Manajemen Kelompok 3 - 2 PDF
Manajemen Kelompok 3 - 2 PDF
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat taufik serta hidayah-
nya atas terselesaikannya laporan” Sistematika Pelaporan Manajemen Keperawatan Di Ruang
Paviliun Rs. Graha Sehat Kraksaan Probolinggo”.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas pada Praktik Profesi Ners di STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
Pada penyusunan laporan ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan namun berkat
bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga laporan ini dapat
terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat penyusun sampaikan terima kasih kepada :
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H., M.M., selaku Ketua Yayasan Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim,SKM.,S.kep.,Ns.,M.kes selaku ketua Stikes Hafsyawaty Pesantren
Zainul Hasan Proboliggo.
3. Dodik Hartono S,Kep.,Ns.,M.Tr.Kep. selaku ketua Prodi Profesi Ners Stikes Hafsyawaty
Pesantren Zainul Hasan Proboliggo.
4. Iin Aini Isnawati, S.Kep,Ns, M. Kes. selaku pembimbing yang banyak meluangkan
waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan laporan ini.
5. Semua rekan kelompok tiga seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demi
terselesaikannya laporan ini.
6. Dan juga semua pihak yang terkait dalam penyelesaian laporan ini yang tidak bisa saya
sebutkan semuanya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang di berikan dan
semoga laporan ini berguna baik bagi penyusun maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umun .............................................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 3
1.3.1 Bagi Klien................................................................................................... 3
1.3.2 Bagi Perawat ............................................................................................... 3
1.3.3 Bagi Ruang dan Rumah Sakit ...................................................................... 3
BAB 2 PENGKAJIAN ............................................................................................... 4
2.1 Pengumpulan Data ................................................................................................. 4
2.1.1 Orientasi Ruangan ..................................................................................... 4
2.1.2 Analisa SWOT ........................................................................................... 77
2.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................ 84
2.3 Prioritas Masalah .................................................................................................... 88
BAB 3 PERENCANAAN ........................................................................................... 89
BAB 4 PELAKSANAAN ........................................................................................... 92
BAB 5 EVALUASI ..................................................................................................... 93
5.1 Evaluasi Struktur ................................................................................................. 93
5.2 Evaluasi Proses .................................................................................................... 93
5.3 Evaluasi Hasil ...................................................................................................... 95
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................96
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 96
6.2 Saran ................................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 98
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum,
dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Proses
dalam manajemen bersifat dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen juga merupakan proses mengorganisir sumber-sumber untuk
mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi,
filosofi organisasi. Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M
(Man, Money, Material, Method, Market). Dalam setiap kegiatan manajemen selalu
diawali dari perencanaan dan diakhiri dengan pengontrolan yang merupakan suatu siklus
yang berulang (Mugianti, 2016).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien
(Gillies, 1989). Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan
professional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi
manajemen diantaranya yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan
pengendalian (Nursalam, 2014)..Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis.
Keberhasilan manajemen keperawatan dalam ruangan harus dapat menyesuaikan dengan
kondisi ruangan perawatan dan sesuai dengan sumber daya manusia yang ada, termasuk
dukungan dari pemegang kebijakan.
Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan dan
asuhan keperawatan dapat tercapai. Manajer keperawatan yang efektif seyogianya
memahami hal ini dan mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana yang meliputi
penggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya,
melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan
yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana (Mugianti, 2016).
1
Manajemen keperawatan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan,
karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta
pentingnya pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi. Proses manajemen satu unit pelayanan kesehatan mencangkup manajemen
asuhan dan manajemen pelayanan, dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan
terintregasi di dalam sebuah Rumah Sakit.
Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan terhadap pelayanan kesehatan masyarakat
bermula dari pendirian suatu apotek yang berdiri sejak tahun 1998. Selanjutnya,
pelayanan apotek tersebut dikembangkan dengan mendirikan Praktek Bersama Dokter
Spesialis, dan pendirian Laboratorium Klinik “Sehat” tahun 2002 diatas lahan seluas 300
m2. Usaha berkembang semakin pesat dan pelayanan kesehatan semakin dibutuhkan
masyarakat sebagai penunjang pelayanan kesehatan., maka pada tanggal 13 Desember
2003 diresmikanlah Klinik Umum dan Bersalin (Klinik Sehat) oleh Bapak Bupati Kab.
Probolinggo Drs. H. Hasan Aminudin, M.Si. , yang saat itu juga merupakan satu-satunya
klinik umum di kabupaten Probolinggo.
Berdasarkan uraian diatas, langkah mewujudkan pelayanan keperawatan yang
berkualitas mahasiswa Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo melakukan Praktik Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan yang
dilakukan di Ruang Paviliun Rumah Sakit Graha Sehat agar manajemen keperawatan
khususnya yang terfokus pada perencanaan peningkatan kualitas pelayanan yang ada di
rumah sakit dapat lebih berkualitas dan lebih baik lagi.
1.2 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menganalisa praktik manajemen keperawatan dan dapat menerapkan
prinsip-prinsip manajemen keperawatan sesuai dengan model praktik
keperawatan profesional di Ruang Paviliun Rumah Sakit Graha Sehat.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum diatas, tujuan khusus yang ingin dicapai dari praktik
ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengkajian situasi di Ruang Paviliun Rumah Sakit Graha Sehat
sebagai dasar untuk menyusun rencana strategi dan operasional;
2. Menganalisa manajemen pelayanan keperawatan secara sistematis dengan
yang berfokus pada man, money, material, method, dan machine di Ruang
Paviliun Rumah Sakit Graha Sehat.
2
3. Menganalisa strenght, weakness, opportunity, threath (SWOT) dari
pengkajian yang telah dilakukan di Ruang Paviliun Rumah Sakit Graha
Sehat.
4. Menyusun rencana strategi dan operasioanal di Ruang Paviliun Rumah Sakit
Graha Sehat dari pengkajian yang telah dilakukan;
5. Menyusun planning, organizing, actuacting (POA) di Ruang Paviliun
Rumah Sakit Graha Sehat;
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Klien
Meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada klien oleh petugas.
1.3.2 Bagi Perawat
a. Meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh perawat sehingga
meningkatkan kepuasan klien
b. Meningkatkan kesejahteraan perawat dengan manajemen keperawatan yang
baik
1.3.3 Bagi Ruangan dan Rumah Sakit
a. Mendapatkan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada klien
b. Memberikan contoh aplikasi pelaksanaan manajemen keperawatan agar
kegiatan keperawatan dapat berjalan lebih optimal.
3
BAB II
PENGKAJIAN
2.1 Pengumpulan Data
2.1.1 Orientasi Ruangan
1. Profil Rumah Sakit
Peran Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat bermula dari pendirian suatu apotek yang berdiri sejak tahun 1998.
Selanjutnya, pelayanan apotek tersebut dikembangkan dengan mendirikan Praktek
Bersama Dokter Spesialis, dan pendirian Laboratorium Klinik “Sehat” tahun 2002
diatas lahan seluas 300 m2. Usaha berkembang semakin pesat dan pelayanan
kesehatan semakin dibutuhkan masyarakat sebagai penunjang pelayanan kesehatan.,
maka pada tanggal 13 Desember 2003 diresmikanlah Klinik Umum dan Bersalin
(Klinik Sehat) oleh Bapak Bupati Kab. Probolinggo Drs. H. Hasan Aminudin, M.Si. ,
yang saat itu juga merupakan satu-satunya klinik umum di kabupaten Probolinggo.
Klinik Sehat yang dikelola oleh CV Graha Sehat Lestari mendapatkan Izin
Operasional tetap dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Status kepemilikan
Klinik Sehat kemudian diubah menjadi PT Graha Sehat Lestari Kraksaan sebagai
persyaratan pengajuan menaikkan status menjadi Rumah Sakit Umum Graha Sehat
Kraksaan, berdasarkan Izin Operasional Tetap yang diterbitkan oleh Menteri
Kesehatan RI per tanggal 27 Agustus 2008.
Sejalan dengan upaya meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit Graha
Sehat, dilakukan serangkaian pembenahan manajemen dan pembangunan fisik
(gedung) secara menyeluruh, sehingga pada tahun 2012 Rumah Sakit Graha Sehat
telah terakreditasi sebagai rumah sakit swasta yang pertama di Kraksaan, kabupaten
Probolinggo dan ditetapkan sebagai rumah sakit umum tipe C.
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien akan terus menerus
dikembangkan oleh Rumah Sakit Graha Sehat yang berlokasi di jalan Raya Panglima
Sudirman Nomor 2 Kraksaan, kabupaten Probolinggo, dengan memberikan pelayanan
kesehatan rawat jalan, gawat darurat, rawat inap, dan pelayanan penunjang medis
serta pelayanan penunjang non medis. Upaya ini akan senangtiasa dilakukan untuk
melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dalam mewujudkan
visi dan misi Rumah Sakit Graha Sehat, sebagai rumah sakit pilihan masyarakat di
kabupaten Probolinggo.
A. Adapun Visi, Misi dan Motto RS Graha Sehat Kraksaan dan Ruang Paviliun
4
a. Visi
Menjadikan Rumah Sakit dengan pelayanan PRIMA pilihan utama seluruh
masyarakat
b. Misi
1) memberikan pelayanan kesehatan Gawat darurat, rawat jalan, rawat inap dan
penunjang
2) memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, berstandar keselamatan
pasien
3) memberikan fasilitas kesehatan, sarana prasarana yang aman dan nyaman
kepada pasien
4) meningkatkan pengembangan sumber daya manusia rumah sakit
c. Motto
Kesembuhan dan Kepuasan Pasien adalah Tujuan Utama Kami
Sedangkan dalam ketersediaan kamar yang ada yaitu dapat terbagi sebagai
berikut:
1) intensif care unit (ICU) dengan kapasitas 2 tempat tidur
2) kelas 1 dengan kapasitas 9 tempat tidur
3) kelas 2 dengan kapsitas 20 tempat tidur
4) kelas 3 dengan kapasitas 24 tempat tidur
5) NICU dengan kapasitas 3 tempat tidur
6) PICU dengan kapasitas 2 tempat tidur
7) VIP dengan kapasitas 4 tempat tidur
8) VVIP dengan kapasitas 2 tempat tidur
Dalam ketersediaan ruang pavilion yaitu ada VIP dan VVIP. Adapun pembagian
untuk fasilitas pavilion yaitu sebagai berikut :
1) VIP :
a) fasilitas : 1 tempat tidur, lemari pakaian, kulkas, AC, TV, meja makan,
sofa, kamar mandi di dalam. Dengan tariff : kamar (Rp. 400.000), dokter spesialis
(Rp. 150.000), dokter umum (Rp. 80.000)
b) VVIP
a) fasilitas : bed penunggu pasien, air panas, 1 tempat tidur, lemari pakaian,
kulkas, AC, TV, meja makan, sofa, kamar mandi di dalam. Dengan tarif : kamar
(Rp. 500.000), dokter spesialis (Rp. 200.000), dokter umum (Rp. 90.000)
5
STRUKTUR ORGANISASI DIRUANG PAVILIUN
RS GRAHA SEHAT KRAKSAAN
DIREKTUR
dr. Kartodinoto
NIK: 137012015
KOMITE KEPERAWATAN
MANAGER KEPERAWATAN Veronita Suryati, S.Kep,Ns
Faid Mursyid Madani S.Kep.Ns. NIK: 124082015
NIK: 41112010
PERAWAT PELAKSANA
Putri Permatasari, Amd. Keb
NIK: 263042017
Izhati Choirina, Amd. Keb
NIK: 245082017
Irma Maulidya, Amd. Keb
NIK: 159072016
Fatimatuz Zahro, Amd. Kep
NIK: 219072019
6
2. Ketenagaan (Man/M1)
a. Analisis ketenagaan jumlah tenaga keperawatan, medis dan non keperawatan
Ruang paviliun RS graha sehat kraksaan merupakan ruang rawat inap khusus
untuk kasus penyakit dalam genekol. Ruang paviliun RS graha sehat kraksaan
memiliki lima (5) tenaga perawat yang terdiri dari (2) perawat Ners dan (3)
perawat ahli madya. Dan (4) D3 kebidanan Untuk tenaga medis ada 5 dokter
sepesialis dan dokter umum dan untuk tenaga non medis ada (6) yaitu terdiri dari
clening service (5) petugas dan prakarya dan administrasi (1) . Komposisi tenaga
perawat di ruang paviliun dibagi menjadi 1 KANIT (D3), 2 kepala jaga (Ners), 1
kepala jaga (D3 keperawatan ) dan kepalajaga (D3 kebidanan) sedangkan perawat
pelaksana (3 D3 Keb dan D1 keperawan). Untuk non perawat prakarya 1 dan 4
ceaning service .
a. Tenaga Keperawatan
No. Nama Pendidikan
1. Badrina Mahdelena D3 keperawatan
2. Yuyun Putri H D3 kebidanan
3. M. Salman A S1 keperawatan
4. Dedinata H D3 keperawatan
5. Husnul Wafa S1 keperawatan
6. Izhati Choirina D3 kebidanan
7. Irma Maulidiyah S1 kebidanan
8. Putri Permatasari D3 kebidanan
9. Fatimatuzzahro D3 keperawatan
a. Tenaga Medis
No Nama Kualisifikasi
1 Dr. Fauziah Spesialis Paru
2 Dr. Ziadul Spesialis Orto
3 Dr. Abror Spesialis Bedah
4 Dr. Nanik Spesialis Penyakit
Dalam
5 Dr. Reza Spesialis THT
7
a. Tenaga Non Keperawatan
No Nama Pendidikan
1. Eko SMA
3. Muklis SMA
3. Dina SMA
4. Mulyadi SMA
5 idia Nur K D1
Keterangan Pelatihan:
8
1. BHD
3. Komunikasi efektif
4. Clinical Pathway
Pada ruang paviliun dapat 9 perawat dan bidan yang mengikuti dan memiliki
sertifikat pelatihan. Pelatihan tersebut antara lain BHD dan Code Red (Kewaspadaan
Bencana) yang rutin dilaksanakan setiap 3 bulan sekali; pelatihan komunikasi efektif
dan Clinical Pathway yang rutin dilaksanakan setiap 1 tahun sekali; serta pelatihan
standart diagnosa keperawatan yang rutin dilaksanakan setiap 1 tahun sekali.untuk
pelatihannya ada pelatihan internal dan eksternal yang mana untuk pelatihan ekternal
itu ada perwakilan ruanagan yang dikirim untuk melakukan pelatihan kemudian
hasil dari pelatihan kemudian di presentasikan ke perawat ruangan untuk menambah
pengetahuan .adapun Pelatihan merupakan salah satu cara yang paling efektif agar
kompetensi perawat dapat berkembang, selain meningkatkan knowledgeskill dari
perawatitu sendiri juga akan terasah dan mendapatkan ilmu baru. Pada dasarnya
perawat yang betugas pada sebuah instalasi rawat inap masih belum terdapat
standart yang baku terkait keikutsertaan dalam setiappelatihan. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pelatihan yang
diadakan oleh rumah sakit dan diikuti oleh tenaga keperawatan maka semakin
meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh setiap perawat, sehingga pelayanan
yang diberikan dapat lebih optimal dan berjalan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan.
RS. Graha sehat juga memberikan kesempatan untuk belajar lebih lanjut (ijin
belajar) bagi perawat ruang yang memiliki keinginan untuk melanjutkan kejenjang
pendidikan melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit graha sehat.).
Berdasarkan hasil dari kesepakatan Asosiasi Instusi Pendididikan Ners Indonesia
(AIPNI) dengan kementrian RI dalam rapat RTA AIPNI pada 13 Oktober 2016 yaitu
perbandingan perawat profesi dan perawat vokasional dalam satu ruangan yaitu
untuk perawat profesi 40% dan untuk perawat vokasional 60%.
Berdasarkan hasil pada pengkajian tenaga keperawatan di Ruang Paviliun di RS
graha sehat dengan total tenaga keperawatan yang berjumlah (2) perawat ners dan
9
(3) D3 keperawatan dan (4) D3 kebidanan , Hal tersebut sesuai dengan peraturan
AIPNI 2016.
Ruang paviliun graha sehat kraksaan memiliki struktur organisasi yang telah
berjalan sesuai dengan tugas masing-masing perawat yaitu dengan menggunakan
metode tim, dengan jumlah 5 perawat dan 4 bidan dengan komposisi 4 ketua jaga
dan 4 perawat/bidan pelaksana. Hal ini sesuai dengan Jenis model asuhan
keperawatan yang menyebutkan bahwa metode kasus Menurut Sitorus (2006), pada
metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien
secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat
bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Dan
untuk metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
Namun pada metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal
sehingga para pakar mengembangkan metode keperawatan primer (Douglas,1992).
Sedangkan menurut data ruangan yaitu ketua jaga 4 (2 ners, 1 bidan dan 1 D3
keperawatan) dan perawat pelaksana ada 4(1 D3 dan 3 D3 kebidanan) petugas.hal
tersebut sesuai dengna teori kasus menurut sitorus (2006) untuk keterangan di
lapangan menyatakan bahwasannya memakai metode TIM.
c. Tingkat ketergantungan pasien
Menurut Douglas (2010) terdapat tiga pengelompokan yang digunakan untuk
mengetahui tingkat suatu ketergantungan pada pasien yang dikaji di Ruang tulip
selam 2 hari yaitu perawatan mandiri, perawatan partial dan perawatan total yang
disesuaikan berdasarkan kriteria berikut:
1) Self Care: pasien dapat mandiri atau hampir tidak membutuhkan bantuan dari
perawat
a) Mampu naik-turun tempa tidur
b) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c) Mampu makan dan minum
d) Mampu mandi sendiri/mandi Sebagian dengan bantuan
e) Mampu membersihakn mulut
10
f) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
g) Status psikologi stabil
h) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
i) Operasi ringan
2) Partial Care: pasien membutuhkan sebagian bantuan perawat atau perawatan
intermediate
a) Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-turun tempat tidur
b) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi dan berjalan
c) Membutuhkan bantuan untuk makan
d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
f) Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK
g) Post operasi minor 24 jam
h) Melewati fase akut dari post operasi mayor
i) Fase awal dari penyembuhan
j) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
k) Gangguan emosional ringan
3) Total Care: pasien membutuhkan bantuan perawat penuh dan memerlukan
perawatan yang lebih lama atau perawatan total
a) Membutuhkan bantuan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong atau kursi roda
b) Membutuhkan Latihan pasif
c) Membutuhkan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus)
atau NG tube (sonde)
d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
f) Dimandikan perawat
g) Dalam keadaan inkontinensia
h) 24 jam post mayor
i) Pasien tidak sadar
j) Keadaan pasien tidak stabil
k) Observasi TTV setiap kurang dai 1 jam
l) Perawatan luka bakar
m) Perawatan kolostomi
11
n) Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
o) Menggunakan WSD
p) Irigasi kandung secara terus menerus
q) Menggunakan alat traksi
r) Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang
s) Gangguan emosional berat, bingung DNA disorientasi
Menurut Douglas dalam Nursalam 2014disebutkan bahwa standart waktu pelayanan
pasien rawat inap dikategorikan sebagai berikut:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/hari
2) Perawatan intermediet/partial memerlukan waktu 3-4 jam/hari
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/hari
12
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
a. Pengaturan Ketenagaan
Jumlahtenaga
yangdiperlukantergantungdarijumlahpasiendantingkatketergantungannya.Klasisifikasi
derajatketergantunganpasiendibagimenjaditigakelompokyaitu:
1. Perawatan Minimal, memerlukaan 1 - 2 jam/24 jam
2. PerawatanPersial, memerlukaan waktu 3- 4 jam/24 jam
3. PerawatanTotal, memerlukaan waktu 5 - 6 jam/24 jam
Untukmenentukantingkatketergantunganpasienkelompokmenggunakanklasifik
asidancriteriatingkatketergantunganpasienberdasarkan Orem, yaituteori Self Care
Deficit.
b. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan klien di ruang General dengan menggunakan
instrumen penilaian ketergantungan klien menurut Orem; Minimal, Partial, Total care
(Nursalam, 2010). Menurut Douglas, dan menurut Gillies Klasifikasi ketergantugan
pasien dibagi menjadi 3 katagori, yaitu:
1. Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
2. Perawatan Persial dengan waktu 3-4jam/24 jam
3. Dan perawatan total dengan waktu 5-6 jam/24jam.
1. Menurut perhitungan Gilies (2012)
13
a) Tingkat ketergantungan klien di ruang General dihitung dengan
menggunakan instrumen penilaian ketergantungan klien menurut orem :
Minimal, parsial, total care (nursalam,2010). Menurut perhitungan Gillies
(2012) di dapatkan data pada tanggal 5 Agustus 2020.Dengan rata-rata
jumlah pasien 4 orang. Tingkat ketergantungan :
1MC x 2 jam = 2
2 PC x 4 jam =8
1 TC x 6 jam =6
16 :4 = 4 jam
Jumlah total rata – rata jam perawat per hari
= 4 Jam
2. Rata-rata pasien per hari
=4
= 4 Orang
3. Perhitungan jumlah tenaga perawat yang dinas di ruang General
Rumus :
Rata-rata pasien/hari x rata-rata jam perawatan/hari x hari kerja satu th
(Hari kerja dalam satu tahun – jumlah hari libur/tahun) x jumlah jam kerja
= 4 x 4 x 365
365 - 108 x 7
= 5840
1799
= 3,24
4. Perhitungan jumlah tenaga perawat per 24 jam
Rata-rata pasien/hari x rata-rata jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja/ hari
4x 4= 16 orang = 2,28 orang = 2 orang
7 7
5. Prosentase distribusi tenaga per hari
a. Pagi = 47 % x 4 = 1,88 = 2 orang
14
b. Sore = 36 % x 4 = 1,44 = 1orang
c. Malam = 17% x 4 = 0,68 = 1orang
6. Jumlah perawat yang libur/hari
Jumlah hari yang tidak kerja/tahun x tenaga yg di butuhkan/24 jam
Jumlah harikerja/tahun
= 108 X 4
257
= 1,7 = 2 orang
8. Tingkat ketergantungan pasien di hitung setiap hari dengan total Bed diruang
paviliun 6 bed, mulai tanggal 05 Agustus 2020 dengan rumus need (douglas),
antara lain:
15
Jumlah tenaga perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
PAGI : 2 orang
SORE : 1 orang
MALAM : 1 orang +
4 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari
108x4= 432= 1,6 dibulatkan menjadi 2 orang
257 257
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas tanggal 05 Agustus 2020 adalah :
4 orang + 2 orang struktural (Kepala Ruangan,kepala jaga) = 13 orang.
16
17
e. Alur Masuk Pasien
PENDAFTARAN PASIEN
DIDAMPINGI:
1. KELUARGA
IGD 2. PIHAK
POLI BERWENANG
PENDAFTARAN
PERAWATAN PASIEN
PEMBAYARAN
PERAWATAN DI
LOKET TERPADU
18
atau perawat IGD akan mengantarkan pasien ke ruangan, dalam hal ini adalah ruang
Tulip untuk pasien dengan penyakit dalam. Diruang Tulip, perawat IGD melakukan
timbang terima dengan perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan perawatan yang
dibutuhkan pasien sesuai dengan indikasi. Pasien kemudian menjalani perawatan
hingga pasien dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu rujukan. Apabila pasien
dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu rujukan, keluarga harus menyelesaikan
pembayaran perawatan di loket terpadu. Namun saat pasien keluar rumah sakit diluar
jam kerja atau hari libur, tugas administrasi ruangan digantikan oleh perawat yang jaga
pada saat tersebut.
Alur masuk ruang pavilion jika pasien dari poli spesialis dimulai saat pasien
melakukan pendaftaran kemudian pasien melakukan pemerikssaan sesuai dengan poli
spesialis yang akan dituju. Jika pasien disarankan untuk rawat inap, pasien kemudian
melakukan pendaftaran untuk menjalani rawatinap. Setelah itu petugas menyiapkan
ruangan, Kemudian perawat atau transporter poli spesialis melakukan timbang terima
ke perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan keperawatan di ruangan dan pasien
menjalani perawatan hingga pasien dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu
rujukan, jika pasien dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu rujukan,
keluarga harus menyelesaikan pembayaran perawatan di loket terpadu.
Alur masuk ruang Tulip jika melalui ruang lain, dimulai dengan pemeriksaan oleh
DPJP ataupun jika terdapat permintaan dari pihak pasien untuk pindah ruang/kelas. Jika
semua prosedur administrasi telah di setujui, perawat ruangan lain seperti ruang OK,
ruang ICCU, ruang HD, dan ruangan lain di RS graha sehaat akan melakukan
pemesanan kamar di ruang tulip. Perawat ruang Tulip kemudian menyiapkan kamar
dan prosedur perpindahannya akan sama seperti alur masuk klien dari IGD maupun
poli.
3. Sarana dan prasarana (M2/Material)
Standart sarana dan prasarana rumah sakit
A. Pemilihan lokasi.
Lokasi harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke jalan raya
dan tersedia infrastruktur dan fasilitas dengan mudah, misalnya tersedia
pedestrian, Aksesibel untuk penyandang cacat
19
kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan
harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur
tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi
jalan terhadap tapak bangunan dan lain-lain.
20
Fasilitas Pengolahan Air Bersih (;Water Treatment Plant) yang
menjamin keamanan konsumsi air bersih rumah sakit, terutama
pada daerah yang kesulitan dalam menyediakan air bersih.
B. Massa Bangunan.
(8) Intensitas antar Bangunan Gedung di RS harus memperhitungkan jarak
antara massa bangunan dalam RS dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut ini :
a. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
b. Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
c. Kenyamanan;
d. Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan;
21
KLB menentukan luas total lantai bangunan yang boleh dibangun.
Misalkan Ketentuan KLB suatu daerah adalah maksimum 3 dengan
KDB maksimum 60% maka luas total lantai yang dapat dibangun
adalah 3 kali luas total area area/tanah dengan luas lantai dasar
adalah 60%.
c. Koefisien Daerah Hijau (KDH)
Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan
gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
daerah setempat tentang bangunan gedung, harus diperhitungkan
dengan mempertimbangkan
1. daerah resapan air
2. ruang terbuka hijau kabupaten/kota
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%,
harus mempunyai KDH minimum sebesar 15%.
d. Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Pagar (GSP)
Ketentuan besarnya GSB dan GSP harus mengikuti ketentuan yang
diatur dalam RTBL atau peraturan daerah setempat.
(10) Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang
berlaku).
(11) Pengembangan RS pola vertikal dan horizontal
Penentuan pola pembangunan RS baik secara vertikal maupun
horisontal, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
diinginkan RS
(12) Kebutuhan luas lantai untuk rumah sakit pendidikan disarankan + 110
m2 setiap tempat tidur. 2)
(13) Sebagai contoh, rumah sakit pendidikan dengan kapasitas 500 tempat
tidur, kebutuhan luas lantainya adalah sebesar + 110 (m2/tempat tidur)
x 500 tempat tidur = + 55.000 m2 .
(14) Kebutuhan luas lantai untuk rumah sakit umum (non pendidikan) saat
ini disarankan 80 m2 sampai dengan 110 m2 setiap tempat tidur. 3)
22
(15) Sebagai contoh, rumah sakit umum (non pendidikan) dengan kapasitas
300 tempat tidur, kebutuhan luas lantainya adalah sebesar 80
(m2/tempat tidur) x 300 tempat tidur = + 24.000 m2 .
(16) Tabel 3.1.4 menunjukkan bagian-bagian dari rumah sakit umum (non
pendidikan) dan ruangan yang dibutuhkannya.
D. Persyaratan teknis sarana rumah sakit
Atap.
Umum.
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
Persyaratan atap.
(a) Penutup atap dari bahan beton dilapis dengan lapisan tahan air,
merupakan pilihan utama.
(b) Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas yang
baik dan kering, dan dilapisi dengan cat anti rayap.
(c) Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang
tidak mudah berkarat, atau di cat dengan cat dasar anti karat.
Langit-langit.
(1) Umum.
23
(a) Tinggi langit-langit di ruangan, minimal 2,70 m, dan tinggi di
selasar (koridor) minimal 2,40 m.
Dinding harus keras, tidak porous, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak
punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan. Disamping itu dinding
harus tidak mengkilap.
Bed, Tempat Tidur Pasien
Tempat tidur pasien bervariasi, biasanya tergantung kelas, namun untuk rumah
sakit baru sudah menggunakan peralatan yang lebih modern.
Rumah sakit yang sudah lama pun pasti juga ingin melayani pasien dengan
standar yang sama, namun karena pengadaan peralatan itu bertahap mengakibatkan
peralatan yang lebih baru dan moderen pasti akan diberikan kepada layanan kelas
tertinggi. Bed ini sudah menggunakan sistem remote untuk menaikkan dan
menurunkan sandaran kepala, juga sandaran kaki, disamping itu untuk naik turun
ketinggian bed dari lantai.
24
Remote ini digunakan untuk mengontrol tempat tidur pasien generasi baru,
seperti yang disebutkan diatas. Untuk mengatur tempat tidur tinggal menekan tombol
remot kontrol yang tersedia, ada 3 baris baris atas, baris tengah, dan baris bawah.
Tombol baris paling atas untuk naik-turunkan sandaran kepala, gambar tombol arah
atas (sebelah kiri) berarti untuk menaikkan dan tombol arah bawah (sebelah kanan)
digunakan untuk menurunkan, sedang baris yang paling bawah atau baris ke-3 adalah
tombol untuk naik-turunkan sandaran kaki. Untuk deretan tengah pada remot kontrol
tersebut merupakan tombol untuk mengatur tinggi rendah tempat tidur dari lantai,
ingin meninggikan tekan tombol sebelah kiri dan untuk menurunkan tekan tombol
sebelah kanan.
Kanan dan kiri atau samping bed bagian atas masih dilengkapi dengan rel
penahan (pagar) pasien agar tidak jatuh (mengurangi resiko jatuh). Untuk
membukanya dengan cara menarik ke atas gagang sambil menekan tombol merah
hingga berbunyi klik, sebaliknya untuk membukanya tekan tombol merah pada pojok
gagang dan turunkan penahan tersebut.
Panel Oksigen
Panel Oksigen merupakan alat tambahan yang biasanya sudah tersedia dan
menempel di dinding bagian kepala dari bed, tempat tidur pasien. Apabila tidak
tersedia panel tersebut, jika ada pasien membutuhkan tambahan oksigen, biasanya
didatangkan khusus memakai tabung oksigen yang mobile
Pintu
25
a) Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing
dengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar 90 cm,
dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass).
c) Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1
kamar mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat.
Kamar mandi
a) Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak cuci
tangan (wastafel). (b) Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat
mengikuti pedoman atau standar teknis yang berlaku.
b) Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat, 1 (satu) buah untuk setiap kelas.
c) Toilet umum, terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel).
d) Disediakan 1 (satu) toilet umum untuk penyandang cacat di lantai dasar, dengan
persyaratan sebagai berikut :
a. Toilet umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan
rambu/simbol "penyandang cacat" pada bagian luarnya.
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm).
d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan
disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu
pergerakan pengguna kursi roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapanperlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan
harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang
26
memiliki keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna
kursi roda.
f. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh
menggenangkan air buangan.
g. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda.
h. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat.
i. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, disarankan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency
sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
Jendela
1 Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya,
dan cukup rapat.
2 Bukaan jendela harus dapat mengoptimalkan terjadinya pertukaran udara dari
dalam ruangan ke luar ruangan.
3 Untuk bangunan rawat inap yang berlantai banyak/bertingkat, bentuk jendela
tidak boleh memungkinkan dilewati pasien untuk meloncat.
27
mengelupas atau membentuk serpihan.
(5) Pelapis lembar/siku baja tahan karat (stailess steel) pada sudut-sudut
tempat benturan membantu mengurangi kerusakan.
Lantai.
Umum.
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
(1) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup ke arah saluran pembuangan.
(5) Lantai yang konduktif bisa diperoleh dari berbagai jenis bahan,
termasuk vinil anti statik, ubin aspal, linolium, dan teraso. Tahanan
listrik dari bahan- bahan ini bisa berubah dengan umur dan akibat
pembersihan.
