat2 Tn.R dan bertemu
Perawat primer beserta ibu dan kakak pasien menandatangani lembar penerimaan pasien baru
dan persetujuan sentralisasi obat
Ibu pasien : permisi bu (masuk dan duduk)
PP : masuk, silahkan duduk .jadi begini bu, Tn robby kan sudah dipindahkan ke
ruangan, jadi mengenai obat-obat Tn. R akan dikelola oleh perawat ya bu. jadi nanti kalau
sudah waktunya Tn. R minum obat atau di suntik , saya yang akan memberikannya. Bagaimana
bu apakah ibu setuju? Kalau setuju ibu silahkan tanda tangan disini ya (perawat memberikan
inform consent sentralisasi obat) dan juga tanda tangan di lembar penerimaan pasien baru ya
bu?
Ibu pasien : baik bu (sambil membubuhkan tanda tangan)
Ibu pasien : oh iya, ini bu obatnya (menyerahkan obat-obatan Tn.r)
PP : iya
Ibu dan kakak pasien meninggalkan nurse station dan kembali ke ruangan pasien.

Siangnya Perawat primer dan perawat associate menuju bed pasien untuk melakukan
anamnesa dan pengkajian Tn.robby. Tapi sebelumnya Perawat primer mengorientasikan pada
Tn.r mengenai fasilitas ruangan, perawat yang bertanggungjawab dan sentralisasi obat, dokter
yang bertanggungjawab serta jadwal visitnya dan tata tertib ruangan . perawat primer dan
perawat associate memasuki ruangan tn.robby.
PP : selamat siang mas r
Pasien : siang suster
PP : saya dan rekan saya akan melakukan pengkajian kepada mas tapi sebelumnya
saya akan mengorientasikan kepada mas dan keluarga mengenai fasilitas ruangan,perawat
yang bertanggungjawab dan sentralisasi obat, dokter yang bertanggungjawab serta jadwal
visitnya dan tata tertib ruangan. Tujuannya untuk menjaga kenyamanan mas dan keluarga.
Waktunya sekitar 20-25 menit dan dilakukan ditempat ini. Apakah mas bersedia ?
Pasien : iya suster
PP : pertama mengenai fasilitasi ruangan inidisebelah kanan atau kiri ada lemari
kecil, bias di pakai untuk menyimpan pakaian ganti keluarga, dibagian sana ada kamar mandi
jadi bias mandi dan buang air disana, tempat tidur ini bagian bawahnya ada pemutarnya yang
sebelah kanan untuk menaikkan bagian kaki dan sebelah kiri untuk menaikkan kepala, diatas
tempat tidur ada bell, jika membutuhkan sesuatu dapat menekan bell kami akan datang.
Kedua perawat yang akan merawat mas selama di rawat sini dan menyuntikkan obat itu saya
ya mas, dan dokter yang bertanggungjawab atas mas itu dokter S, jadwal visitnya 2x seminggu
setiapa hari senin pagi dan rabu pagi, setiap hari itu dokter akan datang memeriksa mas dan
melihat perkembangan mas. Ketiga tata tertib ruangan ini tidak diperkenankan merokok dan
mohon bantuan untuk menjaga kebersihan ruangan ini dan jam kunjung disini dibatasi . jam
kunjung pagi dari 09.00-11.00, jam kunjung sore dari 14.00-17.00 . jam kunjung malam dari
06.00-19.30. pengunjung yang boleh masuk maksimal 2 orang, jadi apabila ada kerabat yang
menjenguk lebih dari 2 orang, di depan disediakan tempat duduk untuk menunggu menjenguk
secara bergantian. Sebelum dilanjutkan ada yang ingin ditanyakan mas ?
Pasien : tidak ada sus.
PA : baiklah, lanjut ke pengkajian ya mas saya yang akan melakukannya . saya
mau Tanya terlebih dahulu bapak ada keluhan ?
Pasien : muka saya masih sedikit gatal dan sedikit merah
PA : (sambil mencatat keluhan pasien) . apakah mas dulu punya riwayat penyakit
alergi seperti ini? Atau mungkin keluarganya ?
Pasien : tidak ada sus
PA : mas ada alergi obat tidak atau makanan ?
Pasien : saya alergi udang sus
PA : baiklah mas sudah selesai . sebelumnya bagaimana perasaanya sudah di
orientasi ?
Pasien : senang sus.
PA : baiklah ada yang ingin ditanyakan lagi mas ?
Pasien : tidak sus.
PA : kalau begitu kami permisi dulu ya mas.
Perawat primer dan perawat associate pun meninggalkan ruangan pasien.
Post penerimaan pasien baru
Karu datang dan memberikan reward pada Perawat primer dan perawat associate di Nurse
station yang sedang melaksanakan intervensi keperawatan untuk Tn.r
Karu : bagaimana tadi persiapan penerimaan dan orientasinya ?
PP : tadi sudah di lakukan, sudah beres bu.
Karu : terimakasih ya atas bantuannya, untuk kedepannya bias lebih baik lagi ya
Karu pun meninggalkan nurse station.
BAB IV
EVALUASI
4.1 Evaluasi
Evaluasi struktur
1. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien baru,
lembar serah terima pasien dari ruangan lain, informed consent, format pengkajian,
nursing kit, dan lembar tata tertib pasien.
2. Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU, PP, dan PA. Pada shift
sore dan malam dilakukan oleh PA.
4.2 Evaluasi proses
1. Pasien baru disambut oleh KARU, PP, dan PA.
2. PP menerima obat, alat, data pemeriksaan penunjang yang dibawa dan catatan khusus.
3. PP melakukan anamnesa dengan dibantu oleh PA.
4. Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan, medis, serta tata
tertib ruangan.
5. Keluaraga pasien menandatangani informed consent untuk sentralisasi obat.
6. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
4.3 Evaluasi hasil
1. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.
2. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis serta tata tertib
ruangan
3. Pasien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat dan mengetahui alur
pengambilan obat (BPJS dan umum).
4. Mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing.
5. Kegiatan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan dilaksanakannya penerimaan
pasien baru.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh Karu, PP, PA sedangkan pada
shift sore dilakukan dan malam dilakukan oleh PA.
5.2 SARAN
Penerimaan pasien baru sudah dilaksanakan dengan baik namun kedepan harus
ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2017. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan , Jakarta :


Salemba Medika
Nursalam, 2017 Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktek. Jakarta :
Salemba Medika
PROPOSAL ROLEPLAY TIMBANG TERIMA
MANAJEMEN KEPARAWATAN

Disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Herlina Amalia M.S (14901.06.19009)
2. Isma Warda (14901.06.19011)
3. Maharani Hariri (14901.06.19016)
4. Marvelinda Diah A.L (14901.06.19017)
5. Muhammad Rizal Elvani (14901.06.19020)
6. Muhammad Miftahul Huda (14901.06.19023)
7. Nuvia Ayu (14901.06.19029)
8. Riki Pratama Putra (14901.06.19037)
9. Siti Roufatul Jannah (14901.06.19041)
10. Sofie Puspita Sari (14901.06.19042)
11. Sulaiha (14901.06.19044)
12. Vivi Faridah (14901.06.19048)
13. Zaifan Shidqi (14901.06.19053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota saf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Profesional dalam
pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat,
terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik
melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain.
Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat
pergantian shift (timbang terima pasien) (Nursalam, 2015).
Disini dituntut tugas menejer keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan
asuhan keperawatan seefektif dan seefesien mungkin bagi individu, keluarga dan
masyarakat (Gillis, 1996). Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi
perawat dalam pelayanan keperawatan dalam pembenahan manajemen keparawatan,
karena dengan adanya faktor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana
peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan klien adalah dengan melakukan timbang terima saat pergantian dinas.
Timbang terima merupakan teknik atau cara menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer ke perawat asosiet
yang bertanggung jawab pada dinas sore atau dinas malam. Timbang terima yang efektif
dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.a
Tujuan dari timbang terima adalah menyampaikan kondisi atau keadaan secara
umum klien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh pergantian
dinas berikutnya, agar semua perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara
paripurna, meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat dan yang lebih penting
adalah agar terjadi suatu hubungan kerjasama antar perawat serta terlaksananya asuhan
perwatan terhadap klien yang berkesinambungan.
Ruang Paviliun sebagai satu unit pelayanan keperawatan yang merupakan salah
satu ruangan yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiat, untuk
itu diperlukan bentuk kerjasama yang berkesinambungan dan saling mempunyai
komitmen yang tinggi demi perkembangan pelayanan keperawatan dalam melaksanakan
timbang terima yang benar dan secara optimal.
B. Nama kegiatan
Pelaksanaan timbang terima pada saat pergantian dinas di ruang Paviliun
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kepuasaan klien terhadap pelayanan keperawatan yang komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan umum klien
b. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
c. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
d. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
e. Meningkatkan hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim
perawat serta terlaksana asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
D. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
2. Bagi klien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada masalah yang belum
terselesaikan.
E. Pelaksanaan
Hari/ tanggal : 19-Agustus-2020
Pukul : Shift pagi : 07:45
Shift siang : 13:45
Shift malam : 20:45
Topik : Penyampaian kondisi dan keadaan klien
- Penyampaian hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan
- Penyampaian permasalahan keperawatan atau diagnosa
keperawatan klien yang masih ada dan sudah terselesaikan
- Penyampaian hal-hal yang penting harus ditindaklanjuti
Tempat : Nurse station dan ruang paviliun
Organisasi : Kepala Ruang : peran 1
Supervisor : peran 2
Perawat Primer (pagi) : peran 3
Perawat Primer (siang) : peran 4
Perawat Associated (siang ) : peran 5
Perawat Primer (malam) : peran 6
Perawat Associated (malam): peran 7
F. Peserta
Kegiatan ini dihadiri oleh
1. Mahasiswa praktik manajemen Ners Stikes Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo.
G. Penutup
Demikian proposal ini dibuat. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Timbang terima merupakan cara menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan
dengan keadaan klien.Tujuan timbang terima adalah:
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan umum klien
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan keperawatan pada klien
3. Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih ada dan yang sudah
terselesaikan
4. Menyampaikan hal-hal yang penting harus ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya
5. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau tulisan. Timbang terima yang
baik bila semua perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara kontinu dan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi perawat,kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat.Ketentuan timbang terima antara lain:

1. Dilaksanakan pada setiap pergantian shift


2. Dipimpin oleh PP sebagai penanggung jawab
3. Diikuti perawat,mahasiswa dinas yang telah maupun yang akan berdinas
4. Terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab
5. Informasiyang disampaikan harus akurat,singkat,sistematis,menggambarkan keadaan
klien saat ini dan tetap menjaga kerahasian klien
6. Timbang terima yang dilakukan harus beroreintasi pada permasalahan
keperawatan,rencana,tindakan dan perkembangan kesehatan klien.
Klien

Diagnosa medis masalah Diagnosa


kolaboratif keperawatan

Rencana tindakan

Yang telah dilakukan Yang belum dilakukan

Perkembangan Klien

Perencanaan : teratasi keseluruh, sebagian,


belum teratasi dan terdapat masalah baru
BAB 3

PELAKSANAAN

A. Prosedur Timbang Terima

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksanaan


1. Timbang terima tetap pergantian 5 menit Nurse PP dan PA
Persiapan shift/operan. station
2. Persiapan timbang terima,semua
pasien baru masuk dan klien yang
dilakukan timbang terima
khususnya klien yang memiliki
permasalahan yang belum /dapat
teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan timbang terima
pada PP berikutnya,hal yang
terima yaitu:jumlah klien,identitas
klien dan diagnosis medis,data
(keluhan /subjektif dan objektif).
Masalah keperawatan yang masih
muncul, intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum),intervensi kolaboratif dan
dependen,rencana umum dan
persiapan yang dilakukan
(persiapan operasi,pemeriksaan
penunjang dll).
Pelaksanaan 1. Ketua kelompok dinas sudah siap 20 Nurse Karu,PP dan
(shift jaga). menit station PA.
2. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan.
3. Kepala ruangan membuka acara
timbang terima.
4. Perawat yang melakukan timbang
terima dapat melakukan
klarifikasi, Tanya jawab, dan
melakukan validasi terhadap hal –
hal yang timbang kan terima kan
dan berhak menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang jelas.
5. Kepala ruangan/PP menanyakan
kebutuhan dasar klien.
6. Penyampaian yang jelas singkat,
dan padat. Ruang
7. Perawat yang melaksanakan perawata
timbang terima mengkaji secara n
penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan dan
tindakan yang telah/belum
dilaksanakan serta hal-hal penting.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian diserah
terimakan kepada petugas
berikutnya.
9. Lama timbang terima untuk klien
tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan
memerlukan keterangan yang
rumit.
Pelaksanan 1. Diskusi. 5menit Nurse Karu, PP dan
2. Pelaporan untuk timbang terima station PA
dituliskan secara langsung pada
format timbang terima yang ditanda
tangani oleh PP yang jaga saat itu
dan PP yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala ruangan.
3. Ditutup oleh kepala ruangan.

B. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan.


1. Dilakukan tepat pada saat pergantian shift dinas yang telah disepakati.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab klien (PP).
3. DIikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi klien saat ini serta menjaga kerahasiaan klien.
5. Timbang terima harus berorentasikan pada permasalahan klien, dengan kata lain
informasikan yang diberikan berawal dari masalahnya, baru kemudian terhadap
tindakan yang dilakukan dan belum dilakukan serta perkembangan setelah diberikan
tindakan.
6. Pada saat timbang terima dikamar klien,menggunakan volume suara yang cukup
sehingga klien disebelahkan tidak mendengarkan sesuatu yang rahasia lagi klien
sesuatu yang dianggaprahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat
klien.
C. Rencana Strategi Timbang Terima
Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/tanggal : 19-Agustus-2020
Pukul : 08:00 wib
Topik : kondisi dan keadaan klien, hal yang sudah/belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan, hal penting yang harus ditindak lanjuti, dan menyusun rencana
kerja untuk dinas berikutnya.
Tempat : Ruang Paviliun
D. Metode
1. Diskusi
Kepala Ruangan membuka timbang terima pasien dan memimpin jalannya timbang
terima pasien,sebelum melakukan timbang terima kepala ruangan membaca Do’a dan
menyerahkan kepada perawat yang dinas malam untuk menyampaikan laporannya
kepada perawat yang dinas pagi selanjutnya dilakukan diskusi.
2. Tanya jawab
Perawat shift pagi bertanya masalah pemberian obat, diagnosa, evaluasi tindakan
yang ditulis dilaporan kepada perawat shift malam.
Perawat shift malam menjawab perawat shift malam menyampaikan pendapat sesuai
apa yang dikaji saat berdinas berlangsung dan laporan diterima sama perawat shift
pagi walaupun masih belum lengkap dan perawat shift malam siap melengkapi
laporan yang belum lengkap.
E. Media
1. Status klien
2. Alat tulis
3. Sarana dan prasarana perawatan
F. Pengorganisasian
Kepala Ruang : peran 1
Supervisor : peran 2
Perawat Primer (pagi) : peran 3
Perawat Primer (siang) : peran 4
Perawat Associated (siang ) : peran 5
Perawat Primer (malam) : peran 6
Perawat Associated (malam) : peran 7

G. Uraikan Kegiatan
1. Prolog
Pada hari senin jam 08.00 WIB seluruh perawat (PP dan PA) shift pagi dan sore serta
kepala ruang berkumpul di nurse station untuk melakukan timbang terima
2. Session I di Nurse Station
Kepala ruang memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan
kemudian mempersilahkan PP dinas malam untuk melaporkan keadaan dan
perkembangan klien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya
(pagi). PP dan PA shift pagi memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan dependen,
rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang, dan lain-lain), serta hal yang belum jelas atas laporan yang telah
disampaikan. Sertelah melakukan timbang terima di nurse station berupa laporan
tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruang perawatan pasien.
3. Session II di ruang perawatan/bed klien
Seluruh perawat dan kepala ruang bersama-sama melihat ke bed pasien, PP dinas
selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepala pasien atau
keluarga yang mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami
masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Bila terdapat hal-hal yang bersifat
rahasia bagi pasien dan keluarga perlu di klarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse
station setelah kunjungan ke pasien berakhir.
4. Epilog
Kembali ke Nurse station. Diskusi tentang keadaan pasien yang bersifat rahasia.
Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP menanda tangani
laporan timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruang.
H. Evaluasi
1. Struktur (input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain:
catatan timbang terima, status pasien dan kelompok timbang terima. Kepala
ruang/Nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian sif yaitu malam ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan timbang pada shift
sore ke malam dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu. Dalam
pelaksanaannya semua telah berperan baik dalam menjalankan fungsi dan perannya
sebagai kepala ruangan, superisor dan perawat primer sesuai job descriptionnya.
2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun akan mengganti shif. sesuai Timbang terima pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan pasien dan kembali lagi ke
nurse station. Isi timbang mencakup jumlah pasien, diagnose keperawatan, intervensi
yang belum/sudah dilakukan. untuk alokasi waktunya sudah sesuai yaitu < 5 menit
untuk masing-masing pasien. Kemudian timbang terima dilanjutkan ke ruangan
perawatan pada masing-masing bed pasien kelolaan untuk memvalidasi data yang
telah dilaporkan di nurse station. Waktu untuk validasi data sudah sesuai yaitu < 5
menit. Selain validasi data mahasiswa juga melakukan perkenalan kepada pasien dan
keluarga oleh kelompok dinas selanjutnya. Setelah semua data telah tervalidasi,
mahasiswa kembali ke nurse station untuk membicarakan hal-hal yang perlu dan
menutup kegiatan timbang terima dengan berdo’a.
S:Kien Tn.A mengeluh sesak dengan diagnosa medis IMA Iferior dan diagnosa
keperawatan 1.gangguan pertukaran gas b.d adekuat pompa jantung 2
3. Hasil
Timbang terima dapat dilakukan setiap pergantian shif dinas. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat dengan perawat dan
perawat dengan pasien lebih terjalin. Evaluasi terhadap format timbang terima yang
digunakan masih kurang efisien karena pecatatan yang dilakukan terlalu banyak
sehingga menyita waktu.

SKENARIO TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN

A. Strategi Pelaksanaan Timbang Terima Keperawatan


1. PRE KONFERENS
Job Discription
Kepala Ruangan : Membuka dan fasilitator
Ketua tim : Membuka intervensi selanjutnya
Melakukan validasi data

Perawat pelaksana : Menjelaskan data pasien

Menjelaskan implementasi yang sudah dilakukan

Menjelaskan intervensi yang akan dilakukan’

Melakukan evaluasi (SOAP)

Nursing Station

KARU : Assalamu alaikum wr.wb, sebelum kita melakukan timbang terima marilah kita
ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah swt. Karena rahmat dan karunianyalah
kita dapat berkumpul disini tidak lupa kita kirimkan sholawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari jaman
jahiliya ke jaman modern seperti saat ini, pada pagi hari ini pada tanggal 19
Agustus 2020 akan dilakukan kegiatan timbang terima yang rutin kita lakukan
setiap pergantian shif. Kepala perawat pelaksana yang dinas malam dipersilahkan
menjelaskan kondisi masing-masing pasien saat ini keperawat pelaksana yang
dinas pagi. Untuk masing-masing ketua tim saya persilahkan menvalidasi data
yang sudah ada untuk merencanakan tindakan keperawatan.

PP (Pagi) : Assalamualaikum wr.wb, terima kasih untuk kesempatan yang diberikan kepada
saya untuk menjelaskan pasien saat ini, jumlah pasien dari Tim 1 saat ini adalah 7
orang dengan tingkat ketergantungan minimal 3 orang , parsial 3 orang, total
tidak ada.

Identifikasi pasien yang 1. Nama An.T umur 9 tahun Diagnosa medis Diare
keadaan umum pasien TTV klien yaitu TD: 110/60 mmhg Suhu: 36,5 C,Nadi:
95x/ menitRR 45x/ menit, GCS 5 klien masih sulit untuk disuruh makan
keperawatan yang ditemukan antara lain implementasi yang sudah dilakukan,
intervensi yang belum terlaksana evaluasi (SOAP)

pasien yang ke-2 Nama An.R umur 9 tahun,tingkat ketegantungan diagnosa medis
nyeri keadaan umum pasien TTV TD: 90/70 mmHg, Suhu:
38.5ºC Nadi:120x/ menit, RR: 35x/ menit GCS 4 pasien
mengeluhkan bagian abdomen kanan bahwa, pasien
mengeluhkan nyeri keperawatan yang ditemukan antara lain
implementasi yang sudah dilakukan intervensi yang belum
terlaksana evaluasi (SOAP)
pasien yang ke-3 Nama An.S umur 12 Tahun,tingkat ketegantungan diagnosa
medis kekurangan volume cairan keadaan umum pasien TTV
TD: 90/70 Suhu: 38,5ºC Nadi: 120X/ menitRR: 35x/ menit
GCS 4 pasien mengeluhkan dehidrasi berat memungkinkan
mengalami penurunan kesadaran.yang ditemukan antara lain
implementasi yang sudah dilakukan. intervensi yang belum
terlaksana evaluasi (SOAP)
pasien yang ke-4 Nama An.A umur 10 tahun,tingkat ketegantungan diagnosa
medis Hipertermia keadaan umum pasien TTV TD: 90/70 Suhu
38,5 ºC Nadi 120x/ menitRR: 35x/ menit GCS 3 pasien
mengeluhkan dehidrasi dan hemokonsentrasi akibat penurunan
volume cairan dan peningkatan eritrosit keperawatan yang
ditemukan antara lain implementasi yang sudah dilakukan
intervensi yang belum terlaksana evaluasi (SOAP)

KARU :Terima kasih untuk perawat pelaksana yang telah menyampaikan kondisi pasien
saat ini, mungkin ada yang perlu ditambahkan dari masing-masing ketua Tim
untuk menvalidasi data. Kalau tidak ada tambahan mari kita langsung saja
menuju keruangan pasien.

K0NFERENS SAAT BERADA DIRUANGAN PASIEN

KARU : Assalamualaikum Wr.Wb, bagaimana keadaan ibu saat ini? Seperti biasa ibu,
kita disini akan melakukan kegiatan timbang terima yang rutin setiap pergantian
sift, tujuan dari timbang terima ini adalah mengkomunikasikan keadaan ibu
sekarang dan menyampaikan informasi yang penting antara sift jaga. Perkenalkan
pada perawat pelaksana sift sore ada mba.........dan mba.....yang akan bertugas
menggantikan perawat pelaksana pagi ini. Masing-masing perawat pelaksana
yang dinas sore melakukan validasi langsung ke pasien.

PP (Sore) : Bagaimana keadaan adek.... hari ini Bu.saat ini apakah sudah ada perkembangan
yang lebih baik dari sebelumnya ?

Ibu Pasien : Iya suster,anak saya masih lemas dan sakit pada bagian kepala

PP (Sore) : Iya ibu, lemas dan sakit pada bagian kepala yang dirasakan merupakan efek dari
proses penyakit, namun ibu jangan terlalu cemas karena sudah ada terapi
obat......yang diberikan dokter.......untuk mengatasi masalah yang diderita anak
ibu saat ini, (pasien memberikan posisi senyaman mungkin pada pasien) baik ya
ibu, tidak perlu sungkan bila memerlukan bantuan, kami akan selalu siap
memberikan pelayanan yang terbaik. Demikan perawat pelaksana shif sore
menanyakan secara bergantian keluhan dari semua pasien yang ada dikamar
perawatan anak untuk menvalidasi data yang dilaporkan oleh perawat pelaksana
shif pagi.

KARU : Sebelum saya akhiri mungkin ada tambahan atau koreksi yang perlu didiskusikan
kembali ? jika tidak ada mari kita kembali ke nurse station.
Post Konferrens

KARU :Kita tadi sudah bersama-sama melakukan kegiatan timbang terima. Saya berharap
dengan adanya kegiatan ini proses pendelegasian tugas antara shif bisa jelas dan
terstruktur. Mungkin dari pasien yang tadi ada yang harus di diskusikan lagi?

Perawat pelaksana dinas sore mengklasifikasikan hasil validasi kepada karu, katim, serta
perawat pelaksana yang dinas pagi.

PP (sore) : iya ada tambahan, dari pasien diruang perawatan anak kamar 2 atas nama
......dengan diagnosa HIV yang telah berpulang kerahmatullah. Apakah dari RM
sakit telah menyampaikan bela sungkawan?

PP( pagi) : Iya kami telah menyampaikan kepada pihak keluarga pasien.

Ketua tim :Untuk selajutnya orang tua atau wali dari pasien tersebut dibimbing untuk
menyelesaikan administrasi Rumah sakit.

KARU : Terima kasih atas kerjasamanya dari ketua tim beserta perawat pelaksana yang
telah bekerja dengan baik. Demikian tadi timbang terima ini semoga apa yang telah
kita lakukan hari ini bernilai ibadah dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, dan kita
diberikan kelancaran dalam melaksanakan tugas masing-masing. Tetap semangat
dan tunjukkan sikap profesionalisme kita sebagai perawat. Demikian saya akhiri
wassalamualaikum wr.wb( sambil berjabat tangan dengan semua anggota timbang
terima)
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2017. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional, Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Swanburg, R, C. 2013. Pengantar Kepemimpinan &Manajemen Keperawatan untuk
Perawat Klinis. Jakarta: ECG
PROPOSAL ROLEPLAY DISCHARGE PLANING
MANAJEMEN KEPARAWATAN

Disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Herlina Amalia M.S (14901.06.19009)
2. Isma Warda (14901.06.19011)
3. Maharani Hariri (14901.06.19016)
4. Marvelinda Diah A.L (14901.06.19017)
5. Muhammad Rizal Elvani (14901.06.19020)
6. Muhammad Miftahul Huda (14901.06.19023)
7. Nuvia Ayu (14901.06.19029)
8. Riki Pratama Putra (14901.06.19037)
9. Siti Roufatul Jannah (14901.06.19041)
10. Sofie Puspita Sari (14901.06.19042)
11. Sulaiha (14901.06.19044)
12. Vivi Faridah (14901.06.19048)
13. Zaifan Shidqi (14901.06.19053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang
terintegrasi yaitu antara keperawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan
keperawatan yang diberikan setelah pasien pulang. Keperawatan di rumah sakit akan
bermakna jika dilanjutkan dengan ners dirumah. Namun sampai dengan saat ini,
perencaan pulang bagi pasien yang dirawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan,
dimana peran keperawatan terbatas pada kegiatan rutinitas saja yaitu hanya berupa
informasi kontrol ulang. Pasien yang memerlukan keperawatan kesehatan dirumah,
konseling kesehatan atau penyuluhan, dan pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu
dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali ke ruang
kedaruratan dengan masalah minor, seringkali diterima kembali dalam waktu 24jam
sampai 48jam, dan kemudian pulang kembali.
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan rentang
keners. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan berkelanjutan
yang artinya keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimanapun pasien berada.
Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan
beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Dalam
perencaan pulang diperlukan komunikasi yang baik terarah, sehingga aoa yang
disampaikan dapat mengerti dan berguna untuk keperawatan dirumah.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah manajemen discharge planning?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan manajemen discharge planning
1.3.2 Tujuan Khusus
1 Mengidentifikasi Pengertian Discharge Planning
2 Mengidentifikasi Tujuan Discharge Planning
3 Mengidentifikasi Struktur
4 Mengidentifikasi Prinsip
5 Mengidentifikasi Proses
6 Mengidentifikasi Pengetahuan
7 Mengidentifikasi Keuntungan discharge planning
8 Mengidentifikasi Justifikasi metode discharge planning
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Discharge Planning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan aktivitas
aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu dan
terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan.
Discharge planning didefenisikan sebagai proses mempersiapkan pasien untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen
pelayanan kesehatan umum.
2.2 Tujuan Discharge Planning
Tujuan dilakukannya discharge planning adalah:
a. Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di
transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui.
b. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan
untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan.
c. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas
pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien.
d. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan keluarga dengan
menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan diri.
2.3 Pemberi Layanan Discharge Planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi
layanan kesehatan kepada pasien. Seseorang yang merencanakan pemulangan atau
koordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit
yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan
fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit
untuk merencanakan serta mengimplementasikan discharge planning. Seorang discharge
planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan, memonitor dan memberikan
tindakan dan proses kelanjutan perawatan.
Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses
perawatan pasien dan dalam tim discharge planner rumah sakit, karena pengetahuan dan
kemampuan perawat dalam proses keperawatan sangat berpengaruh dalam memberikan
kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning.
2.4 Penerima Discharge Planning
Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit memerlukan discharge planning atau
rencana pemulangan. Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi
tentang semua rencana pemulangan. Discharge planning atau rencana pemulangan tidak
hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan
kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama
2.5 Jenis Discharge Planning
Discharge planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan pulang ini dilakukan
apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien untuk sementara
dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas
terdekat.
b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan akhir dari
hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat kembali, maka
prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang walaupun
kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau
dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat/
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning
Faktor yang berasal dari perawat yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
pendidikan kesehatan adalah sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu, yakni:
a. Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi penyampaian informasi
kepada pasien, sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti pasien.
b. Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan mengarahkan
perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten. Dengan demikian informasi
yang disampaikan lebih mudah diterima pasien.
c. Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Perawat harus
memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendidikan kesehatan.
Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada kegiatan pembelajaran
pasien. Pasien akan semakin banyak menerima informasi dan informasi tersebut sesuai
dengan kebutuhan pasien.
d. Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat dalam memberikan
informasi sehingga informasi yang diberikan akan lebih terarah sesuai dengan
kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat membaca situasi pasien berdasarkan
pengalaman yang mereka miliki.
Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberian pendidikan kesehatan:
a. Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan mengarahkan pasien
untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi, maka pasien akan giat untuk mendapatkan
informasi tentang kondisinya serta tindakan yang perlu dilakukan untuk melanjutkan
pengobatan dan meningkatkan kesehatannya.
b. Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan memudahkan
pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan kesehatan.
c. Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan perasaan
cemas akan mengurangi kemampuan untuk menerima informasi.
d. Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan informasi
terganggu.
e. Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia kemampuan
menerima informasi semakin baik dan didukung pula pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya.
f. Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien untuk menerima dan
memproses informasi yang diberikan ketika dilakukan pendidikan kesehatan.
Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang umumnya kemampuan belajarnya juga
semakin tinggi.
2.7 Prinsip Discharge Planning
1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan
dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang
mungkin timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaa pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. Tindakan
atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan
dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap pasien
masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
2.8 Komponen/Unsusr Discharge Planning
1. Identifikasi dan kaji apa yang kebutuhan pasien yang harus dibantu pada discharge
planning
2. Kolaborasikan bersama pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk
memfasilitasi dilakukannya discharge planning
3. Mengajarkan kepada pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan agar tidak
terjadi kekambuhan atau komplikasi
4. Rekomendasikan beberapa pelayanan rawat jalan atau rehabilitasi pada pasien dengan
penyakit kronis
5. Komunikasi dan koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya tentang langkah atau
rencana dari discharge planning yang akan dilakukan
2.9 Pelakasanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan
Proses discharge planning memiliki kesaman dengan proses keperawatan. Kesamaan
tersebut bisa dilihat dari adanya pengkajian pada saat pasien mulai di rawat sampai dengan
adanya evaluasi serta dokumentasi dari kondisi pasien selama mendapatkan perawatan di
rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning secara lebih lengkap dapat di urut sebagai
berikut:
a. Sejak waktu penerimaan pasien, lakkukan pengkajian tentang kebutuhan pelayanan
kesehatan untuk pasien pulang, dengan menggunakan riwayat keperawatan, rencana
perawatan dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi kognitif yang dilakukan secara
terus menerus.
b. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang berhubungan
dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindarkan akibat dari gangguan kesehatan
yang dialami, dan komplikasi yang mungkiin terjadi.
c. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di rumah yang dapat
mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar jalan, langkah, fasilitas kamar
mandi). (Perawat yang melakukan perawatan di rumah hadir pada saat rujukan
dilakukan, untuk membantu pengkajian).
d. Berkolaborasi dngan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam mengkaji perlunya
rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di tempat pelayanan yang lainnya.
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan dengan
masalah kesehatan tersebut.
f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan klien setelah
pulang.
g. Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan implementasi rencana
keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus. Tentukan tujuan pulang yang
relevan, yaitu sebagai berikut:
1) Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya.
2) Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya.
3) Lingkungan rumah akan menjadi aman
4) Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah
2.10Persiapan Sebelum Hari Kepulangan Pasien
a. Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga kebutuhan
pasien dapat terpenuhi.
b. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat kepada
pasien dan keluarga.
c. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah pasien di
rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala, komplikasi, informasi tentang obat-
obatan yang diberikan, penggunaan perawatan medis dalam perawatan lanjutan, diet,
latihan, hal-hal yang harus dihindari sehubungan dengan penyakit atau oprasi yang
dijalani). Pasien mungkin dapat diberikan pamflet atau buku
2.11Pada Hari Kepulangan Pasien
Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu berkaitan
dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan).
a. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan, atau
alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis sedini mungkin).
b. Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang ke
rumah.
c. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh barang-
barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi jika diperlukan.
d. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang masih tertinggal.
Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik kpasien yang telah ditandatangani
dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk mengembalikan barang-barang
berharga tersebut kepada pasien. Hitung semua barang-barang berharga yang ada.
e. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa kembali
instruksi sebelumnya.
f. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih perlu
membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke kantor tersebut.
g. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien.
h. berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri. Pasien yang
meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan dengan kereta
dorong ambulans.
i. Bantu pasien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan mengunakan mekanika
tubuh dan teknik pemindahan yang benar. Iringi pasien masuk ke dalam lembaga
dimana sumber transaportasi merupakan hal yang diperhatikan.
j. Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain. Bantu
keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan tersebut.
k. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan departemen lain yang
berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
l. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa institusi pasien
akan menerima salinan dari format tersebut.
m. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang.
2.12Keberhasilan Discharge Planning
Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan untuk
pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta instruksi-
instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan pulang sampai ke mobil
atau alat transportasi lainnya. Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien
mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah
meninggalkan rumah sakit.
Discharge planning yang berhasil adalah suatu proses yang terpusat terkoordinasi dan
terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang memberi kepastian bahwa pasien mempunyai suatu
rencana untuk memperoleh perawatan yang berkelanjutan setelah meninggalkan rumah
sakit. Discharge planning membantu proses transisi pasien dari satu lingkungan ke
lingkungan yang lain. Proses tersebut dapat dilihat keberhasilannya dengan beberapa
indicator.
Indikator hasil yang diperoleh harus ditujukan untuk keberhasilan discharge
planning pasien, yaitu:
a. Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obatobatan dan
tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi keperawatan tingkat lanjut, dan
respon ynag diambil pada kondisi kedaruratan.
b. Pendidikan khusus diberikan kepada pasien dan keluarga untk memastikan perawatan
yang tepat setelah klien pulang.
c. Sistem pendukung di masyarakat dikoordinasikan agar memungkinkan pasien untuk
kembali ke rumahnya dan untuk membantu klien dan keluarga membuat koping
terhadap perubahan dalam status kesehatan pasien.
d. Melakukan relokasi pasien dan koordinasi sistem pendukung atau memindahkan
pasien ke tempat pelayanan kesehatan lain.
BAB III
ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING

ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING I


A. Pelaksanaan Kegiatan :
Topik : Discharge planning perawatan klien dengan diagnosa medis Diabetes
Melitus dengan Luka Gangren
Hari/tanggal : Rabu, 12 Agustus 2020
Waktu : 09.00-selesai
Tempat : Ruang Paviliun
Pelaksana : Karu, Katim, PA
Sasaran : Klien dan keluarga klien (Nursalam, 2011)
B. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Zaifan
Ketua Tim / PP : Suaiha
Perawat Pelaksana / PA : Ulfa
Pasien : Rizal
Keluarga Pasien : Sofie
C. Instrumen
a. Status klien
b. Format discharge planning (terlampir)
c. Leaflet (terlampir)
d. Obat-obatan, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang
D. Mekanisme Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1) Karu mengucapkan salam kemudian 10 Menit Ruang KARU
menanyakan bagaimana persiapan Ketua KARU
Tim untuk pelaksanaan discharge
planning KATIM
2) Ketua Tim sudah siap dengan status klien KATIM
dan format discharge planning KATIM
3) Menyebutkan masalah-masalah klien
4) Menyebutkan hal-hal yang perlu
diajarkan pada klien dan keluarga.
5) Karu memeriksa kelengkapan discharge
planning
Pelaksanaan 1) Karu membuka acara discharge planning 30 Menit Bed KARU,
2) Ketua Tim dibantu PA menyampaikan Pasien KATIM,
pendidikan kesehatan, dan menjelaskan PA
tentang :
a. Memotivasi pasien untuk mematuhui
diet yang sudah ditetapkan yaitu
rendah lemak, rendah glukosa, tinggi
serat sebagai cara efektif untuk
mengendalikan lemak darah, gula
darah dan kolesterol.
b. Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemi
(kadar gula darah turun) seperti
mengantuk, binggung, lemas, keringat
dingi, mula muntah.
c. Menjelaskan pentingnya merawat kaki
dan mencegah luka seperti tidak
memakai sepatu yang sempit harus
memakai alas kaki, hindari kulit yang
lembab
d. Jaga luka tetap bersih dan kering
e. Hindari penekanan yang lama pada
kaki yang luka
f. Menganjurkan tetap untuk kontrol
gula darah secara rutin
g. Menjelaskan jangan menghentikan
terapi obat tanpa konsultasi dengan
dokter
h. Minum obat secara teratur
i. Informasi kepada klien tentang
perawatan kaki
 Anjurkan pada klien dan keluarga
untuk membersihkan kaki dengan
sabun terutama disela-sela jari
 Potong kuku jari kaki mengikuti
lekukkan jari kaki jangan
memotong kuku berbentuk lurus
pada tepinya karena dapat
menyebabkan tekanan pada jari-jari
yang berdekatan
 Hati-hati saat mengikir tepi kuku
yang kasar untuk mencegah
kerusakan kuku
 Hindari merendam kaki berlama-
lama dan mengunakan air panas
 Gunakan pelembab untuk kulit
yang kering
 Pakai kaos kaki yang terawat dari
bahan kualitas baik
 Anjurkan klien untuk melakukan
latihan kaki untuk mempertahankan
sirkulas
j. Informasi kepada klien mengenai alas
kaki
 Hindari berjalan tanpa alas kaki
 Anjurkan klien untuk memakai
sepatu yang pas, tidak sempit
 Periksa sepatu dari benda asing
setiap hari
 Hindari memakai kaos kaki yang
sempit
 Gunakan sepatu yang terbuat dari
bahan yang menyerap
 Ganti sepatu bila sudah rusak
3) Ketua Tim menanyakan kembali kepada
klien dan keluarga tentang materi yang
telah disampaikan
4) Ketua Tim mengucapkan terima kasih
5) Pendokumentasian
6) Timbal balik antara Karu, Ketua Tim, PA
dengan keluarga klien
Penutup Karu memberikan pujian dan masukan atau 2 menit Ruang KARU
saran kepada Ketua Tim dan PA KARU

DIALOG SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING

Kepala Ruangan : Nuvia Ayu, S.Kep


Ketua Tim / PP : Sulaiha, S.Kep
Perawat Pelaksana / PA1 : Siti Roufatul Jannah, S.Kep
Perawat Pelaksana / PA2 : Sofie Puspita Sari, S.Kep
Perawat Pelaksana / PA3 : Maharani Hariri, S.Kep
Keluarga Pasien : Riki Pratama Putra, S.Kep
Pasien : M. Rizal Elvani, S.Kep
Dokter : Zaifan Shidqi , S.Kep

KARU DAN KATIM sedang berbincang – binang di ruang kepala ruangan, tiba – tiba
muncul perawat Ulfa.
PA1 : Permisi, selamat pagi bu .
Karu&Katim : iya selamat pagi.
Katim : ada apa ya suster ulfa ?
PA1 : begini bu, saya akan melaporkan catatan perkembangan pasien bernama Tn.
Rizal
Karu : iya sus, silahkan duduk.
PA1 : terima kasih, begini bu, disini dari hasil Tn. Rizal keadaan pasien sudaah
membaik, dari hasil labnya ini peningkatan trombosit dan hematropi sudah
dalam rentan normal. Pasien juga sudah tidak demam, dan tidak lemas
menurut saya Tn. Rizal dari segi keperawatan sudah bias pulang. Sehingga
saya berencana untuk memberikan Discharge planning kepada pasien Tn.
Rizal. Bagaimana pendapat bu sulaiha dan bu nuvia ?
Katim : kalau boleh tau apa yang di fokuskan dari Discharge Planning ini ?
PA1 : Baik, dari format yang sudah saya buat discharge planning ini nanti. Tn.
Rizal diberikan penyuluhan tentang pencegahan Demam Berdarah dan apa
saja yang perlu di perhatikan saat perawatan dirumah nanti, disini juga saya
menyiapkan leaflet untuk Tn.Rizal dan keluarga, Bagaimana bu ?
Karu : Boleh, nanti kalau ada dokter visit, tinggal lapor saja nanti antara discharge
planning kita pasien di pulangkan atau tidak kita diskusikan lagi bersama
dokter visit.
PA1 : baik bu.
Karu : bagaimana sudah jelas?
PA1 : sudah bu, baik terima kasih, saya permisi dulu bu…
Karu&katim : sama- sama
Katim : selamat bekerja ya.

RUANG PERAWAT
Dokter : Selamat pagi
PA2&PA3 : Pagi dokter
Dokter : di ruangan ini pasien saya ada berapa ya ?
PA3 : sekitar 5 pasien dok
Dokter : pasien Tn. Rizal, kemarin gimana sus kondisinya, boleh lihat
statusnya?
PA2 : sudah agak mendingan dok, dari pada sebelumnya, nafsu makannya
juga meningkat, panasnya juga sudah turun.
Dokter : Oh iya, baik mai kita ke pasien sekarang.
PA2 : baik dok

RUANG PERAWATAN
PA2 : selamat pagi bapak.
Kel. Pasien : selamat pagi sus, dok
Dokter : gimana kabar bapak hari ini?
Pasien : sudah membaik dok, sudah tidak demam lagi dan nafsu makan meningkat.
Dokter : ya sudah saya periksa dulu ya pak, permisi ya.
Pasien : silahkan dok
Dokter : kondisi bapak sudah membaik, dari kondisi fisik, dan hasil lab sudah bagus,
tapi tetap jaga pola istirahat dan pola makan ya pak.
Pasien : baik dok
PA2 : ya sudah pak saya permisi dulu pak,
Dokter : mari pak..
Kel. Pasien : terima kasih sus, dok
PA2 : sama – sama

RUANG PERAWAT
Di dalam ruangan Dokter, Katim,Karu, dan 3 perawat lainnya sedang berbincang bincang
mengenai TN. Rizal.
Karu : dokter apakah tadi sudah melihat kondisi Tn. Rizal ?
Karu : sebenarnya tadi itu kita sudah berdiskusi dok buat kepulangan Tn. Rizal ini,
gimana dokter, ini tadi saya lihat hasil labnya sudah kembali normal?
Dokter : iya ada peningkatan, apa gak sebaiknya kita observasi dulu, jaga – jaga
seandainya Tn. Rizal ada demam lagi?
Karu :soalnya begini dok, dari keperawatan sudah baik ya teman – teman jadi untuk
observasinya juga sudah baik. Jadi kita tadi sudah berdiskusi pagi tadi.
Sebaiknya bias juga di rencanakan untuk pulang hari ini, untuk demamnya
seandainya kambuh lagi mungkin dari teman – teman akan melakukan
discharge planning.
Katim : maaf ya dok, sebelumnya pada intinya pasien saat ini hanya butuh istirahat.
Jika menurut kita semua pasien bias istirahat dirumah .
Dokter : kalau memang seperti itu tolong discharge planning bener – bener di
lakukan, jangan lupa di kasih tau untuk perawatan pasien di rumah ke
keluarganya jika pasien demam.
Katim : iya dok, kita nanti juga akan memberikan leaflet dan menjelaskan kepada
keluarga dan pasien untuk perawatan dirumah.
Dokter : kalau memang seperti itu pasien sudah di perbolehkan pulan, tolong form-
form di siapkan.
Katim : baik dok.
Dokter : keluarga pasien suruh urus untuk administrasinya ya. Dan apa ada yang di
tanyakan lagi ?
Tim : tidak dok
Dokter : kalau begitu saya permisi dulu, selamat pagi
Tim : pagi dok.

RUANG PERAWATAN
Perawat sofi, ulfa dan rani mengemui pasien di ruangan untuk menjelaskan discharge
planning.
PA1 : selamat pagi pak, bagaimana kabrnya?
Pasien : Alhamdulillah baik
PA1 : disini kami dari perawat yang berjaga di ruangan ini, kami akan
menyampaikan bahwa hasil dari pemeriksaan kondisi Tn. Rizal sudah
membaik dan di perbolehkan pulang.
Fiqrul : jadi boleh pulang hari ini ya sus?
PA1 : boleh pak
PA3 : ini ada resep obat buat di ambil hari ini, tapi sebelum bapak pulang kami
akan melakukan penyuluhan, penyuluhan ini penting untuk bekal perawatan
bapak selama di rumah, apa bapak setuju?
Kel. Pasien : setuju sus
PA3 : kalau begitu saya meminta tanda tangan pak Rizal untuk mengisi form
persetujuan.
PA1 : nah, bapak untuk memberikan penyuluhan bersama suter rani dan sofi ya
pak, jika bapak tidak mengerti boleh di tanyakan. Saya permisi dulu ya sus,
pak..
Pasien : baik sus.
PA2 : baik saya mulai ya pak,sebelumnya bapak tau gak sih apa itu demam
berdarah?
Pasien : yang saya tau demam berdarah itu gigitn nyamuk, sudah itu saja.
PA2 : kalau bapak riki apa tau?
Kel. Pasien : ya saya sama seperti apa yang di katakan nak Rizal.
PA2 : jadi saya akan jelaskan apa itu Demam berdarah. Demam berdarah adalah
penyakit yang di sebabkan oleh gigitan nyamuk degue, dan ciri – cirinya
penyakit ini adalah suhu tubuh/ panas secara tiba – tiba selama 2-7 hari tidak
turun. Dan untuk mengetahui lebih jelasnya harus menggunakan tes lab darah
dan hasil lab yang menentukan.
PA3 : apa bapak sudah tau cara pencegahan demam berdarah?
Pasien : belum sus
PA3 : jadi untuk mencegah demam berdarah ini biasanya menciptakan lingkungan
yang bersih, jauhkan dari sarang nyamuk dan lakukan 3 M. apa bapak tau apa
saja itu 3 M?
Kel. Pasien : menguras, menutup, mengubur
PA3 : betul, dan dari kebiasaan pola istrihat bapak juga, jangan sering – sering
begadang ya pak.
Pasien : hehee iya sus
PA3 : bagaimana bapak apa sudah mengerti dan apa yang ada di tanyakan?
Pasien : tidak ada sus.
PA2 : oiya pak sedikit informasi dari kami ini kami ada leaflet disini ada
pengertian, tnda dan gejala, dan pola makan dari penyakit demam berdrahnya,
untuk bapak bias lebih memahami lagi tetang penyakit bapak. Kalau sudah
jelas kita akan permisi dulu ya pak.
PA3 : dan jangan lupa pak riki untuk mengurus berkas dan administrasinya y pak
Kel. Pasien : Baik sus terima kasih.
BAB IV
EVALUASI
4.1 Evaluasi Struktur (input)
Pelaksanaan discharge planning dilaksanakan di ruang Paviliun RS.Graha Sehat
1.Persiapan dilakukan sebelumnya.
2.Perawat yang betugas.
4.2 Proses
1.Kelancaran kegiatan.
2.Peran serta perawat yang bertugas.
3.Klien dan keluarga berperan aktif dalam diskusi
4.3 Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga. Klien dapat
menyebutkan kembali tentang
1. Definisi
2. Etiologi
3. Tanda dan gejala
4. Pencegahan dan penatalaksanaan
5. Menjelaskan manfaat aturan pengobatan, minum obat dan rencana kontrol setelah
pulang dari rumah sakit saat ada keluhan atau sesuai jadwal kontrol.
6. Cara minum obat, perawatan di rumah, dll.
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa
siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses
formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang kekelompok lainnya.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge
planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang
berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan
dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan
dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi
pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya tugas ini, penyusun mengetahui bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyusun tugas mata kuliah manajemen keperawatan yang berjudul
“Discharge Planning”. Untuk itu, penyusun berharap mendapatkan kritik dan saran
yang membangun agar dalam penyusunan tugas yang akan datang bisa lebih baik dari
yang saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2017. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan , Jakarta :


Salemba Medika
Nursalam, 2017 Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktek. Jakarta :
Salemba Medika
PROPOSAL ROLEPLAY SENTRALISASI OBAT
MANAJEMEN KEPARAWATAN

Disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Herlina Amalia M.S (14901.06.19009)
2. Isma Warda (14901.06.19011)
3. Maharani Hariri (14901.06.19016)
4. Marvelinda Diah A.L (14901.06.19017)
5. Muhammad Rizal Elvani (14901.06.19020)
6. Muhammad Miftahul Huda (14901.06.19023)
7. Nuvia Ayu (14901.06.19029)
8. Riki Pratama Putra (14901.06.19037)
9. Siti Roufatul Jannah (14901.06.19041)
10. Sofie Puspita Sari (14901.06.19042)
11. Sulaiha (14901.06.19044)
12. Vivi Faridah (14901.06.19048)
13. Zaifan Shidqi (14901.06.19053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya
(Nursalam,2018). Salah satunya adalah dalam pengelolaan obat pasien. Teknik
pengelolaan obat secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran
dan pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Sentalisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi (pengobatan)
secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian sehingga akan
memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat di ruangan dilaksanakan pada obat
injeksi yang disimpan oleh petugas ditempat khusus di ruang perawat dan diberikan
menurut jadwal pemberian, sedangkan obat oral diberikan kepada pasien/keluarganya
dan perawat hanya memberitahukan cara pemberiaannya. Resep dari dokter diberikan
keluarga pasien untuk dibelikan di apotek, setelah mendapatkan obatnya diserahkan
perawat untuk dicatat pada buku penerimaan obat. karena hal tersebut diatas, kelompok 3
berencana akan mensosialikan dan melaksanakan sentralisasi obat yang mencakup obat
injeksi maupun oral karena pengelolaan sentralisasi yang merupakan salah satu usaha
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi
jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain yang bisa
terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek samping obat yang
tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan
kerugian pasien secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan suatu cara yang sistematis
sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat dan pasien/keluarga
serta resiko kerugian baik secara material maupun non material dapat dihindari, pada
akhirnya kepercayaan pasien terhadap perawat juga semakin meningkat. Berdasarkan hal
tersebut, untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan sentralisasi keperawatan di Ruangan,
kami akan melaksanakan sentralisasi obat oral di ruangan tersebut.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2.2.1 Tujuan khusus
a. Mampu meningkatkan pemahaman perawat ruangan dan mahasiswa dalam
menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar sesuai prinsip 6 T dan 1 w
( tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat
dokumentasi dan waspada efek samping )
b. Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan perawat
Ruangan dan mahasiswa dalam mengelola sentralisasi obat
c. Mampu meningkatkan kepatuhan pasien di Ruangan dalam penggunaan obat
sesuai dengan program terapi..
d. Mampu meningkatkan kepuasan dan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
e. Meningkatkan keper%ayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2017)

2.2 Tujuan Pengelolaan obat


Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksan dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal
berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu disentralisasi,
antara lain :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang lebih
murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
3. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
batas kadarluarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak aktif.
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri ( Mc Mahon, 2017 ).
2.3 Teknik Pengelolaan Obat (Sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1. Penangguang jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
3. Penerimaan obat.
a. Obat yang telah diserapkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang diambil
oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima terima obat
b. Perawat menuliskan nama pasien, regestrasi, jenis obat, jumlah dan sediaan
perlu) dalam kartu control, dan diketahui (ditandatangani) oleh keluarga
pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan
penjelasan kapan atau bila mana obat tersebut akan habis,serta penjelasan
tentang 5T (jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian)
c. Pasien dan keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum berseta kartu sediaan obat
d. Obat yang telah diserahkan disimpan oleh perawat dalam kontak obat
4. Pemberian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat:
dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi diinstruksi dokter dan kartu
obat ada pada pasien.
c. pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan maCam obat, kegunaan obat,
jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat atau wadah obat kembali
keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau efek samping pada pasien.
d. sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan
petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat.obat-
obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian
dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter penanggung
jawab pasien (Nurussalam, 2017)
5. Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubah
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukan dalam buku masuk
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sedian obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam, 2007)
6. Obat Khusus
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal
menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping cukup
besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu, sewaktu saja.
b. pemberian obat khusus dilakukan menggunkan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer
c. informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama obat, kegunaa
waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian, dan wadah
sebaiknya diserahkan atau ditunjukan kepada keluarga setelah pemberian
,usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat ( Nursalam, 2007)
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai
obat dengan cara-cara berikut ini:
1. Membuat catatan mengenai obat : obatan ;ang sering dipakai, jelaskan
penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua
staf
2. Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan
gantungkan didinding
3. Berikan kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat
4. aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat
setiap minggu pada waktu pertemuan staf
7. menyimpan persediaan obat
a. pemeriksaan ulang
pemeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan
menulis etiket dan alamat pesien. penyimpanan stok (persediaan) yang
teratur dengan merupakan bagaian penting dari manajemen obat. obat yang
diterima dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persedian.
b. system kartu persediaan
sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan
menggantikan buku besar persediaan, kartu ini berfungsi seperti buku
persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang
diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan dalam
buku besar persediaan, masing : masing barang ditempatkan pada halaman
terpisah. Tetapi dalam system kartu persediaan, masing - masing dituliskan
dalam kartu yang terpisah.
c. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta
pendingin. periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral ( untuk diminum) dan obat luar.
2.4 Peran
1. Kepala Ruangan
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek.
b. memotivasi klien untuk mematuhi program terapi
c. menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2. Katim
a. menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
b. menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
3. Anggota Tim
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien
dirawat.
2.5 Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat dilaksanakan pada minggu pertama sampai dengan minggu
kedua selama mahasiswa praktek di ruang anak. Ruangan yang digunakan dalam
mengelola sentralisasi obat adalah ruang nurse station dan ruang perawatan. ,Metode
yang digunakan adalah ODD( One Day Dose) dengan melibatkan depo farmasi ruangan
2.6 Instrumen
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
2. Lemari / kotak sentralisasi obat/ tempat obat dan baki
3. Tanda bukti serah terima obat dari farmasi
4. Format pemberian obat oral dan injeksi

2.7 Mekanisme kegiatan


Tahap Kegiatan Waktu Tampat Pelaksanaan
Persiapan  Katim mangucapkan salam 10 menit Nurse Katim
dan melaporkan kegiatan station
sentralisasi kepada karu
 Karu menanyakan persiapan
sentralisasi obat oral dan Karu
injeksi
 Katim menyebutkan hal yang
sudah disiapkan Katim
 Karu memeriksa
kelengkapan administrasi karu
sentralisasi obat ( meliputi:
informed consent, formulir
pemberian obat oral dan
injeksi, lembar serah terima
obat)
Pelaksanaan  Katim menerima obat dari Nurse Katim
depo farmasi dengan model station
one day dose
 Katim melakukan pencatatan Nurse Katim
pada format penerimaan obat station
dan injeksi, yang meliputi :
 Identitas pasien
 Nama obat, dosis dan
cara pemberiannya
 Jumlah obat yang
diterima oleh farmasi
 Jam dan nama penerima
obat Bed pasien Katim,
 Katim dan anggota tim Bed pasien anggota tim
menjelaskan informed Katim,
consent sentralisasi obat Bed pasien anggota tim

 Katim dan anggota tim


menyiapkan kartu serah Bed pasien Katim,

terima obat oral anggota tim

 Katim memberikan
penjelasan pada pasien dan anggota tim

keluarga mengenai nama


obat yang akan diberikan,
manfaat, dosis cara Bed pasien

pemberian, efek samping dan


kotraindikasi
 Katim dan anggota tim
memberikan obat oral kepada Nurse anggota tim
pasien sesuai dengan jadwal station
yang sudah ditentukan
 Anggota tim memberikan
obat kepada pasien
melibatkan keluarga karu katim
 Anggota tim menandatangani anggota tim
format pemberian obat orang
maupun injeksi serta
mengobservasi efek samping
dari obat yang telah
diberikan
 Karu mengecek kembali
kelengkapan
pendokumentasian
sentralisasi obat

2.8 Petunjuk tekhnis pengisian format persetujuan sentralisasi obat


1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri, anak,
istri, suami, orang tua, dan lain-lain.
2. Nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, no reg diisi sesuai data klien yang
bersangkutan.
3. Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat.
4. pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent (yaitu diawal
klien ,MRS.
5. Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan klien yang menyetujui
dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.
2.9 Petunjuk tekhnis pengisian format pemberian obat
1. Pengisian nama pasien, no register, umur, ruangan
2. Kolom nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis dan cara
pemberian
3. Kolom tanggal diisi tanggal pemberian obat secara horizontal
4. Kolom terima diisi jumlah obat yang diterima dari depo farmasi
5. Kolom penerima diisi nama perawat yang menerima, kemudian paraf
6. Kolom pemberian obat diisi sesuai jam berapa obat diberikan beserta nama perawat
atau paraf
7. Kolom sisa diisi oleh perawat shift malam yaitu jumlah obat yang masih ada setelah
pemberian beserta nama perawat
2.10Petunjuk tekhnis juknis sentralisasi obat
1. Perawat menjelaskan tujuan dan manfaat dari sentralisasi obat (diawal ,MRS)
2. Pasien, keluarga mengisi format persetujuan sentralisasi obat (diawal ,MRS)
3. Perawat menerima obat dari farmasi dengan model ODD (One Day Dose)
4. Perawat menyimpan obat yang telah diterima dan disimpan di kotak obat
5. Perawat meletakkan obat di tempat obat saat memberikan obat pada pasien sesuai
dengan jadwal pemberian obat yang telah ditentukan.
2.11Scenario atau role play sentralisasi obat
Pada hari Senin tanggal 18 angustus 2020 ,Tn.R 21 th mengeluh demam, pusing,dan
merasakan lemas pada tubuh bagian kiri, karena kondisinya yang cukup parah Tn.R
harus menjalani perawatan dan kemudian Tn.R dirawat diruang Pavilliun RS graha sehat
kraksaan. Setelah masuk ruangan kemudian Ka.Tim memanggil keluarga Tn.R ke kantor
perawat dan menjelaskan tentang kegiatan sentralisasi obat serta melakukan inform
konsen/surat pernyataan setuju dilakukan sentralisasi obat. Karena Tn.R baru masuk
diruang perawatan.
Katim : Assalamuâalaikum. Selamat pagi bu...
Keluarga : Waâalaikumsalam, pagi juga bu.
Katim : Baiklah, langsung saja ya bu, maksud saya memanggil ibu ke sini
untuk menjelaskan kepada ibu apa itu sentralisasi obat.
Keluarga : apa itu sentralisasi obat?
Katim : Sentralisasi obat itu adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan ke suami ibu dan akan diserahkan sepenuhnya kepada perawat
untuk pengobatan kepada suami nya ibu.
Keluarga : owh begitu... baiklah..
Katim : Jika ibu setuju, silakan mengisi formatnya disini bu.
Keluarga : baik bu... tanda tangan disini ya bu?
Katim :iya bu...
Keluarga : Sudah bu.
Katim : Baik bu terima kasih atas kerjasamanya, Sekarang Ibu bisa kembali
ke suami nya ibu !
Setelah mengisi format tersebut, keluarga pun pergi kembali menemani suaminya.
Kemudian dokter datang untuk melakukan pemeriksaan pada Tn.R.
Dokter : Assalamuâalaikum. Selamat pagi Pak Rohmad bagaimana
keadaannya?
Pasien ( R ) : Waâalaikumsalam. Pagi juga dok ini dok saya merasakan demam,
pusing,dan merasakan lemas pada tubuh bagian kiri,
Dokter : iya sebentar saya periksa dulu ya pak.(kemudian dokter
memeriksanya)
Keluarga : Bagaimana dok keadaan suami saya?
Dokter : Suami ibu terkena Stroke ringan, dan ini saya beri resep obat tolong
di beli di apotik ya?
Keluarga : Iya, dok.
Dokter : Iya sudah kalau begitu saya permisi dulu, assalamuâalaikum.
Keluarga : Iya, “Trimakasih dok“.
Kemudian keluarga menuju apotek untuk menebus obat yang telah diresepkan
oleh dokter.
Apoteker : Apoteker menyiapkan obat dan memanggil nama pasien. “Bapak R,
ruang pavilliun”
Keluarga : Iya bu, saya keluarga Bapak Rohmad Berbeg.
Apoteker : Ini bu obatnya.
Keluarga : Iya, Bu Trimakasih.
Apoteker : iya sama sama bu
Kemudian keluarga kembali keruangan dan memberikan obat kepada ruangan.
Keluarga : Permisi Bu, Ini obatnya bapak R.
Perawat : Oh ,,, Iya bu Trimakasih.Keluarga ( Evi) : Iya, Bu Sama-sama
Katim kemudian menulis obatnya di buku sentralisasi obat dan lembar pemberian
obat. Kemudian ka.tim menjelaskan obatnya ke perawat pelaksana. Setelah dijelaskan
kemudian perawat pelaksana memberikan obat sesuai jadwal. Waktu pemberian obat perawat
pelaksana menulis pemberian obatnya di lembar pemberian obat.
Ka.Tim :” menulis obat dalam buku sentralisasi obat dan lembar pemberian
obat”. Mbak,, ini obat bapak rohmad tolong di tata sesuai dengan tempatnya. Ini dosisnya :
Ranitidin 3x1, ceftri 2x1, citicolin 2x1 tolong langsung dimasukaan dalam lemari
sentralisasinya ya.
Perawat : baik Bu,, “perawat memberikan obat sesuai dengan apa yang telah di
jelaskan dan di tuliskan oleh Ka.tim. Kemudian menuliskan dalam buku sentralisasi obat
yang telah di injeksikan pada pasien.
BAB 3
PERENCANAAN

3.1 Rencana Pelaksanaan Sentralisasi Obat


Hari : Insidental
Tanggal : Insidental
Waktu : Insidental
Pelaksana : NUM, Primary Nursing, Asociate Nursing
Tempat : Ruang Rawat Paviliun Rumah Sakit Graha Sehat
3.2 Struktur Pengorganisasian
NUM : Mahasiswa yang berdinas
PP : Mahasiswa yang berdinas
PA : Mahasiswa yang berdinas
Ruang : Ruang Paviliun

3.3 Metode

1. Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima dan pemberi obat
sesuai dengan identitas pasien dan dicatat dalam buku serah terima obat
2. Pengawasan dan perencanaan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal dan ja pemberian
obat, jenis pemberian obat oral atau injeksi, sesuai dengan identitas pasien pada
format kontrol dan pemakaian obat.

3.4 Instrumen

1. Lembar serah terima obat


2. Lembar salinan obat
3. Medication chart (oral dan parenteral)
4. Buku injeksi
5. Lemari / kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki
3.5 Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Persiapan pasien
2) Persiapan format dan kelengkapan sentralisasi obat
3) Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Rawat Inap lantai 3
Rumah Sakit Universitas Airlangga
4) Perawat yang bertugas dalam pelaksanaan sentralisasi obat
2. Evaluasi proses
1) Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah di
tentukan dan pasien telah menyetujui informed consent untuk dilakukan
sentralisasi obat
2) Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan rencana dan alur yang telah
ditentukan.
3) Perawat yang bertugas sesuai perannya
3. Evaluasi hasil
1) Klien dan keluarga puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat
2) Perawat mudah mengontrol pemberian obat
3) Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar
4) Kien dapat mempercayakan pengaturan dan pemberian obat kepada petugas
5) Meningkatkan kepatuhan klien terhadap program terapi
FORMAT SERAH TERIMA OBAT
Nama Pasien : Ruangan :
Umur : No.Reg :

No Tanggal Nama Dosis Jumlah TT/Nama Terang TT/Nama Ket.


Obat yang Terang Yang
menyerahkan diserahkan
FORMAT SALINAN OBAT
Nama Pasien : Ruangan :
Umur : No.Reg :
No. Nama Obat Jadwal Pemberian Keterangan
MEDICATION CHART
Pedoman Pengisian
1. Penulisan Resep jelas, dapat dibaca, ditanda tangani dokter pemberi terapi
2. Perubahan Obat bila ada penggantian obat baik dosis, rute maupun frekuensi, resep obat pertama
harus dihentikan (STOP) dan ditulis ulang pada kolom yang baru
3. Penghentian Obat Bila obat dihentikan, dokter pemberi terapi harus menulis “STOP” dikolom
tanggal pemberian obat dan memberi paraf.
Apabila penghentian terapi secara verbal atau telepon pada kolom pemberian obat
ditulis/stempel “Phone Order/PO” atau “Verbal Order/VO” kemudian nurse
memberi paraf. Dokter pemberi instruksi harus memberikan paraf saat visite
4. Pembatalan Resep Dilakukan dengan memberikan satu garis jelas pada tulisan tersebut dan di paraf
oleh dokter yang bersangkutan. Tidak diperbolehkan menggunakan tipe X atau
penghapus
5. Instruksi Verbal/Telepon Instruksi yang diberikan melalui verbal atau telepon, perawat harus
menuliskan/stempel pada kolom tanda tangan dokter dengan PO atau VO dan
dokter pemberi instruksi harus menandatanganinya saat visite
Bila pasien tidak mendapatkan obat sesuai dengan seharusnya, maka tulis alasan
dengan menggunakan singkatan
6. Alasan Penyimpangan R : Reject, pasien menolak pemberian
F : Fasting, pasien puasa
C : Condition, Kondisi pasien yang menyebabkan penundaan (tekanan
darah, kondisi perdarahan, dll) penjelasan lebih lanjut di catatan keperawatan
7. Keterangan Kolom A : Absent, pasien tidak tidak ada di tempat/RS tanpa izin
C : Paraf perawat pemeriksa/cross chek
G : Paraf perawat pemberi obat

DAFTAR OBAT YANG DIBAWA PASIEN SAAT MRS


Nama Obat Jumlah Penerima Nama obat Jumlah Penerima
Diterima Diterima

SAMPLE TANDA TANGAN/PARAF NERS


NAMA PARAF NAMA PARAF
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN SENTRALISASI OBAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Umur :
Alamat :
Menyatakan setuju / tidak setuju *)
*)
Untuk dilakukan sentralisasi obat terhadap diri saya sendiri/ isteri/ suami/ anak/ ayah/ ibu saya ,
dengan :
Nama :
Umur : tahun
Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
Alamat :
Ruang/Kelas :
No. Rekam Medis :

Dengan ketentuan sebagai berikut :


1. Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam pengelolaan sentralisasi
obat
2. Setiap ada resep dari dokter akan diterima oleh perawat/petugas
3. Perawat akan menebus resep ke depo farmasi
4. Nama obat, dosis, jumlah yang diterima akan dicatat dalam lembar serah terima obat dan
ditandatangani oleh perawat yang menerima dan petugas farmasi yang menyerahkan obat
5. Perawat akan menyimpan obat di tempat sentralisasi obat
6. Farmasi akan mengirim persediaan obat untuk kebutuhan obat pasien selama 1 hari
7. Bila obat habis akan dimintakan resep kepada dokter oleh perawat
8. Bila ada pergantian obat, akan diinformasikan oleh perawat sesuai hasil koordinasi dengan
dokter dan depo farmasi
9. Bila pasien pulang dan obat masih ada atau belum habis sisa obat akan dikembalikan kepada
farmasi untuk diganti dalam bentuk uang kepada pasien
10. Obat dengan harga > Rp.100.000,00 atau diluar daftar obat jamkesmas atau asuransi lain akan
diinformasikan kepada keluarga untuk dimintakan persetujuan.

Ketentuan sentralisasi obat tersebut diatas telah dijelaskan oleh perawat dan saya telah
mengerti dengan sepenuhnya.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Probolinggo, ……………......... 2020
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2017. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan , Jakarta :


Salemba Medika
Nursalam, 2017 Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktek. Jakarta :
Salemba Medika
PROPOSAL ROLEPLAY SUPERVISI KEPERAWATAN
MANAJEMEN KEPARAWATAN

Disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Herlina Amalia M.S (14901.06.19009)
2. Isma Warda (14901.06.19011)
3. Maharani Hariri (14901.06.19016)
4. Marvelinda Diah A.L (14901.06.19017)
5. Muhammad Rizal Elvani (14901.06.19020)
6. Muhammad Miftahul Huda (14901.06.19023)
7. Nuvia Ayu (14901.06.19029)
8. Riki Pratama Putra (14901.06.19037)
9. Siti Roufatul Jannah (14901.06.19041)
10. Sofie Puspita Sari (14901.06.19042)
11. Sulaiha (14901.06.19044)
12. Vivi Faridah (14901.06.19048)
13. Zaifan Shidqi (14901.06.19053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan dan
kesadaran akan kebutuhan kesehatan maka semakin tinggi pula tuntutan
masyarakat pada pelayanan keperawatan. Keadaan tersebut menuntun
perawat pada suatu bentuk persaingan untuk mendapatkan kepercayaan
masyarakat akan pelayanan keperawatan, hal mana membuat perawat
harus meningkatkan pelayanan keperawatan yang paripurna. Pelayanan
yang berkualitas haruslah didukung oleh sumber-sumber yang memadai,
antara lain sumber daya manusia yang bermutu, standar pelayanan
termasuk pelayanan keperawatan yang berkualitas, disamping fasilitas
yang sesuai harapan masyarakat. Agar pelayanan keperawatan senantiasa
memenuhi harapan konsumen dan sesuai dengan standar yang berlaku
maka diperlukan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan. Melalui pengawasan atau supervisi diharapkan perawat
dapat melaksanakan asuhan yang berkualitas sesuai standar. Supervisi
tersebut merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen dan
merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah melakukan tindakan supervisi keperawatan, mahasiswa
mampu mengaplikasikan peran kepala ruangan sebagai supervisor dan
peran perawat primer maupun perawat associate.
2. Tujuan khusus
a. Kepala ruangan mampu mengevaluasi dan menilai kinerja perawat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
b. Kepala ruangan mampu memberikan umpan balik ( feed back)
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan perawat.
c. Kepala ruangan memberikan tindak lanjut (follow up) terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh perawat selama melakukan
asuhan keperawatan.
d. Mampu menjalin kerjasama dan keakraban antar perawat.
e. Meningkatkan kinerja perawat primer dan perawat associatc
C. MANFAAT
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat yang
disupervisi dan meningkatkan hubungan dan suasana kerja yang
lebih harmonis antara supervisor dan perawat yang disupervisi.
b. Meningkatkan kemampuan perawat primer dan perawat associate
dalam menerapkan asuhan keperawatan dan mengurangi adanya
kesalahan yang dilakukan perawat.
2. Bagi Institusi
Membantu menyusun pedoman atau petunjuk tentang pelaksanaan
tindakan keperawatan sehingga tercipta pelayanan keperawatan
professional
3. Bagi Pasien
Pasien mendapat pelayanan keperawatan yang berkualitas dan sesuai
dengan tuntutan pasien.
BAB II
MATERI SUPERVISI
A. Pengertian
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama – sama (H. Burton, dalam Pier
AS, 1997 : 20).
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan
yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah
pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan, dan perawatan agar pasien
mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Depkes, 2000).
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber –
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka
mencapai tujuan.
B. Tujuan supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada
klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
C. Prinsip supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang
spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasaan klien, perawat, dan
manajer.

D. Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan :
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
klien di ruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek
keperawatan diruang perawatan.
2. Kepala instalasi rawat inap :
Mengawasi instalasi rawat inap dalam melaksanakan tugas secara
langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
3. Kepala sub. Bagian keperawatan :
Bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi kepala seksi perawatan
secara langsung dan semua perawat secara tidk langsung.
E. Alur Supervisi

Kepala Sub. Bagian


Keperawatan

Ka. Instalasi Rawat Inap

Kepala Ruangan

Supervisi

Ketua Tim

Delegasi

Perawat Pelaksana

Kinerja perawat dan kualitas


pelayanan

Keterangan :

Kegiatan supervisi

Delegasi dan supervisi


F. Langkah-langkah Supervisi
1. Pra supervisi
a. Supevisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b. Supervisor menetapkan tujuan
2. Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument atau alat
ukur yang telah disiapkan.
b. Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil Katim dan PP untuk mengadakan pembinaan
dan klarifikasi masalah
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi
data sekunder.
1) Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan Katim dan PP
3. Pasca supervisi 3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F – Fair).
b. Supervisi memberikan Feed Back dan Klarifikasi
c. Supervisi memberikan reinforcement dan Follow up perbaikan.
G. Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen sumber
daya yang tersedia.
a. Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah :
1) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.
2) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.
3) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan.
keperawatan, bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
4) Memastikan praktek keperawatan professional dilaksanakan.
b. Manajemen anggaran
Manajer keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan, dan
pengembangan.
Supervisor berperan dalam :
1) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana
tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat
dicapai sesuai tujuan RS.
2) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan
anggaran keperawatan.
3) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola, Supervisi
memerlukan praktek dan evaluasi yang benar agar dapat berjalan
sesuai prosedur.
H. Teknik Supervisi
Proses Supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen pokok, yaitu :
1. Mengacu pada standar asuhan keperawatan
2. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian.
3. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan.
Area yang disupervisi adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan oleh ketua tim dan Perawat Pelaksana berdasarkan standar asuhan
yang telah ditetapkan.
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :
1. Supervisi langsung :
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back
dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah :
a. Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor.
b. Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan
petunjuk.
c. Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi
yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki
yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat
penting dilakukan oleh supervisor.
2. Supervisi secara tidak langsung :
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor
tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin
terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
I. Pengorganisasian Peran
1. Peran Kepala Ruangan :
a. Sebagai konsultan dan pengendali mutu ketua tim.
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru.
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
d. Evaluasi kerja.
e. Merencanakan / menyelenggarakan pengembangan staf
f. Membuat 1- 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi.
2. Peran Ketua tim :
a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.
e. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
3. Peran Perawat Pelaksana:
Peran Perawat Pelaksana adalah melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh ketua tim.
BAB III
KEGIATAN SUPERVISI
A. Pelaksanaan
Topik : Supervisi
Hari/Tanggal : Rabu/ 19 Agustus 2020
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Paviliun
Materi : Perawatan Luka
B. Metode
1. Observasi
2. Diskusi dan tanya jawab
C. Instrumen
1. Status klien
2. Instrumen supervisi
3. Alat – alat rawat luka
D. Struktur Pengorganisasian
Kepala ruangan : Rizal elvani S.Kep , Siti roufatul S.Kep
Perawat primer : Riki pratama S.Kep, Zaifan S.Kep
Perawat asociate : Vivi farida S.Kep, Herlina S.Kep
Pembimbing akademik : Isma warda S.Kep, Marvelinda S.Kep
Pembimbing klinik : Maharani S.Kep, Miftahul S.Kep
Supervisor : Nuvia ayu S.Kep, Sofie S.Kep, Sulaiha S.Kep
E. Mekanisme Kegiatan Supervisi
Tahap Kegiatan Kegiatan Waktu Tempat

Pra Pelaksana 1. Katim mengucapakan Salam 5 menit Nurse station


dan melaporkan bahwa hari ini
akan ada supervisi tentang
perawatan luka, Karu
menyetujui katim untuk
melakukan supervisi

2. Karu menanyakan cek persiapan


supervisi.
3. katim menyebutkan hal-hal
yang perlu dipersiapkan.

4. Karu memeriksa kelengkapan


supervise meliputi alat-alat
perawatan luka.

5. Kontrak waktu dengan pasien


dan keluarga

Pelaksanaan 1. Karu, katim, dan PP menuju bed 30 menit Nurse station


pasien untuk melaksanakan
supervisi.
Bed Pasien
2. Karu memberi salam kepada
klien atau keluarga dan
mempersiapkan katim untuk
menjelaskan supervisi.

3. Menjelaskan kepada pasien dan


keluarga tentang prosedur
perawatan luka yang akan
dilaksanakan.

4. Mendelegasikan kepada PP
untuk membantu perawatan luka

5. Melakukan langkah – langkah


perawatan luka

Post Pelaksanaan 1. Dokumentasi hasil supervisi 5 menit Nurse Station

2. Salam penutup oleh kepala


ruangan.
F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Persiapan dilaksanakan 2 hari sebelum acara dimulai dari pembuatan
proposal, undangan dan berlatih role play untuk ketua tim yang akan
dilakukan supervisi serta Kepala ruangan sebagai supervisor dalam
kegiatan supervisi.
2. Evaluasi proses
Evaluasi dilihat berdasar kelancaran proses sesuai dengan rencana dan
alur yang ada serta perawat yang bertugas sesuai perannya.
3. Evaluasi hasil
a. Ketua tim mampu melaksanakan kegiatan tindakan sesuai dengan
prosedur
b. Kepala ruang mampu melakukan kegiatan supervisi sesuai dengan
prosedur.

c. Acara berjalan sesuai dengan proposal rencana kegiatan.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN LUKA
A. Pengertian
Perawatan luka adalah perawatan pada luka yang bertujuan untu mencegah
komplikasi dan meningkatkan proses penyembuhan luka.

