Disusun oleh:
UNIVERSITAS TELKOM
2021
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk.
1. ANALISIS RASIO KEUANGAN
1.1 Rasio Profitabilitas
27,96% 27,83%
Operating Profit Margin
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 42394 36405
x 100% 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 135567 130784
31,27% 27,84%
Return on Asset
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
27592 26979
x 100% 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 221208 206196
12,47% 13,08%
Return on Equity
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 27592 26979
x 100% 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 117250 117303
23,53% 22,99%
103958 88893
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
221208 206196
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
0,47 0,43
Debt to Equity
103958 88893
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
117250 117303
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
0,89 0,76
1) Debt to Asset
Debt to Asset adalah perbandingan total hutang dengan total aset yang
dimiliki. Semakin tinggi Debt to Asset maka :
Jumlah aset yang dibiayai oleh utang semakin besar
Jumlah aset yang dibiayai oleh modal semakin kecil
Risiko perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka panjang berarti
semakin tinggi
Beban bunga hutang yang ditanggung perusahaan berarti semakin tinggi
2) Debt to Equity
Debt to Equity adalah rasio hutang terhadap ekuitas atau rasio keuangan yang
membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan jumlah hutang ini
digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan yang harus berada pada jumlah
yang proporsional. Debt to equity menunjukkan seberapa besar tingkat utang
perusahaan terhadap modalnya. Semakin besar nilai debt to equity, maka dapat
diartikan bahwa sumber keuangan perusahaan akan semakin besar dibiayai oleh
pemberi utang, bukan oleh sumber keuangannya sendiri (aset yang dimiliki).
Perusahaan Telkom menunjukkan angka 0,89 pada 2019 dan 0,76 pada tahun 2018,
ada peningkatan sebesar 0,13, dapat dikatakan bahwa perusahaan Telkom
meningkatkan sumber keuangan perusahaan dari kreditur bukan dari keuangan sendiri
(modal). Kenaikan perusahaan Telkom, ada indikasi bahwa operasional perusahaan
Telkom meningkat sehingga membutuhkan utang dari kreditur, namun masih dibawah
0,50 yang artinya DER perusahaan Telkom masih dikatakan aman. Rasio DER sangat
berhubungan dengan rasio likuiditas, yang mana ketika likuditas baik maka arus kas
lancar, sehingga kemampuan perusahaan dalam menekan utang semakin tinggi, resiko
keuangan juga akan rendah.
= 0,91
Cash Ratio
Cash and Cash Equivalent : Current Liabilities
2019 18.242 : 58.369
= 0,31
2018 17.439 ; 46.261
= 0,37
1) Current ratio
Current ratio adalah rasio antara harta lancar (current asset) dengan hutang
lancar (current liabilities). Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui sampai seberapa
jauh perusahaan dapat melunasi hutang jangka pendeknya. Semakin besar rasio yang
diperoleh, semakin lancar hutang pembayaran jangka pendeknya. Current ratio pada
PT Telkom dari tahun 2018 hingga 2019 mengalami penurunan sebesar 0,22 yang
pada tahun 2018 sebesar 0,93 menjadi 0,71 di tahun 2019. Pada tahun 2018
perbandingan hutang dapat dijamin oleh 0,93 aset lancar, sedangkan pada tahun 2019
hanya dijamin oleh 0,71 aset lancar.
2) Quick Ratio
Rasio antara harta lancar (current asset) dikurangi dengan persediaan
(inventory) dibagi dengan hutang lancar (current liabilities). Pada perusahaan PT
Telkom, mengalami penurunan sebesar 0,21 dimana hal ini sangat baik karena utang
lancar digunakan secara efisien mungkin dalam perannya untuk membiayai asset
lancar oleh perusahaan.
3) Cash Ratio
Cash ratio atau rasio kas adalah rasio yang bisa digunakan untuk menilai
perbangan antara total kas dan setara kas pada suatu perusahaan dengan kewajiban
lancar yang ada di dalamnya. Suatu perusahaan akan dikatakan memiliki uang yang
cukup untuk membayar tagihan jangka pendeknya jika nilai cash ratio nya adalah 1,0.
Dapat dilihat pada tabel, perusahaan Telkom memiliki cash ratio dibawah 1,0 yaitu
0,37 pada tahun 2018 dan 0,31 pada tahun 2019, dimana artinya PT Telkom tidak
memiliki kas atau setara kas yang cukup untuk membayar tagihannya.
4.1 Rasio Aktivitas
135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑥 100% 12.089 12.141
11,21 10,77
Average Collection Turnover
20,033 21,399
Inventory Turnover
135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑥 100% 585 717
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
231,73 182,4
Fixed asset turnover
135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑥 100% 179.486 162.928
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
0,8027 0,7553
Total asset turnover
135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑥 100% 221.208 206.196
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
0,6128 0,6342
Working Capital Turnover
135.567 130.784
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑥 100%
𝑥 100% (41.722 − 58.369) (43.268 − 46.261)
(𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟)
-8,143 -43,696
Pada tahun 2018, PT Telkom memiliki nilai perputaran piutang sebesar 10,77
dimana pada tahun 2018 PT Telkom berhasil mengumpulkan piutang rata-rata sebesar
10 kali dalam selama setahun tersebut. Lalu meningkat pada tahun 2019 menjadi
11,21 dimana pada tahun ini PT Telkom berhasil mengumpulkan piutang rata-rata
sebesar 11 kali dalam tahun 2019.
Rasio ini mengukur seberapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk
menerima tagihan dari konsumen dalam satu tahun. Pengukuran Average Collection
Period atau ACP yang pendek dapat menunjukan kebijakan kredit yang ketat dan
manajemen piutang yang efektif sehingga memungkinkan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya, ACP yang panjang
menunjukkan bahwa perusahaan harus lebih memperketat kebijakan kreditnya dan
meningkatkan pengelolaan piutang agar dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Pada perusahaan PT Telkom, di tahun 2018 rata-rata periode penagihan
sebanyak 21,3 hari, namun pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi sebanyak
20 hari.
3) Inventory Turnover
Di dalam Rasio ini terdapat dua komponen penting, pertama pembelian barang
(stock purchasing) untuk persediaan dan yang kedua adalah penjualan (sales). Apabila
jumlah barang yang dibeli banyak sehingga menyebabkan jumlah dari persediaannya
meningkat, maka perusahaan harus menjual dalam jumlah yang besar untuk
mengoptimalkan kinerja dari perputaran persediaannya (inventory turnover).Jika
tidak, maka akan timbul biaya-biaya penyimpanan persediaan dan biaya penanganan
persediaan lainnya. Agar persediaan dapat berputar secara lebih efektif, penjualan
harus sesuai dengan pembeliaan barang itulah mengapa sebabnya mereka yang
mengelola pembelian (purchasing) harus sejalan dengan mereka yang mengelola
penjualan (sales). Semakin tinggi rasionya, maka pengelolaan persediaan yang
dilakukan oleh perusahaan semakin efisien.
Rasio ini juga melibatkan aktiva lancar dan aktiva tetap. Di mana semakin
besar rasionya, maka semakin efektif perusahaan bisa memanfaatkan seluruh
aktivanya terhadap konversi penjualan. Ratio Perputaran Total Aktiva atau Total
Asset Turnover adalah rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
keseluruhan aktiva perusahaan atau total aset dalam menghasilkan volume penjualan.
Fungsi utama rasio perputaran total aktiva untuk menunjukkan seberapa efisien
perusahaan dapat menggunakan total asetnya untuk menghasilkan penjualan. semakin
tinggi nilai rasionya maka semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan total
asetnya dan sebaliknya. PT Telkom pada tahun 2018 memiliki nilai rasio total asset
sebesar 0,6342 dan pada tahun 2019 sebesar 0,6128. Perusahaan memiliki nilai rasio
total asset yang stabil selama 2 tahun tersebut. Namun PT Telkom memiliki tingkat
efisien dalam menggunakan total asetnya untuk menghasilkan penjualan yang lebih
tinggi.
188,40 182,03
Price Earning Ratio
19,85 20,54
Book Value
99.561.000.000.000
98.910.000.000.000
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 99.062.216.600
99.062.216.600
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
1.005 998,5
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
3.740 3.740
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
1.005 998,5
3,72 3,74
1) Earning Per Share adalah pendapatan bersih perusahaan selama setahun dibagi dengan
jumlah rata-rata lembar saham yang beredar, dimana pendapatan bersih tersebut
dikurangi dengan saham preferen yang diperhitungkan untuk tahun tersebut. Ukuran
suatu perusahaan tidak menjamin besarnya EPS. Jadi perusahaan besar belum tentu
memberikan jaminan bahwa EPS yang didapat akan besar. Sebaliknya perusahaan
kecil juga belum tentu menghasilkan EPS yang bernilai kecil. Hal ini dipengaruhi
oleh besarnya keuntungan yang diperoleh dan jumlah saham yang beredar pada
masing-masing perusahaan. Oleh karena peranan direksi dalam menjalankan
perusahaan agar mendapatkan keuntungan maksimal sangat dibutuhkan, karena hal
tersebut berhubungan dengan nilai EPS. Pada tahun 2018 PT Telkom mendapatkan
earning per share sebesar 182,03 yang naik pada tahun 2019 menjadi 188,40
2) Price Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham
secara fundamental. Secara mudahnya, PER adalah ‘perbandingan antara harga saham
dengan laba bersih perusahaan’, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan
dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun.
3) Book value
Book value atau nilai buku adalah nilai aset yang tersisa setelah dikurangi sejumlah
penyusutan nilai yang dibebankan selama umur penggunaan aset tersebut. Biasanya,
yang dicatat adalah harga ketika aset tersebut dibeli. Setiap tahun nilai aset tersebut
dikurangi/didepresiasikan dan pengurangan nilai tersebut dibebankan pada
pendapatan perusahaan. nilai buku per lembar saham dari PT. Telkom dengan cut off
di tahun 2018 sebesar Rp. 998,5 dan pada tahun 2019 naik menjadi 1.005.
4) Preference Book Value
Preference Book Value adalah adalah adalah rasio keuangan yang menghitung jumlah
ekuitas yang berlaku untuk setiap saham preferen yang beredar. Dengan kata lain, ini
adalah nilai ekuitas dari setiap saham preferen yang beredar. Nilai Preference book
value PT Telkom pada tahun 2018 berada di 3,74 dan pada tahun 2019 stabil di angka
3,72.
LIABILITAS DAN
EKUITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha
Pihak berelasi 993 819 0,48% 0,37%
Pihak ketiga 13.773 13.078 6,68% 5,91%
Utang lain-lain 448 449 0,22% 0,20%
Utang pajak 1.180 3.431 0,57% 1,55%
Beban yang masih harus
dibayar 12.769 13.736 6,19% 6,21%
Pendapatan diterima di muka
- jangka pendek 5.190 7.352 2,52% 3,32%
Uang muka pelanggan 1.569 1.289 0,76% 0,58%
Utang bank jangka pendek 4.043 8.705 1,96% 3,94%
Pinjaman jangka panjang
yang jatuh tempo dalam satu
tahun 6.296 9.510 3,05% 4,30%
Jumlah Liabilitas Jangka
Pendek 46.261 58.369 22,44% 26,39%
Liabilitas Jangka
Panjang
Liabilitas pajak tangguhan –
bersih 1.252 1.230 0,61% 0,56%
Pendapatan diterima di muka
- jangka panjang 652 803 0,32% 0,00%
Liabilitas diestimasi
penghargaan masa kerja 852 1.066 0,41% 0,48%
Liabilitas diestimasi manfaat
pensiun dan imbalan pasca
kerja lainnya 5.555 8.078 2,69% 3,65%
Pinjaman jangka panjang -
setelah dikurangi bagian yang
jatuh tempo dalam satu tahun 33.748 33.869 16,37% 15,31%
Liabilitas lainnya 573 543 0,28% 0,25%
Jumlah Liabilitas Jangka
Panjang 42.632 45.589 20,68% 20,61%
Jumlah Liabilitas 88.893 103.958 43,11% 47,00%
Ekuitas
Modal saham 4.953 4.953 2,40% 2,24%
Tambahan Modal Disetor 2.455 2.711 1,19% 1,23%
Data PT Telekomunikasi Indonesia Tbk tahun 2018 mempunyai laba tahun berjalan
sebesar 20,63 % dan tahun 2019 mempunyai laba tahun berjalan pada sebesar 20,35 %. Hal
ini dapat diartikan bahwa berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dirilis, sepanjang
tahun berjalan perusahaan mengalami penurunan laba bejalan sebesar 0,28% dari tahun 2018
ke 2019. Penurunan laba ini dapat disebabkan oleh kualitas produk, jasa yang menurun,
dan/atau harga yang terlalu tinggi. Namun, penurunan laba ini masih tergolong wajar dan
dapat diatasi dengan keputusan-keputusan manajemen, seperti :
3. KESIMPULAN
Dari Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada setiap tahunnya mulai
tahun 2018 dan tahun 2019 Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada laporan
keuangan dengan menggunakan metode analisis rasio tersebut setiap komponen analisis
rasio nya terlihat bahwa data laporan keuangan perusahaan tersebut baik. Penggunaan
analisis rasio ini juga dapat membantu melihat kinerja laporan keuangan perusahaan
yang akan dianalisis sehingga dapat mengetahui hasil keuntungan atau laba yang
diperoleh. Dilihat dari sisi analisis common size, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk juga
memiliki persentase yang baik, kenaikan dan penurunan yang terjadi masih tergolong
wajar dan dapat diatasi.