BCF - (06) Arofiq, (07) Wisely, Tugas I
BCF - (06) Arofiq, (07) Wisely, Tugas I
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan berkat
dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa hasil dari tugas ini jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan dalam kualitas pengerjaan tugas ini, maka dari itu saran dari
segala pihak akan diterima dengan tangan terbuka.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN...................................................................................................................... 3
KONSEP KAUSALITAS.....................................................................................................3
KAJIAN LITERATUR DAN MAPPING...............................................................................4
KUESIONER.................................................................................................................... 10
Optimisme.................................................................................................................... 10
Overconfidence........................................................................................................... 11
Pengelolaan Keuangan Perusahaan..........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 13
2
PEMBAHASAN
KONSEP KAUSALITAS
OVERCONFIDENCE
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
KEUANGAN
PERUSAHAAN
(TINGKAT INVESTASI,
DAN TINGKAT
HUTANG)
3
KAJIAN LITERATUR DAN MAPPING
Pendahuluan
Dalam teori keuangan tradisional, individu dianggap sebagai makhluk yang
rasional yang selalu berusaha untuk memaksimumkan keuntungan dalam membuat
sebuah keputusan, maka dari itu manajer atau seorang pimpinan perusahaan yang
ahli di bidangnya dituntut untuk sangat rasional dalam membuat suatu keputusan.
Mereka dituntut untuk mengambil keputusan paling optimal dan memilih alternatif
yang menghasilkan keuntungan paling besar (Baker and Wurgler,2013;
Fairchild,2009 dalam Ullah et al, 2020). Namun pada kenyataannya, ketika
dihadapkan dengan data dan informasi yang sedemikian banyak, pada
kenyataannya seorang manajer tidak dapat membuat keputusan rasional
berdasarkan kalkulasi dan teori keuangan terbaik yang dimengertinya, dan justru
mengandalkan beberapa strategi kognitif dan bias yang diperolehnya dari
pengalaman bekerjanya selama ini untuk menyederhanakan permasalahan tersebut
dan membuat keputusan (Yazdipour & Howard,2010 dalam Ullah et al, 2020).
Dikarenakan pada kenyataannya manajer tidak selalu membuat keputusan
yang rasional, maka teori keuangan konvensional dianggap tidak cukup untuk
menjelaskan fenomena ini, maka dari itu digunakan pendekatan baru yang disebut
behavioral corporate finance. Behavioral Corporate Finance merupakan sebuah
studi yang mengaplikasikan elemen pskologis dalam pengambilan keputusan
keuangan dalam perusahaan. Pada perkembangan ilmu belakangan ini, pendekatan
ini diterapkan dalam pengambilan keputusan keuangan, untuk menjelaskan berbagai
fenomena dimana manajer perusahaan mengambil keputusan keuangan yang
dianggap kurang rasional seperti pada kasus keputusan investasi, struktur modal
perusahaan, manajemen hutang, dan juga kebijakan dividen (Fairchild, 2009 dalam
Ullah et al, 2020).
Dalam penelitian Behavioral Corporate Finance, terdapat beberapa faktor
psikologis yang sering diteliti utamanya peranan bias kognitif dalam pembuatan
keputusan seorang manajer, antara lain bias self-serving, bias representatif,
Optimisme, dan Overconfidence (kepercayaan diri yang berlebihan). Dalam tugas
kali ini, penulis akan membahas peran Overconfidence dan Optimisme dan
4
pengaruhnya pada pengambilan keputusan keuangan perusahaan (tingkat investasi
dan tingkat hutang (leverage)).
Overconfidence
Overconfidence atau bias terlalu percaya diri merupakan sebuah bias dimana
seorang individu mempersepsikan dirinya sebagai individu yang superior (lebih
hebat) dari individu yang lain (Larrick, Burson, dan Soll, 2007 dalam Ullah et al,
2020). Pada kasus seorang manajer, Overconfidence akan membuat manajer
berpikir bahwa dia lebih ahli daripada yang lainnya sehingga akan membuatnya sulit
untuk membuka pikiran untuk ide-ide dan informasi yang baru, selain itu
Overconfidence juga membuat seorang manajer sulit untuk belajar dari pengalaman
masa lalu (Heaton, 2002). Manajer yang memiliki bias Overconfidence juga rentan
terhadap self-serving bias, dimana mereka sering menganggap semua kesuksesan
yang diperoleh sebagai hasil dari keahliannya dan segala kegagalan dikarenakan
kesalahan lain yang tidak dapat dikendalikannya.
