Anda di halaman 1dari 56

The Chronicles of Narnia: Bangkitnya Ratu Jadis

By : Rudi Pamuji Hasibuan

Malam yang begitu tenang dengan hembusan angin yang menyegarkan memberikan
kenyamanan untuk tidur yang pulas. Namun tidak berarti bagi Susan. Susan dalam mimpinya
melihat seorang pemuda yang sangat tampan berdiri didepannya. Susan berdiri disebarang
jalan. Pemuda itu tersenyum manis kepada Susan. Susan yang merasa mengenali pemuda itu
berlari menuju pemuda tersebut ketika pemuda itu berbalik dan melangkah pergi
meninggalkannya. Saat mengejar pemuda itu tiba-tiba datang sebuah mobil menunju ke
arahnya dan akhirnya ia terbangun dari mimpi. Susan diselimuti oleh keringat ketika
terbangun dari mimpi. Mimpi yang sama, yang selalu membangunkannya setiap hari. Nada
dering telepon kemudian terdengar dari arah luar kamarnya. Anak Susan, Stephanie
kemudian masuk kedalam kamar dan memberikan telepon tersebut kepada ibunya. Susan lalu
mengangkat telepon itu dan ternyata yang menelpon adalah adiknya Lucy. Lucy menelpon
untuk mengingatkan bahwa peringatan kematian orang tua mereka tinggal sebentar lagi. Lucy
juga menelpon untuk mengingatkan hal yang sama kepada Peter dan Edmund.

Bertahun-tahun berlalu, keluarga Pevensie yang dulu, kini telah berubah mengikuti
waktu yang juga terus berputar. Kedua orang tua mereka telah meninggal dunia dan mereka
pun telah berkeluarga. Seperti yang diperkirakan Ayah mereka meninggal dalam perang
dunia yang berkecamuk sedangkan ibu mereka meninggal 10 tahun lalu karena penyakit yang
dideritanya. Pevensie bersaudara kini tinggal di tempat berbeda dengan keluarga mereka
masing-masing. Peter yg kini bekerja di salah satu perusahaan dan hidup bahagia bersama
putra serta istrinya. Susan adalah seorang dokter disalah satu rumah sakit sekarang. Ia hidup
berdua dengan Putrinya dan suaminya yang merupakan tentara seperti ayahnya, telah
meninggal saat perang juga. Walaupun sebenarnya ia tidak bisa sepenuhnya mencintai
almarhum suaminya dikarenakan ia merasakan ada seseorang yang ia cintai namun ia
memilih untuk menganggap orang tersebut sebagai pangeran dongeng masa kecilnya, yaitu
prince Caspian yang merupakan firts lovenya. Edmund kini tumbuh semakin bijak. Ia
cenderung lebih tenang dibandingkan dengan masa mudanya. Edmund dapat banyak
pelajaran selama hidupnya termasuk pelajaran bagaimana bertindak dan menangani suatu
masalah saat di Narnia dulu. Kini ia bukan lagi Edmund sang pengkhianat akan tetapi
Edmund yang dikagumi oleh semua orang karena kepandaiannya dalam menangani setiap
masalah yang ada di kerajaan. Ah, hampir lupa. Edmund bekerja sebagai penasehat
dikerajaan sekarang. Edmund saat di istana kerajaan sangat berbeda dengan dirumah. Saat di
istana kerajaan, ia dikenal sebagai orang yang serius namun saat dirumah, ia hanyalah
seorang ayah biasa pada umumnya, yang sangat sayang kepada putra satu-satunya dan juga
istrinya. Sedangkan Lucy yg dulu imut dan menggemaskan kini telah bertransformasi
sebagai seorang ibu yang sangat dikagumi oleh putrinya. Apa pekerjaan Lucy? Hmmm.....
tidak ada. Yaps, Lucy hanya seorang ibu rumah tangga biasa namun disela-sela kesibukannya
sebagai seorang istri sekaligus ibu. Lucy suka menulis dan membaca. Ia sering menulis kisah-
kisah menarik yang ia bacakan khusus untuk putrinya sebagai dongeng pengantar tidur.
Natal tinggal menghitung hari, yang artinya peringatan kematian orang tua dari
Pevensie bersaudara juga telah dekat. Pevensie bersaudara berencana menghabiskan waktu
natal dirumah profesor Digoru Kirkle. Sebelum pergi ke rumah profesor Digory, mereka
terlebih dahulu berziarah ke peristirahatan terakhir orang tua mereka. Pevensie bersaudara
beserta keluarganya masing-masing datang dan berkumpul di makam kedua orang tua mereka
dengan membawa bunga serta berpakaian serba hitam. Mereka kemudian menyuruh putra-
putri mereka untuk meletakkan bunga di kedua makam orangtua mereka lalu memejamkan
mata mereka seraya berdo’a. Setelah acara sakral itu usai. Masing-masing keluarga pevensie
bersiap-siap untuk pergi ke rumah profesor Digory Kirkle. Mereka membawa semua barang
yang mereka butuhkan. Dari mulai makanan hingga pakaian.

Sesampainya di stasiun kereta api. Mereka melihat pemandangan yang sudah tidak
asing lagi. Ratusan orang dengan berbagai jenis sikap ada disana. Ada yang berlari mengejar
tiket, seorang ibu yang memeluk anaknya dan juga seorang ayah yang menggandeng
putranya. Melihat pemandangan tersebut, Pevensie bersaudara langsung menggenggam dan
memperhatikan anggota keluarga mereka. Karena kerumunan tersebut dapat memisahkan
anggota keluarga, anak dari ibunya dan juga ayah dari anaknya. Saat salah satu anggota
terpisah dari keluarganya, kemungkinan untuk bersatu sangat sulit karena akan memakan
waktu yang cukup lama untuk bisa saling menemukan satu sama lain dikarenakan gaya
busana setiap orang hampir sama. Semua memakai mantel tebal berwarna antara hitam coklat
abu-abu dan juga memakai sepatu karena kondisi yang sangat dingin yang disebabkan
turunnya salju. Anak-anak dan perempuan dipersilahkan memasuki kereta terlebih dahulu
dan para pria dewasa masuk terkahir setelah semua dipastikan telah berada dalam kereta.
Didalam kereta, perempuan dan anak-anak duduk di kursi yang telah disediakan dan para
ayah menaruh barang-barang diatas tempat duduk seperti biasanya. Peter, putranya dan juga
istrinya duduk dalam satu kursi yang dihadapkan dengan Susan serta putrinya. Di seberang
sana ada Edmund, putranya dan tentu istrinya duduk dalam satu kursi dan dihadapan mereka
ada Lucy, putrinya dan juga suami tercinta.

Perjalanan yang begitu panjang terasa sangat singkat saat mereka saling bercerita
mengenai masa kecil mereka, dari sikap Peter yang sedari dulu selalu ingin menjadi
pelindung dan seorang ayah, Susan yang keras kepala, Edmund yang tidak dapat dipercaya
hingga Lucy yang manis dan menggemaskan. Mereka bercanda tawa hingga tidur membuat
mereka berhenti tertawa. Suara khas kereta api sebagai tanda telah sampai pada tujuan
membuat mereka terbangun dari tidur mereka yang lelap. Mereka bergegas membangunkan
anak-anak mereka untuk turun dari kereta. Mereka kemudian berjalan keluar dari stasiun
kereta api dan menunggu delman untuk membawa mereka ke tempat profesor Digory Kirkle.
Seperti yang kalian ketahui, waktu terasa berhenti di tempat profesor Digory, itu terlihat dari
banyaknya delman yang menjadi angkutan bagi masyarakat di sana. Sangat berbeda dengan
keadaan dikota. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah Profesor Digory
dengan menggunakan empat delman. Rasa letih yang merasuki tubuh setiap anggota keluarga
tanpa terkecuali sudah tidak tertahankan lagi karena perjalanan yang sangat panjang yang
akhirnya membuat mereka untuk tidur, beristirahat sejenak sesampainya di rumah Professor
Digory. Peter, Susan, Edmund dan juga Lucy yang pernah tinggal di rumah itu sudah tidak
asing lagi dengan rumah tersebut dan memilih acak kamar yang ingin mereka korbankan
sebagai pelampiasan kantuk yang sangat parah karena lelah dalam perjalanan yang panjang.
Tidak ada yang berubah dari rumah besar profesor Digory. Yang cocoknya disebut Castle.
Sama sekali tidak ada yang berubah melainkan pembantu serta penjaga rumah. Setelah
meninggalnya profesor Digory Kirkle, rumah tersebut dialihkankan atas nama pevensie
bersaudara. Oleh sebab itu rumah tersebut tetep ada hingga saat ini.

Sinar sang rembulan membangunkan Lucy. Lucy bangkit dari tidur panjangnya dan
berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Dan kemudian membangun suami
dan putrinya. Setelah semua anggota bangun. Mereka kemudian berkumpul dimeja makan
dan menyantap hidangan yang telah disediakan para penjaga rumah. Mereka makan dengan
lahap diiringi canda gurau. Keesokan harinya, saat mentari menampakkan dirinya dan
menyinari seluruh jagat raya. Tanda tersebut adalah awal dari dimulainya aktivitas. Semua
anggota keluarga Pevensie bekerja bersama penjaga rumah untuk membersihkan pekarangan
dan mempersiapkan bahan-bahan untuk menghias pohon natal nanti malam. Saat malam tiba.
Seluruh anggota keluarga sangat bahagia dan bersemangat dalam menghias pohon natal.
Semua anggota keluarga ikut berpartisipasi tanpa terkecuali. Malam natal diisi dengan
nyanyian-nyanyian dan harapan serta makanan yang banyak. Saat malam semakin larut,
namun para orang tua tetap terjaga dan bercerita masa-masa indah mereka saat mereka masih
muda. Saat semua orang tertidur lelap, anak Lucy, Laina terbangun dan merasa haus. Laina
kemudian pergi ke dapur untuk minum namun saat hendak kembali ke kamar dia merasa
tidak ingin tidur lagi dan ingin berkeliling melihat rumah besar itu.

Saat ia berkeliling, ia menemukan suatu kamar yang terletak diujung koridor. Saat
Laina membuka pintu kamar tersebut, ia sangat kagum melihat ruangan tersebut dipenuhi
oleh buku-buku yang tersusun rapi hingga ke langit-langit ruangan. Kamar tersebut sekilas
seperti perpustakaan. Laina yang sangat menyukai buku, sangat gembira menemukan kamar
tersebut. Ia kemudian mengambil sebuah buku yang ternyata buku sihir. Lalu membacanya
dengan penuh antusias kareana rasa penasaran. Namun ia tidak menyadari bahwa anak
Edmund, Edward ternyata mengikutinya sampai keruangan tersebut. Edward kemudian tanpa
sadar mengeluarkan suara akibat decak kagum melihat tumpukan buku-buku yang sangat
banyak yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Laina yang teralihkan perhatiannya oleh
suara Edward, kemudian langsung berjalan kearah suara tersebut dan menemukan Edward yg
masih membaca judul-judul buku di salah satu rak buku. Laina kemudian bertanya kepada
Edward, sedang apa dia disini. Edward menjawab bahwa ia tak sengaja melihat Laina saat
hendak ke kamar mandi dan kemudian mengikutinya sampai ke kamar ini. Mereka kemudian
bersama-sama melihat-lihat buku lain sambil memuji ruangan tersebut. Laina kemudian
melihat buku yang sangat kecil ditumpukkan buku besar.

Melihat buku tersebut, jiwa penasaran Laina mengantarkannya mengambil buku kecil
itu namun tidak bisa. Saat Edward juga mencoba mengambil buku itu secara paksa, pun tetap
tidak bisa. Laina kemudian tanpa sengaja mendorong buku tersebut, dan rak buku tersebut
berputar 360° dan mendorong mereka masuk ke suatu ruangan kecil, seperti ruangan rahasia.
Laina dan Edward semakin kagum karena menemukan raungan rahasia tersebut. Mereka
kemudian melihat kesekeliling mereka yang dipenuhi alat-alat yg tidak mereka ketahui. Alat-
alat itu sebenernya adalah peralatan pamannya Professor Digory Kirkle yaitu Endrew. Paman
Endrew adalah orang sangat tertarik dengan ilmu sihir serta selalu melakukan percobaan-
percobaan sihir. Selain alat-alat yang tidak mereka ketahui, diruangan tersebut juga ada
tempat tidur kecil yang hanya bisa ditempati oleh satu orang, meja dan kursi serta pintu
disudut ruangan tersebut. Laina kemudian penasaran apa yang ada di balik pintu itu. Saat
Laina hendak membuka pintu itu, Edward langsung menghampirinya tepat di hadapannya.
Mata mereka bertemu dan hembusan nafas mereka saling bertarung. Edward melarang Laina
membuka pintu itu dengan alasan bahwa mereka tidak tau apa yang akan ada di balik pintu
tersebut, bisa saja sesuatu yang buruk yang akan mereka dapatkan setelah membuka pintu
tersebut. Namun Laina yang memiliki rasa penasaran tingkat tinggi meyakinkan Edward agar
tidak perlu terlalu cemas karena mereka masih didalam rumah, belum keluar dari rumah.
Tidak perlu ada yang ditakutkan dan hal yang mungkin berbahaya yang mereka temukan
paling hanya seekor tikus atau serangga, tidak lebih dari itu. Edward yang masih ragu namun
kalah dalam berargumen, tidak bisa berbuat banyak saat Laina menyuruh menepi sambil
tersenyum seiring membuka pintu rahasia tersebut. Laina sekali lagi kembali tercengang
kagum melihat tangga yang ia turunin tidak kunjung ada ujungnya. Edward berteriak dari
atas, bertanya apa Laina baik-baik saja. Laina menjawab pertanyaan Edward dengan
menyuruhnya untuk turun dan melihat sendiri. Edward yang tidak yakin dengan pilihannya
ini akhirnya mengikuti ajakan Laina untuk turun kebawah melalui tangga rahasia. Semakin
jauh mereka turun, membuat Edward semakin gelisah dan mengajak Laina untuk naik
kembali keatas namun Laina tidak menghiraukan dan justru terus menuruni anak tangga yang
tak berujung. Hingga akhirnya Laina berada di akhir anak tangga dan langsung membuatnya
terjun bebas sambil berteriak karena setelah anak tangga terakhir tidak ada lagi anak tangga
ataupun lantai. Edward yang mendengar suara teriakan Laina namun tidak melihat wujud
Laina, marasa takut dan memanggil manggil Laina namun tidak ada jawaban. Hingga
akhirnya ia pun memutuskan untuk turun mencari Laina tapi malah terjun bebas sambil
berteriak sama seperti Laina.

Suara teriakan yang pertama, milik Laina membangunkan anak Susan, Stephanie.
Sedangkan teriakan kedua milik Edward membangunkan anak Peter, Parker. Stephanie yang
terlebih dahulu terbangun mendengar suara teriakan yang entah darimana, sontak berdiri dari
tempat tidur dan mengambil mantel kemudian mencari tau asal suara teriakan yang ia dengar.
Namun berbeda dengan Parker yang kembali memejamkan mata walaupun terbangun karena
teriakan yg ia dengar. Stephanie berusaha berjalan tanpa suara hentakan kaki agar tidak
membangunkan siapapun, namun gagal. Parker yang mendengar suara samar-samar
membuatnya membuka mata dan melihat bayangan melintas dari depan pintu kamarnya. Ia
bertanya dalam hatinya bayangan apa yang melintas dari kamarnya. Karena rasa penasaran,
Parker langsung berdiri dan mengambil mantel karena cuaca yang dingin. Parker kemudian
membuka pintu secara perlahan sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara. Ia kemudian
mengikuti bayangan tersebut. Namun tanpa diduga dan direncanakan, Stephanie berbalik dan
terkejut melihat Parker, begitu pun sebaliknya. Spontan mereka teriak.

Disisi lain, Laina akhirnya mendarat dari terjun bebasnya dan menemukan dirinya di
dasar air terjun. Ia kemudian berenang menuju permukaan air. Saat ia sampai di permukaan
air, Edward baru saja mendarat dan langsung menuju dasar air. Laina yang sudah
dipermukaan air duluan kini berenang menuju tepi air. Setelah sampai didarat, Laina
kemudian melepaskan mantelnya yang basah total dan meletakkanya diatas batu besar dan
dibawah terik matahari dengan maksud mengeringkannya, ia kemudian duduk sambil
menunggu Edward muncul kepermukaan. Yang ditunggu akhirnya muncul. Edward akhirnya
mencapai permukaan air setelah tersadar saat didasar air dan berenang ke permukaan.
Edward kemudian melihat ke sekeliling. Laina pun berteriak sambil mengangkat tangan
kanannya seraya menyuruh Edward agar datang menghampiri dirinya. Edward kemudian
berenang kembali untuk menuju ke tepian dan melepaskan mantelnya, ia berjalan menuju
batu besar tempat mantel Laina berjemur dan menaruhnya di samping mantel tersebut.
Mereka kemudian duduk bersebelahan dan bertanya-tanya, mereka sedang dimana dan
mengapa disini siang hari padahal saat di rumah profesor Digory masih malam. Tidak lama
kemudian Laina bangkit karena merasa tubuhnya sudah tidak basah lagi dan berjalan
mengambil mantel mereka. Kedua mantel tersebut telah kering sama seperti tubuh dan
pakaian yang mereka kenakan. Laina menyelimuti tubuhnya dengan mantelnya dan
memberikan mantel lainya kepada Edward.

Mereka berjalan-jalan mengelilingi tempat yang baru pertama kali mereka lihat.
Sejauh mata memandang hanyalah hutan yang ada. Namun mereka begitu kagum melihat
keindahan hutan tersebut sekaligus bingung karena mereka merasa belum pernah melihat
tempat yang seindah ini sebelumnya. Bunga-bunga bermekaran, pohon-pohon besar yang
rindang dan menyejukkan, serta udara yang sangat bersih dan segar untuk dihirup. Sungguh
hutan yang begitu mengagumkan. Saat mereka terpesona oleh keindahan dunia Narnia,
mereka seperti mendengar suara, mereka kemudian melihat ke sekeliling dan kemudian
berbalik ke belakang. Mereka melihat ada seorang kurcaci mengendarai kereta kencana kecil
yang dirodai oleh beberapa serigala kutup. Laina dan Edward pun bingung kenapa di tempat
terik seperti ini ada serigala kutub. Mereka pun langsung berlari ketika mendengar seruan
kurcaci yang menyuruh para serigala menangkap mereka.

Edward dan laina langsung berlari sekencang mungkin meski tanpa arah dan tujuan.
Mereka tetep berlari lurus ke depan. Saat rasa letih karena berlari merasuki tubuh sekaligus
rasa frustasi yang menyerang raga karena tak kunjung ada kepastian rasa aman dari kejaran
kurcaci dan para serigala, Laina yang notabenenya adalah seorang wanita biasa, sudah tidak
sanggup lagi untuk meneruskan pelarian ini, akhirnya ia terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.
Edward yang mendengar suara tubuh Laina terjatuh kemudian putar balik dan meraih tangan
Laina dan membuatnya bangkit. Mereka kemudian kembali berlari bergandengan. Meskipun
Laina bisa bangkit lagi, akan tetapi hal tersebut tidak lama. Pada akhirnya mereka tetap
terpisahkan. Laina terpleset dan jatuh dari tebing, sedangkan Edward tetep terus berjuang, ia
berlari menuju pohon yang jauh dihadapannya. Edwar merasa tidak sanggup dan sudah tidak
punya kekuatan untuk berlari lagi dan ingin mengakhiri pelarian panjang ini. Edward berfikir
dia harus memanjat pohon yang ada tidak jauh dihadapannya. Setelah hampir sampai pohon
tersebut, Edward kemudian melompat dan memeluk pohon tersebut, ia langsung
memanjatnya setinggi mungkin. Saat Edward merasa ia telah memanjat cukup tinggi, ia
berhenti dan mengambil nafas panjang. Edward kemudian melihat kebawah, kurcaci dan
serigala kutub yang mengejarnya kini berada tepat dibawahnya. Para serigala kutub itu
memutari pohon yang Edward naiki sambil terus mengaung sekaan-akan menyuruh Edward
untuk turun. Edward kemudian meneriaki kurcaci dan para serigala dari atas, Edward
menyuruh mereka untuk pergi meninggalkannya dan tidak mengganggunya lagi sambil
menghentak-hentakkankan salah satu kakinya untuk mengusir kurcaci dan para serigala kutub
tersebut.

Saat serigala-serigala kutub itu mulai bekerjasama untuk memanjat pohon, Edward
pun langsung ketakutan sekaligus panik. Ia berusaha menuju ujung pohon. Namun sayang, ia
tergelincir dan terjatuh sambil berteriak. Tapi syukur, kakinya tidak sampai menyentuh tanah.
Walaupun tergelincir namun posisinya tetep terlalu tinggi bagi serigala-serigala kutub itu
untuk bisa menggapainya. Saat tergelincir, celananya robek dan mengakibatkan betisnya
terluka. Luka tersebut terus menerus mengeluarkan darah dan mengalir hingga ujung
sepatutnya. Melihat darah segar yang meneteskan hingga ke tanah, si kurcaci langsung
mengambil benda dari dalam tasnya, benda yang besar bagi seorang kurcaci namun kecil bagi
manusia. Ia kemudian turun dari kereta kencana kecil miliknya dan menampung darah segar
itu sambil tertawa terbahak-bahak. Edward merasa aneh dan bingung terhadap tawa si kurcaci
namun ia yakin bahwa tawa itu bukan sesuatu yang baik baginya. Namun ia tidak bisa
berbuat apa-apa. Ketika dia ingin menyumbat darah itu dengan tangannya agar tidak
mengalir, ia tersadar tidak bisa melakukan hal tersebut karena kedua tangannya berpegangan
pada sebuah ranting pohon. Keadaannya yang sekarang ini, bergelantungan di suatu ranting
pohon membuatnya tidak bisa berbuat banyak hal kecuali terus menggenggam ranting pohon
tersebut dengan sangat kuat agar tidak terjatuh dan menjadi santapan lezat bagi serig-serigala
kutub yang mengincarnya.

Setelah benda berbentuk wadah tersebut terisi penuh dengan darah segar milik
Edward. Si kurcaci kemudian kembali ke kereta kencana kecil miliknya dan memanggil
semua serigala. Si kurcaci dan para serigala kutub akhirnya pergi meninggalkan Edward. Si
kurcaci sepanjang jalan terus tertawa dan bernyanyi saking bahagianya karena telah
membawa darah segar yang ditujukan untuk Ratu Jadis. Saat sampai di depan mulut gua, si
kurcaci langsung memasuki gua yang begitu gelap dengan menggunakan kereta kencana
kecil miliknya. Saat sampai didalam gua, si kurcaci turun dari kereta kencana kecil miliknya
dan memanggil istrinya dengan rasa bangga dan bahagia, serta beberapa pengikut Ratu Jadis
yang lain untuk berkumpul. Saat semua pengikut setia ratu jakdis berkumpul, si kurcaci
kemudian menceritakan hal yang baru saja ia alami dan menunjukkan darah merah segar
yang ia bawa. Semua pengikut setia Ratu Jadis begitu bahagia melihat darah segar itu.

Dua monster pengikut Ratu Jadis yang tingginya kira-kira 100 cm, berkulit merah
kecoklatan, mata besar hidung mancung besar dan mulut kecil kemudian maju dan melihat
langsung darah segar itu sambil tersenyum. Kedua makhluk aneh tersebut kemudian melukis
lingkaran dengan jari telunjuk mereka yang sangat panjang dan menaburkan darah segar itu
kedalam lingkaran tersebut. Dua makhluk aneh tersebut lalu membaca berbagai mantra. Dan
hasilnya adalah munculnya dinding es dari garis lingkaran yang dilukis dua monster tersebut
hingga mencapai langit-langit goa. Kurcaci, istrinya, dan berbagai makhluk aneh lainnya
yang lebis pantas disebut sebagai monster, yang merupakan pengikut Ratu Jadis kemudian
tertawa terbahak-bahak mengelilingi dinding es yang berbentuk lingkaran itu. Setelah
beberapa saat kemudian, mereka melihat seperti ada seseorang di dalam dinding es itu.
Semakin lama semakin jelas. Mulai dari tangan hingga rambut yg mengembang, lekuk tubuh,
semua semakin jelas. Hingg akhirnya wajah seorang wanita pun tampak jelas dan nyata.
Salah satu monster mengerikan tadi kemudian mengambil kembali wadah berisi darah
tersebut dan maju mendekati bagian depan wanita dalam es. Monster mengerikan itu kembali
membaca mantra-mantranya. Darah dalam wadah itu pun naik keudara membentuk sebuah
benang panjang yang kemudian menembus dinding es dan sampai ke bibir Ratu Jadis. Ratu
Jadis pun langsung menghisap darah yang mendarat di bibirnya hingga tak tersisa setetes pun
diwadah tersebut.

Dan akhirnya Ratu Jadis menghancurkan dinding es tersebut. Ratu Jadis yang
merupakan penyihir jahat yang mengaku penguasa Narnia, menghancurkan dinding es yang
menguncinya. Dinding es yang tadinya mengekang Ratu Jadis kini telah hancur lebur hingga
berkeping-keping serta berterbangan kesetiap dinding gua. Seketika semua pengikut, abdi
setia Ratu Jadis yang ada didalam gua bersujud kepadanya. Ratu Jadis kemudian tersenyum
sembari melangkah keluar dari lingkaran bongkahan es. Ratu Jadis masih sama seperti yang
dulu, saat memerintah di Narnia selama 100 tahun dan menciptakan musim salju tanpa akhir.
Ratu Jadis masih cantik mempesona, rambut keriting yang mengeras, kulit seputih salju nan
pucat dengan senyum sinis yang menwan. Ratu Jadis yang menggunakan gaun putih yang
sangat indah serta mahkota es di kepalanya kemudian bertanya darimana dan darah siapa
yang telah membangkitknnya. Sang kurcaci kemudian menceritakan semuanya secara detail.
Sang kurcaci percaya bahwa anak-anak yang ia lihat adalah keturunan pevensie karena baju
yang mereka kenakan tidak seperti baju yang ada di Narnia pada umumnya. Mendengar
penjelasan sang kurcaci, Ratu Jadis tertawa dan memuji kepintaran anak buahnya itu dan
berjanji akan selalu mengingat pengabdiannya. Sang ratu kemudian menyuruh semua
pengikutnya yang ada di dalam gua untuk mendekat dan merancang siasat.

Disisi lain, Edward yang merasa sudah aman dan tidak melihat tanda-tanda kurcaci
dan para serigala kembali menghampirinya. Ia pun mulai turun dari atas pohon secara
perlahan dan hati-hati. Setelah kakinya menginjak tanah, ia kemudian kembali ke tempat ia
terpisahkan dengan Laina. Setelah sampai ke tempat tersebut, Edward melihat kebawah
tebing dan melihat ada tempat untuk mendarat, yang artinya bukan jurang tanpa ujung.
Edward kemudian menuruni tebing itu menggunakan akar-akar pohon besar sebagai tangga
menuju dasar tebing. Sesampainya di dasar tebing ia pun mencari kesana kemari sambil
memanggil nama Laina. Namun nihil, tidak ada respon sama sekali. Setelah lama mencari,
dan tiada hasil. Ia kemudian menyerah dan mencari ketempat lain.

