Anda di halaman 1dari 26

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal dicetuskan pertama kali oleh (Michael Spence, 1973)


dalam penelitiannya yang berjudul “Job Market Signalling”. Teori ini
melibatkan dua pihak, yakni pihak dalam seperti manajemen yang berperan
sebagai pihak yang memberikan sinyal, dan pihak luar seperti investor yang
berperan sebagai pihak yang menerima sinyal tersebut. Spence mengatakan
bahwa dengan memberikan suatu isyarat atau sinyal, pihak manajemen berusaha
memberikan informasi yang relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak investor.
Kemudian, pihak investor akan menyesuaikan keputusannya sesuai dengan
pemahamannya terhadap sinyal tersebut (Komala et al., 2021).
Menurut (Brigham & Houston, 2019), teori sinyal merupakan ukuran yang
diambil oleh manajemen untuk memberikan instruksi kepada investor tentang
bagaimana perusahaan mengevaluasi prospek perusahaan. Teori sinyal
menjelaskan bahwa perusahaan memiliki dorongan untuk menyampaikan
informasi kepada pihak ketiga karena asimetris informasi yang ada antara
perusahaan dengan pihak eksternal. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi
dari pihak diluar perusahaan. Teori sinyal mengemukakan tentang dorongan suatu
perusahaan dalam memberikan informasi mengenai kondisi suatu perusahaan baik
berupa sinyal positif (good news) atau sinyal negatif (bad news) kepada pengguna
laporan keuangan, tujuan memberikan informasi sinyal tersebut diharapkan dapat
memudahkan investor dalam pengambilan suatu keputusan untuk melakukan
investasi (Rachmawati & Retnani, 2020).

15
16

Dalam hubungannya dengan financial distress, (Salim & Dillak, 2021)


menjelaskan bahwa jika analisis prediksi kebangkrutan dilakukan dan
memberikan hasil prediksi yang dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa
perusahaan yang dianalisis tidak berpotensi mengalami kebangkrutan, maka
perusahaan tersebut akan memperoleh sinyal yang positif yang dapat bermanfaat
bagi para investor juga kreditor. Namun sebaliknya, jika hasil prediksi
menunjukkan bahwa perusahaan yang dianalisis berpotensi mengalami
kebangkrutan maka perusahaan tersebut akan memperoleh sinyal negatif yang
dapat merugikan investor maupun kreditor. Analisis ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai informasi bagi perusahaan, investor maupun kreditor dalam
memberikan sinyal ketika perusahaan terindikasi mengalami kebangkrutan.
Menurut (Sulistiono, 2018) informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi
pihak diluar perusahaan.

2.1.2 Teori Ketergantungan Sumber Daya (Resource Dependence Theory)

Resource Dependence Theory (RDT) diperkenalkan oleh (Pfeffer &


Salancik, 1978) yang menyatakan strategi, struktur, dan keberlangsungan hidup
perusahaan sangat bergantung pada sumber daya untuk menghubungkan dengan
lingkungan eksternal. Sumber daya tersebut ditunjuk sebagai direksi yang
bertugas untuk melakukan kegiatan operasional, mendukung organisasi, dan
berfokus pada pemecahan masalah (Richardson et al., 1989). Menurut RDT,
direksi merupakan aset perusahaan yang berkontribusi dalam menjaga
keberlangsungan usaha perusahaan (Hillman et al., 2009), maka direksi akan
terlibat dalam tugas pemantauan dan memberikan saran dalam membuat
keputusan (Hillman & Dalziel, 2003). Keberagaman direksi, jumlah direksi dan
direksi kewarganegaraan asing, akan memberikan pengaruh yang baik dalam
mengidentifikasi, evaluasi strategi dengan alternatif yang lebih komprehensif, dan
menciptakan hubungan dengan lingkungan eksternal karena keberagaman
keterampilan yang dimiliki oleh direksi. Dasar dari teori ini adalah pernyataan
17

Emerson pada tahun 1962 yang menyatakan bahwa kekuasaan (power) berasal
dari kontrol atas sumber daya yang dibutuhkan, di mana sumberdaya tersebut
tidak ditemukan di tempat lain. Sehingga pengelola perusahaan memiliki motivasi
untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan meningkatkan otonomi
perusahaan yang mereka kelola (Wicaksana & Astawa, 2011). Teori ini juga
menyatakan bahwa dewan perusahaan merupakan sebagai penghubung antara
perusahaan dengan lingkungan dan sumber daya eksternal dimana perusahaan
bergantung. Kebutuhan akan sumber daya, termasuk sumber daya finansial dan
fisik serta informasi diperoleh dari lingkungan yang membuat organisasi tersebut
bergantung pada sumber daya eksternal. Keberagaman dewan dengan diversitas
yang tinggi akan mengurangi ketergantungan perusahaan pada lingkungan
eksternal perusahaan. Hal ini disebabkan karena keahlian, pengalaman, dan
hubungan yang dimiliki oleh anggota dewan akan memfasilitasi akses terhadap
sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan (Dewi, 2019).
Dalam teori ini agar perusahaan dapat survive, maka perusahaan harus
memperoleh resource karena perusahaan bergantung secara eksternal terhadap
sumber daya agar perusahaan dapat terus berjalan, maka perusahaan harus
memperoleh sumber daya (Lia, 2022). Sumber daya yang berasal dari lingkungan
perusahaan menjadikan perusahaan berpikir untuk dapat mengurangi
ketergantungannya pada lingkungan tersebut. Strategi, struktur, dan
keberlangsungan hidup perusahaan sangat bergantung pada sumber daya untuk
menghubungkan dengan lingkungan eksternal. Sumber daya yang dimaksud yaitu
dewan direksi perusahaan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan
pengarahan kegiatan operasional, mendukung perusahaan yang berfokus pada
pemecahan masalah yang terjadi di perusahaan sehingga membangun kepercayaan
pihak eksternal atau stakeholder. Menurut (Aprilia & Wuryani, 2021) direksi
merupakan aset perusahaan yang berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan
usaha perusahaan, maka direksi akan terlibat dalam tugas pemantauan dan
memberikan saran dalam membuat keputusan. Dewan direksi memiliki
kemampuan untuk memperkecil ketidakpastian lingkungan dengan menggunakan
18

