Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH SOSIAL DAN ANTROPOLOGI

KEJADIAN KEKURANGAN GIZI KARENA FAKTOR GENGSI


SOSIAL

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3 DIII-2A:

1. AHMAD RIVAI IBNU AKMAL (P01031119003)


2. DEVI MAYA SARI TARIGAN (P01031119010)
3. GITA LAURENSIA PURBA (P01031119015)
4. LADYSA JURIANIE SITANGGANG (P01031119024)
5. NURIYANI PANJAITAN (P01031119033)
6. REGINA G.M SIMBOLON (P01031119038)
7. SRI ASTUTI M TANJUNG (P01031119046)
8. YOHANA BRIGITA M SIHOMBING (P01031119053)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat-Nya penulis
dapat menyusun makalah yang berjudul “Kejadian Kekurangan Gizi Karena Faktor Gengsi
Sosial”. Dalam penulisan makalah ini, penulis telah seoptimal mungkin untuk memilih dan
menyusun bahan makalah ini sehingga bermanfaat bagi para pembaca.

    Dan harapan penulis semogamakalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Mohon maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Lubuk Pakam, 15 Maret 2020

Kelompok 3 DIII-2A

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………2

Daftar Isi …………………………3

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang …………………………4


1.2 Rumusan Masalah …………………………5
1.3 Tujuan Penulisan …………………………5

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Dari Kekurangan Gizi …………………………6


2.2 Pengertian Dari Gengsi Sosial …………………………7
2.3 Pengertian Kekurangan Gizi Akibat Faktor Gengsi Sosial …………………………9
2.4 Faktor Pendukung Kekurangan Dan Kelebihan Gizi Yang
Dilihat Dari Aspek Gengsi Sosial …………………………9
2.5 Contoh Atau Kasus Dari Kekurangan Gizi Akibat Faktor
Gengsi Social ………………………11

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan ………………………16

3.2 Saran ………………………16

Daftar Pustaka ………………………18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap Faktor, baik faktor miskin,
faktor berkembang dan faltor maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi
kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan faktor maju cenderung dengan masalah
gizi lebih (Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola
makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi
kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan,
kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi.
Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan
masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan
perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan
maraknya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi
informasi dan globalisasi ekonomi. Pola acto masyarakat masih beranggapan bahwa
kebutuhan makan adalah dengan memakan makanan yang tinggi atau kaya karbohidrat
tanpa mempertimbangkan kecukupan gizi yang seimbang, orang lebih suka
mengkonsumsi makanan yang bernilai gengsi daripada bernilai gizi. Hal ini menunjukkan
bahwa aspek gengsi actor masih mendominasi perilaku di masyarakat Indonesia.
Secara garis besar gengsi actor adalah sesuatu yang terdapat pada diri kita sendiri
yang terkadang membuat kita berbuat sesuatu yang tidak ingin kita lakukan, kita
melakukannya hanya untuk mendapat pengakuan, atau mungkin sebaliknya, membuat
kita tidak mau melakukan sesuatu karena dianggap bisa menurunkan gengsi.
Gengsi sosial ini memang sudah ada pada masyarakat indonesia diseluruh kalangan,
dari masyarakat yang kompleks yang hidup diperkotaan sampai pada masyarakat yang
ada di pedesaan yang kuat sekali kultur kedaerahan, dalam artian Gengsi Sosial sekarang
ini telah ada disetiap tatanan masyarakat. Gengsi Sosial berkaitan erat dengan status
sosial. Dia berusaha mempertahankan status sosial dan pengakuan sosial, kira-kira untuk
membangkitkan keengganan orang lain atau mengangkat harkat dan martabatnya.

4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1) Apa yang dimaksud dengan kekurangan gizi?
2) Apa yang dimaksud dengan gengsi sosial?
3) Apa yang dimaksud dengan kekurangan gizi akibat factor gengsi social?
4) Apa saja faktor pendukung kekurangan dan kelebihan gizi yang dilihat dari aspek
gengsi sosial
5) Apa saja contoh atau kasus dari kekurangan gizi akibat faktor gengsi social?

3.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini antara lain:
1) Mengetahui pengertian dari kekurangan gizi
2) Mengetahui pengertian dari gengsi social
3) Memahami pengertian dari kekurangan gizi akibat factor gengsi social
4) Mampu mempelajari factor pendukung kekurangan dan kelebihan gizi yang
dilihat dari aspek gengsi social
5) Mengetahui contoh atau kejadian dari kekurangan gizi akibat factor gengsi social

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dari Kekurangan Gizi
Kekurangan gizi (malnutrisi) merupakan gangguan kesehatan serius yang
terjadi ketika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup. Padahal, nutrisi
dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Malnutrisi
bisa terjadi karena tubuh kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Tanda
tubuh mengalami kekurangan gizi pada tahap awal tidak terlalu jelas, sehingga
banyak orang tidak menyadari bahwa tubuhnya mulai kekurangan gizi. Keadaan
kurang zat gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya asupan actor dan
protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan menurut umur
(BB/U) yang berada pada <-2 SD sampai >-3SD acto baku WHO-NCHS .
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi kurang gizi di Indonesia mencapai angka
17,7 persen. Pada ibu hamil, masalah anemia masih menjadi ancaman, yaitu 48,9
persen. Di samping itu, kekurangan actor, protein, vitamin, dan mineral juga masih
menjadi masalah serius, yang tentunya dapat berdampak pada kualitas generasi
bangsa.
Kekurangan Gizi adalah masalah yang dialami beberapa orang dimana
indikatornya adalah berat badan yang sangat kurang dari normal, sehingga orang
tersebut tampak sangat kurus, dan lemas. Penyebab kekurangan gizi dibagi menjadi 3
yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab lain.
Penyebab langsung terdiri dari :
1. Penyakit infeksi
Penyebab tidak langsung terdiri dari :
1. Kemiskinan keluarga
2. Tingkat pengetahuan dan pengetahuan orang tua rendah
3. Sanitasi lingkungan yang buruk
4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Penyebab lain yang mempengaruhi kurangnya gizi yaitu :
1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau
lebih
2. Balita tidak mendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain
ASI sebelum umur 6 bulan

6
3. Balita tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau
lebih
4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi
5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui
6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak, TBC, batukpilek
7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.

2.2 Pengertian Dari Gengsi Sosial


Bicara mengenai gengsi actor, konsep ini memang sangat abstrak untuk
diartikan, tetapi secara garis besar gengsi actor adalah sesuatu yang terdapat pada
diri kita sendiri yang terkadang membuat kita berbuat sesuatu yang tidak ingin kita
lakukan, kita melakukannya hanya untuk mendapat pengakuan, atau mungkin
sebaliknya, membuat kita tidak  mau melakukan sesuatu karena dianggap bisa
menurunkan gengsi.
Percaya atau tidak, gengsi sosal ini memang sudah ada pada masyarakat Indonesia
diseluruh kalangan, dari masyarakat yang kompleks yang hidup di perkotaan sampai
pada masyarakat yang ada di pedesaan yang kuat sekali kultur kedaerahan, dalam
artian gengsi actor sekarang ini telah ada disetiap tatanan masyarakat. Gengsi actor
berkaitan erat dengan status actor. Dia berusaha mempertahankan status actor dan
pengakuan actor, kira-kira untuk membangkitkan keengganan orang lain atau
mengangkat harkat dan martabatnya. Gengsi actor bisa juga diartikan sebagai harga
diri. Biasanya mereka memperjuangkan harga diri mereka dengan meningkatkan
kelas actor dan status actor mereka dimata masyarakat.
Salah satu cara menjelaskan kebutuhan gengsi bisa dengan menggunakan
teori  tingkatan kebutuhan manusia atau hirarki kebutuhan, teori dari Maslow.
Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan yang paling dasar dari manusia  adalah
kebutuhan fisik. Ini adalah kebutuhan yang berhubungan dengan makanan dan
minuman. Setelah itu, adalah kebutuhan yang bersifat keamanan dan perasaan telah
terbiasa dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya adalah kebutuhan bersosialisasi. Bila
ini sudah tercapai maka kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan self-esteem. Mereka
akan menempatkan gengsi, status dan pencapaian sebagai kebutuhan utama.
Kebutuhan tertinggi adalah self-actualization. Pada titik ini, mereka mulai mengisi
kebutuhan yang sesuai dengan kesenangan mereka. Mereka mulai membagi dengan
orang lain dan tidak terlalu peduli dengan apa yang dikatakan orang lain. Nah dalam
7
hal ini, “gengsi actor” terletak pada “Kebutuhan Esteem”, ketika tiga kelas pertama
kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga diri bisa menjadi dominan. Ini
melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan
dari orang lain.
Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan
rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya
diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa
rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga. Kebutuhan-kebutuhan digambarkan
seperti piramida, kebutuhan pertama dengan gambaran yang lebih besar, kemudian
kebutuhan kedua, dst. Tetapi teori Maslow mengenai hirarki kebutuhan seringkali
menjadi perdebatan, banyak yang mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut
sebenarnya tidak selalu berurutan, dalam artian misalnya walaupun kebutuhan
tingkat ketiga belum terpenuhi, maka bisa juga langsung menuju kebutuhan keempat,
dst. Tetapi walaupun banyak sekali perdebatan dengan teori ini, tetap saja para ahli
ekonomi kita seringkali memakai teori ini. Kenapa? Karena secara garis besar teori
ini bisa dipertanggungjawabkan. Sebenarnya teori Maslow ini berkembang pada ilmu
psikologi, karena Maslow melihat dari dalam diri si Individu itu sendiri untuk
melihat gengsi actor, tetapi dalam ilmu antropologi, perilaku seorang individu
bukan dilihat dari keadaan psikologis si individu, tapi bagaimana lingkungan actor
membentuk dirinya hingga melakukan sesuatu, menurut saya itulah yang dilakukan
antropologi. Jadi kalau dilihat dari teori Maslow ini, bahwa self esteem seseorang lah
yang membentuk, mengapa seseorang begitu mengedepankan self esteem-nya. Bila
dilihat dari sisi antropologi, hal ini terjadi karena adanya konstruksi actor yang
berkembang dalam masyarakat perkotaan, pada awalnya. Konstruksi actor ini yang
membuat kita memiliki self esteem yang tinggi. Perubahan actor pada masyarakat
juga bisa dilihat dari zaman era awal kemerdekaan hingga saat ini. Perubahan-
perubahan actor masyarakat itu berkembang dengan pesatnya seiring dengan
perkembangan zaman.

2.3 Pengertian Kekurangan Gizi Akibat Faktor Gengsi Sosial


Kekurangan gizi akibat actor gengsi sosial adalah kurangnya asupan zat gizi
pada makanan yang disebabkan oleh tingginya gengsi sosial pada orang tersebut
dimana ia lebih mementingkan gengsi dan status sosialnya dalam memilih makanan
dibandingkan mengetahui zat gizi yang terkandung pada makanan yang
8
dikonsumsinya. Seseorang mementingkan materi untuk bergaya atau modif
dibandingkan untuk makan – makanan yang bergizi dan beragam , dimana perilaku
ini merupakan penyakit bagi masyarakat di actor s diseluruh kalangan dan disetiap
tatanan masyarakat
Orang yang memiliki pola pikir gizi yang salah lebih suka mengkonsumsi
makanan yang bernilai gengsi daripada memperhatikan gizi. Seperti halnya, banyak
orang tua salah kaprah memberi konsumsi kepada anak-anaknya. Orang tua sering
mengajak makan dan minum di sebuah restoran cepat saji hanya karna lebih
memperhatikan gengsi diri demi mencari nilai budaya globalisasi.
Latar belakang pengetahuan seseorang merupakan salah satu actor penting yang
dapat memengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pengetahuan yang lebih
tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi
tentang gizi yang memadai (Berg, 1986).
Makin tinggi pengetahuan, pengetahuan, keterampilan terdapat kemungkinan
makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pula pengasuhan anak,
dan makin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada demikian
juga sebaliknya (Depkes, 2004). Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat FKM UI (2007), bahwa seseorang dengan pengetahuan rendahpun akan
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi, kalau orang tersebut
rajin mendengarkan atau melihat informasi tentang gizi.

2.4 Faktor Pendukung Kekurangan Dan Kelebihan Gizi Yang Dilihat Dari
Aspek Gengsi Sosial
Berikut factor pendukung kekurangan dan kelebihan gizi yang dilihat dari aspek
gengsi social adalah sebagai berikut:

A. Faktor Pendukung Kekurangan Gizi Dilihat Dari Aspek Gengsi Sosial

Tingkat pengetahuan yang belum memadai terutama pada golongan wanita,


kebiasaan actor s yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, perilaku, dan
kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Seperti misalnya persepsi masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan masih
belum sesuai. Menurut mereka, yang disebut dengan makan adalah makan sampai
9
kenyang, tanpa memperhatikan jenis, komposisi, dan mutu makanan, pendistribusian
makanan dalam keluarga tidak berdasarkan debutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan anggota keluarga, namun berdasarkan pantangan-pantangan yang
harus diikuti oleh kelompok khusus, misalnya ibu hamil, bayi, balita, dan
sebagianya. Malu karena berat badan berlebih ingin diet. Menjalani diet juga
merupakan hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan gizi. Karena kebanyakan
orang yang melakukan diet tidak mengkonsumsi makanan yang seimbang. Bahkan
ada yang tidak makan nasi selama 1-2 hari. Mereka hanya mengkonsumsi buah
(dalam bentuk jus maupun buah utuh) dan roti putih yang membuat mereka merasa
sudah kenyang. Padahal buah dan roti tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi atau
energi orang tersebut dalam sehari. Dilihat dari aspek gengsi sosial, orang tersebut
gengsi dengan tubuhnya yang gemuk, sehingga melakukan diet agar mempunyai
postur tubuh yang ideal dan dapat meningkatkan kelas sosial dan status sosial dimata
masyarakat.
.
B. Faktor Pendukung Kelebihan Gizi Dilihat Dari Aspek Gengsi Sosial

Cara pandang terhadap penyakit, penyembuhan, makanan, dan obat 


merupakan proses pewarisan budaya yang terkait dengan pandangan masyarakat
terhadap alam atau lingkungan sekitar. Timbullah perbedaan pada berbagai bentuk
masyarakat yang didasarkan  pada asumsi bahwa nilai-nilai yang mereka anut adalah
yang benar dan yang terbaik. Salah satu dampak dari arus globalisasi yang paling
nyata terlihat pada warga perkotaan adalah perubahan pola makan, yang termasuk
didalamnya bagaiman memilih tempat makan dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Pergeseran pola makan ini terutama dipicu oleh perbaikan/peningkatan pendapatan
(ekonomi), kesibukan kerja yang tinggi (waktu yang terbatas) dan promosi makanan
trendy ala barat, utamanya fast food maupun health food yang actor di Amerika dan
Eropa, namun tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran gizi. Akhirnya
budaya makan berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan rendah
zat gizi mikro. Pola makan tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan rendah zat
gizi mikro akan menyebabkan masalah kegemukan, gizi lebih, serta meningkatkan
radikal bebas yang akhirnya mengakibatkan perubahan pola penyakit, dari infeksi ke
penyakit kronis non infeksi atau memicu munculnya penyakit actor s g e.

10
Gengsi actor s merupakan gaya konsumsi makanan yang berorientasi pada
makanan yang bergengsi tinggi seperti makanan impor khususnya fast food. Makanan
tradisional yang lebih menjamin asupan gizi seimbang tidak lagi menjadi pilihan
kelompok gengsi actor s, karena makanan tradisional dinilai tidak bergengsi. Disini
tampak sekali bahwa makanan yang di negeri asalnya tidak memiliki gengsi, dengan
trick promosi yang gencar berhasil naik peringkat menjadi makanan bergengsi di
Indonesia.

2.5 Contoh Atau Kasus Dari Kekurangan Gizi Akibat Faktor Gengsi Social
Berikut ada beberapa contoh kasus yang kami ambil dari beberapa jurnal
adalah sebagai berikut:
1. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam etnis dengan beragam gaya hidup
diantaranya adalah etnis Minahasa yang terletak di utara Pulau Sulawesi. Jumlah
penduduk etnis Minahasa adalah yang terbanyak diantara etnis yang ada di
Propinsi Sulawesi Utara. Masyarakat etnis Minahasa yang sebagian besar
beragama Kristen mempunyai suatu kebiasaan party yang diikuti dengan pesta
makan atau makan makanan khas Minahasa yang sebagaian besar berasal dari
lemak hewani (babi). Makanan yang dianggap paling prestige adalah babi
(contoh: ‘babi putar’ ÿ satu ekor babi utuh yang dipanggang, makanan ‘babi bulu’
daging babi olahan yang dimasukkan ke dalam actor yang dibakar), dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa masyarakat Minahasa menganggap suatu
gengsi social (social prestige) sebagai haI yang utama daripada kesehatan,
misalnya : lebih banyak berpesta (apalagi dilakukan secara actor misalnya
pengucapan syukur pada masyarakat Minahasa bisa menghabiskan dana 1-2
milyar rupiah/hari). Makanan yang dikonsumsi sehariharinya juga cenderung
mengandung asam lemak jenuh tinggi(daging babi), bahkan ada sebagian orang
Minahasa tidak menyukai makan makanan yangterbuat dari daging sapi. Orang
Minahasa makan daging babi sebagaimana orang kebanyakan penduduk Indonesia
makan daging sapi. Kebiasaan makan makanan khas Minahasa, semua responden
mengaku menyukai makanan khas Minahasa seperti babi putar, tinorangsak,
pangi, RW (anjing) dan sebagainya. Kebiasaan makanyang tidak sehat atau
kebiasaan makan makanan yang mengandungasam lemakjenuh tinggi dapat
memicu terjadinya dislipidemia yang merupakan actor risiko terjadinya penyakit

11
actor s g e seperti penyakit jantung koroner/penyakit kardiovaskular termasuk
stroke, hipertensi, diabetes mellitus.

2. Pelajar SMA di Kota Bengkulu sebanyak empat orang dan karyawan restoran
panties pizza sebanyak dua orang. Hasil penelitian ini menunjukkan Perilaku
Konsumtif Pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) di Restoran Panties Pizza,
Kota Bengkulu merupakan perilaku yang disebabkan untuk menjaga penampilan
diri, gengsi, dan actor status. Perilaku ini dilakukan secara terus-menerus dan
berlebihan, sehingga demi menjaga penampilan diri, gengsi, dan actor status
tersebut para pelajar SMA harus bersikap boros agar terlihat gaul, kaya, sebagai
remaja kota, dan agar dapat meningkatkan status sosialnya. Dengan status mereka
yang masih bersekolah dan belum mempunyai penghasilan sendiri, mereka rela
menghabiskan uang sakunya untuk makan di tempat makan yang harganya cukup
mahal. Mereka tidak mempermasalahkan uang saku yang diberikan oleh orang
tuanya itu habis, bahkan mereka merasa bangga karena dapat makan di tempat
mahal dan merasa menjadi anak yang serba kekinian. Yang menjadi masalah pada
restoran siap saji adalah jumlah menu yang terbatas dan makanannya actor s
mengandung kadar lemak dan garam yang tinggi. Minuman yang tersedia pada
restoran siap saji seperti minuman ringan (soft drink) juga menambah masukan
kalori berlebih pada remaja. Dengan demikian, remaja yang sering mengonsumsi
makanan siap saji cenderung mengalami kelebihan berat badan dan kekurangan
zat gizi yang diperlukan tubuh (Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010:
16). Adapun penyebab remaja memilih restoran cepat saji adalah sebagai berikut:

a) Gengsi Karena Ingin Dianggap Sebagai Remaja yang Gaul


Salah satu kebiasaan yang ia sering lakukan agar terlihat kekinian dan gaul di
depan teman-temannya adalah dengan mengunjngi restoran siap saji yang
mempunyai harga cukup mahal dan bernuansa modern. Dengan makan di
sana, ia merasa mempunyai sebuah gengsi yang tinggi, padahal makanan yang
ia pesan tersebut adalah bukan makanan yang ia sukai, sehingga sering kali
setelah makan di sana ia mencari tempat makan lain untukmakan karena
merasa tidak kenyangdari tempat makan sebelumnya.
b) Gengsi Karena Ingin Dianggap Sebagai Remaja yang Kaya

12
Dalam satu bulan Ao berkunjung ke restoran tersebut sebanyak 3 kali. Agar
terlihat memiliki banyak uang di depan teman-temannya, ia sering
menghabiskan uang sakunya itu untuk makan di restoran yang memiliki harga
cukup mahal tersebut. Bahkan ia tidak segan untuk membandar teman-
temannya. Padahal selama di sekolah ia selalu menghemat uang saku yang ia
dapatkan dari orang tuanya itu. Ia tidak mempermasalahkan uangnya habis
untuk makanan yang bukan seleranya.
c) Meningkatkan Status Sosial Karena Kurangnya Rasa Percaya Diri
Sa adalah salah satu pelajar SMA di Kota Bengkulu, yang sering pergi
mengunjungi restoran siap saji panties pizza. Ia mempunyai teman-teman yang
kebanyakan orang tuanya bekerja sebagai pegawai di kantoran. Oleh karena
orang tuanya bekerja membuka usaha warung manisan di rumah, ia sering kali
merasa tidak percaya diri dan takut teman-temannya akan mengucilkan
dirinya. Maka dari itu, ia sering mengunjungi restoran panties pizza yang
memiliki fasilitas modern untuk menimbulan rasa percaya dirinya bahwa
walaupun pekerjaan orang tuanya berbeda dengan pekerjaan teman-temannya
yang lain tapi ia tetap bisa makan di sana setiap saat.

