Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ANI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Keperawatan Anak II

Pengampu: Rusana, M.Kep., Sp.Kep.Anak

Kelompok 3 :
1. Fitrianingsih (108118040)
2. Destri Retno R (108118039)
3. Farida Wulandari (108118037)
4. Venti Amalia (108118038)

S1 KEPERAWATAN
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2020
Masalah Kesehatan : Atresia Ani

Atresia ani merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak
sempurna. Sedangkan kloaka persisten termasuk didalam kelainan malformasi
anorektal karena pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus
digestivus tidak berjalan dengan sempurna. Banyak anak-anak dengan malformasi
ini memiliki anus imperforate dimana rektum tidak mempunyai lubang keluar
yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan pembentukan anus
(Hockenberry & Wong, (Irene Lokananta, 2016).
Atresia Ani adalah kelainan bawaan (congenital), tidak adanya lubang atau
saluran anusDonna L. Wong (2013)

A. ETIOLOGI/FAKTOR RESIKO
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,
fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain::
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu
atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan sekumpulan
gejala mental dan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan gen dimana
terdapat ekstra salinan kromosom )
5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

B. PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada
kehidupan embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian
belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka
yang merupakan bakal genitourinaria dan struktur anorektal. Terjadi stenosis
anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia ani
karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon
antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi
dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada
uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui
anus menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal
mengalami obstruksi.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah
dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju
rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia,
sebaliknya feses mengalir ke arah traktus urinarius menyebabkan infeksi
berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum
dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina
(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya letak
tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate.
(rektovesika). Pada letak rendah fistula menuju ke uretra (rektourethralis).

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada
fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

D. PATHWAYS
Gangguan Pemenuhan kebutuhan Kebutuhan Dasar

Gangguan pertumbuhan
Fusi
Pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik

Atresia Ani adalah kelainan bawaan (congenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus Donna L. Wong (2013)

Feses tidak keluar vistel rectovaginal


Feses menumpuk feses masuk ke uretra

Peningkatan tekanan reabsorbsi sisa mikroorganisme


masuk
intra abdominal metabolism oleh tubuh saluran kemih

operasi : mual muntah Dysuria


Anoplasti, colostomi

Deficit nutrisi kurang dari kbutuhan Inkontinensia Fekal


tubuh Gangguan rasa nyaman
SLKI : Tingkat nyeri
SLKI : Status Nutrisi (L.06053) SLKI : Status (L.08066)
SIKI : Manajemen Nutrisi Kenyamanan (L. 08064)
SIKI : Perawatan
(I.03120) SIKI : Terapi Relaksasi Inkontinensia Fekal
(I.09326) (I.04162)
Trauma jaringan
Nyeri Akut
Perubahab defekasi
SLKI : Tingkat nyeri (L.08066)
SIKI : Manajemen Nyeri (I.08238)
Pengeluaran tidak terkontrol Nyeri
perawatan tidak adekuat

Iritasi mukosa
Gangguan rasa nyaman
SLKI : Status Kenyamanan (L. 08064)
SIKI : Terapi Relaksasi (I.09326)

Risiko kerusakan integriras kulit


Risiko infeksi
SLKI : Integritas kulit dan
SLKI: Tingkat infeksi (L.14137)
jaringan
SIKI : Pencegahan Infeksi (I.14539)
(L.14125)
SIKI : Perawatan Integritas Kulit
(I. 11353)
E. MASALAH KEPERAWATAN

Pre Operasi
1. Inkontinensia
2. Deficit nutrisi
3. Gangguan rasa nyaman
Post Operasi
1. Nyeri akut
2. Resiko kerusakan integritas
3. Resiko infeksi

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Jenis Hasil
Radiologis Untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal
Ditemukan Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang
menandakan obstruksi di daerah tersebut.
Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian
baru lahir dan gambaran iniharus dipikirkan kemungkinan
atresia reftil/ anus impoefartus. Udara berhenti tiba tiba
didaerah sigmoid, kolon/rectum
Sinar X terhadap Menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan mengetahui
abdomen jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingther
Ultrasound Melihat fungsi organ internal terutama sistem pencernaan
CT Scan Menentukan lesi
Pyelografi intravena Menilai pelfiokalises dan ureter
Rontgen abdomen dan Mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan
pelvis traktus urinarius

G. TERAPI
Terapi suportif pasca operasi :
1. Pemasangan kateter foley
2. Dilatasi pada anus
3. Pemberian lakstif dan pengaturan diet
4. Kebutuhan Cairan dan Kalori
Rumus Normal -> Maintance
1-10 kg = 100 cc /kgBB/hari
11-20 kg = 1000 + (n.50) /kgBB/hari
>20 kg = 1500 + (n.20) /kgBB/hari
Setiap kenaikan suhu 1’ C dari 37’C =10% dari kebutuhan

Kalori = ccal = satuanya


Kebutuhan Cairan Kebutuhan Nutrisi
250-300 ML Protein : 3,3 g
1150-1300 ML Lemak Omega 3 : 2,6 g
1350-1500 ML Vitamin B1 : 1,4 , Vit B6 : 1,9 , Vit B12
: 2,6
1800-2000 ML Kalsium : 1200 mg
2000-2200 ML Besi :27 mg
2200-2700 ML Zink : 11-12 ML

H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Kolostomi
Kolostomi adalah suatu tindakan membuat lubang pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya
sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Saat ini
tatalaksana atresia ani yang paling ideal adalah divided descending
colostomy karena kolostomi ini memungkinkan terjadinya
dekompresi yang adekuat, dan segmen kolon distal non-fungsional
yang pendek namun tidak mengganggu proses pull-through pada
tahap terapi definitive. Kolostomi pada sigmoid juga dianggap lebih
menguntungkan dibanding dengan kolostomi transversal, karena
proses pembersihan kolon distal pada proses kolostomi menjadi lebih
mudah. Loop colostomy memungkinkan masuknya feses dari stoma
proksimal ke distal, dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi,
dilatasi rektal, dan impaksi feses. Kolostomi pada rektosigmoid
bagian bawah sering terjadi kesalahan karena proses ini membuat
segmen distal menjadi terlalu pendek dan sulit untuk dimobilisasi
pada proses pull through.
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
PSARP adalah suatu tindakan membelah muskulus sfingter
eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi
kantong rectum dan pemotongan fistel. PSARP umumnya ditunda 9
sampai 12 bulan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar dan
pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan
bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status
nutrisinya.
c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari
setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Awalnya BAB
akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang
frekuensinya dan agak padat.
d. Perawatan Postoperasi
Setelah menjalani operasi, dua minggu kemudian pasien menjalani
anal dilatasi dua kali setiap hari sampai ukuran busi sesuai dengan
umur pasien dan saat businasi terasa lancar dan tidak terasa sakit.
Kemudian dilakukan tappering businasi dengan menurunkan
frekuensi sampai beberapa bulan, biasanya sekitar 6 bulan. Orang tua
pasien harus diikutsertakan dalam program ini karena orang tua yang
menjalankan dan orang yang paling dekat dengan anak.
2. Keperawatan
a. Toilet training
b. Bowel management
c. Diet konstipasi
d. Diet laksatif tinggi serat

Proses asuhan Keperawatan (Diagnosis s.d Evaluasi Keperawatan)


A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama, Tempat tgl lahir, umur, Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku
Bangsa Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa
Medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan
membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina
atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah
setelah 24-48 jam pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan
kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh
angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak
mempengaruhi kejadian atresia ani
3. Pola fungsi kesehatan
a. aktifitas kesehatan/latihan
b. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang
apa yang dirasakan dan apa yang diinginkan. Pola belum bisa
melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih bayi.

AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilitas ditempat tidur 
Pindah 
Ambulansi 
Makan 

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolic
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada meconium
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientas i
dengan baik pada orang lain
g. Pola konsep diri
Identitas diri : belum bisa dikaji
Ideal diri : belum bisa dikaji
Gambaran diri : belum bisa dikaji
Peran diri : belum bisa dikaji
Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan
orang lain secara mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu
berespon terhadap adanya suatu masalah
4. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani
adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus
obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh
jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium
dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (FKUI,
Ilmu Kesehatan Anak:1985).
a. Pemeriksaan Fisik Head to toe
Tanda vital
Nadi : 110 X/menit
Respirasi : 32 X/menit.
Suhu axila :37º Celsius.
b. Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
c. Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva,
tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak
agak pucat.
d. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
e. Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus,
tidak cheilochisis.
f. Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago
berbentuk sempurna
g. Leher
Tidak ada webbed neck.
h. Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest,
pernafasan normal
i. Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
j. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor,
tidak terdapat perdarahan pada umbilicus
k. Getalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
l. Gentalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
m. Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-
kadang tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan
kedalam anus tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi terdengar
peristaltic.
n. Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun
kaki dan kukunya tampak agak pucat
o. Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid
p. Pemeriksaan Reflek
Suching +
Rooting +
Moro +
Grip +
Plantar +

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre operasi

Dx Risiko Mayor Minor


Inkontenisa Atresia Ani 1.Tidak mampu 1. Bau feses
rektakal mengontrol 2. Kram/ nyeri
(D.0041) pengeluaran feses abdomen
2.Tidak mampu
menunda defekasi
3.Fese keluar sedikit-
sedikit dan sering

Deficit Ketidakmampuan 1. IMT > 25 kg/ m’’ 1. Tebal lipartan


nutrisi mencerna (pada dewasa ) kulit trisep < 25
(D.0019) makanan mm
2. Atau berat dan
panjang badan lebih
dari presentil 95
(pada anak < 2
tahun) atau IMT
pada presentil ke 85-
95 (pada anak 2- 18
tahun)

Gangguan Gejala Penyakit 1. Mengeluh tidak 1. Mengeluh sulit


rasa nyaman tidur
nyaman 2. Gelisah 2. Tidak mampu
(0074) rileks
3. Mengeluh
kedinginan
/ panas
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah
7. Menunjukan
gejala distress
8. Tampak
merintih/
menangis
9. Pola eliminasi
berubah
10. Postur tubuh
berubah
11. Iritabilitas
Post operasi

Dx Risiko Mayor Minor


Nyeri Akut Agen cedera 1. Mengeluh nyeri 1.Tekanan darah
(D.0077) fisik 2. tampak meringis meningkat
3. Bersikap protektif 2.Pola nafas berubah
4. Gelisah 3.Nafsu makan
5. Frekuensi nadi berubah
meningkat 4.Proses berpikir
6. Sulit tidur terganggu
5.Menarik diri
6.Berfokus pada diri
sendiri
7.Diaphoresis

Risiko Kurang terpapar Tidak ada Tidak ada


Gangguan informasi tentang
Integritas upaya
kulit mempertahankan
( D.0139) / melindungi
integritas
jaringan

Risiko Prosedur Tidak ada Tidak ada


Infeksi invasive
(D.0077)

Pre Operasi
1. Inkontinensia fekal b.d Atresia ani d.d tidak mampu mengontrol
pengeluaran feses, tidak mampu menunda defekasi, feses keluar
sedikit-sedikit dan sering, bau feses, kram/ nyeri abdomen (D.0041)
2. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan b.d IMT > 25
kg/ m’’ (pada dewasa ), atau berat dan panjang badan lebih dari
presentil 95 (pada anak < 2 tahun) atau IMT pada presentil ke 85- 95
(pada anak 2- 18 tahun), tebal lipartan kulit trisep < 25 mm (D.0019)
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit d.d . mengeluh tidak
nyaman , gelisah, mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh
kedinginan/ panas, merasa gatal, mengeluh mual, mengeluh lelah,
menunjukan gejala distress, tampak merintih/ menangis, pola eliminasi
berubah, postur tubuh berubah, iritabilitas (0074)

Post Operasi
1. Nyeri akut b.d cedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaphoresis (D.0077)
2. Risiko gangguan integritas kulit b.d kurang terpapar informasi
tentang upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan
(D.0129)
3. Risiko infeksi b.d prosedur invasive (D.0142)

C. LUARAN KEPERAWATAN SLKI


Pre Operasi
1. Inkontinensia fekal b.d Atresia ani d.d tidak mampu mengontrol
pengeluaran feses, tidak mampu menunda defekasi, feses keluar sedikit-
sedikit dan sering, bau feses, kram/ nyeri abdomen (D.0041)
2. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan b.d IMT > 25 kg/
m’’ (pada dewasa ), atau berat dan panjang badan lebih dari presentil 95
(pada anak < 2 tahun) atau IMT pada presentil ke 85- 95 (pada anak 2- 18
tahun), tebal lipartan kulit trisep < 25 mm (D.0019)
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit d.d . mengeluh tidak
nyaman , gelisah, mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh
kedinginan/ panas, merasa gatal, mengeluh mual, mengeluh lelah,
menunjukan gejala distress, tampak merintih/ menangis, pola eliminasi
berubah, postur tubuh berubah, iritabilitas (0074)

Luaran Ekspetasi Kriteria Hasil

Kontinensia Fekal Membaik 1. Pengontrolan pengeluaran feses


(L.04035) (5)
2. Defekasi (5)
3. Frekuensi buang air besar (5)
4. Kondisi kulit perianal (5)
Ket :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

Status Nutrisi Membaik 1. Porsi makanan yang dihabiskan


(L.06053) (5)
2. Kekuatan otot pengunyah (5)
3. Kekuatan otot menelan (5)
4. Serum albumin(5)
5. Verbalisasi keinginan untuk
meningkatkan nutrisi (5)
6. Penegtahuan tentang plihan
makanan yang sehat (5)
7. Pengetahuan tentang pilihan
minuman yang sehat (5)
8. Pengetahuan tentang standar
asupan nutrisi yang tepat (5)
9. Penyiapan dari penyimpanan
makanan yanga aman (5)
10. Penyiapan dari penyimpanan
minuman yang tepat(5)
11. Sikap terhadap[ makanan/
minuman yang aman 95)
12. Sikap terhadap makanan
/minuman yang sesuia dengan
tujuan kesehatan (5)
Ket :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

1. Perasaan cepat kenyang


2. Nyeri abdomen
3. Sariawan
4. Rambut rontok
5. Diare
Ket :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

1. Berat badan
2. Indeks masa tubuh(IMT)
3. Frekuensi makan
4. Nafsu makan
5. Bising usu
6. Tebal lipatan kulit trisep
7. Membrane mukosa
Ket :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik

Status Meningkat 1. Kesejahteraan fisik (5)


Kenyamanan (L. 2. Kesejahteraan psikologis(5)
08064) 3. Dukungan social dari keluarga
(5)
4. Dukungan social dari teman
dukungan sesuai dari keyakinan
budaya (5)
5. Perawatan sesuai kebutuhan (5)
6. Kebebasan melakukan ibadah
(5)
7. Rileks (5)
Ket :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

1. Keluhan tidak nyaman (5)


2. Gelisah (5)
3. Kebisingan (5)
4. Keluhan sulit tidur (5)
5. Keluhan kedinginan (5)
6. Keluhan kepanasan (5/0
7. Gatal (5)
8. Mual (5)
9. Lelah
10. Merintih (5)
11. Menangis (5)
12. Iritabilitas (5)
13. Menyalahkan diri sendiri (5)
14. Konfusi (5)
15. Penggunaan alcohol (5)
16. Penggunaan zat (5)
17. Percobaan bunuh diri (5)
Ket :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
1. Memori masa lalu (5)
2. Suhu ruangan (5)
3. Pola eliminasi (5)
4. Postur tubuh (5)
5. Kewaspadaan (5)
6. Pola hidup (5)
7. Pola tidur (5)
Ket :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik

Post Operasi
1. Nyeri akut b.d cedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah
meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis (D.0077)
2. Risiko gangguan integritas kulit b.d kurang terpapar informasi tentang
upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan (D.0129)
3. Risiko infeksi b.d prosedur invasive (D.0142)

Luaran Ekspetasi Kriteria hasil


Tingkat nyeri Menurun 1. Keluahan nyeri (5)
(L.08066) 2. Meringis (5)
3. Sikap protektif (5)
4. Gelisah (5)
5. Kesulitan tidur (5)
6. Menarik diri (5)
7. Berfokus pada diri sendiri(5)
8. Disforesis (5)
9. Perasaan depresi (tertekan )
10. Perasaan takut akan cedera
berulang (5)
11. Anoreksia (5)
12. Perineum terasa tertekan (5)
13. Uterus terasa teraba
membulat
14. Ketegangan otot(5)
15. Pupil dilatasi (5)
16. Muntah (5)
17. Mual (5)
Ket :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

1. Frekuensi nadi (5)


2. Pola nafas (5)
3. Tekanan darah (5)
4. Proses berfikir(5)
5. Fokus (5)
6. Fokus berkemih (5)
7. Perlaku (5)
8. Nafsu makan (5)
9. Pola tidur (5)
Ket :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup memburuk
5. Membaik
Integritas kulit Meningkat 1. Elastisitas (5)
dan jaringan 2. Hidrasi
(L.14125) 3. Perfusi jaringan
Ket :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
1. Kerusakan jaringan (5)
2. Kerusakan lapisan kulit (5)
3. Nyeri (5)
4. Perdarahan (5)
5. Kemerahan (5)
6. Hematoma (5)
7. Pigmentasi abnormal (5)
8. Jaringan parut (5)
9. Nekrosis (5)
10. Abrasi kornea (5)
Ket :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

1. Suhu kulit
2. Sensasi
3. Tekstur
4. Pertumbuhan rambut
Ket :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
Tingkat infeksi Menurun 1. Kebersihan tang (5)
(L.14137) 2. Kebersihan badan (5)
3. Nafsu makan (5)
Ket :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

1. Demam
2. Kemerahan
3. Nyeri
4. Bengkak
5. Vesikel
6. Cairan berbau busuk
7. Sputum berwarna hijau
drainas purulent (5)
8. Pluna (5)
9. Periode malaise (5)
10. Periode mengginggil (5)
11. Lelangi (5)
12. Gangguan kognitif (5)
Ket :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

1. Kadarsel darah putih (5)


2. Kultur darah (5)
3. Kultur urine (5)
4. Kultur sputum (5)
5. Kultur fese (5)
Ket :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup embaik
5. Membaik

D. INTERVENSI KEPERAWATAN SIKI

Pre Operasi

Diagnose Keperawatan Intervensi keperawatan

1. Inkontinensia fekal b.d SIKI : Perawatan Inkontinensia Fekal


Atresia ani d.d tidak (I.04162)
mampu mengontrol Observasi
pengeluaran feses, tidak 1. Identifikasi penyebab inkontinensia
mampu menunda fekal baik fidsik maupun psikologis(misalnya
defekasi, feses keluar gangguan saraf motoric )
sedikit-sedikit dan 2. Identifikasi perubahan frekuensi
sering, bau feses, kram/ defekasi dan konsistensi feses
nyeri abdomen 3. Monitor kondisi kulit perianal
(D.0041) 4. Monitor keadekuatan evakuasi feses
5. Monitor diet dan kebutuhan cairan
6. Monitor efek samping pemberian obat
Terapeutik
1. Bersihkan daerah perianal dengan sabun dan
air
2. Jaga kebersihan tempat tidurdan pakaan
3. Laksanakan program latihan usus (bowel
training)
4. Berikan celana pelindung/ pembalut sesuai
kebutuhan
5. Jadwalkan BAB di tempat tidur jika
perlu
6. Hindari makanan yang menyeabkan
diare
Edukasi
1. Jelaskan definisi, jenis inkontinensia,
penyebab inkontinensia fekal
2. Anjurkan mencatat karateristik fese
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat diare (mis:
loperamide, atropine)
2. Deficit nutrisi b.d SIKI : Manajemen Nutrisi (I.03120)
ketidakmampuan Observasi
mencerna makanan 1. Identifikasi indikasi pemberian nutrisi
b.d IMT > 25 kg/ m’’ 2. Idntifikasi jenis akses parenteral yang
(pada dewasa ), atau diperlukan (mis; perifer, sentral)
berat dan panjang 3. Monitor reaksi alergi penmberian nutrisi
badan lebih dari
parenteral
presentil 95 (pada
4. Monitor kepatenan akses intravena
anak < 2 tahun) atau
IMT pada presentil ke 5. Monitor asupan nutrisi
85- 95 (pada anak 2- 6. Monitor terjadinya komplikasi (mis:
18 tahun), tebal mekanik, septik, metabolic)
lipartan kulit trisep < Terapeutik
25 mm (D.0019) 1. Hitung kebutuhan kalori
2. Berikan nutrisi parenteral, sesuai indikasi
3. Atur pemberian infis dengantempat
4. Gunakan infusin pump, jika tersedia
5. Hindari pengambilan sampel darah dan
pemberian obat pada jalur nutrisi parenteral
6. Hintari kantung terpasang lebih dari 24 jam
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian
nutrisi parenteral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemasangan akses vena sentral,
jika perlu.

3. Gangguan rasa SIKI : Terapi Relaksasi (I.09326)


nyaman b.d gejala Observasi
terkait penyakit d.d . 1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
mengeluh tidak ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala
nyaman , gelisah, lainnya
mengeluh sulit tidur, 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
tidak mampu rileks, efektif digunakan
mengeluh kedinginan/ 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
panas, merasa gatal, penggunaan teknik sebelumnya
mengeluh mual, 4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
mengeluh lelah,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan
menunjukan gejala
sesudah latihan
distress, tampak
merintih/ menangis, 5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
pola eliminasi Terapeutik
berubah, postur tubuh 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
berubah, iritabilitas gangguan dengan pencahayaan dan suhu
(0074) ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi.
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambai dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgesic atau tindakan
media lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia (mis: musi, meditasi,
nafas dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
5. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis: nafas dalam )

Post Operasi

Diagnose Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut b.d cedera SIKI : Manajemen Nyeri (I.08238)
fisik d.d mengeluh Observasi
nyeri, tampak 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
meringis, bersikap frekuensi, kualita, intensitas nyeri.
protektif, gelisah,
frekuensi nadi 2. Identifikasi skala neri
meningkat, sulit tidur, 3. Identifikasi nyeri non verbal.
tekanan darah 4. Identifikasifaktor yang memperberat dan
meningkat, pola nafas memperingan nyeri.
berubah, nafsu makan 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
berubah, proses tentang nyeri.identifikasi pengaruh
berpikir terganggu,
budaya terhadp respon nyeri.
menarik diri, berfokus
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
pada diri sendiri,
diaphoresis (D.0077) hidup.
7. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan
analgesic
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis: TENS,
hipnois)
2. Control lingkungan yang memperberat
raa nyeri (mis: suhsu, ruangan,
pencahayaan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesic secara
tepat
5. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analagesik, jika
perlu.
2. Risiko gangguan Siki : Perawatan Integritas Kulit (I. 11353)
integritas kulit b.d
Observasi
kurang terpapar
informasi tentang 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas
upaya kulit (mis: perubahan sirkulasi, perubahan
mempertahankan/
melindungi integritas siklus nutrisi, penurunan kelmbaban)
jaringan (D.0129)
Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan,
jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petroleum atau
minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitive
6. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
kulit kering
Edukasi
1. Anjrkan menggunakan pelembab (mis:
lotion, serum)
2. Anjurkan minmum yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayaur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada diluar rumah
7. Anjurkan mandi menggunakan sabun
secukupnya.
3.Risiko infeksi b.d SIKI : Pencegahan Infeksi (I.14539)
prosedur invasive Observasi
(D.0142) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
dan sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan peraatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesuadah kontak
dengan pasien dan lingkungan paien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
berisisko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Samsyuhidajat, R.2004.Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC


Wong.Dona L. 2004. Pedoman Terkini Keperawatan Pediatric. Jakarta:EGC
Ackley,B,J.,Ladwig,G.B,&Makle,M.B.F.(2017). Nursing diagnosis handbook,an
evidance-based guide to planning care (11 ed) St.Louis:Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai