Anda di halaman 1dari 30

KEPRIBADIAN TOKOH SUTAN PULUNGAN DALAM CERITA

RAKYAT SI BAROAR MANDAILING SUMATERA UTARA : KAJIAN


PSIKOLOGI SASTRA

PROPOSAL

OLEH:
RAHMAT FAUZI LUBIS
160701048

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Batasan Masalah......................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah....................................................................................4

1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................4

1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep.....................................................................................................6

2.1.1 Psikologi Kepribadian.....................................................................6

2.1.2 Tokoh..............................................................................................6

2.1.3 Cerita Rakyat..................................................................................7

2.2 Landasan Teori.........................................................................................7

2.2.1 Psikologi Sastra...............................................................................7

2.2.2 Kepribadian.....................................................................................8

2.2.2.1 Ciri-ciri Kepribadian....................................................................8

2.2.2.2 Struktur Kepribadian Sigmund freud..........................................9

2.2.2.3 Unsur-Unsur kepribadian.............................................................11

2.2.2.4 Jenis-Jenis Kepribadian...............................................................12

2.2.3 Emosi..............................................................................................13

2.2.3.1 Rasa Malu....................................................................................13

2.2.3.2 Kebencian....................................................................................14

i
2.3 Tinjauan Pustaka......................................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian....................................................................................16

3.2 Data dan Sumber Data.............................................................................16

3.2.1 Data.................................................................................................16

3.2.2 Sumber Data Primer........................................................................17

3.2.3 Sumber Data Sekunder...................................................................17

3.3 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................17

3.4 Teknik Analisis Data................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19

Data Awal............................................................................................................22
Lampiran..............................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sastra merupakan karya tulisan indah (belle

letters) yang mencatatkan sesuatu dalam bentuk

bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan,

dipanjang pendekkan dan diputarbalikkan,

dijadikan ganjil atau cara pengubahan estetis

lainnya melalui alat bahasa (Eagleton, 2010: 4).

Karya sastra adalah bentuk ekspresi jiwa

pengarang dalam mengungkapkan isi hatinya.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Endaswara (2008:102), yang mengatakan “Karya

sastra merupakan ungkapan kejiwaan pengarang,

yang menggambarkan emosi dan pemikirannya.

Dalam kesusastraan, sastra terbagi menjadi dua

yaitu sastra lisan dan sastra tulis. Sastra lisan

berupa prosa (cerita, mitos, dongeng, legenda),

puisi rakyat (syair, gurindam, pantun), seni

pertunjukkan (wayang, drama tari, dll), ungkapan

tradisional (pepatah atau peribahasa), nyanyian

rakyat dan lainnya. Sedangkan sastra tulis berupa

teks atau dokumen tertulis dari sastra-sastra lisan

tersebut.

Dalam sebuah karya sastra, tokoh merupakan

unsur yang sangat penting. Tokoh adalah pelaku

1
yang mengemban cara pandang terhadap kehidupan. Sastra lisan atau

atau menjalankan kesusastraan lisan adalah kesusatraan yang

peristiwa dalam mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu

cerita rekaan kebudayaan yang disebarkan dan

sehingga peristiwa

itu menjalin suatu

cerita. Setiap tokoh

dalam sebuah

cerita memiliki

perbedaan

karakteristik antara

satu dengan yang

lainnya, terutama

dalam hal

kepribadian.

Kepribadian

tersebut berubah

dan berkembang

secara berbeda

dalam setiap diri

manusia.

Cerita rakyat

Si Baroar

menggambarkan

tentang sikap dan

2
diturun-temurunkan secara lisan (dari mulut ke telinga) termasuk cerita Si Baroar.

Penyebaran cerita Si Baroar secara lisan dan hanya berdasarkan daya ingat

penuturnya, sehingga tidak mustahil sangat mudah mengalami perubahan dan

penyimpangan dari bentuknya yang asli.

Cerita rakyat Si Baroar menggambarkan tentang sikap dan cara pandang

terhadap kehidupan. Cerita rakyat merupakan karya sastra yang dibangun melalui

unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik berasal dari sumber di dalam teks

sastra sedangkan unsur ekstrinsik, berasal dari sumber di luar karya sastra. Unsur

intrinsik dan ekstrinsik akan membangun karya sastra.