koneksi yang mereka miliki. Dalam penelitian (Saputra, 2019) juga berpendapat
bahwa pengalaman dan hubungan dewan direksi dapat memenuhi kebutuhan
sumber daya yang bervariasi. Selanjutnya dewan direksi akan membawa manfaat
bagi organisasi, yaitu informasi dalam bentuk saran dan nasihat, akses ke saluran
informasi antara perusahaan dalam lingkungan, akses istimewa ke sumber daya,
dan legitimasi. Keberagaman direksi, dapat menciptakan hubungan dengan
lingkungan eksternal karena keberagaman keterampilan yang dimiliki oleh dewan
direksi.
(Maghfiroh & Utomo, 2018) juga memberikan argumen bahwa
keberadaan dewan berjenis kelamin perempuan dapat digunakan sebagai
mekanisme untuk mengurangi dampak ketidakpastian lingkungan. Pengalaman
dan perspektif hidup yang dimiliki oleh dewan perempuan, membuat mereka
mampu menghubungkan perusahaan dengan pelanggan perempuan, buruh
perempuan, maupun para pemangku kepentingan lain yang bergender perempuan
secara lebih baik. Beberapa perusahaan bahkan dengan sengaja menambahkan
perempuan ke struktur dewan mereka untuk menjaga hubungan baik dengan klien
atau pelanggan perempuan mereka.
Hubungan teori Resource Dependence Theory (RDT) dengan penelitian
ini yaitu perusahaan dalam menghindari tingkat resiko keuangan memerlukan
sumber daya yang memadai untuk mewujudkan kinerja perusahaan yang baik.
Salah satu sumber daya yang dimiliki perusahaan yaitu dewan direksi, dalam
memperoleh sumber daya yang mumpuni dapat dilihat dari karakteristik anggota
dewan direksi pada perusahaan. Karakteristik tersebut tidak terlepas dari gender,
tingkat pendidikan, pengalaman, skill, dan wawasan yang dimiliki dewan direksi
dengan demikian akan terciptanya hubungan ekternal yang baik yang nantinya
akan memperkuat kepercayaan investor untuk berinvestasi pada perusahaan dan
dapat menghindari dari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan contohnya
financial distress (kesulitan keuangan) pada perusahaan.
19

2.1.3 Financial Distress

Financial distress adalah sebuah kondisi keuangan dimana keuangan


pada perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau terancam, dan terjadi sebelum
perusahaan mengalami kebangkrutan (Pratiwi & Muslih, 2020). Financial
distress merupakan suatu kondisi yang menunjukkan tahap memburuknya
kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum pailit atau likuidasi (Platt & Platt,
2002) dalam (Dwijayanti, 2010). Posisi keuangan suatu perusahaan menjadi
perhatian tidak hanya bagi manajemen tetapi juga bagi banyak pemangku
kepentingan, karena kelangsungan hidup dan posisi keuangan perusahaan
menentukan kemakmuran berbagai pemangku kepentingan.
Financial distress dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi perusahaan
yang mengalami kegagalan dalam menjalankan operasional perusahaan dalam
tujuannya untuk menghasilkan laba (Hutauruk et al., 2021). Financial distress
juga dikonotasikan sebagai suatu kegagalan ekonomi (economic failure) yang
menggambarkan pula perusahaan kehilangan sejumlah uang atau pendapatan,
sehingga tidak mampu untuk menutup biaya yang harus dikeluarkan. Financial
distress adalah hal dapat dialami oleh semua perusahaan termasuk perusahaan
yang profit oriented. Keadaan ini akan sangat berpotensi untuk mengarahkan
perusahaan kepada kebangkrutan usaha secara ekonomi. Sehingga dengan
demikian maka diperlukan suatu analisis dalam membuat prediksi kebangkrutan
untuk memastikan kondisi perusahaan dan semua pihak yang berkepentingan
terhadap situasi ini (Hutauruk et al., 2021).
Terdapat lima kesulitan keuangan menurut Brigham dan Daves (2014) yaitu:
1. Economic failure, dimana perusahaan tidak dapat menutupi jumlah
biaya,termasuk biaya modalnya.
2. Business failure, terjadi bila bisnis perusahaan menghentikan operasi
dengan akibat kerugian ke kreditur.
3. Technical insolvency, adalah ketidakmampuan perusahaan memenuhi
kewajiban lancar ketika jatuh tempo, menunjuk kekurangan likuiditas
20

secara temporer. Pada kasus ini kreditur biasanya mau membantu melalui
restrukturisasi utang.
4. Insolvency in bankruptcy, jika nilai buku utang perusahaan yang melebihi
nilai pasar aset. Masalah ini bersifat permanen dan mengarah kepada
likuiditas bisnis.
5. Legal bankruptcy, adalah jika perusahaan bangkrut secara hukum, terjadi
jika telah diajukan tuntutan secara resmi sesuai dengan undang-undang.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa financial distress merupakan
kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat yang mengalami masalah
likuiditas dan biasanya bersifat sementara, tetapi bisa berkembang menjadi lebih
buruk apabila tidak diatasi sejak dini dan berdampak pada kebangkrutan
perusahaan. Indikator kesulitan keuangan dapat dilihat dari analisis aliran kas,
strategi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan (Syifa et al., 2017).

