Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FARMAKOTERAPI

“OSTEOPOROSIS”

Di susun oleh:

10 DIAN PRAPTI RAHAYU / D1A151189

RENDY PRIADI WIJAYA/ D1A130690

JURUSAN FARMASI
15 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Farmakoterapi ini. Sholawat beserta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga-Nya, sahabat-
5 sahabat-Nya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa Makalah Farmakoterapi ini masih jauh dari sempurna, hal ini
karena kemampuan dan pengalaman yang masih ada dalam keterbatasan. Untuk itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dalam makalah ini
yang akan datang.

10 Semoga Makalah Farmakoterapi ini bermanfaat sebagai sumbangsih penulis demi


menambah pengetahuan terutama bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
urusan kita. Aamiin.

15

Bandung, Juli 2018

20

Makalah Farmakoterapi I
Penulis

Makalah Farmakoterapi II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................I

DAFTAR ISI....................................................................................................................................II

BAB I................................................................................................................................................1

5 PENDAHULUAN............................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II..............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................................................3

10 A. Definisi..................................................................................................................................3

B. Klasifikasi Osteoporosis.......................................................................................................4

C. Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Osteoporosis.............................................................5

D. Gejala Osteoporosis..............................................................................................................9

E. Etiologi..................................................................................................................................9

15 F. Patofisiologi.........................................................................................................................10

G. Manifestasi klinis................................................................................................................11

H. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................................11

I. Penatalaksanaan....................................................................................................................13

J. Pencegahan...........................................................................................................................17

20 BAB III...........................................................................................................................................20

PENUTUP......................................................................................................................................20

Kesimpulan..............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................22

Makalah Farmakoterapi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih
5 merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika
Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause
dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis
yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas
usia 85 tahun, terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan
10 terhadap osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan
pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.

Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang
mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause
meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit
15 keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri
penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena
gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara
dini.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki
20 risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada
pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga
osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414
persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000
diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan
25 betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.

Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan
ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:

Makalah Farmakoterapi 1
 Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,
sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.

 Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di
Asia pada 2050

5  Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun, Satu dari tiga perempuan dan
satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang.

 Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (Depkes,
2006)

Berdasarkan data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan
10 merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

B. Tujuan

Masyarakat Indonesia dapat mengetahui dampak bahaya dari penyakit osteoporosis sehingga
Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien Osteoporosis.

Makalah Farmakoterapi 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
5 berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan
mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang (Tandra, 2009).

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992
10 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai
perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya
menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang
(Suryati, 2006).

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,
15 ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko
patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas
tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007)

Osteoporosis yang biasa kita kenal dengan pengeroposan tulang adalah berkurangnya
kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri
20 dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosft, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk
mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya
yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon
paratoroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosterone pada pria)
Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan
25 dan memasukkan kedalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai
tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang
secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang
menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.( www.medicastore.com )

Makalah Farmakoterapi
B. Klasifikasi Osteoporosis

Osteoporosis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu osteoporosis primer, osteoporosis sekunder
dan osteoporosis idiopatik.

5 1. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer bisa terjadi pada tiap kelompok umur. Jenis osteoporosis ini faktor
pemicunya adalah merokok, aktivitas, pubertas tertunda, berat badan rendah, alkohol, ras kulit
putih/asia, riwayat keluarga, postur tubuh, dan asupan kalsium rendah

a. Tipe I

10 Osteoporosis ini terjadi pada 15-20 tahun setelah menopause. Hal ini ditandai dengan fraktur
tulang belakang tipe crush, colles’ fracture dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan oleh
luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut dimana jaringan trabekular lebih responsif
terhadap defisiensi estrogen. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa osteoporosis terjadi karena
kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita) yang membantu mengatur pengangkutan
15 kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya, gejala timbul pada wanita yang berusia diantara
51-75 tahun, tetapi bisa mulai lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki
resiko yang sama untuk menderita osteoporosis ini. Wanita kulit putih dan daerah timur lebih

Makalah Farmakoterapi
mempunyai resiko untuk menderita penyakit ini dari pada wanita kulit hitam.

b. Tipe II (Senile)

Osteoporosis yang terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun. Ditandai dengan fraktur
panggul dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada
5 usia tersebut. Diakibatkan oleh kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru. Penyakit
ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita.

2. Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis ini dapat terjadi pada setiap kelompok umur. Penyebab Penyakit Osteoporosis
10 meliputi ekses kortikosklerosis, hipertirodisme, multiple mieloma, malnutrisi, defisiensi estrogen,
hiperparatiroidisme, faktor genetis, dan obat-obatan. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari
5% penderita osteoporosis yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.
Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormon (terutama
tiroid, para tiroid, dan adrenal) dan obat-obatan (kortikosteroid, barbiturate dan anti kejang).
15 Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok pun bisa memperburuk keadaan ini.

3. Osteoporosis Juvenile Idiopathic

Penyebab penyakit osteoporosis ini tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon normal, kadar vitamin normal dan tidak
memiliki penyebab.

20 C. Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Osteoporosis

 Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada


wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai
muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama
25 untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih
mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

 Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang


berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan

Makalah Farmakoterapi
pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

 Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh
5 keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh
gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-
obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.

 Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak


10 diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang.

1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah

a. Faktor Mekanis Atau Usia Lanjut

15 Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi
panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan
menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis,
massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

20 b. Jenis Kelamin

Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, perbedaan ini
disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.

c. Faktor Genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
25 mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada
umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan berat dari pada bangsa kulit putih. Jadi
seseorang yang mempunyai tulang kuat biasanya jarang terserang osteoporosis.

Makalah Farmakoterapi
d. Riwayat Keluarga Atau Keturunan

Riwayat keluarga juga mempengaruhi penyakit osteoporosis, pada keluarga yang mempunyai
riwayat osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang sama.

e. Bentuk Tubuh

5 Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan penyakit
osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan identitas
tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng tidak ideal.

2. Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah

a. Kalsium

10 Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan bertambahnya uisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium,
merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada masa pascamenopause, dengan
masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya osteoporosis ada, pada wanita
15 dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta
absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang bertambah dapat menyebabkan kekurangan
atau kehilangan estrogen serta pergeseran keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada
masa menopause.

b. Protein

20 Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat
melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan
secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor,
maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut
25 akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung
protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang
negatif.

c. Estrogen

Makalah Farmakoterapi
Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium
dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

d. Rokok Dan Kopi

5 Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan
massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

10 e. Alkohol

Alkohol merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan pengguna alkohol
mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang
meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti tentang pengguna alkohol.

f. Gaya hidup.

15 Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan
merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan
penentu dari puncak massa tulang.

D. Gejala Osteoporosis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa
20 keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur
akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya
akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut :

Makalah Farmakoterapi
 Kepadatan tulang berkurang secara perlahan

 Tinggi badan semakin berkurang

 Bungkuk atau bentuk tubuh berubah

 Patah tulang

5  Nyeri bila ada patah tulang

 Nyeri pada otot dan sendi

 Sakit punggung

E. Etiologi

10 Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium
dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan
hilangnya kalsium dari tulang. Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang sampai
tercapai kepadatan maksimal berjalan paling efisien sampai umur kita mencapai 30 tahun.
Semakin tua usia kita, semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat. Padahal, di usia tersebut,
15 jaringan tulang yang hilang semakin banyak. Penelitian memperlihatkan bahwa sesudah usia
mencapai 40 tahun, kita semua akan kehilangan tulang sebesar setengah persen setiap tahunnya.
Pada wanita dalam masa pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif dengan tingkat
2 kali lipat dibanding sebelum menopause.

Faktor hormonal menjadi sebab mengapa wanita dalam masa pascamenopause mempunyai resiko
20 lebih besar untuk menderita osteoporosis. Pada masa menopause, terjadi penurunan kadar
hormon estrogen. Estrogen memang merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencegah
hilangnya kalsium tulang. Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas serta
menghambat kerja hormon paratiroid dalam merangsang osteoklas.

Estrogen memperlambat atau bahkan menghambat hilangnya massa tulang dengan meningkatkan
25 penyerapan kalsium dari saluran cerna. Dengan demikian, kadar kalsium darah yang normal
dapat dipertahankan.

Makalah Farmakoterapi
Semakin tinggi kadar kalsium di dalam darah, semakin kecil kemungkinan hilangnya kalsium
dari tulang (untuk menggantikan kalsium darah).

