Anda di halaman 1dari 110

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana

Berbasis Hak untuk Percepatan Akses terhadap


Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan
Pembangunan Indonesia

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
A
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
KATA PENGANTAR BERSAMA
Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia di kenal sebagai salah satu pengalaman
sukses. Sebelum dilaksanakannya program KB di Indonesia pada tahun 1970, Angka
Kelahiran Total (TFR) adalah 5.6. Dalam periode berikutnya, setelah program KB dilaksanakan
dan adanya perubahan dalam persepsi masyarakat mengenai jumlah anak yang ideal,
telah menyebabkan terjadinya penurunan angka kelahiran yang dramatis. Selama periode
ini, penggunaan alat dan obat kontrasepsi meningkat menjadi 61.9%. Namun demikian
kemajuan tersebut telah mengalami stagnasi dalam dua dekade terakhir.

Pada tahun 2012 FP2020 Summit untuk Keluarga Berencana dilaksanakan di London untuk
merevitasisasi komitmen berbagai negara terhadap kebutuhan KB yang tidak terpenuhi.
Sebagai tindak lanjut FP2020 Summit dan komitmennya, komite nasional FP2020 terbentuk
di Indonesia. Komite ini dipimpin oleh BKKBN, UNFPA dan USAID yang kemudian digantikan
oleh Canada. Di bawah komite ini, terbentuk kelompok kerja strategi KB berbasis hak dan
kelompok kerja hak dan pemberdayaan dengan tujuan untuk menyusun strategi KB
berbasis hak.

Dokumen ini diharapkan memberikan kerangka kerja untuk program KB berbasis hak
dan strategi operasional yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Nasional Jangka
Menengah/RPJMN. Tujuan dokumen ini sebagai petunjuk operasional untuk berbagai
pemangku kepentingan dalam menyelenggarakan program KB di Indonesia. Upaya
penyusunan strategi ini dipimpin oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
dan Kementerian kesehatan, serta berbagai instansi terkait lainnya.

Di dalam RPJMN, program KB disebutkan di arah kebijakan dan strategi sektor Kependudukan
kan Keluarga berencana dan sektor Kesehatan yang merupakan dua institusi utama yang
menangani program KB. Upaya-upaya yang dijabarkan berdasarkan pada prinsip berikut
ini yaitu: akses ke pelayanan berkualitas, terpenuhinya pemerataan akses untuk menjamin
kebutuhan kelompok rentan, transparansi dan akuntabilitas, serta kepekaan gender dan
budaya.

Dokumen strategi ini bertujuan untuk secara komprehensif menjawab berbagai aspek dan
deteminan program keluarga berencana dan memberikan rincian prioritas dan langkah
yang dibutuhkan untuk implementasi program yang efektif dan tepat waktu untuk mencapai
tujuan. Dokumen ini merumuskan empat fokus area: mempertahankan pelayanan keluarga
berencana di sektor pemerintah dan swasta yang merata dan berkualitas; meningkatkan
permintaan atas metode kontrasepsi modern; meningkatnya bimbingan dan pengelolaan
di seluruh jenjang pelayanan dan lingkungan yang mendukung untuk program KB yang
efektif, adil, dan berkelanjutan, serta dukungan untuk inovasi dan penelitian operasional
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas program melalui kerjasama Selatan-
Selatan. Pendekatan berbasis hak yang digunakan di strategi ini berarti bahwa langkah

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
i
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
strategis yang yang digambarkan di dokumen ini bertujuan agar prinsip-prinsip hak asasi
manusia telah terpenuhi sehingga menyediakan akses pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi untuk kehidupan reproduksi yang sehat dan aman.

Akhir kata, kami berharap kerangka kerja strategi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengarahkan penjaminan mutu, penatalaksanaan program dan peningkatan kebutuhan
untuk program KB yang berbasis hak, serta pemenuhan komitmen pemerintah Indonesia
pada FP2020 summit yang konsisten dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan
dan pelayanan kesehatan universal.

dr Surya Chandra Surapaty, MPH, Ph.D


Chairperson,
National Family Planning Coordinating Board (BKKBN)

Dr. Ir. Subandi, MSc


Deputy Minister for Human and Societal Development and Cultural Affairs,
Ministry of National Development Planning (Bappenas)

dr. Anung Sugihantono, M.Kes


Director General of Community Health,
Ministry of Health

Dr. Annette Sachs Robertson


Representative,
United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia

Sharon Armstrong
Director/Counsellor (Development) for Indonesia and ASEAN,
Embassy of Canada

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
ii
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
RINGKASAN EKSEKUTIF
Indonesia merupakan salah satu negara penandatangan berbagai instrumen hak azasi
manusia. Indonesia juga memiliki komitmen terhadap berbagai program pembangunan
kesehatan dan keluarga berencana yang tertuang dalam Program Aksi ICPD, Tujuan
Pembagunan Milenium (Millenium Development Goals/MDG), Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) termasuk di dalamnya kemitraan global
keluarga berencana yang dikenal dengan Family Planning 2020 (FP2020) yang dicanangkan
di tahun 2012. FP2020 bertujuan untuk mendukung hak-hak setiap perempuan untuk
dapat menentukan, secara bebas, dan untuk diri mereka sendiri, apakah mereka ingin
memiliki anak, kapan akan memilikinya, dan berapa jumlah anak yang ingin dimiliki.
FP2020 menekankan kerjasama antara pemerintah, masyarakat sipil, organisasi multi-
lateral, pihak donor, pihak swasta, dan lembaga riset dan mitra pembangunan dengan
target global untuk memberi kemudahan akses kontrasepsi kepada sedikitnya 120 juta
tambahan perempuan (additional users) pada tahun 2020.

Data menunjukan bahwa tingkat penggunaan kontrasepsi dan kebutuhan KB yang tidak
terpenuhi (unmet need) di tingkat kabupaten/kota sangat bervariasi yang mengindikasi
adanya disparitas pelaksanaan program KB di berbagai wilayah yang menyebabkan
sebagian kelompok masyarakat tidak mendapatkan hak mereka. Tingkat komitmen yang
bervariasi antar kabupaten/kota dan sering terjadinya stock-out juga mempengaruhi
ketersediaan kontrasepsi dan pelayanan KB. Arah kebijakan, strategi, dan pedoman
KB nasional memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana program
KB dilaksanakan. Walaupun demikian, faktor sosial, budaya, dan ekonomi yang juga
mempengaruhi akses terhadap pelayanan KB dan memastikan apakah program tersebut
memenuhi hak individu dan keluarga. Dalam dua dekade terakhir terjadi stangnasi pada
angka penggunaan kontrasepsi dan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Indonesia.

Strategi ini menggunakan pendekatan berbasis hak yang artinya langkah-langkah strategis
yang dijelaskan di dalam dokumen ini bertujuan untuk memastikan terpenuhinya prinsip-
prinsip hak azasi manusia sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan dan informasi
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang dibutuhkannya untuk menjalani
kehidupan reproduksi yang sehat dan aman. Strategi ini berfokus untuk melindungi hak
masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki, atas pelayanan KB yang dilakukan secara
sukarela.

Dokumen ini disusun mengacu kepada kebijakan nasional pemerintah Indonesia untuk
program keluarga berencana dan merupakan penjabaran operasional dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang dapat dijadikan acuan bagi
berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dan bergerak dalam program keluarga
berencana.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
iii
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi berbasis hak ini berlandaskan pada prinsip hak asasi manusia yang meliputi:

1. Hak untuk mendapatkan akses terhadap informasi dan pelayanan KB dengan standar tertinggi
2. Keadilan dalam akses
3. Pendekatan sistem kesehatan yang dapat diterapkan di sektor pemerintah dan swasta:
− Integrasi pelayanan KB yang berkelanjutan menurut siklus reproduksi
− Standar etika dan professional dalam memberikan pelayanan keluarga berencana
4. Program berbasis bukti
5. Transparansi dan akuntabilitas
6. Pelayanan yang bersifat sensitif gender
7. Sensitivitas Budaya
8. Kemitraan

Empat tujuan strategis dalam Strategi Keluarga Berencana berbasis hak meliputi:

Tujuan strategis 1 : Tersedianya sistem penyediaan pelayanan KB yang adil dan berkualitas di sektor
publik dan swasta untuk memungkinkan semua pihak memenuhi tujuan reproduksi
mereka.
Tujuan strategis 2 : Meningkatnya permintaan atas metode kontrasepsi modern yang terpenuhi
dengan penggunaan yang berkelanjutan.
Tujuan strategis 3 : Meningkatnya bimbingan dan pengelolaan di seluruh jenjang pelayanan serta
lingkungan yang mendukung untuk program KB yang efektif, adil, dan berkelanjutan
pada sektor publik dan swasta untuk memungkinkan semua pihak memenuhi
tujuan reproduksi mereka
Tujuan strategis 4: Berkembang dan diaplikasikannya inovasi dan bukti untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas program, dan berbagi pengalaman melalui kerjasama Selatan-
Selatan.

Secara keseluruhan keempat tujuan strategis di dalam dokumen ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam
17 output yang kemudian dijabarkan secara lebih rinci menjadi kegiatan dan sub kegiatan yang
mengidentifikasi peran berbagai pemangku kepentingan dalam kegiatan tersebut baik lintas program
maupun lintas sektor. Dokumen ini juga memuat indikator dampak utama sesuai dengan sasaran RPJMN
dan indikator utama lainnya yang dapat digunakan untuk memantau kemajuan pelaksanaan program.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
iv
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR BERSAMA.................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF............................................................................................. iii

1. LATAR BELAKANG................................................................................................. 1
1.1. Pendahuluan........................................................................................................................... 1
Pendekatan KB Berbasis Hak............................................................................................. 2
1.2. Konteks .................................................................................................................................... 4
1.3. Isu-Isu Terkait dengan Sumber Daya Manusia dalam Program Keluarga
Berencana ............................................................................................................................... 12
1.4. Jaminan Ketersediaan Kontraspesi ................................................................................ 13

2. Rasionalisasi untuk revitalisasi program keluarga berencana ........................ 14


2.1. Kesimpulan.............................................................................................................................. 14
2.2. Dasar Pertimbangan............................................................................................................ 15

3. Strategi pelaksanaan program keluarga berencana berbasis hak untuk


mempercepat akses terhadap pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi terintegrasi dalam mencapai tujuan pembangunan Indonesia... 19
3.1. Visi ......................................................................................................................................... 19
3.2. Misi ......................................................................................................................................... 19
3.3. Tujuan ....................................................................................................................................... 20
3.4. Definisi KB ............................................................................................................................... 20
3.5. Kelompok target.................................................................................................................... 20
3.6. Tujuan Penyusunan Strategi Pelaksanaan Program KB Berbasis Hak .............. 21
3.7. Tujuan Strategis..................................................................................................................... 21
3.8. Fokus demografi dan geografi......................................................................................... 21
3.9. Keselarasan dengan kebijakan dan rencana aksi nasional.................................... 22
3.9.1. Area penyelarasan dengan arah kebijakan dan strategi RPJMN.............. 22
3.9.2. Area penyelarasan dengan Rencana Strategis BKKBN ............................... 24
3.9.3. Area penyelarasan dengan Rencana Aksi KB Kementerian Kesehatan
2014-2015.................................................................................................................... 24
3.10 Prinsip acuan........................................................................................................................... 25
3.11. Output dan Kegiatan:.......................................................................................................... 28
3.12. Kerangka Pemantauan dan Evaluasi............................................................................. 39
3.13. Indikator................................................................................................................................... 39

LAMPIRAN
Kegiatan dan Sub-Kegiatan................................................................................................................. 45
Usulan Indikator Lengkap.................................................................................................................... 85
Matriks Indikator Utama dan Target................................................................................................. 98

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
v
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
vi
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
1. LATAR BELAKANG

1.1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu penandatangan komitmen pembangunan global (Tujuan
Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) dan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goal/SDG) dan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Tujuan Pembangunan Global ini
juga meliputi indikator-indikator program KB seperti tingkat pemakaian kontrasepsi
(CPR), tingkat fertilitas remaja, dan kebutuhan keluarga berencana yang belum terpenuhi.
Tahun 2015 merupakan akhir pelaksaan MDGs dimana evaluasi Indonesia menunjukkan
pencapaian target MDG 5 yang belum memuaskan. Target untuk menurunkan angka
kematian ibu, memenuhi seluruh kebutuhan berKB dan meningkatkan angka pemakaian
kontrasepsi menunjukkan kemajuan yang lambat dan cenderung tersendat dalam satu
dekade terakhir. Selain itu, analisis dari indicator-indikartor tsb menunjukan kesenjangan
yang signifikan antara wilayah geografis, wilayah tempat tinggal (perdesaan/perkotaan),
dan indeks kekayaan.

