Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk.

Disusun oleh:

Ega Darmawati 1402208377

Helmi Ilyasa Wahyudin 1402208374

Yollanda Marhani 1402208352

Abdillah Hafidz Firmansa 1402170306

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

2021
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk.
1. ANALISIS RASIO KEUANGAN
1.1 Rasio Profitabilitas

ANALISIS RASIO TELKOM (Miliar Rupiah)


PROFITABILITAS 2019 2018
Net Profit Margin

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 27592 26979


x 100% 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 135567 130784
20,35% 20,63%
Gross Profit Margin
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 37908 36405
x 100% 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑠𝑖ℎ 135567 130784

27,96% 27,83%
Operating Profit Margin
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 42394 36405
x 100% 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 135567 130784
31,27% 27,84%
Return on Asset
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
27592 26979
x 100% 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 221208 206196

12,47% 13,08%
Return on Equity
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 27592 26979
x 100% 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 117250 117303
23,53% 22,99%

1) Net Profit Margin


Net Profit Margin adalah rasio yang menunjukkan besarnya presentase laba
bersih yang diperoleh dari penjualan. Semakin tinggi presentase rasio maka akan
semakin baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada perusahaan Telkom
dapat dketahui bahwa tahun 2019 NPM sebesar 20,35% dan 2018 NPM sebesar
20,63%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tahun 2018 memiliki kinerja laba yang
lebih baik dibanding tahun 2019, mengindikasikan adanya penurunan laba bersih.
2) Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan rasio yang menunjukkan besarnya presentase
laba kotor penjualan terhadap penjualan bersih. Semakin tinggi margin laba kotornya
maka akan semakin baik keadaan perusahaannya. Sebaliknya, gross profit margin
yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan kurang mampu mengendalikan
biaya produksi dan harga pokok penjualannya, sehingga keadaan operasi perusahaan
akan semakin menurun. Pada perusahaan Telkom menunjukkan angka 27,96% pada
tahun 2019 dan 27,83% pada tahun 2018, adanya peningkatan sebesar 0,13% dapat
disimpulkan bahwa adanya peningkatan dari tahun 2018 ke tahun 2019, berarti ada
peningkatan efisiensi produksi di tahun 2019 karena Harga Pokok Penjualan relatif
lebih rendah.
3) Operating Profit Margin
Operating Profit Margin adalah ukuran untuk menghitung seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi dari penjualan bersih
perusahaan. Laba operasi perusahaan merupakan laba bersih sebelum pajak dan
bunga. Apabila ada kenaikan Operating Profit Margin di tahun sebelumnya ke tahun
sekarang maka perusahaan memiliki pure profit yang baik. Perusahaan Telkom
menunjukkan OPM 31,27% pada tahun 2019 dan 27,83 pada tahun 2018 dan
mencatat kenaikan sebesar 3,44%.
4) Return on Asset
Return on Asset adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini juga merupakan suatu ukuran
tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin kecil (rendah)
rasio dari ROA, maka semakin kurang baik demikian pula sebaliknya. Perusahaan
Telkom menunjukkan pengembalian aset sebesar 12,47 di tahun 2019 dan 13,08% di
tahun 2018, memperlihatkan penurunan sebesar 0,61%.
5) Return on Equity
Return on Equity adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan
menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. Rasio ini
menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku
para pemegang saham. Pada perusahaan Telkom, tahun 2019 menunjukkan angka
23,53% dan pada tahun 2018 menunjukkan angka 22,99%, ada kenaikan sebesar
0,54%.
2.1 Rasio Laverage

ANALISIS RASIO TELKOM (Miliar Rupiah)


LEVERAGE 2019 2018
Debt to Asset

103958 88893
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
221208 206196
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
0,47 0,43
Debt to Equity

103958 88893
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
117250 117303
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
0,89 0,76

1) Debt to Asset
Debt to Asset adalah perbandingan total hutang dengan total aset yang
dimiliki. Semakin tinggi Debt to Asset maka :
 Jumlah aset yang dibiayai oleh utang semakin besar
 Jumlah aset yang dibiayai oleh modal semakin kecil
 Risiko perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka panjang berarti
semakin tinggi
 Beban bunga hutang yang ditanggung perusahaan berarti semakin tinggi

Rasio Laverage (solvabilitas) berfokus pada kewajiban perusahaan. Pada perusahaan


Telkom menunjukkan angka 0,47 pada tahun 2019 dan 0,43 pada tahun 2018,
memperlihatkan kenaikan dalam pengelolaan asset yang dibiayai oleh hutang sebesar
0,04.

2) Debt to Equity
Debt to Equity adalah rasio hutang terhadap ekuitas atau rasio keuangan yang
membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan jumlah hutang ini
digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan yang harus berada pada jumlah
yang proporsional. Debt to equity menunjukkan seberapa besar tingkat utang
perusahaan terhadap modalnya. Semakin besar nilai debt to equity, maka dapat
diartikan bahwa sumber keuangan perusahaan akan semakin besar dibiayai oleh
pemberi utang, bukan oleh sumber keuangannya sendiri (aset yang dimiliki).
Perusahaan Telkom menunjukkan angka 0,89 pada 2019 dan 0,76 pada tahun 2018,
ada peningkatan sebesar 0,13, dapat dikatakan bahwa perusahaan Telkom
meningkatkan sumber keuangan perusahaan dari kreditur bukan dari keuangan sendiri
(modal). Kenaikan perusahaan Telkom, ada indikasi bahwa operasional perusahaan
Telkom meningkat sehingga membutuhkan utang dari kreditur, namun masih dibawah
0,50 yang artinya DER perusahaan Telkom masih dikatakan aman. Rasio DER sangat
berhubungan dengan rasio likuiditas, yang mana ketika likuditas baik maka arus kas
lancar, sehingga kemampuan perusahaan dalam menekan utang semakin tinggi, resiko
keuangan juga akan rendah.

3.1 Rasio Likuiditas

Telkom (Miliar Rupiah)


Current Ratio
Current Assets : Current Liabilities
2019 41.722 : 58.369
= 0,71

2018 43.268 : 46.261


= 0,93
Quick Ratio
(Current Assets - Inventory) : Current Liabilities

2019 (41.722 - 585) : 58.369


= 0,70
2018
(43.268 – 717) : 46.261

= 0,91

Cash Ratio
Cash and Cash Equivalent : Current Liabilities
2019 18.242 : 58.369
= 0,31
2018 17.439 ; 46.261
= 0,37

1) Current ratio
Current ratio adalah rasio antara harta lancar (current asset) dengan hutang
lancar (current liabilities). Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui sampai seberapa
jauh perusahaan dapat melunasi hutang jangka pendeknya. Semakin besar rasio yang
diperoleh, semakin lancar hutang pembayaran jangka pendeknya. Current ratio pada
PT Telkom dari tahun 2018 hingga 2019 mengalami penurunan sebesar 0,22 yang
pada tahun 2018 sebesar 0,93 menjadi 0,71 di tahun 2019. Pada tahun 2018
perbandingan hutang dapat dijamin oleh 0,93 aset lancar, sedangkan pada tahun 2019
hanya dijamin oleh 0,71 aset lancar.
2) Quick Ratio
Rasio antara harta lancar (current asset) dikurangi dengan persediaan
(inventory) dibagi dengan hutang lancar (current liabilities). Pada perusahaan PT
Telkom, mengalami penurunan sebesar 0,21 dimana hal ini sangat baik karena utang
lancar digunakan secara efisien mungkin dalam perannya untuk membiayai asset
lancar oleh perusahaan.
3) Cash Ratio
Cash ratio atau rasio kas adalah rasio yang bisa digunakan untuk menilai
perbangan antara total kas dan setara kas pada suatu perusahaan dengan kewajiban
lancar yang ada di dalamnya. Suatu perusahaan akan dikatakan memiliki uang yang
cukup untuk membayar tagihan jangka pendeknya jika nilai cash ratio nya adalah 1,0.
Dapat dilihat pada tabel, perusahaan Telkom memiliki cash ratio dibawah 1,0 yaitu
0,37 pada tahun 2018 dan 0,31 pada tahun 2019, dimana artinya PT Telkom tidak
memiliki kas atau setara kas yang cukup untuk membayar tagihannya.
4.1 Rasio Aktivitas

ANALISIS RASIO TELKOM (Miliar Rupiah)


NILAI PASAR 2019 2018
Account Receivable Turn Over

135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑥 100% 12.089 12.141
11,21 10,77
Average Collection Turnover

