Anda di halaman 1dari 17

Undas Vol 12.

, Nomor 2 , Desember 2016 : 117--133

NASKAH MANTRA MISTIK:


KODIKOLOGI, SUNTINGAN DAN ISI TEKS

Mantra Mistik Manuscript: Codicology, Editing, and Content

Dede Hidayatullah

Peneliti Muda
Balai Bahasa Kalimantan Selatan
Jalan Jenderal Ahmad Yani Km 32,2, Loktabat, Banjarbaru 70712 Kalimantan Selatan
Telepon (0511) 4772641, Posel: dayatdh@gmail.com

Abstrak: Selama ini, penelitian untuk naskah pengobatan belum pernah dilakukan di
Kalimantan Selatan. Hal ini terjadi, karena fokus penelitian selama ini tepusat naskah
keagamaan dan juga naskah sastra. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan kodikologi dan
isi yang terdapat dalam naskah pengobatan MM dengan kode E. 4508. Penelitian tentang
naskah MMini adalah penelitian filologis. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
Secara kodikologi dapat diketahui bahwa Naskah ini ditulis menggunakan bahasa Banjar
berbentuk prosa beraksara Arab Melayu yang ditulis oleh tiga orang. Naskah ini memuat
tentang pengobatan, mantra kesaktian dan doa.
Kata kunci: Naskah, kodikologi, dan filologi

Abstract: During this time, in South Kalimantan, research on old traditional healing and medicine
manuscript is rare. It is happened since the research mostly focuses on religious and literary manuscripts.
This study aims to describe codicology and content reflected in MM healing and medicine manuscript
with code E. 4508. This MM manuscript research is a philological research. The method of the research is
descriptive. Codicologically, it could be found that this manuscript is written by three men in Banjar
languange with Arabic Malay letters. This manuscript consists of medicine, mystical spell, and prayer
supplication.
Key words: Manuscript, Codicology, and philology

1. PENDAHULUAN karyanya. Peran Al-Banjari ini tidak


Selama ini, kajian terhadap naskah di berhenti pada masa hidupnya saja,
Kalimantan Selatan terpusat pada tetapi tetap berperan dalam kehidupan
naskah keagamaan dan naskah syair. keberagaman masyarakat Banjar sampai
Untuk naskah agama, kajian naskah ini sekarang ini. Hal ini terjadi karena
terpusat pada naskah-naskah tulisan karya-karya al Banjari seperti Sabīl al-
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Muhtadīn, masih dipelajari dan
Memang tak bisa dipungkiri al-Banjari diamalkan oleh masyarakat Banjar
sangat berperan dalam penyebaran sampai sekarang. Selain itu, naskah-
Agama Islam dan juga dalam kehidupan naskah tulisan al-Banjari ini masih
sosial keberagamaan masyarakat Banjar terdokumentasi dan tersimpaan dengan
di Kalimatan Selatan melalui karya- baik. Naskah-naskah al-Banjari ini bisa

117
Naskah Mantra Mistik: Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks (Dede Hidayatullah)

dilihat di Dalam Pagar dan juga di menyatakan jalan yang benar karya
Museum Lambung Mangkurat. Nuruddin al-Raniri.
(Hidayatullah, 2015: 89)Selain naskah al- Adapun tentang naskah syair, kajian
Banjari, kajian juga dilakukan terhadap yang sudah dilakukan sudah banyak
naskah keagamaan lain, seperti pada ditemukan. Biasanya kajian yang
naskah Negara. Naskah ini merupakan dilakukan berkaitan dengan tema,
kitab yang berisi tentang tasawuf dan penokohan, dan amanat yang terdapat
tauhid yang merupakan hasil karangan dalam syair itu. Naskah syair ini dapat
beberapa pengarang. Mayoritas dilihat di Museum Lambung
pengarang dalam naskah ini berasal dari Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan
Aceh seperti Risalah Syarâb al-’Âsyiqîn, Selatan.
karangan Hamzah Fansuri, IniFasal pada Penelitian-penelitian dan kajian-
menyatakan jalan yang benar, karangan kajian tentang naskah pengobatan
Nûr al-Dîn ibn ’Alî ibn Hasanjî ibn belum pernah dilakukan. Hal ini terjadi,
Muḥammad Hamîd al-Rânîrî al-Syâfi’î, karena fokus penelitian selama ini
(Nuruddin Arraniri), Risalah IniFasal hanya tepusat pada dua tersebut di atas,
pada Menyatakan Ilmu Ma’rifatullah, dan yaitu naskah keagamaan dan juga
risalah IniFasal pada menyatakan Haqiqat naskah sastra. Adapun kajian untuk
Niat {risalah ini untuk menjelaskan naskah pengobatan seakan-akan
hakikat sembahyang (mukhtaṣar fî ḥaqîqat terabaikan. Oleh karena itu, kajian ini
al-ṣalât)} yang diberi nama Asrâr al-Salât akan membahas tentang naskah
karangan Nuruddin Arraniri. Risalah pengobatan. Objek penelitian ini adalah
IniFasal pada menyatakan Bacaan Mantra Mistik. Naskah Mantra Mistik ini
sembahyang yang merupakan cuplikan merupakan naskah yang dimiliki oleh
Uṣûl al-I’tiqâd karangan Ihsân al-Dîn ibn Museum Lambung Mangkurat Jalan
Muḥammad Syamaṭaranî selanjutnya akan Jendral A. Yani Km. 36, Banjarbaru
disebut dengan Ihsanuddin Sumatrani Kalimantan Selatan. Naskah ini diberi
(Hidayatullah: 2014: 1). kode Berkode E. 4508.
Penelitian-penelitian terhadap Selama ini, objek penelitian tentang
naskah Negara ini pernah dilakukan oleh pengobatan, terutama berkaitan dengan
beberapa orang, diantaranya; Munadi mantra adalah mantra yang berada di
dkk (2010) meneliti salah satu bagian masyarakat yang di tuturkan secara
dari naskah negara, yaitu Ini pasal pada turun temurun secara lisan atau masih
menyatakan Sembahyang yang membahas berupa tradisi lisan. Misalnya penelitian
tentang konsep shalat menurut tentang mantra Banjar yang dilakukan
Ihsanuddin Sumatrani; Humaydi dkk. oleh Sunarti, dkk. (1978) dan Tim
(2011) yang meneliti tentang isi naskah Peneliti dari Balai Bahasa Provinsi
Syarâb al-‘Âsyiqîn karya Hamzah Fansuri Kalimantan Selatan (2005), Rohim (2012)
dalam Naskah Negara; dan yang mendeskripsikan tentang mantra
Hidayatullah (2014) yang meneliti Banjar berdasarkan fungsinya dan nilai
masalah kodikologi, suntingan teks dan budaya. Dede Hidayatullah (2009 dan
isi naskah IniFasal Pada Menyatakan 2014) mendeskripsikan jenis mantra
Banjar berdasarkan penggunaannya dan