Pelaksanaan program KB juga menghadapi tantangan yang cukup bermakna dengan


dilaksanakannya sistem desentralisasi pemerintahan sejak tahun 2000 yang mengubah
garis kewewenangan langsung ke kabupaten/kota, dan tidak lagi di tingkat pusat.
Kebutuhan untuk merevitalisasi program keluarga berencana agar menjadi lebih efektif
dan efisien untuk memenuhi kebutuhan reproduksi perempuan telah lama disadari.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sebagai institusi yang
memotori pelaksanaan program keluarga berencana, telah melaksanakan beberapa upaya
untuk merevitalisasi program keluarga berencana, sejalan dengan dinamika yang terjadi di
Indonesia, diantaranya dengan melaksanakan program KB Kencana. Inisiatif ini bertujuan
untuk meningkatkan peran kabupaten/kota dalam program kependudukan dan keluarga
berencana melalui pembentukan model manajemen yang komprehensif dan terpadu
dengan mitra pelaksana dan pemangku kepentingan lainnya.

Pada tahun 2012, di tingkat global dicanangkan sebuah inisiatif kemitraan global untuk
keluarga berencana yang dikenal dengan Family Planning 2020 (FP2020). FP2020 bertujuan
untuk mendukung hak-hak setiap perempuan untuk dapat menentukan secara bebas
ntuk diri mereka sendiri, apakah mereka ingin memiliki anak, kapan akan memilikinya, dan
berapa jumlah anak yang ingin dimiliki. FP2020 bekerja dengan pemerintah, masyarakat
sipil, organisasi multi-lateral, pihak donor, pihak swasta, dan lembaga riset dan mitra
pembangunan untuk memungkinkan tambahan sedikitnya 120 juta perempuan (additional
users) menggunakan kontrasepsi pada tahun 2020.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
1
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Sesuai dengan komitmen-komitmen global dan nasional juga selaras dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019, tiga kelompok kerja di bawah
Komite FP2020 telah dibentuk. Kelompok kerja tersebut adalah 1) Kelompok Kerja Strategi
KB (Family Planning Strategy), 2) Kelompok Kerja Hak dan Pemberdayaan, dan 3) Kelompok
Kerja Data. Kelompok Kerja Strategi KB secara khusus bertujuan untuk mengembangkan
suatu kerangka strategi KB nasional berbasis hak yang dibangun berdasarkan kebijakan
dan strategi yang ada. Sementara itu, Kelompok Kerja Hak dan Pemberdayaan berperan
untuk memastikan bahwa strategi yang disusun berbasis hak, dengan mengidentifikasi
hambatan dalam pemenuhan hak serta berbagai kesempatan untuk meningkatkan
program KB. Kelompok kerja ini juga bertanggungjawab untuk memantau pelaksanaan
strategi untuk menjamin tidak terjadinya pelanggaran hak.

Strategi KB Berbasis Hak ini merupakan strategi operasional yang disusun dengan
mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-
2019 serta diselaraskan dan dijabarkan berdasarkan prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Pendekatan strategi ini bersifat koordinasi lintas program dan lintas sektor. Strategi ini
akan berfungsi untuk memberikan langkah-langkah strategis bagi pelaksanaan upaya
program KB di Indonesia bagi lintas program, lintas sektor, lembaga swadaya masyarakat
dan pihak swasta dalam upaya mereka melaksanakan program keluarga berencana di
Indonesia. Fokus strategi ini adalah koordinasi lintas sektor dan lintas program. Dalam
mengembangkan strategi ini, perwakilan dari berbagai sektor, organisasi profesional, ahli,
dan akademisi telah terlibat.

Program KB berkontribusi penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Upaya


program KB di dalam RPJMN berkaitan dengan arah kebijakan dan strategi berbagai
sektor pemerintah, dimana Kemenkes dan BKKBN adalah dua institusi yang memegang
peranan sangat penting. Upaya program KB di dalam RPJMN berlandaskan pada prinsip-
prinsip hak yang meliputi akses ke pelayanan berkualitas, keadilan dalam akses yang
menjamin terpenuhinya akses kelompok rentan, transparansi dan akuntabilitas, sensitivitas
gender dan sensitivitas budaya. s dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs)meningkatkan. Lima upaya program keluarga berencana yang
bersifat lintas sektor dan tertuang di dalam RPJMN adalah:
1. Peningkatan pelayanan KB
2. Penguatan advokasi dan komunikasi perubahan perilaku
3. Penguatan informasi keluarga berencana dan konseling untuk kelompok muda
4. Pengembangan keluarga
5. Manajemen (data dan informasi, kajian, penelitian, regulasi dan institusionalisasi)

Strategi KB Berbasis Hak adalah penjabaran lebih lanjut dari upaya program KB di dalam
RPJMN. Strategi berfokus untuk melindungi hak masyarakat, baik perempuan maupun laki-
laki, atas pelayanan KB secara sukarela.

Pendekatan KB Berbasis Hak


Strategi ini menggunakan pendekatan berbasis hak, yang artinya langkah-langkah strategis
yang dijelaskan di dalam dokumen ini bertujuan untuk memastikan terpenuhinya prinsip-
prinsip hak asasi manusia sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan dan informasi
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang dibutuhkannya untuk menjalani
kehidupan reproduksi yang sehat dan aman.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
2
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi berbasis hak ini berlandaskan pada prinsip hak asasi manusia yang meliputi:
1. Hak terhadap akses ke informasi KB dan pelayanan dengan standar tertinggi
2. Keadilan dalam akses
3. Pendekatan sistem kesehatan yang dapat diterapkan di sektor pemerintah dan swasta:
a. Integrasi KB dalam kontinuum pelayanan kesehatan reproduksi
b. Standar etika dan professional dalam memberikan pelayanan keluarga berencana
4. Perencanaan program berbasis bukti
5. Transparansi dan akuntabilitas
6. Pelayanan yang sensitif gender
7. Sensitivitas budaya
8. Kemitraan

Empat tujuan strategis dalam Strategi KB Berbasis Hak meliputi:


Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan pelayanan KB merata dan berkualitas
di sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga
negara dapat memenuhi tujuan reproduksi mereka. 
Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan atas metode kontrasepsi modern yang
terpenuhi dengan penggunaan yang berkelanjutan.
Tujuan strategis 3: Meningkatnya bimbingan dan pengelolaan di seluruh jenjang
pelayanan serta lingkungan yang mendukung untuk program KB
yang efektif, adil, dan berkelanjutan pada sektor publik dan swasta
untuk memungkinkan semua pihak memenuhi tujuan-tujuan
reproduksi mereka
Tujuan strategis 4: Berkembang dan diaplikasikannya inovasi dan bukti untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas program, dan berbagi
pengalaman melalui kerjasama Selatan-Selatan.

Tujuan-tujuan strategis di atas disusun dengan mengacu kepada arah kebijakan RPJMN.
Kegiatan, output dan dampak strategi KB yang berbasis hak mengintegrasikan prinsip hak
asasi manusia dan pendekatan berbasis kesehatan masyarakat yang sangat berpengaruh
dalam keberhasilan mencapai tujuan demografis. Hubungan antara RPJMN dan strategi
Keluarga Berencana berbasis hak dapat di lihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Hubungan antara RPJMN dan Strategy KB Berbasis Hak


8 PRINSIP HAK DAN KESEHATAN MASYARAKAT: STRATEGI KB BERBASIS HAK
1. Hak akses terhadap informasi dan pelayanan Tujuan Strategis 1
2. Hak keadilan akses Tersedianya sistem penyediaan pelayanan KB yang adil dan berkualitas di sektor publik
3. Sistem kesehatan terintegrasi dan swasta untuk memungkinkan semua pihak memenuhi tujuan reproduksi mereka.
4. Berbasis bukti
5. Transparansi dan akuntabilitas Tujuan Strategis 2
6. Sensitif gender Meningkatnya permintaan atas metode kontrasespsi modern yang terpenuhi dengan
7. Sensitif budaya penggunaan yang berkelanjutan.
8. Kemitraan
Tujuan Strategis 3
Meningkatnya bimbingan dan pengelolaan di seluruh jenjang pelayanan serta
ARAH KEBIJAKAN RPJMN KKB: lingkungan yang mendukung untuk program KB yang efektif, adil, dan berkelanjutan
1. Pelayanan KB pada sektor publik dan swasta untuk memungkinkan semua pihak memenuhi tujuan-
2. Advokasi KIE tujuan reproduksi mereka.
3. Pembinaan remaja
4. Pembinaan keluarga Tujuan Strategis 4
rpjmn

5. Manajemen (data/informasi, kajian/riset, Berkembang dan diaplikasikannya inovasi dan bukti untuk meningkatkan efesiensi dan
regulasi, kelembagaan) efektifitas program dan berbagi pengalaman melalui kerjasama selatan-selatan.

ARAH KEBIJAKAN RPJMN KESEHATAN output, kegiatan, sub-kegiatan


1. Pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja
dan lansia RENCANA AKSI

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
3
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Gambar 2. Upaya KB RPJMN dan Tujuan Strategis Strategi KB Berbasis Hak

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Reduce MMR, reduce TFR, increase CPR, decrease unmet need, etc.

Peningkatan Peningkatan informasi dan pelayanan Pengembangan


Advokasi dan BCC Manajemen
pelayanan KB konseling untuk kaum muda keluarga

Tujuan strategis 1: Tersedianya sistem Tujuan strategis 2: Tujuan strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/pengelolaan Tujuan strategis 4:
PRINSIP ACUAN - Hak asasi manusia dan pendekatan kesehatan masyarakat

pelayanan KB yang merata dan berkualitas di Meningkatnya permintaan di semua jenjang dan memantapkan lingkungan yang mendukung Dikembangkannya dan
sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin penggunaan metode kontrasepsi program KB yang efektif, adil dan berkesinambungan si sektor diaplikasikannya inovasi
agar setiap warga negara dapat memenuhi modern dengan penggunaan yang pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga Negara dan riset operasional untuk
tujuan reproduksi mereka.  berkesinambungan dapat memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya.  meningkatkan efisiensi dan
efektifitas program dan
berbagi pengalaman melalui
Output 1.1: Meningkatnya ketersediaan Output 2.1: Tersedianya Output 3.1: Meningkatnya kapasitas untuk penatalayanan/ kerjasama Selatan-Selatan.
pelayanan KB dengan akses yang lebih baik dan strategi Komunikasi Perubahan pengelolaan internal dan lintas institusi di tingkat pusat, provinsi
merata di sektor pemerintah sehingga seluruh Perilaku (BCC/Behavior dan kabupaten untuk program yang efisien dan berkelanjutan
masyarakat dapat memenuhi tujuan reproduksi Change Communication) yang Output 3.2: Meningkatnya koordinasi dengan Kemenkes di Output 4.1: Praktek dan
mereka. komprehensif tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk memantapkan model terbaik tersedia untuk
Output 1.2: Dimanfaatkannya sumber daya Output 2.2: Meningkatnya kontribusi sistem kesehatan terhadap KB di berbagai tahap dalam meningkatkan kerjasama
sektor swasta untuk pemerataan akses ke keterlibatan tenaga kesehatan, siklus kesehatan reproduksi Selatan-Selatan
pelayanan KB berkualitas yang memperhatikan kelompok perempuan, dan tokoh Output 3.3: Meningkatnya kepemimpinan dan kapasitas pejabat Output 4.2: Penelitian
hak klien agama dalam menggerakkan OPD KB dan pejabat dinas kesehatan di tingkat provinsi maupun operasional untuk
Output 1.3: Meningkatnya Sistem Jaminan dukungan untuk program KB serta kabupaten/kota untuk secara efektif mengelola program KB meningkatkan efisiensi
Ketersediaan alat dan obat kontrasepsi mengatasi hambatan dalam berKB Output 3.4: Meningkatnya kapasitas untuk melakukan advokasi dan efektifitas program KB
Output 1.4: Meningkatnya kapasitas Output 2.3.: Meningkatnya berbasis bukti di semua tingkat pemerintahan dan di masyarakat diterapkan, dievaluasi, serta
sumberdaya manusia untuk menyediakan pengetahuan dan pemahaman yang terfokus pada peran penting KB dalam mencapai tujuan diperluas
pelayanan KB yang berkualitas masyarakat mengenai program pembangunan serta untuk meningkatkan visibilitas program KB
Output 1.5: Diperkuatnya sistem informasi Keluarga Berencana dan sumberdayanya
manajemen untuk menjamin kualitas, Output 3.5: Meningkatnya kapasitas dalam penyusunan
kelengkapan serta integrasi yang sejalan kebijakan berbasis bukti untuk meningkatkan efektifitas program
dengan sistem kesehatan KB dan menjamin pemerataan dan keberlanjutan program
Output 1.6: Meningkatnya kualitas pelayanan Output 3.6: Adanya sistem akuntabilitas yang fungsional yang
KB yang memperhatikan hak klien dan melibatkan masyarakat madani.
mengintegrasikan pelayanan sepanjang
kontinuum siklus kesehatan reproduksi

