Anda di halaman 1dari 288

UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

DAN

DAFTAR ATURAN TAMBAHAN TERKAIT KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Disusun Oleh : Kelompok I

1. Afrida Isnaini (A1C015002) 7. Dianira Milla Astri (A1C015024)


2. Aulia Febry Afiyani (A1C015010) 8. Dina Mariana (A1C015025)
3. Azmiatul Ustiani (A1C015011) 9. Eliana Natarina (A1C015027)
4. Baiq Khalfia Nurtaqwima (A1C015014) 10. Erna Supiani (A1C015030)
5. Baiq Oktaviana Vina Wardani(A1C015015) 11. Hesti Marliani (A1C015041)
6. Berry Ahmad (A1C015020) 12. Hunaini Anita Rahmi (A1C015045)

S1 AKUNTANSI REGULER PAGI (KELAS A) TAHUN 2017

UNIVERSITAS MATARAM

1
Daftar isi

Halaman Sampul...................................................................................................................................................................................................... 1

Daftar Isi................................................................................................................................................................................................................... 2

Perbandingan Undang-undang .................................................................................................................................................................................. 3

Aturan Tambahan....................................................................................................................................................................................................... 98

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia....................................................................................................................................................98


b. Peraturan Menteri Keuangan........................................................................................................................................................................ 100
c. Keputusan Menteri Keuangan....................................................................................................................................................................... 117
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak.................................................................................................................................................................131
e. Keputusan Direktur Jenderal Pajak................................................................................................................................................................166
f. Surat Edaran.................................................................................................................................................................................................. 205

2
Perbandingan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
UU No. 6 Tahun 1983 UU No. 19 Tahun 1994 UU No. 16 Tahun 2000 UU No. 28 Tahun 2007 PP Pengganti UU No.5 UU No. 16 Tahun 2009
Tahun 2008
Pasal 1 Pasal I Ketentuan Pasal 1 diubah, Ketentuan Pasal 1 diubah Hanya mengatur Pasal Pasal 1
Yang dimaksud dalam undang- Mengubah beberapa ketentuan sehingga keseluruhan Pasal 1 sehingga berbunyi sebagai Dalam Undang-Undang ini yang
undang ini dengan : berbunyi sebagai berikut : berikut: 37 dimaksud dengan:
dalam Undang-Undang Nomor 6
a. Wajib Pajak adalah orang atau TAHUN 1983 tentang “Pasal 1 Pasal 1 1. Pajak adalah kontribusi wajib
badan yang menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Dalam Undang-undang ini, yang Dalam Undang-Undang ini yang kepada negara yang terutang
ketentuanperaturan perundang- Perpajakan, sebagai berikut : dimaksud dengan : dimaksud dengan: oleh orang
undangan perpajakan ditentukan 1.Ketentuan Pasal 1 huruf a 1. Wajib Pajak adalah orang 1. Pajak adalah kontribusi wajib pribadi atau badan yang bersifat
untuk melakukan kewajiban sampai dengan huruf d, huruf g pribadi atau badan yang kepada negara yang terutang memaksa berdasarkan Undang-
perpajakan; sampai dengan huruf n, huruf q menurut ketentuan oleh orang Undang,
b. Badan adalah perseroan dan huruf s diubah dan peraturan perundang-undangan pribadi atau badan yang bersifat dengan tidak mendapatkan
terbatas, perseroan komanditer, ditambah dengan huruf t, huruf perpajakan ditentukan untuk memaksa berdasarkan Undang- imbalan secara langsung dan
badan usaha milik Negara atau u, huruf v, huruf w, huruf x, melakukan kewajiban Undang, digunakan untuk
Daerah dengan nama dan dalam huruf y, huruf z dan huruf aa, perpajakan, termasuk pemungut dengan tidak mendapatkan keperluan negara bagi sebesar-
bentuk apapun, persekutuan, sehingga Pasal 1 seluruhnya pajak atau pemotong pajak imbalan secara langsung dan besarnya kemakmuran rakyat.
perseroan atau perkumpulan menjadi berbunyi sebagai tertentu. digunakan untuk 2. Wajib Pajak adalah orang
lainnya,firma,kongsi,perkumpulan berikut : 2. Badan adalah sekumpulan keperluan negara bagi sebesar- pribadi atau badan, meliputi
koperasi,yayasan atau lembaga, “Pasal 1 orang dan atau modal yang besarnya kemakmuran rakyat. pembayar pajak,
dan bentuk usaha tetap; merupakan kesatuan 2. Wajib Pajak adalah orang pemotong pajak, dan pemungut

3
c. Masa Pajak adalah jangka Yang dimaksud dalam Undang- baik yang melakukan usaha pribadi atau badan, meliputi pajak, yang mempunyai hak dan
waktu tertentu yang digunakan Undang ini dengan : maupun yang tidak melakukan pembayar pajak, kewajiban perpajakan sesuai
sebagai dasar untuk menghitung a. Wajib Pajak adalah orang usaha yang pemotong pajak, dan pemungut dengan ketentuan peraturan
jumlah pajak yang terhutang; pribadi atau badan yang meliputi perseroan terbatas, pajak, yang mempunyai hak dan perundang-undangan
d. Tahun Pajak adalah jangka menurut ketentuan perseroan komanditer, kewajiban perpajakan sesuai perpajakan.
waktu satu tahun takwim atau peraturan perundang-undangan perseroan lainnya, badan dengan ketentuan peraturan 3. Badan adalah sekumpulan
satu tahun buku; perpajakan ditentukan untuk usaha milik Negara atau Daerah perundang-undangan orang dan/atau modal yang
e. Bagian Tahun Pajak adalah melakukan kewajiban dengan nama dan dalam bentuk perpajakan. merupakan kesatuan baik yang
bagian dari jangka waktu satu perpajakan, termasuk pemungut apapun, 3. Badan adalah sekumpulan melakukan usaha maupun yang
Tahun Pajak; pajak atau pemotong pajak firma, kongsi, koperasi, dana orang dan/atau modal yang tidak melakukan usaha yang
f. Surat Pemberitahuan adalah tertentu; pensiun, persekutuan, merupakan kesatuan baik yang meliputi perseroan terbatas,
surat yang oleh Wajib Pajak b. Badan adalah suatu bentuk perkumpulan, yayasan, melakukan usaha maupun yang perseroan komanditer,
digunakan untuk melaporkan badan usaha yang meliputi organisasi massa, organisasi tidak melakukan usaha yang perseroan lainnya, badan usaha
penghitungan dan pembayaran perseroan terbatas, perseroan sosial politik, atau organisasi meliputi perseroan terbatas, milik negara atau badan usaha
pajak yang terhutang menurut komanditer, perseroan lainnya, yang sejenis, perseroan komanditer, milik daerah dengan nama dan
ketentuan peraturan perundang- badan usaha milik Negara atau lembaga, bentuk usaha tetap, perseroan lainnya, badan usaha dalam bentuk apa pun, firma,
undangan perpajakan; Daerah dengan nama dan dalam dan bentuk badan lainnya. milik negara atau badan usaha kongsi, koperasi, dana pensiun,
g. Surat Pemberitahuan Masa bentuk apapun, persekutuan, 3. Pengusaha adalah orang milik daerah dengan nama dan persekutuan,
adalah surat yang oleh Wajib perkumpulan, firma, kongsi, pribadi atau badan dalam dalam bentuk apa pun, firma, perkumpulan, yayasan,
Pajak digunakan untuk koperasi, yayasan atau bentuk apapun yang kongsi, koperasi, dana pensiun, organisasi massa, organisasi
memberitahukan pajak yang organisasi yang sejenis lembaga, dalam kegiatan usaha atau persekutuan, sosial politik, atau organisasi
terhutang dalam suatu masa dana pensiun, bentuk usaha pekerjaannya menghasilkan perkumpulan, yayasan, lainnya, lembaga dan bentuk
pajak atau pada suatu saat; tetap, serta bentuk badan usaha barang, mengimpor organisasi massa, organisasi badan lainnya termasuk kontrak
h. Surat Pemberitahuan Tahunan lainnya; barang, mengekspor barang, sosial politik, atau organisasi investasi kolektif dan bentuk
adalah surat yang oleh Wajib c. Masa Pajak adalah jangka melakukan usaha perdagangan, lainnya, lembaga dan bentuk usaha tetap.
Pajak digunakan untuk waktu yang lamanya sama memanfaatkan badan lainnya termasuk kontrak 4. Pengusaha adalah orang
memberitahukan pajak yang dengan satu bulan takwim barang tidak berwujud dari luar investasi kolektif dan bentuk pribadi atau badan dalam
terhutang dalam suatu Tahun kecuali ditetapkan lain oleh Daerah Pabean, melakukan usaha tetap. bentuk apa pun yang
pajak; Menteri Keuangan; usaha jasa, atau 4. Pengusaha adalah orang dalam kegiatan usaha atau
i. Surat Setoran Pajak adalah d. Tahun Pajak adalah jangka memanfaatkan jasa dari luar pribadi atau badan dalam pekerjaannya menghasilkan
surat yang oleh Wajib Pajak waktu satu tahun takwim Daerah Pabean. bentuk apa pun yang barang, mengimpor
digunakan untuk melakukan kecuali bila Wajib Pajak 4. Pengusaha Kena Pajak adalah dalam kegiatan usaha atau barang, mengekspor barang,
pembayaran pajak yang menggunakan tahun buku yang Pengusaha sebagaimana pekerjaannya menghasilkan melakukan usaha perdagangan,
terhutang di Kas Negara atau di tidak sama dengan tahun dimaksud pada angka 3 yang barang, mengimpor memanfaatkan barang tidak
tempat pembayaran lainnya yang takwim; melakukan penyerahan Barang barang, mengekspor barang, berwujud dari luar daerah
ditunjuk oleh Menteri Keuangan, e. Bagian Tahun Pajak adalah Kena Pajak dan atau penyerahan melakukan usaha perdagangan, pabean, melakukan usaha jasa,
dan/atau untuk melaporkan ke bagian dari jangka waktu satu Jasa Kena Pajak yang dikenakan memanfaatkan barang tidak atau memanfaatkan jasa dari
Direktorat Jenderal pajak; Tahun Pajak; pajak berdasarkan Undang- berwujud dari luar daerah luar daerah pabean.
j. Surat Tagihan Pajak adalah f. Surat Pemberitahuan adalah undang Pajak Pertambahan Nilai pabean, melakukan usaha jasa, 5. Pengusaha Kena Pajak adalah
surat untuk melakukan tagihan surat yang oleh Wajib Pajak 1984 dan perubahannya, tidak atau memanfaatkan jasa dari Pengusaha yang melakukan
pajak dan/atau sanksi berupa digunakan untuk melaporkan termasuk Pengusaha Kecil luar daerah pabean. penyerahan
bunga dan denda administrasi; penghitungan dan pembayaran yang batasannya ditetapkan 5. Pengusaha Kena Pajak adalah Barang Kena Pajak dan/atau
k. Surat Ketetapan Pajak adalah pajak yang terutang menurut dengan Keputusan Menteri Pengusaha yang melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak
surat keputusan yang ketentuan peraturan Keuangan, kecuali Pengusaha penyerahan yang dikenai
menentukan besarnya jumlah perundang-undangan Kecil yang memilih untuk Barang Kena Pajak dan/atau pajak berdasarkan Undang-
pajak yang terhutang, jumlah perpajakan; dikukuhkan menjadi Pengusaha penyerahan Jasa Kena Pajak Undang Pajak Pertambahan Nilai

4
pengurangan pembayaran pajak, g. Surat Pemberitahuan Masa Kena Pajak yang dikenai 1984 dan
jumlah kekurangan pembayaran adalah surat yang oleh Wajib 5. Nomor Pokok Wajib Pajak pajak berdasarkan Undang- perubahannya.
pokok pajak, besarnya sanksi Pajak digunakan Dengan adalah nomor yang diberikan Undang Pajak Pertambahan 6. Nomor Pokok Wajib Pajak
administrasi, dan jumlah pajak persetujuan DEWAN kepada Wajib Pajak sebagai Nilai 1984 dan adalah nomor yang diberikan
yang masih harus dibayar; PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK sarana dalam administrasi perubahannya. kepada Wajib Pajak
l. Surat Ketetapan Pajak INDONESIA MEMUTUSKAN perpajakan yang dipergunakan 6. Nomor Pokok Wajib Pajak sebagai sarana dalam
Tambahan adalah surat untuk melaporkan sebagai tanda pengenal diri atau adalah nomor yang diberikan administrasi perpajakan yang
keputusan yang menambah penghitungan dan/atau identitas Wajib Pajak dalam kepada Wajib Pajak dipergunakan sebagai
jumlah pajak yang telah pembayaran pajak yang melaksanakan hak dan sebagai sarana dalam tanda pengenal diri atau
ditetapkan; terutang dalam suatu Masa kewajiban perpajakannya. administrasi perpajakan yang identitas Wajib Pajak dalam
m. Surat Keputusan Kelebihan Pajak atau pada suatu saat; Menetapkan : dipergunakan sebagai melaksanakan hak dan
Pembayaran Pajak adalah surat h. Surat Pemberitahuan 6. Masa Pajak adalah jangka tanda pengenal diri atau kewajiban perpajakannya.
keputusan yang menentukan Tahunan adalah surat yang oleh waktu yang lamanya sama identitas Wajib Pajak dalam 7. Masa Pajak adalah jangka
pengembalian kelebihan Wajib Pajak digunakan untuk dengan 1 (satu) bulan melaksanakan hak dan waktu yang menjadi dasar bagi
pembayaran jumlah pajak yang melaporkan penghitungan dan takwim atau jangka waktu lain kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak untuk menghitung,
telah dibayar dan/atau dipotong pembayaran pajak yang yang ditetapkan dengan 7. Masa Pajak adalah jangka menyetor, dan melaporkan
dan/atau dipungut, karena terutang dalam suatu Tahun Keputusan Menteri waktu yang menjadi dasar bagi pajak yang terutang dalam suatu
jumlah pajak yang telah dibayar Pajak; Keuangan paling lama 3 (tiga) Wajib Pajak untuk menghitung, jangka waktu tertentu
dan/atau dipotong dan/atau i. Surat Setoran Pajak adalah bulan takwim. menyetor, dan melaporkan sebagaimana ditentukan dalam
dipungut lebih besar dari pajak surat yang oleh Wajib Pajak 7. Tahun Pajak adalah jangka pajak yang terutang dalam suatu Undang-Undang ini.
yang terhutang; digunakan untuk melakukan waktu 1 (satu) tahun takwim jangka waktu tertentu 8. Tahun Pajak adalah jangka
n. Surat Pemberitaan adalah pembayaran atau penyetoran kecuali bila Wajib sebagaimana ditentukan dalam waktu 1 (satu) tahun kalender
surat yang berisi pemberitahuan pajak yang terutang ke Kas Pajak menggunakan tahun buku Undang-Undang ini. kecuali bila Wajib
kepada Wajib Pajak, bahwa Negara atau ke tempat yang tidak sama dengan tahun 8. Tahun Pajak adalah jangka Pajak menggunakan tahun buku
jumlah pajak yang terhutang pembayaran lain yang takwim. waktu 1 (satu) tahun kalender yang tidak sama dengan tahun
sama besarnya dengan jumlah ditetapkan oleh Menteri 8. Bagian Tahun Pajak adalah kecuali bila Wajib kalender.
pajak yang Keuangan. bagian dari jangka waktu 1 Pajak menggunakan tahun buku 9. Bagian Tahun Pajak adalah
sudah dibayar, dan/atau j. Surat Tagihan Pajak adalah (satu) Tahun Pajak. yang tidak sama dengan tahun bagian dari jangka waktu 1
dipotong, dan/atau dipungut; surat untuk melakukan tagihan 9. Pajak yang terutang adalah kalender. (satu) Tahun Pajak.
o. Pajak yang terhutang adalah pajak dan/atau sanksi pajak yang harus dibayar pada 9. Bagian Tahun Pajak adalah 10. Pajak yang terutang adalah
pajak yang harus dibayar pada administrasi berupa bunga suatu saat, dalam bagian dari jangka waktu 1 pajak yang harus dibayar pada
suatu saat, dalam masa pajak, dan/atau denda; Masa Pajak, dalam Tahun Pajak (satu) Tahun Pajak. suatu saat, dalam Masa Pajak,
dalam tahun pajak atau dalam k. Surat Ketetapan Pajak Kurang atau dalam Bagian Tahun Pajak 10. Pajak yang terutang adalah dalam Tahun Pajak, atau dalam
bagian tahun pajak menurut Bayar adalah surat keputusan menurut ketentuan peraturan pajak yang harus dibayar pada Bagian Tahun Pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang- yang menentukan besarnya perundang-undangan suatu saat, dalam Masa Pajak, dengan ketentuan peraturan
undangan perpajakan; jumlah pajak yang terutang, perpajakan. dalam Tahun Pajak, atau dalam perundang-undangan
p. Surat Paksa adalah surat jumlah kredit pajak, jumlah 10. Surat Pemberitahuan adalah Bagian Tahun Pajak sesuai perpajakan.
perintah membayar pajak dan kekurangan pembayaran pokok surat yang oleh Wajib Pajak dengan ketentuan peraturan 11. Surat Pemberitahuan adalah
tagihan yang berkaitan pajak, besarnya sanksi digunakan untuk melaporkan perundang-undangan surat yang oleh Wajib Pajak
dengan pajak, sesuai dengan administrasi dan jumlah yang penghitungan dan atau perpajakan. digunakan untuk
Undang-undang Nomor 19 Tahun masih harus dibayar; pembayaran pajak, objek pajak 11. Surat Pemberitahuan adalah melaporkan penghitungan
1959 tentang Penagihan Pajak l. Surat Ketetapan Pajak Kurang dan atau bukan objek pajak dan surat yang oleh Wajib Pajak dan/atau pembayaran pajak,
Negara dengan Surat Paksa Bayar Tambahan adalah surat atau harta dan kewajiban, digunakan untuk objek pajak dan/atau
(Lembaran Negara Tahun 1959 keputusan yang menentukan menurut ketentuan peraturan melaporkan penghitungan bukan objek pajak, dan/atau
Nomor 63, Tambahan Lembaran tambahan atas jumlah pajak perundang-undangan dan/atau pembayaran pajak, harta dan kewajiban sesuai
Negara Nomor 1850); yang telah ditetapkan; perpajakan. objek pajak dan/atau dengan ketentuan peraturan

5
q. Kredit Pajak adalah jumlah m. Surat Ketetapan Pajak Lebih 11. Surat Pemberitahuan Masa bukan objek pajak, dan/atau perundang-undangan
pembayaran pajak yang dibayar Bayar adalah surat keputusan adalah Surat Pemberitahuan harta dan kewajiban sesuai perpajakan.
oleh Wajib Pajak sendiri, setelah yang menentukan jumlah untuk suatu Masa Pajak. dengan ketentuan peraturan 12. Surat Pemberitahuan Masa
ditambah dengan pajak yang kelebihan pembayaran pajak 12. Surat Pemberitahuan perundang-undangan adalah Surat Pemberitahuan
dipotong atau dipungut oleh karena jumlah kredit pajak lebih Tahunan adalah Surat perpajakan. untuk suatu Masa
pihak lain dan dikurangkan dari besar dari pajak yang terutang Pemberitahuan untuk suatu 12. Surat Pemberitahuan Masa Pajak.
seluruh pajak yang terhutang atau tidak seharusnya terutang; Tahun Pajak atau Bagian Tahun adalah Surat Pemberitahuan 13. Surat Pemberitahuan
termasuk apabila ada jumlah n. Surat Ketetapan Pajak Nihil Pajak. untuk suatu Masa Tahunan adalah Surat
pajak atas penghasilan yang adalah surat keputusan yang 13. Surat Setoran Pajak adalah Pajak. Pemberitahuan untuk suatu
terhutang di luar negeri; menentukan jumlah pajak yang surat yang oleh Wajib Pajak 13. Surat Pemberitahuan Tahun Pajak atau Bagian Tahun
r. Pekerjaan Bebas adalah terutang sama besarnya dengan digunakan untuk Tahunan adalah Surat Pajak.
pekerjaan yang dilakukan oleh jumlah kredit pajak atau pajak melakukan pembayaran atau Pemberitahuan untuk suatu 14. Surat Setoran Pajak adalah
seseorang yang tidak terutang dan tidak ada penyetoran pajak yang terutang Tahun Pajak atau Bagian Tahun bukti pembayaran atau
mempunyai keahlian khusus kredit pajak; ke kas negara melalui Kantor Pajak. penyetoran pajak yang
sebagai usaha untuk memperoleh o. Pajak yang terutang adalah Pos dan atau bank badan usaha 14. Surat Setoran Pajak adalah telah dilakukan dengan
penghasilan yang pajak yang harus dibayar pada milik Negara atau bank bukti pembayaran atau menggunakan formulir atau
tidak terikat oleh suatu hubungan suatu saat, dalam Masa Pajak, badan usaha milik Daerah atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
kerja; dalam Tahun Pajak atau dalam tempat pembayaran lain yang telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui
s. Tindakan Pemeriksaan adalah Bagian Tahun Pajak menurut ditunjuk oleh Menteri menggunakan formulir atau tempat pembayaran yang
tindakan yang dilakukan oleh ketentuan peraturan Keuangan. telah dilakukan dengan ditunjuk oleh Menteri
petugas perpajakan dalam rangka perundang-undangan 14. Surat ketetapan pajak cara lain ke kas negara melalui Keuangan.
melaksanakan pemeriksaan perpajakan; adalah surat ketetapan yang tempat pembayaran yang 15. Surat ketetapan pajak adalah
terhadap Wajib Pajak, untuk p. Surat Paksa adalah surat meliputi Surat Ketetapan ditunjuk oleh Menteri surat ketetapan yang meliputi
mencari bahan-bahan guna perintah membayar pajak dan Pajak Kurang Bayar atau Surat Keuangan. Surat Ketetapan
penghitungan jumlah pajak yang tagihan yang Ketetapan Pajak Kurang Bayar 15. Surat ketetapan pajak Pajak Kurang Bayar, Surat
terhutang dan jumlah pajak berkaitan dengan pajak, sesuai Tambahan atau Surat Ketetapan adalah surat ketetapan yang Ketetapan Pajak Kurang Bayar
yang harus dibayar. dengan Undang-Undang Nomor Pajak Lebih Bayar atau Surat meliputi Surat Ketetapan Tambahan, Surat
19 Tahun Ketetapan Pajak Nihil. Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat
1959 tentang Penagihan Pajak 15. Surat Ketetapan Pajak Ketetapan Pajak Kurang Bayar Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
Negara dengan Surat Paksa Kurang Bayar adalah surat Tambahan, Surat 16. Surat Ketetapan Pajak
(Lembaran Negara Tahun 1959 ketetapan pajak yang Ketetapan Pajak Nihil, atau Kurang Bayar adalah surat
Nomor 63, Tambahan Lembaran menentukan besarnya jumlah Surat Ketetapan Pajak Lebih ketetapan pajak yang
Negara Nomor 1850); pokok pajak, jumlah kredit Bayar. menentukan besarnya jumlah
q. Kredit pajak untuk Pajak pajak, jumlah kekurangan 16. Surat Ketetapan Pajak pokok pajak, jumlah kredit
Pertambahan nilai adalah Pajak pembayaran pokok pajak, Kurang Bayar adalah surat pajak, jumlah
Masukan yang dapat besarnya sanksi administrasi, ketetapan pajak yang kekurangan pembayaran pokok
dikreditkan, dan untuk Pajak dan jumlah yang masih harus menentukan besarnya jumlah pajak, besarnya sanksi
Penghasilan adalah pajak yang dibayar. pokok pajak, jumlah kredit administrasi, dan
dibayar oleh Wajib Pajak sendiri 16. Surat Ketetapan Pajak pajak, jumlah jumlah pajak yang masih harus
ditambah dengan pajak yang Kurang Bayar Tambahan adalah kekurangan pembayaran pokok dibayar.
dipotong atau dipungut, surat ketetapan pajak pajak, besarnya sanksi 17. Surat Ketetapan Pajak
ditambah dengan pajak atas yang menentukan tambahan administrasi, dan Kurang Bayar Tambahan adalah
penghasilan yang dibayar atau atas jumlah pajak yang telah jumlah pajak yang masih harus surat ketetapan pajak
yang terutang di luar negeri, ditetapkan. dibayar. yang menentukan tambahan
yang dikurangkan dari pajak 17. Surat Ketetapan Pajak Lebih 17. Surat Ketetapan Pajak atas jumlah pajak yang telah
yang terutang; Bayar adalah surat ketetapan Kurang Bayar Tambahan adalah ditetapkan 18. Surat Ketetapan

6
r. Pekerjaan bebas adalah pajak yang surat ketetapan pajak Pajak Nihil adalah surat
pekerjaan yang dilakukan oleh menentukan jumlah kelebihan yang menentukan tambahan ketetapan pajak yang
orang pribadi yang mempunyai pembayaran pajak karena atas jumlah pajak yang telah menentukan
keahlian khusus sebagai usaha jumlah kredit pajak ditetapkan 18. Surat Ketetapan jumlah pokok pajak sama
untuk memperoleh penghasilan lebih besar daripada pajak yang Pajak Nihil adalah surat besarnya dengan jumlah kredit
yang tidak terikat oleh suatu terutang atau tidak seharusnya ketetapan pajak yang pajak atau pajak
hubungan kerja; terutang. menentukan tidak terutang dan tidak ada
s. Pemeriksaan adalah 18. Surat Ketetapan Pajak Nihil jumlah pokok pajak sama kredit pajak.
serangkaian kegiatan untuk adalah surat ketetapan pajak besarnya dengan jumlah kredit 19. Surat Ketetapan Pajak Lebih
mencari, mengumpulkan,dan yang menentukan pajak atau pajak Bayar adalah surat ketetapan
mengolah data dan/atau jumlah pokok pajak sama tidak terutang dan tidak ada pajak yang
keterangan lainnya dalam besarnya dengan jumlah kredit kredit pajak. menentukan jumlah kelebihan
rangka pengawasan pajak atau pajak 19. Surat Ketetapan Pajak Lebih pembayaran pajak karena
kepatuhan pemenuhan tidak terutang dan tidak ada Bayar adalah surat ketetapan jumlah kredit
kewajiban perpajakan kredit pajak. pajak yang pajak lebih besar daripada pajak
berdasarkan ketentuan 19. Surat Tagihan Pajak adalah menentukan jumlah kelebihan yang terutang atau seharusnya
peraturan perundang-undangan surat untuk melakukan tagihan pembayaran pajak karena tidak
perpajakan; pajak dan atau jumlah kredit terutang.
t. Surat ketetapan pajak adalah sanksi administrasi berupa pajak lebih besar daripada pajak 20. Surat Tagihan Pajak adalah
surat ketetapan berupa Surat bunga dan atau denda. yang terutang atau seharusnya surat untuk melakukan tagihan
Ketetapan Pajak Kurang Bayar 20. Surat Paksa adalah surat tidak pajak dan/atau
atau disingkat SKPKB, Surat perintah membayar utang pajak terutang. sanksi administrasi berupa
Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan biaya penagihan 20. Surat Tagihan Pajak adalah bunga dan/atau denda.
Tambahan atau disingkat pajak. surat untuk melakukan tagihan 21. Surat Paksa adalah surat
SKPKBT, Surat Ketetapan Pajak 21. Kredit pajak untuk Pajak pajak dan/atau perintah membayar utang pajak
Lebih Bayar atau disingkat Pertambahan Nilai adalah Pajak sanksi administrasi berupa dan biaya
SKPLB, Surat Ketetapan Pajak Masukan yang dapat bunga dan/atau denda. penagihan pajak.
Nihil atau disingkat SKPN; dikreditkan setelah dikurangi 21. Surat Paksa adalah surat 22. Kredit Pajak untuk Pajak
u. Penanggung Pajak adalah dengan pengembalian perintah membayar utang pajak Penghasilan adalah pajak yang
orang pribadi atau badan yang pendahuluan kelebihan dan biaya dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
bertanggung jawab pajak atau setelah dikurangi penagihan pajak. ditambah dengan pokok pajak
2. Undang-Undang Nomor 6 dengan pajak yang telah 22. Kredit Pajak untuk Pajak yang terutang dalam Surat
TAHUN 1983 tentang Ketentuan dikompensasikan, Penghasilan adalah pajak yang Tagihan Pajak karena Pajak
Umum dan Tata Cara yang dikurangkan dari pajak dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Penghasilan dalam tahun
Perpajakan (Lembaran Negara yang terutang. ditambah dengan pokok pajak berjalan tidak
Tahun 1983 Nomor 49, 22. Kredit pajak untuk Pajak yang terutang dalam Surat atau kurang dibayar, ditambah
Tambahan Lembaran Negara Penghasilan adalah pajak yang Tagihan Pajak karena Pajak dengan pajak yang dipotong
Nomor 3262); Susunan Dalam dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Penghasilan dalam tahun atau dipungut,
Satu Naskah Undang-Undang ditambah dengan pokok pajak berjalan tidak ditambah dengan pajak atas
Ketentuan Umum Dan Tata Cara yang terutang dalam Surat atau kurang dibayar, ditambah penghasilan yang dibayar atau
Perpajakan Susunan
Dalam Satu Tagihan Pajak karena Pajak dengan pajak yang dipotong terutang di luar
Naskah atas pembayaran pajak, Penghasilan dalam tahun atau dipungut, negeri, dikurangi dengan
termasuk wakil yang berjalan tidak atau kurang ditambah dengan pajak atas pengembalian pendahuluan
menjalankan hak dan memenuhi dibayar, ditambah dengan pajak penghasilan yang dibayar atau kelebihan pajak, yang
kewajiban Wajib Pajak menurut yang dipotong atau dipungut, terutang di luar dikurangkan dari pajak yang
ketentuan peraturan ditambah dengan pajak negeri, dikurangi dengan terutang.

7
perundang-undangan atas penghasilan yang dibayar pengembalian pendahuluan 23. Kredit Pajak untuk Pajak
perpajakan; atau terutang di luar negeri, kelebihan pajak, yang Pertambahan Nilai adalah Pajak
v. Pembukuan adalah suatu dikurangi dengan dikurangkan dari pajak yang Masukan yang dapat
proses pencatatan yang pengembalian pendahuluan terutang. dikreditkan setelah dikurangi
dilakukan secara teratur kelebihan pajak, yang 23. Kredit Pajak untuk Pajak dengan pengembalian
untuk mengumpulkan data dan dikurangkan dari pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak pendahuluan kelebihan
informasi yang meliputi keadaan yang terutang. Masukan yang dapat pajak atau setelah dikurangi
harta, kewajiban atau utang 23. Pekerjaan bebas adalah dikreditkan setelah dikurangi dengan pajak yang telah
modal, penghasilan dan biaya pekerjaan yang dilakukan oleh dengan pengembalian dikompensasikan,
serta jumlah harga orang pribadi yang pendahuluan kelebihan yang dikurangkan dari pajak
perolehan dan penyerahan mempunyai keahlian khusus pajak atau setelah dikurangi yang terutang.
barang atau jasa yang terutang sebagai usaha untuk dengan pajak yang telah 24. Pekerjaan bebas adalah
maupun yangtidak terutang memperoleh penghasilan dikompensasikan, pekerjaan yang dilakukan oleh
Pajak Pertambahan Nilai, yang yang tidak terikat oleh suatu yang dikurangkan dari pajak orang pribadi yang
dikenakan Pajak Pertambahan hubungan kerja. yang terutang. mempunyai keahlian khusus
Nilai dengan tarif 0 % (nol 24. Pemeriksaan adalah 24. Pekerjaan bebas adalah sebagai usaha untuk
persen) dan yang dikenakan serangkaian kegiatan untuk pekerjaan yang dilakukan oleh memperoleh penghasilan
Pajak Penjualan Atas mencari, mengumpulkan, orang pribadi yang yang tidak terikat oleh suatu
Barang Mewah yang ditutup mengolah data dan atau mempunyai keahlian khusus hubungan kerja.
dengan menyusun laporan keterangan lainnya untuk sebagai usaha untuk 25. Pemeriksaan adalah
keuangan berupa neraca dan menguji kepatuhan memperoleh penghasilan serangkaian kegiatan
perhitungan rugi laba pada pemenuhan kewajiban yang tidak terikat oleh suatu menghimpun dan mengolah
setiap Tahun Pajak berakhir; perpajakan dan untuk tujuan hubungan kerja. data, keterangan, dan/atau
w. Penelitian adalah lain dalam rangka 25. Pemeriksaan adalah bukti yang dilaksanakan secara
serangkaian kegiatan yang melaksanakan ketentuan serangkaian kegiatan objektif
dilakukan untuk menilai peraturan perundang-undangan menghimpun dan mengolah dan profesional berdasarkan
kelengkapan pengisian Surat perpajakan. data, keterangan, dan/atau suatu standar pemeriksaan
Pemberitahuan dan lampiran- 25. Penanggung Pajak adalah bukti yang dilaksanakan secara untuk menguji
lampirannya termasuk penilaian orang pribadi atau badan yang objektif kepatuhan pemenuhan
tentang kebenaran penulisan bertanggung jawab dan profesional berdasarkan kewajiban perpajakan dan/atau
dan penghitungannya; atas pembayaran pajak, suatu standar pemeriksaan untuk tujuan lain
x. Penyidikan tindak pidana di termasuk wakil yang untuk menguji dalam rangka melaksanakan
bidang perpajakan adalah menjalankan hak dan memenuhi kepatuhan pemenuhan ketentuan peraturan
serangkaian tindakan yang kewajiban Wajib Pajak menurut kewajiban perpajakan dan/atau perundang-undangan
dilakukan oleh Penyidik untuk ketentuan peraturan untuk tujuan lain perpajakan.
mencari serta mengumpulkan perundang-undangan dalam rangka melaksanakan 26. Bukti Permulaan adalah
bukti yang dengan bukti itu perpajakan. ketentuan peraturan keadaan, perbuatan, dan/atau
membuat terang tindak pidana 26. Pembukuan adalah suatu perundang-undangan bukti berupa
di bidang perpajakan yang proses pencatatan yang perpajakan. keterangan, tulisan, atau benda
terjadi serta menemukan dilakukan secara teratur 26. Bukti Permulaan adalah yang dapat memberikan
tersangkanya; untuk mengumpulkan data dan keadaan, perbuatan, dan/atau petunjuk adanya
y. Surat Keputusan Pembetulan informasi keuangan yang bukti berupa dugaan kuat bahwa sedang atau
adalah surat keputusan untuk meliputi harta, keterangan, tulisan, atau benda telah terjadi suatu tindak pidana
membetulkan kesalahan tulis, kewajiban, modal, penghasilan yang dapat memberikan di bidang
kesalahan hitung dan/atau dan biaya, serta jumlah harga petunjuk adanya perpajakan yang dilakukan oleh
kekeliruan dalam penerapan perolehan dugaan kuat bahwa sedang atau siapa saja yang dapat

8
ketentuan peraturan dan penyerahan barang atau telah terjadi suatu tindak pidana menimbulkan kerugian
perundang-undangan jasa, yang ditutup dengan di bidang pada pendapatan negara.
perpajakan yang terdapat dalam menyusun laporan perpajakan yang dilakukan oleh 27. Pemeriksaan Bukti
surat ketetapan pajak atau Surat keuangan berupa neraca dan siapa saja yang dapat Permulaan adalah pemeriksaan
Tagihan Pajak; laporan laba rugi pada setiap menimbulkan kerugian yang dilakukan untuk
z. Surat Keputusan Keberatan Tahun Pajak pada pendapatan negara. mendapatkan bukti permulaan
adalah surat keputusan atas berakhir. 27. Pemeriksaan Bukti tentang adanya dugaan telah
keberatan terhadap surat 27. Penelitian adalah Permulaan adalah pemeriksaan terjadi tindak
ketetapan pajak atau terhadap serangkaian kegiatan yang yang dilakukan untuk pidana di bidang perpajakan.
pemotongan atau pemungutan dilakukan untuk menilai mendapatkan bukti permulaan 28. Penanggung Pajak adalah
oleh pihak ketiga yang diajukan kelengkapan pengisian Surat tentang adanya dugaan telah orang pribadi atau badan yang
oleh Wajib Pajak; Pemberitahuan dan lampiran- terjadi tindak bertanggung jawab
aa. Putusan Banding adalah lampirannya pidana di bidang perpajakan. atas pembayaran pajak,
putusan badan peradilan pajak termasuk penilaian tentang 28. Penanggung Pajak adalah termasuk wakil yang
atas banding terhadap Surat kebenaran penulisan dan orang pribadi atau badan yang menjalankan hak dan memenuhi
Keputusan Keberatan yang penghitungannya. bertanggung jawab kewajiban Wajib Pajak sesuai
diajukan oleh Wajib Pajak.” 28. Penyidikan tindak pidana di atas pembayaran pajak, dengan ketentuan peraturan
bidang perpajakan adalah termasuk wakil yang perundangundangan
serangkaian tindakan menjalankan hak dan memenuhi perpajakan.
yang dilakukan oleh Penyidik kewajiban Wajib Pajak sesuai 29. Pembukuan adalah suatu
untuk mencari serta dengan ketentuan peraturan proses pencatatan yang
mengumpulkan bukti yang perundangundangan dilakukan secara teratur untuk
dengan bukti itu membuat perpajakan. mengumpulkan data dan
terang tindak pidana di bidang 29. Pembukuan adalah suatu informasi keuangan yang
perpajakan yang proses pencatatan yang meliputi harta, kewajiban,
terjadi serta menemukan dilakukan secara teratur untuk modal, penghasilan dan biaya,
tersangkanya. mengumpulkan data dan serta jumlah harga perolehan
29. Surat Keputusan informasi keuangan yang dan penyerahan
Pembetulan adalah surat meliputi harta, kewajiban, barang atau jasa, yang ditutup
keputusan yang membetulkan modal, penghasilan dan biaya, dengan menyusun laporan
kesalahan tulis, kesalahan serta jumlah harga perolehan keuangan berupa
hitung, dan atau kekeliruan dan penyerahan neraca, dan laporan laba rugi
penerapan ketentuan barang atau jasa, yang ditutup untuk periode Tahun Pajak
tertentu dalam peraturan dengan menyusun laporan tersebut.
perundang-undangan keuangan berupa 30. Penelitian adalah
perpajakan yang terdapat neraca, dan laporan laba rugi serangkaian kegiatan yang
dalam surat ketetapan pajak, untuk periode Tahun Pajak dilakukan untuk menilai
Surat Tagihan Pajak, Surat tersebut. kelengkapan pengisian Surat
Keputusan 30. Penelitian adalah Pemberitahuan dan lampiran-
Keberatan, Surat Keputusan serangkaian kegiatan yang lampirannya
Pengurangan atau Penghapusan dilakukan untuk menilai termasuk penilaian tentang
Sanksi kelengkapan pengisian Surat kebenaran penulisan dan
Administrasi, Surat Keputusan Pemberitahuan dan lampiran- penghitungannya.
Pengurangan atau Pembatalan lampirannya 31. Penyidikan tindak pidana di
Ketetapan termasuk penilaian tentang bidang perpajakan adalah
Pajak yang tidak benar, atau kebenaran penulisan dan serangkaian tindakan

9
Surat Keputusan Pengembalian penghitungannya. yang dilakukan oleh penyidik
Pendahuluan 31. Penyidikan tindak pidana di untuk mencari serta
Kelebihan Pajak. bidang perpajakan adalah mengumpulkan bukti yang
30. Surat Keputusan Keberatan serangkaian tindakan dengan bukti itu membuat
adalah surat keputusan atas yang dilakukan oleh penyidik terang tindak pidana di bidang
keberatan terhadap untuk mencari serta perpajakan yang
surat ketetapan pajak atau mengumpulkan bukti yang terjadi serta menemukan
terhadap pemotongan atau dengan bukti itu membuat tersangkanya.
pemungutan oleh terang tindak pidana di bidang 32. Penyidik adalah pejabat
pihak ketiga yang diajukan oleh perpajakan yang Pegawai Negeri Sipil tertentu di
Wajib Pajak. terjadi serta menemukan lingkungan
31. Putusan Banding adalah tersangkanya. Direktorat Jenderal Pajak yang
putusan badan peradilan pajak 32. Penyidik adalah pejabat diberi wewenang khusus sebagai
atas banding Pegawai Negeri Sipil tertentu di penyidik
terhadap Surat Keputusan lingkungan untuk melakukan penyidikan
Keberatan yang diajukan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang tindak pidana di bidang
Wajib Pajak. diberi wewenang khusus perpajakan sesuai
32. Surat Keputusan sebagai penyidik dengan ketentuan peraturan
Pengembalian Pendahuluan untuk melakukan penyidikan perundang-undangan.
Kelebihan Pajak adalah surat tindak pidana di bidang 33. Surat Keputusan Pembetulan
keputusan yang menentukan perpajakan sesuai adalah surat keputusan yang
jumlah pengembalian dengan ketentuan peraturan membetulkan
pendahuluan kelebihan perundang-undangan. kesalahan tulis, kesalahan
pajak untuk Wajib Pajak 33. Surat Keputusan hitung, dan/atau kekeliruan
tertentu.” Pembetulan adalah surat penerapan ketentuan
keputusan yang membetulkan tertentu dalam peraturan
kesalahan tulis, kesalahan perundang-undangan
hitung, dan/atau kekeliruan perpajakan yang terdapat
penerapan ketentuan dalam surat ketetapan pajak,
tertentu dalam peraturan Surat Tagihan Pajak, Surat
perundang-undangan Keputusan
perpajakan yang terdapat Pembetulan, Surat Keputusan
dalam surat ketetapan pajak, Keberatan, Surat Keputusan
Surat Tagihan Pajak, Surat Pengurangan
Keputusan Sanksi Administrasi, Surat
Pembetulan, Surat Keputusan Keputusan Penghapusan Sanksi
Keberatan, Surat Keputusan Administrasi,
Pengurangan Surat Keputusan Pengurangan
Sanksi Administrasi, Surat Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Keputusan Pembatalan
Administrasi, Ketetapan Pajak, Surat
Surat Keputusan Pengurangan Keputusan Pengembalian
Ketetapan Pajak, Surat Pendahuluan Kelebihan
Keputusan Pembatalan Pajak, atau Surat Keputusan
Ketetapan Pajak, Surat Pemberian Imbalan Bunga.
Keputusan Pengembalian 34. Surat Keputusan Keberatan

10
Pendahuluan Kelebihan adalah surat keputusan atas
Pajak, atau Surat Keputusan keberatan terhadap
Pemberian Imbalan Bunga. surat ketetapan pajak atau
34. Surat Keputusan Keberatan terhadap pemotongan atau
adalah surat keputusan atas pemungutan oleh
keberatan terhadap pihak ketiga yang diajukan oleh
surat ketetapan pajak atau Wajib Pajak.
terhadap pemotongan atau 35. Putusan Banding adalah
pemungutan oleh putusan badan peradilan pajak
pihak ketiga yang diajukan oleh atas banding
Wajib Pajak. terhadap Surat Keputusan
35. Putusan Banding adalah Keberatan yang diajukan oleh
putusan badan peradilan pajak Wajib Pajak.
atas banding 36. Putusan Gugatan adalah
terhadap Surat Keputusan putusan badan peradilan pajak
Keberatan yang diajukan oleh atas gugatan
Wajib Pajak. terhadap hal-hal yang
36. Putusan Gugatan adalah berdasarkan ketentuan
putusan badan peradilan pajak peraturan perundangundangan
atas gugatan perpajakan dapat diajukan
terhadap hal-hal yang gugatan.
berdasarkan ketentuan 37. Putusan Peninjauan Kembali
peraturan perundangundangan adalah putusan Mahkamah
perpajakan dapat diajukan Agung atas
gugatan. permohonan peninjauan
37. Putusan Peninjauan Kembali kembali yang diajukan oleh
adalah putusan Mahkamah Wajib Pajak atau oleh
Agung atas Direktur Jenderal Pajak terhadap
permohonan peninjauan Putusan Banding atau Putusan
kembali yang diajukan oleh Gugatan dari
Wajib Pajak atau oleh badan peradilan pajak.
Direktur Jenderal Pajak 38. Surat Keputusan
terhadap Putusan Banding atau Pengembalian Pendahuluan
Putusan Gugatan dari Kelebihan Pajak adalah surat
badan peradilan pajak. keputusan yang menentukan
38. Surat Keputusan jumlah pengembalian
Pengembalian Pendahuluan pendahuluan kelebihan
Kelebihan Pajak adalah surat pajak untuk Wajib Pajak
keputusan yang menentukan tertentu.
jumlah pengembalian 39. Surat Keputusan Pemberian
pendahuluan kelebihan Imbalan Bunga adalah surat
pajak untuk Wajib Pajak keputusan yang
tertentu. menentukan jumlah imbalan
39. Surat Keputusan Pemberian bunga yang diberikan kepada
Imbalan Bunga adalah surat Wajib Pajak.
keputusan yang 40. Tanggal dikirim adalah

11
menentukan jumlah imbalan tanggal stempel pos pengiriman,
bunga yang diberikan kepada tanggal faksimili,
Wajib Pajak. atau dalam hal disampaikan
40. Tanggal dikirim adalah secara langsung adalah tanggal
tanggal stempel pos pengiriman, pada saat surat,
tanggal faksimili, keputusan, atau putusan
atau dalam hal disampaikan disampaikan secara langsung.
secara langsung adalah tanggal 41. Tanggal diterima adalah
pada saat surat, tanggal stempel pos pengiriman,
keputusan, atau putusan tanggal faksimili,
disampaikan secara langsung. atau dalam hal diterima secara
41. Tanggal diterima adalah langsung adalah tanggal pada
tanggal stempel pos pengiriman, saat surat,
tanggal faksimili, keputusan, atau putusan
atau dalam hal diterima secara diterima secara langsung
langsung adalah tanggal pada
saat surat,
keputusan, atau putusan
diterima secara langsung
Pasal 2 Ketentuan Pasal 2 diubah dan Ketentuan Pasal 2 ayat (2), ayat Ketentuan Pasal 2 diubah Pasal 2
Setiap Wajib Pajak wajib ditambah dengan ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diubah, sehingga berbunyi sebagai (1) Setiap Wajib Pajak yang telah
mendaftarkan dirinya pada (3), ayat (4), dan ayat (5), sehingga keseluruhan berikut: memenuhi persyaratan subjektif
Direktorat Jenderal Pajak dan sehingga Pasal 2 seluruhnya Pasal 2 berbunyi sebagai berikut Pasal 2 dan objektif
kepadanya diberikan Nomor menjadi berbunyi sebagai : (1) Setiap Wajib Pajak yang telah sesuai dengan ketentuan
Pokok Wajib Pajak. berikut : “Pasal 2 memenuhi persyaratan subjektif peraturan perundang-undangan
“Pasal 2 (1) Setiap Wajib Pajak wajib dan objektif perpajakan wajib
(1) Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor sesuai dengan ketentuan mendaftarkan diri pada kantor
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal peraturan perundang-undangan Direktorat Jenderal Pajak yang
Direktorat Jenderal Pajak yang Pajak yang wilayah kerjanya perpajakan wajib wilayah
wilayah kerjanya meliputi meliputi tempat tinggal atau mendaftarkan diri pada kantor kerjanya meliputi tempat tinggal
tempat tinggal atau tempat tempat kedudukan Direktorat Jenderal Pajak yang atau tempat kedudukan Wajib
kedudukan Wajib Pajak dan Wajib Pajak dan kepadanya wilayah Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor diberikan Nomor Pokok Wajib kerjanya meliputi tempat tinggal kepadanya diberikan Nomor
Pokok Wajib Pajak. Pajak. atau tempat kedudukan Wajib Pokok Wajib Pajak.
(2) Setiap Pengusaha yang (2) Setiap Wajib Pajak sebagai Pajak dan (2) Setiap Wajib Pajak sebagai
dikenakan pajak berdasarkan Pengusaha yang dikenakan kepadanya diberikan Nomor Pengusaha yang dikenai pajak
Undang-undang Pajak pajak berdasarkan Pokok Wajib Pajak. berdasarkan
Pertambahan Nilai 1984, wajib Undang-undang Pajak (2) Setiap Wajib Pajak sebagai Undang-Undang Pajak
melaporkan usahanya pada Pertambahan Nilai 1984 dan Pengusaha yang dikenai pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
kantor Direktorat Jenderal Pajak perubahannya, wajib berdasarkan perubahannya, wajib
yang wilayah kerjanya meliputi melaporkan usahanya pada Undang-Undang Pajak melaporkan usahanya pada
tempat tinggal atau tempat kantor Direktorat Jenderal Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan kantor Direktorat Jenderal Pajak
kedudukan Pengusaha, dan yang wilayah perubahannya, wajib yang wilayah
tempat kegiatan usaha kerjanya meliputi tempat tinggal melaporkan usahanya pada kerjanya meliputi tempat tinggal
dilakukan untuk dikukuhkan atau tempat kedudukan kantor Direktorat Jenderal Pajak atau tempat kedudukan
menjadi Pengusaha Kena Pajak Pengusaha, dan yang wilayah Pengusaha, dan

12
dan kepadanya diberikan Nomor tempat kegiatan usaha kerjanya meliputi tempat tinggal tempat kegiatan usaha
Pengukuhan Pengusaha Kena dilakukan untuk dikukuhkan atau tempat kedudukan dilakukan untuk dikukuhkan
Pajak. menjadi Pengusaha Pengusaha, dan menjadi Pengusaha
(3) Direktur Jenderal Pajak Kena Pajak. tempat kegiatan usaha Kena Pajak.
dapat menetapkan tempat (3) Direktur Jenderal Pajak dilakukan untuk dikukuhkan (3) Direktur Jenderal Pajak dapat
pendaftaran dan/atau dapat menetapkan : menjadi Pengusaha menetapkan:
tempat pelaporan usaha selain a. tempat pendaftaran dan atau Kena Pajak. a. tempat pendaftaran dan/atau
yang ditetapkan pada ayat (1) tempat pelaporan usaha selain (3) Direktur Jenderal Pajak dapat tempat pelaporan usaha selain
dan ayat (2). yang menetapkan: yang
(4) Direktur Jenderal Pajak ditetapkan dalam ayat (1) dan a. tempat pendaftaran dan/atau ditetapkan pada ayat (1) dan
dapat menerbitkan Nomor ayat (2); tempat pelaporan usaha selain ayat (2); dan/atau
Pokok Wajib Pajak dan/ atau b. tempat pendaftaran pada yang b. tempat pendaftaran pada
Nomor Pengukuhan Pengusaha kantor Direktorat Jenderal Pajak ditetapkan pada ayat (1) dan kantor Direktorat Jenderal Pajak
Kena Pajak secara jabatan, yang wilayah ayat (2); dan/atau yang wilayah
apabila kerjanya meliputi tempat b. tempat pendaftaran pada kerjanya meliputi tempat tinggal
Wajib Pajak atau Pengusaha kegiatan usaha dilakukan, di kantor Direktorat Jenderal Pajak dan kantor Direktorat Jenderal
Kena Pajak tidak melaksanakan samping tempat yang wilayah Pajak
kewajibannya sebagaimana mendaftarkan diri sebagaimana kerjanya meliputi tempat tinggal yang wilayah kerjanya meliputi
dimaksud pada ayat (1) dimaksud dalam ayat (1), bagi dan kantor Direktorat Jenderal tempat kegiatan usaha
dan/atau ayat (2). Wajib Pajak dilakukan, bagi
(5) Jangka waktu pendaftaran Pajak orang pribadi pengusaha yang wilayah kerjanya meliputi Wajib Pajak orang pribadi
dan pelaporan serta tata cara tertentu. tempat kegiatan usaha pengusaha tertentu.
pendaftaran dan (4) Direktur Jenderal Pajak dilakukan, bagi (4) Direktur Jenderal Pajak
pengukuhan sebagaimana menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi menerbitkan Nomor Pokok
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), Wajib Pajak dan atau pengusaha tertentu. Wajib Pajak dan/atau
dan ayat (4) mengukuhkan Pengusaha Kena (4) Direktur Jenderal Pajak mengukuhkan Pengusaha Kena
ditetapkan oleh Direktur Pajak secara jabatan, apabila menerbitkan Nomor Pokok Pajak secara jabatan apabila
Jenderal Pajak. Wajib Pajak Wajib Pajak dan/atau Wajib Pajak
atau Pengusaha Kena Pajak mengukuhkan Pengusaha Kena atau Pengusaha Kena Pajak tidak
tidak melaksanakan Pajak secara jabatan apabila melaksanakan kewajibannya
kewajibannya sebagaimana Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan atau Pengusaha Kena Pajak dimaksud pada ayat (1)
atau ayat (2). tidak melaksanakan dan/atau ayat (2).
(5) Jangka waktu pendaftaran kewajibannya sebagaimana (4a) Kewajiban perpajakan bagi
dan pelaporan serta tata cara dimaksud pada ayat (1) Wajib Pajak yang diterbitkan
pendaftaran dan/atau ayat (2). Nomor Pokok Wajib
dan pengukuhan sebagaimana (4a) Kewajiban perpajakan bagi Pajak dan/atau yang dikukuhkan
dimaksud dalam ayat (1), ayat Wajib Pajak yang diterbitkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(2), ayat (3), Nomor Pokok Wajib secara
dan ayat (4) termasuk Pajak dan/atau yang dikukuhkan jabatan sebagaimana dimaksud
penghapusan Nomor Pokok sebagai Pengusaha Kena Pajak pada ayat (4) dimulai sejak saat
Wajib Pajak dan atau secara Wajib
pencabutan Pengukuhan jabatan sebagaimana dimaksud Pajak memenuhi persyaratan
Pengusaha Kena Pajak diatur pada ayat (4) dimulai sejak saat subjektif dan objektif sesuai
dengan Keputusan Wajib dengan ketentuan
Direktur Jenderal Pajak”. Pajak memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan

13
subjektif dan objektif sesuai perpajakan, paling lama 5 (lima)
dengan ketentuan tahun
peraturan perundang-undangan sebelum diterbitkannya Nomor
perpajakan, paling lama 5 (lima) Pokok Wajib Pajak dan/atau
tahun dikukuhkannya
sebelum diterbitkannya Nomor sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pokok Wajib Pajak dan/atau (5) Jangka waktu pendaftaran
dikukuhkannya dan pelaporan serta tata cara
sebagai Pengusaha Kena Pajak. pendaftaran dan
(5) Jangka waktu pendaftaran pengukuhan sebagaimana
dan pelaporan serta tata cara dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
pendaftaran dan ayat (3), dan ayat
pengukuhan sebagaimana (4) termasuk penghapusan
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), Nomor Pokok Wajib Pajak
ayat (3), dan ayat dan/atau pencabutan
(4) termasuk penghapusan Pengukuhan Pengusaha Kena
Nomor Pokok Wajib Pajak Pajak diatur dengan atau
dan/atau pencabutan berdasarkan
Pengukuhan Pengusaha Kena Peraturan Menteri Keuangan.
Pajak diatur dengan atau (6) Penghapusan Nomor Pokok
berdasarkan Wajib Pajak dilakukan oleh
Peraturan Menteri Keuangan. Direktur Jenderal Pajak
(6) Penghapusan Nomor Pokok apabila:
Wajib Pajak dilakukan oleh a. diajukan permohonan
Direktur Jenderal Pajak penghapusan Nomor Pokok
apabila: Wajib Pajak oleh
a. diajukan permohonan Wajib Pajak dan/atau ahli
penghapusan Nomor Pokok warisnya apabila Wajib Pajak
Wajib Pajak oleh sudah tidak
Wajib Pajak dan/atau ahli memenuhi persyaratan subjektif
warisnya apabila Wajib Pajak dan/atau objektif sesuai dengan
sudah tidak ketentuan peraturan
memenuhi persyaratan subjektif perundang-undangan
dan/atau objektif sesuai dengan perpajakan;
ketentuan peraturan b. Wajib Pajak badan dilikuidasi
perundang-undangan karena penghentian atau
perpajakan; penggabungan usaha;
b. Wajib Pajak badan dilikuidasi c. Wajib Pajak bentuk usaha
karena penghentian atau tetap menghentikan kegiatan
penggabungan usaha; usahanya di
c. Wajib Pajak bentuk usaha Indonesia; atau
tetap menghentikan kegiatan d. dianggap perlu oleh Direktur
usahanya di Jenderal Pajak untuk
Indonesia; atau menghapuskan
d. dianggap perlu oleh Direktur Nomor Pokok Wajib Pajak dari
Jenderal Pajak untuk Wajib Pajak yang sudah tidak

14
menghapuskan memenuhi
Nomor Pokok Wajib Pajak dari persyaratan subjektif dan/atau
Wajib Pajak yang sudah tidak objektif sesuai dengan
memenuhi ketentuan
persyaratan subjektif dan/atau peraturan perundang-undangan
objektif sesuai dengan perpajakan.
ketentuan (7) Direktur Jenderal Pajak
peraturan perundang-undangan setelah melakukan pemeriksaan
perpajakan. harus memberikan
(7) Direktur Jenderal Pajak keputusan atas permohonan
setelah melakukan pemeriksaan penghapusan Nomor Pokok
harus memberikan Wajib Pajak dalam
keputusan atas permohonan jangka waktu 6 (enam) bulan
penghapusan Nomor Pokok untuk Wajib Pajak orang pribadi
Wajib Pajak dalam atau 12 (dua belas)
jangka waktu 6 (enam) bulan bulan untuk Wajib Pajak badan,
untuk Wajib Pajak orang pribadi sejak tanggal permohonan
atau 12 (dua belas) diterima secara
bulan untuk Wajib Pajak badan, lengkap.
sejak tanggal permohonan (8) Direktur Jenderal Pajak
diterima secara karena jabatan atau atas
lengkap. permohonan Wajib Pajak
(8) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pencabutan
karena jabatan atau atas pengukuhan Pengusaha Kena
permohonan Wajib Pajak Pajak.
dapat melakukan pencabutan (9) Direktur Jenderal Pajak
pengukuhan Pengusaha Kena setelah melakukan pemeriksaan
Pajak. harus memberikan
(9) Direktur Jenderal Pajak keputusan atas permohonan
setelah melakukan pemeriksaan pencabutan pengukuhan
harus memberikan Pengusaha Kena Pajak
keputusan atas permohonan dalam jangka waktu 6 (enam)
pencabutan pengukuhan bulan sejak tanggal permohonan
Pengusaha Kena Pajak diterima secara
dalam jangka waktu 6 (enam) lengkap.
bulan sejak tanggal permohonan 3. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3
diterima secara disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
lengkap. Pasal 2A yang berbunyi
3. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 sebagai berikut:
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 2A
Pasal 2A yang berbunyi Masa Pajak sama dengan 1
sebagai berikut: (satu) bulan kalender atau
Pasal 2A jangka waktu lain yang
Masa Pajak sama dengan 1 diatur dengan Peraturan
(satu) bulan kalender atau Menteri Keuangan paling lama 3
jangka waktu lain yang (tiga) bulan kalender.

15
diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan paling lama 3
(tiga) bulan kalender.

Pasal 3 Ketentuan Pasal 3 ayat (1) dan Ketentuan Pasal 3 diubah, dan Ketentuan Pasal 3 diubah Pasal 3
(1) Setiap Wajib Pajak wajib ayat (6) diubah dan ditambah di antara ayat (1) dan ayat (2) di sehingga berbunyi sebagai (1) Setiap Wajib Pajak wajib
mengisi Surat Pemberitahuan, dengan ayat (7) dan sisipkan 1 (satu) berikut: mengisi Surat Pemberitahuan
menandatangani, dan ayat (8), sehingga Pasal 3 ayat yaitu ayat (1a), serta di Pasal 3 dengan benar,
menyampaikannya ke Direktorat seluruhnya menjadi berbunyi antara ayat (5) dan ayat (6) di (1) Setiap Wajib Pajak wajib lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Jenderal Pajak dalam wilayah sebagai berikut : sisipkan 1 (satu) ayat mengisi Surat Pemberitahuan Indonesia dengan menggunakan
Wajib Pajak bertempat tinggal “Pasal 3 yaitu ayat (5a), sehingga dengan benar, huruf
atau berkedudukan. (1) Setiap Wajib Pajak wajib keseluruhan Pasal 3 berbunyi lengkap, dan jelas, dalam Latin, angka Arab, satuan mata
(2) Wajib Pajak sebagaimana mengisi Surat Pemberitahuan, sebagai berikut : bahasa Indonesia dengan uang Rupiah, dan
dimaksud dalam ayat (1) harus menandatangani dan “Pasal 3 menggunakan huruf menandatangani serta
mengambil sendiri Surat menyampaikannya ke Kantor (1) Setiap Wajib Pajak wajib Latin, angka Arab, satuan mata menyampaikannya ke kantor
Pemberitahuan di tempat yang Direktorat Jenderal Pajak mengisi Surat Pemberitahuan uang Rupiah, dan Direktorat Jenderal Pajak
ditentukan oleh Direktorat tempat Wajib Pajak dalam bahasa menandatangani serta tempat Wajib Pajak
Jenderal Pajak.(3) Batas waktu terdaftar atau dikukuhkan atau Indonesia dengan menggunakan menyampaikannya ke kantor terdaftar atau dikukuhkan atau
penyampaian Surat tempat lain yang ditentukan huruf Latin, angka Arab, satuan Direktorat Jenderal Pajak tempat lain yang ditetapkan
Pemberitahuan adalah : oleh Direktur mata uang tempat Wajib Pajak oleh Direktur
a. Untuk Surat Pemberitahuan Jenderal Pajak. Rupiah, dan menandatangani terdaftar atau dikukuhkan atau Jenderal Pajak.
Masa, selambat-lambatnya dua (2) Wajib Pajak sebagaimana serta menyampaikannya ke tempat lain yang ditetapkan (1a) Wajib Pajak yang telah
puluh hari setelah akhir Masa dimaksud pada ayat (1) harus kantor Direktorat oleh Direktur mendapat izin Menteri
Pajak; mengambil sendiri Surat Jenderal Pajak tempat Wajib Jenderal Pajak. Keuangan untuk
b. Untuk Surat Pemberitahuan Pemberitahuan di tempat yang Pajak terdaftar atau dikukuhkan. (1a) Wajib Pajak yang telah menyelenggarakan pembukuan
Tahunan, selambat-lambatnya ditentukan oleh Direktorat (1a) Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri dengan menggunakan bahasa
tiga bulan setelah akhir Tahun Jenderal Pajak. mendapat izin Menteri Keuangan untuk asing dan
Pajak. (3) Batas waktu penyampaian Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan mata uang selain Rupiah, wajib
(4) Direktur Jenderal Pajak atas Surat Pemberitahuan adalah : menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa menyampaikan Surat
permohonan wajib Pajak dapat a. untuk Surat Pemberitahuan dengan menggunakan bahasa asing dan Pemberitahuan dalam
memperpanjang Masa, selambat-lambatnya dua asing dan mata uang selain Rupiah, wajib bahasa Indonesia dengan
jangka waktu penyampaian Surat puluh hari setelah akhir Masa mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat menggunakan satuan mata uang
Pemberitahuan Tahunan Pajak; menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam selain Rupiah yang diizinkan,
sebagaimana dimaksud b. untuk Surat Pemberitahuan Pemberitahuan bahasa Indonesia dengan yang pelaksanaannya diatur
dalam ayat (3) huruf b. Tahunan, selambat-lambatnya dalam bahasa Indonesia dan menggunakan satuan mata uang dengan atau berdasarkan
(5) Permohonan sebagaimana tiga bulan setelah akhir Tahun mata uang selain Rupiah yang selain Rupiah yang diizinkan, Peraturan Menteri Keuangan.
yang bersangkutan. Pajak. diizinkan, yang pelaksanaannya yang pelaksanaannya diatur (1b) Penandatanganan
(4) Direktur Jenderal Pajak atas diatur dengan Keputusan dengan atau berdasarkan sebagaimana dimaksud pada
permohonan Wajib Pajak dapat Menteri Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan. ayat (1) dapat dilakukan
memperpanjang jangka waktu (2) Wajib Pajak sebagaimana (1b) Penandatanganan secara biasa, dengan tanda
penyampaian Surat dimaksud dalam ayat (1) dan sebagaimana dimaksud pada tangan stempel, atau tanda
Pemberitahuan Tahunan ayat (1a) harus mengambil ayat (1) dapat dilakukan tangan elektronik atau digital,
sebagaimana dimaksud pada sendiri Surat Pemberitahuan di secara biasa, dengan tanda yang semuanya mempunyai
ayat (3) huruf b. tempat yang ditetapkan oleh tangan stempel, atau tanda kekuatan hukum yang sama,
(5) Permohonan sebagaimana Direktur Jenderal Pajak. tangan elektronik atau digital, yang tata cara pelaksanaannya

16
dimaksud pada ayat (4) diajukan (3) Batas waktu penyampaian yang semuanya mempunyai diatur dengan atau berdasarkan
secara tertulis disertai Surat Surat Pemberitahuan adalah : kekuatan hukum yang sama, Peraturan Menteri Keuangan.
Pernyataan mengenai a. untuk Surat Pemberitahuan yang tata cara pelaksanaannya (2) Wajib Pajak sebagaimana
penghitungan sementara pajak Masa, paling lambat 20 (dua diatur dengan atau berdasarkan dimaksud pada ayat (1) dan ayat
terutang dalam satu Tahun puluh) hari setelah akhir Masa Peraturan Menteri Keuangan. (1a) mengambil sendiri Surat
Pajak dan bukti pelunasan Pajak; (2) Wajib Pajak sebagaimana Pemberitahuan di tempat yang
kekurangan pembayaran pajak b. untuk Surat Pemberitahuan dimaksud pada ayat (1) dan ayat ditetapkan oleh Direktur
yang terutang Tahunan, paling lambat 3 (tiga) (1a) mengambil sendiri Surat Jenderal Pajak atau mengambil
(6) Direktur Jenderal Pajak bulan setelah akhir Tahun Pajak. Pemberitahuan di tempat yang dengan cara lain yang tata cara
menetapkan bentuk dan isi (4) Direktur Jenderal Pajak atas ditetapkan oleh Direktur pelaksanaannya diatur
Surat Pemberitahuan serta permohonan Wajib Pajak dapat Jenderal Pajak atau mengambil dengan atau berdasarkan
keterangan dan dokumen yang memperpanjang jangka waktu dengan cara lain yang tata cara Peraturan Menteri Keuangan.
harus dilampirkan. penyampaian Surat pelaksanaannya diatur (3) Batas waktu penyampaian
(7) Surat pemberitahuan Pemberitahuan Tahunan dengan atau berdasarkan Surat Pemberitahuan adalah:
dianggap tidak disampaikan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan. a. untuk Surat Pemberitahuan
apabila tidak atau tidak ayat (3) huruf b untuk paling (3) Batas waktu penyampaian Masa, paling lama 20 (dua
sepenuhnya dilampiri lama 6 (enam) bulan. Surat Pemberitahuan adalah: puluh) hari setelah akhir Masa
keterangan dan dokumen (5) Permohonan sebagaimana a. untuk Surat Pemberitahuan Pajak;
sebagaimana dimaksud dimaksud dalam ayat (4) Masa, paling lama 20 (dua b. untuk Surat Pemberitahuan
pada ayat (6). diajukan secara tertulis puluh) hari setelah akhir Masa Tahunan Pajak Penghasilan
(8) Dikecualikan dari kewajiban disertai Surat Pernyataan Pajak; Wajib Pajak orang pribadi, paling
sebagaimana dimaksud pada mengenai penghitungan b. untuk Surat Pemberitahuan lama 3 (tiga) bulan setelah akhir
ayat (1) adalah sementara pajak terutang Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak; atau
Wajib Pajak-Pajak Penghasilan dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Wajib Pajak orang pribadi, c. untuk Surat Pemberitahuan
tertentu yang ditetapkan oleh bukti pelunasan kekurangan paling lama 3 (tiga) bulan Tahunan Pajak Penghasilan
Menteri keuangan”. pembayaran setelah akhir Tahun Pajak; atau Wajib Pajak
pajak yang terutang. c. untuk Surat Pemberitahuan badan, paling lama 4 (empat)
(5a) Apabila Surat Tahunan Pajak Penghasilan bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Pemberitahuan tidak Wajib Pajak (3a) Wajib Pajak dengan kriteria
disampaikan sesuai batas waktu badan, paling lama 4 (empat) tertentu dapat melaporkan
sebagaimana dimaksud dalam bulan setelah akhir Tahun Pajak. beberapa Masa Pajak dalam 1
ayat (3) atau batas waktu (3a) Wajib Pajak dengan kriteria (satu) Surat Pemberitahuan
perpanjangan penyampaian tertentu dapat melaporkan Masa.
Surat Pemberitahuan Tahunan beberapa Masa Pajak dalam 1 (3b) Wajib Pajak dengan kriteria
sebagaimana dimaksud dalam (satu) Surat Pemberitahuan tertentu dan tata cara pelaporan
ayat (4), diterbitkan Surat Masa. sebagaimana
Teguran. (3b) Wajib Pajak dengan kriteria dimaksud pada ayat (3a) diatur
(6) Bentuk dan isi Surat tertentu dan tata cara dengan atau berdasarkan
Pemberitahuan serta pelaporan sebagaimana Peraturan Menteri Keuangan.
keterangan dan atau dokumen dimaksud pada ayat (3a) diatur (3c) Batas waktu dan tata cara
yang harus dilampirkan dengan atau berdasarkan pelaporan atas pemotongan dan
ditetapkan dengan Keputusan Peraturan Menteri Keuangan. pemungutan pajak yang
Menteri Keuangan. (3c) Batas waktu dan tata cara dilakukan oleh bendahara
(7) Surat Pemberitahuan pelaporan atas pemotongan dan pemerintah dan badan tertentu
dianggap tidak disampaikan pemungutan pajak yang diatur dengan atau berdasarkan
apabila tidak ditandatangani dilakukan oleh bendahara Peraturan Menteri Keuangan.

17
sebagaimana dimaksud dalam pemerintah dan badan tertentu (4) Wajib Pajak dapat
ayat (1) atau tidak sepenuhnya diatur dengan atau berdasarkan memperpanjang jangka waktu
dilampiri keterangan dan atau Peraturan Menteri Keuangan. penyampaian Surat
dokumen sebagaimana (4) Wajib Pajak dapat Pemberitahuan Tahunan Pajak
dimaksud dalam ayat (6). memperpanjang jangka waktu Penghasilan sebagaimana
(8) Dikecualikan dari kewajiban penyampaian Surat dimaksud pada ayat
sebagaimana dimaksud dalam Pemberitahuan Tahunan Pajak (3) untuk paling lama 2 (dua)
ayat (1) adalah Wajib Pajak Penghasilan sebagaimana bulan dengan cara
Penghasilan tertentu yang dimaksud pada ayat menyampaikan pemberitahuan
ditetapkan dengan Keputusan (3) untuk paling lama 2 (dua) secara tertulis atau dengan cara
Menteri keuangan”. bulan dengan cara lain kepada Direktur Jenderal
menyampaikan pemberitahuan Pajak yang
secara tertulis atau dengan cara ketentuannya diatur dengan
lain kepada Direktur Jenderal atau berdasarkan Peraturan
Pajak yang Menteri Keuangan.
ketentuannya diatur dengan (5) Pemberitahuan sebagaimana
atau berdasarkan Peraturan dimaksud pada ayat (4) harus
Menteri Keuangan. disertai dengan
(5) Pemberitahuan sebagaimana penghitungan sementara pajak
dimaksud pada ayat (4) harus yang terutang dalam 1 (satu)
disertai dengan Tahun Pajak dan
penghitungan sementara pajak Surat Setoran Pajak sebagai
yang terutang dalam 1 (satu) bukti pelunasan kekurangan
Tahun Pajak dan pembayaran pajak
Surat Setoran Pajak sebagai yang terutang, yang
bukti pelunasan kekurangan ketentuannya diatur dengan
pembayaran pajak atau berdasarkan Peraturan
yang terutang, yang Menteri Keuangan.
ketentuannya diatur dengan (5a) Apabila Surat
atau berdasarkan Peraturan Pemberitahuan tidak
Menteri Keuangan. disampaikan sesuai batas waktu
(5a) Apabila Surat sebagaimana dimaksud pada
Pemberitahuan tidak ayat (3) atau batas waktu
disampaikan sesuai batas waktu perpanjangan
sebagaimana dimaksud pada penyampaian Surat
ayat (3) atau batas waktu Pemberitahuan Tahunan
perpanjangan sebagaimana dimaksud pada
penyampaian Surat ayat (4), dapat diterbitkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Teguran.
sebagaimana dimaksud pada (6) Bentuk dan isi Surat
ayat (4), dapat diterbitkan Surat Pemberitahuan serta
Teguran. keterangan dan/atau dokumen
(6) Bentuk dan isi Surat yang harus dilampirkan, dan
Pemberitahuan serta cara yang digunakan untuk
keterangan dan/atau dokumen menyampaikan
yang harus dilampirkan, dan Surat Pemberitahuan diatur

18
cara yang digunakan untuk dengan atau berdasarkan
menyampaikan Peraturan Menteri
Surat Pemberitahuan diatur Keuangan.
dengan atau berdasarkan (7) Surat Pemberitahuan
Peraturan Menteri dianggap tidak disampaikan
Keuangan. apabila:
(7) Surat Pemberitahuan a. Surat Pemberitahuan tidak
dianggap tidak disampaikan ditandatangani sebagaimana
apabila: dimaksud
a. Surat Pemberitahuan tidak pada ayat (1);
ditandatangani sebagaimana b. Surat Pemberitahuan tidak
dimaksud sepenuhnya dilampiri
pada ayat (1); keterangan dan/atau
b. Surat Pemberitahuan tidak dokumen sebagaimana
sepenuhnya dilampiri dimaksud pada ayat (6);
keterangan dan/atau c. Surat Pemberitahuan yang
dokumen sebagaimana menyatakan lebih bayar
dimaksud pada ayat (6); disampaikan
c. Surat Pemberitahuan yang setelah 3 (tiga) tahun sesudah
menyatakan lebih bayar berakhirnya Masa Pajak, bagian
disampaikan Tahun
setelah 3 (tiga) tahun sesudah Pajak atau Tahun Pajak, dan
berakhirnya Masa Pajak, bagian Wajib Pajak telah ditegur secara
Tahun tertulis;
Pajak atau Tahun Pajak, dan atau
Wajib Pajak telah ditegur secara d. Surat Pemberitahuan
tertulis; disampaikan setelah Direktur
atau Jenderal Pajak
d. Surat Pemberitahuan melakukan pemeriksaan atau
disampaikan setelah Direktur menerbitkan surat ketetapan
Jenderal Pajak pajak.
melakukan pemeriksaan atau (7a) Apabila Surat
menerbitkan surat ketetapan Pemberitahuan dianggap tidak
pajak. disampaikan sebagaimana
(7a) Apabila Surat dimaksud pada ayat (7), Direktur
Pemberitahuan dianggap tidak Jenderal Pajak wajib
disampaikan sebagaimana memberitahukan
dimaksud pada ayat (7), Direktur kepada Wajib Pajak.
Jenderal Pajak wajib (8) Dikecualikan dari kewajiban
memberitahukan sebagaimana dimaksud pada
kepada Wajib Pajak. ayat (1) adalahWajib Pajak Pajak
(8) Dikecualikan dari kewajiban Penghasilan tertentu yang diatur
sebagaimana dimaksud pada dengan atau berdasarkan
ayat (1) adalahWajib Pajak Pajak Peraturan Menteri Keuangan
Penghasilan tertentu yang diatur
dengan atau berdasarkan

19
Peraturan Menteri Keuangan
Pasal 4 Pasal 4 Ketentuan Pasal 4 ayat (4) Ketentuan Pasal 4 diubah Pasal 4
(1) Wajib Pajak wajib mengisi dan (1) Wajib Pajak wajib mengisi diubah, dan ditambah 1 (satu) sehingga berbunyi sebagai (1) Wajib Pajak wajib mengisi
menyampaikan Surat dan menyampaikan Surat ayat yaitu ayat (5), berikut: dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan benar, Pemberitahuan dengan benar, sehingga keseluruhan Pasal 4 Pasal 4 Pemberitahuan dengan
lengkap, jelas, dan lengkap, jelas, dan berbunyi sebagai berikut : (1) Wajib Pajak wajib mengisi benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya. menandatanganinya. “Pasal 4 dan menyampaikan Surat menandatanganinya.
(2) Dalam hal wajib Pajak adalah (2) Dalam hal wajib Pajak adalah (1) Wajib Pajak wajib mengisi Pemberitahuan dengan (2) Surat Pemberitahuan Wajib
Badan, Surat Pemberitahuan Badan, Surat Pemberitahuan dan menyampaikan Surat benar, lengkap, jelas, dan Pajak badan harus
harus ditandatangani oleh harus ditandatangani oleh Pemberitahuan dengan benar, menandatanganinya. ditandatangani oleh pengurus
pengurus atau direksi. pengurus atau direksi. lengkap, jelas, dan (2) Surat Pemberitahuan Wajib atau direksi.
(3) Dalam hal Surat (3) Dalam hal Surat menandatanganinya. Pajak badan harus (3) Dalam hal Wajib Pajak
Pemberitahuan diisi dan Pemberitahuan diisi dan (2) Dalam hal Wajib Pajak ditandatangani oleh pengurus menunjuk seorang kuasa
ditandatangani oleh orang lain ditandatangani oleh orang lain adalah badan, Surat atau direksi. dengan surat kuasa khusus
bukan Wajib Pajak, harus bukan Wajib Pajak, harus Pemberitahuan harus (3) Dalam hal Wajib Pajak untuk mengisi dan
dilampiri surat kuasa khusus. dilampiri surat kuasa khusus. ditandatangani oleh pengurus menunjuk seorang kuasa menandatangani Surat
(4) Pengisian Surat (4) Pengisian Surat atau direksi. dengan surat kuasa khusus Pemberitahuan, surat kuasa
Pemberitahuan Tahunan Pajak Pemberitahuan Tahunan Pajak (3) Dalam hal Surat untuk mengisi dan khusus tersebut harus
Penghasilan oleh Wajib Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak Pemberitahuan diisi dan menandatangani Surat dilampirkan pada Surat
yang wajib melakukan yang wajib melakukan ditandatangani oleh orang lain Pemberitahuan, surat kuasa Pemberitahuan.
pembukuan harus dilengkapi pembukuan harus dilengkapi bukan Wajib Pajak, harus khusus tersebut harus (4) Surat Pemberitahuan
dengan laporan keuangan dengan laporan keuangan dilampiri surat kuasa khusus. dilampirkan pada Surat Tahunan Pajak Penghasilan
berupa neraca dan perhitungan berupa neraca dan perhitungan (4) Pengisian Surat Pemberitahuan. Wajib Pajak yang wajib
rugi laba serta keterangan- rugi laba serta keterangan- Pemberitahuan Tahunan Pajak (4) Surat Pemberitahuan menyelenggarakan pembukuan
keterangan lain yang keterangan lain yang Penghasilan oleh Wajib Tahunan Pajak Penghasilan harus dilampiri dengan laporan
diperlukan untuk menghitung diperlukan untuk menghitung Pajak yang wajib melakukan Wajib Pajak yang wajib keuangan berupa neraca dan
besarnya penghasilan kena pajak besarnya penghasilan kena pembukuan harus dilengkapi menyelenggarakan pembukuan laporan laba rugi serta
pajak dengan laporan keuangan harus dilampiri dengan laporan keterangan lain yang diperlukan
berupa neraca dan laporan laba keuangan berupa neraca dan untuk menghitung besarnya
rugi serta keterangan laporan laba rugi serta Penghasilan Kena Pajak.
keterangan lain yang diperlukan keterangan lain yang diperlukan (4a) Laporan Keuangan
untuk menghitung besarnya untuk menghitung besarnya sebagaimana dimaksud pada
Penghasilan Kena Pajak. Penghasilan Kena Pajak. ayat (4) adalah laporan
(5) Tata cara penerimaan dan (4a) Laporan Keuangan keuangan dari masing-masing
pengolahan Surat sebagaimana dimaksud pada Wajib Pajak.
Pemberitahuan diatur dengan ayat (4) adalah laporan (4b) Dalam hal laporan
Keputusan Menteri Keuangan.” keuangan dari masing-masing keuangan sebagaimana
Wajib Pajak. dimaksud pada ayat (4a) diaudit
(4b) Dalam hal laporan oleh Akuntan Publik tetapi tidak
keuangan sebagaimana dilampirkan pada Surat
dimaksud pada ayat (4a) diaudit Pemberitahuan,
oleh Akuntan Publik tetapi tidak Surat Pemberitahuan dianggap
dilampirkan pada Surat tidak lengkap dan tidak jelas,
Pemberitahuan, sehingga Surat
Surat Pemberitahuan dianggap Pemberitahuan dianggap tidak
tidak lengkap dan tidak jelas, disampaikan sebagaimana

20
sehingga Surat dimaksud dalam
Pemberitahuan dianggap tidak Pasal 3 ayat (7) huruf b.
disampaikan sebagaimana (5) Tata cara penerimaan dan
dimaksud dalam pengolahan Surat
Pasal 3 ayat (7) huruf b. Pemberitahuan diatur dengan
(5) Tata cara penerimaan dan atau berdasarkan Peraturan
pengolahan Surat Menteri Keuangan.
Pemberitahuan diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Pasal 5 Pasal 5 Pasal 5 Pasal 5 Pasal 5
Untuk menyampaikan Surat Untuk menyampaikan Surat Untuk menyampaikan Surat Untuk menyampaikan Surat Untuk menyampaikan Surat
Pemberitahuan, Direktur Jenderal Pemberitahuan, Direktur Pemberitahuan, Direktur Pemberitahuan, Direktur Pemberitahuan, Direktur
Pajak dalam hal-hal Jenderal Pajak dalam hal-hal Jenderal Pajak dalam hal-hal Jenderal Pajak dalam hal-hal Jenderal Pajak dalam hal-hal
tertentu dapat menentukan tertentu dapat menentukan tertentu dapat menentukan tertentu dapat menentukan tertentu dapat menentukan
tempat lain bukan tempat tempat lain bukan tempat tempat lain bukan tempat tempat lain bukan tempat tempat lain bukan tempat
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1) Pasal 13 ayat (1) Pasal 13 ayat (1) Pasal 13 ayat (1) Pasal 13 ayat (1)
Pasal 6 5. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) 6. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) 6. Ketentuan Pasal 6 diubah Pasal 6
(1) Surat Pemberitahuan yang diubah dan ditambah dengan dan ayat (3) diubah, sehingga sehingga berbunyi sebagai (1) Surat Pemberitahuan yang
disampaikan langsung oleh Wajib ayat (3), sehingga Pasal 6 keseluruhan Pasal 6 berikut: disampaikan langsung oleh
Pajak ke Direktorat Jenderal Pajak seluruhnya menjadi berbunyi berbunyi sebagai berikut : Wajib Pajak ke kantor
harus diberi tanggal penerimaan sebagai berikut : Pasal 6 Pasal 6 Direktorat Jenderal Pajak harus
oleh pejabat yang ditunjuk untuk Pasal 6 (1) Surat Pemberitahuan yang (1) Surat Pemberitahuan yang diberi tanggal penerimaan oleh
itu, sedangkan untuk Surat (1) Surat Pemberitahuan yang disampaikan langsung oleh disampaikan langsung oleh pejabat yang ditunjuk dan
Pemberitahuan Tahunan harus disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke kantor Wajib Pajak ke kantor kepada Wajib Pajak diberikan
diberikan juga bukti penerimaan. Wajib Pajak ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak harus Direktorat Jenderal Pajak harus bukti penerimaan.
(2) Pengiriman Surat Direktorat Jenderal Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh diberi tanggal penerimaan oleh (2) Penyampaian Surat
Pemberitahuan melalui Kantor diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang ditunjuk untuk itu, pejabat yang ditunjuk dan Pemberitahuan dapat dikirimkan
Pos dan Giro harus dilakukan pejabat yang ditunjuk untuk itu, sedangkan untuk Surat kepada Wajib Pajak diberikan melalui pos dengan
secara tercatat, dan tanda bukti sedangkan untuk Surat Pemberitahuan Tahunan harus bukti penerimaan. tanda bukti pengiriman surat
serta tanggal pengiriman Pemberitahuan Tahunan harus diberikan juga bukti (2) Penyampaian Surat atau dengan cara lain yang
dianggap sebagai tanda bukti dan diberikan juga bukti penerimaan. Pemberitahuan dapat diatur dengan atau
tanggal penerimaan. penerimaan. (2) Penyampaian Surat dikirimkan melalui pos dengan berdasarkan Peraturan Menteri
(2) Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat tanda bukti pengiriman surat Keuangan.
Pemberitahuan dapat dikirimkan melalui Kantor Pos atau dengan cara lain yang (3) Tanda bukti dan tanggal
dikirimkan melalui Kantor Pos secara tercatat atau dengan diatur dengan atau pengiriman surat untuk
dan Giro secara tercatat atau cara lain yang diatur dengan berdasarkan Peraturan Menteri penyampaian Surat
dengan cara lain yang Keputusan Direktur Keuangan. Pemberitahuan sebagaimana
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (3) Tanda bukti dan tanggal dimaksud pada ayat (2)
Jenderal Pajak. (3) Tanda bukti dan tanggal pengiriman surat untuk dianggap sebagai
(3) Tanda bukti dan tanggal pengiriman untuk penyampaian penyampaian Surat tanda bukti dan tanggal
pengiriman untuk penyampaian Surat Pemberitahuan Pemberitahuan sebagaimana penerimaan sepanjang Surat
Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam dimaksud pada ayat (2) Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sepanjang Surat dianggap sebagai tersebut telah lengkap.
ayat (2) dianggap sebagai tanda Pemberitahuan tanda bukti dan tanggal

21
bukti dan tanggal penerimaan.” tersebut telah lengkap dianggap penerimaan sepanjang Surat
sebagai tanda bukti dan tanggal Pemberitahuan
penerimaan.” tersebut telah lengkap.

