Anda di halaman 1dari 25

DEFISIENSI GIZI

Di Susun Oleh :

Dona Derlin Sapulette

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Maluku husada
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan
penyertaannya penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah Defisiensi Gizi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bpk Dosen mata kuliah, yang telah
memberikan tugas makalah ini demi meningkatkan pengetahuan penulis.

Semoga makalah ini bermanfaat, sebagai sumbangsih pemikiran khususnya untuk


para pembaca dan tidak lupa penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah
ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.
Sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan penulis untuk kedepannya.

Penulis

Dona Derlin Sapulette


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Zat Gizi Mikro dan Makro....................................................................2
B. Defenisi Defisiensi Zat Gisi...............................................................................
C.Masalah Gizi di Indonesia................................................................................2
a. Kurang Kalori Protein..........................................................................2
b. GAKI....................................................................................................4
c. Anemia Gizi Besi..................................................................................5
d. KVA.....................................................................................................6
e. Obesitas.................................................................................................7
3. Cara Mengatasi Masalah Gizi Pada Masyarakat..............................................8

a. Perbaiki asupan nutrisi..........................................................................8

b. Lakukan Pengobatan............................................................................9
c. Minimalisir kebiasaan buruk................................................................9
d. Pemaksimalan keseimbangan ekonomi................................................9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi zat gizi adalah zat kimia yang dapat digunakan oleh organisme untuk
mempertahankan kegiatan metabolisme tubuhnya. Kegiatan metabolisme pada
manusia dan hewan lainnya termasuk penyediaan energi, pertumbuhan,
pembaruan jaringan, dan reproduksi. Beberapa bahan kimia yang berperan
sebagai zat gizi adalah karbohidrat, protein, asam lemak, vitamin dan mineral.
Bahan kimia seperti serat makanan dan metabolit sekunder tanaman
merupakan bagian dari makanan tetapi tidak diklasifikasikan sebagai zat
gizi.Zat gizi adalah senyawa dari makanan yang digunakan tubuh untuk
fungsi fisiologis normal. Definisi yang luas ini mencakup senyawa yang
digunakan langsung untuk produksi energi yang membantu dalam
metabolisme (koenzim), untuk membangun struktur tubuh atau untuk
membantu dalam sel tertentu. Suatu zat gizi sangat penting untuk organisme
dalam kelangsungan siklus hidup dan terlibat dalam fungsi organisme.
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi ke dalam
dua golongan, yaitu sebagai berikut:
1)Zat Gizi Makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan memberi
energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram
(g). Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein.
2)Zat Gizi Mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro dapat
berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau
sedikit, tetapi ada di dalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan
vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan miligram (mg) untuk sebagian
besar mineral dan vitamin. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi diatas
dapat menyebabkan defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi atau malnutisi adalah
kondisi ketika manusia tidak mendaatkan unsur pembangun tubuh yang
dibutuhkan dalam kadar ideal agar tubuh bisa berfungsi dengan baik. hal ini
membuat tubuh lebih rentan terserang penyakit. Indonesia dan dunia masi
hadapai masalah gizi.
Berbagai kasus defisiensi zat gisi ditemukan diberbagai negara, terkhususnya
negara berkembang mulai dari usia bayi hingga lansia. Dalam makalah ini
akan menguraikan zat gizi makro dan zat gizi mikro serta masalah defisiensi
gizi.Tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di
Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Ironisnya, dibeberapa
daerah lain atau pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kota-
kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya
kelebihan gizi; meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia
akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi
serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan.
Berbagai masalah kesehatan akibat defesiensi gizi sangat memepengaruhi
pembangunan bangsa Indonesia, untuk itu sangat penting mengerti pentingnya
gizi bagi kelangsungan hidup setiap orang.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah ;

1. apa itu defisiensi gizi ?


