DAFTAR ISI...............................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................................................2
B. Tujuan Umum dan Khusus..............................................................................................................2
C. Manfaat............................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
2.1 Pengertian....................................................................................................................................4
2.2 Jenis-jenis Diare..........................................................................................................................4
2.3 Etiologi Diare..............................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi.................................................................................................................................7
2.5 Tanda dan Gejala.........................................................................................................................8
2.6 Akibat..........................................................................................................................................8
2.7 Proses terjadinya diare.................................................................................................................9
2.8 Pencegahan..................................................................................................................................9
BAB III......................................................................................................................................................11
PENGOBATAN DIARE...........................................................................................................................11
3.1 Pengobatan Terhadap Penyakit Diare........................................................................................11
3.2 Pertolongan Pertama..................................................................................................................11
3.3 Pertolongan untuk anak yang terkena diare................................................................................11
BAB IV.....................................................................................................................................................19
PENUTUP.................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare.
Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional
fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia
setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu
penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan, tingkat
kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4 persen. Adapun
pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal karena kekurangan cairan
tubuh. Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka
mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian
akibat penyakit diare di Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru
akut) yang selama ini didengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.
2
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui dan mempelajari lebih rinci tentang penyakit diare dan mampu
menerapkan teori – teori yang di dapat di dalam instisusi pendidikan.
2. Sebagai salah satu sumber literatur dalam perkembangan dibidang profesi keperawatan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih
dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja
dari penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi
lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari
14hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau
dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.
4
2.3 Etiologi Diare
2.3.1 Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam
golongan Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit. Bakteri , virus, parasit
( jamur, cacing , protozoa)
a. Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-
berak air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.Virus penyebab
diare Viral gastroenteritis atau yang dikenal sebagai "stomach virus", virus perut.
b. Bakteri - Berak2 dengan darah/lendir , sakit perut. Memerlukan antibioka sebagai
terapi pengobatan.
c. Parasite(Giardiasis) - Berak darah+/- dan lendir, sakit perut. perlu antiparasite.
Parasit cryptosporidium atau microsporidium menyebabkan diare yang terjadi pada
banyak Odha. Kejadian infeksi parasit ini sudah menurun di AS sejak terapi
antiretroviral (ART) dipakai.
Macam-macam bakteri dan parasit yang biasa menyerang perut :
a. Coli bacteria
b. Salmonella enteritidis bacteria
c. Compylobacter bacteria
d. Shigella bacteria
e. Giardo parasite
f. Cryptosporidium parasite
a. Obat ARV: Beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha dapat menyebabkan diare.
Hal ini sering berlaku dengan nelfinavir, ritonavir, Kaletra, ddI, foskarnet, tipranavir
dan interferon alfa.
b. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka – Bila diare terjadi saat anak
sedang dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
c. Terlalu banyak makan buah mentah atau makanan berlemak
2.3.3 Alergi.
Misalnya alergi terhadap susu , si anak tidak tahan meminum susu yang
mengandung lemak atau laktosa.
5
Alergi susu,- diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut,
biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu
sapi.Penggunaan obat-obatan tertentu yang tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh akan
menyebabkan penyakit sampingan berupa diare.
Reaksi Obat Contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang
mengandung magnesium.Penyakit Intestinal Penyakit inflamasi usus atau penyakit
abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat
bekerja secara normal
Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes yang
sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sumber penularannya berasal dari makanan
atau minuman yang tercemar virus. Konkretnya, kasus diare berkaitan dengan masalah
lingkungan dan perilaku. Perubahan dari musim kemarau ke musim penghujan yang
menimbulkan banjir, kurangnya sarana air bersih, dan kondisi lingkungan yang kurang
bersih menyebabkan meningkatnya kasus diare. Fakta yang ada menunjukkan sebagian
besar pasien ternyata tinggal di kawasan kurang bersih dan tidak sehat.
Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai yang
jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas airnya tak
bisa digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat banyak karena
menggunakan air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia yang meracuni
tubuh. Masalah perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare. Misalnya,
mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar, dan
mengandung bibit penyakit. Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.
Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Faktor
lingkungan dapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare.
Makanan yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh anak
dan keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare.
6
2.4 Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan
dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air
yang benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia
Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising
usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau
agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air
serta elektrolit terganggu. Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya
agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut.
Sehingga kolon memproduksi mukus dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada
gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi darah.