Pasal 7 “Pasal 7 “Pasal 7 7. Ketentuan Pasal 7 diubah Pasal 8


Apabila Surat Pemberitahuan Apabila Surat Pemberitahuan (1) Apabila Surat Pemberitahuan sehingga berbunyi sebagai (1) Wajib Pajak dengan kemauan
tidak disampaikan atau tidak disampaikan atau tidak disampaikan dalam jangka berikut: sendiri dapat membetulkan
disampaikan tidak sesuai dengan disampaikan tidak sesuai waktu Pasal 7 Surat
batas waktu sebagaimana dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam (1) Apabila Surat Pemberitahuan Pemberitahuan yang telah
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas tidak disampaikan dalam jangka disampaikan dengan
dikenakan sanksi berupa denda Pasal 3 ayat (3), dikenakan waktu perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud menyampaikan pernyataan
administrasi sebesar Rp sanksi administrasi berupa penyampaian Surat dalam Pasal 3 ayat (3) atau tertulis, dengan syarat Direktur
10.000,00 (sepuluh ribu rupiah). denda untuk Surat Pemberitahuan sebagaimana batas waktu perpanjangan Jenderal Pajak belum melakukan
Pemberitahuan Masa sebesar dimaksud dalam Pasal 3 penyampaian Surat tindakan pemeriksaan.
Rp 25.000,00 (dua puluh lima ayat (4), dikenakan sanksi Pemberitahuan sebagaimana (1a) Dalam hal pembetulan
ribu rupiah) dan untuk Surat administrasi berupa denda dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Surat Pemberitahuan
Pemberitahuan Tahunan sebesar Rp50.000,00 dikenai sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada
sebesar Rp. 50.000,00 (lima (lima puluh ribu rupiah) untuk berupa denda sebesar ayat (1) menyatakan rugi atau
puluh ribu rupiah)”. Surat Pemberitahuan Masa dan Rp500.000,00 (lima ratus ribu lebih bayar, pembetulan Surat
sebesar Rp100.000,00 (seratus rupiah) untuk Surat Pemberitahuan harus
ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak disampaikan paling lama 2 (dua)
Pemberitahuan Tahunan (2) Pertambahan Nilai, Rp tahun sebelum daluwarsa
Pengenaan sanksi administrasi 100.000,00 (seratus ribu rupiah) penetapan.
berupa denda sebagaimana untuk Surat Pemberitahuan (2) Dalam hal Wajib Pajak
dimaksud dalam ayat (1) tidak Masa lainnya, dan sebesar membetulkan sendiri Surat
dilakukan terhadap Wajib Pajak Rp1.000.000,00 (satu juta Pemberitahuan Tahunan
tertentu yang ditetapkan rupiah) untuk Surat yang mengakibatkan utang
dengan Keputusan Menteri Pemberitahuan Tahunan Pajak pajak menjadi lebih besar,
Keuangan.” Penghasilan Wajib Pajak badan kepadanya dikenai sanksi
serta sebesar Rp100.000,00 administrasi berupa bunga
(seratus ribu rupiah) untuk Surat sebesar 2% (dua persen) per
Pemberitahuan Tahunan Pajak bulan atas jumlah pajak yang
Penghasilan Wajib Pajak orang kurang dibayar, dihitung sejak
pribadi. saat penyampaian Surat
(2) Pengenaan sanksi Pemberitahuan berakhir sampai
administrasi berupa denda dengan tanggal pembayaran,
sebagaimana dimaksud pada dan bagian dari bulan dihitung
ayat (1) tidak dilakukan penuh 1 (satu) bulan.
terhadap: (2a) Dalam hal Wajib Pajak
a. Wajib Pajak orang pribadi membetulkan sendiri Surat
yang telah meninggal dunia; Pemberitahuan Masa yang
b. Wajib Pajak orang pribadi mengakibatkan utang pajak
yang sudah tidak melakukan menjadi lebih besar, kepadanya
kegiatan usaha atau pekerjaan dikenai sanksi administrasi
bebas; berupa bunga sebesar 2% (dua
c. Wajib Pajak orang pribadi persen) per bulan atas jumlah

22
yang berstatus sebagai warga pajak yang kurang dibayar,
negara asing yang tidak tinggal dihitung sejak jatuh tempo
lagi di Indonesia; pembayaran sampai
d. Bentuk Usaha Tetap yang dengan tanggal pembayaran,
tidak melakukan kegiatan lagi di dan bagian dari bulan dihitung
Indonesia; penuh 1 (satu)
e. Wajib Pajak badan yang tidak bulan.
melakukan kegiatan usaha lagi (3) Walaupun telah dilakukan
tetapi belum dibubarkan sesuai tindakan pemeriksaan, tetapi
dengan ketentuan yang berlaku; belum dilakukan tindakan
f. Bendahara yang tidak penyidikan mengenai adanya
melakukan pembayaran lagi; ketidakbenaran yang dilakukan
g. Wajib Pajak yang terkena Wajib Pajak sebagaimana
bencana, yang ketentuannya dimaksud dalam Pasal 38,
diatur dengan Peraturan terhadap ketidakbenaran
Menteri Keuangan; atau perbuatan Wajib Pajak tersebut
h. Wajib Pajak lain yang diatur tidak akan dilakukan penyidikan,
dengan atau berdasarkan apabila
Peraturan Menteri Keuangan. Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran
perbuatannya tersebut dengan
disertai pelunasan kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang
sebenarnya terutang beserta
sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150% (seratus
lima puluh persen) dari jumlah
pajak yang kurang dibayar.
(4) Walaupun Direktur Jenderal
Pajak telah melakukan
pemeriksaan, dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak
belum menerbitkan surat
ketetapan pajak, Wajib Pajak
dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan
tersendiri tentang
ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan yang telah
disampaikan sesuai keadaan
yang sebenarnya, yang dapat
mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus
dibayar menjadi lebih besar atau
lebih kecil;

23
b. rugi berdasarkan ketentuan
perpajakan menjadi lebih kecil
atau lebih besar;
c. jumlah harta menjadi lebih
besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih
besar atau lebih kecil
dan proses pemeriksaan tetap
dilanjutkan.
(5) Pajak yang kurang dibayar
yang timbul sebagai akibat dari
pengungkapan ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) beserta sanksi
administrasi berupa kenaikan
sebesar 50% (lima
puluh persen) dari pajak yang
kurang dibayar, harus dilunasi
oleh Wajib Pajak sebelum
laporan tersendiri dimaksud
disampaikan.
(6) Wajib Pajak dapat
membetulkan Surat
Pemberitahuan Tahunan yang
telah disampaikan, dalam hal
Wajib Pajak menerima surat
ketetapan pajak, Surat
Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan
Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali Tahun Pajak
sebelumnya atau beberapa
Tahun Pajak sebelumnya, yang
menyatakan rugi fiskal yang
berbeda dengan rugi fiskal yang
telah dikompensasikan dalam
Surat Pemberitahuan
Tahunan yang akan dibetulkan
tersebut, dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan setelah menerima
surat ketetapan pajak, Surat
Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pembetulan,
Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali, dengan

24
syarat Direktur Jenderal Pajak
belum melakukan tindakan
pemeriksaan.

Pasal 9 8. Ketentuan Pasal 9 ayat (2), “Pasal 9 9. Ketentuan Pasal 9 diubah Pasal 9
(1) Menteri Keuangan ayat (3), dan ayat (4) diubah, (1) Menteri Keuangan sehingga berbunyi sebagai (1) Menteri Keuangan
menentukan tanggal jatuh tempo sehingga Pasal 9 menentukan tanggal jatuh berikut: menentukan tanggal jatuh
pembayaran dan penyetoran seluruhnya menjadi berbunyi tempo pembayaran dan Pasal 9 tempo pembayaran dan
pajak yang terhutang untuk suatu sebagai berikut : penyetoran pajak yang terutang (1) Menteri Keuangan penyetoran pajak yang terutang
saat atau masa pajak bagi masing- Pasal 9 untuk suatu saat atau Masa menentukan tanggal jatuh untuk suatu saat atau Masa
masing jenis pajak, selambat- (1) Menteri Keuangan Pajak bagi masing-masing jenis tempo pembayaran dan Pajak bagi masing-masing jenis
lambatnya lima belas hari setelah menentukan tanggal jatuh pajak, paling lambat 15 (lima penyetoran pajak yang terutang pajak, paling lama 15 (lima
saat terhutangnya pajak atau tempo pembayaran dan belas) hari setelah saat untuk suatu saat atau Masa belas) hari setelah saat
masa pajak berakhir. penyetoran pajak yang terutang terutangnya pajak atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis terutangnya pajak atau
(2) Kekurangan pembayaran untuk suatu saat atau Masa Pajak berakhir. pajak, paling lama 15 (lima berakhirnya Masa Pajak.
pajak yang terhutang Pajak bagi masing-masing jenis (2) Kekurangan pembayaran belas) hari setelah saat (2) Kekurangan pembayaran
berdasarkan Surat pajak, selambat-lambatnya lima pajak yang terutang terutangnya pajak atau pajak yang terutang berdasarkan
Pemberitahuan Tahunan harus belas hari setelah saat berdasarkan Surat berakhirnya Masa Pajak. Surat
dibayar lunas dalam jangka waktu terutangnya pajak atau Masa Pemberitahuan Tahunan harus (2) Kekurangan pembayaran Pemberitahuan Tahunan Pajak
tiga bulan setelah Tahun Pajak Pajak berakhir. dibayar lunas paling lambat pajak yang terutang Penghasilan harus dibayar lunas
atau Bagian Tahun Pajak berakhir, (2) Kekurangan pembayaran tanggal dua puluh lima bulan berdasarkan Surat sebelum Surat Pemberitahuan
sebelum Surat Pemberitahuan itu pajak yang terutang ketiga setelah Tahun Pajak atau Pemberitahuan Tahunan Pajak Pajak Penghasilan disampaikan.
disampaikan. berdasarkan Surat Bagian Tahun Pajak berakhir, Penghasilan harus dibayar lunas (2a) Pembayaran atau
(3) Surat Tagihan Pajak, Surat Pemberitahuan Tahunan harus sebelum Surat Pemberitahuan sebelum Surat Pemberitahuan penyetoran pajak sebagaimana
Ketetapan Pajak, atau Surat dibayar lunas selambat- itu disampaikan. Pajak Penghasilan disampaikan. dimaksud pada ayat (1),
Ketetapan Pajak Tambahan lambatnya tanggal (2a) Apabila pembayaran atau (2a) Pembayaran atau yang dilakukan setelah tanggal
harus dilunasi dalam jangka dua puluh lima bulan ketiga penyetoran pajak sebagaimana penyetoran pajak sebagaimana jatuh tempo pembayaran atau
waktu satu bulan sejak tanggal setelah Tahun Pajak atau Bagian dimaksud dalam dimaksud pada ayat (1), yang penyetoran pajak, dikenai sanksi
diterbitkan. Tahun Pajak berakhir, sebelum ayat (1), atau ayat (2) dilakukan dilakukan setelah tanggal jatuh administrasi berupa bunga
(4) Direktur Jenderal Pajak atas Surat Pemberitahuan itu setelah tanggal jatuh tempo tempo pembayaran atau sebesar 2% (dua persen)
permohonan Wajib Pajak dapat disampaikan. pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi per bulan yang dihitung dari
memberikan persetujuan kepada (3) Surat Tagihan Pajak, Surat penyetoran pajak, dikenakan administrasi berupa bunga tanggal jatuh tempo
Wajib Pajak untuk mengangsur Ketetapan Pajak Kurang Bayar, sanksi administrasi berupa sebesar 2% (dua persen) pembayaran sampai dengan
atau memberikan penundaan Surat Ketetapan bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal pembayaran, dan bagian
pembayaran pajak. Pajak Kurang Bayar Tambahan, (dua persen) sebulan yang tanggal jatuh tempo dari bulan dihitung penuh 1
dan Surat Keputusan dihitung dari jatuh tempo pembayaran sampai dengan (satu) bulan.
Pembetulan, Surat Keputusan pembayaran sampai tanggal pembayaran, dan bagian (2b) Atas pembayaran atau
Keberatan, Putusan Banding dengan tanggal pembayaran, dari bulan dihitung penuh 1 penyetoran pajak sebagaimana
yang menyebabkan jumlah dan bagian dari bulan dihitung (satu) bulan. dimaksud pada ayat (2) yang
pajak yang harus dibayar penuh 1 (satu) bulan. (2b) Atas pembayaran atau dilakukan setelah tanggal jatuh
bertambah, harus dilunasi (3) Surat Tagihan Pajak, Surat penyetoran pajak sebagaimana tempo penyampaian Surat
dalam jangka waktu satu bulan Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dimaksud pada ayat (2) yang Pemberitahuan Tahunan,
sejak tanggal diterbitkan. Surat Ketetapan Pajak Kurang dilakukan setelah tanggal jatuh dikenai sanksi administrasi
(4) Direktur Jenderal Pajak atas Bayar Tambahan, dan Surat tempo penyampaian Surat berupa bunga sebesar
permohonan Wajib Pajak Keputusan Pembetulan, Surat Pemberitahuan Tahunan, 2% (dua persen) per bulan yang
setelah memenuhi persyaratan Keputusan Keberatan, Putusan dikenai sanksi administrasi dihitung mulai dari berakhirnya

25
yang ditentukan, dapat Banding, yang menyebabkan berupa bunga sebesar 2% (dua batas waktu penyampaian Surat
memberikan persetujuan jumlah pajak yang harus dibayar persen) per bulan yang dihitung Pemberitahuan Tahunan sampai
kepada Wajib bertambah, harus dilunasi mulai dari berakhirnya batas dengan tanggal pembayaran,
Pajak untuk mengangsur atau dalam jangka waktu 1 (satu) waktu penyampaian Surat dan bagian dari bulan dihitung
menunda pembayaran pajak.” bulan sejak tanggal diterbitkan. Pemberitahuan Tahunan sampai penuh 1 (satu) bulan.
(4) Direktur Jenderal Pajak atas dengan tanggal pembayaran, (3) Surat Tagihan Pajak, Surat
permohonan Wajib Pajak dapat dan bagian dari bulan dihitung Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
memberikan persetujuan untuk penuh 1 (satu) bulan. serta Surat Ketetapan Pajak
mengangsur atau menunda (3) Surat Tagihan Pajak, Surat Kurang Bayar Tambahan, dan
pembayaran pajak termasuk Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Keputusan Keberatan,
kekurangan pembayaran serta Surat Ketetapan Pajak Surat Keputusan Pembetulan,
sebagaimana dimaksud dalam Kurang Bayar Tambahan, dan Putusan Banding, serta Putusan
ayat (2) paling lama 12 (dua Surat Keputusan Keberatan, Peninjauan Kembali, yang
belas) bulan, yang Surat Keputusan Pembetulan, menyebabkan jumlah pajak yang
pelaksanaannya ditetapkan Putusan Banding, serta Putusan harus dibayar bertambah,
dengan Keputusan Direktur Peninjauan Kembali, yang harus dilunasi dalam jangka
Jenderal Pajak.” menyebabkan jumlah pajak waktu 1 (satu) bulan sejak
yang harus dibayar bertambah, tanggal diterbitkan.
harus dilunasi dalam jangka (3a) Bagi Wajib Pajak usaha kecil
waktu 1 (satu) bulan sejak dan Wajib Pajak di daerah
tanggal diterbitkan. tertentu, jangka
(3a) Bagi Wajib Pajak usaha kecil waktu pelunasan sebagaimana
dan Wajib Pajak di daerah dimaksud pada ayat (3) dapat
tertentu, jangka waktu diperpanjang
pelunasan sebagaimana paling lama menjadi 2 (dua)
dimaksud pada ayat (3) dapat bulan yang ketentuannya diatur
diperpanjang paling lama dengan atau berdasarkan
menjadi 2 (dua) bulan yang Peraturan Menteri Keuangan.
ketentuannya diatur dengan (4) Direktur Jenderal Pajak atas
atau berdasarkan Peraturan permohonan Wajib Pajak dapat
Menteri Keuangan. memberikan persetujuan untuk
(4) Direktur Jenderal Pajak atas mengangsur atau menunda
permohonan Wajib Pajak dapat pembayaran pajak termasuk
memberikan persetujuan untuk kekurangan pembayaran
mengangsur atau menunda sebagaimana dimaksud pada
pembayaran pajak termasuk ayat (2) paling lama 12 (dua
kekurangan pembayaran belas) bulan, yang
sebagaimana dimaksud pada pelaksanaannya diatur dengan
ayat (2) paling lama 12 (dua atau berdasarkan Peraturan
belas) bulan, yang Menteri Keuangan.
pelaksanaannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

Pasal 10 Pasal 10 Pasal 10 Pasal 10 Pasal 10


(1) Wajib Pajak wajib membayar (1) Wajib Pajak wajib membayar (1) Wajib Pajak wajib membayar (1) Wajib Pajak wajib membayar (1) Wajib Pajak wajib membayar

26
atau menyetor pajak yang atau menyetor pajak yang atau menyetor pajak yang atau menyetor pajak yang atau menyetor pajak yang
terhutang di Kas Negara terhutang di Kas Negara terutang di kas negara terutang dengan menggunakan terutang dengan
atau di tempat pembayaran lain atau di tempat pembayaran lain melalui Kantor Pos dan atau Surat Setoran Pajak ke kas menggunakan Surat Setoran
yang ditunjuk oleh Menteri yang ditunjuk oleh Menteri bank badan usaha milik Negara negara melalui tempat Pajak ke kas negara melalui
Keuangan. Keuangan. atau bank badan usaha milik pembayaran yang diatur dengan tempat pembayaran
(2) Tata cara pembayaran, (2) Tata cara pembayaran, Daerah atau tempat atau berdasarkan Peraturan yang diatur dengan atau
penyetoran pajak, dan penyetoran pajak, dan pembayaran lain yang Menteri Keuangan. berdasarkan Peraturan Menteri
pelaporannya serta tata cara pelaporannya serta tata cara ditetapkan oleh Menteri (1a) Surat Setoran Pajak Keuangan. ***)
mengangsur dan menunda mengangsur dan menunda Keuangan. sebagaimana dimaksud pada (1a) Surat Setoran Pajak
pembayaran pajak diatur lebih pembayaran pajak diatur lebih (2) Tata cara pembayaran, ayat (1) berfungsi sebagai sebagaimana dimaksud pada
lanjut oleh Menteri lanjut oleh Menteri penyetoran pajak, dan bukti pembayaran pajak apabila ayat (1) berfungsi sebagai
Keuangan. Keuangan. pelaporannya serta tata cara telah disahkan oleh Pejabat bukti pembayaran pajak apabila
mengangsur dan menunda kantor penerima telah disahkan oleh Pejabat
pembayaran pajak diatur pembayaran yang berwenang kantor penerima
dengan Keputusan Menteri atau apabila telah mendapatkan pembayaran yang berwenang
Keuangan.” validasi, yang atau apabila telah mendapatkan
ketentuannya diatur dengan validasi, yang
atau berdasarkan Peraturan ketentuannya diatur dengan
Menteri Keuangan. atau berdasarkan Peraturan
(2) Tata cara pembayaran, Menteri Keuangan. ***)
penyetoran pajak, dan (2) Tata cara pembayaran,
pelaporannya serta tata penyetoran pajak, dan
cara mengangsur dan menunda pelaporannya serta tata cara
pembayaran pajak diatur mengangsur dan menunda
dengan atau pembayaran pajak diatur
berdasarkan Peraturan Menteri dengan atau berdasarkan
Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan.
***)
Pasal 11 9. Ketentuan Pasal 11 ayat (1) 11. Ketentuan Pasal 11 diubah, 11. Ketentuan Pasal 11 diubah Pasal 11
(1) Atas permohonan Wajib Pajak, dan ayat (2) diubah, sehingga sehingga keseluruhan Pasal 11 sehingga berbunyi sebagai (1) Atas permohonan Wajib
kelebihan pembayaran pajak Pasal 11 seluruhnya berbunyi sebagai berikut : berikut: Pajak, kelebihan pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam menjadi berbunyi sebagai Pasal 11 Pasal 11 pajak sebagaimana
Pasal 17 ayat (1) huruf a berikut : (1) Atas permohonan Wajib (1) Atas permohonan Wajib dimaksud dalam Pasal 17, Pasal
dikembalikan, atau apabila Pasal 11 Pajak, kelebihan pembayaran Pajak, kelebihan pembayaran 17B, Pasal 17C, atau Pasal 17D
ternyata Wajib Pajak mempunyai (1) Atas permohonan Wajib pajak sebagaimana pajak sebagaimana dikembalikan, dengan ketentuan
hutang pajak lainnya, langsung Pajak, kelebihan pembayaran dimaksud dalam Pasal 17, Pasal dimaksud dalam Pasal 17, Pasal bahwa apabila ternyata Wajib
dapat diperhitungkan untuk pajak sebagaimana 17B, atau Pasal 17C 17B, Pasal 17C, atau Pasal 17D Pajak mempunyai utang pajak,
melunasi dahulu pajak yang dimaksud dalam Pasal 17 atau dikembalikan, namun apabila dikembalikan, dengan langsung diperhitungkan untuk
terhutang. Pasal 17B dikembalikan, atau ternyata Wajib Pajak ketentuan bahwa apabila melunasi terlebih dahulu utang
(2) Pengembalian kelebihan apabila ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, ternyata Wajib Pajak pajak tersebut. ***)
pembayaran pajak sebagaimana mempunyai utang pajak, langsung diperhitungkan untuk mempunyai utangpajak, (1a) Kelebihan pembayaran
dimaksud dalam ayat langsung diperhitungkan melunasi terlebih dahulu utang langsung diperhitungkan untuk pajak sebagai akibat adanya
(1) dilakukan dalam jangka waktu untuk melunasi terlebih dahulu pajak tersebut. melunasi terlebih dahulu utang Surat Keputusan Keberatan,
satu bulan setelah Surat utang pajak tersebut. (2) Pengembalian kelebihan pajak tersebut. Surat Keputusan Pembetulan,
Keputusan kelebihan (2) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana (1a) Kelebihan pembayaran Surat Keputusan Pengurangan
Pembayaran Pajak sebagaimana pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pajak sebagai akibat adanya Sanksi Administrasi,

27
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dimaksud pada ayat (1) ayat (1) dilakukan paling lama 1 Surat Keputusan Surat Keputusan Penghapusan
huruf a ditetapkan. dilakukan dalam jangka waktu (satu) bulan sejak diterimanya Keberatan, Surat Keputusan Sanksi Administrasi, Surat
(3) Apabila pengembalian satu bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian Pembetulan, Surat Keputusan Keputusan
kelebihan pembayaran pajak permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak Pengurangan Sanksi Pengurangan Ketetapan Pajak,
dilakukan setelah jangka kelebihan pembayaran pajak sehubungan diterbitkannya Administrasi, Surat Keputusan Surat Keputusan Pembatalan
waktu satu bulan, Pemerintah sehubungan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Penghapusan Sanksi Ketetapan Pajak,
memberikan bunga sebesar 2% Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud Administrasi, Surat Keputusan dan Putusan Banding atau
(dua persen) sebulan atas Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, atau sejak Pengurangan Ketetapan Pajak, Putusan Peninjauan Kembali,
kelambatan pembayaran dalam Pasal 17 atau sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Surat Keputusan serta Surat Keputusan
kelebihan pembayaran pajak, diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana Pembatalan Ketetapan Pajak, Pemberian Imbalan Bunga
dihitung dari saat berlakunya Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B, atau dan Putusan Banding atau dikembalikan kepada Wajib
batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 B. sejak diterbitkannya Surat Putusan Peninjauan Pajak dengan ketentuan
dimaksud dalam ayat (2) sampai (3) Apabila pengembalian Keputusan Pengembalian Kembali, serta Surat Keputusan jika ternyata Wajib Pajak
dengan saat dilakukan kelebihan pembayaran pajak Pendahuluan Kelebihan Pajak Pemberian Imbalan Bunga mempunyai utang pajak,
pembayaran kelebihan. dilakukan setelah jangka sebagaimana dimaksud dalam dikembalikan kepada Wajib langsung diperhitungkan untuk
(4) Tata cara perhitungan dan waktu satu bulan, Pemerintah Pasal 17C. Pajak dengan ketentuan jika melunasi terlebih dahulu utang
pengembalian kelebihan memberikan bunga sebesar 2 % (3) Apabila pengembalian ternyata Wajib Pajak pajak tersebut. ***)
pembayaran pajak diatur lebih (dua persen) sebulan atas kelebihan pembayaran pajak mempunyai utang pajak, (2) Pengembalian kelebihan
lanjut oleh Menteri Keuangan. kelambatan pembayaran dilakukan setelah jangka langsung diperhitungkan untuk pembayaran pajak sebagaimana
kelebihan pembayaran pajak, waktu 1 (satu) bulan, melunasi terlebih dahulu utang dimaksud pada ayat (1)
dihitung dari saat berlakunya Pemerintah memberikan bunga pajak tersebut. dan ayat (1a) dilakukan paling
batas waktu sebagaimana sebesar 2% (dua (2) Pengembalian kelebihan lama 1 (satu) bulan sejak
dimaksud pada ayat (2) persen) sebulan atas pembayaran pajak sebagaimana permohonan pengembalian
sampai dengan saat dilakukan kelambatan pembayaran dimaksud pada ayat (1) dan ayat kelebihan pembayaran pajak
pembayaran kelebihan. kelebihan pembayaran pajak, (1a) dilakukan paling lama 1 diterima sehubungan dengan
(4) Tata cara penghitungan dan dihitung dari saat berlakunya (satu) bulan sejak permohonan diterbitkannya Surat
pengembalian kelebihan batas waktu sebagaimana pengembalian kelebihan Ketetapan Pajak Lebih Bayar
pembayaran pajak dimaksud dalam ayat (2) sampai pembayaran pajak diterima sebagaimana dimaksud dalam
ditetapkan oleh Menteri dengan saat dilakukan sehubungan dengan Pasal 17 ayat (1), atau
Keuangan.” pembayaran kelebihan. diterbitkannya Surat Ketetapan sejak diterbitkannya Surat
(4) Tata cara penghitungan dan Pajak Lebih Bayar sebagaimana Ketetapan Pajak Lebih Bayar
pengembalian kelebihan dimaksud dalam Pasal 17 ayat sebagaimana dimaksud
pembayaran pajak (1), atau sejak diterbitkannya dalam Pasal 17 ayat (2) dan
diatur dengan Keputusan Surat Ketetapan Pajak Lebih Pasal 17B, atau sejak
Menteri Keuangan.” Bayar sebagaimana dimaksud diterbitkannya Surat Keputusan
dalam Pasal 17 ayat (2) dan Pengembalian Pendahuluan
Pasal 17B, atau sejak Kelebihan Pajak sebagaimana
diterbitkannya Surat Keputusan dimaksud dalam Pasal
Pengembalian Pendahuluan 17C atau Pasal 17D, atau sejak
Kelebihan Pajak sebagaimana diterbitkannya Surat Keputusan
dimaksud dalam Pasal 17C atau Keberatan, Surat
Pasal 17D, atau sejak Keputusan Pembetulan, Surat
diterbitkannya Surat Keputusan Keputusan Pengurangan Sanksi
Keberatan, Surat Keputusan Administrasi, Surat
Pembetulan, Surat Keputusan Keputusan Penghapusan Sanksi
Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan

28
Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
Penghapusan Sanksi Ketetapan Pajak, Surat
Administrasi, Surat Keputusan Keputusan Pembatalan
Pengurangan Ketetapan Ketetapan Pajak atau Surat
Pajak, Surat Keputusan Keputusan Pemberian Imbalan
Pembatalan Ketetapan Pajak Bunga, atau sejak diterimanya
atau Surat Keputusan Putusan Banding
Pemberian Imbalan Bunga, atau atau Putusan Peninjauan
sejak diterimanya Putusan Kembali, yang menyebabkan
Banding atau Putusan kelebihan pembayaran
Peninjauan Kembali, yang pajak. ***)
menyebabkan kelebihan (3) Apabila pengembalian
pembayaran pajak. kelebihan pembayaran pajak
(3) Apabila pengembalian dilakukan setelah jangka
kelebihan pembayaran pajak waktu 1 (satu) bulan,
dilakukan setelah jangka Pemerintah memberikan
waktu 1 (satu) bulan, imbalan bunga sebesar 2% (dua
Pemerintah memberikan persen) per bulan atas
imbalan bunga sebesar keterlambatan pengembalian
2% (dua persen) per bulan atas kelebihan pembayaran pajak,
keterlambatan pengembalian dihitung sejak batas waktu
kelebihan pembayaran pajak, sebagaimana dimaksud pada
dihitung sejak batas waktu ayat (2) berakhir sampai
sebagaimana dimaksud pada dengan saat dilakukan
ayat (2) berakhir sampai dengan pengembalian kelebihan. ***)
saat dilakukan pengembalian (4) Tata cara penghitungan dan
kelebihan. pengembalian kelebihan
(4) Tata cara penghitungan dan pembayaran pajak diatur
pengembalian kelebihan dengan atau berdasarkan
pembayaran pajak diatur Peraturan Menteri Keuangan.
dengan atau berdasarkan ***)
Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 12 Pasal 12 12. Ketentuan Pasal 12 diubah 12. Ketentuan Pasal 12 diubah Pasal 12
Setiap Wajib Pajak wajib Setiap Wajib Pajak wajib dan dijadikan ayat (1), dan sehingga berbunyi sebagai (1) Setiap Wajib Pajak wajib
membayar pajak yang terhutang membayar pajak yang terhutang ditambah 2 (dua) ayat yaitu berikut: membayar pajak yang terutang
berdasarkan ketentuan berdasarkan ketentuan ayat (2) dan ayat (3), sehingga Pasal 12 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan peraturan perundang-undangan keseluruhan Pasal 12 berbunyi (1) Setiap Wajib Pajak wajib peraturan perundang-undangan
perpajakan, dengan tidak perpajakan, dengan tidak sebagai berikut : membayar pajak yang terutang perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada menggantungkan pada “Pasal 12 sesuai dengan menggantungkan pada
adanya Surat Ketetapan Pajak. adanya Surat Ketetapan Pajak. (1) Setiap Wajib Pajak wajib ketentuan peraturan adanya surat ketetapan pajak.
membayar pajak yang terutang perundang-undangan ***)
berdasarkan perpajakan, dengan tidak (2) Jumlah Pajak yang terutang
ketentuan peraturan menggantungkan pada adanya menurut Surat Pemberitahuan
perundang-undangan surat ketetapan pajak. yang disampaikan oleh
perpajakan, dengan tidak (2) Jumlah Pajak yang terutang Wajib Pajak adalah jumlah pajak
menggantungkan pada adanya menurut Surat Pemberitahuan yang terutang sesuai dengan

29
surat ketetapan pajak yang disampaikan ketentuan peraturan
(2) Jumlah pajak yang terutang oleh Wajib Pajak adalah jumlah perundang-undangan
menurut Surat Pemberitahuan pajak yang terutang sesuai perpajakan. ***)
yang disampaikan dengan ketentuan (3) Apabila Direktur Jenderal
oleh Wajib Pajak adalah jumlah peraturan perundang-undangan Pajak mendapatkan bukti jumlah
pajak yang terutang menurut perpajakan. pajak yang terutang
ketentuan (3) Apabila Direktur Jenderal menurut Surat Pemberitahuan
peraturan perundang-undangan Pajak mendapatkan bukti sebagaimana dimaksud pada
perpajakan. jumlah pajak yang ayat (2) tidak benar,
(3) Apabila Direktur Jenderal terutang menurut Surat Direktur Jenderal Pajak
Pajak mendapatkan bukti bahwa Pemberitahuan sebagaimana menetapkan jumlah pajak yang
jumlah pajak dimaksud pada ayat (2) terutang. ***)
yang terutang menurut Surat tidak benar, Direktur Jenderal
Pemberitahuan sebagaimana Pajak menetapkan jumlah pajak
dimaksud dalam yang terutang.
ayat (2) tidak benar, maka
Direktur Jenderal Pajak
menetapkan jumlah pajak
terutang yang semestinya.”
Pasal 13 Pasal 13 13. Ketentuan Pasal 13 diubah, Pasal 13
(1) Dalam jangka waktu lima (1) Dalam jangka waktu sepuluh dan ditambah 1 (satu) ayat, (1) Dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sesudah saat terhutangnya tahun sesudah saat terutangnya yakni ayat (6) sehingga tahun setelah saat terutangnya
pajak, atau berakhirnya pajak, atau Pasal 13 berbunyi sebagai pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak berakhirnya Masa Pajak, Bagian berikut: Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak, Direktur Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Pasal 13 atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat Direktur (1) Dalam jangka waktu 5 (lima) Jenderal Pajak dapat
mengeluarkan Surat Ketetapan Jenderal Pajak dapat tahun setelah saat terutangnya menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak dalam hal-hal sebagai menerbitkan Surat Ketetapan pajak atau Pajak Kurang Bayar dalam hal-
berikut : Pajak Kurang dalam halhal berakhirnya Masa Pajak, bagian hal sebagai berikut:
a. apabila berdasarkan hasil sebagai berikut : Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, ***)
pemeriksaan atau keterangan lain a. apabila berdasarkan hasil Direktur a. apabila berdasarkan hasil
ternyata jumlah pemeriksaan atau keterangan Jenderal Pajak dapat pemeriksaan atau keterangan
pajak yang terhutang kurang atau lain pajak yang menerbitkan Surat Ketetapan lain pajak yang
tidak dibayar; terutang tidak atau kurang Pajak Kurang Bayar terutang tidak atau kurang
b. apabila Surat Pemberitahuan dibayar; dalam hal-hal sebagai berikut: dibayar;
tidak disampaikan dalam jangka b. apabila Surat Pemberitahuan a. apabila berdasarkan hasil b. apabila Surat Pemberitahuan
waktu tidak disampaikan dalam jangka pemeriksaan atau keterangan tidak disampaikan dalam jangka
sebagaimana dimaksud dalam waktu lain pajak yang waktu
Pasal 3 ayat (3) dan setelah sebagaimana dimaksud dalam terutang tidak atau kurang sebagaimana dimaksud dalam
ditegur secara Pasal 3 ayat (3) dan setelah dibayar; Pasal 3 ayat (3) dan setelah
tertulis tidak disampaikan pada ditegur b. apabila Surat Pemberitahuan ditegur secara
waktunya sebagaimana secara tertulis tidak tidak disampaikan dalam jangka tertulis tidak disampaikan pada
ditentukan dalam disampaikan pada waktunya waktu waktunya sebagaimana
Surat Teguran; sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam ditentukan dalam
c. apabila berdasarkan hasil ditentukan dalam Surat Pasal 3 ayat (3) dan setelah Surat Teguran;
pemeriksaan mengenai Pajak Teguran; ditegur c. apabila berdasarkan hasil

30
Pertambahan Nilai c. apabila berdasarkan hasil secara tertulis tidak disampaikan pemeriksaan atau keterangan
Barang dan Jasa dan Pajak pemeriksaan mengenai Pajak pada waktunya sebagaimana lain mengenai Pajak
Penjualan atas Barang Mewah Pertambahan ditentukan dalam Surat Pertambahan Nilai dan Pajak
ternyata tidak Nilai dan Pajak Penjualan Atas Teguran; Penjualan Atas Barang Mewah
seharusnya dikompensasikan Barang Mewah ternyata tidak b. apabila berdasarkan hasil ternyata tidak
selisih lebih pajak, tidak seharusnya pemeriksaan atau keterangan seharusnya dikompensasikan
seharusnya dikenakan dikompensasikan selisih lebih lain mengenai selisih lebih pajak atau tidak
tarif 0% (nol persen), atau tidak pajak atau tidak seharusnya Pajak Pertambahan Nilai dan seharusnya
seharusnya diberikan dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang dikenai tarif 0% (nol persen);
pengembalian pajak; tarif 0 % (nol persen); Mewah d. apabila kewajiban
d. apabila kewajiban tidak d. apabila kewajiban ternyata tidak seharusnya sebagaimana dimaksud dalam
dipenuhi sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam dikompensasikan selisih lebih Pasal 28 atau Pasal 29
dalam Pasal 28 Pasal 28 dan Pasal 29 pajak atau tidak dipenuhi sehingga tidak
dan Pasal 29, sehingga tidak tidak dipenuhi, sehingga tidak tidak seharusnya dikenai tarif dapat diketahui besarnya pajak
dapat diketahui besarnya pajak dapat diketahui besarnya pajak 0% (nol persen); yang terutang;
yang terhutang. yang terutang. c. apabila kewajiban atau
(2) Jumlah kekurangan pajak yang (2) Jumlah kekurangan pajak sebagaimana dimaksud dalam e. apabila kepada Wajib Pajak
terhutang dalam Surat Ketetapan yang terutang dalam Surat Pasal 28 atau Pasal diterbitkan Nomor Pokok Wajib
Pajak Ketetapan Pajak 29 tidak dipenuhi sehingga tidak Pajak dan/atau
sebagaimana dimaksud dalam Kurang Bayar sebagaimana dapat diketahui besarnya pajak dikukuhkan sebagai Pengusaha
ayat (1) huruf a ditambah dengan dimaksud pada ayat (1) huruf a yang Kena Pajak secara jabatan
sanksi administrasi ditambah dengan terutang; atau sebagaimana
berupa bunga sebesar 2% (dua sanksi administrasi berupa d. apabila kepada Wajib Pajak dimaksud dalam Pasal 2 ayat
persen) sebulan untuk selama- bunga sebesar 2 % (dua persen) diterbitkan Nomor Pokok Wajib (4a).
lamanya dua puluh sebulan untuk Pajak (2) Jumlah kekurangan pajak
empat bulan, dihitung mulai saat selama-lamanya dua puluh dan/atau dikukuhkan sebagai yang terutang dalam Surat
terhutangnya pajak atau empat bulan, dihitung sejak saat Pengusaha Kena Pajak secara Ketetapan Pajak Kurang
berakhirnya Masa terutangnya jabatan Bayar sebagaimana dimaksud
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau pajak atau berakhirnya Masa sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) huruf a dan huruf
Tahun Pajak sampai dengan Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Pasal 2 ayat (4a). e ditambah dengan
diterbitkannya Surat Tahun Pajak (2) Jumlah kekurangan pajak sanksi administrasi berupa
Ketetapan Pajak. sampai dengan diterbitkannya yang terutang dalam Surat bunga sebesar 2% (dua persen)
(3) Jumlah pajak dalam Surat Surat Ketetapan Pajak Kurang Ketetapan Pajak Kurang per bulan paling lama
Ketetapan Pajak sebagaimana Bayar. Bayar sebagaimana dimaksud 24 (dua puluh empat) bulan,
dimaksud dalam ayat (3) Jumlah pajak dalam Surat pada ayat (1) huruf a dan huruf dihitung sejak saat terutangnya
(1) huruf b, huruf c, dan huruf d Ketetapan Pajak Kurang Bayar e ditambah pajak atau berakhirnya
ditambah dengan sanksi sebagaimana dengan sanksi administrasi Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
administrasi berupa dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa bunga sebesar 2% (dua atau Tahun Pajak sampai
kenaikan sebesar : huruf c, dan huruf d ditambah persen) per bulan dengan diterbitkannya
a. 50% (lima puluh persen) dari dengan sanksi paling lama 24 (dua puluh Surat Ketetapan Pajak Kurang
Pajak Penghasilan yang kurang administrasi berupa kenaikan empat) bulan, dihitung sejak Bayar. ***)
atau tidak sebesar : saat terutangnya (3) Jumlah pajak dalam Surat
dibayar dalam satu Tahun Pajak; a. 50 % (lima puluh persen) dari pajak atau berakhirnya Masa Ketetapan Pajak Kurang Bayar
b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak Pajak, bagian Tahun Pajak, atau sebagaimana dimaksud
Pajak Penghasilan yang tidak atau atau kurang Tahun Pajak pada ayat (1) huruf b, huruf c,
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak; sampai dengan diterbitkannya dan huruf d ditambah dengan

31
dipotong,tidak atau kurang b. 100 % (seratus persen) dari Surat Ketetapan Pajak Kurang sanksi administrasi
dipungut, tidak atau kurang Pajak Penghasilan yang tidak Bayar. berupa kenaikan sebesar: ***)
disetorkan, dan atau kurang (3) Jumlah pajak dalam Surat a. 50% (lima puluh persen) dari
dipotong atau dipungut tetapi dipotong, tidak atau kurang Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan yang tidak
tidak atau kurang disetorkan; dipungut, tidak atau kurang sebagaimana atau kurang
c. 100% (seratus persen) dari disetorkan, dan dimaksud pada ayat (1) huruf b, dibayar dalam satu Tahun Pajak;
Pajak Pertambahan Nilai Barang dipotong atau dipungut tetapi huruf c, dan huruf d ditambah b. 100% (seratus persen) dari
dan Jasa dan tidak atau kurang disetorkan; dengan sanksi Pajak Penghasilan yang tidak
Pajak Penjualan atas Barang c. 100 % (seratus persen) dari administrasi berupa kenaikan atau kurang
Mewah yang tidak atau kurang Pajak Pertambahan Nilai Barang sebesar: dipotong, tidak atau kurang
dibayar. dan e. 50% (lima puluh persen) dari dipungut, tidak atau kurang
(4) Jumlah Pajak Penghasilan yang Jasa dan Pajak Penjualan Atas Pajak Penghasilan yang tidak disetor, dan dipotong
dipotong dan dipungut oleh pihak Barang Mewah yang tidak atau atau kurang atau dipungut tetapi tidak atau
ketiga untuk kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak; kurang disetor; atau
satu Tahun Pajak, jumlah Pajak dibayar. f. 100% (seratus persen) dari c. 100% (seratus persen) dari
Penghasilan yang dibayar sendiri, (4) Besarnya pajak yang Pajak Penghasilan yang tidak Pajak Pertambahan Nilai Barang
pajak yang terutang yang diberitahukan atau kurang dan Jasa dan
ditagih dalam Surat Tagihan Pajak oleh Wajib Pajak dalam dipotong, tidak atau kurang Pajak Penjualan Atas Barang
untuk Tahun Pajak tersebut, serta Surat Pemberitahuan menjadi dipungut, tidak atau kurang Mewah yang tidak atau kurang
pajak atas pasti menurut ketentuan disetor, dan dibayar.
penghasilan yang dibayar atau peraturan perundangundangan dipotong atau dipungut tetapi (4) Besarnya pajak yang
terhutang di luar negeri untuk perpajakan yang berlaku, tidak atau kurang disetor; atau terutang yang diberitahukan
Tahun Pajak yang apabila dalam jangka waktu g. 100% (seratus persen) dari oleh Wajib Pajak dalam Surat
bersangkutan, dikreditkan dari sepuluh Pajak Pertambahan Nilai Barang Pemberitahuan menjadi pasti
jumlah Pajak Penghasilan yang tahun sesudah saat terutangnya dan Jasa sesuai dengan ketentuan
terhutang dalam pajak atau berakhirnya Masa dan Pajak Penjualan Atas Barang peraturan perundangundangan
Surat Ketetapan Pajak. Pajak, Bagian Mewah yang tidak atau kurang perpajakan apabila dalam jangka
(5) Sanksi administrasi berupa Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dibayar. waktu 5 (lima) tahun
bunga, denda administrasi, dan tidak diterbitkan surat (4) Besarnya pajak yang sebagaimana
kenaikan, tidak dapat ketetapan pajak. terutang yang diberitahukan dimaksud pada ayat (1), setelah
dikreditkan dari jumlah pajak (5) Apabila jangka waktu oleh Wajib Pajak dalam Surat saat terutangnya pajak atau
yang terhutang. sepuluh tahun sebagaimana Pemberitahuan menjadi pasti berakhirnya Masa
(6) Besarnya pajak yang dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
terhutang dalam suatu Tahun telah lewat, Surat Ketetapan peraturan perundangundangan Tahun Pajak tidak diterbitkan
Pajak yang diberitahukan Pajak Kurang Bayar tetap dapat perpajakan apabila dalam surat ketetapan
oleh Wajib Pajak dalam Surat diterbitkan jangka waktu 5 (lima) tahun pajak. ***)
Pemberitahuan Tahunan, menjadi ditambah sanksi administrasi sebagaimana (5) Walaupun jangka waktu 5
pasti menurut berupa bunga sebesar 48 % dimaksud pada ayat (1), setelah (lima) tahun sebagaimana
ketentuan peraturan perundang- (empat puluh saat terutangnya pajak atau dimaksud pada ayat (1) telah
undangan perpajakan, apabila delapan persen) dari jumlah berakhirnya Masa lewat, Surat Ketetapan Pajak
dalam jangka pajak yang tidak atau kurang Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Kurang Bayar tetap dapat
waktu sebagaimana dimaksud dibayar, dalam Tahun Pajak tidak diterbitkan diterbitkan ditambah
dalam ayat (1) tidak diterbitkan hal Wajib Pajak setelah jangka surat ketetapan sanksi administrasi berupa
Surat Ketetapan waktu sepuluh tahun tersebut di pajak. bunga sebesar 48% (empat
Pajak. pidana, (5) Walaupun jangka waktu 5 puluh delapan persen) dari
(7) Apabila jangka waktu lima karena melakukan tindak pidana (lima) tahun sebagaimana jumlah pajak yang tidak atau

32
tahun sebagaimana dimaksud di bidang perpajakan dimaksud pada ayat kurang dibayar, apabila Wajib
dalam ayat (1) telah berdasarkan putusan (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak setelah jangka
lewat, Surat Ketetapan Pajak Pengadilan yang telah Pajak Kurang Bayar tetap dapat waktu tersebut dipidana karena
tetap dapat diterbitkan dalam hal memperoleh kekuatan hukum diterbitkan melakukan tindak pidana di
Wajib Pajak setelah tetap.” ditambah sanksi administrasi bidang perpajakan
jangka waktu lima tahun tersebut berupa bunga sebesar 48% atau tindak pidana lainnya yang
di pidana, karena melakukan (empat puluh dapat menimbulkan kerugian
tindak pidana di delapan persen) dari jumlah pada pendapatan
bidang perpajakan yang dilakukan pajak yang tidak atau kurang negara berdasarkan putusan
mengenai pajak yang dibayar, apabila Wajib pengadilan yang telah
penagihannya telah lewat Pajak setelah jangka waktu mempunyai kekuatan hukum
waktu, berdasarkan putusan tersebut dipidana karena tetap. ***)
Pengadilan yang telah melakukan tindak pidana (6) Tata cara penerbitan Surat
memperoleh kekuatan hukum di bidang perpajakan atau Ketetapan Pajak Kurang Bayar
tetap. tindak pidana lainnya yang sebagaimana dimaksud
dapat menimbulkan pada ayat (5) diatur dengan atau
kerugian pada pendapatan berdasarkan Peraturan Menteri
negara berdasarkan putusan Keuangan. ***)
pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
(6) Tata cara penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur
dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri
Keuangan.
Pasal 14 Pasal 14 Ketentuan Pasal 14 diubah, Ketentuan Pasal 14 diubah Pasal 14
(1) Surat Tagihan Pajak (1) Direktur Jenderal Pajak sehingga keseluruhan Pasal 14 sehingga berbunyi sebagai (1) Direktur Jenderal Pajak dapat
dikeluarkan apabila : dapat menerbitkan Surat berbunyi sebagai berikut : berikut: menerbitkan Surat Tagihan
a. pajak dalam tahun berjalan Tagihan Pajak apabila : Pasal 14 Pasal 14 Pajak apabila: ***)
tidak atau kurang dibayar; a. Pajak Penghasilan dalam (1) Direktur Jenderal Pajak (1) Direktur Jenderal Pajak dapat a. Pajak Penghasilan dalam
b. Wajib Pajak dikenakan sanksi tahun berjalan tidak atau kurang dapat menerbitkan Surat menerbitkan Surat Tagihan tahun berjalan tidak atau kurang
administrasi berupa denda dibayar; Tagihan Pajak apabila : Pajak apabila: dibayar;
administrasi dan/ b. dari hasil penelitian Surat a. Pajak Penghasilan dalam a. Pajak Penghasilan dalam b. dari hasil penelitian terdapat
atau bunga; Pemberitahuan terdapat tahun berjalan tidak atau kurang tahun berjalan tidak atau kurang kekurangan pembayaran pajak
c. dari hasil penelitian Surat kekurangan pembayaran pajak dibayar; dibayar; sebagai akibat salah tulis
Pemberitahuan terdapat sebagai akibat salah tulis b. Dari hasil penelitian Surat b. dari hasil penelitian terdapat dan/atau salah hitung;
kekurangan pembayaran dan/atau salah hitung; Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak c. Wajib Pajak dikenai sanksi
pajak sebagai akibat salah tulis c. Wajib Pajak dikenakan sanksi kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis administrasi berupa denda
dan/atau salah hitung. administrasi berupa denda sebagai akibat salah tulis dan dan/atau salah hitung; dan/atau bunga;
(2) Surat Tagihan Pajak dan/atau bunga; atau salah hitung; c. Wajib Pajak dikenai sanksi d. pengusaha yang telah
sebagaimana dimaksud dalam d. Pengusaha yang dikenakan c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dikukuhkan sebagai Pengusaha
ayat (1) mempunyai kekuatan pajak berdasarkan Undang- administrasi berupa denda dan dan/atau bunga; Kena Pajak, tetapi tidak
hukum yang sama dengan Surat Undang Pajak Pertambahan atau bunga; d. pengusaha yang telah membuat faktur pajak atau

33
Ketetapan Pajak. Nilai 1984 tetapi tidak d. Pengusaha yang dikenakan dikukuhkan sebagai Pengusaha membuat faktur pajak, tetapi
melaporkan kegiatan usahanya pajak berdasarkan Undang- Kena Pajak, tetapi tidak tidak tepat
untuk dikukuhkan sebagai undang Pajak Pertambahan Nilai membuat faktur pajak atau waktu;
Pengusaha Kena Pajak; 1984 dan perubahannya tetapi membuat faktur pajak, tetapi e. pengusaha yang telah
e. Pengusaha yang tidak tidak melaporkan kegiatan tidak tepat waktu; dikukuhkan sebagai Pengusaha
dikukuhkan sebagai Pengusaha usahanya untuk dikukuhkan e. pengusaha yang telah Kena Pajak yang tidak
Kena Pajak tetapi membuat sebagai Pengusaha Kena Pajak; dikukuhkan sebagai Pengusaha mengisi faktur pajak secara
Faktur Pajak atau Pengusaha e. Pengusaha yang tidak Kena Pajak yang tidak mengisi lengkap sebagaimana dimaksud
yang telah dikukuhkan dikukuhkan sebagai Pengusaha faktur pajak secara lengkap dalam Pasal 13
sebagai Pengusaha Kena Pajak Kena Pajak tetapi membuat sebagaimana dimaksud ayat (5) Undang-Undang Pajak
tetapi tidak membuat atau tidak Faktur Pajak; dalam Pasal 13 ayat (5) Undang- Pertambahan Nilai 1984 dan
mengisi selengkapnya Faktur f. Pengusaha yang telah Undang Pajak Pertambahan perubahannya,
Pajak. dikukuhkan sebagai Pengusaha Nilai 1984 dan perubahannya, selain:
(2) Surat Tagihan Pajak Kena Pajak tidak selain: 1. identitas pembeli
sebagaimana dimaksud pada membuat atau membuat Faktur 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) mempunyai Pajak tetapi tidak tepat waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf
kekuatan hukum yang sama atau tidak mengisi selengkapnya Pasal 13 ayat (5) huruf b b Undang-Undang Pajak
dengan surat ketetapan pajak. Faktur Pajak. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
(3) Jumlah kekurangan pajak (2) Surat Tagihan Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya;
yang terutang dalam Surat sebagaimana dimaksud dalam perubahannya; atau atau
Tagihan Pajak ayat (1) mempunyai 2. identitas pembeli serta nama 2. identitas pembeli serta nama
sebagaimana dimaksud pada kekuatan hukum yang sama dan tandatangan sebagaimana dan tandatangan sebagaimana
ayat (1) huruf a dan huruf b dengan surat ketetapan pajak. dimaksud dalam Pasal 13 ayat dimaksud dalam Pasal 13 ayat
ditambah dengan sanksi (3) Jumlah kekurangan pajak (5) huruf b dan huruf g Undang- (5) huruf b dan huruf g Undang-
administrasi berupa bunga yang terutang dalam Surat Undang Pajak Pertambahan Undang Pajak Pertambahan Nilai
sebesar 2 % (dua persen) Tagihan Pajak sebagaimana Nilai 1984 dan perubahannya, 1984 dan perubahannya, dalam
sebulan untuk selama-lamanya dimaksud dalam ayat (1) huruf a dalam hal penyerahan dilakukan hal penyerahan dilakukan oleh
dua puluh empat bulan, dihitung dan huruf b ditambah dengan oleh Pengusaha Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak pedagang
sejak saat terutangnya pajak sanksi administrasi berupa pedagang eceran; eceran;
atau Bagian Tahun Pajak atau bunga sebesar 2% (dua persen) f. Pengusaha Kena Pajak f. Pengusaha Kena Pajak
Tahun Pajak sampai dengan sebulan untuk paling lama 24 melaporkan faktur pajak tidak melaporkan faktur pajak tidak
diterbitkannya Surat Tagihan. (dua puluh empat) bulan, sesuai dengan masa penerbitan sesuai dengan masa penerbitan
(4) Terhadap Pengusaha atau dihitung sejak saat terutangnya faktur pajak; atau faktur pajak; atau
Pengusaha Kena Pajak pajak atau Bagian Tahun Pajak g. Pengusaha Kena Pajak yang g. Pengusaha Kena Pajak yang
sebagaimana dimaksud atau Tahun Pajak sampai gagal berproduksi dan telah gagal berproduksi dan telah
pada ayat (1) huruf d dan huruf dengan diterbitkannya diberikan pengembalian Pajak diberikan pengembalian Pajak
e masing-masing dikenakan Surat Tagihan Pajak. Masukan sebagaimana Masukan sebagaimana
sanksi administrasi berupa (4) Terhadap Pengusaha atau dimaksud dalam Pasal dimaksud dalam Pasal 9 ayat
denda administrasi sebesar 2 % Pengusaha Kena Pajak 9 ayat (6a) Undang-Undang (6a) Undang-Undang Pajak
(dua persen) dari Dasar sebagaimana dimaksud Pajak Pertambahan Nilai 1984 Pertambahan Nilai 1984 dan
Pengenaan Pajak.” dalam ayat (1) huruf d, huruf e, dan perubahannya. perubahannya.
dan huruf f, masing-masing (2) Surat Tagihan Pajak (2) Surat Tagihan Pajak
dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
administrasi berupa denda ayat (1) mempunyai ayat (1) mempunyai kekuatan
sebesar 2% (dua persen) dari kekuatan hukum yang sama hukum yang sama dengan surat
Dasar Pengenaan dengan surat ketetapan pajak. ketetapan pajak. ***)

34
Pajak.” (3) Jumlah kekurangan pajak (3) Jumlah kekurangan pajak
yang terutang dalam Surat yang terutang dalam Surat
Tagihan Pajak sebagaimana Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan huruf b ditambah dengan dan huruf b ditambah dengan
sanksi administrasi berupa sanksi administrasi
bunga sebesar 2% (dua persen) berupa bunga sebesar 2% (dua
per bulan untuk persen) per bulan untuk paling
paling lama 24 (dua puluh lama 24 (dua
empat) bulan, dihitung sejak puluh empat) bulan, dihitung
saat terutangnya sejak saat terutangnya pajak
pajak atau berakhirnya Masa atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak Tahun Pajak sampai dengan
sampai dengan diterbitkannya diterbitkannya Surat
Surat Tagihan Pajak. Tagihan Pajak. ***)
(4) Terhadap pengusaha atau (4) Terhadap pengusaha atau
Pengusaha Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada
pada ayat (1) huruf d, huruf e, ayat (1) huruf d, huruf e, atau
atau huruf f masing-masing, huruf f masing-masing, selain
selain wajib wajib menyetor pajak
menyetor pajak yang terutang, yang terutang, dikenai sanksi
dikenai sanksi administrasi administrasi berupa denda
berupa denda sebesar 2% (dua persen)
sebesar 2% (dua persen) dari dari Dasar Pengenaan Pajak.
Dasar Pengenaan Pajak. ***)
(5) Terhadap Pengusaha Kena (5) Terhadap Pengusaha Kena
Pajak sebagaimana dimaksud Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf pada ayat (1) huruf g
g dikenai sanksi administrasi dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per persen) per bulan
bulan dari jumlah pajak yang dari jumlah pajak yang ditagih
ditagih kembali, dihitung dari kembali, dihitung dari tanggal
tanggal penerbitan penerbitan Surat
Surat Keputusan Pengembalian Keputusan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak Kelebihan Pembayaran Pajak
sampai dengan sampai dengan tanggal
tanggal penerbitan Surat penerbitan Surat Tagihan Pajak,
Tagihan Pajak, dan bagian dari dan bagian dari bulan dihitung
bulan dihitung penuh penuh 1 (satu)
1 (satu) bulan. bulan. ***)
(6) Tata cara penerbitan Surat (6) Tata cara penerbitan Surat
Tagihan Pajak diatur dengan Tagihan Pajak diatur dengan
atau berdasarkan atau berdasarkan

35
Peraturan Menteri Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan.
***)
Pasal 15 Ketentuan Pasal 15 diubah, Ketentuan Pasal 15 ayat (1), Ketentuan Pasal 15 diubah Pasal 15
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat sehingga seluruhnya menjadi ayat (3), dan ayat (4) diubah, sehingga berbunyi sebagai (1) Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan berbunyi sebagai sehingga keseluruhan berikut: menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Tambahan berikut: Pasal 15 berbunyi sebagai Pasal 15 Pajak Kurang Bayar
dalam jangka waktu lima tahun “Pasal 15 berikut : (1) Direktur Jenderal Pajak dapat Tambahan dalam jangka waktu
sesudah saat Pajak terhutang, (1) Direktur Jenderal Pajak “Pasal 15 menerbitkan Surat Ketetapan 5 (lima) tahun setelah saat
berakhirnya masa dapat menerbitkan Surat (1) Direktur Jenderal Pajak Pajak Kurang terutangnya pajak atau
pajak, Bagian Tahun Pajak atau Ketetapan Pajak Kurang dapat menerbitkan Surat Bayar Tambahan dalam jangka berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, apabila Bayar Tambahan dalam jangka Ketetapan Pajak Kurang waktu 5 (lima) tahun setelah Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
diketemukan data baru dan/ waktu sepuluh tahun sesudah Bayar Tambahan dalam jangka saat terutangnya apabila ditemukan
atau data yang semula belum saat pajak waktu 10 (sepuluh) tahun pajak atau berakhirnya Masa data baru yang mengakibatkan
terungkap yang menyebabkan terutang, berakhirnya Masa sesudah saat pajak Pajak, bagian Tahun Pajak, atau penambahan jumlah pajak yang
penambahan jumlah Pajak, Bagian Tahun Pajak atau terutang, berakhirnya Masa Tahun Pajak terutang setelah
pajak yang terhutang. Tahun Pajak, Pajak, Bagian Tahun Pajak atau apabila ditemukan data baru dilakukan tindakan pemeriksaan
(2) Jumlah kekurangan pajak yang apabila ditemukan data baru Tahun Pajak, yang mengakibatkan dalam rangka penerbitan Surat
terhutang dalam Surat Ketetapan dan/atau data yang semula apabila ditemukan data baru penambahan jumlah Ketetapan Pajak
Pajak Tambahan, belum terungkap dan atau data yang semula pajak yang terutang setelah Kurang Bayar Tambahan. ***)
ditambah dengan sanksi yang menyebabkan belum terungkap dilakukan tindakan pemeriksaan (2) Jumlah kekurangan pajak
administrasi berupa kenaikan penambahan jumlah pajak yang yang mengakibatkan dalam rangka yang terutang dalam Surat
sebesar 100% (seratus terutang. penambahan jumlah pajak yang penerbitan Surat Ketetapan Ketetapan Pajak Kurang
persen) dari jumlah kekurangan (2) Jumlah kekurangan pajak terutang. Pajak Kurang Bayar Tambahan. Bayar Tambahan ditambah
pajak tersebut. yang terutang dalam Surat (2) Jumlah kekurangan pajak (2) Jumlah kekurangan pajak dengan sanksi administrasi
(3) Kenaikan sebagaimana Ketetapan Pajak yang terutang dalam Surat yang terutang dalam Surat berupa kenaikan sebesar
dimaksud dalam ayat (2) tidak Kurang Bayar Tambahan, Ketetapan Pajak Kurang Ketetapan Pajak Kurang 100% (seratus persen) dari
dikenakan, apabila Surat ditambah dengan sanksi Bayar Tambahan, ditambah Bayar Tambahan ditambah jumlah kekurangan pajak
Ketetapan Pajak Tambahan itu administrasi berupa dengan sanksi administrasi dengan sanksi administrasi tersebut. ***)
diterbitkan berdasarkan kenaikan sebesar 100 % (seratus berupa kenaikan berupa kenaikan (3) Kenaikan sebagaimana
keterangan tertulis oleh persen) dari jumlah kekurangan sebesar 100% (seratus persen) sebesar 100% (seratus persen) dimaksud pada ayat (2) tidak
Wajib Pajak atas kehendak pajak dari jumlah kekurangan pajak dari jumlah kekurangan pajak dikenakan apabila Surat
sendiri, sepanjang Direktur tersebut. tersebut. tersebut. Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Jenderal Pajak belum mulai (3) Kenaikan sebagaimana (3) Kenaikan sebagaimana (3) Kenaikan sebagaimana Tambahan itu diterbitkan
melakukan tindakan dimaksud pada ayat (2) tidak dimaksud dalam ayat (2) tidak dimaksud pada ayat (2) tidak berdasarkan keterangan
pemeriksaan. dikenakan apabila dikenakan apabila dikenakan apabila tertulis dari Wajib Pajak atas
(4) Apabila jangka waktu lima Surat Ketetapan Pajak Kurang Surat Ketetapan Pajak Kurang Surat Ketetapan Pajak Kurang kehendak sendiri, dengan syarat
tahun sebagaimana dimaksud Bayar Tambahan itu diterbitkan Bayar Tambahan itu diterbitkan Bayar Tambahan itu diterbitkan Direktur Jenderal
dalam ayat (1) telah berdasarkan berdasarkan berdasarkan Pajak belum mulai melakukan
lewat, Surat Ketetapan Pajak keterangan tertulis dari Wajib keterangan tertulis dari Wajib keterangan tertulis dari Wajib tindakan pemeriksaan dalam
Tambahan tetap dapat Pajak atas kehendak sendiri, Pajak atas kehendak sendiri, Pajak atas kehendak sendiri, rangka penerbitan
diterbitkan dalam hal Wajib dengan syarat dengan syarat dengan syarat Surat Ketetapan Pajak Kurang
Pajak setelah jangka waktu lima Direktur Jenderal Pajak belum Direktur Jenderal Pajak belum Direktur Jenderal Pajak belum Bayar Tambahan. ***)
tahun tersebut di pidana, karena mulai melakukan tindakan mulai melakukan tindakan mulai melakukan tindakan (4) Apabila jangka waktu 5 (lima)
melakukan tindak pemeriksaan. pemeriksaan. pemeriksaan dalam tahun sebagaimana dimaksud
pidana di bidang perpajakan yang (4) Apabila jangka waktu (4) Apabila jangka waktu 10 rangka penerbitan Surat pada ayat (1) telah
dilakukan mengenai pajak yang sepuluh tahun sebagaimana (sepuluh) tahun sebagaimana Ketetapan Pajak Kurang Bayar lewat, Surat Ketetapan Pajak

36
penagihannya dimaksud pada ayat (1) dimaksud dalam ayat Tambahan. Kurang Bayar Tambahan tetap
telah lewat waktu, berdasarkan telah lewat, Surat Ketetapan (1) telah lewat, Surat Ketetapan (4) Apabila jangka waktu 5 (lima) dapat diterbitkan
putusan pengadilan yang telah Pajak Kurang Bayar Tambahan Pajak Kurang Bayar Tambahan tahun sebagaimana dimaksud ditambah sanksi administrasi
memperoleh tetap dapat tetap dapat pada ayat (1) berupa bunga sebesar 48%
kekuatan hukum tetap. diterbitkan ditambah sanksi diterbitkan ditambah sanksi telah lewat, Surat Ketetapan (empat puluh delapan
administrasi berupa bunga administrasi berupa bunga Pajak Kurang Bayar Tambahan persen) dari jumlah pajak yang
sebesar 48 % (empat sebesar 48% (empat tetap dapat tidak atau kurang dibayar, dalam
puluh delapan persen) dari puluh delapan persen) dari diterbitkan ditambah sanksi hal Wajib Pajak
jumlah pajak yang tidak atau jumlah pajak yang tidak atau administrasi berupa bunga setelah jangka waktu 5 (lima)
kurang dibayar, kurang dibayar, sebesar 48% (empat tahun tersebut dipidana karena
dalam hal Wajib Pajak setelah dalam hal Wajib Pajak setelah puluh delapan persen) dari melakukan tindak
jangka waktu sepuluh tahun jangka waktu 10 (sepuluh) tahun jumlah pajak yang tidak atau pidana di bidang perpajakan
tersebut di pidana tersebut di pidana karena kurang dibayar, dalam hal Wajib atau tindak pidana lainnya yang
karena melakukan tindak pidana melakukan tindak pidana di Pajak setelah jangka waktu 5 dapat menimbulkan
di bidang perpajakan bidang perpajakan berdasarkan (lima) tahun tersebut dipidana kerugian pada pendapatan
berdasarkan putusan putusan Pengadilan yang telah karena negara berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum melakukan tindak pidana di pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.” bidang perpajakan atau tindak mempunyai kekuatan hukum
tetap.” pidana lainnya tetap. ***)
yang dapat menimbulkan (5) Tata cara penerbitan Surat
kerugian pada pendapatan Ketetapan Pajak Kurang Bayar
negara berdasarkan Tambahan sebagaimana
putusan pengadilan yang telah dimaksud pada ayat (4) diatur
mempunyai kekuatan hukum dengan atau berdasarkan
tetap. Peraturan Menteri
(5) Tata cara penerbitan Surat Keuangan. ***)
Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diatur dengan atau
berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 16 Ketentuan Pasal 16 diubah, Ketentuan Pasal 16 diubah dan Ketentuan Pasal 16 diubah
Kesalahan tulis, kesalahan hitung, sehingga menjadi berbunyi dijadikan ayat (1), dan ditambah sehingga berbunyi sebagai
atau kekeliruan dalam penerapan sebagai berikut : 2 (dua) ayat yaitu berikut:
ketentuan peraturan “Pasal 16 ayat (2) dan ayat (3) sehingga Pasal 16
perundang-undangan perpajakan Direktur Jenderal Pajak karena keseluruhan Pasal 16 berbunyi (1) Atas permohonan Wajib
yang terdapat dalam surat jabatan atau atas permohonan sebagai berikut : Pajak atau karena jabatannya,
ketetapan pajak, dapat Wajib Pajak dapat “Pasal 16 Direktur Jenderal
dibetulkan oleh Direktur Jenderal membetulkan Surat Ketetapan (1) Direktur Jenderal Pajak Pajak dapat membetulkan surat
Pajak karena jabatan atau atas Pajak atau Surat Tagihan Pajak karena jabatan atau atas ketetapan pajak, Surat Tagihan
permohonan Wajib yang dalam permohonan Wajib Pajak Pajak, Surat
Pajak. penerbitannya terdapat dapat membetulkan surat Keputusan Pembetulan, Surat
kesalahan tulis, kesalahan ketetapan pajak, Surat Tagihan Keputusan Keberatan, Surat
hitung dan/atau kekeliruan Pajak, Surat Keputusan
dalam penerapan ketentuan Keputusan Keberatan, Surat Pengurangan Sanksi

37
peraturan perundang-undangan Keputusan Pengurangan atau Administrasi, Surat Keputusan
perpajakan.” Penghapusan Penghapusan Sanksi
Sanksi Administrasi, Surat Administrasi, Surat Keputusan
Keputusan Pengurangan atau Pengurangan Ketetapan Pajak,
Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak yang tidak Keputusan Pembatalan
benar, atau Surat Keputusan Ketetapan Pajak, Surat
Pengembalian Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak, Pendahuluan Kelebihan Pajak,
yang dalam penerbitannya atau Surat Keputusan
terdapat kesalahan Pemberian Imbalan
tulis, kesalahan hitung, dan atau Bunga, yang dalam
kekeliruan penerapan ketentuan penerbitannya terdapat
tertentu kesalahan tulis, kesalahan
dalam peraturan perundang- hitung, dan/atau kekeliruan
undangan perpajakan. penerapan ketentuan tertentu
(2) Direktur Jenderal Pajak dalam peraturan
dalam jangka waktu 12 (dua perundang-undangan
belas) bulan sejak perpajakan.
tanggal permohonan diterima, (2) Direktur Jenderal Pajak
harus memberi keputusan atas dalam jangka waktu paling lama
permohonan 6 (enam) bulan sejak
pembetulan yang diajukan. tanggal surat permohonan
(3) Apabila jangka waktu pembetulan diterima, harus
sebagaimana dimaksud dalam memberi keputusan
ayat (2) telah lewat, atas permohonan pembetulan
Direktur Jenderal Pajak tidak yang diajukan Wajib Pajak
memberi suatu keputusan, sebagaimana
maka permohonan dimaksud pada ayat (1).
pembetulan yang diajukan (3) Apabila jangka waktu
tersebut dianggap diterima.” sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) telah lewat,
tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan,
permohonan
pembetulan yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan.
(4) Apabila diminta oleh Wajib
Pajak, Direktur Jenderal Pajak
wajib memberikan
keterangan secara tertulis
mengenai hal-hal yang menjadi
dasar untuk
menolak atau mengabulkan
sebagian permohonan Wajib
Pajak sebagaimana

38
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 17 Ketentuan Pasal 17 diubah, Ketentuan Pasal 17B diubah, Ketentuan Pasal 17 diubah Pasal 17
(1) Direktur Jenderal Pajak sehingga menjadi berbunyi sehingga keseluruhan Pasal 17B sehingga berbunyi sebagai (1) Direktur Jenderal Pajak,
setelah melakukan penelitian sebagai berikut : berbunyi sebagai berikut : berikut: setelah melakukan pemeriksaan,
atau pemeriksaan, “Pasal 17 “Pasal 17B Pasal 17 menerbitkan Surat
menerbitkan : Direktur Jenderal Pajak setelah (1) Direktur Jenderal Pajak (1) Direktur Jenderal Pajak, Ketetapan Pajak Lebih Bayar
a. Surat Keputusan Kelebihan melakukan pemeriksaan setelah melakukan pemeriksaan setelah melakukan apabila jumlah kredit pajak atau
Pembayaran Pajak dalam jangka menerbitkan Surat atas permohonan pemeriksaan, menerbitkan Surat jumlah pajak yang
waktu paling Ketetapan Pajak Lebih Bayar pengembalian kelebihan Ketetapan Pajak Lebih Bayar dibayar lebih besar daripada
lama dua belas bulan sejak apabila jumlah kredit pajak atau pembayaran pajak selain apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang terutang.
diterima surat permohonan, jumlah pajak yang permohonan jumlah pajak ***)
apabila jumlah pajak dibayar lebih besar daripada pengembalian kelebihan yang dibayar lebih besar (2) Berdasarkan permohonan
yang dibayar atau jumlah Pajak jumlah pajak yang terutang atau pembayaran pajak dari Wajib daripada jumlah pajak yang Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Penghasilan yang dipotong atau telah dilakukan Pajak dengan kriteria terutang. Pajak, setelah meneliti
dipungut pembayaran pajak yang tidak tertentu sebagaimana dimaksud (2) Berdasarkan permohonan
ternyata lebih besar dari jumlah seharusnya terutang.” dalam Pasal 17C harus Wajib Pajak, Direktur Jenderal
pajak yang terhutang atau telah 15. Menambah dua ketentuan menerbitkan surat Pajak, setelah
dilakukan baru di antara Pasal 17 dan ketetapan pajak paling lambat meneliti kebenaran pembayaran
pembayaran pajak yang Pasal 18 yang dijadikan 12 (dua belas) bulan sejak surat pajak, menerbitkan Surat
seharusnya tidak terhutang; Pasal 17A dan Pasal 17B, yang permohonan Ketetapan Pajak
b. Surat Pemberitaan, apabila masing-masing berbunyi sebagai diterima, kecuali untuk kegiatan Lebih Bayar apabila terdapat
jumlah pajak yang dibayar atau berikut : tertentu ditetapkan lain dengan pembayaran pajak yang
jumlah Pajak “Pasal 17A Keputusan seharusnya tidak
Penghasilan yang dipotong atau Direktur Jenderal Pajak setelah Direktur Jenderal Pajak.
dipungut sama dengan jumlah melakukan pemeriksaan, (2) Apabila setelah lewat jangka
pajak yang menerbitkan Surat waktu sebagaimana dimaksud
terhutang. Ketetapan Pajak Nihil apabila dalam ayat
(2) Apabila setelah lewat jangka jumlah kredit pajak atau jumlah (1) Direktur Jenderal Pajak tidak
waktu sebagaimana dimaksud pajak yang dibayar memberi suatu keputusan,
dalam ayat (1) huruf sama dengan jumlah pajak yang permohonan
a Direktur Jenderal Pajak tidak terutang, atau pajak tidak pengembalian kelebihan
memberi suatu keputusan, terutang dan tidak ada pembayaran pajak dianggap
permohonan kelebihan kredit pajak atau tidak ada dikabulkan dan Surat
pembayaran pajak tersebut pembayaran pajak. Ketetapan Pajak Lebih Bayar
dianggap dikabulkan. “Pasal 17B harus diterbitkan dalam waktu
(1) Direktur Jenderal Pajak paling lambat 1
setelah melakukan pemeriksaan (satu) bulan setelah jangka
atas permohonan waktu tersebut berakhir.
pengembalian kelebihan (3) Apabila Surat Ketetapan
pembayaran pajak harus Pajak Lebih Bayar terlambat
menerbitkan Surat diterbitkan dalam
Ketetapan Pajak selambat- jangka waktu sebagaimana
lambatnya dua belas bulan sejak dimaksud dalam ayat (2), maka
surat kepada
permohonan diterima, kecuali Wajib Pajak diberikan imbalan
untuk kegiatan tertentu bunga sebesar 2% (dua persen)

39
ditetapkan lain oleh sebulan
Direktur Jenderal Pajak. dihitung sejak berakhirnya
(2) Apabila setelah lewat jangka jangka waktu sebagaimana
waktu sebagaimana dimaksud dimaksud dalam
pada ayat (1) ayat (2) sampai dengan saat
Direktur Jenderal Pajak tidak diterbitkan Surat Ketetapan
memberi suatu keputusan, Pajak Lebih
permohonan Bayar.”
pengembalian kelebihan 17. Di antara Pasal 17B dan
pembayaran pajak dianggap Pasal 18 di sisipkan 1 (satu)
dikabulkan dan Surat Pasal yaitu Pasal 17C, yang
Ketetapan Pajak Lebih Bayar berbunyi sebagai berikut :
harus diterbitkan dalam waktu “Pasal 17C
selambatlambatnya (1) Direktur Jenderal Pajak
satu bulan setelah jangka waktu setelah melakukan penelitian
tersebut berakhir. atas permohonan
(3) Apabila Surat Ketetapan pengembalian kelebihan
Pajak Lebih Bayar terlambat pembayaran pajak dari Wajib
diterbitkan dalam Pajak dengan kriteria
jangka waktu sebagaimana tertentu, menerbitkan Surat
dimaksud pada ayat (2), maka Keputusan Pengembalian
kepada Wajib Pendahuluan Kelebihan
Pajak diberikan imbalan bunga Pajak paling lambat 3 (tiga)
sebesar 2 % (dua persen) bulan sejak permohonan
sebulan dihitung diterima untuk Pajak
sejak berakhirnya jangka waktu Penghasilan dan paling lambat 1
sebagaimana dimaksud pada (satu) bulan sejak permohonan
ayat (2) sampai diterima untuk
dengan saat diterbitkan Surat Pajak Pertambahan Nilai.
Ketetapan Pajak Lebih Bayar.” (2) Kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
(3) Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak.
(4) Direktur Jenderal Pajak
dapat melakukan pemeriksaan
terhadap Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dan menerbitkan
surat
ketetapan pajak, setelah
melakukan pengembalian

40
pendahuluan kelebihan
pajak.
(5) Apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat
(4), Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang
Bayar, jumlah kekurangan pajak
ditambah dengan sanksi
administrasi
berupa kenaikan sebesar 100%
(seratus persen) dari jumlah
kekurangan
pembayaran pajak. terutang,
yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan
Peraturan
Menteri Keuangan.
(3) Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar masih dapat diterbitkan
lagi apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan
dan/atau data baru ternyata
pajak yang lebih
dibayar jumlahnya lebih besar
daripada kelebihan pembayaran
pajak yang
telah ditetapkan.
19. Ketentuan Pasal 17A diubah
sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 17A
(1) Direktur Jenderal Pajak,
setelah melakukan
pemeriksaan, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Nihil apabila
jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang
dibayar sama dengan jumlah
pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak atau
tidak ada pembayaran pajak.
(2) Tata cara penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Nihil diatur

41
dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Pasal 18 Pasal 18 Pasal 18 Ketentuan Pasal 18 diubah Pasal 18
(1)Surat Tagihan Pajak, Surat Ketentuan Pasal 18 diubah, Ayat (2) Pasal 18 dihapus, sehingga berbunyi sebagai Tidak diubah
Ketetapan Pajak, dan Surat sehingga seluruhnya menjadi sehingga keseluruhan Pasal 18 berikut : Pasal 18
Ketetapan Pajak Tambahan berbunyi sebagai berikut : berbunyi sebagai berikut : (1) Surat Tagihan Pajak, Surat (1) Surat Tagihan Pajak, Surat
merupakan dasar penagihan (1) Surat Tagihan Pajak, Surat (1) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
pajak. Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Surat Ketetapan Pajak
(2) Tata cara pelaksanaan Surat Ketetapan Pajak Kurang Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Kurang Bayar Tambahan, dan
penagihan pajak diatur lebih Bayar Tambahan, dan Surat Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pembetulan,
lanjut oleh Menteri Keuangan Keputusan Pembetulan, Surat Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Keputusan Keberatan, Putusan Surat Keputusan Putusan Banding, serta Putusan Keberatan, Putusan Banding,
Banding, yang Keberatan, Putusan Banding, Peninjauan Kembali, yang yang menyebabkan jumlah pajak
menyebabkan jumlah pajak yang menyebabkan jumlah menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
yang harus dibayar bertambah, pajak yang harus dibayar yang masih harus dibayar bertambah, merupakan dasar
merupakan dasar penagihan bertambah, merupakan dasar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak.
pajak. penagihan pajak. penagihan pajak. (2) dihapus.
(2) Tata cara pelaksanaan (2) dihapus. (2)Dihapus.
penagihan pajak ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.

Pasal 19 Pasal 19 Ketentuan Pasal 19 diubah,


(1) Apabila atas pajak yang Tidak Diubah sehingga keseluruhan Pasal 19
terhutang, pada saat jatuh tempo (1) Apabila atas pajak yang berbunyi sebagai
pembayaran terhutang, pada saat jatuh berikut:
tidak dibayar atau kurang tempo pembayaran tidak Pasal 19
dibayar, maka atas jumlah pajak dibayar atau kurang dibayar,
yang tidak maka atas jumlah pajak yang (1) Apabila atas pajak yang
dibayar atau kurang dibayar itu, tidak terutang menurut Surat
dikenakan bunga sebesar 2% (dua dibayar atau kurang dibayar itu, Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
persen) dikenakan bunga sebesar 2% atau
sebulan untuk seluruh masa, yang (dua persen) sebulan untuk
dihitung dari jatuh tempo sampai seluruh masa, yang dihitung dari Surat Ketetapan Pajak Kurang
dengan hari pembayaran dan jatuh tempo sampai dengan Bayar Tambahan, dan tambahan
bagian dari bulan dihitung penuh hari pembayaran dan bagian jumlah pajak yang harus
satu bulan. dari bulan dihitung penuh satu
(2) Dalam hal Wajib Pajak bulan. dibayar berdasarkan Surat
diperbolehkan mengangsur atau (2) Dalam hal Wajib Pajak Keputusan Pembetulan, Surat
menunda diperbolehkan mengangsur atau Keputusan Keberatan, atau
pembayaran pajak, juga menunda pembayaran pajak,
dikenakan bunga sebesar 2% (dua juga dikenakan bunga sebesar Putusan Banding, pada saat
persen) 2% (dua persen) sebulan. jatuh tempo pembayaran tidak
sebulan. (3) Dalam hal Wajib Pajak atau kurang dibayar, maka
(3) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda
diperbolehkan menunda penyampaian Surat atas jumlah pajak yang tidak

42
penyampaian Surat Pemberitahuan dan ternyata atau kurang dibayar itu,
Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara pajak dikenakan sanksi administrasi
penghitungan sementara pajak yang terhutang sebagaimana
yang terhutang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) berupa bunga sebesar 2% (dua
sebagaimana dimaksud dalam kurang dari jumlah pajak yang persen) sebulan untuk seluruh
Pasal 3 ayat (5) kurang dari sebenarnya terhutang, maka masa, yang dihitung dari
jumlah pajak atas kekurangan pembayaran
yang sebenarnya terhutang, maka pajak tanggal jatuh tempo sampai
atas kekurangan pembayaran tersebut, dikenakan bunga dengan tanggal pembayaran
pajak sebesar 2% (dua persen) atau tanggal diterbitkannya
tersebut, dikenakan bunga sebulan yang dihitung dari saat
sebesar 2% (dua persen) sebulan berakhirnya kewajiban Surat Tagihan Pajak, dan bagian
yang dihitung menyampaikan Surat dari bulan dihitung penuh 1
dari saat berakhirnya kewajiban Pemberitahuan sebagaimana (satu) bulan.
menyampaikan Surat dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
Pemberitahuan huruf b sampai dengan hari (2) Dalam hal Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam dibayarnya kekurangan diperbolehkan mengangsur atau
Pasal 3 ayat (3) huruf b sampai pembayaran tersebut. menunda pembayaran pajak,
dengan hari
dibayarnya kekurangan juga dikenakan bunga sebesar
pembayaran tersebut. 2% (dua persen) sebulan, dan
bagian dari bulan dihitung

penuh 1 (satu) bulan.

(3) Dalam hal Wajib Pajak


diperbolehkan menunda
penyampaian Surat
Pemberitahuan

dan ternyata penghitungan


sementara pajak yang terutang
sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (5) kurang


dari jumlah pajak yang
sebenarnya terutang, maka atas

kekurangan pembayaran pajak


tersebut, dikenakan bunga
sebesar 2% (dua persen)

sebulan yang dihitung dari saat


berakhirnya kewajiban
menyampaikan Surat

43
Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
huruf b sampai dengan
(1) Apabila atas pajak yang
terutang menurut Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, dan tambahan
jumlah pajak yang harus
dibayar berdasarkan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, atau
Putusan Banding, pada saat
jatuh tempo pembayaran tidak
atau kurang dibayar, maka
atas jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar itu,
dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan untuk seluruh
masa, yang dihitung dari
tanggal jatuh tempo sampai
dengan tanggal pembayaran
atau tanggal diterbitkannya
Surat Tagihan Pajak, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak
diperbolehkan mengangsur atau
menunda pembayaran pajak,
juga dikenakan bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan, dan
bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
(3) Dalam hal Wajib Pajak
diperbolehkan menunda
penyampaian Surat
Pemberitahuan
dan ternyata penghitungan
sementara pajak yang terutang
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (5) kurang
dari jumlah pajak yang
sebenarnya terutang, maka atas
kekurangan pembayaran pajak

44
tersebut, dikenakan bunga
sebesar 2% (dua persen)
sebulan yang dihitung dari saat
berakhirnya kewajiban
menyampaikan Surat
Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
huruf b sampai dengan
tanggal dibayarnya kekurangan
pembayaran tersebut, dan
bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
Pasal 20 Ketentuan Pasal 20 diubah, Ketentuan Pasal 20 diubah dan Ketentuan Pasal 20 diubah Pasal 20
Menyimpang dari ketentuan sehingga menjadi berbunyi dijadikan ayat (2), dan ditambah sehingga berbunyi sebagai Tidak Diubah
sebagaimana dimaksud dalam sebagai berikut : 2 (dua) ayat yaitu ayat berikut: (1) Atas jumlah pajak yang
Pasal 9, jumlah Pasal 20 (1) dan ayat (3), sehingga Pasal 20 masih harus dibayar, yang
pajak yang terhutang Dikecualikan dari ketentuan keseluruhan Pasal 20 berbunyi (1) Atas jumlah pajak yang berdasarkan Surat Tagihan
berdasarkan Surat Tagihan Pajak, sebagaimana dimaksud dalam sebagai berikut masih harus dibayar, yang Pajak, Surat Ketetapan
Surat Ketetapan Pajak, Pasal 9, jumlah pajak yang Pasal 20 berdasarkan Surat Tagihan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
atau Surat Ketetapan Pajak terutang berdasarkan Surat (1) Jumlah pajak yang terutang Pajak, Surat Ketetapan Ketetapan Pajak
Tambahan ditagih seketika, dalam Tagihan Pajak, Surat Ketetapan berdasarkan Surat Tagihan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Kurang Bayar Tambahan, dan
hal: Pajak Kurang Bayar, Surat Pajak, Surat Ketetapan Pajak Ketetapan Pajak Surat Keputusan
a. Wajib Pajak atau wakilnya Ketetapan Pajak Kurang Bayar Kurang Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, dan Pembetulan, Surat Keputusan
sebagaimana dimaksud dalam Tambahan, dan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Pasal 32 ayat (2) Surat Keputusan Pembetulan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Banding, serta Putusan
akan meninggalkan Indonesia Surat Keputusan Keberatan, Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Peninjauan Kembali yang
untuk selama-lamanya ataupun Putusan Banding, yang Keberatan, Putusan Banding, Banding, serta Putusan menyebabkan jumlah pajak yang
berniat untuk menyebabkan jumlah pajak yang menyebabkan jumlah Peninjauan Kembali yang masih harus dibayar
itu; yang harus dibayar bertambah, pajak yang harus dibayar menyebabkan jumlah pajak bertambah, yang tidak dibayar
b. Wajib Pajak atau wakilnya ditagih seketika dan sekaligus bertambah, yang tidak dibayar yang masih harus dibayar oleh Penanggung Pajak
sebagaimana dimaksud dalam dalam hal : oleh Penanggung Pajak sesuai bertambah, yang tidak dibayar sesuai dengan jangka waktu
Pasal 32 ayat (2) a. Penanggung Pajak akan dengan jangka waktu oleh Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud
menghentikan atau secara nyata meninggalkan Indonesia untuk sebagaimana dimaksud dalam sesuai dengan jangka waktu dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat
mengecilkan kegiatan selama-lamanya atau berniat Pasal 9 ayat (3), ditagih dengan sebagaimana dimaksud (3a) dilaksanakan
perusahannya atau untuk itu; Surat Paksa. dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat penagihan pajak dengan Surat
pekerjaan yang dilakukannya di b. Penanggung Pajak (2) Dikecualikan dari ketentuan (3a) dilaksanakan Paksa sesuai dengan
Indonesia ataupun menghentikan atau secara nyata sebagaimana dimaksud dalam penagihan pajak dengan Surat ketentuan peraturan
memindahtangankan mengecilkan kegiatan ayat (1), penagihan Paksa sesuai dengan perundang-undangan
barang bergerak atau barang tak perusahaannya atau pekerjaan seketika dan sekaligus dilakukan ketentuan peraturan perpajakan.
bergerak yang dimilikinya atau yang dilakukannya di Indonesia dalam hal: perundang-undangan (2) Dikecualikan dari ketentuan
dikuasainya; ataupun memindahtangankan a. Penanggung Pajak akan perpajakan. sebagaimana dimaksud
c. Pembubaran Badan atau niat barang bergerak atau barang meninggalkan Indonesia untuk (2) Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (1), penagihan
untuk membubarkannya, tidak bergerak yang dimiliki atau selama-lamanya atau berniat sebagaimana dimaksud seketika dan sekaligus
pernyataan pailit, dikuasainya; untuk itu; pada ayat (1), penagihan dilakukan apabila:
begitu pula dalam hal terjadi c. Pembubaran badan atau b. Penanggung Pajak seketika dan sekaligus a. Penanggung Pajak akan
penyitaanatas barang bergerak niat untuk membubarkannya, memindahtangankan barang dilakukan apabila: meninggalkan Indonesia

45
a. Penanggung Pajak akan
meninggalkan Indonesia
untuk selama-lamanya atau untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu; berniat untuk itu;
b. Penanggung Pajak b. Penanggung Pajak
memindahtangankan barang memindahtangankan barang
yang dimiliki atau yang dikuasai yang dimiliki atau yang dikuasai
dalam rangka dalam rangka
yang dimiliki atau yang dikuasai menghentikan atau mengecilkan menghentikan atau mengecilkan
dalam kegiatan kegiatan
rangka menghentikan atau perusahaan atau pekerjaan yang perusahaan atau pekerjaan yang
mengecilkan kegiatan dilakukannya di dilakukannya di
perusahaan, atau pekerjaan Indonesia; Indonesia;
yang c. terdapat tanda-tanda bahwa c. terdapat tanda-tanda bahwa
dilakukannya di Indonesia; Penanggung Pajak Penanggung Pajak
c. terdapat tanda-tanda bahwa akan membubarkan badan akan membubarkan badan
Penanggung Pajak akan usaha atau usaha atau
membubarkan badan usahanya, menggabungkan atau menggabungkan atau
atau menggabungkan usahanya, memekarkan usaha, atau memekarkan usaha, atau
atau memekarkan usahanya, memindahtangankan memindahtangankan
atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau perusahaan yang dimiliki atau
perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau yang dikuasainya, atau
yang dikuasainya, atau melakukan perubahan melakukan perubahan
melakukan perubahan bentuk bentuk lainnya; bentuk lainnya;
lainnya; d. badan usaha akan d. badan usaha akan
d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau dibubarkan oleh negara; atau
dibubarkan oleh Negara; atau e. terjadi penyitaan atas barang e. terjadi penyitaan atas barang
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak Penanggung Pajak
Penanggung Pajak oleh pihak oleh pihak ketiga atau terdapat oleh pihak ketiga atau terdapat
ketiga atau terdapat tandatanda tanda-tanda tanda-tanda
kepailitan. kepailitan. kepailitan.
atau barang pernyataan pailit, begitu pula (3) Penagihan pajak dengan (3) Penagihan pajak dengan (3) Penagihan pajak dengan
tidak bergerak milik Wajib Pajak dalam hal terjadi penyitaan atas Surat Paksa dilaksanakan sesuai Surat Paksa dilaksanakan Surat Paksa dilaksanakan
atau wakilnya sebagaimana barang bergerak atau dengan ketentuan sesuai dengan ketentuan sesuai dengan ketentuan
dimaksud barang tidak bergerak milik peraturan perundang-undangan peraturan perundangundangan peraturan perundangundangan
dalam Pasal 32 ayat (2). Penanggung Pajak.” yang berlaku. perpajakan. perpajakan.
Pasal 21 Ketentuan Pasal 21 ayat (1), Ketentuan Pasal 21 ayat (2), Ketentuan Pasal 21 diubah Pasal 21
(1) Negara mempunyai hak ayat (3), dan ayat (4) diubah, ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) sehingga berbunyi sebagai Tidak Diubah
mendahulu untuk tagihan pajak sehingga Pasal diubah, sehingga berikut: (1) Negara mempunyai hak
atas barangbarang Wajib Pajak 21 seluruhnya menjadi berbunyi keseluruhan Pasal 21 berbunyi Pasal 21 mendahulu untuk utang pajak
begitu pula atas barang-barang sebagai berikut : sebagai berikut: (1) Negara mempunyai hak atas barang-barang milik
milik wakilnya, serta “Pasal 21 Pasal 21 mendahulu untuk utang pajak Penanggung Pajak.
orang atau Badan yang menurut (1) Negara mempunyai hak (1) Negara mempunyai hak atas barang-barang milik (2) Ketentuan tentang hak
Pasal 32 ayat (2) dan ketentuan mendahulu untuk tagihan pajak mendahulu untuk tagihan pajak Penanggung Pajak. mendahulu sebagaimana
undangundang perpajakan atas barang- barang milik atas barang-barang milik (2) Ketentuan tentang hak dimaksud pada ayat (1) meliputi
lainnya, bertanggung jawab Penanggung Pajak. Penanggung Pajak. mendahulu sebagaimana pokok pajak, sanksi

46
secara pribadi dan/atau (2) Ketentuan tentang hak (2) Ketentuan tentang hak dimaksud pada ayat (1) meliputi administrasi berupa bunga,
secara renteng. mendahulu sebagaimana mendahulu sebagaimana pokok pajak, sanksi denda, kenaikan, dan
(2) Ketentuan tentang hak dimaksud pada ayat (1), dimaksud dalam ayat (1), administrasi berupa bunga, biaya penagihan pajak.
mendahulu sebagaimana meliputi pokok pajak, bunga, meliputi denda, kenaikan, dan (3) Hak mendahulu untuk utang
dimaksud dalam ayat (1), dendaadministrasi, kenaikan, pokok pajak, sanksi administrasi biaya penagihan pajak. pajak melebihi segala hak
meliputi pokok pajak, bunga, dan berupa bunga, denda, kenaikan, (3) Hak mendahulu untuk utang mendahulu lainnya, kecuali
denda administrasi, kenaikan, dan biaya penagihan. dan biaya penagihan pajak melebihi segala hak terhadap:
biaya (3) Hak mendahulu untuk pajak. mendahulu lainnya, kecuali a. biaya perkara yang hanya
penagihan. tagihan pajak melebihi segala (3) Hak mendahulu untuk terhadap: disebabkan oleh suatu
(3) Hak mendahulu untuk tagihan hak mendahulu lainnya, kecuali tagihan pajak melebihi segala a. biaya perkara yang hanya penghukuman untuk melelang
pajak melebihi segala hak terhadap : hak mendahulu lainnya, kecuali disebabkan oleh suatu suatu barang
mendahulu a. biaya perkara yang semata- terhadap: penghukuman untuk melelang bergerak dan/atau barang tidak
lainnya, kecuali terhadap hak mata disebabkan suatu a. biaya perkara yang semata- suatu barang bergerak;
mendahulu dari pihak-pihak penghukuman untuk melelang mata disebabkan suatu bergerak dan/atau barang tidak b. biaya yang telah dikeluarkan
sebagaimana suatu barang bergerak maupun penghukuman untuk melelang bergerak; untuk menyelamatkan
dimaksud dalam Pasal 1139 tidak bergerak; suatu b. biaya yang telah dikeluarkan barang dimaksud; dan/atau
angka 1 dan angka 4, Pasal 1149 b. biaya yang telah barang bergerak dan atau untuk menyelamatkan c. biaya perkara, yang hanya
angka 1 dikeluarkan untuk barang tidak bergerak; barang dimaksud; dan/atau disebabkan oleh
Kitab Undang undang Hukum menyelamatkan suatu barang; b. biaya yang telah dikeluarkan c. biaya perkara, yang hanya pelelangan dan penyelesaian
Perdata dan dalam Pasal 80 dan c. biaya perkara, semata-mata untuk menyelamatkan barang disebabkan oleh suatu warisan.
Pasal 81 disebabkan pelelangan dan dimaksud; pelelangan dan penyelesaian (3a) Dalam hal Wajib Pajak
Kitab Undang undang Hukum penyelesaian suatu warisan. c. biaya perkara, yang semata- suatu warisan. dinyatakan pailit, bubar, atau
Dagang. (4) Hak mendahulu itu hilang mata disebabkan pelelangan (3a) Dalam hal Wajib Pajak dilikuidasi maka kurator,
(4) Hak mendahulu itu hilang setelah lampau waktu dua dan penyelesaian suatu dinyatakan pailit, bubar, atau likuidator, atau orang atau
setelah lampau waktu dua tahun tahun sejak tanggal diterbitkan warisan. dilikuidasi maka kurator, badan yang ditugasi untuk
sejak tanggal Surat Tagihan Pajak, Surat (4) Hak mendahulu itu hilang likuidator, atau orang atau melakukan pemberesan
diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Ketetapan Pajak setelah lampau waktu 2 (dua) badan yang ditugasi untuk dilarang membagikan harta
Surat Ketetapan Pajak, atau Surat Kurang Bayar, Surat Ketetapan tahun sejak tanggal melakukan pemberesan Wajib Pajak dalam pailit,
Ketetapan Pajak Tambahan, Pajak Kurang Bayar Tambahan, diterbitkan Surat Tagihan Pajak, dilarang membagikan harta pembubaran atau likuidasi
kecuali apabila dalam jangka dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Wajib Pajak dalam pailit, kepada pemegang saham
waktu Surat Paksa untuk Surat Keputusan Pembetulan, Bayar, Surat Ketetapan pembubaran atau likuidasi atau kreditur lainnya sebelum
membayar itu diberitahukan Surat Keputusan Keberatan, Pajak Kurang Bayar Tambahan, kepada pemegang saham menggunakan harta
secara resmi, atau diberikan Putusan dan Surat Keputusan atau kreditur lainnya sebelum tersebut untuk membayar utang
penundaan pembayaran. Banding, yang menyebabkan Pembetulan, Surat Keputusan menggunakan harta pajak Wajib Pajak
(5) Dalam hal Surat Paksa untuk jumlah pajak yang harus dibayar Keberatan, Putusan Banding, tersebut untuk membayar utang tersebut.
membayar diberitahukan secara bertambah, kecuali apabila yang menyebabkan jumlah pajak Wajib Pajak (4) Hak mendahulu hilang
resmi, dalam jangka waktu dua tahun pajak yang harus dibayar tersebut. setelah melampaui waktu 5
jangka waktu dua tahun tersebut, bertambah, kecuali apabila (4) Hak mendahulu hilang (lima) tahun sejak tanggal
sebagaimana dimaksud dalam Surat Paksa untuk membayar itu dalam jangka waktu 2 (dua) setelah melampaui waktu 5 diterbitkan Surat Tagihan
ayat (4), dihitung diberitahukan secara resmi, tahun tersebut, Surat Paksa (lima) tahun sejak tanggal Pajak, Surat Ketetapan Pajak
sejak tanggal pemberitahuan atau untuk membayar itu diterbitkan Surat Tagihan Kurang Bayar, Surat
Surat Paksa, atau dalam hal diberikan penundaan diberitahukan secara resmi, Pajak, Surat Ketetapan Pajak Ketetapan Pajak Kurang Bayar
diberikan pembayaran. atau diberikan penundaan Kurang Bayar, Surat Tambahan, Surat
penundaan pembayaraan jangka (5) Dalam hal Surat Paksa pembayaran. Ketetapan Pajak Kurang Bayar Keputusan Pembetulan, Surat
waktu dua tahun tersebut untuk membayar diberitahukan (5) Dalam hal Surat Paksa untuk Tambahan, Surat Keputusan Keberatan,
ditambah secara resmi, jangka waktu dua membayar diberitahukan secara Keputusan Pembetulan, Surat Putusan Banding, atau Putusan

47
Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali Peninjauan Kembali
yang menyebabkan jumlah yang menyebabkan jumlah pajak
pajak yang harus dibayar yang harus dibayar
bertambah. bertambah.
(5) Perhitungan jangka waktu (5) Perhitungan jangka waktu
hak mendahulu ditetapkan hak mendahulu ditetapkan
dengan jangka waktu penundaan sebagai berikut: sebagai berikut:
pembayaran. a. dalam hal Surat Paksa a. dalam hal Surat Paksa untuk
(5) Dalam hal Surat Paksa untuk untuk membayar diberitahukan membayar
membayar diberitahukan secara secara resmi maka jangka waktu diberitahukan secara resmi
resmi, 5 maka jangka waktu 5
jangka waktu dua tahun (lima) tahun sebagaimana (lima) tahun sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam tahun sebagaimana dimaksud resmi, jangka waktu 2 dimaksud pada ayat (4) dimaksud pada ayat (4)
ayat (4), dihitung pada ayat (4), dihitung (dua) tahun sebagaimana dihitung sejak pemberitahuan dihitung sejak pemberitahuan
sejak tanggal pemberitahuan sejak tanggal pemberitahuan dimaksud dalam ayat (4), Surat Paksa; atau Surat Paksa; atau
Surat Paksa, atau dalam hal Surat Paksa, atau dalam hal dihitung sejak tanggal b. dalam hal diberikan b. dalam hal diberikan
diberikan diberikan pemberitahuan Surat Paksa, penundaan pembayaran atau penundaan pembayaran atau
penundaan pembayaraan jangka penundaan pembayaran jangka atau dalam hal diberikan persetujuan angsuran persetujuan angsuran
waktu dua tahun tersebut waktu dua tahun tersebut penundaan pembayaran jangka pembayaran maka jangka pembayaran maka jangka
ditambah ditambah waktu 2 (dua) tahun tersebut waktu 5 (lima) tahun tersebut waktu 5 (lima) tahun tersebut
dengan jangka waktu penundaan dengan jangka waktu ditambah dengan jangka waktu dihitung sejak batas dihitung sejak batas
pembayaran. penundaan pembayaran. penundaan pembayaran. akhir penundaan diberikan. akhir penundaan diberikan.
Pasal 22 Ketentuan Pasal 22 diubah dan Ketentuan Pasal 22 diubah, Ketentuan Pasal 22 diubah Ketentuan Pasal 22 tidak diubah,
Hak untuk melakukan penagihan ditambah dengan ayat (2), sehingga keseluruhan Pasal 22 sehingga berbunyi sebagai berbunyi sebagai
pajak; termasuk bunga, denda sehingga Pasal berbunyi sebagai berikut : berikut: berikut:
administrasi, kenaikan, 22 seluruhnya menjadi berbunyi “Pasal 22 Pasal 22 Pasal 22
dan biaya penagihan gugur sebagai berikut: (1) Hak untuk melakukan (1) Hak untuk melakukan (1) Hak untuk melakukan
setelah lampau waktu lima tahun “Pasal 22 penagihan pajak, termasuk penagihan pajak, termasuk penagihan pajak, termasuk
terhitung sejak saat (1) Hak untuk melakukan bunga, denda, kenaikan, bunga, denda, kenaikan, dan bunga, denda, kenaikan, dan
terhutangnya pajak atau penagihan pajak, termasuk dan biaya penagihan pajak, biaya penagihan pajak, biaya penagihan pajak,
berakhirnya Masa Pajak, Bagian bunga, denda, daluwarsa setelah lampau daluwarsa setelah melampaui daluwarsa setelah melampaui
Tahun Pajak, atau Tahun kenaikan, dan biaya penagihan, waktu 10 (sepuluh) waktu 5 (lima) tahun waktu 5 (lima) tahun
Pajak yang bersangkutan, kecuali daluwarsa setelah lampau tahun terhitung sejak saat terhitung sejak penerbitan Surat terhitung sejak penerbitan Surat
apabila Wajib Pajak melakukan waktu terutangnya pajak atau Tagihan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
tindak pidana di sepuluh tahun terhitung sejak berakhirnya Masa Pajak, Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
bidang perpajakan sebagaimana saat terutangnya pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun serta Surat Ketetapan serta Surat Ketetapan
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (7) berakhirnya Pajak yang bersangkutan. Pajak Kurang Bayar Tambahan, Pajak Kurang Bayar Tambahan,
dan Pasal 15 ayat Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak (2) Daluwarsa penagihan pajak dan Surat Keputusan dan Surat Keputusan
(4). atau tahun Pajak yang sebagaimana dimaksud dalam Pembetulan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
bersangkutan. ayat (1) tertangguh Keberatan, Putusan Keberatan, Putusan
(2) Daluwarsa penagihan pajak apabila : Banding, serta Putusan Banding, serta Putusan
sebagaimana dimaksud pada a. diterbitkan Surat Teguran dan Peninjauan Kembali. Peninjauan Kembali.
ayat (1) Surat Paksa; (2) Daluwarsa . . . (2) Daluwarsa . . .
tertanggung apabila : b. ada pengakuan utang pajak (2) Daluwarsa penagihan pajak (2) Daluwarsa penagihan pajak

48
a. diterbitkan Surat Teguran dan dari Wajib Pajak baik langsung sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud
Surat Paksa; maupun pada ayat (1) tertangguh pada ayat (1) tertangguh
b. ada pengakuan utang pajak tidak langsung; apabila: apabila:
dari Wajib Pajak baik langsung c. diterbitkan Surat Ketetapan a. diterbitkan Surat Paksa; a. diterbitkan Surat Paksa;
maupun Pajak Kurang Bayar b. ada pengakuan utang pajak b. ada pengakuan utang pajak
tidak langsung. sebagaimana dimaksud dari Wajib Pajak baik dari Wajib Pajak baik
c. diterbitkan Surat Ketetapan dalam Pasal 13 ayat (5) atau langsung maupun tidak langsung maupun tidak
Pajak Kurang Bayar Surat Ketetapan Pajak Kurang langsung; langsung;
sebagaimana Bayar c. diterbitkan Surat Ketetapan c. diterbitkan Surat Ketetapan
dimaksud dalam Pasal 13 ayat Tambahan sebagaimana Pajak Kurang Bayar Pajak Kurang Bayar
(5) atau Surat Ketetapan Pajak dimaksud dalam Pasal 15 ayat sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Kurang Bayar Tambahan (4).” Pasal 13 ayat (5), Pasal 13 ayat (5),
sebagaimana dimaksud dalam atau Surat Ketetapan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak
Pasal 15 Kurang Bayar Kurang Bayar
ayat (4).” Tambahan sebagaimana Tambahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 dimaksud dalam Pasal 15
ayat (4); atau ayat (4); atau
d. dilakukan penyidikan tindak d. dilakukan penyidikan tindak
pidana di bidang pidana di bidang
perpajakan. perpajakan.
Pasal 23 Ketentuan Pasal 23 diubah dan Ketentuan Pasal 23 ayat (2) Ketentuan Pasal 23 diubah Ketentuan Pasal 23 tidak diubah,
Jumlah Pajak yang terhutang ditambah dengan ayat (2), dan diubah, dan ayat (1) dan ayat (3) sehingga berbunyi sebagai berbunyi sebagai
berdasarkan Surat Tagihan Pajak, ayat (3), dihapus, sehingga berikut: berikut:
Surat Ketetapan Pajak, sehingga Pasal 23 seluruhnya keseluruhan Pasal 23 berbunyi Pasal 23 Pasal 23
dan Surat Ketetapan Pajak menjadi berbunyi sebagai sebagai berikut : (1) Dihapus. (1) Dihapus.
Tambahan yang tidak dibayar berikut : “Pasal 23 (2) Gugatan Wajib Pajak atau (2) Gugatan Wajib Pajak atau
pada waktunya dapat ditagih “Pasal 23 (1) Jumlah pajak yang (1) dihapus. Penanggung Pajak terhadap: Penanggung Pajak terhadap:
dengan Surat Paksa. terutang berdasarkan Surat (2) Gugatan Wajib Pajak atau a. pelaksanaan Surat Paksa, a. pelaksanaan Surat Paksa,
Tagihan Pajak, Surat Penanggung Pajak terhadap : Surat Perintah Surat Perintah
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, a. Pelaksanaan Surat Paksa, Melaksanakan Penyitaan, atau Melaksanakan Penyitaan, atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Surat Perintah Melaksanakan Pengumuman Pengumuman
Bayar Penyitaan, Lelang; Lelang;
Tambahan dan Surat Keputusan atau Pengumuman Lelang; b. keputusan pencegahan dalam b. keputusan pencegahan dalam
Pembetulan, Surat Keputusan b. Keputusan yang berkaitan rangka penagihan rangka penagihan
Keberatan, Putusan Banding, dengan pelaksanaan keputusan pajak; pajak;
yang menyebabkan jumlah perpajakan, c. keputusan yang berkaitan c. keputusan yang berkaitan
pajak yang selain yang ditetapkan dalam dengan pelaksanaan dengan pelaksanaan
harus dibayar bertambah, yang Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; keputusan perpajakan, selain keputusan perpajakan, selain
tidak dibayar Penanggung Pajak c. Keputusan pembetulan yang ditetapkan yang ditetapkan
pada sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 25 ayat (1) dan dalam Pasal 25 ayat (1) dan
waktunya, dapat ditagih dengan Pasal 16 yang Pasal 26; atau Pasal 26; atau
Surat Paksa. berkaitan dengan Surat Tagihan d. penerbitan surat ketetapan d. penerbitan surat ketetapan
(2) Sanggahan dan/atau gugatan Pajak; pajak atau Surat pajak atau Surat
Penanggung Pajak terhadap d. Keputusan sebagaimana Keputusan Keberatan yang Keputusan Keberatan yang
pelaksanaan dimaksud dalam Pasal 36 yang dalam penerbitannya dalam penerbitannya
Surat Paksa, sita atau lelang berkaitan tidak sesuai dengan prosedur tidak sesuai dengan prosedur

49
hanya dapat diajukan kepada dengan Surat Tagihan Pajak; atau tata cara yang atau tata cara yang
badan hanya dapat diajukan kepada telah diatur dalam ketentuan telah diatur dalam ketentuan
peradilan pajak. badan peraturan perundangundangan peraturan perundangundangan
(3) Pelaksanaan penagihan pajak peradilan pajak. perpajakan perpajakan
dengan Surat Paksa (3) dihapus.” hanya dapat diajukan kepada hanya dapat diajukan kepada
berpedoman pada badan peradilan pajak. badan peradilan pajak.
peraturan perundang-undangan (3) Dihapus. (3) Dihapus.
yang berlaku.” 29. Ketentuan . . . 29. Ketentuan . . .
Pasal 24 Pasal 24 tidak mengalami Ketentuan Pasal 24 diubah, Ketentuan Pasal 24 diubah Ketentuan Pasal 24 tidak diubah,
Tata cara penghapusan piutang perubahan, berbunyi sebagai sehingga keseluruhan Pasal 24 sehingga berbunyi sebagai berbunyi sebagai
pajak dan penetapan besarnya berikut: berbunyi sebagai berikut : berikut: berikut:
penghapusan diatur Tata cara penghapusan piutang “Pasal 24 Pasal 24 Pasal 24
oleh Menteri Keuangan. pajak dan penetapan besarnya Tata cara penghapusan piutang Tata cara penghapusan piutang Tata cara penghapusan piutang
penghapusan diatur pajak dan penetapan besarnya pajak dan penetapan pajak dan penetapan
oleh Menteri Keuangan penghapusan besarnya penghapusan diatur besarnya penghapusan diatur
diatur dengan Keputusan dengan atau berdasarkan dengan atau berdasarkan
Menteri Keuangan.” Peraturan Menteri Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 25 Ketentuan Pasal 25 diubah dan Ketentuan Pasal 25 ayat (3), Ketentuan Pasal 25 diubah Ketentuan Pasal 25 tidak diubah
(1) Wajib Pajak dapat ditambah dengan satu ayat, ayat (4), dan ayat (5) diubah, sehingga berbunyi sebagai sehingga berbunyi sebagai
mengajukan keberatan kepada sehingga Pasal sehingga keseluruhan berikut: berikut:
Direktur Jenderal Pajak atas 25 seluruhnya menjadi berbunyi Pasal 25 berbunyi sebagai Pasal 25 Pasal 25
suatu : sebagai berikut: berikut : (1) Wajib Pajak dapat (1) Wajib Pajak dapat
a. Surat Pemberitaan; “Pasal 25 “Pasal 25 mengajukan keberatan hanya mengajukan keberatan hanya
b. Surat Ketetapan Pajak; (1) Wajib Pajak dapat (1) Wajib Pajak dapat kepada Direktur Jenderal Pajak kepada Direktur Jenderal Pajak
c. Surat Ketetapan Pajak mengajukan keberatan hanya mengajukan keberatan hanya atas suatu: atas suatu:
Tambahan; kepada Direktur kepada Direktur Jenderal a. Surat Ketetapan Pajak Kurang a. Surat Ketetapan Pajak Kurang
d. Surat Keputusan Kelebihan Jenderal Pajak atas suatu : Pajak atas suatu : Bayar; Bayar;
Pembayaran; a. Surat Ketetapan Pajak Kurang a. Surat Ketetapan Pajak Kurang b. Surat Ketetapan Pajak Kurang b. Surat Ketetapan Pajak Kurang
e. Pemotongan atau pemungutan Bayar; Bayar; Bayar Tambahan; Bayar Tambahan;
oleh pihak ketiga berdasarkan b. Surat Ketetapan Pajak Kurang b. Surat Ketetapan Pajak Kurang c. Surat Ketetapan Pajak Nihil; c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
ketentuan Bayar Tambahan; Bayar Tambahan; d. Surat Ketetapan Pajak Lebih d. Surat Ketetapan Pajak Lebih
peraturan perundang-undangan c. Surat Ketetapan Pajak Lebih c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau Bayar; atau
perpajakan. Bayar; Bayar; e. pemotongan atau e. pemotongan atau
(2) Keberatan diajukan secara d. Surat Ketetapan Pajak Nihil; d. Surat Ketetapan Pajak Nihil; pemungutan pajak oleh pihak pemungutan pajak oleh pihak
tertulis dalam bahasa Indonesia e. Pemotongan atau e. Pemotongan atau ketiga berdasarkan ketentuan ketiga berdasarkan ketentuan
dengan menyatakan pemungutan oleh pihak ketiga pemungutan oleh pihak ketiga peraturan perundangundangan peraturan perundangundangan
alasan-alasan secara jelas. berdasarkan berdasarkan ketentuan perpajakan. perpajakan.
(3) Keberatan harus diajukan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan (2) Keberatan diajukan secara (2) Keberatan diajukan secara
dalam jangka waktu tiga bulan perundang-undangan perpajakan. tertulis dalam bahasa tertulis dalam bahasa
sejak tanggal surat, perpajakan. (2) Keberatan diajukan secara Indonesia dengan Indonesia dengan
tanggal pemotongan atau (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia mengemukakan jumlah pajak mengemukakan jumlah pajak
pemungutan sebagaimana tertulis dalam bahasa Indonesia dengan yang yang
dimaksud dalam ayat (1), dengan mengemukakan jumlah pajak terutang, jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang
kecuali apabila Wajib Pajak dapat mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak dipotong atau dipungut, dipotong atau dipungut,
menunjukkan bahwa jangka terutang atau jumlah pajak yang yang dipotong atau jumlah rugi menurut atau jumlah rugi menurut
waktu itu tidak dipotong atau dipungut atau atau dipungut atau jumlah rugi penghitungan Wajib Pajak penghitungan Wajib Pajak

50
dapat dipenuhi karena keadaan di jumlah rugi menurut menurut penghitungan Wajib dengan disertai alasan yang dengan disertai alasan yang
luar kekuasaannya. penghitungan Wajib Pajak dengan disertai menjadi dasar menjadi dasar
(4) Tanda penerimaan Surat Pajak dengan disertai alasan- alasan-alasan yang jelas. penghitungan. penghitungan.
Keberatan yang diberikan oleh alasan yang jelas. (3) Keberatan harus diajukan (3) Keberatan harus diajukan (3) Keberatan harus diajukan
pejabat Direktorat (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) dalam jangka waktu 3 (tiga) dalam jangka waktu 3 (tiga)
Jenderal Pajak yang ditunjuk dalam jangka waktu tiga bulan bulan sejak tanggal surat, bulan sejak tanggal dikirim surat bulan sejak tanggal dikirim surat
untuk itu atau tanda pengiriman sejak tanggal tanggal pemotongan atau ketetapan pajak atau ketetapan pajak atau
Surat Keberatan surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana sejak tanggal pemotongan atau sejak tanggal pemotongan atau
melalui pos tercatat menjadi pemungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemungutan pajak pemungutan pajak
tanda bukti penerimaan Surat dimaksud kecuali apabila Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
Keberatan tersebut pada ayat (1), kecuali apabila dapat menunjukkan bahwa ayat (1) kecuali apabila ayat (1) kecuali apabila
bagi kepentingan Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat menunjukkan jangka waktu itu tidak Wajib Pajak dapat menunjukkan Wajib Pajak dapat menunjukkan
(5) Apabila diminta oleh Wajib bahwa dapat dipenuhi karena keadaan bahwa jangka waktu bahwa jangka waktu
Pajak untuk keperluan pengajuan jangka waktu itu tidak dapat di luar kekuasaannya. tersebut tidak dapat dipenuhi tersebut tidak dapat dipenuhi
keberatan, Direktur dipenuhi karena keadaan di luar (4) Keberatan yang tidak karena keadaan di luar karena keadaan di luar
Jenderal Pajak wajib memberikan kekuasaannya. memenuhi persyaratan kekuasaannya. kekuasaannya.
secara tertulis hal-hal yang (4) Keberatan yang tidak sebagaimana dimaksud dalam (3a) Dalam hal Wajib Pajak (3a) Dalam hal Wajib Pajak
menjadi dasar memenuhi persyaratan ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) mengajukan keberatan atas mengajukan keberatan atas
pengenaan, pemotongan, atau sebagaimana dimaksud tidak dianggap sebagai surat surat ketetapan pajak, Wajib surat ketetapan pajak, Wajib
pemungutan pajak. pada ayat (2) dan ayat (3) tidak keberatan, sehingga tidak Pajak wajib melunasi Pajak wajib melunasi
(6) Pengajuan keberatan tidak dianggap sebagai Surat dipertimbangkan. pajak yang masih harus dibayar pajak yang masih harus dibayar
menunda kewajiban membayar Keberatan, (5) Tanda penerimaan surat paling sedikit paling sedikit
pajak. sehingga tidak dipertimbangkan. keberatan yang diberikan oleh sejumlah yang telah disetujui sejumlah yang telah disetujui
(5) Tanda penerimaan Surat pejabat Direktorat Wajib Pajak dalam Wajib Pajak dalam
Keberatan yang diberikan oleh Jenderal Pajak yang ditunjuk pembahasan akhir hasil pembahasan akhir hasil
pejabat untuk itu atau tanda pengiriman pemeriksaan, sebelum surat pemeriksaan, sebelum surat
Direktorat Jenderal Pajak yang surat keberatan keberatan disampaikan. keberatan disampaikan.
ditunjuk untuk itu atau tanda melalui pos tercatat menjadi (4) Keberatan . . . (4) Keberatan . . .
pengiriman Surat Keberatan tanda bukti penerimaan surat (4) Keberatan yang tidak (4) Keberatan yang tidak
melalui pos tercatat menjadi keberatan. memenuhi persyaratan memenuhi persyaratan
tanda bukti (6) Apabila diminta oleh Wajib sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
penerimaan Surat Keberatan Pajak untuk keperluan ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (1), ayat (2), ayat (3),
tersebut bagi kepentingan Wajib pengajuan keberatan, atau ayat (3a) bukan merupakan atau ayat (3a) bukan merupakan
Pajak. Direktur Jenderal Pajak wajib surat keberatan surat keberatan
(6) Apabila diminta oleh Wajib memberikan keterangan secara sehingga tidak dipertimbangkan. sehingga tidak dipertimbangkan.
Pajak untuk keperluan tertulis hal-hal (5) Tanda penerimaan surat (5) Tanda penerimaan surat
pengajuan yang menjadi dasar pengenaan keberatan yang diberikan oleh keberatan yang diberikan oleh
keberatan, Direktur Jenderal pajak, penghitungan rugi, pegawai Direktorat Jenderal pegawai Direktorat Jenderal
Pajak wajib memberikan pemotongan atau Pajak yang ditunjuk untuk Pajak yang ditunjuk untuk
keterangan pemungutan pajak. menerima surat keberatan atau menerima surat keberatan atau
secara tertulis hal-hal yang (7) Pengajuan keberatan tidak tanda pengiriman surat tanda pengiriman surat
menjadi dasar pengenaan pajak, menunda kewajiban membayar keberatan melalui pos dengan keberatan melalui pos dengan
penghitungan rugi, pemotongan pajak dan bukti pengiriman surat, bukti pengiriman surat,
atau pemungutan pajak. pelaksanaan penagihan pajak.” atau melalui cara lain yang atau melalui cara lain yang
(7) Pengajuan keberatan tidak diatur dengan atau diatur dengan atau
menunda kewajiban membayar berdasarkan Peraturan Menteri berdasarkan Peraturan Menteri

51
pajak dan Keuangan menjadi Keuangan menjadi
pelaksanaan penagihan pajak.” tanda bukti penerimaan surat tanda bukti penerimaan surat
keberatan. keberatan.
(6) Apabila diminta oleh Wajib (6) Apabila diminta oleh Wajib
Pajak untuk keperluan Pajak untuk keperluan
pengajuan keberatan, Direktur pengajuan keberatan, Direktur
Jenderal Pajak wajib Jenderal Pajak wajib
memberikan keterangan secara memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang tertulis hal-hal yang
menjadi dasar pengenaan pajak, menjadi dasar pengenaan pajak,
penghitungan rugi, penghitungan rugi,
atau pemotongan atau atau pemotongan atau
pemungutan pajak. pemungutan pajak.
(7) Dalam hal Wajib Pajak (7) Dalam hal Wajib Pajak
mengajukan keberatan, jangka mengajukan keberatan, jangka
waktu pelunasan pajak waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a)
atas jumlah pajak yang atas jumlah pajak yang
belum dibayar pada saat belum dibayar pada saat
pengajuan keberatan, pengajuan keberatan,
tertangguh sampai dengan 1 tertangguh sampai dengan 1
(satu) bulan sejak tanggal (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan penerbitan Surat Keputusan
Keberatan. Keberatan.
(8) Jumlah pajak yang belum (8) Jumlah pajak yang belum
dibayar pada saat pengajuan dibayar pada saat pengajuan
permohonan keberatan permohonan keberatan
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) tidak termasuk sebagai ayat (7) tidak termasuk sebagai
utang pajak utang pajak
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 11 ayat (1) dan
ayat (1a). ayat (1a).
(9) Dalam hal keberatan Wajib (9) Dalam hal keberatan Wajib
Pajak ditolak atau Pajak ditolak atau
dikabulkan sebagian, Wajib dikabulkan sebagian, Wajib
Pajak dikenai sanksi Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda administrasi berupa denda
sebesar 50% (lima puluh sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah pajak persen) dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi dengan keberatan dikurangi dengan
pajak yang telah dibayar pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan. sebelum mengajukan keberatan.
(10) Dalam hal Wajib Pajak (10) Dalam hal Wajib Pajak

52
mengajukan permohonan mengajukan permohonan
banding, sanksi administrasi banding, sanksi administrasi
berupa denda sebesar berupa denda sebesar
50% (lima puluh persen) 50% (lima puluh persen)
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) tidak dikenakan. ayat (9) tidak dikenakan.

Pasal 26 Pasal 26 Pasal 26 31.Ketentuan Pasal 26 diubah Pasal 26


(1)Direktur Jenderal Pajak dalam (1)Direktur Jenderal Pajak dalam (1)Direktur Jenderal Pajak dalam sehingga berbunyi sebagai (1)Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu paling lama dua jangka waktu paling lama dua jangka waktu paling lama dua berikut: jangka waktu paling lama 12
belas bulan sejak belas bulan sejak belas bulan sejak Pasal 26 (dua belas) bulan sejak tanggal
tanggal Surat Keberatan diterima, tanggal Surat Keberatan tanggal Surat Keberatan (1)Direktur Jenderal Pajak dalam surat keberatan diterima harus
harus memberi keputusan atas diterima, harus memberi diterima, harus memberi jangka waktu paling lama 12 memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan. keputusan atas keberatan yang keputusan atas keberatan yang (dua belas)bulan sejak tanggal keberatan yang diajukan. ***)
(2)Sebelum surat keputusan diajukan. diajukan. surat keberatan diterima harus (2)Sebelum surat keputusan
diterbitkan, Wajib Pajak dapat (2)Sebelum surat keputusan (2)Sebelum surat keputusan memberi keputusan atas diterbitkan, Wajib Pajak dapat
menyampaikan alasantambahan diterbitkan, Wajib Pajak dapat diterbitkan, Wajib Pajak dapat keberatan yang diajukan. menyampaikan alasan
atau penjelasan tertulis. menyampaikan alasantambahan menyampaikan alasantambahan (2)Sebelum surat keputusan tambahan atau penjelasan
(3)Keputusan Direktur Jenderal atau penjelasan tertulis. atau penjelasan tertulis. diterbitkan, Wajib Pajak dapat tertulis. ***)
Pajak atas keberatan dapat (3)Keputusan Direktur Jenderal (3)Keputusan Direktur Jenderal menyampaikan alasan (3)Keputusan Direktur Jenderal
berupa menerima Pajak atas keberatan dapat Pajak atas keberatan dapat tambahan atau penjelasan Pajak atas keberatan dapat
seluruhnya atau sebagian, berupa menerima berupa menerima tertulis. berupa mengabulkan
menolak atau menambah seluruhnya atau sebagian, seluruhnya atau sebagian, (3)Keputusan Direktur Jenderal seluruhnya atau sebagian,
besarnya jumlah pajak yang menolak atau menambah menolak atau menambah Pajak atas keberatan dapat menolak atau menambah
terhutang. besarnya jumlah pajak yang besarnya jumlah pajak yang berupa mengabulkan besarnya jumlah pajak yang
(4)Dalam hal Wajib Pajak terhutang. terhutang. seluruhnya atau sebagian, masih harus dibayar. ***)
mengajukan keberatan atas (4)Dalam hal Wajib Pajak (4)Dalam hal Wajib Pajak menolak atau menambah (4)Dalam hal Wajib Pajak
ketetapan pajak yang mengajukan keberatan atas mengajukan keberatan atas besarnya jumlah pajak yang mengajukan keberatan atas
ditentukandalam Pasal 13 ayat (1) ketetapan pajak yang ketetapan pajak yang masih harus dibayar. surat ketetapan pajak
huruf b dan huruf d, Wajib Pajak ditentukandalam Pasal 13 ayat ditentukandalam Pasal 13 ayat (4)Dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
yang bersangkutan harus dapat (1) huruf b dan huruf d, Wajib (1) huruf b dan huruf d, Wajib mengajukan keberatan atas Pasal 13 ayat (1) huruf b dan
membuktikan ketidakbenaran Pajak yang bersangkutan harus Pajak yang bersangkutan harus surat ketetapan pajak huruf d, Wajib Pajak yang
ketetapan pajak tersebut. dapat membuktikan dapat membuktikan sebagaimana dimaksud dalam bersangkutan harus dapat
(5)Apabila jangka waktu ketidakbenaran ketetapan pajak ketidakbenaran ketetapan pajak Pasal 13 ayat (1) huruf b dan membuktikan ketidakbenaran
sebagaimana dimaksud dalam tersebut. tersebut. huruf d, Wajib Pajak ketetapan pajak tersebut. ***)
ayat (1) telah lewat dan (5)Apabila jangka waktu (5)Apabila jangka waktu yang bersangkutan harus dapat (5)Apabila jangka waktu
Direktur Jenderal Pajak tidak sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam membuktikan ketidakbenaran sebagaimana dimaksud pada
memberi suatu keputusan, maka ayat (1) telah lewat dan ayat (1) telah lewat dan ketetapan pajak tersebut. ayat (1) telah terlampaui dan
keberatan yang Direktur Jenderal Pajak tidak Direktur Jenderal Pajak tidak (5)Apabila jangka waktu Direktur Jenderal Pajak tidak
diajukan tersebut dianggap memberi suatu keputusan, memberi suatu keputusan, sebagaimana dimaksud pada memberi suatu keputusan,
diterima. maka keberatan yang maka keberatan yang ayat (1) telah terlampaui dan Dir keberatan yang diajukan
diajukan tersebut dianggap diajukan tersebut dianggap ektur Jenderal Pajak tidak tersebut dianggap dikabulkan.
diterima. diterima. memberi suatu keputusan, ***)
keberatan yang
diajukan tersebut dianggap
dikabulkan.

53
Pasal 27 22.Ketentuan Pasal 27 diubah “Pasal 27 32.Di antara Pasal 26 dan Pasal Pasal 26A ***)
(1)Wajib Pajak dapat mengajukan dan ditambah dengan tiga ayat, (1)Wajib Pajak dapat 27 disisipkan 1 (satu) pasal, (1)Tata cara pengajuan dan
banding kepada badan peradilan sehingga Pasal 27 mengajukan permohonan yakni Pasal 26A yang berbunyi penyelesaian keberatan diatur
pajak seluruhnya menjadi berbunyi banding hanya kepada badan sebagai berikut: dengan atau ber
terhadap keputusan yang sebagai berikut : peradilan pajak terhadap Pasal 26A dasarkan Peraturan Menteri
ditetapkan oleh Direktur Jenderal “Pasal 27 keputusan mengenai (1)Tata cara pengajuan dan Keuangan.
Pajak mengenai keberatannya (1)Wajib Pajak dapat keberatannya yang ditetapkan penyelesaian keberatan diatur (2)Tata cara pengajuan dan
dalam jangka waktu tiga bulan mengajukan permohonan oleh Direktur Jenderal Pajak. dengan atau penyelesaian keberatan
sejak tanggal keputusan banding hanya kepada badan (2)Sebelum badan peradilan berdasarkan Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud pada
ditetapkan, dengan dilampiri peradilan pajak terhadap pajak sebagaimana dimaksud Keuangan. ayat (1), antara lain, mengatur
salinan Surat Keputusan tersebut. keputusan mengenai pada ayat (1) dibentuk, (2)Tata cara pengajuan dan tentang pemberian hak kepada
(2)Permohonan banding diajukan keberatannya yang ditetapkan permohonan banding diajukan penyelesaian keberatan Wajib Pajak
secara tertulis dalam bahasa oleh Direktur Jenderal Pajak. kepada Majelis Pertimbangan sebagaimana dimaksud untuk hadir memberikan
Indonesia. (2)Sebelum badan peradilan Pajak, yang putusannya bukan pada ayat (1), antara lain, keterangan atau memperoleh
(3)Pengajuan permohonan pajak sebagaimana dimaksud merupakan keputusan Tata mengatur tentang pemberian penjelasan mengenai
banding tidak menunda pada ayat (1) dibentuk, Usaha Negara. hak kepada Wajib Pajak untuk keberatannya.
kewajiban membayar pajak permohonan banding diajukan (3)Permohonan sebagaimana hadir memberikan keterangan (3)Apabila Wajib Pajak tidak
kepada Majelis Pertimbangan dimaksud pada ayat (1) diajukan atau memperoleh penjelasan menggunakan hak sebagaimana
Pajak, yang putusannya bukan secara tertulis mengenai keberatannya. dimaksud pada ayat
merupakan keputusan Tata dalam bahasa Indonesia, dengan (3)Apabila Wajib Pajak tidak (2), proses keberatan tetap
Usaha Negara. alasan yang jelas dalam waktu menggunakan hak sebagaimana dapat diselesaikan.
(3)Permohonan sebagaimana tiga bulan dimaksud pada ayat (2), proses (4)Wajib Pajak yang
dimaksud pada ayat (1) diajukan sejak keputusan diterima, keberatan tetap dapat mengungkapkan pembukuan,
secara tertulis dilampiri salinan dari surat diselesaikan. catatan, data, informasi,
dalam bahasa Indonesia, dengan keputusan tersebut. (4)Wajib Pajak yang atau keterangan lain dalam
alasan yang jelas dalam waktu (4)Putusan badan peradilan mengungkapkan pembukuan, proses keberatan yang tidak
tiga bulan pajak merupakan putusan akhir catatan, data, informasi, diberikan pada saat
sejak keputusan diterima, dan bersifat tetap. atau keterangan lain dalam pemeriksaan, selain data dan
dilampiri salinan dari surat (5)Pengajuan permohonan proses keberatan yang tidak informasi yang pada saat
keputusan tersebut. banding tidak menunda diberikan pada saat pemeriksaan belum
(4)Putusan badan peradilan kewajiban membayar pajak pemeriksaan, selain data dan diperoleh Wajib Pajak dari pihak
pajak merupakan putusan akhir dan pelaksanaan penagihan informasi yang pada saat ketiga, pembukuan, catatan,
dan bersifat tetap. pajak. pemeriksaan belum diperoleh data, informasi,
(5)Pengajuan permohonan (6)Susunan, kekuasaan dan Wajib Pajak dari pihak ketiga, atau keterangan lain dimaksud
banding tidak menunda acara badan peradilan pajak pembukuan, catatan, data, tidak dipertimbangkan dalam
kewajiban membayar pajak sebagaimana dimaksud pada informasi, atau keterangan lain penyelesaian
dan pelaksanaan penagihan ayat (1) diatur dengan Undang- dimaksud tidak keberatannya
pajak. Undang” dipertimbangkan dalam
(6)Susunan, kekuasaan dan penyelesaian keberatannya.
acara badan peradilan pajak
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Undang-
Undang”

23.Menambah ketentuan baru 26.Ketentuan Pasal 27 ayat (2), 33.Ketentuan Pasal 27 diubah Pasal 27

54
di antara Pasal 27 dan Pasal 28 ayat (3), dan ayat (6) diubah, sehingga berbunyi sebagai (1)Wajib Pajak dapat
yang dijadikan Pasal 27A, yang dan ayat (4) dihapus, sehingga berikut: mengajukan permohonan
berbunyi sebagai berikut: keseluruhan Pasal 27 berbunyi Pasal 27 banding hanya kepada badan
“Pasal 27A sebagai berikut : (1)Wajib Pajak dapat peradilan pajak atas Surat
Apabila pengajuan keberatan “Pasal 27 mengajukan permohonan Keputusan Keberatan
atau permohonan banding (1)Wajib Pajak dapat banding hanya kepada badan sebagaimana dimaksud dalam
diterima sebagian atau mengajukan permohonan peradilan pajak atas Surat Pasal 26 ayat (1). ***)
seluruhnya, maka kelebihan banding hanya kepada badan Keputusan Keberatan (2)Putusan Pengadilan Pajak
pembayaran dikembalikan peradilan pajak terhadap sebagaimana dimaksud dalam merupakan putusan pengadilan
dengan ditambah imbalan keputusan mengenai Pasal 26 ayat (1). khusus di lingkungan
bunga sebesar 2 % (dua persen) keberatannya yang ditetapkan (2) Putusan Pengadilan Pajak peradilan tata usaha negara.
sebulan untuk selama-lamanya oleh Direktur Jenderal Pajak. merupakan putusan pengadilan ***)
dua puluh empat (2)Putusan badan peradilan khusus di lingkungan peradilan (3)Permohonan sebagaimana
bulan.” pajak bukan merupakan tata usaha negara. dimaksud pada ayat (1) diajukan
keputusan tata usaha negara. (3) Permohonan sebagaimana secara tertulis dalam
(3)Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan bahasa Indonesia dengan alasan
dimaksud dalam ayat (1) secara tertulis dalam bahasa yang jelas paling lama 3 (tiga)
diajukan secara tertulis dalam Indonesia dengan alasan yang bulan sejak Surat
bahasa Indonesia, dengan jelas paling lama 3 (tiga) bulan Keputusan Keberatan diterima
alasan yang jelas dalam waktu 3 sejak Surat Keputusan dan dilampiri dengan salinan
(tiga) bulan Keberatan diterima dan Surat Keputusan
sejak keputusan diterima, dilampiri dengan salinan Surat Keberatan tersebut. ***)
dilampiri salinan dari surat Keputusan Keberatan tersebut. (4)Dihapus. **)
keputusan tersebut. (4)Dihapus. (4a)Apabila diminta oleh Wajib
(4)dihapus. (4a) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan
(5)Pengajuan permohonan Pajak untuk keperluan pengajuan permohonan
banding tidak menunda pengajuan permohonan banding,
kewajiban membayar pajak banding, Direktur Jenderal Pajak Direktur Jenderal Pajak wajib
dan pelaksanaan penagihan wajib memberikan keterangan memberikan keterangan secara
pajak. secara tertulis tertulis hal-hal yang
(6)Badan peradilan pajak hal-hal yang menjadi dasar Surat menjadi dasar Surat Keputusan
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Keberatan yang Keberatan yang diterbitkan. ***)
ayat (1) dan Pasal 23 diterbitkan. (5)Dihapus. ***)
ayat (2) diatur dengan undang- (5)Dihapus. (5a)Dalam hal Wajib Pajak
undang.” (5a)Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding, jangka
mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak
waktu pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dalam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau
Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat (7),
Pasal 25 ayat (7), atas jumlah atas jumlah pajak yang belum
pajak yang belum dibayar pada dibayar pada saat pengajuan
saat pengajuan keberatan, keberatan, tertangguh
tertangguh sampai dengan 1 sampai dengan 1 (satu) bulan
(satu) bulan sejak tanggal sejak tanggal penerbitan
penerbitan Putusan Putusan Banding. ***)
Banding. (5b)Jumlah pajak yang belum

55
(5b)Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan
dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan
permohonan sebagaimana dimaksud pada
keberatan sebagaimana ayat (5a) tidak termasuk sebagai
dimaksud pada ayat (5a) tidak utang pajak
termasuk sebagai utang pajak sebagaimana dimaksud dalam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (1a).
Pasal 11 ayat (1) dan ayat (1a). ***)
(5c) Jumlah pajak yang belum (5c)Jumlah pajak yang belum
dibayar pada saat pengajuan dibayar pada saat pengajuan
permohonan banding belum permohonan banding
merupakan pajak yang terutang belum merupakan pajak yang
sampai dengan Putusan Banding terutang sampai dengan
diterbitkan. Putusan Banding
(5d)Dalam hal permohonan diterbitkan. ***)
banding ditolak atau dikabulkan (5d)Dalam hal permohonan
sebagian, Wajib Pajak dikenai banding ditolak atau dikabulkan
sanksi administrasi berupa sebagian, Wajib Pajak
denda sebesar 100% (seratus dikenai sanksi administrasi
persen) dari jumlah pajak berupa denda sebesar 100%
berdasarkan Putusan Banding (seratus persen) dari
dikurangi dengan pembayaran jumlah pajak berdasarkan
pajak yang telah dibayar Putusan Banding dikurangi
sebelum mengajukan keberatan. dengan pembayaran pajak
(6)Badan peradilan pajak yang telah dibayar sebelum
sebagaimana dimaksud pada mengajukan keberatan. ***)
ayat (1) dan dalam Pasal 23 ayat (6)Badan peradilan pajak
(2) diatur dengan undang- sebagaimana dimaksud pada
undang. ayat (1) dan dalam Pasal 23
ayat (2) diatur dengan undang-
undang. ***)

27.Ketentuan Pasal 27A diubah 34.Ketentuan Pasal 27A diubah Pasal 27A
dan dijadikan ayat (1), dan sehingga berbunyi sebagai (1)Apabila pengajuan keberatan,
ditambah 2 (dua) ayat yaitu ayat berikut: permohonan banding, atau
(2) dan ayat (3), sehingga Pasal 27A permohonan peninjauan
keseluruhan Pasal 27A berbunyi (1)Apabila pengajuan keberatan, kembali dikabulkan sebagian
sebagai berikut : permohonan banding, atau atau seluruhnya, selama pajak
“Pasal 27A permohonan peninjauan yang masih harus dibayar
(1)Apabila pengajuan keberatan kembali dikabulkan sebagian sebagaimana dimaksud dalam
atau permohonan banding atau seluruhnya, selama pajak Surat Ketetapan Pajak Kurang
diterima sebagian atau yang masih harus dibayar Bayar, Surat Ketetapan Pajak
seluruhnya, sebagaimana dimaksud dalam Kurang Bayar Tambahan, Surat
sepanjang utang pajak Surat Ketetapan Pajak Kurang Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat
sebagaimana dimaksud dalam Bayar, Surat Ketetapan Pajak Ketetapan Pajak Lebih Bayar
Surat Ketetapan Pajak Kurang Kurang Bayar Tambahan, Surat yang telah dibayar

56
Bayar dan atau Surat Ketetapan Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat menyebabkan kelebihan
Pajak Kurang Bayar Tambahan Ketetapan Pajak Lebih Bayar pembayaran pajak, kelebihan
telah dibayar yang yang telah dibayar pembayaran dimaksud
menyebabkan kelebihan menyebabkan kelebihan dikembalikan dengan
pembayaran pajak, pembayaran pajak, kelebihan ditambah imbalan bunga
maka kelebihan pembayaran pembayaran sebesar 2% (dua persen) per
dikembalikan dengan ditambah dimaksud dikembalikan dengan bulan untuk paling lama 24
imbalan bunga sebesar 2% (dua ditambah imbalan bunga (dua puluh empat) bulan dengan
persen) sebulan untuk paling sebesar 2% (dua persen) per ketentuan sebagai berikut: ***)
lama 24 (dua puluh empat) bulan untuk paling lama 24 (dua a.untuk Surat Ketetapan Pajak
bulan dihitung sejak tanggal puluh empat) bulan dengan Kurang Bayar dan Surat
pembayaran yang menyebabkan ketentuan sebagai berikut: Ketetapan Pajak Kurang
kelebihan a.Untuk Surat Ketetapan Pajak Bayar Tambahan dihitung sejak
pembayaran pajak sampai Kurang Bayar dan Surat tanggal pembayaran yang
dengan diterbitkannya Ketetapan menyebabkan
Keputusan Keberatan atau Pajak Kurang Bayar T kelebihan pembayaran pajak
Putusan Banding. ambahan dihitung sejak tanggal sampai dengan diterbitkannya
(2)Imbalan bunga sebagaimana pembayaran yang menyebabkan Surat Keputusan
dimaksud dalam ayat (1) juga kelebihan pembayaran pajak Keberatan, Putusan Banding,
diberikan atas pembayaran lebih sampai dengan diterbitkannya atau Putusan Peninjauan
sanksi administrasi berupa Surat Keputusan Keberatan, Kembali; atau
denda sebagaimana dimaksud Putusan Banding, atau Putusan b.untuk Surat Ketetapan Pajak
dalam Pasal 14 ayat (4) dan atau Peninjauan Kembali; atau Nihil dan Surat Ketetapan Pajak
bunga sebagaimana dimaksud b.untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
dalam Pasal 19 ayat (1) Nihil dan Surat Ketetapan Pajak dihitung sejak tanggal
berdasarkan Keputusan Lebih Bayar dihitung sejak penerbitan surat ketetapan
Pengurangan atau Penghapusan tanggal penerbitan surat pajak sampai dengan
Sanksi ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Administrasi, sebagai akibat diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
diterbitkan Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Keberatan atau Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Peninjauan Kembali.
yang menerima sebagian atau Kembali. (1a)Imbalan bunga sebagaimana
seluruh permohonan Wajib (1a)Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
Pajak. dimaksud pada ayat (1) juga diberikan atas Surat
(3)Tata cara penghitungan diberikan atas Keputusan Pembetulan, Surat
pengembalian kelebihan bayar Surat Keputusan Pembetulan, Keputusan Pengurangan
dan pemberian imbalan bunga Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, atau
diatur dengan Keputusan Ketetapan Surat Keputusan Pembatalan
Menteri Keuangan.” Pajak, atau Surat Keputusan Ketetapan Pajak yang
Pembatalan Ketetapan Pajak dikabulkan sebagian atau
yang dikabulkan sebagian atau seluruhnya menyebabkan
seluruhnya menyebabkan kelebihan pembayaran pajak
kelebihan pembayaran pajak dengan ketentuan sebagai
dengan ketentuan sebagai berikut: ***)
berikut: a.untuk Surat Ketetapan Pajak
a.Untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat

57
Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Ketetapan Bayar Tambahan dihitung sejak
Pajak Kurang Bayar T tanggal pembayaran yang
ambahan dihitung sejak tanggal menyebabkan
pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak
kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya
sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Surat Keputusan Pembetulan, Pembetulan, Surat Keputusan
Surat Keputusan Pengurangan Pengurangan Ketetapan Pajak,
Ketetapan Pajak, atau Surat atau Surat Keputusan
Keputusan Pembatalan Pembatalan Ketetapan Pajak;
Ketetapan Pajak; b.untuk Surat Ketetapan Pajak
b.Untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak
Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
Lebih dihitung sejak tanggal
Bayar dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan
penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan
pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan
Pengurangan Ketetapan Pajak, Ketetapan Pajak, atau Surat
atau Surat Keputusan Keputusan Pembatalan
Pembatalan Ketetapan Pajak; Ketetapan Pajak; atau
atau c.untuk Surat Tagihan Pajak
c.Untuk Surat Tagihan Pajak dihitung sejak tanggal
dihitung sejak tanggal pembayaran yangmenyebabkan
pembayaran kelebihan pembayaran pajak
yang menyebabkan kelebihan sampai dengan diterbitkannya
pembayaran pajak sampai Surat Keputusan Pembetulan,
dengan Surat Keputusan Pengurangan
diterbitkannya Surat Keputusan Ketetapan Pajak, atau Surat
Pembetulan, Surat Keputusan Keputusan Pembatalan
Pengurangan Ketetapan Pajak, Ketetapan Pajak.
atau Surat Keputusan (2)Imbalan bunga sebagaimana
Pembatalan dimaksud pada ayat (1) juga
Ketetapan Pajak. diberikan atas
(2)Imbalan bunga sebagaimana pembayaran lebih sanksi
dimaksud pada ayat (1) juga administrasi berupa denda
diberikan atas pembayaran lebih sebagaimana dimaksud
sanksi administrasi berupa dalam Pasal 14 ayat (4) dan/atau
denda sebagaimana dimaksud bunga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (4) dalam Pasal
dan/atau bunga sebagaimana 19 ayat (1) berdasarkan Surat
dimaksud dalam Pasal 19 ayat Keputusan Pengurangan Sanksi
(1) berdasarkan Surat Keputusan Administrasi atau
Pengurangan Sanksi Surat Keputusan Penghapusan

58
Administrasi atau Surat Sanksi Administrasi sebagai
Keputusan Penghapusan Sanksi akibat diterbitkan
Administrasi sebagai akibat Surat Keputusan Keberatan,
diterbitkan Surat Keputusan Putusan Banding, atau Putusan
Keberatan, Putusan Banding, Peninjauan Kembali
atau Putusan Peninjauan yang mengabulkan sebagian
Kembali yang mengabulkan atau seluruh permohonan Wajib
sebagian atau seluruh Pajak. ***)
permohonan Wajib Pajak. (3)Tata cara penghitungan
(3)Tata cara penghitungan pengembalian kelebihan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan
pembayaran pajak dan pemberian imbalan bunga diatur
pemberian imbalan bunga dengan atau berdasarkan
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Peraturan Menteri ***)
Keuangan.

BAB VI “Pasal 28 28.Ketentuan Pasal 28 diubah, 35.Ketentuan Pasal 28 diubah BAB VI


PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN (1)Wajib Pajak orang pribadi sehingga keseluruhan Pasal 28 sehingga berbunyi sebagai PEMBUKUAN DAN
Pasal 28 yang melakukan kegiatan usaha berbunyi sebagai berikut : berikut: PEMERIKSAAN
(1)Orang atau Badan yang atau pekerjaan “Pasal 28 Pasal 28 Pasal 28
melakukan kegiatan usaha atau bebas dan Wajib Pajak badan di (1)Wajib Pajak orang pribadi (1)Wajib Pajak orang pribadi (1)Wajib Pajak orang pribadi
pekerjaan bebas di Indonesia, wajib yang melakukan kegiatan usaha yang melakukan kegiatan usaha yang melakukan kegiatan usaha
Indonesia harus mengadakan menyelenggarakan atau pekerjaan bebas dan Wajib atau pekerjaanbebas dan Wajib atau pekerjaan bebas dan Wajib
pembukuan yang dapat pembukuan. Pajak badan di Indonesia, wajib Pajak badan di Indonesia wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyajikan keterangan- (2)Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan. menyelenggarakan pembukuan. menyelenggarakan pembukuan.
keterangan menyelenggarakan pembukuan (2)Dikecualikan dari kewajiban (2)Wajib Pajak yang dikecualikan ***)
yang cukup untuk menghitung sebagaimana menyelenggarakan pembukuan dari kewajiban (2)Wajib Pajak yang dikecualikan
Penghasilan Kena Pajak atau dimaksud pada ayat (1) tetapi sebagaimana dimaksud dalam menyelenggarakan dari kewajiban
harga wajib melakukan pencatatan ayat (1) tetapi wajib melakukan pembukuansebagaimana menyelenggarakan pembukuan
perolehan dan penyerahan adalah Wajib Pajak orang pencatatan adalah Wajib Pajak dimaksud pada ayat (1), tetapi sebagaimana dimaksud pada
barang atau jasa, guna pribadi yang melakukan orang pribadi yang melakukan wajib melakukan pencatatan, ayat (1), tetapi wajib melakukan
penghitungan jumlah pajak kegiatan usaha atau pekerjaan kegiatan usaha atau pekerjaan adalah Wajib Pajak orang pencatatan, adalah
terhutang berdasarkan ketentuan bebas yang menurut ketentuan bebas yang menurut ketentuan pribadi yang melakukan Wajib Pajak orang pribadi yang
peraturan perundang-undangan peraturan perundang-undangan peraturan perundang-undangan kegiatan usaha atau pekerjaan melakukan kegiatan usaha atau
perpajakan. perpajakan diperbolehkan perpajakan diperbolehkan bebas yang sesuai dengan pekerjaan bebas
(2)Bagi Wajib Pajak yang menurut menghitung penghasilan netto menghitung penghasilan neto ketentuan peraturan yang sesuai dengan ketentuan
ketentuan peraturan perundang- dengan menggunakan Norma dengan menggunakan Norma perundang- peraturan perundang-undangan
undangan perpajakan dibebaskan Penghitungan Penghasilan Netto Penghitungan Penghasilan Neto undangan perpajakan perpajakan
dari kewajiban untuk dan Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak orang pribadi diperbolehkan menghitung diperbolehkan menghitung
mengadakan pembukuan yang tidak melakukan kegiatan yang tidak melakukan kegiatan penghasilan neto dengan penghasilan neto dengan
sebagaimana dimaksud dalam usaha atau pekerjaan bebas. usaha atau pekerjaan bebas. menggunakan Norma menggunakan Norma
ayat (1), sekurang-kurangnya (3)Pembukuan atau pencatatan (3)Pembukuan atau pencatatan Penghitungan Penghasilan Neto Penghitungan Penghasilan Neto
harus menyelenggarakan tersebut harus diselenggarakan tersebut harus diselenggarakan dan Wajib Pajak dan Wajib Pajak orang pribadi
pencatatan untuk dijadikan dasar dengan dengan memperhatikan itikad orang pribadi yang tidak yang tidak

59
pengenaan pajak yang terhutang. memperhatikan itikad baik dan baik dan mencerminkan melakukan kegiatan usaha atau melakukan kegiatan usaha atau
(3)Pembukuan atau pencatatan mencerminkan keadaan atau keadaan atau kegiatan usaha pekerjaan bebas. pekerjaan bebas. ***)
tersebut harus diselenggarakan kegiatan usaha yang yang sebenarnya. (3)Pembukuan atau pencatatan (3)Pembukuan atau pencatatan
dengan sebenarnya. (4)Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan tersebut harus diselenggarakan
memperhatikan itikad baik dan (4)Pembukuan sekurang- harus diselenggarakan di dengan memperhatikan iktikad dengan memperhatikan iktikad
mencerminkan keadaan atau kurangnya terdiri dari catatan Indonesia dengan menggunakan baik dan mencerminkan baik dan mencerminkan
kegiatan usaha yangsebenarnya. mengenai harta,kewajiban atau huruf Latin, angka Arab, satuan keadaan atau kegiatanusaha keadaan atau kegiatan usaha
(4)Pembukuan sebagaimana utang, modal, penghasilan dan mata uang Rupiah, dan disusun yang sebenarnya. yang sebenarnya. ***)
dimaksud dalam ayat (1) biaya, serta penjualan dan dalam bahasa Indonesia atau (4)Pembukuan atau pencatatan (4)Pembukuan atau pencatatan
sekurang-kurangnya terdiri dari pembelian, sehingga dapat dalam bahasa asing yang harus diselenggarakan di harus diselenggarakan di
catatan yang dikerjakan secara dihitung besarnya pajak yang diizinkan oleh Menteri Indonesia dengan menggunakan Indonesia dengan
teratur tentang keadaan kas dan terutang. Keuangan. huruf Latin, angka Arab, satuan menggunakan huruf Latin, angka
bank, daftar hutang-piutang dan (5)Pembukuan atau pencatatan (5)Pembukuan diselenggarakan mata uang Rupiah, dan disusun Arab, satuan mata uang Rupiah,
daftar persediaan barang, dan harus diselenggarakan di dengan prinsip taat asas dan dalam bahasa Indonesia atau dan disusun
pada setiap Tahun Pajak berakhir Indonesia dengan menggunakan dengan stelsei akrual atau dalam bahasa asing yang dalam bahasa Indonesia atau
Wajib Pajak harus menutup huruf latin, angka Arab, satuan stelsel diizinkan oleh Menteri dalam bahasa asing yang
pembukuannya dengan membuat mata uang rupiah, dan disusun kas. Keuangan. diizinkan oleh Menteri
neraca dan perhitungan rugi laba dalam bahasa Indonesia atau (6)Perubahan terhadap metode (5)Pembukuan diselenggarakan Keuangan. ***)
berdasarkan prinsip pembukuan dalam bahasa asing yang di pembukuan dan atau tahun dengan prinsip taat asas dan (5)Pembukuan diselenggarakan
yang taat asas (konsisten) dengan ijinkan oleh Menteri Keuangan. buku, harus mendapat dengan stelsel akrual atau dengan prinsip taat asas dan
tahun sebelumnya. (6)Buku-buku, catatan-catatan, persetujuan dari Direktur stelsel kas. dengan
(5)Pembukuan atau pencatatan dokumen-dokumen yang Jenderal Pajak (6)Perubahan terhadap metode Stelsel akrual atau stelsel kas.
harus diselenggarakan di menjadi dasar pembukuan atau (7)Pembukuan sekurang- pembukuan dan/atau tahun ***)
Indonesia dengan pencatatan dan dokumen lain kurangnya terdiri dari catatan buku harus mendapat (6)Perubahan terhadap metode
menggunakan huruf Latin, angka wajib disimpan di Indonesia mengenai harta, persetujuan dari Dir pembukuan dan/atau tahun
Arab, satuan mata uang rupiah, selama sepuluh tahun, yaitu kewajiban, modal, penghasilan ektur Jenderal Pajak. buku harus mendapat
dan disusun untuk : dan biaya, serta penjualan dan (7)Pembukuan sekurang- persetujuan dari Direktur
dalam bahasa Indonesia atau Susunan Dalam Satu Naskah pembelian, sehingga dapat kurangnya terdiri atas catatan Jenderal Pajak. ***)
dalam bahasa asing yang Undang-Undang Ketentuan dihitung besarnya pajak yang mengenai harta, (7)Pembukuan sekurang-
diizinkan oleh Menteri Keuangan. Umum Dan Tata Cara terutang. kewajiban, modal, penghasilan kurangnya terdiri atas catatan
(6)Pembukuan atau pencatatan Perpajakan (8)Pembukuan dengan dan biaya, serta penjualan dan mengenai harta, kewajiban,
dan dokumen yang menjadi Susunan Dalam Satu Naskah menggunakan bahasa asing dan pembelian sehingga dapat modal, penghasilan dan biaya,
dasarnya serta dokumen lain Undang-Undang Ketentuan mata uang selain Rupiah dapat dihitung besarnya pajak yang serta penjualan dan pembelian
yang berhubungan dengan Umum Dan Tata Cara diselenggarakan oleh Wajib terutang. sehingga dapat
kegiatan usaha atau pekerjaan Perpajakan Pajak setelah mendapat izin (8)Pembukuan dengan dihitung besarnya pajak yang
bebas Wajib Pajak harus disimpan 176 177 Menteri Keuangan. menggunakan bahasa asing dan terutang. ***)
selama sepuluh tahun a.Wajib Pajak orang pribadi, di (9)Pencatatan sebagaimana mata uang selain (8)Pembukuan dengan
tempat kegiatan atau tempat dimaksud dalam ayat (2) terdiri Rupiah dapat diselenggarakan menggunakan bahasa asing dan
tinggal; dari data yang dikumpulkan oleh Wajib Pajak setelah mata uang selain Rupiah
b.Wajib Pajak badan, di tempat secara teratur tentang mendapat izin dapat diselenggarakan oleh W
kedudukan. peredaran atau penerimaan Menteri Keuangan. ajib Pajak setelah mendapat izin
(7)Pembukuan diselenggarakan bruto dan atau penghasilan (9)Pencatatan sebagaimana Menteri Keuangan.
dengan prinsip taat asas dan bruto sebagai dasar untuk dimaksud pada ayat (2) terdiri ***)
dengan menghitung jumlah pajak yang atas data yang (9)Pencatatan sebagaimana
Stelsel akrual atau stelsel terutang, termasuk penghasilan dikumpulkan secara teratur dimaksud pada ayat (2) terdiri
kas. yang bukan objek pajak dan tentang peredaran atau atas data yang

60
(8)Perubahan terhadap metode atau yang penerimaan bruto dan/atau dikumpulkan secara teratur
pembukuan dan/atau tahun dikenakan pajak yang bersifat penghasilan bruto sebagai dasar tentang peredaran atau
buku, harus mendapat final. untuk menghitung jumlah pajak penerimaan bruto dan/atau
persetujuan dari Direktur (10)Dikecualikan dari kewajiban yang penghasilan bruto sebagai dasar
Jenderal Pajak. menyelenggarakan pembukuan terutang, termasuk penghasilan untuk menghitung jumlah pajak
(9)Pembukuan dengan dan melakukan pencatatan yang bukan objek pajak yang terutang,
menggunakan bahasa asing dan adalah W dan/atau yang termasuk penghasilan yang
mata uang selain rupiah ajib Pajak orang pribadi yang dikenai pajak yang bersifat final. bukan objek pajak dan/atau
dapat diselenggarakan oleh W tidak wajib menyampaikan Surat (10)Dihapus. yang dikenai pajak yang
ajib Pajak dalam Rangka Pemberitahuan Tahunan Pajak (11)Buku, catatan, dan dokumen bersifat final. ***)
Penanaman Modal Asing, Penghasilan. yang menjadi dasar pembukuan (10)Dihapus. ***)
Kontrak Karya, Kontrak Bagi (11)Buku-buku, catatan-catatan, atau pencatatan (11)Buku, catatan, dan dokumen
Hasil, dan kegiatan usaha atau dokumen-dokumen yang dan dokumen lain termasuk yang menjadi dasar pembukuan
badan lain, setelah mendapat menjadi dasar pembukuan atau hasil pengolahan data dari atau pencatatan
ijin Menteri Keuangan dengan pencatatan dan dokumen lain pembukuan yang dikelola secara dan dokumen lain termasuk
ketentuan bahwa Surat wajib disimpan selama elektronik atau secara program hasil pengolahan data dari
Pemberitahuan harus diisi 10(sepuluh) tahun di Indonesia, aplikasi on-line wajib pembukuan yang dikelola secara
dalam bahasa Indonesia dan yaitu di tempat kegiatan atau di disimpan selama 10 (sepuluh) elektronik atau secara program
mata uang rupiah, yang tempat tinggal bagi Wajib Pajak tahun di Indonesia, yaitu di aplikasi on-line wajib disimpan
pelaksanaannya ditetapkan oleh orang pribadi, atau di tempat tempat kegiatan selama 10 (sepuluh) tahun di
Menteri Keuangan. kedudukan bagi Wajib Pajak atau tempat tinggal Wajib Pajak Indonesia, yaitu di tempat
(10)Pencatatan sebagaimana badan. orang pribadi, atau di tempat kegiatan atau tempat tinggal
dimaksud pada ayat (2) terdiri (12)Bentuk dan tata cara kedudukan Wajib Pajak orang pribadi, atau
dari data yang dikumpulkan pencatatan sebagaimana Wajib Pajak badan. di tempat kedudukan Wajib
secara teratur tentang dimaksud dalam ayat (2) diatur (12)Bentuk dan tata cara Pajak badan. ***)
peredaran bruto dan/atau dengan Keputusan Direktur pencatatan sebagaimana (12)Bentuk dan tata cara
penerimaan penghasilan sebagai Jenderal Pajak.” dimaksud pada ayat (2) diatur pencatatan sebagaimana
dasar untuk menghitung jumlah dengan atau ber dimaksud pada ayat (2) diatur
pajak yang terutang. dasarkan Peraturan Menteri dengan atau berdasarkan
(11)Dikecualikan dari kewajiban Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan.
menyelenggarakan pembukuan ***)
dan melakukan
pencatatan adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang tidak wajib
menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan.
(12)Pedoman penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan
ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.

Pasal 29 25.Ketentuan Pasal 29 ayat (1), 29.Ketentuan Pasal 29 ayat (2) 36.Ketentuan Pasal 29 diubah Pasal 29
(1)Direktur Jenderal Pajak ayat (3), dan ayat (4) diubah, dan ayat (4) diubah, sehingga sehingga berbunyi sebagai (1)Direktur Jenderal Pajak
berwenang melakukan sehingga Pasal 29 keseluruhan Pasal 29 berikut: berwenang melakukan
pemeriksaan untuk menetapkan seluruhnya menjadi berbunyi berbunyi sebagai berikut : . pemeriksaan untuk menguji

61
besarnya jumlah pajak yang sebagai berikut : “Pasal 29 Pasal 29 kepatuhan pemenuhan
terhutang dan untuk tujuan lain “Pasal 29 (1)Direktur Jenderal Pajak (1)Direktur Jenderal Pajak kewajiban perpajakan Wajib
dalam rangka melaksanakan (1)Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan berwenang melakukan Pajak dan untuk tujuan
ketentuan peraturan perundang- berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji pemeriksaan untuk menguji lain dalam rangka melaksanakan
undangan perpajakan. pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kepatuhan pemenuhan ketentuan peraturan
(2)Untuk keperluan pemeriksaan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk kewajiban perpajakan Wajib perundang-undangan
petugas pemeriksa harus kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam Pajak dan untuk tujuan perpajakan. ***)
dilengkapi dengan Surat Perintah tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan lain dalam rangka melaksanakan (2)Untuk keperluan
Pemeriksaan dan harus rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan ketentuan peraturan pemeriksaan, petugas
memperlihatkannya kepada peraturan perundang-undangan perpajakan. perundang-undangan pemeriksa harus memiliki tanda
Wajib Pajak yang diperiksa. perpajakan. (2) Untuk keperluan perpajakan. pengenal pemeriksa dan
(3)Wajib Pajak yang diperiksa (2)Untuk keperluan pemeriksaan petugas pemeriksa (2)Untuk keperluan dilengkapi dengan Surat
harus : pemeriksaan petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksaan, petugas Perintah Pemeriksaan serta
a.memperlihatkan dan harus dilengkapi dengan Surat pemeriksa dan dilengkapi pemeriksa harus memiliki tanda memperlihatkannya kepada
meminjamkan pembukuan atau Perintah Pemeriksaan dan harus dengan Surat Perintah pengenal pemeriksa dan Wajib Pajak yang diperiksa. ***)
pencatatan, dokumen yang memperlihatkannya kepada Pemeriksaan serta dilengkapi dengan Surat (3)Wajib Pajak yang diperiksa
menjadi dasarnya, dan dokumen Wajib Pajak yang diperiksa. memperlihatkannya kepada Perintah Pemeriksaan wajib: ***)
lain yang berhubungan dengan (3)Wajib Pajak yang diperiksa Wajib Pajak yang diperiksa. serta memperlihatkannya a.memperlihatkan dan/atau
kegiatan usaha atau pekerjaan wajib : (3)Wajib Pajak yang diperiksa kepada Wajib Pajak yang meminjamkan buku atau
bebas Wajib Pajak; a.memperlihatkan dan/atau wajib: diperiksa. catatan, dokumen yang
b.memberi kesempatan meminjamkan buku atau a.memperlihatkan dan atau (3) menjadi dasarnya, dan dokumen
untuk memasuki tempat atau catatan, dokumen meminjamkan buku atau Wajib Pajak yang diperiksa lain yang berhubungan dengan
ruangan yang dipandang perlu yang menjadi dasar catatan, dokumen yang menjadi wajib: penghasilan
dan memberi bantuan guna nya dan dokumen lain yang dasarnya dan dokumen lain a.memperlihatkan dan/atau yang diperoleh, kegiatan usaha,
kelancaran pemeriksaan; berhubungan dengan yang berhubungan dengan meminjamkan buku atau pekerjaan bebas Wajib Pajak,
c.memberikan keterangan yang penghasilan yang diperoleh, penghasilan yang diperoleh, catatan, dokumen atau objek
diperlukan. kegiatan usaha, pekerjaan bebas kegiatan usaha, pekerjaan bebas yang menjadi dasarnya, dan yang terutang pajak;
(4)Apabila dalam pengungkapan Wajib Pajak, atau obyek yang Wajib Pajak, atau objek yang dokumen lain yang b.memberikan kesempatan
pembukuan, pencatatan, atau terutang pajak; terutang pajak; berhubungan dengan untuk memasuki tempat atau
dokumen serta keterangan yang b.memberikan kesempatan b.memberikan kesempatan penghasilan yang diperoleh, ruang yang dipandang
diminta, W untuk memasuki tempat atau untuk memasuki tempat atau kegiatan usaha, pekerjaan bebas perlu dan memberi bantuan
ajib Pajak yang terikat oleh suatu ruangan yang dipandang perlu ruang yang W guna kelancaran pemeriksaan;
kewajiban untuk merahasiakan, dan memberi bantuan guna dipandang perlu dan memberi ajib dan/atau
maka kewajiban untuk kelancaran pemeriksaan; bantuan guna kelancaran Pajak, atau objek yang terutang c.memberikan keterangan lain
merahasiakan itu ditiadakan oleh c.memberikan keterangan yang pemeriksaan; pajak; yang diperlukan.
permintaan untuk keperluan diperlukan. c.memberikan keterangan yang b.memberikan kesempatan (3a)Buku, catatan, dan
pemeriksaan sebagaimana (4)Apabila dalam diperlukan. untuk memasuki tempat atau dokumen, serta data, informasi,
dimaksud dalam ayat (3), sesuai mengungkapkan pembukuan, (4)Apabila dalam ruang yang dan keterangan lain
dengan ketentuan peraturan pencatatan, atau dokumen mengungkapkan pembukuan, dipandang perlu dan memberi sebagaimana dimaksud pada
perundang-undangan yang serta keterangan yang diminta, pencatatan, atau dokumen serta bantuan guna kelancaran ayat (3) wajib dipenuhi oleh
berlaku. Wajib Pajak terikat oleh suatu keterangan yang diminta, Wajib pemeriksaan; Wajib Pajak paling lama
kewajiban untuk Pajak terikat oleh suatu dan/atau 1 (satu) bulan sejak permintaan
merahasiakan, maka kewajiban kewajiban untuk c.memberikan keterangan lain disampaikan. ***)
untuk merahasiakan itu merahasiakan, maka kewajiban yang diperlukan.(3a) (3b) Dalam hal Wajib Pajak
ditiadakan oleh permintaan untuk merahasiakan itu Buku, catatan, dan dokumen, orang pribadi yang melakukan
untuk keperluan pemeriksaan ditiadakan oleh permintaan serta data, informasi, dan kegiatan usaha atau

62
sebagaimana dimaksud pada untuk keperluan pemeriksaan keterangan lain pekerjaan bebas tidak
ayat (1).” sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud pada memenuhi ketentuan
ayat (1).” ayat (3) wajib dipenuhi oleh W sebagaimana dimaksud pada
ajib Pajak paling ayat (3)
lama 1 (satu) bulan sejak sehingga tidak dapat dihitung
permintaan disampaikan. besarnya penghasilan kena
(3b)Dalam hal Wajib Pajak orang pajak, penghasilan kena
pribadi yang melakukan pajak tersebut dapat dihitung
kegiatan usaha atau secara jabatan sesuai dengan
pekerjaan bebas tidak ketentuan peraturan
memenuhi ketentuan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud pada perpajakan. ***)
ayat (3) sehingga tidak dapat (4)Apabila dalam
dihitung besarnya penghasilan mengungkapkan pembukuan,
kena pajak, pencatatan, atau dokumen serta
penghasilan kena pajak tersebut keterangan yang diminta, Wajib
dapat dihitung secara jabatan Pajak terikat oleh suatu
sesuai kewajiban untuk
dengan ketentuan peraturan merahasiakannya, maka
perundang-undangan kewajiban untuk merahasiakan
perpajakan. itu ditiadakan oleh
(4)Apabila dalam permintaan untuk keperluan
mengungkapkan pembukuan, pemeriksaan sebagaimana
pencatatan, atau dokumen serta dimaksud pada ayat (1). ***)
keterangan yang diminta, W
ajib Pajak terikat oleh suatu
kewajiban untuk
merahasiakannya, maka
kewajiban untuk merahasiakan
itu ditiadakan oleh
permintaan untuk keperluan
pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

37.Di antara Pasal 29 dan Pasal Pasal 29A ***)


30 disisipkan 1 (satu) pasal, Terhadap Wajib Pajak badan
yakni Pasal 29A yang yang pernyataan pendaftaran
berbunyi sebagai berikut: emisi sahamnya telah
Pasal 29A dinyatakan efektif oleh badan
Terhadap Wajib Pajak badan pengawas pasar modal dan
yang pernyataan pendaftaran menyampaikan Surat
emisi sahamnya telah Pemberitahuan dengan dilampiri
dinyatakan efektif oleh badan Laporan Keuangan yang telah
pengawas pasar modal dan diaudit oleh Akuntan Publik
menyampaikan Surat dengan pendapat Wajar Tanpa
Pemberitahuan dengan Pengecualian yang:

63
dilampiri Laporan Keuangan a.Surat Pemberitahuan Tahunan
yang telah diaudit oleh W
Akuntan Publik dengan ajib Pajak menyatakan lebih
pendapat Wajar Tanpa bayar sebagaimana dimaksud
Pengecualian yang: dalam Pasal 17B; atau
a.Surat Pemberitahuan Tahunan b.terpilih untuk diperiksa
W berdasarkan analisis risiko dapat
ajib Pajak menyatakan lebih dilakukan pemeriksaan melalui
bayar Pemeriksaan Kantor
sebagaimana dimaksud dalam .
Pasal 17B; atau
b.terpilih untuk diperiksa
berdasarkan analisis risiko
dapat dilakukan pemeriksaan
melalui Pemeriksaan Kantor

Pasal 30 Direktur Jenderal Pajak Pasal 30 Direktur Jenderal Pajak Pasal 30 Direktur Jenderal Pajak Ketentuan Pasal 30 diubah Pasal 30 (1) Direktur Jenderal
berwenang melakukan berwenang melakukan berwenang melakukan sehingga berbunyi sebagai Pajak berwenang melakukan
penyegelan tempat atau ruangan penyegelan tempat atau penyegelan tempat atau berikut: penyegelan tempat atau
tertentu, bila Wajib Pajak tidak ruangan tertentu, bila Wajib ruangan tertentu, bila Wajib Pasal 30 (1) Direktur Jenderal ruangan
memenuhi kewajiban Pajak tidak memenuhi Pajak tidak memenuhi Pajak berwenang melakukan tertentu serta barang bergerak
sebagaimana dimaksud dalam kewajiban sebagaimana kewajiban sebagaimana penyegelan tempat atau dan/atau tidak bergerak apabila
Pasal 29 ayat (3) huruf b. dimaksud dalam Pasal 29 ayat dimaksud dalam Pasal 29 ayat ruangan tertentu serta barang Wajib Pajak tidak memenuhi
(3) huruf b. (3) huruf b. bergerak dan/atau tidak kewajiban sebagaimana
bergerak apabila dimaksud dalam Pasal 29 ayat
Wajib Pajak tidak memenuhi (3) huruf b. ***)
kewajiban sebagaimana (2) Tata cara penyegelan
dimaksud dalam Pasal 29 ayat sebagaimana dimaksud pada
(3) huruf b. ayat (1) diatur dengan atau
(2) Tata cara penyegelan berdasarkan Peraturan Menteri
sebagaimana dimaksud pada Keuangan. ***)
ayat (1) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Pasal 31 Tata cara pemeriksaan Ketentuan Pasal 31 diubah, Ketentuan Pasal 31 diubah, Ketentuan Pasal 31 diubah Pasal 31 (1) Tata cara
diatur lebih lanjut dengan sehingga menjadi berbunyi sehingga menjadi berbunyi sehingga berbunyi sebagai pemeriksaan diatur dengan atau
Peraturan Pemerintah. sebagai berikut : sebagai berikut : berikut: berdasarkan Peraturan Menteri
Pasal 31 Tata cara pemeriksaan Pasal 31 Tata cara pemeriksaan Pasal 31 (1) Tata cara Keuangan. ***)
ditetapkan oleh Menteri diatur dengan Keputusan pemeriksaan diatur dengan atau (2) Tata cara pemeriksaan
Keuangan.” Menteri Keuangan.” berdasarkan Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud pada
Keuangan. ayat (1) di antaranya mengatur
(2) Tata cara pemeriksaan tentang pemeriksaan ulang,
sebagaimana dimaksud pada jangka waktu pemeriksaan,
ayat (1) di antaranya kewajiban menyampaikan surat
mengatur tentang pemeriksaan pemberitahuan hasil
ulang, jangka waktu pemeriksaan kepada Wajib

64
pemeriksaan, kewajiban Pajak, dan hak Wajib Pajak
menyampaikan surat untuk hadir dalam pembahasan
pemberitahuan hasil akhir hasil pemeriksaan dalam
pemeriksaan kepada Wajib batas waktu yang ditentukan.
Pajak, dan hak Wajib Pajak ***)
untuk hadir dalam pembahasan (3) Apabila dalam pelaksanaan
akhir hasil pemeriksaan pemeriksaan Wajib Pajak tidak
dalam batas waktu yang memenuhi kewajiban
ditentukan. sebagaimana dimaksud dalam
(3) Apabila dalam pelaksanaan Pasal 29 ayat (3) sehingga
pemeriksaan Wajib Pajak tidak penghitungan penghasilan kena
memenuhi kewajiban pajak dilakukan secara jabatan,
sebagaimana dimaksud dalam Direktur Jenderal Pajak wajib
Pasal 29 ayat (3) sehingga menyampaikan surat
penghitungan penghasilan kena pemberitahuan hasil
pajak dilakukan secara jabatan, pemeriksaan kepada Wajib
Direktur Jenderal Pajak wajib Pajak dan memberikan hak
menyampaikan surat kepada Wajib Pajak untuk hadir
pemberitahuan hasil dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan kepada Wajib pemeriksaan dalam batas waktu
Pajak dan memberikan hak yang ditentukan. ***)
kepada Wajib Pajak untuk hadir
dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dalam batas waktu
yang ditentukan.

BAB VII KETENTUAN KHUSUS Ketentuan Pasal 32 ayat (1) dan Ketentuan Pasal 32 ayat (2) dan Ketentuan Pasal 32 diubah BAB VII KETENTUAN KHUSUS
Pasal 32 (1) Dalam menjalankan ayat (3) diubah, dan ditambah ayat (4) diubah, dan di antara sehingga berbunyi sebagai Pasal 32 (1) Dalam menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban ayat (4), sehingga ayat (3) dan ayat (4) berikut: hak dan kewajiban sesuai
menurut ketentuan peraturan Pasal 32 seluruhnya menjadi di sisipkan 1 (satu) ayat yaitu Pasal 32 (1) Dalam menjalankan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, berbunyi sebagai berikut : ayat (3a), sehingga keseluruhan hak dan kewajiban sesuai perundang-undangan
Wajib Pajak diwakili, dalam hal : Pasal 32 (1) Dalam menjalankan Pasal 32 berbunyi dengan ketentuan peraturan perpajakan, Wajib Pajak diwakili
a. Badan oleh pengurus; hak dan memenuhi kewajiban sebagai berikut : perundang-undangan dalam hal: ***)
b. Badan dalam pembubaran atau menurut ketentuan peraturan Pasal 32 (1) Dalam menjalankan perpajakan, Wajib Pajak diwakili a. badan oleh pengurus;
pailit oleh orang atau Badan yang perundang-undangan hak dan memenuhi kewajiban dalam hal: b. badan yang dinyatakan pailit
dibebani dengan pemberesan; perpajakan, Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan a. badan oleh pengurus; oleh kurator;
c. Suatu warisan yang belum diwakili, dalam hal : perundang-undangan b. badan yang dinyatakan pailit c. badan dalam pembubaran
terbagi oleh salah seorang ahli a. badan oleh pengurus; perpajakan, Wajib Pajak oleh kurator; oleh orang atau badan yang
warisnya, pelaksana wasiatnya b. badan dalam pembubaran diwakili, dalam hal : c. badan dalam pembubaran ditugasi untuk melakukan
atau yang mengurus harta atau pailit oleh orang atau a. badan oleh pengurus; oleh orang atau badan yang pemberesan;
peninggalannya; badan yang di bebani untuk b. badan dalam pembubaran ditugasi untuk melakukan d. badan dalam likuidasi oleh
d. anak yang belum dewasa atau melakukan pemberesan; atau pailit oleh orang atau pemberesan; likuidator;
orang yang berada dalam c. suatu warisan yang belum badan yang di bebani untuk d. badan dalam likuidasi oleh e. suatu warisan yang belum
pengampuan oleh terbagi oleh salah seorang ahli melakukan pemberesan; likuidator; terbagi oleh salah seorang ahli
wali atau pengampunya. warisnya, pelaksana wasiatnya c. suatu warisan yang belum e. suatu warisan yang belum warisnya, pelaksana wasiatnya
(2) Wakil sebagaimana dimaksud atau yang mengurus harta terbagi oleh salah seorang ahli terbagi oleh salah seorang ahli atau yang mengurus harta

65
dalam ayat (1) bertanggung peninggalannya; warisnya, pelaksana wasiatnya warisnya, peninggalannya; atau
jawab secara pribadi dan/atau d. anak yang belum dewasa atau atau yang mengurus harta pelaksana wasiatnya atau yang f. anak yang belum dewasa atau
secara renteng atas pembayaran orang yang berada dalam peninggalannya; mengurus harta orang yang berada dalam
pajak yang terhutang, kecuali pengampuan oleh wali atau d. anak yang belum dewasa atau peninggalannya; atau pengampuan oleh wali atau
apabila dapat membuktikan dan pengampunya. orang yang berada dalam f. anak yang belum dewasa atau pengampunya.
meyakinkan Direktur Jenderal (2) Wakil sebagaimana pengampuan oleh wali atau orang yang berada dalam (2) Wakil sebagaimana dimaksud
Pajak, bahwa mereka dalam dimaksud pada ayat (1) pengampunnya. pengampuan oleh wali atau pada ayat (1) bertanggungjawab
kedudukannya benar-benar tidak bertanggung jawab secara (2) Wakil sebagaimana pengampunya. secara pribadi dan/ atau secara
mungkin untuk dibebani pribadi dan/atau secara renteng dimaksud dalam ayat (1) (2) Wakil sebagaimana renteng atas pembayaran pajak
tanggung jawab atas pajak yang atas pembayaran pajak yang bertanggungjawab secara dimaksud pada ayat (1) yang terutang, kecuali apabila
terhutang tersebut terutang, kecuali apabila dapat pribadi dan atau secara renteng bertanggungjawab secara dapat
(3) Orang atau Badan dapat membuktikan dan meyakinkan atas pembayaran pajak yang pribadi dan/atau secara renteng membuktikan dan meyakinkan
menunjuk seorang kuasa dengan Direktur Jenderal Pajak, bahwa terutang, atas pembayaran pajak yang Direktur Jenderal Pajak bahwa
surat kuasa khusus mereka dalam kedudukannya kecuali apabila dapat terutang, kecuali apabila dapat mereka dalam kedudukannya
untuk menjalankan hak dan benar-benar tidak mungkin membuktikan dan meyakinkan membuktikan dan meyakinkan benar-benar tidak mungkin
memenuhi kewajiban menurut untuk di Direktur Jenderal Pajak, Direktur Jenderal Pajak bahwa untuk dibebani tanggung jawab
ketentuan peraturan perundang- bebani tanggung jawab atas bahwa mereka dalam mereka dalam kedudukannya atas
undangan perpajakan. pajak yang terutang tersebut. kedudukannya benar-benar benar-benar tidak mungkin pajak yang terutang tersebut.
(3) Orang pribadi atau badan tidak mungkin untuk di bebani untuk dibebani tanggung jawab ***)
dapat menunjuk seorang kuasa tanggung jawab atas pajak yang atas pajak yang terutang (3) Orang pribadi atau badan
dengan surat kuasa khusus terutang tersebut. tersebut. dapat menunjuk seorang kuasa
untuk menjalankan hak dan (3) Orang pribadi atau badan (3) Orang pribadi atau badan dengan surat kuasa khusus
memenuhi kewajiban menurut dapat menunjuk seorang kuasa dapat menunjuk seorang kuasa untuk menjalankan hak dan
ketentuan peraturan dengan surat kuasa khusus dengan surat kuasa khusus memenuhi kewajiban sesuai
perundang-undangan untuk menjalankan hak dan untuk menjalankan hak dan dengan ketentuan
perpajakan. memenuhi kewajiban menurut memenuhi kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan
(4) Termasuk dalam pengertian ketentuan peraturan dengan ketentuan peraturan perpajakan. ***)
pengurus sebagaimana perundang-undangan perundang-undangan (3a) Persyaratan serta
dimaksud pada perpajakan. perpajakan. pelaksanaan hak dan kewajiban
ayat (1) huruf a adalah orang (3a) Kuasa sebagaimana (3a) Persyaratan serta kuasa sebagaimana dimaksud
yang nyata-nyata mempunyai dimaksud dalam ayat (3) harus pelaksanaan hak dan kewajiban pada ayat (3) diatur dengan atau
wewenang ikut menentukan memenuhi persyaratan yang kuasa sebagaimana dimaksud berdasarkan Peraturan Menteri
kebijaksanaan dan/atau ditetapkan dengan Keputusan pada ayat (3) diatur dengan atau Keuangan. ***)
mengambil keputusan dalam Menteri Keuangan. berdasarkan Peraturan Menteri (4) Termasuk dalam pengertian
menjalankan perusahaan.” (4) Termasuk dalam pengertian Keuangan. pengurus sebagaimana
pengurus sebagaimana (4) Termasuk dalam pengertian dimaksud pada ayat (1) huruf a
dimaksud dalam pengurus sebagaimana adalah orang yang nyata-nyata
ayat (1) huruf a adalah orang dimaksud pada ayat (1) huruf a mempunyai wewenang ikut
yang nyata-nyata mempunyai adalah orang yang nyata-nyata menentukan
wewenang ikut menentukan mempunyai wewenang ikut kebijaksanaan dan/atau
kebijaksanaan dan atau menentukan kebijaksanaan mengambil keputusan dalam
mengambil keputusan dalam dan/atau mengambil keputusan menjalankan perusahaan. ***)
menjalankan perusahaan.” dalam menjalankan perusahaan.

Pasal 33 Pembeli atau penerima Pasal 33 Pembeli atau penerima Ketentuan Pasal 33 diubah, Ketentuan Pasal 33 dihapus. Pasal 33 Dihapus. ***)
jasa sebagaimana dimaksud jasa sebagaimana dimaksud sehingga keseluruhan Pasal 33

66
dalam Undang-undang Pajak dalam Undang-undang Pajak berbunyi sebagai berikut :
Pertambahan Nilai Barang dan Pertambahan Nilai Barang dan Pasal 33 Pembeli Barang Kena
Jasa dan Pajak Penjualan atas Jasa dan Pajak Penjualan atas Pajak atau penerima Jasa Kena
Barang Mewah bertanggung Barang Mewah bertanggung Pajak sebagaimana
jawab secara renteng atas jawab secara renteng atas dimaksud dalam Undang-
pembayaran pajak, sepanjang pembayaran pajak, sepanjang undang Pajak Pertambahan Nilai
tidak dapat tidak dapat menunjukkan bukti 1984 dan perubahannya
menunjukkan bukti pembayaran pembayaran pajak. bertanggungjawab secara
pajak. renteng atas pembayaran pajak,
sepanjang tidak dapat
menunjukkan bukti bahwa pajak
telah dibayar.”
Pasal 34 (ketentuan pada pasal 34 Ketentuan Pasal 34 diubah, dan (ketentuan pada pasal 34 Pasal 34
(1) Setiap pejabat dilarang diubah) di antara ayat (2) dan ayat (3) di diubah) (1) Setiap pejabat dilarang
memberitahukan kepada pihak sisipkan 1 (satu) memberitahukan kepada pihak
lain yang tidak berhak “Pasal 34 ayat yaitu ayat (2a) Pasal 34 lain segala sesuatu yang
segala sesuatu yang diketahui (1) Setiap pejabat dilarang (1) Setiap pejabat dilarang diketahui
atau diberitahukan kepadanya memberitahukan kepada pihak “Pasal 34 memberitahukan kepada pihak atau diberitahukan kepadanya
oleh Wajib Pajak lain yang tidak berhak (1) Setiap pejabat dilarang lain segala sesuatu oleh Wajib Pajak dalam rangka
dalam rangka jabatan atau segala sesuatu yang diketahui memberitahukan kepada pihak yang diketahui atau jabatan atau pekerjaannya
pekerjaannya untuk menjalankan atau diberitahukan kepadanya lain segala sesuatu diberitahukan kepadanya oleh untuk menjalankan ketentuan
ketentuan peraturan oleh Wajib yang diketahui atau Wajib Pajak dalam peraturan perundang-undangan
perundang-undangan perpajakan. Pajak dalam rangka jabatan atau diberitahukan kepadanya oleh rangka jabatan atau perpajakan. ***)
(2) Larangan sebagaimana pekerjaannya untuk Wajib Pajak dalam pekerjaannya untuk (2) Larangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) berlaku menjalankan ketentuan rangka jabatan atau menjalankan ketentuan dimaksud pada ayat (1) berlaku
juga terhadap ahli peraturan perundang-undangan pekerjaannya untuk peraturan juga terhadap tenaga ahli yang
yang ditunjuk oleh Direktur perpajakan, kecuali sebagai menjalankan ketentuan perundang-undangan ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Jenderal Pajak untuk membantu saksi atau saksi peraturan perpajakan. Pajak untuk membantu dalam
dalam pelaksanaan ahli dalam sidang pengadilan. perundang-undangan (2) Larangan sebagaimana pelaksanaan ketentuan
ketentuan peraturan perundang- (2) Larangan sebagaimana perpajakan. dimaksud pada ayat (1) berlaku peraturan perundang-undangan
undangan perpajakan. dimaksud pada ayat (1) berlaku (2a) Larangan sebagaimana juga terhadap tenaga perpajakan. ***)
(3) Menteri Keuangan berwenang juga terhadap tenaga dimaksud dalam ayat (1) berlaku ahli yang ditunjuk oleh Direktur (2a) Dikecualikan dari ketentuan
memerintahkan secara tertulis ahli yang ditunjuk oleh Direktur juga terhadap Jenderal Pajak untuk membantu sebagaimana dimaksud pada
kepada pejabat Jenderal Pajak untuk membantu tenaga ahli yang ditunjuk oleh dalam ayat (1) dan ayat (2)
sebagaimana dimaksud dalam dalam Direktur Jenderal Pajak untuk pelaksanaan ketentuan adalah: ***)
ayat (1) dan ahli-ahli pelaksanaan ketentuan membantu peraturan perundang-undangan a. pejabat dan tenaga ahli yang
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. bertindak sebagai saksi atau
ayat (2), supaya memberikan perpajakan, kecuali sebagai peraturan perundang-undangan (2a) Dikecualikan dari ketentuan saksi ahli dalam
keterangan, memperlihatkan saksi atau saksi ahli dalam perpajakan. sebagaimana dimaksud pada sidang pengadilan; atau
bukti tertulis dari Wajib sidang pengadilan. Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) dan ayat (2) b. pejabat dan/atau tenaga ahli
Pajak kepada Pejabat Pemeriksa (3) Untuk kepentingan negara, sebagaimana dimaksud dalam adalah: yang ditetapkan Menteri
untuk keperluan pemeriksaan Menteri Keuangan berwenang ayat (1) dan ayat a. pejabat dan tenaga ahli yang Keuangan untuk
Keuangan Negara. memberi ijin tertulis (2) adalah : bertindak sebagai saksi atau memberikan keterangan kepada
Surat Perintah tersebut di atas kepada pejabat sebagaimana a. Pejabat dan tenaga ahli yang saksi ahli pejabat lembaga negara atau
menyebutkan nama Wajib Pajak dimaksud pada ayat (1) dan bertindak sebagai saksi atau dalam sidang pengadilan; atau instansi
yang dikehendaki tenaga-tenaga saksi ahli b. pejabat dan/atau tenaga ahli Pemerintah yang berwenang

67
keterangannya dan nama ahli sebagaimana dimaksud dalam sidang pengadilan. yang ditetapkan Menteri melakukan pemeriksaan dalam
pemeriksa. pada ayat (2) supaya b. Pejabat dan tenaga ahli yang Keuangan untuk bidang keuangan
(4) Untuk kepentingan memberikan keterangan, memberikan keterangan kepada memberikan keterangan kepada negara.
pemeriksaan di Pengadilan dalam memperlihatkan bukti tertulis pihak lain pejabat lembaga negara atau (3) Untuk kepentingan negara,
perkara pidana; atas dari atau tentang Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Menteri instansi Menteri Keuangan berwenang
permintaan Hakim sebagaimana kepada pihak Keuangan. Pemerintah yang berwenang memberi izin tertulis
dimaksud dalam Pasal 180 yang ditunjuknya. (3) Untuk kepentingan negara, melakukan pemeriksaan dalam kepada pejabat sebagaimana
Undang-undang (4) Untuk kepentingan Menteri Keuangan berwenang bidang dimaksud pada ayat (1) dan
Nomor 8 Tahun 1981 tentang pemeriksaan di Pengadilan memberi izin keuangan negara. tenaga ahli sebagaimana
Hukum Acara Pidana, Menteri dalam perkara pidana atau tertulis kepada pejabat (3) Untuk kepentingan negara, dimaksud pada ayat (2) supaya
Keuangan dapat perdata atas permintaan Hakim sebagaimana dimaksud dalam Menteri Keuangan berwenang memberikan keterangan dan
memberi izin tertulis untuk sesuai dengan Hukum Acara ayat (1) dan tenagatenaga memberi izin memperlihatkan
meminta kepada pejabat pajak Pidana dan ahli sebagaimana dimaksud tertulis kepada pejabat bukti tertulis dari atau tentang
sebagaimana dimaksud Hukum Acara Perdata, Menteri dalam ayat (2) supaya sebagaimana dimaksud pada Wajib Pajak kepada pihak yang
dalam ayat (1) dan ahli Keuangan dapat memberi ijin memberikan ayat (1) dan tenaga ahli ditunjuk. ***)
sebagaimana dimaksud dalam tertulis untuk keterangan, memperlihatkan sebagaimana dimaksud pada (4) Untuk kepentingan
ayat (2), bukti tertulis dan meminta kepada pejabat bukti tertulis dari atau tentang ayat (2) supaya memberikan pemeriksaan di pengadilan
keterangan Wajib Pajak yang ada sebagaimana dimaksud pada Wajib Pajak keterangan dan dalam perkara pidana atau
padanya. ayat (1) dan tenaga kepada pihak yang ditunjuknya. memperlihatkan bukti tertulis perdata, atas permintaan Hakim
(5) Permintaan Hakim ahli sebagaimana dimaksud (4) Untuk kepentingan dari atau tentang Wajib Pajak sesuai dengan Hukum Acara
sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (2), bukti tertulis dan pemeriksaan di Pengadilan kepada pihak Pidana dan Hukum
ayat (4), harus menyebutkan keterangan Wajib dalam perkara pidana atau yang ditunjuk. Acara Perdata, Menteri
nama tersangka, keterangan- Pajak yang ada padanya. perdata atas permintaan Hakim (4) Untuk kepentingan Keuangan dapat memberi izin
keterangan yang diminta serta (5) Permintaan Hakim sesuai dengan Hukum Acara pemeriksaan di pengadilan tertulis kepada pejabat
kaitan antara perkara sebagaimana dimaksud pada Pidana dan dalam perkara pidana atau sebagaimana dimaksud pada
pidana yang bersangkutan ayat (4), harus menyebutkan Hukum Acara Perdata, Menteri perdata, atas permintaan Hakim ayat (1), dan tenaga ahli
dengan keterangan yang diminta nama tersangka atau nama Keuangan dapat memberi izin sesuai dengan Hukum Acara sebagaimana dimaksud
tersebut. tergugat, keterangan- tertulis untuk Pidana dan pada ayat (2), untuk
keterangan yang diminta meminta kepada pejabat Hukum Acara Perdata, Menteri memberikan dan
serta kaitan antara perkara sebagaimana dimaksud dalam Keuangan dapat memberi izin memperlihatkan bukti tertulis
pidana atau perdata yang ayat (1) dan tenaga tertulis kepada dan keterangan
bersangkutan dengan ahli sebagaimana dimaksud pejabat sebagaimana dimaksud Wajib Pajak yang ada padanya.
keterangan yang diminta dalam ayat (2), bukti tertulis dan pada ayat (1), dan tenaga ahli ***)
tersebut.” keterangan sebagaimana (5) Permintaan hakim
Wajib Pajak yang ada padanya. dimaksud pada ayat (2), untuk sebagaimana dimaksud pada
(5) Permintaan Hakim memberikan dan ayat (4) harus menyebutkan
sebagaimana dimaksud dalam memperlihatkan bukti tertulis nama tersangka atau nama
ayat (4), harus menyebutkan dan keterangan Wajib Pajak tergugat, keterangan yang
nama tersangka atau nama yang ada padanya. diminta, serta kaitan antara
tergugat, keterangan- (5) Permintaan hakim perkara pidana atau perdata
keterangan yang diminta sebagaimana dimaksud pada yang bersangkutan dengan
serta kaitan antara perkara ayat (4) harus menyebutkan keterangan yang diminta.
pidana atau perdata yang nama tersangka atau nama
bersangkutan dengan tergugat, keterangan yang
keterangan yang diminta diminta, serta kaitan
tersebut.” antara perkara pidana atau

68
perdata yang bersangkutan
dengan keterangan
yang diminta.

Pasal 35 (ketentuan pada pasal 35 “Pasal 35 (ketentuan pada pasal 35 Pasal 35


(1) Apabila dalam menjalankan diubah) (1) Apabila dalam menjalankan diubah) (1) Apabila dalam menjalankan
ketentuan peraturan perundang- ketentuan peraturan ketentuan peraturan
undangan perpajakan “Pasal 35 perundang-undangan Pasal 35 perundang-undangan
diperlukan keterangan atau bukti (1) Apabila dalam menjalankan perpajakan diperlukan (1) Apabila dalam menjalankan perpajakan
dari pihak ketiga yang ketentuan peraturan keterangan, atau bukti dari ketentuan peraturan diperlukan keterangan atau
mempunyai hubungan perundang-undangan bank, akuntan publik, perundang-undangan bukti dari bank, akuntan publik,
dengan Wajib Pajak yang perpajakan diperlukan notaris, konsultan pajak, kantor perpajakan diperlukan notaris, konsultan pajak, kantor
diperiksa, atas permintaan keterangan, atau bukti dari administrasi, dan pihak ketiga keterangan atau bukti dari bank, administrasi, dan/atau pihak
Direktur Jenderal Pajak pihak bank, akuntan publik, lainnya, yang akuntan publik, ketiga lainnya, yang mempunyai
ketiga tersebut harus notaris, konsultan pajak, kantor mempunyai hubungan dengan notaris, konsultan pajak, kantor hubungan dengan Wajib Pajak
memberikan keterangan atau administrasi, dan pihak ketiga Wajib Pajak yang diperiksa atau administrasi, dan/atau pihak yang dilakukan pemeriksaan
bukti yang diminta. lainnya, yang di sidik, atas ketiga lainnya, pajak, penagihan
(2) Dalam hal pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan permintaan tertulis dari Direktur yang mempunyai hubungan pajak, atau penyidikan tindak
bersangkutan tersebut terikat Wajib Pajak yang diperiksa atau Jenderal Pajak, pihak-pihak dengan Wajib Pajak yang pidana di bidang perpajakan,
oleh kewajiban untuk di sidik, atas tersebut wajib dilakukan pemeriksaan atas permintaan tertulis
merahasiakan, kewajiban untuk permintaan tertulis dari Direktur memberikan keterangan atau pajak, penagihan pajak, atau dari Direktur Jenderal Pajak,
merahasiakan itu ditiadakan oleh Jenderal Pajak, pihak-pihak bukti yang diminta. penyidikan tindak pidana di pihak-pihak tersebut wajib
permintaan tersebut wajib (2) Dalam hal pihak-pihak bidang perpajakan, memberikan keterangan
untuk keperluan pemeriksaan memberikan keterangan atau sebagaimana pada ayat (1) atas permintaan tertulis dari atau bukti yang diminta. ***)
sesuai dengan ketentuan bukti yang diminta. terikat oleh kewajiban Direktur Jenderal Pajak, pihak- (2) Dalam hal pihak-pihak
peraturan perundangundangan (2) Dalam hal pihak-pihak merahasiakan, untuk keperluan pihak tersebut sebagaimana dimaksud pada
yang berlaku. sebagaimana pada ayat (1) pemeriksaan atau penyidikan wajib memberikan keterangan ayat (1) terikat oleh kewajiban
terikat oleh kewajiban pajak, atau bukti yang diminta. merahasiakan, untuk keperluan
merahasiakan, untuk keperluan kewajiban merahasiakan (2) Dalam hal pihak-pihak pemeriksaan, penagihan pajak,
pemeriksaan atau penyidikan tersebut ditiadakan, kecuali sebagaimana dimaksud pada atau penyidikan
pajak, untuk bank kewajiban ayat (1) terikat oleh tindak pidana di bidang
kewajiban merahasiakan merahasiakan ditiadakan atas kewajiban merahasiakan, untuk perpajakan, kewajiban
tersebut ditiadakan, kecuali perintah tertulis dari Menteri keperluan pemeriksaan, merahasiakan tersebut
untuk bank kewajiban Keuangan.” penagihan pajak, ditiadakan,
merahasiakan ditiadakan atas atau penyidikan tindak pidana di kecuali untuk bank, kewajiban
perintah tertulis dari Menteri bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan ditiadakan atas
Keuangan.” merahasiakan permintaan tertulis
tersebut ditiadakan, kecuali dari Menteri Keuangan. ***)
untuk bank, kewajiban (3) Tata cara permintaan
merahasiakan ditiadakan keterangan atau bukti dari
atas permintaan tertulis dari pihak-pihak yang terikat oleh
Menteri Keuangan. kewajiban merahasiakan
(3) Tata cara permintaan sebagaimana dimaksud pada
keterangan atau bukti dari ayat (2) diatur dengan atau
pihak-pihak yang terikat oleh berdasarkan Peraturan Menteri
kewajiban merahasiakan Keuangan. ***)

69
sebagaimana dimaksud pada Pasal 35A ***)
ayat (2) diatur dengan (1) Setiap instansi pemerintah,
atau berdasarkan Peraturan lembaga, asosiasi, dan pihak
Menteri Keuangan. lain, wajib memberikan data
Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 dan informasi yang berkaitan
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni dengan perpajakan kepada
Pasal 35A Direktorat Jenderal Pajak
yang ketentuannya diatur
Pasal 35A dengan Peraturan Pemerintah
(1) Setiap instansi pemerintah, dengan memperhatikan
lembaga, asosiasi, dan pihak ketentuan sebagaimana
lain, wajib dimaksud dalam Pasal 35 ayat
memberikan data dan informasi (2).
yang berkaitan dengan (2) Dalam hal data dan informasi
perpajakan kepada sebagaimana dimaksud pada
Direktorat Jenderal Pajak yang ayat (1) tidak mencukupi,
ketentuannya diatur dengan Direktur Jenderal Pajak
Peraturan berwenang menghimpun data
Pemerintah dengan dan informasi untuk
memperhatikan ketentuan kepentingan
sebagaimana dimaksud penerimaan negara yang
dalam Pasal 35 ayat (2). ketentuannya diatur dengan
(2) Dalam hal data dan informasi Peraturan Pemerintah dengan
sebagaimana dimaksud pada memperhatikan ketentuan
ayat (1) tidak sebagaimana dimaksud dalam
mencukupi, Direktur Jenderal Pasal 35 ayat (2).
Pajak berwenang menghimpun
data dan
informasi untuk kepentingan
penerimaan negara yang
ketentuannya
diatur dengan Peraturan
Pemerintah dengan
memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (2).
Pasal 36 Pasal 36 Ketentuan Pasal 36 ayat (2) (ketentuan Pasal 36 diubah) Pasal 36
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat : (1) Direktur Jenderal Pajak diubah Pasal 36 (1) Direktur Jenderal Pajak
a. mengurangkan atau dapat : “Pasal 36 (1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas
menghapuskan sanksi a. mengurangkan atau (1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat:
administrasi berupa bunga, menghapuskan sanksi dapat : permohonan Wajib Pajak ***)
denda, dan kenaikan yang administrasi berupa bunga, a. mengurangkan atau dapat: a. mengurangkan atau
terhutang menurut ketentuan denda, dan kenaikan yang menghapuskan sanksi a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi
peraturan terhutang menurut ketentuan administrasi berupa bunga, menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga,
perundang-undangan perpajakan peraturan denda, dan kenaikan yang administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang
dalam hal sanksi tersebut perundang-undangan terutang menurut ketentuan denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan

70
dikenakan perpajakan dalam hal sanksi peraturan terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
karena kekhilafan Wajib Pajak tersebut dikenakan perundang-undangan ketentuan peraturan perundang-undangan
atau bukan karena kesalahannya; karena kekhilafan Wajib Pajak perpajakan dalam hal sanksi perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi
b. mengurangkan atau atau bukan karena tersebut dikenakan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan
membatalkan ketetapan pajak kesalahannya; karena kekhilafan Wajib Pajak tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
yang tidak benar. b. mengurangkan atau atau bukan karena karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
(2) Tata cara pengurangan, membatalkan ketetapan pajak kesalahannya; atau bukan karena kesalahannya;
penghapusan, atau pembatalan yang tidak benar. b. mengurangkan atau kesalahannya; b. mengurangkan atau
hutang pajak sebagaimana (2) Tata cara pengurangan, membatalkan ketetapan pajak b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan
dimaksud dalam ayat (1), diatur penghapusan, atau pembatalan yang tidak benar. membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;
oleh Menteri Keuangan. hutang pajak sebagaimana (2) Tata cara pengurangan, pajak yang tidak c. mengurangkan atau
dimaksud dalam ayat (1), diatur penghapusan, atau pembatalan benar; membatalkan Surat Tagihan
oleh Menteri Keuangan. utang pajak c. mengurangkan atau Pajak sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam membatalkan Surat Tagihan dimaksud dalam Pasal 14 yang
ayat (1), diatur dengan Pajak sebagaimana tidak benar; atau
Keputusan Menteri dimaksud dalam Pasal 14 yang d. membatalkan hasil
Keuangan.” tidak benar; atau pemeriksaan pajak atau surat
Di antara Pasal 36 dan Pasal 37 d. membatalkan hasil ketetapan pajak dari hasil
di sisipkan 1 (satu) Pasal yaitu pemeriksaan pajak atau surat pemeriksaan yang dilaksanakan
Pasal 36A, ketetapan pajak dari tanpa:
“Pasal 36A hasil pemeriksaan yang 1. penyampaian surat
Apabila petugas pajak dalam dilaksanakan tanpa: pemberitahuan hasil
menghitung atau menetapkan 1. penyampaian surat pemeriksaan; atau
pajak tidak sesuai pemberitahuan hasil 2. pembahasan akhir hasil
dengan Undang-undang pemeriksaan; atau pemeriksaan dengan Wajib
perpajakan yang berlaku 2. pembahasan akhir hasil Pajak.
sehingga merugikan negara, pemeriksaan dengan Wajib (1a) Permohonan sebagaimana
maka petugas pajak yang Pajak. dimaksud pada ayat (1) huruf a,
bersangkutan dapat dikenakan (1a) Permohonan sebagaimana huruf b, dan huruf c
sanksi sesuai dengan dimaksud pada ayat (1) huruf a, hanya dapat diajukan oleh Wajib
ketentuan peraturan huruf b, dan huruf Pajak paling banyak 2 (dua) kali.
perundang-undangan yang c hanya dapat diajukan oleh ***)
berlaku.” Wajib Pajak paling banyak 2 (1b) Permohonan sebagaimana
(dua) kali. dimaksud pada ayat (1) huruf d
(1b) Permohonan sebagaimana hanya dapat diajukan
dimaksud pada ayat (1) huruf d oleh Wajib Pajak 1 (satu) kali.
hanya dapat ***)
diajukan oleh Wajib Pajak 1 (1c) Direktur Jenderal Pajak
(satu) kali. dalam jangka waktu paling lama
(1c) Direktur Jenderal Pajak 6 (enam) bulan sejak
dalam jangka waktu paling lama tanggal permohonan
6 (enam) bulan sejak sebagaimana dimaksud pada
tanggal permohonan ayat (1) diterima, harus
sebagaimana dimaksud pada memberi keputusan atas
ayat (1) diterima, harus permohonan yang diajukan.
memberi keputusan atas ***) (1d) Apabila jangka waktu

71
permohonan yang diajukan. sebagaimana dimaksud pada
(1d) Apabila jangka waktu ayat (1c) telah lewat tetapi
sebagaimana dimaksud pada Direktur Jenderal Pajak tidak
ayat (1c) telah lewat memberi suatu keputusan,
tetapi Direktur Jenderal Pajak permohonan Wajib Pajak
tidak memberi suatu keputusan, sebagaimana dimaksud pada
permohonan ayat (1) dianggap dikabulkan.
Wajib Pajak sebagaimana ***)
dimaksud pada ayat (1) (1e) Apabila diminta oleh Wajib
dianggap dikabulkan. Pajak, Direktur Jenderal Pajak
(1e) Apabila diminta oleh Wajib wajib memberikan
Pajak, Direktur Jenderal Pajak keterangan secara tertulis hal-
wajib memberikan keterangan hal yang menjadi dasar untuk
secara tertulis hal-hal yang menolak atau
menjadi dasar untuk menolak mengabulkan sebagian
atau permohonan Wajib Pajak
mengabulkan sebagian sebagaimana dimaksud pada
permohonan Wajib Pajak ayat (1c). ***)
sebagaimana dimaksud (2) Ketentuan pelaksanaan ayat
pada ayat (1c). (1), ayat (1a), ayat (1b), ayat
(2) Ketentuan pelaksanaan ayat (1c), ayat (1d), dan ayat
(1), ayat (1a), ayat (1b), ayat (1e) diatur dengan atau
(1c), ayat (1d), dan berdasarkan Peraturan Menteri
ayat (1e) diatur dengan atau Keuangan. ***)
berdasarkan Peraturan Menteri Pasal 36A
Keuangan. (1) Pegawai pajak yang karena
(ketentuan Pasal 36A diubah) kelalaiannya atau dengan
Pasal 36A sengaja menghitung atau
(1) Pegawai pajak yang karena menetapkan pajak tidak sesuai
kelalaiannya atau dengan dengan ketentuan undang-
sengaja menghitung atau undang perpajakan
menetapkan pajak tidak sesuai dikenai sanksi sesuai dengan
dengan ketentuan undang- ketentuan peraturan
undang perpajakan perundang-undangan. ***)
dikenai sanksi sesuai dengan (2) Pegawai pajak yang dalam
ketentuan peraturan melakukan tugasnya dengan
perundang-undangan. sengaja bertindak di luar
(2) Pegawai pajak yang dalam kewenangannya yang diatur
melakukan tugasnya dengan dalam ketentuan peraturan
sengaja bertindak perundang-undangan
di luar kewenangannya yang perpajakan, dapat diadukan ke
diatur dalam ketentuan unit internal Departemen
peraturan perundangundangan Keuangan yang berwenang
perpajakan, dapat diadukan ke melakukan pemeriksaan dan
unit internal Departemen investigasi dan apabila terbukti
Keuangan melakukannya dikenai

72
yang berwenang melakukan sanksi sesuai dengan ketentuan
pemeriksaan dan investigasi dan peraturan perundang-undangan.
apabila ***)
terbukti melakukannya dikenai (3) Pegawai pajak yang dalam
sanksi sesuai dengan ketentuan melakukan tugasnya terbukti
peraturan melakukan pemerasan
perundang-undangan. dan pengancaman kepada Wajib
(3) Pegawai pajak yang dalam Pajak untuk menguntungkan diri
melakukan tugasnya terbukti sendiri secara
melakukan melawan hukum diancam
pemerasan dan pengancaman dengan pidana sebagaimana
kepada Wajib Pajak untuk dimaksud dalam Pasal
menguntungkan 368 Kitab Undang-Undang
diri sendiri secara melawan Hukum Pidana. ***)
hukum diancam dengan pidana (4) Pegawai pajak yang dengan
sebagaimana maksud menguntungkan diri
dimaksud dalam Pasal 368 Kitab sendiri secara melawan
Undang-Undang Hukum Pidana. hukum dengan
(4) Pegawai pajak yang dengan menyalahgunakan
maksud menguntungkan diri kekuasaannya memaksa
sendiri secara seseorang untuk
melawan hukum dengan memberikan sesuatu, untuk
menyalahgunakan membayar atau menerima
kekuasaannya memaksa pembayaran, atau untuk
seseorang untuk memberikan mengerjakan sesuatu bagi
sesuatu, untuk membayar atau dirinya sendiri, diancam dengan
menerima pidana sebagaimana
pembayaran, atau untuk dimaksud dalam Pasal 12
mengerjakan sesuatu bagi Undang-Undang Nomor 31
dirinya sendiri, diancam Tahun 1999 tentang
dengan pidana sebagaimana Pemberantasan Tindak Pidana
dimaksud dalam Pasal 12 Korupsi dan perubahannya. ***)
Undang-Undang (5) Pegawai pajak tidak dapat
Nomor 31 Tahun 1999 tentang dituntut, baik secara perdata
Pemberantasan Tindak Pidana maupun pidana, apabila
Korupsi dan dalam melaksanakan tugasnya
perubahannya. didasarkan pada iktikad baik dan
(5) Pegawai pajak tidak dapat sesuai dengan
dituntut, baik secara perdata ketentuan peraturan
maupun pidana, perundang-undangan
apabila dalam melaksanakan perpajakan. ***)
tugasnya didasarkan pada Pasal 36B ***)
iktikad baik dan (1) Menteri Keuangan
sesuai dengan ketentuan berkewajiban untuk membuat
peraturan perundang-undangan kode etik pegawai Direktorat
perpajakan. Jenderal Pajak.

73
Di antara Pasal 36A dan Pasal 37 (2) Pegawai Direktorat Jenderal
disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pajak wajib mematuhi kode etik
Pasal 36B, Pasal pegawai Direktorat
36C, dan Pasal 36D Jenderal Pajak.
Pasal 36B (3) Pengawasan pelaksanaan
(1) Menteri Keuangan dan penampungan pengaduan
berkewajiban untuk membuat pelanggaran kode etik
kode etik pegawai Direktorat pegawai Direktorat Jenderal
Jenderal Pajak. Pajak dilaksanakan oleh Komite
(2) Pegawai Direktorat Jenderal Kode Etik yang
Pajak wajib mematuhi kode etik ketentuannya diatur dengan
pegawai atau berdasarkan Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak. Menteri Keuangan.
(3) Pengawasan pelaksanaan Pasal 36C ***)
dan penampungan pengaduan Menteri Keuangan membentuk
pelanggaran kode komite pengawas perpajakan,
etik pegawai Direktorat Jenderal yang ketentuannya diatur
Pajak dilaksanakan oleh Komite dengan Peraturan Menteri
Kode Keuangan.
Etik yang ketentuannya diatur Pasal 36D ***)
dengan atau berdasarkan (1) Direktorat Jenderal Pajak
Peraturan Menteri dapat diberi insentif atas dasar
Keuangan. pencapaian kinerja
Pasal 36C tertentu.
Menteri Keuangan membentuk (2) Pemberian insentif
komite pengawas perpajakan, sebagaimana dimaksud pada
yang ketentuannya ayat (1) ditetapkan melalui
diatur dengan Peraturan Anggaran Pendapatan dan
Menteri Keuangan. Belanja Negara.
Pasal 36D (3) Tata cara pemberian dan
(1) Direktorat Jenderal Pajak pemanfaatan insentif
dapat diberi insentif atas dasar sebagaimana dimaksud pada
pencapaian kinerja ayat
tertentu. (1) diatur dengan Peraturan
(2) Pemberian insentif Menteri Keuangan.
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
(3) Tata cara pemberian dan
pemanfaatan insentif
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
Pasal 37 Pasal 37 (ketentuan pasal 37 diubah) “Pasal 37 “Pasal 37 Pasal 37
Perubahan besarnya sanksi Perubahan besarnya sanksi Perubahan besarnya imbalan Perubahan besarnya imbalan Perubahan besarnya imbalan

74
administrasi berupa bunga, denda administrasi berupa bunga, “Pasal 37 bunga dan sanksi administrasi bunga dan sanksi administrasi bunga dan sanksi administrasi
administrasi, dan denda administrasi, dan Perubahan besarnya imbalan berupa bunga, berupa bunga, berupa bunga, denda, dan
kenaikan diatur dengan Peraturan kenaikan diatur dengan bunga dan sanksi administrasi denda, dan kenaikan, diatur denda, dan kenaikan, diatur kenaikan, diatur dengan
Pemerintah. Peraturan Pemerintah. berupa bunga, dengan Peraturan Pemerintah.” dengan Peraturan Pemerintah.” Peraturan Pemerintah. **)
denda, dan kenaikan, diatur Di antara Pasal 37 dan Pasal 38 (ketentuan Pasal 37A ayat (1) Pasal 37A ***)
dengan Peraturan Pemerintah.” disisipkan 1 (satu) pasal, yakni diubah) (1) Wajib Pajak yang
Pasal 37A menyampaikan pembetulan
Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan sebelum
Pasal 37A Pasal 37A Tahun Pajak 2007, yang
(1) Wajib Pajak yang (1) Wajib Pajak yang mengakibatkan pajak yang
menyampaikan pembetulan menyampaikan pembetulan masih
Surat Pemberitahuan Tahunan Surat Pemberitahuan Tahunan harus dibayar menjadi lebih
Pajak Penghasilan sebelum Pajak besar dan dilakukan paling
Tahun Pajak 2007, yang Penghasilan sebelum Tahun lambat tanggal 28 Pebruari
mengakibatkan pajak Pajak 2007, yang mengakibatkan 2009, dapat diberikan
yang masih harus dibayar pajak yang masih pengurangan atau penghapusan
menjadi lebih besar dan harus dibayar menjadi lebih sanksi administrasi
dilakukan paling lama besar dan dilakukan paling berupa bunga atas
dalam jangka waktu 1 (satu) lambat tanggal 28 Pebruari keterlambatan pelunasan
tahun setelah berlakunya 2009, dapat diberikan kekurangan pembayaran pajak
Undang-Undang ini, pengurangan atau penghapusan yang
dapat diberikan pengurangan sanksi administrasi ketentuannya diatur dengan
atau penghapusan sanksi berupa bunga atas atau berdasarkan Peraturan
administrasi berupa keterlambatan pelunasan Menteri Keuangan. ****)
bunga atas keterlambatan kekurangan pembayaran pajak (2) Wajib Pajak orang pribadi
pelunasan kekurangan yang yang secara sukarela
pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan mendaftarkan diri untuk
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan memperoleh Nomor Pokok
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Wajib Pajak paling lama 1 (satu)
Menteri Keuangan. (2) Wajib Pajak orang pribadi tahun setelah
(2) Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela berlakunya Undang-Undang ini
yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk diberikan penghapusan sanksi
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok administrasi atas
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) pajak yang tidak atau kurang
Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah dibayar untuk Tahun Pajak
tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini sebelum diperoleh Nomor
berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi Pokok Wajib Pajak dan tidak
diberikan penghapusan sanksi administrasi atas dilakukan pemeriksaan pajak,
administrasi pajak yang tidak atau kurang kecuali terdapat data
atas pajak yang tidak atau dibayar untuk Tahun Pajak atau keterangan yang
kurang dibayar untuk Tahun sebelum diperoleh Nomor menyatakan bahwa Surat
Pajak sebelum Pokok Wajib Pajak dan tidak Pemberitahuan yang
diperoleh Nomor Pokok Wajib dilakukan pemeriksaan pajak, disampaikan
Pajak dan tidak dilakukan kecuali terdapat data Wajib Pajak tidak benar atau
pemeriksaan atau keterangan yang menyatakan lebih bayar.

75
pajak, kecuali terdapat data menyatakan bahwa Surat
atau keterangan yang Pemberitahuan yang
menyatakan bahwa Surat disampaikan
Pemberitahuan yang Wajib Pajak tidak benar atau
disampaikan Wajib Pajak tidak menyatakan lebih bayar.
benar atau menyatakan
lebih bayar.
Pasal 34 (ketentuan pada pasal 34 Ketentuan Pasal 34 diubah, dan (ketentuan pada pasal 34 Pasal 34
(1) Setiap pejabat dilarang diubah) di antara ayat (2) dan ayat (3) di diubah) (1) Setiap pejabat dilarang
memberitahukan kepada pihak sisipkan 1 (satu) memberitahukan kepada pihak
lain yang tidak berhak “Pasal 34 ayat yaitu ayat (2a) Pasal 34 lain segala sesuatu yang
segala sesuatu yang diketahui (1) Setiap pejabat dilarang (1) Setiap pejabat dilarang diketahui
atau diberitahukan kepadanya memberitahukan kepada pihak “Pasal 34 memberitahukan kepada pihak atau diberitahukan kepadanya
oleh Wajib Pajak lain yang tidak berhak (1) Setiap pejabat dilarang lain segala sesuatu oleh Wajib Pajak dalam rangka
dalam rangka jabatan atau segala sesuatu yang diketahui memberitahukan kepada pihak yang diketahui atau jabatan atau pekerjaannya
pekerjaannya untuk menjalankan atau diberitahukan kepadanya lain segala sesuatu diberitahukan kepadanya oleh untuk menjalankan ketentuan
ketentuan peraturan oleh Wajib yang diketahui atau Wajib Pajak dalam peraturan perundang-undangan
perundang-undangan perpajakan. Pajak dalam rangka jabatan atau diberitahukan kepadanya oleh rangka jabatan atau perpajakan. ***)
(2) Larangan sebagaimana pekerjaannya untuk Wajib Pajak dalam pekerjaannya untuk (2) Larangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) berlaku menjalankan ketentuan rangka jabatan atau menjalankan ketentuan dimaksud pada ayat (1) berlaku
juga terhadap ahli peraturan perundang-undangan pekerjaannya untuk peraturan juga terhadap tenaga ahli yang
yang ditunjuk oleh Direktur perpajakan, kecuali sebagai menjalankan ketentuan perundang-undangan ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Jenderal Pajak untuk membantu saksi atau saksi peraturan perpajakan. Pajak untuk membantu dalam
dalam pelaksanaan ahli dalam sidang pengadilan. perundang-undangan (2) Larangan sebagaimana pelaksanaan ketentuan
ketentuan peraturan perundang- (2) Larangan sebagaimana perpajakan. dimaksud pada ayat (1) berlaku peraturan perundang-undangan
undangan perpajakan. dimaksud pada ayat (1) berlaku (2a) Larangan sebagaimana juga terhadap tenaga perpajakan. ***)
(3) Menteri Keuangan berwenang juga terhadap tenaga dimaksud dalam ayat (1) berlaku ahli yang ditunjuk oleh Direktur (2a) Dikecualikan dari ketentuan
memerintahkan secara tertulis ahli yang ditunjuk oleh Direktur juga terhadap Jenderal Pajak untuk membantu sebagaimana dimaksud pada
kepada pejabat Jenderal Pajak untuk membantu tenaga ahli yang ditunjuk oleh dalam ayat (1) dan ayat (2)
sebagaimana dimaksud dalam dalam Direktur Jenderal Pajak untuk pelaksanaan ketentuan adalah: ***)
ayat (1) dan ahli-ahli pelaksanaan ketentuan membantu peraturan perundang-undangan a. pejabat dan tenaga ahli yang
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. bertindak sebagai saksi atau
ayat (2), supaya memberikan perpajakan, kecuali sebagai peraturan perundang-undangan (2a) Dikecualikan dari ketentuan saksi ahli dalam
keterangan, memperlihatkan saksi atau saksi ahli dalam perpajakan. sebagaimana dimaksud pada sidang pengadilan; atau
bukti tertulis dari Wajib sidang pengadilan. Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) dan ayat (2) b. pejabat dan/atau tenaga ahli
Pajak kepada Pejabat Pemeriksa (3) Untuk kepentingan negara, sebagaimana dimaksud dalam adalah: yang ditetapkan Menteri
untuk keperluan pemeriksaan Menteri Keuangan berwenang ayat (1) dan ayat a. pejabat dan tenaga ahli yang Keuangan untuk
Keuangan Negara. memberi ijin tertulis (2) adalah : bertindak sebagai saksi atau memberikan keterangan kepada
Surat Perintah tersebut di atas kepada pejabat sebagaimana a. Pejabat dan tenaga ahli yang saksi ahli pejabat lembaga negara atau
menyebutkan nama Wajib Pajak dimaksud pada ayat (1) dan bertindak sebagai saksi atau dalam sidang pengadilan; atau instansi
yang dikehendaki tenaga-tenaga saksi ahli b. pejabat dan/atau tenaga ahli Pemerintah yang berwenang
keterangannya dan nama ahli sebagaimana dimaksud dalam sidang pengadilan. yang ditetapkan Menteri melakukan pemeriksaan dalam
pemeriksa. pada ayat (2) supaya b. Pejabat dan tenaga ahli yang Keuangan untuk bidang keuangan
(4) Untuk kepentingan memberikan keterangan, memberikan keterangan kepada memberikan keterangan kepada negara.
pemeriksaan di Pengadilan dalam memperlihatkan bukti tertulis pihak lain pejabat lembaga negara atau (3) Untuk kepentingan negara,
perkara pidana; atas dari atau tentang Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Menteri instansi Menteri Keuangan berwenang

76
permintaan Hakim sebagaimana kepada pihak Keuangan. Pemerintah yang berwenang memberi izin tertulis
dimaksud dalam Pasal 180 yang ditunjuknya. (3) Untuk kepentingan negara, melakukan pemeriksaan dalam kepada pejabat sebagaimana
Undang-undang (4) Untuk kepentingan Menteri Keuangan berwenang bidang dimaksud pada ayat (1) dan
Nomor 8 Tahun 1981 tentang pemeriksaan di Pengadilan memberi izin keuangan negara. tenaga ahli sebagaimana
Hukum Acara Pidana, Menteri dalam perkara pidana atau tertulis kepada pejabat (3) Untuk kepentingan negara, dimaksud pada ayat (2) supaya
Keuangan dapat perdata atas permintaan Hakim sebagaimana dimaksud dalam Menteri Keuangan berwenang memberikan keterangan dan
memberi izin tertulis untuk sesuai dengan Hukum Acara ayat (1) dan tenagatenaga memberi izin memperlihatkan
meminta kepada pejabat pajak Pidana dan ahli sebagaimana dimaksud tertulis kepada pejabat bukti tertulis dari atau tentang
sebagaimana dimaksud Hukum Acara Perdata, Menteri dalam ayat (2) supaya sebagaimana dimaksud pada Wajib Pajak kepada pihak yang
dalam ayat (1) dan ahli Keuangan dapat memberi ijin memberikan ayat (1) dan tenaga ahli ditunjuk. ***)
sebagaimana dimaksud dalam tertulis untuk keterangan, memperlihatkan sebagaimana dimaksud pada (4) Untuk kepentingan
ayat (2), bukti tertulis dan meminta kepada pejabat bukti tertulis dari atau tentang ayat (2) supaya memberikan pemeriksaan di pengadilan
keterangan Wajib Pajak yang ada sebagaimana dimaksud pada Wajib Pajak keterangan dan dalam perkara pidana atau
padanya. ayat (1) dan tenaga kepada pihak yang ditunjuknya. memperlihatkan bukti tertulis perdata, atas permintaan Hakim
(5) Permintaan Hakim ahli sebagaimana dimaksud (4) Untuk kepentingan dari atau tentang Wajib Pajak sesuai dengan Hukum Acara
sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (2), bukti tertulis dan pemeriksaan di Pengadilan kepada pihak Pidana dan Hukum
ayat (4), harus menyebutkan keterangan Wajib dalam perkara pidana atau yang ditunjuk. Acara Perdata, Menteri
nama tersangka, keterangan- Pajak yang ada padanya. perdata atas permintaan Hakim (4) Untuk kepentingan Keuangan dapat memberi izin
keterangan yang diminta serta (5) Permintaan Hakim sesuai dengan Hukum Acara pemeriksaan di pengadilan tertulis kepada pejabat
kaitan antara perkara sebagaimana dimaksud pada Pidana dan dalam perkara pidana atau sebagaimana dimaksud pada
pidana yang bersangkutan ayat (4), harus menyebutkan Hukum Acara Perdata, Menteri perdata, atas permintaan Hakim ayat (1), dan tenaga ahli
dengan keterangan yang diminta nama tersangka atau nama Keuangan dapat memberi izin sesuai dengan Hukum Acara sebagaimana dimaksud
tersebut. tergugat, keterangan- tertulis untuk Pidana dan pada ayat (2), untuk
keterangan yang diminta meminta kepada pejabat Hukum Acara Perdata, Menteri memberikan dan
serta kaitan antara perkara sebagaimana dimaksud dalam Keuangan dapat memberi izin memperlihatkan bukti tertulis
pidana atau perdata yang ayat (1) dan tenaga tertulis kepada dan keterangan
bersangkutan dengan ahli sebagaimana dimaksud pejabat sebagaimana dimaksud Wajib Pajak yang ada padanya.
keterangan yang diminta dalam ayat (2), bukti tertulis dan pada ayat (1), dan tenaga ahli ***)
tersebut.” keterangan sebagaimana (5) Permintaan hakim
Wajib Pajak yang ada padanya. dimaksud pada ayat (2), untuk sebagaimana dimaksud pada
(5) Permintaan Hakim memberikan dan ayat (4) harus menyebutkan
sebagaimana dimaksud dalam memperlihatkan bukti tertulis nama tersangka atau nama
ayat (4), harus menyebutkan dan keterangan Wajib Pajak tergugat, keterangan yang
nama tersangka atau nama yang ada padanya. diminta, serta kaitan antara
tergugat, keterangan- (5) Permintaan hakim perkara pidana atau perdata
keterangan yang diminta sebagaimana dimaksud pada yang bersangkutan dengan
serta kaitan antara perkara ayat (4) harus menyebutkan keterangan yang diminta.
pidana atau perdata yang nama tersangka atau nama
bersangkutan dengan tergugat, keterangan yang
keterangan yang diminta diminta, serta kaitan
tersebut.” antara perkara pidana atau
perdata yang bersangkutan
dengan keterangan
yang diminta.

Pasal 35 (ketentuan pada pasal 35 “Pasal 35 (ketentuan pada pasal 35 Pasal 35

77
(1) Apabila dalam menjalankan diubah) (1) Apabila dalam menjalankan diubah) (1) Apabila dalam menjalankan
ketentuan peraturan perundang- ketentuan peraturan ketentuan peraturan
undangan perpajakan “Pasal 35 perundang-undangan Pasal 35 perundang-undangan
diperlukan keterangan atau bukti (1) Apabila dalam menjalankan perpajakan diperlukan (1) Apabila dalam menjalankan perpajakan
dari pihak ketiga yang ketentuan peraturan keterangan, atau bukti dari ketentuan peraturan diperlukan keterangan atau
mempunyai hubungan perundang-undangan bank, akuntan publik, perundang-undangan bukti dari bank, akuntan publik,
dengan Wajib Pajak yang perpajakan diperlukan notaris, konsultan pajak, kantor perpajakan diperlukan notaris, konsultan pajak, kantor
diperiksa, atas permintaan keterangan, atau bukti dari administrasi, dan pihak ketiga keterangan atau bukti dari bank, administrasi, dan/atau pihak
Direktur Jenderal Pajak pihak bank, akuntan publik, lainnya, yang akuntan publik, ketiga lainnya, yang mempunyai
ketiga tersebut harus notaris, konsultan pajak, kantor mempunyai hubungan dengan notaris, konsultan pajak, kantor hubungan dengan Wajib Pajak
memberikan keterangan atau administrasi, dan pihak ketiga Wajib Pajak yang diperiksa atau administrasi, dan/atau pihak yang dilakukan pemeriksaan
bukti yang diminta. lainnya, yang di sidik, atas ketiga lainnya, pajak, penagihan
(2) Dalam hal pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan permintaan tertulis dari Direktur yang mempunyai hubungan pajak, atau penyidikan tindak
bersangkutan tersebut terikat Wajib Pajak yang diperiksa atau Jenderal Pajak, pihak-pihak dengan Wajib Pajak yang pidana di bidang perpajakan,
oleh kewajiban untuk di sidik, atas tersebut wajib dilakukan pemeriksaan atas permintaan tertulis
merahasiakan, kewajiban untuk permintaan tertulis dari Direktur memberikan keterangan atau pajak, penagihan pajak, atau dari Direktur Jenderal Pajak,
merahasiakan itu ditiadakan oleh Jenderal Pajak, pihak-pihak bukti yang diminta. penyidikan tindak pidana di pihak-pihak tersebut wajib
permintaan tersebut wajib (2) Dalam hal pihak-pihak bidang perpajakan, memberikan keterangan
untuk keperluan pemeriksaan memberikan keterangan atau sebagaimana pada ayat (1) atas permintaan tertulis dari atau bukti yang diminta. ***)
sesuai dengan ketentuan bukti yang diminta. terikat oleh kewajiban Direktur Jenderal Pajak, pihak- (2) Dalam hal pihak-pihak
peraturan perundangundangan (2) Dalam hal pihak-pihak merahasiakan, untuk keperluan pihak tersebut sebagaimana dimaksud pada
yang berlaku. sebagaimana pada ayat (1) pemeriksaan atau penyidikan wajib memberikan keterangan ayat (1) terikat oleh kewajiban
terikat oleh kewajiban pajak, atau bukti yang diminta. merahasiakan, untuk keperluan
merahasiakan, untuk keperluan kewajiban merahasiakan (2) Dalam hal pihak-pihak pemeriksaan, penagihan pajak,
pemeriksaan atau penyidikan tersebut ditiadakan, kecuali sebagaimana dimaksud pada atau penyidikan
pajak, untuk bank kewajiban ayat (1) terikat oleh tindak pidana di bidang
kewajiban merahasiakan merahasiakan ditiadakan atas kewajiban merahasiakan, untuk perpajakan, kewajiban
tersebut ditiadakan, kecuali perintah tertulis dari Menteri keperluan pemeriksaan, merahasiakan tersebut
untuk bank kewajiban Keuangan.” penagihan pajak, ditiadakan,
merahasiakan ditiadakan atas atau penyidikan tindak pidana di kecuali untuk bank, kewajiban
perintah tertulis dari Menteri bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan ditiadakan atas
Keuangan.” merahasiakan permintaan tertulis
tersebut ditiadakan, kecuali dari Menteri Keuangan. ***)
untuk bank, kewajiban (3) Tata cara permintaan
merahasiakan ditiadakan keterangan atau bukti dari
atas permintaan tertulis dari pihak-pihak yang terikat oleh
Menteri Keuangan. kewajiban merahasiakan
(3) Tata cara permintaan sebagaimana dimaksud pada
keterangan atau bukti dari ayat (2) diatur dengan atau
pihak-pihak yang terikat oleh berdasarkan Peraturan Menteri
kewajiban merahasiakan Keuangan. ***)
sebagaimana dimaksud pada Pasal 35A ***)
ayat (2) diatur dengan (1) Setiap instansi pemerintah,
atau berdasarkan Peraturan lembaga, asosiasi, dan pihak
Menteri Keuangan. lain, wajib memberikan data
Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 dan informasi yang berkaitan

78
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni dengan perpajakan kepada
Pasal 35A Direktorat Jenderal Pajak
yang ketentuannya diatur
Pasal 35A dengan Peraturan Pemerintah
(1) Setiap instansi pemerintah, dengan memperhatikan
lembaga, asosiasi, dan pihak ketentuan sebagaimana
lain, wajib dimaksud dalam Pasal 35 ayat
memberikan data dan informasi (2).
yang berkaitan dengan (2) Dalam hal data dan informasi
perpajakan kepada sebagaimana dimaksud pada
Direktorat Jenderal Pajak yang ayat (1) tidak mencukupi,
ketentuannya diatur dengan Direktur Jenderal Pajak
Peraturan berwenang menghimpun data
Pemerintah dengan dan informasi untuk
memperhatikan ketentuan kepentingan
sebagaimana dimaksud penerimaan negara yang
dalam Pasal 35 ayat (2). ketentuannya diatur dengan
(2) Dalam hal data dan informasi Peraturan Pemerintah dengan
sebagaimana dimaksud pada memperhatikan ketentuan
ayat (1) tidak sebagaimana dimaksud dalam
mencukupi, Direktur Jenderal Pasal 35 ayat (2).
Pajak berwenang menghimpun
data dan
informasi untuk kepentingan
penerimaan negara yang
ketentuannya
diatur dengan Peraturan
Pemerintah dengan
memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (2).
Pasal 36 Pasal 36 Ketentuan Pasal 36 ayat (2) (ketentuan Pasal 36 diubah) Pasal 36
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat : (1) Direktur Jenderal Pajak diubah Pasal 36 (1) Direktur Jenderal Pajak
a. mengurangkan atau dapat : “Pasal 36 (1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas
menghapuskan sanksi a. mengurangkan atau (1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat:
administrasi berupa bunga, menghapuskan sanksi dapat : permohonan Wajib Pajak ***)
denda, dan kenaikan yang administrasi berupa bunga, a. mengurangkan atau dapat: a. mengurangkan atau
terhutang menurut ketentuan denda, dan kenaikan yang menghapuskan sanksi a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi
peraturan terhutang menurut ketentuan administrasi berupa bunga, menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga,
perundang-undangan perpajakan peraturan denda, dan kenaikan yang administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang
dalam hal sanksi tersebut perundang-undangan terutang menurut ketentuan denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan
dikenakan perpajakan dalam hal sanksi peraturan terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
karena kekhilafan Wajib Pajak tersebut dikenakan perundang-undangan ketentuan peraturan perundang-undangan
atau bukan karena kesalahannya; karena kekhilafan Wajib Pajak perpajakan dalam hal sanksi perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi
b. mengurangkan atau atau bukan karena tersebut dikenakan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan
membatalkan ketetapan pajak kesalahannya; karena kekhilafan Wajib Pajak tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak

79
yang tidak benar. b. mengurangkan atau atau bukan karena karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
(2) Tata cara pengurangan, membatalkan ketetapan pajak kesalahannya; atau bukan karena kesalahannya;
penghapusan, atau pembatalan yang tidak benar. b. mengurangkan atau kesalahannya; b. mengurangkan atau
hutang pajak sebagaimana (2) Tata cara pengurangan, membatalkan ketetapan pajak b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan
dimaksud dalam ayat (1), diatur penghapusan, atau pembatalan yang tidak benar. membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;
oleh Menteri Keuangan. hutang pajak sebagaimana (2) Tata cara pengurangan, pajak yang tidak c. mengurangkan atau
dimaksud dalam ayat (1), diatur penghapusan, atau pembatalan benar; membatalkan Surat Tagihan
oleh Menteri Keuangan. utang pajak c. mengurangkan atau Pajak sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam membatalkan Surat Tagihan dimaksud dalam Pasal 14 yang
ayat (1), diatur dengan Pajak sebagaimana tidak benar; atau
Keputusan Menteri dimaksud dalam Pasal 14 yang d. membatalkan hasil
Keuangan.” tidak benar; atau pemeriksaan pajak atau surat
Di antara Pasal 36 dan Pasal 37 d. membatalkan hasil ketetapan pajak dari hasil
di sisipkan 1 (satu) Pasal yaitu pemeriksaan pajak atau surat pemeriksaan yang dilaksanakan
Pasal 36A, ketetapan pajak dari tanpa:
“Pasal 36A hasil pemeriksaan yang 1. penyampaian surat
Apabila petugas pajak dalam dilaksanakan tanpa: pemberitahuan hasil
menghitung atau menetapkan 1. penyampaian surat pemeriksaan; atau
pajak tidak sesuai pemberitahuan hasil 2. pembahasan akhir hasil
dengan Undang-undang pemeriksaan; atau pemeriksaan dengan Wajib
perpajakan yang berlaku 2. pembahasan akhir hasil Pajak.
sehingga merugikan negara, pemeriksaan dengan Wajib (1a) Permohonan sebagaimana
maka petugas pajak yang Pajak. dimaksud pada ayat (1) huruf a,
bersangkutan dapat dikenakan (1a) Permohonan sebagaimana huruf b, dan huruf c
sanksi sesuai dengan dimaksud pada ayat (1) huruf a, hanya dapat diajukan oleh Wajib
ketentuan peraturan huruf b, dan huruf Pajak paling banyak 2 (dua) kali.
perundang-undangan yang c hanya dapat diajukan oleh ***)
berlaku.” Wajib Pajak paling banyak 2 (1b) Permohonan sebagaimana
(dua) kali. dimaksud pada ayat (1) huruf d
(1b) Permohonan sebagaimana hanya dapat diajukan
dimaksud pada ayat (1) huruf d oleh Wajib Pajak 1 (satu) kali.
hanya dapat ***)
diajukan oleh Wajib Pajak 1 (1c) Direktur Jenderal Pajak
(satu) kali. dalam jangka waktu paling lama
(1c) Direktur Jenderal Pajak 6 (enam) bulan sejak
dalam jangka waktu paling lama tanggal permohonan
6 (enam) bulan sejak sebagaimana dimaksud pada
tanggal permohonan ayat (1) diterima, harus
sebagaimana dimaksud pada memberi keputusan atas
ayat (1) diterima, harus permohonan yang diajukan.
memberi keputusan atas ***) (1d) Apabila jangka waktu
permohonan yang diajukan. sebagaimana dimaksud pada
(1d) Apabila jangka waktu ayat (1c) telah lewat tetapi
sebagaimana dimaksud pada Direktur Jenderal Pajak tidak
ayat (1c) telah lewat memberi suatu keputusan,
tetapi Direktur Jenderal Pajak permohonan Wajib Pajak

80
tidak memberi suatu keputusan, sebagaimana dimaksud pada
permohonan ayat (1) dianggap dikabulkan.
Wajib Pajak sebagaimana ***)
dimaksud pada ayat (1) (1e) Apabila diminta oleh Wajib
dianggap dikabulkan. Pajak, Direktur Jenderal Pajak
(1e) Apabila diminta oleh Wajib wajib memberikan
Pajak, Direktur Jenderal Pajak keterangan secara tertulis hal-
wajib memberikan keterangan hal yang menjadi dasar untuk
secara tertulis hal-hal yang menolak atau
menjadi dasar untuk menolak mengabulkan sebagian
atau permohonan Wajib Pajak
mengabulkan sebagian sebagaimana dimaksud pada
permohonan Wajib Pajak ayat (1c). ***)
sebagaimana dimaksud (2) Ketentuan pelaksanaan ayat
pada ayat (1c). (1), ayat (1a), ayat (1b), ayat
(2) Ketentuan pelaksanaan ayat (1c), ayat (1d), dan ayat
(1), ayat (1a), ayat (1b), ayat (1e) diatur dengan atau
(1c), ayat (1d), dan berdasarkan Peraturan Menteri
ayat (1e) diatur dengan atau Keuangan. ***)
berdasarkan Peraturan Menteri Pasal 36A
Keuangan. (1) Pegawai pajak yang karena
(ketentuan Pasal 36A diubah) kelalaiannya atau dengan
Pasal 36A sengaja menghitung atau
(1) Pegawai pajak yang karena menetapkan pajak tidak sesuai
kelalaiannya atau dengan dengan ketentuan undang-
sengaja menghitung atau undang perpajakan
menetapkan pajak tidak sesuai dikenai sanksi sesuai dengan
dengan ketentuan undang- ketentuan peraturan
undang perpajakan perundang-undangan. ***)
dikenai sanksi sesuai dengan (2) Pegawai pajak yang dalam
ketentuan peraturan melakukan tugasnya dengan
perundang-undangan. sengaja bertindak di luar
(2) Pegawai pajak yang dalam kewenangannya yang diatur
melakukan tugasnya dengan dalam ketentuan peraturan
sengaja bertindak perundang-undangan
di luar kewenangannya yang perpajakan, dapat diadukan ke
diatur dalam ketentuan unit internal Departemen
peraturan perundangundangan Keuangan yang berwenang
perpajakan, dapat diadukan ke melakukan pemeriksaan dan
unit internal Departemen investigasi dan apabila terbukti
Keuangan melakukannya dikenai
yang berwenang melakukan sanksi sesuai dengan ketentuan
pemeriksaan dan investigasi dan peraturan perundang-undangan.
apabila ***)
terbukti melakukannya dikenai (3) Pegawai pajak yang dalam
sanksi sesuai dengan ketentuan melakukan tugasnya terbukti

81
peraturan melakukan pemerasan
perundang-undangan. dan pengancaman kepada Wajib
(3) Pegawai pajak yang dalam Pajak untuk menguntungkan diri
melakukan tugasnya terbukti sendiri secara
melakukan melawan hukum diancam
pemerasan dan pengancaman dengan pidana sebagaimana
kepada Wajib Pajak untuk dimaksud dalam Pasal
menguntungkan 368 Kitab Undang-Undang
diri sendiri secara melawan Hukum Pidana. ***)
hukum diancam dengan pidana (4) Pegawai pajak yang dengan
sebagaimana maksud menguntungkan diri
dimaksud dalam Pasal 368 Kitab sendiri secara melawan
Undang-Undang Hukum Pidana. hukum dengan
(4) Pegawai pajak yang dengan menyalahgunakan
maksud menguntungkan diri kekuasaannya memaksa
sendiri secara seseorang untuk
melawan hukum dengan memberikan sesuatu, untuk
menyalahgunakan membayar atau menerima
kekuasaannya memaksa pembayaran, atau untuk
seseorang untuk memberikan mengerjakan sesuatu bagi
sesuatu, untuk membayar atau dirinya sendiri, diancam dengan
menerima pidana sebagaimana
pembayaran, atau untuk dimaksud dalam Pasal 12
mengerjakan sesuatu bagi Undang-Undang Nomor 31
dirinya sendiri, diancam Tahun 1999 tentang
dengan pidana sebagaimana Pemberantasan Tindak Pidana
dimaksud dalam Pasal 12 Korupsi dan perubahannya. ***)
Undang-Undang (5) Pegawai pajak tidak dapat
Nomor 31 Tahun 1999 tentang dituntut, baik secara perdata
Pemberantasan Tindak Pidana maupun pidana, apabila
Korupsi dan dalam melaksanakan tugasnya
perubahannya. didasarkan pada iktikad baik dan
(5) Pegawai pajak tidak dapat sesuai dengan
dituntut, baik secara perdata ketentuan peraturan
maupun pidana, perundang-undangan
apabila dalam melaksanakan perpajakan. ***)
tugasnya didasarkan pada Pasal 36B ***)
iktikad baik dan (1) Menteri Keuangan
sesuai dengan ketentuan berkewajiban untuk membuat
peraturan perundang-undangan kode etik pegawai Direktorat
perpajakan. Jenderal Pajak.
Di antara Pasal 36A dan Pasal 37 (2) Pegawai Direktorat Jenderal
disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pajak wajib mematuhi kode etik
Pasal 36B, Pasal pegawai Direktorat
36C, dan Pasal 36D Jenderal Pajak.
Pasal 36B (3) Pengawasan pelaksanaan

82
(1) Menteri Keuangan dan penampungan pengaduan
berkewajiban untuk membuat pelanggaran kode etik
kode etik pegawai Direktorat pegawai Direktorat Jenderal
Jenderal Pajak. Pajak dilaksanakan oleh Komite
(2) Pegawai Direktorat Jenderal Kode Etik yang
Pajak wajib mematuhi kode etik ketentuannya diatur dengan
pegawai atau berdasarkan Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak. Menteri Keuangan.
(3) Pengawasan pelaksanaan Pasal 36C ***)
dan penampungan pengaduan Menteri Keuangan membentuk
pelanggaran kode komite pengawas perpajakan,
etik pegawai Direktorat Jenderal yang ketentuannya diatur
Pajak dilaksanakan oleh Komite dengan Peraturan Menteri
Kode Keuangan.
Etik yang ketentuannya diatur Pasal 36D ***)
dengan atau berdasarkan (1) Direktorat Jenderal Pajak
Peraturan Menteri dapat diberi insentif atas dasar
Keuangan. pencapaian kinerja
Pasal 36C tertentu.
Menteri Keuangan membentuk (2) Pemberian insentif
komite pengawas perpajakan, sebagaimana dimaksud pada
yang ketentuannya ayat (1) ditetapkan melalui
diatur dengan Peraturan Anggaran Pendapatan dan
Menteri Keuangan. Belanja Negara.
Pasal 36D (3) Tata cara pemberian dan
(1) Direktorat Jenderal Pajak pemanfaatan insentif
dapat diberi insentif atas dasar sebagaimana dimaksud pada
pencapaian kinerja ayat
tertentu. (1) diatur dengan Peraturan
(2) Pemberian insentif Menteri Keuangan.
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
(3) Tata cara pemberian dan
pemanfaatan insentif
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
Pasal 37 Pasal 37 (ketentuan pasal 37 diubah) “Pasal 37 “Pasal 37 Pasal 37
Perubahan besarnya sanksi Perubahan besarnya sanksi Perubahan besarnya imbalan Perubahan besarnya imbalan Perubahan besarnya imbalan
administrasi berupa bunga, denda administrasi berupa bunga, “Pasal 37 bunga dan sanksi administrasi bunga dan sanksi administrasi bunga dan sanksi administrasi
administrasi, dan denda administrasi, dan Perubahan besarnya imbalan berupa bunga, berupa bunga, berupa bunga, denda, dan
kenaikan diatur dengan Peraturan kenaikan diatur dengan bunga dan sanksi administrasi denda, dan kenaikan, diatur denda, dan kenaikan, diatur kenaikan, diatur dengan
Pemerintah. Peraturan Pemerintah. berupa bunga, dengan Peraturan Pemerintah.” dengan Peraturan Pemerintah.” Peraturan Pemerintah. **)
denda, dan kenaikan, diatur Di antara Pasal 37 dan Pasal 38 (ketentuan Pasal 37A ayat (1) Pasal 37A ***)

83
dengan Peraturan Pemerintah.” disisipkan 1 (satu) pasal, yakni diubah) (1) Wajib Pajak yang
Pasal 37A menyampaikan pembetulan
Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan sebelum
Pasal 37A Pasal 37A Tahun Pajak 2007, yang
(1) Wajib Pajak yang (1) Wajib Pajak yang mengakibatkan pajak yang
menyampaikan pembetulan menyampaikan pembetulan masih
Surat Pemberitahuan Tahunan Surat Pemberitahuan Tahunan harus dibayar menjadi lebih
Pajak Penghasilan sebelum Pajak besar dan dilakukan paling
Tahun Pajak 2007, yang Penghasilan sebelum Tahun lambat tanggal 28 Pebruari
mengakibatkan pajak Pajak 2007, yang mengakibatkan 2009, dapat diberikan
yang masih harus dibayar pajak yang masih pengurangan atau penghapusan
menjadi lebih besar dan harus dibayar menjadi lebih sanksi administrasi
dilakukan paling lama besar dan dilakukan paling berupa bunga atas
dalam jangka waktu 1 (satu) lambat tanggal 28 Pebruari keterlambatan pelunasan
tahun setelah berlakunya 2009, dapat diberikan kekurangan pembayaran pajak
Undang-Undang ini, pengurangan atau penghapusan yang
dapat diberikan pengurangan sanksi administrasi ketentuannya diatur dengan
atau penghapusan sanksi berupa bunga atas atau berdasarkan Peraturan
administrasi berupa keterlambatan pelunasan Menteri Keuangan. ****)
bunga atas keterlambatan kekurangan pembayaran pajak (2) Wajib Pajak orang pribadi
pelunasan kekurangan yang yang secara sukarela
pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan mendaftarkan diri untuk
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan memperoleh Nomor Pokok
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Wajib Pajak paling lama 1 (satu)
Menteri Keuangan. (2) Wajib Pajak orang pribadi tahun setelah
(2) Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela berlakunya Undang-Undang ini
yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk diberikan penghapusan sanksi
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok administrasi atas
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) pajak yang tidak atau kurang
Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah dibayar untuk Tahun Pajak
tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini sebelum diperoleh Nomor
berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi Pokok Wajib Pajak dan tidak
diberikan penghapusan sanksi administrasi atas dilakukan pemeriksaan pajak,
administrasi pajak yang tidak atau kurang kecuali terdapat data
atas pajak yang tidak atau dibayar untuk Tahun Pajak atau keterangan yang
kurang dibayar untuk Tahun sebelum diperoleh Nomor menyatakan bahwa Surat
Pajak sebelum Pokok Wajib Pajak dan tidak Pemberitahuan yang
diperoleh Nomor Pokok Wajib dilakukan pemeriksaan pajak, disampaikan
Pajak dan tidak dilakukan kecuali terdapat data Wajib Pajak tidak benar atau
pemeriksaan atau keterangan yang menyatakan lebih bayar.
pajak, kecuali terdapat data menyatakan bahwa Surat
atau keterangan yang Pemberitahuan yang
menyatakan bahwa Surat disampaikan
Pemberitahuan yang Wajib Pajak tidak benar atau
disampaikan Wajib Pajak tidak menyatakan lebih bayar.

84
benar atau menyatakan
lebih bayar.
Pasal 38 Ketentuan Pasal 38 diubah, Ketentuan Pasal 38 diubah, Ketentuan Pasal 38 diubah Pasal 38 Pasal 38
Barang siapa karena sehingga menjadi berbunyi sehingga keseluruhan Pasal 38 sehingga berbunyi sebagai Setiap orang yang karena Setiap orang yang karena
kealpaannya : sebagai berikut : berbunyi sebagai berikut : berikut: kealpaannya: kealpaannya:
1. tidak menyampaikan Surat a. tidak menyampaikan Surat a. tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan; atau “Pasal 38 “Pasal 38 Pasal 38 Pemberitahuan; atau Pemberitahuan; atau
2. menyampaikan Surat Barang siapa karena Setiap orang yang karena Setiap orang yang karena b. menyampaikan Surat b. menyampaikan Surat
Pemberitahuan, tetapi yang isinya kealpaannya : kealpaannya : kealpaannya: Pemberitahuan, tetapi isinya Pemberitahuan, tetapi isinya
tidak benar atau tidak a. tidak menyampaikan Surat a. tidak menyampaikan Surat a. tidak menyampaikan Surat tidak benar atau tidak tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan Pemberitahuan; atau Pemberitahuan; atau Pemberitahuan; atau lengkap, atau melampirkan lengkap, atau melampirkan
keterangan yang tidak benar; b. menyampaikan Surat b. menyampaikan Surat b. menyampaikan Surat keterangan yang isinya tidak keterangan yang isinya tidak
sehingga dapat menimbulkan Pemberitahuan, tetapi isinya Pemberitahuan, tetapi isinya Pemberitahuan, tetapi isinya benar benar
kerugian pada Negara, di pidana tidak benar atau tidak tidak benar atau tidak tidak benar atau tidak sehingga dapat menimbulkan sehingga dapat menimbulkan
dengan pidana lengkap, atau melampirkan lengkap, atau melampirkan lengkap, atau melampirkan kerugian pada pendapatan kerugian pada pendapatan
kurungan selama-lamanya satu keterangan yang isinya tidak keterangan yang isinya tidak keterangan yang isinya tidak negara dan perbuatan negara dan perbuatan
tahun dan/atau denda setinggi- benar, benar, sehingga benar tersebut merupakan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
tingginya sebesar dua kali jumlah sehingga dapat menimbulkan dapat menimbulkan kerugian sehingga dapat menimbulkan setelah perbuatan yang pertama setelah perbuatan yang pertama
pajak yang terhutang. kerugian pada pendapatan pada pendapatan negara, di kerugian pada pendapatan kali sebagaimana kali sebagaimana
negara, diancam dengan pidana dengan negara dan perbuatan dimaksud dalam Pasal 13A, dimaksud dalam Pasal 13A,
pidana kurungan selama- pidana kurungan paling lama 1 tersebut merupakan perbuatan didenda paling sedikit 1 (satu) didenda paling sedikit 1 (satu)
lamanya satu tahun dan denda (satu) tahun dan atau denda setelah perbuatan yang pertama kali jumlah pajak kali jumlah pajak
setinggi-tingginya dua paling tinggi 2 kali sebagaimana terutang yang tidak atau kurang terutang yang tidak atau kurang
kali jumlah pajak terutang yang (dua) kali jumlah pajak terutang dimaksud dalam Pasal 13A, dibayar dan paling banyak 2 dibayar dan paling banyak 2
tidak atau kurang dibayar. yang tidak atau kurang dibayar.” didenda paling sedikit 1 (satu) (dua) kali jumlah (dua) kali jumlah
kali jumlah pajak pajak terutang yang tidak atau pajak terutang yang tidak atau
terutang yang tidak atau kurang kurang dibayar, atau dipidana kurang dibayar, atau dipidana
dibayar dan paling banyak 2 kurungan paling kurungan paling
(dua) kali jumlah singkat 3 (tiga) bulan atau paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling
pajak terutang yang tidak atau lama 1 (satu) tahun. lama 1 (satu) tahun.
kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling
singkat 3 (tiga) bulan atau paling
lama 1 (satu) tahun.
Pasal 39 Ketentuan Pasal 39 ayat (1) Ketentuan Pasal 39 diubah, Ketentuan Pasal 39 diubah Pasal 39 Pasal 39
(1) Barang siapa dengan sengaja : diubah dan ditambah dengan sehingga keseluruhan Pasal 39 sehingga berbunyi sebagai (1) Setiap orang yang dengan (1) Setiap orang yang dengan
a. tidak mendaftarkan diri atau ayat (3), sehingga Pasal berbunyi sebagai berikut : berikut: sengaja: sengaja:
menyalahgunakan atau seluruhnya menjadi berbunyi “Pasal 39 Pasal 39 a. tidak mendaftarkan diri untuk a. tidak mendaftarkan diri untuk
menggunakan tanpa hak sebagai berikut : (1) Setiap orang yang dengan (1) Setiap orang yang dengan diberikan Nomor Pokok Wajib diberikan Nomor Pokok Wajib
Nomor Pokok Wajib Pajak sengaja : sengaja: Pajak atau Pajak atau
sebagaimana dimaksud dalam “Pasal 39 a. tidak mendaftarkan diri, atau a. tidak mendaftarkan diri untuk tidak melaporkan usahanya tidak melaporkan usahanya
Pasal 2; atau (1) Barang siapa dengan menyalahgunakan atau diberikan Nomor Pokok Wajib untuk dikukuhkan sebagai untuk dikukuhkan sebagai
b. tidak menyampaikan Surat sengaja : menggunakan Pajak atau Pengusaha Pengusaha
Pemberitahuan; dan/atau a. tidak mendaftarkan diri, atau tanpa hak Nomor Pokok Wajib tidak melaporkan usahanya Kena Pajak; Kena Pajak;
c. menyampaikan Surat menyalahgunakan atau Pajak atau Pengukuhan untuk dikukuhkan sebagai b. menyalahgunakan atau b. menyalahgunakan atau
Pemberitahuan dan/atau menggunakan Pengusaha Kena Pengusaha menggunakan tanpa hak Nomor menggunakan tanpa hak Nomor

85
keterangan yang isinya tidak tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud Kena Pajak; Pokok Wajib Pokok Wajib
benar atau tidak lengkap; Pajak atau Nomor Pengukuhan dalam Pasal 2; atau b. menyalahgunakan atau Pajak atau Pengukuhan Pajak atau Pengukuhan
dan/atau Pengusaha Kena Pajak b. tidak menyampaikan Surat menggunakan tanpa hak Nomor Pengusaha Kena Pajak; Pengusaha Kena Pajak;
d. memperlihatkan pembukuan, sebagaimana dimaksud dalam Pemberitahuan; atau Pokok Wajib c. tidak menyampaikan Surat c. tidak menyampaikan Surat
pencatatan, atau dokumen lain Pasal 2; atau c. menyampaikan Surat Pajak atau Pengukuhan Pemberitahuan; Pemberitahuan;
yang palsu atau b. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau Pengusaha Kena Pajak; d. menyampaikan Surat d. menyampaikan Surat
dipalsukan seolah-olah benar; Pemberitahuan; atau keterangan yang isinya c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau Pemberitahuan dan/atau
dan/atau c. menyampaikan Surat tidak benar atau tidak lengkap; Pemberitahuan; keterangan yang isinya keterangan yang isinya
e. tidak memperlihatkan atau Pemberitahuan dan/atau atau d. menyampaikan Surat tidak benar atau tidak lengkap; tidak benar atau tidak lengkap;
tidak meminjamkan pembukuan, keterangan yang isinya d. menolak untuk dilakukan Pemberitahuan dan/atau e. menolak untuk dilakukan e. menolak untuk dilakukan
pencatatan, atau tidak benar atau tidak lengkap; pemeriksaan sebagaimana keterangan yang isinya pemeriksaan sebagaimana pemeriksaan sebagaimana
dokumen lainnya; dan/atau atau dimaksud dalam tidak benar atau tidak lengkap; dimaksud dalam dimaksud dalam
f. tidak menyetorkan pajak yang d. memperlihatkan pembukuan, Pasal 29; atau e. menolak untuk dilakukan Pasal 29; Pasal 29;
telah dipotong atau dipungut; pencatatan, atau dokumen lain e. memperlihatkan pembukuan, pemeriksaan sebagaimana f. memperlihatkan pembukuan, f. memperlihatkan pembukuan,
sehingga dapat menimbulkan yang pencatatan, atau dokumen lain dimaksud dalam pencatatan, atau dokumen lain pencatatan, atau dokumen lain
kerugian pada negara, di pidana palsu atau dipalsukan seolah- yang Pasal 29; yang yang
dengan pidana penjara selama- olah benar; atau palsu atau dipalsukan seolah- f. memperlihatkan pembukuan, palsu atau dipalsukan seolah- palsu atau dipalsukan seolah-
lamanya tiga tahun dan/atau e. tidak menyelenggarakan olah benar; atau pencatatan, atau dokumen lain olah benar, atau tidak olah benar, atau tidak
denda setinggi-tingginya sebesar pembukuan atau pencatatan, f. tidak menyelenggarakan yang menggambarkan menggambarkan
empat kali jumlah pajak yang tidak pembukuan atau pencatatan, palsu atau dipalsukan seolah- keadaan yang sebenarnya; keadaan yang sebenarnya;
terhutang yang kurang atau yang memperlihatkan atau tidak tidak olah benar, atau tidak g. tidak menyelenggarakan g. tidak menyelenggarakan
tidak dibayar. meminjamkan buku, catatan, memperlihatkan atau tidak menggambarkan pembukuan atau pencatatan di pembukuan atau pencatatan di
(2) Ancaman pidana sebagaimana atau dokumen meminjamkan buku, catatan, keadaan yang sebenarnya; Indonesia, Indonesia,
dimaksud dalam ayat (1) lainnya; atau atau dokumen g. tidak menyelenggarakan tidak memperlihatkan atau tidak tidak memperlihatkan atau tidak
dilipatkan dua apabila f. tidak menyetorkan pajak yang lainnya; atau pembukuan atau pencatatan di meminjamkan buku, catatan, meminjamkan buku, catatan,
seseorang melakukan lagi tindak telah dipotong atau dipungut, g. tidak menyetorkan pajak yang Indonesia, atau atau
pidana di bidang perpajakan sehingga telah dipotong atau di pungut, tidak memperlihatkan atau tidak dokumen lain; dokumen lain;
sebelum lewat satu dapat menimbulkan kerugian sehingga meminjamkan buku, catatan, h. tidak menyimpan buku, h. tidak menyimpan buku,
tahun, terhitung sejak selesainya pada pendapatan negara, dapat menimbulkan kerugian atau catatan, atau dokumen yang catatan, atau dokumen yang
menjalani sebagian atau seluruh diancam pada pendapatan negara, di dokumen lain; menjadi dasar menjadi dasar
pidana penjara dengan pidana penjara selama- pidana h. tidak menyimpan buku, pembukuan atau pencatatan pembukuan atau pencatatan
yang dijatuhkan. lamanya enam tahun dan denda dengan pidana penjara paling catatan, atau dokumen yang dan dokumen lain termasuk dan dokumen lain termasuk
setinggi-tingginya empat kali lama 6 (enam) tahun dan denda menjadi dasar hasil hasil
jumlah pajak terutang yang paling pembukuan atau pencatatan pengolahan data dari pengolahan data dari
tidak atau tinggi 4 (empat) kali jumlah dan dokumen lain termasuk pembukuan yang dikelola secara pembukuan yang dikelola secara
kurang dibayar. pajak terutang yang tidak atau hasil elektronik elektronik
(2) Ancaman pidana kurang dibayar. pengolahan data dari atau diselenggarakan secara atau diselenggarakan secara
sebagaimana dimaksud pada (2) Pidana sebagaimana pembukuan yang dikelola secara program aplikasi on-line di program aplikasi on-line di
ayat (1) di lipatkan dua apabila dimaksud dalam ayat (1) di elektronik Indonesia Indonesia
seseorang melakukan lagi tindak lipatkan 2 (dua) apabila atau diselenggarakan secara sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
pidana di bidang perpajakan seseorang melakukan lagi tindak program aplikasi on-line di Pasal 28 ayat (11); atau Pasal 28 ayat (11); atau
sebelum pidana di bidang perpajakan Indonesia i. tidak menyetorkan pajak yang i. tidak menyetorkan pajak yang
lewat satu tahun, terhitung sebelum lewat sebagaimana dimaksud dalam telah dipotong atau dipungut. telah dipotong atau dipungut.
sejak selesainya menjalani 1 (satu) tahun, terhitung sejak Pasal 28 ayat (11); atau sehingga dapat menimbulkan sehingga dapat menimbulkan
pidana penjara yang selesainya menjalani pidana i. tidak menyetorkan pajak yang kerugian pada pendapatan kerugian pada pendapatan
dijatuhkan. penjara yang telah dipotong atau dipungut. negara dipidana negara dipidana

86
(3) Barang siapa melakukan dijatuhkan. sehingga dapat menimbulkan dengan pidana penjara paling dengan pidana penjara paling
percobaan untuk melakukan (3) Setiap orang yang melakukan kerugian pada pendapatan singkat 6 (enam) bulan dan singkat 6 (enam) bulan dan
tindak pidana percobaan untuk melakukan negara dipidana paling lama 6 (enam) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan
menyalahgunakan atau tindak pidana dengan pidana penjara paling denda paling sedikit 2 (dua) kali denda paling sedikit 2 (dua) kali
menggunakan tanpa hak Nomor menyalahgunakan atau singkat 6 (enam) bulan dan jumlah pajak terutang jumlah pajak terutang
Pokok Wajib Pajak menggunakan tanpa hak Nomor paling lama 6 (enam) tahun dan yang tidak atau kurang dibayar yang tidak atau kurang dibayar
atau Nomor Pengukuhan Pokok Wajib Pajak denda paling sedikit 2 (dua) kali dan paling banyak 4 (empat) kali dan paling banyak 4 (empat) kali
Pengusaha Kena Pajak atau Pengukuhan Pengusaha jumlah pajak terutang jumlah pajak jumlah pajak
sebagaimana dimaksud Kena Pajak sebagaimana yang tidak atau kurang dibayar terutang yang tidak atau kurang terutang yang tidak atau kurang
pada ayat (1) huruf a, atau dimaksud dalam ayat dan paling banyak 4 (empat) kali dibayar. dibayar.
menyampaikan Surat (1) huruf a, atau menyampaikan jumlah pajak (2) Pidana sebagaimana (2) Pidana sebagaimana
Pemberitahuan dan/ Surat Pemberitahuan dan atau terutang yang tidak atau kurang dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1)
atau keterangan yang isinya keterangan dibayar. ditambahkan 1 (satu) kali ditambahkan 1 (satu) kali
tidak benar atau tidak lengkap yang isinya tidak benar atau (2) Pidana sebagaimana menjadi 2 (dua) kali sanksi menjadi 2 (dua) kali sanksi
sebagaimana tidak lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pidana apabila seseorang pidana apabila seseorang
dimaksud pada ayat (1) huruf c dimaksud dalam ditambahkan 1 (satu) kali melakukan lagi tindak melakukan lagi tindak
dalam rangka mengajukan ayat (1) huruf c dalam rangka menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana di bidang perpajakan pidana di bidang perpajakan
permohonan mengajukan permohonan pidana apabila seseorang sebelum lewat 1 (satu) tahun, sebelum lewat 1 (satu) tahun,
restitusi atau melakukan restitusi atau melakukan lagi tindak terhitung sejak terhitung sejak
kompensasi pajak, di pidana melakukan kompensasi pajak, di pidana di bidang perpajakan selesainya menjalani pidana selesainya menjalani pidana
dengan pidana penjara pidana dengan pidana penjara sebelum lewat 1 (satu) tahun, penjara yang dijatuhkan. penjara yang dijatuhkan.
selama-lamanya dua tahun dan paling lama terhitung sejak (3) Setiap orang yang melakukan (3) Setiap orang yang melakukan
denda setinggi-tingginya empat 2 (dua) tahun dan denda paling selesainya menjalani pidana percobaan untuk melakukan percobaan untuk melakukan
kali jumlah tinggi 4 (empat) kali jumlah penjara yang dijatuhkan. tindak pidana tindak pidana
restitusi yang di mohon restitusi yang di (3) Setiap orang yang melakukan menyalahgunakan atau menyalahgunakan atau
dan/atau kompensasi yang mohon dan atau kompensasi percobaan untuk melakukan menggunakan tanpa hak Nomor menggunakan tanpa hak Nomor
dilakukan oleh Wajib yang dilakukan oleh Wajib tindak pidana Pokok Wajib Pajak Pokok Wajib Pajak
Pajak.” Pajak.” menyalahgunakan atau atau Pengukuhan Pengusaha atau Pengukuhan Pengusaha
menggunakan tanpa hak Nomor Kena Pajak sebagaimana Kena Pajak sebagaimana
Pokok Wajib Pajak dimaksud pada ayat dimaksud pada ayat
atau Pengukuhan Pengusaha (1) huruf b, atau menyampaikan (1) huruf b, atau menyampaikan
Kena Pajak sebagaimana Surat Pemberitahuan dan/atau Surat Pemberitahuan dan/atau
dimaksud pada ayat keterangan keterangan
(1) huruf b, atau menyampaikan yang isinya tidak benar atau yang isinya tidak benar atau
Surat Pemberitahuan dan/atau tidak lengkap, sebagaimana tidak lengkap, sebagaimana
keterangan dimaksud pada ayat dimaksud pada ayat
yang isinya tidak benar atau (1) huruf d, dalam rangka (1) huruf d, dalam rangka
tidak lengkap, sebagaimana mengajukan permohonan mengajukan permohonan
dimaksud pada ayat restitusi atau melakukan restitusi atau melakukan
(1) huruf d, dalam rangka kompensasi pajak atau kompensasi pajak atau
mengajukan permohonan pengkreditan pajak, dipidana pengkreditan pajak, dipidana
restitusi atau melakukan dengan pidana penjara dengan pidana penjara
kompensasi pajak atau paling singkat 6 (enam) bulan paling singkat 6 (enam) bulan
pengkreditan pajak, dipidana dan paling lama 2 (dua) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun
dengan pidana penjara dan denda paling dan denda paling
paling singkat 6 (enam) bulan sedikit 2 (dua) kali jumlah sedikit 2 (dua) kali jumlah

87
dan paling lama 2 (dua) tahun restitusi yang dimohonkan restitusi yang dimohonkan
dan denda paling dan/atau kompensasi dan/atau kompensasi
sedikit 2 (dua) kali jumlah atau pengkreditan yang atau pengkreditan yang
restitusi yang dimohonkan dilakukan dan paling banyak 4 dilakukan dan paling banyak 4
dan/atau kompensasi (empat) kali jumlah (empat) kali jumlah
atau pengkreditan yang restitusi yang dimohonkan restitusi yang dimohonkan
dilakukan dan paling banyak 4 dan/atau kompensasi atau dan/atau kompensasi atau
(empat) kali jumlah pengkreditan yang pengkreditan yang
restitusi yang dimohonkan dilakukan. dilakukan.
dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang Pasal 39A Pasal 39A
dilakukan. Setiap orang yang dengan Setiap orang yang dengan
sengaja: sengaja:
Di antara Pasal 39 dan Pasal 40 a. menerbitkan dan/atau a. menerbitkan dan/atau
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni menggunakan faktur pajak, menggunakan faktur pajak,
Pasal 39A yang bukti pemungutan bukti pemungutan
berbunyi sebagai berikut: pajak, bukti pemotongan pajak, pajak, bukti pemotongan pajak,
dan/atau bukti setoran pajak dan/atau bukti setoran pajak
Pasal 39A yang tidak yang tidak
Setiap orang yang dengan berdasarkan transaksi yang berdasarkan transaksi yang
sengaja: sebenarnya; atau sebenarnya; atau
a. menerbitkan dan/atau b. menerbitkan faktur pajak b. menerbitkan faktur pajak
menggunakan faktur pajak, tetapi belum dikukuhkan tetapi belum dikukuhkan
bukti pemungutan sebagai Pengusaha Kena sebagai Pengusaha Kena
pajak, bukti pemotongan pajak, Pajak Pajak
dan/atau bukti setoran pajak dipidana dengan pidana penjara dipidana dengan pidana penjara
yang tidak paling singkat 2 (dua) tahun dan paling singkat 2 (dua) tahun dan
berdasarkan transaksi yang paling lama 6 paling lama 6
sebenarnya; atau (enam) tahun serta denda paling (enam) tahun serta denda paling
b. menerbitkan faktur pajak sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
tetapi belum dikukuhkan dalam faktur dalam faktur
sebagai Pengusaha Kena pajak, bukti pemungutan pajak, pajak, bukti pemungutan pajak,
Pajak bukti pemotongan pajak, bukti pemotongan pajak,
dipidana dengan pidana penjara dan/atau bukti setoran dan/atau bukti setoran
paling singkat 2 (dua) tahun dan pajak dan paling banyak 6 pajak dan paling banyak 6
paling lama 6 (enam) kali jumlah pajak dalam (enam) kali jumlah pajak dalam
(enam) tahun serta denda paling faktur pajak, bukti faktur pajak, bukti
sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak pemungutan pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
dalam faktur pemotongan pajak, dan/atau pemotongan pajak, dan/atau
pajak, bukti pemungutan pajak, bukti setoran pajak. bukti setoran pajak.
bukti pemotongan pajak,
dan/atau bukti setoran
pajak dan paling banyak 6
(enam) kali jumlah pajak dalam
faktur pajak, bukti

88
pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau
bukti setoran pajak.
Pasal 40 Pasal 40 Pasal 40 Pasal 40 Pasal 40 Pasal 40
Tindak pidana di bidang Tindak pidana di bidang Tindak pidana di bidang Tindak pidana di bidang Tindak pidana di bidang Tindak pidana di bidang
perpajakan tidak dapat dituntut perpajakan tidak dapat dituntut perpajakan tidak dapat dituntut perpajakan tidak dapat dituntut perpajakan tidak dapat dituntut perpajakan tidak dapat dituntut
setelah lampau waktu sepuluh setelah lampau waktu sepuluh setelah lampau waktu sepuluh setelah lampau waktu sepuluh setelah lampau waktu sepuluh setelah lampau waktu sepuluh
tahun sejak saat terhutangnya tahun sejak saat terhutangnya tahun sejak saat terhutangnya tahun sejak saat terhutangnya tahun sejak saat terhutangnya tahun sejak saat terhutangnya
pajak, berakhirnya Masa Pajak, pajak, berakhirnya Masa Pajak, pajak, berakhirnya Masa Pajak, pajak, berakhirnya Masa Pajak, pajak, berakhirnya Masa Pajak, pajak, berakhirnya Masa Pajak,
berakhirnya Bagian berakhirnya Bagian berakhirnya Bagian berakhirnya Bagian berakhirnya Bagian berakhirnya Bagian
Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak, atau berakhirnya
Tahun Pajak yang bersangkutan; Tahun Pajak yang bersangkutan; Tahun Pajak yang bersangkutan; Tahun Pajak yang bersangkutan; Tahun Pajak yang bersangkutan; Tahun Pajak yang bersangkutan;
Pasal 41 Ketentuan Pasal 41 ayat (1) dan Ketentuan Pasal 41 diubah, Ketentuan Pasal 41 diubah Pasal 41 Pasal 41
(1) Pejabat yang karena ayat (2) diubah, sehingga Pasal sehingga keseluruhan Pasal 41 sehingga berbunyi sebagai (1) Pejabat yang karena (1) Pejabat yang karena
kealpaannya tidak memenuhi 41 seluruhnya berbunyi sebagai berikut : berikut: kealpaanya tidak memenuhi kealpaanya tidak memenuhi
kewajiban merahasiakan hal menjadi berbunyi sebagai “Pasal 41 kewajiban merahasiakan hal kewajiban merahasiakan hal
sebagaimana dimaksud dalam berikut : (1) Pejabat yang karena Pasal 41 sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34, di pidana dengan pidana kealpaannya tidak memenuhi (1) Pejabat yang karena Pasal 34 dipidana dengan pidana Pasal 34 dipidana dengan pidana
kurungan “Pasal 41 kewajiban merahasiakan kealpaanya tidak memenuhi kurungan kurungan
selama-lamanya enam bulan (1) Pejabat yang karena hal sebagaimana dimaksud kewajiban merahasiakan hal paling lama 1 (satu) tahun dan paling lama 1 (satu) tahun dan
dan/atau denda setinggi- kealpaannya tidak memenuhi dalam Pasal 34, di pidana sebagaimana dimaksud dalam denda paling banyak denda paling banyak
tingginya Rp. 1.000.000,- kewajiban merahasiakan dengan pidana Pasal 34 dipidana dengan pidana Rp25.000.000,00 (dua puluh Rp25.000.000,00 (dua puluh
(satu juta rupiah). hal sebagaimana dimaksud kurungan paling lama 1 (satu) kurungan lima juta rupiah). lima juta rupiah).
(2) Pejabat yang dengan sengaja dalam Pasal 34, diancam dengan tahun dan denda paling banyak paling lama 1 (satu) tahun dan (2) Pejabat yang dengan sengaja (2) Pejabat yang dengan sengaja
tidak memenuhi kewajibannya pidana Rp4.000.000,00 denda paling banyak tidak memenuhi kewajibannya tidak memenuhi kewajibannya
atau seseorang kurungan selama-lamanya satu (empat juta rupiah). Rp25.000.000,00 (dua puluh atau seseorang atau seseorang
yang menyebabkan tidak tahun dan denda setinggi- (2) Pejabat yang dengan sengaja lima juta rupiah). yang menyebabkan tidak yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat tingginya Rp. tidak memenuhi kewajibannya (2) Pejabat yang dengan sengaja dipenuhinya kewajiban pejabat dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud 2.000.000,00 (dua juta rupiah). atau seseorang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana sebagaimana
dalam Pasal 34 di pidana dengan (2) Pejabat yang dengan sengaja yang menyebabkan tidak atau seseorang dimaksud dalam Pasal 34 dimaksud dalam Pasal 34
pidana penjara selama-lamanya tidak memenuhi kewajibannya dipenuhinya kewajiban pejabat yang menyebabkan tidak dipidana dengan pidana penjara dipidana dengan pidana penjara
satu tahun dan/ atau seseorang yang sebagaimana dipenuhinya kewajiban pejabat paling lama paling lama
atau denda setinggi-tingginya Rp. menyebabkan tidak dipenuhinya dimaksud dalam Pasal 34, di sebagaimana 2 (dua) tahun dan denda paling 2 (dua) tahun dan denda paling
2.000.000,- (dua juta rupiah). kewajiban pejabat sebagaimana pidana dengan pidana penjara dimaksud dalam Pasal 34 banyak Rp50.000.000,00 (lima banyak Rp50.000.000,00 (lima
(3) Penuntutan terhadap tindak dimaksud dalam Pasal 34, paling lama 2 dipidana dengan pidana penjara puluh juta puluh juta rupiah).
pidana sebagaimana dimaksud diancam dengan pidana penjara (dua) tahun dan denda paling paling lama rupiah). (3) Penuntutan terhadap tindak
dalam ayat (1) dan selama-lamanya banyak Rp10.000.000,00 2 (dua) tahun dan denda paling (3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud
ayat (2) hanya dilakukan atas dua tahun dan denda setinggi- (sepuluh juta rupiah). banyak Rp50.000.000,00 (lima pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pengaduan orang yang tingginya Rp. 5.000.000,00 (lima (3) Penuntutan terhadap tindak puluh juta pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan
kerahasiaannya dilanggar. juta rupiah). pidana sebagaimana dimaksud rupiah). dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
(3) Penuntutan terhadap tindak dalam ayat (1) (3) Penuntutan terhadap tindak atas pengaduan orang yang kerahasiaannya
pidana sebagaimana dimaksud dan ayat (2) hanya dilakukan pidana sebagaimana dimaksud kerahasiaannya dilanggar.
pada ayat (1) atas pengaduan orang yang pada ayat (1) dilanggar. Pasal 41A
dan ayat (2) hanya dilakukan kerahasiaannya dan ayat (2) hanya dilakukan Pasal 41A Setiap orang yang wajib
atas pengaduan orang yang dilanggar.” atas pengaduan orang yang Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau
memberikan keterangan atau bukti yang diminta

89
kerahasiaannya kerahasiaannya bukti yang diminta sebagaimana dimaksud dalam
dilanggar.” Ketentuan Pasal 41A diubah, dilanggar. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja
sehingga keseluruhan Pasal 41A Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberi
Menambah dua ketentuan baru berbunyi sebagai berikut : Ketentuan Pasal 41A diubah tidak memberi keterangan atau bukti, atau
di antara Pasal 41 Pasal 42 yang sehingga berbunyi sebagai keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti
dijadikan Pasal berikut: memberi keterangan atau bukti yang tidak benar
“Pasal 41A yang tidak benar dipidana dengan pidana
41A dan Pasal 41B,yang masing- Setiap orang yang menurut
masing berbunyi sebagai berikut dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
Pasal 35 Undang-undang ini Pasal 41A kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
: wajib memberi Setiap orang yang wajib tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua
keterangan atau bukti yang memberikan keterangan atau banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
“Pasal 41A diminta tetapi dengan sengaja bukti yang diminta
Barang siapa yang menurut puluh lima juta rupiah).
tidak memberi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41B
Pasal 35 Undang-undang ini keterangan atau bukti, atau Pasal 35 tetapi dengan sengaja
wajib memberi keterangan Pasal 41B Setiap orang yang dengan
memberi keterangan atau bukti tidak memberi Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau
atau bukti yang diminta tetapi yang tidak benar, keterangan atau bukti, atau
dengan sengaja tidak memberi sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan
di pidana dengan pidana penjara memberi keterangan atau bukti mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang
keterangan atau paling lama 1 (satu) tahun dan yang tidak benar
bukti, atau memberi keterangan tindak pidana di bidang perpajakan dipidana dengan
denda paling dipidana dengan pidana perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
atau bukti yang tidak benar, banyak Rp10.000.000,00 kurungan paling lama 1 (satu)
diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
(sepuluh juta rupiah).” tahun dan denda paling (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh
pidana penjara selama-lamanya banyak Rp25.000.000,00 (dua
satu tahun dan denda setinggi- banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah.
Ketentuan Pasal 41B diubah, puluh lima juta rupiah). puluh lima juta rupiah.
tingginya Rp.
5.000.000,00 (lima juta rupiah). sehingga keseluruhan Pasal 41B Pasal 41C
berbunyi sebagai berikut : Ketentuan Pasal 41B diubah Pasal 41C (1) Setiap orang yang dengan
sehingga berbunyi sebagai (1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi
Pasal 41B berikut: sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
Barang siapa dengan sengaja “Pasal 41B
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat
menghalangi atau mempersulit Setiap orang yang dengan
Pasal 41B dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana
penyidikan tindak sengaja menghalangi atau
Setiap orang yang dengan (1) dipidana dengan pidana kurungan paling
pidana di bidang perpajakan, mempersulit penyidikan
sengaja menghalangi atau kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
diancam dengan pidana penjara tindak pidana di bidang
mempersulit penyidikan lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
selama-lamanya perpajakan, di pidana dengan
tindak pidana di bidang paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
tiga tahun dan denda setinggi- pidana penjara paling lama 3
perpajakan dipidana dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
tingginya Rp. 10.000.000,00 (tiga) tahun dan denda, paling
pidana penjara paling lama 3 miliar rupiah). (2) Setiap orang yang dengan
(sepuluh juta rupiah).” banyak Rp10.000.000,00
(tiga) tahun dan denda paling (2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak
(sepuluh juta rupiah).”
banyak Rp75.000.000,00 (tujuh sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya
puluh lima juta rupiah. terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain
kewajiban pejabat dan pihak sebagaimana dimaksud dalam
lain sebagaimana dimaksud Pasal 35A
Di antara Pasal 41B dan Pasal
dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana
42 disisipkan 1 (satu) pasal,
ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10
yakni Pasal 41C yang
kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan
berbunyi sebagai berikut:
(sepuluh) bulan atau denda paling banyak
atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan
Pasal 41C
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

90
(1) Setiap orang yang dengan ratus juta rupiah). (3) Setiap orang yang dengan
sengaja tidak memenuhi (3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data
kewajiban sebagaimana sengaja tidak memberikan data dan informasi yang
dimaksud dalam Pasal 35A ayat dan informasi yang diminta oleh Direktur Jenderal
(1) dipidana dengan pidana diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud
kurungan paling Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2)
lama 1 (satu) tahun atau denda dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan pidana
paling banyak dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10
Rp1.000.000.000,00 (satu kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau
miliar rupiah). (sepuluh) bulan atau denda paling banyak
(2) Setiap orang yang dengan denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan
sengaja menyebabkan tidak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
terpenuhinya ratus juta rupiah). (4) Setiap orang yang dengan
kewajiban pejabat dan pihak (4) Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data
lain sebagaimana dimaksud sengaja menyalahgunakan data dan informasi
dalam Pasal 35A dan informasi perpajakan sehingga
ayat (1) dipidana dengan pidana perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada
kurungan paling lama 10 menimbulkan kerugian kepada negara dipidana dengan
(sepuluh) bulan negara dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
atau denda paling banyak pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
Rp800.000.000,00 (delapan (satu) tahun atau denda paling banyak
ratus juta rupiah). banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
(3) Setiap orang yang dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
sengaja tidak memberikan data juta rupiah).
dan informasi yang
diminta oleh Direktur Jenderal
Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35A ayat (2)
dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 10
(sepuluh) bulan atau
denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah).
(4) Setiap orang yang dengan
sengaja menyalahgunakan data
dan informasi
perpajakan sehingga
menimbulkan kerugian kepada
negara dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling
banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
Pasal 42

91
(1) Tindak pidana sebagaimana Ketentuan Pasal 42 dihapus. Ketentuan Pasal 42 dihapus. Ketentuan Pasal 42 dihapus. Ketentuan Pasal 42 dihapus. Ketentuan Pasal 42 dihapus.
dimaksud dalam Pasal 38 dan
pasal 41 ayat (1)
adalah pelanggaran.
(2) Tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 dan
Pasal 41 ayat (2)
adalah kejahatan.
Pasal 43 Ketentuan Pasal 43 diubah, Ketentuan Pasal 43 diubah
Ketentuan sebagaimana sehingga menjadi berbunyi Ketentuan Pasal 43 dihapus. sehingga berbunyi sebagai Ketentuan Pasal 43 dihapus. Ketentuan Pasal 43 dihapus.
dimaksud dalam Pasal 38 dan sebagai berikut : berikut:
Pasal 39, berlaku juga bagi “Pasal 43” Pasal 43
wakil, kuasa, atau pegawai dari (1) Ketentuan sebagaimana (1) Ketentuan sebagaimana
wajib Pajak. dimaksud dalam Pasal 38 dan dimaksud dalam Pasal 39 dan
Pasal 39, berlaku Pasal 39A, berlaku
juga bagi wakil, kuasa, atau juga bagi wakil, kuasa, pegawai
pegawai dari Wajib Pajak, yang dari Wajib Pajak, atau pihak lain
menyeluruh yang
melakukan, yang turut serta menyuruh melakukan, yang
melakukan, yang menganjurkan, turut serta melakukan, yang
atau yang menganjurkan, atau
membantu melakukan tindak yang membantu melakukan
pidana di bidang perpajakan. tindak pidana di bidang
(2) Ketentuan sebagaimana perpajakan.
dimaksud dalam Pasal 41A dan (2) Ketentuan sebagaimana
Pasal 41B berlaku dimaksud dalam Pasal 41A dan
juga bagi yang menyuruh Pasal 41B berlaku
melakukan,yang menganjurkan, juga bagi yang menyuruh
atau yang melakukan, yang menganjurkan,
membantu melakukan tindak atau yang
pidana di bidang perpajakan.” membantu melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan.

Sebelum Pasal 44 dalam BAB IX


disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 43A yang
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 43A
(1) Direktur Jenderal Pajak
berdasarkan informasi, data,
laporan, dan pengaduan
berwenang melakukan
pemeriksaan bukti permulaan
sebelum dilakukan penyidikan
tindak pidana di bidang
perpajakan.

92
(2) Dalam hal terdapat indikasi
tindak pidana di bidang
perpajakan yang
menyangkut petugas Direktorat
Jenderal Pajak, Menteri
Keuangan dapat
menugasi unit pemeriksa
internal di lingkungan
Departemen Keuangan untuk
melakukan pemeriksaan bukti
permulaan.
(3)Apabila dari bukti permulaan
ditemukan unsur tindak pidana
korupsi,
pegawai Direktorat Jenderal
Pajak yang tersangkut wajib
diproses menurut
ketentuan hukum Tindak Pidana
Korupsi.
(4) Tata cara pemeriksaan bukti
permulaan tindak pidana di
bidang perpajakan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Pasal 44 Ketentuan Pasal 44 ayat (2) Ketentuan Pasal 44 diubah, Ketentuan Pasal 44 diubah
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil diubah, sehingga Pasal 44 sehingga keseluruhan Pasal 44 sehingga berbunyi sebagai Ketentuan Pasal 44 dihapus. Ketentuan Pasal 44 dihapus.
tertentu di lingkungan Direktorat seluruhnya menjadi berbunyi sebagai berikut : berikut:
Jenderal Pajak berbunyi sebagai berikut : “Pasal 44 Pasal 44
diberi wewenang khusus sebagai “Pasal 44 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil (1) Penyidikan tindak pidana di
Penyidik untuk melakukan (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan bidang perpajakan hanya dapat
penyidikan tindak tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dilakukan oleh
pidana di bidang perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak diberi wewenang khusus Susunan Dalam Satu Naskah
sebagaimana dimaksud dalam diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk Undang-Undang Ketentuan
Undang-undang Nomor 8 Tahun sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan Umum Dan Tata Cara
1981 tentang Hukum Acara melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Perpajakan
Pidana. tindak pidana di bidang perpajakan, sebagaimana Susunan Dalam Satu Naskah
(2) Penyidik sebagaimana perpajakan, sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Undang-Undang Ketentuan
dimaksud dalam ayat (1) dimaksud dalam UndangUndang Hukum Acara Pidana yang Umum Dan Tata Cara
berwenang : Nomor 8 Tahun 1981 tentang berlaku. Perpajakan
a. melakukan penelitian atas Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik 332 333
kebenaran laporan atau (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pejabat Pegawai Negeri Sipil
keterangan berkenaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : tertentu di lingkungan
dengan tindak pidana di bidang ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, Direktorat Jenderal Pajak

93
perpajakan; a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti yang diberi wewenang khusus
b. melakukan penelitian mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau sebagai penyidik tindak pidana
terhadap orang yang diduga keterangan atau laporan berkenaan dengan di bidang
melakukan tindak pidana laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.
di bidang perpajakan; tindak pidana di bidang perpajakan agar (2) Wewenang penyidik
c. meminta keterangan dan perpajakan agar keterangan atau laporan sebagaimana dimaksud pada
bahan bukti dari orang atau keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap ayat (1) adalah:
Badan sehubungan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; a. menerima, mencari,
dengan peristiwa tindak pidana di dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan, dan meneliti
bidang perpajakan; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan keterangan atau
d. melakukan pemeriksaan atas mengumpulkan keterangan mengenai orang laporan berkenaan dengan
pembukuan, pencatatan, dan mengenai orang pribadi atau badan tentang tindak pidana di bidang
dokumendokumen lain pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang perpajakan agar
berkenaan dengan tindak pidana kebenaran perbuatan yang dilakukan keterangan atau laporan
di bidang perpajakan; dilakukan sehubungan dengan tindak tersebut menjadi lebih lengkap
e. melakukan pemeriksaan di sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan; dan jelas;
tempat tertentu yang diduga pidana di bidang perpajakan; c. meminta keterangan dan b. meneliti, mencari, dan
terdapat bahan c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi mengumpulkan keterangan
bukti pembukuan, pencatatan, bahan bukti dari orang pribadi atau badan mengenai orang
dan dokumen-dokumen lain serta atau badan sehubungan dengan tindak pribadi atau badan tentang
melakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan; kebenaran perbuatan yang
penyitaan terhadap bahan yang pidana di bidang perpajakan; d. memeriksa buku-buku, dilakukan
dapat dijadikan bukti dalam d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen- sehubungan dengan tindak
perkara tindak catatan-catatan, dan dokumen- dokumen lain pidana di bidang perpajakan;
pidana di bidang perpajakan; dokumen lain berkenaan dengan tindak c. meminta keterangan dan
f. meminta bantuan ahli dalam berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan; bahan bukti dari orang pribadi
rangka pelaksanaan tugas pidana di bidang perpajakan; e. melakukan penggeledahan atau badan
penyidikan tindak e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan. untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan pidana di bidang perpajakan;
(3) Penyidik sebagaimana pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta d. memeriksa buku, catatan,
dimaksud dalam ayat (1) dokumen-dokumen lain, serta melakukan dan dokumen lain berkenaan
memberitahukan dimulainya melakukan penyitaan terhadap bahan bukti dengan tindak
penyidikan dan menyampaikan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; pidana di bidang perpajakan;
hasil penyidikannya kepada tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli e. melakukan penggeledahan
Penuntut Umum, f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas untuk mendapatkan bahan bukti
sesuai dengan ketentuan yang dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di pembukuan, pencatatan, dan
diatur dalam Undang-undang penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; dokumen lain, serta melakukan
Nomor 8 Tahun 1981 bidang perpajakan; g. menyuruh berhenti dan atau penyitaan
tentang Hukum Acara Pidana. g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang terhadap bahan bukti tersebut;
melarang seseorang meninggalkan ruangan f. meminta bantuan tenaga ahli
meninggalkan atau tempat pada saat dalam rangka pelaksanaan tugas
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang penyidikan tindak pidana di
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa bidang perpajakan;
berlangsung identitas orang dan atau g. menyuruh berhenti dan/atau
dan memeriksa identitas orang dokumen yang dibawa melarang seseorang
dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud meninggalkan

94
sebagaimana dimaksud pada pada huruf e; ruangan atau tempat pada saat
huruf e; h. memotret seseorang yang pemeriksaan sedang
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana berlangsung dan
berkaitan dengan tindak pidana di bidang memeriksa identitas orang,
di bidang perpajakan; benda, dan/atau dokumen yang
perpajakan; i. memanggil orang untuk dibawa;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan h. memotret seseorang yang
didengar keterangannya dan diperiksa sebagai berkaitan dengan tindak pidana
diperiksa sebagai tersangka atau saksi; di bidang
tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; perpajakan;
j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang i. memanggil orang untuk
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran didengar keterangannya dan
perlu untuk kelancaran penyidikan tindak diperiksa sebagai
penyidikan pidana di bidang perpajakan tersangka atau saksi;
tindak pidana di bidang menurut hukum yang j. menghentikan penyidikan;
perpajakan menurut hukum bertanggung jawab. dan/atau
yang dapat di (3) Penyidik sebagaimana k. melakukan tindakan lain yang
pertanggungjawabkan. dimaksud dalam ayat (1) perlu untuk kelancaran
(3) Penyidik sebagaimana memberitahukan dimulainya penyidikan tindak
dimaksud pada ayat (1) penyidikan dan menyampaikan pidana di bidang perpajakan
memberitahukan dimulainya hasil penyidikannya kepada menurut ketentuan peraturan
penyidikan dan menyampaikan Penuntut Umum perundangundangan.
hasil penyidikannya kepada melalui Penyidik pejabat Polisi (3) Penyidik sebagaimana
Penuntut umum, sesuai dengan Negara Republik Indonesia, dimaksud pada ayat (1)
ketentuan yang diatur Undang- sesuai dengan memberitahukan dimulainya
Undang Nomor 8 Tahun 1981 ketentuan yang diatur dalam penyidikan dan menyampaikan
tentang Hukum Acara Pidana. Undang-undang Hukum Acara hasil penyidikannya kepada
Pidana yang penuntut umum
Menambah dua ketentuan baru berlaku.” melalui penyidik pejabat Polisi
di antara Pasal 44 dan Pasal 45 Negara Republik Indonesia
yang dijadikan Di antara Pasal 47 dan BAB XI di sesuai dengan
Pasal 44A dan Pasal 44B, yang sisipkan 1 (satu) Pasal yaitu ketentuan yang diatur dalam
masing-masing berbunyi sebagai Pasal 47A, yang Undang-Undang Hukum Acara
berikut : berbunyi sebagai berikut : Pidana.
“Pasal 44A “Pasal 47A (4) Dalam rangka pelaksanaan
Penyidik sebagaimana dimaksud Terhadap semua hak dan kewenangan penyidikan
dalam Pasal 44 ayat (1) kewajiban perpajakan yang sebagaimana dimaksud
menghentikan penyidikan belum diselesaikan, pada ayat (1), penyidik dapat
sebagaimana dimaksud dalam diberlakukan ketentuan meminta bantuan aparat
Pasal 44 ayat (2) huruf j dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun penegak hukum lain.
hal tidak terdapat 1983 tentang Ketentuan
cukup bukti, atau peristiwa Umum dan Tata Cara Ketentuan Pasal 44B diubah
tersebut bukan merupakan Perpajakan sebagaimana telah sehingga berbunyi sebagai
tindak pidana di bidang diubah dengan Undangundang berikut:
perpajakan, atau penyidikan Nomor 9 Tahun 1994.” Pasal 44B
dihentikan karena peristiwanya (1) Untuk kepentingan

95
telah daluwarsa, atau penerimaan negara, atas
tersangka meninggal dunia. permintaan Menteri Keuangan,
Pasal 44B Jaksa Agung dapat
(1) Untuk kepentingan menghentikan penyidikan tindak
penerimaan negara, atas pidana di bidang
permintaan Menteri Keuangan, perpajakan paling lama dalam
Jaksa Agung dapat jangka waktu 6 (enam) bulan
menghentikan penyidikan tindak sejak tanggal
pidana di bidang surat permintaan.
perpajakan. (2) Penghentian penyidikan
(2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana
perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dimaksud pada ayat (1), hanya dilakukan setelah Wajib Pajak
dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi
melunasi pajak utang pajak yang tidak atau
yang tidak atau kurang dibayar kurang dibayar atau yang tidak
atau yang tidak seharusnya seharusnya
dikembalikan, dikembalikan dan ditambah
ditambah dengan sanksi dengan sanksi administrasi
administrasi berupa denda berupa denda
sebesar empat kali sebesar 4 (empat) kali jumlah
jumlah pajak yang tidak atau pajak yang tidak atau kurang
kurang dibayar, atau yang tidak dibayar, atau
seharusnya yang tidak seharusnya
dikembalikan.” dikembalikan.
Pasal 45
Terhadap pajak-pajak yang Ketentuan Pasal 45 dihapus. Ketentuan Pasal 45 dihapus. Ketentuan Pasal 45 dihapus. Ketentuan Pasal 45 dihapus. Ketentuan Pasal 45 dihapus.
terhutang pada suatu saat, untuk
Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
yang berakhir sebelum saat
berlakunya undang-undang
ini, tetap berlaku ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan yang lama,
sampai dengan tanggal 31
Desember 1988.
Pasal 46 Pasal 46 Pasal 46 Pasal 46 Pasal 46
Dengan berlakunya undang- Dengan berlakunya undang- Dengan berlakunya undang- Dengan berlakunya undang- Dengan berlakunya undang-
undang ini semua peraturan undang ini semua peraturan undang ini semua peraturan undang ini semua peraturan undang ini semua peraturan
pelaksanaan di bidang pelaksanaan di bidang pelaksanaan di bidang pelaksanaan di bidang pelaksanaan di bidang
perpajakan yang lama tetap perpajakan yang lama tetap perpajakan yang lama tetap perpajakan yang lama tetap perpajakan yang lama tetap
berlaku sepanjang tidak berlaku sepanjang tidak berlaku sepanjang tidak berlaku sepanjang tidak berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan undang- bertentangan dengan undang- bertentangan dengan undang- bertentangan dengan undang- bertentangan dengan undang-
undang ini. undang ini. undang ini. undang ini. undang ini.

96
Pasal 47 38. Pasal 47A Pasal 47
Terhadap penghasilan kena pajak Ketentuan Pasal 47 dihapus Terhadap semua hak dan Dihapus *)
yang diterima atau diperoleh kewajiban perpajakan yang Penjelasan Pasal 47
dalam bidang belum diselesaikan, (Ketentuan pasal ini dihapus,
penambangan minyak dan gas diberlakukan ketentuan karena secara substantif
bumi serta dalam bidang Undang-undang Nomor 6 Tahun merupakan materi dari Undang-
penambangan lainnya 1983 tentang Ketentuan Undang tentang Pajak
sehubungan dengan Kontrak Umum dan Tata Cara Penghasilan dan telah diatur
Karya dan Kontrak Bagi Hasil, Perpajakan sebagaimana telah dalam Undang-Undang
yang masih berlaku pada saat diubah dengan Undang- tersebut.)
berlakunya undang-undang ini, undang Nomor 9 Tahun 1994.” Pasal 47A**)
dikenakan pajak berdasarkan Terhadap semua hak dan
ketentuan-ketentuan kewajiban perpajakan yang
Ordonansi Pajak Perseroan 1925 belum diselesaikan,
dan Undang-undang Pajak atas diberlakukan
Bunga, Dividen dan Royalty 1970 ketentuan Undang-undang
beserta semua peraturan Nomor 6 Tahun 1983 tentang
pelaksanaannya. Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 9 Tahun
1994.

BAB XI BAB XI BAB XI BAB XI BAB XI


KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP
Pasal 48 Pasal 48 Pasal 48 Pasal 48 Pasal 48
Hal-hal yang belum cukup diatur Hal-hal yang belum cukup diatur Hal-hal yang belum cukup diatur Hal-hal yang belum cukup diatur Hal-hal yang belum cukup diatur
dalam undang-undang ini, diatur dalam undang-undang ini, diatur dalam undang-undang ini, diatur dalam undang-undang ini, diatur dalam undang-undang ini, diatur
lebih lanjut dengan Peraturan lebih lanjut dengan lebih lanjut dengan lebih lanjut dengan lebih lanjut dengan
Pemerintah. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah.

Pasal 49 Pasal 49 Pasal 49 Pasal 49 Pasal 49


Ketentuan dalam undang-undang Ketentuan dalam undang- Ketentuan dalam undang- Ketentuan dalam undang- Ketentuan dalam undang-
ini berlaku pula bagi undang- undang ini berlaku pula bagi undang ini berlaku pula bagi undang ini berlaku pula bagi undang ini berlaku pula bagi
undang perpajakan undang-undang perpajakan undang-undang perpajakan undang-undang perpajakan undang-undang perpajakan
lainnya kecuali apabila ditentukan lainnya kecuali apabila lainnya kecuali apabila lainnya kecuali apabila lainnya kecuali apabila
lain ditentukan lain ditentukan lain ditentukan lain ditentukan lain

Pasal 50 Pasal 50 Pasal 50 Pasal 50 Pasal 50


Undang-undang ini mulai berlaku Undang-undang ini mulai Undang-undang ini mulai Undang-undang ini mulai Undang-undang ini mulai
pada tanggal 1 Januari 1984. berlaku pada tanggal 1 Januari berlaku pada tanggal 1 Januari berlaku pada tanggal 1 Januari berlaku pada tanggal 1 Januari
1984. 1984. 1984. 1984.

97
ATURAN TAMBAHAN

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

NO NOMOR PERATURAN
TAHUN TENTANG KETERANGAN
. PEMERINTAH
1. 1983 PERATURAN PEMERINTAH PENDAFTARAN, PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, TIDAK BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN, DAN
NOMOR 35 TAHUN 1983 PERSYARATAN PENGAJUAN KEBERATAN

2. 1990 PERATURAN PEMERINTAH KEBIJAKSANAAN PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA LUAR NEGERI
NOMOR 28 TAHUN 1990
3. 1994 PERATURAN PEMERINTAH PENCABUTAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK TIDAK BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1983
NOMOR 43 TAHUN 1994 TENTANG PENDAFTARAN, PEMBERIAN NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK, PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN,
DAN PERSYARATAN PENGAJUAN KEBERATAN, DAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
31 TAHUN 1986 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DI
BIDANG PERPAJAKAN
4. 1998 PERATURAN PEMERINTAH TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN TIDAK BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
NOMOR 3 TAHUN 1998
5. 1998 PERATURAN PEMERINTAH TATA CARA PENJUALAN BARANG SITAAN YANG TIDAK BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG DALAM
NOMOR 4 TAHUN 1998 RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
6. 1998 PERATURAN PEMERINTAH PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK TIDAK BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA DENGAN SURAT PAKSA

98
NOMOR 5 TAHUN 1998
7. 1998 PERATURAN PEMERINTAH INFORMASI KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 1998
8. 2000 PERATURAN PEMERINTAH TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
NOMOR 135 TAHUN 2000
9. 2000 PERATURAN PEMERINTAH TATA CARA PENJUALAN BARANG SITAAN YANG MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG DALAM
NOMOR 136 TAHUN 2000 RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

10. 2000 PERATURAN PEMERINTAH TEMPAT DAN TATA CARA PENYANDERAAN, REHABILITASI MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI
NOMOR 137 TAHUN 2000 RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT
PAKSA
11. 2007 PERATURAN PEMERINTAH PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DALAM RANGKA MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA PENANGANAN
NOMOR 32 TAHUN 2007 BENCANA ALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA
12. 2007 PERATURAN PEMERINTAH TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA PERPAJAKAN BERDASARKAN
NOMOR 80 TAHUN 2007 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH
TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28
TAHUN 2007
13. 2011 PERATURAN PEMERINTAH TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA KEWAJIBAN PERPAJAKAN
NOMOR 74 TAHUN 2011
14. 2012 PERATURAN PEMERINTAH PEMBERIAN DAN PENGHIMPUNAN DATA DAN INFORMASI MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA YANG BERKAITAN DENGANPERPAJAKAN

99
NOMOR 31 TAHUN 2012
15. 2015 PERATURAN PEMERINTAH FASILITAS DAN KEMUDAHAN DI KAWASAN EKONOMI MASIH BERLAKU
REPUBLIK INDONESIA KHUSUS
NOMOR 96 TAHUN 2015
b. Peraturan Menteri Keuangan

1 2004 NOMOR PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TIDAK BERLAKU
564/KMK.03/2004
2 2005 NOMOR 05/PMK.03/2005 TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI KELEBIHAN PEMBAYARAN TIDAK BERLAKU
PAJAK
3 2005 NOMOR 11/PMK.03/2005 PENUNJUKAN KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA TIDAK BERLAKU
PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH BESERTA TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN,
DAN PELAPORANNYA
4 2005 NOMOR 14/PMK.03/2005 PERSYARATAN SUMBANGAN SERTA TATA CARA MASIH BERLAKU
PENDAFTARAN DAN PELAPORAN OLEH PENAMPUNG,
PENYALUR, DAN/ATAU PENGELOLA SUMBANGAN DALAM
RANGKA BANTUAN KEMANUSIAAN BENCANA ALAM DI
NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN SUMATERA UTARA
5 2005 NOMOR 40/PMK.03/2005 TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEPADA WAJIB TIDAK BERLAKU
PAJAK

6 2005 NOMOR 66/PMK.03/2005 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
05/PMK.03/2005 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN
KEMBALI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
7 2005 NOMOR 97/PMK.03/2005 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
576/KMK.04/2000 TENTANG PERSYARATAN SEORANG KUASA
UNTUK MENJALANKAN HAK DAN MEMENUHI KEWAJIBAN

100
MENURUT KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN
8 2005 NOMOR TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA PAJAK BUMI DAN TIDAK BERLAKU
121/PMK.06/2005 BANGUNAN KEPADA WAJIB PAJAK
9 2005 NOMOR TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA BEA PEROLEHAN MASIH BERLAKU
122/PMK.06/2005 HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KEPADA WAJIB PAJAK
10 2006 NOMOR 23/PMK.03/2006 RALAT PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK MASIH BERLAKU
INDONESIA NOMOR 23/PMK.03/2006 TENTANG PERUBAHAN
ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
85/KMK.03/2002 TENTANG TATA CARA PENYITAAN
KEKAYAAN PENANGGUNG PAJAK BERUPA PIUTANG DALAM
RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
11 2006 NOMOR 54/PMK.04/2006 PEMBEBASAN BEA MASUK DAN TIDAK DIPUNGUT PAJAK MASIH BERLAKU
DALAM RANGKA IMPOR ATAS PENGELUARAN BARANG DARI
KAWASAN BERIKAT DAN PENGUSAHA PENERIMA FASILITAS
KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR (KITE) YANG
DISUMBANGKAN UNTUK KORBAN BENCANA ALAM DI
PROVINSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
12 2006 NOMOR PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
123/PMK.03/2006 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN
PAJAK
13 2006 NOMOR PENETAPAN ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL PAJAK MASIH BERLAKU
127/PMK.07/2006 PENGHASILAN PASAL 25 DAN PASAL 29 WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI DALAM NEGERI DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
TAHUN ANGGARAN 2007

14 2007 NOMOR 01/PMK.03/2007 PENYESUAIAN BESARNYA PEREDARAN BRUTO BAGI WAJIB MASIH BERLAKU
PAJAK ORANG PRIBADI YANG BOLEH MENGHITUNG
PENGHASILAN NETO DENGAN MENGGUNAKAN NORMA

101
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
15 2007 NOMOR 06/PMK.01/2007 PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA TIDAK BERLAKU
PENGADILAN PAJAK
16 2007 NOMOR 49/PMK.03/2007 TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DENGAN TIDAK BERLAKU
MENGGUNAKAN BAHASA ASING
DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH SERTA KEWAJIBAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN BADAN
17 2007 NOMOR TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK TIDAK BERLAKU
190/PMK.03/2007 YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG

18 2007 NOMOR BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN, SERTA TATA CARA TIDAK BERLAKU
181/PMK.03/2007 PENGAMBILAN PENGISIAN, PENANDATANGANAN, DAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

19 2007 NOMOR JANGKA WAKTU PELUNASAN SURAT TAGIHAN PAJAK, SURAT TIDAK BERLAKU
187/PMK.03/2007 KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR, DAN SURAT KETETAPAN
PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN, SERTA SURAT KEPUTUAN
PEMBETULAN, SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN, PUTUSAN
BANDING, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI,
YANG MENYEBABKAN JUMLAH PAJAK YANG HARUS DIBAYAR
BERTAMBAH
BAGI WAJIB PAJAK USAHA KECIL DAN WAJIB PAJAK DI
DAERAH TERTENTU
20 2007 NOMOR TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK TIDAK BERLAKU
188/PMK.03/2007
21 2007 NOMOR TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DENGAN TIDAK BERLAKU
196/PMK.03/2007 MENGGUNAKAN BAHASA ASING
DAN SATUAN MATA UANG SELAIN RUPIAH SERTA KEWAJIBAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
22 2007 NOMOR WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI TIDAK BERLAKU

102
186/PMK.03/2007 PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA KARENA
TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN DALAM
JANGKA WAKTU YANG DITENTUKAN
23 2007 NOMOR TATA CARA PERMINTAAN KETERANGAN ATAU BUKTI DARI TIDAK BERLAKU
201/PMK.03/2007 PIHAK-PIHAK YANG TERIKAT OLEH KEWAJIBAN
MERAHASIAKAN
24 2007 NOMOR TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN TIDAK BERLAKU
194/PMK.03/2007
25 2007 NOMOR BENTUK DAN TATA CARA PENCATATAN BAGI WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
197/PMK.03/2007 ORANG PRIBADI
26 2007 NOMOR PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK ATAS PERMOHONAN TIDAK BERLAKU
191/PMK.03/2007 PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK TERHADAP
WAJIB PAJAK YANG SEDANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN BUKTI
PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
27 2007 NOMOR TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TIDAK BERLAKU
192/PMK.03/2007 TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

28 2007 NOMOR TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT TIDAK BERLAKU
185/PMK.03/2007 PEMBERITAHUAN
29 2007 NOMOR WAJIB PAJAK PAJAK PENGHASILAN TERTENTU YANG TIDAK BERLAKU
183/PMK.03/2007 DIKECUALIKAN DARI
KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK
PENGHASILAN

30 2007 NOMOR BATASAN JUMLAH PEREDARAN USAHA, JUMLAH TIDAK BERLAKU


193/PMK.03/2007 PENYERAHAN, DAN JUMLAH LEBIH BAYAR BAGI WAJIB PAJAK
YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU YANG
DAPAT DIBERIKAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN

103
KELEBIHAN PAJAK

31 2007 NOMOR PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN TIDAK BERLAKU
184/PMK.03/2007 PENYETORAN PAJAK, PENENTUAN TEMPAT PEMBAYARAN
PAJAK, DAN TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN
PELAPORAN PAJAK, SERTA TATA CARA PENGANGSURAN DAN
PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK
32 2007 NOMOR TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK TIDAK BERLAKU
199/PMK.03/2007
33 2007 NOMOR TATA CARA PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI MASIH BERLAKU
182/PMK.03/2007 WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU YANG DAPAT
MELAPORKAN BEBERAPA MASA PAJAK DALAM SATU SURAT
PEMBERITAHUAN MASA
34 2007 NOMOR TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK TIDAK BERLAKU
189/PMK.03/2007
35 2007 NOMOR TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN DI TIDAK BERLAKU
198/PMK.03/2007 BIDANG PERPAJAKAN
36 2007 NOMOR TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN TIDAK BERLAKU
195/PMK.03/2007 BUNGA
37 2007 NOMOR TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK TIDAK BERLAKU
202/PMK.03/2007 PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
38 2007 NOMOR TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK TIDAK BERLAKU
202/PMK.03/2007 PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
39 2008 NOMOR 23/PMK.03/2008 TATA CARA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK TIDAK BERLAKU
40 2008 NOMOR 19/PMK.03/2008 TATA CARA PEMBETULAN KESALAHAN TULIS, KESALAHAN TIDAK BERLAKU
HITUNG, DAN/ATAU KEKELIRUAN PENERAPAN KETENTUAN
TERTENTU DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN
41 2008 NOMOR 18/PMK.03/2008 PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS TIDAK BERLAKU
KETERLAMBATAN PELUNASAN
KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK SEHUBUNGAN DENGAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN UNTUK

104
TAHUN PAJAK 2007 DAN SEBELUMNYA SERTA PEMBETULAN
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN UNTUK TAHUN PAJAK
SEBELUM TAHUN PAJAK 2007

42 2008 NOMOR 22/PMK.03/2008 PERSYARATAN SERTA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN TIDAK BERLAKU
SEORANG KUASA

43 2008 NOMOR 24/PMK.03/2008 TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN DENGAN SURAT TIDAK BERLAKU
PAKSA
DAN PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
44 2008 NOMOR 20/PMK.03/2008 JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DAN PELAPORAN KEGIATAN TIDAK BERLAKU
USAHA,
TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR
POKOK WAJIB PAJAK, SERTA PENGUKUHAN DAN
PENCABUTAN PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK
45 2008 NOMOR 21/PMK.03/2008 TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI TIDAK BERLAKU
ADMINISTRASI, PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT
KETETAPAN PAJAK ATAU SURAT TAGIHAN PAJAK YANG TIDAK
BENAR, DAN PEMBATALAN HASIL PEMERIKSAAN
46 2008 NOMOR 54/PMK.09/2008 KOMITE PENGAWAS PERPAJAKAN TIDAK BERLAKU
47 2008 NOMOR 66/PMK.03/2008 TATA CARA PENYAMPAIAN ATAU PEMBETULAN SURAT TIDAK BERLAKU
PEMBERITAHUAN, DAN PERSYARATAN
WAJIB PAJAK YANG DAPAT DIBERIKAN PENGHAPUSAN SANKSI
ADMINISTRASI DALAM RANGKA PENERAPAN PASAL 37A
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007
48 2008 NOMOR 79/PMK.03/2008 PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN UNTUK MASIH BERLAKU
TUJUAN PERPAJAKAN

105
49 2008 NOMOR TATA CARA PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN PEMBERIAN MASIH BERLAKU
238/PMK.03/2008 PENURUNAN TARIF BAGI WAJIB PAJAK BADAN DALAM
NEGERI YANG
BERBENTUK PERSEROAN TERBUKA
50 2009 NOMOR : 12/PMK. PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
03/2009 66/PMK.03/2008 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN ATAU
PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN, DAN PERSYARATAN
WAJIB PAJAK YANG DAPAT DIBERIKAN PENGHAPUSAN SANKSI
ADMINISTRASI DALAM RANGKA PENERAPAN PASAL 37A
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI
DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28
TAHUN 2007
51 2009 NOMOR 45/PMK.03/2009 TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, TIDAK BERLAKU
PEMBAYARAN, SERTA PELUNASAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH ATAS PENGELUARAN DAN/ATAU
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
DAN/ATAU JASA KENA PAJAK DARI KAWASAN BEBAS KE
TEMPAT LAIN
DALAM DAERAH PABEAN DAN PEMASUKAN DAN/ ATAU
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK DAN/ATAU JASA KENA
PAJAK DARI TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN KE
KAWASAN BEBAS
52 2009 NOMOR 54/PMK.03/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
193/PMK.03/2007 TENTANG BATASAN JUMLAH PEREDARAN
USAHA, JUMLAH PENYERAHAN, DAN JUMLAH LEBIH BAYAR
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN
TERTENTU
YANG DAPAT DIBERIKAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN

106
KELEBIHAN PAJAK
53 2009 NOMOR TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI MASIH BERLAKU
111/PMK.03/2009 ADMINISTRASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAN BEA
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN, DAN
PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT PEMBERITAHUAN
PAJAK TERUTANG, SURAT KETETAPAN PAJAK PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN, SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN, SURAT KETETAPAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS
TANAH DAN BANGUNAN, ATAU SURAT TAGIHAN BEA
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN, YANG TIDAK
BENAR
54 2009 NOMOR TATA CARA PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA TIDAK BERLAKU
130/PMK.03/2009 DI BIDANG PERPAJAKAN UNTUK KEPENTINGAN PENERIMAAN
NEGARA
55 2009 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
152/PMK.03/2009 181/PMK.03/2007 TENTANG BENTUK DAN ISI SURAT
PEMBERITAHUAN,
SERTA TATA CARA PENGAMBILAN PENGISIAN,
PENANDATANGANAN,
DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN
56 2010 NOMOR 72/PMK.03/2010 TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
57 2010 NOMOR 73/PMK.03/2010 PENUNJUKAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MASIH BERLAKU
PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI DAN KONTRAKTOR
ATAU PEMEGANG KUASA/PEMEGANG IZIN PENGUSAHAAN
SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK MEMUNGUT,
MENYETOR, DAN MELAPORKAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI DAN

107
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH, SERTA TATA CARA
PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORANNYA
58 2010 NOMOR 74/PMK.03/2010 PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN MASIH BERLAKU
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MEMPUNYAI
PEREDARAN USAHA TIDAK MELEBIHI JUMLAH TERTENTU
59 2010 NOMOR 71/PMK.03/2010 PENGUSAHA KENA PAJAK BERISIKO RENDAH YANG DIBERIKAN MASIH BERLAKU
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK
60 2010 NOMOR 81/PMK.03/2010 SAAT PENGHITUNGAN DAN TATA CARA PEMBAYARAN TIDAK BERLAKU
KEMBALI PAJAK
MASUKAN YANG TELAH DIKREDITKAN DAN TELAH DIBERIKAN
PENGEMBALIAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG
MENGALAMI KEADAAN GAGAL BERPRODUKSI
61 2010 NOMOR 80/PMK.03/2010 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
184/PMK.03/2007 TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH
TEMPO PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK ,
PENENTUAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK, DAN TATA
CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK,
SERTA TATA CARA PENGANGSURAN DAN PENUNDAAN
PEMBAYARAN PAJAK
62 2010 NOMOR 85/PMK.03/2010 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
24/PMK.03/2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA DAN
PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
63 2010 NOMOR 83/PMK.03/2010 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
23/PMK.03/2008 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT
KETETAPAN PAJAK
64 2010 NOMOR 84/PMK.03/2010 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
189/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT
TAGIHAN PAJAK
65 2011 NOMOR 12/PMK.03/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
195/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN
DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA

108
66 2011 NOMOR 16/PMK.03/2011 TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN TIDAK BERLAKU
PEMBAYARAN PAJAK
67 2011 NOMOR 82/PMK.03/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
199/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK
68 2011 NOMOR : SENSUS PAJAK NASIONAL MASIH BERLAKU
149/PMK.03/2011
69 2011 NOMOR : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
189/PMK.03/2011 130/PMK.03/2009 TENTANG TATA CARA PENGHENTIAN
PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN UNTUK
KEPENTINGAN PENERIMAAN NEGARA
70 2012 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
24/PMK.011/2012 196/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA  PENYELENGGARAAN
PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA ASING DAN
SATUAN MATA UANG SELAIN RUPIAH SERTA KEWAJIBAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
71 2012 NOMOR : PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA MASIH BERLAKU
61/PMK.01/2012 PENGADILAN PAJAK
72 2012 NOMOR : TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, MASIH BERLAKU
62/PMK.03/2012 PEMBAYARAN, SERTA
PELUNASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU PAJAK
PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH ATAS PENGELUARAN DAN/ATAU
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK DAN/ATAU JASA KENA
PAJAK DARI KAWASAN BEBAS KE TEMPAT LAIN DALAM
DAERAH PABEAN DAN PEMASUKAN DAN/ATAU PENYERAHAN
BARANG KENA PAJAK DAN/ATAU JASA KENA PAJAK
DARI TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN KE KAWASAN
BEBAS
73 2012 NOMOR : 68/PMK. TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAN PENETAPAN MASIH BERLAKU

109
03/2012 BESARNYA PENGHAPUSAN

74 2012 NOMOR 74/PMK.03/2012 TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN MASIH BERLAKU
WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA
PENGEMBALIAN
PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

75 2012 NOMOR : JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DAN PELAPORAN KEGIATAN TIDAK BERLAKU
73/PMK.03/2012 USAHA,
TATA CARA PENDAFTARAN, PEMBERIAN, DAN PENGHAPUSAN
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, SERTA PENGUKUHAN DAN
PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

76 2012 NOMOR : TATA CARA PERMINTAAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK TIDAK BERLAKU
129/PMK.03/2012 PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN UNTUK KEPENTINGAN
PENERIMAAN NEGARA
77 2012 NOMOR : TATA CARA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAN TIDAK BERLAKU
145/PMK.03/2012 SURAT TAGIHAN PAJAK
78 2012 NOMOR TATA CARA VERIFIKASI TIDAK BERLAKU
146/PMK.03/2012
79 2012 NOMOR : PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TIDAK BERLAKU
162/PMK.011/2012
80 2013 NOMOR : TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN TIDAK BERLAKU
10/PMK.03/2013 PAJAK
YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG
81 2013 NOMOR 8/PMK.03/2013 TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI MASIH BERLAKU
ADMINISTRASI
DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT KETETAPAN
PAJAK ATAU SURAT TAGIHAN PAJAK
82 2013 NOMOR 9/PMK.03/2013 TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN TIDAK BERLAKU
83 2013 NOMOR 11/PMK.03/2013 TATA CARA PEMBETULAN MASIH BERLAKU

110
84 2013 NOMOR : RINCIAN JENIS DATA DAN INFORMASI SERTA TATA CARA TIDAK BERLAKU
16/PMK.03/2013 PENYAMPAIAN
DATA DAN INFORMASI YANG BERKAITAN DENGAN
PERPAJAKAN
85 2013 NOMOR 18/PMK.03/2013 TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK TIDAK BERLAKU
PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
86 2013 NOMOR : TATA CARA PEMERIKSAAN TIDAK BERLAKU
17/PMK.03/2013
87 2013 NOMOR : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
79/PMK.03/2013 16/PMK.03/2013
TENTANG RINCIAN JENIS DATA DAN INFORMASI SERTA TATA
CARA
PENYAMPAIAN DATA DAN INFORMASI YANG BERKAITAN
DENGAN PERPAJAKAN
88 2013 NOMOR 87/PMK.03/2013 TATA CARA PERMINTAAN KETERANGAN ATAU BUKTI DARI TIDAK BERLAKU
PIHAK-PIHAK YANG TERIKAT OLEH KEWAJIBAN
MERAHASIAKAN
89 2013 NOMOR : PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN TIDAK BERLAKU
95/PMK.03/2013 NOMOR 16/PMK.03/2013 TENTANG RINCIAN JENIS DATA DAN
INFORMASI SERTA TATA CARA PENYAMPAIAN DATA DAN
INFORMASI YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN
90 2013 NOMOR : TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK TIDAK BERLAKU
115/PMK.07/2013
91 2013 NOMOR : PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN TIDAK BERLAKU
132/PMK.03/2013 NOMOR 16/PMK.03/2013 TENTANG RINCIAN JENIS DATA DAN
INFORMASI
SERTA TATA CARA PENYAMPAIAN DATA DAN INFORMASI
YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN
92 2013 NOMOR : PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN MASIH BERLAKU
198/PMK.03/2013 PAJAK BAGI
WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU

111
93 2013 NOMOR : TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN TIDAK BERLAKU
226/PMK.03/2013 BUNGA
94 2014 NOMOR : SAAT PENGHITUNGAN DAN TATA CARA PEMBAYARAN MASIH BERLAKU
31/PMK.03/2014 KEMBALI PAJAK
MASUKAN YANG TELAH DIKREDITKAN DAN TELAH DIBERIKAN
PENGEMBALIAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG
MENGALAMI KEADAAN GAGAL BERPRODUKSI
95 2014 NOMOR 60/PMK.03/2014 TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE OF TIDAK BERLAKU
INFORMATION)
96 2014 NOMOR PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI TIDAK BERLAKU
191/PMK.03/2014 KEUANGAN
NOMOR 16/PMK.03/2013 TENTANG RINCIAN JENIS DATA DAN
INFORMASI
SERTA TATA CARA PENYAMPAIAN DATA DAN INFORMASI
YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN
97 2014 NOMOR PERSYARATAN SERTA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN MASIH BERLAKU
229/PMK.03/2014 SEORANG KUASA
98 2014 NOMOR  TATA CARA PELAKSANAAN PROSEDUR PERSETUJUAN MASIH BERLAKU
240/PMK.03/2014 BERSAMA
(MUTUAL AGREEMENT PROCEDURE)
99 2014 NOMOR TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK MASIH BERLAKU
239/PMK.03/2014 PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
100 2014 NOMOR TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MASIH BERLAKU
242/PMK.03/2014
101 2014 NOMOR SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASIH BERLAKU
243/PMK.03/2014
102 2015 NOMOR 1/PMK.03/2015 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
NOMOR 196/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN
PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA ASING DAN
SATUAN MATA UANG SELAIN RUPIAH SERTA KEWAJIBAN

112
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
103 2015 NOMOR 29/PMK.03/2015 PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI BUNGA YANG TERBIT MASIH BERLAKU
BERDASARKAN
PASAL 19 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983
TENTANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SEBAGAIMANA
TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009
104 2015 NOMOR 91/PMK.03/2015 PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI MASIH BERLAKU
ATAS KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT
PEMBERITAHUAN, PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN,
DAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN
PAJAK
105 2015 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
102/PMK.07/2015 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN
PENYETORAN PAJAK ROKOK
106 2015 NOMOR PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TIDAK BERLAKU
122/PMK.010/2015
107 2015 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
125/PMK.010/2015 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN
INFORMASI
(EXCHANGE OF INFORMATION)
108 2015 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
184/PMK.03/2015 17/PMK.03/2013
TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN
109 2015 NOMOR TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN MASIH BERLAKU
187/PMK.03/2015 PAJAK
YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG
110 2015 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU

113
183/PMK.03/2015 NOMOR 145/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA
PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT TAGIHAN
PAJAK
111 2015 NOMOR TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, MASIH BERLAKU
182/PMK.03/2015 PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK, PENGHAPUSAN NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK, DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA
KENA PAJAK
112 2015 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
185/PMK.03/2015 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
113 2015 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
186/PMK.03/2015 226/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN
DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA
114 2015 NOMOR PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN TIDAK BERLAKU
191/PMK.010/2015 PERPAJAKAN
BAGI PERMOHONAN YANG DIAJUKAN PADA TAHUN 2015
DAN TAHUN 2016
115 2015 NOMOR PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT MASIH BERLAKU
197/PMK.03/2015 KETETAPAN PAJAK,
SURAT KETETAPAN PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN,
DAN/ATAU SURAT TAGIHAN PAJAK YANG DITERBITKAN
BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN, VERIFIKASI, ATAU
PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
116 2015 NOMOR PERLAKUAN PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAK DAN TIDAK BERLAKU
200/PMK.03/2015 PENGUSAHA KENA
PAJAK YANG MENGGUNAKAN SKEMA KONTRAK INVESTASI
KOLEKTIF
117 2015 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
202/PMK.03/2015 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN
PENYELESAIAN KEBERATAN

114
118 2015 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
233/PMK.03/2015 191/PMK.010/2015 TENTANG PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
TETAP
UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN BAGI PERMOHONAN YANG
DIAJUKAN
PADA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016
119 2015 NOMOR TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN MASIH BERLAKU
244/PMK.03/2015 PEMBAYARAN PAJAK

120 2016 NOMOR 29/PMK.03/2016 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
NOMOR 191/PMK.010/2015 TENTANG PENILAIAN KEMBALI
AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN BAGI
PERMOHONAN YANG DIAJUKAN PADA TAHUN 2015 DAN
TAHUN 2016
121 2016 NOMOR 41/PMK.07/2016 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN TIDAK BERLAKU
NOMOR 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA
PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK
122 2016 NOMOR 39/PMK.03/2016 PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
NOMOR 16/PMK.03/2013 TENTANG RINCIAN JENIS DATA DAN
INFORMASI
SERTA TATA CARA PENYAMPAIAN DATA DAN INFORMASI
YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN
123 2016 NOMOR 55/PMK.03/2016 TATA CARA PERMINTAAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK MASIH BERLAKU
PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN UNTUK KEPENTINGAN
PENERIMAAN NEGARA
124 2016 NOMOR 63/PMK.09/2016 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
54/PMK.09/2008 TENTANG KOMITE PENGAWAS PERPAJAKAN
125 2016 NOMOR PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK MASIH BERLAKU
101/PMK.010/2016
126 2016 NOMOR PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TIDAK BERLAKU
118/PMK.03/2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
127 2016 NOMOR TATA CARA PENGALIHAN HARTA WAJIB PAJAK KE DALAM TIDAK BERLAKU

115
119/PMK.08/2016 WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN
PENEMPATAN PADA INSTRUMEN INVESTASI DI PASAR
KEUANGAN DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
128 2016 NOMOR TATA CARA PENGALIHAN HARTA WAJIB PAJAK KE DALAM TIDAK BERLAKU
122/PMK.08/2016 WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN
PENEMPATAN PADA INVESTASI DI LUAR PASAR KEUANGAN
DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
129 2016 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
123/PMK.08/2016 119/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PENGALIHAN HARTA
WAJIB
PAJAK KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
DAN PENEMPATAN PADA INSTRUMEN INVESTASI DI PASAR
KEUANGAN
DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
130 2016 NOMOR PENGAMPUNAN PAJAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG TIDAK BERLAKU
127/PMK.010/2016 NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI HARTA TIDAK LANGSUNG
MELALUI SPECIAL PURPOSE VEHICLE
131 2016 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
141/PMK.03/2016 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016
TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
132 2016 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
142/PMK.010/2016 127/PMK.010/2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
PENGAMPUNAN
PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI HARTA TIDAK
LANGSUNG
MELALUI SPECIAL PURPOSE VEHICLE
133 2016 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
151/PMK.08/2016 122/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PENGALIHAN HARTA

116
WAJIB PAJAK KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA DAN
PENEMPATAN PADA INVESTASI DI LUAR PASAR KEUANGAN
DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
134 2016 NOMOR PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
150/PMK.08/2016 NOMOR
119/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PENGALIHAN HARTA
WAJIB PAJAK KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA DAN
PENEMPATAN PADA INSTRUMEN INVESTASI DI PASAR
KEUANGAN DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
135 2016 NOMOR JENIS DOKUMEN DAN/ATAU INFORMASI TAMBAHAN YANG MASIH BERLAKU
213/PMK.03/2016 WAJIB DISIMPAN OLEH WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN
TRANSAKSI DENGAN PARA PIHAK YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA, DAN TATA CARA PENGELOLAANNYA
136 2016 NOMOR PENCABUTAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN DAN MASIH BERLAKU
238/PMK.03/2016 PERATURAN
MENTERI KEUANGAN DI BIDANG PERPAJAKAN DALAM
RANGKA SIMPLIFIKASI REGULASI
137 2016 NOMOR PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
235/PMK.03/2016 87/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN
KETERANGAN ATAU BUKTI DARI PIHAK-PIHAK YANG TERIKAT
OLEH KEWAJIBAN MERAHASIAKAN
138 2017 NOMOR 11/PMK.07/2017 PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
NOMOR 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA
PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK
139 2017 NOMOR 39/PMK.03/2017 TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN MASIH BERLAKU
PERJANJIAN INTERNASIONAL

c. Keputusan Menteri Keuangan

No. TAHUN NOMOR KMK TENTANG KETERANGAN

117
1 1983 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK
INDONESIA NOMOR
948/KMK.04/1983
2 1983 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAN PENETAPAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK BESARNYA PENGHAPUSAN
INDONESIA NOMOR
952/KMK.04/1983
3 1983 KEPUTUSAN MENTERI BATAS DAN UKURAN PENGUSAHA KECIL YANG TIDAK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984 MENTERI
INDONESIA NOMOR KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
967/KMK.04/1983
4 1983 KEPUTUSAN MENTERI PEDOMAN PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK PERTAMBAHAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK NILAI BAGI PENGUSAHA YANG BERDASARKAN UNDANG-
INDONESIA NOMOR UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 MEMILIH DIKENAKAN
970/KMK.04/1983 PAJAK DENGAN PEDOMAN NORMA PENGHITUNGAN
5 1984 KEPUTUSAN MENTERI KETERANGAN DAN DOKUMEN YANG HARUS DICANTUMKAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DAN ATAU DILAMPIRKAN PADA
INDONESIA NOMOR SURAT PEMBERITAHUAN MASA
431/KMK.04/1984
6 1985 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI KELEBIHAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK ANGSURAN/PEMBAYARAN PAJAK MELALUI BANK
INDONESIA NOMOR
824/KMK.04/1985
7 1987 KEPUTUSAN MENTERI PEDOMAN PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
INDONESIA NOMOR MEWAH SERTA PENGHITUNGAN SANKSI ADMINISTRASI
465/KMK.01/1987 BERUPA BUNGA

8 1988 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
INDONESIA NOMOR BARANG MEWAH OLEH BENDAHARAWAN SEBAGAI
1287/KMK.04/1988 PEMUNGUT PAJAK

118
9 1988 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMUNGUTAN, DAN PELAPORAN PAJAK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
INDONESIA MEWAH OLEH KANTOR PERBENDAHARAAN NEGARA SEBAGAI
NOMOR PEMUNGUT PAJAK
1288/KMK.04/1988
10 1988 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
INDONESIA NOMOR BARANG MEWAH OLEH BADAN-BADAN TERTENTU SEBAGAI
1289/KMK.04/1988 PEMUNGUT PAJAK
11 1989 KEPUTUSAN MENTERI PENGGUNAAN BAHASA ASING DALAM PEMBUKUAN WAJIB TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK
INDONESIA NOMOR
444/KMK.04/1989
12 1991 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK MELALUI TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PEMINDAHBUKUAN
INDONESIA NOMOR
88/KMK.04/1991
13 1991 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK DAN SANKSI ADMINISTRASI MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK YANG TERUTANG SESUAI HASIL PEMERIKSAAN DAN
INDONESIA NOMOR PEMBAYARAN BUNGA DAN DENDA
679/KMK.04/1991
14 1991 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI KELEBIHAN PEMBAYARAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK MELALUI BANK
INDONESIA NOMOR
1121/KMK.04/1991
15 1991 KEPUTUSAN MENTERI BATASAN DAN UKURAN PENGUSAHA KECIL PAJAK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PERTAMBAHAN NILAI
INDONESIA NOMOR
1288/KMK.04/1991
16 1991 KEPUTUSAN MENTERI PENUNJUKAN TENAGA AHLI TERTENTU UNTUK MELAKUKAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK VERIFIKASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK
INDONESIA NOMOR PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
1292/KMK.04/1991

119
17 1992 KEPUTUSAN MENTERI PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DAN MATA UANG ASING BAGI PERUSAHAAN DALAM RANGKA
INDONESIA NOMOR PENANAMAN MODAL ASING, KONTRAK KARYA DAN KONTRAK
1171/KMK.04/1992 BAGI HASIL
18 1993 KEPUTUSAN MENTERI PENGHITUNGAN SANKSI ADMINISTRASI SEBAGAIMANA MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIMAKSUD DALAM PASAL 13 AYAT (2) UNDANG-UNDANG
INDONESIA NOMOR NOMOR 6 TAHUN 1983
22/KMK.04/1993
19 1993 KEPUTUSAN MENTERI KETERANGAN DAN DOKUMEN YANG DICANTUMKAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DAN/ATAU DILAMPIRKAN PADA SPT MASA PPN
INDONESIA NOMOR
111/KMK.04/1993
20 1993 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN
INDONESIA NOMOR KETETAPAN PAJAK
898/KMK.04/1993
21 1993 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENAGIHAN PIUTANG BEA MASUK/BEA MASUK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK TAMBAHAN, PAJAK EKSPOR/PAJAK EKSPOR TAMBAHAN DAN
INDONESIA NOMOR PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PAJAK PENJUALAN ATAS
909/KMK.01/1993 BARANG MEWAH YANG BERKAITAN DENGAN FASILITAS YANG
DIKELOLA BAPEKSTA KEUANGAN
22 1994 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN KELEBIHAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PEMBAYARAN PAJAK, PERHITUNGAN
INDONESIA NOMOR DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
15/KMK.04/1994 PENGHASILAN
23 1994 KEPUTUSAN MENTERI PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PENYETORAN PAJAK, TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK, TATA
INDONESIA NOMOR CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK,
606/KMK.04/1994 SERTA TATA CARA PENGANGSURAN DAN PENUNDAAN
PEMBAYARAN PAJAK
24 1994 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK ADMINISTRASI
INDONESIA NOMOR DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK

120
607/KMK.04/1994
25 1994 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PENUNJUKAN PEJABAT YANG BERWENANG MENGELUARKAN
INDONESIA NOMOR SURAT PAKSA
608/KMK.04/1994
26 1994 KEPUTUSAN MENTERI PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH BAGI WAJIB PAJAK DALAM
INDONESIA NOMOR RANGKA PENANAMAN MODAL ASING, KONTRAK KARYA,
609/KMK.04/1994 KONTRAK BAGI HASIL, DAN KEGIATAN USAHA ATAU BADAN
LAIN
27 1994 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR
625/KMK.04/1994
28 1995 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PEMBAYARAN PAJAK
INDONESIA
NOMOR
119/KMK.04/1995
29 1995 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 1121/KMK.04/1991 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN
INDONESIA NOMOR KEMBALI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MELALUI BANK
120/KMK.04/1995
30 1995 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEPADA WAJIB TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK
INDONESIA NOMOR
163/KMK.04/1995
31 1995 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 606/KMK.04/1994 TENTANG
INDONESIA NOMOR PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN
251/KMK.04/1995 PENYETORAN PAJAK,
TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK, TATA CARA PEMBAYARAN,
PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK, SERTA TATA CARA

121
PENGANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK
32 1995 KEPUTUSAN MENTERI PENGGUNAAN BAHASA ASING DALAM PEMBUKUAN WAJIB TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK
INDONESIA NOMOR
266/KMK.04/1995
33 1995 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 608/KMK.04/1994 TENTANG TATA CARA
INDONESIA NOMOR PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DAN PENUNJUKAN
267/KMK.04/1995 PEJABAT
 YANG BERWENANG MENGELUARKAN SURAT PAKSA
34 1995 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK BANGUNAN DAN PENUNJUKAN PEJABAT YANG BERWENANG
INDONESIA NOMOR MENGELUARKAN SURAT PAKSA
268/KMK.04/1995
35 1996 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN BEA MASUK, TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK CUKAI, DENDA ADMINISTRASI, BUNGA DAN PAJAK DALAM
INDONESIA NOMOR RANGKA IMPOR
232/KMK.05/1996
36 1996 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENAGIHAN PIUTANG BEA MASUK, CUKAI, DENDA TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK ADMINISTRASI, BUNGA, DAN PAJAK DALAM RANGKA IMPOR
INDONESIA NOMOR
234/KMK.05/1996
37 1996 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAN PENETAPAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK BESARNYA PENGHAPUSAN
INDONESIA NOMOR
335/KMK.04/1996
38 1997 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN DAN PEMBERIAN NOMOR KODE KANTOR TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PELAYANAN PAJAK
INDONESIA NOMOR
306/KMK.04/1997
39 1997 KEPUTUSAN MENTERI PENGHITUNGAN BESARNYA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KEPADA WAJIB PAJAK ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN YANG
INDONESIA NOMOR DIKEMBALIKAN KARENA KEPUTUSAN KEBERATAN ATAU

122
480/KMK.04/1997 PUTUSAN BANDING
40 1997 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 609/KMK.04/1994 TENTANG
INDONESIA NOMOR PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING
629/KMK.04/1997 DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH BAGI WAJIB PAJAK DALAM
RANGKA PENANAMAN MODAL ASING, KONTRAK KARYA,
KONTRAK BAGI HASIL, DAN KEGIATAN USAHA ATAU BADAN
LAIN
41 1998 KEPUTUSAN MENTERI PENUNJUKAN PEJABAT UNTUK PENAGIHAN PAJAK PUSAT, TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK TATA CARA DAN JADWAL WAKTU PELAKSANAAN
INDONESIA NOMOR  PENAGIHAN PAJAK
147/KMK.04/1998
42 1998 KEPUTUSAN MENTERI PEMBLOKIRAN DAN PENYITAAN HARTA KEKAYAAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PENANGGUNG PAJAK YANG TERSIMPAN PADA BANK
INDONESIA NOMOR DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
148/KMK.04/1998
43 1998 KEPUTUSAN MENTERI SYARAT-SYARAT, TATA CARA PENGANGKATAN DAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PEMBERHENTIAN JURUSITA PAJAK
INDONESIA NOMOR
149/KMK.04/1998
44 1988 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN
INDONESIA NOMOR KETETAPAN PAJAK
186/KMK.04/1998
45 1999 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 147/KMK.04/1998 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT UNTUK
INDONESIA NOMOR PENAGIHAN PAJAK PUSAT, TATA CARA DAN JADWAL WAKTU
21/KMK.01/1999 PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK
46 1999 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 234/KMK.05/1996 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN
INDONESIA NOMOR PIUTANG BEA MASUK, CUKAI, DENDA ADMINISTRASI,
22/KMK.01/1999 BUNGA, DAN PAJAK DALAM RANGKA IMPOR
47 1999 KEPUTUSAN MENTERI RALAT KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK MASIH BERLAKU

123
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KMK.01/1999 TANGGAL 15 JANUARI
INDONESIA NOMOR 1999 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI
22/KMK.01/1999 KEUANGAN NOMOR 234/KMK.05/1996 TENTANG TATA CARA
PENAGIHAN PIUTANG BEA MASUK, CUKAI, DENDA
ADMINISTRASI, BUNGA, DAN PAJAK DALAM RANGKA IMPOR
48 1999 KEPUTUSAN MENTERI PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH
INDONESIA NOMOR
330/KMK.04/1999
49 2000 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PELAKSANAAN SURAT PAKSA DAN PENYITAAN DI TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK LUAR WILAYAH KERJA PEJABAT YANG MENERBITKAN SURAT
INDONESIA NOMOR PAKSA
148/KMK.04/2000
50 2000 KEPUTUSAN MENTERI PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH SERTA PENYAMPAIAN
INDONESIA NOMOR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
533/KMK.04/2000
51 2000 KEPUTUSAN MENTERI BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN SERTA TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KETERANGAN DAN ATAU DOKUMEN YANG HARUS
INDONESIA NOMOR DILAMPIRKAN
534/KMK.04/2000
52 2000 KEPUTUSAN MENTERI WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN
INDONESIA NOMOR
535/KMK.04/2000
53 2000 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PEMBERITAHUAN
INDONESIA NOMOR
536/KMK.04/2000
54 2000 KEPUTUSAN MENTERI WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA KARENA
INDONESIA NOMOR TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN DALAM
537/KMK.04/2000 JANGKA WAKTU YANG DITENTUKAN

124
55 2000 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PEMBAYARAN PAJAK
INDONESIANOMOR
538/KMK.04/2000
56 2000 KEPUTUSAN MENTERI PIHAK LAIN YANG DAPAT DIBERIKAN KETERANGAN OLEH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PEJABAT DAN TENAGA AHLI YANG DITUNJUK MENGENAI
INDONESIA NOMOR SEGALA SESUATU YANG DIKETAHUI ATAU DIBERITAHUKAN
539/KMK.04/2000 KEPADANYA OLEH WAJIB PAJAK DALAM RANGKA JABATAN
ATAU PEKERJAANNYA UNTUK MENJALANKAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN
57 2000 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEPADA WAJIB TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK
INDONESIA NOMOR
540/KMK.04/2000
58 2000 KEPUTUSAN MENTERI PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PENYETORAN PAJAK, TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK, TATA
INDONESIA NOMOR CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK,
541/KMK.04/2000  SERTA TATA CARA PEMBERIAN ANGSURAN ATAU
PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK
59 2000 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN
INDONESIANOMOR KETETAPAN PAJAK
542/KMK.04/2000
60 KEPUTUSAN MENTERI PENGGUNAAN BAHASA ASING DALAM PEMBUKUAN ATAU MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PENCATATAN WAJIB PAJAK
INDONESIA NOMOR
543/KMK.04/2000
61 2000 KEPUTUSAN MENTERI KRITERIA WAJIB PAJAK YANG DAPAT DIBERIKAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
INDONESIA NOMOR PAJAK
544/KMK.04/2000
62 2000 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK

125
INDONESIA NOMOR
545/KMK.04/2000
63 2000 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK NOMOR 234/KMK.05/1996 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN
INDONESIA NOMOR PIUTANG BEA MASUK, CUKAI, SANKSI ADMINISTRASI, BUNGA,
483/KMK.05/2000 DAN PAJAK DALAM RANGKA IMPOR
64 2000 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK SEKALIGUS DAN PELAKSANAAN SURAT PAKSA
INDONESIA NOMOR
561/KMK.04/2000
65 2000 KEPUTUSAN MENTERI SYARAT-SYARAT, TATA CARA PENGANGKATAN DAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PEMBERHENTIAN JURUSITA PAJAK
INDONESIA NOMOR
562/KMK.04/2000
66 2000 KEPUTUSAN MENTERI PEMBLOKIRAN DAN PENYITAAN HARTA KEKAYAAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PENANGGUNG PAJAK YANG TERSIMPAN PADA BANK DALAM
INDONESIA NOMOR RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
563/KMK.04/2000
67 2000 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PELAKSANAAN SURAT PAKSA DAN PENYITAAN DI TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK LUAR WILAYAH KERJA PEJABAT YANG MENERBITKAN SURAT
INDONESIA NOMOR PAKSA
564/KMK.04/2000
68 2000 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAN PENETAPAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK BESARNYA PENGHAPUSAN
INDONESIA NOMOR
565/KMK.04/2000
69 2000 KEPUTUSAN MENTERI PERSYARATAN SEORANG KUASA UNTUK MENJALANKAN HAK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DAN MEMENUHI KEWAJIBAN MENURUT KETENTUAN
INDONESIA NOMOR PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN
576/KMK.04/2000
70 2001 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEPADA WAJIB TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK
INDONESIA NOMOR

126
683/KMK.03/2001
71 2002 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN DAN PEMBERIAN KODE KANTOR PELAYANAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK
INDONESIA NOMOR
58/KMK.03/2002
72 2002 KEPUTUSAN MENTERI TATA CARA PENYITAAN KEKAYAAN PENANGGUNG PAJAK TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK BERUPA PIUTANG DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK
INDONESIA NOMOR DENGAN SURAT PAKSA
85/KMK.03/2002
73 2002 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 5/KMK.01/1993 TENTANG PENUNJUKAN BANK SEBAGAI BANK
INDONESIA NOMOR PERSEPSI DALAM RANGKA PENGELOLAAN SETORAN
210/KMK.03/2002 PENERIMAAN NEGARA
74 2002 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 565/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN
INDONESIA NOMOR PIUTANG PAJAK DAN PENETAPAN BESARNYA PENGHAPUSAN
539/KMK.03/2002
75 2003 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 65/KMK.01/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
INDONESIA NOMOR KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB
38/KMK.01/2003 PAJAK BESAR DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK
BESAR
76 2003 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 536/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN
INDONESIA NOMOR PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN
82/KMK.03/2003
77 2003 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 544/KMK.04/2000 TENTANG KRITERIA WAJIB PAJAK YANG
INDONESIA NOMOR DAPAT DIBERIKAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN
235/KMK.03/2003 KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
78 2003 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 541/KMK.04/2000
INDONESIA NOMOR TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO

127
326/KMK.03/2003 PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK, TEMPAT
PEMBAYARAN PAJAK, TATA CARA PEMBAYARAN,
PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK SERTA TATA CARA
PEMBERIAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN PEMBAYARAN
PAJAK
79 2004 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 58/KMK.03/2002 TENTANG PERUBAHAN DAN PEMBERIAN
INDONESIA NOMOR KODE KANTOR PELAYANAN PAJAK
106/KMK.03/2004
80 2004 KEPUTUSAN MENTERI PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PADA KANTOR WILAYAH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB PAJAK BESAR
INDONESIA NOMOR
342/KMK.03/2004
81 2004 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK NOMOR 58/KMK.03/2002 TENTANG PERUBAHAN DAN
INDONESIA NOMOR PEMBERIAN KODE KANTOR PELAYANAN PAJAK
382/KMK.03/2004
82 2005 KEPUTUSAN MENTERI ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK JENDERAL PAJAK SUMATERA BAGIAN TENGAH DAN KANTOR
INDONESIA NOMOR PELAYANAN PAJAK MADYA DI LINGKUNGAN
579/KMK.01/2005 KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMATERA
BAGIAN TENGAH
83 2005 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KE LUAR NEGERI
INDONESIA NOMOR
178/KMK.03/2005
84 2005 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KE LUAR NEGERI
INDONESIA NOMOR
179/KMK.03/2005
85 2005 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KE LUAR NEGERI
INDONESIA NOMOR

128
180/KMK.03/2005
86 2005 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KE LUAR NEGERI
INDONESIA NOMOR
181/KMK.03/2005
87 2005 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KE LUAR NEGERI
INDONESIA NOMOR
182/KMK.03/2005
88 2005 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KE LUAR NEGERI
INDONESIA NOMOR
183/KMK.03/2005
89 2005 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK NOMOR 58/KMK.03/2002
INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN DAN PEMBERIAN KODE KANTOR
413/KMK.03/2005 PELAYANAN PAJAK
90 2006 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN MENTERI TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KEUANGAN NOMOR 58/KMK.03/2002 TENTANG PERUBAHAN
INDONESIA NOMOR DAN PEMBERIAN KODE KANTOR PELAYANAN PAJAK
10/KMK.01/2006
91 2006 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK NOMOR 58/KMK.03/2002
INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN DAN PEMBERIAN KODE KANTOR
423/KMK.01/2006 PELAYANAN PAJAK
92 2006 KEPUTUSAN MENTERI TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PAJAK TERTENTU
INDONESIA NOMOR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA TANGERANG
270/KMK.03/2006
93 2006 KEPUTUSAN MENTERI PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PADA KANTOR WILAYAH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA V
INDONESIA NOMOR
491/KMK.03/2006

129
94 2006 KEPUTUSAN MENTERI PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PADA KANTOR WILAYAH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAWA BAGIAN TENGAH I
INDONESIA NOMOR
488/KMK.03/2006
95 2006 KEPUTUSAN MENTERI PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PADA KANTOR WILAYAH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAWA BAGIAN TIMUR I
INDONESIA NOMOR
489/KMK.03/2006
96 2006 KEPUTUSAN MENTERI PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAWA
INDONESIA NOMOR BAGIAN BARAT I
602/KMK.03/2006
97 2006 KEPUTUSAN MENTERI PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PADA KANTOR WILAYAH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA I
INDONESIA NOMOR
603/KMK.03/2006
98 2006 KEPUTUSAN MENTERI PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PADA KANTOR WILAYAH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMATERA BAGIAN TENGAH
INDONESIA NOMOR
604/KMK.03/2006
99 2006 KEPUTUSAN MENTERI PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PADA KANTOR WILAYAH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAWA BAGIAN TENGAH II
INDONESIA NOMOR
605/KMK.03/2006
100 2007 KEPUTUSAN MENTERI KODE KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN TIDAK BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK KANTOR PELAYANAN PAJAK
INDONESIA NOMOR
161/KMK.01/2007
101 2007 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK 161/KMK.01/2007 TENTANG KODE KANTOR WILAYAH
INDONESIA NOMOR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN KANTOR PELAYANAN
315/KMK.01/2007 PAJAK
102 2007 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN PEJABAT DAN/ATAU TENAGA AHLI YANG DAPAT MASIH BERLAKU

130
KEUANGAN REPUBLIK MEMBERIKAN KETERANGAN KEPADA PEJABAT LEMBAGA
INDONESIA NOMOR NEGARA ATAU INSTANSI PEMERINTAH YANG BERWENANG
510/KMK.03/2007 MELAKUKAN PEMERIKSAAN DALAM BIDANG KEUANGAN
NEGARA
103 2008 KEPUTUSAN MENTERI PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK NOMOR 161/KMK.01/2007 TENTANG KODE KANTOR
INDONESIA NOMOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN
138/KMK.01/2008 KANTOR PELAYANAN PAJAK
104 2011 KEPUTUSAN MENTERI PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGANAN PENGENAAN SANKSI MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK SESUAI KETENTUAN
INDONESIA NOMOR PASAL 36A UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983
10/KMK.03/2011 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009
105 2011 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN TATA CARA PEMBAHASAN KEBERATAN DAN MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK REVIU ATAS KEPUTUSAN KEBERATAN
INDONESIA NOMOR :
328/KMK.03/2011
106 2016 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN TEMPAT TERTENTU SEBAGAI TEMPAT MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK PENYAMPAIAN
INDONESIA NOMOR SURAT PERNYATAAN HARTA UNTUK PENGAMPUNAN PAJAK  
656/KMK.03/2016
107 2016 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN KANTOR PUSAT DAN KANTOR WILAYAH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SEBAGAI TEMPAT TERTENTU
INDONESIA NOMOR UNTUK TEMPAT PENYAMPAIAN SURAT PERNYATAAN HARTA
658/KMK.03/2016 DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
108 2017 KEPUTUSAN MENTERI PENETAPAN APLIKASI, PROSEDUR PENGAJUAN, TATA NASKAH MASIH BERLAKU
KEUANGAN REPUBLIK DINAS ELEKTRONIK, DAN KODE KHUSUS NASKAH DINAS,
INDONESIA NOMOR USULAN PEMBUKAAN
12/KMK.03/2017 RAHASIA BANK SECARA ELEKTRONIK

d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak

131
NO. TAHUN NOMOR PERATURAN TENTANG KETERANGAN
DIRJEN PAJAK

1. 2004 NOMOR PER - PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
184/PJ./2004 PAJAK NOMOR : KEP-383/PJ/2002 TENTANG TATA CARA
PEMBAYARAN SETORAN PAJAK MELALUI SISTEM
PEMBAYARAN ON-LINE DAN PENYAMPAIAN SURAT
PEMBERITAHUAN DALAM BENTUK DIGITAL
2. 2005 NOMOR PER - PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
37/PJ./2005 NOMOR : KEP-133/PJ./2004
TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA
OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR
WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA
KHUSUS SELAIN KANTOR PELAYANAN PAJAK BADAN USAHA
MILIK NEGARA
3. 2005 NOMOR PER - PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
59/PJ./2005 PAJAK NOMOR : KEP-549/PJ./2000 TENTANG SAAT
PEMBUATAN, BENTUK, UKURAN, PENGADAAN, TATA CARA
PENYAMPAIAN, DAN TATA CARA PEMBETULAN FAKTUR PAJAK
STANDAR
4. 2005 NOMOR KEP - ANGSURAN BULANAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 TAHUN MASIH BERLAKU
62/PJ./2005 2005 SEHUBUNGAN DENGAN PENYESUAIAN BESARNYA
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
5. 2005 NOMOR KEP - 68/PJ/2005 PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN PAJAK MASIH BERLAKU
PENGHASILAN PASAL 29 TAHUN PAJAK 2004 SEHUBUNGAN
DENGAN HARI LIBUR NASIONAL
6. 2005 NOMOR PER - 91/PJ/2005 PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
NOMOR KEP-67/PJ./2004
TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN BAGI WAJIB PAJAK
TERTENTU DAN ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI
PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU

132
7. 2005 NOMOR KEP - PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KANTOR TIDAK BERLAKU
142/PJ./2005

8. 2005 NOMOR KEP - TATA CARA PENERBITAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
144/PJ./2005 SECARA JABATAN OLEH KANTOR PUSAT DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK DAN PENGHAPUSANNYA

9. 2005 NOMOR PER - BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT MASIH BERLAKU
145/PJ./2005 PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(SPT MASA PPN)

10. 2005 NOMOR PER - TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS (SKB) TIDAK BERLAKU
160/PJ/2005 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO
DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK
INDONESIA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DANA PENSIUN
YANG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENTERI
KEUANGAN
11. 2005 NOMOR PER - TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK KE KANTOR MASIH BERLAKU
177/PJ/2005 PELAYANAN PAJAK MADYA BATAM

12. 2005 NOMOR PER - TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TIDAK BERLAKU
176/PJ/2005 YANG DIKUKUHKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
BATAM

13. 2005 NOMOR PER - TATA CARA PENGGUNAAN FORMULIR PERPAJAKAN DAN MASIH BERLAKU
175/PJ/2005 FAKTUR PAJAK LAMA
OLEH WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK MADYA BATAM
14. 2005 NOMOR PER - RALAT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - MASIH BERLAKU
160/PJ/2005 160/PJ/2005 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT
KETERANGAN BEBAS (SKB) PEMOTONGAN PAJAK

133
PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN
SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEH DANA PENSIUN YANG
PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENTERI KEUANGAN
15. 2006 NOMOR PER - BENTUK SURAT SETORAN PAJAK TIDAK BERLAKU
01/PJ./2006
16. 2006 NOMOR KEP - 30/PJ/2006 POJOK PAJAK MASIH BERLAKU

17. 2006 NOMOR KEP - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
47/PJ./2006 NOMOR KEP-144/PJ./2005
TENTANG TATA CARA PENERBITAN NOMOR POKOK WAJIB
PAJAK SECARA JABATAN
OLEH KANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN
PENGHAPUSANNYA
18. 2006 NOMOR PER - TATA CARA PENGGUNAAN FORMULIR PERPAJAKAN DAN MASIH BERLAKU
71/PJ./2006 FAKTUR PAJAK LAMA
OLEH WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK MADYA PEKANBARU, KANTOR PELAYANAN
PAJAK MADYA TANGERANG, KANTOR PELAYANAN PAJAK
MADYA BEKASI, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
DENPASAR
19. 2006 NOMOR PER - TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK
72/PJ./2006 YANG DIKUKUHKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
PEKANBARU,
KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA TANGERANG, KANTOR
PELAYANAN PAJAK
MADYA BEKASI, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
DENPASAR
20. 2006 NOMOR PER - TATACARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK KE KANTOR MASIH BERLAKU
73/PJ./2006 PELAYANAN PAJAK MADYA PEKANBARU, KANTOR PELAYANAN
PAJAK MADYA TANGERANG, KANTOR PELAYANAN PAJAK
MADYA BEKASI, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA

134
DENPASAR
21. 2006 NOMOR PER - 89/PJ/2006 TATA CARA PEMBATALAN/PENGGANTIAN SURAT PERINTAH MASIH BERLAKU
MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK (SMKP)
DAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR IMBALAN BUNGA (SPMIB)
YANG TIDAK DAPAT DITERBITKAN SURAT PERINTAH
PENCAIRAN DANA (SP2D)
22. 2006 NOMOR PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
102/PJ/2006 NOMOR PER-01/PJ./2006
TENTANG BENTUK SURAT SETORAN PAJAK

23. 2006 NOMOR PER - SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
104/PJ./2006 WAJIB PAJAK BADAN,
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI, DAN SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TAHUN 2006
BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA

24. 2006 NOMOR PER - JANGKA WAKTU PENYELESAIAN DAN TATA CARA TIDAK BERLAKU
122/PJ./2006 PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, ATAU PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI
DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
25. 2006 NOMOR PER - PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN LAPANGAN TIDAK BERLAKU
123/PJ/2006

26. 2006 NOMOR PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
176/PJ./2006 NOMOR PER-123/PJ./2006
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
LAPANGAN
27. 2006 NOMOR PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
173/PJ./2006 NOMOR KEP-142/PJ./2005

135
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KANTOR
28. 2006 NOMOR PER - TATA CARA PEMUTAKHIRAN DATA OBJEK PAJAK DAN TIDAK BERLAKU
175/PJ./2006 EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA
DAN/ATAU MEMILIKI TEMPAT USAHA DI PUSAT
PERDAGANGAN DAN/ATAU PERTOKOAN
29. 2006 NOMOR PER - 6/PJ./2007 PENGHAPUSAN SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN TIDAK BERLAKU
PAJAK DALAM MASA TRANSISI PEMBERLAKUAN MODUL
PENERIMAAN NEGARA
30. 2007 NOMOR PER - 16/PJ/2007 PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TIDAK BERLAKU
YANG BERSTATUS SEBAGAI PENGURUS, KOMISARIS,
PEMEGANG SAHAM/PEMILIK DAN PEGAWAI MELALUI
PEMBERI KERJA/BENDAHARAWAN PEMERINTAH
31. 2007 NOMOR PER - TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK KE KANTOR TIDAK BERLAKU
48/PJ./2007 PELAYANAN PAJAK MADYA

32. 2007 NOMOR PER - TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TIDAK BERLAKU
47/PJ./2007 YANG DIKUKUHKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA

33. 2007 NOMOR PER - TATA CARA PENGGUNAAN FORMULIR PERPAJAKAN DAN TIDAK BERLAKU
46/PJ./2007 FAKTUR PAJAK LAMA
OLEH WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK MADYA
34. 2007 NOMOR PER - TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DALAM RANGKA TIDAK BERLAKU
45/PJ./2007 PENAMBAHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK WAJIB PAJAK BESAR SATU, KANTOR PELAYANAN PAJAK
WAJIB PAJAK BESAR DUA, KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
JAKARTA PUSAT DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
BEKASI
35. 2007 NOMOR PER - TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TIDAK BERLAKU
44/PJ./2007 YANG DIKUKUHKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB
PAJAK BESAR SATU, KANTOR PELAYAN PAJAK WAJIB PAJAK
BESAR DUA, KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA JAKARTA

136
PUSAT DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA BEKASI
36. 2007 NOMOR PER - TATA CARA PENGGUNAAN FORMULIR PERPAJAKAN DAN TIDAK BERLAKU
43/PJ./2007 FAKTUR PAJAK LAMA SEHUBUNGAN DENGAN PENAMBAHAN
WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK
BESAR SATU, KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR
DUA, KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA JAKARTA PUSAT
DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA BEKASI
37. 2007 NOMOR PER - SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
81/PJ./2007 WAJIB PAJAK BADAN,
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI,
DAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 TAHUN 2007
BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA
38. 2007 NOMOR PER - PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
109/PJ./2007 NOMOR KEP-627/PJ/2001
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBLOKIRAN DAN
PENYITAAN HARTA KEKAYAAN PENANGGUNG PAJAK YANG
TERSIMPAN PADA BANK DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK
DENGAN SURAT PAKSA
39. 2007 NOMOR PER - BENTUK DAN TATA CARA PENGGUNAAN TEMPLATE DALAM MASIH BERLAKU
114/PJ./2007 BAHASA INGGRIS UNTUK
SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(SPT MASA PPN)
DAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN (SPT TAHUNAN PPh)
40. 2007 NOMOR PER - EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MELALUI TIDAK BERLAKU
116/PJ./2007 PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

41. 2007 NOMOR PER - PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN TIDAK BERLAKU
01/PJ.07/2007 PEMBETULAN KETETAPAN PAJAK, KEBERATAN,
PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI,
DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK

137
YANG TIDAK BENAR PAJAK PENGHASILAN, PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH
42. 2007 NOMOR PER - SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
161/PJ/2007 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SANGAT SEDERHANA TAHUN
2007
 
43. 2007 NOMOR PER - PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
160/PJ/2007 NOMOR KEP-161/PJ/2001 TENTANG JANGKA WAKTU
PENDAFTARAN DAN PELAPORAN KEGIATAN USAHA, TATA
CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK, SERTA PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK                 
44. 2007 NOMOR PER - TATA CARA PELAKSANAAN KONSELING TERHADAP WAJIB TIDAK BERLAKU
170/PJ/2007 PAJAK SEBAGAI TINDAK LANJUT SURAT HIMBAUAN

45. 2008 NOMOR PER - 1/PJ./2008 PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DAN TIDAK BERLAKU
PROSEDUR DALAM
RANGKA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
46. 2008 NOMOR PER - 8/PJ/2008 PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
PER-161/PJ/2007 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SANGAT SEDERHANA TAHUN 2007
47. 2008 NOMOR PER - 9/PJ/2008 TEMPAT PENDAFTARAN BAGI WAJIB PAJAK TERTENTU DAN TIDAK BERLAKU
ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI PENGUSAHA KENA
PAJAK TERTENTU
48. 2008 NOMOR PER - TEMPAT PAJAK TERUTANG BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TIDAK BERLAKU
10/PJ./2008 YANG SEBELUMNYA DIKUKUHKAN PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK
WAJIB PAJAK BESAR ATAU KANTOR PELAYANAN PAJAK
MADYA

138
49. 2008 NOMOR PER -11/PJ./2008 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TIDAK BERLAKU
PENGUSAHA KENA PAJAK
DALAM RANGKA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU
PENGUSAHA KENA PAJAK YANG SEMULA
TERDAFTAR DAN MELAPORKAN USAHANYA PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK
DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK JAKARTA KHUSUS
50. 2008 NOMOR PER - TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU MASIH BERLAKU
12/PJ./2008 PENGUSAHA KENA PAJAK
DALAM RANGKA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU
PENGUSAHA KENA PAJAK DARI DAN KE KANTOR PELAYANAN
PAJAK MADYA
51. 2008 NOMOR 13/PJ/2008 BENTUK DAN TATA CARA PENGGUNAAN TEMPLATE DALAM TIDAK BERLAKU
BAHASA INGGRIS UNTUK
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK BADAN DAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TAHUN 2007
52. 2008 NOMOR PER - BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT TIDAK BERLAKU
14/PJ./2008 PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT
MASA PPN) DALAM BENTUK FORMULIR KERTAS (HARD COPY)
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN DI KPP
PRATAMA, DALAM RANGKA PENGOLAHAN DATA DAN
DOKUMEN DI PUSAT PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN
PERPAJAKAN
53. 2008 NOMOR PER - 15/PJ/2008 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TIDAK BERLAKU
PENGUSAHA KENA PAJAK
DALAM RANGKA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU
PENGUSAHA KENA PAJAK
DARI DAN KE KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
54. 2008 NOMOR : PER TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN MASIH BERLAKU
-18/PJ/2008 PAJAK PENGHASILAN ATAS DISKONTO SURAT
PERBENDAHARAAN NEGARA

139
55. 2008 NOMOR PER - 19/PJ/2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN LAPANGAN TIDAK BERLAKU

56. 2008 NOMOR PER - 20/PJ/2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KANTOR TIDAK BERLAKU

57. 2008 NOMOR PER - 22/PJ/2008 TATA CARA PEMBAYARAN DAN PELAPORAN MASIH BERLAKU
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
58. 2008 NOMOR PER - 23/PJ/2008 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK MASIH BERLAKU
DAN OBJEK PAJAK  DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI LUAR PULAU JAWA DAN BALI
59. 2008 NOMOR 24/PJ/2008 SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
WAJIB PAJAK BADAN DAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BESERTA
PETUNJUK PENGISIANNYA
60. 2008 NOMOR 25/PJ/2008 BENTUK DAN ISI NOTA PENGHITUNGAN, TIDAK BERLAKU
SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT TAGIHAN PAJAK

61. 2008 NOMOR 26/PJ/2008 TATA CARA PENANGANAN WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI TIDAK BERLAKU
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DENGAN PENGGUNA GANDA

62. 2008 NOMOR PER - PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN
28/PJ./2008 PENGGUNAAN NILAI BUKU ATAS
 PENGALIHAN HARTA DALAM RANGKA PENGGABUNGAN,
PELEBURAN, ATAU PEMEKARAN USAHA
63. 2008 NOMOR 27/PJ/2008 TATA CARA PENYAMPAIAN, PENGADMINISTRASIAN, SERTA TIDAK BERLAKU
PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI SEHUBUNGAN
DENGAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI UNTUK
TAHUN PAJAK 2007 DAN SEBELUMNYA, DAN SEHUBUNGAN
DENGAN PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI ATAU
WAJIB PAJAK BADAN UNTUK TAHUN PAJAK SEBELUM TAHUN
PAJAK 2007
64. 2008 NOMOR 29/PJ/2008 BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT TIDAK BERLAKU

140
PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT
MASA PPN) DALAM BENTUK FORMULIR KERTAS (HARD COPY)
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK, DALAM RANGKA PENGOLAHAN
DATA DAN DOKUMEN DI PUSAT PENGOLAHAN DATA DAN
DOKUMEN PERPAJAKAN
65. 2008 NOMOR 30/PJ/2008 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
NOMOR 27/PJ/2008 TATA CARA PENYAMPAIAN,
TENTANG PENGADMINISTRASIAN, SERTA PENGHAPUSAN SANKSI
ADMINISTRASI SEHUBUNGAN DENGAN PENYAMPAIAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI UNTUK TAHUN PAJAK 2007 DAN
SEBELUMNYA, DAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMBETULAN
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI ATAU WAJIB PAJAK BADAN
UNTUK TAHUN PAJAK SEBELUM TAHUN PAJAK 2007

66. 2008 NOMOR PER - 32/PJ/2008 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
NOMOR PER-116/PJ./2007 TENTANG EKSTENSIFIKASI WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI MELALUI PENDATAAN OBJEK PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN
67. 2008 NOMOR PER - 11/PJ/2008 RALAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
PER - 11/PJ/2008
TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK
DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK DALAM RANGKA
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA
PAJAK
YANG SEMULA TERDAFTAR DAN MELAPORKAN USAHANYA
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DILINGKUNGAN KANTOR
WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA KHUSUS
68. 2008 NOMOR PER - 15/PJ/2008 RALAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
PER-15/PJ/2008

141
TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK
DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK DALAM RANGKA
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA
PAJAK
DARI DAN KE KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
69. 2008 NOMOR 33/PJ/2008 PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR TIDAK BERLAKU
25/PJ/2008 TENTANG BENTUK DAN ISI NOTA
PENGHITUNGAN, SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT
TAGIHAN PAJAK
70. 2008 NOMOR PER - 34/PJ/2008 BENTUK DAN ISI FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TIDAK BERLAKU
TERHUTANG
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
71. NOMOR 35/PJ/2008 KEWAJIBAN PEMILIKAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DALAM MASIH BERLAKU
RANGKAPENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN
72. 2008 NOMOR PER - 37/PJ/2008 TATA CARA PEMBETULAN KESALAHAN TULIS, KESALAHAN TIDAK BERLAKU
HITUNG, DAN/ATAU KEKELIRUAN PENERAPAN KETENTUAN
TERTENTU DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAN BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN BANGUNAN
73. 2008 NOMOR : PER - TATA CARA PEMBERIAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN TIDAK BERLAKU
38/PJ/2008 PEMBAYARAN PAJAK
74. 2008 NOMOR 39/PJ/2008 SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN MASIH BERLAKU
PASAL 21 TAHUN 2008 BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA

75. 2008 NOMOR - 44/PJ/2008 TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK TIDAK BERLAKU
DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK,
PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK

76. 2008 NOMOR 42/PJ/2008 PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TIDAK BERLAKU
PAJAK NOMOR KEP-108/PJ.1/1996 TENTANG BENTUK
FORMULIR

142
PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN
77. 2008 NOMOR : PER - POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK TIDAK BERLAKU
43/PJ/2008
78. 2008 NOMOR PER - 48/PJ/2008 TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK TIDAK BERLAKU
PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
79. 2008 NOMOR 47/PJ/2008 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN DAN TIDAK BERLAKU
PENYAMPAIAN
PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN SECARA
ELEKTRONIK (e-FILING) MELALUI PERUSAHAAN PENYEDIA
JASA APLIKASI (ASP)
80. NOMOR PER - 51/PJ/2008 TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAKBAGI TIDAK BERLAKU
ANGGOTA KELUARGA

81. 2008 NOMOR : PER - PETUNJUK PELAKSANAAN PENYEGELAN DALAM RANGKA TIDAK BERLAKU
54/PJ/2008 PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN

82. 2009 NOMOR : PER - 4/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PENCATATAN BAGI WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
ORANG PRIBADI
83. 2009 NOMOR 6/PJ/2009 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN DALAM TIDAK BERLAKU
BENTUK ELEKTRONIK
84. 2009 NOMOR : PER - 5/PJ/2009 PROSEDUR PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK TIDAK BERLAKU

85. 2009 NOMOR 7/PJ/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
NOMOR PER-24/PJ/2008 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN DAN
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BESERTA PETUNJUK
PENGISIANNYA
86. 2009 NOMOR : PER - 9/PJ/2009 TEMPAT DAN CARA LAIN PENGAMBILAN SPT MASIH BERLAKU
87. 2009 NOMOR PER - 11/PJ/2009 PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
PER-179/PJ/2007

143
TENTANG TEMPAT LAIN YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
MENERIMA SURAT PEMBERITAHUAN
88. 2009 NOMOR : PER - TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN DAN MASIH BERLAKU
12/PJ/2009 PENGADMINISTRASIAN PENILAIAN
KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN UNTUK TUJUAN
PERPAJAKAN
89. 2009 NOMOR PER - 13/PJ/2009 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG TATA CARA
PENYAMPAIAN, PENGADMINISTRASIAN, SERTA
PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI SEHUBUNGAN
DENGAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
UNTUK TAHUN PAJAK 2007 DAN SEBELUMNYA, DAN
SEHUBUNGAN DENGAN PEMBETULAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI ATAU WAJIB PAJAK BADAN UNTUK
TAHUN PAJAK SEBELUM TAHUN PAJAK 2007
90. 2009 NOMOR PER - 17/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ATAS SURAT TIDAK BERLAKU
PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI LEBIH
BAYAR BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DENGAN RISIKO
SANGAT RENDAH
91. 2009 NOMOR PER - 15/PJ/2009 TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG BAGI TIDAK BERLAKU
PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR ATAU KANTOR
PELAYANAN PAJAK MADYA
92. 2009 NOMOR PER - 17/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ATAS SURAT TIDAK BERLAKU
PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI LEBIH
BAYAR BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DENGAN RISIKO
SANGAT RENDAH
93. 2009 NOMOR PER - 15/PJ/2009 TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG BAGI TIDAK BERLAKU
PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR
ATAU KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA

144
94. 2009 NOMOR : PER - PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR TIDAK BERLAKU
18/PJ/2009 PER-43/PJ/2008 TENTANG POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK

95. 2009 NOMOR 19/PJ/2009 TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT TIDAK BERLAKU
PEMBERITAHUAN TAHUNAN
96. 2009 NOMOR PER - 20/PJ/2009 PEDOMAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN, PENGELOLAAN, TIDAK BERLAKU
DAN PENGAWASAN DATA
97. 2009 NOMOR : 21/PJ/2009 TATA CARA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN MASIH BERLAKU
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN

98. 2009 NOMOR 24/PJ/2009 TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK TIDAK BERLAKU
DAN/ATAU PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK DAN PERUBAHAN DATA WAJIB
PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK DENGAN SISTEM
E-REGISTRATION
99. 2009 NOMOR PER - 27/PJ/2009 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TIDAK BERLAKU
PENGUSAHA KENA PAJAK DALAM RANGKA PEMINDAHAN
WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK
KE KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR ORANG
PRIBADI
100.2009 NOMOR PER - 32/PJ/2009 BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK TIDAK BERLAKU
PENGHASILAN PASAL 21
DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI
PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
21 DAN/ATAU PASAL 2
101.2009 NOMOR PER - 34/PJ/2009 SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA
102.2009 NOMOR PER - 36/PJ/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
NOMOR PER-15/PJ/2009 TENTANG TEMPAT PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG BAGI PENGUSAHA KENA
PAJAK YANG DIKUKUHKAN PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR ATAU

145
KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
103.2009 NOMOR PER - 35/PJ/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
NOMOR PER-9/PJ/2008 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN
BAGI WAJIB PAJAK TERTENTU DAN/ATAU
TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK
TERTENTU
104.2009 NOMOR PER - 37/PJ/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
NOMOR PER-27/PJ/2009 TENTANG TATA CARA
PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA
KENA PAJAK DALAM RANGKA PEMINDAHAN WAJIB
PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK KE KANTOR
PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR ORANG PRIBADI
105.2009 NOMOR PER - 38/PJ/2009 BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK TIDAK BERLAKU

106.2009 NOMOR PER - 39/PJ/2009 SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
WAJIB PAJAK BADAN BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA
107.2009 NOMOR PER - 40/PJ/2009 TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN MASIH BERLAKU
PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN
TERTENTU
108.2009 NOMOR 41/PJ/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
NOMOR 44/PJ/2008
TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB
PAJAK DAN/ATAU
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, PERUBAHAN DATA
DAN PEMINDAHAN
WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK
109.2009 NOMOR PER - 45/PJ/2009 PEDOMAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN, PENGELOLAAN, TIDAK BERLAKU
DAN PENGAWASAN DATA

110.2009 NOMOR PER - 47/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TIDAK BERLAKU
TERHADAP WAJIB PAJAK
YANG DIDUGA MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG
PERPAJAKAN

146
111.2009 NOMOR PER - 48/PJ/2009 TATA CARA PEMBETULAN KESALAHAN TULIS, KESALAHAN TIDAK BERLAKU
HITUNG, DAN/ATAU KEKELIRUAN PENERAPAN KETENTUAN
TERTENTU DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN
112.2009 NOMOR PER - 50/PJ/2009 TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA TIDAK BERLAKU
PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN
PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG TEMPAT  KEGIATAN
USAHA ATAU TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
TERUTANG DI KAWASAN BEBAS
113.2009 NOMOR PER - TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN TIDAK BERLAKU
49/PJ./2009
114.2009 NOMOR PER - 52/PJ/2009 PENUNJUKAN PEMOTONG, TATA CARA PEMOTONGAN, MASIH BERLAKU
PENYETORAN DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 ATAS
PENGHASILAN DARI PENJUALAN
ATAU PENGALIHAN HARTA DI INDONESIA, KECUALI YANG
DIATUR DALAM PASAL 4
AYAT (2) UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK LUAR NEGERI
SELAIN BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA
115.2009 NOMOR PER - RALAT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- MASIH BERLAKU
50/PJ./2009 50/PJ./2009
TENTANG TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN
SURAT KEPUTUSAN PEMUSATAN TEMPAT PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG BAGI PENGUSAHA KENA
PAJAK YANG TEMPAT KEGIATAN USAHA ATAU TEMPAT PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG DI KAWASAN BEBAS
116.2009 NOMOR PER - 54/PJ/2009 TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK TERDAFTAR TIDAK BERLAKU
DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK TERDAFTAR DARI
KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA SEHUBUNGAN DENGAN
PERUBAHAN TEMPAT TINGGAL ATAU TEMPAT KEDUDUKAN

147
DAN/ATAU TEMPAT KEGIATAN USAHA
117.2009 NOMOR PER - 56/PJ/2009 TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN TIDAK BERLAKU
PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, DAN
PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT PEMBERITAHUAN
PAJAK TERUTANG, SURAT KETETAPAN PAJAK PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN, DAN SURAT TAGIHAN
PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG TIDAK BENAR
118.2009 NOMOR PER - PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN TIDAK BERLAKU
62/PJ./2009 PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

119.2009 NOMOR PER - 61/PJ/2009 TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN TIDAK BERLAKU
PAJAK BERGANDA
120.2009 NOMOR PER - 61/PJ/2009 RALAT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- MASIH BERLAKU
61/PJ/2009 TENTANG
TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN
PAJAK BERGANDA
121.2009 NOMOR PER - 65/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBUATAN JAMINAN DALAM TIDAK BERLAKU
BENTUK ESCROW ACCOUNT DAN PELUNASAN PAJAKBERIKUT
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA
122.2009 NOMOR PER - 66/PJ/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
NOMOR PER - 34/PJ/2009
TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BESERTA
PETUNJUK PENGISIANNYA
123.2010 NOMOR PER - 1/PJ/2010 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
NOMOR PER - 19/PJ/2009
TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
124.2010 NOMOR PER - 9/PJ/2010 STANDAR PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN TIDAK BERLAKU
PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
125.2010 NOMOR PER - 11/PJ/2010 TATA CARA PERMOHONAN, PEMBERITAHUAN, PEMBERIAN, TIDAK BERLAKU
DAN PEMBATALAN IZIN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN

148
DENGAN MENGGUNAKAN
BAHASA INGGRIS DAN SATUAN MATA UANG DOLLAR
AMERIKA SERIKAT
126.2010 NOMOR PER - 21/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TIDAK BERLAKU
PAJAK NOMOR 25/PJ/2008 TENTANG BENTUK DAN ISI NOTA
PENGHITUNGAN, SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT
TAGIHAN PAJAK
127.2010 NOMOR PER - 23/PJ/2010 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
NOMOR PER-38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT
SETORAN PAJAK
128.2010 NOMOR : PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
24/PJ/2010 NOMOR PER-61/PJ./2009
TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN
PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
129.2010 NOMOR : PER - PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
25/PJ/2010 PER-62/PJ/2009
TENTANG PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN PERSETUJUAN
PENGHINDARAN PAJAK
BERGANDA
130.2010 NOMOR PER - 26/PJ/2010 TATA CARA PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK ATAS MASIH BERLAKU
PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN
131.2010 NOMOR PER - 31/PJ/2010 TATA CARA PENETAPAN PENGUSAHA KENA PAJAK BERISIKO MASIH BERLAKU
RENDAH
132.2010 NOMOR PER - 34/PJ/2010 BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN TIDAK BERLAKU
PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN
WAJIB PAJAK BADAN BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA
133.2010 NOMOR PER - 36/PJ/2010 PROSEDUR PENERBITAN KEMBALI SURAT KETETAPAN PAJAK TIDAK BERLAKU
KURANG BAYAR, SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR
TAMBAHAN, DAN/ATAU SURAT TAGIHAN PAJAK
134.2010 NOMOR PER - 38/PJ/2010 TATA CARA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TIDAK BERLAKU
INFORMASI, DATA, LAPORAN, DAN PENGADUAN
135.2010 NOMOR PER - 39/PJ/2010 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU

149
NOMOR PER-160/PJ/2005
TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN
BEBAS (SKB) PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS
BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA YANG DITERIMA
ATAU DIPEROLEH DANA
PENSIUN YANG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH
MENTERI KEUANGAN
136.2010 NOMOR PER - 40/PJ/2010 PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG TIDAK BERLAKU
SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG
BAGI WAJIB PAJAK LUAR NEGERI
137.2010 NOMOR PER - 11/PJ/2010 RALAT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- MASIH BERLAKU
11/PJ/2010
TENTANG TATA CARA PERMOHONAN, PEMBERITAHUAN,
PEMBERIAN, DAN
PEMBATALAN IZIN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
DENGAN MENGGUNAKAN
BAHASA INGGRIS DAN SATUAN MATA UANG DOLLAR
AMERIKA SERIKAT
138.2010 NOMOR PER - 48/PJ/2010 TATA CARA PELAKSANAAN PROSEDUR PERSETUJUAN MASIH BERLAKU
BERSAMA (MUTUAL AGREEMENT PROCEDURE)
BERDASARKAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK
BERGANDA
139.2010 NOMOR PER - 49/PJ/2010 PENCABUTAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
NOMOR PER-48/PJ/2008
TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
140.2010 NOMOR PER - 52 TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN TIDAK BERLAKU
/PJ/2010 PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
141.2010 NOMOR PER - 53/PJ/2010 TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN TIDAK BERLAKU

150
PENGEMBALIAN
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK
TERUTANG BERKAITAN
DENGAN SPTNP ATAU SPKTNP, KEPUTUSAN KEBERATAN,
PUTUSAN BANDING, ATAU
PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI
142.2010 NOMOR PER - 59/PJ/2010 TATA CARA PELAPORAN PENERIMAAN DIVIDEN, MASIH BERLAKU
PENGHITUNGAN BESARNYA PAJAK
YANG HARUS DIBAYAR, DAN PENGKREDITAN PAJAK
SEHUBUNGAN DENGAN PENETAPAN SAAT DIPEROLEHNYA
DIVIDEN OLEH WAJIB PAJAK DALAM NEGERI ATAS
PENYERTAAN MODAL PADA BADAN USAHA DI LUAR NEGERI
SELAIN BADAN USAHA YANG MENJUAL SAHAMNYA DI BURSA
EFEK
143.2010 NOMOR PER - 62/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TIDAK BERLAKU
PAJAK NOMOR
44/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR
POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA
KENA PAJAK, PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB
PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK
144.2011 NOMOR : PER - 3/PJ/2011 TATA CARA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DAN ANALISIS MASIH BERLAKU
INFORMASI, DATA, LAPORAN,
DAN PENGADUAN MELALUI PENGAMATAN ATAU KEGIATAN
INTELIJEN PERPAJAKAN
145.2011 NOMOR PER - 5/PJ/2011 TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN PERMOHONAN TIDAK BERLAKU
PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN YANG SEHARUSNYA
TIDAK TERUTANG
BAGI WAJIB PAJAK DALAM NEGERI
146.2011 NOMOR PER - 7/PJ/2011 TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MASIH BERLAKU

147.2011 NOMOR : PER - PENAMBAHAN WILAYAH KERJA DAN JENIS SURAT TIDAK BERLAKU
18/PJ/2011 PEMBERITAHUAN (SPT) YANG DIOLAH PUSAT PENGOLAHAN

151
DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN DALAM RANGKA UJI
COBA PERLUASAN CAKUPAN WILAYAH KERJA PUSAT
PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN
148.2011 NOMOR : PER - PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TIDAK BERLAKU
20/PJ/2011 PAJAK NOMOR PER-9/PJ/2008 TENTANG TEMPAT
PENDAFTARAN BAGI WAJIB PAJAK TERTENTU DAN/ATAU
TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK
TERTENTU
149.2011 NOMOR : PER - BENTUK DAN TATA CARA PENGGUNAAN TEMPLATE SURAT MASIH BERLAKU
25/PJ/2011 SETORAN PAJAK DALAM BAHASA INGGRIS

150.2011 NOMOR : PER - TATA CARA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PEMBAYARAN MASIH BERLAKU
29/PJ/2011 PAJAK PENGHASILAN
MINYAK BUMI DAN GAS BUMI DAN SURAT KETERANGAN
PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN MINYAK BUMI DAN GAS
BUMI SEMENTARA
151.2011 NOMOR : PER - BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK TIDAK BERLAKU
28/PJ/2011 PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN DI BIDANG USAHA HULU MINYAK DAN/ATAU GAS
BUMI
152.2011 NOMOR PER - 30/PJ/2011 PEDOMAN TEKNIS SENSUS PAJAK NASIONAL TIDAK BERLAKU

153.2011 NOMOR PER - 31/PJ/2011 PERCEPATAN PELAKSANAAN PEREKAMAN SURAT MASIH BERLAKU


PEMBERITAHUAN (SPT)
154.2011 NOMOR : PER - BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK TIDAK BERLAKU
28/PJ/2011 PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN DI BIDANG USAHA HULU MINYAK DAN/ATAU GAS
BUMI
155.2011 NOMOR PER - 30/PJ/2011 PEDOMAN TEKNIS SENSUS PAJAK NASIONAL TIDAK BERLAKU

156.2011 NOMOR : PER - PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI TIDAK BERLAKU
34/PJ/2011 KEPATUHAN PEMENUHAN
KEWAJIBAN PERPAJAKAN

152
157.2011 NOMOR : PER - PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN MASIH BERLAKU
35/PJ/2011 LAIN

158.2011 NOMOR : PER - TATA CARA PELAKSANAAN BANTUAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
42/PJ/2011 BERDASARKAN
PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
159.2011 NOMOR : PER - PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DALAM RANGKA MASIH BERLAKU
41/PJ/2011 PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN PERSETUJUAN
PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA YANG MELIBATKAN
OTORITAS PAJAK NEGARA MITRA
160.2011 NOMOR : PER-43/PJ/2011 PENENTUAN SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI DAN SUBJEK MASIH BERLAKU
PAJAK LUAR NEGERI
161.2011 NOMOR : PER - PENCABUTAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
46/PJ/2011 NOMOR PER-29/PJ/2010 TENTANG WILAYAH KERJA DAN
JENIS SURAT
PEMBERITAHUAN (SPT) YANG DIOLAH PUSAT PENGOLAHAN
DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN DALAM RANGKA UJI
COBA PERLUASAN CAKUPAN WILAYAH KERJA PUSAT
PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN DAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-
18/PJ/2011 TENTANG PENAMBAHAN WILAYAH KERJA DAN
JENIS SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
YANG DIOLAH PUSAT PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN
PERPAJAKAN DALAM RANGKA UJI COBA PERLUASAN
CAKUPAN WILAYAH KERJA PUSAT PENGOLAHAN DATA DAN
DOKUMEN PERPAJAKAN
162.2011 NOMOR : PER - PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
48/PJ/2011 PAJAK NOMOR
PER-19/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN
PENGOLAHAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN
163.2011 NOMOR : PER - PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TIDAK BERLAKU
52/PJ/2011 PAJAK NOMOR 25/PJ/2008 TENTANG BENTUK DAN ISI NOTA

153
PENGHITUNGAN, SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT
TAGIHAN PAJAK
164.2011 NOMOR : PER - TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB MASIH BERLAKU
49/PJ/2011 PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB
PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA KHUSUS, DAN
KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
165.2012 NOMOR : PER - REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK TAHUN 2012 TIDAK BERLAKU
05/PJ/2012

166.2012 NOMOR PER - 03/PJ/2012 PENCABUTAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
NOMOR PER-68/PJ/2010 TENTANG TATA CARA
PEMBENTUKAN
TIM QUALITY ASSURANCE PEMERIKSAAN
167.2012 NOMOR : PER - PEDOMAN PENGGUNAAN METODE DAN TEKNIK TIDAK BERLAKU
04/PJ/2012 PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN
KEWAJIBAN PERPAJAKAN

168.2012 NOMOR : PER - TATA CARA PENATAUSAHAAN, PELAKSANAAN HAK DAN TIDAK BERLAKU
06/PJ/2012 PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEHUBUNGAN
DENGAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA
KENA PAJAK DARI DAN/ATAU KE KANTOR PELAYANAN PAJAK
DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK WAJIB PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAK DI
LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK JAKARTA KHUSUS, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK
MADYA
169.2012 NOMOR : PER - TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN TIDAK BERLAKU
08/PJ/2012 USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
  DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK WAJIB PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAK DI

154
LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK JAKARTA KHUSUS, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK
MADYA
170.2012 NOMOR : PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
09/PJ/2012 NOMOR PER-30/PJ/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SENSUS
PAJAK NASIONAL
171.2012 NOMOR : PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
10/PJ/2012 NOMOR PER-11/PJ/2010 TENTANG TATA CARA
PERMOHONAN, PEMBERITAHUAN, PEMBERIAN, DAN
PEMBATALAN IZIN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA INGGRIS DAN SATUAN
MATA UANG
DOLLAR AMERIKA SERIKAT
172.2012 NOMOR : PER - PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK MASIH BERLAKU
16/PJ/2012 PENGHASILAN DALAM BENTUK ELEKTRONIK UNTUK TAHUN
PAJAK 2011 BAGI WAJIB PAJAK BADAN

173.2012 NOMOR : PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
18/PJ/2012 NOMOR PER-06/PJ/2012 TENTANG TATA CARA
PENATAUSAHAAN,
PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMINDAHAN WAJIB
PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK DARI DAN/ATAU
KE KANTOR PELAYANAN PAJAK
DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK WAJIB PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAK DI
LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK JAKARTA KHUSUS, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK
MADYA
174.2012 NOMOR PER - 20/PJ/2012 PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
PER-05/PJ/2012 TENTANG REGISTRASI ULANG PENGUSAHA
KENA PAJAK TAHUN 2012
175.2012 NOMOR : PER - TATA CARA PENERIMAAN DAP ENGOLAHAN SURAT TIDAK BERLAKU

155
26/PJ/2012 PEMBERITAHUAN TAHUNAN
176.2012 NOMOR : PER - BENTUK DAN ISI NOTA PENGHITUNGAN, BENTUK DAN ISI TIDAK BERLAKU
27/PJ/2012 SURAT KETETAPAN PAJAK SERTA BENTUK DAN ISI SURAT
TAGIHAN PAJAK
177.2012 NOMOR : PER - TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN TIDAK BERLAKU
28/PJ/2012 USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB PAJAK BESAR, KANTOR
PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA KHUSUS, DAN
KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
178.2012 NOMOR : PER - PENCABUTAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
30/PJ/2012 NOMOR KEP-11/PJ./1994 TENTANG PEDOMAN INDUK TATA
USAHA PENERIMAAN DAN RESTITUSI PAJAK
179.2013 NOMOR : PER - TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS MASIH BERLAKU
01/PJ/2013 PEMOTONGAN
PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN
TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA
YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DANA PENSIUN YANG
PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENTERI KEUANGAN
180.2013 NOMOR : PER - TATA CARA PENATAUSAHAAN, MASIH BERLAKU
04/PJ/2013 PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMINDAHAN WAJIB
PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK DARI DAN/ATAU
KE KANTOR PELAYANAN PAJAK
DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK WAJIB PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAK DI
LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK JAKARTA KHUSUS, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK
MADYA
181.2013 NOMOR : PER - BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN TIDAK BERLAKU
14/PJ/2013 SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL
21 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK BUKTI PEMOTONGAN

156
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26
182.2013 NOMOR : PER - PENCABUTAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
18/PJ/2013 NOMOR PER-5/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN
DAN
PENELITIAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN YANG SEHARUSNYA
TIDAK TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK DALAM NEGERI
183.2013 NOMOR : PER - PENCABUTAN BEBERAPA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
19/PJ/2013 PAJAK TERKAIT DENGAN PENERBITAN PERATURAN MENTERI
KEUANGAN DI BIDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN

184.2013 NOMOR : PER - TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK TIDAK BERLAKU
20/PJ/2013 WAJIB PAJAK, PELAPORAN USAHA DAN PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK, PENGHAPUSAN NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA
KENA PAJAK, SERTA PERUBAHAN DATA
DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
185.2013 NOMOR : PER-23/PJ/2013 STANDAR PEMERIKSAAN

186.2013 NOMOR : PER - PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TIDAK BERLAKU
24/PJ/2013 PAJAK NOMOR
PER-38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT
SETORAN PAJAK
187.2013 NOMOR : PER - TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN MASIH BERLAKU
25/PJ/2013 USAHA BAGI WAJIB
PAJAK SEBAGAI PENGUSAHA YANG DIKENAI PAJAK
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI 1984 DAN PERUBAHANNYA YANG MELAKUKAN USAHA
DI BIDANG PENGALIHAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
188.2013 NOMOR : PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
26/PJ/2013 NOMOR PER-34/PJ/2010 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB

157
PAJAK ORANG PRIBADI DAN WAJIB PAJAK BADAN BESERTA
PETUNJUK PENGISIANNYA
189.2013 NOMOR : PER - BENTUK DAN ISI NOTA PENGHITUNGAN, BENTUK DAN ISI MASIH BERLAKU
29/PJ/2013 SURAT KETETAPAN PAJAK SERTA BENTUK DAN ISI SURAT
TAGIHAN PAJAK ATAS PAJAK PENJUALAN BAGI KONTRAKTOR
PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
BATUBARA GENERASI I
190.2013 NOMOR : PER PEDOMAN TEKNIS SENSUS PAJAK NASIONAL MASIH BERLAKU
-31/PJ/2013
191.2013 NOMOR : PER - TATA CARA EKSTENSIFIKASI MASIH BERLAKU
35/PJ/2013
192.2013 NOMOR : PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
36/PJ/2013 NOMOR PER-47/PJ/2008 TENTANG TATA CARA
PENYAMPAIAN SURAT
PEMBERITAHUAN DAN PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN
PERPANJANGAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN SECARA
ELEKTRONIK (e-FILING) MELALUI PERUSAHAAN PENYEDIA
JASA APLIKASI (ASP)
193.2013 NOMOR : PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
38/PJ/2013 NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG TATA CARA
PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB
PAJAK, PELAPORAN USAHA DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA
KENA PAJAK, PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK,
SERTA PERUBAHAN DATA
DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
194.2013 NOMOR : PER - PENGAWASAN PENGUSAHA KENA PAJAK TIDAK BERLAKU
40/PJ/2013
195.2013 NOMOR : PER - RALAT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- MASIH BERLAKU
14/PJ/2013 14/PJ/2013 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN
DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

158
DAN/ATAU PASAL 26
196.2014 NOMOR : PER - 1/PJ/2014 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TIDAK BERLAKU
TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG
MENGGUNAKAN FORMULIR 1770S ATAU 1770SS SECARA e-
FILING MELALUI WEBSITE DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
197.2014 NOMOR : PER - PENCABUTAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
04/PJ/2014 NOMOR KEP-272/PJ/2002 TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN PENGAMATAN, PEMERIKSAAN BUKTI
PERMULAAN, DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG
PERPAJAKAN
198.2014 NOMOR : PER - PENCABUTAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
03/PJ/2014 NOMOR PER-40/PJ/2009 TENTANG TATA CARA
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI
WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU
199.2014 NOMOR : PER - BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK MASIH BERLAKU
05/PJ/2014 PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN DI BIDANG USAHA HULU MINYAK DAN/ATAU GAS
BUMI
200.2014 NOMOR : PER - TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASIH BERLAKU
06/PJ/2014 TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG
MENGGUNAKAN FORMULIR 1770S
ATAU 1770SS SECARA e-FILING DAN MERUPAKAN PEGAWAI
TETAP
PADA PEMBERI KERJA TERTENTU
201.2014 NOMOR : PER - PENCABUTAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
07/PJ/2014 NOMOR PER-04/PJ/2012
TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE DAN TEKNIK
PEMERIKSAAN
UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PERPAJAKAN
202.2014 NOMOR : PER - PENGAWASAN TERHADAP PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN MASIH BERLAKU
08/PJ/2014 DAN PENYETORAN PAJAK YANG DILAKUKAN OLEH
BENDAHARA PENGELUARAN SATUAN

159
KERJA PERANGKAT DAERAH/KUASA BENDAHARA UMUM
DAERAH
203.2014 NOMOR : PER - PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
13/PJ/2014 NOMOR PER-28/PJ/2012 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN
DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR
WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
WAJIB PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAK DI
LINGKUNGAN KANTOR
WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA KHUSUS,
DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
204.2014 NOMOR PER - 16/PJ/2014 TATA CARA PEMBUATAN DAN PELAPORAN MASIH BERLAKU
FAKTUR PAJAK BERBENTUK ELEKTRONIK
205.2014 NOMOR PER -18/PJ/2014 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DAN ANALISIS MASIH BERLAKU
INFORMASI, DATA, LAPORAN, DAN PENGADUAN.
206.2014 NOMOR PER - 19/PJ/2014 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010 TENTANG BENTUK FORMULIR
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN WAJIB PAJAK BADAN
BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA
207.2014 NOMOR PER - 23/PJ/2014 PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR TIDAK BERLAKU
PER-27/PJ/2012 TENTANG BENTUK DAN ISI NOTA
PENGHITUNGAN, BENTUK DAN ISI SURAT KETETAPAN PAJAK
SERTA BENTUK DAN ISI
SURAT TAGIHAN PAJAK
208.2014 NOMOR PER - 24/PJ/2014 TATA CARA PELAKSANAAN PEMBLOKIRAN DAN PENYITAAN MASIH BERLAKU
HARTA KEKAYAAN
PENANGGUNG PAJAK YANG TERSIMPAN PADA BANK DALAM
RANGKA
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
209.2014 NOMOR PER - 25/ PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
PJ/2014 PAJAK NOMOR
PER-44/PJ/2010 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA

160
PENGISIAN SERTA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN
MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(SPT MASA PPN)
210.2014 NOMOR PER - 29/PJ/2014 TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT TIDAK BERLAKU
PEMBERITAHUAN TAHUNAN
211.2014 NOMOR PER - 30/PJ/2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
NOMOR PER-40/PJ/2013 TENTANG PENGAWASAN
PENGUSAHA KENA PAJAK
212.2015 NOMOR PER - 02/PJ/2015 TATA CARA PENERBITAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK MASIH BERLAKU
TERUTANG
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN UNTUK SEKTOR PERKEBUNAN,
SEKTOR PERHUTANAN, SEKTOR PERTAMBANGAN, DAN
SEKTOR LAINNYA
213.2015 NOMOR PER - 03/PJ/2015 PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK TIDAK BERLAKU

214.2015 NOMOR PER - 04/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TIDAK BERLAKU


LAYANAN PAJAK ONLINE

215.2015 PERATURAN DIREKTUR PENYEDIA LAYANAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 05/PJ/2015
216.2015 PERATURAN DIREKTUR PENCABUTAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR
NOMOR PER - 09/PJ/2015 PER-45/PJ/2009 TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI
PEMBANGUNAN,
PENGELOLAAN, DAN PENGAWASAN DATA
217.2015 PERATURAN DIREKTUR PENETAPAN TEMPAT TINGGAL ORANG PRIBADI MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK DAN TEMPAT KEDUDUKAN BADAN
NOMOR PER - 12/PJ/2015

218.2015 PERATURAN DIREKTUR PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI SEKSI EKSTENSIFIKASI MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK DAN PENYULUHAN
NOMOR PER - 21/PJ/2015

161
219.2015 PERATURAN DIREKTUR PENCABUTAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR
NOMOR PER - 22/PJ/2015 PER-170/PJ/2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
KONSELING
TERHADAP WAJIB PAJAK SEBAGAI TINDAK LANJUT SURAT
HIMBAUAN
220.2015 PERATURAN DIREKTUR TATA CARA PERMOHONAN, PEMBERITAHUAN, MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK PEMBERIAN, PEMBATALAN
NOMOR : PER - SERTA PERMOHONAN DAN PENERBITAN KEMBALI IZIN
23/PJ/2015 PENYELENGGARAAN
PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA INGGRIS
DAN SATUAN MATA
UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT
221.2015 PERATURAN DIREKTUR PENCABUTAN BEBERAPA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK PAJAK
NOMOR PER - 27/PJ/2015 DAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TERKAIT
DENGAN
PENERBITAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN DI BIDANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
DAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
222.2015 PERATURAN DIREKTUR TATA CARA PEMBERIAN DAN PENCABUTAN MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK SERTIFIKAT ELEKTRONIK
NOMOR PER - 28/PJ/2015
223.2015 PERATURAN DIREKTUR BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENGISIAN SERTA MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK PENYAMPAIAN SURAT
NOMOR PER - 29/PJ/2015 PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(SPT MASA PPN)
224.2015 PERATURAN DIREKTUR PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK PAJAK
NOMOR PER - 30/PJ/2015 NOMOR PER-38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT
SETORAN PAJAK
225.2015 PERATURAN DIREKTUR PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK PAJAK

162
NOMOR PER - 33/PJ/2015 NOMOR PER-27/PJ/2012 TENTANG BENTUK DAN ISI NOTA
PENGHITUNGAN,
BENTUK DAN ISI SURAT KETETAPAN PAJAK SERTA BENTUK
DAN ISI SURAT
TAGIHAN PAJAK
226.2015 PERATURAN DIREKTUR TATA CARA PENATAUSAHAAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK DAN/ATAU
NOMOR PER - 34/PJ/2015 PENGUSAHA KENA PAJAK DALAM RANGKA REORGANISASI
INSTANSI VERTIKAL
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
227.2015 PERATURAN DIREKTUR PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK PAJAK NOMOR
NOMOR : PER - PER-34/PJ/2010 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT
36/PJ/2015 PEMBERITAHUAN
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DAN WAJIB
PAJAK BADAN BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA
228.2015 PERATURAN DIREKTUR TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN DAN MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK PENGADMINISTRASIAN
NOMOR PER - 37/PJ/2015 PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN
PERPAJAKAN
BAGI PERMOHONAN YANG DIAJUKAN PADA TAHUN 2015 DAN
TAHUN 2016
229.2015 PERATURAN DIREKTUR TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK WAJIB PAJAK
NOMOR PER - 38/PJ/2015 DALAM RANGKA PERCEPATAN INVESTASI DENGAN KRITERIA
TERTENTU
MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) PUSAT DI
BADAN
KOORDINASI PENANAMAN MODAL
230.2015 PERATURAN DIREKTUR PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK ONLINE
NOMOR PER - 41/PJ/2015

163
231.2015 PERATURAN DIREKTUR TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN STATUS WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK DALAM RANGKA
NOMOR PER - 43/PJ/2015 PELAKSANAAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK ATAS
LAYANAN PUBLIK
TERTENTU PADA INSTANSI PEMERINTAH
232.2015 PERATURAN DIREKTUR PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DIREKTUR TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 44/PJ/2015 NOMOR PER-38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT
SETORAN PAJAK
233.2016 NOMOR PER - 01/PJ/2016 TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT MASIH BERLAKU
PEMBERITAHUAN TAHUNAN
234.2016 NOMOR PER - 04/PJ/2016 SURAT, DAFTAR, FORMULIR, DAN LAPORAN MASIH BERLAKU
YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
235.2016 NOMOR PER - 5/PJ/2016 TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK MASIH BERLAKU
WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PERCEPATAN INVESTASI
DENGAN KRITERIA TERTENTU MELALUI PELAYANAN TERPADU
SATU PINTU PUSAT DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN
MODAL
236.2016 NOMOR PER - 06/PJ/2016 PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
PAJAK NOMOR PER-38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR
SURAT SETORAN PAJAK
237.2016 NOMOR PER - 07/PJ/2016 DOKUMEN DAN PEDOMAN TEKNIS PENGISIAN DOKUMEN TIDAK BERLAKU
DALAM RANGKA
PELAKSANAAN PENGAMPUNAN PAJAK
238.2016 NOMOR PER - 08/PJ/2016 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENGAKTIFAN KEMBALI WAJIB MASIH BERLAKU
PAJAK ORANG PRIBADI MELALUI TEMPAT TERTENTU DALAM
RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
239.2016 NOMOR PER - 10/PJ/2016 PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR TIDAK BERLAKU
PER-07/PJ/2016 TENTANG DOKUMEN DAN PEDOMAN TEKNIS
PENGISIAN
DOKUMEN DALAM RANGKA PELAKSANAAN PENGAMPUNAN
PAJAK  

164
240.2016 NOMOR PER - 11/PJ/2016 PENGATURAN LEBIH LANJUT MENGENAI PELAKSANAAN MASIH BERLAKU
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
PENGAMPUNAN PAJAK
241.2016 NOMOR PER - 12/PJ/2016 TATA CARA PENGADMINISTRASIAN LAPORAN GATEWAY MASIH BERLAKU
DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
242.2016 NOMOR PER - 13/PJ/2016 TATA CARA PENERIMAAN SURAT PERNYATAAN PADA MASIH BERLAKU
MINGGU TERAKHIR PERIODE PERTAMA PENYAMPAIAN SURAT
PERNYATAAN
243.2016 NOMOR PER - 15/PJ/2016 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
PAJAK NOMOR PER-28/PJ/2012 TENTANG TEMPAT
PENDAFTARAN DAN/ATAU PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB
PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB
PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA
KHUSUS, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA 
244.2016 NOMOR PER - 14/PJ/2016 TATA CARA PENERIMAAN SURAT PERNYATAAN DALAM HAL MASIH BERLAKU
TERJADI GANGGUAN PADA JARINGAN DAN/ATAU KEADAAN
LUAR BIASA PADA AKHIR PERIODE PENYAMPAIAN SURAT
PERNYATAAN
245.2016 NOMOR PER - 17/PJ/2016 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PERNYATAAN BAGI WAJIB MASIH BERLAKU
PAJAK TERTENTU
SERTA TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PERNYATAAN DAN
PENERBITAN
SURAT KETERANGAN BAGI WAJIB PAJAK DENGAN PEREDARAN
USAHA TERTENTU
246.2016 NOMOR PER - 18/PJ/2016 PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN UANG TEBUSAN MASIH BERLAKU
DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
247.2016 NOMOR PER - 19/PJ/2016 PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
PAJAK NOMOR PER-27/PJ/2012 TENTANG BENTUK DAN ISI
NOTA PENGHITUNGAN, BENTUK DAN ISI SURAT KETETAPAN
PAJAK SERTA

165
BENTUK DAN ISI SURAT TAGIHAN PAJAK
248.2016 NOMOR PER - 21/PJ/2016 TATA CARA PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAAN MASIH BERLAKU
249.2016 NOMOR PER - 20/PJ/2016 TATA CARA PENERBITAN DAN PENGIRIMAN MASIH BERLAKU
SURAT KETERANGAN PENGAMPUNAN PAJAK

250.2016 NOMOR PER - 23/PJ/2016 LAYANAN PAJAK DI LUAR KANTOR DI LINGKUNGAN MASIH BERLAKU
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
251.2016 NOMOR PER - 26/PJ/2016 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
PAJAK NOMOR
PER-07/PJ/2016 TENTANG DOKUMEN DAN PEDOMAN TEKNIS
PENGISIAN DOKUMEN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
PENGAMPUNAN PAJAK
252.2016 NOMOR PER - 28/PJ/2016 KETENTUAN PENGALIHAN HARTA BERUPA DANA KE DALAM MASIH BERLAKU
WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
253.2017 NOMOR PER - 01/PJ/2017 PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK MASIH BERLAKU

254.2017 NOMOR PER - 03/PJ/2017 TATA CARA PELAPORAN DAN PENGAWASAN MASIH BERLAKU
HARTA TAMBAHAN DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK

e. Keputusan Direktur Jenderal Pajak

NO. TAHUN NOMOR SURAT TENTANG KETERANGAN


KEPUTUSAN DIRJEN
PAJAK
1. 1984 NOMOR KEP - PETUNJUK PELAKSANAAN ADMINISTRASI SERTA PENETAPAN MASIH BERLAKU
94/PJ.BT5/1984 BENTUK FORMULIR, JENIS BUKU 
DAN LAPORAN PENGAMPUNAN PAJAK
2. 1984 NOMOR KEP - PENYEMPURNAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR MASIH BERLAKU
95/PJ.BT5/1984 JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-50/BPJ.5/1984
 TANGGAL 25 APRIL 1984 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN
DIRI WAJIB PAJAK PADA

166
 KANTOR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
3. 1984 NOMOR KEP - PETUNJUK LEBIH LANJUT PELAKSANAAN TATACARA MASIH BERLAKU
108/PJ.BT5/1984 PENGUKUHAN 
DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
4. 1984 NOMOR KEP - PENETAPAN BENTUK, JENIS DAN WARNA FORMULIR/SARANA MASIH BERLAKU
106/PJ.BT5/1984 PERUBAHAN DATA WAJIB PAJAK
5. 1985 NOMOR KEP - PENETAPAN BENTUK, JENIS DAN WARNA FORMULIR SURAT MASIH BERLAKU
49/PJ.BT5/1985 SETORAN SURAT TAGIHAN PAJAK BUNGA 
PENAGIHAN, DAN SURAT SETORAN ATAS SURAT KETETAPAN
PAJAK-PAJAK KEKAYAAN, PAJAK PENDAPATAN, 
PAJAK PERSEROAN, PAJAK PENJUALAN DAN PAJAK LAIN
DALAM MASA PERALIHAN BESERTA 
BUKU PENUNTUN KHUSUS CARA PENGISIANNYA
6. 1985 NOMOR KEP - TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAN PENETAPAN MASIH BERLAKU
384/PJ.4/1985 BESARNYA PENGHAPUSAN
7. 1985 NOMOR KEP - TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERIAN ANGSURAN DAN TIDAK BERLAKU
383/PJ.4/1985 PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK
8. 1985 NOMOR KEP - JADWAL WAKTU TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK TIDAK BERLAKU
382/PJ.4/1985
9. 1985 NOMOR KEP - TATA CARA PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR MASIH BERLAKU
424/PJ.4/1985 KEMBALI PAJAK
10. 1985 NOMOR KEP - PETUNJUK PELAKSANAAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
467/PJ.4/1985 REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 823/KMK.04/1985
11. 1986 NOMOR KEP - PENETAPAN JENIS, KODE, WARNA DAN BENTUK FORMULIR MASIH BERLAKU
22/PJ.BT5/1986 SURAT SETORAN PAJAK ATAS IMPOR BARANG (KHUSUS GIRO
POS) SERTA BUKU PENUNTUN KHUSUS CARA PENGISIANNYA
12. 1987 NOMOR KEP - PELIMPAHAN WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
12/PJ.3/1987 UNTUK MEMBETULKAN SURAT KETETAPAN
PAJAK- PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH 
SEBAGAIMANA DIMAKSUDKAN DALAM PASAL 16 UNDANG-
UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983

167
13. 1987 NOMOR KEP - PELIMPAHAN WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
11/PJ.3/1987 UNTUK MEMBERIKAN KEPUTUSAN
ATAS KEBERATAN WAJIB PAJAK MENGENAI PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN 
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
DIMAKSUDKAN 
DALAM PASAL 26 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983
14. 1987 NOMOR KEP - PELIMPAHAN WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
10/PJ.3/1987 UNTUK MENGURANGKAN ATAU 
MENGHAPUSKAN SANKSI ADMINISTRASI PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA DIMAKSUDKAN
DALAM PASAL 36 AYAT (1) 
HURUF A UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983
15. 1989 NOMOR KEP - TATA CARA PENDAFTARAN, PEMBERIAN, PENGHAPUSAN TIDAK BERLAKU
34/PJ.2/1989 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK
16. 1989 NOMOR KEP - BENTUK, JENIS, KODE FORMULIR LAPORAN DAN BUKU-BUKU MASIH BERLAKU
38/PJ.7/1989 SERTA PETUNJUK PENGISIANNYA 
DI BIDANG PEMERIKSAAN PADA UNIT PEMERIKSAAN DAN
PENYIDIKAN PAJAK 
DAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
17. 1990 NOMOR KEP - PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) KEPADA TIDAK BERLAKU
78/PJ.41/1990 ISTERI WAJIB PAJAK 
YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DAN ATAU PEKERJAAN
BEBAS
18. 1990 NOMOR KEP - PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAMATAN, PEMERIKSAAN TIDAK BERLAKU
02/PJ.7/1990 BUKTI PERMULAAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI
BIDANG PERPAJAKAN
19 1991 NOMOR KEP - NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETTO DAN TATA MASIH BERLAKU
01/PJ.7/1991 CARA PEMBUATAN CATATAN 
BAGI WAJIB PAJAK YANG DAPAT MENGHITUNG PENGHASILAN
NETTO 

168
DENGAN MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PAJAK
PENGHASILAN
20. 1991 NOMOR KEP - PELAKSANAAN TEKNIS TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK TIDAK BERLAKU
965/PJ.9/1991 MELALUI PEMINDAHBUKUAN
21. 1992 NOMOR KEP - BENTUK, UKURAN, KODE DAN WARNA FORMULIR MASIH BERLAKU
01/PJ.43/1992 PEMOTONGAN, PELAPORAN DAN RESITUSI 
PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO BERJANGKA,
SERTIFIKAT BANK INDONESIA, 
SERTIFIKAT DEPOSITO DAN TABUNGAN
22. 1993 NOMOR KEP - PERUBAHAN LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
28/PJ.41/1993 PAJAK NOMOR KEP-14/PJ.BT5/1985 
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELUARAN SURAT
TAGIHAN PAJAK PAJAK PENGHASILAN
23. 1993 NOMOR KEP - SISTEM, BENTUK DAN JENIS LAPORAN BIDANG OPERASIONAL  TIDAK BERLAKU
1165/PJ.24/1993 DALAM LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
24. 1993 NOMOR KEP - PERUBAHAN DAN PENYEMPURNAAN FORMULIR SURAT TIDAK BERLAKU
14/PJ.11/1993 SETORAN PAJAK
25. 1993 NOMOR KEP - KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA WAJIB PAJAK
1444/PJ.24/1993
26. 1994 NOMOR KEP - PERUBAHAN PASAL 1 DAN PASAL 2 KEPUTUSAN DIREKTUR MASIH BERLAKU
01/PJ.75/1994 JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-02/PJ.4/1988 
TENTANG PERINCIAN BIAYA BAGI JURU SITA UNTUK
PEMBERITAHUAN SURAT PAKSA 
DAN PELAKSANAAN PENYITAAN
27. 1994 NOMOR KEP - PEDOMAN INDUK TATA USAHA PENERIMAAN DAN RESTITUSI TIDAK BERLAKU
11/PJ./1994 PAJAK
28. 1994 NOMOR KEP - PEMINDAHAN WAJIB PAJAK PERUSAHAAN GO PUBLIC  TIDAK BERLAKU
36/PJ./1994 KE KANTOR PELAYANAN PAJAK PERUSAHAAN GO PUBLIC
29. 1994 NOMOR KEP - PENAMBAHAN DAN PENYEMPURNAAN FORMULIR SURAT TIDAK BERLAKU
54/PJ.24/1994 SETORAN PAJAK
30. 1994 NOMOR KEP - PENETAPAN SAAT PEMBUATAN, BENTUK, UKURAN, TIDAK BERLAKU
53/PJ./1994 PENGADAAN, TATA CARA PENYAMPAIAN, 
DAN TATA CARA PEMBETULAN FAKTUR PAJAK STANDAR

169
31. 1995 NOMOR KEP - PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
01/PJ.24/1995 NOMOR KEP-36/PJ/1994 
TENTANG PEMINDAHAN WAJIB PAJAK PERUSAHAAN GO
PUBLIC 
KE KANTOR PELAYANAN PAJAK PERUSAHAAN GO PUBLIC
32. 1995 NOMOR KEP - BENTUK SURAT TAGIHAN PAJAK DAN SURAT KETETAPAN TIDAK BERLAKU
05/PJ.24/1995 PAJAK PENGHASILAN, 
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA PAJAK
PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
33. 1995 NOMOR KEP - BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK MASIH BERLAKU
12/PJ./1995 PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DAN 
SPT MASA PPN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK PEDAGANG
ECERAN YANG MENGGUNAKAN NILAI LAIN 
SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK, KETERANGAN DAN
DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN, SERTA 
BUKU PETUNJUK PENGISIANNYA
34. 1995 NOMOR KEP - JADUAL WAKTU TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK TIDAK BERLAKU
20/PJ./1995
35. 1995 NOMOR KEP - PEDOMAN TATA USAHA PIUTANG DAN PENAGIHAN PAJAK TIDAK BERLAKU
19/PJ./1995
36. 1995 NOMOR KEP - 18/PJ/1995 TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN DI TIDAK BERLAKU
BIDANG PERPAJAKAN
37. 1995 NOMOR KEP - TEMPAT PENDAFTARAN BAGI WAJIB PAJAK TERTENTU DAN TIDAK BERLAKU
17/PJ./1995 PELAPORAN USAHA 
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU
38. 1995 NOMOR KEP - PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
28/PJ./1995 NOMOR KEP-17/PJ./1995 
TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN BAGI WAJIB PAJAK
TERTENTU DAN PELAPORAN USAHA 
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU
39. 1995 NOMOR KEP - JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DAN PELAPORAN KEGIATAN MASIH BERLAKU
27/PJ./1995 USAHA SERTA TATA CARA PENDAFTARAN
WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

170
40. 1995 NOMOR KEP - PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
18/PJ.24/1995 NOMOR KEP-05/PJ.24/1995 
TANGGAL 3 PEBRUARI 1995 TENTANG BENTUK SURAT
TAGIHAN PAJAK DAN SURAT KETETAPAN PAJAK ATAS 
PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG
DAN JASA 
DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
41. 1995 NOMOR KEP - TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERIAN ANGSURAN DAN TIDAK BERLAKU
53/PJ./1995 PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK
42. 1995 NOMOR KEP - PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
68/PJ./1995 NOMOR KEP-20/PJ./1995 
TENTANG JADUAL WAKTU TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK
43. 1995 NOMOR KEP - SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN MASIH BERLAKU
08/PJ./1995 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI, 
WAJIB PAJAK BADAN, DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
TAHUN PAJAK 1995 
SERTA BUKU PETUNJUK PENGISIANNYA
44. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR TARIF DAN TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN, SERTA TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAKNOMOR PELAPORAN 
KEP - 01/PJ./1996 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS PENJUALAN HASIL
PRODUKSI INDUSTRI BAJA DI DALAM NEGERI
45. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAKNOMOR BENTUK SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR PAJAK
KEP - 11/PJ./1996 PERTAMBAHAN NILAI 
ATAS IMPOR/ PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DARI
LUAR DAERAH PABEAN / PEMANFAATAN JKP 
DARI LUAR DAERAH PABEAN/ PEMUNGUTAN PAJAK OLEH
PEMUNGUT PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK 
KURANG BAYAR PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
ATAS IMPOR/ PEMUNGUTAN PAJAK 
OLEH PEMUNGUT PAJAK BESERTA NOTA PENGHITUNGANNYA

46. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR TATA CARA PENERIMAAN, PENELITIAN DAN PENGOLAHAN  TIDAK BERLAKU

171
JENDERAL PAJAK NOMOR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
KEP - 16/PJ./1996

47. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR TATA CARA PENERIMAAN, PENELITIAN DAN PENGOLAHAN TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR SURAT PEMBERITAHUAN MASA 
KEP - 15/PJ./1996 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

48. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR MASIH BERLAKU


JENDERAL PAJAK PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP - NOMOR KEP-1165/PJ.24/1993 
21/PJ./1996 TENTANG SISTEM, BENTUK, DAN JENIS LAPORAN BIDANG
OPERASIONAL DALAM LINGKUNGAN 
49DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
49. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR PE50RUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIRE51KTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK PAJAK NOMO52R KEP-1165/PJ.24/1993 
NOMOR KEP - TENTANG53 SISTEM, BENTUK DAN JENIS LAPORAN BIDANG
40/PJ.1/1996 OPERASIONAL DALAM LINGKUNGAN 
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KHUSUS MENGENAI BIDANG
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
50. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-54/PJ.24/1994 
NOMOR KEP - TENTANG PENAMBAHAN DAN PENYEMPURNAAN FORMULIR
64/PJ.1/1996 SURAT SETORAN PAJAK
51. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-1165/PJ.24/1993 
NOMOR KEP - TENTANG SISTEM, BENTUK DAN JENIS LAPORAN BIDANG
72/PJ.1/1996 OPERASIONAL DALAM LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK KHUSUS MENGENAI BIDANG PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK TIDAK LANGSUNG
LAINNYA
52. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR BENTUK SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK TAMBAHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 
NOMOR KEP - ATAS IMPOR/PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DARI

172
51/PJ./1996 LUAR DAERAH PABEAN/PEMANFAATAN JKP DARI 
LUAR DAERAH PABEAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH
PEMUNGUT PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK 
KURANG BAYAR TAMBAHAN PAJAK PENJUALAN ATAS
BARANG MEWAH ATAS IMPOR/PEMUNGUTAN PAJAK 
OLEH PEMUNGUT PAJAK BESERTA NOTA PENGHITUNGANNYA
53. 1996 KEPUTUSAN DIREKTUR PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-1165/PJ.24/1993 
NOMOR KEP - TENTANG SISTEM, BENTUK DAN JENIS LAPORAN BIDANG
98/PJ.1/1996 OPERASIONAL DALAM LINGKUNGAN DIREKTORAT 
JENDERAL PAJAK KHUSUS MENGENAI BIDANG PEMERIKSAAN,
PENYIDIKAN DAN PENAGIHAN PAJAK
54. 1998 KEPUTUSAN DIREKTUR PENYEMPURNAAN BENTUK LAPORAN PENERIMAAN PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK (LPP)
NOMOR KEP -
54/PJ./1998

55. 1998 KEPUTUSAN DIREKTUR BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP -
107/PJ./1998
56. 1998 KEPUTUSAN DIREKTUR STANDAR BENTUK DAN ISI FORMULIR SURAT IZIN PRAKTEK TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK KONSULTAN PAJAK, PIAGAM PENGHARGAAN 
NOMOR KEP - PENSIUNAN PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK, DAN
135/PJ./1998 TANDA PENGENAL KONSULTAN PAJAK

57. 1998 KEPUTUSAN DIREKTUR SISTEM KRITERIA SPT UNTUK DIPERIKSA MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP -
137/PJ./1999

58. 1999 KEPUTUSAN DIREKTUR PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-27/PJ./1995 

173
NOMOR KEP - TENTANG JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DAN PELAPORAN
150/PJ/1999 KEGIATAN USAHA SERTA TATA CARA 
PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA
KENA PAJAK
59. 1999 KEPUTUSAN DIREKTUR PERUBAHAN SEBAGIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK PAJAK NOMOR KEP-01/PJ.7/1996 
NOMOR KEP - TANGGAL 3 OKTOBER 1996 TENTANG TATA CARA
228/PJ./1999 PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK 
DAN PENETAPAN BESARNYA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
60. 1999 KEPUTUSAN DIREKTUR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SERTA 
NOMOR KEP - BUKU PETUNJUK PENGISIANNYA
283/PJ./1999
61. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-108/PJ.1/1996 
NOMOR KEP - TENTANG BENTUK FORMULIR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN
02/PJ.1/2000 PAJAK PENGHASILAN
62. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
NOMOR KEP - 35/PJ/2000
63. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-35/PJ/2000 
NOMOR KEP - TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN 
455/PJ/2000 SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN

64. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR BENTUK DAN TATA CARA PENCATATAN BAGI WAJIB PAJAK TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK ORANG PRIBADI
NOMOR KEP -
520/PJ./2000

65. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PERMOHONAN TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 
NOMOR KEP - BAGI WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN TERTENTU

174
519/PJ./2000
66. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN SELAIN MELALUI MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK KANTOR POS
NOMOR KEP -
518/PJ./2000 

67. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR TEMPAT PENGAMBILAN SURAT PEMBERITAHUAN TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP -
517/PJ./2000
68. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DAN PELAPORAN KEGIATAN MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK USAHA, TATA CARA PENDAFTARAN 
NOMOR KEP - DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, SERTA
516/PJ./2000 PENGUKUHAN 
DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK 
69. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR TEMPAT PENDAFTARAN BAGI WAJIB PAJAK TERTENTU DAN TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK TEMPAT PELAPORAN USAHA 
NOMOR KEP - BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU 
515/PJ./2000
70. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR TATACARA PENETAPAN WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK KRITERIA TERTENTU DAN PENYELESAIAN 
NOMOR KEP - PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
550/PJ./2000  PAJAK DALAM RANGKA PENGEMBALIAN 
PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
71. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR SAAT PEMBUATAN, BENTUK, UKURAN, PENGADAAN, TATA TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK CARA PENYAMPAIAN, 
NOMOR KEP - DAN TATA CARA PEMBETULAN FAKTUR PAJAK STANDAR
549/PJ./2000
72. 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR PENETAPAN TANGGAL PENYAMPAIAN LAPORAN YANG JATUH TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK TEMPONYA BERTEPATAN DENGAN HARI LIBUR
NOMOR KEP -
543/PJ./2000

175
73. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 
NOMOR KEP - DAN ATAU PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH 
160/PJ/2001

74. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DAN PELAPORAN KEGIATAN TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK USAHA, TATA CARA PENDAFTARAN 
NOMOR KEP - DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, SERTA
161/PJ./2001 PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN 
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK 
75. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR BENTUK LAPORAN PENERIMAAN PAJAK (LPP)  MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP -
167/PJ/2001

76. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR BENTUK SURAT SETORAN PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP -
169/PJ./2001
77. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR TATA CARA PEMBERIAN KODE SURAT, LAPORAN, FORMULIR, MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK KARTU, DAFTAR DAN BUKU 
NOMOR KEP - YANG DIGUNAKAN DALAM ADMINISTRASI PERPAJAKAN
168/PJ./2001

78. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR KUASA UNTUK MENJALANKAN HAK DAN MEMENUHI MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK KEWAJIBAN 
NOMOR KEP - MENURUT KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
188/PJ./2001 PERPAJAKAN

79. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 
NOMOR KEP - UNTUK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

176
207/PJ./2001

80. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR KETERANGAN DAN ATAU DOKUMEN LAIN YANG HARUS MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK DILAMPIRKAN DALAM SURAT PEMBERITAHUAN
NOMOR KEP -
214/PJ./2001
81. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR TATA CARA PENERIMAAN SURAT PEMBERITAHUAN  MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP -
215/PJ./2001

82. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR ERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-515/PJ./2000 
NOMOR KEP - TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN BAGI WAJIB PAJAK
225/PJ./2001 TERTENTU DAN TEMPAT PELAPORAN USAHA 
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU
83. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR PENANGANAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI  MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK ATAS KEPUTUSAN KEBERATAN YANG PERMOHONAN
NOMOR KEP - BANDINGNYA TIDAK DAPAT DITERIMA
268/PJ./2001

84. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR TATA CARA PEMBERIAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK PEMBAYARAN PAJAK
NOMOR KEP -
325/PJ./2001

85. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 
NOMOR KEP - YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN
338/PJ./2001

86. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR PENYEMPURNAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR MASIH BERLAKU

177
JENDERAL PAJAK JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-167/PJ./2001 
NOMOR KEP - TENTANG BENTUK LAPORAN PENERIMAAN PAJAK (LPP)
356/PJ./2001

87. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR PENYAMPAIAN LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK PPN 
NOMOR KEP - DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK
500/PJ./2001

88. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK PASAL 21 DAN PETUNJUK PENGISIAN
NOMOR KEP -
509/PJ./2001

89. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAN PENETAPAN MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK BESARNYA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
NOMOR KEP -
625/PJ./2001
90. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR PEMBAGIAN KERJA PENATAUSAHAAN DOKUMEN TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK PENERIMAAN SETORAN PAJAK 
NOMOR KEP - DARI KANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA DI
695/PJ./2001 WILAYAH DKI JAKARTA

91. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR PEMBAGIAN KERJA PENATAUSAHAAN DOKUMEN TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK PENERIMAAN SETORAN PAJAK 
NOMOR KEP - DARI KANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA DI
695/PJ./2001 WILAYAH DKI JAKARTA

92. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR PENENTUAN TEMPAT TINGGAL ORANG PRIBADI DAN TEMPAT TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK KEDUDUKAN BADAN
NOMOR KEP -
701/PJ./2001

178
95. 2002 NOMOR KEP - BENTUK, JENIS, DAN KODE KARTU, FORMULIR, SURAT, DAN MASIH BERLAKU
17/PJ./2002 DAFTAR YANG DIGUNAKAN  DALAM PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN LAPANGAN

96. 2002 NOMOR KEP - 21/PJ/2002 TATA CARA PEMBERITAHUAN PELAKSANAAN PENAGIHAN TIDAK BERLAKU
93. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR PAJAK DENGAN
PETUNJUK SURAT PAKSA
PELAKSANAAN DAN PENYITAAN
PEMERIKSAAN DILUAR
LAPANGAN MASIH BERLAKU
JENDERAL PAJAK WILAYAH KERJA PEJABAT YANG BERWENANG MENERBITKAN
NOMOR KEP - SURAT PAKSA
722/PJ./2001
97. 2002 NOMOR KEP - RALAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP- MASIH BERLAKU
549/PJ./2000 549/PJ/2000  TENTANG SAAT PEMBUATAN, BENTUK,
94. 2001 KEPUTUSAN DIREKTUR UKURAN,
PETUNJUKPENGADAAN, TATA
PELAKSANAAN CARA PENYAMPAIAN, DAN
PEMERIKSAAN KANTOR TIDAK BERLAKU
JENDERAL PAJAK TATA CARA PEMBETULAN FAKTUR PAJAK STANDAR
NOMOR KEP -
98. 2002 NOMOR KEP -
741/PJ./2001 SISTEM PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK MASIH BERLAKU
232/PJ./2002

99. 2002 NOMOR KEP - TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB TIDAK BERLAKU
263/PJ/2002 PAJAK TERTENTU PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB
PAJAK BESAR

100. 2002 NOMOR KEP - TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK KE KANTOR MASIH BERLAKU
331/PJ/2002 PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR

101. 2002 NOMOR KEP - TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK KE KANTOR MASIH BERLAKU
331/PJ/2002 PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR

102. 2002 NOMOR KEP - PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
337/PJ./2002 NOMOR KEP-515/PJ./2000  TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN
BAGI WAJIB PAJAK TERTENTU DAN TEMPAT PELAPORAN
USAHA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH  DENGAN KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-225/PJ./2001

103. 2002 NOMOR KEP - TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN DI TIDAK BERLAKU
343/PJ./2002 BIDANG PERPAJAKAN

104. 2002 NOMOR KEP - PENCABUTAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
349/PJ./2002 NOMOR KEP-268/PJ./2001  TENTANG PENANGANAN
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS KEPUTUSAN 179
KEBERATAN YANG PERMOHONAN BANDINGNYA TIDAK DAPAT
DITERIMA

105. 2002 NOMOR KEP - PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
f. Surat Edaran

NO. TAHU NOMOR SURAT TENTANG KETERANGAN


N EDARAN
DIREKTUR
JENDERAL PAJAK
1. 1984 SURAT EDARAN S. T. P (SURAT TAGIHAN PAJAK) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
38/PJ.21/1984
2. 1984 SURAT EDARAN PENYELESAIAN NPWP BAGI WAJIB PAJAK YANG PINDAH (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NPWP-29) DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PAJAK
NOMOR SE -
104/PJ.BT.5/1984
3. 1984 SURAT EDARAN STATUS USAHA BADAN-BADAN KOPERASI (SERI NPWP 28) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
NOMOR SE - 106/PJ/1984
4. 1985 SURAT EDARAN NPWP CABANG-CABANG PERUSAHAAN DALAM SATU MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL WILAYAH
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.2/1985
5. 1985 SURAT EDARAN RAHASIA JABATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.12/1985
6. 1985 SURAT EDARAN NPWP SEBAGAI IDENTITAS PEMBAYARAN PAJAK MASIH BERLAKU

180
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
08/PJ.4/1985
7. 1985 SURAT EDARAN PEMBAYARAN PAJAK-PAJAK DILUAR TEMPAT DOMISILI WAJIB MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
11/PJ.4/1985
8. 1985 SURAT EDARAN PENGGUNAAN BAHASA ASING DAN SATUAN MATA UANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ASING DALAM FAKTUR PAJAK (SERI PPN-57)
PAJAK
NOMOR SE -
51/PJ.3/1985

9. 1985 SURAT EDARAN JANGKA WAKTU PENUNDAAN PENYAMPAIAN SURAT TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBERITAHUAN TAHUNAN (SERI PPh SPT - 05)
PAJAK
NOMOR SE -
26/PJ.22/1985
10. 1985 SURAT EDARAN PELIMPAHAN WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEPADA KEPALA INSPEKSI PAJAK UNTUK
PAJAK MENGELUARKAN SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT TAGIHAN
NOMOR SE - PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK TAMBAHAN,
29/PJ.2/1985 SURAT KEPUTUSAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DAN
SURAT PEMBERITAAN (SERI PPh UMUM - 15)
11. 1985 SURAT EDARAN RAHASIA JABATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
68/PJ.12/1985
12. 1985 SURAT EDARAN PENGGUNAAN MICROFILM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL

181
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.65/1985
13. 1985 SURAT EDARAN PENGERTIAN KEBENARAN YURIDIS FORMAL (SERI PPh SPT - MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 06)
PAJAK
NOMOR SE -
35/PJ.21/1985
14. 1985 SURAT EDARAN PEMBETULAN BUTIR 3.2. SURAT EDARAN NOMOR : SE- TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 26/PJ.22/1985 TANGGAL 1 AGUSTUS 1985 (SERI PPh SPT -
PAJAK 05A)
NOMOR SE -
37/PJ.22/1985
15 1985 SURAT EDARAN TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAN PENETAPAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BESARNYA PENGHAPUSAN
PAJAK
NOMOR SE -
30/PJ.4/1985
16. 1986 SURAT EDARAN PELIMPAHAN WEWENANG KEPADA KEPALA INSPEKSI PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL UNTUK MEMBERIKAN KEPUTUSAN MENGENAI
PAJAK PENINJAUAN KEMBALI SURAT TAGIHAN PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.21/1986
17 1986 SURAT EDARAN PENJELASAN TENTANG BUKTI PERMULAAN ADANYA TINDAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.5/1986
18 1986 SURAT EDARAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1986 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.62/1986

182
19. 1986 SURAT EDARAN PRINT OUT SPT PPh 1985 (SERI PEMERIKSAAN - 04-02) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
18/PJ.5/1986
20. 1986 SURAT EDARAN PEMBERITAHUAN PROSEDUR PERMOHONAN KEBERATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ATAU BANDING
PAJAK
NOMOR SE -
46/PJ.2/1986
21 1986 SURAT EDARAN RALAT SPT PPh PASAL 21 TAHUN 1986 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
57/PJ.23/1986
22 1986 SURAT EDARAN PRINT OUT SPT PPh 1985 LEBIH BAYAR (SERI PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 03-01)
PAJAK
NOMOR SE -
22/PJ.5/1986
23 1987 SURAT EDARAN DAFTAR KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN SPT PPh 1985 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN - 06)
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.5/1987
24 1987 SURAT EDARAN BEBERAPA PENEGASAN SEHUBUNGAN DENGAN PENYESUAIAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL HARGA
PAJAK ATAU NILAI PEROLEHAN HARTA PERUSAHAAN
NOMOR SE -
02/PJ.22/1987
25 1987 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN/PENYEBARAN SPT TAHUNAN TAHUN 1986. MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PPh SPT - 16)
PAJAK

183
NOMOR SE -
04/PJ.23/1987
26 1987 SURAT EDARAN TAMBAHAN PENJELASAN UNTUK FORMULIR 1770-A5 DALAM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL HAL ADA SISA KERUGIAN TAHUN LALU
PAJAK (SERI PPh SPT - 15)
NOMORSE -
03/PJ.23/1987
27 1987 SURAT EDARAN PRINT OUT SPT PPh 1985 NIHIL DAN KURANG BAYAR. (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN 05-02)
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.5/1987
28 1987 SURAT EDARAN PENEGASAN TENTANG NORMA PENGHITUNGAN PADA BUKU MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PPh 1770 B DAN 1771 B
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.21/1987
29 1987 SURAT EDARAN PENGAWASAN DAN PENGAMANAN PENYELESAIAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEBERATAN PPh MENURUT PASAL 25 JO PASAL 26
PAJAK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983
NOMOR SE -
11/PJ.22/1987
30 1987 SURAT EDARAN PENYELESAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK LEBIH BAYAR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
18/PJ.22/1987
31 1987 SURAT EDARAN BATAS WAKTU PENGAJUAN KEBERATAN DAN BATAS WAKTU MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENYELESAIAN KEBERATAN WAJIB PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
20/PJ.22/1987

184
32 1987 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN SPT PPh LEBIH BAYAR 1986 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN 09)
PAJAK
NOMOR SE -
16/PJ.5/1987
33 1987 SURAT EDARAN PERMINTAAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL LAIN (SERI PEMERIKSAAN - 07)
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.5/1987
34 1987 SURAT EDARAN POKOK-POKOK KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN SPT PPh 1986. TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN 08)
PAJAK
NOMOR SE -
15/PJ.5/1987
35 1987 SURAT EDARAN PENGUMPULAN BAHAN KETERANGAN/PEMERIKSAAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BERDASARKAN INFORMASI, DATA, PENGADUAN
PAJAK DAN LAPORAN (SERI PEMERIKSAAN - 10)
NOMOR SE -
17/PJ.5/1987
36 1987 SURAT EDARAN DAFTAR PEMERIKSAAN SPT PPh LEBIH BAYAR TAHUN 1986 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN - 11)
PAJAK
NOMOR SE -
18/PJ.5/1987
37 1987 SURAT EDARAN DAFTAR INFORMASI HASIL PEMERIKSAAN (DIHP) (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN - 12)
PAJAK
NOMOR SE -
19/PJ.5/1987
38 1987 SURAT EDARAN PENUNJUKAN SEKSI PENETAPAN SEBAGAI UNIT PEMBANTU MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PELAKSANA PENELITIAN SPT PPh 1986
PAJAK (SERI PEMERIKSAAN - 14)

185
NOMOR SE - 48/PJ./1987
39 1987 SURAT EDARAN RALAT KESALAHAN CETAK FORMULIR SPT TAHUNAN PPh MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TAHUN 1987 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN WAJIB PAJAK
PAJAK BADAN
NOMOR SE -
41/PJ.23/1987
40 1987 SURAT EDARAN PENINJAUAN KEMBALI PENETAPAN PKk MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
31/PJ.23/1987
41 1987 SURAT EDARAN TATA CARA PENYARINGAN DAN PENELAAHAN SPT PPh (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN -18)
PAJAK
NOMOR SE -
23/PJ.5/1987
42 1987 SURAT EDARAN PENJELASAN LEBIH LANJUT MENGENAI SANKSI TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 14 AYAT (7) UU PPh
PAJAK 1984
NOMOR SE -
10/PJ.62/1987
43 1987 SURAT EDARAN PENEGASAN PENGISIAN DKHP SPT PPh 1985. (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN -19)
PAJAK
NOMOR SE -
24/PJ.5/1987
44 1987 SURAT EDARAN LP2/DKHP SPT PPh 1986 (SERI PEMERIKSAAN -20) TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
25/PJ.5/1987
45 1987 SURAT EDARAN PERPANJANGAN WAKTU PENYAMPAIAN SURAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBERITAHUAN WAJIB PAJAK

186
PAJAK KEPADA KEPALA INSPEKSI PAJAK UNTUK MELAKUKAN
NOMOR SE - PENYESUAIAN HARGA
34/PJ.22/1987 ATAU NILAI PEROLEHAN HARTA BERDASARKAN PERATURAN
PEMERINTAH RI NOMOR 45 TAHUN 1986
46 1987 SURAT EDARAN ENAGA PEMERIKSA PPh (SERI PEMERIKSAAN - 22) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
27/PJ.5/1987
47 1987 SURAT EDARAN LEMBAR CATATAN JAM KERJA PEMERIKSA (SERI PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL - 21)
PAJAK NOMOR SE
26/PJ.5/1987
48 1987 SURAT EDARAN WEWENANG PEMERIKSAAN SPT PPh UNTUK TUJUAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENETAPAN PAJAK (SERI PEMERIKSAAN - 23)
PAJAK
NOMOR SE -
28/PJ.5/1987
49 1987 SURAT EDARAN SIKLUS PEMERIKSAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERSEORANGAN (SERI PEMERIKSAAN - 24)
PAJAK
NOMOR SE -
29/PJ.5/1987
50 1987 SURAT EDARAN DAFTAR INFORMASI HASIL PEMERIKSAAN (DIHP) (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN - 25)
PAJAK
NOMOR SE -
32/PJ.5/1987
51 1987 SURAT EDARAN PENGIRIMAN LP2 SKOR 500 DAN 400 SPT PPh 1986 (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN - 26)
PAJAK
NOMOR SE -
34/PJ.5/1987

187
52 1988 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN LAIN DALAM RANGKA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MENDAPATKAN BUKTI PERMULAAN TENTANG TELAH
PAJAK TERJADINYA TINDAK PIDANA DIBIDANG PERPAJAKAN (SERI
NOMOR SE - PEMERIKSAAN - 28)
03/PJ.56/1988
53 1988 SURAT EDARAN TATA CARA PENELITIAN SPT PPh DALAM RANGKA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PELAKSANAAN SISTEM PEMERIKSAAN BERDASARKAN
PAJAK  KRITERIA SELEKSI
NOMOR SE -
11/PJ.BT5/1988
54 1988 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SPT PPh 1986 UNTUK LP2 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DENGAN SKOR 400 (SERI PEMERIKSAAN - 29)
PAJAK
NOMOR SE -
08/PJ.54/1988
55 1988 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN TRIWULAN IV MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 1987/1988 (SERI PEMERIKSAAN - 31)
PAJAK
NOMOR SE -
11/PJ.54/1988
56 1988 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SPT PPh LEBIH BAYAR 1987. MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN - 32)
PAJAK
NOMOR SE -
12/PJ.54/1988
57 1988 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN UNTUK PENYELESAIAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEBERATAN (SERI PEMERIKSAAN - 33)
PAJAK NOMOR SE -
13/PJ.54/1988
58 1988 SURAT EDARAN FUNGSI SURAT SETORAN PAJAK KP.U.35 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -

188
07/PJ.22/1988
59 1988 SURAT EDARAN PENEGASAN KEMBALI PENGELUARAN STP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
08/PJ.2/1988
60 1988 SURAT EDARAN PENJELASAN LEBIH LANJUT TENTANG KEBIJAKSANAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL OPERASIONAL PEMERIKSAAN TRIWULAN IV 1987/1988
PAJAK (SERI PEMERIKSAAN - 34)
NOMOR SE -
15/PJ.54/1988
61 1988 SURAT EDARAN BENTUK SURAT PEMBERITAHUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DALAM PASAL 6 AYAT (2) JO. PASAL 9 AYAT (3)
PAJAK PERATURAN PEMERINTAH R.I NOMOR 45 TAHUN 1986
NOMOR SE -
13/PJ.22/1988
62 1988 SURAT EDARAN PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN MATA UANG ASING MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
14/PJ.22/1988
67 1988 SURAT EDARAN SUSULAN RALAT KESALAHAN CETAK PADA FORMULIR DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BUKU PETUNJUK SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK
PAJAK ORANG PRIBADI TAHUN 1987
NOMOR SE -
15/PJ.23/1988
68 1988 SURAT EDARAN DAFTAR INFORMASI HASIL PEMERIKSAAN (DIHP) (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN - 36)
PAJAK
NOMOR SE -
18/PJ.54/1988
69 1988 SURAT EDARAN RENCANA PEMERIKSAAN TAHUNAN (SERI PEMERIKSAAN - 35) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL

189
PAJAK
NOMOR SE -
17/PJ.54/1988
70 1988 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN UNTUK TAHUN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 1988/1989. (SERI PEMERIKSAAN - 37)
PAJAK
NOMOR SE -
19/PJ.54/1988
71 1988 SURAT EDARAN BUKU PETUNJUK PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN PASAL 26 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TAHUN 1988 DAN SETERUSNYA
PAJAK NOMOR SE - (SERI PPh PASAL 21-36)
23/PJ.23/1988

72 1988 SURAT EDARAN HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN (SERI PEMERIKSAAN - 39)
PAJAK
NOMOR SE -
25/PJ.54/1988
73 1988 SURAT EDARAN PENYELESAIAN SPT TAHUNAN LEBIH BAYAR YANG DI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SUMBANGKAN UNTUK NEGARA
PAJAK
NOMOR SE -
25/PJ.23/1988
74 1988 SURAT EDARAN KRITERIA WP EFEKTIF DAN WP NON EFEKTIF TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
26/PJ.2/1988
75 1988 SURAT EDARAN DELEGASI WEWENANG PEMERIKSAAN SPT PPh UNTUK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TUJUAN PENETAPAN PAJAK (SERI PEMERIKSAAN - 40)
PAJAK
NOMOR SE -
26/PJ.54/1988

190
76 1988 SURAT EDARAN PETUNJUK PENYUSUNAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN (KKP) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PPh PASAL 25/29 (SERI PEMERIKSAAN - 41)
PAJAK
NOMOR SE -
27/PJ.54/1988
77 1988 SURAT EDARAN RALAT SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SE-26/PJ.2/1988 TANGGAL 27 JULI 1988
PAJAK
NOMOR SE -
28/PJ.23/1988
78 1988 SURAT EDARAN SPT PPh 1986 LEBIH BAYAR YANG LP2-NYA MASIH BELUM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DITERBITKAN OLEH KPDIP.
PAJAK (SERI PEMERIKSAAN - 43)
NOMOR SE -
30/PJ.54/1988
79 1988 SURAT EDARAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SEHARUSNYA TIDAK TERHUTANG
PAJAK
NOMOR SE -
31/PJ.2/1988
80 1988 SURAT EDARAN KETENTUAN PERPAJAKAN DALAM KONTRAK KARYA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERTAMBANGAN
PAJAK
NOMOR SE -
34/PJ.22/1988
81 1988 SURAT EDARAN PENYELESAIAN ATAS LP2 SPT PPh 1986 LEBIH BAYAR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KELOMPOK A WP PENANAMAN MODAL
PAJAK (SERI PEMERIKSAAN - 47)
NOMOR SE -
42/PJ.54/1988
82 1988 SURAT EDARAN SURAT TEGORAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK

191
NOMOR SE -
35/PJ.21/1988
83 1988 SURAT EDARAN PELIMPAHAN WEWENANG UNTUK MEMBERIKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERSETUJUAN
PAJAK UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN KHUSUS SPT PPh (SERI
NOMOR SE - PEMERIKSAAN - 44)
32/PJ.54/1988
84 1988 SURAT EDARAN PENGIRIMAN/PENGAMBILAN SPT TAHUNAN PPh TAHUN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 1988
PAJAK
NOMOR SE -
36/PJ.21/1988
85 1988 SURAT EDARAN FORMULIR UNTUK SARANA PEMERIKSAAN OLEH BPKP (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN - 38)
PAJAK
NOMOR SE -
20/PJ.54/1988
86 1988 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN SPT PPh 1985 (SERI PEMERIKSAAN - 46) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
41/PJ.54/1988
87 1988 SURAT EDARAN PETUNJUK TINDAK LANJUT PENGUMUMAN NOMOR : MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 37/PJ/1988 TANGGAL 31 OKTOBER 1988
PAJAK
NOMOR SE - 73/PJ/1988
88 1988 SURAT EDARAN FASILITAS PELAYANAN PERPAJAKAN BAGI PESERTA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SAYEMBARA LAPORAN TAHUNAN 1986.
PAJAK (SERI PEMERIKSAAN - 48)
NOMOR SE -
43/PJ.54/1988
89 1988 SURAT EDARAN INVENTARISASI PEGAWAI YANG MEMPUNYAI PENDIDIKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL AKUNTANSI DAN ATAU PENDIDIKAN PEMERIKSA

192
PAJAK (SERI PEMERIKSAAN - 49)
NOMOR SE -
44/PJ.54/1988
90 1988 SURAT EDARAN INVENTARISASI LP2 SPT PPh 1986 (SE SERI PEMERIKSAAN - 50) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
45/PJ.54/1988
91 1989 SURAT EDARAN MASALAH TERTIB PENYELESAIAN KEBERATAN DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERMOHONAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK OLEH WAJIB
PAJAK PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.22/1989
92 1989 SURAT EDARAN TERTIB PENYELESAIAN KEBERATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
07/PJ.22/1989
93 1989 SURAT EDARAN PEMATRAPAN PPh PASAL 23/26 HASIL PENELITIAN SPT PPh MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
08/PJ.22/1989
94 1989 SURAT EDARAN PEMBUATAN DKHP EX HASIL PEMERIKSAAN BPKP (SERI TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN - 53)
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.54/1989
95 1989 SURAT EDARAN PENERBITAN NPWP DAN S.K. PENGUKUHAN PKP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
07/PJ.3/1989

193
96 1989 SURAT EDARAN PENERBITAN SKP TERHADAP WAJIB PAJAK YANG TIDAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MEMASUKKAN SPT TAHUNAN PPh
PAJAK
NOMOR SE -
15/PJ.22/1989
97 1989 SURAT EDARAN PENCANTUMAN NPWP PADA FAKTUR PAJAK. (SERI PPN - 138) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
13/PJ.3/1989
98 1989 SURAT EDARAN PPN ATAS PENYERAHAN BKP OLEH PEDAGANG BESAR (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PPN - 141)
PAJAK
NOMOR SE -
20/PJ.3/1989
99 1989 SURAT EDARAN PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN PKP (SERI PPN - 145) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
24/PJ.3/1989
100 1989 SURAT EDARAN PENCANTUMAN DEPOSITO DALAM SPT TAHUNAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
25/PJ.42/1989
101 1989 SURAT EDARAN PENJELASAN MENGENAI PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MENTERI KEUANGAN R.I.
PAJAK NOMOR 444/KMK.04/1989 TANGGAL 5 MEI 1989
NOMOR SE -
25/PJ.42/1989
103 1989 SURAT EDARAN TANGGUNG JAWAB RENTENG PASAL 33 KUP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK

194
NOMOR SE -
30/PJ.5/1989
104 1989 SURAT EDARAN PENGGUNAAN BAHASA ASING DALAM PEMBUKUAN WAJIB TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK NOMOR SE -
15/PJ.31/1989
105 1989 SURAT EDARAN TANDA PENGENAL PEMERIKSA (SERI PEMERIKSAAN-59) TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
38/PJ.71/1989
106 1989 SURAT EDARAN PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DAN SURAT KETETAPAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK NOMOR SE -
90/PJ.11/1989
107 1989 SURAT EDARAN DALUARSA PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
20/PJ.3/1989
108 1989 SURAT EDARAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN WARGA NEGARA INDONESIA YANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BEKERJA
PAJAK PADA PERWAKILAN NEGARA ASING DAN ORGANISASI
NOMOR SE - INTERNASIONAL
40/PJ.41/1989
109 1990 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN ULANG (SERI PEMERIKSAAN - 66) TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
01/PJ.71/1990
110 1990 SURAT EDARAN PENERBITAN STP TERHADAP WP YANG MENGAJUKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERMOHONAN PERPANJANGAN
PAJAK NOMOR SE - PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
02/PJ.42/1990
111 1990 SURAT EDARAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BADAN-BADAN PENYELENGGARA MASIH BERLAKU

195
DIREKTUR JENDERAL PERGURUAN TINGGI SWASTA
PAJAK
NOMOR SE -
12/PJ.431/1990
112 1990 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN TERHADAP SPT TAHUNAN PPh 1989 YANG TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MENYATAKAN LEBIH BAYAR, MENYATAKAN
PAJAK RUGI, MENYALAHI KETENTUAN PENGGUNAAN NORMA
NOMOR SE - PENGHITUNGAN. (SERI PEMERIKSAAN - 68)
14/PJ.71/1990
113 1990 SURAT EDARAN PENELAAHAN SURAT-SURAT EDARAN MENGENAI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN (SERI PEMERIKSAAN - 69)
PAJAK
NOMOR SE -
15/PJ.711/1990
114 1990 SURAT EDARAN EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI WAJIB PAJAK ORANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ASING
PAJAK
NOMOR SE -
16/PJ.41/1990
115 1990 SURAT EDARAN PENYELESAIAN RESTITUSI PPN/PPn BM EKS. KEPPRES NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 56 TAHUN 1988
PAJAK NOMOR SE -
09/PJ.5/1990
116 1990 SURAT EDARAN USAHA MENGHINDARKAN DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL YANG TERHUTANG DALAM TAHUN 1985
PAJAK
NOMOR SE -
16/PJ.74/1990
117 1990 SURAT EDARAN PENULISAN ANGKA RUPIAH PADA DOKUMEN PERPAJAKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
22/PJ.24/1990

196
118 1990 SURAT EDARAN WAJIB PAJAK NON EFEKTIF TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
14/PJ.9/1990
119 1990 SURAT EDARAN PENINJAUAN KEMBALI SURAT EDARAN SERI PEMERIKSAAN - MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 33 (SERI PEMERIKSAAN - 70)
PAJAK
NOMOR SE -
21/PJ.71/1990
120 1990 SURAT EDARAN PENYELESAIAN PENETAPAN DAN KEBERATAN TAHUN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 1983 DAN SEBELUMNYA
PAJAK
NOMOR SE -
18/PJ.45/1990
121 1990 SURAT EDARAN SURAT KEPUTUSAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK (SKKPP) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PPh
PAJAK
NOMOR SE -
20/PJ.44/1990
122 1990 SURAT EDARAN PEMBERIAN NPWP UNTUK WANITA KAWIN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
20/PJ.9/1990
123 1990 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN ATAS TAHUN-TAHUN PAJAK SEBELUM DAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ATAU SESUDAH TAHUN PAJAK YANG SEDANG DIPERIKSA
PAJAK
NOMOR SE -
23/PJ.7/1990
124 1990 SURAT EDARAN PROSEDUR PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS KETETAPAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK HASIL PEMERIKSAAN TIM PEMERIKSAAN
PAJAK
NOMOR SE -

197
31/PJ.45/1990
125 1990 SURAT EDARAN PENGERTIAN "DATA BARU" DAN "DATA YANG SEMULA BELUM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TERUNGKAP"
PAJAK
NOMOR SE -
33/PJ.31/1990
126 1990 SURAT EDARAN PEMINDAHBUKUAN KARENA WP SALAH MENGISI SSP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
41/PJ.9/1990
127 1990 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN TERHADAP BANK (SEBAGAI WAJIB PAJAK) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
31/PJ.7/1990
128 1990 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN TERHADAP WAJIB PAJAK PENERIMA TANDA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHARGAAN
PAJAK NOMOR SE -
33/PJ.71/1990
129 1990 SURAT EDARAN KETENTUAN PERPAJAKAN DALAM KONTRAK KARYA DALAM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL HUBUNGANNYA DENGAN FASILITAS PERPAJAKAN
PAJAK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR (IBT)
NOMOR SE -
40/PJ.34/1990
130 1990 SURAT EDARAN PROGRAM EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PPN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
25/PJ.5.1/1990
131 1991 SURAT EDARAN FOTO COPY SPT TAHUNAN PPh MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
08/PJ.43/1991

198
132 1991 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG TELAH TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DILAKUKAN PENELITIAN MATERIAL.
PAJAK (SERI PEMERIKSAAN - 71)
NOMOR SE -
06/PJ.7/1991

133 1991 SURAT EDARAN PENYELESAIAN PENETAPAN DAN KEBERATAN BERDASARKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN LAMA
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.44/1991
134 1991 SURAT EDARAN NPWP UNTUK WP BADAN ASING, WP PMA, WP BUMN DI KPP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DI LUAR JAKARTA
PAJAK NOMOR SE -
07/PJ.9/1991
135 1991 SURAT EDARAN PERALIHAN NPWP WANITA KAWIN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.9.4/1991
136 1991 SURAT EDARAN PENJELASAN LEBIH LANJUT BUTIR 2 HURUF b SE- MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 13/PJ.31/1990 TENTANG PERLAKUAN PAJAK ATAS DANA
PAJAK JAMINAN REBOISASI
NOMOR SE -
08/PJ.31/1991
137 1991 SURAT EDARAN KETENTUAN PERPAJAKAN DALAM PERJANJIAN KERJASAMA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATU BARA
PAJAK
NOMOR SE -
14/PJ.321/1991

199
138 1991 SURAT EDARAN KEPUTUSAN DIRJEN PAJAK NOMOR KEP-106/PJ.11/1991 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PELIMPAHAN WEWENANG DIRJEN PAJAK KEPADA PARA
PAJAK PEJABAT DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NOMOR SE -
114/PJ.11.2/1991

139 1991 SURAT EDARAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
11/PJ.74/1991
140 1991 SURAT EDARAN PENGIRIMAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.311/1991
141 1991 SURAT EDARAN TATACARA PENYELESAIAN PEMERIKSAAN PAJAK YANG BELUM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAPAT DISELESAIKAN OLEH TIM PEMERIKSA
PAJAK NOMOR SE - DJP-BPKP SAMPAI DENGAN TANGGAL 31 MEI 1991
12/PJ.7/1991
142 1991 SURAT EDARAN SAAT PEMINJAMAN BUKU-BUKU CATATAN-CATATAN, DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DOKUMEN-DOKUMEN
PAJAK
NOMOR SE -
14/PJ.7/1991
143 1991 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN KHUSUS (SERI PEMERIKSAAN - 72) TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
15/PJ.7/1991
144 1991 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR : 679/KMK.04/1991
PAJAK

200
NOMOR SE - 848/PJ/1991
145 1991 SURAT EDARAN PERMOHONAN PINDAH WP KE KPP DIMANA KANTOR PUSAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BADAN BERTEMPAT KEDUDUKAN
PAJAK
NOMOR SE -
17/PJ.4/1991
146 1991 SURAT EDARAN HAL-HAL YANG BELUM DIATUR DALAM KEPUTUSAN DIRJEN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-106/PJ.11/1991 TANGGAL 6 JUNI 1991
PAJAK
NOMOR SE -
302/PJ.11.2/1991
147 1991 SURAT EDARAN PENYELESAIAN KEBERATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
869/PJ./1991
148 1991 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN TERHADAP SPT TAHUNAN PPh 1990 DAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TAHUN-TAHUN SELANJUTNYA YANG : - MENYATAKAN
PAJAK NOMOR SE - LEBIH BAYAR, - MENYATAKAN RUGI, - MENYALAHI
20/PJ.71/1991 KETENTUAN PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGANNYA.
(SERI PEMERIKSAAN - 73)
149 1991 SURAT EDARAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT (P3 SPT) (SERI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN - 74)
PAJAK NOMOR SE -
24/PJ.7/1991
150 1991 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS PEMINDAHBUKUAN (Pbk) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
26/PJ.9/1991
151 1991 SURAT EDARAN PETUNJUK PENERBITAN KEPUTUSAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERSETUJUAN/PENOLAKAN
PAJAK PERMOHONAN PERUBAHAN TAHUN BUKU/TAHUN PAJAK
NOMOR SE - DARI WAJIB PAJAK

201
14/PJ.313/1991
152 1991 SURAT EDARAN PEMUTAHIRAN DATA KEWAJIBAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
29/PJ.94/1991
153 1991 SURAT EDARAN TATA CARA PENELITIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TAHUNAN PPh TAHUN 1991
PAJAK DAN SPT MASA PPN TAHUN 1992
NOMOR SE -
1027/PJ/1991
154 1992 SURAT EDARAN KLU UNTUK PEB TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.51/1992
155 1992 SURAT EDARAN PENERBITAN DAN PENGISIAN LP2/DKHP (SERI PEMERIKSAAN - TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 75)
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.71/1992
156 1992 SURAT EDARAN PENATA USAHAAN SETORAN PAJAK YANG DITANGGUNG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERINTAH
PAJAK
NOMOR SE - 64/PJ./1992
157 1992 SURAT EDARAN RALAT SE DIRJEN PAJAK NO. SE-10/PJ.51/1992 TANGGAL 26-3- MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 1992
PAJAK
NOMOR SE -
12/PJ.51/1992
158 1992 SURAT EDARAN PERMOHONAN PINDAH WP KE KPP DIMANA KANTOR PUSAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BADAN BERKEDUDUKAN (SERI NPWP-24)
PAJAK

202
NOMOR SE -
23/PJ.9/1992
159 1992 SURAT EDARAN PEMANFAATAN DATA PRIORITAS TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
19/PJ.42/1992
160 1992 SURAT EDARAN KONFIRMASI SETORAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
27/PJ.9/1992
161 1993 SURAT EDARAN INVENTARISASI TENAGA PEMERIKSA PAJAK (SERI TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN - 76)
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.7/1993
162 1993 SURAT EDARAN PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG ASING TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BAGI PERUSAHAAN
PAJAK DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING, KONTRAK
NOMOR SE - 01/PJ./1993 KARYA DAN KONTRAK BAGI HASIL
163 1993 SURAT EDARAN PENGHITUNGAN SANKSI ADMINISTRASI BUNGA PASAL 13 TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL AYAT (2) UU NOMOR 6 TAHUN 1983
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.31/1993
164 1993 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR : KEP-451/PJ/1992
PAJAK TANGGAL 18 DESEMBER 1992
NOMOR SE -
02/PJ.24/1993
165 1993 SURAT EDARAN PENERAPAN SANKSI KENAIKAN PASAL 14 AYAT (7) UU PPh MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 1984

203
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.31/1993
166 1993 SURAT EDARAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP- MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 28/PJ.41/1993 TANGGAL 8 MARET 1993
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.41/1993
167 1993 SURAT EDARAN PENYEMPURNAAN TATA CARA PELAYANAN PEMBERIAN NPWP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAN NOMOR PENGUKUHAN PKP
PAJAK
NOMOR SE -
07/PJ.24/1993
168 1993 SURAT EDARAN PERUBAHAN ATAS SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR SE-47/PJ.71/89, SE-01/PJ.71/90,
PAJAK SE-04/PJ.71/90, DAN SE-11/PJ.71/90 (SERI PEMERIKSAAN - 77)
NOMOR SE -
07/PJ.73/1993

169 1993 SURAT EDARAN CAP (STEMPEL) TANGGAL TANDA TERIMA SURAT KEBERATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
14/PJ.45/1993
170 1993 SURAT EDARAN PERBAIKAN KESALAHAN KETIK PADA SE DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-03/PJ.31/1993
PAJAK TANGGAL 30 JANUARI 1993
NOMOR SE -
21/PJ.313/199
171 1993 SURAT EDARAN PENERBITAN KARTU NPWP DAN NOMOR PENGUKUHAN PKP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SEHUBUNGAN SE-07/PJ.24/1993
PAJAK TANGGAL 7 JULI 1993
NOMOR SE -

204
09/PJ.24/1993
172 1993 SURAT EDARAN PEMBERIAN NPWP BAGI DANA PENSIUN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
14/PJ.24/1993
173 1993 SURAT EDARAN PERHITUNGAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL HUTANG PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.9/1993
174 1993 SURAT EDARAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT (P3SPT) WAJIB PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERSEORANGAN (SERI PEMERIKSAAN 78)
PAJAK
NOMOR SE -
20/PJ.7/1993
175 1993 SURAT EDARAN PEMBERITAHUAN PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TAHUN 1993
PAJAK
NOMOR SE -
29/PJ.41/1993
176 1993 SURAT EDARAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 928/KMK.04/1993 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
32/PJ.41/1993
177 1993 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 16, 26 DAN 36 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KUP
PAJAK
NOMOR SE - 68/PJ./1993

205
178 1993 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTAR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DITJEN PAJAK, BULOG DAN GAPEGTI
PAJAK
NOMOR SE - 74/PJ./1993

179 1993 SURAT EDARAN PEDOMAN PELAKSANAAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-1444/PJ.24/1993
PAJAK TENTANG KLU-1994
NOMOR SE -
17/PJ.24/1993
180 1994 SURAT EDARAN PELAKSANAAN TUPRP MULAI 1 APRIL 1994 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.951/1994
181 1994 SURAT EDARAN PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK SEBAGAI HASIL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN DAN TINDAK LANJUT PENAGIHANNYA
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.75/1994
182 1994 SURAT EDARAN PENGIRIMAN SPH DENGAN PERLAKUAN KHUSUS TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAKNOMOR SE -
05/PJ.9/1994
183 1994 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 15/KMK.04/1994
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.3/1994
184 1994 SURAT EDARAN PELAKSANAAN TUPRP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -

206
07/PJ.9/1994
185 1994 SURAT EDARAN RESTITUSI PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DENGAN KETENTUAN DALAM PPPB
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.10/1994
186 1994 SURAT EDARAN PENCEGAHAN DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.752/1994
187 1994 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN KETERKAITAN (SERI PEMERIKSAAN - 79) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
11/PJ.7/1994
188 1994 SURAT EDARAN TINDAK LANJUT LP2 DAN PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERUSAHAAN GO PUBLIC (SERI PEMERIKSAAN - 80)
PAJAK
NOMOR SE -
12/PJ.7/1994
189 1994 SURAT EDARAN PENEGASAN TERHADAP HAL-HAL YANG PERLU MENDAPAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERHATIAN BERKENAAN DENGAN PENGOPERASIAN
PAJAK PERANGKAT LUNAK KOMPUTERISASI ADMINISTRASI
NOMOR SE - PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PADA UNIT KERJA
13/PJ.7/1994 PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK. (SERI PEMERIKSAAN -
81)
190 1994 SURAT EDARAN PENEGASAN TIDAK DILAKUKANNYA VERIFIKASI ATAU MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN TERHADAP SPBU,
PAJAK AGEN DEALER PERTAMINA YANG DIATUR DALAM PERJANJIAN
NOMOR SE - KERJASAMA ANTARA DITJEN PAJAK,
21/PJ.41/1994 PERTAMINA DAN HISWANA MIGAS
191 1995 SURAT EDARAN PENAMBAHAN DAN PENYEMPURNAAN SSP MASIH BERLAKU

207
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.24/1995
192 1995 SURAT EDARAN KODE UNIT KANTOR YANG MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN - 82)
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.7/1995
193 1995 SURAT EDARAN TANGGAL PENERIMAAN SPT MASA (TERMASUK LEMBAR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KETIGA SSP), SPT TAHUNAN DAN SURAT KEBERATAN
PAJAK YANG JATUH TEMPONYA BERTEPATAN DENGAN HARI LIBUR
NOMOR SE -
06/PJ.112/1995
194 1995 SURAT EDARAN BENTUK FORMULIR STP DAN SKP PAJAK PENGHASILAN, PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERTAMBAHAN NILAI
PAJAK DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
NOMOR SE -
07/PJ.24/1995
195 1995 SURAT EDARAN PENEGASAN KETENTUAN PASAL 3 AYAT (3) HURUF b, PASAL 3 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL AYAT (4) DAN PASAL 9 AYAT (2)
PAJAK UU NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KUP SEBAGAIMANA
NOMOR SE - TELAH DIUBAH DENGAN UU NOMOR 9 TAHUN 1994
04/PJ.3/1995
196 SURAT EDARAN PENERBITAN STP DAN SKP TAHUN PAJAK 1994 DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SEBELUMNYA YANG DIKELUARKAN SEJAK 1 JANUARI 1995
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.3/1995
197 1995 SURAT EDARAN PENEGASAN KETENTUAN PASAL 8 AYAT (1) DAN AYAT (4), MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SERTA PASAL 9 AYAT (2)
PAJAK UU NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KUP SEBAGAIMANA
NOMOR SE - TELAH DIRUBAH DENGAN UU NO. 9 TAHUN 1994

208
02/PJ.3/1995
198 1995 SURAT EDARAN PENGERTIAN PENANGGUNG PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.3/1995
199 1995 SURAT EDARAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.9/1995
200 1995 SURAT EDARAN TATA CARA PENGISIAN DAN PROSEDUR PENERBITAN STP DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SKP DALAM MASA TRANSISI
PAJAK
NOMOR SE -
11/PJ.24/1995
201 1995 SURAT EDARAN KERAHASIAAN BANK DALAM KAITANNYA DENGAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN PAJAK. (SERI PEMERIKSAAN 83)
PAJAK
NOMOR SE -
07/PJ.7/1995
202 1995 SURAT EDARAN PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NO. : KEP-05/PJ.24/1995
PAJAK TENTANG BENTUK SURAT TAGIHAN PAJAK DAN SURAT
NOMOR SE - KETETAPAN PAJAK ATAS PAJAK PENGHASILAN,
17/PJ.24/1995 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK
PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
203 1995 SURAT EDARAN TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBAYARAN PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.9/1995
204 1995 SURAT EDARAN TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEPADA WAJIB MASIH BERLAKU

209
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
07/PJ.9/1995
205 1995 SURAT EDARAN RENCANA PEMERIKSAAN LENGKAP TAHUN 1995/1996 (SERI TIDAK BERLAU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN - 84)
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.7/1995

206 1995 SURAT EDARAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT (P3 SPT) TAHUN 1994 TIDAK BERLAU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN - 85)
PAJAK
NOMOR SE -
12/PJ.7/1995
207 1995 SURAT EDARAN PENCEGAHAN DALUWARSA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
13/PJ.75/1995
208 1995 NOMOR SE - PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN TERHADAP ANGGOTA MASIH BERLAKU
37/PJ.53/1995 ASPERINDO DAN ANGGOTA GAFEKSI
DAN PENGUKUHAN MENJADI PENGUSAHA KENA PAJAK
209 1995 NOMOR SE - PENEGASAN PEMERIKSAAN KETERKAITAN (SERI PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
14/PJ.7/1995 - 86)
210 1995 NOMOR SE - BENTUK SKPKPP (KP PDIP 5.30) DAN SKPKPP PENGGANTI (KP MASIH BERLAKU
08/PJ.9/1995 PDIP 5.31)

211 1995 NOMOR SE - PENJELASAN LEBIH LANJUT MENGENAI PELAKSANAAN UJI TIDAK BERLAKU
43/PJ.111/1995 COBA PEMERIKSAAN SEDERHANA KANTOR
DAN PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN
212 1995 NOMOR SE - TIDAK BERLAKU

210
17/PJ.7/1995 PENEGASAN ATAS PEMERIKSAAN DALAM RANGKA P3SPT
TAHUN PAJAK 1994 (SERI PEMERIKSAAN – 87
213 1995 NOMOR SE - PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS DALAM PEMBUKUAN WAJIB MASIH BERLAKU
09/PJ.3/1995 PAJAK
214 1995 NOMOR SE - PENATA USAHAAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
18/PJ.7/1995
215 1995 NOMOR SE - PEMBATALAN SE-07/PJ.7/1995 TANGGAL 31 MARET 1995 MASIH BERLAKU
19/PJ.72/1995
216 1995 NOMOR SE - PENGIRIMAN URAIAN PEMANDANGAN KEBERATAN YANG MASIH BERLAKU
50/PJ.45/1995 MENDEKATI TANGGAL JATUH TEMPO
217 1995 NOMOR SE - PENEGASAN TAMBAHAN TENTANG KRITERIA DAN JANGKA MASIH BERLAKU
21/PJ.7/1995 WAKTU PENGEMBANGAN PEMERIKSAAN
KETERKAITAN (SERI PEMERIKSAAN - 88)
218 1995 NOMOR SE - PELAKSANAAN TUPRP MASIH BERLAKU
25/PJ.24/1995
219 1995 NOMOR SE - TIDAK BERLAKU
11/PJ.3/1995 PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DALAM BAHASA INGGRIS
DAN MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT
BAGI WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL
ASING, KONTRAK KARYA, KONTRAK BAGI HASIL
DAN KEGIATAN USAHA ATAU BADAN LAIN
220 1995 NOMOR SE - KETERLAMBATAN PENYELESAIAN SPT LEBIH BAYAR YANG MASIH BERLAKU
121/PJ.112/1995 SUDAH DALUWARSA
221 1995 NOMOR SE - MASIH BERLAKU
23/PJ.72/1995 PENYEMPURNAAN FORMULIR PERMINTAAN PEMERIKSAAN
KETERKAITAN DAN PEMBERITAHUAN
MELAKUKAN PEMERIKSAAN KETERKAITAN
222 1995 NOMOR SE - PERUBAHAN KODE NOTA UNTUK PEMBUATAN NOTA TIDAK BERLAKU
26/PJ.24/1995 PENGHITUNGAN DAN KODE KETETAPAN PER JENIS PAJAK
223 1996 NOMOR SE - PENJELASAN SURAT EDARAN NOMOR : SE-121/PJ.112/1995 MASIH BERLAKU
03/PJ.112/1996 TANGGAL 19 DESEMBER 1995
TENTANG KETERLAMBATAN PENYELESAIAN SPT LEBIH BAYAR
YANG SUDAH DALUWARSA

211
224 1996 NOMOR SE - PENEGASAN DAN PENYEMPURNAAN KETENTUAN TIDAK BERLAKU
02/PJ.7/1996 PEMERIKSAAN RUTIN (SERI PEMERIKSAAN 01-96)
225 1996 NOMOR SE - PEMERIKSAAN KHUSUS (SERI PEMERIKSAAN 02-96 TIDAK BERLAKU
03/PJ.7/1996
226 1996 NOMOR SE - TIDAK BERLAKU
04/PJ.7/1996 KOORDINASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK
LOKASI (SERI PEMERIKSAAN 03-96)
227 1996 NOMOR SE - MASIH BERLAKU
22/PJ.111/1996 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-
16/PJ/1996 TANGGAL 15 MARET 1996
228 1996 NOMOR SE - KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP- MASIH BERLAKU
21/PJ.111/1996 15/PJ/1996 TANGGAL 15 MARET 1996
229 1996 NOMOR SE - MASIH BERLAKU
05/PJ.7/1996 MASA TRANSISI PENERAPAN SE-02/PJ.7/1996, SE-
03/PJ.7/1996; SE-04/PJ.7/1996
230 1996 NOMOR SE - PROSEDUR PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS KETETAPAN MASIH BERLAKU
15/PJ.45/1996 PAJAK HASIL PEMERIKSAAN
231 1996 NOMOR SE - PERUBAHAN/RALAT ATAS SURAT EDARAN NOMOR : SE- TIDAK BERLAKU
01/PJ.31/1996 11/PJ.3/1995 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN
DALAM BAHASA INGGRIS DAN MATA UANG DOLLAR AMERIKA
SERIKAT BAGI WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PMA, KONTRAK
KARYA, KONTRAK BAGI HASIL DAN KEGIATAN USAHA ATAU
BADAN LAIN
232 1996 NOMOR SE - PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
07/PJ.24/1996 NOMOR : KEP-58/PJ.1/1996 TANGGAL 31 MEI 1996
233 1996 NOMOR SE - PENYEMPURNAAN LP2/DKHP (SERI PEMERIKSAAN 04-96 TIDAK BERLAKU
10/PJ.7/1996
234 1996 NOMOR SE - RALAT LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
08/PJ.24/1996 NOMOR KEP-64/PJ.1/1996 TANGGAL 20 JUNI 1996
TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR KEP-54/PJ.24/1994 TENTANG PENAMBAHAN
DAN PENYEMPURNAAN FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK
DAN PENAMBAHAN KODE/MAP & SETORAN PAJAK

212
PENGHASILAN FINAL ATAS JASA PERUSAHAAN PELAYARAN
DALAM NEGERI (KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
416/KMK.04/1996) DAN JASA PERUSAHAAN PELAYARAN
DAN/ATAU
PENERBANGAN LUAR NEGERI (KEPUTUSAN MENTERI
KEUANGAN NOMOR 417/KMK.04/1996)
235 1996 SURAT EDARAN RENCANA PEMERIKSAAN TAHUN 1996 (SERI PEMERIKSAAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 05-96)
PAJAKNOMOR SE -
12/PJ.7/1996
236 1996 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR : KEP-72/PJ.1/1996 TANGGAL 5 JULI 1996
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.24/1996
237 1996 SURAT EDARAN RALAT LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR : KEP-58/PJ.1/1996 TANGGAL 31 MEI 1996
PAJAK TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
NOMOR SE - PAJAK NOMOR : KEP-1165/PJ.24/1993 TENTANG SISTEM,
10/PJ.24/1996 BENTUK DAN JENIS LAPORAN BIDANG OPERASIONAL DALAM
LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KHUSUS
MENGENAI BIDANG PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI
PERPAJAKAN DAN
KEP-17/PJ.24/1995 TANGGAL 1 MEI 1995 TENTANG
PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR : KEP-1165/PJ.24/1993 TENTANG SISTEM, BENTUK
DAN JENIS LAPORAN BIDANG OPERASIONAL DALAM
LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KHUSUS
MENGENAI SISTEM DAN BENTUK LAPORAN
PENERIMAAN PAJAK (LPP) I DAN LAPORAN PENERIMAAN
PAJAK (LPP) II, SERTA SE-07/PJ.24/1996 TANGGAL 10 JUNI
1996 TENTANG PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-58/PJ.1/1996 TANGGAL 31

213
MEI 1996
238 1996 SURAT EDARAN PENEGASAN/PETUNJUK PEMBUATAN NOTA PENGHITUNGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
13/PJ.7/1996
239 1996 SURAT EDARAN PETUNJUK PENERBITAN STP DAN PELAKSANAAN PENAGIHAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
37/PJ.6/1996
240 1996 NOMOR SE - RALAT KE 2 KEP-58/PJ.1/1996 TANGGAL 31 MEI 1996 MASIH BERLAKU
12/PJ.24/1996
241 1996 NOMOR SE - PEMBERIAN KODE MAP DAN KODE SETORAN UNTUK PPH MASIH BERLAKU
14/PJ.24/1996 FINAL ATAS PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP
DAN PERUBAHAN KODE MAP ATAS PERSEWAAN TANAH DAN
BANGUNAN YANG DIPUNGUT OLEH PEMUNGUT
242 1996 NOMOR SE - PENEGASAN ATAS SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK NOMOR : SE- MASIH BERLAKU
16/PJ.7/1996 10/PJ.7/1996
PERIHAL PENYEMPURNAAN LP2/DKHP

243 1996 NOMOR SE - PENYESUAIAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE TIDAK BERLAKU
16/PJ.24/1996 KETETAPAN PER JENIS PAJAK
244 1996 NOMOR SE - PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN DALAM RANGKA MASIH BERLAKU
18/PJ.7/1996 EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK
(SERI PEMERIKSAAN 06-96)
245 1996 NOMOR SE - LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PSL DALAM RANGKA MASIH BERLAKU
18/PJ.23/1996 EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK
246 1996 NOMOR SE - PENANGANAN PELAKSANAAN PSL PPN DAN PPn BM OLEH MASIH BERLAKU
20/PJ.7/1996 AKUNTAN PUBLIK
247 1996 NOMOR SE - PENAGIHAN DAN PENCEGAHAN DALUWARSA MASIH BERLAKU
21/PJ.7/1996
248 1997 NOMOR SE - PEMBUATAN LAPORAN PSL EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU

214
01/PJ.23/1997
249 1997 NOMOR SE - PENERAAN SSP OLEH BANK PERSEPSI/BANK DEVISA PERSEPSI/ MASIH BERLAKU
01/PJ.9/1997 SENTRAL GIRO DAN PENATA USAHAAN SSP
250 1997 NOMOR SE - PENANGANAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN MASIH BERLAKU
01/PJ.7/1997
251 1997 NOMOR SE - PENAGIHAN DAN PENCEGAHAN DALUWARSA MASIH BERLAKU
03/PJ.7/1997
252 1997 NOMOR SE - PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN PPN DAN PPn BM MASIH BERLAKU
02/PJ.7/1997 TERHADAP
PENGUSAHA KENA PAJAK PEDAGANG ECERAN
253 1997 NOMOR SE - PENGATURAN KEMBALI KODE MAP DAN KODE SETORAN MASIH BERLAKU
03/PJ.24/1997 PAJAK
254 1997 NOMOR SE - RALAT SURAT EDARAN NOMOR SE - 01/PJ.8/1997 TANGGAL 7 MASIH BERLAKU
02/PJ.8/1997 PEBRUARI 1997
255 1997 NOMOR SE - EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DENGAN PEMANFAATAN DATA MASIH BERLAKU
04/PJ.2/1997 PBB
256 1997 NOMOR SE - PEMERIKSAAN TERHADAP KEABSAHAN SSP LEMBAR KE-3 MASIH BERLAKU
04/PJ.7/1997 SEBAGAI BUKTI SETORAN PAJAK YANG DAPAT
DIPERHITUNGKAN SEBAGAI KREDIT PAJAK (SERI PEMERIKSAAN
01-97)
257 1997 NOMOR SE - PENUNDAAN PELAKSANAAN SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK MASIH BERLAKU
07/PJ.24/1997 NOMOR SE-03/PJ.24/1997 TANGGAL 7 FEBRUARI 1997
258 1997 NOMOR SE - TATA CARA PENYETORAN TAMBAHAN PAJAK PENGHASILAN MASIH BERLAKU
09/PJ.24/1997 ATAS SAHAM PENDIRI
259 1997 NOMOR SE - KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN TAHUN 1997 (SERI TIDAK BERLAKAU
09/PJ.7/1997 PEMERIKSAAN 02-97)

260 1997 NOMOR SE - PELIMPAHAN WAJIB PAJAK KARENA BERALIHNYA WEWENANG MASIH BERLAKU
07/PJ.9/1997 KPP
261 1997 NOMOR SE - PENEGASAN SE-09/PJ.7/1997 TANGGAL 1 AGUSTUS 1997 (SERI MASIH BERLAKU
11/PJ.7/1997 PEMERIKSAAN 03-97)

215
262 1997 NOMOR SE - PENEGASAN ATAS PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK LOKASI MASIH BERLAKU
12/PJ.73/1997
263 1997 NOMOR SE - PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN SURAT EDARAN DIREKTUR MASIH BERLAKU
13/PJ.7/1997 JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-04/PJ.7/1997 TANGGAL 5 MEI
199
264 1997 NOMOR SE - PENGUMUMAN PENGAJUAN SURAT BANDING ATAU SURAT MASIH BERLAKU
417/PJ.1/1997 GUGATAN
265 1998 NOMOR SE - PELAYANAN SETORAN PENERIMAAN NEGARA PADA AKHIR MASIH BERLAKU
01/PJ.21/1998 TAHUN ANGGARAN 1997/1998
267 1998 NOMOR SE - TIDAK BERLAKU
03/PJ.24/1998 PENYESUAIAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE
KETETAPAN PER JENIS PAJAK
268 1998 NOMOR SE - PELAYANAN PENERIMAAN SPT TAHUNAN PPh TAHUN 1997 MASIH BERLAKU
05/PJ.44/1998 PADA HARI LIBUR DALAM BULAN MARET 1998
269 1998 NOMOR SE - PERLAKUAN PERPAJAKAN BAGI PERHIMPUNAN PENGHUNI MASIH BERLAKU
01/PJ.33/1998 DARI RUMAH SUSUN YANG "STRATA TITLE"
270 1998 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN DAN RENCANA PEMERIKSAAN TAHUN 1998 TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN 02-98)
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.7/1998
271 1998 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN ULANG (SERI PEMERIKSAAN - 01) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.7/1998
272 1998 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN EDITING KODE SETORAN SSP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
05/PJ.24/1998
273 1998 SURAT EDARAN TATA CARA PENYETORAN PAJAK YANG PEMUNGUTAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAKNYA DISETOR SENDIRI DENGAN SSP FINAL

216
PAJAK DAN/ATAU DIPUNGUT OLEH WAJIB PUNGUT DAN
NOMOR SE - DISETORKAN DENGAN SSP UMUM
01/PJ.9/1998
274 1998 SURAT EDARAN NOMOR SE - 06/PJ.24/1998 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.24/1998
275 1998 NOMOR SE - PENGGUNAAN NOMOR IDENTITAS TUNGGAL WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
02/PJ.9/1998
276 1998 NOMOR SE - PETUNJUK PENANGANAN PERKARA GUGATAN TERHADAP TIDAK BERLAKU
05/PJ.34/1998 DITJEN PAJAK DI PENGADILAN
277 1998 NOMOR SE - EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI BADAN/LEMBAGA MASIH BERLAKU
06/PJ.31/1998 PEMERINTAH YANG MEMENUHI SYARAT MENJADI SUBJEK
PAJAK
278 1998 NOMOR SE - PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN MASIH BERLAKU
15/PJ.33/1998 SPT MASA PPh, PPN/PPn BM BULAN APRIL 1998
(SUSULAN SE-07/PJ.34/1998 TANGGAL 15 MEI 1998)
279 1998 SURAT EDARAN PENEGASAN KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN (SERI TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN 06-98)
PAJAK
NOMOR SE -
07/PJ.7/1998
280 1998 NOMOR SE - PERHITUNGAN UTANG PBB DENGAN PENGEMBALIAN MASIH BERLAKU
16/PJ.33/1998 KELEBIHAN PEMBAYARAN PPh, PPN, DAN PPn BM
281 1998 NOMOR SE - KELENGKAPAN DATA DALAM PROSEDUR/PROGRAM MASIH BERLAKU
08/PJ.74/1998 PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP NOTARIS/PPAT
282 1998 NOMOR SE - PEMBERITAAN TENTANG FASILITAS PERPAJAKAN MASIH BERLAKU
19/PJ.5/1998
283 1998 NOMOR SE - PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PPh PASAL 25 DAN MASIH BERLAKU
07/PJ.34/1998 SETORAN MASA PPN/PPn BM BULAN APRIL 1998
284 1998 NOMOR SE - SURAT SETORAN PAJAK (SSP) MASIH BERLAKU
03/PJ.9/1998

217
285 1998 NOMOR SE - PENYESUAIAN SE-05/PJ.24/1998 TANGGAL 9 APRIL 1998 MASIH BERLAKU
07/PJ.24/1998
286 1998 NOMOR SE - PENERBITAN, PEMBUATAN DAN PENGIRIMAN LP2/DKHP (SERI TIDAK BERLAKU
03/PJ.7/1998 PEMERIKSAAN 03-98)
287 1998 NOMOR SE - PENEGASAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK (SERI TIDAK BERLAKU
04/PJ.7/1998 PEMERIKSAAN 04-98)
288 1998 NOMOR SE - PENELITIAN KEMBALI WAJIB PAJAK NON EFEKTIF DAN SPT MASIH BERLAKU
10/PJ.24/1998 KEMPOS
289 1998 NOMOR SE - PENGUASAAN WILAYAH DALAM RANGKA EKSTENSIFIKASI MASIH BERLAKU
09/PJ.23/1998 WAJIB PAJAK
290 1998 NOMOR SE - PENCABUTAN KETENTUAN TENTANG PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
06/PJ.7/1998 KETERKAITAN (SERI PEMERIKSAAN 05-98)
291 1998 NOMOR SE - TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI MASIH BERLAKU
13/PJ.33/1998 ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN
KETETAPAN PAJAK
292 1998 NOMOR SE - PEMBATALAN SK PEMBERIAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN MASIH BERLAKU
14/PJ.33/1998 PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGAJUKAN
KEBERATAN/BANDING
293 1998 NOMOR SE - RALAT LAMPIRAN SE-03/PJ.9/1998 PERIHAL SURAT SETORAN MASIH BERLAKU
05/PJ.9/1998 PAJAK
294 1998 NOMOR SE - PERLAKUAN TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN TIM PEMERIKSA MASIH BERLAKU
219/PJ./1998 BERSAMA DJP-DJBC ATAS PPh PASAL 22, PPN
DAN PPn BM YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT IMPOR
295 1998 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
221/PJ./1998
296 1998 NOMOR SE - PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN TERHADAP WAJIB MASIH BERLAKU
11/PJ.7/1998 PAJAK YANG TEMPAT TERDAFTARNYA BERPINDAH DARI KPP
TEMPAT WAJIB PAJAK SEMULA TERDAFTAR KE KPP LAINNYA
297 1998 NOMOR SE - PERUBAHAN KLU WAJIB PAJAK SEHUBUNGAN DENGAN HASIL MASIH BERLAKU
13/PJ.21/1998 PEMERIKSAAN

218
298 1998 NOMOR SE - PENEGASAN MAP DAN KODE JENIS SETORAN JASA MASIH BERLAKU
14/PJ.24/1998 PENERBANGAN DALAM NEGERI

299 1998 SURAT EDARAN JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
13/PJ.75/1998
300 1998 SURAT EDARAN NOMOR SE - 16/PJ.24/1998 TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
16/PJ.24/1998
301 1998 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-208/PJ/1998 TANGGAL 6 OKTOBER 1998
PAJAK
NOMOR SE -
40/PJ.42/1998
302 1999 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENEGASAN ATAS PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU
PAJAK PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI
NOMOR SE - DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
01/PJ.33/1999
303 1999 SURAT EDARAN FORMULIR-FORMULIR KETETAPAN PPh FINAL DAN PPN ATAS TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL IMPOR, PPN PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DARI
PAJAK LUAR DAERAH PABEAN, PPN PEMANFAATAN JKP DARI LUAR
NOMOR SE - DAERAH PABEAN, PPN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH
03/PJ.24/1999 PEMUNGUT PAJAK, PPN ATAS JASA MEMBANGUN SENDIRI
SERTA PPn BM
ATAS IMPOR DAN PPn BM PEMUNGUTAN PAJAK OLEH
PEMUNGUT PAJAK
304 1999 SURAT EDARAN PELAYANAN PENERIMAAN SPT TAHUNAN PPh TAHUN 1998 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PADA HARI LIBUR DALAM BULAN MARET 1999

219
PAJAK
NOMOR SE - 46/PJ./1999
305 1999 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN DALAM RANGKA TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PAJAK
NOMOR SE -
16/PJ.6/1999
306 1999 SURAT EDARAN PENEGASAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN MEDIA TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ELEKTRONIK SEBAGAI LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN
PAJAK MASA PPN
NOMOR SE -
57/PJ.91/1999
307 1999 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN DAN RENCANA PEMERIKSAAN TAHUN 1999 TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN 01-99)
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.7/1999
308 1999 SURAT EDARAN TATA CARA PEMROSESAN PEMBERITAHUAN/PERMOHONAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL WAJIB PAJAK YANG WAJIB DISELESAIKAN DALAM
PAJAK JANGKA WAKTU 30 (TIGA PULUH) HARI ATAU 1 (SATU) BULAN
NOMOR SE -
24/PJ.42/1999
309 1999 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.75/1999
310 1999 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DI TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL LUAR WILAYAH KERJA PEJABAT
PAJAK YANG BERWENANG MENERBITKAN SURAT PAKSA
NOMOR SE -
05/PJ.75/1999
311 1999 SURAT EDARAN PERLAKUAN DAN PENDEKATAN PEMERIKSAAN TERHADAP TIDAK BERLAKU

220
DIREKTUR JENDERAL GOLONGAN WAJIB PAJAK,
PAJAK SERTA PENERAPAN TEKNIK SAMPLING DALAM PEMERIKSAAN
NOMOR SE - PAJAK (SERI PEMERIKSAAN 02-99)
06/PJ.7/1999
312 1999 SURAT EDARAN PENJELASAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR SE-24/PJ.42/1999 TANGGAL 31 MARET 1999
PAJAK
NOMOR SE -
44/PJ.42/1999
313 1999 SURAT EDARAN KONFIRMASI SETORAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.24/1999
314 1999 SURAT EDARAN PEREKAMAN TANGGAL BAYAR SSP LEMBAR 2 DAN SSP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL LEMBAR 3
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.9/1999
315 1999 SURAT EDARAN SE-03/PJ.24/1999 TANGGAL 3 MARET 1999 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
11/PJ.24/1999
316 1999 SURAT EDARAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
356/PJ.332/1999
317 1999 SURAT EDARAN PENOMORAN STP BUNGA PENAGIHAN DAN PEMBUATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAFTAR PENGANTAR KEPUTUSAN PENGURANGAN
PAJAK
NOMOR SE -

221
726/PJ.1/1999
318 1999 SURAT EDARAN PERCEPATAN PENYELESAIAN KEBERATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
51/PJ.45/1999
319 1999 SURAT EDARAN PENYELESAIAN PERMOHONAN UNTUK PENETAPAN SUATU MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TEMPAT USAHA
PAJAK SEBAGAI TEMPAT TERUTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
NOMOR SE -
19/PJ.52/1999
320 1999 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KEPADA WAJIB PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
304/PJ./1999
321 1999 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
53/PJ.41/1999
322 1999 SURAT EDARAN PENANGANAN SURAT SETORAN PAJAK DALAM RANGKA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL IMPLEMENTASI SISTEM INTERNAL CHECK
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.95/1999
323 1999 SURAT EDARAN PENGIRIMAN PAKET SPT TAHUNAN PPH MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
61/PJ.14/1999
324 1999 SURAT EDARAN PENGGUNAAN SISA FAKTUR PAJAK STANDAR YANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TERLANJUR DICETAK

222
PAJAK DENGAN SATUAN TAHUN 19...... DIGANTI DENGAN SATUAN
NOMOR SE - TAHUN 20....
22/PJ.54/1999
325 2000 SURAT EDARAN BENTUK FORMULIR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHASILAN
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.24/2000
326 2000 SURAT EDARAN PENGANTAR KEP-35/PJ/2000 TENTANG TATA CARA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN
PAJAK TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
NOMOR SE - 41/PJ/2000
327 2000 SURAT EDARAN PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.75/2000
328 2000 PENEGASAN TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
SURAT EDARAN PAJAK NOMOR KEP-35/PJ/2000 TANGGAL 11 FEBRUARI 2000
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE - 80/PJ/2000
329 2000 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN TAHUN 2000 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.7/2000
330 2000 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
05/PJ.75/2000
331 2000 SURAT EDARAN TATA CARA DAN PROSEDUR AWAL PELAKSANAAN PELAPORAN MASIH BERLAKU

223
DIREKTUR JENDERAL MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.9/2000
332 2000 SURAT EDARAN PERBAIKAN DAN PERUBAHAN ATAS LAMPIRAN SE- MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 57/PJ.91/1999
PAJAK TENTANG STRUKTUR DATA LAMPIRAN SPT MASA PPN YANG
NOMOR SE - DILAPORKAN MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK
116/PJ./2000
333 2000 SURAT EDARAN PENERBITAN SURAT TEGURAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.33/2000
334 2000 SURAT EDARAN IMPLEMENTASI RENCANA DAN STRATEGI PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK (SERI PEMERIKSAAN 02-00)
PAJAK
NOMOR SE -
07/PJ.7/2000
335 2000 SURAT EDARAN PENYESUAIAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KETETAPAN PER JENIS PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.24/2000
336 2000 SURAT EDARAN PENGATURAN KEMBALI KODE JENIS PAJAK/MAP DAN KODE MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENIS SETORAN
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.24/2000
337 2000 SURAT EDARAN PENCABUTAN KETENTUAN ANGKA 8 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-04/PJ.33/1998
PAJAK TANGGAL 30 APRIL 1998 DAN SURAT EDARAN DIREKTUR
NOMOR SE - JENDERAL PAJAK NOMOR SE-18/PJ.33/1999 TANGGAL 26

224
05/PJ.33/2000 AGUSTUS 1999
338 2000 SURAT EDARAN PENGUMUMAN NOMOR PENG-401/SP/2000 TENTANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENYELESAIAN BANDING ATAS SENGKETA PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
213/PJ./2000
339 2000 SURAT EDARAN PENEGASAN TENTANG PENGERTIAN FORCE MAJEURE DALAM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SURAT EDARAN NOMOR SE-21/PJ.4/1995 TENTANG SURAT
PAJAK KETERANGAN BEBAS (SKB) PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN
NOMOR SE - PPh
24/PJ.43/2000
340 2000 SURAT EDARAN TATA CARA PENERBITAN ULANG SURAT TEGURAN, MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENERBITAN SURAT PAKSA PENGGANTI, DAN PEMBETULAN
PAJAK ATAU PENGGANTIAN SURAT-SURAT DALAM RANGKA
NOMOR SE - PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK
08/PJ.75/2000
341 2000 SURAT EDARAN TATA CARA PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL (SKF) TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NON BURSA
PAJAK
NOMOR SE -
26/PJ.44/2000
342 2000 SURAT EDARAN TATA CARA PEMBERITAHUAN PELAKSANAAN PENAGIHAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PAJAKNOMOR SE - DAN PENYITAAN DI LUAR WILAYAH KERJA PEJABAT YANG
09/PJ.75/2000 BERWENANG MENERBITKAN SURAT PAKSA
343 2000 SURAT EDARAN PENEGASAN KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN TAHUN 2000 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SERI PEMERIKSAAN 03-00)
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.7/2000
344 2000 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR KEP-455/PJ/2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-

225
NOMOR SE - 35/PJ/2000 TANGGAL 11 FEBRUARI 2000 TENTANG TATA
05/PJ.24/2000 CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN PPh
345 2000 SURAT EDARAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP- MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 550/PJ./2000 TANGGAL 29 DESEMBER 2000 TENTANG TATA
PAJAK CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI KRITERIA
NOMOR SE - TERTENTU DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN
551/PJ./2000 PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DALAM
RANGKA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
346 2000 SURAT EDARAN PERATURAN PEMERINTAH, KEPUTUSAN PRESIDEN, DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN SEBAGAI PERATURAN
PAJAK PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN UNDANG-
NOMOR SE - UNDANG PERPAJAKAN TAHUN 2000
542/PJ./2000
347 2001 SURAT EDARAN WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI
PAJAK BERUPA DENDA KARENA TIDAK MENYAMPAIKAN SPT DALAM
NOMOR SE - JANGKA WAKTU YANG DITENTUKAN
02/PJ.33/2001
348 2001 SURAT EDARAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN DAN KEPUTUSAN DIREKTUR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENDERAL PAJAK SEBAGAI
PAJAK PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN
NOMOR SE - 49/PJ./2001 UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN TAHUN 2000
349 2001 SURAT EDARAN TATA CARA PENGHITUNGAN BESARNYA PEMBERIAN IMBALAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BUNGA KEPADA WAJIB PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.33/2001
350 2001 SURAT EDARAN TATA CARA PENENTUAN WAJIB PAJAK PATUH TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL YANG DAPAT DIBERIKAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN
PAJAK KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.33/2001

226
351 2001 SURAT EDARAN PETUNJUK EDITING SSP LEMBAR KE-2 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.24/2001
352 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR PENGIRIMAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-160/PJ./2001
PAJAK DAN KEP-161/PJ./2001

353 2001 SURAT EDARAN JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBAYARAN PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
05/PJ.33/2001
354 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR PENGIRIMAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-188/PJ./2001
PAJAK TENTANG KUASA UNTUK MENJALANKAN HAK DAN
NOMOR SE - MEMENUHI KEWAJIBAN
200/PJ./2001 MENURUT KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN
355 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR PENGIRIMAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK SEBAGAI
PAJAK ATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
NOMOR SE - TAHUN 2000
230/PJ./2001
356 2001 SURAT EDARAN PENANGANAN PERKARA GUGATAN TERHADAP DITJEN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
07/PJ.34/2001
357 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR PENGIRIMAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK SEBAGAI ATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

227
NOMOR SE - PERPAJAKAN TAHUN 2000
235/PJ./2001
358 2001 SURAT EDARAN PENGGUNAAN FORMULIR PERPAJAKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.24/2001
359 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR PENGIRIMAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-268/PJ./2001
PAJAK TENTANG PENANGANAN PERMOHONAN PENINJAUAN
NOMOR SE - KEMBALI ATAS KEPUTUSAN KEBERATAN
09/PJ.45/2001 YANG PERMOHONAN BANDINGNYA TIDAK DAPAT DITERIMA
360 SURAT EDARAN PENGANTAR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP-338/PJ./2001 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN
PAJAK PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
NOMOR SE - YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN
05/PJ.24/2001
361 2001 SURAT EDARAN PENEGASAN PETUNJUK EDITING SSP LEMBAR KE-2 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
07/PJ.24/2001
362 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP 356/PJ./2001 TENTANG
PAJAK PENYEMPURNAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR SE - JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-167/PJ./2001
06/PJ.24/2001 TENTANG BENTUK LAPORAN PENERIMAAN PAJAK (LPP)
363 2001 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN (SERI PEMERIKSAAN 01-01) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.7/2001
364 2001 SURAT EDARAN RENCANA KERJA PEMERIKSAAN

228
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.7/2001
365 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR PENGIRIMAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-325/PJ./2001 TENTANG TATA CARA
PAJAK PEMBERIAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN PEMBAYARAN
NOMOR SE - PAJAK
384/PJ./2001
366 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP-406/PJ./2001 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT
PAJAK KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN
NOMOR SE - PAJAK
08/PJ.24/2001
367 2001 SURAT EDARAN PENGIRIMAN LAPORAN PROGRAM EKSTENSIFIKASI WAJIB MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAN LAPORAN PENERIMAAN PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.23/2001
368 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR PENGIRIMAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TENTANG
PAJAK KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS SABANG
NOMOR SE -
19/PJ.52/2001
369 2001 SURAT EDARAN PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL INTENSIFIKASI PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.9/2001
370 2001 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DALAM RANGKA EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DAN
PAJAK INTENSIFIKASI PAJAK
NOMOR SE -

229
04/PJ.7/2001
371 2001 SURAT EDARAN PENEGASAN PEMERIKSAAN SEDERHANA DALAM RANGKA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PAJAK
NOMOR SE -
16/PJ.6/2001
372 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP-500/PJ./2001 TENTANG
PAJAK PENYAMPAIAN LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA
NOMOR SE - PPN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK
07/PJ.9/2001
373 2001 SURAT EDARAN KEWAJIBAN UNTUK MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (NPWP) BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI LINGKUNGAN
PAJAK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NOMOR SE -
68/PJ.1/UP.90/2001
374 2001 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 443/KMK.01/2001
PAJAK
NOMOR SE -
575/PJ./2001
375 2001 SURAT EDARAN TATA CARA PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGUSAHA DI KAWASAN BERIKAT (SKF PDKB)
PAJAK
NOMOR SE -
591/PJ./2001
376 2001 SURAT EDARAN BENTUK PEMBERITAHUAN UNTUK MENDAFTARKAN DIRI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SEBAGAI WAJIB PAJAK
PAJAK DAN ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK
NOMOR SE -
08/PJ.9/2001
377 2001 SURAT EDARAN KONFIRMASI FAKTUR PAJAK OLEH FUNGSIONAL PEMERIKSA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL

230
PAJAK
NOMOR SE -
32/PJ.5/2001
378 2001 SURAT EDARAN PENGAWASAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG MEMPEROLEH MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL FASILITAS BAPEKSTA KEUANGAN
PAJAK
NOMOR SE -
33/PJ.5/2001
379 2001 SURAT EDARAN PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHASILAN PASAL 25
PAJAK
NOMOR SE -
41/PJ.41/2001
380 2001 SURAT EDARAN KEWAJIBAN LAPORAN PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAN INTENSIFIKASI PAJAK
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.9/2001
381 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR PENGIRIMAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-722/PJ/2001 TANGGAL 26 NOVEMBER
PAJAK 2001 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
NOMOR SE - 739/PJ/2001 LAPANGAN
382 2001 SURAT EDARAN PENEGASAN PERMINTAAN KONFIRMASI FAKTUR PAJAK OLEH MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSA FUNGSIONAL PEMERIKSA
PAJAK
NOMOR SE -
36/PJ.52/2001
383 2001 SURAT EDARAN PENGANTAR PENGIRIMAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-741/PJ./2001
PAJAK TANGGAL 7 DESEMBER 2001 TENTANG PETUNJUK
NOMOR SE - 743/PJ/2001 PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KANTOR
384 2001 SURAT EDARAN PEREKAMAN SPT MASA PPh PASAL 21 DAN SPT TAHUNAN PPh MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PASAL 21

231
PAJAK
NOMOR SE -
43/PJ.43/2001
385 2002 SURAT EDARAN PENGANTAR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP-17/PJ./2002
PAJAK TENTANG BENTUK, JENIS, DAN KODE KARTU, FORMULIR,
NOMOR SE - SURAT, DAN DAFTAR YANG DIGUNAKAN DALAM
01/PJ.24/2002 PELAKSANAAN PEMERIKSAAN LAPANGAN
386 2002 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN PPN DAN PPn BM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.7/2002
387 2002 SURAT EDARAN PENGGUNAAN KODE MATA ANGGARAN PEMBAYARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL IMBALAN BUNGA (SPM-IB)
PAJAK
NOMOR SE - 93/PJ/2002
388 2002 SURAT EDARAN PELAYANAN PENERIMAAN SPT TAHUNAN PPh 2001 PADA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL HARI LIBUR DALAM BULAN MARET 2002
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.8/2002
389 2002 SURAT EDARAN PELAYANAN KEPADA WAJIB PAJAK DI KPPBB YANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MENGALAMI PEMEKARAN
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.6/2002
390 2002 SURAT EDARAN PEREKAMAN DATA SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHASILAN
PAJAK
NOMOR SE - 133/PJ/2002
391 2002 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN DATA WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL

232
PAJAK
NOMOR SE -
11/PJ.13/2002
392 2002 SURAT EDARAN PEREKAMAN, PELAPORAN DAN PEMANTAUAN TINDAKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENAGIHAN PAJAK 100 PENUNGGAK PAJAK
PAJAK TERBESAR DI KANTOR PELAYANAN PAJAK DAN 500
NOMOR SE - PENUNGGAK PAJAK TERBESAR
185/PJ./2002 DI KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
393 2002 SURAT EDARAN PENGOLAHAN DATA PENERIMAAN, SURAT PEMBERITAHUAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERUBAHAN NAMA DAN/ATAU KODE KPP, PERMINTAAN
PAJAK RELOKASI ULANG DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK
NOMOR SE - DAN PENUNJUKAN UNIT PENERIMA SSP LEMBAR KE-2
195/PJ./2002
394 2002 SURAT EDARAN KEBIJAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK TAHUN 2002 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.75/2002
395 2002 SURAT EDARAN RENCANA PEMERIKSAAN NASIONAL TAHUN 2002 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.7/2002
396 2002 SURAT EDARAN RALAT SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SE-195/PJ./2002 TANGGAL 15 APRIL 2002
PAJAK
NOMOR SE -
239/PJ./2002
397 2002 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN (SERI PEMERIKSAAN 01-02) TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.7/2002

233
398 2002 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENYAMPAIAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
PAJAK 252/KMK.03/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS
NOMOR SE - KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 553/KMK.04/2000
24/PJ.52/2002 TENTANG PEDOMAN PENGHITUNGAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA YANG
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7
TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA
BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2000 MEMILIH
DIKENAKAN PAJAK DENGAN MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
399 2002 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR KEP-315/PJ/2002
PAJAK TENTANG UJI COBA PELAKSANAAN PENYAMPAIAN SURAT
NOMOR SE - PEMBERITAHUAN MASA PPN SECARA ON LINE
316/PJ./2002
400 2002 SURAT EDARAN INTENSIFIKASI KEWAJIBAN PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAN PPN DALAM RANGKA PENINGKATAN POTENSI
PAJAK PERPAJAKAN
NOMOR SE -
12/PJ.43/2002
401 2002 SURAT EDARAN TINDAK LANJUT ATAS SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK NOMOR TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SE-02/PJ.75/2002
PAJAK TENTANG KEBIJAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK TAHUN 2002
NOMOR SE -
05/PJ.75/2002
402 2002 SURAT EDARAN PENEGASAN PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN ATAS MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHAPUSAN NPWP/NPPKP KARENA PERUBAHAN TEMPAT
PAJAK TERDAFTAR
NOMOR SE -
07/PJ.7/2002
403 2002 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN OLEH KANTOR PENYULUHAN DAN MASIH BERLAKU

234
DIREKTUR JENDERAL PENGAMATAN POTENSI PERPAJAKAN
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.7/2002
404 2002 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN PENAGIHAN PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (DELINQUENCY AUDIT)
PAJAK
NOMOR SE -
08/PJ.75/2002
405 2002 SURAT EDARAN PENGUMUMAN KRITERIA WAJIB PAJAK PATUH MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
39/PJ.53/2002
406 2002 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR KEP-343/PJ/2002
PAJAK TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA
NOMOR SE - PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN
05/PJ.33/2002
407 2002 SURAT EDARAN PENCARIAN/PENGUMPULAN DATA DARI PIHAK KETIGA DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SOSIALISASI PROGRAM EKSTENSIFIKASI/INTENSIFIKASI
PAJAK PERPAJAKAN
NOMOR SE -
324/PJ./2002
408 2002 SURAT EDARAN PERUBAHAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
DIREKTUR JENDERAL NOMOR SE-04/PJ.24/2000 TENTANG PENYESUAIAN KODE
PAJAK NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE KETETAPAN PER JENIS
NOMOR SE - 327/PJ/2002 PAJAK
409 2002 SURAT EDARAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGURUS, KOMISARIS,
PAJAK DAN PEMEGANG SAHAM WAJIB PAJAK BADAN
NOMOR SE -
332/PJ./2002

235
410 2002 SURAT EDARAN PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN YANG JATUH TEMPO
PAJAK PEMBAYARAN DAN PENYETORANNYA PADA TANGGAL 10
NOMOR SE - 337/PJ/2002 NOVEMBER 2002
411 2002 SURAT EDARAN RALAT SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SE-337/PJ/2002
PAJAK TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO
NOMOR SE - 338/PJ/2002 PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN YANG
JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN PENYETORANNYA PADA
TANGGAL 10 NOVEMBER 2002
412 2002 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-337/PJ./2002 TANGGAL 2 JULI 2002
PAJAK
NOMOR SE -
17/PJ.42/2002
413 2002 SURAT EDARAN RENCANA PEMERIKSAAN NASIONAL TAHUN 2003 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.7/2002
414 2003 SURAT EDARAN LARANGAN MENERIMA SEORANG KUASA YANG TIDAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MEMENUHI PERSYARATAN UNTUK MENJALANKAN HAK DAN
PAJAK KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DI LINGKUNGAN DIREKTORAT
NOMOR SE - 03/PJ/2003 JENDERAL PAJAK
415 2003 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR KEP-03/PJ/2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-
NOMOR SE - 332/PJ/2002 TENTANG TATA CARA
03/PJ.51/2003 PENGGUNAAN FORMULIR PERPAJAKAN LAMA DAN FAKTUR
PAJAK LAMA OLEH WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR
416 2003 SURAT EDARAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENANGANAN SURAT-SURAT WAJIB PAJAK

236
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.32/2003
417 2003 SURAT EDARAN PELAKSANAAN MONITORING PELAPORAN PEMBAYARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK (MP3) SECARA ON-LINE
PAJAK
NOMOR SE - 02/PJ./2003
418 2003 SURAT EDARAN KEWAJIBAN MENCANTUMKAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DALAM SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
PAJAK WAJIB PAJAK BADAN BAGI PEMEGANG SAHAM/PEMILIK
NOMOR SE - MODAL, PENGURUS DAN KOMISARIS
02/PJ.42/2003
419 2003 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGANTAR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR
PAJAK KEP-34/PJ/2003 TANGGAL 14 PEBRUARI 2003
NOMOR SE - 10/PJ/2003 TENTANG KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA WAJIB PAJAK
420 2003 SURAT EDARAN PENEGASAN ATAS SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2003 TANGGAL 3 JANUARI 2003
NOMOR SE - 11/PJ/2003
421 2003 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 82/KMK.03/2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PAJAK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 536/KMK.04/2000
NOMOR SE - 12/PJ/2003 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN
SURAT PEMBERITAHUAN DAN KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP-49/PJ/2003 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN
DAN PENGOLAHAN
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
422 2003 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK (SERI PEMERIKSAAN 01 - 03) MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -

237
01/PJ.7/2003
423 2003 SURAT EDARAN PEMBERIAN SURAT KETERANGAN TERDAFTAR (SKT) DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KARTU NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)
PAJAK
NOMOR SE - 13/PJ/2003
424 2003 SURAT EDARAN MASA TRANSISI PENERAPAN SE-01/PJ.7/2003 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.7/2003
425 2003 SURAT EDARAN TATA CARA PENANGANAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PUTUSAN PENGADILAN PAJAK KE MAHKAMAH AGUNG
PAJAK
NOMOR SE - 17/PJ/2003
426 2003 SURAT EDARAN PENGUKUHAN SEBAGAI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEWAJIBAN MEMILIKI NPWP BAGI PENGUSAHA
PAJAK
NOMOR SE -
15/PJ.52/2003
427 2003 SURAT EDARAN TATA CARA PENENTUAN WAJIB PAJAK PATUH YANG DAPAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DIBERIKAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN
PAJAK PEMBAYARAN PAJAK
NOMOR SE -
13/PJ.331/2003
428 2003 SURAT EDARAN PENEGASAN MENGENAI SURAT SETORAN PAJAK (SSP) KHUSUS MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SEBAGAIMANA DIATUR DALAM KEPUTUSAN
PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-169/PJ./2001
NOMOR SE - 29/PJ./2003 TENTANG BENTUK SURAT SETORAN PAJAK SEBAGAIMANA
TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-
194/PJ./2003
429 2003 SURAT EDARAN BEBERAPA PENEGASAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL

238
PAJAK
NOMOR SE -
05/PJ.7/2003
430 2003 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN DAN TINDAKAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENAGIHAN TERHADAP WAJIB PAJAK PINDAH TEMPAT
PAJAK TERDAFTAR DARI SATU KPP KE KPP LAINNYA
NOMOR SE -
06/PJ.7/2003
421 2003 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-384/PJ/2003
PAJAK TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR SE - 40/PJ./2003 JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-169/PJ./2001
TENTANG BENTUK SURAT SETORAN PAJAK
422 2003 SURAT EDARAN PENGANTAR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP-389/PJ/2003 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-
NOMOR SE - 42/PJ/2003 515/PJ./2000 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN BAGI WAJIB
PAJAK TERTENTU DAN TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI
PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU
423 2003 SURAT EDARAN PENGANTAR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP-390/PJ/2003
PAJAK TENTANG TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK BAGI PENGUSAHA
NOMOR SE - 43/PJ/2003 KENA PAJAK TAMBAHAN YANG DIKUKUHKAN DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR SEBAGAIMANA
DITETAPKAN DALAM KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP-344/PJ/2003 TENTANG PENAMBAHAN WAJIB
PAJAK TEMPAT TERTENTU YANG TERDAFTAR DAN
MELAPORKAN USAHANYA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
WAJIB PAJAK BESAR SATU DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK
WAJIB PAJAK BESAR DUA
424 2003 SURAT EDARAN PENGANTAR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP-391/PJ/2003
PAJAK TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FORMULIR PERPAJAKAN

239
NOMOR SE - 44/PJ/2003 LAMA DAN FAKTUR PAJAK LAMA BAGI WAJIB PAJAK
TAMBAHAN YANG TERDAFTAR DAN MELAPORKAN USAHANYA
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR SATU
DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR DUA
425 2003 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR KEP-394/PJ./2003
PAJAK TENTANG TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK BAGI PENGUSAHA
NOMOR SE - KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN
34/PJ.52/2003 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK YANG MENGELOLA WAJIB
PAJAK BADAN USAHA MILIK NEGARA

426 2004 SURAT EDARAN RENCANA PEMERIKSAAN NASIONAL TAHUN 2005 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE-
08/PJ.7/2004
427 2004 SURAT EDARAN PERUBAHAN RENCANA PEMERIKSAAN NASIONAL TAHUN 2005 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.7/2004
428 2004 SURAT EDARAN PEMBAGIAN KERJA PENATAUSAHAAN DOKUMEN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENERIMAAN SETORAN PAJAK DARI KANTOR PELAYANAN
PAJAK PERBENDAHARAAN NEGARA DI WILAYAH DKI JAKARTA
NOMOR SE - 28/PJ/2004
429 2004 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR : 184/PJ./2004
PAJAK TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR SE - 31/PJ./2004 JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-383/PJ/2002
TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN SETORAN PAJAK MELALUI
SISTEM PEMBAYARAN ON-LINE DAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN DALAM BENTUK

240
DIGITAL
430 2004 SURAT EDARAN PEREKAMAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERTAMBAHAN NILAI
PAJAK
NOMOR SE -
09/PJ.53/2004
431 2004 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.7/2004

432 2005 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR : KEP - 173/PJ./2004
PAJAK NOMOR SE - TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN
02/PJ./2005 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
SERTA PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK
DENGAN SISTEM E-REGISTRATION
433 2005 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEPADA WAJIB PAJAK
PAJAK NOMOR SE -
01/PJ.33/2005
434 2005 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN KETENTUAN TENTANG PENUNJUKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN
PAJAK NOMOR SE - PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI UNTUK
02/PJ.51/2005 MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH BESERTA TATA CARA PEMUNGUTAN,
PENYETORAN, DAN PELAPORANNYA
435 2005 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

241
PAJAK NOMOR SE - NOMOR : PER-37/PJ./2005 TENTANG PERUBAHAN
05/PJ./2005 ATAS KEP-133/PJ./2004 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN
FAKTUR PAJAK LAMA OLEH PENGUSAHA KENA
PAJAK YANG DIKUKUHKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK DI
LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK JAKARTA KHUSUS SELAIN KANTOR
PELAYANAN PAJAK BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN
PENJELASAN ATAS SURAT EDARAN NOMOR : SE-22/PJ./2004
TENTANG PENYAMPAIAN KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-132/PJ./2004 TENTANG
TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK BAGI PENGUSAHA KENA
PAJAK YANG DIKUKUHKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK DI
LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK JAKARTA KHUSUS SELAIN KANTOR
PELAYANAN PAJAK BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN
KEP-133/PJ./2004 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN
FAKTUR PAJAK LAMA OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK
YANG DIKUKUHKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK DI
LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK JAKARTA KHUSUS SELAIN KANTOR
PELAYANAN PAJAK BADAN USAHA MILIK NEGARA
436 2005 SURAT EDARAN PENEGASAN BENDAHARA UMUM DAERAH DAN PEMEGANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KAS
PAJAK NOMOR SE - SEBAGAI PEMOTONG DAN ATAU PEMUNGUT PAJAK
01/PJ.43/2005 PENGHASILAN
437 2005 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK TAHUN 2005 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
01/PJ.75/2005
438 2005 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 05/PMK.03/2005
PAJAK NOMOR SE - TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI KELEBIHAN
02/PJ.33/2005 PEMBAYARAN PAJAK

242
439 2005 SURAT EDARAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN SECARA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ELEKTRONIK (e-FILING)
PAJAK NOMOR SE - MELALUI PERUSAHAAN PENYEDIA JASA APLIKASI
10/PJ./2005
440 2005 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEUANGAN NOMOR : 05/PMK.03/2005
PAJAK NOMOR SE - TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI KELEBIHAN
12/PJ./2005 PEMBAYARAN PAJAK
441 2005 NOMOR SE - 11/PJ./2005 PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN PAJAK MASIH BERLAKU
PENGHASILAN PASAL 29 TAHUN PAJAK 2004
SEHUBUNGAN DENGAN HARI LIBUR NASIONAL
442 2005 NOMOR SE - KEBIJAKAN PEMERIKSAAN BERDASAR KRITERIA SELEKSI MASIH BERLAKU
02/PJ.7/2005
443 2005 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN RUTIN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
03/PJ.7/2005
444 2005 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
04/PJ.7/2005
445 2005 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KHUSUS MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
05/PJ.7/2005
446 2005 SURAT EDARAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMERIKSAAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR SE -
06/PJ.7/2005
447 2005 SURAT EDARAN PENEGASAN PENOMORAN DAN PEREKAMAN SURAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERINTAH MEMBAYAR KEMBALI PAJAK (SPMKP)
PAJAK NOMOR SE -
16/PJ/2005

243
448 2005 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TATA CARA PENGHITUNGAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN
PAJAK NOMOR SE - PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
02/PJ.41/2005 SEHUBUNGAN DENGAN PENYESUAIAN BESARNYA
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
449 2005 SURAT EDARAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEBIJAKAN PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN LAIN
PAJAK NOMOR SE -
07/PJ.7/2005
450 2005 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PAJAK NOMOR SE - KEUANGAN NOMOR 40/PMK.03/2005
19/PJ/2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEPADA
WAJIB PAJAK
451 2005 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN KHUSUS MELALUI PEMERIKSAAN SEDERHANA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KANTOR (PSK)
PAJAK NOMOR SE -
08/PJ.7/2005
452 2005 SURAT EDARAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMERIKSAAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (SIMPP Seri-02)
PAJAK NOMOR SE -
09/PJ.7/2005
453 2005 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP-142/PJ./2005
PAJAK NOMOR SE - TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KANTOR
10/PJ.7/2005
454 2005 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-145/PJ./2005
PAJAK NOMOR SE - TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN
12/PJ.52/2005 SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(SPT MASA PPN)
455 2005 SURAT EDARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

244
PAJAK NOMOR SE - 144/PJ./2005
26/PJ./2005 TENTANG TATA CARA PENERBITAN NOMOR POKOK WAJIB
PAJAK SECARA JABATAN
OLEH KANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN
PENGHAPUSANNYA
456 2005 NOMOR SE - 30/PJ./2005 PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK KARYAWAN MASIH BERLAKU
MELALUI PEMBERI KERJA DALAM RANGKA
MENYONGSONG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PAJAK
PENGHASILAN
457 2005 SURAT EDARAN PENEGASAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITERIMA SECARA
PAJAK NOMOR SE - LENGKAP SEBAGAIMANA DIATUR DALAM KEPUTUSAN
15/PJ.53/2005 DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-160/PJ/2001
458 2005 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 66/PMK.03/2005
PAJAK NOMOR SE - TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
31/PJ./2005 KEUANGAN NOMOR 05/PMK.03/2005
TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
459 2006 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-01/PJ./2006 
PAJAK TENTANG BENTUK SURAT SETORAN PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.24/2006
460 2006 SURAT EDARAN PENEGASAN ATAS PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
10/PJ.7/2006
461 2006 SURAT EDARAN PEDOMAN PELAKSANAAN PEMENUHAN KEWAJIBAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN DANA
PAJAK BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) OLEH
NOMOR SE - 02/PJ./2006 BENDAHARAWAN ATAU PENANGGUNG JAWAB

245
PENGELOLAAN PENGGUNAAN DANA BOS DI MASING-MASING
UNIT PENERIMA BOS

462 2006 SURAT EDARAN KEBIJAKAN UMUM PEMERIKSAAN PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.7/2006
463 2006 SURAT EDARAN JATUH TEMPO PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 29 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
PAJAK TAHUN PAJAK 2005
NOMOR SE - 04/PJ./2006
464 2006 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEP-30/PJ/2006 
PAJAK TENTANG POJOK PAJAK
NOMOR SE - 05/PJ/2006
465 2006 SURAT EDARAN PENEGASAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR SE-04/PJ./2006
PAJAK
NOMOR SE - 06/PJ./2006
466 2006 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.75/2006
467 2006 SURAT EDARAN PENELITIAN LAPANGAN PENGUSAHA KENA PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
06/PJ.51/2006
468 2006 SURAT EDARAN PERUBAHAN RENCANA PEMERIKSAAN NASIONAL TAHUN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL 2006

246
PAJAK
NOMOR SE - 3/PJ.7/2006
469 2006 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR KEP-47/PJ./2006
PAJAK TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR
NOMOR SE - 13/PJ./2006 JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-144/PJ./2005
TENTANG TATA CARA PENERBITAN NOMOR POKOK WAJIB
PAJAK SECARA JABATAN 
OLEH KANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN
PENGHAPUSANNYA
470 2006 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-89/PJ/2006 
PAJAK TENTANG TATA CARA PEMBATALAN/PENGGANTIAN SURAT
NOMOR SE - 14/PJ./2006 PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK (SPMKP) 
DAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR IMBALAN BUNGA (SPMIB)
YANG TIDAK DAPAT DITERBITKAN 
SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)

471 2006 SURAT EDARAN INVENTARISASI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL RANGKA PENERAPAN SISTEM INFORMASI 
PAJAK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PADA KPP PRATAMA DI
NOMOR SE - 16/PJ./2006 SELURUH INDONESIA 

472 2006 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-102/PJ/2006 
PAJAK TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR
NOMOR SE - JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ./2006 
02/PJ.22/2006 TENTANG BENTUK SURAT SETORAN PAJAK

247
473 2006 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER - 123/PJ/2006
PAJAK TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
NOMOR SE - LAPANGAN 
04/PJ.7/2006

474 2006 SURAT EDARAN JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBAYARAN 
PAJAK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, ATAU PAJAK PERTAMBAHAN
NOMOR SE - NILAI 
09/PJ.53/2006 DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

475 2006 SURAT EDARAN JANGKA WAKTU PENYELESAIAN DAN TATA CARA TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PAJAK PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, ATAU PAJAK
NOMOR SE - PERTAMBAHAN NILAI 
08/PJ.53/2006 DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

476 2006 SURAT EDARAN PENATAAN ULANG FUNGSI PEMERIKSAAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE - 19/PJ./2006

477 2007 SURAT EDARAN PENGHAPUSAN SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK DALAM MASA TRANSISI PEMBERLAKUAN MODUL
NOMOR SE - 2/PJ./2007 PENERIMAAN NEGARA
478 2007 SURAT EDARAN STANDAR BIAYA KEGIATAN EKSTENSIFIKASI WP ORANG TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PRIBADI YANG BERSTATUS 

248
PAJAK SEBAGAI PENGURUS, KOMISARIS, PEMEGANG
NOMOR SE - SAHAM/PEMILIK DAN PEGAWAI
4/PJ.01/2007
479 2007 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHASILAN 
PAJAK TAHUN PAJAK 2006 OLEH WAJIB PAJAK
NOMOR SE - 08/PJ/2007
480 2007 SURAT EDARAN PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN PEREKAMAN  MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PPN, SPT MASA PPh
PAJAK DAN SPT TAHUNAN PPh
NOMOR SE - 11/PJ./2007
481 2007 SURAT EDARAN PENGAWASAN PENYAMPAIAN SPT PEJABAT PEMERINTAH MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAERAH DAN DPRD
PAJAK
NOMOR SE - 15/PJ./2007
482 2007 SURAT EDARAN PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WP OP KARYAWAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE - 14/PJ./2007
483 2007 SURAT EDARAN PENJELASAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL : PER-175/PJ./2006 
PAJAK TENTANG TATA CARA PEMUTAKHIRAN DATA OBJEK PAJAK
NOMOR SE - 13/PJ./2007 DAN EKSTENSIFIKASI 
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA 
DAN/ATAU MEMILIKI TEMPAT USAHA DI PUSAT
PERDAGANGAN DAN/ATAU PERTOKOAN
484 2007 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
01/PJ.045/2007
485 2007 SURAT EDARAN STANDAR BIAYA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMUTAKHIRAN TIDAK BERLAKU

249
DIREKTUR JENDERAL DATA OBJEK PAJAK DAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK ORANG
PAJAK PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DAN/ATAU
NOMOR SE - MEMILIKI TEMPAT USAHA DI PUSAT PERDAGANGAN DAN
10/PJ.01/2007 /ATAU PERTOKOAN
486 2007 SURAT EDARAN PERSIAPAN PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MODERN
PAJAK PADA KANTOR WILAYAH DJP DAN PEMBENTUKAN KANTOR
NOMOR SE - 19/PJ/2007 PELAYANAN PAJAK PRATAMA
DI SELURUH INDONESIA TAHUN 2007-2008
487 2007 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KHUSUS MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.04/2007
488 2007 SURAT EDARAN PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DALAM RANGKA PENGHAPUSAN NPWP/PENCABUTAN PKP
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.04/2007
489 2007 SURAT EDARAN PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DALAM MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL RANGKA 
PAJAK PENGHAPUSAN NPWP/PENCABUTAN PKP
NOMOR SE -
09/PJ.04/2007
490 2007 SURAT EDARAN PENJELASAN PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ORANG PRIBADI
PAJAK
NOMOR SE - 24/PJ/2007
491 2007 SURAT EDARAN RENCANA PEMERIKSAAN NASIONAL DAN KEBIJAKAN UMUM TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN TAHUN 2007
PAJAK
NOMOR SE -
04/PJ.04/2007

250
492 2007 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-109/PJ/2007
PAJAK TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR SE - JENDERAL PAJAK NOMOR
05/PJ.04/2007 KEP-627/PJ/2001 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
PEMBLOKIRAN DAN 
PENYITAAN HARTA KEKAYAAN PENANGGUNG PAJAK YANG
TERSIMPAN PADA
BANK DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT
PAKSA
493 2007 SURAT EDARAN KEABSAHAN PENERBITAN DAN PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN SECARA
PAJAK JABATAN
NOMOR SE - DI LINGKUNGAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA DALAM
05/PJ.02/2007 MASA PERALIHAN
494 2007 SURAT EDARAN PROSEDUR PENANGANAN PEMBETULAN KETETAPAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEBERATAN,
PAJAK PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI,
NOMOR SE - DAN
02/PJ.07/2007 PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR PAJAK PENGHASILAN, PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
495 2007 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK  TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER - 116/PJ./2007 TENTANG EKSTENSIFIKASI WAJIB
PAJAK PAJAK 
NOMOR SE - 46/PJ/2007 ORANG PRIBADI MELALUI PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
496 2007 SURAT EDARAN PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PENATAAN ULANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL FUNGSI PEMERIKSAAN PAJAK
PAJAK
NOMOR : SE - 52/PJ/2007
497 2007 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU

251
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-160/PJ./2007 
PAJAK TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR SE - 59/PJ/2007 JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-161/PJ/2001 
TENTANG JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DAN PELAPORAN
KEGIATAN USAHA, 
TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR
POKOK WAJIB PAJAK, 
SERTA PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK
498 2007 SURAT EDARAN STANDAR BIAYA PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTENSIFIKASI  MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PAJAK
NOMOR SE -
26/PJ.01/2007
499 2008 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PADA KPP PRATAMA DI PULAU JAWA DAN BALI
PAJAK SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA
NOMOR SE - PUSAT
01/PJ.04/2008
500 2008 SURAT EDARAN TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TERTENTU
PAJAK
NOMOR SE - 2/PJ/2008
501 2008 SURAT EDARAN TINDAK LANJUT HASIL EKSTENSIFIKASI TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PAJAK
NOMOR SE - 8/PJ/2008
502 2008 SURAT EDARAN JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK SERTA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN PENERIMAAN
PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
NOMOR SE - 15/PJ/2008 DAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA
SEHUBUNGAN DENGAN HARI LIBUR DAN CUTI BERSAMA
DALAM TAHUN 2008

252
503 2008 SURAT EDARAN PENEGASAN SEHUBUNGAN DENGAN PENUNJUKAN SEORANG TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KUASA DENGAN SURAT KUASA KHUSUS
PAJAK
NOMOR SE - 16/PJ/2008
504 2008 SURAT EDARAN PENGADAAN FORMULIR PERMOHONAN PENUNDAAN DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERPANJANGAN
PAJAK SPT TAHUNAN PPh TAHUN 2007
NOMOR SE -
01/PJ.014/2008
505 2008 SURAT EDARAN PELAYANAN PENERIMAAN SURAT PEMBERITAHUAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN 
PAJAK TAHUN PAJAK 2007
NOMOR SE - 17/PJ/2008
506 2008 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-19/PJ/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PAJAK PEMERIKSAAN LAPANGAN
NOMOR SE -
02/PJ.04/2008
507 2008 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-20/PJ/2008
PAJAK TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KANTOR
NOMOR SE -
03/PJ.04/2008
508 2008 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 26/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENANGANAN
PAJAK WAJIB PAJAK YANG
NOMOR SE - 30/PJ/2008 MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DENGAN PENGGUNA
GANDA
509 2008 SURAT EDARAN TATA CARA PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KETERLAMBATAN PELUNASAN KEKURANGAN PEMBAYARAN
PAJAK PAJAK
NOMOR SE - 31/PJ/2008 DAN PENGADMINISTRASIAN SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN

253
SEHUBUNGAN DENGAN PENYAMPAIAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN
UNTUK TAHUN PAJAK 2007 DAN SEBELUMNYA SERTA
PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
UNTUK TAHUN PAJAK SEBELUM TAHUN PAJAK 2007
510 2008 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PADA KPP PRATAMA DI SELURUH INDONESIA
PAJAK SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA
NOMOR SE - PUSAT
04/PJ.04/2008
511 2008 SURAT EDARAN TATA CARA PEMBERIAN NPWP, PENERIMAAN DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN SPT TAHUNAN PPh, 
PAJAK PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI, PENGHENTIAN
NOMOR SE - 33/PJ/2008 PEMERIKSAAN, DAN
PENGADMINISTRASIAN LAPORAN TERKAIT DENGAN
PELAKSANAAN PASAL 37A
UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN
512 2008 SURAT EDARAN PENEGASAN PELAKSANAAN PASAL 37A UNDANG-UNDANG MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KETENTUAN UMUM DAN
PAJAK TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA KETENTUAN
NOMOR SE - 34/PJ/2008 PELAKSANAANNYA

513 2008 SURAT EDARAN BENTUK, UKURAN, DAN SPESIFIKASI TEKNIS PENCETAKAN SPT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TAHUNAN PPh
PAJAK TAHUN 2008 BESERTA KELENGKAPANNYA
NOMOR SE -
04/PJ.014/2008

514 2008 SURAT EDARAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-116/PJ./2007
PAJAK TENTANG EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
NOMOR SE - 36/PJ/2008 MELALUI

254
PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
515 2008 SURAT EDARAN PENEGASAN BERKAITAN DENGAN PENATAUSAHAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENERIMAAN BUKTI PENERIMAAN NEGARA (BPN)
PAJAK YANG DIPERSAMAKAN SEBAGAI SURAT SETORAN PAJAK (SSP)
NOMOR SE - 39/PJ/2008

516 2008 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 33/PJ/2008
PAJAK TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
NOMOR SE - 41/PJ/2008 PAJAK NOMOR
25/PJ/2008 TENTANG BENTUK DAN ISI NOTA
PENGHITUNGAN,
SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT TAGIHAN PAJAK
517 2008 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN DAN PEMONITORAN PELAKSANAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERATURAN MENTERI KEUANGAN
PAJAK NOMOR 43/PMK.03/2008 TENTANG PENGGUNAAN NILAI
NOMOR : SE - 45/PJ/2008 BUKU ATAS PENGALIHAN HARTA
DALAM RANGKA PENGGABUNGAN, PELEBURAN, ATAU
PEMEKARAN USAHA
BESERTA PERATURAN PELAKSANAANNYA
518 2008 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 35/PJ/2008
PAJAK TENTANG KEWAJIBAN PEMILIKAN NOMOR POKOK WAJIB
PAJAK DALAM RANGKA
NOMOR SE - 49/PJ/2008
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
          
519 2008 SURAT EDARAN PENEGASAN BERKAITAN DENGAN PEMERIKSAAN UNTUK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TUJUAN
PAJAK LAIN DALAM RANGKA PEMBERIAN NPWP
NOMOR SE - 51/PJ/2008 DAN/ATAU PENGUKUHAN PKP SECARA JABATAN

520 2008 SURAT EDARAN PEMBERIAN NPWP BAGI KARYAWAN TIDAK BERLAKU

255
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE - 59/PJ/2008
521 2008 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 44/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN
PAJAK NOMOR POKOK
NOMOR SE – 65 /PJ/2008 WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA
PAJAK,
PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
DAN/ATAU
PENGUSAHA KENA PAJAK
522 2008 SURAT EDARAN PEMANFAATAN DATA ATAU KETERANGAN YANG BERKAITAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DENGAN SPT
PAJAK TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN YANG DISAMPAIKAN WAJIB
NOMOR SE – 67 /PJ/2008 PAJAK DALAM RANGKA
PELAKSANAAN PASAL 37A UNDANG-UNDANG KETENTUAN
UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN BESERTA KETENTUAN PELAKSANAANNYA
523 2008 SURAT EDARAN PENENTUAN TANGGAL TERDAFTAR WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SEHUBUNGAN DENGAN AKAN BERAKHIRNYA SUNSET POLICY
PAJAK DAN
NOMOR SE - 80/PJ/2008 BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008

524 2008 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU


DIREKTUR JENDERAL UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PAJAK PERPAJAKAN
NOMOR SE -
10/PJ.04/2008
525 2008 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 51/PJ/2008
PAJAK TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB
NOMOR SE - 83/PJ/2008 PAJAK
BAGI ANGGOTA KELUARGA

256
526 2008 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-54/PJ/2008 TENTANG PETUNJUK
PAJAK PELAKSANAAN PENYEGELAN
NOMOR SE - DALAM RANGKA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN
11/PJ.04/2008

527 2009 SURAT EDARAN PENEGASAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
PAJAK NOMOR 44/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN
NOMOR SE - 8/PJ/2009 NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA
PAJAK,
PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
DAN/ATAU PENGUSAHA
KENA PAJAK TERKAIT DENGAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
528 2009 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-9/PJ/2009 TENTANG TEMPAT DAN CARA LAIN
PAJAK PENGAMBILAN SPT
NOMOR SE - 11/PJ/2009

529 SURAT EDARAN PEMBENAHAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA (KLU) PADA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MASTER FILE
PAJAK
NOMOR SE - 12/PJ./2009
530 2009 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-4/PJ/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PAJAK PENCATATAN 
BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
NOMOR SE -
1/PJ.04/2009
531 2009 SURAT EDARAN PENGGUNAAN DROP BOX SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN SPT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TAHUNAN 
PAJAK DAN SPANDUK SOSIALISASINYA

257
NOMOR SE - 15/PJ/2009

532 2009 SURAT EDARAN PENETAPAN BAHAN, BENTUK, UKURAN, WARNA, DAN ISI TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KARTU NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
PAJAK
NOMOR : SE - 17/PJ/2009

533 2009 SURAT EDARAN PERUBAHAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR SE-70/PJ/2008
PAJAK TANGGAL 12 DESEMBER 2008 TENTANG PETUNJUK
NOMOR SE - 23/PJ./2009 PELAKSANAAN PELAYANAN 
PENDAFTARAN NPWP TERKAIT DENGAN
PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008
TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 7 TAHUN 1983 
TENTANG PAJAK PENGHASILAN

534 2009 SURAT EDARAN PENEGASAN SEHUBUNGAN DENGAN PERATURAN DIREKTUR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENDERAL PAJAK
PAJAK NOMOR PER-7/PJ/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS
NOMOR SE - 21/PJ/2009 PERATURAN DIREKTUR
JENDERAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2008 TENTANG SURAT
PEMBERITAHUAN
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN DAN
SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
BESERTA PETUNJUK
PENGISIANNYA
535 2009 SURAT EDARAN RENCANA DAN STRATEGI PENYELESAIAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN TAHUN 2009
PAJAK
NOMOR SE -

258
02/PJ.04/2009
536 2009 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 19/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN
PAJAK PENGOLAHAN
NOMOR SE - 24/PJ/2009 SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN

537 2009 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 21/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN
PAJAK PEMBERITAHUAN
PERPANJANGAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
NOMOR SE - 25/PJ/2009

538 2009 SURAT EDARAN KEWAJIBAN MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEDAGANG PENGUMPUL
PAJAK
NOMOR SE -
02/PJ.03/2009

539 2009 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 24/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN
PAJAK NOMOR POKOK WAJIB
NOMOR SE - 30/PJ/2009 PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
DAN PERUBAHAN DATA
WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK DENGAN
SISTEM E-REGISTRATION
540 2009 SURAT EDARAN TATA CARA ENDORSEMENT, PEREKAMAN, PEMBERKASAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAN ANALISA DOKUMEN PEMBERITAHUAN PABEAN DI
PAJAK KAWASAN BEBAS
NOMOR SE - 39/PJ/2009 BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 45/PMK.03/2009
541 2009 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN DAN PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERATURAN MENTERI
PAJAK KEUANGAN NOMOR 238/PMK.03/2008 

259
NOMOR SE - 42/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
PEMBERIAN PENURUNAN TARIF BAGI WAJIB PAJAK BADAN
DALAM NEGERI YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBUKA
542 2009 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
03/PJ.04/2009

543 2009 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-32/PJ./2009 
PAJAK TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA
NOMOR : SE - PAJAK PENGHASILAN 
62/PJ./2009 PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI
PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN 
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26

544 2009 SURAT EDARAN PENEGASAN SEHUBUNGAN DENGAN SURAT PEMBERITAHUAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL UNTUK HADIR (SPUH)
PAJAK DAN PEMBUKUAN, CATATAN, DATA, INFORMASI ATAU
NOMOR : SE - KETERANGAN LAIN DALAM
02/PJ.07/2009 PROSES KEBERATAN

545 2009 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-40/PJ/2009 TENTANG
PAJAK TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN
NOMOR : SE - 67/PJ/2009 PAJAK
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN
TERTENTU

546 2009 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


DIREKTUR JENDERAL NOMOR 41/PJ/2009

260
PAJAK TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR
NOMOR SE - 69/PJ/2009 JENDERAL PAJAK 
NOMOR 44/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK,
PERUBAHAN DATA DAN
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA
PAJAK
547 2009 SURAT EDARAN PENEGASAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBERITAHUAN DAN/ATAU
PAJAK PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN SURAT
NOMOR SE - 82/PJ/2009 PEMBERITAHUAN TAHUNAN 
SECARA ELEKTRONIK (e-FILING) MELALUI PERUSAHAAN
PENYEDIA JASA APLIKASI (ASP) 

548 2009 PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU


SURAT EDARAN NOMOR PER-48/PJ/2009 TENTANG TATA CARA
DIREKTUR JENDERAL PEMBETULAN KESALAHAN TULIS, KESALAHAN HITUNG,
PAJAK DAN/ATAU KEKELIRUAN PENERAPAN KETENTUAN TERTENTU
NOMOR SE - 84/PJ/2009 DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN

549 2009 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-50/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENCABUTAN
PAJAK PENGUKUHAN
NOMOR : SE - 88/PJ/2009 PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN
SURAT KEPUTUSAN
PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG
BAGI PENGUSAHA
KENA PAJAK YANG TEMPAT KEGIATAN USAHA ATAU TEMPAT

261
PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG DI KAWASAN BEBAS
550 2009 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-49/PJ/2009 TENTANG TATA CARA
PAJAK PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN
NOMOR : SE - 87/PJ/2009

551 2009 SURAT EDARAN TATA CARA PENANGANAN WAJIB PAJAK NON EFEKTIF TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR : SE - 89/PJ/2009
552 2009 SURAT EDARAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE KETETAPAN PER TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENIS PAJAK
PAJAK
NOMOR SE - 90/PJ/2009
553 2009 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN RALAT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-50/PJ./2009
PAJAK TENTANG TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN
NOMOR SE - 92/PJ./2009  PENGUSAHA KENA PAJAK DAN
TATA CARA PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN PEMUSATAN
TEMPAT
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG BAGI PENGUSAHA
KENA PAJAK YANG
TEMPAT KEGIATAN USAHA ATAU TEMPAT PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG
DI KAWASAN BEBAS
554 2009 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI
PAJAK ADMINISTRASI PAJAK
NOMOR SE - 97/PJ/2009 BUMI DAN BANGUNAN, DAN PENGURANGAN ATAU

262
PEMBATALAN
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG, SURAT
KETETAPAN PAJAK
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, DAN SURAT TAGIHAN PAJAK
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, YANG TIDAK BENAR
555 2009 SURAT EDARAN RASIO TOTAL BENCHMARKING DAN PETUNJUK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMANFAATANNYA
PAJAK
NOMOR SE – 96/PJ/2009

556 2009 SURAT EDARAN PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENDERAL PAJAK NOMOR :
PAJAK PER-50/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENCABUTAN
NOMOR SE - 107/PJ/2009 PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA
PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN
PEMUSATAN TEMPAT PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG BAGI PENGUSAHA KENA
PAJAK YANG LOKASI
KEGIATAN USAHA ATAU TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
TERUTANG
DI KAWASAN BEBAS
557 2009 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-61/PJ/2009
PAJAK TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN
NOMOR SE - 114/PJ/2009 PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
  DAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-
62/PJ/2009 TENTANG
PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN PERSETUJUAN
PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
558 2009 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN LAIN MASIH BERLAKU

263
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE - 116/PJ/2009
559 2010 SURAT EDARAN PENEGASAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK  MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR SE-102/PJ/2009 TENTANG SOSIALISASI
PAJAK PENYAMPAIAN 
NOMOR SE - 1/PJ/2010 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN TAHUN 2009

560 SURAT EDARAN TATA CARA DISTRIBUSI DATA MODUL PENERIMAAN NEGARA TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL (MPN)
PAJAK KE SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NOMOR : SE - 3/PJ/2010 (SIDJP/SIPMOD)
561 2010 SURAT EDARAN PENEGASAN PERLAKUAN ADMINISTRASI SURAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBERITAHUAN (SPT)
PAJAK UNTUK WAJIB PAJAK (WP) DAN/ATAU PENGUSAHA
NOMOR SE -  5 /PJ/2010 KENA PAJAK (PKP) PINDAH TERKAIT BEROPERASINYA
PUSAT PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN
(PPDDP)

562 2010 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-1/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN
PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE - 6/PJ/2010 NOMOR PER-19/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN
DAN PENGOLAHAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN

563 2010 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 2/PMK.03/2010 TENTANG
PAJAK BIAYA PROMOSI YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI
NOMOR SE - 9/PJ/2010 PENGHASILAN BRUTO

264
564 2010 SURAT EDARAN PENETAPAN RASIO TOTAL BENCHMARKING TAHAP II MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE - 11/PJ/2010
565 2010 SURAT EDARAN ANTISIPASI PELAYANAN KEPADA WAJIB PAJAK SETIAP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TANGGAL BATAS AKHIR
PAJAK PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA (SPT MASA)
NOMOR SE - 19/PJ/2010
566 2010 SURAT EDARAN PROSEDUR PENANGANAN SURAT URAIAN BANDING TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ATAU SURAT TANGGAPAN DAN PERSIAPAN MENGHADIRI
PAJAK PERSIDANGAN BANDING 
NOMOR SE - 28/PJ/2010 ATAU GUGATAN DI PENGADILAN PAJAK

567 2010 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-9/PJ/2010 TENTANG STANDAR PEMERIKSAAN 
PAJAK UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
NOMOR SE - 34 /PJ/2010 PERPAJAKAN
568 2010 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-11/PJ/2010 
PAJAK TENTANG TATA CARA PERMOHONAN, PEMBERITAHUAN,
NOMOR SE - 31/PJ/2010 PEMBERIAN, DAN 
PEMBATALAN IZIN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
DENGAN MENGGUNAKAN 
BAHASA INGGRIS DAN SATUAN MATA UANG DOLLAR
AMERIKA SERIKAT
569 2010 SURAT EDARAN PENEGASAN TINDAK LANJUT KANTOR PELAYANAN PAJAK  TIDAK BERLAKU
DIREKTUR TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU
JENDERAL PAJAK
NOMOR SE - 32/PJ/2010 
570 2010 SURAT EDARAN TATA CARA PENGGUNAAN APLIKASI MULTIMEDIA SUPER MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL CORRIDOR
PAJAK DALAM RANGKA PEMBANGUNAN, PENGELOLAAN, DAN

265
NOMOR SE - 40/PJ/2010 PENGAWASAN DATA
571 2010 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE - 50/PJ/2010
572 2010 SURAT EDARAN UPDATING NOMOR SURAT KETETAPAN PAJAK (SKP)/SURAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TAGIHAN PAJAK (STP)
PAJAK SEHUBUNGAN DENGAN DISTRIBUSI DATA MODUL
NOMOR SE - 52/PJ/2010 PENERIMAAN NEGARA
(MPN) KE SIDJP/SIPMOD
573 2010 SURAT PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
EDARAN DIREKTUR NOMOR PER-23/PJ/2010 TENTANG
JENDERAL PAJAK PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE - 54/PJ/2010 NOMOR PER-38/PJ/2009 TENTANG
BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK

574 2010 SURAT EDARAN PENGGALIAN POTENSI BERBASIS PROFILE WP DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BENCHMARK
PAJAK
NOMOR SE - 60/PJ/2010
575 2010 SURAT EDARAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE KETETAPAN PER TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENIS PAJAK
PAJAK
NOMOR SE - 61/PJ/2010
576 2010 SURAT EDARAN PENGAWASAN PENGGUNAAN SSP PALSU OLEH WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR : SE -
67/PJ./2010
577 2010 SURAT EDARAN PENETAPAN RASIO TOTAL BENCHMARKING TAHAP III MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR : SE -

266
68/PJ./2010
578 2010 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 39/PMK.03/2010
PAJAK TENTANG BATASAN DAN TATA CARA PENGENAAN PAJAK
NOMOR SE - 70/PJ/2010 PERTAMBAHAN NILAI
ATAS KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
DAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-
27/PJ/2010 TENTANG
TATA CARA PENGISIAN SURAT SETORAN PAJAK, PELAPORAN,
DAN PENGAWASAN
PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KEGIATAN
MEMBANGUN SENDIRI
579 2010 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-31/PJ/2010 TENTANG
PAJAK TATA CARA PENETAPAN PENGUSAHA KENA PAJAK BERISIKO
NOMOR SE - 76/PJ/2010 RENDAH

580 2010 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PENELITIAN
NOMOR SE - 81/PJ/2010 SURAT SETORAN
PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS
TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN
581 2010 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR  JENDERAL TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK NOMOR PER-36/PJ/2010 TENTANG PROSEDUR PENERBITAN
NOMOR SE - 82/PJ/2010 KEMBALI SURAT
KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR, SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR
TAMBAHAN, DAN/ATAU SURAT TAGIHAN PAJAK

582 2010 SURAT EDARAN TATA CARA PELAKSANAAN PEMBINAAN, EDUKASI, DAN TIDAK BERLAKU

267
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN
PAJAK KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU
NOMOR SE - 94/PJ/2010
583 2010 SURAT EDARAN PENETAPAN RASIO TOTAL BENCHMARKING TAHAP IV TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE -
105/PJ/2010 
584 2010 SURAT EDARAN PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN
DIREKTUR JENDERAL PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU
PAJAK
NOMOR SE - 113/PJ/2010
585 2010 SURAT EDARAN PENEGASAN TATA CARA PEMINJAMAN BUKU, CATATAN, MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DATA, DAN INFORMASI
PAJAK DAN/ATAU PERMINTAAN KETERANGAN TERKAIT DENGAN
NOMOR SE - 112/PJ/2010 PENYELESAIAN
KEBERATAN, PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI
ADMINISTRASI,
PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT KETETAPAN
PAJAK ATAU SURAT
TAGIHAN PAJAK YANG TIDAK BENAR, DAN PEMBATALAN
HASIL PEMERIKSAAN
ATAU SURAT KETETAPAN PAJAK DARI HASIL PEMERIKSAAN
586 2010 SURAT EDARAN PENJAMINAN KUALITAS PEMERIKSAAN KHUSUS TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE - 120/PJ/2010
587 2010 SURAT EDARAN PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMERIKSAAN (AUDIT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PLAN)
PAJAK UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
NOMOR :  SE - PERPAJAKAN
126/PJ/2010
588 2010 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK BERLAKU

268
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-52/PJ/2010
PAJAK TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN
NOMOR SE - KEBERATAN PAJAK
122/PJ./2010 PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU PAJAK
PENJUALAN ATAS
BARANG MEWAH, DAN KETENTUAN PELAKSANAANNYA
589 2010 SURAT EDARAN PERUBAHAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR SE-3/PJ/2010
PAJAK TENTANG TATA CARA DISTRIBUSI DATA MODUL PENERIMAAN
NOMOR : SE - NEGARA (MPN)
127/PJ/2010 KE SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
(SIDJP/SIPMOD)

590 2010 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR
PAJAK 45/PMK.03/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN,
NOMOR SE - 133/PJ/2010 PENGADMINISTRASIAN, PEMBAYARAN, SERTA PELUNASAN
PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU PAJAK PENJUALAN ATAS
BARANG
MEWAH ATAS PENGELUARAN DAN/ATAU PENYERAHAN
BARANG
KENA PAJAK DAN/ATAU JASA KENA PAJAK DARI KAWASAN
BEBAS KE
TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN DAN PEMASUKAN
DAN/ATAU
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK DAN/ATAU JASA KENA
PAJAK
DARI TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN KE KAWASAN
BEBAS
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN
MENTERI

269
KEUANGAN NOMOR 240/PMK.03/2009
591 2010 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-53/PJ/2010
PAJAK  TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN
NOMOR : SE - PERMOHONAN PENGEMBALIAN
138/PJ/2010 KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK
TERUTANG BERKAITAN 
DENGAN SPTNP ATAU SPKTNP, KEPUTUSAN KEBERATAN,
PUTUSAN BANDING, ATAU
PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI
592 2010 SURAT EDARAN PENETAPAN RASIO TOTAL BENCHMARKING TAHAP V MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR SE - 139/PJ/2010
593 2010 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-62/PJ/2010
PAJAK TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR
NOMOR SE - 146/PJ/2010 JENDERAL PAJAK
NOMOR 44/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN
  NOMOR POKOK WAJIB
PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK,
PERUBAHAN DATA DAN
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA
PAJAK
594 2011 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENERIMAAN DAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN SURAT
PAJAK PEMBERITAHUAN TAHUNAN
NOMOR SE - 2/PJ/2011
595 2011 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK NOMOR PER-7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA
PENGEMBALIAN KELEBIHAN
NOMOR : SE - 22/PJ/2011
PEMBAYARAN PAJAK

270
596 2011 SURAT EDARAN PEMBERITAHUAN BERLAKUNYA PERSETUJUAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
PAJAK (P3B) ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK ISLAM
NOMOR : SE - 33/PJ/2011 IRAN

597 2011 SURAT EDARAN TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGEMASAN SURAT TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBERITAHUAN (SPT)
PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) BERKENAAN DENGAN
NOMOR : SE - 40/PJ/2011 PENGOLAHAN SPT
DI PUSAT PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN
(PPDDP)
598 2011 SURAT EDARAN PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN KETENTUAN DALAM SURAT TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL EDARAN DIREKTUR
PAJAK JENDERAL PAJAK NOMOR SE-2/PJ/2011 TENTANG PETUNJUK
NOMOR : SE - 67/PJ/2011 TEKNIS TATA CARA
PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN
599 2011 SURAT EDARAN TATA CARA PELAKSANAAN IDENTIFIKASI (MATCHING)  MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN NOMOR OBJEK PAJAK
PAJAK
NOMOR : SE - 69/PJ/2011
600 2011 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 149/PMK.03/2011
PAJAK TENTANG SENSUS PAJAK NASIONAL DAN PERATURAN
NOMOR : SE - 75/PJ/2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER-30/PJ/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SENSUS
PAJAK NASIONAL
601 2011 SURAT EDARAN PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR PER-31/PJ/2011
PAJAK TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PEREKAMAN SURAT
NOMOR SE - 80/PJ/2011 PEMBERITAHUAN (SPT)

602 2011 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN  TIDAK BERLAKU

271
DIREKTUR JENDERAL UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PAJAK PERPAJAKAN
NOMOR : SE - 85/PJ/2011
603 2011 SURAT EDARAN TATA CARA DISTRIBUSI DATA MODUL PENERIMAAN NEGARA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KE SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PAJAK (SIDJP/SIPMOD)
NOMOR : SE - 87/PJ/2011 DAN PENGADMINISTRASIAN HASIL REKONSILIASI SISTEM
AKUNTANSI INSTANSI (SAI)
DENGAN SISTEM AKUNTANSI UMUM (SAU) BAGIAN
PENERIMAAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
604 2011 SURAT EDARAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN PADA PERUSAHAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TERPADU
PAJAK (INTEGRATED) KELAPA SAWIT
 NOMOR : SE -
90/PJ/2011
605 2011 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI
PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MENGGUNAKAN
NOMOR : SE - 95/PJ/2011 FORMULIR 1770S ATAU 1770SS
SECARA e-FILING MELALUI WEBSITE DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK (www.pajak.go.id)

606 2011 SURAT EDARAN PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 328/KMK.03/2011 TENTANG
PAJAK PENETAPAN TATA CARA PEMBAHASAN KEBERATAN DAN
NOMOR : SE - REVIU ATAS KEPUTUSAN
101/PJ/2011 KEBERATAN DAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP-336/PJ/2011
TENTANG PENETAPAN TATA CARA PEMBAHASAN KEBERATAN
DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

272
607 2011 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENERIMAAN DAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN SURAT
PAJAK PEMBERITAHUAN TAHUNAN
NOMOR : SE -
103/PJ/2011

608 2012 SURAT EDARAN PROSEDUR PENERBITAN KEPUTUSAN PEMUSATAN TEMPAT TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG DALAM RANGKA
NOMOR : SE - 02/PJ/2012 PELAKSANAAN 
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-
49/PJ/2011 TENTANG
TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB
PAJAK
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB
PAJAK BESAR,
KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN 
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA
KHUSUS,
DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
609 2012 SURAT EDARAN PROSEDUR EVALUASI DAN PENETAPAN WAJIB PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TERDAFTAR
PAJAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERATURAN
NOMOR : SE - 03/PJ/2012 DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-49/PJ/2011
TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA
BAGI
WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI
LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB
PAJAK BESAR,
KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA

273
KHUSUS,
DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
610 2012 SURAT EDARAN PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAM PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PAJAK PERPAJAKAN
NOMOR : SE - 04/PJ/2012
611 2012 SURAT EDARAN PEDOMAN PENYUSUNAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PAJAK PERPAJAKAN
NOMOR : SE -
08/PJ/2012 
612 2012 SURAT EDARAN RENCANA DAN STRATEGI PEMERIKSAAN TAHUN 2012 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR : SE -
07/PJ/2012 
613 2012 SURAT EDARAN PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL UNTUK MENGUJI 
PAJAK KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
NOMOR : SE -
09/PJ/2012 
614 2012 SURAT TATA CARA PENGAWASAN PENERBITAN TIDAK BERLAKU
EDARAN DIREKTUR SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK
JENDERAL PAJAK
NOMOR : SE - 17/PJ/2012
615 2012 SURAT EDARAN PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR : SE - 20/PJ/2012
616 2012 SURAT EDARAN TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHASILAN
PAJAK BERBASIS PROFIL WAJIB PAJAK PADA TAHUN 2012
NOMOR : SE - 28/PJ/2012

274
617 2012 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR : SE - 29/PJ/2012
618 2012 SURAT EDARAN TATA CARA PENGEMASAN DAN PENEGASAN PENGOLAHAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SURAT 
PAJAK PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPH)
NOMOR : SE - WAJIB PAJAK BADAN 
31/PJ/2012  SEHUBUNGAN DENGAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN PPH
WAJIB PAJAK BADAN 
DI UNIT PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN
(UPDDP) 
619 2012 SURAT EDARAN TATA CARA PENANGANAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL IDENTITAS GANDA
PAJAK
NOMOR : SE - 36/PJ/2012
620 2012 SURAT EDARAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN PEMUSATAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TEMPAT
PAJAK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG DALAM RANGKA
PELAKSANAAN
NOMOR : SE - 37/PJ/2012
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-
08/PJ/2012 TENTANG
TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU PELAPORAN USAHA BAGI
WAJIB PAJAK
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB
PAJAK BESAR,
KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA
KHUSUS,
DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
621 2012 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMBERIAN INFORMASI PERPAJAKAN  MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 

275
PAJAK
NOMOR : SE -
42/PJ./2012 
622 2012 SURAT EDARAN PROSEDUR EVALUASI DAN PENETAPAN WAJIB PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TERDAFTAR
PAJAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : SE - 43/PJ/2012 JENDERAL PAJAK 
NOMOR PER-08/PJ/2012 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN
DAN/ATAU TEMPAT 
PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK
DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK
WAJIB PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAK DI
LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA
KHUSUS,
DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
623 2012 SURAT EDARAN PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR
PAJAK PER-20/PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN
NOMOR SE - 44/PJ/2012 DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR PER-05/PJ/2012 TENTANG REGISTRASI ULANG
PENGUSAHA KENA PAJAK TAHUN 2012

624 2012 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN VERIFIKASI MASIH BERLAKU


DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR : SE - 48/PJ/2012
625 2012 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENERIMAAN DAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN SURAT
PAJAK PEMBERITAHUAN TAHUNAN

276
NOMOR : SE - 55/PJ/2012
626 SURAT EDARAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE KETETAPAN PER TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENIS PAJAK
PAJAK
NOMOR : SE- 56/PJ/2012
627 2012 SURAT EDARAN TATA CARA PENGEMASAN DAN PENEGASAN PENGOLAHAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SURAT
PAJAK PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPH)
NOMOR : SE - 61/PJ/2012 WAJIB PAJAK BADAN
SEHUBUNGAN DENGAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN PPH
WAJIB PAJAK BADAN
DI UNIT PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN
(UPDDP)

628 2012 SURAT EDARAN TATA CARA PENANGANAN SIDANG BANDING DAN GUGATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DI PENGADILAN PAJAK
PAJAK
NOMOR : SE - 65/PJ/2012
629 2013 SURAT EDARAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
03/PJ/2013
630 2013 SURAT EDARAN RENCANA DAN STRATEGI PEMERIKSAAN TAHUN 2013 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
11/PJ/2013
631 2013 SURAT EDARAN TATA CARA PENGUSULAN DAN TINDAK LANJUT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
13/PJ/2013
632 2013 SURAT EDARAN PENEGASAN MENGENAI PEJABAT YANG DITUNJUK OLEH TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DIREKTUR JENDERAL PAJAK DALAM RANGKA PENGHENTIAN

277
PAJAK NOMOR : SE - PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN UNTUK
20/PJ/2013 KEPENTINGAN PENERIMAAN NEGARA
633 2013 SURAT EDARAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE KETETAPAN PER TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENIS PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
24/PJ/2013
634 2013 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN PERUSAHAAN GRUP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
26/PJ/2013
635 2013 SURAT EDARAN PERCEPATAN PELAKSANAAN PEREKAMAN SURAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBERITAHUAN (SPT)
PAJAK NOMOR : SE -
27/PJ/2013
636 2013 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
28/PJ/2013
637 2013 SURAT EDARAN TATA CARA PENGEMASAN SURAT PEMBERITAHUAN, TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGIRIMAN KEMASAN SURAT PEMBERITAHUAN,
PAJAK NOMOR : SE - PENGIRIMAN LOGISTIK PENGEMASAN, DAN PENGIRIMAN
34/PJ/2013 SURAT PEMBERITAHUAN YANG DIKEMBALIKAN KE KANTOR
PELAYANAN PAJAK MELALUI POS ATAU PENYEDIA JASA
EKSPEDISI SEHUBUNGAN DENGAN BEROPERASINYA PUSAT
PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN DAN
KANTOR PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN
638 2013 SURAT EDARAN PEMBERITAHUAN BERLAKUNYAPERSETUJUAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) ANTARA
PAJAK NOMOR : SE - PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH
41/PJ/2013 REPUBLIK KROASIA

639 2013 SURAT EDARAN PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL MASIH BERLAKU

278
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
44/PJ/2013
640 2013 SURAT EDARAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN PEMUSATAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG DALAM
PAJAK NOMOR : SE - RANGKA PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
45/PJ/2013 PAJAK NOMOR PER 28/PJ/2012 TENTANG TEMPAT
PENDAFTARAN DAN/ATAU PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB
PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB
PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAKARTA
KHUSUS, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
641 2013 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
PAJAK NOMOR : SE -
49/PJ/2013
642 2013 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-35/PJ/2013 TENTANG TATA CARA
PAJAK NOMOR : SE - EKSTENSIFIKASI
51/PJ/2013
643 2013 SURAT EDARAN PEMBERITAHUAN BERLAKUNYA PERSETUJUAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) ANTARA
PAJAK NOMOR : SE - PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH
59/PJ/2013 REPUBLIK SURINAME
644 2013 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG TATA CARA
PAJAK NOMOR : SE - PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB
60/PJ/2013 PAJAK, PELAPORAN USAHA DAN PENGUKUHAN PENGUSUHA
KENA PAJAK, PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KERJA PAJAK,
SERTA PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN

279
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER 38/PJ/2013
645 2013 SURAT EDARAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE KETETAPAN PER TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENIS PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
61/PJ/2013
646 2013 SURAT EDARAN PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI E MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL COMMERCE
PAJAK NOMOR : SE -
62/PJ/2013
647 2013 SURAT EDARAN PEDOMAN PENGGUNAAN METODE DAN TEKNIK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN
PAJAK NOMOR : SE
- 65/PJ/2013
648 2014 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BIDANG PERPAJAKAN
PAJAK NOMOR : SE -
06/PJ/2014
649 2014 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU PAJAK
PAJAK NOMOR : SE - PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
11/PJ/2014
650 2014 SURAT EDARAN TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI
PAJAK NOMOR : SE - PERSYARATAN TERTENTU
12/PJ/2014
651 2014 SURAT EDARAN RENCANA DAN STRATEGI PEMERIKSAAN TAHUN 2014 MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
15/PJ/2014
652 2014 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PENGURANGAN ATAU MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN
PAJAK NOMOR : SE - ATAU PEMBATALAN SURAT KETETAPAN PAJAK ATAU SURAT
17/PJ/2014 TAGIHAN PAJAK

280
653 2014 SURAT EDARAN PENANGANAN SURAT-SURAT WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
18/PJ/2014
654 2014 SURAT EDARAN TATA CARA PERMOHONAN KODE AKTIVASI DAN PASSWORD, TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERMINTAAN AKTIVASI AKUN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN
PAJAK NOMOR : SE - SERTIFIKAT ELEKTRONIK, SERTA PERMINTAAN,
20/PJ/2014 PENGEMBALIAN, DAN PENGAWASAN NOMOR SERI FAKTUR
PAJAK
655 2014 SURAT EDARAN TATA CARA PERMINTAAN DATA FAKTUR PAJAK BERBENTUK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ELEKTRONIK
PAJAK NOMOR : SE -
21/PJ/2014
656 2014 SURAT EDARAN PERUBAHAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR SE-17/PJ/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN
PAJAK NOMOR : SE - PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK
25/PJ/2014
657 2014 SURAT EDARAN PEMBERITAHUAN BERLAKUNYA PERSETUJUAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) ANTARA
PAJAK NOMOR : SE - PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH
31/PJ/2014 NEGARA BERDAULAT PAPUA NUGINI
658 2014 SURAT EDARAN TATA CARA PEMBERSIHAN DATA (DATA CLEANSING) WAJIB MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
37/PJ/2014
659 2014 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PENGUSAHA KENA PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
40/PJ/2014
660 2014 SURAT EDARAN TATA CARA PENANGANAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL BANDING, PUTUSAN GUGATAN, DAN PUTUSAN PENINJAUAN
PAJAK NOMOR : SE - KEMBALI
41/PJ/2014

281
661 2014 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENERIMAAN DAN TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
PAJAK NOMOR : SE -
43/PJ/2014
662 2015 SURAT EDARAN PENGEMASAN SURAT PEMBERITAHUAN BERKENAAN DENGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN DI PUSAT
PAJAK NOMOR : SE - PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN DAN
04/PJ/2015 KANTOR PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN
663 2015 SURAT EDARAN PENYERAHAN KEMASAN SURAT PEMBERITAHUAN, LOGISTIK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGEMASAN, DAN SURAT PEMBERITAHUAN YANG
PAJAK NOMOR : SE - DIKEMBALIKAN KE KANTOR PELAYANAN PAJAK BERKENAAN
05/PJ/2015 DENGAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN DI PUSAT
PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN DAN
KANTOR PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN
664 2015 SURAT EDARAN PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGHASILAN ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE
PAJAK NOMOR : SE -
06/PJ/2015
665 2015 SURAT EDARAN VALIDASI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) TERKAIT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DENGAN PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT
PAJAK NOMOR : SE - PEMBERITAHUAN TAHUNAN
13/PJ/2015
666 2015 SURAT EDARAN PEDOMAN PERMINTAAN DAN PEMANFAATAN KUASA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MEMBUKA RAHASIA BANK/IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA
PAJAK NOMOR : SE - BANK DAN PENGAWASAN HASIL PEMANFAATAN IZIN
19/PJ/2015 TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK UNTUK KEPERLUAN
PEMERIKSAAN PAJAK
667 2015 SURAT EDARAN TATA CARA PENERBITAN KEMBALI SURAT KETETAPAN PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KURANG BAYAR, SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR
PAJAK NOMOR : SE - TAMBAHAN, DAN/ATAU SURAT TAGIHAN PAJAK
22/PJ/2015
668 2015 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAANTINDAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

282
PAJAK NOMOR : SE -
23/PJ/2015
669 2015 SURAT EDARAN PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
24/PJ/2015
670 2015 SURAT EDARAN PEMERIKSAAN OLEH PETUGAS PEMERIKSA PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
27/PJ/2015
671 2015 SURAT EDARAN PELAYANAN SEHUBUNGAN DENGAN PENYAMPAIAN SURAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
PAJAK NOMOR : SE - (SPT TAHUNAN PPh BADAN) TAHUN PAJAK 2014
30/PJ/2015
672 2015 SURAT EDARAN PENGAWASAN WAJIB PAJAK BARU MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
37/PJ/2015
673 2015 SURAT EDARAN PENGAWASAN WAJIB PAJAK DALAM BENTUK PERMINTAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENJELASAN ATAS DATA DAN/ATAU KETERANGAN, DAN
PAJAK NOMOR : SE - KUNJUNGAN (VISIT) KEPADA WAJIB PAJAK
39/PJ/2015
674 2015 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 91/PMK.03/2015 TENTANG PENGURANGAN ATAU
PAJAK NOMOR : SURAT PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS
EDARAN DIREKTUR KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN,
JENDERAL PAJAK SE - PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN, DAN
40/PJ/2015 KETERLAMBATAN PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK
675 2015 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBETULAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
41/PJ/2015
676 2015 SURAT EDARAN STRUKTUR PENOMORAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN MASIH BERLAKU

283
DIREKTUR JENDERAL PENERAPAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK TETAP
PAJAK NOMOR : SE -
44/PJ/2015
677 2015 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 29/PMK.03/2015 TENTANG PENGHAPUSAN SANKSI
PAJAK NOMOR : SE - ADMINISTRASI BUNGA YANG TERBIT BERDASARKAN PASAL 19
52/PJ/2015 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983
TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009
678 2015 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN TAHUN 2015 DALAM RANGKA MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL MENDUKUNG TAHUN PEMBINAAN WAJIB PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
53/PJ/2015
679 2015 SURAT EDARAN OPTIMALISASI PENILAIAN (APPRAISAL) UNTUK PENGGALIAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL POTENSI PAJAK DAN TUJUAN PERPAJAKAN LAINNYA
PAJAK NOMOR : SE -
61/PJ/2015
680 2015 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-38/PJ/2015 TENTANG TATA CARA
PAJAK NOMOR : SE - PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB
67/PJ/2015 PAJAK DALAM RANGKA PERCEPATAN INVESTASI DENGAN
KRITERIA TERTENTU MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU
PINTU (PTSP) PUSAT DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN
MODAL
681 2015 SURAT EDARAN PEMBERITAHUAN BERLAKUNYA NOTA KESEPAHAMAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)
PAJAK NOMOR : SE - ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN
68/PJ/2015 PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK
682 2015 SURAT EDARAN PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ELEKTRONIK
PAJAK NOMOR : SE -
69/PJ/2015

284
683 2015 NOMOR : SE - 73/PJ/2015 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MASIH BERLAKU
PAJAK NOMOR PER-37/PJ/2015 TENTANG TATA CARA
PENGAJUAN PERMOHONAN DAN PENGADMINISTRASIAN
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN
PERPAJAKAN BAGI PERMOHONAN YANG DIAJUKAN PADA
TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016
684 2015 SURAT EDARAN PELAKSANAAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL INDONESIA NOMOR 73 P/HUM/2013 TENTANG UJI MATERIIL
PAJAK NOMOR : SE - TERHADAP PASAL-PASAL DALAM PERATURAN PEMERINTAH
74/PJ/2015 NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA 
PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PERPAJAKAN
685 2016 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENERIMAAN DAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUANTAHUNAN
PAJAK NOMOR : SE -
01/PJ/2016
686 2016 SURAT EDARAN KEBIJAKAN PEMERIKSAAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
06/PJ/2016
687 2016 SURAT EDARAN PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PEMBAHASAN AKHIR HASIL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PEMERIKSAAN
PAJAK NOMOR : SE -
12/PJ/2016
688 2016 SURAT EDARAN TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PERPAJAKAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL INTERNASIONAL
PAJAK NOMOR : SE -
19/PJ/2016
689 2016 SURAT EDARAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE KETETAPAN PER TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENIS PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
20/PJ/2016
690 2016 SURAT EDARAN PENEGASAN MENGENAI PEJABAT YANG DITUNJUK OLEH MASIH BERLAKU

285
DIREKTUR JENDERAL DIREKTUR JENDERAL PAJAK UNTUK MEMBERIKAN INFORMASI
PAJAK NOMOR : SE - TERTULIS DALAM RANGKA
29/PJ/2016 PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG
PERPAJAKAN UNTUK KEPENTINGAN PENERIMAAN NEGARA
691 2016 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAMPUNAN PAJAK TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
30/PJ/2016
692 2016 SURAT EDARAN TATA CARA PELAKSANAAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL ATAS LAYANAN PUBLIK TERTENTU PADA INSTANSI
PAJAK NOMOR : SE - PEMERINTAH
33/PJ/2016
693 2016 SURAT EDARAN PETUNJUK PENERIMAAN DAN TINDAK LANJUT SURAT TIDAK BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PERNYATAAN HARTA UNTUK PENGAMPUNAN PAJAK DI
PAJAK NOMOR : SE - TEMPAT TERTENTU
34/PJ/2016
694 2016 SURAT EDARAN PETUNJUK TERKAIT PENGEMASAN DAN PENYAMPAIAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DOKUMEN PENGAMPUNAN PAJAK KE KANTOR PENGOLAHAN
PAJAK NOMOR : SE - DATA DAN DOKUMEN PERPAJAKAN
35/PJ/2016
695 2016 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAFTARAN DAN PENGAKTIFAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL KEMBALI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MELALUI TEMPAT
PAJAK NOMOR : SE - TERTENTU DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
39/PJ/2016

696 2016 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS MENGENAI PELAKSANAAN PERATURAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-11/PJ/2016
PAJAK NOMOR : SE - TENTANG PENGATURAN LEBIH LANJUT MENGENAI
43/PJ/2016 PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016
TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
697 2016 SURAT EDARAN TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGAWASAN LAPORAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL GATEWAY DI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DALAM RANGKA
PAJAK NOMOR : SE - PENGAMPUNAN PAJAK

286
44/PJ/2016
698 2016 SURAT EDARAN PETUNJUK PENERIMAAN SURAT PERNYATAAN DALAM HAL MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL TERJADI GANGGUAN PADA JARINGAN DAN/ATAU KEADAAN
PAJAK NOMOR : SE - LUAR BIASA PADA AKHIR PERIODE PENYAMPAIAN SURAT
45/PJ/2016 PERNYATAAN
699 2016 SURAT EDARAN KODE NOTA PENGHITUNGAN DAN KODE KETETAPAN PER MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL JENIS PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
47/PJ/2016
700 2016 SURAT EDARAN PENGAWASAN WAJIB PAJAK MELALUI SISTEM INFORMASI MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK NOMOR : SE -
49/PJ/2016
701 2016 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PENERBITAN DAN PENGIRIMAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL SURAT KETERANGAN PENGAMPUNAN PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
50/PJ/2016
702 2016 SURAT EDARAN PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN PROPERTI, PENILAIAN BISNIS, MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAN PENILAIAN ASET TAK BERWUJUD UNTUK TUJUAN
PAJAK NOMOR : SE - PERPAJAKAN
54/PJ/2016
703 2016 SURAT EDARAN TATA CARA PENYELESAIAN PENCABUTAN PERMOHONAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL DAN/ATAU PENGAJUAN UPAYA HUKUM OLEH WAJIB PAJAK
PAJAK NOMOR : SE - SERTA TATA CARA PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI
55/PJ/2016 SECARA JABATAN DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
704 2017 SURAT EDARAN PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NOMOR 229/PMK.03/2014 TENTANG PERSYARATAN SERTA
PAJAK NOMOR : SE - PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN SEORANG KUASA
02/PJ/2017
705 2017 SURAT EDARAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (SPI) TERHADAP MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL PENATAUSAHAAN PIUTANG PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
03/PJ/2017

287
706 2017 SURAT EDARAN PENENTUAN BENTUK USAHA TETAP BAGI SUBJEK PAJAK LUAR MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL NEGERI YANG MENYEDIAKAN LAYANAN APLIKASI DAN/ATAU
PAJAK NOMOR : SE - LAYANAN KONTEN MELALUI INTERNET
04/PJ/2017
707 2017 SURAT EDARAN TATA CARA PENERIMAAN DAN PENATAUSAHAAN LAPORAN MASIH BERLAKU
DIREKTUR JENDERAL WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK
PAJAK NOMOR : SE -
09/PJ/2017

288

Anda mungkin juga menyukai