(6) Tahanan dari lantai konduktif diukur tiap bulan, dan harus memenuhi
persyaratan yang berlaku seperti dalam NFPA 56A.
(7) Permukaan lantai tersebut harus dapat memberikan jalan bagi peralatan
yang mempunyai konduktivitas listrik yang sedang antara peralatan
dan petugas yang berhubungan dengan lantai tersebut.
(8) Lantai dilokasi anestesi yang tidak mudah terbakar tidak perlu
28
konduktif. Semacam plastik keras (vinil), dan bahan-bahan yang tanpa
sambungan dipergunakan untuk lantai yang non konduktif. Permukaan
dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pemvakuman
basah
(1) Rumah sakit harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran.
29
Sistem proteksi aktif adalah peralatan deteksi dan pemadam yang dipasang
tetap atau tidak tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan
untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran pada bangunan rumah sakit.
Sistem pipa tegak ditentukan oleh ketinggian gedung, luas per lantai,
klasifikasi hunian, sistem sarana jalan ke luar, jumlah aliran yang
dipersyaratkan dan sisa tekanan, serta jarak sambungan selang dari
sumber pasokan air.
30
Pencahayaan darurat di dalam rumah sakit diperlukan khususmya pada
keadaan darurat, misalnya tidak berfungsinya pencahayaan normal dari
PLN atau tidak dapat beroperasinya dengan segera daya siaga dari
diesel generator.
Bila suatu eksit tidak dapat terlihat secara langsung dengan jelas oleh
pengunjung atau pengguna bangunan, maka harus dipasang tanda
penunjuk dengan tanda panah menunjukkan arah, dan dipasang di
koridor, jalan menuju ruang besar (hal), lobi dan semacamnya yang
memberikan indikasi penunjukkan arah ke eksit yang disyaratkan.
(1) Umum.
31
mengikuti Persyaratan Teknis berikut:
(1) Umum.
Sistem Pencahayaan
(1) Umum.
32
(b) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi
rumah sakit dan fungsi masing-masing ruang di dalam rumah
sakit.
33
bilas kedap air dengan ketinggian 0.80 – 1,00 m dari permukaan lantai,
dan apabila terdapat stop kontak dan saklar, maka harus menggunakan
jenis yang tahan percikan air dan dipasang pada ketinggian minimal 1.40
m dari permukaan lantai.
Dinding menggunakan bahan yang tidak berpori.
Tangga.
(1) Umum.
(2) Persyaratan.
34
Lift (Elevator)
(1) Umum.
(2) Persyaratan.
(1) Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan lebar
pintunya tidak kurang dari 1,20 m untuk memungkinkan
lewatnya tempat tidur dan stretcher bersama-sama dengan
pengantarnya.
35
Ruang PAVILIUN adalah ruang kelas 1 dengan penyakit secara umum sesuai
dengan surat keputusan dari pihak rumah sakit. Jumlah tempat tidur sebanyak 6 dibagi
menjadi dua. Ruangan Catleya bawah dengan nomer bed pasien 1, 2, 3, 4, 5, 6,
Pelaksaanaan penempatan pasien kelas 1di Ruang PAVILLIUN digunakan pada pasien
penyakit umum kecuali pasien penyakit yang menular seperti (Tubercolosis) maka harus
dilakukan pertimbangan terdahulu akan di prioritaskan sesuai dengan ketetapan dari
ruangan .
b. Lingkungan Kerja
Ruang PAVVILIUN memiliki 1 Nurse Stationy yaitu berada di lantai 2 sebelah
tangga ujung kanan dan di depan ruang pasien. Kamar rawat inap terdiri dari 4 ruangan
dimana ruangan perawatan tersebut dengan berbagai macam penyakit yang meliputi
penyakit interna, bedah, saraf, , dll,namun ruang PAVILLIUN tidak menerima pasien
menular, sehingga akses perawat dalam pemberian perawatan dapat dengan mudah
dilakukan, begitupun pasien dan keluarga yang memerlukan informasi maupun kebutuhan
lainnya dapat dengan mudah untuk dilayani.
Pada Ruangan PAVILLIUN terdapat lantai yang menurun dengan derajat
kemiringan 30%. hal tersebut menyebabkan resiko jatuh pada perawat dan pasien. Resiko
jatuh pada perawat dapat terjadi dikarenakan aktivitas yang tinggi pada perawat ketika
pemberian asuhan keperawatan, sedangkan resiko jatuh pada pasien dapat teradi pada
pasien OB (orang baru), preopt post operasi, yang dibawa dengan brangkar, dimana
brangkar tersebut harus melewati lantai dengan kemiringan 30%.
Fasilitas ruang kerja perawat di ruang PAVILLIUN yaitu terdapat ruang
penyimpanan obat, nurse station, ruang perawat atau diskusi yang menjadi satu dengan
36
ruang kepala, ruang administarsi, ruang sholat dan kamar mandi. Fasilitas ruang kerja
perawat di ruang PAVILLIUN yaitu terdapat ruang penyimpanan obat dimana terdapat
lemari khusus untuk obat pasien, nurse station, ruang perawat atau diskusi yang menjadi
satu ruangan dengan ruang kepala, ruang administarsi, ruang sholat dan kamar mandi.
Pada ruang PAVILLIUN belum memiliki ruang administrasi khusus sehingga hanya meja
administrasi yang terletak didepan ruangan diskusi. Di atas meja administrasi terdapat
komputer dan rekam medis pasien yang bisa saja diakses oleh pasien atau keluarga pasien
dengan mudah, sehingga mengurangi kerahasiaan dokumen pasien.
Pada ruang tempat penyimpanan obat terdapat loker obat, meja, lemari untuk
penyimpanan barang. Obat pasien tersimpan dalam masing-masing loker sesuai dengan
nomor bed pasientanpa mencantumkan identitas lengkap pasien. Tempat penyimpanan
obat di ruang PAVILIUN diisi dengan cairan infuse, obat oral, obat injeksi, sedangkan
untuk obat-obatan yang memerlukan suhu rendah diletakan di kulkas obat.Setiap loker
obat pasien hanya terdapat nomer bed, tidak ada identitas pasien yang lengkap yang
terdiri dari nama, tanggal lahir dan nomor RM, dengan masalah tersebut perlunya
pemberian identitas pada loker obat seperti nama pasien, tanggal lahir pasien dan nomor
rekamedis harusnya diberi disetiap loker obat pasien untuk meningkatkan standar
keselamatan dalam pemberian obat kepada pasien dan menghindari kesalahan
pengambilan obat untuk pasien.
Ruang PAVILLIUN memiliki fasilitas pelayanan seperti kursi roda, tensimeter,
stetoskop, oksimeter, timbangan BB, APAR, dan lain sebagainya, beberpa fasilitas untuk
menunjang keadaan tersebut seperti alat EKG, set rawat luka dan syring pump. Setiap bed
pasien terdapat hand scrub untuk mengurangi risiko pemaparan infeksi baik pada pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan. Manajemen logistik di ruangan seperti perencanaan dan
pemenuhan kebutuhan terkait dengan sarana dan prasarana diruang PAVILIUN dilakukan
pada proses rapat bulanan yang dilakukan di ruangan untuk mendata sarana prasarana apa
saja yang perlu di ajukan, anggaran dari pengadaan barang berasal dari rumah sakit. Alur
pengadaan barang setalah dilakukan rapat bulanan dan dilakukan pendataan yaitu
mengajukan pengadaan barang yang dilakukan oleh kepala ruangan kepada tim pengajuan
kemudian diajukan kepada tim PPK.
Pada fasilitas pada ruang PAVILIUN terdapat 3 pembagian yaitu critical(alat
steril), semicritical (ceteter urobeg, dan alat-alat infasif), non critical (siringpump,dll).
Pada alat semi critical diletakkan pada ruang penyimpanan obat yang sudah disediakan
lemari sendiri untuk alat semicritical.. sedangkan pada alat critical dan non criticalbelum
37
memiliki almari khusus alat medis, sehingga alat medis kini masih diletakkan di almari
bersama dengan sprei dan selimut pasien. Selain itu juga di pintu almari tidak diberi label
nama-nama barang yang ada didalamnya sehingga sering membuat bingung petugas
kesehatan.
Barang seperti obat ataupun spuit dilakukan one day dose dispensing yang
dilakukan oleh pihak farmasi pada pasien rawat inap yang dikemas/ disiapkan dalam
dosis tunggal untuk pemakaian sehari (24 jam). Obat yang di bawa oleh pihak farmasi
untuk ruangan disimpan di lemari obat yang terdapat identitas,
Pemeliharaan alat kesehatan seperti stetoskop, tensi meter dan lain sebagainya
dilakukan oleh bagian elektromedik yang dilakukan setiap 1 tahun sekali untuk
mengetahui apakah alat terdapat kerusakan atau merawat alat supaya tetap dalam keadaan
baik. Jika terdapat alat kesehatan yang rusak maka akan dilakukan pelaporan dan
kemudian dilakukan pengecekan ulang apakah benar-benar alat tersebut rusak atau tidak.
Jika alat tersebut terjadi kerusakan maka akan dilakukan perbaikan dan pembukuan serah
terima alat yang rusak.
c. Gambaran kapasitas tempat tidur
Jumlah tempat tidur sebanyak 6 dibagi menjadi dua tempat yaitu catleya
bawah 14 tempat tidur dicatleya bawah dan dicatleya atas 12 tempat tidur. Ruangan
PAVILIUN bawah dengan nomer bed pasien 1, 2, 3, 4, 5, 6, dimana setiap ruangan
ditempati pasien penyakit yang diderita pasien secara umum, kecuali penyakit
menular seperti tubercolosis.
Di dalam ruangan terfasilitasi beberapa, AC, kursi untuk penunggu
pasien(sofa). Tempat tidur penunggu pasien, TV, tempat penyimpanan barang, meja,
standart infuse, dan di masing-masing tempat tidur. Ruangan ini terdapat gorden pada
tempat tidur satu dengan dengan yang lainnya, di setiap ruangan terdapat satu kamar
mandi. Kamar mandi sudah tersedia, tetapi masih belum ada pegangan yang terbuat
dari besi. Hal tersebut belum sesuai dengan 6 sasaran keselamatan pasien poin ke 6
yaitu pengendalian risiko jatuh. Pada lantai kamar mandi pasien setiap harinya
dilakukan pembersihan sehingga lantai kamar mandi pasien bersih.
38
Ruang PAVILIUN merupakan ruangan kelas 1 yang terdiri dari 4 ruangan
dan ditempati pasien dengan berbagai penyakit.
39
4. Metode (M3/Methode)
A. Model Penugasan Asuhan Keperawatan
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan
kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai
tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan
pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat
terwujud. Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
(Nursalam,2014).
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
sebagai berikut :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan
pada visi dan misi rumah sakit.
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas
dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa
ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik
adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
5. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan
justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam pelaksanaannya.
40
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan
dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga
kesehatan lainnya. Dalam pemilihan model metode asuhan keperawatan (MAKP)
yang tepat, diperlukan beberapa dasar pertimbangan dalam memilihnya. Sebagaimana
disebutkan dalam buku Nursalam (2014) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi. Dasar utama dari penentuan model
pemberian asuhan keperawatan harus didasarkna pada visi dan misi dari rumah
sakit.
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Proses
keperawatan menjadi unsur yang penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan pada pasien. Keberhasilan didalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya. Setiap suatu perubahan, harus selalu
mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya.
Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka
tidak akan didapat hasil yang sempurna.
4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat. Tujuan akhir dari
asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan
yang siberikan oleh perawat. Oleh karenanya, model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
5. Kepuasan dan kinerja perawat. Kelancaran pelaksanaan dari suatu model sangat
ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat
meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan
frustasi dalam pelaksanaannya.
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya. Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan dari penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang
baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
41
Beberapa jenis model metode asuhan keperawatan (MAKP
Jenis metode asuhan keperawatan menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis
dan Huston (1998) dalam Nursalam (2014) diantaranya:
1. Fungsional (bukan metode MAKP)
Metode ini berdasarkan dari orientasi tugas dari filosofi keperawatan dimana
perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu. Model fungsional dilaksanakan
oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Dalam metode ini yang
menjadi penanggung jawab adalah perawat yang bertugas pada tindakan
tertentu. Metode ini memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya, yaitu:
Kelebihan:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junir dan/atau belum
berpengalaman
Kelemahan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
2. Kasus
Model ini berdasarkan pada pendekatan holistis dari filosofi keperawatan
dimana perawat bertanggung jawab terhadap auhan dan observasi pada pasien
tertentu. Pada metode ini rasio 1:1 (pasien:perawat) dimana setiap pasien
dilimpahkan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada
saat mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien
satu perawat, umunya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk khusus
42
seperti isolasi, perawatan intensif. Penanggung jawab dalam metode ini yaitu
menajer keperawatan. Terdapat kelebihan dan kelemahan dari metode ini, yaitu:
Kelebihan:
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kelemahan:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
3. Tim
Metode ini berdasarkan pada kelomopok filosofi keperawatan dimana enam
sampai tujuh perawat professional dan perawat pelaksana bekerja sebagai satu
tim, disupervisi oleh ketua tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas
anggota yang berdeba-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri
dari tenga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu. Penanggung jawab dalam metode ini yaitu ketua tim.
Kelebihan dan kelemahan dari metode ini, yaitu:
Kelebihan:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan:
Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
4. Primer
Model ini berdasarkan pada tindakan yang komperehensif dari filosofi
keperawatan dimana perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan
keperawatan. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
43
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Penanggung jawab dalam metode
ini yaitu perawat primer (PP). kelebihan dan kelemahan dari metode ini, yaitu:
Kelebihan:
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh
pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
1) Keperawatan primer tidak dapat digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau
setara.
2) Keperawatan tim tidak dapat digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terbagi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
Berdasarkan hasil observasi dan pengkajian di Ruang Paviliun RS Graha Sehat
didapatkan hasil terdapat 6 perawat (2 ners, 4 ahli madya keperawatan) dan 3 bidan
(ahli madya kebidanan) sudah termasuk kepala ruangan, terdapat 1 orang pekarya
kesehatan dan 1 administrasi. Model metode asuhan keperawatan yang digunakan di
Ruang Paviliun adalah model metode fungsional, dimana kepala jaga atau ketua tim
ikut serta menjalankan peran sebagai perawat pelaksana. Hal ini dikarenakan
kurangnya jumlah perawat di Ruang Paviliun, sehingga hal tersebut menjadikan
kurang efektif sebagaimana mestinya model metode keperawatan yang harus
dilaksanakan di ruang Paviliun.
44
B. Timbang terima
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)
selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi
mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
1. Tujuan Timbang Terima
1) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
5) Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
1) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
2) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
2. Langkah-langkah dalam Timbang Terima
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
45
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4) Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buri.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2002).
3. Prosedur dalam Timbang Terima
1) Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2) Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
d) Intervensi kolaborasi dan dependen.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
46
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang
berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua
arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang
menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien langsung.
4. Metode dalam Timbang Terima
1) Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.
2) Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan
di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga
pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
47
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain .
5. Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
1) Menggunakan Tape recorder
2) Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one
way communication.
3) Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
4) Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
5) Menggunakan komunikasi tertulis –written
6) Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja
atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukanbahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1) Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2) Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3) Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4) Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5) Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.
48
6. Faktor-faktor dalam Timbang Terima
1) Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2) Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3) Kemampuan menginterpretasi medical record.
4) Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5) Pemahaman tentang prosedur klinik.
7. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi
diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift
kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1) Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan
2) Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara
pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur,
sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat.
3) Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4) Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah
terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
49
5) Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi
tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan
industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa
kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak
terjadi pada shift malam.
8. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan
dikerjakan oleh perawat. Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima
antara lain:
1) Identitas pasien.
2) Diagnosa medis pesien.
3) Dokter yang menangani.
4) Kondisi umum pasien saat ini.
5) Masalah keperawatan.
6) Intervensi yang sudah dilakukan.
7) Intervensi yang belum dilakukan.
8) Tindakan kolaborasi.
9) Rencana umum dan persiapan lain.
10) Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
1) Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
3) Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)
50
9. Evaluasi dalam Timbang Terima
1) Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift
timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan
timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2) Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan
mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station
kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima
mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah
dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap
klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke
klien.
3) Evaluasi Hasil
4) Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
Terdapat beberpa langkah sebelum melakukan timbang terima yaitu (Nursalam,
2014):
1) Persiapan (pra)
a. Dilaksanakan setiap pergantian shift
b. Semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima
khususnya pasien baru masuk dan pasien yang memiliki permasalahan
yang belum teratasi.
c. Semua sarana prasarana terkait pelayanan keperawatan dilaporkan dan
dioperkan.
2) Pelaksanaan di nurse station dan di bed pasien
a. Kedua kelompok dinas sudah siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
c. Kepala ruang membuka acara timbang terima.
51
d. Perawat yang sedang jaga menyampaikan timbang terima kepada
perawat berikutnya.
e. Perawat shift dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan validasi
tentang apa yang disampaikan.
f. Melakukan validasi keliling ke bed pasien.
3) Pasca timbang terima
a. Diskusi/klarifikasi.
b. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung tanda tangan
pergantian sif serta penyerahan laporan.
c. Ditutup oleh kepala ruangan.
Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi di ruang Paviliun RS Graha Sehat ini,
timbang terima dilakukan selama 3x dalam sehari setiap pergantian shift pada pukul
07.00, 14.00 dan 21.00. Kegiatan timbang terima dilakukan oleh karu, perawat dinas
sebelumnya dan perawat yang akan dinas selanjutnya. saat semua perawat berkumpul
terutama di pagi hari yang dipimpin oleh kepala ruangan. Proses timbang terima
dilakukan diruangan perawat dan validasi ke bed pasien. Saat melakukan kegiatan
timbang terima, semua perawat yang bertugas sebelumnya maupun selanjutnya selalu
datang tepat waktu, sehingga kegiatan timbang terima berjalan dengan baik. Setiap
kegiatan timbang terima selalu dimulai dengan berdoa dan diakhiri juga dengan
bersyukur. Kegiatan timbang terima dilakukan dengan cara, perawat dinas
sebelumnya melaporkan kegiatan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan
kepada perawat dinas selanjutnya. Kegiatan ini selalu dilakukan dengan baik dan
perawat selanjutnya memvalidasi dan mendokumentasi data-data yang disampaikan
oleh perawat sebelumnya. Kegiatan timbang terima yang dilakukan menggunakan
metode SBAR yang berisi poin-poin penting seperti hasil laboratorium, rencana foto
thoraks, TTV, keluhan klien, dan tindakan yang harus dilakukan namun belum
dilakukan. Metode SBAR secara detail dapat dilihat di dalam rekam medis pasien.
Dan hasil timbang terima bisa dilihat dibuku dokumentasi timbang terima. Setelah
melakukan timbang terima pada ruangan perawat, perawat menuju ke setiap kamar
dan bed pasien untuk memvalidasi. Setelah itu, perawat akan melakukan diskusi
ataupun klarifikasi dan menutup kegiatan timbang terima dengan saling
menyemangati satu sama lain dan selalu bersyukur.
C. Post conference
52
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Konferansi merupakan pertemuan tim yang
dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan
dinas, pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana. Tujuan
post conference adalah untuk memberikan kesempatan untuk mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai. Syarat post
conference:
a Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana:
a Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi, budaya)
b Keluhan klien
c TTV dan kesadaran
d Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru
e Masalah keperawatan
f Rencana keperawatan hari ini
g Perubahan keadaan terapi medis
h Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 1 hari, di ruang Paviliun RS
Graha Sehat jarang melaksanakan pre dan post conference. Pelakasanaan pre dan post
conference hanya dilakukan jika dibutuhkan dan jika ada hal yang perlu dibahas dan
difahami lebih lanjut terkait, rumahsakit, ruangan, maupun pasien. Pre dan Pos
tconference di ikuti oleh kepala ruang, katim dan anggota tim.
D. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen keperawatan
dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan
memperbaiki secara bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu 3F, yaitu Fair,
Feedback, dan Follow Up. Supervisi merupakan ujung tombak tercapainya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Supervisi keperawatan merupakan kegiatan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor
53
mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar
pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Nursalam, 2014). Kriteria
evaluasi supervisi sebagai berikut:
1. Struktur.
1) Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan.
2) Menyusun konsep supervisi keperawatan.
3) Menentukan materi supervisi.
2. Proses.
1) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan dan
supervisor.
2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
3. Hasil.
1) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.
2) Supervisor mengevaluasi hasil supervisi.
3) Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA.
4. Program Kerja.
1) Rencana strategi.
a. Mengajukan proposal pelaksanaan supervisi.
b. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan. Merevisi
konsep supervisi keperawatan.
c. Menentukan materi supervisi keperawatan.
d. Merevisi format supervisi.
e. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan.
f. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
2) Pengorganisasian.
a. Penanggung jawab :
b. PP :
c. PA :
d. Waktu :
Menurut salah satu Kepala ruangan ruang Paviliun RS Graha Sehat
mengungkapkan supervisi keperawatan dilakukan secara langsung oleh kepala
ruangan terhadap kenerja dari ketua jaga atau perawat pelaksana dalam melaksanakan
askep. Dan supervisi keperawatan juga dilakukan secara langsung oleh tim supervisi
dari rumah sakit pada saat yang dibutuhkan saja dan tidak terjadwal secara teratur,
54
supervisi yang dilakukan bertujuan untuk menilai kinerja perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan setiap harinya sesuai SOP yang ada. Waktu yang dilakukan
supervisi di ruang Paviliun tidak tentu, tetapi setidaknya dilakukan satu kali dalam
sebulan. Kegiatan supervisi ini menggunakan format yang sudah sesuai dengan
standar keperawatan. Pada ruang paviliun ini selalu ada feedback dari supervisor
untuk setiap tindakannya, apabila terdapat kesalahan ataupun kekurangan, supervisor
langsung menegur di ruang perawat dan tidak di depan pasien ataupun keluarga. Dan
apabila kesalahannya banyak, maka akan dibahas dalam forum semua perawat Ruang
Paviliun. Forum yang dimaksut dalam hal ini, bisa dilakukan bertatap muka dengan
semua anggota (secara langsung) ataupun dibahas dalam grup Whatsapp Ruang
Paviliun (secara tidak langsung). Dan begitu sebaliknya jika ada hasil baik maka akan
diberikan pengharagaan kepada tim yang sudah melakukan tugas dengan baik.
Karena tidak adanya dokumentasi terakit supervisi maka pelaporan supervisi
belum berjalan maksimal.
E. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2009).
Tujuan dilakukannya ronde keperawatan yaitu: Untuk menjustifikasikan masalah-
masalah yang belum teratasi , mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat
primer lain, melaksanakan pelayanan kesehatan dengan memberi kepuasan kepada
konsumen sehingga melebihi apa yang diharapkannya dan menjadi perawat yang
professional, menemukan masalah dan merumuskan intervensi keperawatan yang
tepat sesuai dengan masalah pasien, menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Paviliun RS Graha Sehat
beliau mengungkapkan bahwa ronde keperawatan belum aktif dan belum optimal
dilakukan dikarenakan belum ada panduan atau SOP yang pas untuk membahas
pelaksanaan ronde keperawatan.
F. Diskusi Refleksi Kasus
DRK pada pelaksanaanya, menggabungkan antara proses diskusi dan refleksi
pengalaman (Hatlevik, 2012). DRK pada dasarnya memiliki 4 tujuan, yakni mem-
inimalisir kesenjangan teori dan praktik, perluasan peran dan kompetensi dalam
55
keperawatan, kebutuhan pembelajaran dan tanggung jawab pendidikan (Tashiro &
Naruse, 2013).
DRK dimanfaatkan sebagai alternatif pemecahan masalah serta teknik yang
digunakan dalam pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) baru, sedangkan
bagi perawat, DRK sangat penting dalam meningkatkan profesionalisme,
membangkitkan motivasi belajar, meningkatkan pengetahuan dan aktualisasi diri
dengan teknik asertif atau tanpa menyalahkan orang lain (Depkes, WHO, & PMPK-
UGM, 2003).
Manfaat pelaksanaan DRK sangat dirasakan bagi perawat, namun sebagian besar
rumah sakit ataupun puskesmas di Indonesia melakukan tidak sesuai dengan prosedur,
sehingga manfaat yang dirasakan kurang maksimal. Masalah tersebut disebabkan
adanya berbagai hambatan, baik dari manajemen rumah sakit ataupun pribadi perawat,
oleh karena itu dibutuhkan studi mengenai gambaran pelaksanaan DRK dalam
mendukung peningkatan professional dan pengetahuan perawat.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan komponen yang sangat efektif dan
efisien untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan akuntabilitas perawat.
Pelaksanaan diskusi sesuai dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh DepKes yaitu
bahwa kasus yang disajikan merupakan kasus klinis maupun manajemen. Hasil
penelitian yang dilakukan Ahmad Iqbal (2013) menjelaskan bahwa diskusi refleksi
kasus mampu meningkatkan individu dalam membuat perencanaan dan efektif dalam
upaya mengembangkan mutu keperawatan. Penelitian Mawardi Pamungkas (2011)
menunjukan hasil bahwa perawat merasa puas dengan hasil pembelajaran melalui
DRK, tetapi diperlukan pembentukan tim monitoring untuk pelaksanaan DRK,
pemberian reward untuk meningkatkan motivasi peserta diskusi dan perlu adanya
dukungan stakeholder rumah sakit. Hasil penelitian lain oleh Chi Yi Wu (2014)
menyatakan bahwa dengan melakukan discussion group perawat menunjukkan
perbaikan perilaku yang signifikan dan konsisten terhadap tindakan keperawatan
setelah diadakannya kegiatan diskusi.
Manfaat DRK antara lain seorang perawat bisa introspeksi diri terhada tindakan
atau kegiatan kerja yang dilakukan sehingga akan meningkatkan kualitas kinerja yang
diharapkan (Ahmad I, Said HB, Zed, at al, 2013) Diskusi dengan berdasar pada kasus
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemberian umpan balik.
Diskusirefleksi kasus yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan
kerjasama tim dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dalam hubungan
56
interpersonal serta mempunyai dampak positif terhadap pengetahuan klinis perawat
(Chris Dawber, 2013).
Hasil penelitian lain yang dilakukan di Pakistan menyatakan bahwa diskusi
refleksi kasus berdampak positif yaitu mampu meningkatkan individu dalam membuat
perencanaan dan efektif dalam upaya mengembangkan peningkatan mutu
keperawatan (Chi Yi Wu (2014). Kelebihan dari kegiatan DRK diantaranya adalah
dalam waktu yang tidak lama perawat dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan, perawat memperoleh pengetahuan praktis, motivatif
serta menumbuhkan kebiasaan, disiplin diri dan kemandirian. Hal ini sesuai dengan
tujuan DRK seperti yang termaktub dalam Permenkes 836 dan buku Pedoman
Peningkatan Manajemen Kinerja dari DepKes yaitu bahwa DRK mempunyai tujuan
mengembangkan profesionalisme perawat yang meliputi: meningkatkan aktualisasi
diri, membangkitkan motivasi belajar dan sebagai wahana untuk menyelesaikan
masalah yang mengacu pada standar keperawatan dan SPO yang telah ditetapkan
(KepMenKes RI No. 836, 2005)
Diskusi Refleksi Kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan
pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola
asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada
pemahaman standar yang ditetapkan. Tujuan dari DRK adalah mengembangkan
profesionalisme perawat, meningkatkan aktualisasi diri, membangkitkan motivasi
belajar, wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan yang telah ditetapkan, dan belajar untuk menghargai kolega untuk lebih
sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, serta tidak memojokkan dan
meningkatkan kerja sama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Paviliun RS Graha Sehat
beliau mengungkapkan bahwa diskusi reflex kasus belum aktif tetapi kepala ruangan
telah memotivasi anggota serta petugas pelayanan yang baru untuk melakukan diskusi
refleksi kasus dikemudian hari, serta terkandalnya tidak ada SOP terkait diskusi
refleksi kasus.
G. Discharge planning
Discharge planning adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu pasien
dan keluarga dalam meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya.
Discharge planning akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu
antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang
57
diberikan setelah klien pulang (Nursalam & Efendi, 2008). Shepperd, et al (2004)
menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek berarti dalam menurunkan
komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruang di ruang
Paviliun RS Graha Sehat bahwa untuk discharge planning dilaksanakan saat pasien
akan pulang untuk mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien , antara lain :
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit, bantuan yang dibutuhakan pasien, dan
lain-lain. Pelaksanaanya dilakukan secaara kolaboratif serta disesuaikan dengan
sumberdaya dan fasilitas yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan
bahwa di ruang Paviliun terdapat beberapa media edukasi yang tersedia seperti leaflet,
namun materinya sangat terbatas dan lebih sering penyampaian discharge planning
hanya dilakukan secara lisan tanpa ada media atau tulisan. Kegiatan discharge
planning sudah tersusun secara baik karena adanya SOP dan adanya lembar discharge
planning.
H. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan seluruh obat yang seluruhnya dilakukan oleh
perawat untuk administrasi ke pasien. Proses sentralisasi obat meliputi pembuatan
strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, membuat
petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat, dan pendokumentasian hasil
pelaksanaan (Nursalam, 2015). Pelaksanaan sentralisasi obat secara optimal, dengan
kepemimpinan kepala ruangan, serta pengetahuan perawat dapat mempengaruhi
proses ketepatan pemberian obat oleh perawat dengan prinsip 6 T (tepat pasien, tepat
obat, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu dan tepat dokumentasi) dan 1 W (waspada
efek samping), sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan pemberian obat selama
proses perawatan pasien (Aprilia., Nursalam., C. Asmoro., 2016)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan kepala Ruang
Paviliun bahwa sentralisasi obat dilalukan diruang penyimpanan obat baik obat oral
maupun injeksi. Alur sentralisasi obat di ruang Paviliun yaitu dokter menuliskan resep
kemudian perawat mengirimkan resep tersebut ke farmasi, kemudian farmasi
mengirimkan obat keruang Paviliun kemudian obat diterima kemudian
didokumentasikan disetiap kasus pasien. Obat dan cairan infus yang didapatkan dari
farmasi sudah terdapat nama, jenis obat, nomer registrasi dan ruangan. Obat yang
58
telah diterima oleh perawat ruangan akan dipilah dan diletakkan dilemari obat sesuai
dengan nomer bed setiap pasien.
Obat yang diberikan kepeda pasien dengan memperhatikan 6 benar pemberian
obat yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara atau rute, dan benar
dokumentasi. Sistem distribusi obat untuk ruang Paviliun adalah one day one dose
yang artinya penyediaan obat yang dilakukan oleh instalasi farmasi pada pasien rawat
inap yang dikemas dengan dosis tunggal dengan pemakaian sehari (24 jam).
Kelebihan dari sistem ini adalah pasien lebih mudah mendapatkan obat, menghindari
pemberian obat double, pasien membayar obat minimum. Bagi instalasi farmasi
pelayanan yang diberikan lebih beorentasi pada pasien, menurunkan biaya obat,
mengurangi medical error, serta pengelolaan stok obat secara sentralisasi sehingga
pengendalian obat bisa ditingkatkan. Kelemahan dari sistem ini adalah membutuhkan
SDM lebih banyak, beban kerja instalasi farmasi berlipat ganda, penulisan permintaan
obat berulang-ulang, dapat terjadi keterlambatan pemberian obat atau lupa tidak
dilanjutkan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan bahwa
Pengembalian obat pada pasien pulang dari ruangan ke ruangan masih sering
terlambat hal tersebut disebabkan karena pengambilan dan pengembelaian obat tidak
diantarkan ke ruangan oleh apoteker tetapi diambil oleh perawat sendiri ke bagian
apotek rawat inap sehingga menambah beban kerja perawat sehingga menghambat
kepulangan pasien tepat waktu, dan tidak lupa perawat akan mengembalikan obat sisa
apabila pasien telah pulang. Farmasi belum ada disetiap ruangan.
I. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah bukti bahwa tanggung jawab hukum dan etik perawat
terhadap pasien sudah dipenuhi dan bahwa pasien menerima asuhan keperawatan
yang bermutu (Lyer, 2005).