Disisi lain, Laina yang tidak sadarkan diri ditemukan oleh seorang bangsa Narnia yg
berwujud setengah manusia dan setengah kuda, yg bernama Kyodor. Kyodor yg baik
membawa Laina ke pemukiman bangsa Narnia. Saat Laina terbangun, ia terkejut saat melihat
makhluk aneh dihadapannya. Setengah manusia setengah kuda serta manusia dengan kedua
kakinya adalah kaki kuda hingga kurcaci-kurcaci. Laina yang syok melihat pemandangan
tersebut, spontan berteriak dan berlari keluar rumah. Saat berada didepan rumah. Ia
dikejutkan lagi dengan pemandangan yg sangat unik. Hampir semua penghuninya sama
seperti makhluk-makhluk yang ia lihat didalam rumah tadi. Semua makhluk itu kemudian
menatapnya. Ia masih terheran-heran. Suatu pemukiman dengan banyak rumah dari kayu dan
lingkungan yg bersih serta kedamaian yg tercipta alami namun dihuni oleh makhluk-makhluk
aneh. Seorang yang bagian bawahnya merupakan kuda pun menghampirinya dan
memanggilnya Lucy. Namun ia menjawab bahwa dia bukan Lucy namun anak Lucy dan
kembali bertanya mengapa oarng tersbut mengetahui nama ibunya. Seorang bertubuh kuda yg
menghampirinya kemudian memperkenalkan dirinya, namanya adalah Progo dan Progo
membungkukkan tubuhnya sambil berkata hidup Ratu Lucy, long live Aslan.

Laina yang heran dan langsung beranjak pergi meninggalkan pemukiman tersebut,
namun dicegah oleh Progo, dan berkata bahwa dipemukiman itu lah tempat teraman
untuknya sementara waktu. Namun Laina tetep bersikukuh untuk pergi, dia beralasan ingin
mencari dan menemukan sepupunya yang ikut bersamanya kedunia aneh ini namun mereka
berpisah saat dikejar oleh seorang kurcaci dan beberapa serigala kutub. Progo kemudian
menjawab pernyataan Laina bahwa dunia aneh yang sekarang Laina tempati adalah Narnia.
Progo juga mengatakan bahwa kemungkinan besar yang mengejar mereka itu adalah
pengikut setia Ratu Jadis yang selalu mengaku sebagai penguasa Narnia. Ia juga menawarkan
untuk tetep disini dan menyuruh beberapa warga Narnia yang ada dipemukiman untuk
mencari dan menemukan sepupu Laina. Laina lalu bertanya apakah mereka akan mengenali
sepupunya, Progo malah bertanya balik siapa nama ayah sepupunya. Laina kemudian
menjawab Edmund. Seketika progo langsung menyuruh beberapa warga Narnia mencarinya
dan meyakinkan Laina bahwa anggotanya akan menemukan dan membawa sepupunya kesini.
Progo berkata bahwa anak Edmund juga kemungkinan mirip dengan King Edmund sama
seperti Laina yang mirip Queen Lucy, hal tersebut akan memudahkan anggotanya untuk
menemukan putra Edmund dengan mudah karena semua warga Narnia tidak satupun yg tidak
mengenali pevensie bersaudara, Kings and Queens of Narnia.

Edward yang terus menelusuri semua tempat untuk menemukan Laina kini diujung
frustasi karena tak menemukan satu tanda pun yang bisa membawanya ke Laina. Saat
Edward berjalan dengan harapan kosong, tiba-tiba seekor ular datang menghampirinya tepat
didepan wajahnya. Edward yang terkejut melihat ular kobra besar yang menggantung
diranting pohon membuatnya terhempas jatuh ke tanah. Ular itu kemudian mulai turun
mendekatinya, Edward langsung mundur tanpa aba-aba dengan kondisi masih duduk ditanah.
Saat ular kpbra besar mulai mendekat, Edward langsung berdiri dan lari sekencang mungkin.
Ular kobra itu tetep mengikutinya, sekuat apapun Edward berlari, tetap tidak bisa
mengalahkan pergerakan ular kobra lincah dan cepat. Edward pun tidak sanggup lagi untuk
berlari dan akhirnya terjatuh tengkurap diatas tanah. Ular kobra itu pun datang menghampiri
Edward. Mendengar desisan sang ular kobra membuat Edward memutarkan tubuhnya
menghadap ular kobra tersebut. Sang ular kobra pun bersiap-siap menyerang Edward dan
wajah keduanya pun saling berhadapan. Saat sang ular kobra hendak menggigit Edward dan
Edward langsung berteriak namun tiba-tiba ular tersebut malah terdampar diatas tubuhnya.
Edward pun membuka matanya dan melihat ular kobra itu telah mati dan ia merasa
bersyukur. Edward kemudian menghempaskan tubuh ular yang sudah mati itu dari atas
tubuhnya dan langsung berdiri. Saat Edward berdiri, ia melihat ada beberapa manusia
setengah kuda yang ditangannya ada busur panah. Edward percaya bahwa makhluk setengah
kuda itu lah yg telah memanah ular kobra itu hingga mati. Edward merasa takut terhadap
makhluk yg baru pertama kali ia lihat namun ia tetep diam ditempat.

Beberapa makhluk setengah kuda itu pun datang menghampiri Edward namun
Edward melangkah mundur setiap makhluk tersebut melangkah maju. Melihat Edward yang
terus melangkah mundur membuat makhluk setengah kuda itu berkata "Jangan takut, kami
tidak jahat. Kami bisa membawa mu kepada sepupumu". Edward yang mendengar perkataan
makhluk setengah kuda itu akhirnya menghentikan langkahnya. Makhluk setengah kuda itu
pun memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan namanya, Kyodor. Kyodor kemudian
mempersilahkan Edward untuk menaikinya dan membawanya bertemu Laina. Di pertengahan
jalan, Kyodor bertanya apa Edward anak King Edmund. Edward yang terkejut langsung
membalas pertanyaan Kyodor dengan pertanyaan baru. Edward bertanya bagaimana Kyodor
bisa tau nama ayahnya dan kenapa bisa ada embel-embel King didepan nama ayahnya.
Kyodor kemudian menceritakan bahwa ayahnya dulu, king Edmund dan para saudara
saudarinya dahulu kala sering menyelamatkan Narnia setiap kali Narnia dalam keadaan
genting. Lantas Edward bertanya apa itu Narnia. Kyodor menjelaskan bahwa dunia yang ia
tempati sekarang ini adalah Narnia. Edward tidak lagi merasa kelelahan karena menunggangi
Kyodor. Hembusan angin yg tenang menyegarkan perjalanan mereka. Akhirnya Edward,
kyodor dan yang lainnya sampai ke pemukiman bangsa Narnia. Laina yang melihat
kedatangan Edward langsung memanggilnya dengan bahagia. Edward yang mendengar
panggilan Laina langsung mencari asal suara itu dan menemukan Laina dari arah Selatan dan
langsung turun dari tubuh Kyodor. Edward kemudian berlari menuju arah Laina dengan
senyum manisnya, begitu pun sebaliknya, Laina berlari menuju arah Edward yang dengan
senyum lebar diwajahnya. Laina langsung melompat ke tubuh Edward dan memeluk
tubuhnya Edward, kakinya melingkar di pinggang Edward. Kebahagiaan terpancar dari wajah
keduanya.

Disisi lain, setelah sama-sama berteriak, Stephanie langsung membungkam mulut


Parker dengan tangan kanannya sedangkan telunjuk tangan kirinya, ia letakkan di bibirnya
seperti mengisyaratkan untuk diam. Parker kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya
yang berarti ia memahami isyarat yang diberikan Stephanie. Stephanie kemudian bertanya
apa yang dilakukan Parker disini. Parker kemudian menurunkan tangan Stephanie
menggunakan tangan kanannya agar ia bisa berbicara. Parker menjawab bahwa ia melihat
bayangan melintas dari depan kamarnya dan penasaran dengan bayangan itu namun tidak tau
kalau bayangan tersebut milik Stephanie. Parker lantas balik bertanya apa yang sedang
dilakukan Stephanie dengan mengendap-endap. Stephanie memberikan alasan bahwa ia
mendengar suara teriakan dua kali dan ingin tau suara teriakan siapa dan darimana asalnya.
Parker yang juga mendengar suara teriakan itu mengatakannya kepada Stephanie bahwa dia
juga mendengar suara teriakan itu. Stephanie merasa yakin akan pendengarannya ketika
mendengar pengakuan dari Parker yang juga mendengarkan suara teriakan, yang sama
dengan dirinya. Mereka kemudian bertekad untuk mencari asal muasal suara teriakan itu
secara bersama-sama. Stephanie dan Parker kemudian berpencar untuk mencari suara
teriakan itu. Mereka menelusuri setiap sudut rumah profesor Digory Kirkle untuk mencari
suara teriakan itu. Hal tersebut justru mengantarkan Parker kesebuah kamar yg setengah
pintunya terbuka. Parker yang penasaran langsung masuk keruangan tersebut. Parker tidak
menyangka dirumah itu ada ruangan seperti yang ada dihadapannya sekarang ini. Ia
kemudian keluar dari ruangan tersebut dan memanggil Stephanie. Parker berlari kesana-
kemari mencari Stephanie, dan akhirnya menemukan Stephanie di lantai atas yang hendak
membuka sebuah pintu kamar dengan tangan kanannya (kamar tersubut adalah kamar yang
berisi lemari besar, pintu masuk Pevensie bersaudara menuju Narnia pertama kali). Namun
Stephanie tidak berhasil membuka pintu itu karena Parker langsung menarik tangan kirinya
dan membawanya turun. Stephanie yang kebingungan lantas bertanya, apa alasan Parker
menarik dan membawanya. Parker hanya diam dan terus melangkah maju. Stephanie
kemudian berhenti dan menghempaskan genggaman tangan Parker dan memaksa Parker
untuk memberikannya alasan yg pasti. Parker yang spontan berhenti disebabkan hempasan
Stephanie, kemudian langsung memegang kedua pundak Stephanie dan menyakinkan
Stephanie untuk ikut bersamanya karena ia menemukan sesuatu yang ia rasa Stephanie tidak
ketahui.

Setelah berhasil meyakinkan Stephanie, Parker kemudian membawanya menuju ke


kamar yg ia temukan tadi. Stephanie yang pasrah hanya bisa mengikuti langkah Parker
ketempat yang ia sendiri tidak tahu. Setelah sampai didepan pintu kamar yang ditemukan
oleh Parker, Parker langsung menggenggam tangan Stephanie dan masuk ke kamar tersebut.
Stephanie hanya bisa diam membisu melihat tumpukan buku-buku yang berjejer rapi di rak-
rak buku seperti perpustakaan. Parker begitu senang dan bangga kepada dirinya sendiri
karena telah menemukan ruangan itu setelah melihat respon Stephanie yang heran melihat
ruangan tersebut. Parker dan Stephanie kemudian berkeliling melihat ruangan tersebut.
Perhatian mereka kini teralihkan ke buku-buku yang ada di rak. Stephanie meniup debu-debu
yang ada di atas buku-buku dihadapannya yang membuatnya batuk. Ia Kemudian mengambil
salah satu buku secara acak dar rak yang tadinya ia tiup debunya dan membaca judul buku itu
ternyata mengenai sihir. Stephanie yang bingung hanya dengan membaca judulnya langsung
membuka isi buku tersebut dan membacanya dengan penuh ambisi. Parker yang hanya
melihat-lihat tanpa menyentuh satu buku pun, melihat satu rak buku yang bergeser sedikit
dari tempatnya. Parker kemudian melihat rak-rak di samping kiri kanan rak yang bergeser
tersebut ternyata semuanya sesuai pada tempatnya. Parker jadi bingung mengapa satu rak
yang di depannya bergeser sedikit dari tempat yang seharusnya. Karena rasa penasaran dan
ingin taunya, Parker kemudian mendorong rak itu dan melihat ada ruangan tersembunyi
dibalik rak buku tersebut. Parker langsung memasuki ruangan rahasia tersebut dan
memperhatikan setiap sudut ruangan yang dipenuhi oleh alat-alat yang tidak ia ketahui.
Parker kemudian mendorong kembali rak buku tadi ke tempat yang seharusnya, yang berarti
menutup pintu masuk menuju ruangan rahasia itu. Setelah melakukan hal itu, Parker
kemudian memanggil-manggil nama Stephanie. Stephanie yang awalnya tidak menghiraukan
panggilan Parker kemudian merasa risih karena Parker terus menerus memanggil namanya.
Stephanie kemudian berkeliling mencari asal suara Parker. Melewati rak demi rak namun
tidak bisa menemukan Parker. Stephanie pun bertanya dimana Parker berada. Parker hanya
menjawab kalau ia tetap berada di ruangan tersebut dan menyuruh Stephanie menemukannya.
Stephanie kemudian merasa kesal karena dipermainkan oleh Parker dan menyuruh Parker
agar cepat keluar dan tidak bermain-main lagi. Parker sekali lagi mendorong rak buku yang
menjadi pintu masuk ke ruangan rahasia, Stephanie yang berada tepat di depan rak tersebut
terkejut dan heran melihat rak yang ada didepannya bergerak. Parker kemudian muncul dari
ruangan tersebut dan menyuruh Stephanie untuk ikut bersamanya memasuki ruangan rahasia
itu. Stephanie yang masih ragu namun tetep mengikuti Parker karena rasa penasaran yang ada
di benaknya.

Stephanie kemudian masuk dan memperhatikan seisi ruangan yang dipenuhi oleh alat-
alat yang belum pernah ia jumpai. Stephanie juga menemukan tempat tidur kecil yang hanya
bisa digunakan oleh satu orang dan Parker berbaring diatas tempat tidur tersebut. Stephanie
juga melihat sebuah meja kecil lengkap dengan bangkunya. Stephanie lantas bertanya,
ruangan apa yg telah mereka masuki dan untuk apa ada ruangan seperti ini. Parker hanya
menjawab seadanya karena ia pun tidak tau raungan apa itu dan untuk apa dibangun. Saat
Parker berbaring, ia melihat ada pintu disudut ruangan. Melihat hal itu, jiwa penasaran Parker
membangunkan tubuhnya yang tadinya terbaring tempat tidur. Parker kemudian berjalan
menuju pintu tersebut dan hendak membuka pintu yg ada dihadapannya. Namun dihentikan
oleh Stephanie dengan alasan bahwa mereka tidak berhak masuk kedalam ruangan yang lebih
jauh lagi. Stephanie juga takut akan sesuatu yang mungkin ada dibalik pintu itu, ia juga
merasa mereka telah melewati batas dengan masuk ke ruangan rahasia apalagi jika harus
masuk ke ruangan yg mereka belum tau akan ada apa dibalik pintu itu. Stephanie juga
mengatakan kepada Parker bahwa ia yakin alat-alat yang ada di ruangan tersebut adalah alat-
alat sihir sesuai dengan buku yang baru saja ia baca. Namun Parker sekali lagi berhasil
meyakinkan Stephanie untuk tidak perlu berlebihan karena apa pun yang terjadi Parker
berjanji akan melindungi Stephanie. Parker kemudian membuka pintu tersebut dengan tangan
kanannya. Parker hanya mendapati tangga dibalik pintu itu. Parker kemudian menuruni anak
tangga satu demi satu. Stephanie yang tidak dapat melihat Parker karena gelap, pun datang
menghampiri Parker. Stephanie berdiri tepat didepan pintu itu dan berteriak memanggil
Parker. Parker malah menjawab dengan menyuruh Stephanie turun karena disana tidak ada
yang membahayakan. Stephanie kemudian mengikuti ajakan Parker dan menuruni setiap
anak tangga yang ada, meskipun ia ragu akan tindakannya tersebut.

Tidak lama kemudian Parker tiba-tiba berteriak, teriakan itu membuat Stephanie
khawatir sekaligus takut, dan langsung berlari menuruni anak tangga yg gelap dan Stephanie
pun ikut berteriak. Parker dan Stephanie terjun bebas menembus air terjun hingga ke dasar
air. Parker yang duluan sadar langsung berenang ke permukaan air. Saat Parker berada
dipermukaan air, Stephanie baru saja lepas landas, terjebur ke dalam air. Parker ang khawatir
langsung berenang kedalam air untuk menemukan Stephanie. Saat Parker melihat Stephanie
masih dalam kondisi tidak sadar, Parker mempercepat gerakan renangnya untuk
menyelamatkan Stephanie. Parker akhirnya berhasil menggapai tangan Stephanie dan
membawanya ke permukaan air. Saat di permukaan air, Stephanie masih tetep tidak sadarkan
diri, alhasil Parker membawanya ke darat. Didarat Parker membaringkan Stephanie dan
melepas mantelnya Stephanie. Parker kemudian memompa dada Stephanie agar Stephanie
dapat sadar. Namun Stephanie tetap tidak sadarkan diri. Parker semakin khawatir dan merasa
bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada Stephanie karena ia merasa dialah penyebab ini
semua. Ia yang memaksa Stephanie mengikutinya. Setelah cukup lama, akhirnya Stephanie
berhasil memuntahkan isi perutnya. Air yang cukup banyak keluar dari mulut Stephanie yang
membuatnya batuk. Melihat hal itu, Parker merasa lega dan menghela nafas panjang.
Stephanie kemudian duduk dan memperhatikan sekelilingnya, lantas bertanya dimana
mereka, kenapa bisa tiba-tiba ada di air terjun dan mengapa siang hari bukannya malam.
Parker yg belom sempat menjawab, Stephanie malah melompat ke air terjun dan berenang
bahagia di sana. Stephanie mengatakan bahwa ia tidak sempat liburan saat musim panas lalu
dan merasa terbayarkan dengan mandi di air terjun itu. Parker pun melepas mantelnya dan
datang menghampiri Stephanie seraya menjawab pertanyaan Stephanie dengan seadanya
karena dia juga tidak tau mereka sekarang lagi ada dimana.

Saat senang-senangnya berenang, Parker melihat ada seekor buaya dibelakang


Stephanie yang sedang berenang kearah mereka. Parker langsung berteriak, Stephanie
berbalik dan melihat buaya itu semakin dekat dengan dirinya. Parker dan Stephanie tanpa
aba-aba langsung berenang menuju daratan. Parker terlebih dahulu sampai ke daratan dan
berdiri menunggu Stephanie sambil berteriak agar Stephanie cepat menghampirinya. Saat
Stephanie samping ke daratan dan hendak berdiri, buaya itu malah membuka mulutnya lebar-
lebar dan siap memotong kaki Stephanie. Namun rencana buaya itu dapat digagalkan Parker
dengan membuang dua mantel yang berada didekatnya ke wajah si buaya hingga buata itu tak
dapat melihat apa. Parker kemudian membantu Stephanie berdiri dan langsung berlari lurus
ke depan mengikuti jalan tanpa tau arah dan tujuan. Tidak lama kemudian, buaya itu berhasil
menghempaskan kedua mantel yang dilemparkan oleh Parker padanya dan langsung
mengejar Parker dan Stephanie. Ajang lomba lari pun dimulai antara Parker- Stephanie dan
sang buaya ganas yg kelaparan. Stephanie melihat kebelakang, buaya yang kelaparan seperti
tidak makan selama 10 tahun itu tidak menyerah mengejar mereka. Parker menyuruh
Stephanie untuk tidak menoleh ke belakang dan tetep lari sekencang mungkin. Namun
sayang, bukannya berlari lebih kencang, Stephanie malah terjatuh karena tersandung oleh
kakinya sendiri. Parker yang sadar bahwa Stephanie terjatuh, kembali putar balik dan
menghampiri Stephanie. Kedua tangan Parker menarik baju Stephanie dan berlari dalam
keadaan mundur dan menatap sang buaya yang terus membuka mulutnya. Ketakutan tidak
lagi terhindarkan dari tubuh keduanya.

Tanpa sengaja, Parker tersandung oleh batu yang membuatnya jatuh ketanah juga,
sama seperti Stephanie. Detik-detik menegangkan pun dimulai, saat dimana Parker dan
Stephanie tidak bisa berbuat apa-apa sedangkan sang buaya yg kelaparan terus mendekati
mereka dengan mulutnya yang terbuka lebar. Parker dan Stephanie tidak bisa berbuat apa-apa
lagi selain pasrah dengan keadaan mereka yang akan menjadi santapan lezat seekor buaya
yang kelaparan. Namun saat Parker dan Stephanie memejamkan mata karena tidak sanggup
melihat buaya yang semakin mendekat ke arah mereka. Tiba-tiba mereka mendengar suara yg
lumayan keras. Saat mereka membuka mata, buaya yang ada dihadapan mereka telah mati
tertancap tombak besar. Parker dan Stephanie semakin terkejut ketika melihat beberapa
makhluk yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Ada seorang yang kedua kakinya
adalah kaki kuda, ada juga yg berkaki empat, berekor persis kuda namun bagian atasnya
manusia, dan ada juga kurcaci serta kerbau tapi bisa berdiri. Makhluk-makhluk tersebut
kemudian melangkah maju kearah Parker-Stephanie dan membuat Parker-Stephanie berdiri.
Seorang lelaki yang sudah cukup tua berkaki kuda kemudian memperkenalkan namanya,
Tumnus. Tumnus yang dianugerahi umur panjang oleh Aslan yang agung kemudian
menyakinkan Parker dan Stephanie bahwa mereka tidak berbahaya. Namun Parker-
Stephanie belum percaya hingga mr. Tumnus menyebutkan nama orang tua Parker -
Stephanie. Tuan tumnus mengatakan bahwa dirinya mengenal orang tua Parker dan Stephanie
dan menyebutkan namanya King Peter dan Queen Susan. Parker dan Stephanie heran
mengapa orang tersebut mengetahui nama orangtuanya mereka. Stephanie kemudian
mengatakan bahwa itu memang nama orangtua mereka tapi tidak yakin dengan embel-embel
Kings and Queen.

Tuan tumnus dan makhluk lainnya menghampiri mereka dan mengajak mereka
ketempat yang lebih aman. Parker- Stephanie kemudian yakin dan ikut bersama Tuan tumnus
serta yg lainnya. Di tengah perjalanan, tuan Tumnus bertanya kepada Parker dan Stephanie
bagaimana mana bisa mereka datang ke Narnia. Parker-Stephanie terkejut mendengar kata
Narnia. "Narnia" ucap keduanya bersamaan. Tuan Tumnus kemudian menjelaskan kepada
mereka bahwa tempat indah yang mereka tempati sekarang mamanya adalah Narnia. Parker
dan Stephanie setuju dengan perkataan tuan Tumnus yang menyatakan tempat ini indah.
Dimana hijau dedaunan dan pohon-pohon besar terlihat begitu rindang dan sejuk serta bunga-
bunga indah yang bermekaran dan tak lupa udara yang bersih nan segar terasa sopan masuk
ke hidung. Tuan Tumnus kembali bertanya bagaimana mereka bisa masuk ke Narnia. Parker
menjawab bahwa mereka juga tidak tau pasti, mereka hanya memasuki ruangan rahasia dan
menemukan sebuah pintu lalu membuka pintu tersebut dan mengikuti tangga yang ada di
balik pintu, dirumah milik profesor Digory Kirkle. Stephanie juga ikut menambah jawaban,
ia mengatakan hanya mengikuti suara teriakan yang mereka dengar. Stephanie kembali
bertanya kepada tuan Tumnus kenapa bisa mengenali orang tua mereka dan kenapa bisa ada
embel-embel king and Queen didepan nama orang tuanya mereka. Tuan tumnus kemudian
menceritakan bahwa dahulu kala Pevensie bersaudara adalah pahlawan bagi Narnia. Pevensie
bersaudara selalu ada setiap Narnia dalam keadaan terancam. Dan mengenai nama king and
Queen yang disematkan didepan nama orang tuanya mereka, tuan Tumnus mengatakan
bahwa itu adalah pemberian langsung dari Aslan. "Aslan" ucap Parker dan Stephanie.
Stephanie bertanya menggunakan isyarat kepada Parker namun Parker hanya menjawab
dengan mengangkat kedua pundaknya, yang berarti Parker juga tidak tau. Stephanie
kemudian bertanya kepada tuan Tumnus, siapa Aslan. Namun tuan Tumnus hanya menjawab
bahwa Parker dan Stephanie juga akan tau saat waktunya tiba.

Setelah jauh berjalan di hutan Narnia, tuan Tumnus menyuruh Parker dan Stephanie
menaiki tubuh Sufdor, manusia setengah kuda. Tuan tumnus juga menyuruh si kerbau
berjalan untuk menggendong tuan kurcaci dipundaknya. Setelah lama berjalan, matahari
tenggelam dan langit pun berganti menjadi gelap yang menandakan sebentar lagi malam akan
datang. Dan akhirnya mereka sampai ke pemukiman warga Narnia. Saat mereka sampai,
Parker dan Stephanie terkejut melihat sejauh mata memandang tidak ada satupun manusia
seperti diri mereka melainkan perpaduan manusia dan hewan serta hewan-hewan yg lazimnya
berjalan dengan empat kaki, ini malah berjalan dengan dua kaki Serta ada para kurcaci
ditengah-tengah warga tersebut. Parker dan Stephanie kemudian turun dari tubuh Sufdor.
Semua warga pemukim melihat mereka dengan seksama. Tuan Tumnus kemudian membawa
Parker dan Stephanie memasuki suatu rumah. Parker dan Stephanie begitu terkejut ketika
melihat didalam rumah itu ada Laina dan Edward. Parker, Stephanie, Edward dan Laina
kemudian saling tatapan dan tidak menyangka akan dipertemukan di dunia Narnia. Laina
yang tadinya duduk mengobati luka betis Edward seketika berdiri karena begitu bahagia
bertemu dua sepupunya yang lain. Tuan Tumnus kemudian menyuruh mereka istirahat
malam ini di rumah kayu tersebut. Anak-anak Pevennsie bersaudara kemudian saling
bertukar cerita mereka selama berada di Narnia. Mereka larut dalam cerita mereka dan
akhirnya tertidur pulas.

Saat mentari terbit dan memancarkan sinarnya yang tajam pun tiba, sinar itu
menembus rumah-rumah kayu yang ada di pemukiman Narnia. Termasuk juga menembus
rumah kayu tempat anak-anak Pevensie beristirahat. Sinar matahari itu membuat Laina
terbangun dari tidur panjangnya dan segera membangunkan semua sepupunya. Ketika
mereka semua sudah terbangun, tuan Tumnus datang membawa makanan untuk sarapan
mereka. Anak-anak Pevensie kemudian mengucapkan terimakasih kepada tuan Tumnus dan
memakan sarapan yang dibawa oleh tuan tumnus. Setelah selesai sarapan, anak-anak
Pevensie keluar dari rumah dan melihat warga pemukiman telah beraktivitas layaknya
manusia biasa. Ada yang memasak, memotong kayu, dan anak-anak yang sedang bermain.

Anak-anak pevensie kemudian menghampiri tuan Tumnus dan bertanya bagaimana


cara mereka bisa pulang. Namun tuan Tumnus menjawab bahwa ia sendiri tidak mengetahui
bagaimana cara memulangkan anak-anak pevensie. Edward lantas bertanya, jika tuan
Tumnus tidak tau, siapa lagi yang harus mereka tanya yang tau cara mereka bisa pulang.
Tuan Tumnus menjawab bahwa hanya Aslan yang bisa memulangkan mereka. Stephanie
langsung bertanya dimana mereka bisa bertemu Aslan. Tuan Tumnus hanya bisa menjawab
seadanya, karena memang tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan Aslan dimana
sekarang. Namun tuanTtumnus mengatakan bahkan ia akan menemani anak-anak pevensie
mencari Aslan. Tuan Tumnus, Kyodor, Sufdor dan beberapa manusia setengah kuda lainnya
ikut menemani anak-anak Pevensie mencari Aslan. Mereka semua pergi setelah mengambil
barang-barang yang mungkin akan mereka perlukan selama perjalanan seperti air, makanan
serta senjata untuk bertarung seperti tombak, panah dan pedang.

