Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH GIZI DAN DIET

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KKP

DOSEN PEMBIMBING :
SORAYA.,S,Kep.,Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Adi sumarno 11409719004
Anita dewi 11409719009
Juwanto 11409719019
Misliyanti 11409719023
M.hardiansyah 11409719026
Rindiani silvia 11409719032
Taufik hidayat 11409719034
Umar 11409719036
Yolanda 11409719039

AKPER KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN AKADEMIK 2019/2020
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya .sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahdengan
judul “Kekurangan kalori dan protein” dengan baik. Dalam penyusunan makalah
mungkin ada sedikit hambatan.Namun berkat bantuan dukungan dari teman-
teman serta bimbingan dari dosen pembimbing.Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis
juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan,
dukungan dan doa nya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang Kekurangan kalori dan
protein.Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik
dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 14 April 2020

Kelompok 4
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Pengertian KKP....................................................................................................4
B. Klasifikasi KKP.....................................................................................................4
C. Penyebab KKP.....................................................................................................5
D. Diagnosa KKP......................................................................................................7
E. Tanda-tanda KKP.................................................................................................11
F. Cara Pencegahan................................................................................................11
G. Cara Pengobatan.................................................................................................12
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 13
A. Kesimpulan........................................................................................................... 13
B. Saran.................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 15
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat


utama di Indonesia.Kekurangan gizi lebih (obesitas) dan gizi kurang mulai
meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah keatas,
sedangkan pada gizi kurang pada sosial ekonomi menengah
kebawah.Saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda.Hal
ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas sumber daya manusia
yang sangat diperlukan dimasa mendatang.(Depkes, 2007).

Di Indonesia hampir sepertiga anak sekolah menderita KKP yang


disebabkan oleh kebiasaan makanan yang tidak cukup untuk
mengandung kalori, protein, sehingga mengakibatkan terjadinya
defisiensi protein dan kalori atau kekurangan kombinasi antara keduanya.
KKP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dimana
pada usia ini tubuh memerlukan zat gizi tinggi, sehingga apabila
kebutuhan zat gizi itu tidak tercapai maka tubuh akan menggunakan
cadangan zat makanan yang ada, sehingga lama-kelamaan cadangan
makanan itu akan habis dan akan menyebabkan kelainan pada jaringan,
dan proses selanjutnya dalam tubuh akan menyebabkan perubahan dan
akhirnya akan menimbulkan kelainan anatomi.

Setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi KKP, yaitu:


masalah sosial ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan, salah satu
determinan sosial ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan,
tempat mukim yang berjejalan, kumuh dan tidak sehat serta
ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Ketidaktahuan, baik
yang diri sendiri maupun yang berkaitan dengan kemiskinan,
menimbulkan salah faham tentang cara merawat bayi dan anak yang
benar, juga salah mengerti mengenai penggunaan bahan pangan tertentu
dan cara member makan anggota keluarga yang sedang sakit. Hal lain
yang juga berpotensi menumbuhsuburkan KKP di kalangan bayi dan
2

anak adalah penurunan minat dalam memberi ASI yang kemudian


diperparah pula dengan salah persepsi tentang cara menyapih. Selain itu,
distribusi pangan di dalam keluarga terkesan masih timpang.

Upaya untuk menangani KKP merupakan tindakan-tindakan


preventif.Perbaikan harus ditujukan pada faktor-faktor penyebab lapis
terdalam maupun lapis terluar. Perbaikan ekonomi Negara, peningkatan
pendidikan umum dan pendidikan gizi, penerangan serta penyuluhan gizi,
peningkatan produksi bahan makanan dan peningkatan upaya-upaya
paska panen untuk menghindarkan penghamburan bahan makanan dan
peningkatan hygne lingkungan atau perorangan, juga mengatur keluarga
berencana merupakan faktor yang pengaruhnya signifikan terhadap
prefensi KKP dalam masyarakat. Kelompok penanggulangan tesebut di
atas, ini merupakan penanggulangan taraf makro.Penanggulangan taraf
mikro bersangkutan dengan perbaikan kondisi keluarga dan para anggota
keluarga.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan KKP ?

2. Apa yang menyebabkan KKP ?

3. Bagaimana cara mendiagnosa KKP?

4. Bagaimana cara pencegahan KKP ?

5. Bagaimana cara menanggulangi KKP ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penjelasan makalah ini antara lain sebagai berikut:

1. Agar dapat mengetahui pengertian KKP.


3

2. Agar dapat mengetahui Penyebab KKP.

3. Agar dapat mendiagnosa KKP.

4. Agar dapat mengetahui cara pencegahan KKP

5. Agar dapat mengetahui cara menanggulangi KKP.


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian KKP

Protein merupakan suatu senyawa polimer yang dibentuk dari


monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida
antara asam amino satu dengan yang lainnya.Sifat dari berbagai macam
protein tergantung pada jumlah asam amino yang menyusunnya,
disamping itu juga dipengaruhi oleh rantai samping dari masing-masing
asam amino. Protein adalah senyawa organik yang banyak dijumpai
kalam semua makhluk hidup.

Setiap sel yang hidup tersusun oleh protein.Protein merupakan


bahan pembangun tubuh yang utama.Protein tersusun atas senyawa
organic yang mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen, dan
nitrogen.Unsur nitrogen (N) adalah ciri protein yang membedakan dari
karbohidrat dan lemak. Protein merupakan bahan baku sel dan jaringan
karena merupakan komponen penting dari otot, kulit, dan tulang.

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak


yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau
asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama
(Ngastiyah, 1997).

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi


yang dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan
yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi (Sediaoetama,
1999).

B. Klasifikasi KKP

Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:


5

1. KKP ringan/sedang disebut juga gizi kurang (undernutrition) ditandai


oleh adanya hambatan pertumbuhan.
2. KKP berat, meliputi:
a. Kwashiorkor (bentuk kekurangan protein yang berat, yang amat
sering terjadi pada anak kecil umur 1 dan 3 tahun) adalah suatu
sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat adanya
kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang
dari yang dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994). Kwashiorkor
adalah penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang
menyebabkan perlemahan hati yang disebabkan karena
kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama
(Ngastiyah, 1997).
b. Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi
(kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah,
1997). Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi
energi yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).
c. Marasmik-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan
gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor (Markum,
1996). Marasmik-kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien
yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%,
penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi
fisiologi (Graham L. Hill, 2000). Marasmik-kwashiorkor merupakan
satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Ciri-
cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya
lemak subkutan dan dehidrasi.

C. Penyebab KKP

Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun


protein dengan berbagai tekanan sehingga terjadi spektrum gejala-gejala
dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor,
marasmus, marasmus-kwashiorkor).

Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga


penyakit ini disebut juga sebagai penyakit dengan causa
6

multifaktorial.Berbagai faktor pengertian KKP dan antarhubungannya


sudah banyak dianjurkan berbagai bentuk sistem holistik, yang
menggambarkan interelasi antar faktor dan menuju ke titik pusat KKP
tersebut. Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifaktorial
menuju ke arah terjadinya KKP:

 Ekonomi negara yang kurang


 Pendidikan umum kurang
 Produksi bahan pangan yang rendah
 Kondisi hygine yang kurang baik
 Jumlah anak yang telalu banyak
 Pekerjaan yang rendah
 Penghasilan yang kurang pasca panen
 Sistem perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak
merata.
 Daya beli rendah
 Persediaan pangan kurang
 Penyakit infeksi dan Inventasi cacing

Pada lapisan terdalam, sebab langsung dari KKP adalah


konsumsi kurang dan sebab tak langsungnya hambatan absorpsi dan
hambatan utilisasi zat-zat gizi berbagai hal, misalnya karena
penyakit.KKP sebab primer (langsung) disebut KKP primer dan yang
disebabkan faktor tak langsung disebut KKP sekunder.Penyakit infeksi
dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan
utilisasi zat gizi yang menjadi dasar timbulnya KKP.

1. Penyebab Kwashiorkor

Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat


sedikit mengandung protein (terutama protein hewani), kebiasaan
memakan makanan berpati terus-menerus, kebiasaan makan sayuran
yang mengandung karbohidrat. Penyebab kwashiorkor yang lain yaitu:
Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh
ibu karena alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat
yang salah tentang makanan.
7

Adanya infeksi, misalnya: diare akan mengganggu penyerapan


makanan. Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang
menambah kebutuhan tubuh akan protein dan dapat mempengaruhi
nafsu makan, dan kekurangan ASI.

2. Penyebab Marasmus

Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena


kelaparan.Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui,
kelaparan karena pengobatan, kegagalan memberikan makanan
tambahan.

3. Penyebab Marasmik-kwashiorkor

Penyebab dari marasmik-kwashiorkor sama pada marasmus dan


kwashiorkor.

D. Diagnosa KKP
1. Kwashiorkor

Tanda-tanda dari kwashiorkor berbeda pada masing-masing anak di


berbagai Negara, dan dibedakan menjadi 3, yaitu:

a. Selalu ada

Gejala ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa pada


anak umur 1-3 tahun karena kemungkinan telah mendapat
makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Biasanya terjadi:

1) Kegagalan pertumbuhan
2) Oedema pada tungkai bawah dan kaki, tangan, punggung
bawah, kadang-kadang muka.
3) Otot-otot menyusut tetapi lemak disimpan di bawah kulit
4) Kesengsaraaan sukar diukur, dengan gejala awal anak menjadi
rewel diikuti dengan perhatian yang kurang.
8

b. Biasanya ada

Satu atau lebih dari tanda ini biasanya muncul, tetapi tidak satupun
yang betul-betul memerlukan diagnosis. Diantaranya yaitu:

1) Perubahan rambut (warnanya lebih muda (coklat, kemerah-


merahan, mendekati putih lurus, jarang halus, mudah lepas bila
ditarik)
2) Tinja lebih encer (akibat gangguan penyerapan makanan,
terutama gula)
3) Anemia yang tidak berat (jika berat biasanya ada kemungkinan
infeksi cacing atau malaria)
c. Kadang-kadang ada

Satu atau lebih dari gejala berikut kadang-kadang muncul, tetapi


tidak ada satupun yang betul-betul membentuk diagnosis.

1) Ruam/bercak-bercak berserpih
2) Ulkus dan retakan
3) Tanda-tanda vitamin (luka di sudut mulut, lidah berwarna merah
terang karena kekurangan riboflavin)
4) Pembesaran hati (akibat pelemahan hati)
5) Secara umum anak nampak sembab, letargik, cengeng, dan
mudah terserang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor
atau koma.
6) Pertumbuhan yang terhambat, berat badan dan tinggi badan
lebih rendah dibandingkan dengan berat badan baku. Jika ada
edema anasarka maka penurunan berat badan tidak begitu
mencolok.
7) Oedema
8) Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun,
jaringan subkutan tipis dan lembek
9) Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan
diare
10) Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta
mudah dicabut
9

11) Kelainan kulit: kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang


dalam dan lebar, disertai denitamin B kompleks, defisiensi
eritropoetin dan kerusakan hati.
12) Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik
(diare, bronkopneumonia, faringotonsilitis, tuberkulosis)
13) Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik
(diare, bronkopneumonia, faringotonsilitis, tuberkulosis).

2. Marasmus

Tanda-tanda marasmus dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Selalu ada

Tanda-tanda ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa:

1) Gangguan perkembangan
2) Hilangnya lemak di otot dan di bawah kulit.
b. Kadang-kadang ada
1) Mencret/diare atau konstipasi.
2) Perubahan pada rambut, seperti pada kwashiorkor.
3) Tanda-tanda dari defisiensi vitamin.
4) Dehidrasi.
5) Anak menjadi cengeng, sering bangun tengah malam
6) Turgor kulit rendah dan kulitnya nampak keriput
7) Pipi terlihat kempot, kurus kering
8) Vena superfisialis tampak lebih jelas
9) Ubun-ubun besar cekung
10) Tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol
11) Mata tampak besar dan dalam
12) Sianosis
13) Ekstremitas dingin
14) Perut buncit/cekung dengan gambaran usus jelas
15) Atrofi otot dan apatis.

3. Marasmik-kwashiorkor
a. Perubahan cairan tubuh, lemak, mineral dan protein
10

b. Pertumbuhan terhenti
c. Berat badan turun
d. Cairan tubuh meningkat
e. Sistem hemotopatik
f. Mukosa usus
g. Selasiner
h. Hati
i. Otak
j. Oedema
k. Apatis

Gambaran klinis, biokimiawi, dan fisiologi KKP bervariasi dari orang


ke orang dan bergantung pada:

1) Keparahan KKP
2) Usia penderita
3) Ada atau tidaknya kekurangan zat gizi lain
4) Keberadaan penyakit penyerta
5) Kekurangan yang dominan energi atau kah protein

Keparahan KKP diukur dengan menggunakan parameter


Antroprometrik, Karena tanda dan gejala klinis serta hasil pemeriksaan
laboratorium biasannya tidak menunjukkan perubahan terkecuali jika
penyakit ini telah sedemikian ”parah”.

Klasifikasi serta lamanya penyakit yang telah berlangsung juga


ditentukan secara antropometris.Riwayat pangan bermanfaat terutama
dalam mengukur status gizi anan-anak.Defisit energi dan protein derajat
ringan sampai sedang dinilai terutama dengan riwayat dan kebiasan
pangan perorangan atau masyarakat, serta keter sediaan pangan itu
sendiri.Karakeristik klinis dan biokimiawi berguna untuk pemastian
diagnosis KKP berat. Parameter yang wajib di periksa pada pendeita KKP
tercantum dalam ”anamesis dan pemeiksaan fisik KKP pada anak”.
11

E. Tanda-tanda KKP
1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu.
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun.
d. Maturasi tulang terlambat.
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun.
f. Anemia ringan atau pucat.
g. Aktifitas berkurang.
h. Kelainan kulit (kering, kusam).
i. Rambut kemerahan.
2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan.
b. Mudah sakit.
c. Kurang cerdas.
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian.

F. Cara Pencegahan

Bagi seseorang yang telah dewasa, penyakit kekurangan protein


bisa ditanggulangi dengan mengkonsumsi protein secara cukup dan
rutin.Hal itu bisa dilakukan dengan mengubah menu makanan setiap hari,
konsumsi makanan yang mengandung protein yang banyak misalnya
daging, telur, buah-buahan dan sayuran.minuman bergizi juga tidak boleh
dilupakan misalnya susu sapi, madu, minyak zaitun dan lainnya.

Sedangkan bagi balita, penyakit ini bisa dicegah dengan menunda


masa penyapihan yang prematur, dengan tetap memberikan air susu ibu
yang eksklusif, memberikan makanan pendamping bagi bayi yang
mencukupi kebutuhan proteinnya, serta melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala.
12

G. Cara Penyembuhan
1. Pengobatan
a. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai
biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
b. Makanan harus dihidangkan dalam bentuk yang mudah dicerna dan
diserap.
c. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap
makanan sangat rendah. Protein yang diperlukan 3-4 gr/kg/hari, dan
kalori 160-175 kalori.
d. Antibiotik diberikan jika anak terdapat penyakit penyerta.
e. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan
penyuluhan gizi terhadap keluarga.

2. Dalam Keadaan Dehidrasi dan Asidosis Pedoman Pemberian Cairan


Parenteral
a. Jumlah cairan adalah 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau
marasmus kwashiorkor, dan 250 ml/kg BB/hari untuk marasmus.
b. Jenis cairan yang dipilah adalah Darrow-glukosa dengan kadar
glukosa dinaikkan menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
c. Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam
4-8 jam pertama, kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20
jam berikutnya.

Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan


kandungan protein yang dianjurkan adalah 3,0-5,0 gr/kg BB dan
jumlah kalori 150-200 kkal/kg BB sehari.

Asamfolat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3×5


mg/hari pada anak kecil dan 3×15 mg/hari pada anak besar.
Kebutuhan kalium dipenuhi dengan pemberian KCL oral sebanyak 75-
150mg/kg BB/hari (ekuivalen dengan 1-2 mEq/kg BB/hari); bila
terdapat tanda hipokalemia diberikan KCl secara intravena dengan
dosis intramuscular atau intravena dalam bentuk larutan MG-sulfat
50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kgBB/hari selama 4-5 hari pertama
perawatan.
13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit gizi kurang, kemungkinan susunan hidangan yang


dikonsumsi masih seimbang, namun kuantum keseluruhannya tidak
mencukupi kebutuhan tubuh.Penyakit gizi salah di Indonesia yang
terbanyak termasuk gizi kurang yang mencakup susunan hidangan yang
tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhannya yang tidak mencukupi
kebutuhan badan.Gejala subyektif terutama diderita ialah perasaan lapar,
sehingga gizi salah disebut juga keadaan gizi lapar (undernutrition).

KKP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun,


dimana pada usia ini tubuh memerlukan zat gizi tinggi, sehingga apabila
kebutuhan zat gizi itu tidak tercapai maka tubuh akan menggunakan
cadangan zat makanan yang ada, dan lama-kelamaan cadangan
makanan itu akan habis dan akan menyebabkan kelainan pada jaringan,
dan proses selanjutnya dalam tubuh akan menyebabkan perubahan dan
akhirnya akan menimbulkan kelainan anatomi.

Sebagian besar kasus penyakit gizi di Indonesia merupakan


penyakit defisiensi, terutama penyakit KKP.Perbaikan pada pola
konsumsi merupakan suatu keharusan, bila dari makanan yang
dikonsumsi ternyata menunya tidak seimbang.Dalam memberikan nasihat
perbaikan menu, harus dalam batas-batas kesanggupan daya beli
keluarga penderita.Harus pula dijelaskan, perbaikan kondisi defisiensi gizi
memerlukan waktu, jadi harus lebih bersabar dalam mengharapkan
penyembuhannya.
14

B. Saran

Sebagai mahasiswa, kami menyarankan kepada pemerintah untuk


memperhatikan dan menanggulangi masalah gizi khususnya di daerah
pedalaman di Indonesia.Kesadaran masyarakatpun turut terlibat dalam
penanggulangan masalah gizi ini, agar pendidikan gizi tidak terasingkan,
mengingat sangat pentingnya gizi untuk tubuh kita.
15

DAFTAR PUSTAKA

Hull, David. 2017. Dasar-dasar Pediatri. Ed.3. Jakarta: EGC

Arisman. 2015. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Richard, Gehrman. 2016. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. I. Jakarta: EGC

Djaeni, S. A. 2017. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Jakarta: Dian
Karya.p

Wulandari, Veni. 2016. Kekurangan Kalori Protein. [Online]. Tersedia:


http://veniwulandari.blogspot.com/2018/09/kekurangan-kalori-protein.html. (09
Desember 2016).

Anda mungkin juga menyukai