B. Tujuan

1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat


menjaga kebersihan luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Dapat menolong hemostasis (bila menggunakan elastis verban)
4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5. Menurunkan pergerakan dan trauma
6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan

C. Peralatan
Alat-alat steril
1. Pinset anatomis 1 buah
2. Pinset sirugis 1 buah
3. Gunting bedah/ jaringan 1 buah
4. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
5. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
6. Sarung tangan (Handschoon) 1 pasang
7. Korentnag/ forcep
Alat-alat non steril
1. Gunting verban 1 buah
2. Plester
3. Pengalas
4. Pinset anatomi 1 buah
5. Kom kecil 2 buah bila dibutuhkan
6. Nierbeken 2 buah
7. Kapas alkohol
8. Aceton/bensin
9. Larutan NaCl 0,9%
10. Larutan savlon
11. Larutan H2O2
12. Larutan Boor Water (BWC)
13. Bethadine
14. Sarung tangan 1 pasang
15. Masker
16. Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah

PROSEDUR PELAKSANAAN

Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar

Tahap orientasi
1. Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja
1. Menutup sampiran
2. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
4. Letakkan pengalas dibawah area luka
5. Letakkan nierbeen didekat pasien
6. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunkan pinset anatomi, Buang balutan bekas kedalam nierbeken. Jika
menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya
dan menahan kulit di bawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar
dengan kulit dan kearah balutan. Bila masih terdapat sisa perekat dikulit,
dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin
7. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat
balutan dengan berlahan
8. Letakkan balutan kotor ke nierbeken lalu buang ke kantong plastik, hindari
kontaminasi dengan permukaan luar wadah
9. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
10. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
11. Membersihkan luka sesuai denganjenis lukanya apakah luka bersih atau
kotor serta sejenisnya.*
12. Menutup luka dengan cara tertentu sesuai keadaan luka*
13. Plester dengan rapi
14. Buka sarung tangan dan masukkan kedalam nierbeken
15. lepaskan masker
16. Atur dan rapikan posisi pasien
17. Buka sampiran
18. Evaluasi keadaan umum pasien
19. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih,
kering dan rapi

Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
7. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan

B. Pelaksanaan

Dilakukan
Parameter Skor
Ya Tidak
A. Tahap pra interaksi
1. Mengkaji kebutuhan klien untuk terapi oksigenasi
dan verifikasi advis dokter
2. Mempersiapkan alat
B. Tahap orientasi
3. Menjelaskan prosedur

KET :
YA (dilakukan) : nilai 1

Tidak dilakukan : nilai 0

Bila skor <45 : kriteria kurang

Bila skor 45 – 50 : kriteria cukup

Bila skor 50 – 55 : kriteria baik


probolinggo, 2020

Perawat primer Kepala ruangan

( ) ( )

NIM. NIM.
LAPORAN SUPERVISI
Hari/Tanggal :
Yang Disupervisi :
Supervisi :
Tujuan pemecahan Rencana untuk Rencana akan
Masalah yang ditemukan
masalah waktu sekarang datang
Persiapan alat dan bahan

Persiapan
pasien/keluarga/lingkungan

Pelaksanaan tindakan

Pendelegasian tugas

Komunikasi

Pengkajian
Pendokumentasian

Probolinggo, 2020

Kepala ruangan

( )

NIM.
BAB IV
EVALUASI
4.1 Evaluasi
Evaluasi struktur
1. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar SOP perawatan
luka, lembar supervisi, informed consent, format pengkajian, nursing kit.
2. Pelaksanaan supervisi dilakukan oleh KARU sebagai supervisor terhadap
Katim, Katim mendelegasikan kepada PP
4.2 Evaluasi proses
1. Supervisi dilakukan oleh Karu kepada Katim, Katim melakukan delegasi
kepada PP
2. PP melakukan pendelegasian dengan melakukan perawatan luka terhadap
salah satu pasien.
3. PP melakukan perawatan luka yang diawasi dengan Katim.
4. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang SOP perawatan luka.
5. Keluaraga pasien menandatangani informed consent untuk tindakan yang
akan dilakukan yaitu perawatan luka
6. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
4.3 Evaluasi hasil
1. Hasil perawatan luka didokumentasikan dengan benar.
2. Pasien mengetahui tentang SOP perawatan luka
3. Kegiatan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan dilaksanakannya
penerimaan pasien baru.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Supervisi dilakukan oleh Karu kepada Katim, Katim melakukan delegasi
kepada PP.

5.2 SARAN
Supervisi sudah dilaksanakan dengan baik namun kedepan harus
ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2017. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktek


Keperawatan , Jakarta : Salemba Medika
Nursalam, 2017 Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktek.
Jakarta : Salemba Medika
PROPOSAL ROLEPLAY RONDE KEPERAWATAN
MANAJEMEN KEPARAWATAN

Disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Herlina Amalia M.S (14901.06.19009)
2. Isma Warda (14901.06.19011)
3. Maharani Hariri (14901.06.19016)
4. Marvelinda Diah A.L (14901.06.19017)
5. Muhammad Rizal Elvani (14901.06.19020)
6. Muhammad Miftahul Huda (14901.06.19023)
7. Nuvia Ayu (14901.06.19029)
8. Riki Pratama Putra (14901.06.19037)
9. Siti Roufatul Jannah (14901.06.19041)
10. Sofie Puspita Sari (14901.06.19042)
11. Sulaiha (14901.06.19044)
12. Vivi Faridah (14901.06.19048)
13. Zaifan Shidqi (14901.06.19053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Dalam memeberikan asuhan keperawatan pada klien perawat sering
menemukan permasalahan-permasalahan sehubungan dengan tindakan yang
diberikan. Sebagai jalan keluarnya dibutuhkan suatu pemecahan masalah
yang membutuhkan kemampuan yang cukup tinggi baik pengetahuan, sikap
maupun keahlian. Salah satu metode pemecahan masalah adalah dengan
ronde keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh
perawat primer dan atau konsuler, kepala ruangan, perawa tasociate yang
melibatkan seluruh anggota tim. Adapun kegiatan ini mempunyai
karakteristik meliputi klien dilibatkan secara langsung, klien merupakan focus
kegiatan, PA/PP dan konsuler melakukan diskusi, konsuler mengfasilitasi
kreatifitas dan konsuler membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan ronde keperawatan adalah:
1. Menumbuhkan cara berfifirkritis
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien
3. Meningkatkan faliditas data klien
4. Menilai kemampuan jastifikasi
5. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
6. Meningkatkan kemampuan memodifikasi renpra
2.3 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Ronde keperawatan merupakan suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada klien dan
kebutuhan klien akan perawatan yang dilakukan oleh perawat primer dan atau
konselor, kepala ruangan, perawat associate, supervisor dan seluruh tim
keperawatan dengan melibatkan klien secara langsung sebagai fokus kegiatan
(Nursalam, 2002).
2.2 Karakteristik Ronde
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. PA, PP dan konselor melakukan diskusi
4. Konselor memfasilitasi kreativitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2.3 Tujuan Ronde Keperawatan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah klien yang belum teratasi melalui pendekatan
berfikir kritis
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu:
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
2.3 Manfaat Ronde Keperawatan
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar
2.4 Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk ronde keperawatan adalah pasien yang mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
2.5 Tim Pelaksana Ronde Keperawatan
1. Kepala Ruangan
2. Ketua Tim 1 dan 2
3. Perawat Pelaksana 1 dan 2
4. Perawat Konselor
2.5 Peran Masing-masing Anggota
Peran Ketua Tim dan Perawat Pelaksana
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi pasien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4) Menjelasakan hasil yang didapat
5) Menentukan tindakan selanjutnya
6) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil.
7) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
Peran Perawat Konselor :
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
tindakan.
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.
2.6 Metode
1) Diskusi
2) Bed Side Teaching
2.7 Alat Bantu
1) Sarana diskusi: alat tulis, handout (materi ronde keperawatan), laptop
2) Status / dokumentasi keperawatan pasien
2.8 Alur Ronde Keperawatan

TAHAP PRA RONDE PP

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

 Apa diagnosis keperawatan?


TAHAP
 Data apa yang mendukung?
PELAKSANAAN DI  Bagaimana intervensi yang
NURSE STATION Penyajian
sudah dilakukan?
 Apa hambatan yang ditemukan?
Masalah

TAHAP RONDE DI BED


PASIEN Validasi data

Diskusi PP-PP,
TAHAP Konselor,KARU, dokter, ahli
PELAKSANAAN DI gizi
NURSE STATION
Lanjutan diskusi di
Nurse Station

Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah

TAHAP PASCA
RONDE

Gambar 2.1 : Alur pelaksanaan ronde keperawatan (Nursalam, 2017)


Keterangan :
1. Pra ronde
1) Menentukan kasus dan topik
2) Menetukan tim ronde
3) Mencari sumber atau literatur
4) Membuat proposal
5) Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
6) Diskusi: apa diagnosis keperawatan, apa data yang mendukung,
bagaimana intervensi yang sudah dilakukan, dan apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan
2. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
3. Pasca ronde
1) Evaluasi pelaksanaan ronde
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis dan intervensi
keperawatan selanjunya
3) Revisi dan perbaikan
2.9 Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Persyaratan administrative (alat, informed consent dll)
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Seluruh anggota tim ronde keperawatan mengikuti kegiatan dari awal
hingga akhir
b. Seluruh anggota tim ronde keperawatan berperan aktif dalam
kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan
3. Hasil
a. Klien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah klien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
BAB 3
KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Topik : Perawatan klien dengan
Sasaran : Klien Ny K
Waktu : 10.00 WIB
Hari/tanggal : Rabu, 19 Agustus 2020
3.2 Tujuan Ronde Keperawatan
3.2.1 Tujuan Umum :
Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi yaitu hipertermi, nyeri dan Potensial
komplikasi sepsis.
3.2.2 Tujuan Khusus :
1) Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain dan tim kesehatan yang lain
3) Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
4) Merumuskan intrevensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien
3.3 Pengorganisasian
Penanggung jawab : Isma warda S.Kep, Marvelinda S.Kep
Kepala ruangan : Vivi farida S.Kep, Herlina S.Kep
Perawat Primer 1 : Nuvia ayu S.Kep, Sofie S.Kep, Sulaiha S.Kep
Perawat Primer 2 : Maharani S.Kep, Miftahul S.Kep
Perawat Associate : Rijal elvani S.Kep , Siti roufatu S.Kep
Perawat Konselor : Riki pratama S.Kep, Zaifan S.Kep
3.4 Materi
1. Teori asuhan keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus + Ganggren
2. Masalah-masalah Keperawatan yang muncul pada klien dengan Diabetes Mellitus + Ganggren
3. Teori Sepsis
3.5 Metode
1. Diskusi
2. Bed side teaching
3.6 Media
1. Laptop
2. LCD
3. Status pasien
4. Materi yang disampaikan secara lisan

3.7 Mekanisme Kegiatan

PENANGGUNG TEMPAT
NO TAHAP WAKTU
JAWAB
1 Pra Ronde:
1) Menentukan kasus & 21 Okt 2015 Kepala Ruangan Ruang
topik Pertemuan
2) Menentukan Tim ronde Kepala Ruangan
3) Informed Consent PP
4) Membuat Pra planning PP
5) Diskusi PP
6) Mencari Sumber Literatur PP & Konselor
2 Ronde :
1) Salam pembukaan 22 Okt 2015 Kepala Ruangan Ruang
2) Memperkenalkan tim (10.00-10.45 Kepala Ruangan Pertemuan
ronde dan menjelaskan WIB)
tujuan kegiatan ronde
3) Mempersilahkan PP1 PP
menyampaikan kasusnya :
menyampaikan identitas
klien, masalah
keperawatan, prioritas
masalah yang perlu
didiskusikan, data
penunjang, intervensi
yang sudah dilakukan,
evaluasi keberhasilan dan 3.8 K
dasar pertimbangan riteria
dilakukan ronde Evaluasi
4) Klarifikasi data PP,perawat, ,ahli 1.
gizi, E
dokter,konselor valuasi
Validasi data Struktur
1) Memberi salam dan Kepala ruangan Bed Pasien
memperkenalkan tim 1)
ronde kepada pasien dan Pe
keluarga laksaan
2) Validasi data yang telah PP2 ronde
disampaikan oleh PP Perawat keperawa
Konselor tan
Kepala Ruangan dilaksana
Kepala Ruangan kan di
3) Diskusi multidisiplin Ruang Ruang
4) Pemberian justifikasi Pertemuan Mawar
tentang masalah pasien RSU
serta rencana tindakan Kepala Ruangan Patria
yang akan dilakukan Sehat
5) Menentukan tindakan Sejahtera.
pada masalah prioritas
3 Post Ronde : 2)
Evaluasi Pelaksanaan Ronde 22 Okt 2015 Karu, perawat Ruang K
Dan rekomendasi intervensi (10.45 – 11.00 konselor, Pertemuan oordinasi
keperawatan WIB) pembimbing dengan
Penutup supervisor pembimbi
ng klinik
dan akademik
3) Menyusun proposal
4) Menetapkan kasus
5) Perawat yang bertugas dalam pelaksanaan ronde keperawatan
2. Evaluasi Proses
1) Kelancaran kegiatan
2) Peran serta perawat yang bertugas
3) Pelaksanaan ronde keperawatan sesuai dengan rencana dan alur yang telah
ditentukan
3. Evaluasi Hasil
1) Klien puas dengan hasil pelaksanaan ronde keperawatan
2) Masalah klien dapat teratasi
3.9 Resume Ronde Keperawatan
Hari/Tanggal : 19 Agustus 2020
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Nurse Station dan bed side patient
Acara : Ronde Keperawatan
1. Resume Klien
2. Presensi
1) Pembimbing dari pendidikan sebanyak 1 orang.
2) Pembimbing dari ruangan sebanyak 2 orang.
3) Supervisor sebanyak 3 orang.
4) Dokter yang merawat 1 orang.
5) Ahli gizi RSU Patria Sehat Sejahtera Blitar sebanyak 1 orang.
6) Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar.
3. Susunan Acara
1) Persiapan anggota dalam kegiatan ronde keperawatan terutama yang bertindak sebagai
Kepela Ruangan, Perawat Primer 1, Perawata Primer 2, Perawat Konsultan, Perawat
Assosiate 1 dan Perawat Assosiate 2, 1 orang dokter serta 1 orang ahli gizi.
2) Pelaksanaan role play diawasi oleh para supervisor.
3) Diskusi jalannya kegiatan ronde keperawatan bersama supervisor.
4. Hasil Evaluasi
1) Evaluasi struktur
Persiapan pelaksanaan 1 minggu sebelum acara dimulai dari pembuatan proposal,
undangan dan berlatih role play sesuai dengan perannya masing-masing.
2) Evaluasi proses
No Waktu Kegiatan

1. 10.00 Melaksanakan ronde keperawatan untuk


menyajikan kasus dan klarifikasi data sesuai
dengan perannya di nurse station.

2. 10.10 Melaksanakan ronde keperawatan, validasi data di


bed klien dan validasi data sesuai dengan perannya
di ruangan pasien

3. 10.10 Melaksanakan diskusi pasca ronde sesuai dengan


perannya di nurse station.

4. 10.50 Masukan dan saran dari supervisor :

Pertama :

1. KARU mengajak keluarga pasien untuk


menerima penjelasana tentang gizi dari ahli gizi
2. Pelaksanaan Ronde sudah sangat bagus
3. Memanggil keuarga pasien lebih awal saat
klarifikasi ke pasien.

Kedua:

1. Menganjurkan untuk bimbingan rohani.


Ketiga :

1. Perumusan masalah keperawatan prioritas


fokus pada sepsis, hipertermi tidak perlu
dimasukkan karena tidak inklut dengan sepsis
2. Menambahkan psikologi pasien harus
diperhatikan.

5. 11.00 Kegiatan ronde keperawatan berakhir

3) Evaluasi hasil
1. Kegiatan dihadiri undangan sebanyak 3 orang supervisor, 1 orang pembimbing
pendidikan, 2 orang pembimbing ruangan, 1 orang ahli gizi, 1 orang dokter.
2. Dari hasil ronde keperawatan dapat disimpulkan intervensinya adalah :
a. PK Sepsis
1) Memeriksa laboratorium kultur darah
2) Merawat luka dengan teknik aseptik dan nekrotomi jaringan nekrotomi.
b. Perubahan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh
1) Memberikan diit TKTP, exstra putih telur dan susu.
2) Memeriksakan laboratorium Hb dan albumin.
3) Memberikan HE tentang nutrisi yang diberikan hanya dari RS.
3. Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
4. Acara dimulai sesuai dengan waktu yang ditentukan.
5. Mahasiswa sudah memahami peran yang ditugaskan saat role play.
SKENARIO ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN

SKENARIO
Tokoh drama :

1. Zaifan shidqi, S.Kep : Kepala Ruangan


2. Sulaiha, S.Kep : Katim I
3. Riki Pratama Putra, S.Kep : Katim II
4. Marvelinda diah A.L, S.Kep : PP I
5. M. Rizal Elvani, S.Kep : PP II
6. Vivi Faridah, S.Kep : Pasien I
7. Siti Roufatul Jannah, S.Kep : PP III
8. Isma Warda, S.Kep : Keluarga Pasien I
9. Herlina Amalia M.S, S.Kep : Keluarga Pasien II
10. M. Miftahul Huda, S.Kep : Supervisor
11. Sofie Puspita Sari, S.Kep : Pasien II

PP mendatangi kantor kepala ruangan untuk konersultasi masalah pasien 1 dan pasien 2 kelas
1.

Diruang Kepala Ruangan…

PP1 & PP2 : Ass, permisi ners…


KARU : Waalaikumsalam, silahkan masuk dan silahkan duduk.
PP1 & PP2 : Terima kasih ners
KARU : Ada apa ners. Fia dan ners. Nirma ?
PP 1 : Begini ners, kami ingin mengkonersultasikan masalah pasien Ny.Indri dan
pasien Tn.Syam serta meminta saran ners.
KARU : Ya silahkan, apakah ada masalah dengan pasien tersebut ?
PP 1 : Ya ners, pasien pertama Ny.Indri datang dengan keluhan nyeri dan
diagnose medis yang ditemukan adalah Infeksi Saluran Kemih. Setelah
dirawat selama 5 hari dan sudah diberi tindakan keperawatan dan tindakan
medis ternyata nyeri yang dialami Ny.Indri masih belum berkurang.

PP 2 : Pasien kedua Tn.Syam datang dengan keluhan badan lemas, mual, kepala
pusing, dan sulit tidur dengan diagnosa medis diabetes mellitus dan telah
dirawat selama 10 hari, pasien tersebut sudah diberi tindakan keperawatan
dan tindakan medis tapi Tn.Syam masih merasa lemas, pusing dan sulit
tidur. Maka dengan ini kami meminta ijin kepada ners untuk mengadakan
ronde keperawatan.
KARU : Oh iya, terus apa kamu sudah menyiapkan siapa-siapa saja yang akan
kamu ajak untuk menjadi tim ronde keperawatan dan menetapkan waktu
pelaksanaanya ?
PP 1 : Sudah bu, rencananya besok akan dilakukan ronde keperawatan kemudian
saya mengajak ners nirma, ners mita dan ners evi serta mengundang ners
dian sebagai konerselor dan ners adi sebagai supervisor
KARU : Baiklah kalau memang sudah siap silahkan kamu lanjutkan dan
persiapkan yang perlu dipersiapkan.
PP 1 & PP2 : Terima kasih bu, saya permisi dulu.

Setelah masalah perijinan sudah selesai, kemudian PP 1 mengunjungi kekamar pasien Ny.Indri
untuk melakukan inform concent dan meminta persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatan.
Diruang pasien..

PP 1 : Selamat Pagi, permisi bu… bagaimana kondisi ibu hari ini…


Px 1 : Pagi, silahkan ners, seperti biasa masih terasa nyeri didaerah sini (menunjuk
bagian sympisis pubis) tembus disini (menunjuk daerah pinggang).
PP 1 : Begini ya bu, untuk menindak lanjuti masalah penyakit yang masih dirasakan ibu
maka saya berencana untuk mengadakan ronde keperawatan.Ronde keperawatan
ini adalah suatu pemecahan masalah keperawatan yang belum terselesaikan yang
nantinya pemasalahan ini akan diberikan solusi oleh perawat konerselor dan tim
medis lainnya. Tujuan tindakan ronde keperawatan ini adalah untuk
menyelesaikan permasalah yang masih dirasakan ibu saat ini. Untuk itu saya
meminta ijin kepada ibu untuk mengadakan ronde keperawatan besok pagi dan
mohon ibu untuk mengisi formulir persetujuan tindakan ronde keperawatan jika
ibu setuju.

K.Px 1 : Apakah itu ronde keperawatan ?


PP 1 : Ronde keperawatan ini adalah suatu pemecahan masalah keperawatan yang
belum terselesaikan yang nantinya pemasalahan ini akan diberikan solusi oleh
perawat konerselor dan tim medis lainnya. Tujuan tindakan ronde keperawatan
ini adalah untuk menyelesaikan permasalah yang masih dirasakan ibu saat ini.
Untuk itu saya meminta ijin kepada ibu untuk mengadakan ronde keperawatan
besok pagi dan mohon ibu untuk mengisi formulir persetujuan tindakan ronde
keperawatan jika ibu setuju.
Px 1 : Saya setuju saja asalkan nyeri saya bisa segera sembuh. untuk pengisian
formulirnya saya serahkan kepada anak saya.
K.Px1 : Baiklah dimana saya harus tanda tangan ?
PP 1 : Disini. Baiklah bu’, terima kasih atas persetujuan anda dan saya permisi dahulu.

Setelah masalah perijinan sudah selesai, kemudian PP 2 mengunjungi kekamar pasien Tn.Syam
untuk melakukan inform concent dan meminta persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatan.
Diruang pasien..

PP 2 : Selamat Pagi, permisi pak… bagaimana kondisi bapak hari ini…


Px 2 : Pagi, silahkan ners. Saya masih merasa lemas, pusing dan juga sulit tidur ners.
Saya juga merasa mual ners
PP 2 : Begini ya pak, untuk menindak lanjuti masalah penyakit yang masih dirasakan
bapak maka saya berencana untuk mengadakan ronde keperawatan. Ronde
keperawatan ini adalah suatu pemecahan masalah keperawatan yang belum
terselesaikan yang nantinya pemasalahan ini akan diberikan solusi oleh perawat
konerselor dan tim medis lainnya. Tujuan tindakan ronde keperawatan ini adalah
untuk menyelesaikan permasalah yang masih dirasakan ibu saat ini. Untuk itu
saya meminta ijin kepada ibu untuk mengadakan ronde keperawatan besok pagi
dan mohon ibu untuk mengisi formulir persetujuan tindakan ronde keperawatan
jika ibu setuju.

Px 2 : Iya ners saya setuju, tapi untuk pengisian formulirnya saya serahkan kepada istri
saya.
K.PP 2 : Baiklah saya baca dulu lembar formulir persetujuannya, tapi apakah setelah
dilakukan ronde keperawatan ini penyakit suami saya akan cepat sembuh ?
PP 2 : Inersya Allah bu, disini kami mencoba semampu kami merawat suami ibu agar
lekas sembuh, maka dari itu tujuan kami melakukan ronde keperawatan untuk
menyelesaikan masalah yang dikeluhkan oleh suami ibu. Jadi apakah ibu setuju
dilakukan ronde keperawatan ini ?
K.PP 2 : Baiklah saya setuju ners (sambil mengisi formulir persetujuan)
PP 2 : Baiklah bu, terima kasih atas persetujuan anda dan saya permisi dahulu.

KARU, PP dan tim ronde keperawatan berkumpul di ners station.


Dinurse Station..
KARU : Assalamualaikum, terima kasih atas kehadirannya dan partisipasinya. Hari ini
kita akan mengadakan ronde keperawatan. Silahkan kepada Ners.Fia untuk
memperkenalkan tim ronde dan menyampaikan permasalahan pada pasien
Ny.Indri serta kepada Ners. Nirma memperkenalkan tim ronde dan
menyampaikan permasalahan pada pasien Tn. Syam
PP1 : Terima kasih, disini saya akan memperkenalkan tim ronde keperawatan yaitu PP2
Ners Nirma, PP3 Ners Dian, PA1 Ners Mita, dan PA2 Ners Evi.
Permasalahannya adalah pasien pertama Ny.Indri sudah dirawat selama 5 hari
dengan diagnose infeksi saluran kemih dan keluhan yang masih dirasakan pasien
adalah nyeri masih ada meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan berupa
mengkaji skala nyeri dan penyebaran nyeri serta memberikan masasse pada
daerah nyeri dan juga tindakan medis lainnya. Selanjutnya saya serahkan kepada
Ners Nirma (PP2) untuk menyampaikan masalah pada Tn. Syam.
PP2 : Terima kasih, disini saya akan menyampaikan masalah yang dikeluhkan pada
pasien kedua Tn.Syam dengan keluhan lemas, mual, pusing, dan sulit tidur
dengan diagnosa diabetes mellitus. Tn.Syam sudah dirawat selama 10 hari tetapi
masalah yang dikeluhkan belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan berupa memonitoring gula darah secara periodik, pantau TTV setiap
shift, mengkaji integritas kulit, serta memberikan lingkungan yang nyaman bagi
pasien.

Maka dari itu kami mengadakan ronde keperawatan yang bertujuan untuk
meminta saran kepada semuanya untuk menyelesaikan masalah pada Ny. Indri
dan Tn. Syam

PP3 : Baiklah kalau begitu saya akan melihat pasien bernama Ny. Indri dan Tn. Syam
untuk menyamakan data yang sudah ada bersama Ners Mita (PA1) dan Ners Evi
(PA2)

PP 3 bersama PA1 dan PA2 mendatangi Ny. Indri (pasien 1) untuk validasi data.
diruang pasien…
PP3 : Ass, permisi bu kami dari tim ronde keperawatan bermaksud untuk menanyakan
perihal yang masih dirasakan ibu saat ini.
Px1 : Wslm, silahkan ners...
PP3 : Bagaimana kondisi ibu saat ini apakah masih merasa nyeri atau ada keluhan
tambahan.
Px1 : Iya ners, saya masih merasa sedikit nyeri didaerah sini (menunjuk bagian
sympisis pubis) tembus disini ners (menunjuk daerah pinggang).
PP3 : “Melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan segala hal yang diperlukan untuk
menunjang data yang sudah ada” sebelum kami meninggalkan ruangan ini apakah
ada yang ingin ibu tanyakan ?
K.Px1 : Ners berapakah tekanan darah ibu saya ?
PP3 : Tekanan darah ibu anda normal 120/ 80 mmHg
K.Px1 : oh iya terima kasih ners
PP3 : Iya sama-sama, kami mohon undur diri dulu ibu.
PP 3 bersama PA1 dan PA2 mendatangi Tn. Syam (pasien 2) untuk validasi data.
diruang pasien…
PP3 : Ass, permisi bu kami dari tim ronde keperawatan bermaksud untuk menanyakan
perihal yang masih dirasakan bapak saat ini.

Px2 : Wslm, silahkan ners...


PP3 : Bagaimana kondisi bapak saat ini apakah masih merasa lemas, pusing, mual atau
apakah ada keluhan tambahan.
Px1 : Iya ners, saya masih merasakan keluhan yang sama
PP3 : “Melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan segala hal yang diperlukan untuk
menunjang data yang sudah ada” sebelum kami meninggalkan ruangan ini apakah
ada yang ingin ibu tanyakan ?
K.Px1 : Ners mengapa suami saya harus diberikan suntikan insulin ?
PP3 : Suami ibu harus diberikan suntikan insulin karena tubuh suami ibu tidak mampu
memproduksi insulin. Dimana tujuan pemberian suntikan insulin itu untuk
meningkatkan transpoprt glukosa ke dalam sel dan memnghambat asam amino
menjadi glukosa.
K.Px1 : oh iya terima kasih ners
PP3 : Iya sama-sama, kami mohon undur diri dulu ibu.

Setelah validasi data dari pasien, tim ronde kembali ke ners station untuk menindak lanjuti dan
membahas masalah yang ada.
Dinurse station...

KARU : Untuk mempersingkat waktu saya persilahkan kepada PP, PA, dan konerselor
untuk memberikan solusi atau intervensi lanjutan yang akan diberikan kepada Ny.
Indri
PP3 : Setelah saya melakukan validasi data kepada pasien secara langsung, saya
mendapatkan bahwasannya nyeri yang dirasakan pasien sudah berkurang dan
terpasang cairan RL.
Sedangkan pada Tn. Syam turgor kulit masih buruk, GDS 540 mg/ dL, dan
terpasang cairan NaCL. Menurut perawat konsuler bagaimana cara mengatasi
masalah yang dikeluhkan oleh pasien Ny. Indri dan Tn. Syam ?

Konslr : Sebenarnya penyebab nyeri Ny.Indri karena disebabkan oleh distensi yang
berlebihan atau infeksi pada saluiran kemih. Maka dari itu diberikan intervensi
pemasangan kateter untuk membantu pengosongan kandung kemih serta kaji
nyeri yang dikeluhkan Ny. Indri

PP1 : Baiklah, dari tindakan keperawatan kami akan mengkaji nyeri Ny. Indri lebih
lanjut. Lalu bagaimana untuk mengatasi nyerinya dapat berkurang ?
Konslr : Untuk sementara tetap lakukan masasse pada daerah nyeri dan berikan terapi
medis yang telah dianjurkan
PP2 : Bagaimana dengan pasien Tn. Syam dengan diagnosa diabetes mellitus ?
Konslr : Sebaiknya Tn. Syam tetap dipantau GDSnya dan sebaiknya cairan intravena
berikan perbandingan NaCL dan RL dengan perbandingan 1:1 serta anjurkan Tn.
Syam melakukam latihan fisik seperti latihan jalan untuk menurunkan gula darah
dengan meningkatkan metabolisme karbohidrat. Dan juga pantau keadaan luka
Tn. Syam
PP2 : Iya, baiklah terima kasih
KARU : Baiklah saya rasa sudah cukup pelaksanaan ronde keperawatan ini dan terima
kasih atas partisipasinya

PASCARONDE
Menyampaikan hasil ronde keperawatan pada KARU dan SUPERVISOR serta PP1 dan PP2
Dinurse station..

KARU : Setelah dilakukan ronde keperawatan, kami persilahkan kepada PP1


menyampaikan hasilnya dari pasien Ny. Indri
PP1 : Dari hasil pelaksanaan ronde keperawatan pada Ny. Indri perawat konselor
menyarankan untuk tetap mengkaji nyeri Ny. Indri dan mempertahankan
intervensi yang telah diberikan kepada Ny.Indri untuk mengurangi nyeri karena.
Maka dari itu kami akan menegakkan diagnosa keperawatan Nyeri akut
KARU : Kemudian selanjutnya kami persilahkan kepada PP2 untuk menyampaikan
hasilnya dari pasien Tn. Syam
PP2 : Dari hasil pelaksanaan ronde keperawatan pada Tn. Syam perawat konselor
menyarankan untuk tetap memantau GDS Tn. Syam dan sebaiknya
berikan perbandingan cairan intravena NaCL dan RL dengan
perbandingan 1:1 serta anjurkan Tn. Syam melakukam latihan fisik
seperti latihan jalan. Dan juga tetap pantau keadaan luka Tn. Syam

KARU : Baiklah itulah hasil dari pelaksanaan ronde keperawatan, mungkin


dari supervisor pelaksanaan ronde keperawatan ada yang ingin anda
sampaikan
Supvsr : “menyampaikan kekurangan selama pelaksanaan ronde
keperawatan dan bagaimana cara memperbaiki”
KARU : Terima kasih atasn penyampaiannya, dari perawat palaksana ronde
keperawatan semoga bisa dijadikan pembelajaran dan lebih
tingkatkan lagi, dan saya ucapakan terima kasih. Wassalam
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan klien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2002).
Pelaksanaan Ronde keperawatan yang dilaksanakan terhadap klien dengan DM
+ Gangren dapat berjalan dengan lancar. Pada pelaksanaan telah disampaikan intervensi
yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang belum teratasi yaitu sepsis,
nutrisi dan bimbingan psikologi.
4.2 Saran
1. KARU mengajak keluarga pasien untuk menerima penjelasana tentang gizi dari ahli
gizi
2. Pelaksanaan Ronde sudah sangat bagus
3. Memanggil keuarga pasien lebih awal saat klarifikasi ke pasien.
4. Perumusan masalah keperawatan prioritas fokus pada sepsis, hipertermi tidak perlu
dimasukkan karena tidak inklut dengan sepsis
5. Menambahkan psikologi pasien harus diperhatikan.
6. Menganjurkan untuk bimbingan rohani bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2017. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan , Jakarta :


Salemba Medika
Nursalam, 2017 Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktek. Jakarta :
Salemba Medika
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/331862588

STRATEGI BERSAING DALAM RANGKA MENGHADAPI MASYARAKAT


EKONOMI ASIA (STUDI KASUS RS. BHAKTI ASIH KARANG TENGAH -
TANGERANG)OK

Article · January 2018

CITATION READS

1 335

1 author:

Wiyanto Wiyanto
Universitas Pamulang
15 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PERKULIAHAN DENGAN SISTEM E-LEARNING View project

STRATEGI BERSAING DALAM RANGKA MENGHADAPI MEA (Studi Kasus Rs. Bhakti Asih Karang Tengah -Tangerang) View project

All content following this page was uploaded by Wiyanto Wiyanto on 19 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Vol. 1 No.3 / April 2018 1


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Vol. 1 No.3 / April 2018 2


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Vol. 1 No.3 / April 2018 3


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Vol. 1 No.3 / April 2018 4


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

STRATEGI BERSAING DALAM RANGKA MENGHADAPI MEA


(Studi Kasus Rs. Bhakti Asih Karang Tengah -Tangerang)

Wiyanto, Suprapti Malika, Edi Soekarjono dan Boedi Hasmanto


email:wytcedu07@gmail.com

Program STudi Manajemen Fakultas Ekonomi


Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Indonesia

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi bersaing dan daya saing Rumah
Sakit Bhakti Asih untuk memenangkan persaingan saat ini dan mendatang. Penelitian studi
kasus dengan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi dan
wawancara kepada pihak Rumah Sakit maupun kepada pasien yang membayar tunai maupun
menggunakan fasilitas BPJS. SWOT digunakan dalam analisis penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pentingnya peningkatan skill, smart SDM seluruh jajaran Rumah Sakit,
pemberian kompensasi, sarana dan prasarana yang layak mengakibatkan meningkatnya
loyalitas karyawandan loyalitas pengguna layanan (pasien) untuk berobat di rumah sakit Bhakti
Asih. Berdasarkan matrik Space, Rumah Sakit Bhakti Asih ada pada posisi kuadran I dengan
kriteria agresif dan strategi yang dijalankan ditekankan pada penggunaan strategi kekuatan-
peluang (strength-opportunities). Penggunaan strategi Strenght –opportunites secara
bersamaan akan meminimalisir kelemahan dan ancaman yang dihadapi RS. Bhakti Asih.
Sehingga RS. Bhakti asih tetap akan menunjukkan keunggulan kompetitifnya.

Kata Kunci : Analisis SWOT, Harga, Pelayanan, Prasarana, Strategi Bersaing

ABSTRACT
The purpose of this research is to know competitive strategy and
competitiveness of bhakti asih hospital to win the curren and future competition.
Research case study with qualitative methods. Data were collected through observation,
documentation and interviews to the hospital and to patients who paid cash or used bpjs
facilities. The analysis swot is used of this stud. The resultsshowed that importance of
skill improvement, smart human resources throught the hospital, compensation, decent
facilities and infrastructure resulted in increased employee loyalty and service user
loyalty for threatment at bhakti asih hospital.based on the space matrix, bhakti asih
hospital is in the quadrant i position with agresive criteria and the strategy being
implemented is emphasized on the use of force-opportunities strategy. The use of the
strength-opportunities strategy simultaneously will minimize the weakness and the
threaths facing the hospital. Bhakti asih hospital will still show its competitive
advantage.