118
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 117--133

revitalisasi mantra Banjar. Adapun dalam Tjandrasasmita (2006: 8)


penelitian tentang pengobatan dalam mendefinisikan filologi sebagai ilmu
bentuk naskah lama belum pernah pengetahuan tentang sastra, yang dalam
dilakukan. arti luas mencakup bahasa, sastra dan
Dipilihnya Naskah MM sebagai kebudayaan. Filologi merupakan
objek dalam penelitian ini, karena disiplin ilmu yang berguna untuk
naskah ini merupakan naskah yang meneliti bahasa suatu karya melalui
lengkap dan mudah dibaca. Secara kajian linguistik, makna kata-kata, dan
filologis, kajian terhadap naskah ini juga penilain terhadap ungkapan bahasa
belum pernah dilakukan. Naskah ini sastra. Menurut Yudiafi & Mu‟jizah
secara garis besar menguraikan tentang (2010: 1.5), filologi adalah suatu disiplin
ilmu pengobatan dan pencegahan agar ilmu tentang teks yang terekam dalam
tidak terkena penyakit kurap, kesaktian, tulisan masa lampau. Studi teks ini
dan doa-doa agar terhindar dari didasari oleh adanya informasi tentang
penyakit. hasil budaya manusia pada masa
Penelitian ini akan membahas lampau yang tersimpan di dalamnya.
kodikologi dan isi naskah MM dengan Oleh sebab itu, sebagai satu disiplin
kode E. 4508. Selain, itu akan diuraikan ilmu, filologi tergolong ke dalam ilmu
deskripsi isi naskahnya.Dipilihnya humaniora yang bertujuan
naskah E. 4508. ini menjadi objek dalam mengungkapkan hasil budaya masa
penelitian ini karena penelitian tentang lampau yang terekam dalam karya yang
naskah E. 4508. ini belum pernah berupa tulisan (teks). Sedangkan
dilakukan. Selain itu, kajian tentang kodikologi atau ilmu pernaskahan
pengobatan ini penting untuk adalah ilmu bantu filologi yang bertugas
dilakukan.Tujuan penelitian ini adalah menangani masalah fisik naskah.
menguraikan kodikologi dan isi yang Kodikologi merupakan ilmu yang
terdapat dalam naskah E. 4508. Selain menguraikan dan mempelajari bahan
itu, diharapkan adanya penelitian tulisan tangan, seluk beluk semua aspek
lanjutan yang lebih mendalam tentang naskah, termasuk di dalamnya bahan,
isi dari naskah E. 4508. umur, tempat penulisan, dan perkiraan
penulisan naskah. Kodikologi bertujuan
2. KERANGKA TEORI untuk mendapatkan pengetahuan yang
Filologi menurut Baried, dkk (1994: menyeluruh mengenai proses
1—6) adalah ilmu yang berkaitan pembuatan dan pemakaian naskah,
dengan naskah dan pernaskahan; termasuk di dalamnya mengetahui
sedangkan kodikologi ialah ilmu orang-orang yang berkaitan dengan
tentang kodeks (naskah) yang mengkaji naskah. (Mulyadi, 1994:5 dan Mu‟zijah
sejarah naskah, kertas, tulisan, 2005: 3).
iluminasi, perdagangan naskah, dan Dalam tradisi keilmuan Arab,
lain-lain. Dalam perkembangannya, filologi dapat disandingkan dengan
filologi dapat diartikan sebagai ilmu ilmu tahqiq, yaitu mentahqiq teks-teks.
bahasa, sebagai ilmu sastra tinggi, atau Mentahqiq sebuah teks berarti
ilmu teks. Sementara itu Nabilah Lubis mengetahui secara yakin tentang

119
Naskah Mantra Mistik: Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks (Dede Hidayatullah)

naskah, penulisnya, mengetahui menciptakan kembali teks yang di


bagaimana naskah itu bisa disandarkan dalamnya terdapat pengungkapan
kepada penulisnya, melakukan kegiatan kegiatan yang kreatif untuk memahami,
kritik teks yang nantinya bisa menafsirkan dan membetulkan teks jika
mengetahui tentang keaslian dari dan ditemukan sesuatu yang dipandang
kedekatannya dengan naskah yang tidak tepat. Proses pembetulan harus
pertama dibuat. (Abdussalam Harun, dikaitkan dengan ilmu bahasa, sastra,
1998: 42) tahqiq juga menguraikan budaya, keagamaan dan tata politik
tentang melihat sejauh mana hakikat yang ada pada zamannya (Hidayatullah,
sesungguhnya yang terkandung di 2014: 6).
dalam sebuah teks; mengetahui suatu Menurut Jamaris (2009, 5—9), ada
berita dan menjadi yakin akan beberapa hal pokok yang harus
kebenarannya. Oleh karena itu yang dilakukan dalam penelitian filologi.
dimaksud dengan men-tahqiq adalah 1. Inventarisasi naskah. Inventarisasi
pengetahuan hakiki tentang suatu teks.( naskah adalah kegiatan
Diyab, 1993:133—134) mendaftarkan semua naskah yang
Dalam tradisi penelitian modern, terdapat di berbagai perpustakaan
filologi dipandang sebagai studi yang universitas atau museum yang biasa
melakukan penelaahan dengan menyimpan naskah. Daftar naskah
mengadakan kritik teks. Dalam dapat dilihat berdasarkan katalogus
ungkapan lain, filologi adalah studi naskah yang tersedia.
tentang seluk beluk teks. Filologi juga 2. Kodikologi atau deskripsi naskah.
digunakan sebagai perangkat Kodikologi atau deskripsi naskah
pengetahuan dengan studi teks sastra adalah kegiatan membuat uraian
atau budaya yang dikaitkan dengan yang berisi kode dan nomor naskah
latar belakang kebudayaan yang (kalau ada), judul, pegarang,
didukung oleh teks. Sementara di sisi penyalin, tahun salinan, tempat
lain, filologi dipakai sebagai alat untuk simpanan, asal naskah, pemilik
melacak isi teks lama dan transmisinya naskah, jenis alat, kondisi fisik,
seperti yang dikhususkan pada teks-teks penjilidan, water marks, garis
lama; menjadi semacam linguistik tebal/tipis, jarak antar garis tebal,
historis. (Tjandrasasmita, 2006: 16--17) jarak antar tipis, garis dengan tinta,
Dalam konteks ini, titik temu antara skrip pensil, jumlah kuras, jumlah
ilmu filologi dengan ilmu tahqiq terletak halaman, jumlah isi, dan sejauh
pada usaha untuk memeriksa dan mana isi naskah itu.
mengoreksi sebuah tulisan. Baik tahqiq 3. Perbandingan naskah. Perbandingan
maupun filologi, keduanya merupakan naskah perlu dilakukan, apabila
usaha keras untuk menampilkan karya sebuah cerita ditulis dalam dua
klasik dalam bentuk yang baru dan naskah atau lebih untuk
mudah dipahami. Oleh karena itu, studi membetulkan kata-kata yang salah
filologi atau ilmu tahqiq dapat atau tidak terbaca; untuk
dipandang sebagai usaha penelaahan menentukan sisilah naskah; untuk
terhadap sebuah naskah untuk mendapatkan naskah yang terbaik;