2.1.4 Profitabilitas
Menurut (Kasmir, 2014) dalam rasio profitabilitas merupakan rasio yang
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di suatu periode
tertentu dengan menggunakan seluruh aset dan modal yang tersedia. Penggunaan
rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara
berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan
neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk bebarapa
periode operasi, tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam
rentang waktu tertentu baik penurunan atau kenaikan sekaligus mencari
penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat
evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara
efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, mereka
dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode.

Rasio profitabilitas sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja
manajemen. Semakin tinggi keuntungan perusahaan, semakin terjamin
21

keberlanjutannya (Sudaryanti & Dinar, 2019). Proftabilitas menunjukkan


efisiensi dan efektivitas penggunaan aset perusahaan karena rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan penggunaan aset.
Dengan adanya efektivitas dari penggunaan aset perusahaan maka akan
mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, maka perusahaan akan
memperoleh penghematan dan akan memiliki kecukupan dana untuk
menjalankan usahanya. Dengan kecukupan dana tersebut maka kemungkinan
perusahaan mengalami financial distress akan menjadi lebih kecil. Dalam
penelitian (A. S. Dewi et al., 2022) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan
hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan, dimana rasio ini
digunakan sebagai alat ukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan. Profitabilitas adalah
tingkat keberhasilan atau kegagalan perusahaan selama periode waktu tertentu.

2.1.5 Operating Capacity

Operating capacity merupakan rasio yang mengukur kemampuan


perusahaan dalam mengelola aset-asetnya untuk keperluan operasi perusahaan
(Muktisari, 2020). Tingkat operating capacity yang menunjukkan semakin
tinggi hasil dari rasio ini maka akan terhindar dari kondisi financial distress
perusahaan. Hal tersebut dapat membuat sinyal bagi investor maupun kreditur
untuk melakukan investasi dan kreditnya di perusahaan karena perusahaan telah
dinilai baik untuk mengatur keuangan perusahaan (Reta, 2017). Operating
capacity yang rendah dapat berpengaruh terhadap kondisi financial distress.
Menurut (Kasmir, 2012) dalam, perputaran total aset adalah rasio pengelolaan
aset yang diukur dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset. Jika
perusahaan tidak menghasilkan volume perdagangan yang cukup untuk investasi
total aset, perusahaan perlu meningkatkan penjualan.
Dengan demikian, semakin besar hasil dari rasio operating capacity
maka semakin baik yang dapat diartikan bahwa asset yang dimiliki oleh
perusahaan mampu mendapatkan laba lebih cepat. Sehingga, semakin efektif
22

perusahaan dalam menggunakan asetnya untukmenghasilkan penjualan maka


keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan akan semakin besar, namun jika
penggunaan aset perusahaan tidak efektif maka perusahaan akan berakibat
mengalami kondisi financial distress (N. L. P. A. Dewi et al., 2019).

2.1.6 Sales Growth

Sales growth atau rasio pertumbuhan penjualan merupakan rasio yang


digunakan untuk memprediksi suatu pertumbuhan perusahaan dalam masa yang
akan datang, rasio ini juga mencerminkan tentang penerapan keberhasilan
investasi yang dilakukan perusahaan pada periode yang lalu yang dapat
dijadikan sebagai prediksi mengenai pertumbuhan perusahaan dalam periode
yang akan datang (Lisiantara & Febrina, 2018). Sales Growth menggambarkan
keberhasilan suatu investasi yang dilakukan perusahaan pada periode
sebelumnya dan dapat digunakan sebagai peramalan bisnis perusahaan di masa
yang akan datang (Luh et al., 2019).
Menurut (Almilia & Kristijadi,2014) pertumbuhan penjualan (sales
growth) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan penjualannya dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penjualan itu
sendiri mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam meningkatkan
penjualan produk yang dihasilkannya, baik peningkatan frekuensi penjualan
ataupun peningkatan volume penjualan. Semakin tinggi tingkat sales growth
suatu perusahaan maka perusahaan tersebut dinilai berhasil dalam menjalankan
strateginya dalam hal penjualan produk maupun pemasaran, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan keberlangsungan
perusahaan dan mampu meningkatkan nilai perusahaan serta terhindar dari
financial distress.

2.1.7 Gender Diversity


Gender secara umum dapat didefinisikan sebagai status, yang dibangun
melalui sosial, budaya, psikologis berarti berdasarkan pada ciri-ciri pribadi
(Fathonah, 2018). Gender diverisity dalam suatu organisasi dapat membawa
23