Keywords: SWOT Analysis, Price, Service, Infrastructure, Competitive Advantage

Vol. 1 No.3 / April 2018 92


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

A. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus direalisasi, diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945. Sebagaimana pula yang tercantum
dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dalam pasal 1 angka 1 ditentukan
“ kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.
Dengan demikian pentingnya kesehatan, sehingga harus disediakan fasilitas
yang memadai bagi pelayanan kesehatan rumah sakit sebagai organisasi
penyelenggara pelayanan publik mempunyai tanggung jawab atas setiap jasa
pelayanan publik yang diselenggarakan. Tanggung jawab tersebut, yakni
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu secara optimal dan terjangkau
berdasar prinsip aman, menyeluruh, non diskriminatif, partisipatif, dan memberikan
perlindungan bagi masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan (healt
receiver), juga bagi penyelenggara pelayanan kesehatan demi mewujudkan derajad
kesehatan setinggi-tingginya.
Rumah sakit merupakan suatu pelayanan jasa baik berupa pelayanan rawat
inap, rawat jalan, maupun peramatan rumah. Adiatama (2000) mengatakan bahwa
rumah sakit juga merupakan tempat pendidikan tenaga kesehatan.
Dalam kaitanya pencapaian tersebut, perlu didukung dengan konsep pemasaran
yang baik supaya menghasilkan pelayanan yang maksimal dan dapat memenuhi
kebutuhan konsumen baik internal maupun eksternalnya.
Rumah Sakit Bhakti Asih merupakan salah satu rumah sakit yang
menyelenggarakan jasa pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Berbagai strategi
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutahn masyarakat. Misalnya pencarian dokter
praktik sebagai mitra kerja rumah sakit, hal ini dapat diketahui dengan adanya dokter
yang praktik tidak hanya di Rumah Sakit Bhakti Asih tetapi juga di RUmah Sakit yang
ada disekitarnya.
Strategi dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang mengarahkan bagaimana
masing-masing individu dapat bekerjasama dalam suatu organisasi, dalam pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi (Sofjan Assauri, 2013). Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa strategi merupakan serangkaian tindakan yang terintegrasi dan
terkoordinasi dengan pengalokasian sumberdaya, kapabilitas, dan kompetensi
organisasi sehingga dapat memperoleh keberhasilan di dalam lingkungan organisasi
baik internal dan eksternal sekaligus mendorong terciptanya keunggulan bersaing
organisasi yang berkelanjutan.
Manajemen menurut Umi Rusilowati (2013) “Manajemen adalah suatu proses
mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan
secara efisien dan efektif melalui orang lain.
Unsur-unsur strategi menurut Sofjan Assauri (2013) adalah sebagai berikut: (1)
gelanggang aktifitas atau arena dimana organisasi beroperasi ; (2) sarana kendaraan
atau vehicle yang digunakan unruk dapat mencapai arena sasaran; (3) Pembeda yang
dibuat atau differentiators; (4) Tahapan rencana yang dilalui atau staging, yang
merupakan penetapan waktu dan langakah dari pergerakan dari suatu strategi atau
strategic moves; dan (5) Pemikiran yang ekonomis atau ekonomic logic, merupakan

Vol. 1 No.3 / April 2018 93


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

gagasan yang jelas tentang bagaimana manfaat atau keuntungan yang akan
dihasilkan.
Pengetahuan berbasis strategi menurut Yusak Anshori (2005) merupakan
hubungan antara sumber daya dan kapabilitas berbasis pengetahuan dengan strategi
kompetitif. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa kerangka kerja (frame work) SWOT
tradisional memberikan dasar dalam mengembangkan strategi berbasis pengetahuan.
Sedangkan Eko Wahyu Widayat (2014) menyatakan bahwa SWOT analisis dapat
dijadikan sebagai ukuran benchmaking terhadap pesaing. Analisis SWOT merupakan
analisis tentang kondisi internal perusahaan yang berupa faktor kekuatan (strength)
dan kelemahan (weakness) maupun faktor eksternal yang berupa (opportunity) dan
ancaman (threat). Dengan mengetahui keempat komponen tersebut, dapat dibuat
berbagai strategi seperti (1) menggunakan kekuatan untuk menangkap peluang, (2)
menggunakan kelemahan untuk menangkap peluang yang ada, (3) menggunakan
kekuatan untuk menghadapi ancaman serta (4) meminimalisir kelemahan dalam
menghadapi ancaman yang datang dari luar.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Wiyanto (2016) ada empat strategi yang
dapat dijadikan sebagai keunggulan bersaing yaitu diferensiasi produk, kepeloporan
biaya, fokus dan respon yang cepat.
Sedangkan menurut Wiyanto (2016) agar organisasi dapat mencapai keunggulan
bersaing berkelanjutan jika organisasi berhasil merancang dan mengimplementasikan
strategi penciptaan nilai (value). Nilai (value) ituunik karena dapat bernilai bagi
organisasi dan individu yang ada di dalamnya (valuable), jarang sekali atau tidak ada
pesaing yang memiliki (rarity), tidak dapat ditiru ataumungkin dapat ditiru tetapi susah
(imitability), tidak dapat di substitusi (non substituability), dapat diolah (exploitability).
Organisasi tidak akan mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan jika hanya
mengikuti product market based strategy atau resource based strategy saja. Sumber
daya pengetahuan memberikan basis yang kuat bagi perusahaan untuk menciptakan
keunggulan bersaing berkelanjutan. Untuk megembangkan pengetahuan berbasis
strategi dalam rangka penciptaan keunggulan bersaing yang berkelnjutan diperlukan
upaya yang berkesinambungan, membutuhkan pemahaman kedepan serta
perencanaan yang komprehensif. Keunggulan kompetitif menurut Warren J. Keegan
(2007) merupakan konsep dasar pemasaran yang kedua. Sedangkan yang pertama
adalah nelai pelanggan dan persamaan nilai.
Adapun pengertian pemasaran yang dikemukakan oleh Philip Kotler (2013):
“Marketing is sociental process by which individuals and groups obtain what they need
and want trought creating, offering, and freely exchanging product and service of value
with other”. Pengertian diatas dapat diartikan sebagai: “Pemasaran adalah suatu
proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang paling bernilai dengan pihak lain”.
Sedangkan menurut Handoko (2013), yang dimaksud dengan perencanaan
strategi adalah suatu proses pengalihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan
strategi,kebijaksanaan dari program-program strategi yang diperlukan untuk tujuan-
tujuan tersebut, dan penetapan metode-metode yang diperlukan untuk menjamin
bahwa strategi dan kebijaksanaan telah diimplementasikan. Menurut Kotler dan Keller

Vol. 1 No.3 / April 2018 94


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

(2013) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam perencanaan strategi bisnis dapat


dilihat seperti pada gambar dibawah ini :
Analisi
Lingkungan
Internal
(Kekuatan dan
Kelemahan)
Misi Formulasi Formulasi Fomulasi Implement Umpan Balik
Tujuan Strategi Program Dan
Bisnis asi Pengendalian

Analisis
Lingkunan
Ekterna
(Peluang dan
Ancaman)

Gambar 1. Langkah-langkah dalam perencanaan strategi bisnis


.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi bersaing dan
keunggulan bersaing Rumah Sakit Bhakti Asih dalam memenagkan persaingan saat ini
dan masa yang akan dating.

B. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini berada di Rumah Sakit Umum Bhakti Asih dengan alamat di
Jl. Raden Saleh No. 10, Karang Tengah, Tangerang, Provinsi Banten. Penelitian
dilakukan dari bulan Mei 2016 sampai dengan bulan September 2016. Rumah sakit ini
dipilih karena RSU ini terlihat sedang diat-giatnya melakukan perombakan intern,
pelebaran wilayah, pelebaran bisnis, serta lokasi mudah dijangkau masyarakat.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
yakni memahami suatu fenomena yang dialami oleh subyek penelitian. Sebagaimana
M0leong (2006) penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena yang
dialami oleh subyek penelitian missal persepsi, prilaku, motivasi, ti ndakan, dengan
konteks khusus alamiah serta memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan
secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau
prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan
menaikkan tingkat ilmu serta teknologi. Penelitian menurut Bagong Suyanto dan
Sutinah (2005) juga dikatakan sebagai kegiatan spionase untuk mencari, memata-
matai, dan menemukan pengetahuan dari lapangan yang dapat
dipertanggungjawabkan menurut kaidah-kaidah tertentu.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai metode pengumpulan
data dalam penelitian ini.
Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat maka ditentukan kriteria yang
dapat dijadikan sumber data. Salah satu kriteria adalah dari lamanya bekerja di rumah
sakit dan jabatan yang diembannya. Melalui snowball Sampling diharapkan informasi
yang dibutuhkan benar-benar sesuai dengan kondisi di lapangan Dengan demikian
Sumber Data dan Informan yang ditetapkan terdiri dari 4 orang nara sumber yaitu: (1)

Vol. 1 No.3 / April 2018 95


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Bidan Hajah Dedeh Nuriyati, sebagai Pemilik dan Pemegang Saham tunggal RSU
Bhakti Asih; (2) Dr. H. Dadang Sukandar, Drg.Mars Direktur RSU Bhakti Asih; (3)
Bapak Sa’adi Asmad pasien BPJS; dan (4) Bapak H. Mudari pasien bayar tunai.
Analisis SWOT digunakan dalam analisis data penelitian ini kemudian hasilnya
dirangkum dalam table IFAS dan EFAS. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada
gambar desain penelitian di bawah ini:

Input
Fokus Penelitian

Strategi Bersaing RSU Bhakti Asih


Tangerang Dalam Menghadapi MEA

Pemberian Kerjasama Diklat


Asurasi Dengan Tenaga
Kesehatan BPJS Terampil

Teori Tehnik Proses


Strategi
Bersaing

Verifikasi Data

Analisa Data

Matriks Space Matriks SWOT

Output
Strategi Bersaing

Gambar 2. Desain Penelitian

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Penelitian
Data Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Bersalin Bhakti Asih dirintis oleh Praktek Bidan Hj.Dedeh Nuriyati
dimulai Tahun 1980 dengan Akte Pendirian Yayasan Bhakti Asih Karang Tengah
tangerang No. : 03, Tanggal 09-2-2011, dari tahun 1985 dikembangkan menjadi
Rumah Bersalin Bhakti Asih dan terus berkembang sehingga tahun 1993 mulai
dilengkapi dengan Klinik Spesialis dan Klinik Umum 24 jam melalui izin Dinas
Kesehatan Kota Tangerang No.445/Mulkes/BP/158/II/2005.

Vol. 1 No.3 / April 2018 96


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Pada tahun 2005, Klinik Bhakti Asih tersebut berubah menjadi Rumah Sakit
Umum yang ditunjang peralatan lengkap menemani dan melayani masyarakat
Indonesia khususnya Kota Tangerang. Dalam melayani masyarakat senantiasa
menjaga mutu pelayanan Rumah Sakit Bhakti Asih yang dibuktikan dengan diraihnya
sertifikat Akreditasi 5 pelayanan, dan akan ditingkatkan segera menjadi akreditasi
berbasis JCI yaitu akreditasi bertaraf 100 internasional, dengan karyawan keseluruhan
sejumlah 463 orang. Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Ciledug Tangerang berlokasi di
Jalan Raden Saleh No.10 Karang Tengah Ciledug Tangerang dengan terus
berkembang melengkapi sarana dan prasaran rumah sakit modern.

Visi dan Misi RSU Bhakti Asih Tangerang

Visi
“Rumah Sakit Umum Merupakan Panutan Dalam Mutu Pelayanan Kesehatan.”

Misi
(1) Peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
(2) Penyelenggaraan pelayanan yang bermutu mampu memberikan kepuasan
kepada pelanggan berorientasi pada kepentingan pelayanan dengan
mengutamakan keselamatan pasien.
(3) Pengelolaan keuangan secara rasional, professional, proporsional.
(4) Menyiapkan rumah sakit sebagai lahan pendidikan bagi calon petugas kesehatan
lainnya.
(5) Meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit. Rumah sakit Umum Bhakti Asih
membuka praktek dalam 24 jam, karena terjadi peningkatan pelayanan pasien,
maka karyawannya bekerja secara bergantian sesuai jadwal yang telah di tetapkan
pada masing-masing karyawan. Untuk menghidari hasil kerja yang mengecewakan
semua pihak, karyawan rumah sakit harus benar-benar teliti, tepat, menguasai
peralatan penunjang medik, supaya pasien mendapatkan pelayanan yang
memuaskan.

Tabel 1. Data Kunjungan Rawat Inap 2015


Kunjungan Rawat Inap
Bulan Umum BPJS
Januari 357 664
Febuari 321 496
Maret 335 538
April 350 489
Mei 319 491
Juni 286 544
Juli 303 526
Agustus 297 555
September 271 635
Oktober 288 639
November 263 549

Vol. 1 No.3 / April 2018 97


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Desember 272 529


Total 3662 6655
Sumber: Data diolah peneliti

Tabel 2. Daftar Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 2015


Kunjungan Pasien Rawat Jalan
Bulan Umum BPJS
Januari 5387 5846
Febuari 5285 5210
Maret 5539 5525
April 5337 5157
Mei 5063 5337
Juni 4707 5479
Juli 4008 5135
Agustus 4863 6325
September 4601 6691
Oktober 4701 6823
November 4245 6745
Desember 4405 6336
Total 58141 70609
Sumber: Data diolah peneliti

Analisis IFAS dan EFAS


Dari table kekuatan dan kelemahan dapat dibuat analisis IFAS seperti disajikan
pada table 3 dan dari able peluang dan ancaman dapat dianalisis EFAS seperti pada
table 4.

Tabel 3. INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)


Nilai
Indikator KEKUATAN(Strength) Bobot Skor
fokus grup
Tanah dan bangunan milik sendiri,
0,125 1,8 0,225
lokasi dekat fasilitas umum
Terjaganya kebersihan dan
0,200 1,6 0,320
kerapihan rumah sakit
SDM(dokter,perawat,karyawan)
0,225 1,8 0,405
memiliki daya tanggap tinggi
SDM(dokter,perawat,karyawan)me
0,225 1,8 0,405
miliki rasa kepedulian tinggi
Memiliki tenaga
SDM(dokter,perawat,karyawan) 0,225 1,8 0,405
yang handal
SubTotal 1 0,10 0 1,760

Indikator Kelemahan(weakness) Bobot Nilai fokus Skor

Vol. 1 No.3 / April 2018 98


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

grup
Lokasi parker belum memadai -0,30 1,2 -0,36
Dokter sub spesialis belum lengkap -0,25 1,4 -0,35
Sarana dan prasarana penunjang
-0,20 1,4 -0,28
medis canggih belum lengkap
Jumlah kamar inap dan bed terbatas -0,10 1,2 -0,12
Pelaksanaan sosialisasi dan
promosi kepada masyarakat masih -0,10 1,4 -0,14
kurang
SubTotal 2 1,00 -1,25
Grand Total 0,51
Sumber: Data diolah peneliti

Dari hasil skor analisis SWOT strategi bersaing RSU Bhakti Asih, Tangerang
dapat diketahui bahwa aspek internal (IFAS) untuk indikator kekuatan(Strength) 1,760
dengan rincian terdiri dari beberapa indikator yaitu tanah dan bangunan milik sendiri,
lokasi dekat fasilitas umum (0,225), terjaganya kebersihan dan kerapihan rumah sakit
(0,320), SDM (dokter, perawat, karyawan memiliki daya tanggap tinggi (0,405), SDM
(dokter, perawat, karyawan) memiliki rasa kepedulian tinggi (0,405), Memiliki tenaga
SDM (dokter, perawat, karyawan yang handal (0,405).
Sedangkan dari indikator Kelemahan (Weakness) yaitu -1,25 dengan rincian
terdiri dari beberapa indikator yaitu lokasi parkir belum memadai (-0,36), Dokter
subspeasialis belum lengkap (-0,35), sarana dan prasarana penunjang medis canggih
belum lengkap (-0,28), jumlah kamar inap dan bed terbatas (-0,12), pelaksanaan
sosialisasi dan promosi kepada masyarakat masih kurang (-0,14). Dan dari hasil Aspek
Internal (IFAS) dengan rincian yaitu indikator Kekuatan (Strength) yaitu 1,760 dikurangi
dengan indicator Kelemahan (Weakness) -1,25 menadi total skor yaitu 0,51.
Sedangkan untuk Aspek Internal (IFAS) untuk indikator kekuatan (Strength)
terdapat 2 urutan besar yaitu Tanah dan bangunan milik sendiri dan kesiapan dan
kekuatan SDM rumah sakit akan sangat berpengaruh besar terhadap kepercayaan
masyarakat terhadap keberadaan rumah sakit dan kepuasan pelayanan kesehatan.
Dari hasil analisa tersebut, maka dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini:
O

0,51; 0,32 Agresif

W S

Gambar 3. Skoring Analisa SWOT

Vol. 1 No.3 / April 2018 99


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Berdasarkan pada gambar diatas, dapat di peroleh gambaran bahwa posisi


perusahaan berdasar matriks space berada pada kuadrant 1 dengan kriteria agresif.
Maka analisis dan pembahasan ditekankan pada bagaimana supaya perusahaan
melakukan strategi yang dijalankan adalah strategi dengan menggunakan Strategi SO
(Strength-Opportunity).
Agresif : integrasi kedepan dan belakang, integrasi horizontal, penetrasi pasar,
pengembangan pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi usaha (terkait atau
tidak terkait).

Tabel 4. EXTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS)


Nilai fokus
Indikator Peluang( Opportunity ) Bobot Skor
group

Berlokasi di kawasan padat penduduk 0,25 1,8 0,45

Masih memiliki lahan luas 0,20 1,8 0,40


Loyalitas pelanggan tinggi 0,30 1,6 0,48
Dimungkinkan untuk membuka klinik pelayanan baru
0,15 1,4 0,21
(Jantung, Diabet, Asma, Estetika)
Kerjasama dengan pihak terkait semakin luas 0,10 1,8 0,18

Sub Total 1 1,00 1,72

Nilai fokus
Indikator Ancama ( Threat ) Bobot Skor
grup
Kompetitor dengan modal besar - 0,20 1,4 -0,28
Kondisi jalan sekitar Rumah Sakit cenderung macet -0,30 1,2 -0,36
Semakin meningkatnya peserta BPJS -0,15 1,8 -0,27
Kecenderungan masyarakat berobat alternative -0,10 1,2 -0,12
Makin melambatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat -0,25 1,4 -0,35
Sub Total 2 1,00 -1,38
Grand Total 0,34
Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan dari hasil skoring analisa SWOT, maka strategi bersaing RSU
Bhakti Asih, Tangerang, dapat diketahui bahwa aspek eskternal (EFAS) untuk indikator
peluang (Opportunity) yaitu mendapatkan total skor 1,72, dengan rincian yang terdiri
dari beberapa indikator yaitu berlokasi dikawasan padat penduduk( 0,45), masih
memiliki lahan luas (0,40), loyalitas pelanggan tinggi (0,48), dimungkinkan untuk

Vol. 1 No.3 / April 2018 100


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

membuka klinik pelayanan baru(jantung, diabet, asma) (0,21), kerjasama dengan pihak
terkait semakin luas (0,18).
Sedangkan dari indikator Ancaman (Threat) mendapat total skor -1,38 dengan
rincian terdiri dari beberapa indikator yaitu kompetitor dengan modal besar (-0,28),
kondisi jalan sekitar rumah sakit cenderung macet (-0,36), semakin meningkatnya
peserta BPJS (-0,27), kecenderungan masyarakat berobat alternative(-0,12), makin
melambatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat(-0,35). Jadi, hasil dari aspek
eksternal (EFAS) dengan rincian yaitu indikator Peluang (Opportunity) yaitu 1,72
dikurangi dengan indikator Ancaman (Threat) yaitu -1,38 menjadi total skor yaitu 0,34.
Dalam hal Aspek Eksternal(EFAS) untuk indikator Peluang (Opportunity) ada 2 urutan
besar yang mempengaruhi yaitu para kompetitor yang cukup kuat, mereka berlomba
memberikan pelayanan terbaik, dan sama-sama mengambil hati masyarakat, dan
kebijakan pemerintah yang harus terus diikuti dan dilaksanakan, secara fleksibel.
Menurut Jacobus RK (2014), Ketika arah vektor terletak di kuadran agresif,
berarti perusahaan tersebut berada dalam posisi yang sangat bagus untuk
memanfaatkan berbagai kekuatan internal untuk (1) menarik keuntungan dari peluang-
peluang eksternal, (2) mengatasi kelemahan internal, dan (3) menghindari beragam
ancaman eksternal. Oleh karenanya, strategi penetrasi pasar, pengembangan produk,
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, diversifikasi, atau
kombinasi kesemuanya itu menjadi pilihan yang masuk akal, tergantung pada situasi
khusus yang di hadapi oleh perusahaan. Dari posisi agresif diatas, maka selanjutnya
dapat dipergunakan sebagai asupan didalam melakukan analysis SWOT. Hasil skoring
analisa SWOT menggambarkan bahwa RSU Bhakti Asih Tangerang berada pada
kuadran 1 yaitu agresif yang berarti strategi yang dijalankan adalah strategi dengan
menggunakan Strategi SO (Strenght-Opportunity).

Tabel 5. Analisa Matriks SWOT Strategi Bersaing RSU Bhakti Asih


Kekuatan (S) Kelemahan (W)
(1) Tanah dan bangunan (1) Lokasi parkir belum
milik Sendiri, lokasi Memadai Dokter
Internal dekat fasiliTas umum Subspesialis belum
(2) Terjaganya kebersihan Lengkap
dan kerapihan rumah (2) Sarana dan prasarana
sakit penunjang medis canggih
(3) SDM (dokter, perawat, belum Lengkap
karyawan) memiliki (3) Jumlah kamar inap dan
daya tanggap tinggi bed terbatas
(4) SDM(dokter, perawat, (4) Sosialisasi dan promosi
Karyawan) memiliki kepada Masyarakat masih
Eksternal rasa Kepedulian tinggi kurang belum optimal
(5) Memiliki Tenaga SDM
(dokter, perawat,
karyawan) yang handal

Vol. 1 No.3 / April 2018 101


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Peluang (O) SO Strategi WO Strategi


(1) Berlokasi dikawasan padat (1) Perluasan bangunan (1) Optimalisasi sosilaisasi
Penduduk (2) Promosi melalui dan promosi produk
(2) Masih memiliki lahan luas media,web Site, rumah sakit
(3) Loyalitas pelanggan tinggi selebaran (2) Pembangunan area parkir
(4) Dimungkinkan untuk (3) Mengajukan proposal (3) Membangun Unit
membuka klinik pelayanan (4) kerjasana dengan Pelayanan Klinik Sub
baru (jantung, diabet, asma) perusahaan swasta spesialis
(5) Kerjasama dengan Pihak dan luar negeri (4) Pengadaan alat medis
Terkait semakin luas (5) Menjalin komunikasi kebutuhan dokter sub
secara spesialis
berkesinambungan (5) Menjalin kerjasama
dengan pelanggan dengan dokter sub
spesialis
Ancaman (T) ST Strategi WT Strategi
(1) Kompetitor dengan modal (1) Kerjasama dengan (1) Kerjasama dengan RS
Besar. pemilik modal Rujukan
(2) Kondisi jalan sekitar rumah (2) Antar jemput pasien (2) Meningkatkan kerjasama
sakit cenderung macet tertentu dengan berbagai
(3) Semakin meningkatnya (3) Pelayanan sistem perusahaan asuransi
peserta BPJS home care (3) Penyuluhan kesehatan
(4) Kecenderungan masyarakat (4) Pengantaran obat bagi kepada masyarakat sekitar
berobat alternative pelanggan (4) Meluncurkan program
(5) Makin melambatnya (5) Memperkenalkan pengobatan terjangkau
Pertumbuhan konomi keunggulan-
masyarakat keunggulan produk
yang dimiliki rumah
sakit
Sumber : Wawancara dengan berbagai sumber (Pemilik rumah sakit, Direktur rumah
sakit, Pasien BPJS, dan Pasien bayar tunai).

Analisa SWOT
Berdasarkan Analisa Matriks SWOT di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Analisa Strategi SO (Strength-Opportunity)


Analisa Strategi SO (Strength-Opportunity) yaitu strategi dengan menggunakan
kekuatan internal rumah sakit untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO
berusaha dicapai dengan menerapkan strategi ST, WO, dan WT. Strategi Strength-
Opportunity (SO) yang dimiliki oleh RSU Bhakti Asih mengacu pada visi dan misi
rumah sakit. Berdasarkan hasil analisis SWOT, RSU Bhakti Asih akan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut : (1) Perluasan bangunan; (2) Promosi melalui media
elektronik, web site, selebaran brosur; (3) Pembukaan dental klinik; (4) Mengajukan
proposal kerjasama dengan perusahaan swasta dan luar negeri; (5) Menjalin
komunikasi secara berkesinambungan dengan pelanggan.

Vol. 1 No.3 / April 2018 102


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Analisa Strategi ST (Strength-Threats)


Analisa strategi ST (Strenght-Threats) merupakan strategi dengan
memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi tantangan yang ada (kompetitif) dengan
cara: (1) Kerjasama dengan pemilik modal; (2) Antar jemput pasien tertentu; (3)
Pelayanan sistem home care; (4) Pengantaran obat bagi pelanggan; dan (5)
Memperkenalkan keunggulan produk yang dimiliki rumah sakit.

Analisa Strategi WO (Weakness-Opportunity)


Analisa Strategi WO (Weakness-Opportunity) merupakan strategi yang
meminimalkan kelemahan intern untuk dapat bertahan dalam menghadapi tantangan
(konservatif) : (1) Optimalisasi sosialisasi dan promosi produk rumah sakit; (2)
Pembangunan Area Parkir; (3) Pembangunan Unit Pelayanan Klinik Sub Spesialis; (4)
Pengadaan alat medis kebutuhan dokter subspesialis; dan (5) Menjalin kerjasama
dengan dokter sub spesialis
Analisa strategi WT (Weakness-Threats)
Analisa strategi WT (Weakness-Threat) merupakan strategi yang meminimalkan
kelemahan intern untuk dapat bertahan (Defensif) dalam menghadapi tantangan: (1)
Kerjasama dengan rumah sakit rujukan; (2) Meningkatkan kerjasama dengan berbagai
perusahaan asuransi; (3) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar; (4)
Meluncurkan program pengobatan terjangkau

2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa SWOT strategi bersaing RSU Bhakti Asih Tangerang,
bahwa strategi yang dilakukan adalah strategi Srength-Opportunity (strategi SO) yaitu
strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan/rumah sakit untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO berusaha dicapai dengan menerapkan
strategi ST, WO dan WT. Strategi Strength-Opportunity (SO) yang dimiliki RSU Bhakti
Asih akan mengacu pada formula strategi umum perusahaan yang memberikan
pedoman dalam mencapai tujuan perusahaan, berikut adalah analisa Matriks SWOT
RSU Bhakti Asih Tangerang terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk
dapat bersaing dengan para kompetitor.

Strategi Bersaing yang dijalankan oleh RSU Bhakti Asih Tangerang.

Kondisi RSU Bhakti Asih berdasarkan indikator yang menunjukkan Peluang


(Opportunity).
(1) Berlokasi dikawasan padat penduduk. Berdirinya rumah sakit ditengah-tengah
padat penduduk akan berpengaruh pada banyaknya pasien yang berobat ke rumah
sakit, walaupun masih ada rumah sakit sejenis yang berdiri tidak berjauhan. RSU
Bhakti Asih akan tetap bersaing sehat, dan mengutamakan mutu pelayanan.
(2) Masih memiliki lahan luas.
(3) RSU Bhakti Asih akan terus berusaha memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana
dengan membangun lahan kosong yang cukup luas disebelah rumah sakit, untuk
menampung aktifitas pelayanan pasien.

Vol. 1 No.3 / April 2018 103


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

(4) Loyalitas pelanggan tinggi. Dibangunnya komunikasi secara berkesinambungan


dan pelayanan dengan hati secara optimal, RSU Bhakti Asih memiliki tempat
tersendiri dihati pelanggannya.
(5) Dimungkinan untuk membuka klinik pelayanan baru (jantung, diabed, asma,
estetika). Dengan ditambahnya bangunan rumah sakit lebih luas lagi,
memungkinkan untuk membuka klinik-klinik yang lebih vital yang diperlukan
masyarakat pasien dan akan menambah lengkapnya fasilitas rumah sakit.
(6) Kerjasama dengan pihak terkait semakin luas. Kerjasama dengan perusahaan
swasta, perusahaan negara, perusahaan asuransi, dan negara-negara Asia dan
Eropa akan menjadikan RSU Bhakti Asih semakin banyak pengalaman secara luas
dan semakin eksis di masyarakat.

Kondisi RSU Bhakti Asih berdasarkan indikator yang menunjukkan Ancaman


(Threats)
(1) Kompetitor dengan modal besar. RSU Bhakti Asih belum bisa mengimbangi
pemodal besar, apa lagi menjadikannya kompetitor. Jalan aman satu-satunya
menjadikan pemodal besar sebagai partner dalam melayani kesehatan
masyarakat.
(2) Kondisi jalan rumah sakit cenderung macet. RSU Bhakti Asih berdiri dalam
lingkungan padat penduduk dan keadaan ini juga ada nilai plus minusnya.
Menjadikan jalan cenderung macet suatu resiko tersendiri, karena kurang
menguntungan bagi pasien gawat darurat untuk cepat sampai di rumah sakit.
(3) Semakin meningkatnya peserta BPJS. Dengan semakin meningkatnya jumlah
peserta BPJS, akan berdampak berkurangnya pendapatan rumah sakit, karena
BPJS memberikan ganti berobat pasien 80 persen dari jumlah keseluruhan biaya
berobat.
(4) Kecenderungan masyarakat berobat alternative. Makin mahalnya biaya berobat di
rumah sakit akan mempengaruhi pikiran pelanggan untuk mencari pengobatan
alternatif yang terjangkau. Dengan demikian juga akan sangat mempengaruhi
pendapatan rumah sakit berkurang.

Kondisi RSU Bhakti Asih berdasar indikator yang menunjukkan Kekuatan


(Strength)
(1) Tanah dan bangunan milik sendiri, lokasi dekat fasilitas umum. Lahan bangunan
milik RSU Bhakti Asih akan sangat menguntungkan dan terlepas dari biaya sewa
lahan. Bahkan pembebasan lahan rumah penduduk masih berlangsung untuk
menambah luasnya area rumah sakit dan lahan parkir.
(2) Terjaganya kebersihan dan kerapihan rumah sakit. Rumah sakit tempat segala
penyakit datang bercampur membaur, bisa menular melalui udara. RSU Bhakti
Asih sangat menjaga stelirisasi dan kerapian setiap ruangan, agar yang datang
berobat cepat sehat dan yang tidak sakit tetap sehat.
(3) SDM (dokter, perawat, karyawan) memiliki daya tanggap tinggi. Berdasar panggilan
jiwa kemanusiaan, berdasar keahlian masing-masing, mereka selalu siap untuk
menyelamatkan nyawa orang lain.

Vol. 1 No.3 / April 2018 104


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

(4) SDM (dokter, perawat, karyawan) memiliki rasa kepedulian tinggi. SDM RSU Bhakti
Asih sudah pasti harus memiliki rasa kepedulian tinggi, gerak cepat, tepat, tanggap
darurat dalam tindakan medik terhadap pasien.
(5) Memiliki tenaga SDM (dokter, perawat, karyawan) yang handal. RSU Bhakti Asih
secara terus menerus akan menciptakan tenaga SDM yang professional dalam
penanganan pasien. Mereka disekolahkan program beasiswa unggulan, diklat,
dikirim ke luar negeri untuk belajar, supaya setelah selesai ilmunya diterapkan di
RSU Bhakti Asih dan mengabdi pada pelayanan pasien, otomatis untuk kemajuan
rumah sakit Bhakti Asih.

Kondisi RSU Bhakti Asih berdasar indikator yang menunjukkan kelemahan


(Weakness)
(1) Lokasi parkir belum memadai. Untuk saat ini fasilitas tempat parkir RSU Bhakti
Asih masih terbatas dan belum dapat menampung jumlah kendaraan yang kunjung
silih berganti. Oleh karena itu pembebasan lahan rumah penduduk disekitar rumah
sakit terus dilakukan, yang kebetulan penduduk ingin pindah lokasi rumahnya.
(2) Dokter Sub Spesialis belum lengkap. Memang saat ini RSU Bhakti Asih baru
memiliki satu tenaga dokter sub spesialis yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi secara optimal pada rumah sakit.
(3) Jumlah kamar inap dan bed terbatas. Terbatasnya ruang akan terbatas pula jumlah
bed pasien.
(4) Pelaksanaan sosialisasi dan promosi kepada masyarakat masih kurang

Analisis Strategi SWOT yang dipadu dengan Matriks Space

Analisa Strategi SO (Strength-Opportunity)


(1) Perluasan bangunan. Kondisi fasilitas bangunan RSU Bhakti Asih yang ada saat
ini sudah tidak bisa menampung meningkatnya aktifitas pelayanan rumah sakit dan
memerlukan ekspansi. Maka dari itu penambahan bangunan pada lahan kosong
seluas 2000 meter persegi sedang dibangun 6 lantai, didalamnya akan di tambah
sarana dan prasarana rumah sakit untuk mendukung pertumbuhan yang agresif
dan meningkat sangat signifikan. Apa lagi saat ini pasien Kartu BPJS meningkat
tajam, sampai pasien tidak kebagian bed dan mengantri untuk mendapatan
perawatan.
(2) Promosi melalui media sosial, web site, selebaran. Keunggulan kompetitf adalah
merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi
kemampuan yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan
berkaitan dengan perusahaan lain. Keunggulan kompetitif muncul bila pelanggan
merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan
sebuah organisasi pesaingnya. Melakukan promosi besar-besaran baik melalui
media elektronik, media sosial, web, instagram, facebook, brosur. Strategi
penawaran kepada market share diwilayah kompetitor adalah cara untuk bisa
memperluas market yang telah ada secara efektif dan efisien dalam rangka
merebut hati pelanggan. Promosi melalui media on line merupakan torobosan yang

Vol. 1 No.3 / April 2018 105


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

efektif dalam menghemat waktu, dan efisien dalam menghemat biaya dan memiliki
nilai tambah dalam pengembangan pasar.
(3) Mengajukan proposal kerjasama dengan perusahaan swasta dan luar negeri.
Salah satu strategi dalam pembangunan kesehatan dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sehat secara meluas adalah meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, merata dan terjangkau. Salah satunya adalah menggalang
kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dalam dan luar negeri. Begitu juga
kerjasama MOU dengan perusahaan asing ; 8 negara Asia(Singapura, Malaysia,
Kamboja, Korea, Thailand, Jepang, Philipina, Burma) dan 3 negara Eropa
(Budapest, Turki, Turgut).
(4) Menjalin komunikasi secara berkesinambungan dengan pelanggan. Menjamurnya
rumah sakit sejenis khususnya di daerah Tangerang, tidak bisa dihindari dan
merupakan tantangan tersendiri bagi RSU Bhakti Asih. Komunikasi yang baik,
smart, mengesan di hati pelanggan rumah sakit sangat penting supaya pelanggan
tidak lari berobat ke rumah sakit lain.

Analisa strategi ST (Strenght-Threats) RSU Bhakti Asih Tangerang


(1) Kerjasama dengan pemilik modal. Wanacana untuk tahun 2017 RSU Bhakti Asih
dari yayasan akan dirubah menjadi PT (Perseroan Terbatas), supaya saham tidak
milik tunggal dan saham tertutup milik anggota pemegang saham.
(2) Antar jemput pasien tertentu. Tidak menutup kemungkinan, dengan fasilitas
ambulan yang tersedia di Rumah sakit, pihak rumah sakit akan melakukan
penjemputan pasien yang akan melahirkan tetapi bermasalah, pasien stroke,
pasien jantung, dll..
(3) Pelayanan sistem home care. Secara berkala sesuai jadwal yang sudah disepakati
pihak RSU Bhakti Asih akan mengintruksikan dokter dan perawat untuk melakukan
pengobatan dan perawatan di rumah pasien, misalnya pasien yang lumpuh
permanen yang mana seluruh tubuh susah digerakkan.
(4) Pengantaran obat bagi pelanggan. Pengantaran obat bagi pasien yang rawat di
rumah perlu dilakukan. Hal ini untuk mengamati perkembangan pasien, perlu atau
tidak penggantian obat yang lebih manjur. Juga untuk menjalin komunikasi yang
berkesinambungan, antara pihak rumah sakit dan pihak pasien.
(5) Memperkenalkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki rumah sakit.
Memperkenalkan kelebihan-kelebihan dan keunggulan-keunggulan yang di miliki
rumah sakit itu penting, untuk menarik antusiasme, minat pelanggan. Misalkan ;
program beasiswa unggulan sekolah Akademi Kebidanan Bhakti Asih,
pembuatan gerabah Bhakti Asih yang bermotif batik yang berkualitas Ekspor,
MOU dengan 8 negara Asia dan 3 negara Eropa.

Analisa strategi WO (Weakness-Opportunity) RSU Bhakti Asih Tangerang


(1) Optimalisasi sosialisasi dan promosi produk rumah sakit Supaya tetap dikenal oleh
masyarakat khususnya Tangerang, perlu sosialisasi dan promosi yang menjadi ciri
dan unggulan rumah sakit dan dilakukan secara kontinyu.
(2) Pembangunan area parker. Penambahan area parkir perlu direalisasi, karena area
lama sudah tidak mampu menampung kendaraan baik mobil maupun motor.

Vol. 1 No.3 / April 2018 106


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

(3) Membangun unit pelayanan klinik sub spesialis. Membangun klinik sub spesialis
sangat diperlukan untuk mengantisipasi pasien penyakit khusus yang memerlukan
dokter subspesialis dan perlu konsultasi.
(4) Pengadaan alat medis kebutuhan dokter sub spesialis. Untuk kelancaran dalam
menjalankan tugasnya, peralatan penunjang kerja, untuk dokter sub spesialis
sangatlah perlu disediakan oleh RSU Bhakti Asih.
(5) Menjalin kerjasama dengan dokter sub spesialis Menjalin kerjasama dengan dokter
dan dokter spesialis dan sub spesialis sangat diperlukan guna peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di RSU Bhakti Asih.

Analisa strategi WT (Weakness-Threats) RSU Bhakti Asih Tangerang


(1) Kerjasama dengan rumah sakit rujukan, Kerjasama dengan pihak rumah sakit
rujukan perlu dilakukan oleh RSU Bhakti Asih Tangerang, terhadap rumah sakit
yang sudah memiliki peralatan medis lengkap yang diperlukan oleh pasien yang
dirujuk.
(2) Meningkatkan kerjasama dengan berbagai perusahaan asuransi Saat ini
kerjasama dengan perusahaan asuransi harus terus ditingkatan, karena begitu
banyak anggota perusahaan asuransi di Indonesia, yang memerlukan pelayanan
kesehatan.
(3) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar. Penyuluhan kesehatan harus
berjalan terus menerus terutama di daerah pinggiran, pelosok-pelosok daerah yang
masih minim informasi tentang kesehatan.
(4) Meluncurkan program pengobatan terjangkau. Banyak rakyat yang kurang mampu
untuk membayar pengobatan ke rumah Sakit. RSU Bhakti Asih hendaknya terus
tanggap terhadap kondisi ini dengan menciptakan pengobatan-pengobatan gratis.
Misalkan: operasi katarak gratis, Sunat masal gratis.

Evaluasi
Berdasarkan analisa swot pada rsu bhakti asih tangerang bahwa strategi yang
dilakukan oleh rsu bhati asih adalah strategi Strenght-Opportunity (Strategi SO),
artinya RSU bhakti asih dalam posisi yang bagus yaitu strategi yang memaksimalkan
kekuatan internal rumah sakit untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO
berusaha mencapai dengan cara menerapkan strategi ST, WO, serta WT. Strategi
Strenght-Opportunity (SO) yang dilakukan RSU Bhakti Asih dengan memanfaatkan
kekuatan intern rumah sakit untuk menciptakan inovasi-inovasi produk baru guna
pengembangan pasar, dan mengantisipasi kemungkinan terjadi deversifikasi usaha.
menurut Jacobus R.K (2014). Ketika arah vector terletak di kuadran agresif, berarti
perusahaan tersebut berada dalam posisi yang sangat bagus untuk memanfaatkan
berbagai kekuatan internalnya untuk (1) menarik keuntungan dari peluang-peluang
eksternal, (2) mengatasi kelemahan internal, dan yang (3) menghindari beragam
eksternal. oleh karenanya, strategi penciutan, melakukan merger, menyatakan diri
pailit, memilih likuidasi atau kombinasi, yang kesemuanya itu menjadi pilihan yang
masuk akal, tergantung pada situasi khusus yang dihadapi oleh perusahaan atau
rumah sakit.