2. apa saja masalah defisiensi gizi yang ada di Indonesia

C. Tujuan Perumusan Masalah


1. Mendeskripsikan defenisi defisiensi zat gizi
2. Mendeskripsikan defisiensi gizi yang ada di Indonesia
3. Mendeskripsikan cara mengatasi defisiensi pada masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Zat Gizi Makro Dan Zat Gizi Mikro


Jika dilihat dari defenisinya, zat gizi makro adalah zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh dalam jumlah yang lebih besar. Sebaliknya zat gizi mikro adalah zat gizi
yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit didalam tubuh.
a) Zat gizi makro
Zat gizi makro adalah zat kimia yang diperlukan dalam pertumbuhan,
perkembangan, serta menjalankan fungsi tubuh yang normal. Makronutrien
atau zat gizi makro, berperan besar dalam membentuk energy tubuh dan
seluruh proses metabolise.
b) Zat gizi mikro
Zat gizi mikro berguna untuk menjaga fungsi tubuh dan pertumbuhan, selain
itu cenderung berperan untuk mencegah penyakit. Dalam hal memproduksi
energy ataupun proses metabolism, zat gizi mikro berperan sebagai kofaktor,
pengikat, serta menjadi alat dari proses tersebut.
B. Pengertian Defisiensi Zat Gizi
Defisiensi nutrisi atau malnutisi adalah kondisi ketika manusia tidak mendapatkan
unsur pembangun tubuh seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam
kadar ideal agar tubuh bisa berfungsi baik. hal ini membuat tubuh rentan terserang
penyakit. Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahtraan seseorang,
kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara
asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh
interaksi pennyakit (infeksi). Ketidakseimbangan ini bisa mengakibatkan gizi
kurang maupun gizi lebih.Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang
dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi individu-individu untuk tumbuh dan
berkembang.Gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh pada perkembangan otak
janin, sejak dari menggu ke empat pembuahan sampai lahir dan anak berusia 3
tahun (golden age).
C. Defisiensi Gizi
1. Kurang Kalori Protein
Kurang kalori protein (KKP) akan terjadi apabila kebutuhan tubuh akan
kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk
defisiensi ini tidak jarang berjalan bersamaan, meskipun salah satu lebih
dominan ketimbang yang lain.
 Sindrom kwashiorkor adalah salah satu penyakit yang lebih
menampakkan dominasi protein, dan marasmus merupakan penyakit
yang terjadi karena kekurangan energi parah.
Kombinasi kedua bentuk ini, marasmik-kwasiorkor, juga tidak sedikit,
meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang lebih dominan.

MASALAH KURANG GIZI DALAM SIKLUS KEHIDUPAN

IMR, perkemb mental,


risiko penyakit kronis
pada usia dewasa
Tumbuh
USIA LANJUT kembang
KURANG GIZI terhambat

BBLR
BALITA KEP

REMAJA &
USIA SEKOLAH

Sumber : Gangguan Pertumbuhan,


Nutrition Throught The Life MMR meningkat Produktivitas Kurang/ rendah
Cycle Prepared.2000

 Pengaruh KKP Terhadap Beberapa Organ


1. Saluran Pencernaan
2. Pancreas
3. Hati
4. Ginjal
5. System Hematologic
6. System Kardiovaskular
7. System Pernapasan
 Pemeriksaan Laboratoris
Jika tersedia kemudahan untuk pemeriksaan, sebaiknya uji
laboratorium ini dilakukan. Namun, langkah ini bukanlah satu
kewajiban karena hasil pemeriksaanya pun diragukan karena hampir
seluruh parameter yang teraplikasi pada orang normal tidak berlaku
bagi penderita KKP.
1. KKP Derajat Ringan dan Sedang
Gambaran klinis utama KKP ringan sampai sedang ialah penyusutan berat
badan yang disertai dengan penipisan jaringan lemak bawah kulit. Jika KKP
berlangsung menahun, pertumbuhan memanjang akan berhenti sehingga
anak akan bertumbuh pendek. Kegiatan fisik dan keluaran energy anak
berkurang, disamping berlangsung pula perubahan pada fungsi kekebalan,
saluran pencernaan, dan kebiasaan.