3. Maraknya kafe susu di Yogyakarta dengan pengunjung mahasiswa memunculkan


tanda acto apa tujuan mereka mengkonsumsi susu. Pasti ada daya tarik yang
mendorong mahasiswa bersedia mengeluarkan waktu, tenaga, biaya, demi
menikmati segelas susu yang sebenarnya bisa dilakukan di rumah. Demi
mengikuti gaya hidup nongkrong di kafe susu, tidak sedikit mahasiswa yang
merasa boros dalam pengeluaran. Harga segelas susu di kafe susu tidaklah murah
bagi kantong mahasiswa, dengan kisaran Rp 15.000-25.000 per gelas. Mereka
pada umumnya tidak hanya memesan segelas susu melainkan dengan camilan lain
yang disediakan kafe susu dengan harga yang tidak murah pula. Akibat sering ke
kafe susu, informan F (mahasiswa S2) mengaku pengeluarannya meningkat. Ia
awalnya cukup menghabiskan Rp 1.200.000 per bulan untuk makan dan minum.
Namun, setelah ia rajin mengunjungi kafe susu ia meminta kiriman uang dari
orang tua sebesar Rp 2.000.000 per bulan dengan actor harga makanan dan
minuman telah naik. Kebiasaan mengkonsumsi susu di kafe susu mampu
membuat seseorang terpaksa mencari actor yang rasional agar orang tuanya
mengabulkan permintaan tambahan kiriman uang bagi anaknya. Minuman susu di
13
kafe susu telah mengubah fungsi susu itu sendiri. Fungsi susu yang semula
sebagai minuman kesehatan berubah fungsi menjadi gaya hidup modern dan
masyarakat kota. Tempat minum susu yang dahulu adalah di warung susu pinggir
jalan setelah berubah tempat menjadi di kafe yang menjadi actor kehidupan kota.
Susu segar yang biasanya dikonsumsi tanpa tambahan aroma kecuali kopi, coklat,
atau putih (plain) tanpa rasa, oleh pengusaha kreatif kemudian diubah
tampilannya baik dari segi rasa, aroma, maupun cara menikmatinya. Tempat,
lokasi, serta actor s kafe susu yang nyaman serta ruang ber-AC, actor luas,
dekorasi, dan tempat duduk yang indah ditambah fasilitas wifi telah
menyempurnakan kebutuhan kaum muda untuk rileks, bersantai sekaligus bergaul
sambil mengerjakan tugas kampus melalui layanan wifi gratis. Rasionalitas
pengunjung cafe remaja muncul sebab sekali actor ke kafe susu maka dua-tiga
tujuan akan tercapai. Nilai gizi susu tidak menjadi perhatian bagi konsumen
mahasiswa. Gengsi melekat pada mahasiswa pengunjung kafe susu mengingat
atribut modern serta actor-simbol yang melekat pada gaya hidup mereka. Makna
simbolik konsumsi susu di kafe susu lebih kuat daripada makna ekstrinsik
sehingga animo remaja ke kafe susu tetap tinggi. Keberadaan kafe susu dengan
konsumen utama mahasiswa perlu ditingkatkan jumlahnya disertai pemahaman
nilai gizi yang terkandung di dalam susu. Pemilik kafe susu perlu kerjasama
dengan instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, melalui pembuatan iklan atau
media lain agar sosialisasi hidup sehat lewat minum susu dari sisi pendidikan
menjadi lengkap.

4. Seseorang yang memiliki ekonomi cukup untuk membeli makan, lebih


mementingkan membeli berpakaian yang bermotif mahal actor s g membeli
makanan yang beragam kandungan gizi yang harga nya terjangkau , kasus ini
menyebabkan orang tersebut menjadi tidak tercukupi angka kecukupan gizinya .
Demi gengsi sosial dan status social yang tinggi seseorang rela membelanjakan
uangnya dengan boros hanya untuk membeli pakaian yang mahal dan berkelas
agar dipandang oleh orang lain. Namun, ia sangat perhitungan dalam urusan
makanan sehingga kebutuhan gizinya tidak tercukupi akibat gaya hidupnya yang
salah. Baginya lebih penting berpakaian mahal dibandingkan makanan yang
bergizi