Disisi lain, Ratu Jadis yang telah mengumpulkan semua abdi setianya dari berbagai
penjuru tempat, siap berkumpul didepan gua. Ratu Jadis pun berpidato panjang lebar
dihadapan para pengikutnya, yg inti dari pidatonya adalah untuk memiliki Narnia seutuhnya,
menyerang kerajaan prince Caspian X (dibaca prince Caspian sepuluh) yang kini telah
menjadi Raja Caspian X. Penyerangan tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada nanti
malam saat orang-orang kerajaan sedang tertidur pulas. Sedangkan sekarang ini, Ratu Jadis
menyuruh para pengikutnya untuk mempersiapkan semua yang mereka butuhkan tanpa
kekurangan apapun dalam rencana penyerangan kerjaaan King Caspian X. Karena Ratu Jadis
tidak mau menerima kesalahan apapun. Perjalanan panjang telah dilalui oleh tuan Tumnus
untuk membawa putra-putri dari Pevensie menemui Aslan yang agung. Sebenarnya, tuan
Tumnus juga tidak yakin akan arah yang ia pilih, apakah akan bisa mempertemukan putra-
putri Pevensie dengan Aslan yang agung. Namun tuan Tumnus tetep berusaha sebaik
mungkin untuk hal tersebut agar putra-putri Pevensie bisa pulang kedunia mereka. Mereka
berjalan diantara pohon-pohon besar, tidak jarang mereka juga memetik buah-buah dari
pohon itu untuk mengembalikan stamina dalam perjalanan panjang ini. Tuan Tumnus selalu
bisa mencairkan suasana dengan bercerita keindahan Narnia serta betapa ajaibnya Narnia,
Tuan Tumnus juga menceritakan betapa menyenangkannya kehidupan di Narnia selama 15
tahun pemerintahan orang tua mereka yaitu King Peter, Queen Susan, King Edmund dan
Queen Lucy. Kedamian dan ketentraman menyelimuti Narnia. Tuan Tumnus menceritakan
cerita-ceriya tersebut agar putra-putri Pevensie tidak merasa bosan selama diperjalanan.

Setelah jauh berjalan, mereka harus dihadapkan dengan jalan buntu, dan satu-satunya
cara untuk tetap meneruskan perjalanan yaitu menggunakan jalan air. Fakta itu membawa
tuan Tumnus dan putra-putri Pevensie mengarungi sungai panjang dengan bantuan perahu
kecil. Hal itu membuat Kyodor, Sufdor dan yang lainnya tidak bisa ikut melanjutkan
perjalanan karena tubuh mereka tidak bisa berdamai dengan fakta yang ada. Jika mereka tetep
memaksakan untuk ikut dalam perahu itu, tidak hanya memang tidak cukup ruang tapi juga
kemungkinan besar adalah perahu itu akan tenggelam. Akhirnya mereka bersama-sama saling
merangkul berjalan menurun menuju sungai dibawah sana. Saat sampai di pinggiran sungai,
kyodor, Sufdor dan yang lainnya langsung menarik perahu yang berada tidak jauh dari tepi
sungai. Mereka masuk kedalam sungai dan menarik perahu itu hingga kedaratan. Namun
sayang, saat hendak menaiki perahu itu, ternyata perahu tersebut memiliki bagian-bagian
yang bolong dan membuat air selalu masuk kedalam perahu. Jika itu tidak diperbaiki
akibatnya akan sangat fatal, bisa-bisa tuan Tumnus dan putra-putri Pevensie akan tenggelam
saat menaiki perahu itu.

Akhirnya mereka semua secara bersama-sama mencari kayu-kayu kecil untuk


menutupi lobang-lobang tersebut. Setelah mengumpulkan kayu yang cukup banyak, Kyodor,
Sufdor dan yang lainnya akhirnya memperbaiki perahu itu, tidak hanya menutup lobang-
lobang yang ada pada perahu tersebut tapi juga memperkokoh perahu tersebut. Setelah selesai
memodifikasi perahu tersebut, tuan Tumnus menaiki perahu tersebut dengan lebih dulu dan
membantu Laina untuk naik keatas perahu. Setelan Laina naik dan duduk di perahu,
Stephanie juga menaiki perahu tersebut dengan dibantu oleh tuan Tumnus. Kini giliran para
kaum Adam yg menaiki perahu tersebut. Parker yg paling tua dari semua sepupunya,
mempersilahkan Edward untuk naik terlebih dahulu. Setelah Edward naik baru lah orang
terakhir yang menaiki perahu adalah Parker. Dikedua ujung perahu ada Parker dan Edward
dengan dayung dikedua tangan mereka, yang siap untuk membuat perahu itu berlayar.
Sedangkan Laina yang paling muda duduk ditengah diantara tuan Tumnus dan Stephanie.
Stephanie tepat didepan Edward dan tuan Tumnus berada tepat dihadapan Parker. Setelah
semua siap untuk berlayar, Kyodor, Sufdor dan yang lainnya mendorong perahu itu dari
daratan dan kini saatnya Parker dan Edward mendayung perahu itu untuk mencari Aslan yang
agung.

Setelah jauh mengarungi sungai dengan keindahan alam yang disajikan serta air
sungai yang bersih, akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang mungkin bisa melanjutkan
perjalanan mereka dengan berjalan kaki, karena Parker dan Edward pun sudah letih
mendayung dari tadi. Parker dan Edward pun mengarahkan perahu mereka kearah tepi
menuju daratan. Ujung perahu tempat Edward duduk adalah bagian yang pertama kali
mencapai daratan. Edward pun berdiri secara perlahan dan keluar dari perahu secara berhati-
hati, disusul oleh Stephanie kemudian Laina yg turun dibantu oleh Edward, selanjutnya yg
turun dari perahu adalah tuan Tumnus dan yang terakhir adalah Parker. Mereka kemudian
melanjutkan perjalanan menaiki bukit dan beristirahat untuk meregangkan tubuh mereka.

Disisi lain, Ratu Jadis berjalan-jalan bersama kurcaci sang abdi setia untuk melihat
sejauh mana perkembangan persiapan penyerangan kerjaan King Caspian X. Melihat semua
persiapan yang dilakukan semua abdi setianya yang hampir 100% sudah rampung, membuat
Ratu Jadis tersenyum dan sangat percaya diri bahwa penyerangannya nanti malam akan
berhasil total. Saat berjalan-jalan melihat persiapan, si kurcaci bertanya kepada Ratu Jadis,
siapa yang akan membuka pintu bagi mereka untuk memasuki istana nanti malam. Ia juga
memberi saran agar mengutus satu orang untuk menyampaikan pesan kepada anggota mereka
yang ada di istana agar menyusun rencana untuk membantu mereka membuka pintu gerbang
nanti malam. Namun Ratu Jadis tidak menyetujuinya dan memilih melakukannya sendiri.

Dilain sisi, di istana kerajaan King Caspian X, semua berjalan dengan seperti biasa.
Tidak ada yang istimewa. Semua orang beraktivitas sebagaimana mestinya. Penjaga gerbang
melakukan tugasnya menjaga gerbang. Para pengawal seperti biasa berpatroli dan berjaga-
jaga. Para pelayan dapur sibuk memasak makanan untuk anggota kerajaan di dapur. Semua
berjalan seperti hari-hari biasanya hingga seorang pemuda gagah berani dan tampan datang
dengan menunggangi kuda dan berpakaian layaknya pang lima perang. Pemuda yang tidak
diketahui identitasnya itu langsung menyuruh dua penjaga gerbang yang berjaga didepan
pintu gerbang untuk membuka pintu gerbang saat kedua penjaga itu menyilangkan tombak
tinggi yang ada di tangan kedua penjaga itu. Salah satu penjaga lantas bertanya kepada
pemuda tersebut tentang identitas pemuda itu dan ada perlu apa datang ke istana. Namun
pemuda itu justru menatap tajam mata si penjaga gerbang alih-alih menjawab pertanyaan si
penjaga gerbang. Hal itu dilakukan pemuda tersebut kepada kedua penjaga gerbang. Kedua
tatapan penjaga gerbang itu pun tiba-tiba menjadi kosong dan langsung melaksanakan
perintah pemuda itu tanpa berkata apa-apa. Pintu gerbang pun terbuka lebar untuk pemuda itu
dan langsung memasuki istana. Pemuda itu kemudian menuju bagian belakang istana dengan
lewat dari samping istana. Saat sampai di belakang istana, Pemuda itu kemudian langsung
memasuki istana dengan menggunakan pintu dapur. Saat melewati pintu dapur pemuda itu
secara tiba-tiba merganti wujud menjadi seorang wanita muda yang sangat cantik serta
menggunakan pakaian khas pelayan istana. Perempuan itu kemudian membawa secangkir
minuman dan berjalan keluar dari dapur dan menaiki anak tangga menuju salah satu kamar.
Setelah sampai di depan salah satu pintu kamar, perempuan itu membuka pintu hanya dengan
menatap tajam pintu tersebut. Pintu terbuka, dan perempuan itu langsung masuk ke ke kamar
dan menendang pintu kamar agar tertutup rapat. Ternyata tidak ada siapa-siapa di dalam
kamar tersebut, perempuan itu kemudian meletakkan cangkir yang ia bawa diatas meja kerja
yang ada di kamar tersebut dan berdiri didepan jendela seraya menatap ke bagian luar istana.

Tidak lama kemudian, pintu itu terbuka. Seorang pria yang sudah tidak muda lagi
memasuki kamar tersebut dan menutup pintu menggunakan tangannya. Saat ia berbalik, pria
itu sangat terkejud karena menemukan seorang wanita yang tidak muda lagi, cantik, kulit
putih seperti salju dengan gaun putih cantik serta tongkat es ditangan kanannya dan mahkota
indah diatas kepalanya, menambah kesan menawan, berdiri tepat di hadapannya. Yaps, Ratu
Jadis. Ratu Jadis lah yang berdiri tepat dihadapannya itu. Pria itu langsung bersujud
dihadapan Ratu Jadis dan bangkit setelah dipersilahkan Ratu Jadis untuk bangkit.

Pria itu kemudian berbasa-basi dengan mengatakan lama tidak bertemu dan bertanya
kepada Ratu Jadis apa ada sesuatu yang bisa ia lakukan untuk Ratu Jadis. Ratu Jadis
kemudian berjalan menuju pria itu dan memutarinya seraya berkata bahwa dia memerlukan
pria itu untuk menyelesaikan misinya. Ratu Jadis kemudian duduk di atas meja dan
menceritakan rencananya untuk menyerang kerajaan King Caspian X nanti malam. Ratu Jadis
juga menyuruh pria itu untuk membuka gerbang nanti malam saat para pengikutnya berada
didepan pintu gerbang. Sang pria tersebut langsung menyanggupi permintaan Ratu Jadis,
karena ia juga sudah lama menantikan kebangkitan Ratu Jadis. Setelah selesai merencanakan
penyerangan, Ratu Jadis kemudian berubah menjadi burung merpati putih nan indah dan
terbang melalui jendela kamar pria tersebut dan kemabli ke tempat pengikutnya berada.
Burung merpati putih yang indah itu kemudian berubah menjadi Ratu Jadis yang cantik saat
sampai ke permukaan tanah. Ratu Jadis kemudian mengumpulkan semua pasukannya karena
matahari pun kini hampir tenggelam. Semua monster dari berbagai bentuk mengerikan
hingga hewan-hewan seperti serigala, macan, ular, harimau hingga singa pun ikut berkumpul.
Ratu Jadis kemudian mengingatkan kembali bagaimana sistem penyerangan yang hendak
mereka jalankan. Ratu jakdis diakhir pidatonya menyerukan bahwa mereka akan menguasai
Narnia selamanya dan membasmi para pengkhianat. Kata-kata itu membuat semangat semua
pengikut Ratu Jadis berkobar menyala-nyala.

Disisi lain, tuan Tumnus dan para putra-putri Pevensie berhenti dalam perjalanan
mereka karena hari kian gelap. Karena saat malan tiba sangat sulit untuk melanjutkan
perjalanan. Mereka kemudian berpencar tidak jauh dari tempat mereka istirahat untuk
mencari kayu ataupun ranting kayu. Setelah mengumpulkan cukup banyak kayu dan ranting
kayu, mereka kemudian menyalakan api unggun. Tuan Tumnus menyalakan api unggun
dengan menggunakan dua batu kecil yang kemudian di gosok satu sama lain agar
memancarkan api. Putra-putri Pevensie sangat kagum melihat kemahiran tuan Tumnus yang
bisa membuat api dari batu dengan begitu cepat.

Malam pun tiba, cahaya rembulan menjadi penunjuk jalan dalam kegelapan malam.
Ratu Jadis dan semua pasukan monsternya hingga hewan-hewan melakukan perjalanan
menuju istana King Caspian X untuk mengambil alih kerajaan. Sedangkan kondisi dalam
istana sekarang ini masih tenang terkendali karena tidak ada satu pun yang tau tentang
penyerang yang akan dilakukan Ratu Jadis, kecuali pria pengkhianat yang ditemui Ratu Jadis
siang tadi. Pria yang merupakan pengikut Ratu Jadis kemudian mengumpulkan orang-orang
kepercayaannya di dalam kamarnya. Pria itu menceritakan pertemuannya dengan Ratu Jadis
dan menyuruh anggota-anggotanya agar bersiap-siap melakukan pemberontakan dan
membuka pintu gerbang ketika Ratu Jadis dan pasukannya telah berada didepan gerbang.
Pengikut Ratu Jadis yang ada di dalam istana kini mulai melancarkan aksinya dengan
membunuh semua perajurit yang ada di puncak-puncak istana agar tidak ada yang melihat
kedatangan Ratu Jadis dan pengikutnya. Setelah sukses membunuh semua perajut yang
berjaga di puncak istana, kini mereka beralih ke penjaga gerbang. Para pengkhianat itu
berjalan mengendap-endap menuju gerbang istana dari atas puncak istana. Saat sampai di atas
gerbang, mereka turun dengan begitu cepat dan membunuh kedua penjaga gerbang dengan
sekali pukulan.

Disisi lain Ratu Jadis dan seluruh pengikutnya mulai berjalan tanpa aturan menuju
istana. Mereka begitu semangat dan antusias dalam misi kali ini. Sepanjang jalan semua
monster-monster pengikut Ratu Jadis bersorak gembira sambil mengatakan hidup Ratu Jadis,
sang penguasa Narnia sejati. Ratu Jadis terlihat sangat tenang dengan senyum sinisnya serta
mata yang tidak berkedip sedikit pun. Semakin dekat jarak Ratu Jadis dan pasukanya dengan
istana, semangat mereka semakin membara juga. Sedangkan di dalam istana para
pengkhianat masih melancarkan aksi mereka, membunuh seluruh prajurit yang berjaga
malam itu. Setelah membunuh penjaga gerbang bagian luar, kini mereka membunuh empat
penjaga gerbang bagian dalam. Semua dibunuh dalam sekali sayatan kecil di setiap masing-
masing leher penjaga garbang. Meski sayatan pengkhianat itu berukuran kecil namun dampak
yang diakibatkannya sangat besar, yaitu berujung kematian. Setelah berhasil membunuh
penjaga gerbang bagian depan dan belakang serta berhasil membunuh prajurit di puncak-
puncak istana. Sasaran selanjutnya adalah para perajurit yang berjaga di lapangan istana.
Karena kondisi yang kondusif dan aman, para prajurit yang berjaga hanya sedikit dan hal
tersebut membuat para pengkhianat dengan mudah membunuh mereka tanpa jejak. Setelah
membunuh para prajurit di lapangan istana, para pengkhianat itu mengangkat tubuh para
prajurit ke tempat gelap agar tidak ada yang melihat mayat berserakan di istana yang bisa
menimbulkan kecurigaan.

Disisi lain, Tuan Tumnus dan putra-putri Pevensie yang telah berhasil membuat api
unggun, kini duduk mengelilingi api unggun. Tuan Tumnus pun bercerita tentang awal mula
orang tua mereka, Pevensie bersaudara datang ke Narnia dan cerita-cerita perang melawan
Ratu Jadis (The Chronicles of Narnia : The Lion, The Witch, and The Wardrobe), melawan
Calormen dan pasukannya (The Chronicles of Narnia : The Horse adn His Boy), melawan
paman prince Caspian X yaitu Miraz yang berkhianat (The Chronicles of Narnia : Prince
Caspian) dan juga peperangan di kapal melawan ular laut raksasa (The Chronicles of
Narnia : Voyage of The Dawn Treader). Putra-putri pevensie sangat antusias mendengarkan
cerita tuan Tumnus, sesekali mereka juga memperagakan ulang yang dilakukan orang tua
mereka berdasarkan cerita tuan Tumnus. Canda tawa menemani mereka dalam malam yang
sunyi dibawah sinar sang rembulan.

Disisi lain. Tidak lama kemudian, yang dinanti-nanti akhirnya tiba,Ratu Jadis beserta
Monster-monster dan hewan-hewan pengikutnya telah berada tepat satu langkah dari gerbang
istana Caspian. Dua pengkhianat istana yang telah berhasil membunuh penjaga gerbang kini
menyambut Ratu Jadis dan para pengikutnya dengan bersujud. Kedua pengkhianat itu
kemudian berdiri, salah satu pengkhianat itu lalu mengetuk pintu gerbang itu tiga kali sebagai
kode untuk pengkhianat yang berada dibalik pintu gerbang agar membuka pintu gerbang.
Pengkhianat yang berada di balik gerbang langsung menarik sebuah tali besar yang membuat
pintu gerbang itu naik keatas. Setelah menerima kode yang diberikan pengkhianat dari luar
gerbang. Pintu gerbang yg begitu lebar dan pajang menjulang tinggi secara perlahan naik
keatas. Dan akhirnya, gerbang tersebut terangkat sepenuhnya. Ratu Jadis langsung
menyerukan kata serang dan seluruh pengikutnya langsung masuk istana dan membunuh
semua orang yang mereka lihat secara brutal. Mendengar keributan diluar, para prajurit yang
berada didalam istana seketika keluar dan terkejut dan bingung, mereka lalu saling melempar
pertanyaan mengenai monster-monster aneh yang berada dihadapan mereka karena belum
pernah melihat makhluk yang mengerikan seperti itu. Melihat penyerangan yang dilakukan
Ratu Jadis. Sebagian prajurit yang memiliki jiwa pemberani langsung membalas balik
serangan yang diluncurkan oleh monster-monster Ratu Jadis. Sedangkan prajurit yang tidak
cukup berani untuk melawan lebih memilih kabur kembali kedalam istana namun sayang,
usaha mereka digagalkan oleh hewan-hewan liar Ratu Jadis yang kelaparan. Prajurit-prajurit
pengecut itu menjadi santapan para hewan buas Ratu Jadis.

Seorang pria tua yang terbangun karena mendengar keributan dari luar langsung
berdiri dan melihat kearah jendela. Pria tua tersebut adalah Dr Cornelius, orang yang masih
ada keturunan asli Narnia yang juga dianugerahi umur panjang oleh Aslan yang agung. Dari
jendela terlihat hanya pemandangan yang tidak sedap dipandang yang ada, melihat kekacauan
itu Dr Cornelius langsung berlari keluar kamar dan menuju kamar King Capaian X. Dr
Cornelius langsung mendorong pintu king Caspian X secara paksa hingga merusak
pengganjal pintu. Dr Cornelius lantas membangun king Caspian X yang masih tertidur. King
Caspian yang balum sadar seutuhnya heran dan bertanya apa yang sedang terjadi. Dr
Cornelius kemudian menjelaskan kondisi diluar sangat tidak aman karena ada Ratu Jadis dan
para monster pengikutnya yang sedang melakukan penyerangan di istana. Saat king Caspian
X ingin turun kebawah dan melawan Ratu Jadis, Dr Cornelius langsung menghentikan niat
king Caspian X dan menyakinkannya bahwa king Caspian X tidak mungkin bisa melawan
Ratu Jadis yang sangat kuat. Jalan satu-satunya yang bisa dilakukan saat ini adalah kabur dan
menyelamatkan diri serta sang pangeran, Prince Rillian. Namun king Caspian X bersikukuh
ingim melindungi rakyatnya. Lagi dan lagi, Dr Cornelius meyakinkan king Caspian X agar
cepat-cepat kabur dan membawa pangeran Rillian, karena jika king Caspian X tetap saja
ngotot untuk melawan Ratu Jadis, yang ada Ratu Jadis akan membunuh semua orang yang
tidak mau bersujud kepadanya termasuk king dirinya, King Caspian X serta Prince Rillian.
Dan jika hal tersebut terjadi maka keturunan asli akan musnah dan tidak akan ada yang bisa
melawan Ratu Jadis dan jika hal tersebut terjadi maka akan membuat Ratu Jadis menjadi
penguasa kerajaan dan seluruh Narnia. Dr Cornelius menyarankan agar sekarang mereka
kabur menyelamatkan diri dan setelah itu mengatur siasat untuk membalas penyerang Ratu
Jadis dan merebut kembali kerjaan.

Akhirnya king Caspian X berhasil diyakinkan oleh Dr Cornelius dan berlari keluar
kamar, namun saat di pintu kamar, king Caspian X kembali berlari kedalam kamar menuju
sebuah lemari miliknya. King Caspian X membuka lemari kayu besar itu dengan kedua
tangannya dan mengambil sebuah tas besar. Setelah itu king Caspian X dan Dr Cornelius
berlari keluar kamar dan menuju kamar sang pangeran. Saat hendak membuka pintu kamar
pangeran, tak diduga-duga ternyata sang pangeran keluar dari kamar dan mengejutkan
ayahnya king Caspian X dan Dr Cornelius yg berdiri disebelah kanan ayahnya. Sang
pangeran pun bertanya apa yg sedang terjadi kenapa diluar terjadi keributan. King Caspian X
langsung menarik tangan putranya dan berjanji akan menceritakan semuanya saat mereka
telah keluar dari istana. Sang pangeran yang belum sempat mengiyakan ataupun menolak
ajakan sang ayah langsung ikut berlari bersama king Caspian X karena tangannya
digenggam kuat oleh king Caspian X begitu erat. Mereka bertiga kemudian berlari melewati
koridor dekat dapur menuju sebuah pintu yang jauh dihadapan mereka. Setelah sampai di
depan pintu itu, king Caspian X langsung mendobrak pintu itu dengan kakinya karena tangan
kirinya menggenggam tangan putranya dan tangan lainnya memegang tali tas yang ia
sandang. King Caspian X, putranya Prince Rillian dan Dr Cornelius memasuki kamar
tersebut. Dr Cornelius kemudian menggeser kayu berbentuk kotak yang ada dilantai dan
menyuruh king Caspian X dan sang pangeran untuk masuk duluan. Setelah king Caspian X
dan putranya memasuki jalan rahasia itu, kini giliran Dr Cornelius masuk, setelah ia masuk,
Dr Cornelius tidak lupa untuk menggeser kembali kayu berbentuk kontak itu ketempatnya
dengan rapat, yang berarti menutup pintu masuk jalan rahasia. Mereka bertiga kemudian
berlari lurus mengikuti jalan rahasia dalam keadaan gelap gulita tanpa pencahayaan sedikit
pun.

Disisi lain, si pengkhianat yang dijumpai Ratu Jadis tadi siang merasa kesal dan
frustasi ketika ia melihat kamar king Caspian X kosong. Si pengkhianat itu kemudian berlari
menuju kamar sang pangeran dan lagi lagi ia mendapati kamar tersebut kosong. Si
pengkhianat langsung berlari menuju lapangan istana untuk menemui Ratu Jadis. Si
pengkhianat itu menjumpai Ratu Jadis yang sedang tersenyum ditengah perang yang
berkecamuk. Saat ini istana terbelah menjadi dua kubu. Prajurit sejati istana dan dikubu lain
ada Ratu Jadis beserta monster-monster, hewan-hewan buas hingga prajurit-prajurit istana
yang berkhianat. Korban dari peperangan dadakan ini tidak sedikit, sangat banyak korban
berjatuhan baik dari sisi istana maupun dari sisi Ratu Jadis. Sang pengkhianat tadi kemudian
menghampiri Ratu Jadis dan memberitahu bahwa King Capaian X dan sang pangeran telah
menghilang. Ratu Jadis kemudian marah dan menampar pembawa berita itu diiringi kata-kata
kasar. Ratu Jadis kemudian berlari menuju dalam istana meninggalkan medan perang dan
diikuti si pengkhianat dari belakang. Mereka berlari kesana-kemari mencari keberadaan
Caspian X dan sang pangeran. Namun tidak ada hasil dari pencarian itu, Ratu Jadis pun yakin
bahwa Caspian X dan putranya telah melarikan diri. Ratu Jadis sangat murka akan hal itu
karena menurut Ratu Jadis ia harus melenyapkan Caspian X dan sang pangeran jika ingin
menjadi penguasa abadi. Karena selama Caspian dan keturunannya masih ada, perang
melawan kekuasaannya akan selalu terjadi dan kekuasaannya akan goyah kembali. Si
pengkhianat pun memanggil Ratu jakdis karena melihat sebuah pintu kamar yang terbuka di
ujung koridor dekat dapur. Ratu Jadis kemudian berlari menuju pintu kamar tersebut dan
memasukinya. Namun tidak ada yang istimewa dari kamar tersebut. Ratu Jadis kemudian
meraba-raba ruangan tersebut berharap menemukan petunjuk hingga tumit sepatu Ratu Jakdis
tertancap disebuah kayu berbentuk kotak. Ratu Jadis kemudian mengangkat kakinya secara
paksa dan tentu saja berhasil. Bekas tumit sepatu Ratu Jadis meninggalkan lobang di kayu
berbentuk kotak tersebut. Ratu Jakdis kemudian merusak kayu berbentuk kotak itu dengan
tongkat sihirnya dan tentu saja Ratu Jadis melihat jalan rahasia. Ratu Jadis langsung
melompat kebawah dan berlari menuju ujung jalan rahasia tersebut. Dan tentu, si pengkhianat
juga mengikuti langkah Ratu Jadis.

King Caspian, sang pangeran dan Dr Cornelius yang duluan melarikan diri melalui
jalan rahasia kini menemukan ujung dari jalan tersebut. Saat mereka sampai diujung jalan
rahasia, mereka menyingkirkan dedaunan tebal yg menutupi jalan rahasia serta
menghempaskan sarang laba-laba yang ada di depan mereka. Setelah berhasil menyingkirkan
semua penghalang, mereka langsung dihadapkan dengan hutan. Walaupun tanpa arah dan
tujuan, Caspian X, sang pangeran dan Dr Cornelius tetep berlari sejauh mungkin
meninggalkan istana. Saat dalam pelarian itu, mereka menemukan dua kuda, satu berwarna
hitam jantan dan yang satunya berwarna coklat jantan, sedang makan dan terikat di pohon.
King Caspian X kemudian melepaskan tali yang mengikat kuda hitam itu sedangkan sang
pangeran melepaskan tali yang mengikat kuda coklat. Setelah tali pengikat kuda itu terlepas,
king Caspian X langsung menaiki kuda hitam itu sementara sang pangeran dan Dr Cornelius
menaiki kuda coklat. Mereka kemudian melanjutkan pelarian itu menggunakan kuda.
Sedangkan Ratu Jadis dan si pengkhianat baru saja memasuki hutan setelah keluar dari jalan
rahasia. Ratu Jadis kemudian menyihir dua serangga yang ada didekatnya menjadi kuda yang
bisa ia dan si pengkhianat tunggangi mencari King Caspian X dan sang pangeran. Dalam
pengejaran itu, Ratu Jadis dihadapkan oleh dua jalan yang berbeda arah. Walaupun sempat
bingung, Ratu Jadis kemudian memilih jalan sebelah kiri dan diikuti oleh si pengkhianat.
Mereka terus mengejar Caspian dan sang pangeran, namun sayang jalan yang dipilih Ratu
Jadis dan si pengkhianat salah. Jalan yang dipilih King Caspian X dan sang pangeran serta Dr
Cornelius ternyata jalan sebelah kanan.