persepsi baru dalam proses pengambilan keputusan (decision making),


melakukan kontrol terhadap keefektifan corporate governance, kreativitas dan
inovasi sehingga menjadi suatu keunggulan kompetitif. Gender diversity atau
keragaman gender merupakan perbedaan proporsi gender antara laki-laki dan
wanita dalam suatu dewan di mana perannya dapat memengaruhi pelaksanaan
good corporate governance dalam perusahaan. Peran gender merupakan peran
dalam ruang tertentu atau porsi tertentu bagi laki-laki maupun perempuan yang
dikontruksikan oleh masyarakat, sosial maupun kultural (Purnomo, 2012).
Peran gender dalam budaya patriarkat, laki-laki lebih dituntut untuk
berada di ruang publik sementara perempuan lebih dituntut di ruang domestik.
Perbedaan sikap terhadap laki-laki dan perempuan dijelaskan berdasarkan tiga
ideologi yaitu ideologi gender tradisional, ideologi gender egaliter, dan ideologi
gender transisional. Ideologi gender transional memiliki asumsi implisit bahwa
laki-laki seharusnya memiliki power/kekuasaan yang lebih tinggi dari
perempuan. Ideologi gender egaliter merupakan ideologi yang didasarkan oleh
sikap yang lebih fleksibel dalam memandang perbedaan gender. Ideologi gender
transisional mempunyai arti sikap individu cukup dominan dalam ideologi ini
karena ideologi transisional merupakan ideologi yang berada diantara ideologi
tradisional dan ideologi egaliter (Susanti,2020).
Gender diversity dalam sebuah dewan direksi tentu akan memunculkan
berbagai perspektif yang dapat memperkaya keputusan perusahaan. Perbedaan
pola pikir dan perilaku antara laki-laki dan perempuan akan memengaruhi cara
dalam memandang risiko. Sifat wanita yang detail dalam bekerja, kehati-hatian
dalam memutuskan kebijakan dan cenderung menghindari risiko, mampu
menjadi nilai tambah bagi perusahaan. Penilaian ini akan membuat citra baik
yang mampu mendorong pihak eksternal untuk berinvestasi sehingga
meningkatkan kinerja perusahaan (Tobirin et al., 2022). Maka semakin banyak
direksi wanita dalam jajaran dewan eksekutif akan meningkatkan kinerja
sehingga terhindar dari financial distress yang merupakan hasl pada kesesuaian
24

penelitian terdahulu oleh (Kristanti, 2015) dengan hasil gender diversity


berpengaru negatif signifikan terhadap financial distress.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Sampel dan Variabel Proksi Hasil Penelitian


(Tahun Jumlah Sampel Dependen dan Variabel
Penelitian) Independen Dependen
1 Vincentsius 90 Perusahaan Dependen : ICR Audit committee
Alfred Stephen manufaktur financial (interest size tidak
dan Nurainun yang terdaftar di distress coverage berpengaruh
Bangun (2023) BEI periode ratio) signifikan secara
2017-2019 Independen : positif terhadap
Audit Comitte, financial distress,
Leverage, leverage (DAR)
Sales Growth berpengaruh
signifikan secara
negatif terhadap
financial distress,
dan sales growth
tidak
berpengaruh
signifikan
negative terhadap
financial distress.
2 Panji Satrio 7 Perusahaan Dependen : ICR Secara simultan
Aji, Saiful Pulp & Kertas Financial (interest variabel
Anwar (2022) dan Plastik & Distress coverage leverage,
Kemasan yang ratio) profitabilitas,
tersedia di Bursa Independen : liikuiditas, sales
Efek Indonesia Leverage, growth dan firm
(BEI) periode Profitabilitas, size berpengaruh
2016-2020. Likuiditas, signifikan
Sales Growth terhadap
Dan Firm Size financial distress.
3 Gilbert Jacob 165 Perusahaan Dependen : ICR Profitabilitas dan
Ratuela , Lintje manufaktur Financial (interest likuiditas
Kalangi , Jessy yang terdaftar di distress coverage berpengaruh
D. L. BEI periode ratio)
negatif dan
Warongan 2018-2020 Independen :
(2022) Profitabilitas, signifikan
25

Sales Growth, terhadap


Likuiditas, financial distress
Dan Leverage sales growth
berpengaruh
negatif tetapi
tidak signifikan,
sedangkan
leverage
berpengaruh
positif terhadap
financial distress.

4 Subagyo, 76 Perusahaan Dependen : ICR Likuiditas,


Yunus manufaktur Financial (interest leverage
Pakpahan, yang terdaftar distress coverage berpengaruh
Felix Budiman, di BEI pada ratio)
positif terhadap
Wahyu periode 2018- Independen :
Prasetya (2022) 2020 Likuiditas, financial distress,
Leverage dan dan sales growth
Sales Growth berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
financial distress.

5 Felsiana Baros, 20 Perusahaan Dependen : ICR Likuiditas,


Sri Ayem, Sri manufaktur ang Financial (interest profitablitas dan
Lestari Yuli terdaftar di BEI distress coverage ukuran
Prastyatini periode 2017- ratio) perusahaan
(2022) 2019 Independen : berpengaruh
Likuiditas, positif terhadap
Profitabilitas financial distress.
Dan Ukuran
Perusahaan
6 Guruh Dwi 380 Perusahaan Dependen : ICR Hasil penelitian
Samudra manufaktur di Financial (interest ini membuktikan
(2021) Indonesia distress coverage bahwa dewan
periode 2014- ratio)
komisaris dan
2016 Independen :
Gender keberagaman
diversity dan gender
good corporate berpengaruh
governance negatif terhadap
26

financial distress.
Sedangkan
dewan komisaris
independen tidak
berpengaruh
terhadap
financial distress
dan kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif terhadap
financial distress.

7 Arif Wibowo, 172 Perusahaan Dependen : ICR Profitabilitas,


Aries Susetyo manufaktur Financial (interest likuiditas, dan
(2020) yang terdaftar di Distress coverage operating
BEI periode ratio) capacity
2015-2018 Independen : berpengaruh
Profitabilitas, negatif terhadap
Likuiditas, financial distress.
Operating Sales growth
Capacity, Sales tidak
Growth berpengaruh
terhadap kondisi
financial distress.
8 Siti Ratu 80 Perusahaan Dependen : ICR Kepemilikan
Rodiah dan family bussines Financial (interest institusional,
Farida Titik yang terdaftar di distress coverage kepemilikan
Kristanti BEI periode ratio) manajemen dan
(2021) 2015-2019 Independen : komisaris
Gender independen tidak
Diversity, memilik
Corporate pengaruh
Governance terhadap
Dan Leverage financial distress.
Hanya gender
diversity dan
leverage yang
berpengaruh
positif terhadap
financial distress.
9 Marfadha 70 Perusahaan Dependen : ICR Hasil penelitian
27