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kekurangan Gizi adalah masalah yang dialami beberapa orang dimana indikatornya
adalah berat badan yang sangat kurang dari normal, sehingga orang tersebut tampak
sangat kurus, dan lemas.
2. Gengsi actor adalah sesuatu yang terdapat pada diri kita sendiri yang terkadang
membuat kita berbuat sesuatu yang tidak ingin kita lakukan, kita melakukannya hanya
untuk mendapat pengakuan, atau mungkin sebaliknya, membuat kita tidak  mau
melakukan sesuatu karena dianggap bisa menurunkan gengsi.
3. Kekurangan gizi akibat actor gengsi sosial adalah kurangnya asupan zat gizi pada
makanan yang disebabkan oleh tingginya gengsi actor pada orang tersebut dimana ia
lebih mementingkan gengsi dan status sosialnya dalam memilih makanan dibandingkan
mengetahui zat gizi yang terkandung pada makanan yang dikonsumsinya.
4. 1. Faktor Pendukung Kekurangan Gizi Dilihat Dari Aspek Gengsi Sosial
Tingkat pengetahuan yang belum memadai terutama pada golongan wanita,
kebiasaan actor s yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, perilaku, dan kurangnya
peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
2. Faktor Pendukung Kelebihan Gizi Dilihat Dari Aspek Gengsi Sosial
Makanan tradisional yang lebih menjamin asupan gizi seimbang tidak lagi menjadi
pilihan kelompok gengsi actor s, karena makanan tradisional dinilai tidak bergengsi

3.2 Saran

Masalah gizi yang ada dimasyarakat tidak hanya beberapa saja karena malash
tersebut terjadi karena beberapa actor, maka kami meminta bantuan kepada segenap
masyarakat untuk dapat memberikan informasi tentang masalah tersebut dan dapat
mengevaluasi dan menanggapainya serta mencegah masalah tersebut secara bersama-
sama, karena dalam penyusunan makalah ini kami juga belum bisa mengupas secara
tuntas masalah gizi yang terjadi karena budaya dan pengetahuan.
Adabaiknya jika masyarakat lebih memperhatikan sumber daya masyarakat
sehingga masyarakat dapat lebih selektif dalam pemilihan bahan makanan dan dapat

15
menyusun menu makanan dengan baik, sedangkan untuk intansi kesehatan dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan penyuluhan kesehatan khususnya tentang gizi
dan bahan makanan.
Juga kepada masyarakat untuk lebih memprioritaskan makanan bergizi
seimbang dibandingkan dengan gengsi social terhadap makanan karena gengsi yang
berlebihan dapat membuat kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh tidak
tercukupi yang mengakibatkan kekurangan gizi.

Daftar Pustaka

16
https://www.academia.edu/9689873/Faktor_pendukung_kekurangan_gizi_diliha
t_dariaspek_ekonomi
https://id.scribd.com/doc/248287095/sosiologi-dan-antropologi-gizi
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/download/4428/2980/0
https://web.whatsapp.com/#
http://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/download/1575/885
https://www.academia.edu/6354422/Makalah_Kaitan_Budaya_Masalah_Gizi_O
vi
https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/refa/gengsi-
sosial_55101c8e813311c42cbc69a3
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEw
jDy4Xh_6HoAhXWXisKHcvsCVMQFjAGegQIChAB&url=http%3A%2F
%2Fjurnal.fkm.unand.ac.id%2Findex.php%2Fjkma%2Farticle%2Fdownload
%2F59%2F56&usg=AOvVaw0ZAUnMi9EdrguyvdQOGIcv
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEw
jDy4Xh_6HoAhXWXisKHcvsCVMQFjAHegQICBAB&url=https%3A%2F
%2Fejournal.unib.ac.id%2Findex.php%2Fjsn%2Farticle%2Fdownload
%2F7377%2Fpdf&usg=AOvVaw3kQZbbhZ6Se-gUg3RyMN4g
https://id.scribd.com/doc/248287095/sosiologi-dan-antropologi-gizi
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi
ThND6paLoAhV_ILcAHTjvA_QQFjACegQIDBAH&url=https%3A%2F
%2Fwww.alodokter.com%2F11-tanda-tubuh-kamu-kekurangan-
gizi&usg=AOvVaw2gP44a6GTl9IuF-psFNphI

17

Anda mungkin juga menyukai