2. KKP Berat
 Kwashiokor
Edema yang jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan lunak, biasanya
terjadi dikaki, merupakan gambaran utama kwashiorkor.
Diagnosis banding harus dibuat untuk menyingkirkan kondisi lain yang
dapat menimbulkan edema dan hipoproteinemia, serta KKP sekunder
yang disebabkan oleh gangguan penyerapan protein dan metabolisme.
Penyulit yang biasanya terjadi sama dengan marasmus, kecuali diare,
infeksi saluran nafas dan kulit yang berlangsung lebih.
 Marasmus
Gambaran penderita marasmus dapat terwakili dalam istilah “tulang
terbalut kulit”: jaringan lemak bawah kulit (nyaris) lenyap, otot
mengecil. Diare menahun dan kelemahan yang menyeluruh sering
mendampingi KKP sehingga anak tidak dapat berdiri sendiri tanpa
dibantu. Namun demikian, diagnosis banding harus ditegakkan untuk
membedakan KKP yang parah dengan KKP sekunder yang diakibatkan
oleh pnyakit, misalnya, AIDS atau penyakit berat lainnya.
Gizi Buruk : Marasmus

 Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi
badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-
score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005.
 Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut
ditentukan status gizi balita.
 Host
Host adalah manusia yang kemungkinan terpapar atau beresiko
terhadap suatu penyakit. Dalam gizi buruk manusia berperan sebagai
host atau pejamu. Dalam hal ini yang rentan terkena penyakit gizi
buruk adalah balita. Karena balita daya tahan tubuhnya masih rentan.
 Pencegahan
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6
bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan
sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu
disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara
kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti
program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan
standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa
ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus
diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera
berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber
kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya.
Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi
yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa
gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah
intelegensia di kemudian hari.

 Penanganan KKP Berat


Secara garis besar penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi
pengobatan awal dan rehabilitasi.
 Pengobatan awal ditunjukkan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk
memulihkan keadaan gizi.
Yang pertama dimulai sejak pasien tiba dirumah sakit hingga kondisi
anak stabil dan nafsu makan pulih. Fase ini biasanya berlangsung
selama 2-7 hari. Jika lebih dari 10 hari keadaan pasien tidak juga pulih,
berarti diperlukan upaya tambahan.
 Rehabilitasi
 Fase ini semestinya telah dimulai dirumah sakit dan dilanjutkan
secara rawat jalan. Penderita harus terus mengonsumsi energy,
protein dan zat-zat gizi lain dalam jumlah yang tepat, terutama
jika makanan tradisional telah dimasukkan kedalam menu
harian. Sementara itu, dukungan fisik dan emosi harus
diberikan, disamping pengobatan untuk diare yang membandel,
parasit usus, penyulit, serta vaksinasi.
 Tugas utama dalam fase ini ialah mendorong anak untuk makan
sebanyak mungkin, memulai dan mendorong pemberian air
susu ibu secukupnya, merangsang perkembangan fisik dan
emosi, serta menyiapkan ibu dan/atau pengasuh dalam
pengawasan anak setelah keluar rumah sakit.
 Kriteria Sembuh
 Perawatan dirumah sakit tidak harus berlangsung hingga
penderita sembuh sempurna. Setelah keadaan yang mengancam
jiwa teratasi, nafsu makan membaik, edema dan lesi kulit
hilang, penderita telah dapat tersenyum dan berinteraksi dengan
lingkungannya (staf rumah sakit dan teman sebayanya), dan
pertambahan berat badan telah mencapai kecepatan maksimal;
idealnya mereka boleh dirujuk ke klinik gizi atau pusat
rehabilitasi untuk kelanjutan pengobatan.
 Peningkatan kadar protein atau albumin merupakan tanda
bahwa pengobatan terespon dengan baik, namun tidak berarti
kesembuhan yang sempurna. Kriteria sembuh yang paling
praktis adalah pertambahan berat badan.
 Kegagalan Terapi
Penyebab ketidakberhasilan ini boleh jadi berakar pada fasilitas
pengobatan dan masalah yang ada pada diri penderita.
 Masalah yang terkait dengan fasilitas perawatan ialah
(1) lingkungan yang buruk bagi peenderita KKP, (2) staf
tidak terlatih dengan baik, (3) alat penimbang tidak
akurat, dan (4) penyiapan atau pemberian makanan tidak
tepat.
 Masalah yang berhubungan dengan sipenderita, antara
lain, (1) ketidakcukupan makanan yang diberikan, (2)
defisiensi vitamin dan mineral, (3) malabsorbsi, (4)
ruminasi, (5) infeksi; terutama diare, disentri, otitis
media, pneumonia, TBC, infeksi saluran kemih, malaria,
cacing usus, dan HIV\AIDS dan (6) penyakit
pelatarbelakang yang serius.
 Penanggulangan
Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif
1. Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.
2. Perawatan balita gizi buruk
3. Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan
Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif
1. Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi
2. Revitalisasi posyandu.
3. Pemberian suplementasi gizi.
4. Pemberian MP – ASI bagi balita gakin
 Kriteria Sembuh
Kriteria Pulang dari Pusat Rehabilitasi Gizi
Anak :-Rasio BB/TB telah mencapai -1 SD (90%) nilai
median acuan.
-Menyantap makanan bergizi yang dibuat ibu di
rumah dalam jumlah yang adekuat.
-Pertambahan BB normal atau lebih cepat.
-Semua kekurangan vitamin dan mineral teratasi.
-Semua infeksi terobati, atau tengah diobati
(anemia,diare,infeksi,parasit,usus,malaria,TBC,otitis ).
2. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium)