Okrisnesia, Food and Financial (interest menunjukkan


Indrian baverage yang Distress coverage bahwa
Supheni dan terdaftar di BEI ratio) profitabilitas,
Bambang Periode 2020- Independen : likuiditas, dan
Suroso (2021) 2021 Profitabilitas, Pertumbuhan
Likuiditas dan penjualan
Pertumbuhan berpengaruh
Penjualan terhadap
financial distress
10 Rita Tri Ariska, 94 Perusahaan Dependen : ICR Berdasarkan hasil
Mohammad manufaktur Financial (interest penelitian,
Arief, yang terdaftar di Distress coverage gender diversity,
Prasetyono BEI periode ratio)
net profit margin,
(2021) 2014-2018 Independen :
Gender current ratio, dan
Diversity dan debt ratio tidak
Financial berpengaruh
Ratios terhadap
financial distress,
return on assets
berpengaruh
negatif terhadap
financial distress,
dan working
capital to total
assets
berpengaruh
positif terhadap
financial distress.

2.3 Kerangka Pikir

Profitabilitas
(X1)
28

Operating Capacity
(X1) Financial Distress
(Y)

Sales Growth
(X1)

Gender Diversity
(X1)

Keterangan
= Pengaruh Simultan
= Pengaruh Parsial

2.4 Pengembangan Hipotesis


2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Financial Distress
Rasio profitabilitas diproksikan dengan Return Of Assets (ROA). Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba dari aset yang dimiliki perusahaan. ROA yang semakin
tinggi akan menunjukkan keefektifan perusahaan dalam mengelola dananya
untuk menghasilkan laba. Sebaliknya, apabila ROA perusahaan mengalami
penurunan hal itu menunjukkan kurangnya kinerja perusahaan dalam
mengoptimalkan aset yang dimilikinya. Return Of Assets yang semakin menurun
akan mengakibatkan perusahaan semakin kesulitan dalam memperoleh dana
karena perusahaan tersebut dianggap tidak mampu mengelola dana nya dengan
bijak, oleh karena itu kemungkinan terjadinya financial distress akan semakin
besar (Sinaga, 2022).
Pengaruh profitabilitas terhadap financial distress berkaitan erat dengan
signalling theory. Perusahaan akan memberikan informasi yang akan dipahami
29

sebagai tanda atau sinyal bagi investor mengenai kinerja perusahaan


Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan baik, sehingga
investor akan merespon positif sinyal tersebut. Hal tersebut dapat dipahami
karena perusahaan yang berhasil membukukan laba yang meningkat,
mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik, sehingga
dapat menciptakan sentimen positif para investor dan dapat membuat harga
saham perusahaan meningkat (Riatama,2017).
Indikator profitabilitas sangat penting diperhatikan untuk mengetahui
sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu
memberikan return yang sesuai dengan tingkat return yang diisyaratkan investor
dengan melihat pada laba yang diperoleh. Semakin besar profitabilitas yang
diperoleh perusahaan maka akan menjadi semakin baik pula suatu entitas dalam
menghasilkan labanya sehingga kecil kemungkinan akan memicu terjadinya
financial distress, hal ini merupakan good news bagi investor sehingga
memberikan sinyal positif bagi perencanaan modal. Sebaliknya, apabila nilai
ROA yang dihasilkan perusahaan kecil dan cenderung negatif maka hal tersebut
akan dianggap memberikan sinyal negatif bagi investor, hal ini memicu
kemungkinan besar berkurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi pada
perusahaan. perusahaan akan mengalami kondisi financial distress.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wibowo &
Susetyo (2020) dengan hasil profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
financial distress, hasil yang sama juga dikemukakan oleh (Ratuela et al., 2022)
yang menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi
financial distress. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut,
dirumuskanlah hipotesis :
H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Financial Distress

2.4.2 Pengaruh Sales Growth terhadap Financial Distress


Pertumbuhan penjualan (sales growth) mencerminkan kemampuan suatu
perusahaan dalam meningkatkan penjualannya dari waktu ke waktu. Semakin
30

tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka perusahaan


tersebut telah berhasil dalam menjalankan strateginya dalam hal pemasaran dan
penjualan produk. Hal tersebut berarti semakin besar pula laba yang akan
diperoleh perusahaan dari penjualan tersebut. Hasil penelitian Eliu (2014)
menunjukkan bahwa sales growth berpengaruh negatif dalam memprediksi
terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Pengaruh negatif tersebut
berarti bahwa semakin rendah tingkat sales growth suatu perusahaan maka
kemungkinan perusahaan mengalami financial distress akan semakin tinggi dan
semakin tinggi sales growth maka akan semakin kecil potensi perusahaan
tersebut mengalami financial distress.
Berdasarkan signalling theory, sales growth atau pertumbuhan penjualan
merupakan sinyal bagi investor bahwa kinerja perusahaan dan prospek
perusahaan dimasa mendatang akan menguntungkan. Investor akan
mengharapkan perusahaan dengan prospek yang menguntungkan. Ketika
perusahaan mengalami kenaikan pertumbuhan penjualan, maka manajer
keuangan melakukan keputusan pendanaan yang akan membidik keputusan
investasi dan ini merupakan sinyal good news yang dapat dimanfaatkan investor
untuk melakukan keputusan berinvestasi di suatu perusahaan, sinyal tersebut
dapat meningkatkan investasi sehingga akan mempengaruhi kondisi keuangan di
perusahaan tersebut (Zhafiira & Andayani, 2019). Namun, jika pertumbuhan
penjualan tidak konsisten dan cenderung mengalami penurunan, maka sinyal
yang diberikan perusahaan tersebut buruk (bad news) dan mempengaruhi
kualitas perusahaan. Akibatnya, investor akan berfikir berulang-ulang untuk
menanamkan sahamnya diperusahaan tersebut.