Proses terjadinya Gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagaikemungkinan
faktor diantaranya:
1. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk
ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya
terjadi perubahan kapasitas usus yangakhirnya mengakibatkan gangguan fungsi
usus dalam absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri
akan menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa
intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinalsehingga menurunkan area
permukaan intestinal, perubahan kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit.
7
2. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan
eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah
Gastroenteritis.
3. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan
Gastroenteritis.
4. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan
Gastroenteritis (Hidayat Azis, 2006).
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai:
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan
5. Darah dan lendir dalam kotoran
2.6 Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh penderita
mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami tergolong berat,
misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian dapat mengancam.
Orang bisa meninggal dalam beberapa jam setelah diare dan muntah yang terus-menerus.
Dehidrasi akut terjadi akibat penderita diare terlambat ditangani.
8
2.7 Proses terjadinya diare
1. Masa Inkubasi
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang
disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella
misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus
berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi
yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3
minggu.
2. Lama Sakit
Lama sakit juga tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Pada diare ringan
akibat virus umumnya berlangsung selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan
perawatan ringan seperti istirahat dan pemberian cairan yang adekuat. Tidak diperlukan
obata-obat seperti antibiotik untuk perawatan diare seperti ini. Sedangkan diare akibat
bakteri atau parasit lain umumnya selain pemberian cairan pada kasus-kasus tertentu
seperti pada anak kurang gizi diperlukan perawatan dengan antibiotika untuk mencegah
penyebaran kuman ke seluruh tubuh.
3. Penularan
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti :
a. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari
oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
b. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat
bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
c. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
d. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih
e. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan
dan alat-alat yang dipegang.
2.8 Pencegahan
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang
bersih dan sehat.
a. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
b. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
9
c. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan
tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak berasa.
d. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
e. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
f. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau
bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
g. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
h. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara
jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter
agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih
untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
10
BAB III
PENGOBATAN DIARE
11
dehidrasi dan klasifikasikan status dehidrasi sebagai dehidrasi berat, dehidrasi
ringan/sedang, atau tanpa dehidrasi dan beri pengobatan yang sesuai.
2. Penggantian cairan
3. Pengobatan rehidrasi.
a. Diare tanpa dehidrasi : (mulai mencret).
Kriteria : Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi
berat atau ringan/sedang.
Rencana terapi : mencegah dehidrasi dan mengobati diare(Rencana Terapi A)
Saat anak menderita diare dan belum terjadi dehidrasi, anak diberi minum sebanyak
5-10 ml per kg berat badan setiap kali mencret atau diberi minum sebanyak anak
mau. Diare cukup diganti dengan makanan dan minuman yang ada di rumah tangga
seperti cairan oralit, makanan cair (sup, kuah sayur, air tajin, bubur tepung beras,
minuman yoghurt) atau air kelapa, air matang, teh manis.Cairan isotonik pocari
sweat dapat juga diberikan apabila oralit belum tersedia. Namun khusus bayi dan
balita tidak disarankan pemberian cairan isotonik karena dikhawatirkan mengandung
bahan-bahan tambahan (seperti pengawet), lebih baik berikan oralit atau sup atau air
tajin . Air teh pahit kental ditambah garam seujung pisau (biasa 6-12 jam).
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
Pada bayi muda : ASI tetap diberikan. Pemberian ASI merupakan pemberian
cairan tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.
Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini :
oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.
b. Diare dengan dehidrasi ringan.
Cairan untuk pengganti yang diperlukan untuk keadaan ini adalah elektrolit oral
( melalui mulut) dengan formula lengkap (oralit). Kasus ini dapat ditangani oleh
kader pembangunan desa baik di rumah tangga maupun di Posyandu.
12
c. Diare dengan Dehidrasi Sedang
Pemberian larutan oralit kepada penderita hendaknya dilakukan oleh petugas
kesehatan dari sarana kesehatan dan penderita perlu diawasi untuk beberapa jam
lamanya (4-6 jam), kalau penderita sudah lebih baik keadaannya boleh pulang
dengan dibekali beberapa bungkus oralit, sedangkan kalau jatuh ke dalam dehidrasi
berat harus diupayakan pemberian cairan secara parenteral.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien (mineral) yang penting dalam tubuh.