Namun ketidakberuntungan tidak selamanya memihak Ratu Jadis. Saat Ratu Jadis
tidak mendapatkan buronannya yaitu King Caspian X dan sang pangeran, Ratu Jadis justru
menemukan Tuan Tumnus dan putra-putri Pevensie. Melihat pemandangan yang indah itu
Ratu Jadis tertawa terbahak-bahak hingga membangunkan tuan Tumnus dan putra-putri
Pevensie. Tuan Tumnus dan putra-putri Pevensie yang terbangun seketika berdiri. Ratu Jadis
kemudian turun dari kudanya dan berjalan mendekati Taun Tumnus dan yg lainnya. Ratu
Jadis langsung berbasa-basi kepada taun Tumnus dengan mengucapkan "Long Time No see
Mr. Tumnus". Tuan Tumnus dan putra-putri Pevensie berjalan mundur setiap Ratu Jadis
maju satu langkah mendekati mereka. Edward bertanya kepada Tuan Tumnus apakah wanita
yang berada didepan mereka sekarang ini adalah penyihir jahat, Ratu Jadis. Ratu Jadis
langsung menjawab pertanyaan Edward " that's right handsome boy. Tapi kamu harus
menghilangkan kata-kata penyihir jahat. Aku tidak jahat, malah sebaliknya aku sangat baik
hati. Understand Edmund's son. Oh no, Mr. Tumnus common, apa yang telah kau ajarkan
kepada anak-anak. Jangan ajari mereka hal-hal buruk apalagi mmebenci orang yang belum
pernah mereka temui. You are so cruel Mr. Tumnus. Kau membuat dirimu menjadi orang
jahat disini tuan Tumnus. Apa kamu tidak menyadari itu?". Alih-alih menjawab perkataan
Ratu Jadis, Tumnus malah menyuruh Ratu Jadis untuk tidak mendekat. Parker yang
mengambil ranting kayu hendak melawan Ratu Jadis namun dihentikan oleh Stephanie dan
mengatakan kepada Parker bahwa dia tidak mungkin bisa memang melawan Ratu Jadis.
Melihat perlawanan Parker mengingatkan Ratu Jadis kepada Peter, ayah Parker. "Apa yang
hendak kau lakukan little boy? Apa kau yakin bisa mengalahkan ku dengan rantai kayu tak
berdaya itu, Peter's son?". "Ouhh, who is that's girl? sambung Ratu Jadis menunjuk
Stephanie. "hmm.. you are so pretty girl like your mother, Susan And the last little girls is
Lucy's daughter, right"

Ratu Jadis kemudian tertawa melihat pemandangan yang ada didepannya. Ratu Jadis
tidak menyangka akan bertemu dengan keturunan musuh bebuyutannya dalam kondisi seperti
ini. Saat Ratu Jadis mengangkat tongkat sihirnya dan menyerang tuan Tumnus yang menjadi
benteng pertahanan putra-putri Pevensie, tiba-tiba dari arah barat melayang sebuah anak
panah yng membuat tongkat sihir Ratu Jadis terlepas dari genggaman Ratu Jadis. Ratu Jadis
kemudian melihat dari arah datangnya anak panah itu. Disana telah ada seorang pemuda
bertubuh setengah kuda berdiri dengan gagah berani. Pemuda setengah kuda itu pun berlari
menuju Ratu Jadis. Ratu Jadis segera mengambil tongkat sihirnya dan langsung mengerang
pemuda setengah kuda itu. Pemuda setengah kuda itu berhasil menghindari semua serangan
Ratu Jadis dan berdiri tegap sebagai benteng baru bagi Tuan Tumnus dan anak-anak
Pevensie. Pemuda setengah kuda itu kemudian menyuruh Tuan Tumnus dan anak-anak
Pevensie agar segera melarikan diri meninggalkan tempat tersebut. Tuan Tumnus dan putra-
putri Pevensie kemudian langsung berlari meninggalkan Ratu Jadis dengan pemuda itu dalam
pertarungan yang sengit. Ratu Jadis lalu menyuruh si pengkhianat menangkap tuan Tumnus
dan putra-putri Pevensie. Sang pengkhianat pun langsung naik keatas kudanya dan mengejar
tuan Tumnus dan yang lainnya.

Sekencang-kencangnya lari tuan Tumnus dan keturunan Pevensie, tetap tidak bisa
mengalahkan larian kuda. Saat kaki sudah tidak bisa diajak berkompromi dan tidak ada jalan
yang pasti untuk membawa mereka ke tempat yang aman. Tuan Tumnus kemudian berteriak
lompat, seketika semuanya melompat tanpa terkecuali. Mereka melompat dari batu besar dan
bersembunyi dibalik batu besar tersebut. Sedangkan kuda si pengkhianat, pengikut Ratu Jadis
tetap berlari melewati mereka. Namun belum jauh jarak diantara tuan Tumnus dan si
pengkhianatan, Laina tidak sengaja menginjak ranting kayu yang kering hingga menimbulkan
suara. Suara ranting kayu itu terhembus oleh angin hingga masuk kedalam telinga si
pengkhianat. Si pengkhianat kemudian menarik tali kudanya untuk berhenti dan putar balik
menuju asal suara itu. Tuan Tumnus yang melihat pergerakan si pengkhianat yang putar arah
dan menuju mereka, langsung menyuruh semuanya untuk kembali berlari. Saat mengejar tuan
Tumnus dan keturunan Pevensie, si pengkhianat beberapa terhalang oleh ranting-ranting
pohon yang besar-besar, hingga akhirnya si pengkhianat tersebut terjatuh dari kudanya karena
terbentur oleh ranting pohon besar. Kesempatan tuan Tumnus dan keturunan Pevensie untuk
melarikan diri dari musuh semakin besar. Saat meresa berada di jalan buntu, tuan Tumnus
menyarankan untuk masuk kedalam lobang besar yang ada dihadapan mereka. Satu persatu
keturunan Pevensie masuk dalam lubang tersebut dimulai dari Laina, Edward, Stephanie dan
Parker hingga akhirnya Mr Tumnus pun masuk kedalam lubang tersebut.

Ratu Jadis yang memenangkan pertaungan melawan pemuda setengah kuda, menyihir
sang pemuda setengah kuda menjadi batu kemudian datang menemui si pengkhianat,
pengikutnya. Ratu Jadis begitu murka melihat pengikutnya yang pingsan tak sadarkan diri
diatas tanah dan gagal menangkap Mr Tumnus dan keturunan Pevensie.
Disisi lain, tuan Tumnus dan anak-anak keturunan Pevensie yang masuk dalam
lobang, ternyata lobang tersebut sangat dalam. Mereka meluncur seperti main perosotan.
Mereka berteriak sekencang-kencangnya dalam lobang tersebut yang meluncur terus menerus
dan berputar-putar. Setelah cukup lama dalam perosotan lubang, akhirnya mereka keluar
dengan saling bertubrukan. Mereka kemudian berdiri dan melihat tempat yang mereka
datangi sangat gelap dan tanpa cahaya sedikitpun. Tuan Tumnus kemudian mengeluarkan
sebuah senter dari tasnya dan menyinari tempat tersebut. Parker lantas bertanya, dimana
mereka saat ini dan tempat apa yg mereka datangi itu. Mr. Tumnus yang kurang tau pun
hanya bisa menjawab seadanya, namun yg pasti mereka sekarang ini sedang berada dalam
goa. Edward lalu bertanya, dari mana Mr tumnus mendapatkan senter itu?. Mr tumnus yang
akhirnya tau nama dari benda yang selalu ia jaga begitu senang, pasalnya selama ini dia
bingung untuk memanggil dengan sebutan apa benda tersebut. Mr tumnus menjawab bahwa
benda yang berada ditangannya adalah milik king Edmund yang tertinggal saat melakukan
penyerangan terhadap paman King Caspian X di istana. Benda tersebut disimpan selama ini
dipemukiman.

Mr Tumnus kemudian menunjukkan keturunan Pevensie lukisan-lukisan dinding yang


menceritakan dari awal perjuangan orang tua mereka, Pevensie bersaudara selama di Narnia.
Akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan di dalam gua tersebut dan Mr tumnus
menghidupkan satu obor yang berada di dinding dengan menggunakan batu. Setelah berhasil
membuat api dari percikan batu dan membakar obor tersebut selanjutnya tuan Tumnus
menyalakan semua obor yang ada di setiap dinding gua. Kini mereka sudah tidak berada di
kegelapan lagi. Laina yg melihat batu besar terbelah dua dihadapannya langsung duduk atas
dibatu itu dan bertanya batu apa itu. Mr Tumnus kemudian menjelaskan bahwa batu besar
tersebut adalah stone table, dulunya batu itu utuh tanpa retakan sedikit pun. Namun saat
Aslan mengorbankan dirinya untuk menembus dosa king Edmund yang dituduh berkhianat,
Aslan yang agung dilucuti oleh Ratu Jadis yang jahat dan para monster pengikutnya. Mereka
mencukur habis semua bulu Aslan yang agung dan membunuhnya dengan sangat sadis.
Namun pengorbanan suci Aslan membuat stone table terbelah menjadi dua dan
menghidupkan kembali Aslan yang agung. Aslan menjelaskan bahwa "ketika seorang
korban yang dengan sukarela meskipun tidak melakukan kesalahan dihukum mati sebagai
ganti si penghianat, Meja Batu akan pecah, dan kematian akan berjalan dengan arah
sebaliknya." Laina langsung menangis mendengar cerita itu, Parker yg berada disebelah
Laina langsung memeluk Laina. Mereka kemudian beristirahat didalam gua itu untuk
sementara waktu. Malam yang panjang mereka lewati dengan penuh kecemasan.

Saat sang fajar mulai menyapa dunia, sinarnya menembus gua tempat Mr tumnus dan
keturunan Pevensie istirahat. Sinar mentari yang menembus gua langsung mendarat tepat
diwajah Laina, yang membuatnya terbangun dan sadar bahwa hari telah berganti. Laina
kemudian berdiri dan mengikuti arah cahaya itu. Setelah sampai ke titik cahaya itu berasal,
Laina berusaha menyingkirkan batu-batu besar penutup mulut gua namun sayang tidak
berhasil. Tubuhnya tidak cukup kuat untuk melakukan pekerjaan keras itu. Laina akhirnya
memilih untuk membangunkan para sepupunya dan Mr Tumnus. Parker yang langsung
bangun setelah dibangunkan oleh Laina langsung membangun Edward. Sedangkan Laina
membangun Stephanie dan Mr. tumnus. Laina kemudian memberi tahu jalan keluar dari gua
dengan menunjuk arah cahaya yang menembus gua. Parker dan yang lainnya langsung berdiri
dan berjalan menuju cahaya tersebut. Parker dan Edward kemudian secara bersama-sama
menyingkirkan batu demi batu besar yang menutup mulut gua dengan suara khas mereka.

King Caspian X, sang pangeran dan Dr Cornelius yang ternyata berada di luar gua
mendengar suara teriakan Parker dan Edward yang sedang menyingkirkan bebatuan besar
penutup mulut gua. King Caspian X kemudian mengeluarkan pedangnya untuk berjaga-jaga
jika sesuatu yang membahayakan keluar dari gua tersebut. Sang pangeran dan Dr Cornelius
berada dibelakang King Caspian X, mereka memperhatikan gua yang ada dihadapan mereka
secara seksama. Keadaan seperti ini berlangsung berapa lama hingga akhirnya Parker dan
Edward berhasil menyingkirkan batu besar penghalang masuknya cahaya mentari kedalam
gua. Setelah Parker dan Edward berhasil menyingkirkan sebagian batu dan menciptakan pintu
keluar, Parker adalah orang yang duluan keluar karena ia merasa orang yang paling
bertanggungjawab atas sepupu-sepupunya karena ia yang paling tua. Setelah Parker berhasil
keluar dengan mulus tanpa gangguan sedikit pun, Parker kemudian membantu Laina keluar
dari gua itu secara perlahan dan hati-hati. King Caspian X bingung melihat pemandangan
yang ia lihat, tanda tanya besar menghampiri kepalanya, siapa mereka?. Namun ia tetep diam
ditempat dan masih menodongkan perangnya sebagai pertahanan diri. Setelah Laina keluar,
selanjutnya adalah Stephanie dan dilanjutkan oleh Edward hingga akhirnya Mr tumnus
menjadi orang yang terakhir keluar dari gua itu dengan selamat.

Mr tumnus dan keturunan Pevensie begitu kaget ketika mereka berbalik dan melihat
tiga orang dihadapan mereka. Mr tumnus yang mengenali King Caspian X langsung berlutut
seraya berkata yang mulia. Keturunan Pevensie yang masih bingung namun tetap mengikuti
Mr tumnus belutut dihadapan King Caspian X. King Caspian X yang tidak mengenali mereka
lantas bertanya siapa mereka. Mr tumnus kemudian memperkenalkan dirinya serta putra-putri
Pevensie. "Saya Tumnus yang mulia. Disebelah saya Laina putri Queen Lucy, Sebelahnya
Edward putra king Edmund, dan yang itu Stephanie putri Queen Susan (sambil menunjuk
Stephanie dengan jari telunjuknya), dan yang terakhir yang paling ujung ada Parker putra
dari king Peter".

Setelah mendengar perkenalan Mr Tumnus, King Caspian X langsung percaya tanpa


ragu karena ia pun merasa melihat Pevensie bersaudara dalam diri putra-putri Pevensie.
Terlebih Stephanie, King Caspian X serasa melihat kembali Susan saat muda, cinta
pertamanya. King Caspian X kemudian memasukkan pedangnya kembali ke tempat semula
dan kembali bertanya kepada mereka, tepatnya kepada putra-putri Pevensie, bagaimana dan
sedanga apa disini?. Prince Rillian, putra King Caspian X bingung melihat wujud Mr tumnus
yang belum pernah ia lihat sebelumnya namun memilih untuk menahan pertanyaannya.
Belum sempat menjawab pertanyaan King Caspian X, Mr Tumnus menawarkan agar masuk
kedalam gua karena saat ini didalam sana adalah tempat teraman dari kejaran Ratu Jadis.
King Caspian X terkejut dan mengatakan bahwa mereka juga dalam masa pelarian dari
kejaran Ratu Jadis. Mr tumnus kemudian mempersilahkan King Caspian X, sang pangeran
dan Dr Cornelius berjalan didepan mereka dengan membungkukkan tubuhnya 30°. Saat
sampai di depan mulut gua, King Caspian X bertanya lagi, apakah tidak perlu menyingkirkan
semua batu yang menghambat pintu masuk kedalam gua. Dr Cornelius yang berada
dibelakang King Caspian X langsung menjawab agar tidak perlu menyingkirkan bebatuan
yang ada di mulut gua dan masuk kedalam gua melalui jalan keluar yang tadi digunakan oleh
Mr tumnus dan putra-putri Pevensie. Dr Cornelius memiliki alasan yang sangat masuk akal
dalam mendukung argemennya, yaitu agar gua itu tidak terlihat mencolok bagi siapapun yang
melihatnya dan agar tidak ada orang yang menyadari bahwasanya ada orang yang sedang
bersembunyi didalam gua, dengan begitu mereka akan aman didalam gua. Mr Tumnus setuju
dengan saran Dr Cornelius, begitu pun King Caspian X. King Caspian X kemudian masuk
kedalam gua dengan hati-hati. Saat telah memasuki gua, King Caspian X kemudian
membantu dari dalam agar pewaris tahta satu-satunya yaitu sang pangeran masuk kedalam
gua dengan selamat. Selanjutnya putra-putri Pevensie kembali lagi masuk kedalam gua
padahal mereka baru saja keluar, hingga yang terkahir memasuki gua Mr tumnus pun masuk
kedalam gua dengan aman. Mereka saling membantu satu sama lain agar selamat memasuki
gua tersebut.

Didalam gua, King Caspian berkeliling melihat lukisan dinding gua yang
menggambarkan bagaimana perjuangan panjang Pevensie bersaudara dalam menyelamatkan
Narnia dari semua musuh-musuh yang mematikan. Caspian kemudian duduk di Stone table
dan sang pangeran datang menghampiri King Caspian X dan juga duduk di stone table yang
terbelah dua, duduk tepat disebelah ayahnya, King Caspian X. Mr tumnus dan Dr Cornelius
duduk di batu yang ada didalam gua serta Stephanie dan Laina duduk berdekatan tanpa jarak
di batu lain dalam gua sedangkan Parker dan Edward berdiri berhadapan dengan jarak yang
jauh. Mereka semua mengelilingi King Caspian X dan putranya, Prince Rillian. King
Caspian X kemudian menceritakan kisahnya yang dikejar oleh Ratu Jadis. King Caspian X
mengatakan bahwa ia juga tidak tau akan ada penyerangan terhadap istana yang dilayangkan
oleh Ratu Jadis. Dr Cornelius langsung ikut nimbrung dalam cerita itu, Dr Cornelius
menuturkan pembantaian yang sangat brutal yang dilakukan Ratu Jadis terhadap prajurit
kerajaan bahkan tidak hanya prajurit namun semua yang mereka liat di istana. Dr Cornelius
kemudian mengatakan bahwa ia sangat takut melihat betapa kuatnya Ratu Jadis dan langsung
membangunkan King Caspian X dan sang pengeran untuk kabur menyelamatkan diri melalui
jalan rahasia yang tidak ada seorang pun yang tau akan jalan rahasia itu. Dr Cornelius juga
menuturkan bahwa jalan rahasia itu dibangun oleh kakeknya ayah King Caspian X untuk
jalan menyelamatkan diri jika ada peperangan dahsyat yang mungkin tidak bisa dimenangkan
oleh pihak istana. Namun ia bingung kenapa Ratu Jadis dan pengikutnya bisa menemukan
jalan itu. King Caspian X langsung menyambung cerita pria tua itu dengan beranggapan
bahwa Ratu Jadis kemungkinan besar memilih jalan yang berbeda dengan mereka yaitu jalan
sebelah kiri, sedangkan mereka memilih jalan sebelah kanan. "Dan jalan itu lah yang
mengantarkan Ratu Jadis dan pengikutnya menemukan kami" Potong Mr. Tumnus.

Dr Cornelius bingung dan bertanya pengikut seperti apa yang dibawa oleh Ratu Jadis,
karena jalan rahasia itu dibuat sekecil mungkin agar hanya manusia yang bisa berjalan
rahasia itu. Pria tua itu juga mengatakan bahwa Monster-monster pengikut ratu hadis tidak
mungkin bisa masuk kedalam jalan rahasia, hanya dua jenis pengikut Ratu Jadis yang bisa
masuk kedalam jalan rahasia yaitu antara kurcaci atau hewan-hewan ganas milik Ratu Jadis.
Parker lantas menjawab bahwa pengikut ratu jakdis yang mengejar mereka adalah manusia
bertubuh tegap dan memakai baju seperti baju perang kerajaan. Setelah mendengar
pernyataan Parker, King Caspian X Langsung meyakini bahwa yang dimaksud oleh Parker
adalah salah satu dari orang yang memiliki kekuasaan di istana, tapi ia tidak yakin pasti siapa
orang tersebut. King Caspian X juga mengatakan bahwa Ratu Jadis tidak mungkin berkerja
sama dengan orang sembarangan yang tidak memilki potensi kuat untuk membantu
ambisinya memiliki kerajaan dan juga Narnia.

Caspian kemudian ingat pertanyaannya saat diluar gua dan menanyakan kembali
pertanyaan itu, bagaimana dan sedang apa putra-putri pevensie di Narnia. Laina menjawab
bahwa ia dan Edward tidak sengaja menemukan pintu didalam ruangan rahasia di rumah
milik Profesor. Berakhir di air terjun. Stephanie dan Parker juga mengutarakan jawaban yg
hampir sama dengan Laina dan Edward, mereka hanya ingin mencari suara teriakan yg
mereka dengar namun malah berkahir di Narnia. Caspian lalu bertanya kembali kepada Mr
Tumnus, kemana tujuan dari perjalanan mereka sebelum Ratu Jadis mengejar mereka. Mr
Tumnus menjawab bahwa tujuan perjalanan mereka adalah untuk menemukan Aslan yang
agung dan meminta bantuan Aslan agar membantu putra-putri Pevensie kembali ke dunia
mereka. Anak Caspian, sang pangeran yang tidak mengerti tentang percakapan ayahnya dan
tuan Tumnus lalu bertanya, siapa Aslan?. King Caspian X kemudian menjawab pertanyaan
putranya bahwa Aslan yang agung adalah penguasa sejati Narnia. Sang pangeran kembali
bertanya dimana Aslan sekarang. Mr tumnus kemudian menjawab pertanyaan sang pangeran
dengan pasrah sesuai fakta yang ada bahwa tidak satupun orang maupun makhluk lainnya
yang tau dimana keberadaan Aslan yang agung.

Sekali lagi, sang pangeran kembali bertanya, makhluk apa Mr tumnus, kenapa kedua
kakinya tidak seperti kaki manusia pada umumnya namun lebih terlihat seperti kaki kuda. Dr
Cornelius kemudian menceritakan sebuah cerita, ia mengatakan bahwa setelah paman King
Caspian X yang berkhianat kepada Caspian terkalahkan oleh Pevensie bersaudara dengan
bantuan bangsa Narnia dan tentunya atas bantuan Aslan yang agung yang mengaum,
membangkitkan dewa air kemudian melahap musuh-musuh. Setelah peperangan panjang itu
usai, semua makhluk hidup berdampingan, manusia dan bangsa Narnia hidup aman dan
tentram satu sama lain. Namun bertahun-tahun berlalu bangsa Narnia memutuskan untuk
meninggalkan istana dan kembali kedalam hutan dan memulai hidup baru, hingga akhirnya
orang-orang lupa akan keberadaan mereka dan menganggap cerita tentang bangsa Narnia
hanyalah sebuah cerita dongeng pengantar tidur.

Setelah berada cukup lama didalam gua, Mr Tumnus memberikan saran agar mereka
pergi ke pemukiman bangsa Narnia karena tidak mungkin melanjutkan perjalanan ketika
mereka masih dalam pengawasan Ratu Jadis dan abdi setianya. King Caspian X menyetujui
saran yang diberikan Mr Tumnus. Mereka kemudian keluar dari gua dengan hati-hati dimulai
dari Mr Tumnus kemudian King Caspian X dilanjutkan sang pangeran lalu Laina, Edward,
Stephanie dan Parker hingga akhirnya Dr Cornelius. Mereka kemudian menyusuri jalan
setapak yang ada di dalam hutan. Dalam perjalanan panjang mereka, tidak jarang mereka
juga istirahat dan mencari buah-buahan disekitar mereka untuk dimakan. Sepanjang jalan,
mereka tidak pernah kehilangan rasa waspada dan hati-hati. Setelah perjalanan yang panjang
kini mereka merasa lapar dan haus. Mr Tumnus kemudian menyarankan agar mereka mencari
sungai terdekat lalu bisa mengambil air untuk diminum. Mereka kembali melanjutkan
perjalanan panjang menuju pemukim Narnia sembari mencari sungai untuk menghilangkan
rasa haus yang menggerogoti tenggorokan mereka. Perjalanan panjang itu membuat mereka
merasakan haus yang amat tak tertahankan hampir sama seperti dehidrasi.

Namun keberuntungan akhirnya menghampiri mereka, sungai dengan air putih


jernihnya terpampang nyata sejauh mata memandang bukan fatamorgana. Akan tetapi, untuk
menuju sungai nan jauh di sana, mereka dihadapkan oleh pilihan yang mewajibkan mereka
untuk menuruni bukit agar bisa mencapai sungai tersebut. Tanpa pikir panjang mereka bahu
membahu menuruni bukit melalui jalan kecil. Sungai yang dituju pun akhirnya sudah didepan
mata, mereka langsung berlutut dan meminum air jernih sungai itu menggunakan kedua
tangan mereka. Rasa haus yang amat mematikan akhirnya kini hilang, kesegaran air sungai
kini mengalir di tenggorokan mereka menciptakan hidup baru bagi mereka. Haus dahaga
telah hilang. Saat minum di tepi sungai itu, Edward tiba-tiba berlari menuju tengah sungai
dan membuat semua mata tertuju padanya. Parker lantas bertanya apa yang sedang dikejar
oleh Edward. Edward menjawab bahwa dirinya melihat ikan dan merasa lapar. Parker
langsung berdiri dan mendatangi Edward dengan niat membantu Edward menangkap ikan
tersebut. King Caspian X tertawa melihat Parker dan Edward tidak berhasil menangkap ikan
yang mereka incar meski telah membuat mereka jatuh dan basah kuyup. Akhirnya King
Caspian X berdiri dan mengambil anak panah dari tas yang ia bawa dari istana dan langsung
menghampiri Parker dan Edward. King Caspian X kemudian menyuruh Parker dan Edward
untuk tidak bergerak agar bisa melihat dengan jelas pergerakan ikan-ikan yang ada di sungai
itu.

Tidak memakan waktu lama, King Caspian X berhasil menangkap beberapa ikan
menggunakan anak panah yang berada ditangannya dan membawa ikan-ikan hasil
tangkapannya ke tepi sungai. Mr tumnus yang melihat hal itu, sangat cepat tanggap, Mr
Tumnus langsung mencari kayu kehutan sekitar sungai. Setelah merasa cukup dengan kayu
yang ada ditangannya, Mr Tumnus kembali ke tempat Caspian dan yang lainnya berada. Mr
Tumnus meletakkan kayu-kayu hasil pencariannya di atas bebatuan tepi sungai lalu
mengambil dua buah batu kecil. Mr Tumnus kemudian menggosok-gosok dua sisi batu itu
hingga menghasilkan api dan membuat api dengan membakar kayu-kayu yang tadinya ia
bawa. King Caspian X langsung meletakkan ikan-ikan tangkapannya diatas api yang dibuat
oleh Mr Tumnus menggunakan kayu panjang. Setelah cukup lama dan King Caspian X juga
telah membalikkan tubuh ikan-ikan itu diatas api, akhirnya bau sedap yang diciptakan dari
ikan-ikan bakar itu tercium yang menandakan bahwa ikan-ikan tersebut siap untuk disantap.

Selanjutnya, King Caspian X dan yang lainnya memakan ikan-ikan bakar itu dengan
lahap. Perut yang kini telah terisi oleh ikan bakar menghilangkan rasa lapar dan menciptakan
kekenyangan. Setelah beristirahat cukup lama, mereka kembali melanjutkan perjalanan
dengan menyusuri sungai. Mereka berjalan beriringan ditepi sungai dengan berharap
menemukan perahu yang bisa membawa mereka mengarungi sungai. Akhirnya, perjalanan
panjang mereka mengantarkan mereka bertemu dengan sebuah perahu berlayar tanpa arah
ditengah sungai. King Caspian X, sang pangeran, Parker dan Edward langsung berlari kearah
perahu lalu dilanjutkan dengan berenang menuju perahu. Mereka berempat akhirnya berhasil
mendapatkan perahu tersebut dan membawa ke tepi sungai. Caspian dan Parker mendorong
perahu itu dari belakang sedangkan Prince Rillian dan Edward menarik perahu itu dari sisi
depan.

Kini perahu itu telah mendarat di bebatuan sungai, Laina menjadi orang pertama yang
menaiki dan disusul oleh Prince Rillian, mereka berdua duduk ditengah perahu. Parker dan
Edward berurutan menaiki perahu dan duduk berdekatan, Parker berada di paling ujung kapal
sedangkan Edward berada tepat dihadapannya. Selanjutnya yang menaiki perahu adalah
Stephanie dan Mr Tumnus. Stephanie duduk dibelakang Laina dan membelakangi Edward
sedangkan Mr Tumnus duduk tepat dibelakang Prince Rillian. Orang terakhir yang menaiki
perahu yaitu Dr Cornelius dan King Caspian X, mereka duduk berdekatan dengan King
Caspian X berada diujung perahu. Diujung perahu yang satu ada King Caspian X sendiri
sebagai pendayung perahu dan diujung perahu lainnya Parker dan Edward yang menjadi
pendayung perahu. Mereka mengarungi sungai dengan perahu itu menuju pemukiman
Narnia.