Menurut Tungpalan (1983) dalam Handayaningsih (2009), dokumentasi adalah
suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Sedangkan proses pendokumentasian merupakan pekerjaan mencatat atau merekam
peristiwa baik dari objek maupun pemberi jasa yang dianggap berharga dan penting.
Menurut Fisbach (1991) dalam Hartati (2010), pelaksanaan dokumentasi
keperawatan adalah sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan
menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah
sakit.
59
Tujuan pencatatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi status kesehatan klien (pasien) dalam rangka mencatat kebutuhan
klien, merencanakan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan mengevaluasi
tindakan, serta untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.
Dokumentasi asuhan keperawatan harus dibuat dengan lengkap, jelas, obyektif,
ada tanggal, dan harus ditandatangani oleh perawat, karena mempunyai manfaat yang
penting bila dilihat dari berbagai aspek, yaitu:
1. Hukum: Data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan
ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal, dan perlu dihindari
adanya penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi yang salah
2. Jaminan Mutu Pelayanan: Pendokumentasian data pasien yang lengkap dan
akurat akan memberikan jaminan mutu pelayanan
3. Komunikasi: Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat “perekam” terhadap
masalah yang berkaitan dengan pasien
4. Keuangan: Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan
yang didokumentasikan dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai acuan
atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi pasien
5. Pendidikan: Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran
6. Penelitian: Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan
7. Akreditasi: Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
(Nursalam, 2009).
Komponen dokumentasi asuhan keperawatan meliputi komponen isi dokumentasi
dan komponen dalam konsep penyusunan dokumentasi. Komponen isi dokumentasi
meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan
tindakan keperawatan, evaluasi, tanda tangan dan nama terang perawat, catatan
keperawatan, resume keperawatan, dan catatan pasien pulang atau meninggal dunia
(Nursalam, 2009). Sedangkan komponen model dokumentasi yang digunakan
mencakup tiga aspek, yaitu:
60
1. Keterampilan berkomunikasi yang baik memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada profesi kesehatan lainnya mengenai apa yang sudah,
sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat
2. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, intervensi. Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi
respons klien terhadap intervensi yang diberikan dan mengkomunikasikan
informasi tersebut kepada profesi kesehatan lainnya
3. Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola
pendokumentasi, sebagai pedoman praktik pendokumentasian. (Nursalam, 2009).
Tahap-Tahap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
1. Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Standar dokumentasi untuk pengkajian keperawatan adalah perawat
mendokumentasikan data pengkajian keperawatan dengan cara yang sistematis,
komprehensif, akurat, dan terus-menerus (Nursalam, 2009). Berikut adalah
kriteria penulisan dokumentasi pengkajian keperawatan:
1) Gunakan format yang sistematis untuk mendokumentasikan pengkajian
2) Gunakan format yang telah tersusun untuk mendokumentasikan pengkajian
3) Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan
4) Tulis data objektif tanpa bias dan memasukkan pendapat pribadi
5) Sertakan pernyataan yang mendukung interprestasi data objektif
6) Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis
7) Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati oleh instansi
8) Tuliskan secara jelas dan ringkas
2. Dokumentasi Diagnosis Keperawatan
Pendokumentasian diagnosis keperawatan merupakan daftar masalah kesehatan
klien yang menyertakan catatan keperawatan (Nursalam, 2009). Kriteria
penulisan diagnosis keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Memakai PE dan PES (Problem, Etiologi, Sign/Symptom)
2) Catat diagnosis keperawatan potensial dalam sebuah problem/format etiologi
3) Memakai istilah yang telah distandarkan oleh NANDA
4) Merujuk pada daftar yang dapat diterima
5) Memulai penulisan pernyataan diagnosis sesuai dengan penulisan diagnosis
6) Pastikan definisi karakteristik telah didokumentasikan
7) Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan ditulis pada daftar masalah
61
8) Hubungkan tiap-tiap diagnosis keperawatan bila saling merujuk
9) Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian,
intervensi, dan evaluasi
10) Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan dari langkah-
langkah proses keperawatan
11) Pendokumentasian semua diagnosis keperawatan harus merefleksikan
dimensi dalam masalah yang berorientasi pada sistem pendokumentasian
perawat
12) Suatu agenda mungkin diperlukan untuk membuat diagnosis keperawatan
dan sistem pendokumentasian yang relevan
3. Dokumentasi Rencana Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien dengan kriteria penulisan rencana asuhan
keperawatan yang efektif, yaitu:
1) Sebelum menulis rencana asuhan keperawatan, kaji ulang data yang ada
2) Daftar dan jenis masalah aktual, risiko, dan potensial
3) Berilah gambaran dan ilustrasi khususnya diagnosis
4) Kriteria hasil harus ditulis dengan jelas, khusus, dan terukur
5) Rencana keperawatan harus selalu ditandatangani dan diberi tanggal
6) Mulai rencana intervensi dengan menggunakan kata kerja (action verb)
7) Alasan prinsip kekhususan (specificity)
8) Tuliskan rasionalisasi dari rencana intervensi
9) Rencana intervensi harus selalu tertulis dan ditandatangani
10) Rencana intervensi harus didokumentasikan sebagai hal permanen
11) Sertakan klien dan keluarganya dalam perencanaan jika memungkinkan
12) Rencana intervensi harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dan
diusahankan untuk selalu diperbaharui (Nursalam, 2009).
4. Dokumentasi Intervensi Keperawatan
Komponen penting pada dokumentasi intervensi adalah mengidentifikasi
mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan
siapa yang melakukan intervensi (Nursalam, 2009).
1) Why. Harus dijelaskan alasan intervensi harus dilaksanakan
2) What. Ditulis secara jelas ringkas dari pengobatan/intervensi
3) When. Pendokumentasian ketika melaksanakan intervensi sangat penting
62
4) How. Intervensi dilaksanakan dalam penambahan pendokumentasian
5) Who. Siapa yang melaksanakan intevensi harus selalu dituliskan pada
dokumentasi serta tanda tangan sebagai pertanggung jawaban
5. Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang merupakan hasil observasi dan analisa
perawat terhadap respon klien segera pada saat dan setelah intervensi
keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara spontan dan
memberi kesan apa yang terjadi saat itu. Sedangkan evaluasi somatif, yaitu
evaluasi yang merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan pada
tujuan keperawatan (Nursalam, 2009).
Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Standar dokumentasi asuhan keperawatan menurut Departemen Kesehatan (1995)
dalam Nursalam (2011) sebagai berikut:
Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan
No Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Mendokumentasikan data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian
2. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosio-spriritual)
3. Data dikaji sejak klien masuk sampai pulang
4. Masalah dirumuskan berdasarkan masalah kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan
B. DIAGNOSIS
1. Diagnosis keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
2. Diagnosis keperawatan mencerminkan PE/PES
3. Merumuskan diagnosis keperawatan aktual/potensial
C. PERENCANAAN
1. Berdasarkan diagnosis keperawatan
2. Disusun menurut urutan prioritas
3. Rumusan tujuan mengandung komponen klien/subjek, perubahan, perilaku,
kondisi klien, dan/atau kriteria
4. Rencana intervensi mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci,
dan jelas, dan/atau melibatkan klien/keluarga
5. Rencana intervensi menggambarkan keterlibatan klien/keluarga
6. Rencana intervensi menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain
D. INTERVENSI
1. Intervensi dilaksanakan mengacu pada rencana asuhan keperawatan
2. Perawat mengobservasi respons klien terhadap intervensi keperawatan
3. Revisi intervensi berdasarkan hasil evaluasi
4. Semua intervensi yang telah dilaksanakan didokumentasikan dengan ringkas
dan jelas
63
E. EVALUASI
1. Evaluasi mengacu pada tujuan
2. Hasil evaluasi didokumentasikan
F. CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menulis pada format yang baku
2. Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan intervensi yang dilaksanakan
3. Pendokumentasian ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar
4. Setiap melakukan intervensi/kegiatan perawat mencantumkan paraf dan
nama dengan jelas, serta tanggal dan waktu dilakukannya intervensi
5. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Sumber : Nursalam, 2017
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diruang Paviliun,
pendokumentasian keperawatan memiliki format pengkajian keperawatan yang
berbasis manual dengan menggunakan lembar dokumentasi dan menggunakan digital
menggunakan computer yang didalamnya sudah terdapat format pengkajian sehingga
perawat mengisikan dengan melakukan centang pada kolom yang telah disediakan
yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Pengkajian awal dilakukan dalam 24 jam
pertama saat pasien masuk rumah sakit baik melalui UGD maupun melalui Poli.
Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan dengan metode SOAP pada tiap
shift dan dilakukan oleh perawat jaga serta dokter penanggungjawab dan akan
disampaikan pada saat timbang terima dari perawat yang berdinas pada saat itu
kepada perawat yang berdinas pada shift selanjutnya. Seluruh asuhan keperawatan
didokumentasikan pada catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), tetapi
sebagian besar perawat di ruang paviliun tidak menuliskan secara lengkap pada
lembar dokumentasinya, banyak sekali bahasa yang sama, dan hasil yang sama setiap
pasien pada lembar rekam medic setiap pasien, dan tidak menuliskan sebagaimana
ilmu tentang dokumentasi keperawatan, kurangnya pengawasan dari kepala ruang
menjadi factor penyebab kurang terstrukturnya dokumentasi keperawatan yang
dibuat,
I. Pelaksanaan Standar SAK
SAK merupakan Standar Asuhan Keperawatan yang ditetapkan oleh Depkes
dan dijadikan sebagai pedoman di rumah sakit. Di Indonesia secara legal telah
ditetapkan SAK, hal ini diberlakukan dan diterapkan di Rumah Sakit di seluruh
Indoenesia melalui SK Direktorat Pelayanan Medik No. YM 00.03 .2.6.7637 tahun 1993
tentang berlakunya SAK di rumah sakit sebagai salah satu kriteria asuhan profesional,
tolak ukur mutu asuhan keperawatan, dan salah satu dasar hukum asuhan profesional.
64
Selain itu peraturan tentang SAK juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan di Rumah Sakit
Khusus yang dikembangkan dan dikomunikasikan sebagai pedoman operasional dalam
pelayanan keperawatan (Kemenkes, 2015)
Ruang Paviliun RS Graha Sehat memiliki Buku pedoman SAK untuk
memberikan asuhan keperawatan yaitu menggunakan SDKI, SIKI, dan SLKI.
Sebagian besar perawat sudah menggunakan pedoman SAK namun masih tahap
penyesuaian dan masih perlu dibiasakan lagi karena pedoman SAK yang digunakan
adalah pedoman baru yang menggunakan SDKI, SIKI, SLKI, dengan begitu perawat
masih belum terbiasa dan masih ada kesalahan. Biasanya satu sama lain sesame
perawat atau sebagai kepala ruangan akan mengingatkan jika ada kesalahan.
J. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instukrsi tertulis yang
baku mengenai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan , bagaimana, dan
oleh siapa dilakukan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah
memberlakukan adanya SOP di rumah sakit yang meliputi SOP Profesi, SOP
Pelayanan, dan SOP administrasi. Menurut PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008
penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip yaitu: kemudahan dan kejelasan,
mudah dimengerti dan diterapkan, efisisien dan efektivitas, prosedurnya harus
sederhana dan efektif dalam penerapannya, prosedurnya harus selaras dengan standar
yang lain, bermutu dan dapat diukur, disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan
kualitas pelayanan yang berkembang, berorientasi pada pengguna, dan sesuai dengan
hokum yang berlaku (Stiyawan H, 2018). Pada ruang Paviliun RS Graha Sehat
sudah tersedia SOP baik itu SOP Profesi, SOP pelayanan, maupun SOP administrasi
SOP yang ada masih up to date untuk digunakan.
K. Program 6 Sasaran Keselamatan Pasien
Program sasaran keselamatan pasien telah diatur dalam SNARS (2018) sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi standar akreditasi rumah sakit yang diberlakukan
sejak Januari tahun 2018. Penyusunan sasaran keselamatan pasien pada SNARS
mengacu dari WHO Patient Safety (2007) tentang Nine Life-Saving Patient Safety
Solution yang digunakan juga oleh pemerintah. Tujuan dari sasaran keselamat pasien
ini adalah untuk mendorong rumah sakit agar melakukan perbaikan spesifik pada
keselamatan pasien. Terdapat 6 program sasaran keselamatan pasien yang harus
dipenuhi oleh setiap rumah sakit.
65
1. Sasaran 1: Mengidentifikasi pasien dengan benar
Standar SKP 1 : rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin ketepatan
identifikasi pasien
Elemen Penilaian SKP 1
1) Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien.
2) Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2 identitas dan
tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi pasien dirawat
sesuai dengan regulasi rumah sakit.
3) Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik,
dan terapeutik.
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah,
pengambilan spesimen, dan pemberian diet.
5) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan
intravena, hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik,
dan identifikasi terhadap pasien koma.
Standarnya Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan
terdapat paling sedikit 2 dari 3 bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal
lahir, nomor rekam medik, atau bentuk lainnya (misalnya, nomor induk
kependudukan atau barcode). Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk
identifikasi pasien, proses identifikasi ini dilakukan di semua area layanan rumah
sakit (Tim Penyusun SNARS, 2018).
Di Ruang Paviliun Proses identifikasi pasien dilakukan sejak dari awal pasien
masuk rumah sakit dan akan selalu dikonfirmasi dalam segala proses di rumah
sakit. Semua pasien baru yang masuk telah diberikan gelang identitas dan
ditanyakan namanya saat gelang disematkan. Pasien berjenis kelamin laki-laki
diberikan gelang berwarna biru sedangkan perempuan berwarna pink. Hasil
observasi terkait dengan gelang identitas mayoritas pasien telah menggunakan
gelang sesuai dengan ketentuan. Tidak ada kesalahan warna gelang atau
kesalahan identifikasi pasien di ruang Paviliun. Hanya saja seringkali perawat
melakukan tindakan hanya dengan menyebutkan nama pasien tanpa menanyakan
tanggal lahir dan melakukan identifikasi menggunakan gelang identitas.
2. Sasaran 2: peningkatan komunikasi yang efektif
66
Standar SKP 2: rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses
peningkatan efektivitas komunikasi verbal maupun melalui telpon antar PPA
Standar SKP 2.1 Rumah sakit menerapkan regulasi untuk proses pelaporan hasil
pemeriksaan diagnostic kritis
Standar SKP 2.2 Rumah Sakit menetapkan dan melaksanakan proses komunikasi
timbang terima (hand over)
Elemen Penilaian SKP.2
1) Ada regulasi tentang komunikasi efektif antar profesional pemberi asuhan.
2) Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antarprofesional pemberi asuhan.
3) Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh
penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan.
4) Penyampaian hasil pemeriksaaan diagnostik secara verbal ditulis lengkap,
dibaca ulang, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara lengkap.
Elemen Penilaian SKP.2.1
1) Rumah sakit menetapkan besaran nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan
hasil diagnostik kritis.
2) Rumah sakit menetapkan siapa yang harus melaporkan dan siapa yang harus
menerima nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan dicatat di rekam medis
Elemen Penilaian SKP.2.2
1) Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan di antara
profesional pemberi asuhan pada waktu dilakukan timbang terima pasien
(hand over).
2) Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung proses timbang terima
pasien bila mungkin melibatkan pasien. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang
catatan komunikasi yang terjadi waktu timbang terima pasien untuk
memperbaiki proses.
Sistem komunikasi di ruang Paviliun sudah dilakukan dengan SBAR dan
TBAK. Komunikasi lewat telepon sudah dilakukan secara SBAR dan TBAK,
kemudian untuk SOP komunikasi melalui telepon sudah tertempel di tembok nurse
station yang posisinya dekat dengan telpon sehingga memudahkan perawat untuk
membaca.
Saat melakukan komunikasi dengan dokter melalui telepon, perawat sudah
menyiapkan kertas untuk mencatat semua instruksi dokter dan mengkonfirmasi
ulang apa yang sudah dicatat oleh perawat. Begitu juga saat melakukan komunikasi
67
secara lisan atau visite dokter, jika ada tulisan dokter yang kurang jelas, perawat
mengkonfirmasikan atau menanyakan kembali instruksi yang diberikan oleh
dokter. Perawat juga sudah menjelaskan semua prosedur pelayanan kesehatan
mulai dari saat pasien masuk ruangan, pemeriksaan, diagnosis, rujukan dan saat
pasien keluar rumah sakit. Setiap akan melakukan proses tindakan keperawatan
sudah meminta persetujuan atau informed concent baik secara lisan atau pada
tindakan tertentu secara tertulis. Dalam proses timbang terima pasien perangkat
yang ada pada rung tulip juga sudah lengkap meliputi CAP timbang terima,
formulir alih ruang, formulir alih rawat, formulir resume pasien pulang, dan
formulir transportasi.
3. Sasaran 3: peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert
Medication)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat
bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien.
Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas obat risiko tinggi yaitu :
1) Obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan kematian atau
kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik
2) Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama
(look alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau
hydralazine dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip
(NORUM)
3) Elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau
lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar
dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan
magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih
Elemen Penilaian SKP. 3
1) Ada regulasi tentang penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan, dan
penggunaan obat yang perlu diwaspadai.
2) Rumah sakit mengimplementasikan regulasi yang telah dibuat.
3) Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu diwaspadai yang disusun
berdasar atas data spesifik sesuai dengan regulasi.
4) Tempat penyimpanan, pelabelan, dan penyimpanan obat yang perlu
diwaspadai termasuk obat NORUM diatur di tempat aman.
Elemen Penilaian SKP.3.1
68
1) Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mencegah
kekurang hati-hatian dalam mengelola elektrolit konsentrat.
2) Elektrolit konsentrat hanya tersedia di unit kerja/instalasi farmasi atau depo
farmasi.
Di Ruang Paviliun obat-obatan high alert diletakkan pada ruangan dan lemari
khusus dan sudah disesuikan dengan kamar pasien pada label obat dituliskan
nama, tanggal lahir, dan dosis yang harus diberikan. Dalam ruangan terebut juga
terdapat lembar pengisian form untuk pengambilan obat emergency. Sebagian
besar perawat telah menerapkan keamanan obat dan Cairan. Penerapan delapan
benar dalam menunjang keselamatan pasien yaitu: benar pasien, benar obat, benar
dosis, benar waktu, benar cara atau route pemberian, benar dokumentasi, benar
informasi, dan benar pengkajian juga sudah diterapkan. Pada saat peberian obat
high alert perawat juga sudah melakukan double check
4. Sasaran 4: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Rumah sakit harus menentukan area-area di dalam rumah sakit yang
melakukan tindakan bedah dan prosedur invasive dan menetapkan prosedur yang
seragam yang meliputi beri tanda ditempat operasi, lakukan verifikasi pra operasi,
dan melakukan time out sebelum insisi kulit.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Ruang pavilion sebelumnya
belum ada insiden terkait salah pasien operasi atau salah tindakan operasi, perawat
selalu mengikuti prosedur pasien operasi dengan baik.
5. Sasaran 5: pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Standar SKP 5: Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan
melaksanakan evidencebased hand hygiene guidelines untuk menurunkan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian SKP.5
1) Ada regulasi tentang pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) yang
mengacu pada standar WHO terkini.
2) Rumah sakit melaksanakan program kebersihan tangan (hand hygiene) di
seluruh rumah sakit sesuai dengan regulasi.
3) Staf rumah sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur.
4) Ada bukti staf melaksanakan lima saat cuci tangan.
5) Prosedur disinfeksi di rumah sakit dilakukan sesuai dengan regulasi
69
6) Ada bukti rumah sakit melaksanakan evaluasi terhadap upaya menurunkan
angka infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Di Rumah sakit Graha Sehat khususnya di ruang Paviliun mengadopsi
pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum
dari WHO Guidelines on Patient Safety. Sebagian besar perawat telah
menerapkan tindakan untuk mengurangi infeksi dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, mendisinfeksi bagian tubuh yang
akan dirawat luka, memakai alat-alat yang sudah disterilkan, namun dalam hal ini
beberapa perawat masih belum memiliki kesadaran penuh dalam memakai sarung
tangan saat melakukan tindakan seperti memasang dan melepas infus. Didepan
tiap kamar pasien juga sudah terdapat desinfektan. Hal ini menunjukkan
kepedulian yang tinggi untuk mencegah infeksi yang ada di rumah sakit karena
tingginya angka infeksi ini akan memicu terjadinya ketidakpuasan yang dirasakan
oleh pasien sebagai konsumen rumah sakit.
Implementasi penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs tersedia pada titik-
titik pelayanan namun ketika habis petugas tidak segera melakukan isi ulang
karena proses pengadaan barang di Rumah Sakit Graha Sehat memerlukan waktu
yang lama. Perawat pelaksana harus mengisi formulir pengadaan barang yang
harus ditanda tangani oleh kepala ruang, setelah itu kepala ruang harus meminta
tanda tangan kepala pendendalian dan pencegahan infeksi di rumah sakit. Di
ruang Paviliun tersedia wastafel yang terdapat di nurse station dan untuk alat
pengering tangan di ruang paviliun menggunakan tisu handuk.
6. Sasaran 6: Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh
Standar SKP.6 Rumah sakit melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat
pasien jatuh.
Elemen Penilaian SKP.6
1) Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera karena jatuh.
2) Rumah sakit melaksanakan suatu proses asesmen terhadap semua pasien rawat
inap dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, dan lokasi terindikasi berisiko
tinggi jatuh sesuai dengan regulasi.
3) Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen
ulang dari pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan teridentifikasi
risiko jatuh.
70
4) Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien dari
situasi dan lokasi yang menyebabkan pasien jatuh.
Di ruang paviliun hampir semua perawat telah menerapkan usaha pencegahan
jatuh dengan menaikkan pengaman atau pembatas tempat tidur. Pemasangan
pengaman tempat tidur sangat penting disediakan terutama pada pasien dengan
kesadaran menurun dan gangguan mobilitas. Perawat juga sudah meletakkan bel
di dekat pasien dan menganjurkan pasien untuk menggunakan bel bila
memerlukan bantuan, supaya tidak terjadi hal-hal tidak terduga yang
mengakibatkan pasien jatuh atau membuat cidera baru. Selain itu, perawat
memberikan tanda atau etiket atau label pada tangan pasien dan tanda segitiga
berwarna kuning yang di letakkan di sisi tempat tidur untuk pasien risiko jatuh,
namun dalam hal ini beberapa pasien dan keluarga masih sering menurunkan
pengaman yang terdapat disisi tempat tidur, hal tersebut dilakukan saat ada
pengunjung yang datang untuk menjenguk dan setelah pengunjung pulang
pengaman tidak dipasang kembali, tetapi selama 1 tahun terakhir ini belum ada
laporan kasus pasien jatuh di ruang tulip hal tersebut dikarenakan perawat selaku
melakukan pengkajian ulang resiko jatuh pada pasien.
71
Sumberdana rumah sakit yaitu:
1) Sistem yang digunakan dalam sumber keuangan
Sistem keuangan Ruang Paviliun RS Graha Sehat terpusat pada keuangan rumah
sakit. Sumber utama pendanaan rumah sakit berasal dari APBN dan APBD. Tidak ada
pengeloaan uang secara langsung di Ruang Paviliun.Administrasi bertugas merinci dan
checklist terkait dengan tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan dalam pemberian
asuhan. Pengisian checklist dan rincian tindakan keperawatan dilakukan secara online,
sehingga dari bidang keuangan rumah sakit langsung bisa mengetahui terkait halitu.
Prosedur pembayaran pasien pulang yaitu setelah mendapat rincian pembiayaan dari
administrasi ruangan, keluarga pasien bisa lagsung melakukan pembiayaan di kasir
rumah sakit. Waktu penyerahan lembar rinciaan pembiayaan, administrasi atau perawat
menjelaskan kepada keluarga pasien terkait prosedur pembiayaan ataupun prosedur
yang harus dilakukan keluarga pasien sebelum pasien pulang. Hal ini terjadi pada setiap
ruangan, semua keuangan yang ada di RS Graha Sehat di kelolamen jadi satu oleh
bagian bidang keuangan rumah sakit.Akan tetapi, dengan adanya sistem ini keluarga
atau pasien tidak dapat menyelesaikan admisnistrasi pasien pulang dalam sekali waktu
karena harus melengkapi prosedur baik di ruangan maupun di kasir rumah sakit.
Adapun terkait dengan pengadaan barang atau alat kesehatan disentralisasi oleh
rumah sakit. Sehingga ruangan tidak dapat melakukan pengadaan barang secaraman
diri. Apabila ruangan ingin mengadakan alat atau barang, maka ruangan mengajukan
kebagian pengadaan barang. Rumah sakit ini juga bekerjasama dengan pihak lain yaitu
BPJS, SPM, DinasSosial, dan lain sebagainya. Apabilapasien yang memiliki atau
terdaftar dalam salah satu pihak yang telah bekerjasama dengan rumah sakit, maka
pasien tersebut tidak perlu melakukan pembiayaan secara langsung karena sudah dalam
pembiayaan pihak tersebut.
RS Graha Sehat dapat mendanai semua pegawai yang didelegasikan untuk
mengikuti pelatihan ataupun seminar, tetapi dengan melalui prosedur yang sudah
ditentukan oleh rumah sakit.Salah satu contohnya pelatihan atau seminar yang diikuti
oleh perawat. Adapun prosedurnya yaitu perawat mengajukan permohonan terkait
pembiayaan pelatihan atau seminar kepada bagian bidang keuangan dengan persetujuan
kepala ruang, kepala instalasi rawat inap, dan direktur rumah sakit.Apabila dari semua
pihak sudah menyetujui pembiayaan seminar atau pelatihan didanai oleh pihak rumah
sakit, apabila tidak disetujui pembiayaan ditanggung pribadi.
72
Ruang Paviliun memiliki uang kas yang bersumber dari iuran rutin karyawan di
ruang paviliun. Uang kas tersebut digunakan untuk kepentingan bersama di ruang
Paviliun seperti menjenguk karyawan ruang paviliun yang sedang sakit dan berlibur
bersama seluruh karyawan ruang Paviliun.
73
mengharapkan kesakitan dari pasien untuk tersebut datang kerumah sakit yang
mereka kelola. Namun ketika ruaha sakit memutuskan untuk beriklan, rumah saikit
harus benar benar siap. Jika tidak, mereka akan berhadapan dengan undang undang
perlindungan konsumen seperti yang dialami rs, hiffokaruavhi yang pernah memiliki
pengalamna tidak menyenangkan saaat mereka berusaha melakukan promosi di media
masa. Saat pembukaan RS berupaya untuk menarik minat pelnggan dengan
memasangkan iklan pemberitahuan dan informasi sebanyak sethngah halangan
disalah satu media cetak , pada iklan tersebut dicntumkan mengenai fasilitas
kesehatan dan tenaga mdis yang dimiliki oleh tersebut. Tetapi ternyta iklan tersebut
mendapat sambutan yang tidak menyenangkan dari anggota DPR karena dinilai tidak
etis. Dengan adanya kejadian ini, rumah sakit lainnya berfikir 2 kali untuk
mengiklankan rumah sakit mereka karena takut akan menjadi masalah denagn
anggota dewan.
a. Jumlah rata-rata pasien/hari, di Ruang Tulip Bulan agustus 2020 minggu pertama.
Jumlah rata-rata pasien/hari di Ruang Paviliun sejumlah 4 pasien, dan memiliki
sisa 2 bed.
Tabel Jumlah Pasien tahun 2020 di Ruang Paviliun RS Graha Sehat
No Hari Jumlah Pasien
1 Senin 4
2 Selasa 4
3 Rabu 4
74
Gambar Diagram Data Pasien MRS pada bulan Agustus 2020 dalam 3 hari di minggu
pertama.
Jumlah rata-rata pasien MRS di Ruang Paviliun pada bulan agustus setiap harinya yaitu 4
pasien/hari. Pasien di Ruang Paviliun memiliki sisa 2 bed setiap harinya.
b. BOR di Ruang paviliun pada bulan Agustus 2020 di minggu pertama
Tabel BOR di Ruang Tulip bulan Juni di minggu pertama
Kriteria Hari
Senin Selasa Rabu
BOR % 100% 100% 100%
Standar 60%- 60%- 60%-
ideal 85% 85% 85%
BOR
*standar Depkes RI, 2005
Jumlah hari perawatan: hari 1 pasien yang dirawat sebanyak 4 pasien, hari 2 pasien
yang dirawat sebanyak 4 pasien, hari ke 3 pasien yang dirawat sebanyak 4. Maka
jumlah hari perawatan dari hari 1-3 yaitu 12. Selama 3 hari (periode)
12
BOR = x 100%
6𝑥3
12
= x 100% = 66.6%
18
Tabel diatas menunjukkan hasil dari perhitungan BOR di Ruang Paviliun RS Graha
Sehat pada Bulan Agustus 2020 per hari. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa hari senin
sebanyak 66.6%, hari selasa sebanyak 66.6%, hari rabu sebanyak 66.6%. Data dari hasil
pengkajian dan perhitungan tersebut menunjukkan nilai BOR dari hari senin sampai rabu di
minggu pertama pada bulan agustus 2020 berada dalam kriteria standar Depkes RI tahun
75
2005. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di Ruang paviliun dilakukan
dengan efektif dan menunjukkan strategi marketing berjalan dengan baik sehingga minat
yang ditunjukkan dalam melakukan kunjungan ulang yang standart.
76
2.1.2 Analisis SWOT
ANALISA SWOT M1 (Man)
Analisa SWOT Bobot Rating Rating x Bobot
Faktor Internal (IFAS) IFAS
Stregth = S-W
1. Sudah ada SOP masing- 0,10 3 030 = 3,00-2,1
masing untuk petugas = 0,9
ruangan sesuai jabatan
2. Terdapat struktur organisasi 0,20 3 0,60
3. Adanya perawat yang 0,25 3 0,75
mengikuti pelatihan-
pelatihan
4. Hubungan antar perawat 0,20 3 0,60
juga terjalin dengan baik.
5. Terdapat komunikasi 0,25 3 0,75
terapeautik antara tenaga
kesehatan dengan pasien
TOTAL 1 3,00
Weakness
1. Perawat belum sesuai 0,10 3 0,3
menurut IPNI 2016
2. Perawat blum ada yang 0,4 3 1,2
mengikuti pelatihan MAKP
3. Tenaga perawat shif siang 0,10 3 0,3
dan malam masing–masing
hanya berjumlah 2 orang
sehingga tidak sebanding
dengan jumlah pasien
dirawat
4. Beban kerja perawat tinggi 0,10 3 0,3
TOTAL 0,7 12 2,1
Faktor Eksternal (EFAS) EFAS
= O-T
Opportunity = 3,25-2,60
1. Adanya Asper yang 0,45 3 1,35 = 0,65
membantu pekerjaan
perawat ruangan
2. Beberapa perawat 0,30 3 0,90
mempunyai kemauan untuk
melanjutkan ke jenjang lebih
tinggi
3. Adanya perawat 0,25 4 1,00
magang/orientasi
TOTAL 1 3,25
Theatred
1. Ada tuntutan tinggi dari 0,25 3 0,75
masyarakat untuk pelayanan
77
yang lebih profesional
2. Makin tinnginya kesadaran 0,35 3 1,05
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
3. Adanya persaingan dengan 0,15 2 0,30
rumah sakit lain
4. Adanya pertanggungjawaban 0,25 2 0,50
legalitas bagi pasien
TOTAL 1 2,60
ANALISIS SWOT M2
No. ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING
M2 (Sarana dan1.Prasarana )
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1. Tersedianya gedung dan peralatan 0,2 2 0,4 S-W
medis yang sudah cukup sesuai 2,8-4,3= -
standart. 1,5
2. Nurse station terletak di daerah
yang strategis 0,1 2 0,2
3. Adanya kamar mandi di setiap
ruangan 0,2 3 0,6
4. Tersedia televisi di setiap ruangan
yang bisa digunakan 0,2 3 0,6
5. Tersedia AC di setiap ruangan
6. Adanya ventilasi udara di setiap
ruangan 0,1 3 0, 3
7. Tersedia tempat sampah medis
dan non medis 0,1 4 0,4
0,1 3 0,3
TOTAL 1 2,8
WEAKNESS 0,3 2 0,6
1. Ketidak disiplinan pengunjung
terhadap peraturan ruangan
2. Tidak tersedianya alat EKG
3. Tidak tersedia safety box untuk 0,9 3 2,7
pembuangan benda tajam 2
4. Tidak ada ruang khusus/ ruang 0,2 0,4
tindakan
5. Ada beberapa peralatan di 2
ruangan yang jumlahnya masih 0,1 0,2
perlu ditambah sesuai dengan 2
kebutuhan ruangan 0, 1 0,2
6. Terbatasnya tissue di tempat cuci
tangan
2
0, 1 0,2
78
TOTAL 1,7 13 4,3
EKSTERNAL FACTOR (EFAS) O-T
OPPURTUNITY 2,3 -2 =
1. Adanya kesempatan untuk 0,4 2 0,8 0,3
menambah alat yang kurang.