1.2. Konteks
1.2.1. Fertilitas dan Penggunaan Kontrasepsi
Indonesia telah melalui transisi demografi yang ditandai oleh penurunan tingkat fertilitas
dan kematian. Sebelum adanya program keluarga berencana di Indonesia pada akhir
tahun 1960an, angka fertilitas total (TFR) adalah 5,6. Selama periode berikutnya, sejalan
dengan diterapkannya program kontrasepsi dan diiringi dengan perubahan persepsi
masyarakat terhadap jumlah anak yang ideal dan usia yang ideal untuk menikah
menyebabkan terjadinya penurunan yang dramatis dalam angka fertilitas. Selama periode
ini, angka fertilitas total (TFR) menurun dari 5,6 pada tahun 1968 menjadi 2,6 kelahiran per
perempuan, atau penurunan sekitar 50%.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
4
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Gambar 3. Tren Angka Fertilitas Total dan Pemakaian Kontrasepsi di Indonesia, tahun 1964-2012

70 6
5,6
5,2 60.3 61.4 61.9
60 57.4
4,7 54.7 5
49.7
50 4,1 49.8
4
3,4
40 3,3
3 2,9 3
2,8 2,6 2,6 2,6
30 2,6
2
20 18.3

10 1

0 0
1967 1971 1976 1980 1984 1987 1988 1991 1994 1997 2003 2007 2012

Modern method Traditional method TFR

Sumber: Sensus Penduduk tahun 1980, 2000; Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1991, 1994, 1997, 1997, 2002/3, 2007, 2012

Pada periode tahun 1991 – 2012, angka pemakaian kontrasepsi (CPR) meningkat dari 49
persen menjadi 62 persen. Selama periode ini, ada perubahan besar dalam pemilihan
metode kontrasepsi dengan terjadinya peningkatan yang dramatis pada proporsi
perempuan yang menggunakan kontrasepsi suntik, sementara penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) menurun. Metode
kontrasepsi permanen seperti sterilisasi (pada laki-laki dan perempuan) dan pemakaian
kondom juga tetap rendah. Selain metode modern, metode tradisional digunakan oleh
sekitar 4 persen dari para perempuan yang sudah menikah, pada tahun 2012 (Gambar
4). Angka pemakaian kontrasepsi nasional (CPR) pada tidak mengalami perubahan yang
signifikan selama dua dekade terakhir dengan beberapa provinsi justru mengalami
penurunan dalam pemakaian kontrasepsi. SDKI tahun 2012 melaporkan angka CPR sebesar
61,9 persen untuk semua metode pada wanita menikah.

Gambar 4. Penggunaan metode kontrasepsi pada perempuan menikah usia 15-49 tahun di Indonesia,
1991 - 2012
70,0%

60,0% 4,0% 4,0%


3,7%
2,7%
27%
50,0% 13,2% 13,6%
2,6% 13,2%
15,4%
17,1%
40,0%
14,8%

30,0% 21,1% 27,8% 318%


15,2% 31,9%
11,7%
20,0%
3,1%
4,9%
6,0%
4,3%
10,0% 13,3% 2,8% 3,3%
10,3% 8,1% 6,2%
4,9% 3,9%
0,0% 2,7% 3,1% 3,0% 3,7% 3,0% 3,2%
IDHS 1991 IDHS 1994 IDHS 1997 IDHS 2002 IDHS 2007 IDHS 2012
Female sterilization Male sterilization IUD Implant
Ijectable Pill Condom Traditional

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1991, 1994, 1997, 1997, 2002/3, 2007, 2012

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
5
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Gambar 5 menunjukkan pemakaian kontrasepsi berdasarkan kelompok umur. Pemakaian
kontrasepsi tidak berubah secara signifikan dalam kurun waktu 20 tahun, dengan sedikit
peningkatan pada kelompok umur 25-29 tahun dan 40-44 tahun. Pemakaian kontrasepsi
suntik meningkat di berbagai kelompok umur sedangkan untuk metode kontrasepsi lain
mengalami penurunan.

Gambar 5. Pemakaian kontrasepsi berdasarkan kelompok umur

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan 1997, 2002/03, 2007, 2012

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
6
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Gambar 6: Metode kontrasepsi yang digunakan oleh perempuan menikah pada kelompok umur
30-49 tahun
2002 2007 2012
30

27,1
28
25

22,2
20

14,4
15

13,4
12,9
10

8,1
6,5

5,7
4,7

4,5
4,6
4,5
5

3,5
1,89
1,5
1,1

0,3

0,6
0,3
0,2
0
Condom Pill Injectable IUCD Implant Fem. ster Male ster

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002/3, 2007, 2012

Gambar 6 memperlihatkan, bahwa bahkan di antara perempuan yang lebih tua yang telah
mencapai tujuan reproduksinya dan ingin membatasi jumlah anak, penggunaan metode
kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan suntik tetap tinggi. Hal ini sejalan dengan Gambar
7 yang menunjukkan proporsi yang tinggi dari perempuan berusia 30-49 tahun yang tidak
ingin punya anak lagi, tapi sangat sedikit menggunakan metode jangka panjang maupun
metode permanen.

Gambar 7: Penggunaan metode jangka panjang dan permanen oleh perempuan menikah pada kelompok
umur 30-49 tahun yang tidak lagi menginginkan anak

Want no more Use LA/PM


60
49,5

50
39,8

40

30
22,5

20

20
18
14
9,3

10
9

0
30-34 35-39 40-44 45-49

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002/3, 2007, 2012

SDKI 2012 melaporkan tingkat putus pakai kontrasepsi sebesar 27 persen, dengan angka
tertinggi untuk metode jangka pendek, dimana pil berkontribusi sebesar 41 persen,
kondom laki-laki sebesar 31 persen dan suntik sebesar 25persen dari keseluruhan
tingkat putus pakai. Analisis data SDK (Survey Demografi dan Kesehatan) dari beberapa
negara, termasuk Indonesia, mengenai kegagalan kontrasepsi dan aborsi menunjukkan
bahwa proporsi kelahiran hidup/kehamilan yang tidak direncanakan adalah 19,8 persen,
terutama karena tidak menggunakan kontrasepsi, diikuti dengan penggunaan metode
jangka pendek. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa 15,8 persen dari kehamilan

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
7
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
yang tidak diinginkan dihindari dengan beralih ke metode jangka panjang atau metode
permanen. Selain biaya yang dapat dihemat melalui program KB, manfaat lainnya adalah
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan dan menghinbdari kehamilan yang
tidak diinginkan yang berakhir dengan aborsi.

Pada sisi penyedia pelayanan, telah terjadi perubahan pemberi pelayanan kontrasepsi
modern, dimana terjadi peningkatan pelayanan kontrasepsi melalui pihak swasta. Data
dari SDKI tahun 1997 mengindikasikan bahwa penggunaan penyedia pelayanan medis
pemerintah dan swasta untuk kontrasepsi sama besarnya (43 dan 40 persen). Pelayanan
oleh pihak swasta meningkat dengan tajam tajam, menjadi sekitar 73 persen pada tahun
2012, sedangkan pelayanan melalui pusat-pusat pelayanan pemerintah menurun menjadi
22 persen.

1.2.2. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (Unmet Need)


Pada tahun 2012, 11 persen dari para perempuan menikah yang tidak menginginkan
mempunyai anak lagi atau tidak ingin segera hamil tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Terdapat kesenjangan yang cukup besar mengenai kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk
keluarga berencana dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Angka terendah ditemukan di
provinsi Kalimantan Tengah dengan 7,6 persen dan yang tertinggi di Papua dengan 23,8
persen.

Gambar 8 Kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk Keluarga Berencana berdasarkan provinsi pada tahun 2012

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
8
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Gambar 9 di bawah ini menunjukkan tingkat penggunaan kontrasepsi (CPR) untuk semua
metode, kebutuhan yang tidak terpenuhi (unmet needs) dan proporsi kebutuhan yang
terpenuhi (demand satisfied), yang merupakan indikator FP2020. Seperti tampak pada
gambar, kebutuhan yang tidak terpenuhi menurun dalam kurun waktu beberapa tahun.
Persentase kebutuhan yang terpenuhi sedikit meningkat, walaupun angka penggunaan
kontrasepsi terlihat stagnan.

Gambar 9 Kebutuhan yang tidak terpenuhi, penggunaan kontrasepsi dan kebutuhan yang terpenuhi, 1991-
2012

Unmet need CPR % demand satisfied


100

84,5
82,4
80,9

82
78,1
74,5

80

61,9
61,4
60,3
57,4
54,7

60
49,7

40
15,3
17

20
13,6

13,2

13,1

11,4
0
1991 1994 1997 2002-03 2007 2012

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1991, 1994, 1997, 1997, 2002/3, 2007, 2012

Walaupun dengan sekitar 80 persen kelahiran yang diinginkan, Gambar 10 menunjukkan


bahwa rata-rata sekitar 18 persen kelahiran ingin ditunda atau tidak diinginkan sama sekali.
Proporsi perempuan yang tidak ingin melahirkan lagi sebesar 7,1 persen pada tahun 2012
dan terjadi stagnasi sejak tahun 1991. Proporsi perempuan yang ingin menunda kelahiran
menunjukkan penurunan yang signifikan sejak tahun 1991.

Gambar 10. Kelahiran dalam lima tahun sebelum survei menurut status perencanaannya di Indonesia,
tahun 1991-2012

Wanted Wanted letter Wanted no more


100 6,5 7,4 7,1
8,2 8,3 7,2
90 6,5
15,8 9,5 8,8 9,6 12,3
80
70
60
50 77,4 82,1 82,9 82,4 79,6 85,7
40
30
20
10
0
1991 1994 1997 2002 2007 2012

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1991, 1994, 1997, 1997, 2002/3, 2007, 2012

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
9
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Keterangan di atas menunjukkan bahwa meskipun program keluarga berencana telah
dikembangkan di Indonesia, data yang ada memperlihatkan bahwa kehamilan yang tidak
direncanakan tetap terjadi. Kehamilan yang tidak direncanakan ini mungkin merupakan
dampak dari kebutuhan keluarga berencana yang tidak terpenuhi atau pergantian dalam
pilihan metode kontrasepsi dari metode jangka panjang seperti alat kontrasepsi dalam
rahim menjadi alat kontrasepsi suntik jangka pendek yang memerlukan penyuntikan
secara teratur untuk menjamin perlindungan kontrasepsi.

1.2.3. Fertilitas remaja dan usia pernikahan


Usia pernikahan pertama secara umum telah meningkat sebagaimana dapat dilihat pada
peningkatan usia pernikahan dari 17,1 pada tahun 1991 ke 20,1 pada tahun 2012, meskipun
proporsi pernikahan dini dan tingkat kehamilan/persalinan di usia dini juga tetap tinggi.
SDKI 2012 menunjukan bahwa 9,5 persen perempuan berusia 15 – 19 tahun telah mulai
mengasuh anak atau dalam keadaan hamil.

Gambar 11: Tren median usia pernikahan pertama perempuan yang pernah menikah, usia 25 – 29 tahun.

20.5
20.1
20 19.8
19.5
19.2
19
18.6
18.5
18.1
18
17.5
17.1
17
16.5
16
15.5
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002 SDKI 2007 SDKI 2012

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1991, 1994, 1997, 1997, 2002/3, 2007, 2012

Pernikahan merupakan hal yang universal, dan di Indonesia hamil di luar nikah bukanlah
sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat. Sejalan dengan kecenderungan penundaan
pernikahan, kelompok remaja terpapar dengan seks di luar nikah yang memiliki implikasi
yang besar, terutama bagi para remaja yang belum menikah, seperti kehamilan yang tidak
diinginkan, aborsi, dan melahirkan anak pada usia yang muda (anak-anak yang mempunyai
anak).

Undang-Undang perkawinan di Indonesia (Undang-Undang No 1. Tahun 1974 mengenai


Perkawinan)masih belum melindungi anak-anak/remaja dari resiko kehamilan usia dini.
Berdasarkan undang-undang tersebut, usia minimum yang diijinkan untuk menikah adalah
19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Sedangkan negara Indonesia
sendiri telah mengadop definisi internasional untuk anak yaitu mereka yang berusia
sampai dengan 18 tahun. Kedua peraturan di atas masih tidak saling mendukung, disatu sisi

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
10
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
menunjukan komitmen negara dalam perlindungan anak, tetapi di sisi lain masih memberi
ruang terjadinya resiko kehamilan/persalinan pada anak/remaja. Pernikahan anak dan
kehamilan remaja merupakan praktek yang berbahaya bagi perempuan baik secara medis
dan psikologis, yang seharusnya harus dihindari.

Data-data menunjukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja


yang terbatas. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja menunjukkan rendahnya pengetahuan
remaja mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas. Hanya separuh dari perempuan
dan laki-laki yang belum menikah usia 15 – 24 tahun mengetahui bahwa kehamilan dapat
terjadi setelah berhubungan seks. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012 juga
melaporkan bahwa sekitar 0,7 persen perempuan dan 4,5 persen laki-laki berusia 15 - 19
tahun pernah melakukan hubungan seks. Hanya ada sedikit perbedaan dalam pengalaman
seksual berdasarkan usia dan tempat tinggal; namun perbedaan berdasarkan tingkat
pendidikan cukup signifikan. Perempuan yang belum menikah yang tidak menyelesaikan
sekolah dasar memiliki kemungkinan empat kali lipat lebih tinggi untuk melakukan
hubungan seks daripada mereka yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.