Jauh perahu berlayar, semuanya masih sama, aman terkendali. Namun secara tiba-tiba
sebuah anak panah mendarat di bagian samping perahu mereka. King Caspian X langsung
mencari asal dari anak panah tersebut dan melihat ada dua orang berkuda memakai baju
prajurit istana diatas bukit sana. Setelah melayangkan satu anak panah, kini mereka
melepaskan kembali beberapa anak panah menghadang King Caspian X dan yang lainnya.
King Caspian X langsung berdiri dan mengeluarkan pedangnya, Caspian sebisa mungkin
menyingkirkan anak panah yang datang dengan pedangnya. Perahu yang ditumpangi King
Caspian X kemudian mengalami kerusakan karena anak panah dan juga terbentur oleh batu
dan membuat air masuk kedalam perahu tersebut. Situasi semakin tidak terkendali ketika
mereka terseret arus sungai yang sangat kencang. Laina yang melihat ujung dari air itu adalah
air terjun langsung berteriak dan membuat seisi perahu penik. King Caspian X dengan sigap
duduk kembali dan mendayung perahu mereka bersama Parker dan juga Edward. Semua
yang ada di kapal tanpa terkecuali berusaha sekuat tenaga untuk mengarahkan perahu
melawan arus air baik itu dengan mendayung dengan alat dayung maupun mereka yg
menggunakan tangan mereka, meskipun ketakutan menghantui mereka. Sekuat apapun King
Caspian X dan seisi perahu berusaha jika keberuntungan tidak berpihak kepada mereka maka
semua diluar kendali. Perahu yang mereka tumpangi akhirnya terserat oleh kuatnya arus air
dan mengantarkan mereka menuju air terjun. Perahu beserta orang-orang didalamnya
langsung terjun bebas dibuat oleh arus air. Dua pemanah yg menyerang mereka dari arah
bukit, kini meninggalkan tempat dan pergi setelah melihat perahu itu jatuh ke air terjun.

Saat-saat menegangkan itu ternyata belum berakhir , justru lebih parah. Kondisi
mereka saat ini lebih dari diluar kendali, pasalnya perahu yang ditumpangi King Caspian X
dan yang lainnya mendarat tepat di atas batu yang tidak terlalu besar dan sangat licin. Mereka
sekarang berada ditengah-tengah air terjun yang sangat deras. Kondis mereka tidak
memungkinkan bagi mereka untuk melakukan banyak hal, karena bergerak sedikit saja bisa
mempengaruhi keseimbangan perahu mereka. Akan tetapi tanpa diduga-duga, Laina batuk
dan bergeser kearah Prince Rilli hingga membuat keseimbangan perahu hancur. Perahu kini
bergoyang terombang-ambing oleh angin, belum lagi percikan air terjun yang deras
menghantam mereka. Hingga akhirnya perahu itu pun jatuh ke dasar air diiringi suara
teriakan King Caspian X dan yang lainnya.

Sedangkan mereka masih bergantungan di atas, mereka dapat dengan jelas melihat
detik-detik perahu yg tadi mereka tumpangi menyentuh permukaan air dan tenggelam
kedasar air. Tangan kanan King Caspian X memegang ujung baru yang licin tempat perahu
mereka mendarat tadi, sedangkan tangan kirinya memegang tangan putranya Prince Rilli. Dr
Cornelius memeluk kaki kanan sang pangeran, dan Mr Tumnus bergantung di bagian bawah
celana Dr Cornelius. Parker memegang erat kaki Mr Tumnus dengan tangan kirinya dan
tangannya yang lain menggenggam erat tangan kanan Edward, tangan kiri Edward dipegang
erat oleh tangan kanan Stephanie sedangkan tangan kirinya menggenggam erat baju bagian
leher Laina. Mereka saling bergantung satu sama lain seperti seutas tali, terombang-ambing
oleh angin kencang. Beban yang teramat berat membuat King Caspian X tak sanggup lagi
menahannya, hingga jari-jari tangan kanannya yang menggenggam batu licin itu kian terlepas
dari batu tersebut satu demi satu. Pada akhirnya semua jari-jari tangan kanan King Caspian X
terlepas dari batu licin tempat ia bergantung dan mereka semua jatuh ke dasar air dengan
berteriak sekencang-kencangnya. Deras air menghanyutkan tubuh mereka yang tidak
sadarkan diri, jauh terhayut hingga terdampar di bebatuan sungai yang dangkal.

Tak lama kemudian King Capaian X terbangun dan melihat kiri-kanan, belum ada
yang sadarkan diri. King Caspian X langsung berdiri dan membangun semua orang satu per
satu dimulai dari anaknya, sang pangeran hingga yang terakhir Mr Tumnus. Setelah semua
orang tersadar mereka berencana untuk melanjutkan perjalanan menuju pemukiman Narnia
setelah istirahat sebentar. Istirahat adalah yang paling dibutuhkan oleh tubuh mereka setelah
melalui perjalanan yang begitu panjang. Mereka meregangkan otot-otot mereka, karena
lelahnya hingga semua otot-otot tubuh yang mereka regangkan mengeluarkan suara dan
membuat mereka tertawa mendengarnya. Merasa bahwa waktu istirahat yang mereka
perlukan sudah cukup, mereka kemudian melanjutkan perjalanan panjang mereka. Matahari
mulai terbenam dan menghadirkan senja yang indah disertai pelangi yang menawan. Laina
begitu kagum melihat pelangi yang begitu cantik dan terus tersenyum menatap sang pelangi.
Senja dan pelangi menemani setiap langkah mereka yang belum sampai ketempat tujuan
mereka. Kini indahnya senja dan menawannya pelangi silih berganti meninggalkan mereka
dan digantikan kan oleh malam yang dihiasi sang rembulan. Sinar bulan yang begitu terang
memberikan penglihatan yang jelas bagi mereka dalam memilih jalan yang mereka tempuh.
Selangkah demi selangkah telah mereka lalui hingga akhirnya mengantarkan mereka ke
pemukiman bangsa Narnia. Semua bangsa Narnia yg melihat kedatangan mereka langsung
menyambut mereka dan berlutut hingga orang-orang yang berada didalam rumah pun keluar
memberi salam hormat kepada mereka. Saat King Caspian X melangkahkan kakinya
memasuki halaman pemukiman Narnia, serentak seluruh rakyat yang di pemukiman
mengucapkan "Selamat datang Yang Mulai" dalam keadaan masih tetap berlutut. Mr Tumnus
kemudian masuk ke halaman pemukiman bersama yang lainnya. Saat semua orang yang
berada di pemukiman berdiri, Caspian memperkenalkan putranya, sang pangeran yg bernama
Prince Rillian, penerus tahta kerajaan. Semua orang yang berada di lokasi serentak
menyambut sang pangeran dengan mengucapkan "Hidup prince Caspian, son of king
Caspian".

Progo kemudian berjalan menghampiri King Caspian X dan Sang pangeran pewaris
tahta kerajaan dan membawa mereka menuju sebuah rumah tempat peristirahatan King
Caspian X dan putranya, tidak lupa Dr Cornelius juga ikut dibelakang King Caspian X
menuju tempat istirahat. Sedangkan putra-putri Pevensie yang sudah pernah ke pemukiman
bangsa Narnia telah mengetahui tempat mereka akan beristirahat. Para ibu yang ada di
pemukiman kemudian datang ke tempat King Caspian X dan putranya beristirahat, para ibu
itu membawa makanan untuk dimakan malam ini dan memberikan selimut yang tebal untuk
digunakan dimalam yg dingin ini. Hal tersebut juga dilakukan para ibu-ibu lainnya kepada
putra-putri Pevensie. Kelelahan yang dirasakan oleh King Caspian X, sang pangeran, Dr
Cornelius, Mr Tumnus hingga putra-putri Pevensie kini terasa terbayarkan dengan tidur lelap
dimalam yang panjang ini. Malam pun berlalu, mentari kembali menghiasi langit. Semua
bangsa Narnia telah bangun dan bekerja seperti biasanya. Namun tiba-tiba dua pemuda
setengah kuda datang dengan berlari begitu kencang hingga menjadi pusat perhatian di pagi
buta itu. Progo yang melihat kedatangan kedua pemuda itu langsung menghampiri mereka
dan bertanya apa yang telah membuat mereka berlari begitu kencang. Salah satu dari dua
pemuda setengah kuda itu pun menjelaskan kronologi pelarian mereka yang menyelamatkan
diri dari sihir Ratu Jadis. Pemuda lainnya lantas menyambung cerita pemuda yang pertama
dan mengatakan bahwa kini Ratu Jadis telah bangkit dan menyihir atau membunuh setiap
bangsa Narnia yang ia lihat dengan sesuka hatinya. Mendengar cerita kedua pemuda itu
membuat semua orang yang berada di pemukiman terkejut dan takut. Mereka pun saling
berbisik-bisik tentang apa yang harus dilakukan untuk melawan Ratu Jadis ataupun
menghindarinya. King Caspian X kemudian keluar dari tempat ia beristirahat dan
menenangkan semua orang dan menyakinkan mereka agar tidak takut terhadap Ratu Jadis.
Putra-putri Pevensie yang baru saja bangun karena keributan dari luar langsung keluar dari
rumah tempat mereka beristirahat dan bertanya kepada Mr Tumnus yang berdiri disebelah
mereka. Mr Tumnus menjelaskan semua yang terjadi dan membawa putra-putri Pevensie ke
tempat King Caspian X agar ikut dalam merencanakan serangan balik yang ditujukan untuk
Ratu Jadis.

Hari demi hari berlalu, serangan balik yang direncakan untuk Ratu Jadis semakin
dekat. Semua laki-laki bangsa Narnia yang ada di pemukiman maupun yang baru datang dari
tempat-tempat lain berlatih dengan serius dan semangat yang berapi-api, begitu juga dengan
putra-putri Pevensie yang berlatih memegang pedang dan teknik-teknik berperang. Parker
dan Edward sangat semangat dalam latihan pedang mereka yang di latih oleh Progo dan
Kyodor, sedangkan sang pangeran dilatih langsung oleh ayahnya sendiri, King Caspian X.
Stephanie dan Laina mulai terbiasa dengan busur panah dan anaknya. Putra-putri Pevensie
yang sebelumnya tidak bisa sama sekali menunggangi kuda kini semakin mahir setelah
latihan begitu keras siang dan malam. Kemampuan setiap orang tanpa terkecuali semakin
meningkat seiring waktu berjalan.

Malam serangan balik pun tiba, King Caspian X, Prince Rillian dan putra-putri
Pevensie serta bangsa Narnia berangkat menuju istana untuk menaklukkan Ratu Jadis dan
para monster-monsternya. Setelah berjalan cukup jauh, King Caspian X dan pasukannya pun
melihat istana yang kini telah berubah menjadi istana es, tentu dengan sihir Ratu Jadis.
Seorang pemanah kemudian mendaratkan anak panah api tepat ke dada monster penjaga
gerbang istana es. Setelah berhasil membunuh satu monster penjaga gerbang es, kini
pemanah itu kembali melayangkan anak panah apinya tepat dileher monster penjaga gerbang
es. Setelah kedua monster penjaga gerbang mati terbakar. Sekarang semua pemanah
memanah gerbang es itu dengan api agar mencair. Disisi lain King Caspian X, Prince Rillian,
dan Parker terbang menggunakan singa bersayap untuk membunuh semua monster-monster
yang berjaga di puncak-puncak istana. Penyerangan yang dilakukan King Caspian X dan
yang lainnya tidak selalu mulus dan sesuai rencana karena beberapa monster memberikan
perlawanan. Sang pangeran, Prince Rillian yang menahan serangan monster Ratu Jadis
dengan pedangnya, kini tak sanggup lagi bertahan, King Caspian X sang ayah yang melihat
anaknya dalam kesulitan segera mengejar anaknya namun tertahan oleh monster lain, hingga
akhirnya menyaksikan anaknya terjatuh dengan mata kepalanya sendiri.

Akan tetapi keberuntungan berpihak kepada sang pangeran, Laina dengan


menunggangi singa bersayap datang menyelamatkan sang pangeran dengan tepat waktu.
Namun karena jarak mereka terlalu dekat dengan para monster yang berjaga di halaman
istana membuat para monster itu melihat Laina dan sang pangeran yang mengendarai singa
bersayap terbang diudara. Para monster pun heboh dan berteriak tidak jelas hingga membuat
seluruh monster dan prajurit-prajurit pengkhianat yang ada didalam istana keluar menuju
halaman istana. Para prajurit-prajurit pengkhianat itu langsung menyuruh para monster untuk
membawa benda-benda besar yang ditempelkan dengan gerbang es agar memperkokoh
gerbang es. Para monster itu juga berjaga didepan gerbang es sedangkan prajurit-prajurit
pengkhianat berjaga didepan pintu masuk istana. Melihat situasi yang melenceng jauh dari
rencana, Parker kemudian bersiul memberi kode kepada Edward dan bangsa Narnia yang
berada di luar gerbang istana agar masuk kedalam istana dan menyerang para monster dan
pengikut Ratu Jadis. Edward pun berteriak "Serang" sekencang mungkin. Semua bangsa
Narnia yang ikut berperang pada malam itu langsung berlari sekencang mungkin. Progo yang
ditunjuk oleh King Caspian X sebagai panglima perang membawa sebuah batang pohon yang
sangat besar bersama yang lainnya. Batang pohon besar itu digenggam oleh Progo, Kyodor,
Sufdor dan beberapa orang lainnya untuk digunakan sebagai penghancur gerbang es ciptaan
Ratu Jadis. Beberapa langkah sebelum sampai gerbang, Progo memberi aba-aba untuk
menghantamkan batang pohon besar itu ke gerbang sekuat tenaga. Gerbang es yang tadinya
sangat kokoh, kini telah mencair hampir di seluruh bagian gerbang karena panah api yang
ditancapkan oleh bangsa Narnia diawal tadi dan hal tersebut menimbulkan retakan dimana-
mana sehingga saat pohon besar yang dibawa bangsa Narnia menghantam permukaan
gerbang es, maka hancur lebur lah dinding es ciptaan Raru Jadis tanpa sisa.

Pintu masuk yang terbuka lebar membuat Edward dan pasukan Narnia dengan mudah
melangkah masuk kedalam istana dan bertarung melawan para monster dan prajurit-prajurit
pengkhianat. Suara runtuhnya gerbang es ciptaan Ratu Jadis yang dihancurkan oleh pasukan
Edward membuat Ratu Jadis keluar dari kamar menuju balkon lantai kamarnya dan melihat
pertempuran yang begitu sengit antara pasukannya dan bangsa Narnia. Ratu Jadis memilih
untuk tidak ikut berperan dan menjadi penonton yang baik dari atas. Ratu Jadis yng hanya
melihat pertempuran itu tanpa berbuat apa-apa bahkan tidak membantu pasukannya terlihat
seperti layaknya juri yang adil. Ratu Jadis sesekali tersenyum remeh melihat King Caspian X
dan putra-putri Pevensie begitu bersemangat dalam peperangan itu.

Caspian dengan pedang andalannya terlihat begitu menakutkan, Sang pangeran


dengan pedangnya terlihat tidak terlalu payah dalam bertarung. Parker yang baru pertama kali
berperang terlihat masih amatir namun memiliki potensi yang besar. Edward dengan pedang
di kedua tangannya terlihat sangat gagah meski terlihat masih agak kaku. Stephanie dan
Laina saling membelakangi satu sama lain, tubuh bagian belakang mereka menempel dan
terus berputar perlahan sambil memanah semua monster yang mencoba mendekati mereka.

Saat sang pengkhianat utama datang menghampiri Ratu Jadis dan bertanya kenapa
Ratu Jadis tidak melakukan apa-apa bahkan tidak membantu pasukan, Ratu Jadis tersenyum
sinis dan memberi alasan bahwa ia ingin melihat seberapa jauh kekuatan musuhnya. Ratu
Jadis merasa tidak perlu ikut campur dalam pertempuran kali ini karena sangat yakin bahwa
pasukannya akan memenangkan peperangan dan membuat pasukan lawan mundur secara
teratur.

King Caspian X ternyata melihat Ratu Jadis dan si pengkhianat itu berbincang-
bincang di balkon. Meski dihadapkan dengan monster-monster besar, King Caspian X tetap
berusaha curi-curi pandang untuk bisa melihat siapa pengkhianat yang sedang berbicara
dengan Ratu Jadis. Hingga akhirnya King Caspian X melihat jelas wajah sang pengkhianat
itu, King Caspian X sangat terkejut melihat wajah pengkhianat itu, seakan tidak percaya
dengan apa yang baru saja ia lihat, bahwa panglima perang yang selama ini menjadi salah
satu orang kepercayaan dan juga yang ia percayai untuk mengajarkan teknik-teknik perang
kepada putranya ternyata seorang pengkhianat besar. King Caspian X kemudian langsung
berteriak "Pengkhianat" sekencang-kencangnya sambil menusuk monster yang ada
dihadapannya dengan pedang yang ada di tangan kanannya. Ratu Jadis dan si pengkhianat
yang mendengar teriakan King Caspian X langsung menatap King Caspian X, wajah King
Caspian X begitu merah karena emosi yang memuncak namun Ratu Jadis hanya membalas
tatapan tajam King Caspian X dengan senyum licik.

Ratu jakdis yang mulai merasa bosan menonton pertarungan tersebut menyihir
seluruh Narnia menjadi musim salju dan membuat tanah dihalaman istana menjadi es.
Peperangan yang tadinya begitu serius kini seperti tayangan komedi bagi Ratu Jadis. Orang-
orang serta monster monster yang berada di halaman istana tidak bisa bertarung dengan
serius karena selalu jatuh saat berjalan di atas es yang diciptakan Ratu Jadis. Setelah lelah
tertawa dari balkonnya, Ratu Jadis berniat meninggalkan pertunjukan yang belum berakhir
dan kembali ke kamarnya. Namun langkah Ratu Jadis terhenti saat melihat putra-putri
Pevensie begitu lincah berjalan dan memutar diatas es dan membunuh para monster milik
Ratu Jadis. Ratu Jadis bertepuk tangan diiring suara tawa yang kencang melihat kemampuan
putra-putri Pevensie. Hingga akhirnya King Caspian X yang merasa tidak bisa melanjutkan
peperangan menyuruh selirih pasulannya untuk mundur, alasan lainnya adalah karena
pasukan Narnia juga telah banyak terbunuh namun belum bisa menyentuh Ratu Jadis. King
Caspian X merasa sampai mati pun diatas es itu, Ratu Jadis tetap tidak akan turun. Setelah
mendengar perintah mundur yang diserukan King Caspian X, Parker langsung bersiul dan
para singa bersayap pun berdatangan dan membawa mereka meninggalkan istana es Ratu
Jadis. Semua pasukan Narnia mundur secara teratur dan pulang menuju pemukiman dengan
berjalan sedangkan King Caspian X, Prince Rillian, Parker, Stephanie, Edward dan Laina
terbang menggunakan singa bersayap.

Semua bangsa Narnia yang berada di pemukiman saling bergantian tidur dan
menunggu kepulangan King Caspian X dan pasukan yang dibawanya. Saat penghuni
pemukiman sedang menunggu keluarga mereka pulang dari medan perang, mereka
dikejutkan dengan suasana yang mendadak berubah menjadikan musim salju. Rumput-
rumput serta bunga-bungaan mati membeku dibuat oleh cuaca dingin yang tiba-tiba datang.
Mereka bingung dan saling bertanya satu sama lain apa yang terlah terjadi. Saat sinar sang
fajar menyingsing, King Caspian X dan pasukannya baru datang dari pertempuran tadi
malam. Penghuni pemukiman yang berdiri menyambut kepulangan King Caspian X dan
bangsa Narnia, menangis begitu melihat betapa banyaknya petarung yang ikut berperang
namun tidak ikut pulang bersama rombongan. Bangsa Narnia lalu mengetahui jawaban dari
pertanyaan mereka tentang perubahan musim yang berunah begitu mendadak, yaitu Ratu
Jadis kembali menyihir Narnia menjadi musim salju.

King Caspian X sangat merasa bersalah dan sedih karena tidak dapat pulang
membawa kemenangan. Walaupun begitu sedih, para ibu-ibu tetap memperlihatkan ketegaran
mereka dihadapan para pejuang perang dan membawakan makanan yang banyak bagi semua
orang yang ikut berperang untuk mengembalikan energi yang terkuras selama berperang
melawan monster-monster Ratu Jadis.

Disisi lain, Lucy yang terbangun dari tidurnya setelah meraba-raba tempat tidur
dengan tangan kanannya dan menemukan tempat tidur disampingnya kosong tanpa Laina.
Lucy langsung panik dan mencari putrinya ke ruang tengah, dapur hingga kamar mandi
namun tidak ada ia temui. Lucy kemudian masuk ke kamar Peter dan melihat Parker juga
tidak ada dikamar bersama orangtuanya. Lucy kemudian membangunkan Peter dan
memberitahukannya bahwa putrinya dan putra Peter menghilang. Peter langsung berdiri dan
keluar mencari putranya bersama Lucy tanpa membangun istrinya agar tidak khawatir.
Mereka selanjutnya memasuki kamar Edmund dan membangunkan Edmund untuk
mengajaknya mencari anak mereka namun tanpa diduga, Edward putra Edmund juga
menghilang entah kemana. Peter, Edward dan Lucy saling bertatapan dan mulai curiga anak-
anak mereka mungkin pergi bersama. Mereka bertiga kemudian masuk ke kamar Susan untuk
memastikan kecurigaan mereka. Betapa terkejutnya mereka ternyata Stephanie juga tidak ada
di kamar Susan. Lucy lalu membangunkan Susan dan mengatakan bahwa anak-anak mereka
menghilang. Susan seketika panik dan langsung berdiri.

Pevensie bersaudara kemudian berlari kesana-kemari mencari putra-putri mereka


kesemua tempat. Setiap sudut mereka cari, hingga keluar rumah dan mencarinya ke halaman
rumah namun tidak berhasil menemukan anak-anak mereka. Semua panik dan tidak tau harus
mencari kemana lagi, hampir semua tempat telah dilalui namun tidak ada hasil. Lucy lalu
berlari ke lantai atas, Peter, Susan dan Edmund lantas mengikuti Lucy berlari menuju sebuah
kamar. Setelah sampai ke depan pintu kamar, Lucy langsung membuka pintu itu dan
memasuki kamar tersebut. Lucy kemudian berjalan perlahan menuju sebuah lemari kayu
besar sedangkan Peter, Susan dan Edmund baru masuk kedalam kamar tersebut. Ketiganya
memperhatikan Lucy yang berjalan mendekati lemari kayu besar itu, meski ragu Lucy
membuka pintu lemari kayu besar yang ada di hadapannya dan masuk kedalamnya. Peter dan
Edmund kemudian berlari menghampiri Lucy, sedangkan Susan yang tidak yakin akan ide itu
tetap berdiam diri di tempat ia berdiri. Didalam lemari, Lucy berusaha menemukan sesuatu
yang ia harapkan namun tidak berhasil, ia hanya menemukan banyak mantel tergantung rapi.
Lucy keluar dari lemari kayu besar dengan raut wajah yang sangat kecewa. Padahal dulu
lemari kayu besar itu adalah pintu yang mengantarkan mereka ke dunia Narnia pertama kali.
Peter dan Edmund langsung memeluk Lucy ketika keluar dari lemari agar tidak terlalu
kecewa dan bersemangat kembali mencari anak-anak mereka yang hilang. Susan yg dari
awal tidak setuju dengan ide itu langsung mengajak mereka agar cepat mencari lagi anak-
anak mereka. Saat hendak keluar dari kamar itu Susan tidak sengaja mengatakan "Apa kalian
masih percaya hal itu? Apa kalian sudah gila? Itu hanya permainan imajinasi saat kecil."

Lucy yang sangat percaya akan dunia Narnia, sangat marah mendengar ucapan Susan hingga
wajahnya memerah dan langsung berlari. Peter dan Edmund seketika melihat Susan dengan
tatapan kesal. Mereka kesal bukan karena Susan tidak percaya akan Narnia namun karena
perkataannya yang membuat Lucy menjadi sekmain sedih. Karena jika masalah tentang
kepercayaan terhadap dunia Narnia, Peter dan Edmund pun masih ragu apa semua yang
pernah mereka lalui di dunia Narnia saat masih kecil, itu nyata atau mimpi. Mereka berempat
kembali mencari anak-anak mereka dengan memeriksa semua kamar yang ada di rumah
profesor Digory Kirkle.

Disisi lain, King Caspian X yang membebani dirinya dengan rasa bersalah dan merasa
paling bertanggungjawab atas kelelahan yang mereka alami, ia sangat frustasi dan bingung
harus melakukan apa serta malu menghadap bangsa Narnia. Yang dilakukan King Caspian X
hanya berdiam diri didalam rumah tempat ia beristirahat beberapa hari terakhir ini. Saat
hendak memasukkan pedangnya kedalam tasnya, King Caspian X melihat sebuah terompet
didalam tasnya dan mengeluarkan terompet itu dari tasnya. King Caspian X pun merasa ini
adalah hal yang harus ia lakukan. King Caspian X kemudian meniup kencang terompet milik
Susan Pevensie dengan harapan yang sangat besar. Suara terompet itu terdengar hingga
keluar rumah dan semua orang yang berada diluar juga mendengar suara terompet yang
ditiup oleh King Caspian X, suara terompet itu juga terdengar hingga ke kediaman Ratu
Jadis. Ratu jadis begitu terkejut mendengar suara terompet itu dan merasa takut bahwa itu
adalah panggilan untuk Aslan yang agung agar datang membantu bangsa Narnia. Sangat
diluar perkiraan, suara terompet yang ditiup oleh King Caspian X itu tidak hanya menggema
di seluruh penjuru Narnia akan tetapi menembus ruang dan waktu.

Peter, Susan, Edmund dan Lucy yang sedang berkumpul di ruang tengah setelah
mencari ke setiap kamar di rumah itu tiba-tiba mendengar suara terompet yang begitu jelas.
Lucy kembali berlari kelantai atas menuju lemari kayu besar tadi. Peter dan Edmund
mengikuti dari belakang namun Susan memilih duduk dan tidak ikut menyusul Lucy. Peter
yang sadar bahwa Susan tidak bersama mereka kembali ke ruang tengah dan menarik paksa
tangan Susan, mereka lalu berlari menuju lemari kayu dilantai atas. Setelah berada didalam
kamar, Lucy berjalan menuju lemari yang terbuka lebar dengan penuh keyakinan. Dengan
keyakinan itu, Lucy memasuki lemari, melintasi mantel-mantel yang didalam lemari hingga
akhirnya dengan keyakinan itu, kembali mengantarkan Lucy ke dunia Narnia. Lucy terjatuh
dan berteriak namun sangat bahagia ketika melihat didepannya terpampang salju sejauh mata
memandang. Lucy merasa bahwa dirinya sekarang ini sedang berada di Narnia. Ketika suara
teriakan Lucy terdengar hingga ke dalam ruangan, Peter dan Edmund langsung berjalan
menuju lemari kayu besar yang dimasuki Lucy dan memanggil Lucy beberapa kali. Lucy
kemudian menjawab dari dunia Narnia dan menyuruh mereka masuk dan membantunya.
Edmund terlebih dahulu memasuki lemari dan disusul oleh Peter. Edmund dan Peter panik
mendengar Lucy memerlukan bantuan. Mereka terus berjalan melewati mantel-mantel yang
tergantung didalam lemari hingga menemukan Lucy berdiri tegak tanpa terluka sedikitpun.
Peter dan Edmund langsung menghampiri Lucy dan melihat kesekelilig mereka, Peter dan
Edmund sangat tercengang melihat pemandangan yang ada. Salju terpampang luas sejauh
mata memandang dan salju selalu mengingatkan mereka dengan pengalaman paling luar
biasa yang pernah mereka lalui seumur hidup mereka.

Susan yang bingung kenapa saudara-saudaranya tidak kunjung keluar kemudian


mendekati lemari kayu besar itu dan memanggil nama saudara-saudaranya. Lucy
menyarankan agar Susan masuk sendiri dan melihat apa yang mereka lihat. Susan begitu
kesal dan menyuruh agar mereka keluar dan berhenti bermain-main. Peter lantas menjawab
bahwa Susan harus masuk secepatnya. Susan tetap tidak mau masuk dan menyuruh mereka
keluar secepatnya. Edmund lalu menjawab bahwa mereka kedinginan disana dan menyuruh
Susan membawakan mantel untuk mereka.

Susan semakin kesal, "Apa maksud kalian? Kenapa kalian kedinginan didalam lemari?"

."Susan, ayo cepat masuk. Narnia menunggu mu" jawab Lucy.

"Apa? Narnia? Berhenti bermain-main dan keluar sekarang juga" ucap Susan dengan nada
yg lebih tinggi.

"Kami tidak sedang bermain Susan, cepat kemari" ujar Peter.

"Ada apa dengan kalian? Peter kau sudah tua untuk bermain-main, jangan bertindak aneh.
Narnia itu tidak ada itu hanya imajinasi kita saat kecil" Susan semakin emosi.

"Ini bukan imajinasi, ini nyata Susan" kata Edmund.

"Sudah cukup. Cepat keluar. Kalian hanya sedang terjebak dalam fatamorgana fantasi
kalian saja" Susan sudah tidak tahan lagi dan masuk kedalam lemari. Susan melintasi mantel-
mantel yang bergantung sama seperti yg dilalui Lucy, Edmund dan juga Peter. Namun sayang
Susan berakhir dengan terbentur kayu lemari itu.

"Dimana kalian? Aku sudah didalam lemari"


"Terus lah berjalan maka kau akan sampai, kami disini menunggumu" Kata Lucy.

"Apa maksudmu dengan terus berjalan, aku sudah di akhir hanya ada lemari dan mantel
disini" jawab Susan.

"Apa yang terjadi, kenapa Susan tidak bisa menghampiri kita?" tanya Edmund.

"Aku jga tidak tau kenapa hal itu bisa terjadi" jawab Peter.

"Kau tidak akan pernah bisa menghampiri kami selama kau masih tidak percaya bahwa
Narnia itu nyata bukan fatamorgana" teriak Lucy.

Susan kemudian berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa
Narnia itu nyata. Akan tetapi tidak berhasil, Susan tetep terjebak didalam lemari. Susan
kemudian menghela nafas panjang dan menutup kedua matanya. Susan mulai membayangkan
semua pengalaman yang pernah ia lalui selama berada di Narnia hingga wajah seorang pria
muncul tepat dihadapannya. Wajah yang tidak asing itu tersenyum manis kepada dan
membuat hatinya berdebar kencang tak karuan. Sosok pemuda yang selalu datang
kemimpinya setiap malam, membuatnya ingin menghampiri pemuda tampan tersebut. Susan
kemudian berjalan penuh kepercayaan menuju pemuda yang ada di hadapannya. Hingga
akhirnya Susan dapat menembus lemari dan masuk kembali ke dunia Narnia meskipun yang
membuat Susan bisa ke Narnia bukanlah kepercayaannya terhadap Narnia namun
kepercayaannya bahwa pria yang dihadapannya, yang sedang tersenyum menantinya adalah
nyata. Langkah demi langkah yg diambil oleh Susan dengan menutup mata menuju pemuda
tampan, gagah berani yang berdiri tegap disertai senyuman manis mengantarkan kaki Susan
masuk kedalam salju yang lebat. Saat salah satu kakinya tertancap di salju, Susan seketika
membuka matanya dan mendapati saudara-saudaranya berdiri tepat dihadapannya. Lucy
kemudian datang menghampiri Susan dan membantunya berdiri seraya berkata "Welcome to
fatamorgana". "Kau sedang terjebak dalam fantasi mu Susan" sambung Edmund sambil
tertawa. Lucy dan Peter pun ikut tertawa. Susan yang telah berhasil berdiri dengan bantuan
Lucy pun berkata bahwa mereka memang sedang dalam delusi yang parah dan menyuruh
semuanya agar secepatnya meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke dunia mereka. Lucy
langsung membuat bola-bola salju dan melemparkannya kepada Susan. "Lucy, stop. Itu tidak
lucu dan sakit" Susan terlihat sangat marah. Peter dan Edmund pun ikutan membuat bola-
bola salju dan melemparkannya ke arah Susan sambil tertawa. Susan yang dipuncak amarah
langsung membuat bola-bola salju dan melemparnya kembali ke arah Peter dan Edmund.
Hingga akhirnya mereka saling lempar bola-bola salju dan terlena beberapa saat seperti
merasakan kembali ke masa muda mereka.

Setelah memasuki Narnia kembali, Susan yang dalam kondisi tergeletak diatas
tumpukan salju, melihat disekelilingnya penuh dengan salju. Pepohonan rindang dan lebat
namun tertutupi oleh salju. Peter, Susan, Edmund dan Lucy seketika berdiri dan kembali
mengagumi betapa luas dan indahnya Narnia. Sudah sangat lama sejak terakhir kali mereka
datang ke Narnia, mereka pun tidak tau jelas arah jalan mana yang harus ditempuh. Peter,
Edmund dan Lucy kemudian berjalan selangkah demi selangkah memasuki Narnia lebih jauh
lagi namun dihentikan oleh Susan.
"Kalian mau kemana? Apa kalian tau jalan? Disini sangat berbahaya."

"Ikuti saja alurnya Susan" jawab Peter

"Disini tidak berbahaya sama sekali Susan" sambung Edmund.

"Kita harus kembali dan mencari anak-anak" Teriak Susan.

"Siapa yg tau kalau mereka ternyata berada disini" tebak Lucy.

"Impossible. Mereka tidak mungkin sampai kesini. Mereka tidak tau jalan kesini dan mereka
juga tidak tau tempat ini" bantah Susan

"Nothing is impossible in this world, Susan" Edmund mencoba meyakinkan.

"Something impossible can happen Susan" Peter mendukung Lucy dan Edmund.

"Anak-anak masih muda dan polos Susan, sama seperti kita dulu. Dulu kita sangat mudah
untuk memasuki Narnia karena kita masih muda dan lugu" Lucy mencoba meyakinkan
Susan.

Setelah lama berdebat dan berargumen akhirnya Peter, Edmund dan Lucy
memenangkan perdebatan dan berhasil meyakinkan Susan. Susan akhirnya menyerah dan
pasrah, ia berlari kerarah lemari dan mengambil mantel untuknya dan saudara-saudaranya.
Mantel-mantel tebal itu kemudian ia berikan ke masing-masing saudaranya. Mereka
kemudian berjalan bersama-sama memasuki Narnia lebih jauh untuk mencari anak-anak
mereka.

Jauh sudah kaki Pevensie bersaudara melangkah melintasi salju yang lebat namun
belum menemukan tanda-tanda keberadaan putra-putri mereka, hingga akhirnya melihat
seekor serigala kutub dan empat kucing. Empat kucing tersebut terdiri dari seekor jantan
besar berwarna hitam dengan garis-garis putih, Seekor betina besar namun tidak sebesar
kucing jantan, berwarna abu-abu dengan garis-garis coklat serta dua anak kucing yang
lumayan besar, satu berwarna putih dengan garis-garis coklat dan yang satunya lagi berwarna
coklat, sedang bersembunyi dibelakang induknya. Lucy ingin membantu para kucing itu
namun dihentikan oleh Peter karena hal itu sangat berbahaya. Mereka kemudian bersembunyi
dibalik sebuah batu lalu mengintip serigala dan para kucing tersebut. Kedua induk kucing
mulai memberikan perlawanan sebagai tanda perlindungan diri terhadap serigala yang mau
menyantapnya dan anak-anaknya. Serigala pun membalas perlawanan kucing dengan
mengaum sekuat tenaga dan menginjak tubuh si kucing jantan saat si kucing jantan
mendekatinya. Kepala si kucing yang tergeletak di tanah karena diinjak oleh serigala, melihat
Pevensie bersaudara yang sedang mempertahatikannya dari balik batu. Si kucing jantan yang
merupakan bangsa asli Narnia langsung berteriak minta tolong dengan diiringi oleh air mata
yang jatuh hingga menyentuh salju. Lucy yang tidak tahan melihat kucing jantan itu
kesaksian langsung berdiri dan berteriak kepada serigala. Serigala serta para kucing menoleh
kearah Lucy dan menjadikannya pusat perhatian. Peter, Susan dan Edmund pun berdiri dan
mengikuti Lucy yang sedang berjalan menuju serigala dan para kucing. Serigala itu kemudian
melepaskan si kucing jantan dari injakan kakinya dan mengatakan kepada Pevensie
bersaudara bahwa mereka datang di saat yang sangat tepat, karena perutnya sangat lapar,
belum makan dalam beberapa hari terakhir ini. Si kucing jantan langsung berlari menuju istri
dan anak-anaknya seraya meminta bantuan kepada Pevensie bersaudara.

Si serigala mulai mendekati Lucy dan bersiap-siap untuk menerkamnya,


menjadikannya santapan pembuka breakfast. Saat serigala kutub itu melompat kearah Lucy,
Peter dan Edmund langsung membuka mantel tebal mereka lalu mengembangkan tersebut
mantel kewajah serigala kutub itu. Susan yang melihat hal tersebut, segera cepat-cepat
membukanya mantel tebal yang ia kenakan dan membungkus serigala itu dengan mantel
tersebut. Serigala kutub itu sangat kesusahan bernafas apalagi bergerak karena dibungkus
oleh Peter, Susan dan Edmund menggunakan mantel tebal yang mereka miliki. Pevensie
bersaudara dan para kucing itu kemudian berlari meninggalkan serigala yang sedang dalam
kondisi kritis. Lucy menaruh kedua anak kucing itu ke dalam masing-masing kantong
mantelnya, sedang orang tua kedua kucing itu berlari didepan mereka sebagai penunjuk arah.

Belum jauh jarak antara mereka dengan serigala, si serigala telah berhasil melepaskan
dirinya dari mantel-mantel yang membungkus tubuhnya dan langsung mengaum dengan
sangat keras hingga terdengar oleh serigala-serigala yang lain. Para serigala yang mendengar,
lalu berlari dengan cepat menuju asal suara tersebut. Serigala yang berhasil mengoyakkan
mantel-mantel tadi memimpin para serigala lainya mengejar Pevensie bersaudara dan para
kucing. Kecepatan berlari manusia yang tidak sepadan dengan kecepatan lari serigala,
membuat para serigala itu dapat menyusul Pevensie bersaudara. Peter, Susan, Edmund dan
Lucy serta para kucing berada di jalan buntu, mereka berada di air terjun yang membeku.

Saat para serigala yang mengejar mereka mulai dekat jaraknya dengan mereka, Lucy
menyarankan agar mereka melompat dari ketinggian air terjun tersebut. Susan menolak
mentah-mentah saran yang diberikan Lucy dengan menyebutnya ide gila. Edmund yang
setuju dengan usulan Lucy mengatakan bahwa saat mereka melompat air yang membeku
dibawah akan pecah dan mereka tidak akan mati. Namun Susan tetap menolak. Peter yang
dari tadi diam, ternyata memperhatikan air yang membeku dibawah. Peter kemudian
mengangkat bahwa itu ide yang tidak buruk dan itu adalah jalan satu-satunya bagi mereka,
tidak ada jalan lain lagi. Peter juga menambahkan bahwa air yang membeku dibawah sangat
rapuh, bagian atasnya memang membeku akan tetapi dibawahnya itu adalah air, lagi pula
bagian atas,yg menbeku itu tidak terlalu tebal, hingga air yang dibawahnya masih dapat
dilihat sedang bergerak.

Saat para serigala itu tinggal beberapa langkah lagi, Peter langsung menggenggam
tangan Edmund dan menyakinkannya, Edmund lalu menggenggam tangan Lucy seraya
menganggukkan kepalanya agar percaya pada dirinya, Lucy kemudian menarik tangan Susan
dan mereka melompat bersama-sama beserta kucing-kucing yang mereka selamatkan,
lompatan itu diiringi dengan suara teriakan mereka. Ternyata semua yang dikatakan Peter
memang benar, air yang membeku di bagian atas tidak terlalu tebal dan dapat mereka
pecahkan hingga masuk kedalam air. Para serigala yang datang terlambat sangat kesal dan
pergi meninggalkan tempat tersebut dengan penuh kekecewaan.
Peter, Susan, Edmund dan Lucy yang tidak sadarkan diri kemudian dibawa oleh arus
air. Aslan yang agung kemudian datang dan berjalan diatas es beku mengikuti pevensie
bersaudara yang terbawa oleh arus air. Aslan lalu mengaum namun tidak keras dan membuat
air yang membawa Pevensie bersaudara menembus es yang beku, naik hingga ke udara dan
meletakkan Pevensie bersaudara beserta kucing-kucing yang mereka selamatkan ke daratan
salju. Lucy yang melihat semua yang dilakukan Aslan yang agung hanya bisa diam karena
kondisinya yang belum sadar total. Aslan kemudian berjalan kearah Lucy dan meniup wajah
Lucy dengan nafas segarnya membuat Lucy tersadar namun sayang, setelah itu Aslan yang
agung langsung menghilang. Lucy dengan kesadarannya langsung membangunkan Peter,
Susan dan Edmund beserta kucing-kucing yang mereka selamatkan. Lucy sangat semangat
membangunkan semuanya sambil berkata bahwa ia melihat Aslan yang agung datang
menyelamatkan mereka. Namun semangat Lucy dipatahkan oleh perkataan kucing jantan
yang mengatakan bahwa Aslan tidak mungkin datang menyelamatkan mereka, sudah terlalu
lama Aslan menghilang hingga banyak yang tidak percaya lagi akan keberadaan Aslan.

Ketika hendak melanjutkan perjalanan, kucing betina itu panik melihat salah satu
anaknya menghilang, kucing yang berwarana coklat tidak ada bersama mereka. Peter dan
lainnya lalu berpencar mencari anak kucing itu sembil memanggil namanya "Beep" Mereka
mencarinya kesana kemari namun tidak berhasil, anak kucing itu tidak ditemukan. Hingga
akhirnya, anak kucing yang satunya lagi, berwana putih dengan garis-garis coklat bernama
"Deep" mengeong dan berlari menuju air es beku, tidak jauh dari tempat Aslan yang agung
mengeluarkan mereka. Mereka semua langsung berlari mengikuti anak kucing tersebut dan
mendapati anak kucing yang hilang, Beep sedang menjilati es yang dibawahnya terdapat
wajah seorang wanita cantik dengan kedua mata tertutup. Peter dan Edmund seketika berlutut
dan mulai menghancurkan es itu dengan tinju mereka untuk menyelamatkan wanita cantik
yang terperangkap dalam es.

Setelah bergelut dengan es cukup lama, akhirnya retakan demi retakan terlukis tak
beraturan yang dihasilkan dari tinju Peter dan Edmund. Peter dan Edmund kemudian saling
bertatapan dan meninju es itu secara bersamaan. Hantaman yang dilakukan Peter dan
Edmund dengan iringan suara teriak mereka menghancurkan es itu dan menjalar kemana-
mana sesuai garis retakan yang ditimbulkan tinju-tinju mereka. Hingga sesuatu yang tak
terduga terjadi kepada mereka. Mereka semua jatuh kembali kedalam air bersama wanita
cantik yang ingin mereka selamatkan. Aslan yang agung, yang memperhatikan mereka dari
awal kemudian menghembuskan nafasnya, dibantu oleh angin yang meneruskan hembusan
nafas Aslan menuju Pevensie bersaudara. Angin kemudian membagi hembusan nafas Aslan
menjadi beberapa bagian lalu angin tersebut berputar sangat kencang hingga menembus air
dan berakhir dihirup oleh pevensie bersaudara dan juga kucing-kucing yang ikut jatuh
bersama mereka. Arus air kemudian membawa mereka yang belum sadarkan diri berlayar
menuju laut lepas dan jatuh semakin dalam hingga menembus garis batas antara laut dan
dunia bawah laut.

Setelah melewati garis batas itu, mereka semua terlempar ke dasar laut dan terbangun.
Saat terbangun, mereka begitu terkejut dengan tempat mereka berada. Mereka kemudian
berdiri dan saling melempar pertanyaan yang sama, yaitu dimana mereka sekarang. Seorang
wanita cantik nan anggun lantas menjawab pertanyaan mereka semua "Kita sekarang berada
di kerajaan dunia bawah laut. Lihat garis yang membentang horizontal itu (Menunjukkan
garis panjang dan lebar yang berada diatas mereka). Itu adalah garis pembatas antara laut
dan dunia bawah laut. Di dunia bawah laut ini kita bisa bernafas dan berjalan seperti di
darat namun ketika melewati garis pembatas itu, kita harus berenang. Selamat datang ke
dunia bawah laut, namaku princess Anastasya, putri dari raja bawah laut king Tristan dan
Queen Madelyn"

Peter, Susan, Edmund dan Lucy terkejut bukan main karena mereka tidak pernah
datang ke kerajaan King Tristan. Kucing-kucing yang ikut bersama mereka juga tidak
menyangka akan ada dunia seperti itu di Narnia. Anastasya kemudian membawa mereka ke
rumahnya, istana bawah laut. Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka terdampar. Saat
sampai di istana, mereka disambut oleh seluruh penduduk istana bawah laut. Semua berlutut
menyambut mereka. Hampir sama seperti di dunia darat, dunia bawah laut yang masih
termasuk bagian dari dunia Narnia juga penghuninya perpaduan dari manusia dan makhluk
hidup laut lainnya seperti setengah manusia, setengah gurita, setengah manusia setengah
kepiting serta manusia setengah ikan. Anastasya kemudian memperkenalkan tamu-tamu yang
ia bawa kepada kedua orangtuanya saat telah memasuki istana. Sang raja laut, king Tristan
yang duduk di singgasana dengan didampingi oleh sang istri tercinta, queen Madelyn,
bertanya kepada mereka nama dan asal mereka. Peter terlebih dahulu memperkenalkan
dirinya, "High King Peter the Magnificent." Disusul dengan Susan, "Queen Susan the
Gentle" walaupun sebenarnya Susan tidak yakin harus menyebutkan nama pemberian Aslan
yang agung tapi ia tetap melakukannya dengan terpaksa karena Peter yang duluan
memperkenalkan dirinya memakai nama pemberian Aslan yang agung. Kemudian Edmund,
"King Edmund the Just, Duke of Lantern Waste and Count of the Western March, dan Knight
of the Noble Order of the Table" dan yg terakhir memperkenalkan diri adalah Lucy, "Queen
Lucy the Valiant".

Mendengar perkenalan dari masing-masing Pevensie bersuadara, Sang raja dan ratu
bawah laut yang sudah cukup tua langsung berdiri dan turun dari singgasana menuju
Pevensie bersaudara dan berlutut. Anastasya terkejut dan bingung atas sikap kedua orang
tuanya. Sang raja, Tristan kemudian menjelaskan didepan seluruh rakyatnya termasuk
putrinya bahwa tamu yang dibawa oleh putrinya adalah raja dah ratu Narnia yang dinobatkan
langsung oleh Aslan yang agung dan memerintah selama 15 tahun antara tahun 1000 hingga
1015. Mendengar perkataan Raja Tristan, seluruh rakyat bawah laut langsung berlutut
dihadapan Pevensie bersaudara hingga membuat Susan tercengang. Susan heran dengan fakta
yang ada, ia terkejut bukan kepayang ternyata mereka masih dianggap sebagai raja dan ratu
Narnia meskipun ribuan tahun telah berlalu.

Raja Tristan kemudian menjamu mereka dengan sangat baik. Pevensie bersaudara
serta kucing-kucing yang mereka bawa diberi makanan yang sangat banyak serta diberikan
semua yang mereka butuhkan. Setelah selesai makan, Pevensie bersaudara kemudian
beristirahat disebuah kamar yang telah dibersihkan dan dirapikan oleh pelayan istana. Semua
kelelahan yang mereka rasakan terbayarkan dengan pulasnya tidur mereka. Dalam tidurnya,
Lucy bermimpi, ia melihat Aslan sedang memperhatikannya dan saudara-saudaranya masuk
ke Narnia melalui lemari, membantu kucing-kucing dari ancaman serigala, jatuh kedalam es
hingga diselamatkan oleh Aslan ke daratan dengan menggunakan air kemudian mencari
kucing yang hilang hingga kembali masuk jatuh kedalam air. Lucy melihat Aslan
menghembuskan nafas segarnya dan menyuruh angin mengirimkan nafas segar itu yang telah
dibagi-bagi oleh angin dan membuat mereka menghirup nafas segar Aslan.

Secara tiba-tiba, Aslan datang dari belakang Lucy, Lucy begitu senang dan langsung
memeluk Aslan. Aslan tertawa dan terjatuh karena pelukan Lucy seraya berkata bahwa Lucy
kini telah sangat besar hingga membuatnya terjatuh. Lucy yang mendengar candaan Aslan
ikut tertawa. Aslan kemudian bangkit dan berkata kepada Lucy bahwa mereka harus
menyelamatkan dunia bawah laut agar bisa kembali ke daratan Narnia. Setelah
memberitahukan hal itu, Aslan kemudian pergi dari mimpi Lucy, Lucy langsung terbangun
dari tidurnya seraya berteriak nama Aslan. Teriakan Lucy membangunkan saudara-
saudaranya. Peter, Susan, dan Edmund yang terbangun karena teriakan Lucy, seketika datang
menghampiri Lucy dan bertanya ada apa. Lucy kemudian menceritakan semua yang
dilihatnya dalam mimpi. Susan seketika berdiri dan menolak bahwa mereka tidak bisa
menolong dunia bawah laut saat mereka sendiri belum bisa menemukan dan memastikan
keadaan putra-putri mereka. Tapi Lucy memaksa dan berkata itu adalah satu-satunya cara
agar bisa keluar dari dunia bawah laut. Susan tetap tidak setuju dan mempertanyakan masalah
apa yang sedang dihadapi oleh dunia bawah laut bagaimana mereka bisa membantu. Edmund
kemudian menjawab bahwa mereka harus menanyakan hal tersebut kepada Raja Tristan,
Edmund juga berkata bahwa ketika Aslan menyuruh mereka melakukan sesuatu, Aslan pasti
akan membantu mereka. Peter yg setuju dengan perkataan Edmund langsung berdiri dan
mengajak yg lainnya untuk mendatangi king Tristan dan bertanya lebih detailnya.

Mereka semua kemudian keluar dari kamar itu dan mendatangi King Tristan yang
sedang berdiskusi dengan istri, putri serta seorang lelaki yang sudah tidak tua bertubuh gurita.
Singkat cerita, King Tristan menceritakan semuanya, dan berharap Pevensie bersaudara
membantu mereka untuk menyelamatkan putra mereka, Prince Liam yang dijadikan ratu ular
sebagai sandera. King Tristan juga mengatakan bahwa ratu ular akan mengambilkan putra
mereka asal ia mau memberikan kerajaan bawah laut kepada ratu ular serta menyerahkan
hidupnya. Susan yang sudah pusing mendengar cerita itu langsung bertanya dimana
kediaman ratu ular agar mereka secepatnya menyerang kerajaan itu. Princess Anastasya
menjawab bahwa mereka telah berkali-kali menyerang kediaman ratu ular namun tidak
pernah berhasil. Peter kemudian meyakinkan princess Anastasya dan King Tristan bahwa
mereka akan berhasil kali ini. Peter mengutarakan rencananya agar tidak melakukan
penyerang terhadap kediaman ratu ular akan tetapi menyelinap masuk dan membesarkan
prince Liam kemudian membunuh ratu ular. King Tristan langsung menyetujui rencana itu
karena mereka belum pernah mencoba melakukan hal seperti yang direncanakan Peter.

Peter, Susan, Edmund, Lucy, Mr gurita dan juga princess Anastasya segera pergi
menuju kediaman ratu ular. Princess Anastasia melewati garis pembatas antara dunia bawah
laut dan laut kemudian menjadi putri duyung, sedangkan Mr gurita tidak berubah sama
sekali. Peter dan adik-adiknya bingung bagaimana cara naik keatas dan melintas garis
pembatas. Mr. Gurita kemudian menggunakan tangannya yang banyak untuk menarik
Pevensie bersaudara naik dan melewati garis pembatas. Saat menyentuh air laut, Lucy bisa
bernafas dan berbicara tanpa kendala sedikit pun. Peter, Edmund dan Susan sangat terkejut
dan mulai mencoba untuk berbicara dan bernafas seperti yang dilakukan Lucy, dan ternyata
mereka bisa. Lucy kemudian berkata bahwa ini semua perbuatan Aslan yang agung, Lucy
mengatakan bahwa Aslan telah menghembuskan nafasnya kepada mereka agar bisa berbicara
dan bernafas secara bebas di lautan. Edmund lalu bertanya, apa mereka bisa berenang dengan
cepat seperti makhluk laut. Lucy tidak menjawab melainkan langsung melepaskan diri dari
genggaman Mr gurita dan berenang dengan bebas dan sangat cepat seperti hewan laut
lainnya. Peter, Edmund dan Susan langsung mencoba melakukan apa yang telah dicontohkan
Lucy, dan mereka sangat kagum dengan kemampuan mereka yang diberikan oleh Aslan yang
agung.

Perjalanan menuju kediaman ratu ular pun berlanjut. Ditengah perjalanan, Peter
bertanya kenapa Anastasya bisa terjebak didalam es beku. Anastasya lalu bercerita bahwa dia
sedang berenang sendirian secara diam-diam menuju kediaman ratu ular untuk membawa
pulang saudaranya, prince Liam. Namun tiba-tiba air laut berubah sangat dingin dan semakin
ia naik keatas maka semakin dingin juga air nya. Hingga ombak besar membawanya dan
tidak sadarkan diri. Dia pun tidak tau kalau dia telah terjebak membeku di atas permukaan air
sungai jika tidak diberitahu.

Pevensie bersaudara sangat bahagia sekaligus kagum melihat keindahan bawah laut
yg begitu luar biasa. Rumput-rumput laut yabg menari-nari dan hewan-hewan laut yang baik
dan ramah kepada mereka membuat mereka sangat menikmati petualangan kali ini.
Akhirnya, mereka sampai ke kediaman ratu ular. Untuk masuk ke kediaman ratu ular, mereka
harus melewati terowongan terlebih dahulu. Terowongan itu dijaga seekor hiu besar.
Anastasya mengatakan hiu itu sangat malas dan hanya tertidur sepanjang hari, hiu itu juga
sangat bodoh. Anastasya juga heran mengapa ratu ular yang begitu kuat memperkerjakan hiu
bodoh sebagai penjaga pintu masuk kediamannya.

Saat Anastasya hampir masuk kedalam terowongan, hiu itu bangun dan langsung
mengibaskan ekornya hingga membuat princess Anastasya terhempas. Princess Anastasya
lalu kembali berenang menuju Pevensie bersaudara dan berkata "Lihat, bukankah hiu itu
sangat malas". Lucy tertawa melihat tingkah hiu itu yang kembali tidur setelah
menghempaskan princess Anastasya. Princess Anastasya kembali mencoba peruntungannya
untuk masuk ke terowongan itu kembali, namun kali ini hiu pemalas itu bangun dari tidur
panjangnya dan mengejar princess Anastasya. Mr gurita yang melihat itu langsung
mempergunakan semua tangannya mengikat ekor hiu itu, namun sayang, ternyata diluar
perkiraan, kekuatan hiu itu sangat besar hingga membuat Mr gurita ikut berenang bersama
ekor hiu. Anastasya lalu berteriak agar Pevensie bersaudara masuk kedalam terowongan lebih
dulu selagi dia mengalihkan perhatian hiu pemalas itu. Peter, Susan, Edmund dan Lucy
langsung masuk sesaat setelah Anastasya menyuruh mereka untuk masuk terlebih dahulu.
Hiu pemalas itu memang sangat bodoh, persis seperti yang dikatakan princess Anastasya,
meskipun hiu itu melihat Pevensie bersaudara memasuki terowongan namun ia tetap
mengajar sesuatu yang menarik baginya yaitu princess Anastasya.
Setelah melihat Pevensie bersaudara masuk ke terowongan, Princess Anastasya
kemudian berenang menuju terowongan sedangkan Mr gurita masih mencoba melepaskan
dirinya dari ekor hiu. Saat terowongan sudah didepan mata, princess Anastasya langsung
mempercepat gerakan ekornya sedangkan Mr gurita yang telah berhasil melepaskan diri dari
hiu terlebih dahulu masuk kedalam terowongan. Akhirnya, princess Anastasya berhasil
memasuki terowongan sedangkan hiu besar yang mengejarnya terbentur kebagian tepi
terowongan. Hiu pemalas yang tidak bisa memasuki terowongan karena ukuran tubuhnya
yang besar kembali tidur dan menjaga terowongan.

Setelah memasuki terowongan, Pevensie bersaudara tidak bisa menahan bau yang
sangat menyengat yang dihasilkan dari lendir-lendir sepanjang terowongan. Pevensie
bersaudara sangat merasa jijik hingga muntah berkali-kali dan ingin segera melewati
terowongan itu. Mereka akhirnya melewati terowongan yang menyiksa mereka dan melihat
kediaman ratu ular begitu sepi, tak ada satupun orang bahkan hewan laut sekalipun. Mereka
sangat bingung, Peter kemudian bertanya apakah princess Anastasya tidak salah mengenai
kediaman ratu ular. Alecta, sang ratu ular kemudian datang dari arah lain dan menjawab
pertanyaan Peter. "Kalian tidak salah masuk. Memang beginilah tempat tinggal ku. Sunyi,
sepi, senyap dan menyedihkan. Namun itu semua akan segera berubah ketika aku membunuh
Tristan dan menguasai dunia bawah laut" Aleca, sang ratu ular kemudian tertawa terbahak-
bahak. Alecta dengan wujudnya yang mengerikan membuat Pevensie bersaudara merasa
takut karena baru pertama kali melihat wujud yang seperti Alecta. Alecta berwujud setengah
manusia dengan ekor ular dan setiap helai rambutnya adalah ular-ular kecil yang sangat
berbisa. Dari wajah hingga pinggang Alecta yang berwujud manusia tapi dipenuhi sisik ular
pun semakin membuatnya ditakuti, belum lagi lidahnya yang panjang dan bisa mengeluarkan
lendir yang sangat bau dan menjijikkan serta sangat berbisa.

Anastasya yang jengkel mendengar Alecta langsung berenang menuju Alecta dan
berusaha menyerangnya. Namun sayang, Alecta langsung menghempaskan princess
Anastasya dengan menggunakan ekor ularnya yang sangat kuat hingga membuat princess
Anastasya terbentur ke dinding lalu jatuh kebawah. Princess Anastasya tidak bisa lagi
bangkit. Mr gurita kemudian menyerang Alecta menggunakan seluruh tangan-tangannya
namun tetep tidak berhasil. Alecta yang sangat kuat langsung memotong seluruh tangan Mr.
Gurita. Pevensie bersaudara sekarang merasa keselamatan mereka sangat terancam, mereka
kemudian secara bersama-sama menyerang Alecta. Namun sayang, belum saja bisa
menyentuh Alecta, mereka sudah disembur oleh Alecta dengan lendir yang ia punya.
Pevensie bersaudara langsung terjatuh dan sekujur tubuh mereka tidak bisa bergerak
dikarenakan bisa lendir Alecta yang sangat kuat. Alecta kemudian membuat pusaran air yang
sangat besar dengan bantuan ekor ularnya. Pusaran air itu langsung menghisap princess
Anastasya, Mr gurita hingga Pevensie bersaudara.

Dilain sisi, Ratu Jadis merasa gelisah tidak bisa tenang setelah mendengar suara
terompet milik Susan yang ditiup oleh King Caspian X. Ratu Jadis takut bahwa suara
terompet itu adalah panggilan yang ditujukan untuk memanggil Aslan yang agung. Ratu Jadis
pun tidak tahan lagi dan langsung memerintahkan si penghianat untuk ikut bersamanya
menuju pemukiman bangsa Narnia. Si pengkhianat itu kemudian mengeluarkan seekor kuda
dari kandang, kuda tersebut bisa berbicara karena kuda itu bangsa asli Narnia. Kuda itu
didapatkan si pengkhianat ketika King Caspian X dan pasukannya datang menyerang. Ratu
Jadis yang mengendarai kereta kencana indah dan di rodai oleh beberapa beruang kutub
besar dan si pengkhianat yang menunggangi kuda yang dapat berbicara itu kemudian pergi
menuju pemukiman bangsa Narnia dengan si kuda sebagai penunjuk jalan.

Setelah sampai di pemukiman Narnia, Ratu Jadis dan anggotanya di sambut dengan
sorakan bangsa Narnia yang begitu merah melihatnya. Progo lalu datang menghampiri Ratu
Jadis dan bertanya untuk apa datang ke pemukiman mereka dengan tanpa membawa pasukan
yang banyak. Ratu Jadis menjawab bahwa dia datang bukan untuk berperang, justru untuk
mengatakan perang. Ratu Jadis mengatakan ia perlu bertemu dengan king Caspian X untuk
mendiskusikan sesuatu. King Caspian X keluar dari sebuah rumah setelah mendengar
keributan dari luar dan mendapati Ratu Jadis dan si pengkhianat yang merupakan panglima
perang yang sangat ia percayai datang menemuinya. King Caspian X kemudian
mempersilahkan Ratu Jadis masuk ke salah satu rumah di pemukiman itu. Semua orang
sangat penasaran tentang pembicaraan yang dilakukan King Caspian dan Ratu Jadis.
Semuanya menunggu diluar termasuk putra-putri Pevensie dan si pengkhianat. Tidak lama
kemudian, Ratu Jadis dan King Caspian X keluar dari rumah tersebut dan menyuruh ratu
Jadis untuk meninggalkan pemukiman.

Saat kereta kencana Ratu Jadis berjalan meninggalkan pemukiman, Ratu Jadis melihat
Edward yang berdiri menatapnya penuh kebencian dan dendam. Ratu Jadis kemudian
menghentikan keretanya dan berkata "Tidak perlu menatap ku seperti itu Edmund's son.
Karena kau sama saja dengan ayahmu Edmund. Wahai bangsa Narnia, dengarkan baik-baik
apa yg akan ku katakan" suara Ratu Jadis yang lantang berhasil membuatnya menjadi pusat
perhatian seisi pemukiman. "Dia (menunjuk Edward) adalah seorang pengkhianat" Edward
sangat terkejut dan kebingungan begitu juga seisi pemukiman. "Ayahnya, Edmund pevensie
dulunya adalah seorang pengkhianat, begitu pun dia. Kalian harus tau, darah siapa yg telah
membangkitkan ku kembali. Thank you so much Edmund's son cuz of ur blood, aku bisa
bangkit kembali" sambung jadis dengan tawa yg sangat keras. Semua bangsa Narnia yang
berada disitu menatap Edward penuh kekecewaan. Ratu Jadis kembali angkat suara "Ada
satu hukum yang berlaku di Narnia, bahwa setiap jiwa pengkhianat adalah milik ku, dahulu
Aslan mengorbankan dirinya untuk mengantikan Edmund, tapi sekarang, siapa yang akan
menggantikan mu Edmund's son?". Edward diam dan tidak bisa menjawab. "But don't be
afrid, Edmund's son. Kamu tidak akan dijadikan tawanan seperti halnya ayahmu. Karena ini
semua bukanlah kesalahanmu, kamu tidak sengaja melakukannya. Kamu hanya tidak
beruntung bertemu dengan abdi setiaku saat pertama kali masuk Narnia" sambung Ratu
Jadis.

Ratu Jadis kemudian melanjutkan perjalanan pulangnya bersama si pengkhianat. Si


pengkhianat langsung bertanya karena penasaran mengapa Ratu Jadis tidak menjadikan putra
Edmund sebagai tawanan mereka agar bisa mengancam lawan nantinya. Ratu Jadis
menjawab dengan santai "Kita tidak memerlukannya untuk ditawan. Ada dan tidak ada dia
dalam peperangan ingin tidak akan merubah apapun. Dia hanyalah seorang anak laki-laki
yang lemah. Dan apa kau pikir aku sudi datang menginjakkan kaki ku ke tempat mereka ini
hanya untuk menetapkan hari perang? Huh, tidak. Aku terpaksa datang hanya untuk melihat
apakah ada Aslam bersama mereka dan ternyata tidak. Mereka bukan apa-apa tanpa Aslan.
Dan kita akan menang sekali lagi dalam pertempuran ini."

Di pemukiman, semua orang masih menatap Edward sambil berbisik-bisik ingin tahu
cerita aslinya. King Caspian X pun menghampiri Edward dan memintanya menceritakan
semuanya dari awal ke seluruh bangsa Narnia agar tidak ada kesalahpahaman lagi. Edward
kemudian bercerita dari awal dengan dibantu oleh Laina. Edward menceritakan semuanya
termasuk saat ia dikejar oleh serigala dan seorang kurcaci. Ia juga menceritakan detik-detik ia
terluka ketika ia berusaha menaiki puncak sebuah pohon untuk menghindari kejaran serigala
dan kurcaci tersebut. Edward menceritakan saat kakinya terluka dan mengeluarkan darah, si
kurcaci itu mengambil sebuah benda dark tasnya berbentuk seperti wadah dan menampung
darah segarnya. Mendengar semua cerita Edward, kesalahpahaman pun hilang seiring tatapan
kekecewaan itu menghilang dari mata bangsa Narnia. Setelah Ratu Jadis meninggalkan
pemukiman. King Caspian X langsung menyuruh seluruh bangsa Narnia untuk berlatih
perang. Tanpa membuang waktu sedikit pun, semua orang yang ada di pemukiman langsung
berlatih. Progo dan Kyodor pun pergi meninggalkan pemukiman untuk meminta bantuan dari
bangsa Narnia dari seluruh penjuru.

Disisi lain, princess Anastasya, Mr. Gurita dan Pevensie bersaudara yang dihisap oleh
pusaran air yang sangat besar buatan ratu ular akhirnya mendarat di sebuah tempat. Tempat
itu seperti daratan karena tidak ada air, kering dan gersang. Banyak bangkai mayat didalam
tempat tersebut. Jika diperhatikan bangkai-bangkai tersebut adalah bangkai bangsa asli
bawah laut. Anastasya kemudian berjalan menuju sebuah bangkai wanita yang ternyata
adalah sahabat baiknya dari kecil. Sahabatnya diberitahukan hilang saat mereka bermain
petualangan saat masih muda. Tangis princess Anastasya pun pecah kala itu juga. Pevensie
bersaudara kemudian berdiri dan menghampiri princess Anastasya, Lucy langsung memeluk
princess Anastasya dengan penuh kehangatan.

Tiba-tiba seorang pemuda yang tidak diketahui darimana, berlari dengan cepat
menghampiri mereka. Semakin dekat jarak mereka dekat si pemuda itu, Anastasya semakin
mengenalinya, dan ternyata benar, itu adalah prince Liam, saudara princess Anastasya.
Mereka bingung kenapa prince Liam berlari ketakutan seperti itu, dan akhirnya mereka
melihat sebuah hewan yang sangat besar mirip buaya namun bukan buaya, mengejar prince
Liam. Lucy langsung berlari kearah Mr gurita dan menggendongnya. Prince Liam langsung
berteriak "Lari" ketika melihat orang-orang yang ada dihadapannya meskipun ia belum
melihat siapa orang-orang itu secara jelas. Akhirnya mereka semua berlari tanpa arah
menghindari kejaran hewan tersebut. Lucy yang memimpin pelarian itu melihat sebuah
lubang kecil dihadapannya dan langsung memasukinya yang disusul oleh Peter, Susan,
Edmund, princess Anastasya hingga prince Liam. Hewan yang mengejar mereka tidak dapat
memasuki lubang itu dikarenakan tubuhnya yang begitu besar. Didalam lubang, nafas mereka
saling beradu satu sama lain. Anastasya langsung memeluk saudaranya prince Liam. Liam
terkejut lalu bertanya "Kau siapa" karena prince Liam belum melihatnya secara jelas.
Princess Anastasya melepaskan pelukannya dan menjawab bahwa dia adalah adik prince
Liam, princess Anastasya. Prince Liam begitu bahagia dan memeluk adiknya princess
Anastasya. Pevensie bersaudara tersenyum bahagia melihat pemandangan haru dihadapan
mereka, mereka serasa melihat diri mereka saat masih muda dulu. Prince Liam dan princess
Anastasya lalu melepaskan pelukan mereka masing-masing, prince Liam lantas bertanya,
bagaimana mereka bisa sampai disini dan sedang apa. Princess Anastasya pun menceritakan
maksud dan tujuan mereka yang mendatangi kediaman ratu ular untuk membawa pulang
prince Liam namun malah terjebak di tempat mengerikan ini bersama prince Liam. Princess
Anastasya pun memperkenalkan pevensie bersaudara sebagai raja dan ratu yang dinobatkan
langsung oleh Aslan yang agung.

Tidak lama kemudian, rasa tenang yang mereka rasakan kembali berubah menjadi
situasi yang sangat mencekam. Hewan besar itu kembali datang namun kali ini tidak dari
depan mereka, namun datang dari arah belakang dan mengigit bagian belakang Lucy, baju
bagian belakang Lucy robek sangat parah. Mereka semua langsung menjerit sangat keras dan
berusaha keluar dari lubang tersebut. Mereka merangkak keluar dari lubang tersebut dan
akhirnya berhasil keluar. Peter langsung melepaskan bajunya dan memakaikannya ke Lucy
untuk menutupi tubuh Lucy bagian belakang. Setelah berhasil keluar dari lubang tersebut,
Susan bertanya kepada prince Liam bagiamana cara keluar dari tempat tersebut, ia juga
menanyakan apakah ada sesuatu semacam pintu keluar. Namun sayang, prince Liam
menjawab bahwa tidak ada hal seperti yang dikatakan Susan itu ditempat mengerikan itu.
Prince Liam juga mengatakan bahwa selama ia di tempat mengerikan itu, ia sudah
mengelilingi tempat itu untuk mencari jalan keluar namun ia tidak menemukannya sama
sekali.

Beberapa saat kemudian, hewan besar itu kembali datang dan berlari mengejar
mereka. Prince Liam menjadi penunjuk jalan dalam pelarian itu karena tidak ada yang lebih
mengenal tempat itu dibandingkan prince Liam. Mereka terus berlari hanya dengan satu
tujuan, yaitu menghindari hewan ganas itu sebisa mungkin. Prince Liam kemudian membawa
mereka ke salah satu tempat persembunyiannya. Satu-persatu dari mereka memasuki tempat
itu. Tempat yang sangat gelap. Namun kematian seakan ingin berteman dengan mereka,
hewan besar dan ganas itu sekali lagi menemukan mereka. Mereka kembali keluar dari
tempat persembunyiannya itu dan berlari menjauhi si hewan mematikan. Setiap tempat
persembunyian yang ada di ditempat itu mereka datangi, akan tetapi selalu saja berhasil
ditemukan oleh hewan besar itu. Hingga akhirnya mereka kembali ketempat persembunyian
mereka yang pertama kali. Prince Liam pun bercerita bahwa itu lah kegiatannya selama ini,
lari dan terus berlari menghindari hewan besar itu. Prince Liam pun mengatakan bahwa tidak
ada satupun yang masuk kedalam tempat ini yang kemudian berhasil keluar, semuanya mati
disini. Lucy dengan penuh kepercayaan menjawab bahwa mereka akan bisa keluar dari
tempat mengerikan itu dengan selamat ketika Aslan datang.

Disisi lain, rembulan yang begitu terang menyinari malam yang kelam. Ratu Jadis
berdiri di balkon istana dan menyuruh semua pengikutnya untuk berkumpul dihalaman istana.
Ratu Jadis dengan mahkota es di kepalanya serta gaun putih indah, berdiri meletakkan
tangannya di balkon seraya menatap para pengikut abdi setianya yang berada dibawah,
dihalaman istana. Ratu Jadis kemudian berpidato panjang dan mengakhiri dengan
mengatakan bahwa mereka akan menyerang bangsa Narnia besok dan akan menguasai
Narnia seutuhnya. Semua monster-monster serta prajurit-prajurit pengkhianat bersorak
gembira dan sangat tidak sabar menantikan hari esok. Si pengkhianat yang berdiri dibelakang
Ratu Jadis, melangkah menghampiri Ratu Jadis dan bertanya, kenapa Ratu Jadis memajukan
hari peperangan secara tiba-tiba. Ratu Jadis kemudian menjelaskan bahwa dari awal dia tidak
pernah berencana untuk membuat kesepakatan dengan King Caspian X tentang kapan akan
dilaksanakannya perang. Ia pergi ke pemukiman bangsa Narnia hanya untuk memastikan
keberadaan Aslan yang agung apakah bersama mereka atau tidak. Dan ternyata tidak, oleh
sebab itu perang harus dilaksanakan secepatnya sebelum Aslan yang agung datang.

Dilain sisi, Alecta, sang ratu ular, telah sampai ke garis pembatas dunia bawah laut
dengan membawa pasukannya yang berupa monster-monster laut. Alecta kemudian turun
kebawah melewati garis pembatas itu dan langsung menghancurkan dunia bawah laut
menggunakan ekor ularnya yang panjang. Alecta mengibaskan ekor ularnya ke kiri dan ke
kanan menghempaskan semua yang ada dihadapannya. Semua penghuni kerajaan bawah laut
berdatangan dan mencoba melawan Alecta. Namun tak satupun yang berhasil melawan
Alecta. Alecta, sang ratu ular meluluhlantahkan istana bawah laut dengan tawanya yang khas.
Sang raja laut, Tristan keluar dari istana dengan membawa pasukannya. Semua prajurit istana
berlari menuju Alecta untuk menyerangnya namun semua prajurit terhempaskan oleh ekor
ular ratu ular, Alecta. Tristan, Raja dunia bawah laut dengan mengangkat senjatanya
andalannya trisula, bertarung dengan Alecta sang ratu ular. Pertarungan itu sangat besar
melibatkan semua orang yang ada di dunia bawah laut. Prajurit-prajurit istana berdatangan
silih berganti dengan membawa tombak yang sangat runcing dan menembakkannya kearah
ratu ular namun tidak ada satupun yang mengenai Alecta, semua tombak runcing itu
dihempaskan oleh ekor ularnya sang ratu ular. Tristan kemudian berlari menuju Alecta,
menodongkan senjatanya trisula yang sangat tajam namun ditahan oleh ekor ular Alecta.
Tarik menarik kemudian terjadi antara Tristan dan Alecta. Hingga akhirnya, trisula yang
keramat itu lepas dari genggaman Tristan maupun Alecta, melayang menghancurkan garis
pembatas dunia laut. Air laut pun jatuh begitu deras kebawah, ke dunia bawah laut menimpa
seluruh yang ada dibawah tanpa terkecuali. Seluruh bangsa asli dunia bawah laut kemudian
berubah dengan cepat menjadi wujud asli mereka yaitu manusia berekor ikan, Mermaid.
Sedangkan manusia setengan kepiting, gurita dan yang lainnya tetep menjadi seperti itu.

Namun kehancuran istana bawah laut tidak menjadi akhir dari peperangan antara
bangsa asli bawah laut melawan ratu ular. Bangsa asli bawah laut justru lebih lincah bergerak
menggunakan ekor mereka melawan ratu ular. Para penghuni asli istana bawah laut dengan
senjata mereka yang begitu tajam, berenang melingkari ratu ular dan mengiris tubuhnya
dengan senjata tajam mereka. Para putri duyung itu kemudian bersama-sama membawa tali
yang sangat tebal dan panjang, mereka berenang memutari Alecta dan mengikatnya begitu
kencang. Melihat ratu mereka diikat, monster-monster pengikut ratu ular datang memberikan
perlawanan. Karena garis pembatas dunia laut telah hancur, dunia bawah laut yang dulunya
tidak pernah dimasuki monster-monster bahkan ikan-ikan besar seperti hiu kini berdatangan
dan mulai mengincar para duyung untuk dijadikan makanan mereka. Semua semakin tidak
terkendali, yang awalnya mereka hanya terfokus untuk melawan ratu ular kini harus melawan
bahkan harus melarikan diri dari ikan-ikan besar yang ingin memakan mereka.
Malam yang indah menjadi waktu istirahat yang baik bagi kehidupan didarat, namun
tidak untuk dibawah laut. Situasi dunia laut yang kini sedang berantakan membuat semua
penghuninya tidak ada yang bisa tidur, melainkan bertempur. Peter, Susan, Edmund, Lucy,
prince Liam dan princess Anastasya pun tidak ada satupun dari mereka yang bisa tidur dalam
persembunyian mereka. Situasi yang tidak terkendali membuat mereka harus tetap terjaga
karena tidak ada yang tau kapan hewan buas itu datang menyerang mereka. Lucy
memejamkan mata dan tetap berdoa dengan kepercayaan penuh bahwa Aslan akan datang
menolong mereka. Prince Liam yang melihat Lucy berdoa berkata bahwasannya dia
sebenarnya tidak mempercayai akan adanya Aslan, ia mengganggap bahwa itu tidak lebih
dari sebuah dongeng pengantar tidur yang dibacakan para orang tua untuk anak-anak mereka.
Lucy langsung membuka matanya seraya menjawab bahwa Aslan itu nyata dan bukan cerita
pengantar tidur.

Sudah cukup lama mereka bersembunyi, sedangkan hewan buas itu masih tetap
berkeliaran mencari mereka. Hingga akhirnya terjadi lagi, hewan buas itu kembali
menemukan mereka. Seakan sudah menjadi takdir, di manapun mereka bersembunyi, si
hewan buas selalu dapat menemukan mereka. Giginya yang tajam menambah kepanikan
diiringi tubuhnya yang sangat besar membuatnya tidak terkalahkan. Peter dan yang lainnya
langsung keluar dari persembunyiannya mereka, berlari sekencang mungkin ketika si hewan
buas menemukan persembunyian mereka. Saat mereka berlari sekuat tenaga untuk
menghindari hewan buas, tidak disangka, hewan buas itu muncul dihadapan mereka dari arah
yang mereka tidak ketahui. Mereka lantas mundur secara teratur, berjalan mundur penuh
ketakutan. Peter yang paling tua mencoba untuk menjadi pelindung bagi semua orang. Peter
berada paling depan sebagai benteng pemisah antara yang lainnnya dengan si hewan buas. Si
hewan buas juga ternyata mengikuti alur permainan Peter dan yang lainnya, hewan buas itu
maju selangkah demi selangkah secara perlahan mendekati mereka.

Saat hewan buas itu membuat ancang-ancang untuk menyergap, Peter yang berada
dibarisan paling depan menjadi gemetar. Siapa yang tidak gemetar dan merasa amat takut jika
dihadapkan dengan maut. Hingga akhirnya, hewan buas besar itu membuka mulutnya lebar-
lebar memperlihatkan giginya yang banyak serta tajam dan menyergap Peter. Namun hal itu
tidak berhasil sama sekali, Aslan yang agung datang dari arah belakang mereka, melompat di
atas mereka dan langsung mengaum sekerasnya, hingga membuat hewan buas itu menghilang
tanpa jejak. Peter yang jatuh karena hewan buas tadi yang hendak menyergapnya, kemudian
berdiri kembali. Lucy yang berada dibarisan paling belakang langsung berlari kearah Aslan
dan memeluknya hingga membuat Aslan terjatuh. Aslan tertawa melihat tingkah Lucy yang
tidak berubah sama sekali sejak dari dulu saat terakhir mereka datang ke Narnia. Setelah
melepaskan kerinduan, Lucy dan Aslan kemudian berdiri, Lucy langsung mengusap air
matanya. Aslan lalu berjalan menuju prince Liam dan mengaum tepat dihadapan prince Liam,
yang membuat seluruh tubuhnya bergetar dan hampir melayang. Prince Liam kemudian
berlutut dan meminta maaf atas semua perkataannya yang tidak berguna yang mengatakan
Aslan tidak nyata dan hanya cerita pengantar tidur untuk anak-anak.

Aslan kemudian menasehati mereka semua bahwa memang sangat sulit untuk percaya
terhadap sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya, hanya jiwa yang sucilah yang bisa
menyakini bahwa dirinya memang nyata. Aslan juga memberitahu mereka bahwa tempat
yang mereka takuti itu tidak lah nyata. Tempat itu dibuat oleh sihir ratu ular termasuk hewan
buas yang mengejar-ngejar mereka. Aslan juga mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada
satupun bangkai mayat di tempat itu yang dagingnya pernah dimakan oleh hewan buas itu,
melainkan mereka mati karena menyerah dalam hidupnya, semua ini hanyalah permainan
ilusi yang dibuat oleh Ratu ular. Aslan lalu menghembuskan nafas segarnya kepada Mr gurita
yang ada ditangan Lucy, hembusan nafas segar Aslan mengembalikan tangan-tangan Mr
gurita seperti sedia kala. Mr gurita sangat bahagia dan berterimakasih kepada Aslan. Aslan
lalu memperseilahkan Pevensie bersaudara untuk naik keatas punggungnya. Lucy kemudian
menjadi orang yg pertama naik dan berada paling depan, dibelakangnya ada Susan dan
dilanjutkan oleh Edmund hingga yang terakhir yang duduk dipunggung Aslan adalah Peter.
Aslan yang agung kembali mengaum sekali lagi dan menghancurkan tempat itu dan pergi
menuju kerajaan Tristan, raja dunia bawah laut.

Pertempuran antara bangsa duyung dan bangsa laut lainnya melawan Alecta sang ratu
ular dan monster-monster serta ikan-ikan besar lainnya masih tetep berlangsung dan tidak ada
yang mau mengalah. Aslan kemudian datang dengan Pevensie bersaudara berada di atas
punggungnya serta prince Liam dan princess Anastasya yang berenang bersama Mr gurita.
Aslan menginjakkan kakinya dipermukaan laut hingga membuat lautan bergetar. Alecta sang
ratu ular langsung gemetar melihat betapa kuatnya Aslan yang agung. Aslan lalu menyuruh
Peter dan adik-adiknya turun dari punggungnya, kemudiaan langsung menerkam Alecta
hingga mati. Kematian Alecta, sang ratu ular membuat seluruh monster-monster ciptaannya
ikut menghilang bersama jasadnya. Setelah membunuh Alecta, Aslan mengaum lebih
kencang daripada saat di dunia ilusi ciptaan ratu ular, dan membuat kembali garis pembatas
antara dunia bawah laut dan lautan serta mengusir ikan-ikan besar yang menyerang mereka.

Kerajaan dunia bawah laut kembali seperti semula. Seluruh bangsa bawah laut
berlutut dan berterimakasih dihadapan Aslan. King Tristan berterimakasih kepada Aslan yang
agung karena telah sudi datang kedunia bawah laut dan membantunya serta bangsa bawah
laut memenangkan pertarungan melawan Ratu ular, Alecta.

Aslan lalu menyuruh Pevensie bersaudara untuk naik kembali ke punggungnya. Peter
dan adik-adiknya kemudian menaiki punggung Aslan dengan urutan yang sama seperti
mereka menaikinya saat di dunia ilusi ciptaan ratu ular. Aslan mengatakan bahwa sudah
waktunya mereka meninggalkan dunia bawah laut. Lucy lalu bertanya bagaimana dengan
kucing-kucing yg ikut bersama mereka kedunia bawah laut. Aslan lalu menghembuskan
nafasnya dan mengangkat keempat kucing itu keatas kepalanya. Aslan kemudian berlari
meninggalkan dunia bawah laut bersama Pevensie bersaudara.

Dilain sisi, Ratu Jadis dengan membawa seluruh pasukannya datang menuju
pemukiman bangsa Narnia untuk menaklukkannya. Ratu Jadis dengan gaun putih indahnya
berdiri di atas kereta kencana yang dirodai oleh beberapa beruang kutub yang besar. Mahkota
es yang berada di atas kepalanya serta tongkat sihir ditangan kanannya membuatnya terlihat
seperti Ratu Narnia sesungguhnya. Kedatangan mereka dilihat oleh salah seorang bangsa
Narnia dan langsung berlari menuju pemukiman. Orang setengah kuda tersebut kemudian
mengumumkan kedatangan Ratu Jadis dan pasukannya yang sudah semakin dekat. Progo
dan Kyodor yang baru datang dengan membawa pasukan tambahan dari penjuru Narnia
terkejut dan langsung melaporkannya kepada King Caspian X. Putra king Caspian, prince
Rilian kemudian bingung dan bertanya kepadanya ayahnya, mengapa Ratu Jadis dan
pasukannya datang sekarang sedangkan waktu yang ditentukan untuk berperang masih dua
hari lagi. King Caspian X lalu yakin dengan pasti bahwa kedatangan Ratu Jadis tempo hari
bukanlah untuk membuat kesepakatan perang namun untuk memastikan sesuatu namun ia
sendiri tidak tau apa pasti yang dipastikan oleh Ratu Jadis. Tanpa membuang-buang waktu
lagi, King Caspian X langsung menyuruh seluruh pasukannya untuk bersiap-siap menyerang
musuh yang akan segara sampai. Semua anggota pasukan yang ikut berperang dengan sigap
mengambil peralatan tempur mereka dan mengikuti king Caspian X menuju medan perang.

King Caspian X, prince Rilian, putra-putri Pevensie dan seluruh bangsa aslinya
Narnia berlari untuk menghampiri Ratu Jadis dan pasukannya. King Caspian X dan
pasukannya akhirnya bertemu dengan Ratu Jadis yang membawa seluruh pasukannya,
mereka bertemu di sebuah lapangan yang terbentang sangat luas di atas bukit yang sangat
tinggi dengan diselimuti oleh salju. Peperangan dimulai dengan serua perang Ratu Jadis yang
kemudian dibalas oleh King Caspian X dengan seruan "Atas nama Aslan yang agung".
Perang yang begitu dahsyat akhirnya pecah tak terhindarkan. Semangat tempur dari kedua
kubu tidak luntur sedikitpun meski di cuaca yang sangat dingin karena diselimuti oleh salju.
Serang menyerang antara kedua kubu semakin membuat perang yang berkecamuk itu
semakin luarbiasa. Serigala kutub melawan serigala hutan, harimau dari kedua kubu saling
cakar mencakar, singa-singa saling menerkam. Singa-singa bersayap bangsa Narnia pun
berperang saling baku hantam dengan monster-monster Ratu Jadis yang bisa terbang. Para
kurcaci membawa memegang batu-batu besar, lebih besar dari tubuh mereka, yang duduk di
punggung singa-singa yang sedang terbang, lalu melemparkan batu-batu yang mereka pegang
ke bawah mengenai pasukan Ratu Jadis dan membut mereka yang mengenai lemparan batu
kurcaci langsung mati. Tidak sedikit singa-singa terbang bangsa Narnia yang terjatuh karena
mengenai anak panah prajurit-prajurit pengkhianat, Ratu Jadis.

King Caspian X dengan pedangnya menebas leher prajurit Ratu Jadis. Pince Rilian,
putra King Caspian X, dengan pedangnya juga terlihat sangar membunuh satu-persatu
monster-monster Ratu Jadis. Parker tidak mau kalah, Ia menghabisi setiap musuh yang
mencoba membunuhnya. Edward yang disetiap tangannya ada pedang yang begitu tajam,
menghunuskan kedua pedangnya itu melenyapkan monster-monster yang mengerikan.
Stephanie dan Laina masing-masing mengendarai Kyodor dan Sufdor, dengan anak panah
mereka, mereka memanah setiap musuh yang ada dihadapan mereka. Ratu Jadis dengan
pedang ditangan kanannya membunuh setiap bangsa Narnia yang mencoba menyentuhnya,
sebagian ia sihir menjadi batu dengan tongkat sihir yang ada di tangan kirinya. Pertempuran
yang begitu dahsyat semakin memanas tatkala tepi tebing tempat mereka bertarung mulai
longsor dan memakan banyak korban jiwa. Tarik-menarik antara kedua kubu terjadi ketika
mereka berada di tepi tebing yang longsor. Sungguh perang yang sangat dahsyat sedang
berlangsung.
Disisi lain, Aslan yang membawa Pevensie bersaudara akhirnya keluar dari laut,
Aslan membawa mereka jauh kesuatu tempat yang belum pernah dilewati oleh Pevensie
bersaudara meskipun mereka sudah sering ke Narnia. Peter dan adik-adiknya begitu kagum
melihat Aslan berlari di atas air laut dan melompati setiap ombak yang datang menghampiri
mereka. Kucing-kucing yang berada diatas kepala Aslan yang agung sangat kagum dan
senang luarbiasa dengan perjalanan pertama mereka bersama Aslan yang tidak pernah
mereka bayangkan sebelumnya, jangankan untuk merasakan petualangan bersama Aslan
yang agung, bertemu saja dengan Aslan yang agung tisak pernah terlintas sedikitpun dibenak
para kucing tersebut. Perjalanan panjang yang begitu berkesan ternyata belum berakhir,
hingga mereka berhenti setelah sampai ke suatu pegunungan. Pegunungan tersebut memiliki
sebuah taman berpagar yang sangat indah. Bunga-bunga bermekaran dengan indah
mengelilingi taman tersebut. Pevensie bersaudara dan kucing-kucing yang mereka bawa
begitu kagum dengan keindahan taman yang mereka datangi. Mereka belum pernah melihat
keindahan yang begitu luar biasa sebelumnya.

Susan kemudian melihat sebuah pohon apel dan melangkah mendekati pohon itu.
Setelah sampai dibawah pohon apel tersebut, Susan tergiur untuk mengambil buah apel itu
namun Aslan langsung menghentikan Susan. Aslan lalu berjalan menuju Susan dan diikuti
oleh Peter, Edmund dan Lucy dari belakang. Aslan kemudian mengatakan kepada Susan agar
tidak melakukan sesuatu yang akan membuatnya tidak termaafkan. Susan yang bingung
langsung bertanya apa dosa besar yang dia lakukan. Aslan menjawab bahwa, Susan belum
melakukannya namun hampir melaksanakannya. Aslan lalu bercerita tentang pohon apel itu.
Aslan mengatakan bahwa pohon apel itu disebut sebagai pohon pelindung dan buahnya
adalah buah abadi. Setiap orang yang memakan buah itu akan abadi. Orang yang pertama kali
memakan buah itu adalah Penyihir putih, Ratu Jadis. Dan Ratu Jadis pun menjadi abadi,
meskipun telah dibunuh oleh dirinya sendiri, Aslan mengatakan bahwa Ratu Jadis masih bisa
dibangkitkan lagi oleh darah suci anak Adam dan hal tersebut telah terjadi. Edward, anak
Edmund telah membangkitkan Penyihir putih, Ratu Jadis dengan darahnya. Edward sangat
terkejut dan bertanya mengenai kisah selengkapnya, Aslan yang agung lalu menceritakan
semuanya.

Aslan juga mengatakan bahwa manusia pertama kali yang datang ke dunia Narnia
adalah Digory Kirkle. Peter langsung menyanggah dengan bertanya apakah orang yang
dimaksud oleh Aslan adalah profesor Digory yang telah menampung mereka saat perang
dunia I. Aslan lalu menjawab bahwa orang tersebut adalah memang Profesor Digory Kirkle,
orang pertama yang memasuki Narnia menggunakan sebuah cincin dan membawa Ratu Jadis
ke dunia Narnia. Aslan juga menceritakan tentang buah apel yang diambil oleh Digory atas
perintahnya, dan melemparkan buah apel itu ketepi sungai atas perintahnya juga. Sebuah
pohon baru kemudian muncul dari tempat Digory melemparkan apel tersebut, dan pohon baru
itu akan melindungi Narnia dari Ratu Jadis. Ratu Jadis yang telah memakan buah apel itu
dengan mementingkan diri sendiri, maka nantinya dia akan membenci wangi dari pohon itu.
Aslan lalu menceritakan bahwa buah apel itu telah ditanam Digory di dunia mereka dan
tumbuh besar lalu tumbang karena badai karena tidak tega menjadikannya kayu bakar,
Digory kemudian membuat sebuah lemari besar dan subuah pintu dari sisa pembuatan lemari.
Dan lemari itu yg digunakan oleh Peter, Susan, Edmund dan Lucy, sebagai pintu masuk
mereka menuju dunia Narnia. Dan pintu dari sisa pembuatan lemari adalah pintu yang
digunakan putra-putri mereka.

Aslan kemudian berjalan kearah Susan dan berhenti tepat dihadapan Susan. Aslan
bertanya kepada Susan, apakah ia tahu alasan ia begitu sulit menembus lemari itu saat masuk
kembali ke dunia Narnia. Tidak seperti saudara-saudaranya yang lain yang begitu mudah
masuk ke Narnia. Susan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Aslan lalu memberikan
jawaban atas pertanyaan itu, Aslan menjelaskan bahwa sebenarnya Susan sudah tidak
menjadi sahabat Narnia lagi karena ia sudah "Dewasa" dan juga tidak mempercayai akan
adanya dunia Narnia. Aslan mengatakan bahwa pemikiran Susan yang selalu logis
membuatnya berpikir bahwa semua pengalaman yang ia lalui di Narnia hanyalah seperti
sebuah khayalan mereka bermain game. Aslan juga mengatakan bahwa Susan di
kehidupannya telah menemukan banyak hal yang tidak berguna, dan dia berpikir bahwa
berkhayal tentang Narnia adalah salah satunya. Mendengar jawaban Aslan membuat hati
Susan sedih dan ia langsung menangis. Aslan lalu mengatakan alasannya memperbolehkan
Susan memasuki Narnia kembali adalah karena jasa-jasanya yang begitu besar dalam
memperjuangkan Narnia melawan musuh-musuh Narnia. (Susan ikut berperang dalam
membela Narnia tiga kali yaitu sesuai dengan buku yang ditulis oleh C.S Lewis. The
Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch, and the Wardrobe, The Chronicles of Narnia: The
Horse and His Boy dan yang terkahir The Chronicles of Narnia: Prince Caspian). Aslan juga
mengatakan bahwa meskipun Susan tidak mempercayai Narnia, namun Susan akan tetap
selalu menjadi seorang Ratu Narnia bagi Narnia sendiri. Karena sesuai dengan perkataannya
saat mengangkat mereka menjadi Raja dan Ratu Narnia di Cair paravel bahwa sekali menjadi
Raja dan Ratu Narnia akan selamanya menjadi Ratu dan Raja Narnia. Susan seketika
memeluk Aslan setelah mendengar semua perkataan Aslan. Susan sangat merasa bersalah dan
terus menangis hingga Aslan menyuruhnya untuk berhenti menangis. Lucy kemudian
bertanya bagaimana dunia Narnia ada. Namun Aslan menjawab bahwa membantu putra-putri
mereka melawan Ratu Jadis lebih penting untuk sekarang ini daripada mengetahui penciptaan
awal Narnia. Mereka semua langsung setuju dengan pernyataan Aslan. Aslan kemudian
menyuruh mereka kembali naik ke atas punggungnya.

Lucy, Susan, Edmund dan Peter secara berurutan naik keatas tubuh Aslan dan tidak
lupa juga kucing-kucing yang mereka bawa berlari menaiki tubuh Aslan yang agung dan
duduk manis dikepala Aslan yang agung. Aslan lalu mengaum sekuat-kuatnya dan berlari
membawa Pevensie bersaudara beserta para kucing. Setiap tempat yang mereka lewati
melelehkan salju dan menjadi musim semi yang indah, bunga-bunga kembali bermekaran dan
pepohonan pun kembali hidup dan rindang. Hingga Lucy melihat sebuah pohon ditepi sungai
yang sama seperti pohon yang ada di taman yang baru saja mereka tinggalkan. Lucy seketika
mengatakan kepada Aslan bahwa ia melihat sebuah pohon yang persis sama dengan pohon
yang ada di taman tadi sambil menunjuk pohon tersebut dengan jari telunjukknya. Aslan lalu
mengaum dan membuat pohon yang ditunjuk Lucy bergerak mengikuti mereka. Aslan
kemudian mengaum lagi dan lagi sekeras-kerasnya hingga membangunkan semua penghuni
Narnia yang asli serta mematahkan setiap sihir Ratu Jadis yang menyihir orang-orang dan
hewan-hewan menjadi batu.

Perjalanan untuk menyelamatkan putra-putri Pevensie pun sampai. Ratu Jadis begitu
terkejut melihat sihir saljunya mencair dan musim semi datang. Sedangkan King Caspian X
dan bangsa Narnia sangat gembira karena mereka tau perubahan musim itu menandakan
Aslan yang agung datang untuk membantu mereka. Aslan yang datang membawa pasukan
yang sangat teramat banyak membuat Ratu Jadis yang melihat itu menjadi gemetar ketakutan.
Saat Ratu Jadis ingin menyerang Aslan, Pohon yang mereka bawa langsung menghampiri
Ratu Jadis. Pohon itu kemudian mengeluarkan wangi yang sangat menyengat namun sangat
bau di hidung Ratu Jadis. Ratu Jadis murka dengan wangi menyengat yang berasal dari
pohon itu lalu berusaha menyihir dan menumbangkan pohon tersebut. Namun tak satupun
dari rencana Ratu Jadis yang berhasil. Pohon itu tetep kokoh berdiri di hadapan Ratu Jadis.
Pasukan yang dibawa oleh Aslan langsung menyergap dan membunuh setiap pasukan Ratu
Jadis, dari mulai monster-monster hingga prajurit-prajurit pengkhianat kerjaan.

King Caspian yang melihat kedatangan Aslan yang agung dengan membawa Raja-
Ratu Narnia langsung menghampiri mereka dengan membawa sebuah tas yang selalu ia bawa
kemana-mana. Tas yang ia bawa saat melarikan diri dari kerajaan ternyata berisi alat tempur
Raja-Ratu Narnia. Raja-Ratu Narnia lalu turun dari tubuh Aslan yang agung. King Caspian X
kemudian memberikan Peter pedangnya, Edmund juga menerima kedua pedangnya. King
Caspian sangat senang karena bisa melihat Susan lagi, king Caspian lalu memberikan Busur
panah dan anak panahnya. Sedangkan untuk Lucy, King Caspian memberikan sebuah busur
panah dan anak panah yang ia buat sendiri untuk Lucy. Mereka kemudian berlari menyerang
pasukan Ratu Jadis. Peter menghampiri putranya Parker dan membantunya melawan
monster-monster. Susan mendatangi putrinya Stephanie. Edmund datang tepat kehadapan
putranya yang hampir dibunuh oleh monster Ratu Jadis. Edmund dengan pedangnya
membunuh monster tersebut dan membantu putranya, Edward untuk bangkit. Lucy langsung
melepaskan anak panah membunuh seorang prajurit yang hampir menusuk putrinya dari
belakang. Putri-putri Pevensie begitu senang melihat kedatangan orang tua mereka. Pasukan
bantuan yang dibawa oleh Aslan serta Raja-Ratu Narnia akhirnya membuat bangsa Narnia
memenangkan pertempuran yang sangat dahsyat itu dengan membunuh setiap abdi setia Ratu
Jadis.

Kini hanya tersisa dua orang yang belum mati yaitu Ratu Jadis sendiri dan yang
satunya lagi panglima perang kerajaan yang mengkhianati King Caspian X. Aslan yang
agung dan King Caspian X langsung berjalan menuju Ratu Jadis dan si pengkhianat. Spontan
mereka menjadi pusat perhatian setiap makhluk hidup yang ada di tempat tersebut. Aslan lalu
mengatakan kepada Ratu Jadis bahwa waktu keabadiannya karena memakan buah apel curian
telah mencapai batas, kini Ratu Jadis harus menerima ajalnya. Ratu Jadis yang tidak terima
masih saja mencoba untuk menyerang Aslan dan membunuh Aslan. Namun Aslan langsung
melompat kearah Ratu Jadis dan langsung menerkam Ratu Jadis hingga mati. Sedangkan si
pengkhianat, Aslan mempersilahkan King Caspian X untuk membunuh orang tersebut
dengan tangannya sendiri. King Caspian X langsung membunuh si pengkhianat
menggunakan pedangnya. Pedang itu menembus jantung si pengkhianat hingga membuatnya
mati tak berdaya. Seluruh bangsa Narnia kemudian bersorak bahagia atas kemenangan
mereka melawan Ratu Jadis dan pasukannya.

Di lain sisi, pemandangan haru terlihat saat Peter memeluk putranya Parker, Susan
memeluk erat putrinya Stephanie, Edmund dengan sangat bangga dengan putranya langsung
memeluk hangat tubuh putranya, dan Lucy juga memberikan pelukan bahagia untuk putrinya
Laina. King Caspian X kemudian berjalan menuju Susan. Susan hanya bisa berdiri menunggu
kedatangan King Caspian X. King Caspian X langsung memeluk Susan dan berkata bahwa ia
sangat merindukan Susan. Susan mengatakan bahwa ia tidak menyangka bahwa pria yang
selalu datang ke mimpinya adalah King Caspian. Susan juga mengatakan ketiga ia gagal
untuk menyakinkan dirinya bahwa Narnia itu nyata, hanya sosok Caspian yang akhirnya bisa
membuatnya menembus lemari dan memasuki Narnia kembali. King Caspian X lalu berkata
bahwa itu semua bukanlah mimpi. King Caspian X mengatakan kepada Susan bahwa saat
Aslan yang agung memulangkan Eustace dan Jill kedunia mereka, Aslan yang agung
mengijinkannya melihat dunia meskipun hanya lima menit. King Caspian X juga mengatakan
bahwa waktu lima menit yang diberikan oleh Aslan yang agung kepadanya adalah waktu
dimana ia melihat Susan yang sangat cantik berdiri di seberang jalan. Aslan lalu datang
menghampiri King Caspian X dan Ratu Susan, Aslan berkata, dengan darah dari telapak
kakiku, membangkitkan Caspian yang telah mati atas dasar rasa rindu yang sangat dalam
diantara dua makhluk yang saling mencintai, yaitu Caspian dan putranya Rilian. Aslan juga
mengatakan saat ia mengirim Eustace dan Jill kembali ke sekolah mereka ia mengijinkan
Caspian untuk melihat sekilas bumi meskipun hanya lima menit. (kisah kebangkitan Caspian
diceritakan dalam buku The Chronicles of Narnia : The silver Chair).

Setelah pertempuran dahsyat melawan Ratu Jadis berakhir dengan kemenangan


bangsa Narnia, Aslan kemudian memindahkan semua orang ke istana Raja-Ratu pevensie
secara ajaib. Cair Paravel yang telah hancur lebur setelah ditinggalkan oleh pevensie
bersaudara tahun 1015 silam, Aslan mengaum dan memperlihatkan keseluruhan makhluk
hidup yang ada di tempat tersebut bagaimana penobatan Peter, Susan, Edmund dan Lucy
menjadi Raja dan Ratu Narnia berlangsung. Parker, Stephanie, Edward dan Laina begitu
senang melihat orang tua mereka menjadi Raja dan Ratu Narnia dan duduk di singgasana
Cair Paravel. Setelah memperlihatkan penobatan Raja dan Ratu Narnia keseluruhan makhluk
hidup ditempat tersebut, Aslan kemudian kembali memindahkan mereka semua ke istana
Caspian dengan cara yang sama yang ia lakukan ketika memindahkan semua orang ke istana
Raja-Ratu Narnia. Dihadapan seluruh makhluk hidup yang berada di depan istana Caspian,
Aslan yang agung mengaum dan memperbaiki istana King Caspian X seperti sedia kala.
Aslan kemudian menepati janjinya terhadap Lucy yaitu menceritakan awal mula penciptaan
Narnia. Aslan yang agung, dihadapan seluruh bangsa Narnia, menceritakan semuanya dari
awal penciptaan dunia Narnia. Aslan juga mengatakan bahwa Digory dan Jadis ada dan
menyaksikan dirinya saat menciptakan Narnia. Aslan mengatakan saat ia menciptakan Narnia
dengan menghidupkan tumbuh-tumbuhan serta hewan-hewan yang dapat bicara dengan
nyanyiannya. Ia menciptakan apa yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Melihat itu semua,
Jadis begitu takut dan melemparkan sebuah tiang besi lampu, namun tidak mempengaruhinya
sama sekali dalam menciptaaan dunia Narnia. Tiang besi lampu itu kemudian tumbuh
menjadi tiang besi lampu yg menyala yaitu tiang lampu besi yang ditemukan Lucy saat
pertama kali memasuki Narnia, dan ditempat itu jugalah ia bertemu Mr Tumnus.
(Selengkapnya ada di buku The Chronicles of Narnia : Magician's nephews.)

Setelah selesai menceritakan kisah bagaimana penciptaan Narnia, Aslan yang agung
kemudian mengaum dan menciptakan sebuah pintu. Aslan kemudian mengatakan kepada
Peter, Susan, Edmund dan Lucy bahwa sekerang adalah waktunya mereka kembali ke dunia
mereka dan membawa putra-putri mereka. Aslan juga mengatakan bahwasanya Peter, Susan,
Edmund dan Lucy tidak akan pernah lagi datang ke Narnia hingga tiba saatnya Narnia
dihancurkan, saat itu lah mereka bisa kembali. Laina, Edward, Stephanie dan Parker masuk
ke pintu tersebut terlebih dahulu dan dilanjutkan oleh orang tua mereka, Peter, Susan,
Edmund dan juga Lucy yang menjadi orang terkahir yang memasuki pintu tersebut dan
kembali ke dunia mereka. Setelah Pevensie bersaudara pergi bersama putra-putri mereka, kini
Aslan memberitahu King Caspian X bahwa waktunya di Narnia untuk melepas rindu dengan
putranya, Prince Rillian juga telah habis. Aslan mengatakan ia harus pergi menuju dunia lain
melalui pintu yang ada dihadapannya. King Caspian X yang mendengar perintah Aslan
langsung memeluk putranya, prince Rillian begitu erat dan melepaskannya setelah beberapa
saat berlalu. King Caspian X kemudian berjalan menuju pintu yang disebutkan Aslan. Ia
berjalan mengikuti perintah Aslan yang agung masuk kedalam pintu yang ada dihadapannya.
Setelah Caspian masuk kedalam pintu tersebut, Aslan yang agung kembali mengaum
mengantarkan Caspian kedunianya. Dengan kepergian King Caspian X, prince Rilian secara
resmi menggantikan posisi ayahnya menjadi King Riliian.

Sedangkan disisi lain, Pevensie bersaudara dan putra-putri mereka yang telah
memasuki sebuah pintu mengantarkan mereka kesebuah kamar yg dipenuhi oleh alat-alat
sihir. Peter, Susan, Edmund dan Lucy sangat terkejut melihat ruangan yang belum pernah
mereka lihat sebelumnya. Mereka sendiri tidak mengetahui ada ruangan seperti itu dirumah
profesor Digory Krikle. Lucy yang melihat ruangan tersebut langsung menyimpulkan bahwa
ruangan tersebut adalah ruangan rahasia yang dibuat oleh profesor Digory untuk menyimpan
seluruh peralatan sihir pamannya, Endrew. Lucy juga mengatakan bahwa profesor lah yang
membuat pintu yang berada dibelakang mereka dari sisa pembuatan lemari besar yang ada di
lantai atas, dan keduanya terbuat dari batang pohon apel Narnia. Parker kemudian menarik
sebuah rak yang menjadi jalan keluar mereka keluar dari ruangan rahasia tersebut saat keluar,
Lucy tidak lupa menutup pintu yang berada dibelakangnya. Peter, Susan, Edmund dan Lucy
kembali dikejutkan dengan sebuah ruangan yang isinya adalah rak-rak buku yang berdebu
dangat tebal. Susan dan Lucy lalu melihat sekilas buku-buku tersebut adalah buku-buku sihir
yang berisi mantra-mantra. Sudah jelas itu adalah buku-buku paman Profesor Digory, yaitu
Endrew. Orang yang selama hidupnya hanya tertarik dengan sihir. Mereka semua kemudian
keluar dari ruangan rahasia tersebut. Edward adalah orang yang terkahir keluar dari ruangan
tersebut karena harus menarik kembali sebuah rak buku untuk menutup pintu masuk menuju
ruangan rahasia yang penuh dengan alat-alat sihir. Setelah semua orang dipastikan sudah
keluar dari ruangan yang berisi rak-rak buku sihir, Peter langsung menutup rapat pintu
tersebut. Mereka semua lalu berjalan menuju ruang tengah untuk menghiasi pohon natal
kembali sambil diiringi canda Parker, Stephanie, Edward dan Laina yang setiap memanggil
orang tua mereka diawali dengan embel-embel Raja dan Ratu. Peter, Susan, Edmund dan
Lucy hanya bisa tertawa mendengar putra-putri mereka memanggil mereka Raja dan Ratu.
Saat mereka hampir selesai menghias pohon natal, Istri Peter, istri Edmund dan suami Lucy
terbangun karena suara bising mereka saat menghias pohon natal. Mereka kemudian datang
ke ruang tengah untuk membantu menghias pohon natal bersama pasangan dan putra-putri
mereka. The end.

Tujuan penulis dalam menulis kisah The Chronicles of Narnia: Bangkitnya Ratu Jadis
adalah untuk menjelaskan bagaimana nasib Susan yang tidak di jelaskan oleh penulis aslinya
yaitu C.S Lewis dalam buku terakhirnya yang berjudul The Chronicles of Narnia : The last
Battle. Penulis C.S Lewis hanya menuliskan bahwa Peter, Edmund dan Lucy yang masih
mempercayai Narnia, mengalami sebuah kecelakaan kereta api bersama orang tua mereka
serta sepupunya Eustace dan temannya Jill dan masuk ke dunia Narnia tanpa Susan. Dan C.S
Lewis tidak menjelaskan nasib Susan setelah Susan meninggal. Hal tersebut sangat
mengecewakan bagi penggemar Narnia dan banyak yang kurang setuju dengan C.S Lewis
yang tidak mengikutsertakan Susan dalam buku terakhirnya. Oleh sebab itu penulis ingin
memuaskan para penggemar Narnia dengan menulis sebuah karya yang akan mengubah
ending dari cerita The Chronicles of Narnia : The last battle yang ditulis oleh C.S Lewis. Dan
intinya adalah setelah kedatangan Peter, Susan, Edmund dan Lucy ke dunia Narnia kembali
untuk mencari putra-putri mereka, Susan akhirnya kembali mempercayai akan adanya
Narnia. Meskipun Susan tidak berada dalam kecelakaan kereta api yang dialami seluruh
keluarganya. Namun Susan tetap bisa memasuki dunia Narnia yang asli dan bertemu dengan
seluruh keluarganya setelah kematiannya. Susan begitu senang karena dengan
kepercayaannya atas Narnia, Aslan yang agung mengijinkannya untuk memasuki dunia
Narnia yang asli dan hidup selamanya disana bersama seluruh keluarga dan sahabat-sahabat
Narnia lainnya, seperti Mr. Tumnus, keluarga berang-berang, tikus-tikus yang dapat berbicara
serta Profesor Digory Kirkle yang juga ada disana. Cinta yang kuat antara Susan dan King
Caspian X akhirnya berhasil mempersatukan mereka di dunia Aslan yang agung.

Anda mungkin juga menyukai