2. Adanya kerjasama antara rumah
sakit dan pihak luar yang dapat 0,3 2 0,6
menyediakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
3. Kebijakan pemerintah untuk
menambah sarana dan prasarana
di rumah sakit.
0, 3 3 0,9
Total 1 2,3
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat yang 0,4 2 0,8
tinggi terhadap pelayanan
kesehatan sehingga memerlukan
peralatan yang memadai .
2. Pasien rawat inap di ruang
PAVILLIUN masih sering
komplain dengan tingkat 0,6 2 1,2
kebersihan wastafel ruangan.
Total 1 2
ANALISIS SWOT M3
No. Unsur Manajemen Bobot Rating Bobot x
Rating
INTERNAL FACTOR (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
1 Sudah memiliki visi, misi, dan
motto sebagai acuan untuk 0,09 5 0,45
memberikan layanan kesehatan
2 Proses timbang terima dilakukan
diruangan perawat dan validasi 0,06 4 0,24
ke bed pasien.
3 Pelaksanaan timbang terima
menggunakan SBAR dan ada S-W=
0,06 3 0,18
buku untuk pendokumentasian 4,09-6,2
hasil timbang terima. = -2,11
4 terdapat feedback dari supervisor
untuk setiap tindakannya guna
untuk memberikan
0,02 3 0,06
pengharagaan kepada tim atau
perawat yang sudah melakukan
tugas dengan baik.
5 Kegiatan discharge planning
0,06 4 0,24
tersusun secara baik karena
79
adanya SOP dan adanya lembar
discharge planning.
6 Pemberian obat menggunakan
0,06 4 0,24
dosis one day one dose
7 Proses penyimpanan obat yang
telah diberikan dilakukan
dengan baik karena sudah
diletakkan di lemari obat disertai
dengan nama pasien. Obat yang
0,06 5 0,3
diterima dicatat dan disusun di
lemari obat dilakukan oleh
perawat. Satu kotak pasien berisi
obat oral maupun obat intravena
sesuai dengan kebutuhan pasien
8 Dokumentasi asuhan
keperawatan dilakukan dengan 0,02 5 0,1
manual dan digital
9 Menggunakan pedoman SAK
yang terupdate. Yaitu SDKI, 0,06 4 0,24
SLKI, dan SIKI.
10 Tersedia SOP baik itu SOP
Profesi, SOP pelayanan, maupun
SOP administrasi SOP yang ada 0,06 4 0,24
masih up to date untuk
digunakan.
11 Gelang identitas pasien sudah
terpasang sesuai prosedur
sehingga tidak ada kesalahan
0,09 5 0,45
warna gelang atau kesalahan
identifikasi pasien di ruang
pavilion
12 Sistem komunikasi di ruang
Paviliun sudah dilakukan dengan 0,09 4 0,36
SBAR dan TBAK
13 Obat-obatan high alert
0,09 4 0,36
diletakkan pada lemari khusus
14 belum ada insiden terkait salah
pasien operasi atau salah 0,09 3 0,27
tindakan operasi
15 perawat memberikan tanda atau
etiket atau label pada tangan
pasien dan tanda segitiga
0,09 4 0,36
berwarna kuning yang di
letakkan di sisi tempat tidur
untuk pasien risiko jatuh
1 61 4,09
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Terdapat peran ganda dalam
0,6 2 1,2
pelaksanaan tugas
2 Penerapan MAKP kurang 0,08 2 0,16
80
optimal
3 Pelaksanaan pre dan post
conference belum dilakukan 0,12 1 0,12
sebagaimana mestinya
4 Pelaksanaan timbang terima
terkait pembahasan 0,08 2 0,16
keperawatannya kurang optimal.
5 Supervise belum dilaksanakan
0,9 3 2,7
dengan optimal
6 Ronde keperawatan belum
0,5 3 1,5
dilaksanakan dengan optimal
7 Diskusi refleksi kasus belum
0,12 1 0,12
dilaksanakan dengan optimal
8 Pendokumentasian askep masih
belum begitu benar karena 0,08 2 0,16
memakai panduan baru.
9 five moment dan penggunaan
0,08 2 0,16
APD belum maksimal
10 Pengoplosan obat dilakukan oleh
0,08 1 0,08
perawat bukan petugas farmasi
Total 1 15 6,2
EXTERNAL FACTOR (EFAS)
OPPORTUNITY (PELUANG)
1 RS Graha Sehat merupakan
rumah sakit yang dipercaya 0,2 2 0,4
rakyat atas pelayanannya.
3 Adanya program pelatihan untuk
perawat yang mempunyai 0,3 2 0,6
kesempatan.
4 Adanya kerjasama dengan
O-T= 1-
rumah sakit terakreditasi A 0,4 2 0,8
1,8
untuk program pelatihan.
= -0,8
Total 1 13 1
THREAT (ANCAMAN)
1 Terdapat RS lain yang lebih
lengkap, besar dan lebih bagus
0,6 3 1,8
akreditasinya pada jarak kurang
dari 1 KM.
2 Terdapat kritik terkait obat yang
0,4 2 0,8
telat dan lama.
Total 1 5 2,6
81
M4 (MONEY)
NO ANALISIS SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1) Pengisian checklist dan rincian pemberian asuhan yang 0,25 5 1,25
dilakukan secara online
2) Adanya pihak administrasi 0,15 4 0,60
3) Sistem keuangan dilakukan secara sentral di bidang 0,20 4 0,80
keuangan RS yang bertujuan untuk meminimalisir beban s-w=
kerja diruangan 4,1-3,5=
4) Sedangkan pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS, 0,15 4 0,60 0,6
dan biaya sendiri. Biaya Perawatan yang berlaku saat ini
sesuai kelas perawatan.
5) Tiap perawat memperolehpendapatan dari rumah sakit 0,15 3 0,45
berupa lauk pauk
6) Untuk tarif seperti dokter, makanan perawat, HR perawat 0,10 4 0,40
maupun dokter sudah terencana sesuai dengan tarif yang
ditentukan rumah sakit.
1 4,1
TOTAL
TOTAL 1 3,5
b. EkternalFaktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1) Pengeluaran sebagian besar dibiayai oleh institusi
2) Adanya kesempatan untuk menggunakan konsumsi 0,45 5 2,25 o-p=
medis sehingga menghemat pengeluaran 0,35 4 1,4 4,45 – 4
3) Rumah sakit bekerja samadengan bpjs = 0,45
0,20 4 0,8
TOTAL
1 4,45
TREATHENED
1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari pasien dan
keluarga untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik 1 4 4
dengan biaya yang dikeluarkan
TOTAL
1 4
82
ANALISIS SWOT M5
UNSUR MANAJEMEN BOBOT RATING BOBOT X RATING
Internal factor (Ifas)
Strength (kekuatan)
1. Petunjuk ruangan 0,3 1 0,3
paviliun telah tersedia
2. BOR Ruang paviliun 0,4 2 0,8
sesuai dengan standar
Depkes RI
3. Terdapat petunjuk jalur 0,2 2 0,4
evakuasi yang terpasang
di dinding
4. Memiliki 1 kotak saran 0,1 1 0,1
(S-W)
untuk pasien
3,1 – 1,7=
5. Merupakan satusatunya 0,4 3 1.5
1,4
ruang rawat inap
VIP/VVIP
Total 1.4 9 3,1
Weakness (kelemahan)
1. Tidak dilakukan penilaian 0,2 1 0,2
kepuasan perawat
2. Tidak memiliki website 0,5 3 1,5
ruangan
Total 0,7 4 1,7
External factor (Efas)
Opportunity (peluang)
1. Bekerja sama dengan 0,3 2 2,4
perusahaan asuransi
seperti BPJSdan
jasaraharja
2. Memiliki wibsite rumah 0,3 2 0,6
sakit
3. Memikiki akun media 0,3 1 0,3 (O-T)
sosial rumah sakit graha 3,5-3,6= -0,1
Total 1,1 7 3,5
Treathed (ancaman)
1. Adanya rumah sakit lain 0,9 4 3,6
yang menjadi pesaing
Total 0,9 4 3,6
83
DIAGRAM LAYANG
84
2.2 Identifikasi Masalah
Daftar Masalah
No Masalah
Ketenagaan (Man/M1)
1 Perawat belum sesuai menurut IPNI 2016
2 Perawat blum ada yang mengikuti pelatihan MAKP
3 Tenaga perawat shif siang dan malam masing–masing hanya
berjumlah 2 orang sehingga tidak sebanding dengan jumlah pasien
dirawat
4 Beban kerja perawat tinggi
Sarana dan Prasarana (Material/M2)
1. Ketidak disiplinan pengunjung terhadap peraturan ruangan
Metode (Methods/M3)
7. Timbang terima belum tersturuktur dan tidak berjalan maksimal
karena serangkaian proses timbang terima dimulai pada saat jumlah
perawat belum lengkap atau terlambat datang sehingga tidak
mendapatkan informasi secara menyeluruh.
8 Belum pernah dilakukan DRK karena beban kerja perawat yang
berlebihan sehingga membuat motivasi perawat kurang dalam
melaksanakan DRK
9 Tidak mempunyai SOP discharge planning
10 Dokumentasi menggunakan manual
11 Pengembalian obat pada pasien pulang dari ruangan ke farmasi masih
sering terlambat sehingga menghambat pemulangan pasien
12 Kurangnya kesadaran dari pasien dan pengunjung terkait dengan
resiko jatuh pada pasien karena kurangnya sosialisasi dari perawat
13 Hand hygiene five moment dan penggunaan APD belum maksimal
14 Sedikit sekali SOP dan tindakan medis atau keperawatan yang belum
up to date untuk digunakan
15 Pengoplosan obat dilakukan oleh perawat bukan petugas farmasi
16 Belum terlaksananya tugas farmasi dengan baik
16 RS lain yang sudah mulai menggunakan model dokumentasi
elektronik sehingga membuat layanan yang diberikan lebih baik
Sumber Keuangan (Money/M4)
Waktu penyelesaian adminidtasi pasien pulang tidak dapat dilakukan
18 sekali waktu
85
Pengadaan barang ruangan tidak dapat diterima secara langsung
9 Terbatasnya tissue di 2 2 2 2 8 11
tempat cuci tangan
86
10 Ada beberapa peralatan di 2 2 1 1 6 22
ruangan yang jumlahnya
masih perlu ditambah
sesuai dengan kebutuhan
ruangan
23 Pengadaan barang 2 2 1 1 6 20
ruangan tidak dapat
diterima secara langsung
24 Tidak dilakukan penilaian 3 2 1 1 7 13
kepuasan perawat
25 Adanya rumah sakit lain 5 4 4 3 17 5
yang menjadi pesaing
87
26 Tidak memiliki website 4 4 1 1 10 8
ruangan
Keterangan:
- Magnitude (M) : berapa banyak orang yang terkena dampak masalah tersebut
- Severity (S) : Besarnya Kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case
fatality dari masing- masing
- Vulnerebility (V) : menunjukkan sejauh mana masalah tersebut
- Community an Political Concern (C) : menunjukkan sejauh mana masalah tersebut
menjadi concern atau kegusaran orang dan para pemangku kebijakan
- Affordability (A) : menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia untuk mengatasi
masalah tersebut
Adapun skor penilaian yang digunakan adalah:
1: tidak ada 4: banyak
2: kurang 5: sangat banyak
3: cukup
Berdasarkan penampisan prioritas masalah, maka diperoleh masalah-masalah yang
menjadi prioritas untuk diselesaikan, yaitu:
88
BAB III
PERENCANAAN
Plant Of Action
No. Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Penanggung jawab Waktu
1. Supervise belom 1. Adanya pemantantauan dari 1. Tindakan asuhan Zaifan Shidqi 18 Agustus-19
dilakukan dengan optimal bidang kepelayanan keperawatan Nuvia Ayu Agustus 2020
keperawatan terhadap sesuai dengan
kegiatan supervisi SPO yang sesuai
2. Melakukan supervises dengan peraturan
secara berkala berdsarkan di rumah sakit
uraian tugas dan fungsi masing-masing
masing2 berdasarkan
jadwal yang telah di
sepakati
3. Memberikan reward kepada
perawat kinerja yang
baiksesuai SPO
4. Pemberian bimbingan dan
motivasi serta arahan pada
pekerja yang tidak sesuai
SPO
89
kritis terhadap baik
pengaplisian konsep 3. Pasalah klien
teori ke dalam praktek teratasi
keperawatn. dengan
2. Menerapkan tidakan ronde
pelaksanaan ronde keperawatan
keperawatan secara 4. Perawat
teratur sehinnga mampu
mendaptkan kualitas mengpikasika
asuhan dengann n ronde
kalaborasi antar tenaga keperawatn
kesehatan.
3. Bidang keperawatan
atau komite rumahsaki
selalu melakukan
evaluasi terus menerus
pelaksanaa ronde
keperawatan.
3. Terdapat peran ganda 1. Membuka lowongan 1. Beban kerja Isma Warda
dalam pelaksanaan tugas pekerjaan untuk tenaga perawat lebih Vivi Faridah
perawat sesuai AIPNI berkurang
2016
2. Meningkatkan kinerja
perawat dengan
memperhatikan faktor-
faktor penyebab stress
kerja dan berupaya
untuk menguranginya.
3. Mengadakan rekreasi
karyawan bersama
keluarganya sarana
untuk mengenal
90
keluarga dan
mendekatkan hubungan
antara karyawan dengan
keluarganya.
4. Tidak tersedia safety box 1. Melakukan pengajuan 1. Tersedia safty Rizal Elvani
untuk pembuangan benda mengadakan sefty box box setiap Mrvelinda Diah
tajam untuk meminimalisir ruangan
penyebaran penyakit
5. Adanya rumah sakit lain 1. Peningkatan skill 1. Rumah sakit Siti Roufatul
yang menjadi pesaing 2. Peningkatan SDM menjadi Sulaiha
seluruh jajaran rumah unggul dan M. Miftahul Huda
sakit menjadi
3. Penambahan Fasilitas pimpinan
sarana dan prasarana utama
4. Pemberian kompensasi masyarakat.
yang layak pada SDM
91
BAB IV
PELAKSANAAN PROPOSAL ROLEPLAY MANAJEMEN KEPERAWATAN
92
BAB V
EVALUASI
5.1 EVALUASI STRUKTUR
Selama proses menejemen keperawatan di Ruang paviliun Rs Graha Sehat
kelompok 3 membagi tugas. Tugas yang dibagi di anataranya yaitu M1-M5, yaitu M1
ditugaskan kepada Sulaiha dan zaifan sidqi dan Rizal el fany, M2 ditugaskan kepada
Novia ayu dan Marvelinda, M3 ditugaskan kepada Miftahul Huda dan Vivi Farida dan
Riki Pratama, M4 ditugaskan kepada Sofi Puspitasari dan Herlina Amalia p, M5
ditugaskan kepada Maharani, Siti Roufatul Jannah dan Isma Warda. Kemudian kami
menyelesaikan tugas tesebut.
Setelah kami menyelesaikan M1-M5 , kami membagi tugas kembali dari BAB1-
BAB 6. Pembagian BAB 1 ditugaskan Vivi Farida, BAB 2 ditugaskan kepada Isma
Warda dan Herlina Amalia, BAB 3 ditugaskan kepada Nuvia Ayu,Riki dan Zaifan, BAB
4 memiliki beberapa rincian proposal roleplay antara lain yaitu pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pelaksanaan peran ditugaskan kepada vivi farida, supervise
keperawatan dan ronde keperawatan ditugaskan kepada miftahul huda, pelaksanaan
timbang terima dilaksanakan kepada siti roufatul, pelaksanaan setralisasi obat dan
logistic ditugaskan kepada marvelinda, pelaksanaan dekomentasi perawatan ditugaskan
kepada sofi puspitasari, selanjutnya pada BAB 5 yaitu kami mengevaluasi dari seluruh
BAB 1-BAB 4 dan BAB 6 dilakukan kesimpulan dari keseluruhan yang di tugaskan
kepada sulaiha dan maharani.
5.2 EVALUASI PROSES
KEGIATAN KELOMPOK 3
Rabu ,05 Agustus 2020
NO KEGIATAN JAM
1. Melakukan pengkajian di rumah sakit graha sehat di ruang 11.00
paviliun
2. Melakukan diskusi di grup WhatsApp kelompok, membahas 13.00
hasil pengkajian di Rs Graha Sehat WIB
93
Rabu, 12 agustus 2020
NO KEGIATAN JAM
1. Mengerjakan Analisis SWOT 07.15-
13.00
WIB
2. Melakukan persamaan presepsi dan diskusi bersama satu 13.00-
kelompok terkait POA 13.30
WIB
4. Melakukam konsultasi melalui Whatshap bersama ibu iin aini 14.27
isnawaty S,kep,Ners
5. Pembagian tugas BAB 2-BAB 6 10.16
WIB
94
1. Mengerjakan perbaikan skrip role play sesuai dngan saran 18.00
dari pembimbing dengan kelompok melalui Whatsapp
Group
95
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktik profesi manajemen keperawatan di Ruang Paviliun RSUD Graha Sehat
Kabupaten Probolinggo tanggal 05 agustus – 22 agustus 2020, kami dapat menyimpulkan
bahwa secara umum pelaksanaan manjemen keperawatan telah dilaksanakan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dengan dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen secara umum dari
mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi manajemen keperawatan.
Faktor utama dalam keberhasilan pengelolaan ruangan adalah pengelolaan sumber daya
manusia dengan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan unsure pimpinan/kepala
ruangan (Ners) dan pelaksana keperawatan ditunjang dengan adanya Standar Prosedur
Operasional (SPO) Tekhnis Keperawatan dan Standar Prosedur Operasional (SPO)
manajemen keperawatan.
Adapun rencana dari program kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa selama praktek
profesi manajemen keperawatan di Ruang Paviliun adalah :
7. Meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu melalui ronde
keperawatan
8. Memotivasi dan mengingatkan perawat untuk memakai APD dan menerapkan SOP
9. Melengkapi kebutuhan alat medis yang dibutuhkan diruangan
10. Melaporkan dan berkoordinasi dengan kepala ruangan bahwa ruang paviliuni
membutuhkan format pengkajian khusus.
11. Mensosialisasikan peningkatan skill dengan diberikannya pelatihan diluar atau
didaam rumah sakit
12. Pengukuran tingkat kepuasan perawat masih belum dilakukan secara spesifik di
ruang Mawar
B. Saran
Dengan telah selesainya praktik profesi manajemen keperawatan, maka untuk perbaikan
ke depan, kami mengajukan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Pelaksana Pelayanan Keperawatan Ruang Paviliun RS Graha Sehat kabupaten
Probolinggo
a. Melaksanakan SPO Teknis Keerawatan secara konsisten
b. Melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan secara berkelanjutan
96
2. Bagi Kepala Ruang Paviliun RS Graha Sehat kabupaten Probolinggo
a. Melanjutkan manajemen keperawatan yang telah terlaksana dengan baik mengenai
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP)
b. Melaksanakan fungsi pengawasan dan evaluasi secara lebih terpadu dengan
melibatkan lintas program dan bidang
3. Bagi Ruang Paviliun RS Graha Sehat kabupaten Probolinggo
a. Mendukung dan memfasilitasi terselenggaranya Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MPKP) termasuk pemenuhan tenaga perawat dan fasilitas keperawatan
b. Melaksanakan fungsi pengawasan dan evaluasi secara lebih terpadu dengan
melibatkan lintas bidang atau bagian.
c. Meningkatkan kepuasan perawat dengan cara memberikan reward sistem sesuai
kinerjanya.
d. Mengadakan format pengkajian khusus Ruang Paviliun.
97
DAFTAR PUSTAKA
Airmadidi, W. M. (2018). No Title, 8(2), 92–98.
Berkelanjutan, J. P. (2019). Kata Kunci : Rumah Sakit, Limbah Medis Padat 40, 1(1), 40–52.
Imelda, C., & Rosa, J. (n.d.). PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN STRESS
KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DR. M.
HAULUSSY AMBON Cythia Imelda Tjokro dan Jean Rosa Asthenu Dosen Politeknik
Negeri Ambon.
Murwani, I. (2009). Komunikasi Terapeutik Panduan Bagi Perawat. Fitramaya: Yogyakarta.
Nursalam, 2017. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Madika.
Sari, R. M., & Zainaro, M. A. (2018). MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA
KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN, 12(4), 244–252.
Ok, T. (2019). STRATEGI BERSAING DALAM RANGKA MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASIA ( STUDI KASUS RS . BHAKTI ASIH KARANG
TENGAH -, (January 2018).
Oxyandi, M., Yanthi, Z., Murni, D., & Maisa, E. A. (2019). Supervisi Keperawatan Berbasis
In House Training Pada Kegiatan Identifikasi Resiko Jatuh Dengan Metode Humpty
Dumpty, 1(2), 29–40.
Sari, R. M., & Zainaro, M. A. (2018). MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA
KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN, 12(4), 244–252.
98
PROPOSAL ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU
MANAJEMEN KEPARAWATAN
1. Kepala ruangan
1) Mendelegasikan kepada PP atau PA
2) Memperkenalkan PP atau PA
3) Menerima pasien baru
2. Perawat primer
1) Menerima telepon dari rekam medik/IGD/Poliklinik
2) Menyiapkan lembar serah terima dan penerimaan pasien baru
3) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
4) Menerima obat, alat, hasil pemeriksaan penunjang yang dibawa dan catatan khusus.
5) Melakukan pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi
keperawatan pada pasien baru.
6) Mengorientasikan pasien dan keluarga tentang tata tertib ruangan, situasi dan kondisi
ruangan
7) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab dan
memperkirakan hari perawatan jika memungkinkan.
8) Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien
9) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3. Perawat associate
Membantu perawat primer dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru
PENDAFTARAN PASIEN
DIDAMPINGI:
1. KELUARGA
2. PIHAK
IGD BERWENANG
POLI
PENDAFTARAN
PERAWATAN PASIEN
PEMBAYARAN
PERAWATAN DI
LOKET TERPADU
BAB III
PELAKSANAAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Hari/ Tanggal : Rabu/19 Agustus 2020
Pukul : 09.00 WIB - selesai
Pelaksana : Kepala ruangan, Perawat Primer dan Perawat
Associate
Topik : Aplikasi peran, pelaksanaan penerimaan pasien
baru
Tempat : Ruang Paviliun
Sasaran : Pasien baru masuk di Ruang Paviliun
3.2 Pengorganisasian
Penanggung jawab : Vivi Faridah,S.Kep
M. Miftahul Huda,S.Kep
Kepala ruangan : Isma Warda,S.Kep
Perawat Primer : Herlina Amalia M.S,S.Kep
Marvelinda Diah A.L,S.Kep
Perawat Associate : Maharani Hariri,S.Kep
Nuvia Ayu,S.Kep
3.3 Metode
Role play.
3.4 Media
1. Lembar serah terima pasien.
2. Lembar pasien masuk rumah sakit
3. Lembar pengkajian pasien
4. Nursing kit
5. Lembar informed consent sentralisasi obat
6. Lembar tata tertib pasien dan keluarga pasien
7. Welcome Book
3.5 Kerangka Kerja Penerimaan Pasien Baru
Pra
Karu memberitahu PP akan ada pasien baru
PP menyiapkan:
Pelaksanaan
KARU, PP dan PA menyambut pasien baru
Terminasi
Post
Evaluasi
3.6 Mekanisme Penerimaan Pasien Baru
TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU PELAKSANA
Pengertian Pasien baru adalah pasien yang datang dari poliklinik, IRD, pindahan dari
ruangan lain yang akan dirawat di Unit Rawat Inap
Siangnya Perawat primer dan perawat associate menuju bed pasien untuk melakukan
anamnesa dan pengkajian Tn.robby. Tapi sebelumnya Perawat primer mengorientasikan pada
Tn.r mengenai fasilitas ruangan, perawat yang bertanggungjawab dan sentralisasi obat, dokter
yang bertanggungjawab serta jadwal visitnya dan tata tertib ruangan . perawat primer dan
perawat associate memasuki ruangan tn.robby.
PP : selamat siang mas r
Pasien : siang suster
PP : saya dan rekan saya akan melakukan pengkajian kepada mas tapi sebelumnya
saya akan mengorientasikan kepada mas dan keluarga mengenai fasilitas ruangan,perawat
yang bertanggungjawab dan sentralisasi obat, dokter yang bertanggungjawab serta jadwal
visitnya dan tata tertib ruangan. Tujuannya untuk menjaga kenyamanan mas dan keluarga.
Waktunya sekitar 20-25 menit dan dilakukan ditempat ini. Apakah mas bersedia ?
Pasien : iya suster
PP : pertama mengenai fasilitasi ruangan inidisebelah kanan atau kiri ada lemari
kecil, bias di pakai untuk menyimpan pakaian ganti keluarga, dibagian sana ada kamar mandi
jadi bias mandi dan buang air disana, tempat tidur ini bagian bawahnya ada pemutarnya yang
sebelah kanan untuk menaikkan bagian kaki dan sebelah kiri untuk menaikkan kepala, diatas
tempat tidur ada bell, jika membutuhkan sesuatu dapat menekan bell kami akan datang.
Kedua perawat yang akan merawat mas selama di rawat sini dan menyuntikkan obat itu saya
ya mas, dan dokter yang bertanggungjawab atas mas itu dokter S, jadwal visitnya 2x seminggu
setiapa hari senin pagi dan rabu pagi, setiap hari itu dokter akan datang memeriksa mas dan
melihat perkembangan mas. Ketiga tata tertib ruangan ini tidak diperkenankan merokok dan
mohon bantuan untuk menjaga kebersihan ruangan ini dan jam kunjung disini dibatasi . jam
kunjung pagi dari 09.00-11.00, jam kunjung sore dari 14.00-17.00 . jam kunjung malam dari
06.00-19.30. pengunjung yang boleh masuk maksimal 2 orang, jadi apabila ada kerabat yang
menjenguk lebih dari 2 orang, di depan disediakan tempat duduk untuk menunggu menjenguk
secara bergantian. Sebelum dilanjutkan ada yang ingin ditanyakan mas ?
Pasien : tidak ada sus.
PA : baiklah, lanjut ke pengkajian ya mas saya yang akan melakukannya . saya
mau Tanya terlebih dahulu bapak ada keluhan ?
Pasien : muka saya masih sedikit gatal dan sedikit merah
PA : (sambil mencatat keluhan pasien) . apakah mas dulu punya riwayat penyakit
alergi seperti ini? Atau mungkin keluarganya ?
Pasien : tidak ada sus
PA : mas ada alergi obat tidak atau makanan ?
Pasien : saya alergi udang sus
PA : baiklah mas sudah selesai . sebelumnya bagaimana perasaanya sudah di
orientasi ?
Pasien : senang sus.
PA : baiklah ada yang ingin ditanyakan lagi mas ?
Pasien : tidak sus.
PA : kalau begitu kami permisi dulu ya mas.
Perawat primer dan perawat associate pun meninggalkan ruangan pasien.
Post penerimaan pasien baru
Karu datang dan memberikan reward pada Perawat primer dan perawat associate di Nurse
station yang sedang melaksanakan intervensi keperawatan untuk Tn.r
Karu : bagaimana tadi persiapan penerimaan dan orientasinya ?
PP : tadi sudah di lakukan, sudah beres bu.
Karu : terimakasih ya atas bantuannya, untuk kedepannya bias lebih baik lagi ya
Karu pun meninggalkan nurse station.
BAB IV
EVALUASI
4.1 Evaluasi
Evaluasi struktur
1. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien baru,
lembar serah terima pasien dari ruangan lain, informed consent, format pengkajian,
nursing kit, dan lembar tata tertib pasien.
2. Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU, PP, dan PA. Pada shift
sore dan malam dilakukan oleh PA.
4.2 Evaluasi proses
1. Pasien baru disambut oleh KARU, PP, dan PA.
2. PP menerima obat, alat, data pemeriksaan penunjang yang dibawa dan catatan khusus.
3. PP melakukan anamnesa dengan dibantu oleh PA.
4. Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan, medis, serta tata
tertib ruangan.
5. Keluaraga pasien menandatangani informed consent untuk sentralisasi obat.
6. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
4.3 Evaluasi hasil
1. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.
2. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis serta tata tertib
ruangan
3. Pasien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat dan mengetahui alur
pengambilan obat (BPJS dan umum).
4. Mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing.
5. Kegiatan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan dilaksanakannya penerimaan
pasien baru.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh Karu, PP, PA sedangkan pada
shift sore dilakukan dan malam dilakukan oleh PA.
5.2 SARAN
Penerimaan pasien baru sudah dilaksanakan dengan baik namun kedepan harus
ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau tulisan. Timbang terima yang
baik bila semua perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara kontinu dan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi perawat,kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat.Ketentuan timbang terima antara lain:
Rencana tindakan
Perkembangan Klien
PELAKSANAAN
G. Uraikan Kegiatan
1. Prolog
Pada hari senin jam 08.00 WIB seluruh perawat (PP dan PA) shift pagi dan sore serta
kepala ruang berkumpul di nurse station untuk melakukan timbang terima
2. Session I di Nurse Station
Kepala ruang memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan
kemudian mempersilahkan PP dinas malam untuk melaporkan keadaan dan
perkembangan klien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya
(pagi). PP dan PA shift pagi memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan dependen,
rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang, dan lain-lain), serta hal yang belum jelas atas laporan yang telah
disampaikan. Sertelah melakukan timbang terima di nurse station berupa laporan
tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruang perawatan pasien.
3. Session II di ruang perawatan/bed klien
Seluruh perawat dan kepala ruang bersama-sama melihat ke bed pasien, PP dinas
selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepala pasien atau
keluarga yang mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami
masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Bila terdapat hal-hal yang bersifat
rahasia bagi pasien dan keluarga perlu di klarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse
station setelah kunjungan ke pasien berakhir.
4. Epilog
Kembali ke Nurse station. Diskusi tentang keadaan pasien yang bersifat rahasia.
Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP menanda tangani
laporan timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruang.
H. Evaluasi
1. Struktur (input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain:
catatan timbang terima, status pasien dan kelompok timbang terima. Kepala
ruang/Nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian sif yaitu malam ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan timbang pada shift
sore ke malam dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu. Dalam
pelaksanaannya semua telah berperan baik dalam menjalankan fungsi dan perannya
sebagai kepala ruangan, superisor dan perawat primer sesuai job descriptionnya.
2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun akan mengganti shif. sesuai Timbang terima pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan pasien dan kembali lagi ke
nurse station. Isi timbang mencakup jumlah pasien, diagnose keperawatan, intervensi
yang belum/sudah dilakukan. untuk alokasi waktunya sudah sesuai yaitu < 5 menit
untuk masing-masing pasien. Kemudian timbang terima dilanjutkan ke ruangan
perawatan pada masing-masing bed pasien kelolaan untuk memvalidasi data yang
telah dilaporkan di nurse station. Waktu untuk validasi data sudah sesuai yaitu < 5
menit. Selain validasi data mahasiswa juga melakukan perkenalan kepada pasien dan
keluarga oleh kelompok dinas selanjutnya. Setelah semua data telah tervalidasi,
mahasiswa kembali ke nurse station untuk membicarakan hal-hal yang perlu dan
menutup kegiatan timbang terima dengan berdo’a.
S:Kien Tn.A mengeluh sesak dengan diagnosa medis IMA Iferior dan diagnosa
keperawatan 1.gangguan pertukaran gas b.d adekuat pompa jantung 2
3. Hasil
Timbang terima dapat dilakukan setiap pergantian shif dinas. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat dengan perawat dan
perawat dengan pasien lebih terjalin. Evaluasi terhadap format timbang terima yang
digunakan masih kurang efisien karena pecatatan yang dilakukan terlalu banyak
sehingga menyita waktu.
Nursing Station
KARU : Assalamu alaikum wr.wb, sebelum kita melakukan timbang terima marilah kita
ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah swt. Karena rahmat dan karunianyalah
kita dapat berkumpul disini tidak lupa kita kirimkan sholawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari jaman
jahiliya ke jaman modern seperti saat ini, pada pagi hari ini pada tanggal 19
Agustus 2020 akan dilakukan kegiatan timbang terima yang rutin kita lakukan
setiap pergantian shif. Kepala perawat pelaksana yang dinas malam dipersilahkan
menjelaskan kondisi masing-masing pasien saat ini keperawat pelaksana yang
dinas pagi. Untuk masing-masing ketua tim saya persilahkan menvalidasi data
yang sudah ada untuk merencanakan tindakan keperawatan.
PP (Pagi) : Assalamualaikum wr.wb, terima kasih untuk kesempatan yang diberikan kepada
saya untuk menjelaskan pasien saat ini, jumlah pasien dari Tim 1 saat ini adalah 7
orang dengan tingkat ketergantungan minimal 3 orang , parsial 3 orang, total
tidak ada.
Identifikasi pasien yang 1. Nama An.T umur 9 tahun Diagnosa medis Diare
keadaan umum pasien TTV klien yaitu TD: 110/60 mmhg Suhu: 36,5 C,Nadi:
95x/ menitRR 45x/ menit, GCS 5 klien masih sulit untuk disuruh makan
keperawatan yang ditemukan antara lain implementasi yang sudah dilakukan,
intervensi yang belum terlaksana evaluasi (SOAP)
pasien yang ke-2 Nama An.R umur 9 tahun,tingkat ketegantungan diagnosa medis
nyeri keadaan umum pasien TTV TD: 90/70 mmHg, Suhu:
38.5ºC Nadi:120x/ menit, RR: 35x/ menit GCS 4 pasien
mengeluhkan bagian abdomen kanan bahwa, pasien
mengeluhkan nyeri keperawatan yang ditemukan antara lain
implementasi yang sudah dilakukan intervensi yang belum
terlaksana evaluasi (SOAP)
pasien yang ke-3 Nama An.S umur 12 Tahun,tingkat ketegantungan diagnosa
medis kekurangan volume cairan keadaan umum pasien TTV
TD: 90/70 Suhu: 38,5ºC Nadi: 120X/ menitRR: 35x/ menit
GCS 4 pasien mengeluhkan dehidrasi berat memungkinkan
mengalami penurunan kesadaran.yang ditemukan antara lain
implementasi yang sudah dilakukan. intervensi yang belum
terlaksana evaluasi (SOAP)
pasien yang ke-4 Nama An.A umur 10 tahun,tingkat ketegantungan diagnosa
medis Hipertermia keadaan umum pasien TTV TD: 90/70 Suhu
38,5 ºC Nadi 120x/ menitRR: 35x/ menit GCS 3 pasien
mengeluhkan dehidrasi dan hemokonsentrasi akibat penurunan
volume cairan dan peningkatan eritrosit keperawatan yang
ditemukan antara lain implementasi yang sudah dilakukan
intervensi yang belum terlaksana evaluasi (SOAP)
KARU :Terima kasih untuk perawat pelaksana yang telah menyampaikan kondisi pasien
saat ini, mungkin ada yang perlu ditambahkan dari masing-masing ketua Tim
untuk menvalidasi data. Kalau tidak ada tambahan mari kita langsung saja
menuju keruangan pasien.
KARU : Assalamualaikum Wr.Wb, bagaimana keadaan ibu saat ini? Seperti biasa ibu,
kita disini akan melakukan kegiatan timbang terima yang rutin setiap pergantian
sift, tujuan dari timbang terima ini adalah mengkomunikasikan keadaan ibu
sekarang dan menyampaikan informasi yang penting antara sift jaga. Perkenalkan
pada perawat pelaksana sift sore ada mba.........dan mba.....yang akan bertugas
menggantikan perawat pelaksana pagi ini. Masing-masing perawat pelaksana
yang dinas sore melakukan validasi langsung ke pasien.
PP (Sore) : Bagaimana keadaan adek.... hari ini Bu.saat ini apakah sudah ada perkembangan
yang lebih baik dari sebelumnya ?
Ibu Pasien : Iya suster,anak saya masih lemas dan sakit pada bagian kepala
PP (Sore) : Iya ibu, lemas dan sakit pada bagian kepala yang dirasakan merupakan efek dari
proses penyakit, namun ibu jangan terlalu cemas karena sudah ada terapi
obat......yang diberikan dokter.......untuk mengatasi masalah yang diderita anak
ibu saat ini, (pasien memberikan posisi senyaman mungkin pada pasien) baik ya
ibu, tidak perlu sungkan bila memerlukan bantuan, kami akan selalu siap
memberikan pelayanan yang terbaik. Demikan perawat pelaksana shif sore
menanyakan secara bergantian keluhan dari semua pasien yang ada dikamar
perawatan anak untuk menvalidasi data yang dilaporkan oleh perawat pelaksana
shif pagi.
KARU : Sebelum saya akhiri mungkin ada tambahan atau koreksi yang perlu didiskusikan
kembali ? jika tidak ada mari kita kembali ke nurse station.
Post Konferrens
KARU :Kita tadi sudah bersama-sama melakukan kegiatan timbang terima. Saya berharap
dengan adanya kegiatan ini proses pendelegasian tugas antara shif bisa jelas dan
terstruktur. Mungkin dari pasien yang tadi ada yang harus di diskusikan lagi?
Perawat pelaksana dinas sore mengklasifikasikan hasil validasi kepada karu, katim, serta
perawat pelaksana yang dinas pagi.
PP (sore) : iya ada tambahan, dari pasien diruang perawatan anak kamar 2 atas nama
......dengan diagnosa HIV yang telah berpulang kerahmatullah. Apakah dari RM
sakit telah menyampaikan bela sungkawan?
PP( pagi) : Iya kami telah menyampaikan kepada pihak keluarga pasien.
Ketua tim :Untuk selajutnya orang tua atau wali dari pasien tersebut dibimbing untuk
menyelesaikan administrasi Rumah sakit.
KARU : Terima kasih atas kerjasamanya dari ketua tim beserta perawat pelaksana yang
telah bekerja dengan baik. Demikian tadi timbang terima ini semoga apa yang telah
kita lakukan hari ini bernilai ibadah dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, dan kita
diberikan kelancaran dalam melaksanakan tugas masing-masing. Tetap semangat
dan tunjukkan sikap profesionalisme kita sebagai perawat. Demikian saya akhiri
wassalamualaikum wr.wb( sambil berjabat tangan dengan semua anggota timbang
terima)
DAFTAR PUSTAKA
KARU DAN KATIM sedang berbincang – binang di ruang kepala ruangan, tiba – tiba
muncul perawat Ulfa.
PA1 : Permisi, selamat pagi bu .
Karu&Katim : iya selamat pagi.
Katim : ada apa ya suster ulfa ?
PA1 : begini bu, saya akan melaporkan catatan perkembangan pasien bernama Tn.
Rizal
Karu : iya sus, silahkan duduk.
PA1 : terima kasih, begini bu, disini dari hasil Tn. Rizal keadaan pasien sudaah
membaik, dari hasil labnya ini peningkatan trombosit dan hematropi sudah
dalam rentan normal. Pasien juga sudah tidak demam, dan tidak lemas
menurut saya Tn. Rizal dari segi keperawatan sudah bias pulang. Sehingga
saya berencana untuk memberikan Discharge planning kepada pasien Tn.
Rizal. Bagaimana pendapat bu sulaiha dan bu nuvia ?
Katim : kalau boleh tau apa yang di fokuskan dari Discharge Planning ini ?
PA1 : Baik, dari format yang sudah saya buat discharge planning ini nanti. Tn.
Rizal diberikan penyuluhan tentang pencegahan Demam Berdarah dan apa
saja yang perlu di perhatikan saat perawatan dirumah nanti, disini juga saya
menyiapkan leaflet untuk Tn.Rizal dan keluarga, Bagaimana bu ?
Karu : Boleh, nanti kalau ada dokter visit, tinggal lapor saja nanti antara discharge
planning kita pasien di pulangkan atau tidak kita diskusikan lagi bersama
dokter visit.
PA1 : baik bu.
Karu : bagaimana sudah jelas?
PA1 : sudah bu, baik terima kasih, saya permisi dulu bu…
Karu&katim : sama- sama
Katim : selamat bekerja ya.
RUANG PERAWAT
Dokter : Selamat pagi
PA2&PA3 : Pagi dokter
Dokter : di ruangan ini pasien saya ada berapa ya ?
PA3 : sekitar 5 pasien dok
Dokter : pasien Tn. Rizal, kemarin gimana sus kondisinya, boleh lihat
statusnya?
PA2 : sudah agak mendingan dok, dari pada sebelumnya, nafsu makannya
juga meningkat, panasnya juga sudah turun.
Dokter : Oh iya, baik mai kita ke pasien sekarang.
PA2 : baik dok
RUANG PERAWATAN
PA2 : selamat pagi bapak.
Kel. Pasien : selamat pagi sus, dok
Dokter : gimana kabar bapak hari ini?
Pasien : sudah membaik dok, sudah tidak demam lagi dan nafsu makan meningkat.
Dokter : ya sudah saya periksa dulu ya pak, permisi ya.
Pasien : silahkan dok
Dokter : kondisi bapak sudah membaik, dari kondisi fisik, dan hasil lab sudah bagus,
tapi tetap jaga pola istirahat dan pola makan ya pak.
Pasien : baik dok
PA2 : ya sudah pak saya permisi dulu pak,
Dokter : mari pak..
Kel. Pasien : terima kasih sus, dok
PA2 : sama – sama
RUANG PERAWAT
Di dalam ruangan Dokter, Katim,Karu, dan 3 perawat lainnya sedang berbincang bincang
mengenai TN. Rizal.
Karu : dokter apakah tadi sudah melihat kondisi Tn. Rizal ?
Karu : sebenarnya tadi itu kita sudah berdiskusi dok buat kepulangan Tn. Rizal ini,
gimana dokter, ini tadi saya lihat hasil labnya sudah kembali normal?
Dokter : iya ada peningkatan, apa gak sebaiknya kita observasi dulu, jaga – jaga
seandainya Tn. Rizal ada demam lagi?
Karu :soalnya begini dok, dari keperawatan sudah baik ya teman – teman jadi untuk
observasinya juga sudah baik. Jadi kita tadi sudah berdiskusi pagi tadi.
Sebaiknya bias juga di rencanakan untuk pulang hari ini, untuk demamnya
seandainya kambuh lagi mungkin dari teman – teman akan melakukan
discharge planning.
Katim : maaf ya dok, sebelumnya pada intinya pasien saat ini hanya butuh istirahat.
Jika menurut kita semua pasien bias istirahat dirumah .
Dokter : kalau memang seperti itu tolong discharge planning bener – bener di
lakukan, jangan lupa di kasih tau untuk perawatan pasien di rumah ke
keluarganya jika pasien demam.
Katim : iya dok, kita nanti juga akan memberikan leaflet dan menjelaskan kepada
keluarga dan pasien untuk perawatan dirumah.
Dokter : kalau memang seperti itu pasien sudah di perbolehkan pulan, tolong form-
form di siapkan.
Katim : baik dok.
Dokter : keluarga pasien suruh urus untuk administrasinya ya. Dan apa ada yang di
tanyakan lagi ?
Tim : tidak dok
Dokter : kalau begitu saya permisi dulu, selamat pagi
Tim : pagi dok.
RUANG PERAWATAN
Perawat sofi, ulfa dan rani mengemui pasien di ruangan untuk menjelaskan discharge
planning.
PA1 : selamat pagi pak, bagaimana kabrnya?
Pasien : Alhamdulillah baik
PA1 : disini kami dari perawat yang berjaga di ruangan ini, kami akan
menyampaikan bahwa hasil dari pemeriksaan kondisi Tn. Rizal sudah
membaik dan di perbolehkan pulang.
Fiqrul : jadi boleh pulang hari ini ya sus?
PA1 : boleh pak
PA3 : ini ada resep obat buat di ambil hari ini, tapi sebelum bapak pulang kami
akan melakukan penyuluhan, penyuluhan ini penting untuk bekal perawatan
bapak selama di rumah, apa bapak setuju?
Kel. Pasien : setuju sus
PA3 : kalau begitu saya meminta tanda tangan pak Rizal untuk mengisi form
persetujuan.
PA1 : nah, bapak untuk memberikan penyuluhan bersama suter rani dan sofi ya
pak, jika bapak tidak mengerti boleh di tanyakan. Saya permisi dulu ya sus,
pak..
Pasien : baik sus.
PA2 : baik saya mulai ya pak,sebelumnya bapak tau gak sih apa itu demam
berdarah?
Pasien : yang saya tau demam berdarah itu gigitn nyamuk, sudah itu saja.
PA2 : kalau bapak riki apa tau?
Kel. Pasien : ya saya sama seperti apa yang di katakan nak Rizal.
PA2 : jadi saya akan jelaskan apa itu Demam berdarah. Demam berdarah adalah
penyakit yang di sebabkan oleh gigitan nyamuk degue, dan ciri – cirinya
penyakit ini adalah suhu tubuh/ panas secara tiba – tiba selama 2-7 hari tidak
turun. Dan untuk mengetahui lebih jelasnya harus menggunakan tes lab darah
dan hasil lab yang menentukan.
PA3 : apa bapak sudah tau cara pencegahan demam berdarah?
Pasien : belum sus
PA3 : jadi untuk mencegah demam berdarah ini biasanya menciptakan lingkungan
yang bersih, jauhkan dari sarang nyamuk dan lakukan 3 M. apa bapak tau apa
saja itu 3 M?
Kel. Pasien : menguras, menutup, mengubur
PA3 : betul, dan dari kebiasaan pola istrihat bapak juga, jangan sering – sering
begadang ya pak.
Pasien : hehee iya sus
PA3 : bagaimana bapak apa sudah mengerti dan apa yang ada di tanyakan?
Pasien : tidak ada sus.
PA2 : oiya pak sedikit informasi dari kami ini kami ada leaflet disini ada
pengertian, tnda dan gejala, dan pola makan dari penyakit demam berdrahnya,
untuk bapak bias lebih memahami lagi tetang penyakit bapak. Kalau sudah
jelas kita akan permisi dulu ya pak.
PA3 : dan jangan lupa pak riki untuk mengurus berkas dan administrasinya y pak
Kel. Pasien : Baik sus terima kasih.
BAB IV
EVALUASI
4.1 Evaluasi Struktur (input)
Pelaksanaan discharge planning dilaksanakan di ruang Paviliun RS.Graha Sehat
1.Persiapan dilakukan sebelumnya.
2.Perawat yang betugas.
4.2 Proses
1.Kelancaran kegiatan.
2.Peran serta perawat yang bertugas.
3.Klien dan keluarga berperan aktif dalam diskusi
4.3 Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga. Klien dapat
menyebutkan kembali tentang
1. Definisi
2. Etiologi
3. Tanda dan gejala
4. Pencegahan dan penatalaksanaan
5. Menjelaskan manfaat aturan pengobatan, minum obat dan rencana kontrol setelah
pulang dari rumah sakit saat ada keluhan atau sesuai jadwal kontrol.
6. Cara minum obat, perawatan di rumah, dll.
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa
siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses
formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang kekelompok lainnya.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge
planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang
berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan
dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan
dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi
pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya tugas ini, penyusun mengetahui bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyusun tugas mata kuliah manajemen keperawatan yang berjudul
“Discharge Planning”. Untuk itu, penyusun berharap mendapatkan kritik dan saran
yang membangun agar dalam penyusunan tugas yang akan datang bisa lebih baik dari
yang saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Katim memberikan
penjelasan pada pasien dan anggota tim
3.3 Metode
1. Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima dan pemberi obat
sesuai dengan identitas pasien dan dicatat dalam buku serah terima obat
2. Pengawasan dan perencanaan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal dan ja pemberian
obat, jenis pemberian obat oral atau injeksi, sesuai dengan identitas pasien pada
format kontrol dan pemakaian obat.
3.4 Instrumen
Ketentuan sentralisasi obat tersebut diatas telah dijelaskan oleh perawat dan saya telah
mengerti dengan sepenuhnya.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Probolinggo, ……………......... 2020
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan dan
kesadaran akan kebutuhan kesehatan maka semakin tinggi pula tuntutan
masyarakat pada pelayanan keperawatan. Keadaan tersebut menuntun
perawat pada suatu bentuk persaingan untuk mendapatkan kepercayaan
masyarakat akan pelayanan keperawatan, hal mana membuat perawat
harus meningkatkan pelayanan keperawatan yang paripurna. Pelayanan
yang berkualitas haruslah didukung oleh sumber-sumber yang memadai,
antara lain sumber daya manusia yang bermutu, standar pelayanan
termasuk pelayanan keperawatan yang berkualitas, disamping fasilitas
yang sesuai harapan masyarakat. Agar pelayanan keperawatan senantiasa
memenuhi harapan konsumen dan sesuai dengan standar yang berlaku
maka diperlukan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan. Melalui pengawasan atau supervisi diharapkan perawat
dapat melaksanakan asuhan yang berkualitas sesuai standar. Supervisi
tersebut merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen dan
merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah melakukan tindakan supervisi keperawatan, mahasiswa
mampu mengaplikasikan peran kepala ruangan sebagai supervisor dan
peran perawat primer maupun perawat associate.
2. Tujuan khusus
a. Kepala ruangan mampu mengevaluasi dan menilai kinerja perawat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
b. Kepala ruangan mampu memberikan umpan balik ( feed back)
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan perawat.
c. Kepala ruangan memberikan tindak lanjut (follow up) terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh perawat selama melakukan
asuhan keperawatan.
d. Mampu menjalin kerjasama dan keakraban antar perawat.
e. Meningkatkan kinerja perawat primer dan perawat associatc
C. MANFAAT
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat yang
disupervisi dan meningkatkan hubungan dan suasana kerja yang
lebih harmonis antara supervisor dan perawat yang disupervisi.
b. Meningkatkan kemampuan perawat primer dan perawat associate
dalam menerapkan asuhan keperawatan dan mengurangi adanya
kesalahan yang dilakukan perawat.
2. Bagi Institusi
Membantu menyusun pedoman atau petunjuk tentang pelaksanaan
tindakan keperawatan sehingga tercipta pelayanan keperawatan
professional
3. Bagi Pasien
Pasien mendapat pelayanan keperawatan yang berkualitas dan sesuai
dengan tuntutan pasien.
BAB II
MATERI SUPERVISI
A. Pengertian
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama – sama (H. Burton, dalam Pier
AS, 1997 : 20).
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan
yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah
pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan, dan perawatan agar pasien
mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Depkes, 2000).
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber –
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka
mencapai tujuan.
B. Tujuan supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada
klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
C. Prinsip supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang
spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasaan klien, perawat, dan
manajer.
D. Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan :
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
klien di ruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek
keperawatan diruang perawatan.
2. Kepala instalasi rawat inap :
Mengawasi instalasi rawat inap dalam melaksanakan tugas secara
langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
3. Kepala sub. Bagian keperawatan :
Bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi kepala seksi perawatan
secara langsung dan semua perawat secara tidk langsung.
E. Alur Supervisi
Kepala Ruangan
Supervisi
Ketua Tim
Delegasi
Perawat Pelaksana
Keterangan :
Kegiatan supervisi
4. Mendelegasikan kepada PP
untuk membantu perawatan luka
B. Tujuan
C. Peralatan
Alat-alat steril
1. Pinset anatomis 1 buah
2. Pinset sirugis 1 buah
3. Gunting bedah/ jaringan 1 buah
4. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
5. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
6. Sarung tangan (Handschoon) 1 pasang
7. Korentnag/ forcep
Alat-alat non steril
1. Gunting verban 1 buah
2. Plester
3. Pengalas
4. Pinset anatomi 1 buah
5. Kom kecil 2 buah bila dibutuhkan
6. Nierbeken 2 buah
7. Kapas alkohol
8. Aceton/bensin
9. Larutan NaCl 0,9%
10. Larutan savlon
11. Larutan H2O2
12. Larutan Boor Water (BWC)
13. Bethadine
14. Sarung tangan 1 pasang
15. Masker
16. Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah
PROSEDUR PELAKSANAAN
Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar
Tahap orientasi
1. Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1. Menutup sampiran
2. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
4. Letakkan pengalas dibawah area luka
5. Letakkan nierbeen didekat pasien
6. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunkan pinset anatomi, Buang balutan bekas kedalam nierbeken. Jika
menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya
dan menahan kulit di bawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar
dengan kulit dan kearah balutan. Bila masih terdapat sisa perekat dikulit,
dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin
7. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat
balutan dengan berlahan
8. Letakkan balutan kotor ke nierbeken lalu buang ke kantong plastik, hindari
kontaminasi dengan permukaan luar wadah
9. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
10. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
11. Membersihkan luka sesuai denganjenis lukanya apakah luka bersih atau
kotor serta sejenisnya.*
12. Menutup luka dengan cara tertentu sesuai keadaan luka*
13. Plester dengan rapi
14. Buka sarung tangan dan masukkan kedalam nierbeken
15. lepaskan masker
16. Atur dan rapikan posisi pasien
17. Buka sampiran
18. Evaluasi keadaan umum pasien
19. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih,
kering dan rapi
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
7. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
B. Pelaksanaan
Dilakukan
Parameter Skor
Ya Tidak
A. Tahap pra interaksi
1. Mengkaji kebutuhan klien untuk terapi oksigenasi
dan verifikasi advis dokter
2. Mempersiapkan alat
B. Tahap orientasi
3. Menjelaskan prosedur
KET :
YA (dilakukan) : nilai 1
( ) ( )
NIM. NIM.
LAPORAN SUPERVISI
Hari/Tanggal :
Yang Disupervisi :
Supervisi :
Tujuan pemecahan Rencana untuk Rencana akan
Masalah yang ditemukan
masalah waktu sekarang datang
Persiapan alat dan bahan
Persiapan
pasien/keluarga/lingkungan
Pelaksanaan tindakan
Pendelegasian tugas
Komunikasi
Pengkajian
Pendokumentasian
Probolinggo, 2020
Kepala ruangan
( )
NIM.
BAB IV
EVALUASI
4.1 Evaluasi
Evaluasi struktur
1. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar SOP perawatan
luka, lembar supervisi, informed consent, format pengkajian, nursing kit.
2. Pelaksanaan supervisi dilakukan oleh KARU sebagai supervisor terhadap
Katim, Katim mendelegasikan kepada PP
4.2 Evaluasi proses
1. Supervisi dilakukan oleh Karu kepada Katim, Katim melakukan delegasi
kepada PP
2. PP melakukan pendelegasian dengan melakukan perawatan luka terhadap
salah satu pasien.
3. PP melakukan perawatan luka yang diawasi dengan Katim.
4. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang SOP perawatan luka.
5. Keluaraga pasien menandatangani informed consent untuk tindakan yang
akan dilakukan yaitu perawatan luka
6. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
4.3 Evaluasi hasil
1. Hasil perawatan luka didokumentasikan dengan benar.
2. Pasien mengetahui tentang SOP perawatan luka
3. Kegiatan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan dilaksanakannya
penerimaan pasien baru.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Supervisi dilakukan oleh Karu kepada Katim, Katim melakukan delegasi
kepada PP.
5.2 SARAN
Supervisi sudah dilaksanakan dengan baik namun kedepan harus
ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
2.1 Pengertian
Ronde keperawatan merupakan suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada klien dan
kebutuhan klien akan perawatan yang dilakukan oleh perawat primer dan atau
konselor, kepala ruangan, perawat associate, supervisor dan seluruh tim
keperawatan dengan melibatkan klien secara langsung sebagai fokus kegiatan
(Nursalam, 2002).
2.2 Karakteristik Ronde
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. PA, PP dan konselor melakukan diskusi
4. Konselor memfasilitasi kreativitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2.3 Tujuan Ronde Keperawatan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah klien yang belum teratasi melalui pendekatan
berfikir kritis
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu:
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
2.3 Manfaat Ronde Keperawatan
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar
2.4 Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk ronde keperawatan adalah pasien yang mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
2.5 Tim Pelaksana Ronde Keperawatan
1. Kepala Ruangan
2. Ketua Tim 1 dan 2
3. Perawat Pelaksana 1 dan 2
4. Perawat Konselor
2.5 Peran Masing-masing Anggota
Peran Ketua Tim dan Perawat Pelaksana
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi pasien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4) Menjelasakan hasil yang didapat
5) Menentukan tindakan selanjutnya
6) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil.
7) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
Peran Perawat Konselor :
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
tindakan.
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.
2.6 Metode
1) Diskusi
2) Bed Side Teaching
2.7 Alat Bantu
1) Sarana diskusi: alat tulis, handout (materi ronde keperawatan), laptop
2) Status / dokumentasi keperawatan pasien
2.8 Alur Ronde Keperawatan
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien :
Informed Concent
Hasil Pengkajian/
Validasi data
Diskusi PP-PP,
TAHAP Konselor,KARU, dokter, ahli
PELAKSANAAN DI gizi
NURSE STATION
Lanjutan diskusi di
Nurse Station
Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah
TAHAP PASCA
RONDE
PENANGGUNG TEMPAT
NO TAHAP WAKTU
JAWAB
1 Pra Ronde:
1) Menentukan kasus & 21 Okt 2015 Kepala Ruangan Ruang
topik Pertemuan
2) Menentukan Tim ronde Kepala Ruangan
3) Informed Consent PP
4) Membuat Pra planning PP
5) Diskusi PP
6) Mencari Sumber Literatur PP & Konselor
2 Ronde :
1) Salam pembukaan 22 Okt 2015 Kepala Ruangan Ruang
2) Memperkenalkan tim (10.00-10.45 Kepala Ruangan Pertemuan
ronde dan menjelaskan WIB)
tujuan kegiatan ronde
3) Mempersilahkan PP1 PP
menyampaikan kasusnya :
menyampaikan identitas
klien, masalah
keperawatan, prioritas
masalah yang perlu
didiskusikan, data
penunjang, intervensi
yang sudah dilakukan,
evaluasi keberhasilan dan 3.8 K
dasar pertimbangan riteria
dilakukan ronde Evaluasi
4) Klarifikasi data PP,perawat, ,ahli 1.
gizi, E
dokter,konselor valuasi
Validasi data Struktur
1) Memberi salam dan Kepala ruangan Bed Pasien
memperkenalkan tim 1)
ronde kepada pasien dan Pe
keluarga laksaan
2) Validasi data yang telah PP2 ronde
disampaikan oleh PP Perawat keperawa
Konselor tan
Kepala Ruangan dilaksana
Kepala Ruangan kan di
3) Diskusi multidisiplin Ruang Ruang
4) Pemberian justifikasi Pertemuan Mawar
tentang masalah pasien RSU
serta rencana tindakan Kepala Ruangan Patria
yang akan dilakukan Sehat
5) Menentukan tindakan Sejahtera.
pada masalah prioritas
3 Post Ronde : 2)
Evaluasi Pelaksanaan Ronde 22 Okt 2015 Karu, perawat Ruang K
Dan rekomendasi intervensi (10.45 – 11.00 konselor, Pertemuan oordinasi
keperawatan WIB) pembimbing dengan
Penutup supervisor pembimbi
ng klinik
dan akademik
3) Menyusun proposal
4) Menetapkan kasus
5) Perawat yang bertugas dalam pelaksanaan ronde keperawatan
2. Evaluasi Proses
1) Kelancaran kegiatan
2) Peran serta perawat yang bertugas
3) Pelaksanaan ronde keperawatan sesuai dengan rencana dan alur yang telah
ditentukan
3. Evaluasi Hasil
1) Klien puas dengan hasil pelaksanaan ronde keperawatan
2) Masalah klien dapat teratasi
3.9 Resume Ronde Keperawatan
Hari/Tanggal : 19 Agustus 2020
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Nurse Station dan bed side patient
Acara : Ronde Keperawatan
1. Resume Klien
2. Presensi
1) Pembimbing dari pendidikan sebanyak 1 orang.
2) Pembimbing dari ruangan sebanyak 2 orang.
3) Supervisor sebanyak 3 orang.
4) Dokter yang merawat 1 orang.
5) Ahli gizi RSU Patria Sehat Sejahtera Blitar sebanyak 1 orang.
6) Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar.
3. Susunan Acara
1) Persiapan anggota dalam kegiatan ronde keperawatan terutama yang bertindak sebagai
Kepela Ruangan, Perawat Primer 1, Perawata Primer 2, Perawat Konsultan, Perawat
Assosiate 1 dan Perawat Assosiate 2, 1 orang dokter serta 1 orang ahli gizi.
2) Pelaksanaan role play diawasi oleh para supervisor.
3) Diskusi jalannya kegiatan ronde keperawatan bersama supervisor.
4. Hasil Evaluasi
1) Evaluasi struktur
Persiapan pelaksanaan 1 minggu sebelum acara dimulai dari pembuatan proposal,
undangan dan berlatih role play sesuai dengan perannya masing-masing.
2) Evaluasi proses
No Waktu Kegiatan
Pertama :
Kedua:
3) Evaluasi hasil
1. Kegiatan dihadiri undangan sebanyak 3 orang supervisor, 1 orang pembimbing
pendidikan, 2 orang pembimbing ruangan, 1 orang ahli gizi, 1 orang dokter.
2. Dari hasil ronde keperawatan dapat disimpulkan intervensinya adalah :
a. PK Sepsis
1) Memeriksa laboratorium kultur darah
2) Merawat luka dengan teknik aseptik dan nekrotomi jaringan nekrotomi.
b. Perubahan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh
1) Memberikan diit TKTP, exstra putih telur dan susu.
2) Memeriksakan laboratorium Hb dan albumin.
3) Memberikan HE tentang nutrisi yang diberikan hanya dari RS.
3. Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
4. Acara dimulai sesuai dengan waktu yang ditentukan.
5. Mahasiswa sudah memahami peran yang ditugaskan saat role play.
SKENARIO ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN
SKENARIO
Tokoh drama :
PP mendatangi kantor kepala ruangan untuk konersultasi masalah pasien 1 dan pasien 2 kelas
1.
PP 2 : Pasien kedua Tn.Syam datang dengan keluhan badan lemas, mual, kepala
pusing, dan sulit tidur dengan diagnosa medis diabetes mellitus dan telah
dirawat selama 10 hari, pasien tersebut sudah diberi tindakan keperawatan
dan tindakan medis tapi Tn.Syam masih merasa lemas, pusing dan sulit
tidur. Maka dengan ini kami meminta ijin kepada ners untuk mengadakan
ronde keperawatan.
KARU : Oh iya, terus apa kamu sudah menyiapkan siapa-siapa saja yang akan
kamu ajak untuk menjadi tim ronde keperawatan dan menetapkan waktu
pelaksanaanya ?
PP 1 : Sudah bu, rencananya besok akan dilakukan ronde keperawatan kemudian
saya mengajak ners nirma, ners mita dan ners evi serta mengundang ners
dian sebagai konerselor dan ners adi sebagai supervisor
KARU : Baiklah kalau memang sudah siap silahkan kamu lanjutkan dan
persiapkan yang perlu dipersiapkan.
PP 1 & PP2 : Terima kasih bu, saya permisi dulu.
Setelah masalah perijinan sudah selesai, kemudian PP 1 mengunjungi kekamar pasien Ny.Indri
untuk melakukan inform concent dan meminta persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatan.
Diruang pasien..
Setelah masalah perijinan sudah selesai, kemudian PP 2 mengunjungi kekamar pasien Tn.Syam
untuk melakukan inform concent dan meminta persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatan.