Gambar 12. Tren angka fertilitas menurut kelompok umur 15-19 tahun
dan persentase remaja yang telah mulai mengasuh anak

80
67
61 62
60
51 51
48

40

20
12,2 11,2 12,2 10,4 9,5
8,5

0
1991 1994 1997 2002 - 03 2007 2012

ASFR 15-19 Percentage who begun childbearing

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991. 1994, 1997, 2002/03, 2007, 2012 (Suharti, Bappenas 2014)

Gambar 12. menunjukkan bahwa Indonesia tidak dapat mencapai target pembangunan
dalam penurunan angka fertilitas remaja. Gambar tersebut juga menunjukkan peningkatan
persentase kelompok umur 15-19 tahun yang telah mulai mengasuh anak. Analisis tren
yang diperlihatkan di gambar 13. menunjukkan kecenderungan peningkatan remaja yang
mulai mengasuh anak di semua kelompok umur, kecuali kelompok umur 18 tahun. Hal ini
berdampak serius bagi kesehatan ibu dan anak.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
11
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Gambar 13. Distribusi perempuan usia 15-19 tahun yang pernah melahirkan atau sedang hamil

29,8
30

24,7

24,1
20,1
18,9
20

16

13,1
14
10,7
10

7,3
6,9
6,6
4,1
3,7

2,5
2,5
2,1
1,2

1,2
0,7

0
15 16 17 18 19
1997 2002 2007 2012

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991, SDKI 1994, SDKI 1997, SDKI 2002/03, SDKI 2007, SDKI 2012

1.3. Isu-Isu Terkait dengan Sumber Daya Manusia dalam


Program Keluarga Berencana
Kajian yang dilakukan oleh UNFPA pada tahun 2012 (UNFPA, 2012) menunjukkan banyak
tantangan yang dihadapi pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan program
keluarga berencana. Tantangan-tantangan tersebut meliputi tidak tersedianya para
petugas lapangan keluarga berencana (PLKB/PKB), kurangnya kapasitas pengelola
program, dan terbatasnya pendanaan untuk program keluarga berencana. Rendahnya
kapasitas pengelola program keluarga berencana di tingkat kabupaten/kota telah
diidentifikasi sebagai tantangan utama, bahkan untuk kabupaten/kota yang memiliki
Badan Kependudukan Keluarga Berencana Daerah yang berfungsi penuh dan independen.
Disamping itu, masalah penting lain yang dihadapi oleh kabuipaten/kota adalah
ketersediaan PLKB/PKB. Seorang PLKB/PKB sedianya bertanggung jawab untuk mengelola
sebanyak-banyaknya 2 desa. Namun, saat ini perbandingan PLKB/PKB dengan jumlah desa
yang ditanganinya sangat bervariasi dengan rasio yang sangat rendah di sebagian besar
kabupaten/kota, terutama di wilayah timur Indonesia, dimana rata-rata 1 orang PLKB/PKB
melayani 3,6 desa.

Kemampuan dan kapasitas Organisasi Perangkat Daerah KB (OPD KB) untuk memberikan
advokasi kepada para pembuat keputusan anggaran di kabupaten/kota, seperti Walikota/
Bupati, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) juga masih terbatas, sebagaimana dilaporkan dalam hasil kajian.
Tingginya pergantian staf dan perpindahan posisi kerja ke tempat yang berbeda, latar
belakang pendidikan yang tidak sesuai, dan kurangnya pengalaman kerja dalam program
keluarga berencana merupakan sebagian dari temuan-temuan utama yang berulang kali
ditemukan di banyak kabupaten/kota. Hal ini berkontribusi pada rendahnya alokasi dana
untuk program keluarga berencana.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
12
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Isu penting lainnya adalah ketersediaan petugas kesehatan seperti bidan di lapangan. Bidan
adalah penyedia pelayanan keluarga berencana utama di Indonesia. Meskipun jumlah dan
distribusi bidan dilaporkan lebih baik dibandingkan dengan dengan petugas kesehatan
lainnya seperti dokter umum dan dokter spesialis, namun distribusi bidan juga masih tidak
merata dan terkonsentrasi di kota-kota besar. Rasio petugas kesehatan menurut jumlah
penduduk dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rasio Tenaga Kesehatan menurut jumlah penduduk pada tahun 2016

Tenaga Kesehatan Rasio per 100.000 penduduk


Dokter Umum 45
Perawat 180
Bidan 120

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia, 2016, Kemenkes

1.4. Jaminan Ketersediaan Kontraspesi


Kajian yang dilaksanakan oleh BKKBN dan UNFPA di tahun 2013 menunjukkan beberapa
isu dan tantangan dalam manajemen logistik kontrasepsi sebagai berikut:
• Metodologi perencanaan kebutuhan alokon yang berdasarkan target dan bukan
berdasarkan pemakaian yang sebenarnya menyebabkan terjadinya overestimasi pada
perhitungan cakupan program keluarga berencana.
• Masalah distribusi alokon ke titik-titik tempat pelayanan. Kajian menemukan stock-out
tinggi (42%) di titik-titik tempat pelayanan.
• Dalam konteks gudang dan penanganan komoditas keluarga berencana, banyak
gudang yang maih belum memenuhi standard.
• Terbatasnya kapasitas gudang serta kurangnya pengalaman dan ketrampilan staf
logistik merupakan hal yang berkontribusi terhadap temuan di atas.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
13
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
2. Rasional untuk revitalisasi program keluarga berencana

2.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa situasi di atas, berikut ini disampaikan isu-isu penting terkait capaian
dan pelaksanaan program KB yang perlu mendapat perhatian.

Angka fertilitas (TFR) yang relatife tidak menurun dan cenderung mengalami stagnasi, serta
kesenjangan antara fertilitas yang diinginkan dan fertilitas yang sebenarnya yang belum
dapat dipenuhi. Dalam dua decade terakhir, TFR mengalami stagnasi pada level 2,6 per
perempuan dan fertilitas yang diinginkan 2,3 persen lebih rendah dibandingkan dengan
fertilitas sebenarnya yang mencerminkan bahwa belum terpenuhinya seluruh kebutuhan
KB.

 Kesenjangan pada cakupan:


- Tren CPR (tingkat pemakaian kontrasepsi) yang mengalami stagnasi untuk metode
modern dan kebutuhan yang tidak terpenuhi
- Kontrasepsi method-mix menunjukkan kecenderungan lebih tinggi untuk pemakaian
metode jangka pendek dan rendahnya penggunaan metode jangka panjang dan
metode permanen oleh perempuan yang tidak ingin menambah jumlah anak lagi
dan berusia di atas 30 tahun.

 Kesenjangan keadilan
- Kesenjangan yang nyata antara kelompok kaya dan miskin
- Lambannya peningkatan indikator KB di berbagai provinsi terpilih sejak 1994
(disparitas geografis).

 Kesenjangan dalam penyediaan pelayanan


- Kesenjangan dalam manajemen rantai pasok alokon
- Kesenjangan dalam penjaminan kualitas kontrasepsi
- Kesenjangan kualitas yang terkait dengan informasi, informed choice, akses
terhadap pelayanan, kurangnya integrasi dengan pelayanan lain, keberlangsungan
pelayanan, kurangnya keterampilan penyedia pelayanan kesehatan, supervisi, dan
tidak cukupnya suplai dan infrastruktur
- Kesenjangan dalam kualitas dan akurasi data
- Kesenjangan dalam pembiayaan pada tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
serta pemanfaatan anggaran yang terbatas

 Kesenjangan dalam sistem


- Dampak desentralisasi dengan masih kurangnya kapasitas administrasi untuk
mengelola dan melakukan advokasi untuk program KB

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
14
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
- Keterbatasan kapasitas dan kemampuan BKKBN di tiap tingkatan dalam mengelola
dan melaksanakan berbagai elemen program KB nasional
- Koordinasi yang lemah dengan Kementerian Kesehatan pada tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota antara lain dalam hal pelaporan, pelatihan dan
supervisi.

 Pernikahan usia dini yang masih menjadi isu di beberapa kabupaten/kota serta
peningkatan proporsi kelompok yang menikah di usia 16 – 18 tahun.

Hal-hal tersebut di atas dan isu-isu yang ditemukan di bawah ini menunjukkan pentingnya
revitalisasi untuk program KB.

2.2. Dasar Pertimbangan


Bonus Demografi
Indonesia berada di periode kesempatan demografis. Pemerintah berusaha keras untuk
mengambil manfaat penuh dari bonus demografi melalui kebijakan ekonomi dan tenaga
kerja yang mendukung. Namun, jika program keluarga berencana tidak diperkuat untuk
mencapai penurunan fertilitas, maka tidak akan mungkin untuk mencapai manfaat
sepenuhnya dari bonus demografi ini.

Penurunan Angka Kematian Ibu


Laporan MDGs menunjukan bahwa Indonesia tidak berhasil mencapai tujuan MDG untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI). Bahkan eEstimasi terakhir cenderung menunjukkan
adanya peningkatan tingkat AKI. Keluarga berencana merupakan salah satu intervensi
penting untuk menurunkan AKI dan berkontribusi menurunkan sekitar sepertiga dari
angka kematian ibu. Seperti yang dibahas di bagian sebelumnya, kehamilan yang tidak
diinginkan di Indonesia berkisar sekitar 20% pada wanita menikah, terutama karena
tidak digunakannya kontrasepsi atau penggunaan metode kontrasepsi jangka pendek.
Konsekuensi dari kehamilan yang tidak diinginkan seperti aborsi dan komplikasinya telah
diketahui. Oleh karena itu mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan melalui pelayanan
KB yang berkualitas dapat berkontribusi dalam peningkatan kesehatan ibu.

Tidak Ada yang Tertinggal (No One Left Behind)


Sejalan dengan prinsip keadilan, pemerataan dan non-diskriminasi yang menjadi prinsip
dasar tujuan pembangunan berkelanjutan, strategi ini bersifat inklusif untuk seluruh
kelompok masyarakat sehingga tidak ada yang tertinggal (no one left behind). Hal ini
tercermin dalam strategi dan program yang mengutamakan keadilan dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat, termasuk kelompok yang paling rentan.

Jaminan Kesehatan Nasional


Salah satu perkembangan terakhir di bidang kesehatan di Indonesia adalah pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak tahun 2014. JKN merupakan bagian dari skema
Jaminan Sosial Nasional yang ditetapkan dengan Undang Undang nomor 40 tahun
2004dengan tujuan untuk mencapai akses kesehatan universal di akhir tahun 2019.

Dimulainya pelaksanaan JKN melalui Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) memberikan
kesempatan untuk memberikan pelayanan KB yang adil dan berkualitas dan bertujuan
untuk mencapai cakupan pelayanan KB yang lebih tinggi dengan metode KB modern.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
15
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Pelayanan KB merupakan bagian dari paket manfaat JKN. Penyediaan alokon KB, alat
dan suplai termasuk penyediaan materi edukasi menjadi tanggungjawab BKKBN. Biaya
pelayanan ditanggung oleh BPJS melalu mekanisme rujukan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat rujukan. Walaupun demikian, dalam pelaksanaan di tahap awal ini
masih ditemukan berbagai permasalah khususnya yang berhubungan dengan metode
permanen pada perempuan, mekanisme klaim, dan isu terkait pelayanan oleh bidan
praktek swasta. Penggunaan pelayanan KB melalui mekanisme BPJS juga dilaporkan masih
rendah.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


Undang-Undang Nomor 23/2014 tentang Pemerintah Daerah mendefinisikan peran
Kemenkes dan BKKBN dalam penyediaan pelayanan KB serta peran Dinas Kesehatan dan
OPD KB di daerah. Di dalam Undang-Undang tersebut, disebutkan bahwa kesehatan
merupakan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, sementara
keluarga berencana merupakan urusan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan
dasar. Namun dalam pelaksanaan program KB di dearah, bentuk institusi KB tidak sama
dan tergantung oleh kebijakan daerah.

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa


Pada tahun 2014 penetapan Undang-Undang Desa telah memperkuat fungsi legal
desa serta meningkatkan kewenangan dan tanggungjawab desa dengan peningkatan
transfer fiskal ke desa untuk pemenuhan kebutuhan administrasi, pembangunan desa
serta pemberdayaan masyarakat. Undang-Undang ini mengharuskan kabupaten/kota
untuk mengirimkan sekitar 10% dana yang diterima dari pemerintah pusat ke desa, serta
pemerintah pusat untuk mengirimkan tambahan dana sebesar 10% langsung ke desa.
Undang-Undang ini membangun kerangka institusional yang baru untuk pengembangan
masyarakat di Indonesia. Dengan memanfaatkan Undang-Undang ini, BKKBN telah
mencanangkan program Kampung KB yang bertujuan untuk meningkatkan promosi KB
di tingkat desa.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019


Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dilaksanakan melalui empat
sub agenda prioritas: (1) pembangunan kependudukan dan keluarga berencana; (2)
pembangunan pendidikan; (3) pembangunan kesehatan khususnya pelaksanaan Program
Indonesia Sehat; dan (4) peningkatan kesejahteraan rakyat marjinal melalui pelaksanaan
Program Indonesia Kerja.

Menyadari pentingnya pembangunan keluarga berencana dalam meningkatkan kualitas


hidup masyarakat, di dalam RPJMN, program keluarga berencana terkait dengan arah dan
tujuan strategis serta upaya dan indikator dua sektor utama yaitu sektor kesehatan dan
sektor kependudukan/KB disamping sektor-sektor terkait lainnya.

Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Salah satu sasaran pembangunan sektor kependudukan dan keluarga berencana adalah
penurunan angka fertilitas total dimana program KB yang adil dan berkualitas berperan
sangat penting. Di dalam RPJMN 2015-2019, program keluarga berencana tertuang di arah
kebijakan berikut ini:

1. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang


merata dan berkualitas, baik antar sektor maupun antara pusat dan daerah, utamanya
dalam sistem SJSN Kesehatan, dengan menata fasilitas kesehatan KB;

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
16
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
2. Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi
yang memadai di setiap fasilitas kese-hatan KB dan kesehatan reproduksi serta jejaring
pelayanan, yang didukung oleh pendayagunaan fasilitas pelayanan kesehat-an untuk
pelayanan KB (persebaran fasilitas kesehatan pelayan-an KB, baik pelayanan KB statis
maupun mobile/ bergerak);
3. Peningkatan pelayanan KB dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
untuk mengurangi resiko drop-out, dan peningkatan penggunaan metode jangka
pendek dengan membe-rikan informasi secara kontinyu untuk keberlangsungan
ber-KB serta pemberian pelayanan KB lanjutan dengan mempertim-bangkan prinsip
rasional, efektif, dan efisien. Disamping itu juga dilakukan peningkatan pelayanan
pengayoman dan penanganan KB pasca persalinan, pasca keguguran dan penanganan
kompli-kasi dan efek samping;
4. Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga lapangan KB dan tenaga
kesehatan pelayanan KB, serta penguatan lem-baga di tingkat masyarakat untuk
mendukung penggerakan dan penyuluhan KB;
5. Advokasi program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan
keluarga kepada para pembuat kebijakan, serta promosi dan penggerakan kepada
masyarakat dalam penggu-naan alat dan obat kontrasepsi KB, baik dengan keutamaan
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang maupun metode kontrasepsi
jangka pendek dengan tetap menjaga keberlangsungan pemakaian kontrasepsi;
6. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduksi bagi remaja melalui
pendidikan dan sosialisasi mengenai pentingnya Wajib Belajar 12 tahun dalam rangka
pendewasaan usia perkawinan, dan peningkatan intensitas layanan KB bagi pasangan
usia muda guna mencegah kelahiran di usia remaja;
7. Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga melalui kelompok kegiatan bina
keluarga dalam rangka melestarikan kesertaan ber-KB dan memberikan pengaruh
kepada keluarga calon akseptor untuk ber-KB. Selain itu juga dilakukan penguatan
fungsi keluarga dalam membentuk keluarga kecil bahagia dan sejahtera; dan
8. Penguatan landasan hukum, kelembagaan, serta data dan informasi kependudukan
dan KB.

Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan derajat
status kesehatan dan gizi masyarakat pada seluruh siklus kehidupan baik pada tingkat
individu, keluarga, maupun masyarakat.

Upaya yang berhubungan dengan program keluarga berencana di antaranya tertuang


dalam upaya akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan
lanjut usia yang berkualitas melalui:
• Peningkatan akses dan mutu continuum of care pelayanan ibu dan anak yang meliputi
kunjungan ibu hamil, dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di
fasilitas kesehatan serta penurunan kasus kematian ibu di rumah sakit
• Peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja
• Penguatan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
• Peningkatan pelayanan kesehatan penduduk usia produktif dan lanjut usia

Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran diperkuat dengan
Permenkes Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
17
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
7. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor  18 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Tahun 2017.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
18
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
3. Strategi pelaksanaan program keluarga berencana
berbasis hak untuk mempercepat akses ke pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
terintegrasi dalam mencapai tujuan pembangunan
Indonesia

3.1. Visi
Strategi keluarga berencana berbasis hak ini sejalan dengan visi Nawacita. Strategi ini juga
selaras dengan Rencana Pembangunan Strategis Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2015 –
2019, serta disusun berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) BKKBN dan Renstra Kemenkes
terkait dengan KB serta Renstra kementerian terkait lainnya.

RPJMN 2015-2019

Renstra
Kemenkes
Strategi KB
Renstra
BKKBN

BPJS, Kemendagri, Kemendikbud,


Kemenag, Kemendes, BPS, Kemeneg
PP, Kemeninfo, BAPPEDA, OPD KB

3.2. Misi
Untuk memicu upaya bersama antara BKKBN, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Dalam Negeri, Kementarian Pendidikan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Kementerian Agama, Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Badan Pusat Statistik, LSM, mitra
pihak swasta, organisasi profesi, lembaga donor serta pemerintah daerah untuk mencapai
akses universal terhadap pelayanan keluarga berencana yang berkualitas tinggi menurut
kebutuhan individu dan pasangan serta untuk memenuhi tujuan reproduksi mereka.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
19
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
3.3. Tujuan
Untuk berkontribusi dalam menurunkan kematian ibu, pertumbuhan penduduk dan tingkat
fertilitas dengan mengatasi kebutuhan KB yang tidak terpenuhi, menghilangkan kendala
akses, dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam menyediakan metode kontrasepsi
modern yang digunakan secara sukarela oleh perempuan dan laki-laki di Indonesia.

Target-target berdasarkan RPJMN


Indikator Baseline (2012) Target 2015-2019
Angka Kematian Ibu 346 309
Laju Pertumbuhan Penduduk (%) (proyeksi medium 1.49 1,19
2000-2010)
Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) 2.6 2,3
Angka Kelahiran Remaja (Adolescent Age Specific 48 35
Fertility Rate/ASFR)
Tingkat pemakaian kontrasepsi (semua metode)(%) 61.9 66
Proporsi pengguna metode jangka panjang dan 18.3 23,5
permanen sebagai proporsi pengguna metode
kontrasepsi modern (%)
Kebutuhan KB yang belum terpenuhi (%) 11.4 9,9

3.4. Definisi KB
Definisi Keluarga Berencana yang digunakan dalam kerangka strategi ini didasarkan pada
definisi internasional keluarga berencana dan sesuai dengan Rencana Aksi Konferensi
Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD: International Conference on
Population and Development; PoA: Programme of Action) serta prinsip dan aksi ICPD terkait
keluarga berencana dan remaja.

Program Keluarga Berencana memungkinkan pasangan dan individu untuk memutuskan


secara bebas dan bertanggung jawab jumlah anak dan jarak umur antar anak (spacing)
yang mereka inginkan, cara untuk mencapainya, serta menjamin tersedianya informasi
dan berbagai metode yang aman dan efektif (ICPD POA 1994). Hal ini dicapai melalui
penggunaan kontrasepsi dan penanganan infertilitas. Namun, pada remaja, fokus dari
kerangka strategis ini adalah pada kesehatan reproduksi, khususnya penyediaan informasi.

3.5. Kelompok target


Perempuan, laki-laki dan remaja, kelompok usia subur berusia 15 – 49 tahun

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
20
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
3.6. Tujuan Penyusunan Strategi Pelaksanaan Program KB
Berbasis Hak
Sebagai dokumen pendukung dalam menterjemahkan RPJMN dalam pelayanan KB dan
untuk memberikan arahan untuk pelayanan KB yang berkualitas, penatalaksanaan dan
pengelolaan program KB, peningkatan kebutuhan atas pelayanan KB serta menterjemahkan
tujuan pembangunan nasional dan global yang disepakati oleh pemerintah dan SDG
Summit, ICPD 20 dan FP2020 Summit.

3.7. Tujuan Strategis


Rencana strategis ini mencoba untuk membentuk kerangka yang koheren dan berbasis
hak yang dibangun dari elemen dan inovasi program masa lalu yang berhasil yang
disosialisasikan di bawah payung KB Kencana dan RAN KB Kementrian Kesehatan. Rencana
strategis ini mencoba untuk secara komprehensif membahas berbagai aspek menentukan
penggunaan keluarga berencana. Rencana strategis ini memaparkan secara detail,
prioritas dan langkah yang perlu diambil dalam upaya untuk implementasi program yang
tepat waktu dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan strategis
memfokuskan pada empat wilayah utama yang saling bersinergi, seperti lingkungan yang
mendukung, suplai dan permintaan, serta riset operasional/inovasi guna memungkinkan
pasangan dan individu untuk memenuhi tujuan reproduksi mereka.

Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan pelayanan KB yang merata dan


berkualitas di sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin agar
setiap warga negara dapat memenuhi tujuan reproduksinya.
Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan atas metode kontrasepsi modern yang
terpenuhi dengan penggunaan yang berkelanjutan.
Tujuan strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/pengelolaan di semua jenjang dan
memantapkan lingkungan yang mendukung program KB yang
efektif, adil dan berkesinambungan si sektor pemerintah dan swasta
untuk menjamin agar setiap warga negara dapat memenuhi tujuan
kesehatan reproduksinya. 
Tujuan strategis 4: Dikembangkannya dan diaplikasikannya inovasi dan riset operasional
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program dan berbagi
pengalaman melalui kerjasama Selatan-Selatan.

Rencana ini diharapkan untuk memberikan pedoman untuk jaga mutu dan pendekatan
berbasis hak.

3.8. Fokus demografi dan geografi


• Peningkatan CPR (angka kesertaan ber-KB) dan penurunan unmet need (kebutuhan
yang tidak terpenuhi) melalui peningkatan ragam kontrasepsi yang lebih baik, melalui
strategi yang berbeda untuk berbagai kelompok umur menurut tujuan kesehatan
reproduksinya.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
21
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
• Fokus kepada provinsi dengan jumlah populasi tinggi. Strategi akan dilaksanakan
secara bertahap dengan fase pertama mencakup provinsi-provinsi tertentu dengan
total jumlah penduduk mewakili sebagian besar penduduk Indonesia (sekurangnya
80%), sedangkan fase kedua meliputi seluruh provinsi, dengan mempertimbangkan
pengalaman dari pelaksanaan tahap pertama.

3.9. Keselarasan dengan kebijakan dan rencana aksi nasional


Strategi ini selaras dengan baik dengan isu-isu strategis RPJMN serta rencana aksi KB BKKBN
dan Kementerian Kesehatan.

3.9.1. Area penyelarasan dengan arah kebijakan dan strategi RPJMN

Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Arah kebijakan dan strategi
Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Strategi KB Berbasis Hak
Berencana
1. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan Tujuan Strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/
KB dan kesehat-an reproduksi yang merata dan pengelolaan di semua jenjang dan memantapkan
berkualitas, baik antarsektor maupun antara pusat lingkungan yang mendukung program KB yang efektif,
dan daerah, utamanya dalam sistem SJSN Kesehatan, adil dan berkesinambungan di sektor pemerintah dan
dengan menata fasilitas kesehatan KB swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat
memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya.

Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan atas metode


kontrasepsi modern yang terpenuhi dengan penggunaan
yang berkelanjutan.
2. Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan
ketersediaan alat dan obat kontrasepsi yang memadai pelayanan KB yang merata dan berkualitas di sektor
di setiap fasilitas kese-hatan KB dan kesehatan pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap
reproduksi serta jejaring pelayanan, yang didukung warga negara dapat memenuhi tujuan reproduksinya.
oleh pendayagunaan fasilitas pelayanan kesehat-an
untuk pelayanan KB (persebaran fasilitas kesehatan
pelayan-an KB, baik pelayanan KB statis maupun
mobile/ bergerak)
3.
Peningkatan pelayanan KB dengan penggunaan Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan
metode kontrasepsi jangka panjang untuk mengurangi pelayanan KB yang merata dan berkualitas di sektor
resiko drop-out, dan peningkatan penggunaan metode pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap
jangka pendek dengan membe-rikan informasi warga negara dapat memenuhi tujuan reproduksinya.
secara kontinyu untuk keberlangsungan ber-KB serta
pemberian pelayanan KB lanjutan dengan mempertim- Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan atas metode
bangkan prinsip rasional, efektif, dan efisien. Disamping kontrasepsi modern yang terpenuhi dengan penggunaan
itu juga dilakukan peningkatan pelayanan pengayoman yang berkelanjutan.
dan penanganan KB pasca persalinan, pasca keguguran
dan penanganan kompli-kasi dan efek samping
4. Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan atas metode
lapangan KB dan tenaga kesehatan pelayanan KB, kontrasepsi modern yang terpenuhi dengan penggunaan
serta penguatan lem-baga di tingkat masyarakat yang berkelanjutan.
untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan KB

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
22
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
5.
Advokasi program kependudukan, keluarga Tujuan Strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/
berencana, dan pembangunan keluarga kepada para pengelolaan di semua jenjang dan memantapkan
pembuat kebijakan, serta promosi dan penggerakan lingkungan yang mendukung program KB yang efektif,
kepada masyarakat dalam penggu-naan alat dan adil dan berkesinambungan di sektor pemerintah dan
obat kontrasepsi KB, baik dengan keutamaan swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya.
maupun metode kontrasepsi jangka pendek
dengan tetap menjaga keberlangsungan pemakaian
kontrasepsi
6.
Peningkatan pengetahuan dan pemahaman Tujuan Strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/
kesehatan reproduksi bagi remaja melalui pendidikan pengelolaan di semua jenjang dan memantapkan
dan sosialisasi mengenai pentingnya Wajib Belajar 12 lingkungan yang mendukung program KB yang efektif,
tahun dalam rangka pendewasaan usia perkawinan, adil dan berkesinambungan di sektor pemerintah dan
dan peningkatan intensitas layanan KB bagi pasangan swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat
usia muda guna mencegah kelahiran di usia remaja memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya.
7.
Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan
keluarga melalui kelompok kegiatan bina keluarga
dalam rangka melestarikan kesertaan ber-KB dan
memberikan pengaruh kepada keluarga calon
akseptor untuk ber-KB. Selain itu juga dilakukan
penguatan fungsi keluarga dalam membentuk
keluarga kecil bahagia dan sejahtera
8. Penguatan landasan hukum, kelembagaan, serta data Tujuan strategis 4: Dikembangkannya dan diaplikasikannya
dan informasi kependudukan dan KB. inovasi dan riset operasional untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas program dan berbagi pengalaman melalui
kerjasama Selatan-Selatan.