Defisiensi yodium Merupakan salah satu masalah gizi kurang yg masih


dihadapi Pemerintah Indonesia Dapat diderita orang pada setiap tahap
kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai lansia Dikenal sebagai
Gondok (perbesaran kelenjar tiroid).

 Akibat defisiensi yodium


keguguran, lahir mati, cacat bawaan, kretin, dan hipotiroid Kretin
merupakan akibat yg paling berbahaya karena selain gangguan fisik
juga gangguan pada perkembangan otak Defisiensi yodium à gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY)
 Ekologi dan Demografi Defisiensi Yodium
Sumber yodium: laut, lapisan dalam tanah (sumur minyak, gas alam)
Tidak semua negara mempunyai sumber mineral yodium Di tanah
yodium berupa I, di laut I2 Konsentrasi yodium dialam tergantung
sumbernya: di laut µg/L, udara 0,7 µg/m3, air hujan 1,8-8,5 µg/L Sifat
yodium: mudah menguap dan peka terhadap cahaya à garam dari laut
tidak mengandung yodium.
 Penyebab Defisiensi Yodium dan Ketcukupan asupan yodium
 Penyebab masalah gizi: a) Primer: ketidak seimbangan antara
asupan dan kebutuhan. Asupan > kebutuhan à terjadi kelebihan
zat gizi. Asupan < kebutuhan à defiensi zat gizi b) Sekunder:
ketidakmampuan tubuh menggunakan zat gizi yg ada karena
inborn defect metabolisme Defisiensi yodium = ketidakcukupan
asupan yodium.
 GAKY manifestasi Penyebab langsung Ketcukupan asupan
yodium Yodium dlm bhn makanan rendah Memilih garam yg
tak beryodium Penyebab tak langsung Kurang pengetahuan
mengenai GAKY dan manfaat garam beryodium Sumber daya
dan kontrol, sumber daya manusia, Ekonomi dan organisasi
Faktor politik dan ideologi Struktur ekonomi Penyebab
mendasar Sumber daya potensial (kandungan yodium tanah
rendah) Gambar. Kerangka Konsep UNICEF pada terjadinya
GAKY .
 Intake dan Bioviabilitas Yodium
Sumber yodium yg terbaik yg dari laut Ikan laut mengandung 30x dari
ikan air tawar Sayuran daun > banyak dari umbi Garam yg difortifikasi
yodium Pengolahan bahan pangan akan mengurangi ketersediaan
yodium dalam pangan: berbanding lurus dengan waktu dan suhu
pengolahan Pengurangan kandungan yodium: penggorengan 20%,
pemanggangan 23%, perebusan 58% )WHO, 1999).
Tabel. Angka Kecukupan Yodium yg Dianjurkan