Diruang pasien..
Px 2 : Iya ners saya setuju, tapi untuk pengisian formulirnya saya serahkan kepada istri
saya.
K.PP 2 : Baiklah saya baca dulu lembar formulir persetujuannya, tapi apakah setelah
dilakukan ronde keperawatan ini penyakit suami saya akan cepat sembuh ?
PP 2 : Inersya Allah bu, disini kami mencoba semampu kami merawat suami ibu agar
lekas sembuh, maka dari itu tujuan kami melakukan ronde keperawatan untuk
menyelesaikan masalah yang dikeluhkan oleh suami ibu. Jadi apakah ibu setuju
dilakukan ronde keperawatan ini ?
K.PP 2 : Baiklah saya setuju ners (sambil mengisi formulir persetujuan)
PP 2 : Baiklah bu, terima kasih atas persetujuan anda dan saya permisi dahulu.
Maka dari itu kami mengadakan ronde keperawatan yang bertujuan untuk
meminta saran kepada semuanya untuk menyelesaikan masalah pada Ny. Indri
dan Tn. Syam
PP3 : Baiklah kalau begitu saya akan melihat pasien bernama Ny. Indri dan Tn. Syam
untuk menyamakan data yang sudah ada bersama Ners Mita (PA1) dan Ners Evi
(PA2)
PP 3 bersama PA1 dan PA2 mendatangi Ny. Indri (pasien 1) untuk validasi data.
diruang pasien…
PP3 : Ass, permisi bu kami dari tim ronde keperawatan bermaksud untuk menanyakan
perihal yang masih dirasakan ibu saat ini.
Px1 : Wslm, silahkan ners...
PP3 : Bagaimana kondisi ibu saat ini apakah masih merasa nyeri atau ada keluhan
tambahan.
Px1 : Iya ners, saya masih merasa sedikit nyeri didaerah sini (menunjuk bagian
sympisis pubis) tembus disini ners (menunjuk daerah pinggang).
PP3 : “Melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan segala hal yang diperlukan untuk
menunjang data yang sudah ada” sebelum kami meninggalkan ruangan ini apakah
ada yang ingin ibu tanyakan ?
K.Px1 : Ners berapakah tekanan darah ibu saya ?
PP3 : Tekanan darah ibu anda normal 120/ 80 mmHg
K.Px1 : oh iya terima kasih ners
PP3 : Iya sama-sama, kami mohon undur diri dulu ibu.
PP 3 bersama PA1 dan PA2 mendatangi Tn. Syam (pasien 2) untuk validasi data.
diruang pasien…
PP3 : Ass, permisi bu kami dari tim ronde keperawatan bermaksud untuk menanyakan
perihal yang masih dirasakan bapak saat ini.
Setelah validasi data dari pasien, tim ronde kembali ke ners station untuk menindak lanjuti dan
membahas masalah yang ada.
Dinurse station...
KARU : Untuk mempersingkat waktu saya persilahkan kepada PP, PA, dan konerselor
untuk memberikan solusi atau intervensi lanjutan yang akan diberikan kepada Ny.
Indri
PP3 : Setelah saya melakukan validasi data kepada pasien secara langsung, saya
mendapatkan bahwasannya nyeri yang dirasakan pasien sudah berkurang dan
terpasang cairan RL.
Sedangkan pada Tn. Syam turgor kulit masih buruk, GDS 540 mg/ dL, dan
terpasang cairan NaCL. Menurut perawat konsuler bagaimana cara mengatasi
masalah yang dikeluhkan oleh pasien Ny. Indri dan Tn. Syam ?
Konslr : Sebenarnya penyebab nyeri Ny.Indri karena disebabkan oleh distensi yang
berlebihan atau infeksi pada saluiran kemih. Maka dari itu diberikan intervensi
pemasangan kateter untuk membantu pengosongan kandung kemih serta kaji
nyeri yang dikeluhkan Ny. Indri
PP1 : Baiklah, dari tindakan keperawatan kami akan mengkaji nyeri Ny. Indri lebih
lanjut. Lalu bagaimana untuk mengatasi nyerinya dapat berkurang ?
Konslr : Untuk sementara tetap lakukan masasse pada daerah nyeri dan berikan terapi
medis yang telah dianjurkan
PP2 : Bagaimana dengan pasien Tn. Syam dengan diagnosa diabetes mellitus ?
Konslr : Sebaiknya Tn. Syam tetap dipantau GDSnya dan sebaiknya cairan intravena
berikan perbandingan NaCL dan RL dengan perbandingan 1:1 serta anjurkan Tn.
Syam melakukam latihan fisik seperti latihan jalan untuk menurunkan gula darah
dengan meningkatkan metabolisme karbohidrat. Dan juga pantau keadaan luka
Tn. Syam
PP2 : Iya, baiklah terima kasih
KARU : Baiklah saya rasa sudah cukup pelaksanaan ronde keperawatan ini dan terima
kasih atas partisipasinya
PASCARONDE
Menyampaikan hasil ronde keperawatan pada KARU dan SUPERVISOR serta PP1 dan PP2
Dinurse station..
CITATION READS
1 335
1 author:
Wiyanto Wiyanto
Universitas Pamulang
15 PUBLICATIONS 9 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
STRATEGI BERSAING DALAM RANGKA MENGHADAPI MEA (Studi Kasus Rs. Bhakti Asih Karang Tengah -Tangerang) View project
All content following this page was uploaded by Wiyanto Wiyanto on 19 March 2019.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi bersaing dan daya saing Rumah
Sakit Bhakti Asih untuk memenangkan persaingan saat ini dan mendatang. Penelitian studi
kasus dengan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi dan
wawancara kepada pihak Rumah Sakit maupun kepada pasien yang membayar tunai maupun
menggunakan fasilitas BPJS. SWOT digunakan dalam analisis penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pentingnya peningkatan skill, smart SDM seluruh jajaran Rumah Sakit,
pemberian kompensasi, sarana dan prasarana yang layak mengakibatkan meningkatnya
loyalitas karyawandan loyalitas pengguna layanan (pasien) untuk berobat di rumah sakit Bhakti
Asih. Berdasarkan matrik Space, Rumah Sakit Bhakti Asih ada pada posisi kuadran I dengan
kriteria agresif dan strategi yang dijalankan ditekankan pada penggunaan strategi kekuatan-
peluang (strength-opportunities). Penggunaan strategi Strenght –opportunites secara
bersamaan akan meminimalisir kelemahan dan ancaman yang dihadapi RS. Bhakti Asih.
Sehingga RS. Bhakti asih tetap akan menunjukkan keunggulan kompetitifnya.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know competitive strategy and
competitiveness of bhakti asih hospital to win the curren and future competition.
Research case study with qualitative methods. Data were collected through observation,
documentation and interviews to the hospital and to patients who paid cash or used bpjs
facilities. The analysis swot is used of this stud. The resultsshowed that importance of
skill improvement, smart human resources throught the hospital, compensation, decent
facilities and infrastructure resulted in increased employee loyalty and service user
loyalty for threatment at bhakti asih hospital.based on the space matrix, bhakti asih
hospital is in the quadrant i position with agresive criteria and the strategy being
implemented is emphasized on the use of force-opportunities strategy. The use of the
strength-opportunities strategy simultaneously will minimize the weakness and the
threaths facing the hospital. Bhakti asih hospital will still show its competitive
advantage.
A. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus direalisasi, diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945. Sebagaimana pula yang tercantum
dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dalam pasal 1 angka 1 ditentukan
“ kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.
Dengan demikian pentingnya kesehatan, sehingga harus disediakan fasilitas
yang memadai bagi pelayanan kesehatan rumah sakit sebagai organisasi
penyelenggara pelayanan publik mempunyai tanggung jawab atas setiap jasa
pelayanan publik yang diselenggarakan. Tanggung jawab tersebut, yakni
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu secara optimal dan terjangkau
berdasar prinsip aman, menyeluruh, non diskriminatif, partisipatif, dan memberikan
perlindungan bagi masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan (healt
receiver), juga bagi penyelenggara pelayanan kesehatan demi mewujudkan derajad
kesehatan setinggi-tingginya.
Rumah sakit merupakan suatu pelayanan jasa baik berupa pelayanan rawat
inap, rawat jalan, maupun peramatan rumah. Adiatama (2000) mengatakan bahwa
rumah sakit juga merupakan tempat pendidikan tenaga kesehatan.
Dalam kaitanya pencapaian tersebut, perlu didukung dengan konsep pemasaran
yang baik supaya menghasilkan pelayanan yang maksimal dan dapat memenuhi
kebutuhan konsumen baik internal maupun eksternalnya.
Rumah Sakit Bhakti Asih merupakan salah satu rumah sakit yang
menyelenggarakan jasa pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Berbagai strategi
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutahn masyarakat. Misalnya pencarian dokter
praktik sebagai mitra kerja rumah sakit, hal ini dapat diketahui dengan adanya dokter
yang praktik tidak hanya di Rumah Sakit Bhakti Asih tetapi juga di RUmah Sakit yang
ada disekitarnya.
Strategi dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang mengarahkan bagaimana
masing-masing individu dapat bekerjasama dalam suatu organisasi, dalam pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi (Sofjan Assauri, 2013). Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa strategi merupakan serangkaian tindakan yang terintegrasi dan
terkoordinasi dengan pengalokasian sumberdaya, kapabilitas, dan kompetensi
organisasi sehingga dapat memperoleh keberhasilan di dalam lingkungan organisasi
baik internal dan eksternal sekaligus mendorong terciptanya keunggulan bersaing
organisasi yang berkelanjutan.
Manajemen menurut Umi Rusilowati (2013) “Manajemen adalah suatu proses
mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan
secara efisien dan efektif melalui orang lain.
Unsur-unsur strategi menurut Sofjan Assauri (2013) adalah sebagai berikut: (1)
gelanggang aktifitas atau arena dimana organisasi beroperasi ; (2) sarana kendaraan
atau vehicle yang digunakan unruk dapat mencapai arena sasaran; (3) Pembeda yang
dibuat atau differentiators; (4) Tahapan rencana yang dilalui atau staging, yang
merupakan penetapan waktu dan langakah dari pergerakan dari suatu strategi atau
strategic moves; dan (5) Pemikiran yang ekonomis atau ekonomic logic, merupakan
gagasan yang jelas tentang bagaimana manfaat atau keuntungan yang akan
dihasilkan.
Pengetahuan berbasis strategi menurut Yusak Anshori (2005) merupakan
hubungan antara sumber daya dan kapabilitas berbasis pengetahuan dengan strategi
kompetitif. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa kerangka kerja (frame work) SWOT
tradisional memberikan dasar dalam mengembangkan strategi berbasis pengetahuan.
Sedangkan Eko Wahyu Widayat (2014) menyatakan bahwa SWOT analisis dapat
dijadikan sebagai ukuran benchmaking terhadap pesaing. Analisis SWOT merupakan
analisis tentang kondisi internal perusahaan yang berupa faktor kekuatan (strength)
dan kelemahan (weakness) maupun faktor eksternal yang berupa (opportunity) dan
ancaman (threat). Dengan mengetahui keempat komponen tersebut, dapat dibuat
berbagai strategi seperti (1) menggunakan kekuatan untuk menangkap peluang, (2)
menggunakan kelemahan untuk menangkap peluang yang ada, (3) menggunakan
kekuatan untuk menghadapi ancaman serta (4) meminimalisir kelemahan dalam
menghadapi ancaman yang datang dari luar.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Wiyanto (2016) ada empat strategi yang
dapat dijadikan sebagai keunggulan bersaing yaitu diferensiasi produk, kepeloporan
biaya, fokus dan respon yang cepat.
Sedangkan menurut Wiyanto (2016) agar organisasi dapat mencapai keunggulan
bersaing berkelanjutan jika organisasi berhasil merancang dan mengimplementasikan
strategi penciptaan nilai (value). Nilai (value) ituunik karena dapat bernilai bagi
organisasi dan individu yang ada di dalamnya (valuable), jarang sekali atau tidak ada
pesaing yang memiliki (rarity), tidak dapat ditiru ataumungkin dapat ditiru tetapi susah
(imitability), tidak dapat di substitusi (non substituability), dapat diolah (exploitability).
Organisasi tidak akan mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan jika hanya
mengikuti product market based strategy atau resource based strategy saja. Sumber
daya pengetahuan memberikan basis yang kuat bagi perusahaan untuk menciptakan
keunggulan bersaing berkelanjutan. Untuk megembangkan pengetahuan berbasis
strategi dalam rangka penciptaan keunggulan bersaing yang berkelnjutan diperlukan
upaya yang berkesinambungan, membutuhkan pemahaman kedepan serta
perencanaan yang komprehensif. Keunggulan kompetitif menurut Warren J. Keegan
(2007) merupakan konsep dasar pemasaran yang kedua. Sedangkan yang pertama
adalah nelai pelanggan dan persamaan nilai.
Adapun pengertian pemasaran yang dikemukakan oleh Philip Kotler (2013):
“Marketing is sociental process by which individuals and groups obtain what they need
and want trought creating, offering, and freely exchanging product and service of value
with other”. Pengertian diatas dapat diartikan sebagai: “Pemasaran adalah suatu
proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang paling bernilai dengan pihak lain”.
Sedangkan menurut Handoko (2013), yang dimaksud dengan perencanaan
strategi adalah suatu proses pengalihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan
strategi,kebijaksanaan dari program-program strategi yang diperlukan untuk tujuan-
tujuan tersebut, dan penetapan metode-metode yang diperlukan untuk menjamin
bahwa strategi dan kebijaksanaan telah diimplementasikan. Menurut Kotler dan Keller
Analisis
Lingkunan
Ekterna
(Peluang dan
Ancaman)
B. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini berada di Rumah Sakit Umum Bhakti Asih dengan alamat di
Jl. Raden Saleh No. 10, Karang Tengah, Tangerang, Provinsi Banten. Penelitian
dilakukan dari bulan Mei 2016 sampai dengan bulan September 2016. Rumah sakit ini
dipilih karena RSU ini terlihat sedang diat-giatnya melakukan perombakan intern,
pelebaran wilayah, pelebaran bisnis, serta lokasi mudah dijangkau masyarakat.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
yakni memahami suatu fenomena yang dialami oleh subyek penelitian. Sebagaimana
M0leong (2006) penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena yang
dialami oleh subyek penelitian missal persepsi, prilaku, motivasi, ti ndakan, dengan
konteks khusus alamiah serta memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan
secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau
prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan
menaikkan tingkat ilmu serta teknologi. Penelitian menurut Bagong Suyanto dan
Sutinah (2005) juga dikatakan sebagai kegiatan spionase untuk mencari, memata-
matai, dan menemukan pengetahuan dari lapangan yang dapat
dipertanggungjawabkan menurut kaidah-kaidah tertentu.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai metode pengumpulan
data dalam penelitian ini.
Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat maka ditentukan kriteria yang
dapat dijadikan sumber data. Salah satu kriteria adalah dari lamanya bekerja di rumah
sakit dan jabatan yang diembannya. Melalui snowball Sampling diharapkan informasi
yang dibutuhkan benar-benar sesuai dengan kondisi di lapangan Dengan demikian
Sumber Data dan Informan yang ditetapkan terdiri dari 4 orang nara sumber yaitu: (1)
Bidan Hajah Dedeh Nuriyati, sebagai Pemilik dan Pemegang Saham tunggal RSU
Bhakti Asih; (2) Dr. H. Dadang Sukandar, Drg.Mars Direktur RSU Bhakti Asih; (3)
Bapak Sa’adi Asmad pasien BPJS; dan (4) Bapak H. Mudari pasien bayar tunai.
Analisis SWOT digunakan dalam analisis data penelitian ini kemudian hasilnya
dirangkum dalam table IFAS dan EFAS. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada
gambar desain penelitian di bawah ini:
Input
Fokus Penelitian
Verifikasi Data
Analisa Data
Output
Strategi Bersaing
Pada tahun 2005, Klinik Bhakti Asih tersebut berubah menjadi Rumah Sakit
Umum yang ditunjang peralatan lengkap menemani dan melayani masyarakat
Indonesia khususnya Kota Tangerang. Dalam melayani masyarakat senantiasa
menjaga mutu pelayanan Rumah Sakit Bhakti Asih yang dibuktikan dengan diraihnya
sertifikat Akreditasi 5 pelayanan, dan akan ditingkatkan segera menjadi akreditasi
berbasis JCI yaitu akreditasi bertaraf 100 internasional, dengan karyawan keseluruhan
sejumlah 463 orang. Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Ciledug Tangerang berlokasi di
Jalan Raden Saleh No.10 Karang Tengah Ciledug Tangerang dengan terus
berkembang melengkapi sarana dan prasaran rumah sakit modern.
Visi
“Rumah Sakit Umum Merupakan Panutan Dalam Mutu Pelayanan Kesehatan.”
Misi
(1) Peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
(2) Penyelenggaraan pelayanan yang bermutu mampu memberikan kepuasan
kepada pelanggan berorientasi pada kepentingan pelayanan dengan
mengutamakan keselamatan pasien.
(3) Pengelolaan keuangan secara rasional, professional, proporsional.
(4) Menyiapkan rumah sakit sebagai lahan pendidikan bagi calon petugas kesehatan
lainnya.
(5) Meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit. Rumah sakit Umum Bhakti Asih
membuka praktek dalam 24 jam, karena terjadi peningkatan pelayanan pasien,
maka karyawannya bekerja secara bergantian sesuai jadwal yang telah di tetapkan
pada masing-masing karyawan. Untuk menghidari hasil kerja yang mengecewakan
semua pihak, karyawan rumah sakit harus benar-benar teliti, tepat, menguasai
peralatan penunjang medik, supaya pasien mendapatkan pelayanan yang
memuaskan.
grup
Lokasi parker belum memadai -0,30 1,2 -0,36
Dokter sub spesialis belum lengkap -0,25 1,4 -0,35
Sarana dan prasarana penunjang
-0,20 1,4 -0,28
medis canggih belum lengkap
Jumlah kamar inap dan bed terbatas -0,10 1,2 -0,12
Pelaksanaan sosialisasi dan
promosi kepada masyarakat masih -0,10 1,4 -0,14
kurang
SubTotal 2 1,00 -1,25
Grand Total 0,51
Sumber: Data diolah peneliti
Dari hasil skor analisis SWOT strategi bersaing RSU Bhakti Asih, Tangerang
dapat diketahui bahwa aspek internal (IFAS) untuk indikator kekuatan(Strength) 1,760
dengan rincian terdiri dari beberapa indikator yaitu tanah dan bangunan milik sendiri,
lokasi dekat fasilitas umum (0,225), terjaganya kebersihan dan kerapihan rumah sakit
(0,320), SDM (dokter, perawat, karyawan memiliki daya tanggap tinggi (0,405), SDM
(dokter, perawat, karyawan) memiliki rasa kepedulian tinggi (0,405), Memiliki tenaga
SDM (dokter, perawat, karyawan yang handal (0,405).
Sedangkan dari indikator Kelemahan (Weakness) yaitu -1,25 dengan rincian
terdiri dari beberapa indikator yaitu lokasi parkir belum memadai (-0,36), Dokter
subspeasialis belum lengkap (-0,35), sarana dan prasarana penunjang medis canggih
belum lengkap (-0,28), jumlah kamar inap dan bed terbatas (-0,12), pelaksanaan
sosialisasi dan promosi kepada masyarakat masih kurang (-0,14). Dan dari hasil Aspek
Internal (IFAS) dengan rincian yaitu indikator Kekuatan (Strength) yaitu 1,760 dikurangi
dengan indicator Kelemahan (Weakness) -1,25 menadi total skor yaitu 0,51.
Sedangkan untuk Aspek Internal (IFAS) untuk indikator kekuatan (Strength)
terdapat 2 urutan besar yaitu Tanah dan bangunan milik sendiri dan kesiapan dan
kekuatan SDM rumah sakit akan sangat berpengaruh besar terhadap kepercayaan
masyarakat terhadap keberadaan rumah sakit dan kepuasan pelayanan kesehatan.
Dari hasil analisa tersebut, maka dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini:
O
W S
Nilai fokus
Indikator Ancama ( Threat ) Bobot Skor
grup
Kompetitor dengan modal besar - 0,20 1,4 -0,28
Kondisi jalan sekitar Rumah Sakit cenderung macet -0,30 1,2 -0,36
Semakin meningkatnya peserta BPJS -0,15 1,8 -0,27
Kecenderungan masyarakat berobat alternative -0,10 1,2 -0,12
Makin melambatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat -0,25 1,4 -0,35
Sub Total 2 1,00 -1,38
Grand Total 0,34
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan dari hasil skoring analisa SWOT, maka strategi bersaing RSU
Bhakti Asih, Tangerang, dapat diketahui bahwa aspek eskternal (EFAS) untuk indikator
peluang (Opportunity) yaitu mendapatkan total skor 1,72, dengan rincian yang terdiri
dari beberapa indikator yaitu berlokasi dikawasan padat penduduk( 0,45), masih
memiliki lahan luas (0,40), loyalitas pelanggan tinggi (0,48), dimungkinkan untuk
membuka klinik pelayanan baru(jantung, diabet, asma) (0,21), kerjasama dengan pihak
terkait semakin luas (0,18).
Sedangkan dari indikator Ancaman (Threat) mendapat total skor -1,38 dengan
rincian terdiri dari beberapa indikator yaitu kompetitor dengan modal besar (-0,28),
kondisi jalan sekitar rumah sakit cenderung macet (-0,36), semakin meningkatnya
peserta BPJS (-0,27), kecenderungan masyarakat berobat alternative(-0,12), makin
melambatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat(-0,35). Jadi, hasil dari aspek
eksternal (EFAS) dengan rincian yaitu indikator Peluang (Opportunity) yaitu 1,72
dikurangi dengan indikator Ancaman (Threat) yaitu -1,38 menjadi total skor yaitu 0,34.
Dalam hal Aspek Eksternal(EFAS) untuk indikator Peluang (Opportunity) ada 2 urutan
besar yang mempengaruhi yaitu para kompetitor yang cukup kuat, mereka berlomba
memberikan pelayanan terbaik, dan sama-sama mengambil hati masyarakat, dan
kebijakan pemerintah yang harus terus diikuti dan dilaksanakan, secara fleksibel.
Menurut Jacobus RK (2014), Ketika arah vektor terletak di kuadran agresif,
berarti perusahaan tersebut berada dalam posisi yang sangat bagus untuk
memanfaatkan berbagai kekuatan internal untuk (1) menarik keuntungan dari peluang-
peluang eksternal, (2) mengatasi kelemahan internal, dan (3) menghindari beragam
ancaman eksternal. Oleh karenanya, strategi penetrasi pasar, pengembangan produk,
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, diversifikasi, atau
kombinasi kesemuanya itu menjadi pilihan yang masuk akal, tergantung pada situasi
khusus yang di hadapi oleh perusahaan. Dari posisi agresif diatas, maka selanjutnya
dapat dipergunakan sebagai asupan didalam melakukan analysis SWOT. Hasil skoring
analisa SWOT menggambarkan bahwa RSU Bhakti Asih Tangerang berada pada
kuadran 1 yaitu agresif yang berarti strategi yang dijalankan adalah strategi dengan
menggunakan Strategi SO (Strenght-Opportunity).
Analisa SWOT
Berdasarkan Analisa Matriks SWOT di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa SWOT strategi bersaing RSU Bhakti Asih Tangerang,
bahwa strategi yang dilakukan adalah strategi Srength-Opportunity (strategi SO) yaitu
strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan/rumah sakit untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO berusaha dicapai dengan menerapkan
strategi ST, WO dan WT. Strategi Strength-Opportunity (SO) yang dimiliki RSU Bhakti
Asih akan mengacu pada formula strategi umum perusahaan yang memberikan
pedoman dalam mencapai tujuan perusahaan, berikut adalah analisa Matriks SWOT
RSU Bhakti Asih Tangerang terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk
dapat bersaing dengan para kompetitor.
(4) SDM (dokter, perawat, karyawan) memiliki rasa kepedulian tinggi. SDM RSU Bhakti
Asih sudah pasti harus memiliki rasa kepedulian tinggi, gerak cepat, tepat, tanggap
darurat dalam tindakan medik terhadap pasien.
(5) Memiliki tenaga SDM (dokter, perawat, karyawan) yang handal. RSU Bhakti Asih
secara terus menerus akan menciptakan tenaga SDM yang professional dalam
penanganan pasien. Mereka disekolahkan program beasiswa unggulan, diklat,
dikirim ke luar negeri untuk belajar, supaya setelah selesai ilmunya diterapkan di
RSU Bhakti Asih dan mengabdi pada pelayanan pasien, otomatis untuk kemajuan
rumah sakit Bhakti Asih.
efektif dalam menghemat waktu, dan efisien dalam menghemat biaya dan memiliki
nilai tambah dalam pengembangan pasar.
(3) Mengajukan proposal kerjasama dengan perusahaan swasta dan luar negeri.
Salah satu strategi dalam pembangunan kesehatan dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sehat secara meluas adalah meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, merata dan terjangkau. Salah satunya adalah menggalang
kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dalam dan luar negeri. Begitu juga
kerjasama MOU dengan perusahaan asing ; 8 negara Asia(Singapura, Malaysia,
Kamboja, Korea, Thailand, Jepang, Philipina, Burma) dan 3 negara Eropa
(Budapest, Turki, Turgut).
(4) Menjalin komunikasi secara berkesinambungan dengan pelanggan. Menjamurnya
rumah sakit sejenis khususnya di daerah Tangerang, tidak bisa dihindari dan
merupakan tantangan tersendiri bagi RSU Bhakti Asih. Komunikasi yang baik,
smart, mengesan di hati pelanggan rumah sakit sangat penting supaya pelanggan
tidak lari berobat ke rumah sakit lain.
(3) Membangun unit pelayanan klinik sub spesialis. Membangun klinik sub spesialis
sangat diperlukan untuk mengantisipasi pasien penyakit khusus yang memerlukan
dokter subspesialis dan perlu konsultasi.
(4) Pengadaan alat medis kebutuhan dokter sub spesialis. Untuk kelancaran dalam
menjalankan tugasnya, peralatan penunjang kerja, untuk dokter sub spesialis
sangatlah perlu disediakan oleh RSU Bhakti Asih.
(5) Menjalin kerjasama dengan dokter sub spesialis Menjalin kerjasama dengan dokter
dan dokter spesialis dan sub spesialis sangat diperlukan guna peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di RSU Bhakti Asih.
Evaluasi
Berdasarkan analisa swot pada rsu bhakti asih tangerang bahwa strategi yang
dilakukan oleh rsu bhati asih adalah strategi Strenght-Opportunity (Strategi SO),
artinya RSU bhakti asih dalam posisi yang bagus yaitu strategi yang memaksimalkan
kekuatan internal rumah sakit untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO
berusaha mencapai dengan cara menerapkan strategi ST, WO, serta WT. Strategi
Strenght-Opportunity (SO) yang dilakukan RSU Bhakti Asih dengan memanfaatkan
kekuatan intern rumah sakit untuk menciptakan inovasi-inovasi produk baru guna
pengembangan pasar, dan mengantisipasi kemungkinan terjadi deversifikasi usaha.
menurut Jacobus R.K (2014). Ketika arah vector terletak di kuadran agresif, berarti
perusahaan tersebut berada dalam posisi yang sangat bagus untuk memanfaatkan
berbagai kekuatan internalnya untuk (1) menarik keuntungan dari peluang-peluang
eksternal, (2) mengatasi kelemahan internal, dan yang (3) menghindari beragam
eksternal. oleh karenanya, strategi penciutan, melakukan merger, menyatakan diri
pailit, memilih likuidasi atau kombinasi, yang kesemuanya itu menjadi pilihan yang
masuk akal, tergantung pada situasi khusus yang dihadapi oleh perusahaan atau
rumah sakit.
2. Saran
Dari hasil skoring analisa SWOT menggambarkan bahwa Rumah Sakit Umum
Bhakti Asih tangerang berada pada kuadran 1, yaitu agresif yang berarti strategi yang
dijalankan adalah strategi SO (Strenght-Opportunity), Dengan memanfaatkan
kekuatan yang ada hendaknya terus melengkapi sarana dan prasarana yang sangat di
perlukan pasien. dan juga harus tetap mewacanakan pembelian alat induscopy, tetap
berinovasi produk unggulan untuk lebih menarik pasien berobat ke RSU Bhakti Asih
Tangerang.
Mengedepankan pelayanan pasien BPJS, karena di tahun 2017 Jokowi
merencanakan semua lapisan masyarakat harus sudah punya kartu peserta BPJS.
Pihak rumah sakit harus lebih transparan dalam pelayanan BPJS, karena masih
terdapat kebohongan atau mungkin merupakan politik rumah sakit bahwa kamar
kosong ada, tapi dikala pasien BPJS penuh dan tidak tertangani, dinyatakan bahwa
kamar rawat penuh sehingga supaya pasien segera ditangani, harus membayar
sejumlah uang muka untuk kamar utama, selanjutnya dipindah ke kamar rawat inap
yang diinginkan pasien.
Untuk tetap dekat dengan masyarakat disekitar Tangerang dan tetap
mengadakan event-event untuk secara beresinambuangan. Meningkatkan perluasan
pemasaran dengan berbasis online, web, media elektronik, facebook, tweeter,
instagram, path, dan face to face dalam acara event bakti sosial. Disamping kegiatan
pemasaran yang sedang berjalan di RSU Bhakti Asih dalam memasarkan layanan dan
fasilitas yaitu melalui brosur yang ditaruh di area RSU Bhakti Asih, memasang billboard
di sekitar wilayah Ciledug, Tangerang dan sekitarnya.
E. DAFTAR PUSTAKA
Aditama T.Y. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua.Jakarta : UI-
Pfress.
Anshori Yusak. 2005. Analisis Keunggulan Bersaing Melalui Penerapan Knowledge
Management dan Knowledge Based-Strategy di Surabaya Plaza Hotel. Jurnal
Manajemen Perhotelan, Vol 1. No. 20, pp 39-53
Abstract. This study aimed to analyze the effect ofrole conflict consisting of
work-family conflict and family-work conflict on job stress and job
performance of nurses from dr. M.Haulussy hospitals general Ambon. This
research was conducted in dr. M.Haulussy hospital Ambonfor two months. The
research data was collected through a questionnaire, which is then processed
and analyzed using SPSS 19 with path analysis techniques.The results showed
that work-family conflict (X1) and significant positive effect on job stress (Y1)
nurse of dr. M.Haulussy hospital Ambon. Family-work conflict (X2) positive
and significant impacton job stress (Y1) nurse of dr. M.Haulussy hospital
Ambon. Job stress (Y1) negatively affect the performance of nurses (Y2) dr.
M.Haulussy hospital Ambon. Work-family conflict (X1) negatively affect the
performance of nurses (Y2) dr. M.Haulussy hospital Ambon. Family-work
conflict (X2) negatively affect the performance of nurses (Y2) dr. M.Haulussy
hospital Ambon. Thus all the hypotheses proposed in this study can be
accepted.
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ofrole konflik yang
terdiri dari konflik kerja-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan pada stres kerja dan
prestasi kerja perawat dari dr. Rumah sakit umum M.Haulussy Ambon. Penelitian ini
dilakukan di dr. Rumah sakit M.Haulussy Ambonfor dua bulan. Data penelitian
dikumpulkan melalui kuesioner, yang kemudian diolah dan dianalisis menggunakan
SPSS 19 dengan analisis jalur hasil techniques.The menunjukkan bahwa konflik kerja-
keluarga (X1) dan dampak positif yang signifikan terhadap stres kerja (Y1) perawat
dari dr. Rumah sakit M.Haulussy Ambon. Konflik keluarga-pekerjaan (X2) stres kerja
impacton positif dan signifikan (Y1) perawat dari dr. Rumah sakit M.Haulussy Ambon.
Stres kerja (Y1) berpengaruh negatif terhadap kinerja perawat (Y2) dr. Rumah sakit
M.Haulussy Ambon. Konflik kerja-keluarga (X1) berpengaruh negatif terhadap kinerja
perawat (Y2) dr. Rumah sakit M.Haulussy Ambon. Konflik keluarga-pekerjaan (X2)
berpengaruh negatif terhadap kinerja perawat (Y2) dr. Rumah sakit M.Haulussy
Ambon. Dengan demikian semua hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima.
Tabel 2
Coefficientsa Persamaan Struktural 2
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 11.044 .131 6.334 .000
KPK -.569 .058 -.498 9.767 .000
KKP -.305 .049 -.391 6.190 .000
SK -.116 .056 -.142 2.886 .041
a. Dependent Variable: Kin
Sumber : Hasil Pengolahan, 2014
Background : The Nursing round is the way for a nurses to discuss more about the problems and needs of
patients and is a learning process for nurses it hopes of improving cognitive, affective, psychomotor and
motivated bias. The results of the interview with the head of the Raden Mattaher General Hospital operating room
in Jambi found that nursing rounds were very rare.
Purpose: The study is to determine the relationship between nurse motivation and leadership style of nursing
rounds in the Surgical Inpatient Room of Raden Mattaher Hospital in Jambi City.
Methods: The research was used a quantitative research with cross sectional approach. This study was
conducted in the Surgical hospitalization rooms. The population of this study were all of nurses who worked in the
Surgical Inpatient Room of Raden Mattaher Hospital in Jambi which totaling 38 nurses. The samples were taken
in total sampling thenique. The data collection did by filling out a questionnaire. The data analysis used univariate
and bivariate by using chi square test.
Results: The results of this study indicated that of 38 respondents, 55.3% had low motivation, 71.1% with good
leadership style and 57.9% who did a nursing round. There is no relationship between nurses' motivation for the
nursing round with p value 0.122> 0.05. There is a relationship of leadership style to the nursing round because
the p value is 0.002 <0.05.
Conclusion: The results of this study indicate that the leadership style influences the nursing round.
Latar Belakang: Ronde keperawatan merupakan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah
dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan bisa termotivasi. Hasil wawancara kepada kepala ruangan bedah
RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui ronde keperawatan sangat jarang sekali dilakukan.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi perawat dan gaya kepemimpinan terhadap ronde
keperawatan diruang rawat inap bedah RSUD Raden Mattaher Jambi.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantiatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan
diruang rawat inap bedah, dengan populasi penelitian seluruh perawat pelaksana yang berkerja diruang rawat
inap bedah RSUD Raden Mattaher Jambi yang berjumlah 38 perawat. Sample diambil secara total sampling.
Pengumpulan data dengan menggunakan pengisian kuesioner, analisis yang digunakan adalah univariat dan
bivariat dengan menggunakan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 38 responden, 55,3% memiliki motivasi rendah, 71,1%
dengan gaya kepemimpinan baik dan 57,9% yang melakukan ronde keperawatan. Tidak terdapat hubungan
motivasi perawat terhadap ronde keperawatan dengan p value 0,002 > 0,05. Terdapat hubungan gaya
kepemimpinan terhadap ronde keperawatan karena nilai p value 0,002<0,05.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi ronde keperawatan.
244
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
segala potensi yang ada salah satunya memungkinkan pasien untuk mendapatkan
menciptakan kebersamaan. Motivasi kerja tersebut pelayanan yang berkualitas. Ronde keperawatan
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal memungkinkan pasien untuk mendapat informasi
sumber daya manusia (Rachmawati, 2008). mengenai penyakit, kelanjutan pemeriksaan,
Perawat sebagai salah satu faktor yang proses keperawatan rehabilitas dan lain-lain.
mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan Ronde keperawatan sangat penting bagi pasien
merupakan faktor yang paling menentukan untuk dan perawat karena didalam kegiatannya terdapat
tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal kontak yang terus menerus antara perawar
dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk dengan pasiennya (Beniscova, 2007; Simamora,
dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan Bukit, Purba, & Siahaan, 2017).
baik seorang perawat perlu memiliki kemampuan Memotivasi adalah proses manajemen
berhubungan dengan klien dan keluarga, serta untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang
lainnya, mengkaji kondisi kesehatan klien baik membuat orang tergerak.motivasi memiliki
melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun hubungan yang erat dengan sikap dan perilaku
menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang dimiliki oleh seseorang. Motivasi itu sendiri
penunjang, menetapkan diagnosis keperawatan dapat diartikan sebagai keadaan dalam diri pribadi
dan memberikan tindakan yang dibutuhkan klien, seseorang sehingga orang tersebut terdorong
mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah untuk melakukan sesuatu kegiatan atau
diberikan serta menyesuaikan kembali aktivitas.motivasi mempunyai sifat yang tidak akan
perencanaanyang telah dibuat. Salah satu lepas dari sifat manusia itu sendiri, dimana
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan manusia secara individual mempunyai kualitas
adalah dengan pelaksanaan program ronde eksistensi diri yang berbeda-beda antara satu
keperawatan yang merupakan salah satu dengan yang lainnya. Tiap individu mempunyai
implementasi dari relationship based care latar belakang dan sikap yang berbeda terhadap
(Siahaan, Siagian, & Bukit, 2018). rangsangan yang ada, sehingga motivasi yang
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan muncul pada tiap individu pun berbeda-beda.
yang bertujuan untuk mengatasi masalah Beberapa cara yang dapat digunakan oleh
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat pimpinan untuk memberikan motivasi terhadap
dengan pasien atau keluarga terlibat aktif dalam bawahannya, seperti penghargaan terhadap
diskusi dengan membahas masalah keperawatan pekerjaan yang dilakukan dan kompensasi
serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah (Sumarno, 2005)
dilakukan. Ronde keperawatan akan menjadi Peningkatan kinerja rumah sakit
media perawat untuk meningkatkan kemampuan dipengaruhi oleh karakteristik kepemimpinan yang
kognitif, afektif dan psikomotor, kepekaan dan cara mampu mempengaruhi kelompok untuk mencapai
berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih serangkaian tujuan salah satunya karakteristik
melalui suatu transfer pengetahuan dan kepemimpinan yang mempunyai komitmen
pengaplikasian konsep teori kedalam praktik terhadap perubahan, serta dapat mengembangkan
keperawatan. Pengetahuan perawat sangat ke arah yang lebih baik secara maksimal terhadap
diperlukan dalam pelaksanaan ronde keperawatan peningkatan keunggulan bersaing, karakteristik
(Agustina, Mardiono, & Ibrahim, 2016). kepemimpinan ini harus disinergikan dengan
Hasil penelitian Siahaan, Siagian, & Bukit. kepemimpinan yang mampu mendorong dan
(2018) menunjukkan bahwa ada pengaruh melakukan perubahan melalui sumber daya yang
pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja dimiliki agar dapat menerapkan suatu pencipta nilai
perawat dalam asuhan keperawatan, hal ini melalui perubahan dan inovasi. (Sunandar, 2018)
menunjukkan bahwa pelatihan ronde keperawatan Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi,
telah memberi implikasi terhadap peningkatan sebagai hasil kombinasi dari falsafah,
kemampuan perawat baik dari aspek pengetahuan keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan
maupun aspek keterampilan perawat dalam seseorang pemimpin ketika ia mencoba
pemberian asuhan keperawatan sehingga kinerja mempengerahui kinerja bawahannya. (Reza, &
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan Dirgantara, 2010).
semakin optimal. Ronde keperawatan sangat Berdasarkan hasil temuan pada tahun 2006
penting dalam mengupayakan pasien mendapat bahwa institusi yang melakukan ronde
pelayanan yang berkualitas. Ronde keperawatan keperawatan secara berkala dan sistematik
Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
245
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
meningkatkan kepuasan pasien sehingga berarti ada hubungan antara gaya kepemimpinan
mencapai 89% dan menurunkan angka jatuh dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
sehingga 60% selain itu terdapat 2 dari 12 rumah Instalasi rawat inap C RSUP Prof. DR. R. D.
sakit yang menerapkan ronde keperawatan secara Kandau Manado (Paat, Robot, & Lolong, 2014).
berkala dan sistematis memperoleh peningkatkan Berdasarkan latar belakang diatas peneliti
rating pelayanan yang prima mencapai 41,85%. tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Ronde keperawatan dapat meningkatkan kinerja “Hubungan Motivasi Perawat Dan Gaya
perawat dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor. Kepemimpinan Terhadap Ronde Keperawatan Di
Penelitian ini juga melaporkan bahwa dampak Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Raden Mattaher
tidak dilaksanakan ronde keperawatan yakni Jambi Tahun 2018”
menurunkan komunikasi terapeutik perawat,
menurunkan komunikasi perawat dengan pasien METODE PENELITIAN
serta secara perlahan menurunkan motivasi Penelitian ini merupakan penelitian
perawat dalam bekerja. Selanjutnya ada kuantitatif dengan desain Cross Sectional yang
perbedaan motivasi kerja perawat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi
melaksanakan ronde keperawatan (Simamora, perawat dan gaya kepemimpinan terhadap ronde
Bukit, Purba, & Siahaan, 2017). keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa seluruh perawat pelaksana yang bekerja di Ruang
rata-rata faktor motivasi kerja yang dilakukan Rawat Inap Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi
masih kurang baik dan supervisi yang persepsi yang berjumlah 38 orang perawat. Teknik
oleh perawat pelaksana juga masih kurang baik. pengambilan besar sampel dalam penelitian ini
Hasil analisa korelasi dengan α=0,05 didapatkan p menggunakan teknik total sampling, sehingga
value 0,000menunjukkan terdapat hubungan yang didapatkan jumlah sampel sebanyak 38 perawat.
signifikan antara motivasi kerja dengan ronde Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner
keperawatan. Penelitian oleh Faat (2014) dengan dan analisis data yang digunakan adalah analisis
menggunakan uji spearman-rho dengan pada Univariat dan Bivariat menggunakan uji statistik
tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai Chi-square.
rs=0,508 dan nilai p=0,03 maka Ho ditolak. Yang
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
Berdasarkan Tabel 1. Diketahui bahwa sebagian besar responden dengan usia antara 25-35 Tahun, yaitu 28
responden (73,7%).
Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
246
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
Analisis Univariat
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gambaran Motivasi Perawat
Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
247
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
Analisis Bivariat
Berdasarkan Tabel 8. Diketahui dari 17 responden dengan motivasi tinggi, sebagian besar tidak ikut
serta melakukan ronde keperawatan sebanyak 10 responden (58,8%). Sedangkan dari 21 Responden
dengan motivasi rendah, sebagian besar ikut serta melakukan ronde keperawatan sebanyak 15
responden (71,4%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p = 0,122 > 0,05 yang artinya Ho
gagal ditolak, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat
terhadap ronde keperawatan.
Berdasarkan Tabel 9. Diketahui dari 27 responden dengan gaya kepemimpinan baik, sebagian besar
ikut serta melakukan ronde keperawatan sebanyak 20 responden (74,1%). Sedangkan dari 11
responden dengan gaya kepemimpinan kurang baik, sebagian besar tidak ikut serta melakukan ronde
keperawatan sebanyak 9 responden (81,8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p = 0,002 <
0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara gaya kepemimpinan terhadap
ronde keperawatan.
Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
249
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
tindakan ronde keperawatan dapat menurunkan menyelesaikan pekerja dengan semangat karena
angka insiden pada pasien yang dirawat. ia ingin melaksanannya hanya tugas manajer ialah
menciptakan kondisi-kondisi kerja yang akan
Hubungan motivasi perawat terhadap ronde membangkitkan dan mempertahankan keinginan
keperawatan untuk bersemangat (Terry, & Rue, 2009). Motivasi
Hasil penelitian menunjukkan uji statistik dapat diartikan sebagai kekuatan energi seseorang
diperoleh nilai p = 0,122 > 0,05 yang artinya Ho yang dapat menimbulkan tingkat konsisten dan
gagal ditolak, maka dapat disimpulkan tidak ada antusiasmenya dalam melaksanakan suatu
hubungan yang bermakna antara motivasi perawat kegiatan baik yang bersumber dari dalam inndividu
terhadap ronde keperawatan. itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi tidak mempengaruhi pelaksanaan ronde motivasi yang dimiliki individu akan banyak
keperawatan. Hal ini disebabkan karena adanya menentukan kualitas prilaku yang ditampilkannya,
faktor lain seperti gaya kepemimpinan, baik dalam konteks belajar, bekerja, maupun
pengetahuan yang dimiliki perawatan dalam kehidupan lainnya (Nasir, & Muhith, 2011).
melaksanakan ronde keperawatan. Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan berasumsi bahwa perlu dilakukan beberapa upaya
penelitian yang dilakukan oleh Maryanti (2015) untuk meningkatkan pelaksanaan ronde
penelitian menunjukan bahwa tingkat motivasi keperawatan dari segi motivasi seperti pemberian
kerja perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito tugas antara pegawai dilakukan secara berkala
Yogyakarta mayoritas dalam kategori rendah yaitu untuk mengurangi rasa jenuh dan kehilangan
sebanyak 19 orang (54,3%). Hal ini menunjukan perhatian terhadap tugas. Harus diperlihatkan
bahwa perawat kurang termotivasi karena suatu gabungan tugas sehingga dapat mendorong
kurangnya seperangkat kondisi kerja yang perkembangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
membantu membangun suatu motivasi yang Selain itu, perlu dilakukan lagi pelatihan-pelatihan
berasal dari dalam diri individu tersebut seperti kepada perawat mengenai ronde keperawatan
rasa tanggung jawab dan pengembangan pribadi. sehingga perawat tidak hanya memiliki wawasan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dan dorongan tetapi juga melaksanakan ronde
penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti (2008) keperawatan tersebut sesuai aturan rumah sakit
dalam Maryanti, & Kurniawati. (2015) yang yang telah ditetapkan.
menunjukkan bahwa rata-rata faktor motivasi kerja Berkaitan dengan teori dari Herzberg,
yang dilakukan masih kurang baik dan supervisi faktor motivasi merupakan hal yang sangat
yang persepsi oleh perawat pelaksana juga masih penting. Marquis & Huston (2011) menyebutkan
kurang baik. Hasil analisa korelasi dengan α = 005 motivasi ada dua macam yaitu Motivasi instrinsik
diperoleh p value = 0,001 menunjukkan terdapat dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah
hubungan yang signifikan antara motivasi kerja motivasi yang ada dalam diri perawat, yang
dengan ronde keperawatan. mendorong menjadi produktif. Motifasi ekstrinsik
Hasil penelitian di atas berbeda dengan adalah motivasi yang ditingkatkan oleh lingkungan
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Pada kerja, rekan kerja. Salah satu upaya memberikan
hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui motivasi ekstrinsik adalah pada saat kepala
bahwa sebagian besar motivasi tidak berpengaruh ruangan melakukan fungsi pengarahan pada
terhadap pelaksanaan ronde keperawatan, stafnya. Marquis & Huston (2011) menyebutkan
sedangkan pada penelitian oleh Apriyanti (2008) dukungan manajemen, pengaruh rekan serta
dalam Maryanti, & Kurniawati. (2015). Motivasi interaksi dalam kelompok memiliki dampak
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan motivasi. Salah satu fungsi
ronde keperawatan. Hal ini dikarenakan pada pengarahannya yaitu pelaksanaan ronde
penelitian yang peneliti lakukan terdapat beberapa keperawatan. Ronde keperawatan merupakan
faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan ronde tindakan mandiri perawat, tugas rutin perawat yang
keperawatan seperti pengetahuan perawat dan harus dilakukan. Sehingga didalam pelaksanaan
gaya pemimpin dalam menaungi dan menjadi ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara
contoh pada perawat sebagai bawahannya untuk sesama perawat, perawat danpasien, serta
melaksanakan kerja. perawat dengan tim kesehatan lainnya. (Saleh,
Motivasi dapat diartikan sebagai 2012)
mengusahakan supaya seseorang dapat
Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
250
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
Hubungan gaya kepemimpinan terhadap ronde mempengaruhi persepsi mereka tentang
keperawatan konsekuensi yang mungkin akan diterima dari
Hasil penelitian menunjukkan uji statistik berbagai upaya yang dilakukan.
diperoleh nilai p = 0,002 < 0,05, maka dapat Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti
disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara berasumsi bahwa perlu dilakukan beberapa upaya
gaya kepemimpinan terhadap ronde keperawatan. yang dapat meningkatkan dan memperbaiki gaya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan setiap pimpinan ruangan seperti
gaya kepemimpinan mempengaruhi ronde pelatihan dan penugasan yang terarah sehingga
keperawatan. Seorang pemimpin harus tegas pemimpin tidak hanya sekedar memimpin
terhadap anggotanya sehingga setiap tugas dan anggotanya tetapi tahu melaksanakan tugas-tugas
pelaksanaan dari ronde keperawatan dapat sesuai perintah dan ketentuan rumah sakit
dilakukan dengan baik dan dilakukan secara sehingga dapat membimbing anggota masing-
bergantian antara perawat satu dan lainnya. masing ruangan.
Sebaliknya jika pemimpin acuh tak acuh maka
pelaksanaan ronde keperawatan juga tidak SIMPULAN
dilakukan secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
Hasil penelitian ini sejalan dengan pembahasan tentang hubungan motivasi perawat
penelitian yang dilakukan oleh Faat (2014) dengan dan gaya kepemimpinan terhadap ronde
menggunakan uji statistik dengan menggunakan uji keperawatan, maka dapat ditarik kesimpulan
spearman rho dengan bantuan SPSS 20 pada bahwa:
tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh nilai Tidak terdapat hubungan antara motivasi
rs = 0,508 dan nilai p = 0,03, maka H0 ditolak yang perawat terhadap ronde keperawatan.Terdapat
berarti ada hubungan antara gaya kepemimpinan hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap
dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ronde keperawatan.
Instalasi rawat inap C RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. SARAN
Hasil penelitian di atas sejalan dengan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, hal ini sebagai gambaran dalam meningkatkan motivasi
dikarenakan bahwa gaya kepemimpinan berperan perawat, serta rumah sakit dapat memberikan
terhadap pelaksanaan ronde keperawatan dalam informasi kepada semua perawat melalui pelatihan
suatu ruangan di rumah sakit sebagai dan workshop sehingga perawat dirumah sakit
pendokumentasi asuhan keperawatan. dapat terpapar informasi mengenai ronde
Menurut Wirawan (2002) dalam Itin (2010) keperawatan.
gaya kepemimpinan sebagai pola prilaku pemimpin Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
dalam mempengaruhi pengikutnya, gaya referensi yang dapat menambah pengetahuan dan
kepemimpinan dapat berubah-ubah tergantung wawasan dalam memberikan pelayanan serta
situasinya. Dimana kondisi pengikut adalah tingkat dapat dijadikan bahan ajar yang mendukung
kesipan dan delegasi untuk mencapai tujuan yang perkuliahan.
telah ditetapkan. Menurut Wati (2010) dalam Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
Aisyah, & Savitri (2014) gaya kepemimpinan juga acuan penelitian bagi peneliti selanjutnya dengan
berperan penting dalam meningkatkan kinerja. variabel lain yang belum terungkap dalam
Gaya kepemimpinan merupakan cara pemimpin penelitian ini sehingga mampu memberikan
untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sumbangan yang lebih besar terhadap
sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau pelaksanaan manajemen rumah sakit.
melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai
tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal DAFTAR PUSTAKA
tersebut mungkin tidak disenangi. Menurut Siagian
(2002) dalam Aisyah, & Savitri. (2014). Agustina, V., Mardiono, M., & Ibrahim, D. A. F.
menyatakan bahwa terdapat tiga jenis perilaku (2016). Hubungan tingkat pengetahuan
kepemimpinan yang saling berbeda diantara para dengan sikap perawat dalam pelaksanaan
manajer, yaitu: perilaku berorientasi pada tugas, ronde keperawatan di ruang Aster dan
perilaku berorientasi pada hubungan, dan ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus. Dinamika
kepemimpinan partisipatif. Pada umumnya, kesehatan jurnal
pemimpin mempengaruhi para karyawan dengan
Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
251
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, Oktober 2018: 244-252
MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP RONDE KEPERAWATAN
Aisyah, S., & Savitri, E. (2014). Pengaruh Good Dr. Moewardi Surakarta (Doctoral dissertation,
Governance, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Universitas Sebelas Maret Surakarta).
Organisasi dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Pada Putra, I. K. A. A. A., Syaifudin, A., & Adinatha, N. N.
Pemerintah Daerah Kabupaten M. (2014). Hubungan gaya kepemimpinan
Kampar). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) kepala ruangan dengan kinerja perawat
Bidang Ilmu Ekonomi, 1(2), 1-16. pelaksana di rumah sakit umum daerah raa
soewondo pati. In prosiding seminar nasional
Andung, P. J. R., Sudiwati, N. L. P. E., & Maemunah, & internasional (vol. 2, no. 1).
N. (2017). Gambaran kinerja perawat dalam Rachmawati, I. K. (2008). Manajemen sumber daya
penerapan metode asuhan keperawatan manusia. Yogyakarta: Andi Offset.
profesional (MAKP) modifikasi tim-primer di
ruangan Dahlia RSUD Umbu Rara Meha Reza, R. A., & Dirgantara, I. (2010). Pengaruh gaya
Waingapu Sumba Timur. Nursing News: kepemimpinan, motivasi dan disiplin kerja
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keperawatan, 2(3). terhadap kinerja karyawan PT Sinar Santosa
Perkasa Banjarnegara (Doctoral dissertation,
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia, edisi Universitas Diponegoro
2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Saleh, Z. (2012). Pengaruh Ronde Keperawatan
Hasibuan, M. (2008). Manajemen sumber daya terhadap tingkat Kepuasan Kerja Perawat
manusia, 2008. Bumi Aksara, Jakarta. Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Karya Ilmiah
Itin, M. (2010). Hubungan gaya kepemimpinan Ilmu Keperawatan.
situasional kepala ruangan dengan tugas
perawat pelaksana dalam memberikan Siahaan, J. V., Siagian, A., & Bukit, E. K. (2018).
asuhan keperawatan kepada klien diruang Pengaruh pelatihan ronde keperawatan
rawat inap rsud pasaman barat. Penelitian, terhadap kinerja perawat dalam asuhan
Fakultas Keperawatan. keperawatan di rs royal prima
medan. Jumantik (Jurnal Ilmiah Penelitian
Maghfuri, A. (2015). Buku Pintar Keperawatan Kesehatan), 3(1), 1-15.
Konsep dan Aplikasi. Jakarta: CV Trans Info
Media. Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan,
J. (2017). Penguatan kinerja perawat dalam
Maryanti, M., & Kurniawati, T. (2015). Hubungan pemberian asuhan keperawatan melalui
Motivasi dengan Penerapan Postconference pelatihan ronde keperawatan di rumah sakit
Perawat di Ruang Cendana Irna I RSUP Dr. royal prima medan. Jurnal pengabdian
Sardjito Yogyakarta (Doctoral dissertation, kepada masyarakat, 23(2), 300-304
STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).
Sumarno, J. (2005). Pengaruh komitmen organisasi
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar dan gaya kepemimpinan Terhadap hubungan
keperawatan jiwa: pengantar dan antara partisipasi anggaran dan Kinerja
teori. Jakarta: Salemba Medika. manajerial (studi empiris pada kantor cabang
perbankan indonesia di jakarta). Jurnal Bisnis
Nursalam, N. (2007). Manajemen keperawatan: Strategi, 14(2), 197-210.
Aplikasi dalam praktek keperawatan
profesional. Jakarta: Salemba Medika. Sunandar, U. (2018). Pengaruh karakteristik
kepemimpinan dan inovasi produk layanan
Paat, S. T., Robot, F., & Lolong, J. (2014). Hubungan kesehatan terhadap kinerja perusahaan untuk
Antara Gaya Kepemimpinan Dengan mencapai keunggulan bersaing pada rumah
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di sakit awal Bros Pekan Baru. Jurnal Tepak
Instalasi Rawat Inap C RSUP Prof. Dr. RD Manajemen Bisnis, 8(2).
Kandou Manado. Jurnal keperawatan, 2(2).
Terry, G. R., & Rue, L. W. (2009). Dasar-dasar
Purwani, F. (2010). Hubungan Antara Persepsi Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia pada
Mahasiswa Terhadap Pembimbingan Klinik PT. Bumi Aksara, Jakarta, Alih Bahasa GA
Dan Motivasi Belajar Praktik Klinik di RSUD Ticoalu.
Rian Maylina Sari1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi Email: rianmaylina@stikes-hi.ac.id
M. Arifki Zainaro2 Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung. Email: m.arifkiz@malahayati.ac.id
252
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2, Oktober 2019
Abstrak
Pelaksanaan identifikasi risiko pasien jatuh di rumah sakit, agar lebih optimal perlu
pengawasan salah satunya pengawasan kepala ruangan melalui kegiatan supervisi keperawatan.
Tujuan dari kegiatan Pengabdian Masyarakat ini untuk mengoptimalkan mekanisme dan
pelaksanaan supervisi keperawatan khususnya kegiatan identifikasi resiko jatuh dengan metode
Humpty Dumpty. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat ini berbasiskan In House
Training yang dilaksanakan di Ruang Madinah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober sampai 24 November 2017. Hasil
kegiatan pengabdian masyarakat ini didapatkan kegiatan diikuti oleh diseminasi ilmu dari 60
peserta, adanya peningkatan pengetahuan peserta dari pretest 50% dan saat posttest menjadi
85%. Adanya draft kebijakan, SPO tentang supervisi keperawatan, adanya lembar absensi dan
format supervisi keperawatan dan adanya dokumentasi hasil supervisi yang dilakukan oleh
kepala ruangan Madinah. Kesimpulannya pelaksanaan supervisi keperawatan pada kegiatan
identifikasi resiko jatuh dengan metode Humpty Dumpty dilaksanakan sesuai target luaran yaitu
peningkatan pengetahuan. Aplikasi langsung kegiatan supervisi oleh kepala ruang dan perawat
pelaksana ditandai terdapatnya dokumentasi dan laporan kegiatan supervisi keperawatan.
Kata Kunci : Supervisi Keperawatan, Resiko Jatuh, Humpty Dumpty
Abstract
Implementation of the identification of the risk of patients falling in the hospital to be
more optimal there needs to be supervision one of which is the supervision of the head of the
room through nursing supervision activities. the purpose of this Community Service activity is to
optimize the mechanism and implementation of nursing supervision in particular the activities
of identifying the risk of falls with the humpty dumpty method. This method of implementing
community service is based on In House Training which is carried out in the Medina Room Siti
Khadijah Islamic Hospital Palembang. Implementation of activities carried out from 12
October to 24 November 2017. The results of this community service activity obtained activities
followed by the dissemination of knowledge from 60 participants, an increase in participant
knowledge from 50% pretest and 85% increase in posttest. There is a draft Policy, SOP,
regarding nursing supervision, the presence of attendance sheets and nursing supervision
format and there is documentation of the results of supervision conducted by the head of the
Medina room. Conclusion: The implementation of nursing supervision in the fall risk
identification activities with the humpty dumpty method can be carried out in accordance with
the target of increasing knowledge, direct application of supervision activities by the head of the
room and implementing nurses with the presence of documentation and reports of the nursing
supervision activities.
Keywords: Nursing Supervision, Falling Risk, Humpty Dumpty
29
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2, Oktober 2019
1. PENDAHULUAN
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara paripurna yang memiliki risiko tinggi terhadap
keselamatan pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun sumber daya manusia
dan lingkungan rumah sakit, sehingga perlu diselenggarakan keselamatan dan
kesehatan agar tercipta kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat dan nyaman
secara berkesinambungan (PerMenKes RI No 66, 2016). Penerapan keselamatan
pasien dapat diwujudkan dengan menetapkan standar, sasaran dan langkah menuju
keselamatan pasien dengan tujuan akhir yaitu memberikan asuhan pasien yang lebih
aman (PerMenKes RI No 11, 2017).
Penerapan keselamatan pasien di rumah sakit melalui 6 sasaran keselamatan
pasien yaitu identifikasi pasien, pelaksanaan komunikasi efektif, pelaksanaan
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, pelaksanaan kepastian tepat-
lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, sudah sesuai dengan standar akreditasi
rumah sakit versi 2012 sedangkan pelaksanaan pengurangan risiko infeksi dan
pelaksanaan pengurangan risiko pasien jatuh belum sesuai dengan standar akreditasi
rumah sakit (Keles & Ch, 2012).
Dalam standar Joint Commission International (JCI) terdapat upaya
penanggulangan kejadian pasien jatuh di rumah sakit, terutama disebutkan dalam sesi
1 (satu), bagian 1 (satu) yaitu International Patient Safety Goals (IPSG), khususnya
Sasaran 6 (enam) yaitu ‘mengurangi risiko pasien jatuh’ mengungkapkan bahwa
sebagian besar cedera pada pasien rawat inap terjadi karena jatuh, dimana dalam hal
ini pihak rumah sakit seharusnya melaksanakan asesmen risiko jatuh, evaluasi risiko
pasien terhadap jatuh dan segera bertindak mengurangi risiko terjatuh serta cedera
yang diakibatkannya menjadi sangat diperlukan. Rumah sakit menetapkan program
mengurangi risiko jatuh berdasarkan prosedur yang tepat. Program ini memantau
konsekuensi yang diinginkan dan konsekuensi yang tidak diinginkan dari tindakan
yang diambil untuk mengurangi risiko jatuh (Setyarini, 2013). Pelaksanaan skrining
pasien risiko jatuh dilakukan oleh perawat dengan menggunakan form screening
pasien risiko jatuh terdiri dari tiga yaitu Morse Fall Scale (MFS) untuk pasien
dewasa. Humpty Dumpty Scale untuk pasien anak dan ceklist pengkajian jatuh usia
lanjut (Barnet, 2008).
Pelaksanaan identifikasi risiko pasien jatuh di rumah sakit agar lebih optimal
perlu adanya pengawasan salah satunya adalah pengawasan kepala ruangan. Kepala
ruangan sebagai seorang supervisor mesti memiliki beberapa fungsi dan peran.
Fungsi dan peran itu meliputi: (1) membuat rencana kerja, (2) mengontrol pekerjaan,
(3) memecahkan masalah, (4) memberi umpan balik kinerja, (5) melatih staf, (6)
motivator, (7) memanajemen waktu, (8) komunikator secara personal, (9) mengelola
diri sendiri, (10) memanajemen tempat kerja, (11) konselor, (12) komunikator dalam
interaksi formal, dan (13) pemberi arahan (Rakhmawati, 2009; Basuki, 2012; Utami,
Saparwati, & Siswanto, 2016). Dengan memahami konsep ini akan menjadi nilai
tambah seorang kepala ruangan dalam melakukan supervising.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (pengarahan) dalam fungsi
manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah
diprogramkan dapat dilaksanakan dengan benar dan lancar. Supervisi secara
langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan atau
permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mengkaji
30
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2, Oktober 2019
31
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2, Oktober 2019
2. METODE
Pengabdian masyarakat ini berbasis in House Training yang dilaksanakan di
Ruang Madinah (Rawat Inap Anak) rumah sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober sampai 24 November
2017. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah semua perawat di Rumah
sakit Islam Siti Khadijah Palembang yang berjumlah 86 orang.
Aplikasi kegiatan supervisi keperawatan adalah semua perawat di ruang
Madinah berjumlah 15 orang. Kegiatan tersebut direncanakan dalam bentuk POA
(Planning of Action) (Tabel 1).
