Anda di halaman 1dari 10

STRESS

A. Pengertian Stress

Stess adalah tanggapan reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atas yang

bersifat non spesifik. Yosep (2009 dalam KTI Bagjalia Agustina, 2016)

Menurut Cranweld-Ward dalam Nasir (2011), stress merupakan reaksi fisiologis

dan psikologis yang terjadi ketika seseorang merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan

yang dihadapi dengan kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut.

Menurutt Vincent, sebagaimana dikutip Sunaryo dalam Jaya (2015) stress adalah

gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan

yang dipengruhi lingjungan maupun penampilan di dalam lingungan tersebut.

Menurut Maramis dalam Jaya (2015) stress adalah segala masalah atau tuntutan

penyesuaian diri, dan arena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan tubuh.

Menurut Dadang Hawari (2001) dalam Buku Psikologi Keperawatan (2004), stress

adalh reaksi tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).

Dari berbagai pengertian stress yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan

bahwa stress adalah tanggapan respon fisik dan psikis non- spesifik terhadap gangguan pada

tubuh juga pikiran disebabkan oleh perubahan, beban, tuntutan kehidupan, mengganggu

keseimbangan anatara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuannya yang menyebabkan

ketegangan dan dipengaruhi lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan

tersebut.

B. Sumber Stress

Menuruut Kozier (2011) sumber stress dapat di klasifikasikan sebagai berikut :


1) Stresor Intermal

Stresor internal merupakan sumber stress yang berasal dari dalam seseorang,

misalkan kanker atau peraasaan depresi

2) Stresor Eksternal

Stresor eksternal berasal dari luar individu, misalkan perpindahan kematian anggotan

keluarga atau tekanan dari lingkungan sekitar.

3) Stresor Perkembangan

Stresor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup

individu. Pada setiap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk mencegah

atau mengurangi stress (tugas dalam perkembangan).

4) Stresor Situasional

Stesor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapanpun sepanjang

hidup. Misalkan; pernikahan dan perceraian, penyakit, lingkungan pekerjaan yang

baru.

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi stress

Menurut Sunaryo dalam Jaya (2015), beberapa faktor predisposisi yang mempengaruhi

stress individu adalah :

1) Factor biologis; herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofisiologik dan

neurohormonal

2) Factor psikoedukatif; kepribadian, pengalaman dan kondisi lingkungan


Menurut Nasir (2011) beberapa factor yang dianggap sebagai stressor yang biasa disebut

sebagai factor presipitasi :

1) Factor fisik dan biologis

1. Genetika; kehamilan merupakan masa yanh memiliki keakraban dengan

kemungkinan kerentanan stress pada anak yang dilahirkan. Kondisi ibu yang

merupakan perkok atau alkholik dan penggunaan obat terlarang pada masa kehamilan

menjadi factor stress pada anak yang dilahirkan tersebut.

2. Case history; riwayat penyakit dimasa lalu mempunyai dampak psikologis di masa

mendatang, seperti penyakit di masa kecil atau kecelakaan yang mengakibatkan cacat.

3. Pengalaman hidup; mencakup Case history dan pengalama – pengalaman hidup yang

mempengaruhi perasaan independen yang menyangkut kematangan organ seksual

pada masa remaja.

4. Tidur; kebutuhan tidur mempengaruhi tingkat konsetrasi, semangat, dan gairah

individu terhadap pekerjaan yang dilakoninya. Penderita insomnia mempunyai

kerentanan terhadap stress yang lebih berat.

5. Penyakit; penyakit menahun yang membutuhkan proses penyembuhan dalam jangka

waktu yang panjang seperti TBC, kanker, DM, dan penyakit lainnya, dapt menjadi

stressor bagi penderitanya.

2) Faktor Psikologis

a) Persepsi; tinggi rendahnya stress dalm suatu peristiwa bergantung dari individu

memandang stressor tersebut. Kadar stress sangat bergantung pada control individu

terhadap stress, prediksi individu terhadap stressor, dan kempuan individu untuk

mengahadapi stressor.
b) Emosi; perbedaan kemampuan untuk menganal dan membedakan perasaan emosi

yang sangat berpengaruh terhadap stress yang sedang dialami individu. Stress dan

emosi mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi keduanya. Seperti

kecemasan, rasa bersalah, khawatir, marah, takut, sedih dan cemburu.

c) Situasi psikologis; situasi berupa konflik, frustasi, dan situasi tertentu dapat

mempengaruhi penilaian yang memberikan ancaman bagi individu.

d) Pengalaman hidup; pengalaman hidup merupakan keseluruhan yang memberikan

pengaruh psikologis bagi individu. Beberapa pengalaman hidup yang memungkinkan

munculnya stress adalah perubahan hidup secara mendadak, masa transisi dan krisi

kehidupan.

3) Faktor Lingkungan

a) Lingkungan fisk; bencana alam (disaster syndrome), seperti gempa bumi, badai,

topan, kondisi cuaca, kondisi lingkungan yang kotor dan sebagainya, dapat

menimbulkan stress bagi individu.

b) Lingkungan biotik; virus atau bakteri dapat menjadi stressor, terutama pada penderita

alergi

c) Lingkungan social; hubungan orangg – orang sekitar yang kurang baik juga dapat

menjadi stressor.

D. Jenis Stress

Menurut hawari dalam Jaya (2015) kondisi stress seseorang dapat dikelompokan

menjadi dua jenis :

1) Kondisi eustress (tidak stress). Seseorang yang dapat mengatasi stress dan tidak ada

gangguan pada fungsi organ tubuh.


2) Kondisi distress (stress). Pada saat seseorang mengahadapi stesor terjadi gangguan pada satu

atau lebih organ tubuh, sehingga organ tersebut tidak dapat menjalankan fungsi tubuhnya

dengan baik.

E. Respon Stress

Menurut Taylor dalam Nasir (2011) menyatakan bahwa, stress dapat menghasilkanm

berbagai respons. Respons –respons berguna sebagai indicator terjadi stress pada individu

dan mengukur tingkat stress pada individu.

Respons stress dapat terlihat dalam berbagai aspek sebagai berikut :

1) Respon fisologis

Ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, setak jantung, nadi dan pernapasan.

2) Respons kognitif

Terlihat melalui terganggungnya proses kognitif individu, seperti kacaunya jalan

pikiran, menurunnya konsesntrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

3) Respons emosi

Seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.

4) Respons tingkah laku

Dibedakan mengjadi fight, yaitu melawan situasi, atau foght, yaitu menghindari situasi

yang menekan.

F. Terjadinya Stress

Menurut Jaya (2015), terjadinya stress tergantung pada stressor dan tanggapan

seseorang terhadap stressor tersebut. Stressor meliputi berbagai hal. Lingkungan fisik

bias menjadi sumber stressor, seperti suhu yang terlalu panas atau dingin, perubahan

cuaca, cahaya yang terlalu gelap atau terang, suara yang terlalu bising dan polusi
merupakan sumber – sumber potensial yang bias menjadi stressor. Kepadatan juga bias

mengakibatkan stress. Penduduk yang tinggal di kampong –kampung yang kumuh yang

biasanya harus membagi ruang geraknya dengan banyak orang lain, cenderung lebih

mudah meledak dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di area tang kurang padat.

Stressor bias berasal dari individu itu sendiri. Konflik yang berhubungan dengan

peran dan tuntutan tanggung jawab yang dirasakan berat bias membuat seseorang

menjadi tegang. Stressor yang lain berasal dari kelompok seperti: hubungan dengan

teman, hubungan dengan atasa, dan hubungan dengan bawahan. Terakhir, stressor bias

bersumber dari keoragnisasian seperti kebijakan yang diambil perusahaan, struktur

organisasi yang tidak sesaui, dan partisipasi para anggota yang rendah.

Selain itu tanggapan individu turut mempengaryuhi apakah sumber stress atauy

stressor itu menjadi baik atau tidak. Stressor yang sama bias berakibat berbeda pada

individu yang berbeda karena adanya perbedaan antar individu. Perbedaan individu

meliputi tingkat usia, jenis kelamin, pendidikan, kesehatan fisik, kepribadian, harga diri,

toleransi terhadap kedwiartian, dan lain – lain.usia berhubungan dengan toleransi

seseorang terhadap stress dan jenis stressor yang paling menganggu. Usia dewasa

biasanya lebih mampu mengontrol stress dibandingkan dengan usia anak – anak dan usia

lanjut. Dengan kata lain, orang dewasa biasanya mempunyai toleransi terhadap stressor

yang lebih baik.

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi seorang mudah terkena stress atau tidak.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, toleransi dan pengontrolan terhadap

stressor biasanya lebih baik. Tingkat kesehatan seseorang juga mempengaruhi mudah
tidaknya terkena stress. Orang yang sakit lebih mudah menderita akibat stress dibanding

orang yang sehat.

G. Tingkat Stress

Menurut Stuart dan Sudden dalam Maramis (2009), mengklasifikasikan tingkat stress,

yaitu :

1) Stress Ringan

Pada tingkat stress ini sering terjadi pada kehidupan sehari –hari dan kondisi dapat

membantu individu menjadi waspada dan mencegah berbagai kemungkin akan

terjadi.

2) Stress Sedang

Pada tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan

mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.

3) Stress Berat

Pada tingkat ini, persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan

perhatian hal – hal lain. Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi stress.

Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada hal lain dan memerlukan

banyak perhatian,

4) Stress Sangat Berat

Orang dengan keadaan stress dangat berat melakukan sesuatu dengan pengarahan

sudah sulit dan dapat menimbulkan tanda dan gejala seprti; debar jantung teramat

keras, sesak nafas, keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal – hal yang

ringan.

H. Manajemen Stress
Menurut Indriana dalam Jaya (2015) manajemen stress yang dapat dilakukan yaitu :

1) Menyadari adanya stress atau sedang mengalami stress

2) Menganalisis dan mengatasi stress; melakukan suatu tindakan; mundur atau

menghilang;diam, tidak melakukan apapun

3) Menyesuaikan sikap; tempatkan stressor pada prespektif yang benar dan hindarkan

pemikiran dan fantasi negatf

4) Perbaiki kebiasaan makan dan berolahragg

5) Mengubah respons terhadap stress; relaksasi progresif, meditasi, pertemuan

kelompok, konseling

6) Istirahat pendek pada siang hari

7) Memepresiapkan dan mengorganisasikan kegiatan atau pekerjaan

8) Rekreasi

9) Memperkuat keyakinan kepada Tuhan

I. Cara Pengukuran Tingkat Stress

Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner yaitu pertanyaan

yang menganalisis dari variable stress, diukur dengan menggunakan Psychometric

Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42. Psychometric Properties of The

Depression Anxiety Stress Scale 42 terdiri dari 42 item. DASS dibangun tidak hanya

sebagai satu set timbangan untuk mengukur keadaan emosional konvensional

didefinisikan, tetapi untuk memajjukan proses mendefinisikan, memahami, dan

mengukur keadaan emosional di mana – mana dan klinis signifikan biasanya

digambarkan sebagai depresi, kecemasan dan stress. Fungsi penting DASS adalah

untuk menilai keparahan gejala inti dari depresi, kecemasan dan stress.
Depression Anxiety Stress Scale (DASS), dikembangkan oleh Lovibond pada tahun

1995. DASS ini terdiri dari 42 item yang mengukur general psychological distress

seperti depresi, kecemasan, dan stress. Tes ini terdiri dari Tiga skala yang masing –

masing terdiri dari 14 item. Untuk skla stress yang terdiri dari 14 pertanyaan yaitu

nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, dan 39 (Properties of The

Depression Anxiety Stress Scale 42).

Tabel 2.3 Kisi – kisi Pertanyaan Instrumen Stress DASS 42

(Sumber: Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42)

indikator Nomor Pertanyaan Jumlah

Fisik 12 1

Psikologis 1, 6, 11, 18, 27, 29, 32, 33, 39 9

Perilaku 3, 14, 22, 35 5

Tabel 2.4 Indikator Stress DASS 42

(Sumber :Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42)

Dimensi Indikator No. Soal


Stress Jengkel pada hal yang kecil 1, 11, 18
Reaksi yang berlebihan 6
Sulit rileks 8, 22, 29
Energy yang terbuang percuma 12
Tidak sabaran 14
Menjengkelkan bagi orang lain 27
Sulit mentolerir gangguan 32, 35
Tegang 33
Gelisah 39

Jawaban tes DASS ini terdiri dari 4 pilihan disusun dalam bentuk skla Likert dan

subyek diminta untuk menilai pada tingkat manakah mereka mengalami setiap kondisi yang

disebutkan tersebut dalam satu minggu terkahir. Selanjutnya, skor dari setiap subkala tersebut

dijumlahkan dan dibandingkan dengan norma yang ada untuk mengetahui gambaran

mengenai stress individu tersebut. Kategori tingkatan stress menggunakan instrument DASS

42 yang terdiri dari normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Skala ukur yang

digunakan adalah ordinal.

Skala DASS 42 ini telah dilakukan uji validitas karena merupakan instrument baku.

Cronbach alpha Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) untuk stress ditemukan

memiliki nilai alfa 0,93 sehingga instrument penelitian reliable (Properties of The

Depression Anxiety Stress Scale 42).

Anda mungkin juga menyukai