Efek dari Overconfidence telah banyak diamati dalam berbagai penelitian,
utamanya dalam hubungan dengan keputusan investasi dan pendanaan dari
manajer. Dalam keputusan investasi, dipercaya bahwa perusahaan dengan manajer
yang mempunyai bias Overconfidence akan berinvestasi lebih dibanding
perusahaan yang tidak dikelola oleh manajer overconfidence, bahkan mereka
memiliki kecenderungan untuk melakukan investasi yang berlebihan
(Bukalska,2020; David et al, 2013; Malemendier & Tate, 2005), sehingga diperlukan
pendanaan yang tidak sedikit. Pada penelitian yang dibuat oleh Ho et al (2016) juga
menyatakan bahwa pada institusi perbankan dimana mereka memiliki manajer yang
overconfident maka mereka akan lebih mudah memberikan pinjaman sehingga
memperbesar eksposur risiko mereka di kala terjadi krisis.
Dari segi pendanaan, para manajer yang overconfident mempunyai
kecenderungan untuk menilai perusahaan mereka lebih dari kenyataannya, dan
merasa publik meremehkan perusahaan mereka sehingga mereka lebih menyukai
pendanaan internal. Hal ini sejalan dengan teori pecking-order dimana dinyatakan
bahwa perusahaan akan menggunakan biaya internal dulu baru biaya eksternal
(Esghaier, 2017; Heaton, 2002). Tetapi dikarenakan biaya internal terbatas, maka
perusahaan akan membutuhkan sumber dana eksternal, dimana mereka lebih
menyukai pendanaan dari utang daripada pendanaan ekuitas seperti saham
5
dikarenakan mereka menganggap bahwa masyarakat menilai saham mereka lebih
kecil dari kenyataan-nya (undervalued) dan juga mereka yakin bahwa mereka
sanggup membayar pembiayaan hutang sehingga meremehkan biaya pembiayaan
dan menyebabkan peningkatan tingkat utang perusahaan (Esghaier, 2017;
Bukalska, 2020; Hidayati et al, 2018; Barros & Da Silveira, 2007; David et al, 2013;
Park & Kim; 2009). Hal ini tidak sejalan dengan pemikiran Hackbarth (2008) yang
menyatakan bahwa pasar tidak rasional sehingga manajer dapat memanfaatkan nilai
perusahaan yang overvalued untuk menerbitkan saham baru (Market timing teori),
dalam penelitiannya, Hackbarth menyatakan bahwa dengan memanfaatkan market
timing teori, maka manajer yang overconfident harusnya memiliki pecking-order
yang terbalik. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian di negara ASEAN dimana
dinyatakan bahwa beberapa perusahaan lebih menyukai pembiayaan modal seperti
saham daripada hutang dikarenakan pembiayaan modal dianggap lebih murah dan
kecil risikonya. Selain itu, pernyataan bahwa perusahaan yang dikelola oleh manajer
yang overconfident menyebabkan kenaikan tingkat utang juga ditolak oleh Wronska
(2018) dalam Bukalska (2020) dimana dalam penelitiannya, dianyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan tingkat utang (leverage) pada perusahaan yang dikelola
oleh manajer yang overconfident dan tidak.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur Overconfidence seorang
manajer adalah penilaian kemampuan manajer tersebut akan: (1) keahliannya
sendiri, (2) kemampuan membayar hutang, (3) kemampuan mengatur perusahaan,
dll.
Penelitian terdahulu menyatakan terdapat hubungan positif antara
overconfident terhadap pengambilan keputusan keuangan utamanya berkaitan
dengan investasi dan juga permodalan perusahaan seperti yang telah dijelaskan
pada paragraf sebelumnya.