(12.141 𝑥 365) (12.089 𝑥 365)


(𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑥 365) x100% x100%
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
x 100% 221.208 206.196

20,033 21,399
Inventory Turnover
135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑥 100% 585 717
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
231,73 182,4
Fixed asset turnover

135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑥 100% 179.486 162.928
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
0,8027 0,7553
Total asset turnover
135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑥 100% 221.208 206.196
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
0,6128 0,6342
Working Capital Turnover
135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑥 100% (41.722 − 58.369) (43.268 − 46.261)
(𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟)
-8,143 -43,696

1) Account Receivable Turn Over

Perputaran piutang digunakan untuk mengukur kualitas dan efisiensi tingkat


perputaran piutang perusahaan dalam satu periode dengan membandingkan penjualan
dengan rata-rata piutang. Rasio Perputaran Piutang atau dalam bahasa Inggris disebut
dengan Receivable Turnover Ratio adalah suatu rasio keuangan yang menunjukan
seberapa cepat penjualan kredit dapat dikonversikan menjadi uang tunai. Rasio ini
pada dasarnya adalah untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola dan
mengumpulkan kredit yang diberikan kepada pelanggan.Oleh karena itu, Rasio
Perputaran Piutang ini juga dapat dikatakan sebagai rasio efisiensi atau rasio aktivitas
yang mengukur berapa kali perusahaan dapat mengubah piutang dagangnya menjadi
uang tunai selama suatu periode. Rasio Perputaran Piutang ini juga sering disebut
dengan Rasio Perputaran Debitur atau Debtors Turnover Ratio.Semakin tinggi
rasionya, maka semakin baik kualitas dan efisiensi perputaran piutang perusahaan.

Pada tahun 2018, PT Telkom memiliki nilai perputaran piutang sebesar 10,77
dimana pada tahun 2018 PT Telkom berhasil mengumpulkan piutang rata-rata sebesar
10 kali dalam selama setahun tersebut. Lalu meningkat pada tahun 2019 menjadi
11,21 dimana pada tahun ini PT Telkom berhasil mengumpulkan piutang rata-rata
sebesar 11 kali dalam tahun 2019.

2) Average Collection Turnover

Rasio ini mengukur seberapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk
menerima tagihan dari konsumen dalam satu tahun. Pengukuran Average Collection
Period atau ACP yang pendek dapat menunjukan kebijakan kredit yang ketat dan
manajemen piutang yang efektif sehingga memungkinkan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya, ACP yang panjang
menunjukkan bahwa perusahaan harus lebih memperketat kebijakan kreditnya dan
meningkatkan pengelolaan piutang agar dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Pada perusahaan PT Telkom, di tahun 2018 rata-rata periode penagihan
sebanyak 21,3 hari, namun pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi sebanyak
20 hari.

3) Inventory Turnover

Digunakan untuk mengukur tingkat kualitas dan efisiensi perputaran


persediaan perusahaan terhadap penjualan dalam satu periode tertentu. Inventory
Turnover Ratio atau Rasio Perputaran Persediaan merupakan sebuah rasio efisiensi
yang menunjukkan seberapa efektif dari persediaan yang dapat dikelola dengan
membandingkan harga pokok penjualan (HPP) dalam persediaan rata-rata untuk suatu
periode. Rasio ini digunakan untuk mengukur rata-rata dari persediaan diputar dalam
suatu periode. Artinya, rasio ini mengukur berapa kali perusahaan menjual total
persediaan rata-rata sepanjang tahun. Rasio ini akan menjadi sebuah indikator yang
baik dalam menentukan nilai kualitas persediaan dan pembelian yang efektif dalam
manajemen persediaan (Inventory Management).

Di dalam Rasio ini terdapat dua komponen penting, pertama pembelian barang
(stock purchasing) untuk persediaan dan yang kedua adalah penjualan (sales). Apabila
jumlah barang yang dibeli banyak sehingga menyebabkan jumlah dari persediaannya
meningkat, maka perusahaan harus menjual dalam jumlah yang besar untuk
mengoptimalkan kinerja dari perputaran persediaannya (inventory turnover).Jika
tidak, maka akan timbul biaya-biaya penyimpanan persediaan dan biaya penanganan
persediaan lainnya. Agar persediaan dapat berputar secara lebih efektif, penjualan
harus sesuai dengan pembeliaan barang itulah mengapa sebabnya mereka yang
mengelola pembelian (purchasing) harus sejalan dengan mereka yang mengelola
penjualan (sales). Semakin tinggi rasionya, maka pengelolaan persediaan yang
dilakukan oleh perusahaan semakin efisien.

4) Fixed asset turnover


Rasio ini berguna untuk mengukur dan mengevaluasi kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan aktiva tetap secara efisien dalam rangka meningkatkan
penjualan. Perputaran aset tetap adalah penting untuk mengungkapkan seberapa
efisien suatu perusahaan menghasilkan penjualan dari investasinya dalam aset yang
berumur panjang. Rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai karena menunjukkan
perusahaan menggunakan aset tetapnya secara lebih efisien. Sebaliknya, rasio yang
rendah dapat mengindikasikan inefisiensi operasi.
Sama seperti sebelumnya, semakin besar berarti semakin efektif perusahaan
dalam mengelola aktiva tetapnya. Pada tahun 2018, nilai rasio asset tetap menunjukan
pada nilai 0,7553 dan pada tahun 2019 sebesar 0,8027. Hal ini menunjukan jika
adanya peningkatan efektifitas perusahaan dalam mengelola aktiva tetapnya.
5) Total asset turnover

Rasio ini juga melibatkan aktiva lancar dan aktiva tetap. Di mana semakin
besar rasionya, maka semakin efektif perusahaan bisa memanfaatkan seluruh
aktivanya terhadap konversi penjualan. Ratio Perputaran Total Aktiva atau Total
Asset Turnover adalah rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
keseluruhan aktiva perusahaan atau total aset dalam menghasilkan volume penjualan.
Fungsi utama rasio perputaran total aktiva untuk menunjukkan seberapa efisien
perusahaan dapat menggunakan total asetnya untuk menghasilkan penjualan. semakin
tinggi nilai rasionya maka semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan total
asetnya dan sebaliknya. PT Telkom pada tahun 2018 memiliki nilai rasio total asset
sebesar 0,6342 dan pada tahun 2019 sebesar 0,6128. Perusahaan memiliki nilai rasio
total asset yang stabil selama 2 tahun tersebut. Namun PT Telkom memiliki tingkat
efisien dalam menggunakan total asetnya untuk menghasilkan penjualan yang lebih
tinggi.

6) Working Capital Turnover

Mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih yaitu perbandingan antara


aktiva lancar dengan hutang lancar terhadap penjualan dalam satu periode. Working
capital turnover atau perputaran modal kerja adalah rasio keuangan yang dihitung
dengan membagi pendapatan terhadap rata-rata modal kerja. Rasio ini menunjukkan
seberapa efisien perusahaan menghasilkan pendapatan dari modal kerjanya. Rasio
perputaran modal kerja yang lebih tinggi menunjukkan efisiensi operasi yang lebih
tinggi.

5.1 Rasio Nilai Pasar

ANALISIS RASIO TELKOM (Miliar Rupiah)

NILAI PASAR 2019 2018

Earning per Share

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠ℎ 18.663.000.000.000 18.032.000.000.000


𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 99.062.216.600 99.062.216.600

188,40 182,03
Price Earning Ratio

𝑚𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 3.740 3.740


𝑒𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 188,40 182,03

19,85 20,54
Book Value
99.561.000.000.000
98.910.000.000.000
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 99.062.216.600
99.062.216.600
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

1.005 998,5

Preference Book Value

𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
3.740 3.740
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
1.005 998,5