Penurunan kadar estrogen yang terjadi pada masa pascamenopause membawa dampak pada
percepatan hilangnya jaringan tulang. Resiko osteoporosis lebih meningkat lagi pada mereka
5 yang mengalami menopause dini (pada usia kurang dari 45 tahun).

Pada pria, hormon testosteron melakukan fungsi yang serupa dalam hal membantu penyerapan
kalsium. Bedanya, pria tidak pernah mencapai usia tertentu dimana testis berhenti memproduksi
testosteron. Dengan demikian, pria tidak begitu mudah/ beresiko kecil mengalami osteoporosis
dibanding wanita.

10 Selain estrogen, berbagai faktor yang lain juga dapat mempengaruhi derajat kecepatan hilangnya
massa tulang. Salah satu hal yang utama adalah kandungan kalsium di dalam makanan kita.
Masalahnya, semakin usia kita bertambah, kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium dari
makanan juga berkurang.

15 F. Patofisiologi

 Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu
proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam
keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan
terjadi penurunan massa tulang

20  Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian
korteks dan lebih dini pd bagian trabekula

 Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian
korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda

 Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd
25 wanita 40-50 %

 Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum
femoris, dan korpus vertebra

Makalah Farmakoterapi
 Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius
bagian distal.

G. Manifestasi klinis

 Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

5  Nyeri timbul mendadak

 Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang

 Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur

 Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan
aktivitas

10  Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan radiologik

Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran radiologik
yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.
15 Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame
vertebra .

2. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)

Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas massa
tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density )
20 berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang)
bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.

Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:

a. Single-Photon Absortiometry (SPA)

Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna
25 menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian tulang yang

Makalah Farmakoterapi
mempunyai jaringan lunak yang tidak tebal seperti distal radius dan kalkaneus.

b. Dual-Photon Absorptiometry (DPA)

Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi
yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan
5 jaringan lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan
tulang yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan
vetrebrata.

c. Quantitative Computer Tomography (QCT)

Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang secara volimetrik.

10 3. Sonodensitometri

Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan
gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2 sumsum
15 tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang
kedua untuk menilai arsitektur trabekula.

5. Biopsi tulang dan Histomorfometri

Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme tulang.

Makalah Farmakoterapi
6. Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat
dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang
paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang
5 sering ditemukan. .

7. CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting
dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm 3 biasanya tidak
menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm 3
10 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.

8. Pemeriksaan Laboratorium

I. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang
menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang
15 mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan
estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau
menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D,
terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam
20 jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.

Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan
tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan
pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat
pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.

25 Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :

a. Diet

b. Pemberian kalsium dosis tinggi

Makalah Farmakoterapi
c. Pemberian vitamin D dosis tinggi

d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi nyeri punggung.

e. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok, mengurangi


konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).

5 f. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.

g. Terapi Hormon Pengganti bagi osteoporosis

Terapi hormon pengganti di pakai untuk pengobatan dengan estrogen dengan progesteron di
buat oleh indung telur dan jumlahnya menurun selama menupause. Estrogen yang di gunakan
dalam THP adalah estrogen alami sedangkan yang dipakai untuk kontrasepsi adalah sintetik dan
10 lebih kuat. Karena progesteron alami sulit di berikan lewat oral (terurai dalam saluran
pencernaan) dan mempunyai efek samping, bentuk sintesis yang di bentuk di gunakan dalam
THP. Jika THP gabungan di berikan progesteron biasa di berikan selama 10-14 hari dari siklus 28
hari dan estrogen selama 21-28 hari

15 h. Terapi non-hormonal bagi osteoporosis

 Bisfosfonat

Golongan obat sintesis untuk terapi osteoporosis. Efek utamanya untuk menonaktifkan sel-
sel penghancur tulang sehingga penurunan masa tulang dapat di cegah

 Etidronat

20 Adalah preparat bisfosfonat pertama yang di gunakan untuk mengatasi osteoporosis. Preparat
ini diberikan dalam siklus 90 hari bersama kalsium dalam bentuk didronel PMO.

 Alendronat

Alendronat jarang menimbulkan efek samping,namun bisa timbul diare,rasa sakit dan
kembung pada perut dan gangguan pada tenggorokan atau esofagus.tablet alendronat harus
25 diminum dengan benar sesuai ketentuan untuk menekan risiko gangguan tenggorokan.