Optimisme
6
Sehubungan dengan investasi dan pengelolaan modal, Optimisme dapat
dikaitkan dengan manajer yang menilai tinggi perusahaan-nya sendiri, meremehkan
biaya pengeluaran seperti bunga sehingga lebih senang memanfaatkan permodalan
utang, dan juga evaluasi nilai proyek investasi yang terlalu positif (Heaton,2002;
Esghaier, 2017; Ullah et al, 2020). Selain itu, Optimisme juga memberikan ilusi
bahwa manajer mempunyai kendali atas kejadian yang terjadi di perusahaan
(Heaton,2002), sehingga pada level tertentu, Optimisme dapat menjadi penggerak
yang baik dalam membuat keputusan ekonomi (Puri & Robinson, 2007), namun di
level yang berlebihan, maka Optimisme dapat menghancurkan kepentingan
perusahaan dan menimbulkan kerugian (Shefrin dan Cervellati dalam Ullah et al,
2020), hal ini senada dengan penelitian Campbell et al (2011) dan Hackbarth (2008)
dimana dinyatakan bahwa optimisme manajerial pada tingkat menengah dapat
membantu manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, tetapi pada tingkat
yang terlalu tinggi dan rendah dapat menciptakan risiko dimana manajer berinvestasi
secara berlebihan atau sangat sedikit.
Indikator yang dapat digunakan untuk menilai tingkat Optimisme antara lain:
(1) penilaian manajer atas kondisi perekonomian masa depan, (2) penilaian manajer
atas kinerja perusahaan di masa depan, (3) pemilihan pendanaan manajer.
Penelitian terdahulu menyatakan terdapat hubungan yang positif antara
Optimisme dan pengambilan keputusan keuangan perusahaan utamanya berkaitan
dengan pendanaan dan cashflow perusahaan untuk investasi.
7
pengambilan keputusan
modal
3 Ullah Z, Rehman S.U, Khan Overconfidence, Positif, signifikan
M.N (2020) Optimisme, terhadap
Keputusan Anggaran
Modal
4 Bukalska E. (2020) Overconfidence, terhadap Positif, signifikan
sensitivitas Arus Kas
Investasi
Overconfidence, terhadap Negatif, signifikan
kendala keuangan
5 Hidayati S.A, Wahyulina S., Overconfidence, terhadap Positif, signifikan
Suryani E. (2018) pengambilan keputusan
utang
Ilusi kendali terhadap Tidak signifikan
pengambilan keputusan
hutang
Bias ketersediaan Positif, signifikan
terhadap pengambilan
keputusan hutang
Pengambilan keputusan Tidak signifikan
hutang terhadap kinerja
perusahaan
6 Ramiah V., Graham M., Overconfidence, loss- Tidak signifikan
Moosa I (2014) aversion, self-serving bias,
anchoring bias terhadap
bias pada pengambilan
keputusan modal
7 Barros L.A, & Da Silveira A Bias kognitif Positif, signifikan
(2007) (Overconfidence &
Optimisme) terhadap
tingkat hutang
8 Puri M. & Robinson D. Optimisme terhadap Positif, signifikan
(2007) pilihan ekonomi
9 David I., Harvey C., Overconfidence terhadap Positif, signifikan
Graham J. (2013) tingkat investasi
Overconfidence terhadap Positif, signifikan
8
tingkat hutang
Overconfidence terhadap Negatif, signifikan
rasio pembayaran dividen
10 Heaton J.B. (2002) Optimisme pada bias arus Positif, signifikan
kas
Optimisme pada Pecking- Positif, signifikan
Order pendanaan
11 Malemendier U & Tate G. Overconfidence pada Positif, signifikan
(2005) investasi yang berlebihan
12 Park C., & Kim H. (2009) Overconfidence pada Positif, signifikan
tingkat hutang
13 Ho P.H, Huang C.W; Lin Overconfidence, terhadap Positif, siginfikan.
C.Y., Yen J.F. (2016) tingkat hutang, dan
paparan terhadap risiko
14 Campbell T.C, Gallmeyer Optimisme manajerial Positif, siginifkan.
M, Johnson S.A, terhadap tingkat
Rutherford. J, Stanley B.W, pergantian manajer
(2011)
15 Hackbarth D. (2008) Perilaku manjerial Positif, siginifikan.
(Optimisme &
Overconfidence) terhadap
Tingkat hutang
Perilaku manajerial Tidak signifikan
(Optimisme &
Overconfidence) terhadap
Pecking-Order
Perilaku manajerial Positif, signifikan
(Optimisme &
Overconfidence) terhadap
nilai perusahaan
KUESIONER
Optimisme
9
Berilah tanda X untuk setiap pernyataan ini pada kolom penilaian:
1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Cukup 4. Setuju 5. Sangat Setuju
No Penilaian
Pernyataan
. 1 2 3 4 5
A Optimisme
Dalam keadaan ekonomi yang meningkat, perusahaan anda
1 mampu mendapatkan return yang lebih baik dari rata-rata
industri.
Dalam keadaan krisis ekonomi, perusahaan mampu
2
mendapatkan return yang lebih baik dari rata-rata industri.
3 Krisis ekonomi tidak memberikan kesulitan pada usaha anda.
Diversifikasi usaha yang dilakukan perusahaan mampu
4
menurunkan risiko kebangkrutan saat krisis.
Struktur permodalan perusahaan anda dapat memaksimalkan
5
nilai perusahaan
Kinerja perusahaan anda mampu memuaskan para pemegang
6
saham.
Setelah berakhirnya krisis ekonomi, saham perusahaan anda
7
akan bergerak naik melebihi nilai wajarnya.
TOTAL
10
Overconfidence
Penilaian
No. Pernyataan
1 2 3 4 5
B Overconfidence
Anda mampu menciptakan strategi yang membuat perusahaan
1
lebih unggul dari pesaing.
2 Anda mampu memprediksi trend pasar kedepannya.
Anda memiliki pengalaman kerja yang lebih baik dibandingkan
3
kolega anda.
Anda memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan
4
kolega anda.
5 Kesuksesan perusahaan merupakan hasil dari kontribusi anda.
Anda mampu memenangkan mayoritas negosiasi bisnis yang
6
anda lakukan.
Anda mampu menciptakan struktur modal yang optimal bagi
7
perusahaan.
Investasi yang anda lakukan selalu memberikan pengembalian
8
yang maksimal bagi perusahaan.
Anda merasa nilai saham perusahaan anda seharusnya lebih
9
tinggi dari nilai saat ini.
TOTAL
11
Pengelolaan Keuangan Perusahaan
No Tanggapan
Indikator Pernyataan
. Ya Tidak
C Pengelolaan Keuangan
1 Pengaturan Penggunaan biaya yang sesuai dengan tujuan
Arus Kas demi menjaga kelancaran arus kas jangka
panjang dan pendek.
2 Pemberian tempo piutang yang lebih singkat
dari tempo hutang.
3 Menagih hutang yang jatuh tempo tepat waktu.
4 Memangkas biaya distribusi dan produksi yang
berlebihan.
5 Pengaturan Memastikan nilai investasi kepada beberapa
Investasi ahli (analis) diluar perusahaan.
6 Berinvestasi sesuai dengan kemampuan
perusahaan.
7 Pengaturan Membatasi pendanaan hutang dalam kriteria
Struktur wajar.
8 Modal Pendanaan internal yang ada dimaksimalkan
sebaik mungkin.
9 Tidak memperbolehkan dana berlebih
(nganggur) terlalu lama.
TOTAL
12
DAFTAR PUSTAKA
Ullah, Z., Rehman, S. U., & Khan, M. N. (2020). Overconfidence and Optimisme in
capital budget decisions: Corporate finance from a behavioral point of view.
City University Research Journal, 10(2), 253-275
Hidayati, S.A, Wahyulina, S., Suryani E. (2018). The Influence of Behavioral Finance
on Corporate Performance Through Debt Decision Making (Study on Small
and Medium Enterprises in Lombok Island). The 2nd International Conference
On Economics And Business ISBN. 978-602-50530-5-4 August 2018 pp.50-
59
Ramiah, Vikash & Zhao, Yilang & Moosa, Imad & Graham, Michael. (2014). A
behavioural finance approach to working capital management. The European
Journal of Finance. 22. 1-26. 10.1080/1351847X.2014.883549.
Puri, M., Robinson, D.T. (2007), Optimisme and economic choice. Journal of
Financial Economics, 86, 71-99.
13
Ben-David, Itzhak & Graham, John & Harvey, Campbell. (2008). Managerial
Overconfidence and Corporate Policies [Published version: "Managerial
Miscalibration", QJE 2013].
Malmendier, U., & Tate, G. (2005). CEO Overconfidence and corporate investment.
The Journal of Finance, 60(6), 2661–2700.
Park, C., & Kim, H. (2011). The effect of managerial Overconfidence on leverage.
International Business & Economics Research Journal, 8(12).
Ho, P.H.; Huang, C.W.; Lin, C.Y.; Yen, J.F. (2016) CEO overconfidence and financial
crisis: Evidence from bank lending and leverage. J. Financ. Econ. 2016, 120,
194–209.
Campbell, Timothy Colin and Gallmeyer, (2011) CEO Optimism and Forced
Turnover.
Journal of Financial Economics (JFE), Forthcoming
14