Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS

PADA LANSIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu: Lilis Lismayanti.,M. Kep.

Disusun oleh:

Sri Rahayu
(C1714201029)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KOTA TASIKMALAYA
2020
ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSISI PADA LANSIA
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis (Mtb) yang biasanya menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya. Gejala
aktif dari Tuberkulosis Paru adalah batuk, terkadang disertai dahak (sputum) atau darah,
nyeri dada, lemah, penurunan berat badan, demam dan berkeringat pada malam hari.
Apabila tidak ditangani secara menyeluruh, TB paru dapat menyebabkan komplikasi,
penulara penyakit dan dapat menyebabkan terus tingginya angka kematian.
2. Faktor Resiko
a. Menurunnya respon imun
Khususnya pada orang lanjut usia (lansia), TB paru masih memberikan angka kematian
yang tinggi yang disebabkan oleh komorbiditas dan menurunnya respon imun seiring
dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik, psikologis, maupun spritualnya
karena memudarnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mempertahankan, dan
mengganti fungsi normalnya.
b. Droplet
Kuman Mycobacterium tuberkulosis sebagai penyebab tuberkulosis paru memiliki
ukuran yang sangat kecil, bersifat aerob dan mampu bertahan hidup dalam sputum yang
kering atau sekreta lain dan sangat mudah menular melalui ekskresi inhalasi baik melalui
nafas, batuk, bersin, ataupun berbicara (droplet infection).
c. Kurangnya pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang informasi kesehatan baik tanda gejala, penyebab,
pencegahan dan pengobatan mumudahkan terpaparnya penyakit.
d. Lingkungan padat penghuni
Kepadatan merupakan pre-requisite untuk proses penularan penyakit, semakin padat
maka perpindahan penyakit khususnya penyakit Tb Paru akan semakin mudah dan cepat.
e. Suhu Ruangan
Mycobacterium tuberculosis tumbuh secara optimal pada suhu 31C-37C akan tetapi
rentang suhu yang disukai oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu 25C-40C.
f. Kelembababan
Dimana kelembaban <40% dan >70% merupakan kelembaban yang tidak memenuhi
syarat karena pada kelembaban tersebut Mycobacterium tuberculosis masih bisa bertahan
hidup sehingga menjadi pendukung keberadaa.
g. Ventilasi
Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang
tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri-
bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis.
h. Pencahayaan
Kuman tuberculosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap
tanpa sinar matahari sampai bertahuntahun lamanya, dan mati bila terkena sinar matahari,
sabun, lisol, karbol dan panas api, kuman mycobacterium tuberculosa akan mati dalam
waktu 2 jam oleh sinar matahari; oleh tinctura iodii selama 5 menit dan juga oleh ethanol
80% dalam waktu 2-10 menit serta mati oleh fenol 5% dalam waktu 24 jam, rumah yang
tidak masuk sinar matahari mempunyai risiko menderita tuberkulosis 3-7 kali
dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari
i. Faktor ekonomi

Status ekonomi yang kurang ini juga yang menyebabkan mereka tidak memiliki kemampuan
untuk membuat rumah yang sehat atau memenuhi syarat, kurangnya pengetahuan untuk
mendapatkan informasi kesehatan, kurangnya mendapat jangkauan pelayanan kesehatan dan
kurangnya pemenuhan gizi yang berakibat pada daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah
untuk terkena infeksi.

3. Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan


1 Data Subjektif Pola Nafas tidak efektif
 Dipsnea
 Ortopnea
Data Objektif
 Pola nafas abnormal
 Pernafasan pursed-lip
 Pernafasan cuping hidung
2 Data Subjektif Defisit Nutrisi
 Nafsu makan menurun
Data Objektif
 BB menurun
 Bising usus hiperaktif
 Membran mukosa pucat
3 Data Subjektif Bersihan jalan napas tidak efektif
 Dispnea
Data Objektif
 Batuk tidak efektif
 Sputum berlebihan
 Ronkhi kering
 Frekuensi napas berubah

4. Diagnosa Keperawatan
1) Pola Napas Tidak Efektif bd penurunan energi
a. Definisi
Inspirasi/ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
b. Gejala dan tanda mayor
a) Subyektif:
1. Dispnea
b) Obyektif
1. Penggunaan otot bantu pernafasan
2. Takipnea, hiverventilasi (pola nafas abnormal)
3. Fase ekspirasi memanjang
c. Gejala dan tanda minor
a) Subyektif
1. Ortopnea
b) Obyektif
1. Pernafasan pursed-lip
2. Pernafasan cuping hidung
3. Ventilasi semenit menurun
4. Kapasitas vital menurun
5. Tekanan ekspirasi menurun
6. Tekanan inspirasi menurun
7. Ekskursi dada berubah
d. Kondisi klinis terkait:
1. Depresi system saraf pusat
2. Cerdera kepala
3. Trauma thorax
4. Stroke
2) Defisit Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan factor psikologis
a. Definisi
Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi jkebutuhan
metabolisme
b. Gejala dan tanda mayor
a) Subyektif :-
b) Obyektif:
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
c. Gejala dan tanda minor
a) Subyektif:
1. Nafsu makan menurun
b) Obyektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Membran mukosa pucat
3. Otot pengunyah lemah
4. Otot menelan lemah
d. Kondisi klinis terkait:
1. Stroke
2. Parkinson
3. Cerebral palsy
4. Kerusakan neuromuskular
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan dd sputum berlebihan
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahanka jalan napas tetap paten
b. Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif: -
b) Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
c. Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
b) Objektif
1. Bunyi napas menurun
2. Frekuensi napas berubah
3. Pola napas berubah
4. Gelisah
5. Sianosis
d. Kondisi Klinis terkait : Infeksi saluran napas
5 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Pola Napas Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
Tidak Efektif intervensi selama  Manajemen jalan
bd penurunan … maka pola napas  Mengidentifikasidan
energy napas membaik  Pemantauan mengelola
dengan kriteria respirasi kepatenan jalan
hasil Intervensi napas
pendukung  Memastikan
 Dispnea
 Stabilisasi jalan kepatenan jalan
menurun(5)
napas napas
 Frekuensi
 Kolaborasi
napas Intervesni pendukung
pemberian obat
membaik (5)
 Terapi relaksasi  Mempertahankan
 Kapasitas
otot progresif kepatenan jalan
vital
napas baik tanpa
meningkat (5)
alat atapun dengan
 Tekanan
alat bantu jalan
ekspirasi
napas
menurun (5)
 Mempersiakan,
memberi dan
mengevaluasi
ketidakefektifan
agen farmakologis
yang diprogramkan
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
kurang dari intervensi selama
 Manajemen  Mengidentifikasi
kebutuhan … maka status
Nutrisi dan mengelola
berhubungan nutrisi membaik
 Promosi Berat asupan nutrisi yang
dengan factor dengan kriteria
Badan seimbang
psikologis hasil:
Intervesni  Mefasilitasi
 Berat badan pendukung peningkatan berat
indeks massa  Konseling nutrisi badan
tubuh  Pemantauan Intervesni pendukung
membaik (5)
 Memberikan
 Bising usus nutrisi bimbingan dalam
membaik (5) Pemberian makan melakukan
 Nafsu makan modifikasi asuoan
membaik (5) nutrisi
 Menganalisis data
ang berkaitan
dengan asupan dan
status gizi
 Memberikan asupan
nutrisi melalu oral
yang tidak mampu
pasien makan secara
mandiri

3 Bersihan jalan Setelah dilakukan Utama Utama


nafas tidak intervensi selama
 Latihan batuk  Melatih pasien
efektif bd … maka bersihan
efektif untuk
sekresi yang jalan nafas
 Manajemen jalan membersihakn
tertahan dd meningkat dengan
napas laring trekea dari
sputum kriteria hasil
 Pemantauan sekret di jalan napas
berlebihan
 Batuk efektif Respirasi  Mengidentifikasidan
meningkat (5) Pendukung mengelola
 Produksi kepatenan jalan
 Fisioterafi dada
sputum napas
 Pengaturan
menurun (5)  Memastikan
posisi
 Frekuensi kepatenan jalan
Terapi oksigen
napas napas
membaik (5) Pendukung
 Dispnea
 Mobilisasi sekresi
menurun (5)
jalan napas melalui
perkusi, getaran dan
drainase postural
 Menempatkan
bagian tubuh untuk
meningkatkan
kesehatan

6. Implementasi

No Diagnosa Keperawatan Implementasi

1 Pola Napas Tidak Efektif bd Manajemen jalan napas


penurunan energi
 Observasi
a. Monitor pola napas
b. Monitor bunyi napas tambahan
c. Monitir sputum
 Teurapktik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas
b. Posisikan semi fowler atat fower
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada
e. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
f. Berikan oksigen bila perlu
 Edukasi
a. Anjurkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi
Pemberian bronkodilator, eksproktan,
mukoliti ika perlu

2 Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi


 Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi perlunya selang nasogatrik
c. Monitor berat baan
d. Monitur asupan makanan
 Terapeutik
a. Terap oralhygiene sebelum makan
b. Fasilitasi makanan menarik dan suhu
yang sesuai
c. Berikan suoleman makanan
 Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian makan dengan ahli
gizi

3 Bersihan jalan nafas tidak Latihan batuk efektif


efektif bd sekresi yang tertahan
 Observasi
dd sputum berlebihan
a. Identifikasi kemapuan batuk
b. Monitor adnaya retensi sputum
c. Monitor tanda dangejala saluran napas
d. Monitor input output cairan
 Terapeutik
a. Atur posisi semi-fowler atau fowler
b. Pasang perlak dan bengkok dipangkuan
pasien
c. Buang sekret pada tempat sputum
 Edukasi
a. Jelasakan dan tujuan batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik dihitung seama 2
detik kemudian keluarkandari mulut
dengan bibir mencucu selama 8 detik
c. Anjurkan melakukan tarik napas
hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setalh tarik napas dlam yang ke 3
 Kolaborasi
Pemberian mukolitik atau eksproktan

7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan
Formatif
Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan. Pada
tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah Teratasi seluruhnya,
hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses berkelanjutan
yaitu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui
(1) kesesuaian tindakan keperawatan, (2) perbaikan tindakan keperawatan, (3) kebutuhan
klien saat ini, (4) perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain, dan (5) apakah perlu
menyusun ulang priorotas diagnose supaya kebutuhan klien bisa terpenuhi. Selain digunakan
untuk mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan, evaluasi juga digunakan
untuk memeriksa sumua proses keperawatan (Debora, 2017).
Sumatif
Evaluasi Sumatif adalah evaluasi akhir (Dermawan, 2013). Evaluasi keperawatan terhadap
pasien tuberculosis dengan masalah ketidak patuhan program pengobatan diantaranya :

1. Pasien melakukan pengobatan sesuai dengan yang sudah diresepkan


2. Pasien mengonsumsi obat sesuai interval yang ditentukan

Anda mungkin juga menyukai