 Vitamin D

Makalah Farmakoterapi
Vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang.vitamin D meningkatkan penyerapan
kalsium oleh usus sehingga cukup tersedia kalsium untuk tulang.terdapat dua bentuk vitamin D
dengan efek yang sama atau serupa yaitu D3 yang dibuat dalam kulit saat terkena sinar matahari
dan vitamin D2 yang dioeroleh dari makanan.vitamin D bisa diberikan peroral atau
5 suntikan.dalam bentuk tablet dosis yang dianjurkan adalah 800 international units perhari.

 Kalsitriol

Kalsitriol terbukti mencegah hilangnya massa tulang dan mengurangi resiko patah tulang
belakang,diberikan dalam bentuk tablet dengan dosis 0,25 mg perhari.daya kerjanya yang kuat
mungkin menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah dan urin.

10 i. Terapi Herbal

 Jahe merah

Sudah tahu semua jika mendengar jahe. karena jenis rempah ini bisa di jadikan ramuan
tradisional yang cara kerjanya sangat efektif dan jahe di bagi menjadi dua, yaitu jahe merah serta
putih. menemukannya juga tidak sulit. banyak manfaat yang di tuangkan pada jahe merah ini,
15 yang bisa di jadikan sebagai Obat Penyakit Osteoporosis. Langkah pertama yang harus di
persiapkan adalah dengan mengupas jahe merah dan kemudian bersihkan. tumbuk, dan rebus
dengan campuran kunyit serta lidah buaya. Angkat bila matang, yang akan memberikan tanda
gelembungan. Minumlah bila sudah matang dan pergunakan tiap hari.

 Kunyit

20 Jenis rempah rempah seperti ini, memang mudah di temukan. Apalagi bila di gunakan
sebagai obat herbal, sangat manjur bila rutin pemakaiannya. Kunyit yang bentuknya hampir sama
dengan jahe memiliki warna kuning sedikit orange, tapi ada juga yang putih. namun yang lebih
sering di gunakan adalah warna kuning. Obat Penyakit Osteoporosis dapat di lakukan hanya
cukup mengkonsumsi ramuan kunyit. selain itu, melembutkan kulit tubuh dan menghilangkan
25 bau badan dapat juga di atasi oleh kunyit.

 Lidah buaya

Obat Penyakit Osteoporosis adalah lidah buaya. Tanaman yang satu ini meiliki warna hijau
da tebal serta panjang. di dalamnya terdapat seperti daging dan lendir. Rambut yang ingin di

Makalah Farmakoterapi
tebalkan pun bisa memakai lidah buaya.

 Tomat

Tomat memiliki warna merah dan bulat. Vitamin yang terdapat pada tomat adalah asam folat
dan vitamin A serta C. banyak orang yang sudah mengetahui bentuk rupa dari tomat, karena
5 dalam membelinya sangat mudah sekali. kalian bisa menemukannya di pasar dengan harga yang
murah. sering kali tomat ini di jadikan sebagai masker wajah untuk menghaluskan,
mengencangkan dan menghilangkan jerawat. namun tidak hanya ini saja, tapi Obat Penyakit
Osteoporosis juga bisa menggunakan buah tomat. Mengolah tomat ini sangat mudah dan
gampang sekali yang langkah pertama harus di lakukan adalah membersihkan tomat sampai
10 bersih. dan bisa langsung di konsumsi atau di blender. Konsumsi lah dengan rajin, yang
osteoporosis nanti bisa sembuh dalam waktu yang cepat. dan tidak menimbulkan efek samping
sama sekali.

15  Kumis kucing

Tak semua orang tahu, akan tanaman kumis kucing. Mengapa di namakan dengan kumis
kucing. Dan jawabannya adalah karena tanaman yang satu ini mirip sekali dengan hewan kucing
yang beridentik pada kumisnya berwarna putih. tanaman ini mempunyai manfaat yang bagus
untuk pertumbuhan tulang dan bisa juga di jadikan sebagai Obat Penyakit Osteoporosis paling
20 ampuh dan mujarab. sama saja dengan yang lainnya, yang caranya di rebus. dan kemudian saring
dan minum bila sudah hangat. bila di rutini ramuan ini, penyakit yang di derita bisa cepat sembuh
dalam waktu yang singkat. Tenang saja jika kita melakukan pengobatan dengan bahan alami,
sama sekali tidak menimbulkan efek samping. dan masih banyak khasiat dari tanaman kumis
kucing.