Sumber: WHO (1996). Bahan makanan yg mengandung goitrogen (


singkong, jagung, rebung, ubi jalar) menyebabkan kebutuhan yodium
meningkat menjadi µg/hari.
 Toksisitas dan Hipertiroid
 Kelebihan yodium digolongkan: Kelebihan dlm jumlah sedang,
akan mempercepat penyerapan yodium tetapi tdk menghambat
kemampuan utk melepaskan yodium Kelebihan dlm jumlah
cukup besar, akan menghambat pelepasan yodium Kelebihan
dlam jumlah besar, akan menghambat pembentukan yodium
organik dan menyebabkan goiter Kelebihan yg sangat besar,
akan menjenuhkan mekanisme tranport aktif ion yodium.
 Intake yodium µg/hari berpotensi bahaya, tetapi tidak
berpengaruh bila berasal dari laut ( Jepang dan China: fungsi
tiroid normal meski konsumsi 30 mg/hari) KRETIN Akibat
defisiensi yodium irreversible IQ dibawah rata-rata, beban
selama hidup Terjadi saat organogenesis: defisiensi yodium
Nampak jelas pada bayi setelah 12 bulan, prevalensi pada bayi
dengan ASI lebih kecil darpada bayi yg diberi PASI.
 Pengukuran status yodium
1. Metode Biokimia : teknik radioimmunoassay, protein binding iodine
(PBI), Thyroid Stimulated Hormones (TSH), Urine Iodine Excretion
(UIE), kadar kreatinin darah Tanda-tanda klinis- melihat perbesaran
kelenjar tiroid
2. Keperluan Individu : kadar kreatinin, thyroxin Masyarakat: UIE,
perbesaran kelenjar tiroid
 Kadar kreatinin dalam urin Dan Pembesaran Kelenjar tiroid
 Tahap 1. Normal > 50 mg I/g kreatinin 2. Hipotiroid mg I/g
kreatinin 3. Kretin < 25 mg I/g kreatinin.
Pembesaran kelenjar tiroid (struma) Kasat mata (gol II), terlihat dalam
posisi normal Tersembunyi (gol I), hanya dalam posisi tengadah, >
besar dari kuku ibujari anak à ada perbesaran kelenjar tiroid.
 Diagnosis
Keluasan dan Keparahan Gaky Perlu Dinilai Dengan seksama untuk
Menentukan Perlu atau tidaknya upaya intervensi indikator utama
diagnosis ialah “total goitre rate dan iodine level”.
 Penanggulangan Masalah GAKY
 Indikator GAKY sbg masalah kesehatan masy: struma (palpasi,
USG), kadar yodium dalam urin, TSH Masalah GAKY: ringan,
sedang dan berat ringan: TGR >5% Penanggulangan : fortifikasi
yodium pada garam, air minum suplementasi yodium pada
hewan suntikan minyak yodium suplementasi kapsul yodium.
 Garam yodium 1920 pertama kali digunakan di Swiss 1927
digunakan di Indonesia (Tengger & Dieng à daerah endemik
GAKY) biaya murah Kendala : Produksi garam; tidak
tersentralisasi, produksi garam 1 ton à 30% PN Garam, 58%
garam beryodium dikonsumsi Cara pengolahan: sebaiknya
ditambahkan pada saat akan disantap u/ mengurangi kehilangan
yodium, bukan saat penyiapan bumbu (ditumbuk), masakan
pedas dan asam à yodium hilang
 Penerimaan masyarakat: kurang asin, rasa pahit, rumah tangga
yg konsumsi garam beryodium 85%
 Suplemen yodium pada hewan sapi & babi di Jerman Timur
meningkatkan kadar yodium dalam daging à meningkatkan
konsumsi daging Suntikan minyak yodium pertama kali di
Papua Nugini (endemik terisolasi) wanita <40 th : suntik 1 ml
yg mengandung 480 mg Iodin, diulang setiap 3 tahun 1976
pertama kali di Indonesia (daerah endemik di beberapa
propinsi), tidak berhasil karena kesulitan administrasi, tidak
mencapai sasaranKapsul minyak yodium di China & India
efektif 50% daripada injeksi minyak yodium 1992 di Indonesia
dg kapsul yodium (Yodiol) untuk murid SD didaerah endemik
Saat ini sasarannya wanita hamil & WUS dg harapan mencegah
lahirnya kretin baru.
 Pencegahan
Secara Relatif hanya makanan laut yang kaya akan yodium yaitu sekitar
100 gr pencegahan dilaksanakan melalui Pemberian garam
beryodium.Untuk memenuhi kebutuhan yodium sebesar 150mg/hari
dengan garam beryodium anggaplah konsumsi garam tiap orang 10gr
maka kadar yodium dalam garam harus memenuhi kisaran 20-40mg
yodium atau 34-66mg kaliumyodida/kg.