Vol. 1 No.3 / April 2018 107


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

D. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Untuk mengetahui strategi bersaing yang lebih baik bagi RSU Bhakti Asih saat ini
supaya mampu memenangkan persaingan usaha rumah sakit dimasa mendatang,
serta bagaimana daya saingnya. Pentingnya peningkatan skill, smart SDM seluruh
jajaran rumah sakit , pemberian kompensasi yang layak pada SDM, penambahan
fasilitas sarana dan prasarana canggih, akan sangat membantu majunya pelayanan
rumah sakit, yang mana akan mengakibatkan loyalitas karyawan dan juga loyalitas
pasien untuk tetap melakukan pengobatan ke RSU Bhakti Asih.
Berdasarkan pembahasan Analisa Matriks SWOT diatas dapat disimpulkan
bahwa analisa Strategi SO (Strength-Opportunity) yaitu strategi dengan menggunakan
kekuatan internal rumah sakit untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO
berusaha dicapai dengan menerapkan strategi ST, WO, dan WT. Strategi Strength-
Opportunity (SO) yang dimiliki oleh RSU Bhakti Asih mengacu pada visi dan misi
rumah sakit. Berdasarkan hasil analisis SWOT, RSU Bhakti Asih akan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut : (1)Perluasan bangunan; (2) Promosi melalui media
elektronik, web site, selebaran brosur; (3) Pembukaan dental klinik; (4) Mengajukan
proposal kerjasama dengan perusahaan swasta dan luar negeri; (5) Menjalin
komunikasi secara berkesinambungan dengan pelanggan
Analisa Strategi ST (Strength-Threats) merupakan strategi dengan cara
memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi tantangan yang ada (kompetitif) : (1)
Kerjasama dengan pemilik modal; (2) Antar jemput pasien tertentu; (3) Pelayanan
sistem home care; (4) Pengantaran obat bagi pelanggan; (5) Memperkenalkan
keunggulan-keunggulan produk yang dimiliki rumah sakit.
Analisa Strategi WO (Weakness-Opportunity) merupakan strategi yang
meminimalkan kelemahan intern untuk dapat bertahan dalam menghadapi tantangan
(konservatif) : (1) Optimalisasi sosialisasi dan promosi produk rumah sakit; (2)
Pembangunan Area Parkir; (3) Pembangunan Unit Pelayanan Klinik Sub Spesialis; (4)
Pengadaan alat medis kebutuhan dokter subspesialis; (5) Menjalin kerjasama dengan
dokter sub spesialis.
Analisa strategi WT (Weakness-Threats) merupakan strategi yang meminimalkan
kelemahan intern untuk dapat bertahan(Defensif) dalam menghadapi tantangan: (1)
Kerjasama dengan rumah sakit rujukan.; (2) Meningkatkan kerjasama dengan berbagai
perusahaan asuransi; (3) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar; (4)
Meluncurkan program pengobatan terjangkau
Berdasarkan hasil analisa SWOT strategi bersaing RSU Bhakti Asih Tangerang,
bahwa strategi yang dilakukan adalah strategi Srength-Opportunity (strategi SO) yaitu
strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan/rumah sakit untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO berusaha dicapai dengan menerapkan
strategi ST, WO dan WT. Strategi Strength-Opportunity (SO) yang dimiliki RSU Bhakti
Asih akan mengacu pada formula strategi umum perusahaan yang memberikan
pedoman dalam mencapai tujuan perusahaan, berikut adalah analisa Matriks SWOT
RSU Bhakti Asih Tangerang terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk
dapat bersaing dengan para competitor. Melalui Matriks SWOT adanya kekuatan intern
yang menguntungkan yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenght) dan Peluang

Vol. 1 No.3 / April 2018 108


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

(Opportunities). Namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan


(Weakness) dan ancaman ((Threats).
Dalam matriks ini digambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
yang dapat dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan serta
kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan untuk mendapatkan tujuan yang
diharapkan. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan/rumah sakit.
Menurut Analisis posisi perusahaan berdasar Matriks Space berada pada
kuadrant 1 dengan kriteria agresif, maka analisis dan pembahasan ditekankan pada
bagaimana supaya perusahaan melakukan strategi yang dijalankan adalah strategi
dengan menggunakan Strategi SO (Strength-Opportunity). Agresif : integrasi ke depan
dan belakang, integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar,
pengembangan produk, dan diversifikasi usaha terkait atau tidak terkait).

2. Saran
Dari hasil skoring analisa SWOT menggambarkan bahwa Rumah Sakit Umum
Bhakti Asih tangerang berada pada kuadran 1, yaitu agresif yang berarti strategi yang
dijalankan adalah strategi SO (Strenght-Opportunity), Dengan memanfaatkan
kekuatan yang ada hendaknya terus melengkapi sarana dan prasarana yang sangat di
perlukan pasien. dan juga harus tetap mewacanakan pembelian alat induscopy, tetap
berinovasi produk unggulan untuk lebih menarik pasien berobat ke RSU Bhakti Asih
Tangerang.
Mengedepankan pelayanan pasien BPJS, karena di tahun 2017 Jokowi
merencanakan semua lapisan masyarakat harus sudah punya kartu peserta BPJS.
Pihak rumah sakit harus lebih transparan dalam pelayanan BPJS, karena masih
terdapat kebohongan atau mungkin merupakan politik rumah sakit bahwa kamar
kosong ada, tapi dikala pasien BPJS penuh dan tidak tertangani, dinyatakan bahwa
kamar rawat penuh sehingga supaya pasien segera ditangani, harus membayar
sejumlah uang muka untuk kamar utama, selanjutnya dipindah ke kamar rawat inap
yang diinginkan pasien.
Untuk tetap dekat dengan masyarakat disekitar Tangerang dan tetap
mengadakan event-event untuk secara beresinambuangan. Meningkatkan perluasan
pemasaran dengan berbasis online, web, media elektronik, facebook, tweeter,
instagram, path, dan face to face dalam acara event bakti sosial. Disamping kegiatan
pemasaran yang sedang berjalan di RSU Bhakti Asih dalam memasarkan layanan dan
fasilitas yaitu melalui brosur yang ditaruh di area RSU Bhakti Asih, memasang billboard
di sekitar wilayah Ciledug, Tangerang dan sekitarnya.

E. DAFTAR PUSTAKA
Aditama T.Y. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua.Jakarta : UI-
Pfress.
Anshori Yusak. 2005. Analisis Keunggulan Bersaing Melalui Penerapan Knowledge
Management dan Knowledge Based-Strategy di Surabaya Plaza Hotel. Jurnal
Manajemen Perhotelan, Vol 1. No. 20, pp 39-53

Vol. 1 No.3 / April 2018 109


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Assauri, Sofjan. 2013. Strategic Management Sustainable Competitive Advantage.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Handoko T. Tani. 2013. Manajemen Dan Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta
Keegan, Warren J. 2007. Manajemen Pemasaran Global. Edisi Keenam. Jakarta: PT.
Indeks
Kotler. 2013. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group
Umi Rusilowati. 2012. Analisis Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)
Berbasis Teknologi Informasi (TI) Dalam Konteks Pembelajaran Organisasi
(Learning Organization) (Studi KasusPada Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Pemerintah). Sinopsis Disertasi. Universitas Pasundan Bandung
Widayat Wahyu, Eko. 2014. Change Your Life With Business: Ubahlah hidup anda
dengan bisnis!!. Bogor: GICI Business School Press
Wiyanto. 2016. Analisis Penerapan Manajemen Pengetahuan dan Pengetahuan
Berbasis Strategi Untuk Menciptakan Keunggulan Bersaing Berkelanjutan.
Proceeding Konferensi Nasional Riset Manajemen X, Tema Akselerasi Daya
Saing Menuju Keunggulan Organisasi Yang Berkelanjutan di Lombok Tanggal
20-22 september 2016.
Wiyanto. 2016. Analisis Penerapan Manajemen Pengetahuan dan Pengetahuan
Berbasis Strategi Untuk Menciptakan Keunggulan Bersaing Berkelanjutan.
Sinopsis Tesis Program Magister Manajemen Universitas Pamulang

Undang-Undang Dasar 1945


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU%20Nomor%2036%20T
ahun2%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf. Diakses 11 September 2016.
Pukul 107.30 WIB

Vol. 1 No.3 / April 2018 110


Manajemen Pemasaran ISSN 2598-2893

Vol. 1 No.3 / April 2018 111

View publication stats


PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN STRESS KERJA TERHADAP
KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DR. M. HAULUSSY AMBON

Cythia Imelda Tjokro dan Jean Rosa Asthenu


Dosen Politeknik Negeri Ambon

Abstract. This study aimed to analyze the effect ofrole conflict consisting of
work-family conflict and family-work conflict on job stress and job
performance of nurses from dr. M.Haulussy hospitals general Ambon. This
research was conducted in dr. M.Haulussy hospital Ambonfor two months. The
research data was collected through a questionnaire, which is then processed
and analyzed using SPSS 19 with path analysis techniques.The results showed
that work-family conflict (X1) and significant positive effect on job stress (Y1)
nurse of dr. M.Haulussy hospital Ambon. Family-work conflict (X2) positive
and significant impacton job stress (Y1) nurse of dr. M.Haulussy hospital
Ambon. Job stress (Y1) negatively affect the performance of nurses (Y2) dr.
M.Haulussy hospital Ambon. Work-family conflict (X1) negatively affect the
performance of nurses (Y2) dr. M.Haulussy hospital Ambon. Family-work
conflict (X2) negatively affect the performance of nurses (Y2) dr. M.Haulussy
hospital Ambon. Thus all the hypotheses proposed in this study can be
accepted.

Keywords: dual role conflict, job stress, performance nurses

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ofrole konflik yang
terdiri dari konflik kerja-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan pada stres kerja dan
prestasi kerja perawat dari dr. Rumah sakit umum M.Haulussy Ambon. Penelitian ini
dilakukan di dr. Rumah sakit M.Haulussy Ambonfor dua bulan. Data penelitian
dikumpulkan melalui kuesioner, yang kemudian diolah dan dianalisis menggunakan
SPSS 19 dengan analisis jalur hasil techniques.The menunjukkan bahwa konflik kerja-
keluarga (X1) dan dampak positif yang signifikan terhadap stres kerja (Y1) perawat
dari dr. Rumah sakit M.Haulussy Ambon. Konflik keluarga-pekerjaan (X2) stres kerja
impacton positif dan signifikan (Y1) perawat dari dr. Rumah sakit M.Haulussy Ambon.
Stres kerja (Y1) berpengaruh negatif terhadap kinerja perawat (Y2) dr. Rumah sakit
M.Haulussy Ambon. Konflik kerja-keluarga (X1) berpengaruh negatif terhadap kinerja
perawat (Y2) dr. Rumah sakit M.Haulussy Ambon. Konflik keluarga-pekerjaan (X2)
berpengaruh negatif terhadap kinerja perawat (Y2) dr. Rumah sakit M.Haulussy
Ambon. Dengan demikian semua hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima.

Kata kunci: konflik peran ganda, stres kerja, perawat kinerja

Perawat merupakan tenaga disebabkan karena tugas perawat


profesional yang perannya tidak dapat mengharuskan kontak paling lama dengan
dikesampingkan dari semua bentuk pasien. Perawat rumah sakit didominasi
pelayanan rumah sakit. Peran ini sebagian besar oleh tenaga kerja wanita.
Walaupun keterlibatan wanita yang sudah seperti peningkatan kepercayaan diri,
kentara tetapi secara jelas belum diakui moral, serta kebahagiaan (Aryee, et, al
dan hal ini membawa dampak terhadap 1999), kesulitan dalam memenuhi tuntutan
peranan perempuan dalam kehidupan pekerjaan dan keluarga yang sering kali
keluarga. bertentangan juga dapat menyebabkan
Sumbangan wanita dalam terjadinya konflik pekerjaan-keluarga
pembangunan ekonomi terlihat dari (Bedeian, et, al 1988).
kecenderungan partisipasi wanita dalam Namun menjalani dua peran
angkatan kerja. Partisipasi wanita saat ini sekaligus, sebagai seorang pekerja
bukan sekedar menuntut persamaan hak sekaligus sebagai ibu rumah tangga,
tetapi juga menyatakan fungsinya tidaklah mudah. Karyawan wanita yang
mempunyai arti bagi pembangunan dalam telah menikah dan punya anak memiliki
masyarakat Indonesia. Partisipasi wanita peran dan tanggung jawab yang lebih berat
menyangkut peran tradisi dan transisi. daripada wanita single. Peran ganda pun
Peran tradisi atau domestik mencakup dialami oleh wanita tersebut karena selain
peran wanita sebagai istri, ibu dan berperan di dalam keluarga, wanita
pengelola rumah tangga. Sementara peran tersebut juga berperan di dalam karirnya.
transisi meliputi pengertian wanita sebagai Konflik pekerjaan-keluarga menjelaskan
tenaga kerja, anggota masyarakat dan terjadinya benturan antara tanggung jawab
manusia pembangunan. Peran transisi pekerjaan dirumah atau kehidupan rumah
wanita sebagai tenaga kerja turut aktif tangga (Frone & Cooper, 1994). Karyawan
dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) yang tidak dapat membagi atau
di berbagai kegiatan sesuai dengan menyeimbangkan waktu untuk urusan
keterampilan dan pendidikan yang dimiliki keluarga dan bekerja dapat menimbulkan
serta lapangan pekerjaan yang tersedia. konflik yaitu konflik keluarga dan konflik
Kecenderungan wanita untuk bekerja pekerjaan, atau sering disebut sebagai
menimbulkan banyak implikasi, antara lain konflik peran ganda wanita antara keluarga
merenggangnya ikatan keluarga, dan pekerjaan. Di satu sisi perempuan
meningkatnya kenakalan remaja dan dituntut untuk bertanggung jawab dalam
implikasi lain. Ihromi, (1990) menyatakan mengurus dan membina keluarga secara
bahwa jumlah wanita pencari kerja akan baik, namun disisi lain, sebagai seorang
semakin meningkat di sebagian wilayah karyawan yang baik mereka dituntut pula
dunia. Menurut hasil penelitian, wanita untuk bekerja sesuai dengan standar
ingin tetap bekerja, karena pekerjaan perusahaan dengan menunjukkan performa
memberikan banyak arti bagi diri, mulai kerja yang baik. Wanita untuk peran
dari dukungan finansial, mengembangkan tersebut terbagi dengan perannya sebagai
pengetahuan dan wawasan, ibu rumah tangga sehingga terkadang
memungkinkan aktualisasi kemampuan, dapat mengganggu kegiatan dan
memberikan kebanggaan diri dan konstrentasi didalam pekerjaannya,
kemandirian (meskipun penghasilan suami sebagai contoh perusahaan merasa sulit
mencukupi), serta memungkinkan subyek menuntut lembur ataupun menugaskan
mengaktualisasikan aspirasi pribadi lain karyawan wanita yang telah menikah dan
yang mendasar (seperti) memberi rasa punya anak untuk pergi keluar kota.
“berarti” sebagai pribadi, Meskipun Masalah ini merupakan salah satu contoh
keterlibatan dalam berbagai peran ini dapat kecil bahwa urusan keluarga dapat
memberikan keuntungan psiko sosial, berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan
karyawan dalam bekerja. Bagi wanita yang merasa lelah (terutama secara psikis),
sudah bekerja sejak sebelum menikah karena seharian memaksakan diri untuk
karena dilandasi oleh kebutuhan bertahan ditempat kerja (Rini, 2000).
aktualisasi diri yang tinggi, maka ia Dalam menyelesaikan tugas-tugas
cenderung kembali bekerja setelah dalam pekerjaanya terdapat gangguan atau
menikah dan mempunyai anak. Ada juga masalah-masalah yang berhubungan
diantara para ibu yang lebih senang hanya dengan faktor psikologis dalam diri wanita
berperan menjadi ibu rumah tangga, tersebut, misalnya wanita itu merasa
namun keadaan ternyata menuntut untuk bersalah telah meninggalkan keluarganya
bekerja demi menyokong keuangan untuk bekerja, tertekan karena terbatasnya
keluarga. waktu dan beban pekerjaan terlalu banyak
Kondisi seperti diatas sering memicu serta situasi kerja yang kurang
terjadinya konflik-konflik yang terjadi menyenangkan. Keadaan ini akan
dalam kehidupan perusahaan, bila tidak mengganggu pikiran dan mental karyawan
ditangani secara serius akan menimbulkan wanita ketika bekerja. Diungkapkan oleh
dampak yang sangat berarti bagi usaha Gitosudarmo dan Suditta (1997), bahwa
pencapaian tujuan perusahaan, salah stress mempunyai dampak positif dan
satunya adalah rendahnya kinerja negatif. Dampak positif stress pada tingkat
karyawan secara keseluruhan akan rendah sampai pada tingkat moderat
mempengaruhi produktifitas perusahaan bersifat fungsional dalam arti berperan
(Anoraga,1992). Akan tetapi tidak hanya sebagai pendorong peningkatan kinerja
itu saja yang ditimbulkan oleh konflik pegawai, sedangkan pada tingkat negatif
yang tidak ditangani secara tepat dan stress pada tingkat yang tinggi adalah
bijaksana, dapat pula berakibat langsung penurunan pada kinerja karyawan yang
pada diri karyawan, karena mereka dalam drastis. Adapun konflik peran ganda ini
keadaan suasana serba salah sehingga bisa menurunkan kinerja karyawan,
mengalami tekanan jiwa (stress). Adapun sementara menurunnya kinerja karyawan
faktor-faktor yang mempengaruhi stress bisa memberi dampak pada meningkatnya
seperti kelebihan beban kerja, tanggung keinginan untuk keluar, meningkatnya
jawab atas orang lain, perkembangan karir, absensi, dan menurunnya komitmen
kurangnya kohesi kelompok, dukungan organisasi (Boles, Howard & Donofrio,
kelompok yang kurang memadahi, struktur 2004). Jadi hal ini merupakan keadaan
dan iklim organisasi, wilayah dalam yang berbahaya bagi organisasi, karena
organisasi, karakteristik tugas, dan bisa menyebabkan pelaksanaan pekerjaan
pengaruh pimpinan (Ivancevich, 2001). terganggu, yang akhirnya bisa menurunya
Sebetulnya stress merupakan keadaan yang kinerja organisasi. ini merupakan salah
wajar karena terbentuk pada diri manusia satu hal yang harus diperhatikan
sebagai respon dan merupakan bagian dari perusahaan dalam mengolah Sumber Daya
kehidupan sehari-hari dari diri manusia Manusia untuk dapat meningkatkan
terlebih menghadapi jaman kemajuan efisiensi dan efektivitas kerja (Nurhayati,
segala bidang yang dihadapi dengan 2000).
kegiatan dan kesibukan yang harus Konflik peran inilah yang mesti
dilakukan, disalah satu pihak beban kerja diperhatikan sebagai faktor pembentuk
disatuan unit organisasi semakin terjadinya stress di tempat kerja, meskipun
bertambah. Biasanya para ibu yang ada faktor dari luar organisasi seharusnya
mengalami masalah demikian, cenderung organisasi juga memperhatikan hal ini.
Karena pengaruh terhadap anggota yang diberbagai tatanan pelayanan kesehatan
bekerja dalam organisasi tersebut dengan menggunakan proses
meningkatkan pekerjaan yang dilakukan keperawatan,berpedoman pada standar
perawat memicu stress, karena perawat keperawatan dalam lingkup wewenang
berhubungan langsung dengan dengan serta tanggung jawab keperawatan. Agar
tekanan dari supervisor (kepala ruang, nantinya didapatkan mutu pelayanan yang
harus mampu menangani keluhan pasien baik serta pasien merasa puas terhadap
dan keluarganya, menghadapi pasien kinerja perawat.
dalam kegawatan, perawat juga dituntut Kinerja merupakan permasalahan
melaksanakan standar pelayanan prima, yang akan selalu dihadapi oleh pihak
sikap menjadi patner dokter dalam setiap manajemen perusahaan, karena itu
kasus (baik penyakit menular maupun manajemen perlu mengetahui faktor-faktor
tidak menular) dan melaksanakan advise yang mempengaruhi kinerja karyawan
dokter setiap saat. Stress kerja tidak hanya tersebut akan membuat manajemen
berpengaruh pada individu, namun juga perusahaan dapat mengambil berbagai
terhadap biaya organisasi dan industri. kebijakan yang diperlukan sehingga dapat
Begitu besar dampak dari stress kerja, oleh meningkatkan kinerja karyawannya agar
para ahli perilaku organisasi telah dapat sesuai dengan harapan perusahaan.
dinyatakan sebagai agen penyebab dari Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
berbagai maslah fisik, mental, bahkan karyawan diantaranya yaitu: pendidikan
output organisasi (Yun Iswanto, 1999). dan latihan, disiplin, sikap dan aktifitas
Berbagai alasan tersebut cukup relevan kerja, penghasilan, jaminan sosial,
menjadi pendukung penelitian ini untuk lingkungan kerja serta kebutuhan untuk
dilakukan. Kesuksesan dari kinerja berprestasi. Faktor-faktor tersebut
perusahaan bisa dilihat dari kinerja yang berpengaruh terhadap karyawan dalam
dicapai oleh karyawannya oleh sebab itu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
perusahaan menuntut agar para kepadanya, sehingga hasil akhirnya adalah
karyawannya mampu menampilkan kinerja kinerja karyawan itu sendiri, apakah baik
yang optimal karena baik buruknya kinerja atau buruk buat diri karyawan.
yang dicapai oleh karyawan akan Berdasarkan latar belakang tersebut,
berpengaruh pada kinerja dan keberhasilan maka penelitian ini dilakukan di
perusahaan secara keseluruhan. lingkungan pelayanan kesehatan, Rumah
Kinerja seorang perawat dapat dilihat Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy
dari mutu asuhan keperawatan yang Ambon dengan tujuan untuk menganalisis
diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang pengaruh stress kerja dan konflik peran
dijadikan acuan dalam menilai kualitas ganda terhadap kinerja para perawat di
pelayanan keperawatan adalah dengan RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
menggunakan standar praktek
keperawatan. Tenaga perawat merupakan Hipotesis
tenaga yang paling banyak dan paling lama Hipotesis yang diuji dalam penelitian
kontak dengan pasien, maka kinerja ini adalah :
perawat harus selalu ditingkatkan dalam H1 : Konflik pekerjaan-keluarga
pemberian asuhan keperawatan. Asuhan berpengaruh positif dan signifikan
keperawatan adalah suatu proses atau terhadap terjadinya stress kerja
kegiatan praktek keperawatan yang perawat rumah sakit umum daerah
diberikan oleh perawat pada pasien dr. M. Haulussy Ambon
H2 : Konflik keluarga–pekerjaan pekerjaan, dan konflik komitmen dan
berpengaruh positif dan sigifikan tanggung jawab terhadap keluarga.
terhadap terjadinya stress kerja  Konflik keluarga-pekerjaan (X2)
perawat rumah sakit umum daerah Konflik timbul sebagai akibat pekerjaan
dr. M. Haulussy Ambon rumah tangga beserta seluruh
H3 : Stress kerja berpengaruh negatif konsekuensinya mengganggu kinerja
terhadap kinerja perawat rumah fungsi pekerjaan ibu di tempat kerja.
sakit umum daerah dr. M. Haulussy Indikator yang digunakan untuk
Ambon mengukur variabel ini adalah tekanan
H4 : Konflik pekerjaan-keluarga sebagai orang tua, tekanan perkawinan,
berpengaruh negatif terhadap kinerja kurangnya keterlibatan sebagai istri,
perawat rumah sakit umum daerah kurangnya keterlibatan sebagai orang
dr. M. Haulussy Ambon tua, dan campur pekerjaan.
H5 : Konflik keluarga-pekerjaan Sementara itu, variabel moderasi
berpengaruh negatif terhadap kinerja adalah Stress kerja (Y1), yaitu suatu
perawat rumah sakit umum daerah respon adaptif, dihubungkan oleh
dr. M. Haulussy Ambon karakteristik dan atau proses psikologi
individu yang merupakan suatu
Metode Penelitian konsekuaensi dari setiap tindakan
Penelitian ini menggunakan metode eksternal, situasi atau peristiwa yang
survey pada Rumah Sakit Umum Daerah menempatkan tuntutan psikologis dan atau
Dr. M. Haulussy, Ambon. Yang menjadi fisik khusus pada seseorang. Indikator
populasi dalam penelitian ini adalah para yang digunakan untuk mengukur variabel
perawat wanita di RSUD dr. M. Haulussy ini adalah beban kerja, tuntutan/tekanan
Ambon yang berjumlah 244 orang. Sampel dari atasan, ketegangan dan kesalahan, dan
penelitian ini sebesar 71 orang konsumen menurunnya tingkat hubungan
yang ditentukan menggunakan Non interpersonal.
Probability Sampling, denganteknik Sedangkan variabel terikat yaitu,
convenience sampling. Kinerja karyawan (Y2), yaitu hasil kerja
Variabel yang digunakan dalam yang dapat dicapai oleh seseorang atau
penulisan ini terdiri dari variabel bebas, sekelompok orang dalam suatu organisasi
variabel moderasi dan variabel terikat. sesuai dengan wewenang dan tanggung
Variabel bebas dalam penelitian initerdiri jawab masing-masing dalam rangka upaya
dari : mencapai tujuan organisasi yang
 Konflik pekerjaan-keluarga (X1) bersangkutan secara legal, tidak melanggar
Konflik pekerjaan-keluarga mempunyai hukum dan sesuai dengan moral atau etika.
dua komponen, yaitu urusan keluarga Indikator yang digunakan untuk mengukur
mencampuri pekerjaan, konflik variabel ini adalah tingkat absensi,
pekerjaan-keluarga dapat timbul terlambat masuk kerja, prestasi dan
dikarenakan urusan pekerjaan produktivitas menurun, kualitas kerja,
mencampuri urusan keluarga. Indikator kuantitas kerja, ketepatan waktu, sikap
yang digunakan untuk mengukur kerja, efektivitas kerja, dan komitmen.
variabel ini adalah tekanan kerja, Teknik analisis yang digunakan
banyaknya tuntutan tugas, kurangnya dalam penulisan ini adalah :
kebersamaan keluarga, sibuk dengan  Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif memberikan langsung dari suatu model kausal yang
gambaran yang mudah dalam disusun berdasarkan pertimbangan-
membandingkan atau mengetahui data pertimbangan teoritis dan pengetahuan
yang terbanyak dalam satuan persen (%) peneliti. Pengaruh langsung artinya arah
Istijanto (2005). Analisis deskriptif dalam hubungan antara dua variabel langsung
penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui tanpa melalui variabel lain, sementara
karakteristik pegawai berdasarkan profil pengaruh tidak langsung harus melewati
responden yang meliputiusia, jenis variabel lain. Hubungan langsung dan
kelamin, pendidikan terakhir, status tidak langsung antara variabel eksogen dan
pernikahan,jumlah tanggungan, dan masa endogen tercermin dalam koefisien jalur
kerja.Secara matematik keadaan tersebut (path coefficients) yang sesungguhnya
dapat dituliskan dalam persamaan (Umar, merupakan koefisien regresi yang teah
2004:99), sebagai berikut: dibakukan () yang diperoleh dari analisis
regresi.

Keterangan:  Uji Hipotesis


P : Persentase Uji ini digunakan untuk
f : Frekuensi individu mengetahui ketepatan fungsi regresi
N : Jumlah kejadian sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
Kategori data yang memiliki jumlah diukur dari Goodness of Fit suatu model.
lebih besar dari 50% dalam analisis Secara statistik, setidaknya ini dapat
persentase sering dikatakan sebagai diukur dari nilai koefisien determinasi
mayoritas. Analisis persentase sering ( ), dan nilai statistik t (Uji t).
dikombinasikan dengan tabel frekuensi Perhitungan statistik disebut signifikan
Istijanto (2005:99). Data diolah dengan secara statistik apabila nilai uji statistiknya
menggunakan program SPSS versi 19. berada dalam daerah dimana Ho diterima
 Analisis Jalur (Path Analysis) (Ghozali 2001). Dalam pengujian ini, data
Analisa jalur membantu para peneliti didapat dari model regresi yang diolah
untuk menentukan apakah hubungan dengan menggunakan program SPSS versi
antara variabel-variabel itu terjadi secara 19. Teknik pengujian adalah uji
langsung atau melalui variabel antara, dan signifikansi parameter individual (Uji t),
juga membandingkan besar kecilnya yang pada dasarnya menunjukan seberapa
pengaruh, baik yang langsung maupun jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
yang tidak langsung (Solimun, 2003). independen secara parsial atau individual
Teknik analisis jalur akan digunakan untuk dalam menerangkan variasi variabel
menguji besarnya sumbagan (kontribusi) dependen (Ghozali, 2001). Secara
yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada matematik, dapat ditulis dengan persamaan
setiap diagram jalur dari hubungan kausal (Siagian, 2000), sebagai berikut:
antar valiabel. Ferdinand (2006)
mengemukakan bahwa path analisys
adalah model struktural yang hanya Keterangan:
menggunakan observed variable tanpa β : Koefisien Regresi
menggunakan latent variable. b : Slope hipotesa
Analisis jalur digunakan untuk Sb : Estimasi standar eror
menemukan penjelasan mengenai pola- Sedangkan kriteria keputusan (berdasarkan
pola hubungan langsung dan tidak probabilitas) adalah sebagai berikut :
 Jika t-hitung > 0,05, maka hipotesis sedangkan responden yang tidak atau
ditolak belum menikah sebanyak 27 orang atau
 Jika t-hitung < 0,05, maka hipotesis 38,00 %. Sedangkan berdasarkan data
diterima karakteristik responden berdasarkan
jumlah tanggungan, diketahui bahwa
Hasil dan Pembahasan sebagian besar responden yang memiliki
 Profil Responden jumlah tanggungan >5 jiwa sebesar 30
Berdasarkan data karakteristik orang atau 42,30 %. Selanjutnya responden
responden berdasarkan usia, diketahui yang memiliki jumlah tanggungan <3 jiwa
bahwa responden terbanyak adalah yang sebanyak 27 orang atau 38,00 %, diikuti
berusia antara 31 – 50 tahun yaitu 45 orang oleh responden yang memiliki jumlah
atau 63,40 %, kemudian diikuti oleh tanggungan antara 3-5 jiwa sebanyak 14
responden yang berusia < 30 tahun orang atau 19,70 %.
sebanyak 20 orang atau 28,20 % dan yang Berdasarkan data karakteristik
berusia > 50 tahun tahun sebanyak 6 orang responden menurut masa kerja, diketahui
atau 8,50 %. Selanjutnya berdasarkan data bahwa sebagian besar responden memiliki
karakteristik respon menurut jenis kelamin, masa kerja antara 5-10 tahun sebanyak 39
diketahui bahwa responden yang berjenis orang atau 54,90 %, selanjutnya responden
kelamin perempuan lebih banyak dari laki- yang memiliki masa kerja <5 tahun
laki. Responden perempuan sebanyak 51 sebanyak 20orang atau 28,20 % dan
orang atau 71,80 % sedangkan responden sisanya sebanyak 12 orang atau 16,90 %.
laki-laki sebanyak 20 orang atau 28,20 %. memiliki masa kerja antara >10 tahun.
Berdasarkan data diketahui sebagian Dengan demikian responden dalam
besar responden memiliki pendidikan penelitian ini telah memiliki pengalaman
terakhir pada jenjang Diploma 3 sebanyak kerja yang cukup lama.
28 orang atau 39,40 %, selanjutnya  Uji Kualitas Data
responden yang memiliki pendidikan Pengujian kualitas data dalam
terakhir pada jenjang Diploma 2 sebanyak penelitian ini dilakukan melalui uji
21 orang atau 29,60 %, diikuti oleh validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas
responden yang memiliki pendidikan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
terakhir pada jenjang Diploma 1 sebanyak mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
11orang atau 15,50 % dan Diploma 4/S-1 ukur dalam melakukan fungsinya sebagai
sebanyak 8orang atau 11,30 % sedangkan alat ukur. Hasil pengolahan untuk menguji
yang memiliki pendidikan terakhir pada validitas diketahui bahwa semua
jenjang SLTA/sederajat sebanyak 3orang pernyataan yang diajukan kepada
atau 4,20 %.Dengan demikian dapat responden untuk mengumpulkan data
dikatakan bahwa kualitas sumber daya penelitian adalah valid. Hal ini ditunjukan
manusia keperawatan pada RSUD dr. M. melalui nilai koefisien korelasi Spearman
Haulussy Ambon sudah cukup baik karena > 0.37 dan nilai probabilitasnya < 0.05.
memiliki latar belakang pendidikan yang dengan demikian semua pernyataan yang
cukup. Kemudian karakteristik responden digunakan dalam pengumpulan data pada
berdasarkan status pernikahan, diketahui penelitian ini valid sehingga data yang
bahwa sebagian besar responden yang dikumpulkan dapat digunakan dalam
merupakan paramedis keperawatan pada pengujian dan analisis lebih lanjut.
RSUD dr. M. Haulussy Ambon sudah Selanjutnya, uji reliabilitas
menikah sebanyak 44 orang atau 62,00 %, dimaksudkan untuk menguji sejauh mana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. (Y2) adalah -0,391. Sedangkan pengaruh
Berdasarkan hasil pengolahan data untuk langsung variabel stress kerja (Y1)
menguji reliabilitas data yang terhadap kinerja perawat (Y2) adalah -
dikumpulkan, diketahui bahwa semua 0,142. Selanjutnya hasil perhitungan
variabel memiliki nilai Cronbach Alpha > menunjukan pengaruh tidak langsung
0.60 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel konflik pekerjaan-keluarga (X1)
semua data yang dikumpulkan terhadap kinerja perawat (Y2) melalui
menggunakan kuisioner dalam penelitian stress kerja (Y1) adalah -0,045724.
ini adalah reliabel sehingga dapat Pengaruh tidak langsung variabel konflik
digunakan dalam proses pengujian dan keluarga-pekerjaan (X2) terhadap kinerja
analisis selanjutnya. perawat (Y2) melalui stress kerja (Y1)
 Analisis Jalur adalah -0,090312. Kemudian pengaruh
Dalam analisis jalur, dilakukan keseluruhan dari variabel konflik
perhitungan terhadap pengaruh langsung, pekerjaan-keluarga (X1) terhadap kinerja
pengaruh tidak langsung dan pengaruh perawat (Y2) melalui stress kerja (Y1)
keseluruhan dari masing-masing variabel adalah 0,18 dan pengaruh keseluruhan
bebas terhadap variable terikat. Dalam variabel konflik keluarga-pekerjaan (X2)
penelitian ini perhitungan dilakukan atas terhadap kinerja perawat (Y2) melalui
pengaruh langsung variabel bebas konflik stress kerja (Y1) adalah 0,494.
pekerjaan-keluarga (X1)dan konflik Persamaan jalur yang terbentuk dari
keluarga-pekerjaan (X2) terhadap stress hasil pengolahan dan analisis data adalah
kerja (Y1) dan kinerja perawat (Y2) serta sebagai berikut:
pengaruh variable stress kerja (Y1) Persamaan 1 : Y1 =
terhadap kinerja perawat (Y2). Perhitungan 0,197+0,322X1+0,636X2+0,161
pengaruh tidak langsung dan pengaruh Persamaan 2 : Y2 = 11,044-0,498X1-
keseluruhan dilakukan atas variabel bebas 0,391X2-0,142Y1+0,05
konflik pekerjaan-keluarga (X1)dan konflik
keluarga-pekerjaan (X2) terhadap kinerja  Uji t
perawat (Y2) melalui stress kerja (Y1). Pengujian hipotesis dilakukan
Hasil analisis menunjukan pengaruh melalui uji t, di mana dilakukan
langsung variabel konflik pekerjaan- perbandingan antara nilai t hitung dengan
keluarga (X1) terhadap stress kerja (Y1) nilai t tabel. Dari tabel t, diketahui
adalah 0,322 dan terhadap kinerja perawat besarnya nilai t tabel untuk df = 71 pada
(Y2) adalah -0,498. Sementara pengaruh derajat kebebasan 0,05 adalah 2,65.
langsung variabel konflik keluarga- Koefisien hasil pengujian untuk persamaan
pekerjaan (X2) terhadap stress kerja (Y1) sub struktur 1 disajikan dalam tabel
adalah 0,636 dan terhadap kinerja perawat berikut.
Tabel 1
Coefficientsa Persamaan Struktural 1
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.197 .284 -.696 .489
KPK .448 .114 .322 3.915 .000
KKP .603 .078 .636 7.739 .000
a. Dependent Variable: SK
Sumber : Hasil Pengolahan, 2014
Dari data dalam tabel di atas stress kerja (Y1). Selanjutnya nilai t hitung
diketahui bahwa nilai t hitung untuk untuk variabel konflik keluarga-pekerjaan
variabel konflik pekerjaan-keluarga (X2) sebesar 7.739 dengan signifikansi
sebesar 3.915 dengan signifikansi 0.000 0.000 menunjukan nilai t hitung > nilai t
jika dibandingkan dengan nilai t tabel 2.65 tabel (7.739 > 2.65) sehingga hipotesis
maka diketahui nilai t hitung > nilai t tabel kedua yang diajukan dalam penelitian ini
(3.915 > 2.65) sehingga hipotesis pertama dapat diterima, di mana variabel konflik
yang diajukan dalam penelitian ini dapat keluarga-pekerjaan (X2) secara positif dan
diterima, di mana variabel konflik signifikan berpengaruh terhadap stress
pekerjaan-keluarga (X1) berpengaruh kerja (Y1).
secara positif dan signifikan terhadap
Selanjutnya koefisien hasil analisis untuk persamaan sub struktur 2 disajikan dalam
tabel berikut.

Tabel 2
Coefficientsa Persamaan Struktural 2
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 11.044 .131 6.334 .000
KPK -.569 .058 -.498 9.767 .000
KKP -.305 .049 -.391 6.190 .000
SK -.116 .056 -.142 2.886 .041
a. Dependent Variable: Kin
Sumber : Hasil Pengolahan, 2014

Hasil pengujian menunjukan nilai t stress kerja sebesar 2.886 dengan


hitung untuk variabel konflik pekerjaan- signifikansi 0.041 jika dibandingkan
keluarga (X1) sebesar 9.767 dengan dengan nilai t table sebesar 2.65 maka
signifikansi 0.000 jika dibandingkan diketahui nilai t hitung > nilai t tabel.
dengan nilai t tabel sebesar 2.65 maka Dengan demikian hipotesis ketiga yang
diketahui nilai t hitung > nilai t tabel. diajukan dalam penelitian ini dapat
Dengan demikian hipotesis keempat yang diterima, di mana stress kerja berpengaruh
diajukan dalam penelitian ini dapat negatif terhadap kinerja perawat.
diterima, di mana konflik pekerjaan- Hasil perhitungan menunjukan
keluarga berpengaruh negatif terhadap adanya pengaruh yang positif dan
kinerja perawat. Selanjutnya nilai t hitung signifikan dari konflik pekerjaan-keluarga
untuk variabel konflik keluarga-pekerjaan terhadap stress kerja, sehingga dapat
(X2) sebesar 6.190 dengan signifikansi dikatakan bahwa semakin besar konflik
0.000 jika dibandingkan dengan nilai t pekerjaan-keluarga maka akan semakin
tabel sebesar 2.65 maka diketahui nilai t menimbulkan adanya stress kerja bagi para
hitung > nilai t tabel. Dengan demikian perawat pada RSUD dr. M. Haulussy
hipotesis kelima yang diajukan dalam Ambon. Demikian pula halnya dengan
penelitian ini dapat diterima, di mana pengaruh konflik keluarga-pekerjaan
konflik keluarga-pekerjaan berpengaruh terhadap stress kerja yang positif dan
negatif terhadap kinerja perawat. signifikan. Konflik peran cenderung
Sementara itu nilai t hitung untuk variabel mengarah pada stress kerja karena ketika
urusan pekerjaan mencampuri kehidupan  Konflik keluarga-pekerjaan (X2)
keluarga, tekanan sering kali terjadi pada berpengaruh negatif terhadap kinerja
individu untuk mengurangi waktu yang perawat (Y2) RSUD dr. M. Haulussy
dihabiskan dalam pekerjaan dan Ambon.
menyediakan lebih banyak waktu untuk
keluarga. Sama halnya dengan konflik Saran
keluarga-pekerjaan dapat mengarah pada  Untuk meningkatkan kinerjapara
stress kerja dikarenakan banyaknya waktu perawat, pihak manajemen rumah
yang dibutuhkan dalam menangani urusan sakit perlu memperhatikan faktor-
pekerjaan dan ini merupakan sumber faktor penyebab stress kerja para
potensial terjadinya stress kerja (Judge et perawat dan berupaya untuk
al, 1994).Konflik pekerjaan-keluarga, menguranginya.
konflik keluarga-pekerjaan dan stress kerja  Pada waktu-waktu tertentu pihak
memiliki pengaruh yang negatif terhadap manajemen perlu mengadakan
kinerja perawat. Hal ini menunjukan kegiatan rekreasi karyawan bersama
bahwa semakin besar konflik peran dan keluarganya, merupakan sarana bagi
stress kerja maka kinerja perawat akan perusahaan/rumah sakit untuk
semakin menurun, demikian pula mengenal keluarga dari para karyawan
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk serta merupakan sarana untuk
meningkatkan kinerja para perawat perlu mendekatkan hubungan antara
diperhatikan faktor-faktor penyebab stress, karyawan dengan keluarganya
di antaranya konflik pekerjaan-keluarga
dan konflik keluarga-pekerjaan. Daftar Pustaka

Kesimpulan dan Saran Anoraga, P. 1992. Psikologi Kerja, PT


Kesimpulan Rineka Cipta, Jakarta
Dari hasil pengujian dan analisis
yang dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal Aryee, S., Fields, D., & Luk, V., 1999, A
sebagai berikut : cross-cultural test of a model of the
 Konflik pekerjaan-keluarga (X1) work-family interface. Journal of
berpengaruh positif dan signifikan Management, 25(4), 491-511.
terhadap stress kerja (Y1) perawat Bedeian, A. G., Burke, B. G., & Moffett,
RSUD dr. M. Haulussy Ambon. R. G., 1988, Outcomes of work-
 Konflik keluarga-pekerjaan (X2) family conflict among married male
berpengaruh positif dan signifikan and female professionals. Journal of
terhadap stress kerja (Y1) perawat Management, 14(3), 475-491.
RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
 Stres kerja (Y1) berpengaruh negatif Frone & Cooper, 1994, “Antecedents
terhadap kinerja perawat (Y2) RSUD and Outcomes of Work-Family
dr. M. Haulussy Ambon. Conflict: Testing a Model of The
 Konflik pekerjaan-keluarga (X1) Work-Family Interface”. Journal
berpengaruh negatif terhadap kinerja of Applied Psychology, Vol. 77
perawat (Y2) RSUD dr. M. Haulussy No.1, pp. 65-75.
Ambon.
Ghozali, 2001, Analisis Multivariate
dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Universitas Terbuka, Tidak
Semarang dipublikasikan, Jakarta

Gitosudarmo, Indriyo,1998, Manajemem


Sumber Daya Manusia, Penerbit
Ghaila Indonesia, Jakarta

Howard, W. G., Donofrio, H. H., & Boles,


J. S., 2004, Inter-domain work-
family, family-work conflict and
police work satisfaction. Policing:
An International Journal of Police
Strategies & Management, 27(3),
380-395.

Ihromi, T.O., 1990, Wanita Bekerja dan


Masalah-Masalahnya, PPSW, Jakarta

Istijanto, M., 2005, Aplikasi Praktis Riset


Manajemen Sumberdaya Manusia,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Ivancevich, J,M, 2001, Human Resource


Management, 8th Edition, McGraw
Hill, New York

Nurhayati,Siti Fatimah, 2000, Kontribusi


Sumber Daya Manusia Terhadap
KinerjaPerusahaan: Masihkah
Diperlukan, Telaah Bisnis, 1(1), Juli.

Rini, Astuti, 2000, Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kepuasan Pekerjaan
dan Kepuasan Keluarga, Tesis FE
Universitas Gadjah Mada, Tidak
dipublikasikan, Yogyakarta

Umar, Husein, 2004, Metode Penelitian


Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis,
Cetakan ke-6, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta

Yun Iswanto, 1999, Analisis Hubungan


Antara Stress Kerja, Kepribadian dan
Kinerja Menejer Bank, Tesis
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252

MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN


Rian Maylina Sari1, M. Arifki Zainaro2
1Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
2Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id

ABSTRACT: LEADERSHIP STYLE, MOTIVATION IN EFFECTIVE PATIENT ROUNDING TECHNIQUES

Background : The Nursing round is the way for a nurses to discuss more about the problems and needs of
patients and is a learning process for nurses it hopes of improving cognitive, affective, psychomotor and
motivated bias. The results of the interview with the head of the Raden Mattaher General Hospital operating room
in Jambi found that nursing rounds were very rare.
Purpose: The study is to determine the relationship between nurse motivation and leadership style of nursing
rounds in the Surgical Inpatient Room of Raden Mattaher Hospital in Jambi City.
Methods: The research was used a quantitative research with cross sectional approach. This study was
conducted in the Surgical hospitalization rooms. The population of this study were all of nurses who worked in the
Surgical Inpatient Room of Raden Mattaher Hospital in Jambi which totaling 38 nurses. The samples were taken
in total sampling thenique. The data collection did by filling out a questionnaire. The data analysis used univariate
and bivariate by using chi square test.
Results: The results of this study indicated that of 38 respondents, 55.3% had low motivation, 71.1% with good
leadership style and 57.9% who did a nursing round. There is no relationship between nurses' motivation for the
nursing round with p value 0.122> 0.05. There is a relationship of leadership style to the nursing round because
the p value is 0.002 <0.05.
Conclusion: The results of this study indicate that the leadership style influences the nursing round.

Keywords : Motivation, Leadership Style, Nursing Round

Latar Belakang: Ronde keperawatan merupakan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah
dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan bisa termotivasi. Hasil wawancara kepada kepala ruangan bedah
RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui ronde keperawatan sangat jarang sekali dilakukan.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi perawat dan gaya kepemimpinan terhadap ronde
keperawatan diruang rawat inap bedah RSUD Raden Mattaher Jambi.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantiatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan
diruang rawat inap bedah, dengan populasi penelitian seluruh perawat pelaksana yang berkerja diruang rawat
inap bedah RSUD Raden Mattaher Jambi yang berjumlah 38 perawat. Sample diambil secara total sampling.
Pengumpulan data dengan menggunakan pengisian kuesioner, analisis yang digunakan adalah univariat dan
bivariat dengan menggunakan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 38 responden, 55,3% memiliki motivasi rendah, 71,1%
dengan gaya kepemimpinan baik dan 57,9% yang melakukan ronde keperawatan. Tidak terdapat hubungan
motivasi perawat terhadap ronde keperawatan dengan p value 0,002 > 0,05. Terdapat hubungan gaya
kepemimpinan terhadap ronde keperawatan karena nilai p value 0,002<0,05.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi ronde keperawatan.

Kata Kunci : Motivasi, Gaya Kepemimpinan, Ronde Keperawatan

PENDAHULUAN manajemen yang merupakan alat untuk mencapai


Perkembangan manajemen sumber daya tujuan tersebut (Hasibuan, 2008). Tingkat
manusia saat ini didorong oleh kemajuan persaingan diantara era globalisasi ini semakin
peradaban, pendidikan dan ilmu pengetahuan. tinggi, sehingga setiap institusi dituntut untuk
Perkembangan ini dimulai sejak adanya kerjasama memanfaatkan sumber daya yang menjadi
dan pembagian kerja diantara dua orang atau penentu atau sumber daya manusia yang
lebih. Pengelolaan sumber daya ini sangat penting berkualitas. Motivasi merupakan pendorong yang
untuk mencapai tujuan organisasi melalui dapat memberi energi dan mampu menggerakkan

244
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
segala potensi yang ada salah satunya memungkinkan pasien untuk mendapatkan
menciptakan kebersamaan. Motivasi kerja tersebut pelayanan yang berkualitas. Ronde keperawatan
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal memungkinkan pasien untuk mendapat informasi
sumber daya manusia (Rachmawati, 2008). mengenai penyakit, kelanjutan pemeriksaan,
Perawat sebagai salah satu faktor yang proses keperawatan rehabilitas dan lain-lain.
mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan Ronde keperawatan sangat penting bagi pasien
merupakan faktor yang paling menentukan untuk dan perawat karena didalam kegiatannya terdapat
tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal kontak yang terus menerus antara perawar
dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk dengan pasiennya (Beniscova, 2007; Simamora,
dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan Bukit, Purba, & Siahaan, 2017).
baik seorang perawat perlu memiliki kemampuan Memotivasi adalah proses manajemen
berhubungan dengan klien dan keluarga, serta untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang
lainnya, mengkaji kondisi kesehatan klien baik membuat orang tergerak.motivasi memiliki
melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun hubungan yang erat dengan sikap dan perilaku
menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang dimiliki oleh seseorang. Motivasi itu sendiri
penunjang, menetapkan diagnosis keperawatan dapat diartikan sebagai keadaan dalam diri pribadi
dan memberikan tindakan yang dibutuhkan klien, seseorang sehingga orang tersebut terdorong
mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah untuk melakukan sesuatu kegiatan atau
diberikan serta menyesuaikan kembali aktivitas.motivasi mempunyai sifat yang tidak akan
perencanaanyang telah dibuat. Salah satu lepas dari sifat manusia itu sendiri, dimana
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan manusia secara individual mempunyai kualitas
adalah dengan pelaksanaan program ronde eksistensi diri yang berbeda-beda antara satu
keperawatan yang merupakan salah satu dengan yang lainnya. Tiap individu mempunyai
implementasi dari relationship based care latar belakang dan sikap yang berbeda terhadap
(Siahaan, Siagian, & Bukit, 2018). rangsangan yang ada, sehingga motivasi yang
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan muncul pada tiap individu pun berbeda-beda.
yang bertujuan untuk mengatasi masalah Beberapa cara yang dapat digunakan oleh
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat pimpinan untuk memberikan motivasi terhadap
dengan pasien atau keluarga terlibat aktif dalam bawahannya, seperti penghargaan terhadap
diskusi dengan membahas masalah keperawatan pekerjaan yang dilakukan dan kompensasi
serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah (Sumarno, 2005)
dilakukan. Ronde keperawatan akan menjadi Peningkatan kinerja rumah sakit
media perawat untuk meningkatkan kemampuan dipengaruhi oleh karakteristik kepemimpinan yang
kognitif, afektif dan psikomotor, kepekaan dan cara mampu mempengaruhi kelompok untuk mencapai
berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih serangkaian tujuan salah satunya karakteristik
melalui suatu transfer pengetahuan dan kepemimpinan yang mempunyai komitmen
pengaplikasian konsep teori kedalam praktik terhadap perubahan, serta dapat mengembangkan
keperawatan. Pengetahuan perawat sangat ke arah yang lebih baik secara maksimal terhadap
diperlukan dalam pelaksanaan ronde keperawatan peningkatan keunggulan bersaing, karakteristik
(Agustina, Mardiono, & Ibrahim, 2016). kepemimpinan ini harus disinergikan dengan
Hasil penelitian Siahaan, Siagian, & Bukit. kepemimpinan yang mampu mendorong dan
(2018) menunjukkan bahwa ada pengaruh melakukan perubahan melalui sumber daya yang
pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja dimiliki agar dapat menerapkan suatu pencipta nilai
perawat dalam asuhan keperawatan, hal ini melalui perubahan dan inovasi. (Sunandar, 2018)
menunjukkan bahwa pelatihan ronde keperawatan Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi,
telah memberi implikasi terhadap peningkatan sebagai hasil kombinasi dari falsafah,
kemampuan perawat baik dari aspek pengetahuan keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan
maupun aspek keterampilan perawat dalam seseorang pemimpin ketika ia mencoba
pemberian asuhan keperawatan sehingga kinerja mempengerahui kinerja bawahannya. (Reza, &
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan Dirgantara, 2010).
semakin optimal. Ronde keperawatan sangat Berdasarkan hasil temuan pada tahun 2006
penting dalam mengupayakan pasien mendapat bahwa institusi yang melakukan ronde
pelayanan yang berkualitas. Ronde keperawatan keperawatan secara berkala dan sistematik

Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
245
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
meningkatkan kepuasan pasien sehingga berarti ada hubungan antara gaya kepemimpinan
mencapai 89% dan menurunkan angka jatuh dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
sehingga 60% selain itu terdapat 2 dari 12 rumah Instalasi rawat inap C RSUP Prof. DR. R. D.
sakit yang menerapkan ronde keperawatan secara Kandau Manado (Paat, Robot, & Lolong, 2014).
berkala dan sistematis memperoleh peningkatkan Berdasarkan latar belakang diatas peneliti
rating pelayanan yang prima mencapai 41,85%. tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Ronde keperawatan dapat meningkatkan kinerja “Hubungan Motivasi Perawat Dan Gaya
perawat dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor. Kepemimpinan Terhadap Ronde Keperawatan Di
Penelitian ini juga melaporkan bahwa dampak Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Raden Mattaher
tidak dilaksanakan ronde keperawatan yakni Jambi Tahun 2018”
menurunkan komunikasi terapeutik perawat,
menurunkan komunikasi perawat dengan pasien METODE PENELITIAN
serta secara perlahan menurunkan motivasi Penelitian ini merupakan penelitian
perawat dalam bekerja. Selanjutnya ada kuantitatif dengan desain Cross Sectional yang
perbedaan motivasi kerja perawat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi
melaksanakan ronde keperawatan (Simamora, perawat dan gaya kepemimpinan terhadap ronde
Bukit, Purba, & Siahaan, 2017). keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa seluruh perawat pelaksana yang bekerja di Ruang
rata-rata faktor motivasi kerja yang dilakukan Rawat Inap Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi
masih kurang baik dan supervisi yang persepsi yang berjumlah 38 orang perawat. Teknik
oleh perawat pelaksana juga masih kurang baik. pengambilan besar sampel dalam penelitian ini
Hasil analisa korelasi dengan α=0,05 didapatkan p menggunakan teknik total sampling, sehingga
value 0,000menunjukkan terdapat hubungan yang didapatkan jumlah sampel sebanyak 38 perawat.
signifikan antara motivasi kerja dengan ronde Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner
keperawatan. Penelitian oleh Faat (2014) dengan dan analisis data yang digunakan adalah analisis
menggunakan uji spearman-rho dengan pada Univariat dan Bivariat menggunakan uji statistik
tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai Chi-square.
rs=0,508 dan nilai p=0,03 maka Ho ditolak. Yang

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia

Umur Frekuensi (f) Persentase(%)


25-35 tahun 28 73.7
36-45 tahun 9 23.7
46-55 tahun 1 2.6
Jumlah 38 100

Berdasarkan Tabel 1. Diketahui bahwa sebagian besar responden dengan usia antara 25-35 Tahun, yaitu 28
responden (73,7%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase(%)


Laki-laki 12 31.6
Perempuan 26 68.4
Jumlah 38 100
Berdasarkan Tabel 2. Diketahui Sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan, yaitu 26
responden (68,4%)

Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
246
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi (f) Persentase(%)


DIII 32 84.2
S1 2 5.3
Ners 4 10.5
Jumlah 38 100
Berdasarkan Tabel 3. Diketahui Sebagian besar responden dengan pendidikan DIII, yaitu 32 responden (84,2%)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Kerja

Lama Kerja Frekuensi (f) Persentase(%)


≤ 5 tahun 21 55.3
>5 tahun 17 44.7
Jumlah 38 100
Berdasarkan Tabel 4. Diketahui Sebagian besar responden dengan lama kerja, yaitu 21 responden
(55,3%)

Analisis Univariat
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gambaran Motivasi Perawat

Motivasi Jumlah Persen (%)


Tinggi 17 44.7
Rendah 21 55.3
Total 38 100.0
Berdasarkan Tabel 5. Didapatkan sebagian besar responden mempunyai motivasi rendah, yaitu 21
responden (55,3%)

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Gambaran Gaya Kepemimpinan

Gaya Kepemimpinan Jumlah Persen (%)


Baik 27 71.1
Kurang Baik 11 28.9
Total 38 100.0
Berdasarkan Tabel 6. Didapatkan sebagian besar responden mengatakan gaya kepemimpinan baik 27
responden (71,1%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Gambaran Ronde keperawatan

Ronde Keperawatan Jumlah Persen (%)


Ikut Serta 22 57.9
Tidak ikut serta 16 42.1
Total 38 100.0
Berdasarkan Tabel 7. Didapatkan sebagian besar responden ikut serta melakukan ronde keperawatan,
yaitu 22 responden (57,9%)

Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
247
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN

Analisis Bivariat

Tabel 8. Hubungan Motivasi Perawat dengan Ronde Keperawatan

Ronde Keperawatan p-value


Ikut serta Tidak ikut serta Total
Motivasi
f % f % f %
Tinggi 7 41.2 10 58.8 17 100
Rendah 15 71.4 6 28.6 21 100 0,122
Jumlah 22 57.9 16 42.1 38 100

Berdasarkan Tabel 8. Diketahui dari 17 responden dengan motivasi tinggi, sebagian besar tidak ikut
serta melakukan ronde keperawatan sebanyak 10 responden (58,8%). Sedangkan dari 21 Responden
dengan motivasi rendah, sebagian besar ikut serta melakukan ronde keperawatan sebanyak 15
responden (71,4%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p = 0,122 > 0,05 yang artinya Ho
gagal ditolak, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat
terhadap ronde keperawatan.

Tabel 9. Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Ronde Keperawatan

Ronde Keperawatan p-value


Gaya Ikut serta Tidak ikut serta Total
Kepemimpinan
f % f % f %
Baik 20 74.1 7 25.9 27 100
Kurang Baik 2 18.2 9 81.8 11 100 0,002
Jumlah 22 57.9 16 42.1 38 100

Berdasarkan Tabel 9. Diketahui dari 27 responden dengan gaya kepemimpinan baik, sebagian besar
ikut serta melakukan ronde keperawatan sebanyak 20 responden (74,1%). Sedangkan dari 11
responden dengan gaya kepemimpinan kurang baik, sebagian besar tidak ikut serta melakukan ronde
keperawatan sebanyak 9 responden (81,8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p = 0,002 <
0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara gaya kepemimpinan terhadap
ronde keperawatan.

PEMBAHASAN Hasil penelitian ini sejalan dengan


penelitian yang dilakukan oleh Maryanti (2015)
Gambaran Motivasi Perawat tentang hubungan motivasi dengan penerapan
Hasil penelitian gambaran motivasi postconferemce perawat di RSUP Dr. Sardjito
perawat, sebagian besar responden memiliki Yogyakarta yang menunjukkan bahwa motivasi
motivasi rendah sebanyak 21 (55,3%) responden kerja perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito
dan sebanyak 17 responden (44,7%) memiliki Yogyakarta mayoritas memiliki motivasi rendah
motivasi tinggi. sebanyak 19 responden (54,3%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Motivasi berasal dari kata motif (motive)
sebagian besar perawat memiliki motivasi rendah yang artinya adalah rangsangan dorongan atau
terhadap pelaksanaan ronde keperawatan. pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang
Sedangkan sebagian kecil responden memiliki sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku
motivasi tinggi dan telah melaksanakan ronde tertentu sedangkan yang dimaksud motivasi ialah
keperawatan. upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan
Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
248
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
dan maupun pembangkit tenaga pada seseorang secara rutin 2 kali setiap bulannya. Sedangkan
dan ataupun sekelompok masyarakat tersebut mau sebagian kecil belum secara optimal melakukan
berbuat dan bekerjasama secara optimal ronde keperawatan di setiap ruangannya.
melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan Hasil penelitian yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah direncakan sebelumnya didapatkan Ronde keperawatandi
(Azwar. 2013). Motivasi adalah dorongan atau ruangan Dahlia RSUD Umbu Rara Meha
kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam Waingapu Sumba Timur dinyatakan kurang baik,
kekuatan agar seseorang itu berbuat atau hal ini didapatkan pada 12 (100%) perawat.
bertindak, dengan kata lain bertingkah laku Berdasarkan hasil penelitian maka untuk
(Purwani, 2010) meningkatkan ronde keperawatan maka diperlukan
persiapan bagi seluruh perawat dalam melakukan
Gambaran Gaya Kepemimpinan ronde dengan menerapkan kasus minimal 1 hari
Hasil penelitian pada gambaran gaya sebelum waktu pelaksanaan ronde dan
kepemimpinan, menunjukkan bahwa dari 38 memberikan informed consent kepada klien atau
responden, sebagian besar responden dengan keluarga (Andung, Sudiwati, & Maemunah, 2017).
gaya kepemimpinan baik sebanyak 27 (71,1%) Menurut Magffuri (2015) menjelaskan
responden dan sebanyak 11 responden (28,9%) pelaksanaan ronde keperawatan diperlukan
dengan gaya kepemimpinan kurang baik. penjelasan kepada klien oleh perawat dalam hal ini
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa penjelasan di fokuskan pada masalah keperawatan
sebagian besar pimpinan pada setiap ruangan dan rencana tindakan yang akan di laksanakan,
telah menerapkan gaya kepemimpinan yang baik. perlu di diskusikan, memberikan justifikasi oleh
Akan tetapi ada sebagian kecil pimpinan ruangan perawat tentang masalah klien serta rencana
yang menerapkan gaya kepemimpinan yang tindakan yang akan dilakukan. Setelah pasca
kurnag baik terhadap anggotanya. ronde maka perawat perlu mendiskusikan hasil
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang menerapkan tindakan yang perlu dilakukan. Ronde
hubungan antara gaya kepemimpinan kepala keperawatan diperlukan agar masalah klien dapat
ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di teratasi dengan baik, sehingga semua kebutuhan
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati dasar klien dapat terpenuhi. Perawat professional
yang menunjukkan bahwa 68 responden yang harus dapat menerapkan ronde keperawatan,
diteliti, mayoritas sebanyak 32 (47,1%) responden sehingga role play tentang ronde keperawatan
memilih gaya kepemimpinan otoriter, 11 terlaksana dengan baik.
demokratis, 25 (36,8%) responden memilih gaya Ronde keperawatan adalah kegiatan yang
kepemimpinan partisipatif dan tidak ada responden bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
mempunyai gaya kepemimpinan bebas pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
tindak/gaya kepemimpinan dalam kategori otoriter melibatkan pasien untuk membahas dan
(Putra, Syaifudin, & Adinatha, 2014). Hal ini melaksanakan asuhan keperawatan. Karakteristik
dikarenakan masih kurangnya pelatihan terhadap ronde keperawatan yaitu pasien dilibatkan secara
pimpinan ruangan serta belum mampu secara langsung, pasien merupakan fokus kegiatan,
psikologis menahan emosi dan sikap sebagai perawat pelaksana dan konselor melakukan
seorang pemimpin sehingga belum secara optimal diskusi bersama, konselor memfasilitasi kreatifitas,
dalam menaungi rekan perawat sebagai bawahan membantu mengembangkan kemampuan perawat
di setiap ruangan pada Rumah Sakit. pelaksana dalam meningkatkan kemampuan
dalam mengatasi masalah. Tujuan ronde
Gambaran Ronde Keperawatan keperawatan menumbuhkan cara berpikir kritis dan
Hasil penelitian pada gambaran ronde sintesis meningkatkan falidasi data
keperawatan, menunjukkan bahwa dari 38 pasien,meningkatkan motivasi perawat dan
responden, sebagian besar ikut serta melakukan meningkatkan kemampuan hasil kerja (Nursalam.
ronde keperawatan sebanyak 22 (57,9%) 2007).
responden dan sebanyak 16 responden (42,1%) Ronde keperawatan dapat meningkatkan
tidak ikut serta melakukan ronde keperawatan. kepuasan pasien lima kali dibandingkan tindak
Hasil penelitian di atas menunjukkan dilakukan ronde keperawatan (Febriana, 2009;
bahwa sebagian besar responden telah Saleh, 2012). Chaboyer et al. (2009) dengan
melaksanakan ronde keperawatan yang dilakukan

Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
249
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
tindakan ronde keperawatan dapat menurunkan menyelesaikan pekerja dengan semangat karena
angka insiden pada pasien yang dirawat. ia ingin melaksanannya hanya tugas manajer ialah
menciptakan kondisi-kondisi kerja yang akan
Hubungan motivasi perawat terhadap ronde membangkitkan dan mempertahankan keinginan
keperawatan untuk bersemangat (Terry, & Rue, 2009). Motivasi
Hasil penelitian menunjukkan uji statistik dapat diartikan sebagai kekuatan energi seseorang
diperoleh nilai p = 0,122 > 0,05 yang artinya Ho yang dapat menimbulkan tingkat konsisten dan
gagal ditolak, maka dapat disimpulkan tidak ada antusiasmenya dalam melaksanakan suatu
hubungan yang bermakna antara motivasi perawat kegiatan baik yang bersumber dari dalam inndividu
terhadap ronde keperawatan. itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi tidak mempengaruhi pelaksanaan ronde motivasi yang dimiliki individu akan banyak
keperawatan. Hal ini disebabkan karena adanya menentukan kualitas prilaku yang ditampilkannya,
faktor lain seperti gaya kepemimpinan, baik dalam konteks belajar, bekerja, maupun
pengetahuan yang dimiliki perawatan dalam kehidupan lainnya (Nasir, & Muhith, 2011).
melaksanakan ronde keperawatan. Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan berasumsi bahwa perlu dilakukan beberapa upaya
penelitian yang dilakukan oleh Maryanti (2015) untuk meningkatkan pelaksanaan ronde
penelitian menunjukan bahwa tingkat motivasi keperawatan dari segi motivasi seperti pemberian
kerja perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito tugas antara pegawai dilakukan secara berkala
Yogyakarta mayoritas dalam kategori rendah yaitu untuk mengurangi rasa jenuh dan kehilangan
sebanyak 19 orang (54,3%). Hal ini menunjukan perhatian terhadap tugas. Harus diperlihatkan
bahwa perawat kurang termotivasi karena suatu gabungan tugas sehingga dapat mendorong
kurangnya seperangkat kondisi kerja yang perkembangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
membantu membangun suatu motivasi yang Selain itu, perlu dilakukan lagi pelatihan-pelatihan
berasal dari dalam diri individu tersebut seperti kepada perawat mengenai ronde keperawatan
rasa tanggung jawab dan pengembangan pribadi. sehingga perawat tidak hanya memiliki wawasan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dan dorongan tetapi juga melaksanakan ronde
penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti (2008) keperawatan tersebut sesuai aturan rumah sakit
dalam Maryanti, & Kurniawati. (2015) yang yang telah ditetapkan.
menunjukkan bahwa rata-rata faktor motivasi kerja Berkaitan dengan teori dari Herzberg,
yang dilakukan masih kurang baik dan supervisi faktor motivasi merupakan hal yang sangat
yang persepsi oleh perawat pelaksana juga masih penting. Marquis & Huston (2011) menyebutkan
kurang baik. Hasil analisa korelasi dengan α = 005 motivasi ada dua macam yaitu Motivasi instrinsik
diperoleh p value = 0,001 menunjukkan terdapat dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah
hubungan yang signifikan antara motivasi kerja motivasi yang ada dalam diri perawat, yang
dengan ronde keperawatan. mendorong menjadi produktif. Motifasi ekstrinsik
Hasil penelitian di atas berbeda dengan adalah motivasi yang ditingkatkan oleh lingkungan
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Pada kerja, rekan kerja. Salah satu upaya memberikan
hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui motivasi ekstrinsik adalah pada saat kepala
bahwa sebagian besar motivasi tidak berpengaruh ruangan melakukan fungsi pengarahan pada
terhadap pelaksanaan ronde keperawatan, stafnya. Marquis & Huston (2011) menyebutkan
sedangkan pada penelitian oleh Apriyanti (2008) dukungan manajemen, pengaruh rekan serta
dalam Maryanti, & Kurniawati. (2015). Motivasi interaksi dalam kelompok memiliki dampak
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan motivasi. Salah satu fungsi
ronde keperawatan. Hal ini dikarenakan pada pengarahannya yaitu pelaksanaan ronde
penelitian yang peneliti lakukan terdapat beberapa keperawatan. Ronde keperawatan merupakan
faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan ronde tindakan mandiri perawat, tugas rutin perawat yang
keperawatan seperti pengetahuan perawat dan harus dilakukan. Sehingga didalam pelaksanaan
gaya pemimpin dalam menaungi dan menjadi ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara
contoh pada perawat sebagai bawahannya untuk sesama perawat, perawat danpasien, serta
melaksanakan kerja. perawat dengan tim kesehatan lainnya. (Saleh,
Motivasi dapat diartikan sebagai 2012)
mengusahakan supaya seseorang dapat

Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
250
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
Hubungan gaya kepemimpinan terhadap ronde mempengaruhi persepsi mereka tentang
keperawatan konsekuensi yang mungkin akan diterima dari
Hasil penelitian menunjukkan uji statistik berbagai upaya yang dilakukan.
diperoleh nilai p = 0,002 < 0,05, maka dapat Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti
disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara berasumsi bahwa perlu dilakukan beberapa upaya
gaya kepemimpinan terhadap ronde keperawatan. yang dapat meningkatkan dan memperbaiki gaya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan setiap pimpinan ruangan seperti
gaya kepemimpinan mempengaruhi ronde pelatihan dan penugasan yang terarah sehingga
keperawatan. Seorang pemimpin harus tegas pemimpin tidak hanya sekedar memimpin
terhadap anggotanya sehingga setiap tugas dan anggotanya tetapi tahu melaksanakan tugas-tugas
pelaksanaan dari ronde keperawatan dapat sesuai perintah dan ketentuan rumah sakit
dilakukan dengan baik dan dilakukan secara sehingga dapat membimbing anggota masing-
bergantian antara perawat satu dan lainnya. masing ruangan.
Sebaliknya jika pemimpin acuh tak acuh maka
pelaksanaan ronde keperawatan juga tidak SIMPULAN
dilakukan secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
Hasil penelitian ini sejalan dengan pembahasan tentang hubungan motivasi perawat
penelitian yang dilakukan oleh Faat (2014) dengan dan gaya kepemimpinan terhadap ronde
menggunakan uji statistik dengan menggunakan uji keperawatan, maka dapat ditarik kesimpulan
spearman rho dengan bantuan SPSS 20 pada bahwa:
tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh nilai Tidak terdapat hubungan antara motivasi
rs = 0,508 dan nilai p = 0,03, maka H0 ditolak yang perawat terhadap ronde keperawatan.Terdapat
berarti ada hubungan antara gaya kepemimpinan hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap
dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ronde keperawatan.
Instalasi rawat inap C RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. SARAN
Hasil penelitian di atas sejalan dengan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, hal ini sebagai gambaran dalam meningkatkan motivasi
dikarenakan bahwa gaya kepemimpinan berperan perawat, serta rumah sakit dapat memberikan
terhadap pelaksanaan ronde keperawatan dalam informasi kepada semua perawat melalui pelatihan
suatu ruangan di rumah sakit sebagai dan workshop sehingga perawat dirumah sakit
pendokumentasi asuhan keperawatan. dapat terpapar informasi mengenai ronde
Menurut Wirawan (2002) dalam Itin (2010) keperawatan.
gaya kepemimpinan sebagai pola prilaku pemimpin Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
dalam mempengaruhi pengikutnya, gaya referensi yang dapat menambah pengetahuan dan
kepemimpinan dapat berubah-ubah tergantung wawasan dalam memberikan pelayanan serta
situasinya. Dimana kondisi pengikut adalah tingkat dapat dijadikan bahan ajar yang mendukung
kesipan dan delegasi untuk mencapai tujuan yang perkuliahan.
telah ditetapkan. Menurut Wati (2010) dalam Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
Aisyah, & Savitri (2014) gaya kepemimpinan juga acuan penelitian bagi peneliti selanjutnya dengan
berperan penting dalam meningkatkan kinerja. variabel lain yang belum terungkap dalam
Gaya kepemimpinan merupakan cara pemimpin penelitian ini sehingga mampu memberikan
untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sumbangan yang lebih besar terhadap
sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau pelaksanaan manajemen rumah sakit.
melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai
tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal DAFTAR PUSTAKA
tersebut mungkin tidak disenangi. Menurut Siagian
(2002) dalam Aisyah, & Savitri. (2014). Agustina, V., Mardiono, M., & Ibrahim, D. A. F.
menyatakan bahwa terdapat tiga jenis perilaku (2016). Hubungan tingkat pengetahuan
kepemimpinan yang saling berbeda diantara para dengan sikap perawat dalam pelaksanaan
manajer, yaitu: perilaku berorientasi pada tugas, ronde keperawatan di ruang Aster dan
perilaku berorientasi pada hubungan, dan ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus. Dinamika
kepemimpinan partisipatif. Pada umumnya, kesehatan jurnal
pemimpin mempengaruhi para karyawan dengan

Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
251
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
Aisyah, S., & Savitri, E. (2014). Pengaruh Good Dr. Moewardi Surakarta (Doctoral dissertation,
Governance, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Universitas Sebelas Maret Surakarta).
Organisasi dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Pada Putra, I. K. A. A. A., Syaifudin, A., & Adinatha, N. N.
Pemerintah Daerah Kabupaten M. (2014). Hubungan gaya kepemimpinan
Kampar). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) kepala ruangan dengan kinerja perawat
Bidang Ilmu Ekonomi, 1(2), 1-16. pelaksana di rumah sakit umum daerah raa
soewondo pati. In prosiding seminar nasional
Andung, P. J. R., Sudiwati, N. L. P. E., & Maemunah, & internasional (vol. 2, no. 1).
N. (2017). Gambaran kinerja perawat dalam Rachmawati, I. K. (2008). Manajemen sumber daya
penerapan metode asuhan keperawatan manusia. Yogyakarta: Andi Offset.
profesional (MAKP) modifikasi tim-primer di
ruangan Dahlia RSUD Umbu Rara Meha Reza, R. A., & Dirgantara, I. (2010). Pengaruh gaya
Waingapu Sumba Timur. Nursing News: kepemimpinan, motivasi dan disiplin kerja
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keperawatan, 2(3). terhadap kinerja karyawan PT Sinar Santosa
Perkasa Banjarnegara (Doctoral dissertation,
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia, edisi Universitas Diponegoro
2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Saleh, Z. (2012). Pengaruh Ronde Keperawatan
Hasibuan, M. (2008). Manajemen sumber daya terhadap tingkat Kepuasan Kerja Perawat
manusia, 2008. Bumi Aksara, Jakarta. Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Karya Ilmiah
Itin, M. (2010). Hubungan gaya kepemimpinan Ilmu Keperawatan.
situasional kepala ruangan dengan tugas
perawat pelaksana dalam memberikan Siahaan, J. V., Siagian, A., & Bukit, E. K. (2018).
asuhan keperawatan kepada klien diruang Pengaruh pelatihan ronde keperawatan
rawat inap rsud pasaman barat. Penelitian, terhadap kinerja perawat dalam asuhan
Fakultas Keperawatan. keperawatan di rs royal prima
medan. Jumantik (Jurnal Ilmiah Penelitian
Maghfuri, A. (2015). Buku Pintar Keperawatan Kesehatan), 3(1), 1-15.
Konsep dan Aplikasi. Jakarta: CV Trans Info
Media. Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan,
J. (2017). Penguatan kinerja perawat dalam
Maryanti, M., & Kurniawati, T. (2015). Hubungan pemberian asuhan keperawatan melalui
Motivasi dengan Penerapan Postconference pelatihan ronde keperawatan di rumah sakit
Perawat di Ruang Cendana Irna I RSUP Dr. royal prima medan. Jurnal pengabdian
Sardjito Yogyakarta (Doctoral dissertation, kepada masyarakat, 23(2), 300-304
STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).
Sumarno, J. (2005). Pengaruh komitmen organisasi
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar dan gaya kepemimpinan Terhadap hubungan
keperawatan jiwa: pengantar dan antara partisipasi anggaran dan Kinerja
teori. Jakarta: Salemba Medika. manajerial (studi empiris pada kantor cabang
perbankan indonesia di jakarta). Jurnal Bisnis
Nursalam, N. (2007). Manajemen keperawatan: Strategi, 14(2), 197-210.
Aplikasi dalam praktek keperawatan
profesional. Jakarta: Salemba Medika. Sunandar, U. (2018). Pengaruh karakteristik
kepemimpinan dan inovasi produk layanan
Paat, S. T., Robot, F., & Lolong, J. (2014). Hubungan kesehatan terhadap kinerja perusahaan untuk
Antara Gaya Kepemimpinan Dengan mencapai keunggulan bersaing pada rumah
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di sakit awal Bros Pekan Baru. Jurnal Tepak
Instalasi Rawat Inap C RSUP Prof. Dr. RD Manajemen Bisnis, 8(2).
Kandou Manado. Jurnal keperawatan, 2(2).
Terry, G. R., & Rue, L. W. (2009). Dasar-dasar
Purwani, F. (2010). Hubungan Antara Persepsi Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia pada
Mahasiswa Terhadap Pembimbingan Klinik PT. Bumi Aksara, Jakarta, Alih Bahasa GA
Dan Motivasi Belajar Praktik Klinik di RSUD Ticoalu.

Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
252
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2, Oktober 2019

JPHI, Vol 1 No 2, Oktober 2019


DOI: http://doi.org/10.30644/jphi.v1i1.232
ISSN 2686-1003 (online)
Tersedia online di http://www.stikes-hi.ac.id/jurnal/index.php/jphi

Supervisi Keperawatan Berbasis In House Training Pada Kegiatan


Identifikasi Resiko Jatuh Dengan Metode Humpty Dumpty

Miming Oxyandi1*, Zifri Yanthi2, Dewi Murni2, Esthika Ariany Maisa2


1
Program Studi DIII Keperawatan, STIKES ‘Aisyiyah Palembang
2
Program Studi Magister Keperawatan, Universitas Andalas Padang
*e-mail: miming@stikes-aisyiyah-palembang.ac.id

Abstrak
Pelaksanaan identifikasi risiko pasien jatuh di rumah sakit, agar lebih optimal perlu
pengawasan salah satunya pengawasan kepala ruangan melalui kegiatan supervisi keperawatan.
Tujuan dari kegiatan Pengabdian Masyarakat ini untuk mengoptimalkan mekanisme dan
pelaksanaan supervisi keperawatan khususnya kegiatan identifikasi resiko jatuh dengan metode
Humpty Dumpty. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat ini berbasiskan In House
Training yang dilaksanakan di Ruang Madinah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober sampai 24 November 2017. Hasil
kegiatan pengabdian masyarakat ini didapatkan kegiatan diikuti oleh diseminasi ilmu dari 60
peserta, adanya peningkatan pengetahuan peserta dari pretest 50% dan saat posttest menjadi
85%. Adanya draft kebijakan, SPO tentang supervisi keperawatan, adanya lembar absensi dan
format supervisi keperawatan dan adanya dokumentasi hasil supervisi yang dilakukan oleh
kepala ruangan Madinah. Kesimpulannya pelaksanaan supervisi keperawatan pada kegiatan
identifikasi resiko jatuh dengan metode Humpty Dumpty dilaksanakan sesuai target luaran yaitu
peningkatan pengetahuan. Aplikasi langsung kegiatan supervisi oleh kepala ruang dan perawat
pelaksana ditandai terdapatnya dokumentasi dan laporan kegiatan supervisi keperawatan.
Kata Kunci : Supervisi Keperawatan, Resiko Jatuh, Humpty Dumpty

Abstract
Implementation of the identification of the risk of patients falling in the hospital to be
more optimal there needs to be supervision one of which is the supervision of the head of the
room through nursing supervision activities. the purpose of this Community Service activity is to
optimize the mechanism and implementation of nursing supervision in particular the activities
of identifying the risk of falls with the humpty dumpty method. This method of implementing
community service is based on In House Training which is carried out in the Medina Room Siti
Khadijah Islamic Hospital Palembang. Implementation of activities carried out from 12
October to 24 November 2017. The results of this community service activity obtained activities
followed by the dissemination of knowledge from 60 participants, an increase in participant
knowledge from 50% pretest and 85% increase in posttest. There is a draft Policy, SOP,
regarding nursing supervision, the presence of attendance sheets and nursing supervision
format and there is documentation of the results of supervision conducted by the head of the
Medina room. Conclusion: The implementation of nursing supervision in the fall risk
identification activities with the humpty dumpty method can be carried out in accordance with
the target of increasing knowledge, direct application of supervision activities by the head of the
room and implementing nurses with the presence of documentation and reports of the nursing
supervision activities.
Keywords: Nursing Supervision, Falling Risk, Humpty Dumpty

29
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2, Oktober 2019

1. PENDAHULUAN
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara paripurna yang memiliki risiko tinggi terhadap
keselamatan pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun sumber daya manusia
dan lingkungan rumah sakit, sehingga perlu diselenggarakan keselamatan dan
kesehatan agar tercipta kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat dan nyaman
secara berkesinambungan (PerMenKes RI No 66, 2016). Penerapan keselamatan
pasien dapat diwujudkan dengan menetapkan standar, sasaran dan langkah menuju
keselamatan pasien dengan tujuan akhir yaitu memberikan asuhan pasien yang lebih
aman (PerMenKes RI No 11, 2017).
Penerapan keselamatan pasien di rumah sakit melalui 6 sasaran keselamatan
pasien yaitu identifikasi pasien, pelaksanaan komunikasi efektif, pelaksanaan
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, pelaksanaan kepastian tepat-
lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, sudah sesuai dengan standar akreditasi
rumah sakit versi 2012 sedangkan pelaksanaan pengurangan risiko infeksi dan
pelaksanaan pengurangan risiko pasien jatuh belum sesuai dengan standar akreditasi
rumah sakit (Keles & Ch, 2012).
Dalam standar Joint Commission International (JCI) terdapat upaya
penanggulangan kejadian pasien jatuh di rumah sakit, terutama disebutkan dalam sesi
1 (satu), bagian 1 (satu) yaitu International Patient Safety Goals (IPSG), khususnya
Sasaran 6 (enam) yaitu ‘mengurangi risiko pasien jatuh’ mengungkapkan bahwa
sebagian besar cedera pada pasien rawat inap terjadi karena jatuh, dimana dalam hal
ini pihak rumah sakit seharusnya melaksanakan asesmen risiko jatuh, evaluasi risiko
pasien terhadap jatuh dan segera bertindak mengurangi risiko terjatuh serta cedera
yang diakibatkannya menjadi sangat diperlukan. Rumah sakit menetapkan program
mengurangi risiko jatuh berdasarkan prosedur yang tepat. Program ini memantau
konsekuensi yang diinginkan dan konsekuensi yang tidak diinginkan dari tindakan
yang diambil untuk mengurangi risiko jatuh (Setyarini, 2013). Pelaksanaan skrining
pasien risiko jatuh dilakukan oleh perawat dengan menggunakan form screening
pasien risiko jatuh terdiri dari tiga yaitu Morse Fall Scale (MFS) untuk pasien
dewasa. Humpty Dumpty Scale untuk pasien anak dan ceklist pengkajian jatuh usia
lanjut (Barnet, 2008).
Pelaksanaan identifikasi risiko pasien jatuh di rumah sakit agar lebih optimal
perlu adanya pengawasan salah satunya adalah pengawasan kepala ruangan. Kepala
ruangan sebagai seorang supervisor mesti memiliki beberapa fungsi dan peran.
Fungsi dan peran itu meliputi: (1) membuat rencana kerja, (2) mengontrol pekerjaan,
(3) memecahkan masalah, (4) memberi umpan balik kinerja, (5) melatih staf, (6)
motivator, (7) memanajemen waktu, (8) komunikator secara personal, (9) mengelola
diri sendiri, (10) memanajemen tempat kerja, (11) konselor, (12) komunikator dalam
interaksi formal, dan (13) pemberi arahan (Rakhmawati, 2009; Basuki, 2012; Utami,
Saparwati, & Siswanto, 2016). Dengan memahami konsep ini akan menjadi nilai
tambah seorang kepala ruangan dalam melakukan supervising.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (pengarahan) dalam fungsi
manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah
diprogramkan dapat dilaksanakan dengan benar dan lancar. Supervisi secara
langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan atau
permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mengkaji

30
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2, Oktober 2019

secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhinya dan bersama dengan staf


keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya (Suarli dkk, 2010).
Kepala ruang mempunyai tanggung jawab dalam organisasi dan menentukan
pencapaian tujuan organisasi, dalam hal ini melakukan pengawasan untuk
meningkatkan keselamatan pasien yang dilakukan perawat dan mencegah terjadinya
insiden keselamatan pasien (Yusuf, 2017). Kepala ruangan perlu mengembangkan
kepemimpinan dalam mendukung peran perawat dalam gerakan keselamatan pasien
dengan mengidentifikasi kebutuhan dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien
dan lebih intensif dalam pengawasan secara berkala (Pambudi, 2018).
Penelitian yang dilakukan Hardiatma R, dkk pada tahun 2015 tentang
implementasi sasaran keselamatan pasien dalam upaya menghadapi akreditasi klinik
bab 4 mendapatkan nilai peningkatan dokumen 90%, perilaku 80% dan akreditasi
mendapat capaian nilai 89,66%. Hambatan yang dihadapi adalah kurangnya
implementasi terkait pengawasan dalam pelaporan insiden keselamatan pasien
(Kejadian Tidak Diharapkan, Kondisi Potensial Cedera, Kondisi Nyaris Cidera) (Rio
Hardiatma, Arlina Dewi, 2015). Hal tersebut berdampak pada evaluasi akreditasi
rumah sakit sebelumnya yang sering mengalami hambatan. Salah satu cara untuk
menilai dampak ini adalah membandingkan status akreditasi dengan ukuran kualitas
berbasis bukti lainnya, seperti langkah-langkah proses yang sekarang dilaporkan
dengan pelaksanaan secara berkesinambungan (Schmaltz et al., 2013), serta
pengawasan terhadap budaya safety yang masih perlu terus ditingkatkan (Anggraeni
et al., 2014).
Rumah sakit Islam Siti Khadijah Palembang merupakan rumah sakit swasta
yang berkonsepkan dengan visi dan misi yang berorientasi Islami. Hal ini
berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 20 sampai 29
September 2017. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada perawat di
ruangan dan wawancara dengan Kepala Bidang Keperawatan dan Kepala Ruang
serta observasi pelaksanaan pencegahan risiko jatuh di ruangan. Hasilnya belum
optimal pelaksanaan supervisi keperawatan di Ruang Madinah. Berbagai alasan yang
dikemukakan diantaranya, belum memahami tentang pelaksanaan supervisi, belum
adanya format dalam melakukan supervisi, banyaknya kegiatan sehingga waktu
untuk supervisi ini sulit dilakukan dan tidak adanya jadwal supervisi. Serta didapatkan
36% perawat sering tidak melakukan ketepatan identifikasi pasien sebelum
melakukan tindakan, terlebih belum pernah diadakan pelaksanaan supervisi tentang
identifikasi resiko jatuh dengan metode Humpty Dumpty.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, rumusan masalah pada
kegiatan pengabdian masyarakat ini sebagai berikut, (1) Kepala ruangan mengatakan
di ruangan supervisi sudah dilakukan akan tetapi belum terdokumentasi. jika terdapat
kendala terkait dengan pelayanan selalu dibahas saat sebelum operan, menurut karu
juga supervisi tidak ada format khusus yang digunakan, (2) Hasil kuesioner 55%
perawat mengatakan jarang dilakukan supervisi, 36% perawat mengatakan sering
dilakukan supervisi dan 9% mengatakan selalu dilakukan supervisi, dan (3)
Pelaksanaan supervisi tentang identifikasi resiko jatuh dengan metode Humpty
Dumpty belum pernah diadakan.
Pengabdian masyarakat yang dilakukan bertujuan untuk mengoptimalkan
mekanisme dan pelaksanaan supervisi keperawatan khususnya kegiatan identifikasi
resiko jatuh dengan metode Humpty Dumpty di Ruang Madinah Rumah Sakit Islam
Siti Khadijah Palembang.

31
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2, Oktober 2019

2. METODE
Pengabdian masyarakat ini berbasis in House Training yang dilaksanakan di
Ruang Madinah (Rawat Inap Anak) rumah sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober sampai 24 November
2017. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah semua perawat di Rumah
sakit Islam Siti Khadijah Palembang yang berjumlah 86 orang.
Aplikasi kegiatan supervisi keperawatan adalah semua perawat di ruang
Madinah berjumlah 15 orang. Kegiatan tersebut direncanakan dalam bentuk POA
(Planning of Action) (Tabel 1).

Tabel 1. Pelaksanaan In House Training Supervisi Keperawatan di Ruang Madinah RSI Siti
Khadijah Palembang
Kegiatan Tujuan Target Luaran Metoda Waktu
Menyusun Tersusunnya Tersusunnya Study literatur 12 Okt 2017
dan diskusi panduan format supervisi Diskusi
tentang supervisi Konsultasi
panduan
supervisi
Desiminasi Peningkatan 75% peserta hadir Pretest & 28 Okt 2017
ilmu tentang pengetahuan dan memahami posttest serta
supervisi baru tentang materi yang Diskusi
supervisi disampaikan
Menyusun Sebagai Draft SOP Studi literatur 3 Nov 2017
SOP panduan karu supervisi Diskusi
Supervisi dan katim di keperawatan telah Konsultasi
keperawatan ruangan tersusun Bimbingan
Konsultasi Untuk Mendapatkan Diskusi 4 Nov 2017
pakar terkait penyempurnaan masukan dan saran Konsultasi
SOP SOP yang telah untuk perbaikan Bimbingan
supervisi dibuat SPO.
keperawatan
Mensosialisa Tersosialisasi 100% peserta Ceramah dan 13 Nov 2017
sikan nya panduan mengetahui dan role play
panduan supervisi mampu
supervisi mendemonstrasikan
panduan supervisi
Menyusun Tersusunnya 100% peserta dapat Diskusi 14 Nov 2017
jadwal jadwal supervisi menyusun dan
supervisi menetapkan jadwal
supervisi
Pendamping Mengaplikasi Terlaksananya Observasi 17 Nov 2017
an kan pelaksanaan kegiatan supervisi hasil
pelaksanaan supervisi keperawatan dokumentasi
supervisi keperawatan supervisi
keperawatan
Evaluasi Mengetahui Adanya format dan Observasi 17 Nov 2017
kegiatan penerapan dokumentasi hasil hasil
supervisi pelaksanaan supervisi yang dokumentasi
supervisi dilakukan oleh karu

32
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019

3. HASIL
a. Menyusun panduan supervisi keperawatan di Ruang Madinah
Kegiatan menyusun panduan Supervisi keperawatan dilakukan dengan tujuan
Tersusunnya panduan supervisi di Ruang Madinah dengan metode studi literatur diskusi
konsultasi pakar yang dilakukan mulai pada tanggal 12 Oktober 2017, adapun output
kegiatan yaitu tersusunnya format supervisi keperawatan.

b. Diseminasi Ilmu tentang Supervisi Keperawatan


Kegiatan diseminasi ilmu dengan konsep seminar sehari dengan tema “ Peningkatan
Mutu Pelayanan Keperawatan Berorientasi pada Pelaksanaan Metode Team dan Aplikasi
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan“di Aula Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang sekaligus sosialisasi format supervisi keperawatan dilakukan pada tanggal 28
Oktober 2017, adapun kegiatan dihadiri oleh 60 orang peserta, tujuan dari presentasi
materi dan sosialisasi format supervisi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan karu
dan perawat ruangan tentang supervisi keperawatan serta mensosialisasikan instrument
atau format supervisi keperawatan. Dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 2.

Gambar 1. Pelaksanaan Diseminasi Ilmu Tentang Supervisi Keperawatan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Pelaksanaan Supervisi Keperawatan


(n = 60)
Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan Sebelum Desiminasi Ilmu
▪ Baik 30 50.0
▪ Kurang 30 50.0
Pengetahuan Setelah Desiminasi Ilmu
▪ Baik 51 85.0
▪ Kurang 9 15.0

c. Menyusun SOP Supervisi keperawatan di Ruangan Madinah


Kegiatan menyusun SOP Supervisi keperawatan sebagai panduan karu dan katim di
ruangan dalam melaksanakan supervisi keperawatan dilakukan di ruangan Madinah.
Penyusunan SOP supervisi Keperawatan pada tanggal 3 November 2017, adapun output
kegiatan draft SOP supervisi keperawatan telah tersusun (Gambar 2).

33
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019

Gambar 2. Draft SOP Supervisi Keperawatan

d. Konsultasi pakar terkait SOP supervisi keperawatan


Kegiatan konsultasi pakar terkait SPO dan panduan pelaksanaan supervisi keperawatan
dilakukan pada tanggal 4 November 2017, adapun out kegiatan mendapatkan masukan
dan saran untuk perbaikan SPO dan format supervisi keperawatan yang telah dibuat.
e. Sosialisasi kegiatan Supervisi Keperawatan
Kegiatan sosialisasi Supervisi Keperawatan dilaksanakan di Aula RSI Siti Khadijah
Palembang pada tanggal 13 November 2017 yang dihadiri oleh 11 karu serta katim dan
komite keperawatan serta bidang keperawatan. Adapun output kegiatan tersebut
tersosialisasinya panduan supervisi di ruang Madinah dan peserta mengetahui dan mampu
mendemonstrasikan panduan supervisi (Gambar 3).

Gambar 3. Sosialisasi Kegiatan Supervisi Keperawatan

f. Menyusun Jadwal dan Tema Supervisi Keperawatan di Ruang Madinah


Kegiatan menyusun jadwal dan Tema supervisi keperawatan di Ruang Madinah
dilakukan pada tanggal 14 November 2017. Adapun output kegiatan tersusunnya jadwal
dan tema supervisi keperawatan dan hasil kesepakatan dengan kepala karu dan perawat
ruangan Madinah dilakukan setiap hari. Jadwal Supervisi di Ruang Madinah (Gambar 4).

34
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019

Gambar 4. Draf Jadwal Kegiatan Supervisi Keperawatan di Ruang Madinah


g. Melaksanakan Pendampingan Penilaian Supervisi Keperawatan di Ruang Madinah
Kegiatan pendampingan penilaian supervisi keperawatan kepala ruangan terhadap perawat
pelaksana dengan tema resiko jatuh di ruang perawatan Madinah yang dihadiri 4 Karu
yaitu Karu Humairoh, Muzdalifah, Marwah, Komite Keperawatan dan Bidang
keperawatan dilakukan pada tanggal 15 November 2017. Adapun output kegiatan adalah
karu dapat melaksanakan supervisi sesuai SOP, format dan panduan serta jadwal
supervisi.

Gambar 5. Kegiatan Diskusi Formal dan Sosialisasi Karu ke Perawat Pelaksana

Gambar 6. Kegiatan Supervisi Keperawatan Secara Langsung

35
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019

Gambar 7. Format Supervisi Keperawatan Tema Resiko Jatuh dengan Metode Humpty Dumpty

h. Evaluasi kegiatan Supervisi Keperawatan


Adapun evaluasi kegiatan prioritas masalah poin belum optimalnya penerapan
supervisi keperawatan di ruangan madinah adalah sebagai berikut :
1) Hasil diseminasi ilmu (peserta menjawab dengan benar dari 60 peserta); Pretest
50% dan meningkat pada Posttest 85 %
2) Adanya draft Kebijakan tentang Supervisi Keperawatan.
3) Adanya draft Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang supervisi keperawatan
4) Adanya format supervisi keperawatan di ruangan madinah
5) Lembar absensi kegiatan sosialisasi format supervisi keperawatan
6) Adanya dokumentasi hasil supervisi yang dilakukan oleh karu Madinah

4. PEMBAHASAN
Supervisi adalah pengawasan yang dilakukan secara langsung oleh seorang kepala
ruangan terhadap pekerjaan yang dilakukan perawat, kemudian bila ditemukan
permasalahan akan segera diberikan bantuan secara langsung supaya masalah tersebut
teratasi (Suarly & Bahtiar, 2009). Sedangkan menurut Circenis, Jeremejeva, Millere, &
Deklava (2015) supervisi adalah proses profesional dan pembelajaran yang dilakukan
perawat dalam praktik dengan berbagi pengalaman serta pengetahuan. Harmatiwi,
Sumaryani, & Rosa (2017) mengatakan supervisi keperawatan merupakan suatu proses
kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang dibutuhkan perawat dalam rangka
menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi supervisi
keperawatan adalah sebuah aktivitas pemantauan yang dilakukan oleh seseorang terhadap
pelaksanaan tugas yang dilakukan bawahan dan memberikan bantuan apabila diperlukan.
Berdasarkan pengkajian terdahulu, melalui wawancara dengan kepala ruangan dan
hasil observasi pelaksanaan supervisi masih bersifat situasional, belum tampak adanya
supervisi yang terjadwal dengan baik. Selanjutnya apabila ditinjau dari segi format
supervisi, di ruangan belum ada format supervisi, begitu juga dengan jadwal dan hasil
laporan supervisi tidak ditemukan di ruangan. Berdasarkan kuesioner ketua Tim dan
perawat pelaksana didapatkan hasil kuesioner 55% perawat di ruangan mengatakan
jarang dilakukan supervisi, 36% perawat di ruangan mengatakan sering dilakukan
supervisi dan 9% mengatakan selalu dilakukan supervisi.
Berdasarkan masalah di atas, mahasiswa melakukan beberapa kegiatan yang
bertujuan sebagai alternatif pemecahan masalah, kegiatan tersebut meliputi menyusun

36
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019

panduan dan SPO Supervisi keperawatan di ruangan Madinah. Standar Operasional


Prosedur merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit
kerja yang bersangkutan (Atmoko, 2006).
Hasil dari penyusunan panduan dan SPO Supervisi keperawatan di ruangan
Madinah berdasarkan literatur adalah tersedianya draft SOP sesuai standar Depkes
RI/KARS versi 2012 yaitu tentang tata kelola, kepemimpinan dan pengaturan (TKP).
Menurut KARS (2012) tentang tata kelola, kepemimpinan dan pengaturan (TKP) pada
standar TKP.5 pimpinan departemen atau unit dan pelayanan point 5.5 menyebutkan
bahwa pimpinan melakukan evaluasi kinerja departemen atau pelayanan dan kinerja
stafnya. Pimpinan bertanggung jawab menjamin bahwa kegiatan pengukuran
memberikan kesempatan untuk mengevaluasi staf maupun proses pelayanannya. Dengan
demikian, dari waktu ke waktu, pengukuran meliputi semua pelayanan yang diberikan.
Data dan informasi yang dihasilkan tidak hanya penting untuk upaya peningkatan
departemen atau pelayanan, tetapi juga penting untuk program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien rumah sakit.
Di ruang perawatan Madinah kegiatan supervisi keperawatan dilakukan oleh kepala
ruangan sebagai supervisor, dimana selama ini kegiatan supervisi di ruangan belum dapat
berjalan secara optimal, dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhinya salah
satunya karena belum adanya format supervisi keperawatan yang baku sebagai pedoman
pelaksanaan supervisi. Hal ini juga didukung oleh pendapat Keliat, dkk (2006),
menyatakan agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi
staf, maka perlu disusun standar atau format penampilan yang diharapkan dari masing-
masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal pasti dalam supervisi.
Konsultasi pakar terkait SOP supervisi keperawatan di ruangan Madinah. Hasil
evaluasi kegiatan konsultasi terkait SOP supervisi keperawatan yang telah dibuat adalah
adanya masukan dari pihak terkait yakni agar SPO yang telah dibuat tidak terlalu baku
dan disesuaikan dengan kondisi di lahan praktek. SPO harus menjelaskan secara detail
proses kerja yang berlangsung secara rutin yang harus diterapkan atau diikuti dalam
suatu lembaga (Rahman, 2009). Penulisan dokumen dalam SOP perlu diterapkan untuk
menghasilkan sistem kualitas dan teknis yang konsisten dan sesuai dengan
kebutuhan lembaga itu sendiri. Kesalahan yang terjadi dalam proses operasional di suatu
lembaga akan menimbulkan kerugian, Oleh karena itu agar SOP supervisi keperawatan
dapat berjalan dengan baik, SOP harus dibuat dengan sejelas mungkin agar tidak terjadi
kesalahan persepsi dan informasi yang terdapat dalam SPO tersebut.
Kegiatan diseminasi Ilmu tentang supervisi keperawatan di ruang Madinah.
Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada
kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran,
menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Secara umum, manfaat
diseminasi ilmu yang didapatkan adalah menambah pengetahuan perawat. Seringnya
mengikuti diseminasi ilmu akan membantu membangun paradigma berpikir perawat
kearah yang lebih baik (Nursalam, 2011).
Di ruangan perawatan Madinah kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala ruangan
sebagai supervisor, dimana selama ini kegiatan supervisi di ruangan belum dapat berjalan
secara optimal, dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhinya salah satunya masih
kurangnya pemahaman tentang supervisi keperawatan, oleh karena itu dilakukannya

37
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019

kegiatan desiminasi ilmu untuk meningkatkan pemahaman karu dan perawat di ruangan
tentang supervisi keperawatan.
Adapun hasil dari kegiatan desiminasi supervisi keperawatan adalah sebagai berikut :
1). Evaluasi Struktur; Mahasiswa residensi dan peserta dapat hadir di ruangan desiminasi
ilmu sesuai dengan rencana yakni kegiatan dimulai pukul 08.00 wib dan peserta sudah
berkumpul 10 menit sebelum kegiatan dimulai. Adapun tempat, media, serta alat-alat
tersedia sesuai rencana yang telah disusun. 2). Evaluasi Proses; Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu yang direncanakan, pada saat diseminasi ilmu peserta diseminasi
ilmu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir dan Peserta berperan aktif dalam
jalannya diskusi hal ini dapat dibuktikan dengan antusiasnya perawat dalam bertanya dan
mengeluarkan pendapat tentang supervisi keperawatan. 3). Evaluasi Hasil; 100 % peserta
yang diundang menghadiri acara yang dilaksanakan. Kegiatan diseminasi ilmu dihadiri
oleh semua perawat yang diundang oleh mahasiswa, dan semua perawat mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir.
Pengetahuan dan pemahaman peserta tentang supervisi keperawatan meningkat. Hal
tersebut dibuktikan dari hasil kuesioner pretest dan post test yang disebarkan oleh
mahasiswa. Dari 60 peserta, yang menjawab dengan benar pada Pretest 50% dan
meningkat pada Posttest sebesar 85% yang artinya adanya pengaruh positif dari kegiatan
seminar yang dilakukan. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Nursalam (2011) yang
menyatakan secara umum, manfaat dari diseminasi ilmu yang didapatkan adalah
menambah pengetahuan perawat. Seringnya mengikuti diseminasi ilmu akan membantu
membangun paradigma berpikir perawat kearah yang lebih baik.
Hasil evaluasi kegiatan sosialisasi SPO dan panduan supervisi keperawatan yang
telah dibuat adalah tersosialisasinya SPO dan panduan perawat Madinah tentang SOP
supervisi keperawatan. Sosialisasi adalah proses mempelajari dan menanamkan suatu
nilai, norma, peran dan pola perilaku dari satu generasi ke generasi lain dalam sebuah
kelompok atau masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Beberapa sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan
(role theory) karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan
oleh individu (Alwi, 2012).
Sosialisasi sangat penting untuk semua individu, karena sosialisasi adalah proses
yang dibutuhkan sebelum masuk ke dalam kelompok, organisasi, dan masyarakat melalui
agen-agen sosialisasi seperti keluarga, teman sepermainan, sekolah, lingkungan
pekerjaan, masyarakat umum dan media massa. Dengan adanya sosialisasi SOP supervisi
keperawatan diharapkan petugas kesehatan (perawat Madinah) dapat menempatkan diri
dan menjalankan dengan baik di dalam berbagai situasi dan kondisi.
Menyusun jadwal supervisi keperawatan di ruangan Madinah. Kegiatan supervisi
dilakukan oleh kepala ruangan sebagai supervisor, dimana selama ini kegiatan supervisi
di ruangan belum dapat berjalan secara optimal, dikarenakan berbagai faktor yang
mempengaruhinya salah satunya dikarenakan kegiatan supervisi keperawatan dilakukan
secara situasional dan belum terjadwal. Menurut Keliat, dkk (2006), menyatakan agar
supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf, maka perlu
disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah
dipahami oleh staf dan jadwal pasti dalam supervisi.
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan
hanya sekali belum bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi atau
lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu agar organisasi selalu dapat mengikuti
berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Supervisi

38
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019

dapat membantu penyesuaian tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan


keterampilan bawahan. Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi
harus dilakukan, yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya tergantung
dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan
dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka
supervisi harus lebih sering dilakukan (Bahtiar, 2009).
Implementasi supervisi keperawatan di ruangan Madinah mengangkat tema
identifikasi resiko jatuh dengan metode Humpty Dumpty. Setelah dilakukan berbagai
kegiatan seperti diseminasi ilmu dan FGD kepala ruangan dan perawat ruangan Madinah
mengerti akan pentingnya supervisi. Kepala ruangan sudah mulai mengisi format rencana
kegiatan bulanan dan mulai merencanakan pelaksanaan supervisi yang terjadwal. Hasil
kesepakatan di ruangan kegiatan supervisi keperawatan dilakukan dengan tema
identifikasi resiko jatuh dengan metode Humpty Dumpty. Saat ini kegiatan supervisi
sudah mulai dijalankan oleh kepala ruangan dan untuk kegiatan supervisi sudah ada
kebijakan direktur yang mengatur.

5. KESIMPULAN
Adapun evaluasi kegiatan prioritas masalah poin belum optimalnya penerapan
supervisi keperawatan di ruangan Madinah antara lain Hasil diseminasi ilmu (peserta
menjawab dengan benar dari 60 peserta); Pretest 50% dan meningkat pada Posttest 85 %,
adanya draft Kebijakan tentang Supervisi Keperawatan, adanya draft Standar Prosedur
Operasional (SPO) tentang supervisi keperawatan, adanya format supervisi keperawatan
di ruangan madinah, Lembar absensi kegiatan sosialisasi format supervisi keperawatan,
dan adanya dokumentasi hasil supervisi yang dilakukan oleh karu Madinah.

6. SARAN
a. Adanya pemantauan dari bidang pelayanan keperawatan terhadap kegiatan supervisi
b. Melakukan kegiatan supervisi secara berkala berdasarkan uraian tugas dan fungsi
masing – masing berdasarkan jadwal yang telah disepakati
c. Pemberian reward pada perawat yang berkinerja baik sesuai dengan SPO, bertanggung
jawab dan bekerja sesuai dengan uraian tugas masing – masing
d. Pemberian bimbingan dan motivasi serta arahan pada perawat yang bekerja tidak
sesuai SPO.

7. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang, STIKES Aisyiyah Palembang dan Program Studi Magister Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang.

8. DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D., Hakim, L., & I, C. W. (2014). Evaluasi Pelaksanaan Sistem Identifikasi
Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Evaluation on Patient Identification
System Implementation In Hospital â€TM s Inpatient Unit, 28(1), 99–104.
Basuki, D. (2012). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Supervisi Pimpinan
Ruang Dengan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat
Parenteral Intravena di Rumah Sakit Daerah Sidoarjo. Universitas Indonesia,
Jakarta.

39
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019

Barnett K. (2008). Reducing Patient Falls.January 2001 – March 2002. Dewsbury, England :
Mid Yorkshire Hospitals NHS Trust.
Circenis, K., Jeremejeva, J., Millere, I., & Deklava, L. (2015). Supervision in Nursing :
Latvian Sample study. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 205(May), 86–
91. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.09.023
Harmatiwi, D. D., Sumaryani, S., & Rosa, E. M. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Supervisi
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul, 6(1),
47–54. https://doi.org/10.18196/jmmr.6126.Evaluasi
KEMENKES RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No 66 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
KEMENKES RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.11 Tentang Keselamatan
Pasien.
Keles, A. W., & Ch, G. D. K. (2012). Analisis Pelaksanaan Standar Sasaran
Keselamatan Pasien di Unit Gawat Darurat RSUD Dr . Sam Ratulangi Tondano
Sesuai dengan Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Implementation Analysis of
Standards Patient Safety Goals in Emergency Department Dr . Sam Ratulangi
Tondano Hospital Accordance with Version 2012 Hospital Accreditation, 250–259.
Gillies, 2009. Manajemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan.
Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta. EGG
Nursalam, 2012. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Pambudi, Y. S. A. Y. D. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam
penerapan 6 SKP (sasaran keselamatan pasien) pada Akreditasi JCI (joint
commision International) di Ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Waluya Malang.
Nursing News, 3(1), 729–747
Rio Hardiatma, Arlina Dewi, A. L. (2015). Analisis Implementasi Sasaran Keselamatan
Pasien Dalam Menghadapi Akreditasi di Klinik Trio Husada Kota Batu, 14.
Schmaltz, S. P., Williams, S. C., Chassin, M. R., & Loeb, J. M. (2013). Hospital
Performance Trends on National Quality Measures and the Association With Joint
Commission Accreditation, 6(8). https://doi.org/10.1002/jhm.905
Suarly, & Bahtiar, Y. (2010). Manajemen Keperawatan : Dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga.
Utami, N., Saparwati, M., & Siswanto, Y. (2016). Hubungan Kualitas Supervisi Kepala
Ruang Terhadap Kepatuhan Perawat Melakukan Standar Cuci Tangan di Instalasi
Rawat Inap RST Dr. Soedjono Magelang, 2–15.
Yusuf, M. (2017). Penerapan Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Dr . Zainoel Abidin Patient Safety Implementation In Ward Of Dr . Zainoel
Abidin General Hospital. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1), 1–6.

40
Buletin Sariputra, Juni 2018 Vol. 8 (2)

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN PELAKSANAAN


RONDE KEPERAWATAN DI RSUD MARIA
WALANDA MARAMIS AIRMADIDI

THE EFFECT OF TRAINING ON KNOWLEDGE IMPLEMENTATION


ROUND OF NURSING AT MARIA HOSPITAL
WALANDA MARAMIS AIRMADIDI

Syella Tiwow*, Tinneke Tandipajung**, Selvie Rumagit**

*Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon


**Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon

Email: syellatiwow26@gmail.com

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan indikator penyembuhan pasien, dalam penerapan ronde keperawatan
masih banyak perawat yang belum memahami mekanisme dari ronde keperawatan. Untuk itu,
perawat harus tahu dan memahami alur mekanisme dari pelaksanaan ronde keperawatan.
Pelatihan merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap pengetahuan
perawat di RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi. Penelitian ini menggunakan pendekatan
quasi eksperimental design dengan rancangan one group pre and post test design. Populasinya
adalah perawat diruangan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Maria Walanda Maramis
Airmadidi berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulan sampel berupa Purposive sampling dengan
jumlah sampel 30 orang. Data dianalisis menggunakan uji statistik Correlation Wilcoxon Sign Rank
Test. Hasil penelitian sebelum dilakukan intervensi menunjukkan bahwa hasil analisa univariat
karakteristik responden terbanyak yaitu 20 orang (67%) dengan kriteria kurang dan pengetahuan
baik sebanyak 6 orang (20%). Hasil analisa univariat sesudah dilakukan intervensi sebanyak 30
orang (100%) dengan kriteria baik. Berdasarkan nilai signifikansi menunjukan angka p=0,000 <
0,05 artinya ada pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan pelaksanaan ronde keperawatan di
RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian
pelatihan mempengaruhi pengetahuan pelaksanaan ronde keperawatan di RSUD Maria Walanda
Maramis Airmadidi.
Kata Kunci : Pengaruh Pelatihan, Pengetahuan, Ronde Keperawatan.

ABSTRACT

The hospital is an indicator of patient's healing, in the application of nursing round there are still
many nurses who have not understood the mechanism of the nursing round. Therefore, the nurse
must know and understand the flow of mechanisms from the implementation of the nursing round.
Training is an effective strategy to improve nurse knowledge. This study aims to determine the
effect of nursing round training on the knowledge of nurses at Maria Walanda Maramis Hospital,
Airmadidi. This research uses quasi experimental design approach with one group pre and post
test design. The population is nurses in the inpatient area of Maria Walanda Maramis Hospital,
Airmadidi total 30 people. Sampling technique is purposive sampling with 30 samples. Data
analyzed using statistical test of Correlation Wilcoxon Sign Rank Test. The result of the research
before the intervention shows that the univariate analysis of the respondents characteristic are 20
people (67%) with less criteria and good knowledge as many as 6 persons (20%). The result of
univariate analysis after the intervention is 30 people (100%) with good criteria. Based on the value
of significance shows the number p = 0,000 <0.05 means showsthat there is the effect of nursing
round training on the knowledge of nurses in RSUD Maria Walanda Maramis Hospitas, Airmadidi.
then Ha accepted and Ho rejected. The conclusion of this research there is the effect of nursing
round training on the knowledge of nurses at Maria Walanda Maramis Hospital, Airmadidi.

Keywords : Training Effect, Knowledge, Round of Nursing.

92
Buletin Sariputra, Juni 2018 Vol. 8 (2)

PENDAHULUAN

Rumah Sakit merupakan suatu sarana dilaksanakan di 6 provinsi dan 23 kabupaten


kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan dengan hasil penilaian 45% pelayanan yang
pelayanan kesehatan. Dalam rangka diberikan belum optimal dan belum sesuai
meningkatkan jasa kesehatan, kualitas dengan standar asuhan keperawatan Laporan
pelayanan, dan kepuasan pasien menjadi dari Studer Group (2007) dalam (Saleh, 2012)
indikator keberhasilan penyelenggaraan menyatakan berdasarkan hasil temuan pada
pelayanan di rumah sakit. 2007 bahwa institusi yang melaksanakan ronde
Ronde keperawatan merupakan suatu keperawatan secara berkala dan sistematis
kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi meningkatkan kepuasan pasien hingga
masalah kep[erawatan pasien yang mencapai 89% dan menurunkan angka pasien
dilaksanakan oleh perawat di samping jatuh hingga mencapai 60%.
melibatkan pasien untuk membahas dan Berdasarkan survey awal yang dilakukan
melaksanakan asuhan keperawatan, pada peneliti di RSUD Maria Walanda Maramis
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat Airmadidi dengan melakukan observasi disetiap
associate yang perlu juga melibatkan seluruh ruangan dan kuesioner yang dibagikan sesuai
anggota tim kesehatan (Nursalam, 2014). dengan hasil data yang didapatkan bahwa di
Salah satu strategis yang memungkinkan RSUD Maria Walanda Maramis sudah
perawat mengembangkan proses dan melaksanakan ronde keperawatan tetapi belum
keterampilan untuk memfasilitasi otonomi, berjalan optimal dan sesuai dengan alur
pengambilan keputusan, hubungan antar tim mekanisme ronde keperawatan, dikarenakan
yang efektif serta status profesional untuk itu sebagian perawat belum mengerti dan
perlu meningkatkan pengetahuan berupa memahami tentang ronde keperawatan yang
mengikuti pelatihan. sebenarnya, belum ada Standar Oprasional
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan Prosedur (SOP) dan pedoman
dengan baik seorang perawat perlu memiliki pelaksanaannya.
kemampuan yang baik dengan klien dan Berdasarkan permasalahan yang ada,
keluarga, serta berkomunikasi dengan anggota serta mencari solusi pemecahan masalah
tim kesehatan lain, pemeriksaan fisik, maupun dengan memilih kegiatan pelatihan sebagai
menginterprestasikan hasil pemeriksaan design pemecahan masalah, yang dilanjutkan
penunjang,menetapkan diagnosis keperawatan dengan penyusunan kuesioner Pre dan Post,
dan memberikan tindakan keperawatan yang serta penyusunan materi untuk pelatihan.
dibutuhkan klien, mengevaluasi tindakan Sesuai dengan teori yang dikemukan oleh
keperawatan yang telah diberikan serta Notoatmodjo (2009), Alasan penulis memilih
menyesuaikan kembali perencanaan yang telah untuk meneliti pengetahuan perawat karena
dibuat dan sebagainya (Gibson, 2010). Salah peningkatan kemampuan perawat bukan hanya
satu strategi untuk meningkatkan mutu dan keterampilan keperawatan tetapi juga
pengetahuan perawat yaitu dengan mengikuti memberikan kesempatan pada perawat untuk
pelatihan-pelatihan khususnya ronde tumbuh dan berkembang secara profesional
keperawatan. (Wolak, 2008). Untuk itu di perlukan pelatihan
Pelatihan ronde keperawatan sangat bagi perawat, khususnya tentang ronde
penting untuk menunjang mutu pelayanan dan keperawatan sehingga perawat mampu
pengetahuan perawat. Pelatihan dapat berperan aktif dalam manajemen keperawatan
memperbaiki kinerja, meningkatlkan profesional serta memberikan pelayanan yang
keterampilan,memecahkan permasalahan, profesional sehingga kepuasaan pasien
mendapat pengetahuan baru, memperbaiki terhadap pelayanan akan meningkat.
kepuasan untuk kebutuhan, persiapan promosi Berdasarkan masalah dari uraian diatas
dan keberhasilan manajerial, dan maka peneliti sangat tertarik untuk melihat
pengembangan (Salinding, 2011). Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan
Laporan dari Departemen kesehatan terhadap pengetahuan perawat di RSUD Maria
Indonesia bekerjasama dengan World Health Walanda Maramis.
Organization (WHO, 2014) dalam (Arin, 2015) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Indonesia telah melakukan penilaian terhadap pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan
manajemen MPKP di dalamnya rumah sakit pelaksanaan ronde keperawatan.
yang melaksanakan ronde keperawatan yang

METODE
Desain penelitian ini menggunakan quasi group pre and post test design. Populasi dalam
eksperimental design dengan rancangan one penelitian ini berjumalh 120 responden dengan

93
jumlah sampel 30 responden yang memenuhi pada bulan Februari-Maret 2018. Instrument
kriteria inklusi, menggunakan teknik purposive yang digunakan yaitu Kuesioner yang telah diuji
sampling. Variabel independen yaitu pelatihan validitas dan reliabilitas kemudian data yang
ronde keperawatan dan variabel dependen diperoleh di editing, coding kemudian di
pengetahuan perawat. Penelitian ini dilakukan tabulating Penelitian ini menggunakan
di RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi pendekatan uji Wilcoxon sign rank test.

HASIL PENELITIAN

1. Analisa Univariat
Umur

Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan umur perawat RSUD Maria Walanda Maramis
Airmadidi Februari – Maret 2018.
Umur Frekuensi %
24 - 34 Tahun 26 86,7
35 - 45 Tahun 3 10,0
46 - 56 Tahun 1 3,3
Total 30 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa responden paling sedikit yaitu umur 46-56
umur responden terbanyak dalam penelitian tahun (3,3%).
yaitu umur 24-34 tahun (86,7%). Sedangkan

Jenis Kelamin

Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin perawat RSUD Maria Walanda
Maramis Airmadidi Februari – Maret 2018.

Jenis Kelamin Frekuensi %


Laki-laki 5 16,7
Perempuan 25 83,3

Total 30 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa sebanyak 25 responden (83,3%). Sedangkan


sebagian besar responden adalah berjenis berjenis kelamin laki-laki hanya 5 responden
kelamin perempuan yaitu (16,7%).

Status Kepegawaian

Tabel 3. Karakteristik Responden berdasarkan status kepegawaian perawat RSUD Maria


Walanda Maramis Airmadidi Februari – April 2018.

Pekerjaan Frekuensi %
PNS 17 56,7
Honerer 13 43,3
Total 30 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukan sebagian (76,7). PNS sebanyak 6 responden (20%)


besar responden dengan status kepegawaian sedangankan yang bekerja sebagai honorer
sebagai PNS yaitu sebanyak 23 responden hanya 1 responden (3,3%).

94
Tingkat Pendidikan

Tabel 4. Karakteristik Responden berdasarkan tingkat pendidikan perawat RSUD Maria Walanda
Maramis Airmadidi Februari – Maret 2018.

Tingkat pendidikan Frekuensi %

D3 Keperawatan 12 40

S1 Keperawatan 10 33,4

Profesi Ns 8 26,6

Total 30 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukan sebagian keperawatan sebanyak 12 responden (40%),


besar perawat dengan pendidikan D3 dan profesi Ns hanya 8 responden (26,6%).

Pengetahuan Sebelum Intervensi

Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan perawat RSUD Maria Walanda


Maramis Airmadidi sebelum intervensi Februari-Maret 2018 Februari – Maret 2018

Pengetahuan Sebelum
Frekuensi %
Intervensi
Baik 6 20%

Cukup 4 13%

Kurang 20 67%

Total 30 100

Tabel 5 menunjukan pengetahuan perawat keperawatan sebagian besar responden berada


RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi pada kriteria kurang yaitu sebanyak 20
mengenai ronde keperawatan sebelum responden (67,5%) sedangkan baik hanya 6
dilakukan intervensi pelatihan ronde responden (20%).

Pengetahuan perawat sesudah Intervensi

Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan perawat RSUD Maria Walanda


Maramis Airmadidi sesudah intervensi Maret 2018.

Pengetahuan Sesudah
Frekuensi %
Intervensi
Baik 30 100

Cukup 0 0

Kurang 0 0

Total 30 100

Tabel 6 menunjukan pengetahuan perawat keseluruhan responden yaitu sebanyak 30


perawat RSUD Maria Walanda Maramis responden (100%) memiliki kriteria baik dan
Airmadidi sesudah dilakukan intervensi tidak terdapat responden yang termasuk dalam
pelatihan ronde keperawatan menyatakan kriteria cukup atau kurang.

95
2. Analisa Bivariat

Tabel 7. Hasil uji statistik Pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan pelaksanaan ronde
keperawatan di RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi Maret 2018.

Sebelum Sesudah
No Pengetahuan
N % N %
1 Baik 6 20 30 100
2 Cukup 4 13 0 0
3 Kurang 20 67 0 0
Total 30 100 30 100
Mean 4,13 10
Negative ranks 0
Positive ranks 30
Ties 0
WILCOXON TEST (P 0,000 < 0,05)
Zhitung 4,796 > Ztabel 137

Berdasarkan tabulasi silang pada (tabel 7) menunjukan angka 4,13. Sedangkan nilai mean
pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan sesudah setelah dilakukan intervensi atau
pelaksanaan ronde keperawatan di RSUD pelatihan menjadi 10.00. Dari data diatas
Maria Walanda Maramis Airmadidi sebelum terdapat 24 responden yang mengalami
dilakukan intervensi atau pelatihan peningkatan pengetahuan setelah dilakukan
menunjukkan dari 30 responden ada sebanyak intervensi. Pada asymp.sig menunjukan angka
20 responden (67%) yang pengetahuannya 0,000 < 0,05. Hasil uji secara manual
kurang. Dan setelah dilakukan intervensi atau menunjukkan Zhitung = 4,796 > Ztabel 137, ada
pelatihan kepada 30 responden, turun menjadi pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan
tidak ada responden yang pengetahuannya pelaksanaan ronde keperawatan di RSUD
kurang semuanya pada kategori baik. Nilai Maria Walanda Maramis Airmadidi, dengan
mean sebelum dilakukan intervensi demikian Ha diterima dan Ho di tolak.

PEMBAHASAN

Pengaruh terhadap pengetahuan pelaksanaan ronde keperawatan


di RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi

Hasil penelitian terhadap 30 responden ronde keperawatan menunjukkan pengaruh


pengetahuan pelaksanaan ronde keperawatan yang sangat nyata terhadap peningkatan
sebelum dilakukan pelatihan menunjukkan pengetahuan perawat di RSUD Maria Walanda
sebanyak 20 responden (67%) pengetahuan Maramis Airmadidi. Jadi, setelah perawat tahu
kurang, pengetahuan cukup sebanyak 4 dan memahami mereka mampu
responden (13%), dan berpengetahuan baik mengaplikasikan ronde keperawatan sesuai
sebanyak 6 responden (20%). dengan alur mekanisme ronde keperawatan.
Berdasarkan hasil uji wilcoxon sign rank Peneliti berasumsi bahwa peningkatan
test menunjukkan bahwa pengetahuan perawat pengetahuan responden dapat meningkat
sesudah dilakukan intervensi sebanyak 30 disebabkan oleh metode pelatihan dan
responden (100%) pada kriteria pengetahuan pemberian materi yang dilakukan satu kali  6
baik. jam oleh peneliti dan dibantu oleh pemateri,
Hasil penelitian terhadap 30 responden dimana mempermudah peneliti untuk
tentang pelatihan ronde keperawatan dengan memberikan banyak informasi tentang ronde
menggunakan uji statistic Wilcoxon secara keperawatan. Dalam penelitian ini peneliti
manual pada asymp.sig menunjukan angka menggunakan metode pelatihan two way
0,000 < 0,05. Hasil uji secara manual method yang memungkinkan komunikasi dua
menunjukkan Zhitung = 4,796 > Ztabel 137, yang arah antara pembicara dan responden dalam
artinya ada pengaruh pelatihan terhadap sesi tanya jawab, peneliti membuka ruang yang
pengetahuan pelaksanaan ronde keperawatan bebas bagi responden untuk bertanya tentang
di RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi, hal-hal yang belum mereka ketahui tentang
dengan demikian Ha diterima dan Ho di tolak. ronde keperawatan, hal ini memudahkan
Setelah melihat hasilnya ternyata pelatihan peneliti dan pemateri dalam pemberian edukasi

96
tentang ronde keperawatan sesuai dengan hal- psikomotor. Penelitian ini juga melaporkan
hal yang belum dan ingin diketahui responden bahwa dampak dari dilaksanakan ronde
dan akhir dari pelatihan tersebut peneliti keperawatan dapat dilihat dari beberapa
melakukan simulasi kepada sebagian outcomes yaitu meningkatkan kepuasan pasien
responden serta menyerahkan sertifikat. peningkatan kepuasan perawat menurunkan
Pemberian materi ini sangat mempengaruhi penggunaan bell panggil, penurunan angka
pengetahuan responden. Hal ini sesuai dengan pasien jatuh dan penurunan angka kejadian
teori dari (Siagian, 2008) yang menyebutkan luka tekan .
pelatihan adalah suatu metode meningkatkan Laporan dari studer group (2008) dalam
pengetahuan dan keterampilan staf dan Raymond, S (2009) bahwa institusi yang
merupakan sarana untuk meningkatkan melaksanakan ronde keperawatan secara
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. berkala dan sistematis dapat meningkatkan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan kepuasan pasien hingga mencapai 89% dan
karakteristik responden berdasarkan umur menurunkan angka kejadian jatuh mencapai
paling banyak berusia 24-34 tahun sebanyak 60%. Selain itu terdapat dari 12 rumah sakit
26 responden (86,7%). Dan tingkat pendidikan yang menerapkan ronde keperawatan secara
D3 sebanyak 12 responden (40%). Usia sangat berkala dan sistematis memperolah
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan peningkatan pelayanan yang prima dan
pola pikir seseorang, semakin bertambah usia profesional.
akan semakin berkembang pula daya tangkap Penelitian Maliya (2009) dalam Verawati
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang (2017) menunjukan bahwa ada peningkatan
diperolehnya semakin baik. Semakin tinggi kinerja staf keperawatan setelah dilakukan
tingkat pendidikan seseorang, maka akan pelatihan ronde keperawatan. Peningkatan
semakin mudah untuk menerima informasi kualitas pelayanan keperwatan tersebut dapat
tentang objek atau yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan profesional,
pengetahuan sedangkan pengalaman meningkatkan pengetahuan perawat dengan
seseorang sangat mempengaruhi menyajikan dalam format study kasus,
pengetahuan, semakin banyak pengalaman menyediakan kesempatan pada staf perawat
seseorang tentang suatu hal, maka akan untuk belajar meningkatkan keterampilan
semakin bertambah pula pengetahuan akan hal klinis,membangun kerjasama dan hormat,
tersebut (Notoatmodjo, 2011). meningkatkan retensi perawat berpengalaman
Hasil penelitian ini sejalan dengan dan mempromosikan kebanggaan dalam
penelitian sebelumnya oleh penelitian profesi keperawatan. untuk itu rumah sakit
Aristyawati (2015) dalam Verawati, (2017) perlu mempertimbangkan ronde keperawatan
bahwa ronde keperawatan dapat meningkatkan sebagai salah stu program yang dapat
kinerja perawat dalam hal kognitif, afektif dan diterapkan diruang rawat inap.

KESIMPULAN
a. Pengetahuan perawat sebelum dilakukan daerah Maria Walanda Maramis menjukkan
pelatihan ronde keperawatan di unit bahwa semuanya dengan pada kategori
perawatan rawat inap rumah sakit umum baik.
daerah Maria Walanda Maramis Airmadidi c. Pelatihan ronde keperawatan yang
menunjukkan bahwa sebagian besar dilakukan berpengaruh secara signifikan
perawat mempunyai pengetahuan kurang. terhadap pengetahuan perawat di unit
b. Pengetahuan perawat sesudah diberikan perawatan rawat inap rumah sakit umum
pelatihan ronde keperawatan di unit daerah Maria Walanda Maramis Airmadidi.
perawatan rawat inap di rumah sakit umum

SARAN
a. Bagi instansi tempat penelitian dalam manajemen keperawatan dalam
Disarankan agar dapat menerapkan ronde proses perawatan.
keperawatan dalam manajemen c. Bagi mahasiswa penelitian (peneliti
keperawatan agar dapat meningakatkan selanjutnya)
kualitas pelayanan, meningkatkan kepuasan Disarankan agar dapat meningkatkan
pasien dalam proses perawatan, sehingga kemampuan serta pengetahuan tentang
rumah sakit menjadi role model bagi rumah ronde keperawatan dan dapat menerapkan
sakit lain. ronde keperawatan dalam praktek
b. Bagi institusi pendidikan keperawatan maupun dalam dunia kerja.
Disarankan agar dapat meningkatkan
kemampuan tentang ronde keperawatan

97
DAFTAR PUSTAKA

Arin, S. 2015. Pelatihan ronde kasus untuk profesional edisi 4 . Jakarta: Salemba
meningkatkan kinerja staf keperawatan medika.
di Rumah Sakit Umum PKU
Muhamadya. Jurnal. Surakarta. Roymond, H. 2017. Penguatan kinerja perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan
Aristyawati, D. 2015. Perbedaan motivasi kerja melalui pelatihan ronde keperawatan.
perawat yang melaksanakan dan tidak Jurnal pengabdian kepada masyarakat
melaksanakan ronde keperawatan di – Universitas Sumatra Utara.
RSUP Sanglah. Jurnal keperawatan
jiwa, komunitas dan menejemen. Saleh, Z. 2012. Pengaruh ronde keperawatan
terhadap kepuasan kerja perawat
Gibson. 2010. Manajemen kinerja sector publik. pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Yogyakarta : EGC. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Tesis master keperawatan UI.
Handoko. 2012. Manajemen personalia dan
sumber daya manusia. Yogyakarta: Salinding, R. 2011. Analisis pengaruh pelatihan
edisi 2 BPFE. terhadap produktivitas kerja. Jurnal
manajemen – Makasar.
Maliya, A. 2009. Pelatihan ronde kasus untuk
meningkatkan kinerja staf keperawatan. Siagian. 2008. Manajemen sumber daya.
Jurnal keperawatan : Universitas Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Muhamadiyah Surakarta.
Verawati, J. 2017. Pengaruh pelatihan ronde
Notoatmodjo, 2009. Promosi kesehatan teori keperawatan terhadap kinerja perawat
dan aplikasi. Jakarta : Rineka cipta. dalam asuhan keperawatan. Jurnal
keperawatan – Universitas USU
Notoatmodjo. 2011. Kesehatan masyarakat. Medan.
Jakarta : Rineka cipta.
Wolak, S. 2008. Nursing grad rounds as a
Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan medium for the continuing education of
aplikasi dalam praktek keperawatan nurses. The Journal of Continuing
Education in Nursing.

98
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat Berkelanjutan di Rumah


Sakit Umum Raden Mattaher Jambi

Zuhriyani

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan


Pasca Sarjana, Universitas Jambi

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan pelayanan kesehatan


perorangan secara paripurna. Pelayanan yang diberikan rumah sakit selain
memberikan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif. Dampak positif
adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatif adalah
limbah dari rumah sakit yang dapat menyebabkan penyakit dan pencemaran
lingkungan jika dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu. Tujuan dari penelitian ini
adalah Mengetahui pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Raden
Mattaher Jambi dan Menganalisis adakah perbedaan pelaksanaan sistem pengelolaan
limbah medis di RSUD Raden Mattaher Jambi dengan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Penelitian dilaksanakan pada RSUD Raden Mattaher
Jambi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriftif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan sistem
pengelolaan limbah medis padat mulai dari proses pemilahan sampai dengan proses
pengolahan limbah medis padat di RSUD Raden Mattaher Jambi sudah baik tetapi
belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor : P.56/MenLHK-Setjen/2015 tentang tata cara dan persyaratan
teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

Kata Kunci : Rumah Sakit, Limbah Medis Padat

40
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

1. Pendahuluan

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, menjadi tempat


berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan (Depkes RI, 2004;1). Pelayanan yang diberikan rumah sakit selain
memberikan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif. Dampak positif adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatif yang
diakibatkan dari pelayanan kesehatan adalah limbah dari rumah sakit yang dapat
menyebabkan penyakit dan pencemaran lingkungan jika dibuang tanpa pengolahan
terlebih dahulu.
Limbah rumah sakit dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit
menular, limbah bisa menjadi tempat tertimbunnya organisme penyakit dan menjadi
sarang serangga juga tikus. Selain itu didalam limbah rumah sakit juga mengandung
berbagai bahan kimia beracun dan benda-benda tajam yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan cidera (Yahar,2011;1).

RSUD Raden Mathaher Jambi merupakan rumah sakit umum terbesar milik
pemerintah dengan tipe B Pendidikan yang mempunyai lingkup tugas dan fungsi
pelayanan yang luas dan penting. Dengan kapasitas hunian pasien yang banyak dan
juga jenis pelayanan kesehatan yang beragam berakibat pada jumlah limbah medis
yang dihasilkan juga besar. Tingkat hunian (BOR) RSUD Raden Mathaher Jambi tahun
2017sebesar 53,61 % dari 443 tempat tidur, sedangkan jumlah pasien rawat jalan rata
rata sebesar 200 orang/hari, sedangkan jumlah limbah medis padat yang dihasilkan
oleh RSUD Raden Mattaher Jambi sekitar 2 ton/bulan (RSUD Raden Mattaher
Jambi,2017).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengeluarkan Peraturan


Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang
Tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari
fasilitas pelayanan kesehatan. Prinsip pengelolaan mulai dari sejak limbah dihasilkan

41
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

sampai dengan penimbunan yang merupakan rangkaian kegiatan pemilahan,


pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan limbah B3
sampai dengan penimbunan hasil pengolahan.

Terkait dengan pengelolaan limbah medis padat RSUD Raden Mathaher Jambi
masih terdapat beberapa masalah, saat observasi awal yang dilakukan oleh peneliti,
walaupun di RSUD Raden Mathaher Jambi telah melakukan pemilahan pada sumber
/penghasil limbah medis padat namun masih ditemukan pencampuran antara limbah
medis dan limbah non medis pada wadah penampung limbah. Pada lokasi
pengumpulan masih ditemukan kantong plastik limbah medis yang rusak akibat lokasi
titik pengumpulan sementara belum di lengkapi dengan pintu dan kunci pengaman.
Pada waktu pengangkutan limbah dar sumber ke TPS LB3 troly untuk pengangkut
limbah diisi terlalu penuh, tinggi limbah medis padat melebihi tinggi troly pengangkut
limbah. Limbah medis padat yang telah dikumpulkan dari sumbernya disimpan di TPS
LB3 bersama dengan Limbah B3 lain.
Semula dalam mengolah limbah medis padatnya RSUD Raden Mattaher
menggunakan incenerator, namun karena RSUD Raden Mattaher Jambi belum
memiliki izin pengolahan limbahnya maka pada tahun 2014 saat dilakukan penilaian
PROPER oleh KLHK, RSUD Raden Mattaher Jambi mendapat predikat hitam.
Sejak tahun 2017 RSUD Raden Maataher Jambi bekerja sama dengan pihak
ketiga untuk melakukan pengolahan /pemusnahan limbah medis padatnya, waktu
pengambilan limbah medis padat oleh pihak ketiga antara 7 sd 14 hari, sehingga masa
penyimpanan limbah medis padat di TPS LB3 sebelum di lakukan pengolahan lebih
dari 24 jam hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015.

Adapun tujuan dari penelitian adalah : (1) Mengetahui pelaksanaan pengelolaan


limbah medis padat di RSUD Raden Mattaher Jambi dan (2) Menganalisis adakah
perbedaan pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis di RSUD Raden Mattaher
Jambi dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan

42
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2. Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan deskriptik kualitatif. Untuk penentuan


lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja (purpusive), Penelitian dilakukan selama
bulan April sampai dengan Juni tahun 2018.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan Pengambilan data dilakukan
melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini berdasarkan purpusive sampling (sengaja), cara penarikan sampel dilakukan dengan
cara memilih subjek berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu mereka mengerti dan
terlibat dalam pengelolaan limbah medis padat di RSUD Raden Mattaher Jambi yaitu
petugas sanitasi, perawat ruangan perawatan dan perawat IGD, Cleaning Servis ,
petugas pengumpul dan pengangkut limbah medis padat sebanyak 8 (delapan) orang.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Gambaran Umum RSUD Raden Mattaher Jambi


RSUD Raden Mathaher Jambi di bentuk berdasarkan Perda Nomor 6 tahun
2011. RSUD Raden Mathaher Jambi telah terakreditasi dengan nomor Kars-
Sert/331/IV/2016, Luas lahan RSUD Raden Mathaher Jambiadalah 78.425,90 m², dan
luas bangunan 46.373,17 m². RSUD Raden Mathaher Jambi mempunyai jumlah tempat
tidur sebanyak 443 tempat tidur dan tenaga kerja berjumlah 1569 orang yang terdiri
dari dokter, bidan, perawat, staf operasional dan karyawan pendukukung. Berdasarkan
hasil Rekam Medik RSUD Raden Mathaher Provinsi Jambi tahun 2017, tingkat hunian
(BOR) sebesar 53,61% dari 443 tempat tidur, sedangkan jumlah pasien rawat jalan
selama tahun 2017 sebanyak 63266 kunjungan atau rata rata sebesar 200 orang/hari.
Sedangkan kunjungan rawat inap selama 3 bulan yakni dari bulan Januari 2018 sampai
dengan Maret 2018 sebanyak 16982 kunjungan dengan jumlah rawat inap sebanyak

43
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

21116 orang.(MR RSUD Raden Mathaher Jambi,2018).

RSUD Raden Mathaher Jambi memiliki 13 (tiga belas) jenis pelayanan


kesehatan yaitu Poliklinik penyakit dalam, Poliklinik Kebidanan dan Penyakit
Kandungan,Poliklinik Penyakit Anak, Poliklinik Bedah ( bedah orthopedi,bedah
syaraf,bedah digestive,bedah tumor,bedah urologi), Poliklinik THT, Poliklinik
Penyakit Mata,Poliklinik Penyakit Syaraf, Poliklinik Penyakit Jantung, Poliklinik
Penyakit Paru,Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin, Poliklinik Gigi dan Mulut (
orthodontik,priodontologi), Poliklinik Penyakit Jiwa dan Poliklinik Konsultasi Gizi.
Sedangkan pelayanan penunjang medik terdapat 9 pelayanan yaitu Radiologi (CT-
Scan,Rontgent, USG,Panoramic), Patologi klinik (laboratorium Klinis), Patologi
Anatomi (Laboratorium Anatomi), Farmasi, Menyelenggarakan Kefarmasian 24 Jam,
Menyelenggarakan Radiologi 24 jam, membuka satelit farmasi dan membuka
pelayanan Unit Transfusi Darah RS. Untuk pelayanan penunjang dianostik ada 7
(tujuh) pelayanan yaitu pelayanan operasi (Instalasi bedah sentral, OK Emergensi),
Gawat Darurat, ICU/ICCU, Hemodialisa, Cardiopulmonary, Endoscopy dan Treadmil.
Untuk pelayanan medik lainnya berupa Medical check up, rehabilitasi medik (
Fisioterapi), pemulasan jenazah dan konsultasi HIV(VCT). Sedangkan untuk
pelayanan non medis berupa Gizi, sterilisasi,loundry,penyimpanan Limbah B3, dan
IPAL.

3.2. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Raden Mattaher


Jambi
3.2.1. Pemilahan dan Pewadahan
Untuk kegiatan pemilahan dan pewadahan ini RSUD Raden Mattaher Jambi
telah memiliki SPO yang berhubungan dengan kegiatan ini yaitu SPO Pengelolaan
Limbah Medis Padat Non Medis, SPO Pengelolaan Limbah Padat Medis Benda Lunak,
SPO Pengelolaan Limbah Padat Medis Benda Tajam dan SPO Pengelolaan Botol
Infus.
Disediakan 5 (lima) wadah penampung limbah yang telah dilengkapi kantong
plastik berwarna hitam untuk limbah domestik, kantong plastik kuning untuk Limbah

44
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

Medis Padat lunak (infeksius), Limbah Medis Padat botol dan Limbah Medis Padat
botol infus bekas. Untuk menampung untuk limbah padat non medis disediakan 1
(satu) wadah limbah, sedangkan 4 (empat) wadah penampung lainnya masing-masing
untuk Limbah Medis Padat lunak (infeksius), Limbah Medis Padat botol kaca dan
Limbah Medis Padat botol infus bekas. Untuk limbah benda tajam /jarum
menggunakan gerigen atau safety box tanpa dilapisi plastik. Perlakuan terhadap limbah
jenis ini sebelum dibuang tidak dilakukan pemisahan antara jarum dengan syringe,
sehingga safety box cepat penuh. Pengisian limbah benda tajam ke safety box belum
sesuai dengan PermenLHK No P.56/Menlhk-Setjen/2015, perlakuan untuk pengisian
wadah hanya sampai 3/4 bagian saja. Hal ini agar jarum aman tersimpan dalam kotak
sehingga tidak bisa digunakan lagi oleh pihak yang tidak berkepentingan.

Dari hasil kuesioner yang diberikan pada 8 (delapan) orang Responden 100%
menyatakan ya telah disediakan sarana untuk mendukung kegiatan pemilahan pada
sumber, dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Sarana dan Pelaksanaan Pemilahan

No Kompnen Jumlah Jawaban Respon %


Responden Ya Tidak Ya Tidak
1 Dilakukan pemisahan antara Limbah 8 - 100 -
Medis Padat dan non medis
2 Disediakan wadah limbah non medis 8 - 100 -
3 Disediakan wadah Limbah Medis Padat 8 - 100 -
4 Disediakan wadah Limbah Medis Padat 8 - 100 -
benda lunak /Infeksius
5 Disediakan wadah Limbah Medis Padat 8 - 100 -
benda lunak benda tajam
(jarum,scapel,dll)
6 Disediakan wadah Limbah Medis Padat 8 - 100 -
botol kaca
7 Disediakan wadah Limbah Medis Padat 8 8 - 100 -
botol infus bekas
8 Penempatan wadah limbah secara 8 - 100 -
bersisian / berdekatan antara limbah non
medis dengan Limbah Medis Padat Padat
9 Penempatan wadah limbah mudah 8 - 100 -
terlihat dan mudah terjangkau
10 Penempatan wadah limbah jauh dan 8 - 100 -
aman dari jangkauan pasien/pengunjung
Hasil 8 10 100

45
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

Tabel 1 diketahui untuk sarana dan pelaksanaan pemilahan yang telah


dilakukan oleh RSUD Raden Mattaher Jambi sudah sesuai dengan PermenLHK No:
P.56/MenLHK-Setjen/2015. Pada kenyataannya saat observasi pada wadah
penampung limbah di beberapa sumber penghasil Limbah Medis Padat, masih
ditemukan pemilahan yang salah tempat seperti jarum suntik yang sudah atau belum
direcapping (ditutup kembali setelah digunakan) dan kardus obat ada di kantong
kuning, sarung tangan dan masker disposable ada di kantong hitam. Hasil wawancara
dengan beberapa responden, menyatakan bahwa memang terkadang terjadi pemilahan
yang tidak pada tempatnya. Hal ini dikarenakan perilaku dan masih kurangnya
kesadaran dan kepedulian petugas medis terutama perawat dalam penanganan Limbah
Medis Padat non tajam maupun benda tajam. Padahal sering dilakukan sosialisasi
mengenai pemilahan dan pewadahan antara Limbah Medis Padat Padat, non medis,
dan benda tajam.

Menurut Satiti, dkk (2017;42) tingkat kepatuhan petugas dalam melaksanakan


SPO pengelolaan limbah rumah sakit masih dibawah standar yaitu < 100 %. Angka
kepatuhan petugas dalam pembuangan limbah infeksius masih rendah dibawah 29% -
56%. Tingkat kepatuhan untuk limbah benda tajam rata-rata petugas sudah banyak
yang patuh walau belum mencapai 100%.
Untuk pewadahan dari hasil kuesioner yang diberikan pada 8 (delapan) orang
Responden 100% menyatakan ya telah disediakan sarana untuk mendukung kegiatan
pewadahan pada sumber meliputi bahan wadah, kondisi wadah, pelabelan dan
penyediaan kantong plastik telah sesuai dengan peraturan demikian juga untuk
perlakuan pada Limbah Medis Padat. Hasil kuesioner untuk pemilahan dapat dilihat
pada Tabel 2 :

46
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

Tabel 2 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Sarana dan Pelaksanaan Pewadahan

No Komponen Jumlah Jawaban %


Responden Respon
Ya Tidak Ya Tidak
1 Apakah wadah penampung limbah 8 100
terbuat dari bahan yang kuat
2 Apakah wadah penampung limbah 8 100
terbuat dari bahan yang kuat terbuat
dari Bahan tahan karat
3 Apakah wadah penampung limbah 8 100
terbuat dari Bahan kedap air/tidak
bocor
4 Apakah wadah penampung limbah 8 100
terbuat dari Bahan tahan terhadap
benda tajam
5 Apakah wadah penampung memiliki 8 100
tutup yang mudah dibuka 8
6 Apakah wadah penampung Limbah 8 100
Medis Padat dilapisi kantong plastik
berwarna kuning
7 Apakah wadah penampung Diberi 8 100
label /simbol sesuai karekteristik
limbah
8 Apakah kantong plastik selalu 8 100
Tersedia dan terpasang pada wadah
Limbah Medis Padat Padat
9 Apakah kantong plastik Terbuat dari 8 100
bahan yang kuat dan tidak mudah
bocor
10 Apakah Logo pada plastik limbah 8 100
sesuai dengan karekteristik limbah
Hasil 8 10 100

Dari observasi yang dilakukan, untuk pewadahan sarana yang telah disediakan
oleh RSUD Raden Mattaher Jambi telah sesuai dengan PermenLHK No.P.56/Menlhk-
Setjen/2015. Wadah yang digunakan untuk menampung limbah terbuat dari plastik

47
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

fiberglass yang kuat, anti bocor, tidak karat, menggunakan penutup dan mudah
dibersihkan. Keuntungan dari wadah yang mempunyai tutup yang mudah dibuka dan
ditutup tanpa mengotori tangan adalah upaya untuk meminimalkan terjadi kontak
antara petugas dengan wadah, sehingga kemungkinan resiko untuk terkontaminasi
oleh kuman penyakit yang ada di limbah tersebut menjadi lebih kecil. Wadah di
letakkan pada setiap ruangan perawat di lokasi yang mudah terlihat dan mudah
dijangkau. Hal ini dilakukan untuk memudahkan perawat dalam melakukan
pembuangan limbah yang dihasilkan. namun tetap terlindung dari pasien atau
pengunjung rumah sakit.

Masing – masing wadah ditempeli dengan label sesuai dengan karekteristik


limbah, hanya pada penulisan label belum seragam pada setiap ruangan, ada yang
hanya menuliskan karekteristik limbah saja tapi ada juga yang menuliskan kategori
dari karekteristik limbah tersebut, kecuali jerigen yang pelabelannya ditempel pada
dinding.

Jenis dan timbulan Limbah Medis Padat pada setiap ruangan penghasil limbah
berbeda-beda, tergantung jenis pelayanan yang diberikan serta kunjungan pasien
terhadap ruangan pelayanan. Jenis Limbah Medis Padat berupa jarum suntik, spuit,
selang infus, plabot infus, placon, kateter, kassa bekas, kateter, handscond/ sarung
tangan disposable, masker disposable, blood lancet disposable, botol/ ampul obat,
pembalut bekas, kapas/perban/ lap yang terkena darah atau cairan tubuh, selang tranfusi
darah, pembalut bekas, alcohol swab. Timbulan Limbah Medis Padat biasanya berasal
dari ruang perawatan/unit obstetric, unit emergency, unit laboraturium, ruang mayat,
patologi, autopsi, unit isolasi, unit perawatan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hendra Amien,dkk (2015; ) di rumah sakit
Peru Kabupaten Jember diketahui bahwa dari berat total limbah padat medis sebesar
20.08 kg/hari dengan rata –rata limbah padat medis sebesar 1,35 kg/unit/hari sedangkan
volume limbah padat medis sebanyak 160 l/hari, dengan rata –rata volume limbah
padat medis sebesar 11,42 liter/unit/hari. Berdasarkan karekteristik terlihat sampah
botol plastik berupa botol infus sebagai penyumbang terbesar Limbah Medis Padat

48
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

sebanyak 49,67%, jarum suntuk sebanyak 7,4%,sputum dahak dan urin sebanyak
5,27% dan botol sisa obat-obatan sebanyak 7,02, kantong darah sebanyak 0,67% dan
masker sebesar 0,97% dan limbah non medis sebanyak 23,94%.

Untuk mengetahui jenis Limbah Medis Padat dan jumlah timbulan Limbah
Medis Padat di RSUD Raden Mattaher Jambi dapat dilihat pada Tabel 3 :

Tabel 3 Jenis Limbah Medis Padat Berdasarkan Sumbernya

Sumber Jenis Limbah Medis Padat Padat


Jarum suntik, spuit, selang infus, plabot infus, placon, kateter, kassa
bekas, kateter, handscoen/ sarung tangan disposable, masker disposable,
Rawat inap blood lancet disposable, botol/ ampul obat, pembalut bekas,
kapas/perban/ lap yang terkena darah atau cairan tubuh, selang tranfusi
darah, pembalut bekas, alcohol swab.
Jarum suntik, spuit, selang infus, botol infus, kateter, sarung tangan
IGD
disposable, masker disposable, botol/ampul obat, pembalut bekas, kassa,
kapas/ perban/ lap yang terkena darah atau cairan tubuh.

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jenis limbah yang dihasilkan oleh
Rawat Inap, dan IGD adalah Limbah B3 dengan karekteristik infeksius, benda tajam
dan botol infus bekas.
Sedangkan timbulan dan persentase limbah medis padat pada RSUD Raden
Mattaher Jambi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 8 (delapan) hari
dari tanggal 23 Juni sd 30 Juni 2018, dapat dilihat pada Grafik 1 dan 2 :

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat
di RSUD Raden Mattaher Jambi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis padat di RSUD Raden Mattaher
Jambi belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

49
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

Kehutanan Nomor : P.56/MenLHK-Setjen/2015 tentang tata cara dan persyaratan


teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tetapi masih masuk dalam kategori baik, namun pada beberapa
komponen yang masih terdapat kekurangan dan perlu perbaikan, antara lain :
a. Pemilahan belum 100% berjalan dengan optimal, masih terjadinya
pencampuran antara limbah medis padat dengan non medis dan limbah benda
tajam belum dilakukan pemisahan antara spuit dengan nald.
b. Pengumpulan dan pengangkutan, untuk pencucian wadah limbah dan troly
belum menggunakan desinfektan.
c. untuk sarana pada lokasi tempat pengumpulan sementara di sumber penghasil
harus dilengkapi pintu dan terkunci sehingga tidak bisa diakses oleh pihak
yang yang tidak berkepentingan.
d. Pengisian limbah pada wadah melebihi ¾ wadah, dan troly pengangkutan juga
diisi terlalu penuh, tinggi limbah melebihi tinggi troly sehingga troly tidak bisa
ditutup.
e. Penyimpanan limbah medis padat untuk limbah infeksius di TPS LB3 lebih
dari 24 jam, beresiko menjadi mata rantai penularan penyakit di lingkungan
RSUD Raden Mattaher Jambi
f. Pemakaian APD pada petugas celaning servis, pengumpul dan pengangkut
belum sesuai dengan peraturan
2. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa ada Perbedaan antara
pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis padat di RSUD Raden Mattaher
Jambi dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.56/MenLHK-Setjen/2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan meliputi
prilaku dari petugas yang terlibat dalam pengelolaan limbah medis padat, nilai
Asymp.Sig sebesar 0,06.

50
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. (2007). Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta:


Grafindo Persada
Anonim, (2013), Pedoman Pengelolaan Limbah Medis Padat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Direktorat Jenderal Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, (2014), Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Peraturan Pemerintah
Nomor 101, Jakarta
Anonim, (2004), Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Direktorat
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, (2017), Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
Anonim, (2015), Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta
Anonim, (2009), Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor
32, Jakarta
Anonim, (2009), Tentang Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 44, Jakarta
Amien, Hendra, Anita Dewi Moelyaningrum, Rahayu Sri Pujiati, (2015)
Timbulan Limbah Padat Medis di Rumah Sakit Paru Kabupaten Jember
(Medical Solid Waste in Paru Hospital, Jember Regency), Artikel Ilmiah
Hasil Penelitian Mahasiswa, Universitas Jember.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jambi, (2015), Manajemen
Limbah Rumah Sakit di Provinsi Jambi, Pemerintah Daerah Provinsi Jambi,
Jambi
Idawaty, Desi Erika, Henny Medyawati, (2011), Evaluasi Sistem Manajemen
Pengelolaan Limbah Rumah sakit ( Study Kasus pada RSUP Persahabatan,
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur dan Sipil),
Volume 4 Oktober. Universitas Gunadarma, Depok
Kakambong, Bebi Darlin, Harvani Boky, Rahayu H Akili, (2017), Analisis
Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit TK. III Robert Wolter
Monginsidi Manado, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Triana, Nenny, Soedjajadi Keman, (2006), Evaluasi Pengelolaan Sampah Padat di
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya, Universitas Airlangga, Surabaya.

51
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101

Saghita, Elnovrian Purnama, Thamrin, Dedi Afandi, (2012), Analisis Minimisasi


Limbah Padat Medis di RS PB. Jurnal Photon, Volume 7, Nomor 2, Mei,
FMIPA-UMRI
Satiti, Astri Budhi,Putri Asmita Wigati, Eka Yunila Fatmasari (2017) Analisis
Penerapan Standard Precautions Dalam Pencegahan dan Pengendalian Hals
(Healthcare Associated Infections) di RSUD RAA Soewondo Pati, Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 5, Nomor 1, Januari, Universitas Universitas
Padjajaran
Widiartha, Komang Yudha. 2012. Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis
Puskesmas di Kabupaten Jember. Universitas Jember.
Wulandari, Puri. 2012. Upaya Minimisasi dan Pengelolaan Limbah Medis di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011. Universitas Indonesia, Depok
Yunianti, Ni Putu Wendi. Analisis Upaya Minimisasi Limbah Dalam
Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis Rawat Inap Rumah
Sakit Tugu Ibu Depok Tahun 2012. (2012), Universitas Indonesia,
Depok.
Yahar (2011), Study Tentang Pengelolaan Limbah Medis di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Barru, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, Makasssar.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.2014. Hasil Penilaian PROPER
Periode 2013-2014. http://www.menlh.go.id/hasil-penilaian-proper-periode-
2013-2014/ (diakses tanggal 9 Januari , 2018 jam 21.45 wib)
Rizka Utama, 2014. Dampak Limbah Medis Rumah Sakit Terhadap Lingkungan.
Jurnal Lingkungan Hidup.
https://uwityangyoyo.wordpress.com/2014/01/04/dampak-limbah-medis-
rumah-sakit-terhadap-lingkungan/diakses tanggal Januari 4, 2018 jam 20.45
wib)

52

Anda mungkin juga menyukai