25  Meniran

Daun meniran bila kalian tahu, sering kali di jadikan pengobatan yang paling ampuh untuk
penyakit. Dari mulai penyakit yang kecil sampai besar dan jika ingin menemukan meniran, bisa
membelinya di penjual tanaman yang sewaktu waktu bisa di manfaatkan kembali. Obat Penyakit
Osteoporosis, ternyata bisa di gunakan. penyakit tulang ini, jangan di obati pada obat yang

Makalah Farmakoterapi
sembarangan. Meniran yang sudah siap di jadikan ramuan, kini di cuci, agar kuman dan bakteri
yang menempel dapat hilang. masak dengan air, hingga matang dan saring. Tunggu beberapa
menit dan minum. cara ini simple dan sederhana yang tidak membutuhkan waktu lama. resiko
sekecil apapun, tidak akan menghampirinya, selama bahan yang di pakai dari tanaman herbal.
5 siapa pun bisa meminumnya tanpa ada batasan usia.

J. Pencegahan

 Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang


cukup.

Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum
10 tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan
tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya
yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet
kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium.

15  Berjemur

Tulang yang kuat dan juga sehat agar tidak mudah untuk terkena penyakit tulang bisa dengan
berjemur. Dengan berjemur juga akan membantu untuk memelihara kesehatan tulang, oleh sebab
itu salah satu pencegahan penyakit osteoporosis di lakukan dengan berjemur di saat pagi hari,
karena tulang akan mendapatkan vitamin d yang baik.

20  Melakukan olah raga dengan beban

Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan
tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

 Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum
25 bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun
setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa
memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan

Makalah Farmakoterapi
obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam
mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk
mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau
bersamaan dengan terapi sulih hormon.

5  Hindari makanan tinggi protein

 Hindari minuman beralkohol dan mengandung kafein

 Hindari merokok

Makalah Farmakoterapi
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada algoritma pecegahan osteoporosis di bawah ini

Makalah Farmakoterapi
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
5 perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara
progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres
yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

Penyakit osteoporosis diklasifikasikan menjadi:

10 1. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer bisa terjadi pada tiap kelompok umur. Jenis osteoporosis ini faktor
pemicunya adalah merokok, aktivitas, pubertas tertunda, berat badan rendah, alkohol, ras kulit
putih/asia, riwayat keluarga, postur tubuh, dan asupan kalsium rendah

a. Tipe I

15 Ini terjadi pada 15-20 tahun setelah menopause. Hal ini ditandai dengan fraktur tulang belakang
tipe crush, colles’ fracture dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan oleh luasnya jaringan
trabekular pada tempat tersebut dimana jaringan trabekular lebih responsif terhadap defisiensi
estrogen.

b. Tipe II (Senile)

20 Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun. Ditandai dengan fraktur panggul dan tulang belakang
tipe wedge. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut. Diakibatkan oleh
kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan
hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70
tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita.

25

Makalah Farmakoterapi
2. Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis ini dapat terjadi pada setiap kelompok umur. Penyebab Penyakit Osteoporosis
meliputi ekses kortikosklerosis, hipertirodisme, multiple mieloma, malnutrisi, defisiensi estrogen,
5 hiperparatiroidisme, faktor genetis, dan obat-obatan. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari
5% penderita osteoporosis yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.
Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormon (terutama
tiroid, para tiroid, dan adrenal) dan obat-obatan (kortikosteroid, barbiturate dan anti kejang).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok pun bisa memperburuk keadaan ini.

10 3. Osteoporosis Juvenile Idiopathic

Jenis osteoporosis ini Penyebab Penyakit Osteoporosis tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-
anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon normal, kadar vitamin normal
dan tidak memiliki penyebab

Makalah Farmakoterapi
DAFTAR PUSTAKA

http/ wikipedia.com

Potter, Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan ; Konsep, proses,
dan praktik, EGC. Jakarta.