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya meningkatkan
sistim kekebalan tubuh. Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan
zinc. Jika zinc diberikan pada anak yang sistim kekebalannya belum berkembang baik,
dapat meningkatkan sistim kekebalan dan melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah
sebabnya mengapa anak yang diberi zinc (diberikan sesuai dosis) selama 10 hari berturut
- turut berisiko lebih kecil untuk terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia. Lebih
300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai
organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Zinc dapat menghambat enzim
INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama
diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi
dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pastikan semua anak yang menderita Diare mendapat tablet Zinc sesuai dosis dan waktu
yang telah ditentukan kecuali Bayi Muda.
Dosis tablet zinc (1 tablet=20 mg) Berikan dosis tunggal selama 10 hari :
Umur 2-6 bulan : 1/2 tablet
Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet
13
dengan sedikit air matang, ASI perah atau larutan oralit. Pada anak-anak lebih besar :
tablet dapat dikunyah atau dilarutkan.
2) Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian Zinc, ulangi pemberian
dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu
dosis penuh
3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet zinc setiap hari selama 10 hari penuh,
meskipun diare sudah berhenti.
4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan tablet
Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan. Jika Zinc dikonsumsi bersamaan
dengan oralit.
5) Zinc aman dikonsumsi bersamaan dengan oralit. Zinc diberikan satu kali sehari
sampai semua tablet habis (selama 10 hari) sedangkan oralit diberikan setiap kali
anak buang air besar sampai diare berhenti. Jadi bisa, namun tidak dianjurkan, karena
jika dilarutkan dalam oralit dikhawatirkan ibu akan menghentikan pemberian zinc
jika diarenya berhenti.
Manfaat Zinc : Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc
sebagai pengobatan diare adalah mengurangi :
a. Prevalensi diare sebesar 34%;
b. Durasi diare akut sebesar 20-25 %
c. Tingkat keparahan episiode diare.
d. Durasi diare persisten sebesar 24%,
e. Angka kegagalan terapi dan kematian sebesar 40-42 % pada diare persisten
f. Memiliki efek profilaksis selama 2-3 bulan setelah pengobatan selama 10 hari.
g. Insidens pneumonia sebesar 26%;
Pengobatan dengan zink pada pasien diare anak telah mendapat rekomendasi
dari WHO dan UNICEF mulai bulan Mei 2004. Sejak tahun 2004, WHO dan
UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu
pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian
selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan
pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian
akibat diare pada anak-anak sampai 40%.
Efek samping: Muntah dan rasa kecap logam, namun keduanya sangat jarang
dilaporkan.
Pemberian zinc dalam dosis sebanyak 10-20 mg sesuai usia seperti dosis yang
dianjurkan seharusnya tidak akan menyebabkan muntah. Zinc yang dilarutkan
dengan baik akan menyamarkan rasa metalik dari zinc. Sementara, efek peningkatan
risiko infeksi saluran pernafasan bawah dapat ditekan apabila penggunaannya
dilakukan bersamaan dengan suplementasi vitamin A. Namun tidak ada efek
14
samping apabila dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan.Jika anak minum lebih
dari satu tablet zinc.
Kelebihan satu atau dua tablet karena tidak sengaja tidak akan
membahayakan anak.Jika anak mengkonsumsi terlalu banyak tablet, dia mungkin
akan memuntahkannya. Dan dengan memuntahkannya maka kelebihan zinc dalam
tubuh sudah dinetralisir. Zinc dianjurkan hanya dikonsumsi satu tablet saja dalam
sehari. Maka anjurkan ibu untuk menyimpan zinc jauh dari jangkauan anak-anak di
rumah untuk mencegah hal ini. Bila dikonsumsi secara berlebihan, Zinc dapat
menggangu metabolisme tubuh dan bahkan dapat mengurangi ketahanan tubuh.
Zinc boleh diberikan dengan obat lain, termasuk antibiotik, zinc dapat
diberikan dengan obat-obatan lain yang sesuai dengan resep dokter di klinik atau
pekerja kesehatan. Jika digunakan bersama dengan Fe, disarankan menggunakan
zinc beberapa jam sebelum atau sesudahnya.
Obat Zink ini bisa dalam bentuk tablet dispersibel, sirup ataupun dry sirup.
a. Diet
Diberikan setelah muntah reda dan pemberian oralit telah dilakukan agar tidak
muntah.Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi Untuk anak lebih dan sama 6 bulan atau
telahmendapatmakanantambahan:
Makanan diberikan 6 kali sehari atau lebih sering untuk anak yang lebih kecil.(porsi
kecil : makanan yang banyak mengandung energi; jenis padi-padian tambahkan
minyak 1 atau 2 sendok teh per porsi dicampur dengan sayuran, kacang-kacang,
dagingatau ikan.
Makanan tersebut diberikan sampai diare berhenti dan diberikan makanan
tambahan ( 1 1/2 kebutuhan )setiap hari selama 2-4 minggu (tergantung status gizi
anak: tergantung umur dan berat badan ) .
Untuk bayi yang disusui dengan :ASI: Pemberian ASI sekurang-kurangnya
tiap 3 jam selama masa diare. Susu Formula : Pemberian susu formula (a/rendah
laktosa) dapat terus diberikan tetapi diselang seling dengan air putih / oralit diberikan
paling sedikit setiap 3 jam.Atau susu formula yang diencerkan separuhnya (Bayi < 6
bulan) Intoleransi Laktosa : Susu bebas laktosa / rendah laktosa. Pada intoleransi
laktosa sementara, sebaiknya diberikan susu rendah laktosa selama 1 bulan sedangkan
pada penderita intoleransi laktosa primer (jarang di Indonesia) diberikan susu bebas
laktosa. Selama diare sebaiknya hindari buah-buahan tinggi serat dan bergas serta
merangsang lambung, pisang dapat diberikan selain mengandung kalium, kandungan
zat pektin dalam pisang dipercaya mampu mengeraskan tinja. Jus apel/bubur apel,
sari jeruk manis dapat pula diberikan untuk memberikan tambahan kalium.
15
Contoh Pemberian Makanan Untuk Anak di atas 1 tahun dengan BB > 7 kg :
Hari I : setelah rehidrasi segera diberi buah (pisang), biskuit, Breda (bubur
realimentasi daging ayam), ASI ,oralit
b. Antiboitika.
Hanya pada kasus tertentu secara klinik atau pemeriksan klinik atau
pemeriksaan laboratorium yang jelas disebabkan oleh mikroba. (Pada
neonatus/neonatus Berat Badan Lahir Rendah diare dengan demam pemberian
antibiotika harus agresif)
c. Obat simptomatis lainnya.
Pengganti Cairan Dengan ”Obat” Buatan Sendiri Saat anak menderita diare,
sebaiknya diberikan cairan oralit yang telah tersedia di pasaran. Bila tidak tersedia
dapat dibuat larutan garam gula atau larutan garam tajin.
Campur dan aduk rata Menu Diare Air KLAMADU Bahan : 2 liter air kelapa muda 2
ruas jahe panggang, memarkan 500 g gula aren 5 butir kelapa muda, keruk dagingnya 10
sdm madu
16
1) Pemberian Oralit
DR25-50ml/kgBB
DS 100 ml/kg BB
Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama(75 ml/kgBB)
c) Perawatan
Anak yang mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan demam, muntah,
atau nyeri perut atau yang kotorannya terdapat darah atau lendir harus segera dibawa ke
dokter.Walaupun anak tidak menunjukkan gejala-gejala di atas tetapi anak tampak
mengalami dehidrasi dengan tanda-tanda mulut dan lidah kering, kulit yang kering dan
pucat, mata cowong, penurunan aktivitas (tampak mengantuk atau lelah), dan
menurunnya jumlah kencing dari biasanya juga harus segera dibawa ke dokter.
Perawatan utama terhadap anak yang mengalami diare adalah pemberian cairan
yang adekuat dengan cairan yang sesuai. Cairan ini dapat diberikan baik melalui mulut
ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi sedang sampai berat. Bayi dan anak
kecil sebaiknya tidak diberi cairan berupa air saja karena air tidak mengandung garam
dan mineral serta zat gizi yang diperlukan.
17
Prinsip utama perawatan diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral
yang hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang
hilang dan beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan
oleh dokter.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekitar80% kematian karena diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Diare
merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, nomor 3 bagi bayi, serta
nomor 5 bagi semua umur.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita.
B. Saran
Berdasarkan data-data diatas, maka dianggap perlu untuk membahas mengenai persoalan
penyakit diare sebagai penyumbang penyebab tertinggi kedua kematian anak, sehingga semua
pihak dapat mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian anak akibat diare demi
peningkatan kualitas anak.
19
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jenderal PPM dan
PL tahun 2007.
Ngastiah, editor Setiawan, S.kep. Buku keperawatan anak sakit EGC. Jakarta, 1997
Mansjoer, Arif dkk.2000.Kapita Selekta Edisi Jilid 4.Jakarta:Media Aescalapius FKUI.
ikhsanbeck.blogspot.com
20
LAMPIRAN 1
ALGORITMA
21
LAMPIRAN II
22
23