Tabel 1. Pelaksanaan In House Training Supervisi Keperawatan di Ruang Madinah RSI Siti
Khadijah Palembang
Kegiatan Tujuan Target Luaran Metoda Waktu
Menyusun Tersusunnya Tersusunnya Study literatur 12 Okt 2017
dan diskusi panduan format supervisi Diskusi
tentang supervisi Konsultasi
panduan
supervisi
Desiminasi Peningkatan 75% peserta hadir Pretest & 28 Okt 2017
ilmu tentang pengetahuan dan memahami posttest serta
supervisi baru tentang materi yang Diskusi
supervisi disampaikan
Menyusun Sebagai Draft SOP Studi literatur 3 Nov 2017
SOP panduan karu supervisi Diskusi
Supervisi dan katim di keperawatan telah Konsultasi
keperawatan ruangan tersusun Bimbingan
Konsultasi Untuk Mendapatkan Diskusi 4 Nov 2017
pakar terkait penyempurnaan masukan dan saran Konsultasi
SOP SOP yang telah untuk perbaikan Bimbingan
supervisi dibuat SPO.
keperawatan
Mensosialisa Tersosialisasi 100% peserta Ceramah dan 13 Nov 2017
sikan nya panduan mengetahui dan role play
panduan supervisi mampu
supervisi mendemonstrasikan
panduan supervisi
Menyusun Tersusunnya 100% peserta dapat Diskusi 14 Nov 2017
jadwal jadwal supervisi menyusun dan
supervisi menetapkan jadwal
supervisi
Pendamping Mengaplikasi Terlaksananya Observasi 17 Nov 2017
an kan pelaksanaan kegiatan supervisi hasil
pelaksanaan supervisi keperawatan dokumentasi
supervisi keperawatan supervisi
keperawatan
Evaluasi Mengetahui Adanya format dan Observasi 17 Nov 2017
kegiatan penerapan dokumentasi hasil hasil
supervisi pelaksanaan supervisi yang dokumentasi
supervisi dilakukan oleh karu
32
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019
3. HASIL
a. Menyusun panduan supervisi keperawatan di Ruang Madinah
Kegiatan menyusun panduan Supervisi keperawatan dilakukan dengan tujuan
Tersusunnya panduan supervisi di Ruang Madinah dengan metode studi literatur diskusi
konsultasi pakar yang dilakukan mulai pada tanggal 12 Oktober 2017, adapun output
kegiatan yaitu tersusunnya format supervisi keperawatan.
33
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019
34
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019
35
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019
Gambar 7. Format Supervisi Keperawatan Tema Resiko Jatuh dengan Metode Humpty Dumpty
4. PEMBAHASAN
Supervisi adalah pengawasan yang dilakukan secara langsung oleh seorang kepala
ruangan terhadap pekerjaan yang dilakukan perawat, kemudian bila ditemukan
permasalahan akan segera diberikan bantuan secara langsung supaya masalah tersebut
teratasi (Suarly & Bahtiar, 2009). Sedangkan menurut Circenis, Jeremejeva, Millere, &
Deklava (2015) supervisi adalah proses profesional dan pembelajaran yang dilakukan
perawat dalam praktik dengan berbagi pengalaman serta pengetahuan. Harmatiwi,
Sumaryani, & Rosa (2017) mengatakan supervisi keperawatan merupakan suatu proses
kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang dibutuhkan perawat dalam rangka
menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi supervisi
keperawatan adalah sebuah aktivitas pemantauan yang dilakukan oleh seseorang terhadap
pelaksanaan tugas yang dilakukan bawahan dan memberikan bantuan apabila diperlukan.
Berdasarkan pengkajian terdahulu, melalui wawancara dengan kepala ruangan dan
hasil observasi pelaksanaan supervisi masih bersifat situasional, belum tampak adanya
supervisi yang terjadwal dengan baik. Selanjutnya apabila ditinjau dari segi format
supervisi, di ruangan belum ada format supervisi, begitu juga dengan jadwal dan hasil
laporan supervisi tidak ditemukan di ruangan. Berdasarkan kuesioner ketua Tim dan
perawat pelaksana didapatkan hasil kuesioner 55% perawat di ruangan mengatakan
jarang dilakukan supervisi, 36% perawat di ruangan mengatakan sering dilakukan
supervisi dan 9% mengatakan selalu dilakukan supervisi.
Berdasarkan masalah di atas, mahasiswa melakukan beberapa kegiatan yang
bertujuan sebagai alternatif pemecahan masalah, kegiatan tersebut meliputi menyusun
36
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019
37
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019
kegiatan desiminasi ilmu untuk meningkatkan pemahaman karu dan perawat di ruangan
tentang supervisi keperawatan.
Adapun hasil dari kegiatan desiminasi supervisi keperawatan adalah sebagai berikut :
1). Evaluasi Struktur; Mahasiswa residensi dan peserta dapat hadir di ruangan desiminasi
ilmu sesuai dengan rencana yakni kegiatan dimulai pukul 08.00 wib dan peserta sudah
berkumpul 10 menit sebelum kegiatan dimulai. Adapun tempat, media, serta alat-alat
tersedia sesuai rencana yang telah disusun. 2). Evaluasi Proses; Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu yang direncanakan, pada saat diseminasi ilmu peserta diseminasi
ilmu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir dan Peserta berperan aktif dalam
jalannya diskusi hal ini dapat dibuktikan dengan antusiasnya perawat dalam bertanya dan
mengeluarkan pendapat tentang supervisi keperawatan. 3). Evaluasi Hasil; 100 % peserta
yang diundang menghadiri acara yang dilaksanakan. Kegiatan diseminasi ilmu dihadiri
oleh semua perawat yang diundang oleh mahasiswa, dan semua perawat mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir.
Pengetahuan dan pemahaman peserta tentang supervisi keperawatan meningkat. Hal
tersebut dibuktikan dari hasil kuesioner pretest dan post test yang disebarkan oleh
mahasiswa. Dari 60 peserta, yang menjawab dengan benar pada Pretest 50% dan
meningkat pada Posttest sebesar 85% yang artinya adanya pengaruh positif dari kegiatan
seminar yang dilakukan. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Nursalam (2011) yang
menyatakan secara umum, manfaat dari diseminasi ilmu yang didapatkan adalah
menambah pengetahuan perawat. Seringnya mengikuti diseminasi ilmu akan membantu
membangun paradigma berpikir perawat kearah yang lebih baik.
Hasil evaluasi kegiatan sosialisasi SPO dan panduan supervisi keperawatan yang
telah dibuat adalah tersosialisasinya SPO dan panduan perawat Madinah tentang SOP
supervisi keperawatan. Sosialisasi adalah proses mempelajari dan menanamkan suatu
nilai, norma, peran dan pola perilaku dari satu generasi ke generasi lain dalam sebuah
kelompok atau masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Beberapa sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan
(role theory) karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan
oleh individu (Alwi, 2012).
Sosialisasi sangat penting untuk semua individu, karena sosialisasi adalah proses
yang dibutuhkan sebelum masuk ke dalam kelompok, organisasi, dan masyarakat melalui
agen-agen sosialisasi seperti keluarga, teman sepermainan, sekolah, lingkungan
pekerjaan, masyarakat umum dan media massa. Dengan adanya sosialisasi SOP supervisi
keperawatan diharapkan petugas kesehatan (perawat Madinah) dapat menempatkan diri
dan menjalankan dengan baik di dalam berbagai situasi dan kondisi.
Menyusun jadwal supervisi keperawatan di ruangan Madinah. Kegiatan supervisi
dilakukan oleh kepala ruangan sebagai supervisor, dimana selama ini kegiatan supervisi
di ruangan belum dapat berjalan secara optimal, dikarenakan berbagai faktor yang
mempengaruhinya salah satunya dikarenakan kegiatan supervisi keperawatan dilakukan
secara situasional dan belum terjadwal. Menurut Keliat, dkk (2006), menyatakan agar
supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf, maka perlu
disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah
dipahami oleh staf dan jadwal pasti dalam supervisi.
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan
hanya sekali belum bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi atau
lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu agar organisasi selalu dapat mengikuti
berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Supervisi
38
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019
5. KESIMPULAN
Adapun evaluasi kegiatan prioritas masalah poin belum optimalnya penerapan
supervisi keperawatan di ruangan Madinah antara lain Hasil diseminasi ilmu (peserta
menjawab dengan benar dari 60 peserta); Pretest 50% dan meningkat pada Posttest 85 %,
adanya draft Kebijakan tentang Supervisi Keperawatan, adanya draft Standar Prosedur
Operasional (SPO) tentang supervisi keperawatan, adanya format supervisi keperawatan
di ruangan madinah, Lembar absensi kegiatan sosialisasi format supervisi keperawatan,
dan adanya dokumentasi hasil supervisi yang dilakukan oleh karu Madinah.
6. SARAN
a. Adanya pemantauan dari bidang pelayanan keperawatan terhadap kegiatan supervisi
b. Melakukan kegiatan supervisi secara berkala berdasarkan uraian tugas dan fungsi
masing – masing berdasarkan jadwal yang telah disepakati
c. Pemberian reward pada perawat yang berkinerja baik sesuai dengan SPO, bertanggung
jawab dan bekerja sesuai dengan uraian tugas masing – masing
d. Pemberian bimbingan dan motivasi serta arahan pada perawat yang bekerja tidak
sesuai SPO.
8. DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D., Hakim, L., & I, C. W. (2014). Evaluasi Pelaksanaan Sistem Identifikasi
Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Evaluation on Patient Identification
System Implementation In Hospital â€TM s Inpatient Unit, 28(1), 99–104.
Basuki, D. (2012). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Supervisi Pimpinan
Ruang Dengan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat
Parenteral Intravena di Rumah Sakit Daerah Sidoarjo. Universitas Indonesia,
Jakarta.
39
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 1 No. 2,Oktober 2019
Barnett K. (2008). Reducing Patient Falls.January 2001 – March 2002. Dewsbury, England :
Mid Yorkshire Hospitals NHS Trust.
Circenis, K., Jeremejeva, J., Millere, I., & Deklava, L. (2015). Supervision in Nursing :
Latvian Sample study. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 205(May), 86–
91. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.09.023
Harmatiwi, D. D., Sumaryani, S., & Rosa, E. M. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Supervisi
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul, 6(1),
47–54. https://doi.org/10.18196/jmmr.6126.Evaluasi
KEMENKES RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No 66 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
KEMENKES RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.11 Tentang Keselamatan
Pasien.
Keles, A. W., & Ch, G. D. K. (2012). Analisis Pelaksanaan Standar Sasaran
Keselamatan Pasien di Unit Gawat Darurat RSUD Dr . Sam Ratulangi Tondano
Sesuai dengan Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Implementation Analysis of
Standards Patient Safety Goals in Emergency Department Dr . Sam Ratulangi
Tondano Hospital Accordance with Version 2012 Hospital Accreditation, 250–259.
Gillies, 2009. Manajemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan.
Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta. EGG
Nursalam, 2012. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Pambudi, Y. S. A. Y. D. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam
penerapan 6 SKP (sasaran keselamatan pasien) pada Akreditasi JCI (joint
commision International) di Ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Waluya Malang.
Nursing News, 3(1), 729–747
Rio Hardiatma, Arlina Dewi, A. L. (2015). Analisis Implementasi Sasaran Keselamatan
Pasien Dalam Menghadapi Akreditasi di Klinik Trio Husada Kota Batu, 14.
Schmaltz, S. P., Williams, S. C., Chassin, M. R., & Loeb, J. M. (2013). Hospital
Performance Trends on National Quality Measures and the Association With Joint
Commission Accreditation, 6(8). https://doi.org/10.1002/jhm.905
Suarly, & Bahtiar, Y. (2010). Manajemen Keperawatan : Dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga.
Utami, N., Saparwati, M., & Siswanto, Y. (2016). Hubungan Kualitas Supervisi Kepala
Ruang Terhadap Kepatuhan Perawat Melakukan Standar Cuci Tangan di Instalasi
Rawat Inap RST Dr. Soedjono Magelang, 2–15.
Yusuf, M. (2017). Penerapan Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Dr . Zainoel Abidin Patient Safety Implementation In Ward Of Dr . Zainoel
Abidin General Hospital. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1), 1–6.
40
Buletin Sariputra, Juni 2018 Vol. 8 (2)
Email: syellatiwow26@gmail.com
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan indikator penyembuhan pasien, dalam penerapan ronde keperawatan
masih banyak perawat yang belum memahami mekanisme dari ronde keperawatan. Untuk itu,
perawat harus tahu dan memahami alur mekanisme dari pelaksanaan ronde keperawatan.
Pelatihan merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap pengetahuan
perawat di RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi. Penelitian ini menggunakan pendekatan
quasi eksperimental design dengan rancangan one group pre and post test design. Populasinya
adalah perawat diruangan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Maria Walanda Maramis
Airmadidi berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulan sampel berupa Purposive sampling dengan
jumlah sampel 30 orang. Data dianalisis menggunakan uji statistik Correlation Wilcoxon Sign Rank
Test. Hasil penelitian sebelum dilakukan intervensi menunjukkan bahwa hasil analisa univariat
karakteristik responden terbanyak yaitu 20 orang (67%) dengan kriteria kurang dan pengetahuan
baik sebanyak 6 orang (20%). Hasil analisa univariat sesudah dilakukan intervensi sebanyak 30
orang (100%) dengan kriteria baik. Berdasarkan nilai signifikansi menunjukan angka p=0,000 <
0,05 artinya ada pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan pelaksanaan ronde keperawatan di
RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian
pelatihan mempengaruhi pengetahuan pelaksanaan ronde keperawatan di RSUD Maria Walanda
Maramis Airmadidi.
Kata Kunci : Pengaruh Pelatihan, Pengetahuan, Ronde Keperawatan.
ABSTRACT
The hospital is an indicator of patient's healing, in the application of nursing round there are still
many nurses who have not understood the mechanism of the nursing round. Therefore, the nurse
must know and understand the flow of mechanisms from the implementation of the nursing round.
Training is an effective strategy to improve nurse knowledge. This study aims to determine the
effect of nursing round training on the knowledge of nurses at Maria Walanda Maramis Hospital,
Airmadidi. This research uses quasi experimental design approach with one group pre and post
test design. The population is nurses in the inpatient area of Maria Walanda Maramis Hospital,
Airmadidi total 30 people. Sampling technique is purposive sampling with 30 samples. Data
analyzed using statistical test of Correlation Wilcoxon Sign Rank Test. The result of the research
before the intervention shows that the univariate analysis of the respondents characteristic are 20
people (67%) with less criteria and good knowledge as many as 6 persons (20%). The result of
univariate analysis after the intervention is 30 people (100%) with good criteria. Based on the value
of significance shows the number p = 0,000 <0.05 means showsthat there is the effect of nursing
round training on the knowledge of nurses in RSUD Maria Walanda Maramis Hospitas, Airmadidi.
then Ha accepted and Ho rejected. The conclusion of this research there is the effect of nursing
round training on the knowledge of nurses at Maria Walanda Maramis Hospital, Airmadidi.
92
Buletin Sariputra, Juni 2018 Vol. 8 (2)
PENDAHULUAN
METODE
Desain penelitian ini menggunakan quasi group pre and post test design. Populasi dalam
eksperimental design dengan rancangan one penelitian ini berjumalh 120 responden dengan
93
jumlah sampel 30 responden yang memenuhi pada bulan Februari-Maret 2018. Instrument
kriteria inklusi, menggunakan teknik purposive yang digunakan yaitu Kuesioner yang telah diuji
sampling. Variabel independen yaitu pelatihan validitas dan reliabilitas kemudian data yang
ronde keperawatan dan variabel dependen diperoleh di editing, coding kemudian di
pengetahuan perawat. Penelitian ini dilakukan tabulating Penelitian ini menggunakan
di RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi pendekatan uji Wilcoxon sign rank test.
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Umur
Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan umur perawat RSUD Maria Walanda Maramis
Airmadidi Februari – Maret 2018.
Umur Frekuensi %
24 - 34 Tahun 26 86,7
35 - 45 Tahun 3 10,0
46 - 56 Tahun 1 3,3
Total 30 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa responden paling sedikit yaitu umur 46-56
umur responden terbanyak dalam penelitian tahun (3,3%).
yaitu umur 24-34 tahun (86,7%). Sedangkan
Jenis Kelamin
Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin perawat RSUD Maria Walanda
Maramis Airmadidi Februari – Maret 2018.
Total 30 100
Status Kepegawaian
Pekerjaan Frekuensi %
PNS 17 56,7
Honerer 13 43,3
Total 30 100
94
Tingkat Pendidikan
Tabel 4. Karakteristik Responden berdasarkan tingkat pendidikan perawat RSUD Maria Walanda
Maramis Airmadidi Februari – Maret 2018.
D3 Keperawatan 12 40
S1 Keperawatan 10 33,4
Profesi Ns 8 26,6
Total 30 100
Pengetahuan Sebelum
Frekuensi %
Intervensi
Baik 6 20%
Cukup 4 13%
Kurang 20 67%
Total 30 100
Pengetahuan Sesudah
Frekuensi %
Intervensi
Baik 30 100
Cukup 0 0
Kurang 0 0
Total 30 100
95
2. Analisa Bivariat
Tabel 7. Hasil uji statistik Pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan pelaksanaan ronde
keperawatan di RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi Maret 2018.
Sebelum Sesudah
No Pengetahuan
N % N %
1 Baik 6 20 30 100
2 Cukup 4 13 0 0
3 Kurang 20 67 0 0
Total 30 100 30 100
Mean 4,13 10
Negative ranks 0
Positive ranks 30
Ties 0
WILCOXON TEST (P 0,000 < 0,05)
Zhitung 4,796 > Ztabel 137
Berdasarkan tabulasi silang pada (tabel 7) menunjukan angka 4,13. Sedangkan nilai mean
pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan sesudah setelah dilakukan intervensi atau
pelaksanaan ronde keperawatan di RSUD pelatihan menjadi 10.00. Dari data diatas
Maria Walanda Maramis Airmadidi sebelum terdapat 24 responden yang mengalami
dilakukan intervensi atau pelatihan peningkatan pengetahuan setelah dilakukan
menunjukkan dari 30 responden ada sebanyak intervensi. Pada asymp.sig menunjukan angka
20 responden (67%) yang pengetahuannya 0,000 < 0,05. Hasil uji secara manual
kurang. Dan setelah dilakukan intervensi atau menunjukkan Zhitung = 4,796 > Ztabel 137, ada
pelatihan kepada 30 responden, turun menjadi pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan
tidak ada responden yang pengetahuannya pelaksanaan ronde keperawatan di RSUD
kurang semuanya pada kategori baik. Nilai Maria Walanda Maramis Airmadidi, dengan
mean sebelum dilakukan intervensi demikian Ha diterima dan Ho di tolak.
PEMBAHASAN
96
tentang ronde keperawatan sesuai dengan hal- psikomotor. Penelitian ini juga melaporkan
hal yang belum dan ingin diketahui responden bahwa dampak dari dilaksanakan ronde
dan akhir dari pelatihan tersebut peneliti keperawatan dapat dilihat dari beberapa
melakukan simulasi kepada sebagian outcomes yaitu meningkatkan kepuasan pasien
responden serta menyerahkan sertifikat. peningkatan kepuasan perawat menurunkan
Pemberian materi ini sangat mempengaruhi penggunaan bell panggil, penurunan angka
pengetahuan responden. Hal ini sesuai dengan pasien jatuh dan penurunan angka kejadian
teori dari (Siagian, 2008) yang menyebutkan luka tekan .
pelatihan adalah suatu metode meningkatkan Laporan dari studer group (2008) dalam
pengetahuan dan keterampilan staf dan Raymond, S (2009) bahwa institusi yang
merupakan sarana untuk meningkatkan melaksanakan ronde keperawatan secara
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. berkala dan sistematis dapat meningkatkan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan kepuasan pasien hingga mencapai 89% dan
karakteristik responden berdasarkan umur menurunkan angka kejadian jatuh mencapai
paling banyak berusia 24-34 tahun sebanyak 60%. Selain itu terdapat dari 12 rumah sakit
26 responden (86,7%). Dan tingkat pendidikan yang menerapkan ronde keperawatan secara
D3 sebanyak 12 responden (40%). Usia sangat berkala dan sistematis memperolah
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan peningkatan pelayanan yang prima dan
pola pikir seseorang, semakin bertambah usia profesional.
akan semakin berkembang pula daya tangkap Penelitian Maliya (2009) dalam Verawati
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang (2017) menunjukan bahwa ada peningkatan
diperolehnya semakin baik. Semakin tinggi kinerja staf keperawatan setelah dilakukan
tingkat pendidikan seseorang, maka akan pelatihan ronde keperawatan. Peningkatan
semakin mudah untuk menerima informasi kualitas pelayanan keperwatan tersebut dapat
tentang objek atau yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan profesional,
pengetahuan sedangkan pengalaman meningkatkan pengetahuan perawat dengan
seseorang sangat mempengaruhi menyajikan dalam format study kasus,
pengetahuan, semakin banyak pengalaman menyediakan kesempatan pada staf perawat
seseorang tentang suatu hal, maka akan untuk belajar meningkatkan keterampilan
semakin bertambah pula pengetahuan akan hal klinis,membangun kerjasama dan hormat,
tersebut (Notoatmodjo, 2011). meningkatkan retensi perawat berpengalaman
Hasil penelitian ini sejalan dengan dan mempromosikan kebanggaan dalam
penelitian sebelumnya oleh penelitian profesi keperawatan. untuk itu rumah sakit
Aristyawati (2015) dalam Verawati, (2017) perlu mempertimbangkan ronde keperawatan
bahwa ronde keperawatan dapat meningkatkan sebagai salah stu program yang dapat
kinerja perawat dalam hal kognitif, afektif dan diterapkan diruang rawat inap.
KESIMPULAN
a. Pengetahuan perawat sebelum dilakukan daerah Maria Walanda Maramis menjukkan
pelatihan ronde keperawatan di unit bahwa semuanya dengan pada kategori
perawatan rawat inap rumah sakit umum baik.
daerah Maria Walanda Maramis Airmadidi c. Pelatihan ronde keperawatan yang
menunjukkan bahwa sebagian besar dilakukan berpengaruh secara signifikan
perawat mempunyai pengetahuan kurang. terhadap pengetahuan perawat di unit
b. Pengetahuan perawat sesudah diberikan perawatan rawat inap rumah sakit umum
pelatihan ronde keperawatan di unit daerah Maria Walanda Maramis Airmadidi.
perawatan rawat inap di rumah sakit umum
SARAN
a. Bagi instansi tempat penelitian dalam manajemen keperawatan dalam
Disarankan agar dapat menerapkan ronde proses perawatan.
keperawatan dalam manajemen c. Bagi mahasiswa penelitian (peneliti
keperawatan agar dapat meningakatkan selanjutnya)
kualitas pelayanan, meningkatkan kepuasan Disarankan agar dapat meningkatkan
pasien dalam proses perawatan, sehingga kemampuan serta pengetahuan tentang
rumah sakit menjadi role model bagi rumah ronde keperawatan dan dapat menerapkan
sakit lain. ronde keperawatan dalam praktek
b. Bagi institusi pendidikan keperawatan maupun dalam dunia kerja.
Disarankan agar dapat meningkatkan
kemampuan tentang ronde keperawatan
97
DAFTAR PUSTAKA
Arin, S. 2015. Pelatihan ronde kasus untuk profesional edisi 4 . Jakarta: Salemba
meningkatkan kinerja staf keperawatan medika.
di Rumah Sakit Umum PKU
Muhamadya. Jurnal. Surakarta. Roymond, H. 2017. Penguatan kinerja perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan
Aristyawati, D. 2015. Perbedaan motivasi kerja melalui pelatihan ronde keperawatan.
perawat yang melaksanakan dan tidak Jurnal pengabdian kepada masyarakat
melaksanakan ronde keperawatan di – Universitas Sumatra Utara.
RSUP Sanglah. Jurnal keperawatan
jiwa, komunitas dan menejemen. Saleh, Z. 2012. Pengaruh ronde keperawatan
terhadap kepuasan kerja perawat
Gibson. 2010. Manajemen kinerja sector publik. pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Yogyakarta : EGC. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Tesis master keperawatan UI.
Handoko. 2012. Manajemen personalia dan
sumber daya manusia. Yogyakarta: Salinding, R. 2011. Analisis pengaruh pelatihan
edisi 2 BPFE. terhadap produktivitas kerja. Jurnal
manajemen – Makasar.
Maliya, A. 2009. Pelatihan ronde kasus untuk
meningkatkan kinerja staf keperawatan. Siagian. 2008. Manajemen sumber daya.
Jurnal keperawatan : Universitas Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Muhamadiyah Surakarta.
Verawati, J. 2017. Pengaruh pelatihan ronde
Notoatmodjo, 2009. Promosi kesehatan teori keperawatan terhadap kinerja perawat
dan aplikasi. Jakarta : Rineka cipta. dalam asuhan keperawatan. Jurnal
keperawatan – Universitas USU
Notoatmodjo. 2011. Kesehatan masyarakat. Medan.
Jakarta : Rineka cipta.
Wolak, S. 2008. Nursing grad rounds as a
Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan medium for the continuing education of
aplikasi dalam praktek keperawatan nurses. The Journal of Continuing
Education in Nursing.
98
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
Zuhriyani
ABSTRAK
40
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
1. Pendahuluan
RSUD Raden Mathaher Jambi merupakan rumah sakit umum terbesar milik
pemerintah dengan tipe B Pendidikan yang mempunyai lingkup tugas dan fungsi
pelayanan yang luas dan penting. Dengan kapasitas hunian pasien yang banyak dan
juga jenis pelayanan kesehatan yang beragam berakibat pada jumlah limbah medis
yang dihasilkan juga besar. Tingkat hunian (BOR) RSUD Raden Mathaher Jambi tahun
2017sebesar 53,61 % dari 443 tempat tidur, sedangkan jumlah pasien rawat jalan rata
rata sebesar 200 orang/hari, sedangkan jumlah limbah medis padat yang dihasilkan
oleh RSUD Raden Mattaher Jambi sekitar 2 ton/bulan (RSUD Raden Mattaher
Jambi,2017).
41
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
Terkait dengan pengelolaan limbah medis padat RSUD Raden Mathaher Jambi
masih terdapat beberapa masalah, saat observasi awal yang dilakukan oleh peneliti,
walaupun di RSUD Raden Mathaher Jambi telah melakukan pemilahan pada sumber
/penghasil limbah medis padat namun masih ditemukan pencampuran antara limbah
medis dan limbah non medis pada wadah penampung limbah. Pada lokasi
pengumpulan masih ditemukan kantong plastik limbah medis yang rusak akibat lokasi
titik pengumpulan sementara belum di lengkapi dengan pintu dan kunci pengaman.
Pada waktu pengangkutan limbah dar sumber ke TPS LB3 troly untuk pengangkut
limbah diisi terlalu penuh, tinggi limbah medis padat melebihi tinggi troly pengangkut
limbah. Limbah medis padat yang telah dikumpulkan dari sumbernya disimpan di TPS
LB3 bersama dengan Limbah B3 lain.
Semula dalam mengolah limbah medis padatnya RSUD Raden Mattaher
menggunakan incenerator, namun karena RSUD Raden Mattaher Jambi belum
memiliki izin pengolahan limbahnya maka pada tahun 2014 saat dilakukan penilaian
PROPER oleh KLHK, RSUD Raden Mattaher Jambi mendapat predikat hitam.
Sejak tahun 2017 RSUD Raden Maataher Jambi bekerja sama dengan pihak
ketiga untuk melakukan pengolahan /pemusnahan limbah medis padatnya, waktu
pengambilan limbah medis padat oleh pihak ketiga antara 7 sd 14 hari, sehingga masa
penyimpanan limbah medis padat di TPS LB3 sebelum di lakukan pengolahan lebih
dari 24 jam hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015.
42
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
2. Metodologi Penelitian
43
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
44
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
Medis Padat lunak (infeksius), Limbah Medis Padat botol dan Limbah Medis Padat
botol infus bekas. Untuk menampung untuk limbah padat non medis disediakan 1
(satu) wadah limbah, sedangkan 4 (empat) wadah penampung lainnya masing-masing
untuk Limbah Medis Padat lunak (infeksius), Limbah Medis Padat botol kaca dan
Limbah Medis Padat botol infus bekas. Untuk limbah benda tajam /jarum
menggunakan gerigen atau safety box tanpa dilapisi plastik. Perlakuan terhadap limbah
jenis ini sebelum dibuang tidak dilakukan pemisahan antara jarum dengan syringe,
sehingga safety box cepat penuh. Pengisian limbah benda tajam ke safety box belum
sesuai dengan PermenLHK No P.56/Menlhk-Setjen/2015, perlakuan untuk pengisian
wadah hanya sampai 3/4 bagian saja. Hal ini agar jarum aman tersimpan dalam kotak
sehingga tidak bisa digunakan lagi oleh pihak yang tidak berkepentingan.
Dari hasil kuesioner yang diberikan pada 8 (delapan) orang Responden 100%
menyatakan ya telah disediakan sarana untuk mendukung kegiatan pemilahan pada
sumber, dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Sarana dan Pelaksanaan Pemilahan
45
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
46
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
Dari observasi yang dilakukan, untuk pewadahan sarana yang telah disediakan
oleh RSUD Raden Mattaher Jambi telah sesuai dengan PermenLHK No.P.56/Menlhk-
Setjen/2015. Wadah yang digunakan untuk menampung limbah terbuat dari plastik
47
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
fiberglass yang kuat, anti bocor, tidak karat, menggunakan penutup dan mudah
dibersihkan. Keuntungan dari wadah yang mempunyai tutup yang mudah dibuka dan
ditutup tanpa mengotori tangan adalah upaya untuk meminimalkan terjadi kontak
antara petugas dengan wadah, sehingga kemungkinan resiko untuk terkontaminasi
oleh kuman penyakit yang ada di limbah tersebut menjadi lebih kecil. Wadah di
letakkan pada setiap ruangan perawat di lokasi yang mudah terlihat dan mudah
dijangkau. Hal ini dilakukan untuk memudahkan perawat dalam melakukan
pembuangan limbah yang dihasilkan. namun tetap terlindung dari pasien atau
pengunjung rumah sakit.
Jenis dan timbulan Limbah Medis Padat pada setiap ruangan penghasil limbah
berbeda-beda, tergantung jenis pelayanan yang diberikan serta kunjungan pasien
terhadap ruangan pelayanan. Jenis Limbah Medis Padat berupa jarum suntik, spuit,
selang infus, plabot infus, placon, kateter, kassa bekas, kateter, handscond/ sarung
tangan disposable, masker disposable, blood lancet disposable, botol/ ampul obat,
pembalut bekas, kapas/perban/ lap yang terkena darah atau cairan tubuh, selang tranfusi
darah, pembalut bekas, alcohol swab. Timbulan Limbah Medis Padat biasanya berasal
dari ruang perawatan/unit obstetric, unit emergency, unit laboraturium, ruang mayat,
patologi, autopsi, unit isolasi, unit perawatan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hendra Amien,dkk (2015; ) di rumah sakit
Peru Kabupaten Jember diketahui bahwa dari berat total limbah padat medis sebesar
20.08 kg/hari dengan rata –rata limbah padat medis sebesar 1,35 kg/unit/hari sedangkan
volume limbah padat medis sebanyak 160 l/hari, dengan rata –rata volume limbah
padat medis sebesar 11,42 liter/unit/hari. Berdasarkan karekteristik terlihat sampah
botol plastik berupa botol infus sebagai penyumbang terbesar Limbah Medis Padat
48
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
sebanyak 49,67%, jarum suntuk sebanyak 7,4%,sputum dahak dan urin sebanyak
5,27% dan botol sisa obat-obatan sebanyak 7,02, kantong darah sebanyak 0,67% dan
masker sebesar 0,97% dan limbah non medis sebanyak 23,94%.
Untuk mengetahui jenis Limbah Medis Padat dan jumlah timbulan Limbah
Medis Padat di RSUD Raden Mattaher Jambi dapat dilihat pada Tabel 3 :
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jenis limbah yang dihasilkan oleh
Rawat Inap, dan IGD adalah Limbah B3 dengan karekteristik infeksius, benda tajam
dan botol infus bekas.
Sedangkan timbulan dan persentase limbah medis padat pada RSUD Raden
Mattaher Jambi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 8 (delapan) hari
dari tanggal 23 Juni sd 30 Juni 2018, dapat dilihat pada Grafik 1 dan 2 :
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat
di RSUD Raden Mattaher Jambi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis padat di RSUD Raden Mattaher
Jambi belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
49
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
50
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
DAFTAR PUSTAKA
51
JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
eISSN: 2622-2310 (e); 2622-2302 (p), Volume 1. no (1) 2019
DOI: https://doi.org/10.22437/jpb.v21i1.5101
52