Pembangunan Kesehatan
Arah kebijakan dan strategi Strategi KB Berbasis Hak
Pembangunan Kesehatan
Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan
Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas pelayanan KB yang merata dan berkualitas di sektor
melalui: pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap
a. Peningkatan akses dan mutu continuum of care warga negara dapat memenuhi tujuan reproduksinya.
pelayanan ibu dan anak yang meliputi kunjungan
ibu hamil, dan pertolongan persalinan oleh tenaga Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan atas
kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan serta metode kontrasepsi modern yang terpenuhi dengan
penurunan kasus kematian ibu di rumah sakit; penggunaan yang berkelanjutan.
b. Peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi pada
remaja; Tujuan Strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/
c. Penguatan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS); pengelolaan di semua jenjang dan memantapkan
d. Penguatan Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga; lingkungan yang mendukung program KB yang efektif,
e. Peningkatan pelayanan kesehatan penduduk usia adil dan berkesinambungan di sektor pemerintah dan
produktif dan lanjut usia; swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat
f. Peningkatan cakupan imunisasi tepat waktu pada memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya.
bayi dan balita; dan
g. Peningkatan peran upaya kesehatan berbasis Tujuan strategis 4: Dikembangkannya dan
masyarakat termasuk posyandu dan pelayanan diaplikasikannya inovasi dan riset operasional untuk
terintegrasi lainnya dalam pendidikan kesehatan dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas program dan
pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan lansia. berbagi pengalaman melalui kerjasama Selatan-Selatan.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
23
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Pembangunan Pendidikan
Arah kebijakan dan strategi Strategi KB Berbasis Hak
Pembangunan Pendidikan
Penguatan kurikulum tentang ketahanan diri seperti Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan atas
perilaku hidup bersih dan sehat, kepedulian terhadap metode kontrasepsi modern yang terpenuhi dengan
lingkungan, kesehatan reproduksi, pengetahuan gizi penggunaan yang berkelanjutan.
seimbang, dan pendidikan jasmani dengan tetap
mengedepankan norma-norma yang dianut masyarakat Tujuan Strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/
Indonesia, serta penguatan kurikulum tentang pengelolaan di semua jenjang dan memantapkan
kewirausahaan. lingkungan yang mendukung program KB yang efektif,
adil dan berkesinambungan di sektor pemerintah dan
swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat
memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya.

3.9.2. Area penyelarasan dengan Rencana Strategis BKKBN


Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN Strategi KB Berbasis Hak
Arah kebijakan dan strategi 1: Meningkatkan akses Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan
pelayanan KB yang merata dan berkualitas di dalam pelayanan KB yang merata dan berkualitas di sektor
sistem Jaminan Kesehatan Nasional pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap
warga negara dapat memenuhi tujuan reproduksinya.
Arah kebijakan dan strategi 2: Meningkatnya pemahaman Tujuan Strategis 2: Meningkatnya permintaan atas
remaja mengenai kesehatan reproduksi dan penyiapan metode kontrasepsi modern yang terpenuhi dengan
kehidupan berkeluarga penggunaan yang berkelanjutan.
Arah kebijakan dan strategi 3: Menguatkan advokasi dan
KIE tentang KB dan Kesehatan Reproduksi di seluruh
wilayah
Arah kebijakan dan strategi 6: Menata dan menguatkan Tujuan Strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/
serta meningkatkan kapasitas kelembagaan pengelolaan di semua jenjang dan memantapkan
kependudukan dan keluarga berencana di tingkat pusat lingkungan yang mendukung program KB yang efektif,
dan daerah adil dan berkesinambungan di sektor pemerintah dan
Arah kebijakan dan strategi 7: Meningkatkan ketersediaan swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat
dan kualitas data dan informasi kependudukan yang memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya.
memadai, akurat, tepat waktu Tujuan strategis 4: Dikembangkannya dan
diaplikasikannya inovasi dan riset operasional untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas program dan
Arah kebijakan dan strategi 8: Memperkuat penelitian berbagi pengalaman melalui kerjasama Selatan-Selatan.
dan pengembangan Bidan kependudukan dan KB
Target dan indikator untuk masing-masing strategi Pemantauan dan Evaluasi: indikator untuk setiap
Kerangka kerja: kerangka kebijakan, pembiayaan dan output
institusional

3.9.3 Area penyelarasan dengan Rencana Aksi KB Kementerian Kesehatan


2014-2015
Rencana Aksi Pelayanan KB Strategi KB Berbasis Hak
Strategi 1: Memperkuat komitmen pemangku Tujuan Strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/
kepentingan pemerintah maupun non pemerintah pengelolaan di semua jenjang dan memantapkan
dalam melaksanakan program KB lingkungan yang mendukung program KB yang efektif,
adil dan berkesinambungan di sektor pemerintah dan
swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat
memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
24
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi 2: Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan
dan kualitas pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan pelayanan KB yang merata dan berkualitas di sektor
konseling pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap
warga negara dapat memenuhi tujuan reproduksinya. 
Strategy 3: To increase the demand for family planning Tujuan Strategis 2: Meningkatnya permintaan atas
services due to changes in values regarding he ideal metode kontrasepsi modern yang terpenuhi dengan
number of children in the family penggunaan yang berkelanjutan.
Strategi 4: Menurunkan kebutuhan yang tidak terpenuhi Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan
dengan meningkatkan akses, konseling dan untuk pelayanan KB yang merata dan berkualitas di sektor
memantapkan program keluarga berencana pasca salin pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap
dan menurunkan keengganan untuk menggunakan warga negara dapat memenuhi tujuan reproduksinya. 
kontrasepsi terus menerus dengan meningkatkan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) dan pendampingan KB
Strategi 5: Menurunkan angka kehamilan remaja usia 15 Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan
– 19 tahun dengan mempromosikan pendewasaan usia pelayanan KB yang merata dan berkualitas di sektor
perkawinan dan meningkatkan pengetahuan mengenai pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap
Kesehatan Reproduksi. warga negara dapat memenuhi tujuan reproduksinya.. 
Pemantauan dan Evaluasi: Pemantauan dan Evaluasi:
Indikator untuk setiap output Indikator untuk setiap output

3.10 Prinsip acuan


Indonesia merupakan salah satu penandatangan instrumen Hak Asasi Manusia dan
Program Aksi International Conference on Population and Development. Prinsip acuan di
bawah ini adalah dalam konteks komitmen yang dibuat tersebut. Walaupun diketahui
bahwa isu sosial, budaya, dan ekonomi merupakan faktor yang menentukan akses universal
terhadap pelayanan KB, namun kebijakan, strategi, dan pedoman KB nasional menentukan
bagaimana program KB dilaksanakan dan apakah program tersebut memenuhi hak
individuk dan keluarga. Stangnasi Tingkat Penggunaan Kontrasepsi (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) dan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) merupakan
indikasi bahwa perempuan, laki-laki, dan remaja belum memperoleh hak mereka (terutama
kelompok perempuan dewasa dan remaja). Disparitas tingkat penggunaan kontrasepsi
(CPR) dan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) di antara kabupaten/kota
merupakan indikasi bahwa masyarakat tidak mendapatkan hak mereka. Tingkat pendanaan
yang rendah dan sering terjadinya stock-out mempengaruhi mempengaruhi ketersediaan
kontrasepsi dan pelayanan KB serta meningkatkan biaya pelayanan. Implikasi dari hal
tersebut di atas yang menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi
gelap (aborsi secara umum tidak legal di Indonesia), terutama di antara kelompok remaja
yang belum menikah. Indonesia berkomitmen untuk menurunkan kebutuhan KB yang
tidak terpenuhi pada tahun 2019 melalui komitmen terhadap Program Aksi ICPD, MDG
serta agenda post-development.

Strategi ini berpedoman pada prinsip hak asasi manusia dan prinsip perencanaan program
kesehatan masyarakat berikut ini:

 Hak untuk mendapatkan akses terhadap informasi KB dan pelayanan kesehatan dengan
standard terbaik: Hak untuk mendapatkan pelayanan KB berdasarkan standar hak
azasi manusia untuk kesehatan, sebagaimana juga dijelaskan di dalam Rencana Aksi
ICPD. Hak ini merupakan bagian dari hak dasar semua pasangan dan individu untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab mengenai jumlah, waktu dan

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
25
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
jarak anak mereka. Setiap orang mempunyai hak untuk mengakses informasi tentang
kontrasepsi secara komprehensif yang tidak bias, hak mengambil keputusan secara
mandiri (tanpa dipengaruhi oleh penyedia pelayanan atau pasangan) dalam lingkungan
yang memberikan privasi dan menjaga kerahasiaan (dengan akses terhadap informasi
secara penuh).

 Keadilan dalam akses: Mengatasi hambatan pada akses ke berbagai tingkat pelayanan
di antara berbagai wilayah geografis dan hambatan keuangan sangatlah penting untuk
menjamin keadilan dan mengatasi disparitas dalam akses dan pemanfaatan pelayanan
termasuk pada kelompok marginal.

 Pendekatan sistem kesehatan yang diterapkan pada sektor pemerintah dan swasta.
- Integrasi pelayanan KB berkelanjutan menurut siklus reproduksi: Pelayanan KB
mempunyai peran penting sepanjang siklus reproduksi dengan memberikan
kemungkinan bagi pasangan untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan, pada
usia yang mereka inginkan, mencegah terjadinya kehamilan dan kelahiran yang
tidak diinginkan serta aborsi dan konsekuensinya, dan mencegah infeksi menular
seksual dan penularan HIV melalui hubungan seks. Kontribusi Keluarga Berencana
sepanjang kontinuum pelayanan kesehatan ibu dan anak untuk mengurangi
kematian dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak telah diketahui. Integrasi KB
dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak terbukti cost-effective untuk klien dan
sistem kesehatan.

- Standar etika dan profesional dalam penyediaan pelayanan KB: Meskipun poin ini
merupakan bagian dari Hak untuk mendapatkan akses terhadap informasi KB dan
pelayanan kesehatan dengan standard terbaik, ini disampaikan secara terpisah
disini untuk menekankan kembali tanggungjawab para petugas dan institusi
penyedia pelayanan KB. Petugas penyedia pelayanan juga bertanggungjawab
untuk menjamin adanya persetujuan tertulis yang bertanggung jawab sukarela,
dan mencegah adanya bias terhadap metode tertentu. Prinsip utama yang terkait
dengan hal ini adalah menghapuskan hambatan terhadap informasi dan akses dari
aspek hukum, medis, klinis, dan peraturan yang tidak perlu.

 Program berbasis bukti: Merancang pendekatan baru dan pesan advokasi berdasarkan
riset formatif, penelitian operasional serta data, termasuk yang berasal dari hasil
pemantauan dan evaluasi yang merupakan satu dari sepuluh elemen program KB yang
berhasil.

 Transparansi dan akuntabilitas: Merupakan hal yang sangat penting untuk


kepemimpinan dan manajemen program, terutama dalam era desentralisasi.
Transparansi dan akuntabilitas juga berkontribusi dalam membentuk lingkungan
yang mendukung. Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip utama hak azasi
manusia. Komitmen terhadap transparansi dan akuntabilitas sangatlah penting untuk
melaksanakan pendekatan berbasis hak dan untuk menjamin keadilan dalam akses.

 Pelayanan yang bersifat sensitif gender: Kemampuan perempuan, khususnya perempuan


muda untuk memutuskan penggunaan kontrasepsi serta menentukan jenis kontrasepsi
yang digunakan merupakan hal penting, baik dari perspektif kesehatan maupun
pemberdayaan. Meningkatkan keterlibatan laki-laki dengan memberikan informasi
mengenai berbagai metode kontrasepsi, terutama metode untuk laki-laki, merupakan
elemen yang sangat penting untuk membentuk lingkungan yang mendukung.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
26
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Keterlibatan laki-laki juga sangat penting untuk mendukung pasangan mereka
dalam membuat keputusan untuk menggunakan kontrasepsi serta melanjutkan
penggunaannya.