3. Anemia Defisiensi Zat Besi


masalah gizi yang paling lazim di dunia dan mengjangkiti lebih dari 600
juta manusia.
Mengingat, 1 dari 2 orang di Indonesia beresiko anemia. Lebih memprihatinkan
lagi, prevalensi anemia terjadi bukan hanya pada orang dewasa, namun juga
sudah menyerang anak-anak.Penyebab anemia atau yang biasa disebut
kalangan awam dengan penyakit kurang darah, selain kekurangan gizi juga
adanya penyakit yang merusak sel darah merah. Selain itu, Prevalensi ibu hamil
yang terkena anemia sekitar 40-50 persen, hal ini berarti 5 dari 10 ibu hamil
mengalami anemia.
 Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan/atau
vitamin B₁₂, asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah
(buruk), dan kecacingan yang masih tinggi.
3 masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin
A, dan gondok endemic.
 Anemia gizi
Keadaan dengan kadar hemoglobin, hemetokrit dan sel darah merah
yang rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisinsi salah satu
atau beberapa unsur makanan esensial yang dapat mempengaruhi
timbulnya defisinsi tersebut.
 Definisi Anemia (WHO)
Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
nilai normal yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis
kelamin
 Standar
o Balita < 11 g%
o Anak sekolah < 12 g%
o Wanita dewasa < 13g%
o Bumil < 11g%
o Buteki < 12g%

 Klasifikasi Anemia
Penggolongan anemia berdasar morfologi (Wintrobe, 1974)
 Makrositik normokrom
 kekurangan Vit B12, asam folat
 Mikrositik
 kurang Fe
 Normositik
kehilangan darah akut, penyakit ginjal dan hati
 Etiologi
1. Kehilangan darah secara kronis
2. Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat
3. Peningkatan kebutuhan akan zat besi
 Kehilangan Darah Secara Kronis
 Pada pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan
oleh proses perdarahan akibat penyakit (atau trauma), atau
akibat pengobatan suatu penyakit.
 Pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap
bulan. Jika darah yang keluar selama haid sangat banyak
(banyak wanita yang tidak sadar kalau darah haidnya terlalu
banyak) akan terjadi anemia defisiensi zat besi.
Sepanjang usia reproduktif, wanita akan mengalami kehilangan
darah akibat peristiwa haid.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa jumlah darah
yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20-25 cc.
Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15
mg/bulan, atau kira-kira sama dengan 0,4-0,5 mg sehari. Jika
jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal, jumlah total
zat besi yang hilang sebesar l,25mg per hari.
 Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi
parasit, seperti cacing tambang (ankilostoma dan nekator), Schi-
stosoma, dan mungkin pula Trichuris trichiura. Kasus-kasus
tersebut lazim terjadi di negara tropis (kebanyakan negara tropis
terklasifikasi sebagai negara belum dan sedang berkembang),
lembap serta keadaan sanitasi yang buruk.
 Darah yang hilahg akibat infestasi cacing tambang bervariasi
antara 2 —100 cc/hari, bergantung pada beratnya infestasi. Jika
jumlah zat besi dihitung berdasarkan banyaknya telur cacing
yang terdapat pada tinja, jumlah zat besi yang hilang per seribu
-telur adalah sekitar 0,8 mg (untuk Necator americanus) sampai
1,2 mg (untuk Ancylostoma duodenale) se-hari.
 Asupan Dan Serapan Tidak Adekuat
 Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan
makanan yang berasal dari daging hewan. Selain banyak
mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan
tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%.
Sebagian besar penduduk di negara yang (belum) se-dang berkembang
tidak (belum) mampu menghadirkan bahan makanan tersebut di meja
makan. Ditambah dengan kebiasaan mengonsumsi makanan yang
dapat mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh) secara
bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin
rendah.
 Sumber Fe
 Sumber hewani
Haem (Ferro, Fe 2+)
Daging, hati, ikan, unggas
Lebih mudah diserap (high bioavaibility 20-30%)
 Sumber nabati
Non haem (Ferri, Fe3+)
Lebih sulit diserap (1-6%)
 Tanda Dan Gejala Anemia Defisiensi Zat Besi
 Pucat
Kepucatan bisa diperiksa pada lidah, bibir dalam, muka,
telapak tangan, kuku,dan kelopak mata
 Mudah lelah
 Takikardia dan sesak nafas
 Berdebar
 Diagnosis Laboratoris
 Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah penentuan
derajat anemia dan pengujian defisiensi zat besi.
 Penentuan derajat anemia dapat dilakukan melalui pemeriksaan
darah rutin, seperti pemeriksaan Hb, Ht, hitung jumlah RBC,
bentuk RBC, jumlah retikulosit
 Uji defisensi zat besi melalui pemeriksaan feritin serum,
kejenuhan transferin dan protoporfirin eritrosit.
 Faktor yang mempengaruhi timbulnya Anemia
 Sebab Langsung
Intake makanan tidak cukup
(Sumber zat besi & bioavailabilitas rendah, zat penghambat,
diet).
Infeksi penyakit (Kecacingan, malaria)
 Sebab Tidak Langsung
Rendahnya perhatian terhadap wanita dalam keluarga
a. Dalam keluarga wanita mengeluarkan energi
lebih banyak.
b. Distribusi makanan yg tidak menguntungkan
ibu & anak wanita.
c. Kurang perhatian thd kaum wanita.
 Sebab Mendasar
a. Pendidikan
b. Ekonomi
c. Status sosial
d. Lokasi geografis yang buruk
 Strategi Penanggulangan Anemia
 KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
 Fortifikasi (terigu)
 Suplemen :
sirup (bayi dan balita)
tablet tambah darah (TTD, untuk bumil, bufas
 Pencegahan
Empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi zat besi.
1. Pemberian tablet atau suntikan zat besi
2. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan
asupan zat besi melalui makanan
3. Pengawasan penyakit infeksi
4. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi.
Pencegahan timbulnya anemia dilakukan melalui peningkatan
konsumsi makanan yang mengandung heme iron, bersifat
mempercepat (enhancer) non-heme iron, meminimalkan konsumsi
makanan yang mangendung factor penghambat absorpsi
(inhibitor).
 Kekurangan Besi

