Anda di halaman 1dari 3

Desain Studi Epidemiologi

DES 8

Posted by pianhervian
Studi Cross-Sectional

Studi cross-sectional sering juga disebut sebagai studi prevalensi atau survey, dan merupakan
studi yang paling serderhana dan sering dilakukan. Studi cross-sectional mengukur variabel
dependen (misalnya, penyakit) dan variabel independen (pajanan) secara bersamaan. Studi
cross-sectional digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu penyakit dan variabel atau
karakteristik yang terdapat di masyarakat pada suatu saat tertentu, misalnya untuk
mengetahui hubungan antara penyakit dan kondisi tertentu yang terdapat di masyarakat,
misalnya malnutrisi. Studi cross-sectional tidak menjelaskan peristiwa mana yang lebih dulu
terjadi.

Hubungan antara variabel dan penyakit dapat diperiksa dengan dua cara, yaitu (1) dari sudut
prevalensi penyakit di dalam subkelompok populasi yang berbeda yang dibatasi menurut ada
tidaknya (atau tingkatan) variabel, atau sebaliknya, (2) dari saudut ada tidaknya (atau
tingkatan) variabel pada yang sakit versus yang tidak sakit.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan pada studi cross-sectional seperti yang
terlihat pada diagram di atas.

1.      Memilih populasi penelitian (dalam penelitian ini adalah anak-anak) dan menentukan
besar ukuran sampel

2.      Mengidentifikasi faktor risiko (kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cucitangan
sebelum makan) dan penyakit thypoid dalam waktu yang bersamaan

3.      Mengelompokkan sampel menjadi kelompok penyakit dan kelompok faktor risiko

4.      Menganalisis kelompok yang memiliki faktor risiko (+) dan yang tidak memiliki faktor
risiko (-)

5.      Menganalisis kelompok faktor risiko dengan penyakit (+) dan penyakit (-)

Studi Case Control


Studi case control atau yang disebut juga studi kasus control adalah salah satu studi analitik
yang digunakan untuk mengetahui faktor risiko atau masalah kesehatan yang diduga memiliki
hubungan erat dengan penyakit yang terjadi di masyarakat. Studi case control sangat
bermanfaat untuk kasus penyakit yang jarang dijumpai dan berkembang secara laten di
masyarakat.

Studi ini bersifat retrospektif, yaitu menelusuri ke belakang penyebab-penyebab yang dapat
menimbulkan suatu penyakit di masyarakat. Studi kasus control membandingkan antara
kelompok studi yaitu orang-orang yang sakit, dan kelompok control, yaitu orang-orang yang
sehat tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan orang yang sakit atau kelompok studi.

Dari hasil perbandingan antara kelompok studi dan kelompok control, didapatkan nilai rasio,
yaitu proporsi antara orang sakit yang memiliki faktor risiko dan orang sehat (tidak sakit) yang
memiliki faktor risiko. Rasio tersebut adalah estimasi risiko relative atau odds ratio.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam studi case control adalah dengan cara menentukan
sekelompok orang-orang berpenyakit (kasus) dan sekelompok orang-orang yang tidak
berpenyakit (kontrol), lalu membandingkan frekuensi paparan pada kedua kelompok. Di dalam
studi kasus kontrol ini dimulai dengan kasus atau sampel yang telah ada atau dengan kata lain
sudah terjadi dan sudah tersedia) dimana digunakan sampel kelompok kontrol sebagai
pembanding. Kelompok kontrol tersebut terdiri dari sekumpulan orang yang bukan kasus
(bukan penderita penyakit yang bersangkutan) yang ciri-cirinya (dalam hal umur, jenis
kelamin, ras, tingkat sosial, dll).

Studi Cohort

Studi cohort disebut juga sebagai studi follow-up, insidensi, longitudinal atau studi prospektif,
merupakan penelitian analitik pada sekelompok orang (kohort) yang memiliki atribut sama,
seperti tempat tinggal, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Studi kohort dilakukan dengan
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok studi (sekelompok orang yang terpajan pada
faktor risiko) dan kelompok kontrol (sekelompok orang yang tidak terpajan faktor risiko).
Kedua kelompok itu selanjutnya diikuti terus menerus selama periode waktu tertentu untuk
memastikan apakah individu yang terpajan atau tidak terpajan faktor risiko itu menjadi sakit
atau tidak.
Kegunaan studi kohort adalah untuk memberikan informasi yang pasti mengenai faktor
etiologi, terutama pada penyakit yang kronik, dan untuk mengukur asosiasi berbagai tingkatan
faktor risiko dengan penyakit.

Referensi
1.      Chandra, Budiman. 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC: Jakarta
2.      Friedman, Gary. 1986. Prinsip-Prinsip Epidemiologi. Yayasan Essentia Medica:
Yogyakarta
3.      Murti, Bhisma. 1995. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
4.      Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta : Jakarta.

oleh : Kelompok 2

Mahasiswa FKM UNDIP Reguler 1 2009

Anda mungkin juga menyukai