 Sensitivitas Budaya: Metode, prosedur dan pendekatan kontrasepsi yang dapat diterima
secara budaya mementukan keberlanjutan penggunaan kontrasepsi.

 Kemitraan: Kemitraan di antara berbagai institusi kesehatan pemerintah dan swasta


sangat penting untuk meningkatkan akses ke pelayanan dan untuk menjamin
dilaksanakannya kualitas pelayanan tertinggi. Kemitraan di antara berbagai kelompok
komunitas, terutama kelompok perempuan, organisasi masyarakat sipil termasuk
organisasi keagamaan, anggota parlemen, dan kelompok lainnya sangatlah penting
untuk meningkatkan akses khususnya bagi kelompok rentan, serta untuk membangun
dukungan masyarakat dan akuntabilitas sistem kesehatan bagi masyarakat yang
dilayani.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
27
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Reduce MMR, reduce TFR, increase CPR, decrease unmet need, etc.

Peningkatan Peningkatan informasi dan pelayanan Pengembangan


Advokasi dan BCC Manajemen
pelayanan KB konseling untuk kaum muda keluarga

Tujuan strategis 1: Tersedianya sistem Tujuan strategis 2: Tujuan strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/pengelolaan Tujuan strategis 4:
PRINSIP ACUAN - Hak asasi manusia dan pendekatan kesehatan masyarakat

pelayanan KB yang merata dan berkualitas di Meningkatnya permintaan di semua jenjang dan memantapkan lingkungan yang mendukung Dikembangkannya dan
sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin penggunaan metode kontrasepsi program KB yang efektif, adil dan berkesinambungan si sektor diaplikasikannya inovasi
agar setiap warga negara dapat memenuhi modern dengan penggunaan yang pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga Negara dan riset operasional untuk
tujuan reproduksi mereka.  berkesinambungan dapat memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya.  meningkatkan efisiensi dan
efektifitas program dan
berbagi pengalaman melalui
Output 1.1: Meningkatnya ketersediaan Output 2.1: Tersedianya Output 3.1: Meningkatnya kapasitas untuk penatalayanan/ kerjasama Selatan-Selatan.
pelayanan KB dengan akses yang lebih baik dan strategi Komunikasi Perubahan pengelolaan internal dan lintas institusi di tingkat pusat, provinsi
merata di sektor pemerintah sehingga seluruh Perilaku (BCC/Behavior dan kabupaten untuk program yang efisien dan berkelanjutan
masyarakat dapat memenuhi tujuan reproduksi Change Communication) yang Output 3.2: Meningkatnya koordinasi dengan Kemenkes di Output 4.1: Praktek dan
mereka. komprehensif tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk memantapkan model terbaik tersedia untuk
Output 1.2: Dimanfaatkannya sumber daya Output 2.2: Meningkatnya kontribusi sistem kesehatan terhadap KB di berbagai tahap dalam meningkatkan kerjasama
sektor swasta untuk pemerataan akses ke keterlibatan tenaga kesehatan, siklus kesehatan reproduksi Selatan-Selatan
pelayanan KB berkualitas yang memperhatikan kelompok perempuan, dan tokoh Output 3.3: Meningkatnya kepemimpinan dan kapasitas pejabat Output 4.2: Penelitian
hak klien agama dalam menggerakkan OPD KB dan pejabat dinas kesehatan di tingkat provinsi maupun operasional untuk
Output 1.3: Meningkatnya Sistem Jaminan dukungan untuk program KB serta kabupaten/kota untuk secara efektif mengelola program KB meningkatkan efisiensi
Ketersediaan alat dan obat kontrasepsi mengatasi hambatan dalam berKB Output 3.4: Meningkatnya kapasitas untuk melakukan advokasi dan efektifitas program KB
Output 1.4: Meningkatnya kapasitas Output 2.3.: Meningkatnya berbasis bukti di semua tingkat pemerintahan dan di masyarakat diterapkan, dievaluasi, serta
sumberdaya manusia untuk menyediakan pengetahuan dan pemahaman yang terfokus pada peran penting KB dalam mencapai tujuan diperluas
pelayanan KB yang berkualitas masyarakat mengenai program pembangunan serta untuk meningkatkan visibilitas program KB
Output 1.5: Diperkuatnya sistem informasi Keluarga Berencana dan sumberdayanya
manajemen untuk menjamin kualitas, Output 3.5: Meningkatnya kapasitas dalam penyusunan
kelengkapan serta integrasi yang sejalan kebijakan berbasis bukti untuk meningkatkan efektifitas program
dengan sistem kesehatan KB dan menjamin pemerataan dan keberlanjutan program
Output 1.6: Meningkatnya kualitas pelayanan Output 3.6: Adanya sistem akuntabilitas yang fungsional yang
KB yang memperhatikan hak klien dan melibatkan masyarakat madani.
mengintegrasikan pelayanan sepanjang
kontinuum siklus kesehatan reproduksi

3.11. Output dan Kegiatan:


Untuk mendukung kerangka strategi ini, telah dikembangkan indikator-indikator untuk
setiap tujuan strategis dan output, yang dapat dilihat pada matrik kerangka logis (lampiran
3.12).

Tujuan strategis 1: Tersedianya sistem pelayanan KB yang merata dan berkualitas di sektor
pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat memenuhi tujuan
kesehatan reproduksinya. 

Tujuan strategis ini disusun dari komponen sistem kesehatan. Ada enam output yang
saling terkait.

Paket pelayanan yang diajukan meliputi: (a) Pelayanan non-klinis (Informasi Kesehatan
Reproduksi dan Seksual untuk remaja, konseling pra-nikah untuk calon pengantin,
konseling pencegahan IMS dan HIV, serta konseling pasca salin dan pasca keguguran);
(b) Pelayanan klinis untuk metode kontrasepsi modern di berbagai jenjang pelayanan,
pelayanan rujukan serta tindak lanjut dan penanganan komplikasi.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
28
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Output 1:

Output 1.1: Meningkatnya ketersediaan pelayanan KB berkualitas dengan akses yang


lebih baik dan merata di sektor pemerintah sehingga seluruh masyarakat dapat memenuhi
tujuan reproduksi mereka.
Output 1.2: Meningkatnya pemanfaatan sektor swasta dalam pemerataan pelayanan KB
berkualitas yang memperhatikan hak klien
Output 1.3: Meningkatnya kualitas sistem jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi
Output 1.4: Meningkatnya kapasitas dan ketersediaan sumberdaya manusia untuk
menyediakan pelayanan KB yang berkualitas
Output 1.5: Diperkuatnya sistem informasi manajemen program, untuk menjamin kualitas,
kelengkapan serta integrasi yang sejalan dengan sistem kesehatan
Output 1.6: Meningkatnya kualitas pelayanan KB yang memperhatikan hak klien dan
integrasi dengan siklus kesehatan reproduksi

Output 1.1: Meningkatnya ketersediaan pelayanan KB berkualitas dengan akses yang


lebih baik dan merata di sektor pemerintah sehingga seluruh masyarakat dapat memenuhi
tujuan reproduksi mereka

Kegiatan utama:
1.1.1. Mengkaji dan merevisi standar fasilitas dan pedoman yang ada untuk pelayanan
KB terpadu (dengan mempertimbangkan pengelompokkan klien berdasarkan
umur, kesamaan karakteristik, tahap reproduksi, dsb, sehingga pelanggaran hak
tidak terjadi) serta menetapkan standarisasi fasilitas kesehatan.
Keluaran (output) dari kegiatan ini adalah kesepakatan bersama (MoU) antara
Kemenkes dan BKKBN
1.1.2. Menyepakati kriteria fasilitas pelayanan KB antara BKKBN, Kemenkes dan BPJS
1.1.3. Pemetaan fasilitas pelayanan KB (pemerintah dan swasta) berdasarkan kriteria
yang telah disepakati, termasuk ketersediaan pelayanan keliling/bergerak di
daerah terpecil, perbatasan dan kepulauan dan status berfungsinya.
1.1.4. Berdasarkan hasil pemetaan, melakukan kegiatan sebagai berikut:
• Meningkatkan fungsi fasilitas berdasarkan kesenjangan yang diidentifikasi dari
pemetaan untuk mencapai akses yang merata ke metode jangka pendek dan
jangka panjang.
• Meningkatkan kualitas fasilitas terpilih sebagai sarana rujukan berdasarkan
pemetaan untuk menjamin akses yang merata.
• Memperkuat pelayanan keliling (pelayanan luar gedug pemerintah dan
pelayanan momentum) untuk menyediakan pelayanan berkualitas secara
teratur, termasuk tindak lanjut dan penanganan efek samping.
1.1.5. Akreditasi fasilitas kesehatan: mengkaji dan memperluas ruang lingkup standar
akreditasi puskesmas saat ini (yang dikembangkan oleh Bina Upaya Kesehatan/
BUK Kemenkes) sehingga mencakup pelayanan KB sebagai syarat untuk registrasi
BPJS. Terkait dengan Ouput 3.2.
1.1.6. Pelayanan Kesehatan Reproduksi yang ramah remaja
• Merevisi atau mengembangkan strategi pengenalan pelayanan ramah remaja
yang akan dilaksanakan secara bertahap dimulai dari wilayah dengan angka
fertilitas remaja tinggi.
• Mengembangkan kerjasama antara PIK remaja, Puskesmas PKPR dan pelayanan
remaja lainnya dalam melaksanakan strategi di atas

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
29
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
• Merevisi atau mengembangkan pedoman penanganan rujukan untuk pendidik
sebaya dan tenaga kesehatan di bawah koordinasi Kemenkes.
• Pelatihan petugas termasuk rujukan untuk pelayanan spesialis.
• Menyelenggarakan kampanye publik mengenai pelayanan ramah remaja.
• Memperkenalkan dan mempromosikan layanan kesehatan reproduksi bagi
remaja di luar dari layanan pemerintah.
1.1.7. Penyediaan pelayanan KB pada situasi bencana kemanusiaan yang mengacu pada
Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) untuk meningkatkan akses ke pelayanan
kontrasepsi dan kontrasepsi darurat. Pedoman ini juga meliputi penyediaan
kontrasepsi kepada korban kekerasan berbasis gender.

Output 1.2: Meningkatnya pemanfaatan sektor swasta dalam pemerataan pelayanan KB


berkualitas yang memperhatikan hak klien. Sektor swasta dalam konteks ini adalah semua
organisasi dan individu yang dalam melaksanakan kegiatannya di bidang pelayanan
kesehatan dan KB dan tidak langsung dikendalikan oleh pemerintah.

Kegiatan utama:
1.2.1. Pengembangan model bisnis kemitraan pemerintah-swasta yang berkelanjutan
melalui jaringan standarisasi model pelayanan KB swasta, dengan fokus pada
peningkatan akses ke pelayanan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Rencana
jaringan model pelayanan KB swasta mencakup jenis model secara penuh atau
parsial. Peran dan tanggungjawab jaringan ini akan didefinisikan lebih lanjut.
• Melakukan standarisasi model pelayanan KB swasta oleh Kemenkes.
Mengembangkan mekanisme pelaporan berdasarkan wilayah kerja puskesmas.
• Membuat aturan mengenai struktur tarif untuk pelayanan KB swasta
• Mengembangkan kriteria akreditasi untuk registrasi BPJS (kewajiban pelaporan
sebagai bagian dari akreditasi). Terkait dengan Ouput 3.2.
• Kemitraan dengan Asosiasi Kedokteran Swasta Indonesia dan/atau Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) untuk mengembangkan sistem jaga mutu dan memastikan
kepatuhan pada standar melalui pemantauan teratur, dll. Terkait dengan
Output 1.6.

1.2.2. Pemasaran sosial kontrasepsi (pihak swasta/LSM) untuk meningkatkan akses


pelayanan KB berkualitas di sektor swasta dengan cara membangun program
yang sudah ada atau memulai program baru, dengan menjamin kerahasian dan
mengurangi biaya (terkait dengan Output 1.1).

