Anda di halaman 1dari 21

LEMBAR KERJA MAHASISWA

TOPIK: HUKUM KIRCHOFF


MATA KULIAH: LISTRIK MAGNET DASAR

NAMA : NIM :
I KOMANG RESTU WIDI ARTHA 1913021014

A. Tujuan Pembelajaran
Memahami Konsep Dasar Hukum Kirchoff
B. Proses Pembelajaran
Fenomena
Pemasangan instalasi listrik maupun peralatan elektronik tidak terlepas dari
penerapan Hukum Kirchoff. Penerapan hukum Kirchoff berlaku pada rangkaian
seri dan rangkaian paralel. Sebagai contoh, pemasangan instalasi listrik PLN
dirumah-rumah dipasang secara paralel.
Berdasarkan informasi dari fenomena di atas, tulislah informasi penting yang
ditemui berkaitan dengan Hukum kirchoff.

Informasi penting yang diperoleh dari fenomena di atas adalah penerapan


hukum Kirchoff berlaku pada rangkaian seri dan rangkaian parallel. Sebagai
contoh pemasangan instalasi listrik di rumah-rumah yang dipasang secara
paralel.

1
1. Merumuskan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah, buatlah rumusan masalah pada kolom yang
disediakan?
Catatan: Rumusan masalah yang benar adalah rumusan masalah yang dapat
diukur dan dalam bentuk kalimat tanya!

Rumusan masalah :
1. Bagaimana penerapan hukum Kirchoff yang berlaku pada rangkaian seri
dan rangkaian paralel ?
2. Mengapa pemasangan instalasi listrik di rumah-rumah yang dipasang
secara paralel ?

2. Mengajukan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, tuliskan jawaban sementara
(hipotesis) nya!
Adapun hipotesis yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah yang
dibuat, diantaranya:
1. Penerapan hukum Kirchoff yang berlaku pada rangkaian seri dan
rangkaian parallel ialah terletak pada kuat arus (I) yang mengalir
melalui titik percabangan. Pada rangkaian seri tidak terdapat cabang
(sesuai dengan pengertiannya) yang artinya I=I1=I2=I3=…=In.
Sedangkan pada rangkaia parallel, terdapat cabang (sesuai dengan
pengertiannya) yang artinya I=I1+I2+I3+….+In.
2. Pemasangan instalasi listrik di rumah-rumah yang dipasang secara
parallel karena rangkaian parallel adalah rangkaian yang komponen atau
bebannya dipasang secara berderet, oleh karena itu pada rangkaian
paralel komponen atau beban (lampu) tidak saling terhubung namun
memiliki input atau sumber yang sama. Karena tidak saling terhubung
maka tegangan dari sumber tidak akan terbagi pada komponen lain dan
akan menghasilkan tegangan yang maksimal. Rangkaian parallel dipilih
di dalam pemasangan instalasi listrik di rumah-rumah dikarenakan :
a) tegangan penuh masuk pada satu lampu atau kompenen lain,
maka pemakaiannya juga akan sangat maksimal
b) bila salah satu mengalami kerusakan, tidak akan berpengaruh
pada yang lain
2
3. Merancang atau Melakukan Ekperimen

Untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat, diberikan gambar rangkaian


listrik seri dan paralel. Pada rangkaian tersebut disiapkan 2 buah bolam
dengan hambatan masing-masing 1Ω, 3 buah ampere meter, 2 buah volt
meter,catudaya.

Gambar 3.1. Rangkaian Seri

Gambar 2. Rangkaian Paralel


Catatan:
1. Hambatan pada bolam semuanya sama dengan R (1Ω)
2. Hambatan dalam rd pada Am, Vm, dan GGL ε diabaikan

3
Tugas:
a. Bagaimanakah aturan pemasangan ampere meter dan volt meter yang benar!
Jawaban :
Pemasangan amperemeter pada rangkaian harus secara seri sedangkan
pemasangan voltmeter harus dipasang paralel. Apabila pemasangannya
tertukar maka alat tersebut akan rusak. Pada saat kita ingin mengetahui besar
beda potensial atau gaya gerak listrik atau tegangan jepit suatu rangkaian,
voltmeter dipasang secara paralel dengan beban. Bila kita hendak melakukan
pengukuran arus dan tegangan secara bersamaan menggunakan kedua alat
tersebut, prinsip pemasangannya tetap. Amperemeter dipasang seri dengan
beban dan voltmeter dipasang paralel dengan beban.
b. Periksalah kedua rangkaian listrik tersebut apakah sudah benar? Berikan
alasan!
Jawaban :
Pada gambar I, dilihat dari gambar atau penyusunan rangkaian,pemasangan
amperemeter dipasang secara seri dengan beban (lampu) dan voltmeter
dipasang secara parallel beban (lampu). Hal ini sudah benar karena sesuai
dengan aturan pemasangan yaitu amperemeter pada rangkaian harus secara
seri sedangkan pemasangan voltmeter harus dipasang parallel beban (lampu).
Sedangkan, pada gambar II, dilihat dari gambar atau penyusunan
rangkaian,pemasangan amperemeter dan voltmeter dipasang secara parallel
beban (lampu). Hal ini salah, karena tidak sesuai dengan aturan pemasangan
dan bisa menyebabkan kerusakan pada alat ukur.
c. Lakukan percobaan sebanyak 10 x dengan mengubah GGL (gaya gerak
listrik) pada catudaya!
Jawaban :
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran I dan V pada Rangkaian Seri
R1 = R2 = 1Ω
No. GGL ε Kuat arus (A) Tegangan pada tiap
(Volt) bolam (Volt)
I1 I2 V1 V2
1. 2 1 1 1 1
2. 4 2 2 2 2
3. 6 3 3 3 3

4
4. 8 4 4 4 4
5. 10 5 5 5 5
6. 12 6 6 6 6
7. 14 7 7 7 7
8. 16 8 8 8 8
9. 18 9 9 9 9
10. 20 10 10 10 10

Tabel 3.2 Hasil Pengukuran I dan V pada Rangkaian Paralel


R1 = R2 = 1Ω
No. GGL ε Kuat arus (A) Tegangan pada tiap
(Volt) bolam (Volt)
I I1 I2 V1 V2
1. 2 4 2 2 2 2
2. 4 8 4 4 4 4
3. 6 12 6 6 6 6
4. 8 16 8 8 8 8
5. 10 20 10 10 10 10
6. 12 24 12 12 12 12
7. 14 28 14 14 14 14
8. 16 32 16 16 16 16
9. 18 36 18 18 18 18
10. 20 40 20 20 20 20

4. Mengumpulkan dan Mengolah Data


Berdasarkan gambar rangkaian di atas, jika bolam yang digunakan dibuat
tetap dengan hambatan 1Ω, sedangkan GGL diubah-ubah, maka data yang
dapat diukur pada rangkaian seri maupun paralel adalah data I1, I2 ,V1 dan V2
seperti pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.
Faktor hambatan pada alat ukur Ampere meter, Volt meter dan
catudaya diabaikan.
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran I dan V pada Rangkaian Seri
R1 = R2 = 1Ω
No. GGL ε Kuat arus (A) Tegangan pada tiap
(Volt) bolam (Volt)
I1 I2 V1 V2
1. 2 1 1 1 1
2. 4 2 2 2 2
3. 6 3 3 3 3
4. 8 4 4 4 4
5. 10 5 5 5 5

5
6. 12 6 6 6 6
7. 14 7 7 7 7
8. 16 8 8 8 8
9. 18 9 9 9 9
10. 20 10 10 10 10

Tabel 3.2 Hasil Pengukuran I dan V pada Rangkaian Paralel


R1 = R2 = 1Ω
No. GGL ε Kuat arus (A) Tegangan pada tiap
(Volt) bolam (Volt)
I I1 I2 V1 V2
1. 2 4 2 2 2 2
2. 4 8 4 4 4 4
3. 6 12 6 6 6 6
4. 8 16 8 8 8 8
5. 10 20 10 10 10 10
6. 12 24 12 12 12 12
7. 14 28 14 14 14 14
8. 16 32 16 16 16 16
9. 18 36 18 18 18 18
10. 20 40 20 20 20 20

Hitunglah besarnya daya pancar listrik IxV dan I2R dari masing-masing
variasi GGL pada rangkaian seri maupun paralel, dan tuliskan hasilnya pada
Tabel 3.3 dan Tabel 3.4

Tabel 3.3 Hasil Analisis Data P pada Rangkaian Seri


R1 = R2 = 1Ω
No. GGL Kuat Tegangan Daya Pancar masing-masing
ε arus (A) pada tiap bolam (P) dengan menghitung IV
(Volt) bolam dan I2R
(Volt)
I1 I2 V1 V2 I1 V 1 I12R I2 V1 I22R
1. 2 1 1 1 1 1 1 1 1
2. 4 2 2 2 2 4 4 4 4
3. 6 3 3 3 3 9 9 9 9
4. 8 4 4 4 4 16 16 16 16
5. 10 5 5 5 5 25 25 25 25
6. 12 6 6 6 6 36 36 36 36
7. 14 7 7 7 7 49 49 49 49
8. 16 8 8 8 8 64 64 64 64
9. 18 9 9 9 9 81 81 81 81

6
10. 20 10 10 10 10 100 100 100 100

Tabel 3.4 Hasil Analisis Data P pada Rangkaian Paralel


R1 = R2 = 1Ω
No. GGL Kuat arus (A) Tegangan Daya Pancar masing-masing
ε pada tiap bolam (P) dengan
(Volt) bolam (V) menghitung IV dan I2R
I I1 I2 V1 V2 I1 V1 I12R I2 V1 I22R
1. 2 4 2 2 2 2 4 4 4 4
2. 4 8 4 4 4 4 16 16 16 16
3. 6 12 6 6 6 6 36 36 36 36
4. 8 16 8 8 8 8 64 64 64 64
5. 10 20 10 10 10 10 100 100 100 100
6. 12 24 12 12 12 12 144 144 144 144
7. 14 28 14 14 14 14 196 196 196 196
8. 16 32 16 16 16 16 256 256 256 256
9. 18 36 18 18 18 18 324 324 324 324
10. 20 40 20 20 20 20 400 400 400 400

5. Interpretasi Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil percobaan dan informasi dari buku yang telah dibaca,
buatlah pembahasan dari percobaan tersebut.

Hukum Kirchhoff, yang dibuat oleh G R Kirchhoff (1824-


1887) di pertengahan abad sembilan belas. Hukum ini ada dua, dan
sebenarnya merupakan penerapan yang berguna dari hukum
kekekalan muatan dan energi. Hukum pertama Kirchhoff atau
hukum titik cabang berdasarkan pada kekekalan muatan, dan kita
telah menggunakannya untuk menurunkan hukum untuk resistor
paralel. Hukum ini menyatakan bahwa

7
Percobaan dilakukan dengan 10 variasi nilai GGL pada kedua
rangkaian yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel, dengan variasi yang
sama untuk setiap rangkaian, Alat ukur seperti Amperemeter dan Voltmeter
masing-masing digunakan untuk mengukur kuat arus dan tegangan pada
rangkaian, lalu dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai daya (P)
pada lampu. Daya listrik merupakan jumlah energi listrik per satuan waktu.
Daya juga merupakan hasil kali kuat arus (I) dan tegangan (V). Daya listrik
disimbolkan dengan P, dan memiliki satuan Watt.
Pada rangkaian seri, nilai tegangan pada setiap bolam yang
didapatkan merupakan setengah dari nilai GGL yang diberikan. Nilai
tegangan yang didapatkan juga sama dengan nilai kuat arus. Daya yang
dicari dengan rumus I × V dan I 2 × R menghasilkan nilai yang sama.
Sedangkan pada rangkaian paralel, nilai tegangan pada setiap bolam sama
dengan nilai GGl yang diberikan. Nilai tegangan yang didapatkan juga
sama dengan nilai kuat arus pada masing-masing cabang rangkaian. Daya
yang dicari dengan rumus I × V dan I 2 × R menghasilkan nilai yang sama.

Menurut teori Hukum Kirchoff dijelaskan sebagai berikut.


Hukum Kirchoff I

8
Hukum Kirchoff I membahas tentang arus listrik yang melalui titik percabangan.
Hukum Kirchoff I menyatakan: Jumlah arus listrik yang masuk menuju titik
percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan jumlah arus yang keluar
melalui titik percabangan.
∑ I masuk =∑ I masuk

Titik percabangan berada di titik a.


Besarnya kuat arus yang menuju titik percabangan = besarnya kuat arus yang keluar
dari titik percabangan.
Jadi: I 1=I 2 + I 3

Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II membahas tentang rangkaian listrik tertutup. Hukum Kirchoff II
menyatakan jumlah beda potensial atau tegangan pada rangkaian tertutup adalah
sama dengan nol.
Secara matematika dituliskan Σε+ Σ I R=0
Untuk Hukum II Kirchoff, ada dua persyaratan yang mesti dipenuhi antara lain:
1. Nilai GGL ε positif jika arah putaran loop bertemu kutub + ggl, sebaliknya
nilainya negatif jika arah loop bertemu kutub negatif
2. Nilai IR positif jika arah loop searah dengan arah kuat arus, sebaliknya
nilainya negatif jika arah loop berlawanan arah dengan arah kuat arus listrik.
Contoh:

9
r d adalah hambatan dalam pada ggl.
Pertama tentukan I dengan hukum Kirchoff I

I =I 1+ I 2
Kedua, tentukan jumlah beda potensial menggunakan hukum Kirchoff II
Misalkan arah loop ABGHA
1. Perhatikan rangkaian tertutup ABCDGHA:
I 1 R1 + I r d−ε=0
2. Perhatikan rangkaian tertutup ABCDGHA:
I 2 R2 + I r d−ε=0

Tugas:
Buktikan secara teori menggunakan teori Hukum Ohm dan Kirchoff data hasil
pengukuran I1 dan I2 pada rangkaian seri maupun paralel apakah tepat ? Gunakan
data ε pada tabel 3.1 dan 3.2 nomor 1, 2 dan 3. dan nilai hambatan masing-masing =
1 Ω, serta hambatan dalam diabaikan!
Jawaban:
Ohm menyatakan bahwa setiap beda potensial ujung-ujung resistor R dinaikkan
maka arus yang mengalir juga akan naik. Bila beda potensial diperbesar 2x, ternyata
kuat arus juga menjadi 2x semula. Dari sifat tersebut dapat ditentukan bahwa beda
potensial listrik sebanding dengan kuat arus yang melewatinya.
Ada 2 hukum Kirchoff yakni Hukum I Kirchoff dan Hukum II Kirchoff. Hukum I
Kirchoff menyatakan : Jumlah aljabar kuat arus yang menuju suatu titik cabang
rangkaian listrik = jumlah aljabar arus yang meninggalkan titik cabang tersebut.

Atau :

∑ I menuju titik cabang = ∑ I meninggalkan titik cabang

Sedangkan Hukum II Kirchoff menyatakan jumlah aljabar penurunan tegangan


(voltage drop) pada rangkaian tertutup (loop) menuruti arah yang ditentukan =
jumlah aljabar kenaikan tegangan (voltage rise) nya.

Atau :

10
∑ Vdrop = ∑ Vrise

Dari data diatas, pada rangkaian seri saat GGL bertambah maka kuat arus dan
tegangan juga ikut bertambah. Dan pada rangkaian parallel, ketika GGL bertambah,
tegangan dan kuat arus 2x bertambah dari semula.

6. Menarik Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
Pada rangkaian seri, nilai tegangan pada setiap bolam yang
didapatkan merupakan setengah dari nilai GGL yang diberikan.
Nilai tegangan yang didapatkan juga sama dengan nilai kuat arus.
Daya yang dicari dengan rumus I × V dan I 2 × R menghasilkan nilai
yang sama. Sedangkan pada rangkaian paralel, nilai tegangan pada
setiap bolam sama dengan nilai GGl yang diberikan. Nilai tegangan
yang didapatkan juga sama dengan nilai kuat arus pada masing-
masing cabang rangkaian. Daya yang dicari dengan rumus I × V dan
menghasilkan nilai yang sama.
C. Pertanyaan-pertanyaan

Berdasarkan hasil percobaan dan informasi dari buku yang telah dibaca, jawablah
pertanyaan berikut untuk membutikan hipotesis!
1. Mengapa instalasi listrik PLN di rumah-rumah dipasang paralel?
Jawaban:
Pemasangan instalasi listrik di rumah-rumah yang dipasang secara parallel
karena rangkaian parallel adalah rangkaian yang komponen atau bebannya
dipasang secara berderet, oleh karena itu pada rangkaian paralel komponen
atau beban (lampu) tidak saling terhubung namun memiliki input atau sumber
yang sama. Karena tidak saling terhubung maka tegangan dari sumber tidak

11
akan terbagi pada komponen lain dan akan menghasilkan tegangan yang
maksimal. Rangkaian parallel dipilih di dalam pemasangan instalasi listrik di
rumah-rumah dikarenakan :
a) tegangan penuh masuk pada satu lampu atau kompenen lain, maka
pemakaiannya juga akan sangat maksimal
b) bila salah satu mengalami kerusakan, tidak akan berpengaruh pada yang
lain
c) mudah diatur, misalnya pemasangan saklar untuk mematikan salah satu
lampu saja
2. Adakah pengaruh pemasangan instalasi listrik secara seri dan paralel terhadap
terang redupnya bola lampu?
Jawaban :
Ada, nyala lampu yang disusun secara paralel akan lebih terang daripada
rangkaian listrik yang disusun secara seri, ini disebabkan karena susunan
kawat pengahantar atau kabel pada rangkaian paralel terdiri dari banyak
saluran untuk menghantarkan arus listrik sehingga nyala lampu lebih terang
bila dibandingkan dengan rangkaian seri yang hanya menggunakan satu kabel
pada penysusunan rangkaiannya. selain itu pada rangkaian parallel komponen
atau beban (lampu) tidak saling terhubung namun memiliki input atau sumber
yang sama. Karena tidak saling terhubung maka tegangan dari sumber tidak
akan terbagi pada komponen lain dan akan menghasilkan tegangan yang
maksimal sehingga nyala lampu akan lebih terang. Berbeda dengan rangkaian
seri yang komponen atau bebannya (lampu) saling terhubung satu sama lain
dan memiliki sumber tegangan yang berbeda-beda karena terbagi-bagi pada
komponen lain sehingga akan menghasilkan tegangan yang tidak maksimal,
akibatnya nyala lampu akan lebih redup.
3. Bagaimanakah kuat arus masing-masing bolam yang dirangkai seri
dibandingkan dengan yang dirangkai parallel ?
Jawaban :

Berdasarkan Hukum Kirchoff I yang membahas tentang arus listrik yang


melalui titik percabangan, menyatakan: “Jumlah arus listrik yang masuk

12
menuju titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan jumlah
arus yang keluar melalui titik percabangan.”
∑ I masuk =∑ I masuk
Maka dari itu, pada rangkaian seri yang tidak terdapat cabang (sesuai dengan
pengertiannya), nilai kuat arus (I) menjadi:
I=I1=I2=I3=…=In
Sehingga, kuat arus (I) masing-masing bohlam akan sama satu sama lain dan
nilai I pada masing-masing bohlam sama dengan I totalnya.
Sedangkan pada rangkaia parallel yang terdapat cabang (sesuai dengan
pengertiannya), nilai kuat arus (I) menadi :
I=I1+I2+I3+….+In
Sehingga, kuat arus (I) masing-masing bohlam akan berbeda satu sama lain.
4. Bagaimanakah tegangan listrik masing-masing bolam yang dirangkai seri
dibandingkan dengan yang dirangkai paralel?
Jawaban :

Pada rangkaian seri, besar tegangan listrik (V) pada masing-masing bohlam
(hambatan) berbeda satu sama lain dan bernilai lebih kecil daripada tegangan
(V) sumber, hal ini dikarenakan setiap bohlam akan mendapat V-nya masing-
masing sesuai dengan yang dibutuhkan oleh hambatannya. Maka dari itu,
tegangan listrik V pada seri dapat dirumuskan dengan:

V = V1+V2+V3+….+Vn

Sedangkan Pada rangakaian paralel, besar tegangan listrik (V) pada masing-
masing bohlam bernilai sama besar dan juga sama dengan tegangan (V)
sumbernya, hal ini dapat dirumuskan dengan :

V = V1=V2=V3=….=Vn
5. Bagaimanakah kuat arus masing-masing bolam yang dirangkai seri
dibandingkan dengan yang dirangkai paralel?

Jawaban :

Berdasarkan Hukum Kirchoff I yang membahas tentang arus listrik yang


melalui titik percabangan, menyatakan: “Jumlah arus listrik yang masuk

13
menuju titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan jumlah
arus yang keluar melalui titik percabangan.”
∑ I masuk =∑ I masuk
Maka dari itu, pada rangkaian seri yang tidak terdapat cabang (sesuai dengan
pengertiannya), nilai kuat arus (I) menjadi:
I=I1=I2=I3=…=In
Sehingga, kuat arus (I) masing-masing bohlam akan sama satu sama lain dan
nilai I pada masing-masing bohlam sama dengan I totalnya.
Sedangkan pada rangkaia parallel yang terdapat cabang (sesuai dengan
pengertiannya), nilai kuat arus (I) menadi :
I=I1+I2+I3+….+In
Sehingga, kuat arus (I) masing-masing bohlam akan berbeda satu sama lain.

D. Latihan Soal.

1. Perhatikan rangkaian berikut

Pertanyaan:
a. Bandingkan kuat arus masing-masing bolam !
b. Bandingkan tegangan listrik masing-masing bolam!

Jawaban :

a. Dari gambar kita ketahui IA = IB + IC


Langkah pertama yang dilakukan pertama yaitu memparalelkan B dan C

1 1 1
= +
R p R B RC

Kita misalkan RA = RB = RC = R dan tegangan sumbernya adalah V

1 1 1
= +
Rp R R

14
1 2
=
Rp R

2
Rp=
R

Maka gambar rangakaiannya menjadi sebagai berikut :

Rp Rp

+ -

Rtotal = R + Rp

2
Rtotal =R+
R

3R
Rtotal=
2

Sehingga kita peroleh Itotal sebagai berikut,

V
I total =
R total

V
I total=
3R
2

2V
I total =
3R

Dari gambar, besar Itotal sama dengan besar IA dan kita ketahui bahwa

IA = I B + I C

Karena besar hambatan pada B dan C sama, maka kita peroleh I B sebagai
berikut.

1
I B= I total
2

15
1 2V
I B= ×
2 3R

V
I B=
3R

V
Maka IC sebesar
3R

Maka perbandingan kuat arus pada masing-masing bolam adalah


2V V V
I A :I B : I C = : :
3R 3R 3R

I A :I B : I C =2 :1 :1

b. Pada rangkaian tersebut karena hambatan B dan C tersusun seri maka nilai VB
= VC
 Maka VAkita peroleh sebagai berikut
V A =I A × R A
2V
V A= ×R
3R
2V
V A=
3
 VB kita peroleh sebagai berikut
V B =I B × R B
V
V B= ×R
3R
V
V B=
3
V
Karena VB = VC maka nilaiV C =
3

Maka perbandingan tegangan pada masing-masing hambatan


adalah

2V V V
V A :V B :V C = : :
3 3 3

16
V A :V B :V C =2:1 : 1

17
2. Rangkaian listrik seperti gambar berikut ini menggunakan bola lampu yang
sama besar ukurannya.

a. Jelaskan perbandingan tegangan yang melintasi beban pada setiap


rangkaian listrik
b. Jelaskan perbandingan kuat arus yang melaui baterai di setiap rangkaian
listrik
c. Dari keempat rangkaian tersebut, rangkaian manakah yang yang nyalanya
paling redup? Jelaskan!
d. Diantara ke empat rangkaian tersebut, berikan penjelasan rangkaian
manakah yang baterainya bertahan lebih lama, dan rangkaian mana
baterainya lebih cepat lemah
Jawaban :
Keterangan simbol yang digunakan:
𝑉𝐿 = Tegangan listrik yang tertera pada bolam,

misalnya 220V𝑃 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑜𝑙𝑎𝑚, 𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙 40 𝑤𝑎𝑡𝑡

𝑉𝑏 = tegangan baterai/tegangan sumber

𝐼𝑏= 𝑘𝑢𝑎𝑡 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟

𝑉𝐴−𝑉𝐺= 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 – 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑜𝑙𝑎𝑚

𝐼𝐴−𝐼𝐺= 𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 – 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑜𝑙𝑎𝑚

18
B

19
𝑉𝐷= 𝑉𝐸= 𝑉𝑏

𝑃𝐷= 𝑃𝐸= (𝐼𝐷 )2𝑅𝐿= (𝐼𝐸 )2𝑅𝐸

𝑉𝐹= 𝑉𝐺= 𝑉𝑏

𝑃𝐹= 𝑃𝐺= (𝐼𝐹 )2𝑅𝐹= (𝐼𝐺 )2𝑅𝐺

Jadi:
a. 𝑉𝐴= 𝑉𝐷= 𝑉𝐸= 𝑉𝐹= 𝑉𝐺= 𝑉𝑏; sedangkan
b. ;
sedangkan
c. Terang redupnya bolam dilihat dari daya pancarnya. Makin besar daya pancar
maka bolam makin terang. Dari rangkaian pada gambar 1 sd 4 diperoleh
; sedangkan

20
maka bolam yang paling redup adalah bolam = ¼ x
daya yang lain.
d. Baterai berfungsi sebagai penyimpan energi listrik. Energi listrik W = P x t.
Unuk waktu yang sama, penggunaan energi listriknya dapat dilihat dari daya
yang dipancarkan. Jika baterai digunakan maka makin lama dayanya makin
berkurang. Pada rangkaian (2), penggunaan daya pancarnya paling kecil,

yaitu hanya 1/4 dari yang lain yaitu . Untuk itu


rangkaian 2 yang lebih bertahan lama, sedangkan rangkaian 3 lebih cepat
lemah baterainya karena meskipun penggunaan dayanya sama yaitu

, tetapi karena penggunaan daya untuk 2 bolam dan satu baterai


sehingga rangkaian 3 lebih cepat lemah..

21

Anda mungkin juga menyukai