Anda di halaman 1dari 4

FINANCIAL DISTRESS

Abdillah Hafidz Firmansa

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom, Bandung, Indonesia
(abdsunusi@gmail.com)

Abstrak:
Kondisi keuangan yang cenderung mengalami perubahan dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor
internal maupun eksternal yang dapat berdampak pada pendapatan yang di peroleh perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan perlu mengambil langkah dalam meminimalisir kerugian serta mempertahankan
kondisi perusahaan agar terhindar dari financial distress. Financial distress merupakan keadaan
dimana perusahaan tidak mampu lagi dalam melunasi kewajibannya yang di latar belakangi oleh
berbagai macam kondisi diantaranya keuangan perusahaan yang menurun, konflik kepentingan dalam
menjalankan unit bisnis, produksi perusahaan yang tidak efektif dan nilai leverage perusahaan yang
sangat tinggi tetapi tidak disertai dengan kinerja yang baik. Oleh karena itu disarankan kepada
perusahaan untuk perlu menjaga kondisi keuangannya agar perusahaan tidak mengalami financial
distress yang berakibat mengalami kebangkrutan.

Kata kunci: Financial distress; Komisaris Independen; Likuiditas; Ukuran Perusahaan

Pendahuluan
(Kristanti, 2019) berpendapat bahwa kegagalan perusahaan dalam mempertahankan
eksistensinya disebabkan oleh dua faktor utama diantaranya faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor eksternal adalah aspek yang muncul dari luar perusahaan, bisa yang
berhubungan dengan operasional atau aspek perekonomian makro. Sedangkan faktor internal
adalah aspek-aspek yang muncul dari dalam internal perusahaan, aspek internal yang menjadi
penyebab kesulitan keuangan yang dialami perusahaan biasanya ketidakmampuan manajemen
dalam mengelola usaha dan keuangan perusahaan. Manajemen yang tidak efisien akan
membuat kerugian yang berlangsung secara terus menerus yang akhirnya berdampak pada
kewajiban perusahaan yang tidak dapat terpenuhi atau tidak bisa dibayarkan sehingga
perusahaan mengalami ketidak mampuan melunasi kewajiban atau financial distress.
Pada tahun 2017 hingga 2019 penutupan gerai-gerai ritel terus timbul dan berlanjut,
dimulai di pertengahan tahun 2017 PT Modern Sevel Indonesia menutup gerai 7-eleven di
seluruh Indonesia. Penutupan ini dilakukan karena 7-eleven tidak mampu lagi mendapatkan
profit sehingga berdampak pada kinerja keuangan yang terbebani dan meninggalkan hutang
yang cukup besar. Tidak berhenti di 7-eleven saja, berlanjut pada penutupan 8 gerai Ramayana
dan dua gerai Matahari Department Store. Penutupan ini dikarenakan pemasukan atau
keuntungan yang didapat tidak lagi mampu menutupi biaya operasional yang ada.
Fenomena-fenomena tersebut dapat pertanda bahwa sektor bisnis yang terkait berada
pada posisi tidak aman. Perusahaan membutuhkan adanya alat yang dapat membantu
perusahaan untuk mengetahui dan meminimalisir kondisi financial distress sedini mungkin.
Langkah tersebut memiliki tujuan agar pihak manajemen perusahaan dapat menghasilkan
keputusan yang tepat agar kebangkrutan dapat dihindari.

PEMBAHASAN
Likuiditas Terhadap Financial Distress
Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Untung, 2016) sedangkan menurut (Kasmir,
2016) Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar utangutang jangka pendeknnya yang jatuh tempo atau rasio untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban pada saat ditagih. Apabila
kewajiban jangka pendek sebuah perusahaan dapat diatasi dengan baik dan tepat waktu, maka
memungkinkan perusahaan tersebut terhindar dari financial distress. Hal ini menunjukkan
bahwa likuiditas yang tinggi akan menghindari perusahaan dari indikasi kesulitan keuangan
(financial distress).

Komisaris Independen Terhadap Financial Distress


komisaris independen merupakan pihak yang ditunjuk tidak dalam kapasitas mewakili
pihak mana pun dan semata – mata ditunjuk berdasarkan latar belakang pengetahuan,
pengalaman, dan keahlian profsessional yang dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan
tugas demi kepentingan perusahaan. (Agoes, 2014) Fungsi dari seorang komisaris independen
adalah sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh dewan komisaris.
itan keuangan (Hanafi & Breliastiti, 2016). Maka dari itu, proporsi komisaris independen tinggi
akan meminimalisir kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.

Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress


Ukuran perusahaan adalah suatu skala perusahaan sehingga perusahaan dapat
diklasifikasikan ke dalam kelompok perusahaan yang besar atau kecil (Wardhani, 2017) Ini berarti
perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi dapat menunjukkan sinyal untuk para investor
maupun kreditur yang akan melakukan investasi maupun memberikan kredit. Oleh sebab itu,
ukuran perusahaan yang besar akan meminimalisir kemungkinan perusahaan mengalami
kesulitan keuangan (financial distress)

KESIMPULAN
komisaris independen, Liquiditas dan Ukuran perusahaan secara terpisah tidak
berdampak pengaruh terhadap kesulitan keuangan (Financial Distress).

Saran
Manajemen perusahaan diharapkan menambah dan megoptimalkan total aset
perusahaan sehingga meningkatkan ukuran perusahaan agar lebih mudah dalam mendapatkan
dana dari pihak luar untuk terus menjalankan operasional perusahaan dan mampu membayar
kewajiban perusahaan, sehingga dapat menghindari peluang terjadinya financial distress . Hal
ini disarankan karena ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial
distress, semakin tinggi nilai ukuran perusahaan membuat peluang terjadinya financial distress
semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. d. (2014). Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empa.
Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda.
Kristanti, F. T. (2019). Financial Distress (Teori dan Perkembangannya dalam Konteks
Indonesia). Malang: Inteligensia Media.
Untung, A. S. (2016). Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan. Jakarta: Grasindo.
Wardhani, R. A. (2017). Pengaruh Agresivitas Pajak, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas
terhadap Corporate Social Responsibility. Diponegoro Journal of Accounting, 752-
761.

Anda mungkin juga menyukai