Rasio sales growth menggambarkan implementasi keberhasilan


investasi perusahaan dari periode yang lalu sekaligus dijadikan untuk
memprediksi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (Aji & Anwar,
2022). Jika perusahaan mampu menaikan penjualannya dari tahun ke tahun
31

indikasi terjadinya financial distress akan terhindari. Berdasarkan argumen di


atas tersebut, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

H2 : Sales Growth berpengaruh negatif terhadap Financial Distress

2.4.3 Pengaruh Operating Capacity terhadap Financial Distress


Operating capacity adalah rasio yang sering dikenal sebagai rasio
perputaran dan juga rasio aktivitas ini merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-asetnya. Atas
terpakainya aset tersebut untuk aktivitas operasi, maka akan meningkatkan
produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Produksi yang meningkat diharapkan
akan menaikkan penjualan. Dengan meningkatnya penjualan, maka akan
berdampak pada peningkatan laba yang akan diperoleh perusahaan, sehingga hal
ini akan memberikan aliran kas masuk bagi perusahaan (Rahmayanti &
Hadromi, 2017).
Hal ini sejalan dengan signalling theory yang mengungkapkan bahwa
operating capacity yang tinggi menunjukkan sinyal yang positif (goodnews)
bagi stakeholder, karena perusahaan di anggap mampu mengelola asetnya
dengan baik untuk meningkatkan penjualan. Peningkatan penjualan yang relatif
besar dibandingkan dengan peningkatan aset akan membuat rasio ini semakin
tinggi, sebaliknya rasio ini akan semakin rendah jika peningkatan penjualan
relatif lebih kecil dari peningkatan aset. Semakin efektif perusahaan
menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan diharapkan dapat
memberikan keuntungan yang semakin besar bagi perusahaan. Hal itu akan
menunjukkan semakin baik kinerja keuangan yang dicapai oleh perusahaan
sehingga kemungkinan terjadinya financial distress semakin kecil (Rani, 2017).
Sebaliknya, apabila nilai operating capacity rendah akan membuat manajemen
mengevaluasi kembali pengeluaran modalnya sehingga hal tersebut berdampak
pada kinerja perusahaan yang dinilai tidak baik karena tidak dapat meningkatkan
volume penjualan,hal ini memberikan sinyal negatif bagi para investor maupun
32

kreditur untuk berinvestasi dan kredit di perusahaan tersebut karena perusahaan


dinilai dapat mengatur kinerja keuangan dengan baik.
Pada penelitian (Luh et al., 2015) Rasio yang dipakai untuk mengukur
operating capacity adalah total assets turn over (TATO). Sama halnya dengan
penelitian (Ratna & Marwati, 2018) yang menggunakan TATO untuk menilai
operating capacity terhadap financial distress yang menghasilkan nilai negatif,
dengan kata lain semakin rendah penjualan perusahaan yang diakibatkan dengan
penggunaan aset yang tidak efektif untuk kegiatan operasional, maka resiko
perusahaan terhadap kondisi financial distress akan semakin tinggi. Dari
pernyataan diatas maka diperoleh hipotesis:

H3 : Operating Capacity berpengaruh negatif terhadap financial distress

2.4.4 Pengaruh Gender Diversity terhadap Financial Distress


Gender Diversity atau keberagaman gender dalam sebuah perusahaan
diharapkan dapat memberikan hal positif bagi perusahaan dalam hal inovasi,
kreatifitas, serta pandangan yang berbeda (Robinson & Dechant, 1997).
Hadirnya wanita dalam jajaran direksi juga dipercaya dapat menghindarkan
perusahaan dari resiko yang dihadapi karena wanita akan cenderung lebih
berhati-hati dalam mengambil resiko jika dibanding dengan pria (Kristanti,
2015). Dalam mengambil keputusan, di samping menghitung return yang
diharapkan, perusahaan juga harus memperhitungkan risikonya. Perusahaan
akan dihadapkan dengan tingkat return yang paling tinggi dengan tingkat risiko
tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau return tertentu pada tingkat risiko
terendah.Proses pengambilan keputusan pada perusahaan pun akan semakin
dinamis dengan gender yang beragam, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan perusahaan pun terhindar dari financial distress
(Kristanti, 2015).
Resource dependence theory memandang bahwa perempuan membawa
sumber daya berharga ke dalam dewan. Perempuan mempunyai sifat feminim,
mengayomi, penuh perhatian, sensitif, dan mengandalkan intuisi tinggi, dan
33

lebih teliti daripada laki-laki. Sifat dan sikap tersebut membawa sifat
kepemimpinan yang berbeda, membawa kompetensi lebih bervariasi dan
komprehensif. Secara general, perempuan mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang berbeda dari direktur laki-laki, cara pandang
perempuan juga lebih fleksibel dan lebih terbuka terhadap cara berfikir yang
berbeda (Riatama, 2017). Keberadaan perempuan di dewan komisaris akan lebih
efektif dalam melakukan pengawasan. Perempuan menggunakan gaya
kepemimpinan kolaboratif yang dapat memberikan manfaat dinamis melalui
strategi win-win solution. Kehadiran perempuan di manajemen puncak dan
direktur akan membantu korporasi dalam mengambil keputusan untuk
meningkatkan nilai perusahaan dengan risiko lebih rendah. Hal tersebut
dikarenakan perempuan cenderung mendengarkan dan mampu mendorong kerja
tim. Semakin tinggi proporsi perempuan di dewan direksi akan membuahkan
pengambilan keputusan lebih baik sebab direktur perempuan memiliki
pemahaman berbeda jika dibandingkan dengan direktur laki-laki (Fella, 2020).
Dapat disimpulkan bahwa efisien atau tidaknya suatu perusahaan
dipegaruhi oleh proses pengambilan keputusan manajemen dengan keberagaman
gender sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan. Dijelaskan juga bahwa perempuan umumnya cenderung lebih
berhati-hati dalam mengambil resiko tinggi dalam proses pengambilan
keputusan dibandingkan dengan laki-laki, sehingga dapat mengurangi
kecenderungan perusahaan terhadap kondisi financial distress . Hasil dari
penelitian Susanti (2020) berhasil membuktikan gender diversity berpengaruh
negatif terhadap financial distress. Dengan demikian maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut:

H4 : Gender Diversity berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.