120
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 117--133

dan untuk tujuan-tujuan lain. 3. METODE PENELITIAN


Perbedaan-perbedaan yang terdapat Penelitian tentang naskah MMini
dalam naskah-naskah itu timbul, bisa dikategorikan sebagai penelitian
sebab naskah itu diperbanyak filologis. Adapun proses penelitian yang
dengan menyalin. Dalam menyalin dilakukan adalah sebagai berikut.
kembali itu terdapat banyak Pertama, menentukan teks yang akan
kesalahan dan penambahan baru, disunting. Teks yang akan disunting
karena cara yang dilakukan dalam dalam penelitian ini adalah teks MM.
menyalin naskah itu bermacam- Kedua, melakukan deskripsi fisik
macam sesuai dengan kepandaian naskah atau kodikologi danmembuat
dan keinginan si penyalin. form yang memuat elemen-elemen yang
akan diteliti. Elemen-elemen yang
Dari pengamatan sementara, dapat dimaksud adalah kode dan nomor
disimpulkan di sini cara yang dilakukan naskah (kalau ada), judul, pegarang,
dalam menyalin naskah itu sebagai penyalin, tahun salinan, tempat
berikut: simpanan, asal naskah, pemilik naskah,
a. menyalin dengan membetulkan; jenis alat, kondisi fisik, penjilidan, water
b. menyalin dengan menggunakan marks, garis tebal/tipis, jarak antargaris
bahasa sendiri; tebal, jarak antartipis, garis dengan tinta,
c. menyalin dengan menambah unsur skrip pensil, jumlah kuras, jumlah
atau bagian cerita baru, karena halaman, jumlah isi.
adanya pengaruh asing; dan Ketiga, melakukan suntingan teks
d. menyalin cerita dari cerita lisan atau MM. Dalam hal ini peneliti
sumber yang berbeda. menggunakan teknik Edisi standar,
Hal-hal inilah yang menyebabkan yaitu menerbitkan naskah dengan
perlunya naskah itu diperbandingkan. membetulkan kesalahan-kesalahan kecil
Sudah menjadi ciri sastra lama, bahwa dan ketidakajegan, sedangkan ejaannya
pengarang atau penyalin cerita bebas disesuaikan dengan ketentuan yang
menambah, mengubah atau berlaku. Diadakan pembagian kata,
memperbaiki ceritera yang pembagian kalimat, digunakan huruf
diperolehnya. Meskipun demkian, tentu besar, pungtuasi, dan diberikan pula
ada batas-batasnya juga, sepanjang isi komentar mengenai kesalahan-
atau pokok ceritanya tidak berubah, kesalahan teks. Pembetulan yang tepat
karena mengubah suatu tradisi tabu dilakukan atas dasar pemahaman yang
bagi masyarakat lama. Masyarakat lama sempurna sebagai hasil perbandingan
menganggap naskah itu sebagai warisan dengan naskah-naskah sejenis. Semua
atau pusaka yang tinggi nilainya. Hal perubahan yang diadakan dicatat di
inilah yang memberi jaminan pada kita, tempat yang khusus agar selalu dapat
bahwa isinya dapat dipercayai, betul- diperiksa dan diperbandingkan dengan
betul hidup dalam masyarakat sesuai bacaan naskah sehingga masih
dengan kepercayaannya dan tidak memungkinkan penafsiran lain oleh
dikarang sesuka penulisnya. pembaca. Segala usaha perbaikan harus
disertai pertanggungjawaban dengan

121
Naskah Mantra Mistik: Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks (Dede Hidayatullah)

metode rujukkan yang tepat (Baried, tidak ditulis halaman 3, justru halaman
1994: 69). 3 nya ditulis di halaman 4. Selanjutnya
Keempat, melakukan analisis untuk penomorannya menggunakan angka
menguraikan isi teks MM. Analisis ganjil, 3,5,7, dan seterusnya. Pada
dilakukan dengan cara menguraikan isi halaman 19, penomoran ini tidak ditulis.
naskah berdasarkan pasal dan/atau bab Justru pada halaman 21, malah tertulis
yang ada dalam MM, kemudian halaman 19. Oleh karena itu, sesudah
dijelaskan tentang isi setiap pasal dan halaman 17, antara halaman naskah
bab tersebut. dengan penomoran yang tertulis
berbeda. Apabila yang tertulis halaman
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 19, seharusnya halaman adalah halaman
21 secara urutan naskah.Oleh karena itu,
Deskripsi Naskah dalam penyuntingan naskah, penulis
Naskah MM yang Berkode E. 4508 menuliskan halaman naskah sesudah
ini di simpan di Museum Lambung halaman 18 sebagai beriku ‟21 (19)‟.
Mangkurat Jalan Jendral A. Yani Km. 36, Angka 21 itu menunjukkan halaman
Banjarmasin. Naskah ini bersampul secara urutan naskah, sedangkan angka
kertas karton tebal berwarna coklat dan 19 dalam kurung merupakan angka
alas naskah kertas tebal. Ukuran naskah yang tertulis di naskah.
10x6,5 cm, ukuran teks 7x4 cm, tebal Pada halaman judul bagian dalam
naskah 61 halaman. Jumlah baris setiap ada iluminasi seperti seekor burung
halaman 7 baris. Kecuali pada halaman yang di dalamnya tertulis tȋb. di bawah
57 yang hanya berisi 4 baris dan dua iluminasi itu tertulis ini yang punya tȋb.
ilmunisasi, dan halaman 56 yang iluminasi ini menunjukkan logo si
merupakan akhir dari pembahasan bab. pemilik naskah. di halaman 23 (21) ada
Halaman awal dan akhir Teks MM ini gambar dua kepala dengan ukuran yang
kosong, sedangkan halaman 56 (58) berbeda (besar dan kecil) di jidat ada
yang ditulis dengan pensil dicoret dan tulisan Allah dan di mulut ada tulisan
diulang lagi penulisannya pada Muhammaduh. Gambar kepala yang
halaman 59. ukuran besar kedua telinganya lebar
Penomoran halaman terletak di atas panjang dan di gambar mata serta
tengah dan pojok kanan atas. hidung juga ada tulisan Allah di
Penomoran naskah ini ditulis dengan dahinya dan tulisan Muhammad w h di
pensil menggunakan angka latin, mulutnya. Selain itu, iluminasi juga
penomorannya di mulai dengan angka terdapat pada halaman 57 (55)
2, halaman sampul dalam tidak Iluminasi ini berbentuk 2 buah bulatan.
ditemukan ada penomoran, tetapi dapat Satu bulatan berisi tulisan :
diduga bahwa penomoran ini di mulai Muhammadun ilahun, ilahun Allah,
dari sampul dalam ini. Selain itu, sedangkan bulatan yang lain berisi
penulisan nomor ini dilakukan untuk rajah, yang tulisannya tidak berbentuk
memudahkan membaca naskah ini, dan kalimat, tetapi hanya simbol-simbol
bukan dilakukan oleh penulis/penyalin dalam huruf Arab saja. Jadi, pada
naskah. Halaman di samping halaman 2 halaman judul tidak tertulis judul besar.

122
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 117--133

Penamaan Mantra Mistik sendiri Sumpah Kurap. Hai Raja Jin, Ikam
merupakan penamaan yang diberikan jangan bahinggap di kulitku karena
pemilik teks. kulitku kulit wujud Allah.‟ dan kalimat
Pada naskah ini juga terdapat tulisan akhir teks berbunyi „ini rajah maka surat
yang ditulis vertikal, seperti pada ngarannya‟.
halaman 5 Teks Ṣifatu l-Lȃh ini tertulisan
vertikal di samping kata „Zȃtu l-Lȃh’. Deskripsi Isi Teks
teks ini merupakan tambahan dari Naskah ini tidak mempunyai daftar
bacaan yang harus dibaca. Hal ini bisa isi. Penulisan naskah pada halaman 2
jadi karena penyalin tertinggal saat dimulai dengan tulisan tentang sumpah
menyalin bacaan ini. Dan juga pada kurap. Diduga teks yang berisi tentang
halaman 55 (53) kalimat yȃ hayya l-lażȋ sumpah kurap atau anti kurap ini
yuhyi l-mauta, tertulis vertikal yang disalin oleh orang yang berbeda dengan
merupakan sambungan dari teks mantra penyalin utama naskah ini. Hal ini
Melepaskan Penyakit Hati. disebabkan oleh dua hal: pertama,
Naskah ini ditulis menggunakan tulisan dalam naskah utama ini berbeda
bahasa Banjar berbentuk prosa dengan tulisan pada teks Ini Sumpah
beraksara Arab Melayu. Naskah ini dan Kurap; kedua, pada naskah utama setiap
Jawi berbentuk prosa. Tulisan pada pergantian judul selalu di mulai dengan
naskah ini menggunakan tinta berwarna menggunakan kata pasal, baik dengan
hitam dan pensil sebagai penomoran. kata „Ini Pasal‟ ataupun Cuma
Seperti yang disebutkan sebelumnya, menggunakan kata „Pasal‟. Pada akhir
penomoran ini diduga dilakukan bukan naskah, yaitu pada bagian Ini kata
oleh penulis/penyalin naskah. Untuk sapu, juga ditulis oleh orang yang
membedakan antara teks yang berbeda dengan penulis sebelumnya,
berbahasa Banjar dan bahasa Arab. hal ini bisa terlihat dari bentuk huruf
Penulis menyertakan syakal atau baris dan juga kerapian tulisan. Selain itu,
tatkala menuliskan teks yang berbahasa juga mantra ini tidak ditulis secara
Arab. Sebaliknya, ketika menulis teks lengkap.
yang berbahasa Banjar, tidak disertai Secara tulisan dan Isi, teks MM ini
syakal atau baris. Selain itu, penulis juga bisa dibagi tiga bagian dari tiga orang
menebalkan tinta ketika memulai penulis naskah ini. Adapun secara
penulisan pasal dan bab yang baru. tulisan, naskah ini terbagi ke dalam tiga
Teks ditulis dengan khat riq’î bagian. Bagian yang pertama yang
kecuali ketika memulai pasal dan Bab. merupakan tulisan tentang sumpah
Pada saat memulai pasal dan Bab, kurap1 dan mantra tatkala bergaul
penulis biasanya menggunakan khat dengan orang yang menderita campah
ṡuluṡi . agar tidak tertular campah.
Watermark dalam naskah ini seperti
gambar mahkota kerajaan di halaman 3,
23, 25, 35, 39, 51, dan 57. Kondisi naskah 1
Kata sumpah di sini bermakna mantra/ucapan
masih baik dan masih jelas terbaca. penolak bala, sumpah kurap ini bertujuan agar
Kalimat awal teks berbunyi „Ini penyakit kurap tidak menyerang si pembaca sumpah
kurap.

123
Naskah Mantra Mistik: Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks (Dede Hidayatullah)

Bagian kedua, terdiri dari pasal dan yang sangat besar manfaat dan akan
bab, serta doa yang ditulis oleh seorang mendapat pertolongan ribuan malaikat
penulis. Adapun pasal-pasal yang untuk pembacanya ketika melakukan
terdapat dalam bagian ini berbicara dua sesuatu. Sedangkan Bab Kata Kunci
hal, yaitu tentang cara bersahabat mengungkapkan tentang cara agar
dengan jin, dan kesaktian. Pasal-pasal seseorang terkunci atau terbungkam
tersebut adalah sehingga tidak bisa beristri atau
 Pasal jika hendak bersahabat jin. Pasal bersuami, dan musuh tidak bisa
ini berbicara cara bersahabat dengan menyerang.
Jin. Pada bagian doa, terdapat beberapa
 Ini Pasal Lampah Kagancangan. Pasal macam doa, yaitu doa Kandung
ini menguraikan tentang kesaktian Rasulullah, doa agar memperoleh
dan kekuatan pukulan. kewibawaan dan pangkat, doa
 Ini Pasal pakai menundukkan musuh. melepaskan segala kejahatan, doa
Pasal ini memuat bacaan yang melepaskan segala penyakit hati, dan
dibacakan ketika bertemu dengan satu azimat agar kebal. Doa kandung
musuh, agar musuh itu tunduk. Rasulullah itu mempunyai banyak
 Ini Pasal Kagancangan. Pasal ini khasiat, diantaranya mendapat rezki
memuat tentang cara mendapatkan yang tiada putus, disayangi sama
kesaktian dan kekuatan dengan pembesar dan atasan, disayangi kekasih,
berpuasa. dapat mengetahui dan melihat orang
 Ini Pasal Kagancangan Jin. Pasal ini yang berada dalam kubur, dapat
memuat tentang cara mendapatkan melihat malaikat dan setan, mempunyai
kesaktian dan kekuatan seperti pengaruh dan selalu dipatuhi, ditakuti
kekuatan Jin. binatang, membuat air laut menjadi
 Ini pasal kagancangan. Pasal ini tawar, agar orang tidak jadi berbuat
memuat tentang cara mendapatkan jahat, agar sawah dan ladang tidak
kesaktian dan kekuatan dengan dimakan tikus, meredakan ombak dan
mandi. angin besar, agar selamat di negeri
 Ini Pasal lampahnya Kebal. Pasal ini orang.
memuat tentang cara mendapatkan Teks Agama disalin seteliti mungkin
kekebalan dengan menggunakan sehingga jarang terjadi penambahan
kekuatan cahaya matahari. atau pengurangan mengenai gagasan-
 Ini Pasal Isim Jalalah.Pasal ini memuat gagasan pokok yang disajikannya.
cara agar dikasihi orang dengan Demikian juga dalam mentransliterasi
mandi. naskah ini, harus dilakukan dengan
Adapun Bab yang terdapat pada seteliti mungkin sehingga gagasan-
bagian ini berbicara tentang Bab Japaian, gagasan pokok yang disajikannya tidak
Bab Isim Puji Dina, dan Bab Kata Kunci. mengalami perubahan. Dalam
Bab Japaian berbicara tentang mentransliterasi teks tersebut, dipakai
bagaimana cara memegang lidah dan beberapa ketentuan sebagai berikut.
puting susu sendiri dengan bacaannya. 1. Kata-kata Arab yang sudah diserap
Bab Puji Dina berbicara tentang bacaan ke dalam bahasa Indonesia,

124
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 117--133

penulisannya disesuaikan dengan 9. Kata yang tidak dapat dibaca dalam


Ejaan Yang Disempurnakan. alih aksara hanya dicatat huruf demi
Misalnya kata gā`ib akn ditulis huruf dari kata itu dan huruf aslinya
dengan gaib jika berada dalam (aksara Arab) dicatat pada catatan
konteks bahasa Indonesia, tetapi kaki.
akan ditulis gā`ib kalau berada dalam 10. Kata-kata Indonesia yang berasal
konteks Arab. dari bahasa Arab dan sudah baku,
2. Kata atau kalimat yang tetapi belum memasyarakat ditulis
menggunakan huruf miring pada dengan huruf miring dan akan diberi
transliterasi MM berasal dari teks. arti dalam daftar kata Arab.
3. Kata yang salah dibetulkan dan 11. Kata yang sudah tidak lazim dipakai
pembetulannya dimuat dalam teks, tetap dipertahankan sesuai dengan
sedangkan aksara aslinya dicatat aslinya.
pada catatan kaki. 12. Ada dua pedoman yang dipakai
4. Kata yang ditulis dalam dua bentuk, untuk pegangan dalam alih aksara.
dipilih satu bentuk untuk menjaga Pertama, Pedoman Ejaan Yang
kekonsistenan. Misalnya ḍahir dalam Disempurnakan dan Pedoman
teks ditulis ḍahir, dalam bahasa Transliterasi Arab Latin (1987)
Indonesia ditulis dengan lahir dan digunakan untuk alih aksara kata
dalam transliterasi kata tersebut dan kalimat berbahasa Arab-
dialihaksarakan dengan lahir. Pedoman transliterasi Arab-Latin itu
5. Kata ulang yang ditulis dengan dicatat di bawah ini.
angka dalam transliterasi ditulis 13. Kata-kata Arab yang berakhiran
dengan kata yang diulang dan huruf t lalu bersambung dengan kata
menggunakan tanda hubung (-). Arab berikutnya, ditambah dengan
6. Kata yang berada dalam tanda huruf tersebut. Misalnya, qiblatu l-
kurung {....} berarti ada dalam teks, muslimin.
tetapi dianggap tidak ada dalam
pembacaan
Arab Latin Arab Latin
7. Tanda [....] tambahan dari
penyunting karena kata itu kurang ‫ا‬ a ‫ط‬ ṭ
atau salah dalam penulisannya ‫ب‬ b ‫ظ‬ ẓ
sehingga perlu ditambahkan. ‫ت‬ t ‫ع‬ `
8. Teks dalam naskah tidak memakai ‫ث‬ ṡ ‫غ‬ g
tanda baca. Namun, untuk keperluan ‫ج‬ j ‫ف‬ f
pembacaan, dalam alih aksara ‫ح‬ h ‫ق‬ q
dilakukan pembagian alenia, ‫خ‬ kh ‫ك‬ k
penggunaan huruf kapital, dan tanda ‫د‬ d ‫ل‬ l
baca yang pemakaiannya ‫ذ‬ ż ‫م‬ M
disesuaikan dengan Ejaan Yang ‫ر‬ r ‫ن‬ n
Disempurnakan. ‫ز‬ z ‫و‬ w
‫س‬ s ‫ه‬ h

125
Naskah Mantra Mistik: Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks (Dede Hidayatullah)

‫ش‬ sy ‫ء‬ ‟ Dua talu besi partiwi batu ampu-


‫ص‬ ṣ ‫ي‬ Y ampukul/ wai nal Haq, tabulik
‫ض‬ ḋ kepadanya yang manikam.
Ini kita ketahui rajanya. Ini nama raja
yang laki/ „Barjan‟ dan namanya yang
Suntingan Teks bini „Barjang‟//2//
Naskah Mantra Mistik2 //Halaman selanjutnya kosong//
Pasal jika hendak bersahabat/ jin. empat
Ini Sumpah Kurap
akan lampahnya.Bermula pada hari
Hai Raja Jin, Ikam jangan bahing/gap di
Ahad/ membaca malam empat puluh/
kulitku karena kulitku/ kulit wujud
kali dan siang empat puluh /kali
Allah./
berturut-turut sampai kepada/ hari
Ini papadahnya, kita membaca tiga kali
kamisserta kita//4// kurangi makan
lalu/ ditiupkan dan diludahi/
kita, jangan seperti/ yang sudah-sudah.
gosokakan pohon ….(naskah sobek
Bersih diri kita / serta memakai bau-
pada kata terakhir.)
bauan./ Yang dibaca amalnya di dalam
(teks ini dibuat bersambung dengan
hari Ahad itu inilah.. Sifatullah3Zȃtu l-
halaman berikutnya, seperti catatan
Lȃh lȃilȃha illa l-Lȃh./
kaki)
Apabila sampai malam jumat
Ini diamalkan kalau kita terkumpul
pada//5// orang tidur maka kita/
orang/ berkurap atau orang campa{K}h
berjaga serta memasang lilin./ Jangan
kudung/ ini katanya Bismlillah wa
dibaca lagi kalimat itu, hingga yang
sabakȃtu l-Lȃh wa kūlan alaih.//1//
dicita-cita di dalam/ hati mangiyau jin
Hadapan Belakang Kanan Kiri islam/yang empat orang yang bernama
ba/gusala(m)rdan baguskidul//6//
Jibril Israfil Izrail Mikail
dan bagus kulon. Lamun/ inya datang
bermula di/ atasnya pucuk lilin./
Camaniyah Tubaniyah Tabuniyah uruniyah Jangan bermandak kita mamanda/ng
lilin. Lamun inya berkata/ demikianlah
Jibril Israfil Izrail Mikail
bunyinya, ”Apa engkau/ pinta, maka
manyaru padaku//7// maka kita jawab
barang apa/ maksud kita, jangan
Darussalam Diyassalam Kamal Bȃdarakiyah
Saleh
banyak per/ minta ini itu atau kata kita,
“Adapun kula manyaru andika/ ini,
kula handak berjanji pada/ andika
Bismillȃhirrahmȃnirrȃhȋm/ berempat ini kalau ada/ barang kerja
kula andika yang kula//8// harap-
harap inilah janji kepada kula.
2
Naskah ini berjudul Mantra Mistik. Pada halaman
judul bagian dalam ada iluminasi seperti seekor 3
burung yang di dalamnya tertulis tȋb. di bawah Teks Ṣifatu l-Lȃh ini tertulisan vertikal di samping
iluminasi itu tertulis ini yang punya tȋb. iluminasi ini kata ‘Zȃtul-Lȃh’. teks ini merupakan tambahan dari
menunjukkan logo si pemilik naskah. bacaan yang harus dibaca. Hal ini bisa jadi karena
penyalin tertinggal saat menyalin bacaan ini.

