Anda di halaman 1dari 2

Nama : bella filia

Nim : 1810106019

HUBUNGAN ANTARA METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC) TERHADAP


SUHU TUBUH BBLR DI RSKD IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

1. What : Hubungan antara metode KCM dengan suhu tubuh BBRL


2. Who : Ibu nifas yang melahirkan dengan berat badan lahir rendah
3. Why : karena disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital dan BBRL
( kurang dari 2500 gr)
4. When : beberapa tahun terakhir
5. Where : RSKD ibu dan anak pertiwi makassar
6. How :
Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya
(prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan
selama masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di
negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan.
BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian pada neonatus (HTA
Indonesia 2008_Perawatan BBLR dengan Metode Kanguru_hlm3/38).
state of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan
bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah.
Namun demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena
sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan
kongenital sebagian juga adalah BBLR. Berdasarkan perkiraan World Health
Organization (WHO) pada tahun 2007, di negara berkembang hampir 70%
dari 5 juta kematian neonatal dan 17 dari 25 juta persalinan per tahun
melahirkan bayi dengan BBLR (kurang dari 2500 gr).
Departemen Kesehatan (2007) angka kematian sepsis neonatorum
cukup tinggi 13- 50% dari angka kematian bayi baru lahir. Adapun masalah
yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis,
kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes,
2007). Sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi saat bayi umur dibawah 1
bulan dan terutama disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir
rendah (BBLR). Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir
dengan berat rendah (Depkes RI, 2007.
Pada tahun 2008 jumlah bayi yang mengalmi BBLR mengalami
penurunan menjadi 1998 (1,36% dari total jumlah bayi lahir) dan yang di
tangani sebanyak 1670 (83,58%), sementara kasus tertinggi di kota Makassar
(251) kasus, menyusul kabupaten sidrap (172) kasus, kota pare-pare (158)
kasus dan kabupaten Pangkep (147) kasus dan terendah di kabupaten
Jeneponto sebanyak 22 kasus (profil dinkes, 2009).
Sedangkan untuk tahun 2009 jumlah bayi dengan BBLR mengalami
peningkatan menjadi 2040 (1,36% dari total jumlah bayi lahir) dan yang di
tangani sebanyak 2025 (99,26%), sementara kasus tertingggi di kota Makassar
251 kasus. (dinkes-sulsel). Propil kesehatan propinsi Sulawesi selatan 2009,
BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah
propinsi Sumatra utara dan tertinggi Sulawesi selatan, tercatat bahwa jumlah
bayi dengan BBLR sebanyak 1554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang
tertangani sebanyak 1178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi di kota
makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dan 13486 bayi lahir hidup. (profil dinkes,
2009).
Dari data RSKD ibu dan anak Pertiwi pada tahun 2010 jumlah bayi
BBLR adalah 308 dan kejadian terbanyak pada bulan mei 2010 dengan total
30 kelahiran dengan BBLR, tahun 2011 kejadian BBLR meningkat menjadi
366, dengan kejadian terbanyak pada bulan july dengan total 59 kelahiran
dengan BBLR dan pada tahun 2012 kelahiran bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah 333 dengan kejadian terbanyak pada bulan oktober yaitu 39
kelahiran dengan BBLR. (Medical Record, 2013).

Anda mungkin juga menyukai