2.4.5 Pengaruh Profitabilitas, Operating Capacity, Sales Growth dan Gender


Diversity terhadap Financial Distress
34

Secara bersama sama atau simultan merupakan suatu pengujian terhadap


koefisien regresi secara simultan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh dari semua variabel independen yang terdapat pada model secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini
digunakan untuk mengukur tingkat signifikansi pengaruh variabel profitabilitas,
operating capacity, sales growth dan gender diversity terhadap financial distress.

H5 : Profitabilitas, Operating Capacity, Sales Growth dan Gender Diversity


terhadap Financial Distress secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap financial distres

DAFTAR PUSTAKA

Aji, P. S., & Anwar, S. (2022). Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Sales
35

Growth Dan Firm Size Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Pulp &
Kertas Dan Plastik & Kemasan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2016-2020. Jurnal Bina Bangsa Ekonomika, 15(10), 43–52. http://e-
repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/13030/

Almilia, L. S., & Kristijadi, E. (2003). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 7(2), 1–27.

Aprilia, H., & Wuryani, E. (2021). Pengaruh GCG terhadap kinerja perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2017-2019.
Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi Dan Manajemen (JIKEM), 1(1), 42–61. 1639-
Article Text-2837-1-10-20210622 (2).pdf

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2019). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 2.


http://digilib.itbwigalumajang.ac.id/index.php?p=show_detail&id=3584

Dewi, A. S., Arianto, F., Rahim, R., & Winanda, J. (2022). Pengaruh Arus Kas,
Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Financial Distress Saat Masa Pandemi Pada
Perusahaan Manufaktur Terdaftar Di BEI. Owner, 6(3), 2814–2825.
https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.968

Dewi, L. G. K. D. A. A. (2019). Pengaruh Diversitas Dewan Komisaris Dan Direksi


Pada Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009-2013. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16,
812–836.

Dewi, N. L. P. A., Endiana, I. D. M., & Arizona, I. P. E. (2019). Pengaruh Rasio


Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress
Pada Perusahaan Manufaktur. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(November), 1689–1699.
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/kharisma/article/view/537

Dwijayanti, P. F. (2010). Penyebab, Dampak, Dan Prediksi Dari Financial Distress


36

Serta Solusi Untuk Mengatasi Financial Distress. Jurnal Akuntansi Kontemporer,


2(2), 191–205.

Fathonah, A. N. (2018). Pengaruh Gender Diversity dan Age Diversity Terhadap


Kinerja Keuangan The Effects of Gender Diversity and Age Diversity on Financial
Performance. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 6(3), 373–380.

Fella, H. N. (2020). Pengaruh Women on Board Dan Political Connection Terhadap


Nilai Perusahaan. July, 1–23.

Hillman, A. J., Withers, M. C., & Collins, B. J. (2009). Resource dependence theory: A
review. Journal of Management, 35(6), 1404–1427.
https://doi.org/10.1177/0149206309343469

Hutauruk, M. R., Mansyur, M., Rinaldi, M., & Situru, Y. R. (2021). Financial Distress
Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. JPS (Jurnal Perbankan
Syariah), 2(2), 237–246. https://doi.org/10.46367/jps.v2i2.381

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers.

Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan (Cetakan ke). PT Raja Grafindo.

Komala, P. S., Endiana, I. D. M., Kumalasari, P. D., & Rahindayati, N. M. (2021). Putu
Shiely Komala, I Dewa Made Endiana, Putu Diah Kumalasari, Ni Made
Rahindayati. KARMA (Karya Riset Mahasiswa Akuntansi), 1(1), 40–50.

Kristanti, F. T. (2015). The Test Of Gender Diversity And Financial Structure To The
Cost Of Financial Distress : Evidence From Indonesian Family Business. Full
Paper Proceeding Multidisciplinary Studies, 2(July), 554–565.
www.globalilluminators.org GlobalIlluminators

Lia, S. (2022). No Title–2003 ,8.5.2017 ,‫ הארץ‬.‫הכי קשה לראות את מה שבאמת לנגד העינים‬
2005. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-
disorders
37

Lisiantara, G. A., & Febrina, L. (2018). Likuiditas, Leverage, Operating Capacity,


Profitabilitas, Sales Growth Sebagai Preditor Financial Distress (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa EFek Indonesia Tahun
2013-2016). Prosiding SENDI, 764–772.
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/article/view/6061

Luh, N., Widhiari, M. A., Lely, N. K., & Merkusiwati, A. (n.d.). PENGARUH RASIO
LIKUIDITAS, LEVERAGE, OPERATING CAPACITY, DAN SALES GROWTH
TERHADAP FINANCIAL DISTRESS.

Maghfiroh, V. D., & Utomo, D. C. (2018). Pengaruh Diversitas Gender pada Struktur
Dewan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Diponegoro Journal of
Accounting, 8(3), 1–9.