126
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 117--133

Ini Pasal Lampah Kagancangan


Ini pasal / kagancangan.
Semalaman malam empat belas,
Lampahnya tujuh//15// subuh
malam/ jumat, mencabut kayu sekali,/
mu{n}lai membaca tiga/ kali sesudah
membaca ini sekali, mencabut/ jangan
timbul, mengata/ seperti itu jua kira-
barmandak semalaman tiada/ boleh
kira genap./ papa[n]tangnya tilasan kita
talipat batis kedua.//9// Atau takubur
mandi/ itu tida bulih dijapai/ orang
papatungnya tiada kadapatan orang.
dan kita tiada bulih/ setubuh dengan
Inilah yang dibaca/ „Nasrum mina l-Lȃhi
perempuan//16// di dalam tujuh hari
wa fathun qarȋb/ wa basysyri l-mu’minȋn.
inilah/ yang dibaca,
Ini Pasal/ pakai menundukkan musuh. “Bismillȃhirrahmȃnirrȃhȋm, ahdȃmun
ahdun haqqun.
/ Maka di{ti}upkan tiga kali pada
mu/suhBismillȃhirrahmȃnirrȃhȋm//10//
lȃilȃha illa l-Lȃhu l-wȃhidu l-qahhȃr,/ Ini pasal/ kagancangan, lampahnya
lȃilȃha illa l-Lȃhu l-`azȋzu l-gaffȃr,/ lȃilȃha tujuh hari,/ pagi-pagi barandam4di
illa l-Lȃhu wahdahu lȃ syarȋka/ lahu ilȃhan dalam air/ hingga pusat, maka kita tilik
wȃhidan wa nahnu lahu muslimun,/ lȃilȃha cahaya yanghijau di {h}ujung//(17)//
illa l-Lȃhu wahdahu lȃ syarȋka lahu/ ilȃhan jantung. Maka kita naikkan/ dengan
wȃhidan wa nahnu lahu/ mukhliṣun, nazar kita s{y}ir dengan/ nafas kita
lȃilȃha illa l-Lȃhu//11// muhammadu perlahan-lahan, maka/ naikkanlah
rRasulullȃhi bihaqqi Muhammadin wa ȃlihi cahaya itu daripada/ aurat tulang
wa ṣahbihȋ ajma`ȋn. belakang hingga/ sampai kepada buku
leher ber/ himpunlah ia di situ//18//
Ini Pasal/ Kagancangan. kalau ada upih kira-kira dua tiga nafas lamanya/
mengandung banyu, maka kita / baca berhenti cahaya itu, maka/ lalu kita
ini lalu kita kinum ja/ngan manulih ka turunkan kepada seklian/ tubuh kita itu
kiri ka kanan lalu//12// maluncat tiga hijau semuanya,/ maka hendaklah
kali balalu puasa sahari itu. Inilah yang dipandang/ yakin-yakin, jangan ada
dibaca, Jabtu l-japilūn jallȃhu lȃilȃha/ illa l- tubuh/ kita berasa, dan babuka,//19
Lȃhu berkat muhammadu rRasulullȃhi. (17) / dan ranggang, dan balobang,/
dan batulang, dan badaging, dan/
Ini Pasal Kagancangan Jin. empat badarah, baurat, hanya/ semata cahaya
puluh akan lampahnya//13// pada yang hijau insya Allah Ta`ala.
hari jumat bermula timbul/ matahari
serta puasa kan./ papatangnya Ini Pasal lampahnya Kebal
kedapatan orang, kedua/ menga{n}tuk, Memandanga matahari jadi//20
ketiga buang banyu besar, keempat (18)// kebesaran.Lampahnya empat
berludah tempat/ kedudukan membaca puluh hari mandi, bermula timbu{l}
itu sekali./ Membaca sekali menarik matahari, serta kita rupa/kan di banyu
nafas//14// jangan berhenti, sehari itu serta kita masuki di dalam lobang ha ini,
manjapai mayat hilang. Inilah ayatnya, kemudian/ pandang matahari, kita
“Lȃ tudrikuhu l-absȃr wa huwa/ yudriku l- rupakan/ di dalam matahari seperti
absȃr wa huwa/ l-latȋfu l-khabȋr. 4
berendam

127
Naskah Mantra Mistik: Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks (Dede Hidayatullah)

ini//21 (19)// jua cahayanya, seperti/ Nabi Ibrahim Nabinya. Maka/ ditolongi
kita tarik dengan nafas,/ kita rupakan di malaikat 3 laksa./Danpada hari arba‟
muka kita/ seperti ini jua cahayanya/ dibaa//28 (26)// 700 kali siang/ dan
seperti matahari atau di banyu/ atau dia malam, tiada boleh mauyah (‫)مااويه‬/
matahari matahari atau dia//22 (20)// sewaktu itu. Inilah yang/ dibaca, “Yȃ
muka kita seperti ini petanya Kabȋr Yȃ Mutakabbir”./ Nabi Musa
nabinya. Maka dito/longi malaikat
tujuh laksa./ Dan pada hari
Khamis//29 (27)// dibaca 800/ kali
siang dan malam tiada boleh/ minum
air sewaktu itu. Inilah/ yang dibaca, “Yȃ
Hȃlȋ Yȃ Halȋm.” Nabi Idris nabinya.
Maka/ ditolongi malaikat 8/ laksa. Dan
pada hari jumat//30 (28)// dibaca 600
//23 (21)// Bab Ini Japaian, maka kita/ kali/ siang dan malam tiada boleh/ di
japai ujung ilatlawan/ jari manis kanan makan yang masak karana sebab/ api
serta/ ujung ujung susu kita kanan, sewaktu itu. Inilah/ yang dibaca, Yȃ
makrifatnya dari dapat nafas/ katanya Kȃfȋ Yȃ Munȋ.” Nabi Muhammad
HUWA L-LLAH. Kemudian japai/ nabinya. Maka ditolongi/ malaikat 6
pulang ujung ilat lawan//24 (22)// jari laksa. Dan//31 (29)// pada hari sabtu
manis kiri,Japai/ ujung susu kiri dibaca/ 900 kali siang/ dan malam,
seperti/ yang dahulu jua adanya. tiada boleh tidur/ sewaktu itu. Inilah
yang/ dibaca,“YȃFattȃh Yȃ Rizqȋ.”6/
Bab ini Isim Puji/ Dina, besar Nabi Isa nabinya. Maka dito/longi
faedahnya/ lagi mustajab. Maka malaikat 9 laksa//32 (30)// malaikat.
diamal/kan tujuh hari, bermu{la}5 Kita di dalam beramal/ itu
pada//25 (23)// hari Ahad, dibaca 500 diminta kepada Allah Ta‟ȃla/ barang
kali siang dan/ malam tiada boleh {yang di} kehendaki. Kita tiada/ boleh
manginang. Ini yang dibaca yȃ hayyu yȃ dua talu permintaan./ Itu hanya satu
qayyūm/ Nabi Adamnabinya. Maka aja. Tammat.
dito/longi malaikat lima laksa./ Dan
hari senin dibaca//26 (24)// 400 kali Ini Pasal Isim Jala/lah. Barang dici[n]ta7
siang/ dan malam tiada boleh makan/ niscaya//33 (31)//di{a}nugrahi Allah
ikan sewaktu itu. Ini yang/ dibaca, “Yȃ Ta‟ȃla. Jika/ hendak minta kasih pada/
Rahmȃn Yȃ Rȃhȋm.” Nabi/ Nuh orang sekalian, baca isim/ ini. Jikalau
nabinya. Maka ditolongi 4 laksa. Dan/ kita tadapat/ malu, yaitu lampahkan/
pada hari selasa dibaca//27 (245// 300 mandi tiga isukan wayah/ manggunjur
kali siang dan/ malam tiada boleh matahari/ dan//34 (32)// tilasannya
makan apa-apa/ sewaktu itu. Inilah kain putih, jangan/dilihat oleh
yang/ dibaca, “Yȃ Mȃlika l-Quddūs.”/ dangsanak/ atau kuwitan. Kita baca

6
Biasa kalau amaliyah Yȃ Fattȃh bergandingan
5
Tertulis hanya bermu, mungkin penyalinnya dengan asma Allah Yȃ Razzȃq.” bukan “Yȃ Rizqȋ”.
7
ketinggalan menuliskan huruf lam. Mungkin yang dimaksud adalah dicita

128
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 117--133

tiga/ kali di dalam sekali-sekali mandi. hendak pada/ orang-orang, maka usap
Inilah isimnya yang dibaca, diri/ kita dengan tinggi pada malam
“Bismillȃhirrahmȃnirrȃhȋm/ Yȃ hayyun jumat. Baca doa ini 4 kali,/ niscaya
haini bi muy ikal hayyi//35 (33)//lȃilȃha illa datang pada kita.Bermula kita
l-Lȃhu ila l-Haq/ hayyun mulhaq, Yȃ Allȃh hendak//42 (40)// diturut orang
Yȃ Allȃh/ ya hayyun, ya dȋtu mulku uhȃ/ sekalian kata./ Maka baca pada malam
bilika ihim, Yȃ Allȃh wa tarfȋ/ ujȃlallȃh. jumat tujuh/ belas kali, niscaya takut/
pada kita.Bermula jika kita/ masuk ke
Ini Bab/ Kata Kunci. Jikalau kita dalam hutan baca doa/ ini, niscaya
jangan/ memberikan orang baisitri,//36 sekalian binatang/ takut pada
(34)// atauperempuan hendak/ kita.Bermula//43 (41)// jika hendak
bersuami, atau musuh kita/ supaya ia menawar air / yang masin8di laut. Maka
jangan berkehendak./ Maka kita baca/ doa ini serta rendam kaki/ kita,
tiupkan kepadanya. Inilah/ yang niscaya tawar.Bermula jika hendak
dibaca, “Kunciku kunci/ alam, kunciku dibunuh/ orang, baca doa ini tiap-tiap/
kunci Muhammad. Tertutup,/ terkunci hari dan malam, niscaya tiada//44
mati-mati kehendak sekalian//37 (42)// jadi orang membunuh.Bermula
(35)// yang berkendak berkat lȃilȃha illa jika padi kita di ma/kan tikus atau ular,
l-Lȃh Muhammadu r-Rasūlullȃh./ baca/ doa ini 3 kali berkuliling/
pahumaan, niscaya tiada dimakan/nya
Ini Doa kandung rasulu/llah. Maka lagi.Bermula jika kita/ hendak
sabda rasulullah/ sallahu alaihi be{r}layar ada terdapat//45 (43)//
wasallam/ kepada sayyidina Ali, “Baran ombak besar atau angin besar/ baca da
siapa/ membaca doa ini dengan ini, niscaya teduh./Bermula jika kita
ikhlas//38 (36)// hati, niscaya sampai/ pada negeri orang baca 9/ kali
di{a}nugraha/i Allah Ta‟ȃla rizqi tiada serta makrifat niscaya/ selamat. Inilah/
ber/keputusan. Bermula doa/ inijika doanya.//46 (44)//
dibaca dihadapan/ raja-raja atau orang Bismillȃhirrahmȃnirrȃhȋm/
besar-orang besar,/ niscaya jadi Akhażtu samȋ’a mȃ khalaqa/ l-Lȃhu Ta’ȃla
kasih.Ber/mula doa ini tiupkan wa baṣaruhum92x./ Akhażtu biquwwatin
pada//39 (37)// perempuan, jadi mȃ mȃ khalaqa l-Lȃhu Ta’ȃla wa s-
kasih/ pada kita. Bermula jika/ kita sultȃnuhum mȃ mȃ khalaqa l-Lȃhu Ta’ȃla
hendak melihat/ orangdi dalam kubur, wa ṣ-ṣultȃ/nuhu wa isyrȃȋlu an yamȋni//47
dibaca/ doa ini atas kubur/ pada hari (45)// wa isyrȃfȋla `an yusȃrȋ./ Allahumma
jumat 7 kali,/ niscaya dilihat orang mina l-Jawwȃbȋn hafżi/ wa hasbiya l-Lȃhu
yang//40 (38)// di dalam kubur, wa ni`ma l-wakȋl/ wa ni`ma l-maulȃ wa
membaca itu/ pada waktu subuh. ni`ma l-naṣȋr./ Bifaḏlika bi quwwati rabbi/
Bermula/ jika hendak melihat l-`ȃlamȋn, yȃ rabbi lȃ haula wa/ lȃ quwwata
mala/ikat, atau jin, atau syaitan, dibaca illa bi l--Lȃhi l-`aliyyu//48 (46)// l-`aẕȋm.
doa ini pada tempat yang/ sunyi,
niscaya kelihatan/ semuanya, serta 8
asin
berkasih-kasihan//41 (39)// dan 9
Mungkin yang lebih tepat adalah baṣarahum.
berkata-kata dengan kita.Bermula jika Karenakata ini ataf kepada samȋ’a yang merupakan
objek dari akhażtu.

129
Naskah Mantra Mistik: Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks (Dede Hidayatullah)

istajȋbū wa l-jinni wa l-insi `an a`yūna n- Ini/ melepaskan penyakit hati//54


nȃẕirin/ wa sy-syayȃṭȋna wa hilȃ (52)//Yȃ hayyu qabla kulli hayyin ya hayya
minhum/ajma`ȋn, birahmatika yȃ arhama r- ba`da/ kulli hayyin yȃ hayya l-lażi laisa
rȃhimȋn. kamiṡlihȋ/ hayyin, yȃ hayya l-lażȋ lȃ
yahtȃju/ ilȃ kulli hayyin, yȃ hayyal-lażȋ{lȃ}
Ini Bagi/ Kebesaran yamūtu/ hȋna yamūtu kulli hayyin, yȃ
Wa asaluka bismika/ yȃ fardu yȃṣamadu yȃ hayya l-lażȋyuhyi l-mauta, yȃ hayya l-lażȋ/
abadu yȃ a`azzu yȃ//49 (47)// ajallu yȃ lȃ yusyȃrikuhū hayyun, yȃ hayya l-lażȋ
ahaqqu yȃ abarru yȃ munȋru/ yȃ hayyu yuhyi l-`iẓȃmi a hiya ramȋmun, yȃ//55 (53)//
subhȃnaka yȃ lȃilȃha illa/ anta khaliṣnȃ [yȃ] hayya l-lażȋ lȃ yushuhu hayyun, yȃ
mina n-nȃri./ yȃ man lahu l-`izzatu wa l- hayya l-lażȋ lȃ ta’khużuhū sinatu/ w-walȃ
jamȃlu./ Yȃ man lahu l-qudratu wa l-kamȃl/ naumun lahū, subhȃnaka yȃ/ lȃilȃha illa
yȃ man lahu l-mulku wa l-jalȃlu/ yȃ man anta ajirnȃ mina/ n-nȃri.//56 (54)//
lahu l-kabiru l-muta`ȃl yȃ man//50 (48)//
huwa munsyiu s-sahȃbi10ṡ-ṡiqȃl yȃ man Ini azimat disurat pada kertas/ dipakai
huwa syadȋdu/ l-mihȃl yȃ man `indahū jika diikatkan pada kambing ditikam
husnu l-fi`ȃl yȃ man huwa syadȋdu/ l-`iqȃb, tiada memberi mudarrat/ insya Allah
yȃ man huwa `indahu/ ummu l-kitȃb, yȃ Ta`ȃla.
man huwa sarȋ`u//5111 (49)// l-hisȃb12yȃżal-
jalȃli wa l-ikrȃm/ subhȃnaka yȃ lȃilȃha illa
anta/ khaliṣnȃ mina n-nȃri.

Ini Bagi/ melepaskan segala kejahatan/


Wa asaluka bismika yȃ gaffȃru/ yȃ sattȃru
yȃ qahhȃru yȃ jabbȃru yȃ/
sakkȃruyȃṣabbȃru yȃżakkȃru yȃ//52 (50)//
//57(55)
makkȃru yȃ nawwȃru yȃ bȃrru. subhȃnaka
yȃ lȃilȃha illa anta/ khaliṣnȃ mina n-nȃri.
// teks pada halaman ini dicoret58 (56)//
yȃ man/ tabȃraka smuhu, yȃ man Ta`ȃla
Ini namanaya banih yang laki/ Rahman dan
jadduhu, yȃ man jalla syanȃuhu, yȃ/ man
rohnya roh mani./ Ini namanya yang/ bini
lȃilȃha gairuhu, yȃ man taqaddasat/
Rahim, dan rohnya/ roh amani. Karena kau
asmȃuhu, yȃ man yadūmu baqȃuhu//53
Nur Allah, Nur Muhammad, jangan/
(51)// yȃ mani l-`aẓamatu13 izȃruhu, yȃ
engkau memakan kepada akukarena//59
mani/ l-kiriyȃu ridȃuhu, yȃ man/ lȃ tu`addu
(57)// ikam datang daripadaku/ inilah yang
ni`mȃuhu, yȃ man lȃ/ yuhṣȃ alȃuhu
diamalkan, tujuh hari pada tiap-tiap/
subhȃnaka ya/ lȃilȃha illa anta hawwin
bangun tidur. Ini kata giludah ‘jabarun’. Ini
alainȃ/ sakarȃti l-maut.
kita kariyau yȃ irȃdat. Dibaruh ini kita
sua//60 (58)// dȃh dȃrūdȃh, maka yaitu
diamalkan / 40 hari/ tiap-tiap bangun tidur,
10
Tertulis huwa munsyiu s-sajȃbi, kelebihan titik membaca 3 kali kata ini, emoles kepada
pada huruf ‫ح‬
11
ratik.//(61 (59)//
Baris dalam halaman ini hanya ada 6 Ini kata sapu
12
Tertulis syarȋ`u l-hisȃb
13 “aria bismi aria kifar lah aria patatai aria
Tertulis yȃ mani l-`aẓamati seharusnya yȃ mani l-
`aẓamatu sanalu ah sanalu.

130
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 117--133

Bab ini paputaran surat pada telur Adapun Pasal-pasal yang terdapat
ayam hitam, patak pada kuburan orang dalam bagian ini berbicara dua hal,
besar, niscaya sakit tiada mendera. Ini yaitu tentang cara bersahabat dengan
rajamnya, maka surat ngaranya//62 jin, dan kesaktian.
(60)// Adapun Bab yang terdapat pada
bagian ini berbicara tentang Bab Japaian,
5. PENUTUP Bab Isim Puji Dina, dan Bab Kata Kunci.
Bab Japaian berbicara tentang bagaimana
Simpulan cara memegang lidah dan puting susu
Naskah MM yang Berkode E. 4508 sendiri dengan bacaannya. Bab Puji Dina
ini di simpan di Museum Lambung berbicara tentang bacaan yang sangat
Mangkurat Jalan Jendral A. Yani Km. 36, besar manfaat dan mendapat
Banjarmasin. Naskah ini bersampul pertolongan ribuan malaikat ketika
kertas karton tebal berwarna coklat dan melakukan sesuatu. Sedangkan Bab Kata
alas naskah kertas tebal. Ukuran naskah Kunci mengungkapkan tentang cara
10x6,5 cm, ukuran teks 7x4 cm, tebal agar seseorang terkunci sehingga tidak
naskah 61 halaman. Jumlah baris setiap bisa beristri atau bersuami, dan tidak
halaman 7 baris. Kecuali pada halaman diserang musuh.
57 yang hanya berisi 4 baris dan dua Pada bagian doa, terdapat beberapa
ilmunisasi. Naskah ini ditulis macam doa, yaitu doa Kandung
menggunakan bahasa Banjar berbentuk Rasulullah, doa agar memperoleh
prosa beraksara Arab Melayu. Tulisan kewibawaan dan pangkat, doa
pada naskah ini menggunakan tinta melepaskan segala kejahatan, doa
berwarna hitam dan pensil sebagai melepaskan segala penyakit hati, dan
penomoran. Teks ditulis dengan khat satu azimat agar kebal. Doa kandung
riq’î kecuali ketika memulai pasal dan Rasulullah itu mempunyai banyak
Bab. Pada saat memulai pasal dan Bab, khasiat, diantaranya mendapat rezki
penulis biasanya menggunakan khat yang tiada putus, disayangi sama
ṡuluṡi . pembesar dan atasan, disayangi kekasih,
Secara tulisan, naskah ini bisa dapat mengetahui dan melihat orang
dsimpulkan ditulis oleh tiga orang. yang berada dalam kubur, untuk
Adapun secara Isi, teks MM ini bisa melihat malaikat dan setan, mempunyai
dibagi tiga bagian dari tiga orang pengaruh dan selalu dipatuhi, ditakuti
penulis naskah ini. Bagian pertama binatang, membuat air laut menjadi
merupakan tulisan tentang sumpah kurap tawar, agar orang tidak jadi berbuat
dan mantra tatkala bergaul dengan jahat, agar sawah dan ladang tidak
orang yang menderita campah agar dimakan tikus, meredakan ombak dan
tidak tertular campah. Bagian kedua, angin besar, agar selamat di negeri
terdiri dari pasal dan bab, serta doa orang.
yang ditulis oleh seorang penulis.

131
Naskah Mantra Mistik: Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks (Dede Hidayatullah)

DAFTAR PUSTAKA

Baried, Siti Baroroh, dkk., 1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Fakultas Sastra UNS.

Behrend, T.E. (ed.). 1994. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4: Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan EFEO.S.

Diyab, abdul majid. 1993.Tahqiq al-turast alArabi, manhajuhu wa tatawuruhu. Kairo: Dar al-ma‟arif.

Djamaris, Edwar. 2009. Filologi Dan Cara Kerja Penelitian Filologi. Makalah. 20 April 2009
.
Harun, Abdussalam. 1998.Tahqiqun an-nusus wa nasyruha. Kairo: Maktabah al-khaniji bil qahirah.

Hidayatullah. Dede. 2009. Jenis dan fungsi mantra dalam masyarakat Banjar. Bunga Rampai
Sastra Hasil Penelitian. Banjar Baru: Balai Bahasa provinsi Kalimantan Selatan.

-----------. 2014. Revitalisasi Mantra Banjar. Makalah. disampakan pada seminar Nasional Bahasa
Daerah (Sembada) tanggal 10—11 Sepetember 2014 di Martapura.

----------. 2014. Naskah Ini Fasal Pada Menyatakan Jalan Yang Benar karya Nuruddin Ar-Raniry
dalam Naskah Negara: Edisi Suntingan Teks. Prosiding.Disampaikan pada Diskusi
Ilmiah (Lokakarya Hasil Penelitian) Kebahasaan dan Kesasteraan. di Yogyakarta 29
September—1Oktober 2014.

-----------. 2015. Naskah Martabat Tujuh: Edisi Kodikologi Dan Isi Naskah. Jurnal Undas.
Banjarbaru: Balai Bahasa Kalimantan Selatan.

Humaidy, dkk. 2011. Studi Naskah Syarâb al-‘Âsyiqîn Karya Hamzah Fansuri dalam Naskah
Negara. Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari.

Mu‟jizah. 2005. Martabat Tujuh: Edisi Teks dan Pemaknaan Tanda serta Simbol. Jakarta: Djambatan.

Munadi, dkk. 2011. Konsep Shalat Menurut Ihsanuddin Sumatrani Dalam Asrâr Al-Ṣalât.
Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari.

Rohim, Khairur dan Rustam Effendi.2014 Nilai Budaya Dalam Mantra Banjar. Jurnal bahasa dan
sastra 204-214.

Sunarti, dkk. 1978. Sastra Lisan Banjar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Tim Penyusun. 2005. Mantra Banjar. Banjarbaru: Balai Bahasa Banjarmasin.

Tjandrasasmita, Uka. 2006. Kajian Naskah-naskah Klasik dan Penerapannya bagi Kajian Sejarah Islam
di Indonesia. Jakarta: Pusdiklat Lektur Keagamaan Departemen Agama RI.

Yudiafi, Siti Zahra dam Mu`zijah. 2010. Filologi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

132
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 117--133

133

Anda mungkin juga menyukai