5 K.St Pamoentjak, Dr. Med. Ahmad (2003). Kamus Kedokteran arti dan keterangan istilah.
Jakarta.

Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield,

Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.EGC, 2008

10 Syaifuddin. ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :Penerbit Buku


Kedokteran EGC, 2006

http://journals.lww.com/smajournalonline/Pages/collectiondetails.aspx?TopicalCollectionId=5

http://www.scribd.com/doc/16799605/Osteoporosis

Googlesbook.sistemmuskuloskeletal

15 http://marhenyantoz.wordpress.com/2011/03/27/osteoporosis/

www.mediastore.com

Todd JA, Robinson RJ. (2003). “Osteoporosis and Exercise.” Postgraduate Medical Journal.

Gourlay M. et al. (2012). “Bone-Density Testing Interval and Transition to Osteoporosis in Older
Women.” The New England Journal of Medicine.

20 International Osteoporosis Foundation: “Epidemiology of Osteoporosis.”

Masi L. (2008). “Epidemiology of Osteoporosis.” US National Library of Medicine, National


Institutes of Health.

Igbal MM. (2000). “Osteoporosis: Epidemiology, Diagnosis, and Treatment.” South Med
Journal.

25 Lane N. (2006). “Epidemiology, Etiology, and Diagnosis of Osteoporosis.” Aging Center,


Medicine and Rheumatology, University of California at Davis Medical Center.

Makalah Farmakoterapi
Pertanyaan

1. Mengapa wanita lebih rentan terkena osteoporosis ?

2. Mengapa wanita yang sudah menopause rentan terkena osteoporosis ?

3. Bagaimana pengobatan osteoporosis dengan dosis tinggi pada pasien lansia?

Jawab :

1. Merdeka.com - Menurut penelitian dari International Osteoporosis Foundation diperkirakan


bahwa 200 juta wanita di seluruh dunia terkena osteoporosis. Penyakit yang merampas
kepadatan massa tulang ini rata-rata menyerang kepadatan tulang pinggul wanita. Lalu,
10 apakah yang jadi penyebabnya? "Ada 2 penyebab utama kenapa wanita lebih berisiko tinggi
kena osteoporosis dibandingkan pria. Penyebab pertama adalah karena wanita memiliki
massa tulang yang lebih kecil dan lebih tipis dibandingkan dengan pria," ungkap penelitian
ini. Kemudian penyebab kedua adalah hormon estrogen yang salah satu fungsinya adalah
untuk melindungi tulang akan menurun produksinya ketika wanita mencapai masa
15 menopause. Dan efeknya adalah menyebabkan keropos tulang." Wanita pun mengalami
kehamilan dan menyusui. Proses ini juga mampu merampas kalsium dan vitamin D yang ada
di dalam tulang untuk memenuhi kebutuhan kalsium bayi. Maka, tak heran bila wanita lebih
rentan untuk mengalami osteoporosis dibandingkan pria."

20 2. Menopause terjadi diakibatkan indung telur tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan
progesteron, keduanya merupakan hormon yang diperlukan untuk kesuburan pada
perempuan. Estrogen juga bisa melubrikasi vagina, ini yang membuat Anda tidak
merasasakit ketika berhubungan seks. Selain untuk kesuburan, estrogen sendiri memiliki
manfaat sebagai salah satu hormon yang membantu pembentukan tulang. Hormon estrogen
25 bekerja sama dengan vitamin D dan hormon lainnya dalam memperbaiki tulang. Mengalami
masa menopause, berarti risiko Anda terkena beberapa penyakit tulang seperti osteoporosis
meningkat.

3. Suatu meta analisis terbaru menemukan bahwa suplementasi kalsium, vitamin D atau
30 kombinasi keduanya tidak menurunkan risiko fraktur osteoporotik pada lansia. Sekitar 40-
50% wanita lansia mengalami fraktur osteoporotik yang diasosiasikan dengan angka
morbiditas yang tinggi. Lansia yang tinggal di fasilitas residential care atau panti jompo
memiliki risiko fraktur yang lebih tinggi yaitu sekitar > 50% setiap tahunnya.[1-3 ]Berbagai
fraktur osteoporotik yang dapat terjadi pada lansia antara lain adalah fraktur panggul,
35 pergelangan tangan, tulang belakang dan tulang humerus. Fraktur panggul seringkali
dianggap sebagai fraktur osteoporotik yang paling serius dengan angka morbiditas yang

Makalah Farmakoterapi
tinggi. Sekitar 5-20% pasien meninggal dalam 1 tahun setelah terjadinya fraktur panggul.

Makalah Farmakoterapi

Anda mungkin juga menyukai