Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXIX Nomor 1April 2014 (69 - 78) P:ISSN 0215-2525

E: ISSN 2549-7960

ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL EKONOMI DI KOTA PEKANBARU

Analysis of Economic Structural Transformation in Pekanbaru City

Sisca Vaulina dan Septina Elida


Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru. Jl. Kaharuddin Nasution No.113 P. Marpoyan Pekanbaru 28284
Telp: 0761-72126 ext. 123, Fax: 0761-674681
[Diterima Oktober 2013, Disetujui Februari 2014]

ABSTRACT
The goals of this research were to know the role of agriculture sector (primary sector) on the
economy at Pekanbaru city and recognize structural transformation occurred at Pekanbaru city during
1992, 2002, and 2012. The method used case study and secondary data used was PDRB during
period 1992, 2002, and 2012.The location quotient (LQ) and shift share were used for data
analyses.The results showed that value LQ analysis that is primary sector in Pekanbaru city ranged
from 0.007 to 0.02. Its mean the primary sector was non basis sector, the sector has not been able to
make export and could notbe able to meet a need and demand of average consumption in the region.
The structural transformation occurred at Pekanbaru city were the primary sector (1.26%), the
secondary sector(26.47%) and the tertiary sector (72.00%).
Keywords: Structural transformation, LQ, Shift share

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran sektor pertanian (sektor primer) terhadap
perekonomian Kota Pekanbaru, dan transformasi struktural di Kota Pekanbaru dengan jangka waktu
tahun 1992, tahun 2002, dan tahun 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus, dengan data sekunder yaitu data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 selama periode
tahun 1992, tahun 2002, tahun 2012. Data dianalisis dengan menggunakan Location Quotient (LQ)
dan Shift Share. Hasil menunjukkan bahwa berdasarkan analisis LQ, untuk sektor primer di Kota
Pekanbaru nilai LQ berkisar 0,007–0,02. Nilai LQ ini mengandung arti bahwa sektor primer
merupakan sektor non basis, sektor ini belum mampu ekspor bahkan belum mampu untuk memenuhi
kebutuhan dan permintaan rata-rata konsumsi di wilayahnya. Transformasi struktural terjadi di Kota
Pekanbaru, sektor primer (1,26%), sektor sekunder (26,47%) dan sektor tersier (72,00%).
Kata Kunci: Transformasi struktural, LQ, Shift share

PENDAHULUAN menemukan bahwa proses transformasi


Dimulai tahun 1960 peran pertanian struktural negara maju cenderung seragam
sebagai sentral bagi pertumbuhan, terutama antara satu negara dengan negara lain, dimana
pada tahap awal industrialisasi (Johnston dan proses tersebut terdiri dari 2 tahap. Pertama,
Mellor, 1961). Hubungan antara sektor pada awalnya sumber-sumber daya ekonomi
pertanian ke sektor-sektor lain telah lama sebagian besar dialokasikan pada sektor
menjadi daya tarik bagi paraekonom pertanian, yang kemudian seiring dengan
(Thorbecke, 1969). Dalam suatu negara, pertumbuhan ekonomi alokasi ekonomi
pertanian dapat memainkan peran penting ke bertransformasi ke sektor industri dan jasa.
transformasi ekonomi modern, jika perluasan Kedua, alokasi sumber-sumber daya ekonomi
pertanian non tradisional dan modernisasi kembali bertransformasi dari sektor pertanian
pertanian tradisional menyediakan sumber dan industri ke sektor jasa. Menurut Hayami dan
keuntungan (Kolavalli et al., 2012). Ruttan (1971), perubahan struktur sektor
Peran pertanian dalam transformasi pertanian yaitu adanya perubahan pola
struktural telah berkembang dari waktu ke komposisi produksi, urutan produksi dan
waktu (Byerlee et al, 2009). Kuznets (1971) perubahan sumberdaya yang digunakan.

69
Dinamika Pertanian April 2014

Di Indonesia, pembangunan sektor Berdasarkan data Statistik Indonesia


pertanian atau kegiatan agribisnis dapat (2009; 2013), kontribusi Indonesia di sektor
dipandang sebagai leading sector (Widodo, primer tahun 2008 sebesar 21,93% dan tahun
2009). Sektor pertanian selama ini masih 2012 menurun menjadi 19,87%. Dengan
memegang peranan penting baik di tingkat demikian adanya penurunan atau pergeseran
nasional maupun regional, namun peranan struktur ekonomi pada sektor primer di
tersebut cenderung menurun sejalan dengan perekonomian nasional. Di Propinsi Riau, tahun
peningkatan pendapatan per kapita yang 2008-2012 kontribusi sektor primer terhadap
mencerminkan adanya suatu proses transformasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
struktural (Ikhsan dan Armand, 1993). mengalami penurunan, sedangkan untuk sektor
Transformasi struktural merupakan suatu proses sekunder dan sektor tersier mengalami
perubahan struktur perekonomian, dari sektor peningkatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pertanian (sektor primer) ke sektor industri pada Gambar 1.

70
60
Kontribusi (%)

50
40
30
20
10
0
Primer Sekunder Tersier

2008 2012

Gambar 1. Kontribusi Sektor Primer, Sektor Sekunder, Sektor Tersier Terhadap PDRB Provinsi Riau,
Tahun 2008- 2012

(sektor sekunder) atau sektor jasa (sektor Berdasarkan Gambar 1, tahun 2008 di
tersier). Propinsi Riau untuk kontribusi sektor primer
Salah satu hal yang mempengaruhi terhadap Produk Domestik Regional Bruto
pertumbuhan ekonomi adalah transformasi (PDRB) sebesar 68,50% dan tahun 2012 sebesar
struktural. Transformasi telah mengakibatkan 62,27% (menurun sebesar 9,09%). Sedangkan
terjadinya pergeseran struktur ekonomi dimana pada tahun yang sama, kontribusi sektor
peran relatif pertanian dalam perekonomian sekunder dan sektor tersier terjadi adanya
nasional agak menurun, karena semakin kecil peningkatan kontribusi. Pada tahun 2008, sektor
sumbangan terhadap PDB nasional, penyerapan sekunder memberikan kontribusi sebesar
tenaga kerja dan ekspor bahan mentah, 14,36% dan tahun 2012 sebesar 16%
diimbangi oleh perkembangan yang pesat di (meningkat 11,42%). Sementara itu, untuk
sektor industri manufaktur dan jasa. Menurut sektor tersier pada tahun 2008 memberikan
Lewis (1954) perkembangan ekonomi meru- kontribusi 17,14% dan tahun 2012 sebesar
pakan suatu proses pertumbuhan dari adanya 21,73% (meningkat 26,78%). Meskipun struktur
alokasi faktor-faktor produksi yang berasal dari ekonomi Propinsi Riau masih didominasi sektor
sektor pertanian dengan produktivitas yang primer (sektor pertanian), namun adanya
rendah dan penggunaan teknologi yang masih penurunan kontribusi jika dibandingkan dengan
tradisional, ke sektor industri dengan pro-
duktivitas yang tinggi.

70
Analisis Transformasi Struktural di Kota Pekanbaru

sektor-sektor yang lain (BPS Propinsi Riau, a. Sektor primer, yang terdiri dari sektor
2013). pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan,
Kota Pekanbaru merupakan kota terbesar pertambangan dan penggalian.
di Provinsi Riau dan sekaligus sebagai ibukota b. Sektor sekunder, terdiri dari industri
Propinsi Riau. Luas Kota Pekanbaru seluas pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan.
632,26 km2 atau 0,71% dari luas Provinsi Riau. c. Sektor tersier, terdiri dari perdagangan, hotel,
Dilihat dari pertumbuhan ekonomi, Kota restoran, pengangkutan dan komunikasi,
Pekanbaru memimpin dengan pertumbuhan keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-
ekonomi sebesar 9,05%. Bila dilihat dari jasa lain (termasuk pemerintahan). Pada
kontribusi PDRB Provinsi Riau, Kota Pekan- umumnya, transformasi yang terjadi di
baru memberikan kontribusi terbesar yakni negara berkembang adalah transformasi dari
18,27% (BPS Kota Pekanbaru, 2013). Dilihat sektor pertanian ke sektor industri, atau
secara struktural, kontribusi sektor primer dan terjadinya transformasi dari sektor primer
sektor sekunder terhadap nilai PDRB Kota kepada sektor non primer (sekunder dan
Pekanbaru semakin menurun sedangkan sektor tertier).
tersier semakin meningkat.
Dengan melihat gambaran di atas, penulis 1. Untuk mengetahui peran sektor primer
ingin mengetahui peran sektor pertanian (sektor terhadap perekonomian Kota Pekanbaru
primer) terhadap perekonomian Kota Pekanbaru digunakan perhitungan Location Quotient
dan transformasi struktural di Kota Pekanbaru (LQ), dengan rumus:
dengan jangka waktu tahun 1992, tahun 2002, ........... (1)
dan tahun 2012. Keterangan:
Si : Jumlah PDRB di Kota Pekanbaru
METODE PENELITIAN S : Jumlah PDRB sektor ke i (sektor primer,
Metode yang digunakan dalam penelitian sektor sekunder dan sektor tersier) di Kota
ini adalah studi kasus. Metode penelitian studi Pekanbaru
kasus sebagai penyelidikan yang menyelidiki Ni : Jumlah PDRB di Propinsi Riau
fenomena dalam konteks kehidupan nyata (Yin, N : Jumlah PDRB sektor ke i (sektor primer,
1984), sementara itu Bogdan dan Biklen (1982) sektor sekunder dan sektor tersier) di
menyatakan bahwa studi kasus merupakan Propinsi Riau
pengujian secara rinci terhadap satu latar atau LQ > 1: Sektor primer merupakan sektor basis
satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan LQ < 1: Sektor primer merupakan sektor non
dokumen atau satu peristiwa tertentu. Satuan basis
kasus dalam penelitian ini adalah transformasi LQ = 1: Sektor primer telah mampu mencuku-
struktural di Kota Pekanbaru. Jenis data yang pi kebutuhanlokal (Isard, 1960).
digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder; jenis data yang telah dikumpulkan 2. Untuk mengetahui apakah transformasi
oleh lembaga pengumpul data dan dipubli- struktural terjadi di Kota Pekanbaru dengan
kasikan kepada masyarakat pengguna data jangka waktu tahun 1992, tahun 2002, tahun
(Kuncoro, 2004). Data yang dipakai adalah data 2012 digunakan rumus Shift Share.
berkala (time series) yang merupakan data Analisis ini digunakan untuk menga-
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) nalisis perubahan ekonomi di suatu wilayah.
berdasarkan harga konstan tahun 2000 dengan Analisis shift share juga merupakan suatu
periode tahun 1992, tahun 2002, tahun 2012. analisis yang dilakukan untuk mengetahui
Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) perubahan dan pergeseran sektor atau industri
Kota Pekanbaru dan BPS Propinsi Riau. pada perekonomian regional maupun lokal.
Analisis ini memberikan data tentang kinerja
Rancangan Analisis perekonomian dalam 3 bidang yang berhu-
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa, bungan satu sama lain (Arsyad, 2004). Tiga
berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor bidang itu adalah:
ekonomi dalam perekonomian Indonesia 1) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur
dibedakan dalam tiga kelompok utama yaitu: dengan cara menganalisis perubahan pe-
ngerjaan agregat secara sektoral diban-

71
Dinamika Pertanian April 2014

dingkan dengan perubahan pada sektor yang t = Tahun


sama di perekonomian yang sama sebagai t-n= Tahun awal
acuan, sehingga diketahui perubahan- Ns = National share
perubahan. P = Proportional shift
D = Differential shift
2) Pergeseran proporsional (proportional shift)
Catatan: Penulis mengganti simbol E (tenaga kerja)
digunakan untuk mengukur perubahan dalam buku asli, dengan simbol Y (PDRB)
relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada karena data yang diteliti adalah PDRB.
daerah dibandingkan dengan perekonomian Apabila industrial mix positif, maka
yang lebih besar yang dijadikan acuan. pertumbuhan sektor primer di Kota Pekanbaru
Pengukuran ini memungkinkan untuk lebih cepat dari pertumbuhan sektor primer di
mengetahui apakah perekonomian daerah Propinsi Riau dan bila industrial mix negatif,
terkonsentrasi pada industri-industri yang berarti pertumbuhan sektor primer di Kota
tumbuh lebih cepat dibandingkan pere- Pekanbaru relatif lebih lambat dari pertumbuhan
konomian yang dijadikan acuan. Propor- sektor primer di Propinsi Riau. Industrial mix
tionalshift disebut juga sebagai bauran merupakan komponen pertumbuhan sektoral
industri (industrialmix) yang timbul karena perbedaan ketersediaan
3) Pergeseran diferensial (differentialshift) bahan baku serta kebijakan sektoral.
digunakan untuk membantu dalam menen- Apabila competitive advantage positif,
tukan seberapa jauh daya saing industri maka sektor primer mempunyai daya saing yang
daerah (lokal) dengan perekonomian yang kuat apabila dibandingkan dengan sektor primer
dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika di Propinsi Riau, atau dapat dikatakan bahwa
pergeseran diferensial dari suatu industri wilayah tersebut mempunyai comparatif advan-
adalah positif, maka industri tersebut lebih tage bila dibandingkan dengan wilayah lainnya.
tinggi daya saingnya daripada industri yang Sebaliknya apabila competitive advantage
sama pada perekonomian yang dijadikan negatif, maka sektor primer tidak dapat bersaing
acuan. Differential shift disebut juga sebagai dengan baik apabila dibandingkan dengan
keunggulan kompetitif (competitive advan- wilayah lainnya. Bersaing atau tidaknya suatu
tage). wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya
Rumus analisis Shift-Share (Tarigan, 2009) ditentukan oleh sektor mampu memproduksi
sebagai berikut: barang dengan kualitas yang lebih baik
................................. (2) dibandingkan dengan daerah lain, adanya
............................... (3) dukungan kelembagaan serta kebijkan ekonomi
....................... (4) regional pada wilayah tersebut.
.... (5)
HASIL DAN PEMBAHASAN
......................... (6) Peran Sektor Primer Terhadap Perekonomi-
Hasil yang sama dapat juga diperoleh dengan an Kota Pekanbaru
menggunakan rumus: Dalam perekonomian wilayah, kegiatan
( ) .................... (7) ekonomi dibagi menjadi dua sektor; (1) sektor
basis, dan (2) sektor non basis. Sektor basis
merupakan kegiatan yang melakukan aktivitas
Hasil yang sama dapat juga diperoleh berorientasi ekspor ke luar batas perekonomian
dengan menggunakan rumus: yang bersangkutan, sedangkan sektor non basis
adalah kegiatan ekonomi dengan ruang lingkung
( ) ...................... (8)
bersifat lokal. Menurut Glasson (1974), semakin
Keterangan: banyak sektor basis dalam suatu wilayah akan
Δ = Pertambahan, angka akhir (tahun t) dikurangi menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut,
dengan angka awal (tahun t - n) menambah permintaan terhadap barang dan jasa
N = National atau wilayah nasional/wilayah yang didalamnya, dan menimbulkan kenaikan atau
lebih tinggi jenjangnya, Propinsi Riau
peningkatan volume sektor non basis.
r = Region atau wilayah analisis, Kota Pekanbaru
Y = PDRB
Pada mulanya teori basis ekspor hanya
i = Sektor Primer memasukkan ekspor barang dan jasa keluar

72
Analisis Transformasi Struktural di Kota Pekanbaru

negeri, akan tetapi dalam perkembangannya dengan potensi ekspansi ekspor. Hal ini akan
telah memasukkan penjualan barang dan jasa ke memberikan suatu gambaran tentang industri
luar daerah, walaupun transaksi itu sendiri mana yang terkonsentrasi dan industri mana
terjadi di daerah tersebut (Maipita, 2013). Inti yang tersebar (Shukla, 2000).
dari model ekonomi basis menerangkan bahwa Hasil perhitungan LQ di Kota Pekanbaru
arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan pada tahun 1992, tahun 2002 dan tahun 2012
oleh ekspor wilayah (Hendayana, 2003). memiliki nilai lebih kecil dari 1. Ini berarti
Berdasarkan data BPS Kota Pekanbaru sektor primer di Kota Pekanbaru bukan
(2013), jika dilihat dari kontribusi sektor primer merupakan sektor basis (non basis). Sementara
terhadap PDRB pada tahun 2008-2012 itu, sektor sekunder dan sektor tersier memiliki
mengalami penurunan (9,09%). Meskipun nilai lebih besar dari 1 yang berarti bahwa
sektor primer mengalami penurunan pada tahun sektor ini merupakan sektor basis. Selengkapnya
nilai LQ di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada
12 Gambar 2.
10 Berdasarkan Gambar 2, sektor tersier
8 (perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan
Nilai LQ

komunikasi, keuangan, sewa dan jasa peru-


6
sahaan, jasa-jasa lain termasuk pemerintahan)
4 merupakan nilai LQ yang tertinggi dibadingkan
2 dengan sektor sekunder dan sektor tersier.Hal
0 ini disebabkan karena adanya pembangunan
1992 2002 2012 kantor-kantor, hotel, serta restoran. Selain itu
adanya pengangkutan dan komunikasi, keu-
Tahun
angan, sewa dan jasa-jasa perusahaan yang
Tersier Sekunder Primer semakin meningkat di Kota Pekanbaru. Di-
Sumber: BPS Propinsi Riau (Tahun 1994, Tahun 2007,
imbangi dengan Kota Pekanbaru sebagai
Tahun 2013) dan Kota Pekanbaru (Tahun 2000, ibukota provinsi merupakan tujuan wisata bagi
Tahun 2003, Tahun 2013) sebagian penduduk di luar daerah Kota
Gambar 2. Nilai LQ di Kota Pekanbaru, Tahun Pekanbaru. Tingkat konsumsi rata-rata masya-
1992, Tahun 2002, dan Tahun 2012 rakat setempat (permintaan terhadap sektor
primer) meningkat di Kota Pekanbaru melebihi
rata-rata konsumsi/permintaan di Propinsi Riau.
analisis, namun bisa saja sektor ini merupakan Sektor primer merupakan sektor non basis
sektor basis di Kota Pekanbaru. Untuk itu, di Kota Pekanbaru pada tahun analisis. Kota
diperlukan suatu analisis untuk mengetahui Pekanbaru didominasi oleh sektor tersier dan
apakah sektor primer merupakan sektor basis sektor sekunder. Dengan demikian untuk
atau sektor non basis di Kota Pekanbaru. Salah mencukupi kebutuhan pada sektor primer perlu
satu alat untuk perbandingan kegiatan ekonomi adanya impor dari luar Kota Pekanbaru,
lokal dengan ekonomi nasional digunakan terutama untuk subsektor tanaman bahan
LocationQuotient (LQ) (Djira et al., 2008). Baer makanan. Hal ini disebabkan Kota Pekanbaru
and Terry (2006), analisis LQ bisa digunakan belum mampu mencukupi kebutuhan di dalam
untuk menghitung beberapa kegiatan dengan wilayahnya. Indikator suatu wilayah mampu
cara membandingkan kegiatan dari dua wilayah. untuk mencukupi kebutuhan di dalam wila-
Asumsi metode LQ ini adalah penduduk yahnya adalah nilai LQ > 1. Untuk sektor primer
di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola di Kota Pekanbaru, nilai LQ berkisar 0,007–
permintaan wilayah sama dengan pola per- 0,02. Nilai LQ ini mengandung arti bahwa
mintaan propinsi. Asumsi lainnya adalah bahwa sektor ini belum mampu ekspor bahkan belum
permintaan wilayah akan sesuatu barang akan mampu untuk memenuhi kebutuhan dan
dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, permintaan rata-rata konsumsi di wilayahnya.
kekurangannya diimpor dari wilayah lain
(Budiharsono, 2001). LQ juga menunjukkan
efisiensi relatif wilayah, serta terfokus pada
substitusi impor yang potensial atau produk

73
Dinamika Pertanian April 2014

Transformasi Struktural di Kota Pekanbaru component atau disebut juga dengan keunggulan
Dengan Jangka Waktu Tahun 1992, Tahun kompetitif (competitive advantage).
2002, Tahun 2012 Analisis shift share digunakan untuk
memperlihatkan pergeseran sektor primer
Teori perubahan structural merupakan
terhadap ekonomi wilayah pada dua tahun
teori yang menitikberatkan pembahasan pada
tertentu. Tahun yang digunakan untuk analisis
mekanisme transformasi ekonomi yang dialami
ini adalah data tahun awal pengamatan tahun
olehnegara sedang berkembang, yang semula
1992 dan data tahun akhir pengamatan tahun
lebih bersifat subsisten dan menitik beratkan
2012. Hasil analisis shift share sektor primer di
pada sektor pertanian menuju ke struktur
Kota Pekanbaru disajikan pada Tabel 1.
perekonomian yang lebih modern dan sangat
Berdasarkan Tabel 1, komponen per-
didominasi oleh sektor industri dan jasa (Todaro
tumbuhan sektor primer (sektor pertanian,
dalam Kuncoro, 1997). Pada awal pembangunan
peternakan, kehutanan, perikanan, pertam-
ekonomi, sektor primer merupakan sektor yang
bangan dan penggalian) di Propinsi Riau
mendominasi perekonomian. Sejalan dengan
(national growth) pada tahun 1992-2012
perkembangan pembangunan, maka peran
mempunyai nilai positif Rp 3.745 atau 0,16%
sektor pertanian semakin lama semakin kecil
dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB
dan kemudian digeser oleh adanya sektor
di Kota Pekanbaru. Komponen bauran industri
industri dan sektor jasa.
(industrial mix) mempunyai nilai positif, dengan
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara
pertumbuhan PDRB pada sektor primer di Kota
terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya
Pekanbaru Rp 6.573 atau 0,05% lebih cepat
perubahan dalam struktur perekonomian
dibandingkan dengan pertumbuhan pada sektor
wilayah. Transformasi struktural merupakan
yang sama di tingkat propinsi. Komponen
suatu proses perubahan atau pergeseran struktur
competitiveadvantage juga mempunyai nilai
perekonomian dari sektor pertanian (sektor
positif dengan nilai Rp 125.274 atau 2,33%
primer) ke sektor industri (sektor sekunder) atau
lebih cepat dibandingkan propinsi. Pertumbuhan
sektor jasa (sektor tersier), dimana masing-
sektor primer di Kota Pekanbaru pada tahun
masing sektor akan mengalami proses tran-
1992-2012 mengalami pergeseran sebanyak Rp
sformasi yang berbeda-beda.
135.593,21 atau 1,26%. Untuk lebih jelasnya
Analisis shift share digunakan untuk
dapat dilihat pada Gambar 3.
mengetahui apakah terjadi proses transformasi
Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa
struktural di Kota Pekanbaru. Analisis ini
sektor primer di Kota Pekanbaru memiliki nilai
membandingkan perbedaan laju pertumbuhan
(Rp) yang lebih rendah apabila dibandingkan
sektor primer di daerah (kabupaten) dengan
dengan sektor sekunder dan sektor tersier. Ini
wilayah nasional (propinsi). Komponen national
berarti bahwa sektor primer di Kota Pekanbaru
growth ini dapat dipakai bagi daerah yang
pada tahun 1992-2012 bukan merupakan sektor
bersangkutan untuk mengukur apakah daerah itu
yang memberikan kontribusi yang terbesar
tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari
untuk perekonomian wilayah.Sektor primer di
pertumbuhan nasional. Komponen shift dibagi
Kota Pekanbaru tumbuh lebih lambat jika
menjadi dua komponen, yaitu proportional shift
dibandingkan sektor sekunder dan sektor tersier.
component atau disebut juga dengan bauran
industri (industrial mix) dan differential shift

No Sektor National Growth Industrial Mix Competitive Advantage Total Change


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Primer 3.745,72 6.573,29 125.274,19 135.593,21
2 Sekunder 97.422,83 1.146.863,94 1.638.466,27 2.882.753,06
3 Tersier 494.420,57 3.648.246,03 3.619.277,47 7.761.944,07
Keterangan: PDRB Propinsi Riau sampai dengan tahun 1992 ada 11 lapangan usaha, setelah 1992 hanya ada
9 lapangan usaha
Sumber: BPS Propinsi Riau (Tahun 1994, Tahun 2007, Tahun 2013) dan Kota Pekanbaru (Tahun 2000, Tahun 2003,
Tahun 2013)

74
Analisis Transformasi Struktural di Kota Pekanbaru

8000000

6000000
Nilai (Rp)

4000000

2000000

0
National Growth Industrial Mix Competitive Total
(Proportional Advantage Change(Share)
Shift) (Differential
Shift)
Primer Sekunder Tersier

Gambar 3. Analisis Shift Share di Kota Pekanbaru, Tahun 1992 – Tahun 2012
Dilihat dari analisis shift share, masing-masing atau Rp. 2.882.753) dan sektor tersier (72% atau
sektor mengalami pergeseran, sektor pertanian Rp. 7.761.944). Pekanbaru merupakan salah
(1,25%), sektor sekunder (26,47%) dan sektor satu kawasan potensi berkembang, mampu
tersier (72%). dijadikan sebagai wilayah yang potensial untuk
Proportional shift yang disebut juga sektor tersier, sektor sekunder dan sektor
dengan bauran industri (industrial mix) di Kota primer. Menurut Tang (2011), modernisasi
Pekanbaru paling tinggi terjadi di sektor tersier pertanian sebagai hasil dari pembangunan
(perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan ekonomi tidak dapat dicapai dalam sektor
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusa- pertanian saja. Ini berarti bahwa perlu adanya
haan, jasa-jasa lain termasuk pemerintahan). interaksi dan daya dukung wilayah untuk
Pengukuran ini memungkinkan untuk menge- masing-masing sektor.
tahui bahwa perekonomian di Kota Pekanbaru Perekonomian wilayah merupakan satu
terkonsentrasi pada sektor tersier yang tumbuh kesatuan yang dicirikan dengan adanya
lebih cepat jika dibandingkan Propinsi Riau. Hal hubungan antara sektor ekonomi yang satu
ini berarti bahwa sektor tersier mampu tumbuh dengan sektor ekonomi yang lainnya. Kasryno,
dan berkembang di Kota Pekanbaru yang dkk dalam Soekartawi (2002), pertanian itu
sekaligus sebagai ibukota provinsi. semacam industri hulu, interaksi antara sektor
Competitive advantage (differential shift pertanian dan sektor lain (katakanlah industri)
component) atau disebut sebagai keunggulan akan semakin besar dengan berkembangnya
kompetitif (competitive advantage) juga terjadi industri hulu yang mengolah bahan baku hasil
di sektor tersier. Adanya pergeseran dari suatu pertanian menjadi bahan jadi. Sebaliknya, sektor
perekonomian mengindikasikan bahwa sektor industry sebagai produsen alat-alat pertanian
tersierdi Kota Pekanbaru mempunyai daya saing yang hasilnya dapat dipergunakan di sektor
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Propinsi pertanian.
Riau. Hal ini berarti bahwa keunggulan Transformasi struktural dari ekonomi
kompetitif dari sektor ini tumbuh lebih cepat berbasis pertanian dan sumber daya alam
dibandingkan dengan Propinsi Riau. (resource based) ke arah urban-industrial
Berdasarkan analisis shift sharetahun tampaknya masih akan tergantung pada tingkat
1992-2012 dapat disimpulkan bahwa di Kota kesiapan sektor pertanian (Hanafie, 2010). Oleh
Pekanbaru terjadi transformasi struktural untuk sebab itu, ke depan diperlukan bantuan tenaga
sektor primer sebesar 1,26% atau Rp.135.593. ahli yang mengetahui terhadap sektor-sektor
Pergeseran ini tidak begitu besar jika secara lebih spesifik, dengan tujuan untuk
dibandingkan dengan sektor sekunder (26,47% menentukan terlebih dahulu kegiatan mana saja

75
Dinamika Pertanian April 2014

(subsektor mana saja) yang memiliki keung- Introduction to Theories and Methods.
gulan komparatif dan perlu dipacu partum- Fifth Edition. Allyn and Bacon, Boston.
buhannya di masa yang akan datang. Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pem-
bangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
KESIMPULAN Pustaka Sains dan Teknologi. Pradya
1. Hasil analisis menunjukkan nilai LQ Paramita, Jakarta.
berkisar 0,007–0,02. Peran sektor primer Byerlee, D., Alain de Janvry, and Elisabeth
terhadap perekonomian di Kota Pekanbaru Sadoulet. 2009. Agriculture for Develop-
sebagai sektor non basis. Sektor ini belum ment: Toward a New Paradigm. Annual
mampu ekspor bahkan belum mampu untuk Review of Resource Economics, 1(1): 15-
memenuhi kebutuhan dan permintaan rata- 35
rata konsumsi di wilayahnya. Djira, D G., F. Schaarschmidt, and Bichaka
2. Transformasi struktural terjadi di Kota Fayissa. 2008. Inferences for Selected
Pekanbaru, sektor primer 1,26% atau Location Quotients with Appli-cations to
Rp.135.593, sektor sekunder 26,47% atau Health Outcomes. Department of Econo-
Rp. 2.882.753 dan sektor tersier 72,00% mics and Finance Working Papers from
atau Rp. 7.761.944. Middle Tennessee State University,
Department of Economics and Finance,
USA.
DAFTAR PUSTAKA Glasson, J. 1974. An Introduction to Regional
Arsyad, L. 2004. Ekonomi Pembangunan. Planning. The Built Environment. Hut-
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu chinson & Co (Publishers) Ltd. Fitzroy
Ekonomi YKPN, Yogyakarta. Square, London.
Baer, C., and T. Brown. 2006. Location Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian.
Quotients: A Tool for Comparing Andi, Yogyakarta.
Regional Industry Compositions. Indi- Hayami, Y and V.W. Ruttan. 1991. Agricultural
ana’s Workforce and Economy: Vol 7. Development: An International Perspec-
No 3. Online pada: http://www.incontext. tive. The Johns Hopkins University Press,
indiana.edu. Diakses 24 Maret 2014. London.
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia Hendayana, R. 2003. Aplikasi Metode Location
2009-2012.Statistical Yearbook of Indo- Quetient (LQ) Dalam Penentuan Komo-
nesia, Jakarta. ditas Unggulan Nasional. Informatika
_____ .2009. Statistik Indonesia 2005-2008. Pertanian, 12: 1-21
Statistical Yearbook of Indonesia, Jakarta. Ikhsan, M. dan Armand. 1993. Sektor Pertanian
_____ .2013. Pendapatan Regional Kota Pangan, Peternakan dan Perikanan Menu-
Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha ju Tahun 2000 dalam Anwar MA (Edi-
Tahun 2008-2012, Pekanbaru. tor). Prospek Ekonomi Indonesia dalam
_____.2003. Pendapatan Regional Kota Jangka Pendek, Peluang dan Tantangan
Pekanbaru Tahun 2000-2002. Pekanbaru. dalam Sektor Riil dan Utilitas Pada
_____ .2000. Pendapatan Regional Kota Dasawarsa 1990-an. Gramedia Pustaka
Pekanbaru Tahun 1993-1999. Pekanbaru. Utama, Jakarta.
_____ .2013. Pendapatan Regional Kabupaten/ Isard, W. 1960. Methods of Regional Analysis :
Kota Se-Propinsi Riau Menurut Lapangan An Introduction to Regional Science. The
Usaha Tahun 2008-2012, Pekanbaru. M. I. T. PRESS. Massachusetts Institute
_____ .2007. Pendapatan Regional Kabupaten/ of Technology. Cambridge, Massachuse,
Kota Se-Propinsi Riau Menurut Lapangan London.
Usaha Tahun 2000-2006. Pekanbaru. Johnston, B. G. and J. W. Mellor. 1961. The
_____ .1994. Pendapatan Regional Kabupaten/ Role of Agriculture in Economic Deve-
Kota Se-Propinsi Riau Menurut Lapangan lopment. American Economic Review,
Usaha Tahun 1989-1993. Pekanbaru. 87(2): 566-593.
Bogdan, R. C and S. K. Biklen. 1982. Kolavalli, S., E. Robinson, X. Diao, V. Alpuer-
Qualitative Research ForEducation: An to, R. Folledo, M. Slavova, G. Ngeleza,
and F. Asante. 2012. Economic Trans-

76
Analisis Transformasi Struktural di Kota Pekanbaru

formation in Ghana, Where Will The Path Sukirno, S. 2006. Ekonomi Pembangunan,
Lead?. International Food Policy Proses Masalah dan Dasar Kebijakan.
Research Institute (IFPRI): Sustainable Cetakan Ketiga. Kencana, Jakarta.
Solutions for Ending Hunger and Poverty Tang, K. 2011. Industrial Organization
and Consultative Group on International Transformation Oriented Agricultural
Agricultural Research (CGIAR). Discus- Modernization with Chinese Characte-
sion Paper 01161. Washington, DC ristics: From the Perspectiveof Industrial
20006-1002, USA. and Agricultural Interaction.International
Kuncoro, M.1997. Ekonomi Pembangunan, Journal of Business and Management,
Teori Masalah dan Kebijakan, UPPAMP 6(5): 211-216.
YKPN, Yogyakarta Tarigan, R. 2009. Ekonomi Regional Teori Dan
_____. 2004. Metode Riset untuk Bisnis dan Aplikasi Edisi Revisi. Penerbit. Bumi
Ekonomi. Erlangga, Jakarta Aksara, Jakarta.
Kuznets, S. 1971. Economic Growth of Nations. Thorbecke, E. ed. 1969. The Role of Agriculture
Harvard University Press, Cambridge. in Economic Development; A Conference
Lewis, W. A. 1954. Economic Development of the Universities-National Bureau
with Unlimited Supplies of Labor.The Committee for Economic Research. New
Manchester School of Economics and York: National Bureau of Economic
Social Studies, 22(2): 139-191. Research; distributed by Columbia
Maipita, I. 2013. Faktor yang Mempengaruhi University Press, New York
Perdagangan Antar Wilayah di Sumatera Widodo, S. 2009. Proses Transformasi Pertanian
Utara. Quantitative Economics Journal, dan Perubahan Sosial Pada Masyarakat
2(2): 2-16. Samin di Bojonegoro. Jurnal Embryo,
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi 6(1): 57-66
Pertanian, Teori dan Aplikasi. Raja Yin, R. K. 1984. Case Study Research: Design
Grafindo Persada, Jakarta. and Methods.Newbury Park, Sage, CA.
Shukla, A. 2000.Regional Planning and Susta-
inable Development. Kanisha Pub., New
Delhi.

77
Dinamika Pertanian April 2014

78

Anda mungkin juga menyukai