Psikologi sastra adalah ilmu yang meneliti tentang perwatakan tokoh secara

psikologis juga aspek-aspek pemikiran, dan perasaan pengarang ketika

menciptakan sebuah karya sastra. Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang

diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan (Minderop, 2013:52 )

Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang

terkandung dalam karya sastra. Dengan demikian, bukan berarti bahwa analisis

psikologis sastra sama sekali terlepas dari kebutuhan masyarakat sesuai dengan

hakikat karya sastra memberikan pemahaman kepada masyarakat secara tidak

langsung melalui pemahaman tokoh-tokohnya (Ratna, 2009:342).

Cerita rakyat Si Baroar menceritakan tentang kepribadian tokoh Sutan

Pulungan melakukan sebuah tindakan yang menunjukkan bahwa dirinya

mempunyai sifat kepribadian koleris, yaitu kepribadian pemarah, cepat atau

mudah tersinggung. Dalam cerita rakyat ini, tokoh Sutan Pulungan ingin membuat

sebuah rencana pembunuhan kepada Si Baroar. Keputusan yang sangat cepat

diambil itu dikarenakan Sutan Pulungan merasa tersinggung karena putera semata

wayang nya yang sangat mirip dengan Si Baroar diperlakukan secara


terhormat, masyarakat
sekitar menyapa dan memberikan hormat ketika bertemu Si Baroar. Namun

sebaliknya ketika masyarakat sekitar bertemu dengan putra Sutan Pulungan,

mereka memperlakukan seperti anak kebanyakan.

Meski rencana pembunuhan Si Baroar telah dipersiapkan secara matang oleh

Sutan Pulungan, namun hulubalang yang diperintahkan Sutan Pulungan untuk

membunuh Si Baroar keliru dalam menjalankan tugas. Hulubalang itu membunuh

putera Sutan Pulungan dikarenakan putera Sutan Pulungan juga membuat tanda

dikeningnya seperti Si Baroar. Alih-alih ingin mendapatkan kehormatan dari

masyarakat sekitar seperti yang di dapatkan Si Baroar, putra Sutan Pulungan

justru menjadi korban rencana pembunuhan oleh Sutan Pulungan sendiri.

Belum ada peneliti yang menjadikan cerita rakyat Si Baroar Mohd. Shaleh

Nasution Sebagai bahan kajian. Baik dari segi analisis kepribadian dengan

menggunakan kajian psikologi sastra, dan hubungan cerita rakyat dengan

pengarangnya.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap cerita

rakyat Si Baroar dari segi kepribadian tokoh sutan pulungan dengan

menggunakan kajian psikologi sastra, untuk mendeskripsikan kepribadian tokoh

sutan pulungan dengan pengarang sehingga, dapat menjadi acuan untuk penelitian

selanjutnya.

Peneliti mendeskripsikan kepribadian tokoh sutan pulungan dalam cerita

rakyat Si Baroar karna dibalik kepribadian tokoh sutan pulungan yang keras

pemarah dan mudah tersinggung. Hal itu lah yang menjadi latar belakang penulis

melakukan penelitian dengan judul “Kepribadian Tokoh Sutan Pulungan dalam

Cerita rakyat Si Baroar Mandailing Sumatera Utara: Kajian Psikologi Sastra.


1.2 Batasan Masalah

Pembatasan masalah, digunakan, agar peneliti fokus terhadap masalah

yang akan dikaji. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi kepribadian tokoh

sutan pulungan dalam cerita rakyar Si Baroar menggunakan kajian psikologi

sastra.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, terdapat masalah yang

akan diteliti, yaitu: Bagaimana kepribadian tokoh Sutan Pulungan dalam cerita

rakyat Si Baroar ditinjau dari teori psikologi kepribadian ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kepribadian tokoh sutan

pulungan dalam cerita rakyat Si Baroar Mandailing Sumatera Utara kajian :

psikologi sastra.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua macam yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis (Ratna, 2016:273):

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah perkembangan ilmu sastra bagi

mahasiswa sastra Indonesia khususnya, Kepribadian tokoh sutan pulungan dalam

cerita rakyat Si Baroar .

2. Secara Praktis

a) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan, dapat menambah wawasan peneliti mengenai

kepribadian tokoh sutan pulungan dalm cerita rakyat Si Baroar.

b) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan, dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk

penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

c) Bagi Pencipta Karya Sastra

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada para sastrawan

dalam menciptakan sebuah karya sastra agar tidak hanya memuat tentang

keindahan dan hiburan semata, tetapi juga memperhatikan isi dan pesan-pesan

yang dapat diambil para pembaca dari karya sastra tersebut.

d) Bagi Pembaca Sastra

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran kepada

pembaca untuk mengetahui kepribadian tokoh sutan pulungan dalam cerita rakyat

Si Baroar.
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Adapun konsep yang terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut:

2.1.1 Psikologi Kepribadian

Menurut (Minderop, 2010 : 8) Psikologi kepribadian adalah psikologi

yang mempelajari kepribadian manusia dengan objek penelitian faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkah laku manusia.

Henry James (Dalam Minderop, 2005: 38), menyatakan bahwa perbuatan

dan tingkah laku secara logis merupakan pengembangan psikologi dan

kepribadian; memperlihatkan bagaimana watak tokoh ditampilkan dalam

perbuatannya. Tampilan ekspresi wajah pun dapat memperlihatkan watak seorang

tokoh. Selain itu terdapat motivasi yang melatarbelakangi perbuatan dan dapat

memperjelas gambaran watak para tokoh.

2.1.2 Tokoh

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:165) tokoh cerita adalah

orang-orang yang ditampilkan daam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti

yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan setiap tokoh tidak

sama. Ada tokoh yang dapat digolongkan sebagai tokoh utama dan tokoh yang

dapat digolongkan sebagai tokoh tambahan. Menurut Stanton (dalam

Sugihastuti,2002:16) bahwa hampir setiap cerita memiliki tokoh utama yaitu

tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dalam cerita.


2.1.3 Cerita Rakyat

Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

lewat bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya

seperti agama dan kepercayaan, undang-undang kegiatan ekonomi sistem

kekeluargaan dan susunan nilai social masyarakat tersebut (Isnain,2007).

Cerita rakyat merupakan genre folklor lisan yang diceritakan secara turun

temurun (Endraswara,S, 2013:47). Ada sangat banyak sekali kategori daripada

cerita rakyat. Namun pada dasarnya, cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga

golongan besar diantaranya: Mite (myth), legenda (legend) dan dongeng (folktale)

(Bascom, 1965, terjemahan, Danandjaja, J,1984:50).

2.2 Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepribadian yang

diungkapkan oleh Sigmund Freud yang dikenal dengan psikonalisa yaitu id,ego,

superego dan teori kecemasan untuk mendeskripsikan kepribadian tokoh sutan

pulungan dalam cerita rakyat si baroar.

2.2.1 Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra

(Endarswara, 2008 :16). Langkah pemahaman teori psikologi sastra dapat

melalui tiga cara, pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian

dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu

menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian

ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk digunakan.

Ketiga, secara simultan menemukan teori dan objek penelitian (Endraswara,

2008:89).
Salah satu karya sastra yang dapat dikaji dalam pemahaman sastra, yaitu

cerita rakyat. Salah satu ciri teks sastra yang multiinterpretasi membuat

tanggapan pembaca terhadap satu cerita rakyat yang sama tentu akan

berbeda- beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan daya imajinasi

pembaca, (Riris K. Toha- Sarumpaet,2002:35).

2.2.2 Kepribadian

Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang

lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik

penanganan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human

behavior”, perilaku manusia, yang pembahasannya, terkait dengan apa,

mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut.

Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan

dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian pembimbing orang

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak

awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk

kesatuan. Ketika mengembangkan kepribadian, orang harus berusaha

mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen kepribadian.

2.2.2.1 Ciri-Ciri Kepribadian

Menurut (Alwisol. 2009) ada lima persamaan yang menjadi ciri bahwa

definisi itu mengandung suatu definisi kepribadian, yaitu sebagai berikut:

a. Kepribadian bersifat umum: kepribadian menunjuk kepada sifat umum

seseorang-pikiran kegiatan dan perasaan yang berpengaruh secara sistemik

terhadap keseluruhan tingkah lakunya.


b. Kepribadian bersifat khas: kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat

individu yang yang membedakan dia dengan orang lain, semacam

tandatangan atau sidik jari psikologik, bagaimana individu berbeda dengan

orang lain.

c. Kepribadian berjangka lama: kepribadian digunakan untuk

menggambarkan sifat individu yang tahan lama, tidak mudah berubah

sepanjang hidupnya. Walaupun terjadi perubahan biasanya bersifat

bertahap atau perubahan tersebut akibat merespon sesuatu kejadian yang

luar biasa.

d. Kepribadian bersifat kesatuan: kepribadian dipakai untuk memandang diri

sebagai unit tunggal, struktur atau organisasi internal hipotetik yang

membentuk kesatuan dan konsisten.

e. Kepribadian bisa berfungsi baik atau berfungsi buruk. Kepribadian adalah

cara bagaimana orang berada di dunia. Apakah individu tersebut dalam

tampilan yang baik, kepribadiannya sehat dan kuat, atau tampil dalam

keadan yang baik yang berarti kepribadiannnya menyimpang.

2.2.2.2 Stuktur Kepribadian Sigmund Freud

Teori kepribadian yang diungkapkan oleh Sigmund Freud dikenal dengan

psikonalisa . Teori kepribadian dipandang sebagai stuktur id (das es), ego (das

ich), dan superego (das uberich). Ketiga stuktur merupakan instansi yang

menandai hidup spikis dan saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas dan 8

teori kecemasan berhubungan dengan ketiga stuktur kepribadian dalam

menganalisis psikologi kepribadian pada tokoh sutan pulungan dalam cerita rakyat

si baroar. . Tiga stuktur kepribadian menurut Sigmund freud (dalam Koeswara,

1991:32-34) yaitu:
1. Stuktur Id (Das Es)

Freud (dalam Koeswara, 1991:32), id adalah sistem kepribadian yang

paling dasar, sistem yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id memiliki

perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama adalah tindakan-tindakan

refleks yaitu, suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya

otomatis dan segera serta, adanya pada individu merupakan bawaan. Proses kedua

adalah proses primer yakni, suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi

psikologis rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan bahwa id berusaha

mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang bisa

mengurangi tegangan. Bagi id, objek yang dihadirkan melalui proses primer itu

nyata. Dengan ini bagaimana, menurut prinsip realitas yang objektif, dan proses

primer.

2. Stuktur Ego (Das Ich)

Freud (dalam Koeswara, 1991:34), ego (das ich) adalah sistem kepribadian

yang bertindak sebagai pengaruh individu dalam dunia objek dari kenyataan, dan

menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Menurut Freud, ego

terbentuk pada stuktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dari dunia luar.

Adapun hasil proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya

membebaskan kebutuhan individu yaitu proses sekunder. Dengan demikian, ego

bagi individu tidak hanya bertindak sebagai kenyataan,tetapi juga sebagai penguji

kenyataan.

3. Stuktur Superego (Das Uberich)

Freud (dalam Koeswara, 1991:34), superego (das uberich) adalah sistem

kepribadian berisikan nilai-nilai dan aturan yang sifatnya evaluatif. menurut

Freud,
superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai aturan individu dari sejumlah

figur yang berperan, berpengaruh, dan berguna bagi individu. Adapun fungsi

utama dari superego yaitu:

a. Sebagai pengendali dorongan atau impuls naluri id agar impuls tersebut

disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.

b. Mengarahkan ego pada tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan

kenyataan.

c. Mendorong idividu kepada kesempurnaan.

2.2.2.3 Unsur-Unsur Kepribadian

Ada beberapa unsur – unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai


berikut :
1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu unsur – unsur yang mengisi akal dan alam

jiwa yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang

diterimanya melalui panca indranya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian –

bagian tertentu diotaknya. Dan didalam otak tersebutlah semuanya dipropses

menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu kealam sekitar. Dan dalam

antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu ; ”seluru proses akal manusia yang

sadar”.

2. Perasaan

Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagi

perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat

suatu hal yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan.

Persepsi

– persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadarannya perasaan

negative.
“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi

alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. “perasaan” adalah suatu

keaadan dalam keasadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai

sebagai keaadan yang positip atau negative.

3. Dorongan Naluri

Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan lain yang tidak

ditimbulkan karena dipengaruhi oleh pengatuannya, tetapi karena memang

sudan terkandung didalam organismenya, khususnya dalam gennya,

sebagai naluri. Dan kemauan yang sudah merupakan naluri dosbut

“dorongan”.

2.2.2.4 Jenis-jenis Kepribadian

Jenis kepribadian berdasarkan aspek biologis, Hippocrates membagi

kepribadian menjadi 4 kelompok besar dengan focus pada cairan tubuh yang

mendominasi dan memberikan pengaruh kepada individu tersebut. 4 jenis cairan

tubuh), pembagiannya meliputi: empedu kuning (choleris), empedu hitam

(melankolis), cairan lendir (flegmatis) dan darah (sanguinis).

a. Sanguinis, karakteristiknya cepat, periang, tidak stabil. Disebabkan oleh

pengaruh proses darah.

b. Choleris, karakteristiknya mudah marah. Disebabkan oleh proses empedu

kuning.

c. Melankolis, karakteristiknya pesimistis, pemurung. Disebabkan oleh

pengaruh proses empedu hitam.

d. Flegmatis, karakteristiknya lamban, tidak mudah tergerak. Disebabkan

oleh pengaruh proses lendir.


2.2.3 Emosi

Menurut Chaplin (dalam Soeparwoto 2003:74) menyatakan bahwa emosi

didefinisikan sebagai suatu keadaan terangsang dari organisme, mencakup

pengalaman yang disadari bersifat mendalam, dan memungkinkan terjadinya

perubahan perilaku. Selain itu, Poerbawatja dalam Soeparwoto (2007:74) juga

menyatakan bahwa emosi adalah suatu respon (reaksi) terhadap suatu perangsang

yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis, disertai dengan perasaan yang kuat,

biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.

Emosi bisa dibedakan menjadi beberapa klasifikasi emosi dan terjadinya

emosi pada tokoh tidak lepas dari faktor-faktor penyebabnya. Emosi yang terjadi

tanpa adanya faktor-faktor penyebab tidak akan adanya timbul beragam emosi

pada tokoh.

Beberapa macam klasifikasi emosi yang ada pada diri tokoh Sutan

Pulungan, antara lain sebagai berikut :

2.2.3.1 Rasa Malu

Rasa malu berbeda dengan rasa bersalah. Timbulnya rasa malu tanpa

terkait dengan rasa bersalah. Seseorang mungkin merasa malu ketika salah

menggunakan garpu ketika hadir dalam pesta makan malam yang terhormat, tapi

ia tidak merasa bersalah. Ia merasa malu karena merasa bodoh dan kurang

bergengsi di hadapan orang lain. Orang itu tidak merasa bersalah karena ia tidak

melanggar nilai-nilai moralitas. Perasaan ini tidak terdapat pada anak kecil; ia

merasa malu dan bahkan takut bila tertangkap basah sedang mencuri kue.
2.2.3.2 Kebencian

Kebencian atau perasaan benci (hate) berhubungan dengan perasaan

marah, cemburu dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan benci adalah

timbulnya nafsu atau keiinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi

sasaran kebencian. Pada penelitian ini kebencian yang terdapat dalam cerita rakyat

si baroar adalah kebencian .

Perasaan benci bukan sekedar timbulnya perasaan tidak suka atau

eversi/enggan yang dampaknya ingin menghindar dan tidak bermaksud

menghancurkan. Sebaliknya perasaan benci selalu melekat dalam diri seseorang

dan ia tidak akan prnah merasa puas sebelum menghancurkannya ; bila objek itu

dihancurkan ia akan merasa puas (krech, et al., 1974:479).

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena

pada dasaarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Untuk

mengetahui keaslian dari penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka

yang telah dimuat dalam bentuk skripsi dan jurnal. Tinjauan pustaka tersebut

sebagai berikut :

1. Skripsi dari Tertyanta Surya Buana, mahasiswi jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Malang tahun

2017, yang berjudul “ Dinamika Kepribadian dan Emosi Tokoh dalam

Novel Ta’aruf Cinta Karya MAE : Kajian Psikoanalisis Sigmund Freuds”.

Skripsi tersebut meneliti tentang permasalahan seputar dinamika

kepribadian yang membahas naluri, kecemasan, dan emosi. Data yang

digunakan untuk mengungkap mengenai permasalahan yang dicari dalam

penelitian ini
adalah kata-kata dan ungkapan yang terdapat di dalam novel Ta’aruf Cinta

karya Mae.

2. Skripsi dari Maya Oktavia, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Universitas Lampung tahun 2016, yang berjudul, “

Kepribadian pada Tokoh dalam Novel Rindu karya Tere Liye dan

Relevansinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi tersebut

membahas kepribadian dan keadaan psikologi tokoh yang berkaitan

dengan kepribadian tokoh. Prilaku tokoh dalam nivel menunjukkan

psikologi khusus kepribadian tokoh. Perilaku tersebut memperlihatkan

bagaimana tokoh yang memperlihatkan id mampu untuk memenuhi

kebutuhan dasar mereka yang salah satunya menolak rasa sakit dan tidak

nyaman. Seperti tokoh Gurutta. Tokoh Gurutta memiliki pengetahuan

agama yang luas, dengan pengetahuannya itulahia bisa membantu orang

lain dalam penyelesaian masalahnya. Tokoh Gurutta selalu bijaksana

dalam mengambil keputusan dan selalu dengan cara yang bisa diterima

dengan baik.

3. Skripsi dari Okto Fransisco, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jerman

Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2015 yang berjudul, “ Kepribadian

Tokoh Utama dalam Roman MOMO Karya Michael Ende: Analisis

Psikologi Sastra. Hasil penelitian ini adalah kepribadian tokoh utama

Momo adalah praktis, bijaksana, riang gembira, mudah mengerti, tidak

tenang, teliti,ingatan baik, suka menolong, pantang menyerah, dan

persoalan terasa berat dan tipe kepribadiannya adalah phlegmatic, aphatis,

sanguinis, dan amorph.


BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan

Taylor (dalam Moleong, 2013:4) metode penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan sebuah data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode penelitian kualitatif

adalah metode yang memanfaatkan secara keseluruhan penafsiran dengan

menyajikan data. Penelitian ini mendeskripsikan kepribadian pada tokoh Sutan

Pulungan dalam cerita rakyat Si Baroar melalui kajian psikologi sastra.

Penelitian ini menggunakan data dan sumber data yang dikumpulkan

untuk mengetahui jawaban masalah yang dikaji. Sumber data adalah asal dari data

penelitian yang telah diperoleh. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah

informasi atau bahasa yang dikumpulkan yang dipilih oleh peneliti (Sudaryanto,

1993:34).

Data dibagi menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder

(Ratna, 2016:143). Dalam penelitian ini sumber data dibagi dua yaitu, sumber

data primer dan sekunder.

3.2 Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data

sekunder (Ratna, 2016:143):

3.2.1 Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan yang harus dicari

dan, disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan

yang diteliti (Sudaryanto, 1993:3). Data penelitian ini berupa kata dan kalimat

yang
berhubungan dengan kepribadian pada tokoh Sutan Pulungan dalam cerita rakyat

Si Baroar.

3.2.2 Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data utama yang digunakan dalam

penelitian ini berupa cerita rakyat Si Baroar.

3.2.3 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu berbagai literatur yang berhubungan dengan

objek penelitian. Peneliti mengambil dari kumpulan dari artikel, jurnal,buku, blog

dan karya tulis lain yang berkaitan dengan penelitian ini demi memperkaya

khazanah intelektual dalam analisis.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pembacaan

heuristik dan hermeneutik. Menurut Pradopo (dalam Tantawi, 2015:61) metode

heuristik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan struktural bahasanya,

sedangkan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi

sastranya.

Pada metode heuristik, cerita rakyat Si Baroar dibaca dengan teliti. Cerita

rakyat dipahami berdasarkan konvensi bahasa-bahasa yang digunakan oleh

pengarang sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.

Pada metode hermeneutik, peneliti membaca cerita rakyat Si Baroar

secara berulang dan teliti dengan cara memahami konvensi-konvensi yang berlaku

terhadap cerita rakyat Si Baroar terutama kepribadian pada tokoh Sutan Pulungan.
3.4 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teori kepribadian (psikonalisa) menurut Sigmund

Freud berdasarkan stuktur id, ego, superego dan kecemasan. Berikut ini adalah

teknik analisis data cerita rakyat Si Baroar.

1. Data awal, yaitu cerita rakyat Si Baroar dibaca berkali-kali untuk menelaah

dan menemukan data yang diinginkan dengan didukung oleh peranan data

sekunder yang relevan terhadap penelitian.

2. Ungkapan atau kalimat yang berkaitan dengan kepribadian pada tokoh

Sutan Pulungan.

4. Peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Psikologi kepribadian edisi revisi. Malang : UMM Press.

Bascom, W.R. (1965a). “Four function for folklore. In Alan Dundes, (Ed). The

studi of folklore”. Englewood (Liffts, N.): Prentice Hall Inc.

Eeagleton, Terry. 2010. Teori sastra : sebuah pengantar komprehensif . Penerbit :

Jalasutra.

Koeswara, E. 1991.Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Bandung.

Krech, David dan Richard S. Crutchfield, Norman Livson, William A. Wilson, Jr,

Elements of Psykology, New York: Thirt Edition, Alfred A. Knopf, Inc,.

1974.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra Teori,

Langkah dan Penerapannya. Yogyakarta: MedPress.

Minderop, Albertine. 2005. Psikologi Sastra Karya Sastra Metode, Teori,

dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra Karya Sastra Metode, Teori,

dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Minderop, Albertine. 2013. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori,

dan Contoh Kasus. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :

Remaja Rosdakarya.
Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori, Metode, dan Telaah Penelitian Sastra.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2016. Metodologi Penelitian : Kajian Budaya dan Ilmu

Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Sarumpaet, Riris K, Toha. 2002. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Pustaka

Obor Indonesia.

Setyorini, Ririn. 2017. “Analisis Kepribadian Tokoh Marni Kajian Psikologi

Sigmund Freud dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari” (Jurnal).

Brebes. Universitas Peradaban Bumiayu.

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/9203-19569-1-PB.pdf Diakses pada

tanggal 31 Agustus 2020

Soeparwoto. 2003. Psikologo Perkembangan. Semrang: UPT UNNES

Soeparwoto. 2007. Psikologo Perkembangan. Semrang: UPT UNNES PRESS.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Wacana

Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta : UGM Press.

Sugihastuti dan Suharto. (2002). Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Tantawi, Isma. 2015. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung : Citapustaka Media.

 Daftar Internet

Isnain. (2007). Cerita rakyat. Tersedia di :


http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1265/cerita-rakyat.

Diakses(4september 2002, 15:20)


DATA AWAL

Kepribadian tokoh sutan pulungan dalam cerita rakyat Si Baroar

Mandailing Sumatera Utara ditunjukkan dalam deskripsi cerita. Berikut inilah

kepribadian tokoh sutan pulungan dalam cerita rakyat Si Baroar berdasarkan

menurut (Alwisol 2009) yang menjadiciri bahwa definisi itu mengandung definisi

kepribadian yaitu

1. kepribadian yang bersifat umum : kepribadian menunjuk kepada sifat

umum seseorang-pikiran kegiatan dan perasaan yang berpengaruh secara sistemik

terhadap keseluruhan tingkah lakunya.

“Hai, Prajurit! Mana rusa itu?” tanya Sutan Pulungan.

“Ampun, Baginda! Ternyata Sipamutang menyalak bukan karena menemukan

rusa, tapi seorang bayi,” jawab seorang prajurit.

“Apa katamu? Seorang bayi?” tanya Sutan Pulungan terkejut seraya mendekati

bayi tersebut.

“Siapa yang meletakkan bayi di atas batu ini?” Sutan Pulungan kembali

bertanya. “Ampun, Baginda! Hamba juga tidak tahu. Tapi, saat baru tiba, hamba

dan prajurit lainnya melihat seorang

perempuan berkelebat dengan sangat cepat meninggalkan tempat ini,” jawab

seorang prajurit lainnya.

Pada kutipan ini dapat di lihat, kepribadian sutan pulungan dipakai untuk

menunjukkan bahwa kepribadian pada sifat umum sutan pulungan dimana pikiran

dan perasaan berpengaruh terhadap tingkah lakunya.


2. Kepribadian bersifat khas: kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat

individu yang yang membedakan dia dengan orang lain, semacam

tandatangan atau sidik jari psikologik, bagaimana individu berbeda dengan

orang lain.

“Prajurit! Cepatlah kalian susul si Pamutung! Aku yakin dia pasti menemukan

rusa!” seru Sutan Pulungan kepada prajuritnya.

Mendengar perintah itu, beberapa orang prajurit segera berlari ke tempat

Sipamutung menyalak.

Pada kutipan ini dapat dilihat, kepribadian sutan pulungan dipakai untuk

menjelaskan sifat individu yang membedakan dia dengan orang lain, yaitu sutan

pulungan adalah raja dan yang diperintahkannya adalah prajuritnya.

3. Kepribadian bisa berfungsi baik atau berfungsi buruk : Kepribadian

adalah cara bagaimana orang berada di dunia. Apakah individu tersebut dalam

tampilan yang baik, kepribadiannya sehat dan kuat, atau tampil dalam keadan

yang baik yang berarti kepribadiannnya menyimpang.

Pada suatu hari, Sutan Pulungan mengumpulkan seluruh pembesar kerajaan

untuk menyusun rencana pembunuhan rahasia tersebut. Dalam sidang tersebut,

ia memerintahkan kepada pembesarnya agar segera menyelenggarakan upacara

adat Sopo Godang, yakni upacara penggantian tiang besar balai sidang yang

sudah lapuk. Sutan Pulungan akan

menyelenggarakan upacara adat tersebut secara besar‐besaran di istana

Kerajaan Huta Bargot, karena ia ingin

memanfaatkan keramaian itu untuk menutupi perbuatannya membunuh si Baroar.


Pada kutipan ini dapat dilihat, kepribadian sutan pulungan menunjukkan

bahwa sifat dari sutan pulungan sangatlah buruk, dia mengumpulkan seluruh

pembesar kerajaan untuk berencana membunuh Si Baroar tersebut.


LAMPIRAN

SINOPSIS

Cerita Rakyat Si Baroar

Cerita Rakyat Si Baroar berisikan tentang seorang anak yang sangat sakti.

Dalam cerita Si Baroar ini mengisahkan seorang Raja yang bernama Sutan

Pulungan yang bertindak semena-mena terhadap rakyatnya, salah satunya

berupaya membunuh Si Baroar dengan alasan yang tidak wajar. Si Baroar adalah

anak yang dipungut dari tengah hutan saat berburu rusa oleh Raja Sutan Pulungan

beserta pasukannya, kemudian ia diserahkan dan sekaligus diasuh seorang Inang

Asuh bernama si Sauwa yang sama sekali belum punya anak di sebuah

perkampungan di Panyabungan Tonga.

Ketika Si Baroar berusia enam tahun, di saat bersamaan anak dari raja Sutan

Pulungan mempunyai kemiripan yang persis sama dengan si Baroar, orang-orang

sering keliru menyapa ketika bertemu dengan salah seorang dari kedua anak

tersebut. Jika si Baroar berjalan-jalan sendirian, orang-orang yang bertemu

dengannya selalu memberi hormat kepadanya dan menyapanya seperti menyapa

putra Sutan Pulungan.

Tetapi sebaliknya, jika bertemu dengan putra Sutan Pulungan, mereka

memperlakukannya seperti anak rakyat biasa. Dengan alasan ini, di saat itu Raja

Sutan Pulungan merasa terhina atas kejadian tersebut, sehingga ia memutuskan

untuk membunuh Si Baroar secara rahasia. Namun yang terjadi malah putra Sutan

Pulungan yang terbunuh, disebabkan kekeliruan para hulubalang ketika

membunuhnya.

Anda mungkin juga menyukai