Michael Spence. (1973). Job Market Signaling Author ( s ): Michael Spence Published
by : Oxford University Press Stable URL : https://www.jstor.org/stable/1882010.
The Quarterly Journal of Economics, 87(3), 355–374.

Muktisari, D. (2020). Pengaruh Operating Capacity, Leverage, Dan Likuiditas Terhadap


Financial Distress Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi Pada
Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2014-2016. STIE
Perbanas Surabaya, 1–16.

Pfeffer, J., & Salancik, G. R. (1978). The External Control of Organizations: A


Resource Dependence Perspective. In The Academy of Management Review (Vol.
4, Issue 2). 2009. https://doi.org/10.2307/257794

Platt, H. D., & Platt, M. B. (2002). Predicting corporate financial distress: Reflections
on choice-based sample bias. Journal of Economics and Finance, 26(2), 184–199.
https://doi.org/10.1007/bf02755985

Pratiwi, K., & Muslih, M. (2020). PENGARUH OPERATING CAPACITY, SALES


GROWTH, BIAYA AGENSI MANAJERIAL TERHADAP FINANCIAL
DISTRESS (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan
38

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2015-2018).


https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/
article/view/13358/12928

Purnomo, A. (2012). Teori Peran Laki-Laki Dan Perempuan. Egalita, 1–21.


https://doi.org/10.18860/egalita.v0i0.1920

Rachmawati, L., & Retnani, E. D. (2020). Pengaruh Kinerja Keuangan dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Financial Distress. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 9(3), 1–
17.

Rahmayanti, S., & Hadromi, U. (2017). Analisis Financial Distress Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Analysis of Financial Distress
In Companies Manufacture Listed Indonesia Stock Exchange. Jurnal Akuntansi
Dan Ekonomika, 7(1), 53–63.

Rani, D. R. (2017). PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS,


AGENCY COST DAN SALES GROWTH TERHADAP KEMUNGKINAN
TERJADINYA FINANCIAL DISTRESS(Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015). Jom, 4(1),
3661–3675.

Ratna, I., & Marwati, M. (2018). Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi
Financial Distress Pada Perusahaan Yang Delisting Dari Jakarta Islamic Index
Tahun 2012-2016. Jurnal Tabarru’: Islamic Banking and Finance, 1(1), 51–62.
https://doi.org/10.25299/jtb.2018.vol1(1).2044

Ratuela, G. ., Lintje, K., & Jessy, D. L. . (2022). Pengaruh Profitabilitas, Sales Growth,
Likuiditas, dan Leverage Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2020. Riset Akuntansi Dan
Auditing , 1(1), 123.

Riatama, M. F. (2017). "Analisis efisiensi biaya operasional terhadap Profitabilitas pada


perusahaan sektor makanan dan Minuman yang terdaftar di bursa efek indonesia
39

(BEI) Periode 2011-2014. Riatama, M. Findo. “Analisis Efisiensi Biaya


Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014.”
(2017).

Richardson, R. J., Mizruchi, M. S., & Schwartz, M. (1989). Intercorporate Relations:


The Structural Analysis of Business. In Administrative Science Quarterly (Vol. 34,
Issue 1). https://doi.org/10.2307/2392995

Robinson, G., & Dechant, K. (1997). Building a Business Case for Diversity. The
Academy of Management.

Salim, S. N., & Dillak, V. J. (2021). Pengaruh ukuran perusahaan , biaya agensi
manajerial , struktur modal dan gender diversity terhadap financial distress. Jurnal
Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, Dan Akuntansi), 5(3), 182–198.
https://drive.google.com/file/d/1xRA_rggUw2KIEcvk93OFhsimrJrKfKTj/view

Samudra, G. D. (2021). Gender Diversity Dan Good Corporate Governance Terhadap


Financial Distress. Eqien: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 8(2), 52–60.
https://doi.org/10.34308/eqien.v8i2.226

Saputra, W. S. (2019). 2019_Wendy Salim Saputra. Jurnal Riset Manajemen Dan


Bisnis Fakultas Ekonomi UNIAT, 4(3), 503–510.

Sudaryanti, D., & Dinar, A. (2019). Analisis Prediksi Kondisi Financial Distress
Menggunakan Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Financial Leverage Dan Arus Kas.
Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia, 13(2), 101–110.
https://doi.org/10.32812/jibeka.v13i2.120

Sulistiono, A. E. (2018). PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,


DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE
2014-2016. http://repository.stei.ac.id/9108/
40

Syifa, H. M., Titik, F., Vaya, K., & Dillak, J. (2017). Financial Distress, Kepemilikan
Institusional, Profitabilitas Terhadap Konservatisme Akuntansi. Jurnal Riset
Akuntansi Kontemporer (JRAK), 9(1), 1–6.

Tobirin, T., Soedirman, U. J., Indiahono, D., Soedirman, U. J., Rokhman, A., &
Soedirman, U. J. (2022). Kepemimpinan Transformasional pada era volatility ,
uncertainty , complexity and ambiguity. In Prociding Seminar Nasional Univ.
Jendral Sudirman (Issue November).

Wibowo, A., & Susetyo, A. (2020). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,


Operating Capacity, Sales Growth Terhadap Kondisi Financial Distress pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2018.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi (JIMMBA), 2(6),
927–947. https://doi.org/10.32639/jimmba.v2i6.687

Wicaksana, K. A. B., & Astawa, I. P. (2011). Pengaruh Kebangsaan Anggota Dewan


pada Kinerja Pasar. Analisis Manajemen, 5(2), 37–48.

Zhafiira, C. F., & Andayani. (2019). Pengaruh Sales Growth, Keputusan Pendanaan,
Keputusan Investasi, dan Firm Size Terhadap Nilai perusahaan. Jurnal Ilmu Dan
Riset Akuntansi, 8(4), 1–18.

Anda mungkin juga menyukai