4. Vitamin A merupakan nutriention essensial, yang hanya dapat dipenuhi


dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan
keracunan karena tidak larut dalam air. Keurangan asupan vitamin A bisa
menyebabkan diare yang bisa berujung pada kematian dan pneumonia.
 Prevalensi tertinggi terjadi pada balita. Hal ini disebabkan oleh intake
makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah, rendahnya
konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada ibu hamil sampai
melahirkan sehingga mempengaruhi kadar vitamin A yang terkandung
dalam ASI. Selain itu dapat disebabkan oleh MP-ASI yang kurang
kandungan vitamin A, gangguan absorbs vitamin A dan pro vitamin A
( penyakit pancreas, diare kronik, KEP ), gangguan konversi pro
vitamin A menjadi vitamin A.
 Akibat kekurangan vitamin A :
1.Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi (
misalnya sakit batuk, diare dan campak ).
2.rabun senja (anak dapat melihat suatu benda, jika ia tiba-tiba
berjalan di tempatyang terang ke tempat yang gelap ). Rabun senja
dapat berakhir pada kebutaan.
 Cara mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin A :
1. Setiap hari anak diberi makanan yang mengandung vitamin A,
seperti hati ayam.
2. Setiap hari anak dianjurkan makan sayuran hijau dan buah-buahan
berwarna.
3. Sebaiknya sayuran ditumis menggunakan minyak atau dimasak
dengan santan, sebab vitamin A larut dalam minyak santan
4. Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak setiap 6 bulan
di Posyandu
Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada ibu segera setelah
melahirkan.
Pemerintah terus berupaya menanggulangi penyakit gizi ini hingga
sejak tahun 2006 telah dapat ditangani, namun karena kekurangan
vitamin A ( KVA ) pada balita dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Maka, suplementasi vitamin A tetap harus diberika pada balita.
 Berikut upayah yang telah dilakukan pemerintah
1. Penyuluhan agar meningkatakan konsumsi vitamin A dan pro
vitamin A
2. Fortifikasi vitamin A ( susu, MSG, tepung terigu, mie instan ).
3. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (
200.000 IU pada bulan februari dan agustus ), ibu nifas ( 200.000 IU ),
anak usia 6-12 bulan
( 100.000 IU ).
5. obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan.Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk
menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi
lainnya. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah
sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh
lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami
osbesitas.

Seseorang yang memiliki berat badan 20% Perhatian tidak hanya ditujukan kepada
jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit
menahun seperti Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa),tekanan darah
tinggi (hipertensi), stroke, serangan jantung (infark miokardium), gagal jantung,
kanker kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar),batu
kandung empedu dan batu kandung kemih, Gout dan artritis gout,
serta osteoartritis.lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal
dianggap mengalami obesitas.

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%


b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan
sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).

Anak-anak yang mengalami obesitas dapat berisiko lebih besar mengidap


penyakit jantung, diabetes dan gangguan akibat kelebihan berat badan lainnya dari
yang terpikirkan. Fakta ini diketahui berdasarkan studi baru tentang dampak obesitas
selama masa kanak-kanak dan perkembangan kesehatan di masa dewasa.Dibanding
anak-anak dan remaja yang berbobot ideal, anak dengan obesitas lebih berisiko
menderita gangguan kesehatan yang memicu penyakit jantung dan diabetes. Seperti,
tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan gula darah tinggi.
Di Indonesia terdapat 19,1 persen kasus obesitas pada penduduk berusia di
atas 15 tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia pada
2010, menunjukkan 27,7 juta jiwa penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun,
mengalami obesitas. Jumlah ini sama dengan 11,7 persen dari keseluruhan penduduk
Indonesia.

D. Cara Mengatasi Masalah Gizi pada Masyarakat


 Perbaiki asupan nutrisi
 Lakukan pengobatan
 Minimalisir kebiasaan buruk
 Pemaksimalan keseimbangan ekonomi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi merupakan hal
yang penting bagi setiap orang. Sampai saat ini ada lima masalah gizi utama di
Indonesia, yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang
Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dan Obesitas.
Energi dan protein merupakan zat gizi makro, sedangkan zat besi, vitamin A dan
Iodium merupakan zat gizi mikro. Banyak faktor yang mempengaruhi asupan gizi
masyarakat tersebut. Dari hari ke hari angka dari masalah-masalah di atas terus
meningkat, yang secara otomatis juga meningkatkan angka kematian penduduk.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekurangan pangan, penyakit
infeksi seperti cacingan, lingkungan yang kurang bersih serta penyebab tidak
langsung lainnya seperti pola asuh orang tua. Kesadaran dari setiap orang sangat
diharapkan untuk membantu memperbaiki masalah kesehatan yang ada.

B. Saran
Sebaiknya pemerintah dan semua lembaga kesehatan lebih mengoptimalkan lagi
program kerja berkaitan dengan peningkatan status dan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia. Dan untuk tenaga kesehatan masyarakat agar lebih
meningkatkan performa kerja, untuk mendukung program kerja yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.alodokter,com
https://hellosehat.com
https://www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai