TRIASE IN HOSPITAL
Untuk Memenuhi Salah satuTugas Mata Kuliah Keperawatan Kegawat daruratan
Dosen Pengampu : Ida Rosidawati, M.Kep
Oleh :
Sri Rahayu
(C1714202029)
A. Abstrak
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan cervical spine
control,Breathing dan Circulation dengan control pendarahan). Triase berlaku untuk
pemilahan penderita baik di lapangan maupun di rumah sakit. Response Time merupakan
kecepatan dalam penanganan pasien, dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan
penanganan. Ketepatan merupakan faktor yang diperlukan seseorang untuk mencapai
target yang di inginkan.
B. Deskriptif Singkat
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia.
Triase adalah tindakan dimana pasien digolongkan berdasarkan prioritas
kegawatannya. Pasien yang mengalami kondisi gawat darurat (kartu merah), kondisi
gawat dan tidak darurat (kartu kuning), kondisi tidakgawat dan tidak darurat (kartu hijau)
serta death arrival (kartu hitam) (Sudrajat, 2014).
C. Analisa Jurnal
Hubungan Respon Time Dengan Triase Dan Penatalaksanaanpasien Di
Instalasi Gawat Darurat
D. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Distribusi frekuensi berdasarkan lama perawat yang bekerja di IGD RSUD
Pandan Arang Boyolali menunjukkan PK I (15,0%), PK 2 (35,0%), dan PK 3
(50,0%). Bahwa hal ini sejalan dengan penelitian gurning (2013) penelitian
menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah 18 orang (56,3%) yang bekerja > 5
tahun lama bekerja seseorang akan menentukan banyak pengalaman yang didapatkan.
Semakin lama seseorang bekerja maka makin trampil dan makin berpengalaman pula
dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Kategori kecepatan penatalaksanaan (respon time)
Respon time (waktu tanggap) adalah kecepatan dalam penanganan pasien
dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan. respon time (waktu
tanggap) pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi
oleh berbagai hal, baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-komponen lain
yang mendukung (Haryatun dan Sudaryanto, 2008).
3. Kategori triase
Distribusi frekuensi berdasarkan triase yaitu triase hijau berjumlah 7 (35,0%),
tiase kuning berjumlah 7 (35,0%), kemudian triase merah berjumlah 5 (25,0%), dan
triase hitam berjumlah 1(5,0%). Triase adalah tindakan dimana pasien digolongkan
berdasarkan prioritas kegawatannya.
4. Hubungan antara Respon Time dengan Triase dan penatalasanaan
Perhitungan uji sphearmen rho diperoleh p - value < 0,05 (0,00<0,05) yang berarti
Ha di terima dan H0 di tolak artinya terdapat hubungan antararespon time dengan
triase dan penatalaksanaan. Nilai kekuatan korelasi (r) adalah sebesar 0,074 yang
berarti keeratan hubungan dalam kategori sedang dan nilai r tabel 0,44.
E. Manfaat dan Kekurangan
Manfaat dari jurnal ini kita sebagai perawat dapat mengetahui Karakteristik
Responden, Kategori kecepatan penatalaksanaan, Kategori Triase, dan Hubungan antara
respon time dengan triase dan penatalaksanaannya. Kita juga mengetahui apakah ada
hubungan respon time dengan triase dan penatalaksaan pasien di Instalasi Gawat Darurat.
Kekurangan dari jurnal ini belum terdapat seberapa besarnya pengaruh triase yang
diberikan oleh perawat-perawat rumah sakit sehingga masyarakat terhadap pentingnya
triage in hospital.
F. Kesimpulan
Hasil dari jurnal ini dapat disimpulkan bahwa :
Karakteristik responden berdasarkan PK responden Pra PK (16,7%), PK I (12,5%), PK 2
(29,3%), dan PK 3 (41,7). Pada jenis kelamin laki-laki yaitu 15 orang (75,0%) dan jenis
kelamin perempuan sebanyak 5 orang (25,0%), pada tingkat pendidikan pendidikan S1
perawat yaitu sebanyak 12 orang (60,0%).
Berdasarkan triase hijau 7 (35,0%), kuning 7 (35,0), kuning(25,0%) hitam 1 (5,0), respon
time< 5 menit sebanyak 15 (62,5%), > 5 menit 5 (20,8%) dan ketepatan15 orang (75,0%),
dan tidak tepat sejumlah 5 orang (25,0%).
Hubungan respon time dengan tingkat pendidikan nilai p>0,05 (0,31>0,05) yang berarti
Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara respon time dengan
tingkat pendidikan
Perhitungan uji sphearman rho diperoleh p - value < 0,05 (0,000<0,05) dan nilai kekuatan
r tabel yaitu 0,44 yang berarti Ha di terima dan H0 di tolak artinya terdapat hubungan
antara respon time dengan triase dan penatalaksanaan. Nilai kekuatan korelasi (r) adalah
sebesar 0,74 yang berarti keeratan hubungan dalam kategori sedang.
G. Daftar Pustaka
Kepmenkes. 2009. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Kegawatdaruratan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Jurnal 2
A. Abstrak
Hal terpenting ketika perawat melakukan triase adalah melakukan response time.
Penurunan penilaian skala triase akan memperpanjang waktu penanganan yang
seharusnya di terima oleh pasien sesuai dengan kondisi klinisnya sehingga akan beresiko
menurunkan angka keselamatan pasien dan kualitas dari layanan kesehatan.
B. Deskriptif Singkat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan titik masuk yang sangat penting untuk
pelayanan kesehatan bagi pasien yang membutuhkan penanganan dan perawatan
mendesak (Sunyoto dkk, 2014).
Triase merupakan hal penting dalam merawat dan melakukan penilaian awal
pasien di IGD (Khairina, dkk. 2018). Tujuan utama dari triase adalah untuk menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas semua pasien gawat darurat (Garbez, et all. 2011).
C. Analisa Jurnal
Hubungan Ketepatan Triase Dengan Response Time Perawat Di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Tipe C
D. Pembahasan
Hasil penelitian ini didukung oleh Mardalena (2017) yang menyatakan bahwa
Response Time sangat berhubungan dengan triase di mana hal terpenting ketika perawat
melakukan triase adalah melakukan response time. Mahyawati (2015) tentang hubungan
kegawatdaruratan pasien dengan waktu tanggap perawat di IGD RS PKU Muhammadyah
Yogyakarta di simpulkan bahwa terdapat hubungan antara kegawat daruratan dengan
waktu tanggap dimana semakin tinggi tingkat kegawatan pasien maka waktu tanggap
akan semakin cepat.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara ketepatan triase dengan response time di
IGD rumah sakit tipe C.
G. Daftar Pustaka
Asmara, K., Handayani, T., N. (2017). Gambaran Kematian di Instalasi Gawat Darurat.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiyah Kuala Banda
Aceh
Evie, S., Wihastuti, T, A., Suharsono, T. (2016) Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Pelaksanaan Triase Perawat Pelaksana di Ruang IGD Rumah Sakit Tipe C
Malang.Program Studi Magister Keperawatan Universitas Briwijaya. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3
Jurnal 3
1. Abstrak
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit yang utama dalam menangani
kasus-kasus yang termasuk pada kategori kegawat daruratan. Seorang perawat harus bisa
melakukan triase gawat darurat dalam mengidentifikasi pasien yang perlu segera dilihat
dan pasien yang aman menunggu perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan prioritas triase dengan respon time perawat di Instalasi Gawat Darurat di RS
Kusta Sumber Glagah Mojokerto. Desain penilaian ini dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini semua pasien di IGD RS Kusta Sumber
Glagah Mojokerto berjumlah 30 pasien.
2. Deskriptif Singkat
Triase Gawat Darurat merupakan proses penentuan dan seleksi pasien yang
diprioritaskan untuk mendapatkan penanganan terlebih dahulu diruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) di rumah sakit. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan urutan
penanganan sesuai tingkat kegawat daruratan pasien, seperti kondisi cedera ringan,
sampai cedera berat yang memungkinkan pasien mengancam nyawa dalam htiungan
menit maupun jam atau sudah meninggal.
3. Analisa Jurnal
HubunganPrioritasTriaseDenganRespon Time Perawat Di
InstalasiGawatDarurat (IGD) Di RumahSakitKustaSumberGlagahMojokerto
4. Pembahasan
PrioritasTriase
Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa hampir setengah dari
responden tergolong triase merah yaitu 10 orang (33,3%).
Jenis keadaan triase dapat dipengaruhi oleh jumlah penderita dan beratnya
perlakuan tidak melampaui kemampuan petugas, dalam keadaan ini penderita dengan
masalah gawat darurat dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu, dan jumlah
penderita dan beratnya perlakuan melampaui kemampuan petugas. Dalam keadaan ini
akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan survival yang
terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan, tenaga paling sedikit. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Barfod (2010) di
Roskilde Demark tentang distribusi level triase dan dampaknya apa datang dengan
gejala penyakit di ruang IGD menunjukkan bahwa pada saat pasien masuk IGD
diprioritaskan dalam warna merah, oranye, kuning dan hijau masing-masing 3,1%,
22,7%, 42,7% dan 31,5% darikasus. Algoritma yang paling umum adalah algoritma
keluhan gastrointestinal (20,3%) diikuti oleh nyeri dada (8,3%), dyspnoea (8,2%) dan
keluhan neurologis (5,9%). (Menurut Musliha 2010).
Respon Time
Hasil penelitian menunjukkan bahwa standar response time pasien IGD di Iran
tidak boleh melebihi waktu 8 menit, sedangkan hasil penelitian Muhammadi
menunjukkan bahwa rata-rata IGD memberikan response time 7-28 menit. Respon
time yang diberikan oleh perawat dalam menangani pasien tergolong cepat karena
begitu pasien datang, langsung segera ditangani oleh perawat. Pada beberapa kasus
memang ditangani lebih dari 5 menit karena disamping kondisi pasien yang tidak
terlalu membutuhkan tindakan segera, juga karena adanya faktor lain, seperti shift
kerja di malam hari sehingga perawat kadang ada yang dalam kondisi tertidur dan
butuh waktu untuk membangunkan.
HubunganPrioritasTriasedenganRespon Time
Pasien dengan gawat darurat (P1) harus mendapatkan penanganan yang cepat
dan merupakan prioritas utama yang harus di tangani, pasien dengan darurat tidak
gawat merupakan prioritas ke 2 yang harus ditangani setelah prioritas utama dan
prioritas terakhir yang harus ditangani yaitu pasien dengan tidak gawat tidak darurat.
Tetapi pada prinsip umum yang telah ditetapkan oleh Kepmenkes (2009) bahwa
penanganan yang dilakukan di IGD paling lama harus ditangani yaitu 5 menit baik
pasien dengan gawat darurat, darurat tidak gawat, maupun pasien dengan tidak gawat
tidak darurat.