3,72 3,74

1) Earning Per Share adalah pendapatan bersih perusahaan selama setahun dibagi dengan
jumlah rata-rata lembar saham yang beredar, dimana pendapatan bersih tersebut
dikurangi dengan saham preferen yang diperhitungkan untuk tahun tersebut. Ukuran
suatu perusahaan tidak menjamin besarnya EPS. Jadi perusahaan besar belum tentu
memberikan jaminan bahwa EPS yang didapat akan besar. Sebaliknya perusahaan
kecil juga belum tentu menghasilkan EPS yang bernilai kecil. Hal ini dipengaruhi
oleh besarnya keuntungan yang diperoleh dan jumlah saham yang beredar pada
masing-masing perusahaan. Oleh karena peranan direksi dalam menjalankan
perusahaan agar mendapatkan keuntungan maksimal sangat dibutuhkan, karena hal
tersebut berhubungan dengan nilai EPS. Pada tahun 2018 PT Telkom mendapatkan
earning per share sebesar 182,03 yang naik pada tahun 2019 menjadi 188,40
2) Price Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham
secara fundamental. Secara mudahnya, PER adalah ‘perbandingan antara harga saham
dengan laba bersih perusahaan’, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan
dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun.
3) Book value
Book value atau nilai buku adalah nilai aset yang tersisa setelah dikurangi sejumlah
penyusutan nilai yang dibebankan selama umur penggunaan aset tersebut. Biasanya,
yang dicatat adalah harga ketika aset tersebut dibeli. Setiap tahun nilai aset tersebut
dikurangi/didepresiasikan dan pengurangan nilai tersebut dibebankan pada
pendapatan perusahaan. nilai buku per lembar saham dari PT. Telkom dengan cut off
di tahun 2018 sebesar Rp. 998,5 dan pada tahun 2019 naik menjadi 1.005.
4) Preference Book Value
Preference Book Value adalah adalah adalah rasio keuangan yang menghitung jumlah
ekuitas yang berlaku untuk setiap saham preferen yang beredar. Dengan kata lain, ini
adalah nilai ekuitas dari setiap saham preferen yang beredar. Nilai Preference book
value PT Telkom pada tahun 2018 berada di 3,74 dan pada tahun 2019 stabil di angka
3,72.

2. ANALISIS COMMON SIZE


Analisis Common Size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk
laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca). Laporan keuangan dalam
persentase per-komponen (Common Size statement) menyatakan masing- masing posnya
dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini
disebut teknik analisis Common Size dan termasuk metode analisis vertikal.

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)


PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. DAN ENTITAS ANAKNYA
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2019
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
ASET
2018 2019 2018 2019
Aset Lancar
Kas dan setara kas 17.439 18.242 8,46% 8,25%
Aset keuangan lancar lainnya 1.304 554 0,63% 0,25%
Piutang usaha - setelah
dikurangi provisi penurunan
nilai piutang
Pihak berelasi 2.126 1.792 1,03% 0,81%
Pihak ketiga 9.288 10.005 4,50% 4,50%
Piutang lain-lain - setelah
dikurangi provisi penurunan
nilai piutang 727 292 0,35% 0,13%
Persediaan - setelah
dikurangi provisi persediaan
usang 717 585 0,35% 0,26%
Aset tersedia untuk dijual 340 39 0,16% 0,02%
Pajak dibayar di muka 2.749 2.569 1,33% 1,16%
Tagihan restitusi pajak 596 992 0,29% 0,45%
Aset lancar lainnya 7.982 6.652 3,87% 3,01%
Jumlah Aset Lancar 43.268 41.722 20,98% 18,86%
Aset Tidak Lancar
Penyertaan jangka panjang 2.472 1.944 1,20% 0,88%
Aset tetap - setelah dikurangi
akumulasi penyusutan 143.248 156.973 69,47% 70,96%
Aset tak berwujud - setelah
dikurangi akumulasi
amortisasi 5.032 6.446 2,44% 2,91%
Aset pajak tangguhan - bersih 2.504 2.898 1,21% 1,31%
Aset tidak lancar lainnya 9.672 11.225 4,69% 5,07%
Jumlah Aset Tidak Lancar 162.928 179.486 79,02% 81,14%
JUMLAH ASET 206.196 221.208 100,00% 100,00%

LIABILITAS DAN
EKUITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha
Pihak berelasi 993 819 0,48% 0,37%
Pihak ketiga 13.773 13.078 6,68% 5,91%
Utang lain-lain 448 449 0,22% 0,20%
Utang pajak 1.180 3.431 0,57% 1,55%
Beban yang masih harus
dibayar 12.769 13.736 6,19% 6,21%
Pendapatan diterima di muka
- jangka pendek 5.190 7.352 2,52% 3,32%
Uang muka pelanggan 1.569 1.289 0,76% 0,58%
Utang bank jangka pendek 4.043 8.705 1,96% 3,94%
Pinjaman jangka panjang
yang jatuh tempo dalam satu
tahun 6.296 9.510 3,05% 4,30%
Jumlah Liabilitas Jangka
Pendek 46.261 58.369 22,44% 26,39%
Liabilitas Jangka
Panjang
Liabilitas pajak tangguhan –
bersih 1.252 1.230 0,61% 0,56%
Pendapatan diterima di muka
- jangka panjang 652 803 0,32% 0,00%
Liabilitas diestimasi
penghargaan masa kerja 852 1.066 0,41% 0,48%
Liabilitas diestimasi manfaat
pensiun dan imbalan pasca
kerja lainnya 5.555 8.078 2,69% 3,65%
Pinjaman jangka panjang -
setelah dikurangi bagian yang
jatuh tempo dalam satu tahun 33.748 33.869 16,37% 15,31%
Liabilitas lainnya 573 543 0,28% 0,25%
Jumlah Liabilitas Jangka
Panjang 42.632 45.589 20,68% 20,61%
Jumlah Liabilitas 88.893 103.958 43,11% 47,00%
Ekuitas
Modal saham 4.953 4.953 2,40% 2,24%
Tambahan Modal Disetor 2.455 2.711 1,19% 1,23%

Komponen Ekuitas Lainnya 507 408 0,25% 0,18%


Saldo Laba

Ditentukan penggunaannya 15.337 15.337 7,44% 6,93%


Belum ditentukan
penggunaannya 75.658 76.152 36,69% 34,43%

Jumlah ekuitas yang dapat


diatribusikan kepada

Pemilik entitas induk - bersih 98.910 99.561 47,97% 45,01%

Kepentingan non pengendali 18.393 17.689 8,92% 8,00%


Jumlah Ekuitas 117.303 117.250 56,89% 53,00%
JUMLAH LIABILITAS
DAN EKUITAS

206.196 221.208 100,00% 100,00%

Berdasarkan analisis pada laporan neraca PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.


Periode 2018 - 2019 menggunakan analisis common size didapati bahwa PT.
Telekomunikasi Indonesia memiliki aktiva dan pasiva dalam menjalankan operasionalnya.
Aktiva tahun 2018 sebesar 79,02% aktiva tidak lancar dan 20,98 % aktiva lancar. Pada
tahun 2019 sebesar 81,14% aktiva tidak lancar dan 18,86% aktiva lancar. Sehingga, dari
tahun 2018 ke 2019 aktiva PT. Telekomunikasi Indonesia menurut metode common size
menurun pada aktiva lancar tetapi meningkat pada aktiva tidak lancar yang berarti
aktivitas dana liquid bisnis PT. Telekomunikasi Indonesia berkurang karena teralokasikan
pada aktiva tidak lancar. Sedangkan analisis pada sisi pasiva dari PT. Telekomunikasi
Indonesia didapatkan pendanaan perusahaan pada tahun 2018 sebesar 56,89% modal
ditambah dengan 20,68% hutang tidak lancar dan 22,44% hutang lancar. Pada tahun 2019
sebesar 53% modal ditambah dengan 20,61% hutang tidak lancar dan 26,39% hutang
lancar. Sehingga, dari tahun 2018 ke 2019 pendanaan berubah yang semula pada tahun
2018 modal berperan 57% pada pendanaan perusahaan berubah menjadi 53% dan
ditambah dengan hutang jangka pendek yang meningkat. Hal ini dapat terindikasi karena
modal mulai menurun sehingga perusahaan menggunakan hutang jangka pendek untuk
pengelolaan bisnisnya di tahun tersebut.
PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA
Tbk. DAN ENTITAS ANAKNYA LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN
KOMPREHENSIF LAIN KONSOLIDASIAN

Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2019


(Angka dalam tabel dinyatakan dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2019 2018 2019 2018

PENDAPATAN 135.567 130.784 100% 100%


Beban operasi,
pemeliharaan dan (42.226) (43.791)
jasa telekomunikasi (31,15)% (33,48)%
Beban penyusutan
(23.178) (21.406)
dan amortisasi (17,10)% (16,37)%
Beban karyawan (13.012) (13.178) (9,60)% (10,08)%
Beban interkoneksi (5.077) (4.283) (3,75)% (3,27)%
Beban umum dan
(6.696) (6.137)
administrasi (4,94)% (4,69)%
Beban pemasaran (3.724) (4.214) (2,75)% (3,22)%
Laba (rugi) selisih
(86) 68
kurs - bersih (0,06)% 0,05%
Penghasilan lain-
826 1.002
lain - bersih 0,61% 0,61%
LABA USAHA 42.394 38.845 31,27% 31,27%
Penghasilan
1.092 1.014
pendanaan 0,81% 0,77%
Biaya pendanaan (4.240) (3.507) (3,13)% (2,68)%
Bagian laba (rugi)
bersih entitas (166) 53
asosiasi (0,12)% 0,04%
Rugi penurunan
(1.172) -
nilai investasi (0,86)% 0
LABA SEBELUM
PAJAK 37.908 36.405
PENGHASILAN 27,96% 27,96%
(BEBAN)
MANFAAT
PAJAK
PENGHASILAN
Pajak kini (10.619) (9.432) (7,83)% (7,21)%
Pajak tangguhan 303 6 0,22% 0,01%
(10.316) (9.426) (7,61)% (7,21)%
LABA TAHUN
27.592 26.979
BERJALAN 20,35% 20,63%
PENGHASILAN
KOMPREHENSIF
LAIN
Penghasilan
komprehensif lain
yang akan
direklasifikasikan
ke laba rugi pada
periode berikutnya:
Selisih kurs
penjabaran laporan (105) 146
keuangan (0,08)% 0,11%
Perubahan bersih
nilai wajar aset
6 (10)
keuangan tersedia
untuk dijual 0,01% (0,01)%
Bagian penghasilan
komprehensif lain 16 (14)
entitas asosiasi 0,01% (0,01)%
Penghasilan
komprehensif lain
yang tidak akan
direklasifikasikan
(2.109) 4.820
ke laba rugi pada
periode berikutnya:
Laba (rugi) aktuaria
- bersih (1,55)% 3,68%
Penghasilan (rugi)
komprehensif lain - (2.192) 4.942
bersih (1,62)% 3,78%
JUMLAH LABA
KOMPREHENSIF
25.400 31.921
TAHUN
BERJALAN 18,73% 24,40%
Laba tahun berjalan
yang dapat
diatribusikan
kepada:
Pemilik entitas
18.663 18.032
induk 13,76% 13,78%
Kepentingan
8.929 8.947
nonpengendali 6,58% 6,84%
27.592 26.979 20,35% 20,62%
Jumlah laba
komprehensif tahun
berjalan yang dapat
diatribusikan
kepada:
Pemilik entitas
16.624 22.844
induk
Kepentingan
8.776 9.077
nonpengendali 12,26% 17,46%
25.400 31.921 6,47% 6,94%
LABA PER
SAHAM DASAR
(dalam jumlah
penuh) 18,73% 24,40%
Laba bersih per
188,40 182,03
saham 0,14% 0,14%
Laba bersih per
ADS (100 saham 18.839,68 18.202,70
Seri B per ADS) 13,89% 13,92%

Data PT Telekomunikasi Indonesia Tbk tahun 2018 mempunyai laba tahun berjalan
sebesar 20,63 % dan tahun 2019 mempunyai laba tahun berjalan pada sebesar 20,35 %. Hal
ini dapat diartikan bahwa berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dirilis, sepanjang
tahun berjalan perusahaan mengalami penurunan laba bejalan sebesar 0,28% dari tahun 2018
ke 2019. Penurunan laba ini dapat disebabkan oleh kualitas produk, jasa yang menurun,
dan/atau harga yang terlalu tinggi. Namun, penurunan laba ini masih tergolong wajar dan
dapat diatasi dengan keputusan-keputusan manajemen, seperti :

 Menambah produk atau layanan yang ada diperusahaan


 Memperluas bidang industry
 Mencari target konsumen yang baru

3. KESIMPULAN
Dari Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada setiap tahunnya mulai
tahun 2018 dan tahun 2019 Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada laporan
keuangan dengan menggunakan metode analisis rasio tersebut setiap komponen analisis
rasio nya terlihat bahwa data laporan keuangan perusahaan tersebut baik. Penggunaan
analisis rasio ini juga dapat membantu melihat kinerja laporan keuangan perusahaan
yang akan dianalisis sehingga dapat mengetahui hasil keuntungan atau laba yang
diperoleh. Dilihat dari sisi analisis common size, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk juga
memiliki persentase yang baik, kenaikan dan penurunan yang terjadi masih tergolong
wajar dan dapat diatasi.

Anda mungkin juga menyukai