Output 1.3: Meningkatnya kualitas sistem jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi

Kegiatan utama:
1.3.1. Pengadaan kontrasepsi yang dijamin berkualitas, termasuk mengembangkan
sistem e-procurement (terkait dengan Output 3.1).
1.3.2. Sistem jaminan ketersediaan kontrasepsi yang berkualitas:
1.3.5.1. Melakukan revisi strategi jaminan ketersediaan komoditas kontrasepsi
yang merefleksikan pengadaan yang berkualitas.
1.3.5.2. Menjamin ketersedian komoditas KB sesuai dengan peramalan kebutuhan
alokon klien.
1.3.5.4. Mengkaji standar produsen untuk berbagai kontrasepsi dan
pelaksanaannya.
1.3.5.5. Memperbaiki pergudangan:
i. Mengkaji dan merevisi standar pergudangan BKKBN saat ini.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
30
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
ii. Mengkaji manajemen dan distribusi komoditas kontrasepsi termasuk
pemetaan kondisi gudang Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/
kota dan BKKBN/OPD KB dibandingkan dengan standar fungsionalitas
gudang dari Kemenkes.
iii. Mendukung/memfasilitasi masukan untuk memperbaiki fasilitas
sesuai standar.
iv. Mengembangkan pedoman untuk penyimpanan kontrasepsi di
rumah sakit (RS), puskesmas, dan fasilitas di bawah puskesmas.
v. Melaksanakan pelatihan untuk berbagai jenjang manajer gudang
termasuk farmasis/apoteker di fasilitas lebih rendah (farmasi/
manajer gudang di fasilitas swasta yang menyediakan pelayanan KB
diikutsertakan dalam pelatihan ini).
vi. Memantauan kepatuhan terhadap standar di semua jenjang,
termasuk di fasilitas pelayanan swasta oleh petugas tingkat nasional
(pemantauan tingkat provinsi), petugas tingkat provinsi (pemantauan
tingkat kabupaten/kota – fasilitas utama sektor pemerintah dan
swasta), petugas tingkat kabupaten/kota (pemantauan puskesmas
serta fasilitas sektor pemerintah, swasta, dan penyedia pelayanan
lainnya).
1.3.3. Memperkuat manajemen rantai pasokan: Evaluasi tiga model yang sedang
dilaksanakan untuk melihat efisiensi, cost-effectiveness, dan keberlangsungan
(ketiga model tersebut adalah perbaikan sistem distribusi BKKBN, menggunakan
sistem yang terintegrasi dengan Kemenkes dan menggunakan distribusi melalui
pos).
1.3.4. Memperkuat Sistem Informasi Manajemen Logistik dan peramalan:
1.3.4.1. Mengkaji Sistem Informasi Manajemen Logistik yang ada dan menilai
efektivitasnya untuk memprediksi stock-out dan membuat perubahan
jika diperlukan.
1.3.4.2. Mengembangkan kapasitas peramalan di tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota serta rumah sakit dan puskesmas. Terkait dengan Ouput
1.4)

Output 1.4: Meningkatnya kapasitas dan ketersediaan sumberdaya manusia untuk


menyediakan pelayanan KB yang berkualitas

Kegiatan utama:
1.4.1. Pelayanan KB yang berkualitas dengan dukungan sumber daya manusia yang
memiliki kapasitas
1.4.1.1. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan untuk pelayanan KB
1.4.1.2. Melaksanakan pelatihan pre-service KB:
i. Mengkaji kurikulum yang ada dan memperkuat pelatihan KB selama
berada di bagian Obstetri dan Gineakologi (O&G) dan saat magang.
ii. Mengembangkan materi KB di kurikulum pelatihan dasar untuk bidan
1.4.1.3. Mengembangkan sistem pelatihan in-service pelayanan KB untuk para
bidan, dokter, dan perawat sesuai dengan kapasitas dan kewenangann
i. Mengkaji kualitas pelatihan yang dilaksanakan di tingkat kabupaten/
kota termasuk menilai keterampilan pelatih, proses sertifikasi di
lapangan dan keterlibatan unit pelatihan Kemenkes, sistem informasi
manajemen pelatihan, analisis alokasi dana untuk pelatihan dan
tindak lanjutnya di berbagai jenjang.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
31
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
ii. Menyusun strategi pengembangan pelatihan berdasarkan
regulasi terbaru mengenai pelatihan in-service dan sertifikasinya
termasuk pelatihan tindak lanjut di tingkat kabupaten/kota (untuk
pengembangan profesional yang berkelanjutan) dan kendali mutu
pelatihan.
iii. Revisi modul pelatihan yang ada jika diperlukan berdasarkan penilaian
di atas.
iv. Memperbaiki sistem informasi manajemen untuk dapat ditindaklanjuti
oleh institusi pelatihan dan dilaporkan ke BKKBN dan divisi pelatihan
Kemenkes/PPSDM (ini harus dihubungkan dengan sistem informasi
tenaga kesehatan, untuk sektor pemerintah dan swasta.
v. Pelatihan pelayanan KB untuk petugas kesehatan dengan modul
pelatihan yang sudah direvisi (termasuk pemberian konseling) dan
diintegrasikan dengan tindak lanjut pasca pelatihan (terkait dengan
Output 1.1, dan 3.2).
1.4.1.4. Mengembangkan konsensus mengenai peran perawat dalam KB dan
memperluas cakupan pelayanan KB oleh bidan.
i. Mengembangkan konsensus dan strategi untuk pelatihan implant untuk
perawat dan memperluas cakupan pelayanan KB oleh bidan.
ii. Mengembangkan regulasi yang mendukung kegiatan pelatihan implan
untuk perawat dan perluasan cakupan pelayanan KB oleh bidan (terkait
dengan output 3.1)

1.4.2 Manajemen program


1.4.2.1. Melaksanakan pelatihan sistem informasi manajemen (terkait dengan
Output 1.5).
1.4.2.2. Melaksanakan pelatihan manajemen program KB (termasuk perencanaan,
pembiayaan, dan monev) termasuk kepemimpinan untuk pengelola
program tingkat provinsi dan kabupaten/kota di OPD KB maupun Dinas
Kesehatan (terkait dengan Output 3.3).
1.4.2.3. Melaksanakan pelatihan Jaga mutu untuk penyelia dan pengelola
program (terkait dengan Output 1.6).
1.4.2.4. Melaksanakan pelatihan pergudangan, sistem informasi manajemen
logistik dan peramalan (terkait dengan Output 1.3).

Output 1.5: Diperkuatnya sistem informasi manajemen program, untuk menjamin kualitas,
kelengkapan serta integrasi yang sejalan dengan sistem kesehatan

Kegiatan utama:
1.5.1. Melakukan kajian sistem pencatatan dan pelaporan saat ini.
• Tinjauan bersama antara BKKBN dengan Kemenkes mengenai sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB pada tingkat kabupaten/kota
hingga pusat yang meliputi format pelaporan, mekanisme pelaporan, sistem
pengumpulan data dan validasi data
1.5.2. Mengembangkan sistem pelaporan KB terpadu dari fasilitas kesehatan termasuk
fasilitas kesehatan sektor swasta.
1.5.3. Membangun kapasitas para penyedia untuk mengkaji dan menganalisa Sistem
Informasi Manajemen (SIM) (terkait dengan Output 1.4).
1.5.4. Mengembangkan sistem yang melakukan penelusuran klien melalui tickler files
(system pelacakan perorangan), serta sistem siaga yang terkomputerisasi (terkait
dengan Tujuan strategis 4).

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
32
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
1.5.5. Mengembangkan proyek percontohan untuk pelaporan elektronik (terkait dengan
Tujuan strategis 4).

Output 1.6: Meningkatnya kualitas pelayanan KB yang memperhatikan hak klien dan
integrasi dengan siklus kesehatan reproduksi

Kegiatan utama:
1.6.1. Mengkaji standar pelayanan KB yang ada (konseling – untuk metode umum
dan khusus, instruksi mengenai penggunaan metode, prosedur, rujukan, tindak
lanjut, penapisan infeksi menular seksual dan HIV serta perlindungan ganda) dan
melakukan revisi jika diperlukan (terkait dengan 3.2).
• Konseling pra-nikah, pelayanan ramah remaja (tenaga kesehatan bekerjasama
dengan organisasi keagamaan dengan mengikuti pedoman Kemenkes,
rujukkan ke pelayanan ramah remaja dan tindak lanjut.
• Pelayanan pasca salin dan pasca keguguran untuk klien.
• Promosi metode kontrasepsi jangka panjang dan permanen.
1.6.2. Membangun sistem jaga mutu/perbaikan kualitas
1.6.2.1. Mengkaji sistem jaga mutu pelayanan KB yang ada – pedoman,
implementasi, efisiensi, dan efektifitas.
1.6.2.2. Meningkatkan sistem jaga mutu untuk KB yang terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan ibu dan membentuk siklus jaga mutu di berbagai
jenjang sistem kesehatan dan KB.
1.6.2.3. Mengkaji uraian kerja para penyelia di dinas kesehatan kabupaten/kota
serta di OPD KB untuk menjamin bahwa deskripsi pekerjaan ini meliputi
tanggungjawab penyeliaan serta melakukan revisi deskripsi pekerjaan
untuk mengatasi kesenjangan.
1.6.2.4. Membangun kapasitas penyelia (Bidan Koordinator dan lainnya) dalam
melakukan supervisi fasilitatif dan jaga mutu (terkait dengan Output 1.4).
1.6.2.5. Menciptakan lingkungan yang mendukung untuk menjamin bahwa
kegiatan penyeliaan mendapat dukungan.
1.6.2.6. Pembentukan sistem pemantauan yang berkualitas dan berkelanjutan
serta melakukan tindakan perbaikan.
1.6.3. Melibatkan berbagai organisasi masyarakat untuk memastikan kualitas terjamin.

Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan penggunaan metode kontrasepsi


modern dengan penggunaan yang berkesinambungan
Output

Output 2.1: Tersedianya strategi Komunikasi Perubahan Perilaku yang komprehensif


Output 2.2: Meningkatnya keterlibatan tenaga kesehatan, kelompok perempuan, dan
tokoh agama dalam menggerakkan dukungan untuk program KB serta mengatasi
hambatan dalam ber-KB
Output 2.3: Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai program
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

Output 2.1: Tersedianya strategi Komunikasi Perubahan Perilaku yang komprehensif

Kegiatan utama:
2.1.1. Memperbarui/mengembangkan strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
untuk perubahan perilaku yang komprehensif, terarah dan mencakup:
• komponen pemantauan dan evaluasi

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
33
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
• strategi khusus untuk mempertahankan kinerja di kabupaten/kota dengan
kinerja yang baik serta memperbaiki kinerja di kabupaten/kota dengan kinerja
yang buruk
• fokus pada keterlibatan pria
• fokus pada pemberian informasi kepada remaja
2.1.2. Meningkatkan kapasitas petugas terkait untuk melaksanakan strategi Komunikasi
Perubahan Perilaku.
2.1.3. Mengembangkan materi muatan lokal dan menyebarkan materi tersebut dengan
menggunakan saluran komunikasi strategis dengan jangkauan maksimum.
• Pesan inti untuk menangani hambatan budaya dan agama serta informasi
yang tidak tepat mengenai kontrasepsi, sesuai kebutuhan. Pesan bersifat
sensitif terhadap gender dan ditargetkan kepada kelompok-kelompok khusus.
• Integrasi pesan KB dengan pesan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta
pesan mengenai pencegahan HIV dan infeksi menular seksual.
2.1.4. Pencetakan dan distribusi poster dan brosur mengenai KB dan menjamin
ketersediaan materi ini di puskesmas, polindes, podes, dan rumah sakit.
2.1.5. Mengembangkan sistem pengkajian yang teratur untuk melihat jangkauan
saluran media dan dampak dari pesan-pesan yang dikembangkan.
2.1.6. Mengembangkan sistem penyebaran pesan KB melalui telepon genggam (terkait
dengan Output 1.6).
2.1.6.1. Mengembangkan rencana penggunaan pesan melalui telepon genggam
untuk mengingatkan waktu mendapatkan pelayananan KB ulang serta
memberikan informasi lainnya.
2.1.7. Memasukkan pesan kesehatan reproduksi dan KB dalam sesi pendidikan/
promosi kesehatan selama pelayanan antenatal, pelayanan kesehatan anak, serta
pengobatan infeksi menular seksual dan HIV melalui koordinasi antara OPD KB
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.

Output 2.2: Meningkatnya keterlibatan tenaga kesehatan, kelompok perempuan, dan


tokoh agama dalam menggerakkan dukungan untuk program KB serta mengatasi
hambatan dalam ber-KB

Kegiatan utama:
2.2.1. Mendukung organisasi keagamaan dan masyarakat untuk mempromosikan KB
dalam kegiatan keagamaan dan menggunakan kesempatan seperti konseling
pra-nikah.
2.2.2. Memperkuat komponen KB dalam Posyandu
• Aktivasi pelayanan KB di meja ke 5 Posyandu
• Tenaga kesehatan mempromosikan KB ketika mendaftarkan para ibu,
menimbang anak-anak, dll.
2.2.3. Meninjau dan mengembangkan sistem insentif berdasarkan kinerja kepada tenaga
kesehatan untuk meningkatkan keterlibatan laki-laki, pemuda, dan masyarakat
(terkait dengan Output 3.5).
2.2.3.1. Menyediakan materi untuk meningkatkan keterlibatan laki-laki melalui
pendidikan dan diskusi di tingkat desa.
2.2.3.2. Mengembangkan insentif berdasarkan kinerja kepada tenaga kesehatan
untuk meningkatkan keterlibatan laki-laki, pemuda, dan masyarakat.
2.2.4 Meningkatkan kapasitas pimpinan pemuda sebagai pendidik sebaya untuk
informasi dan pelayanan KB bagi remaja dan pemuda.
2.2.5. Mengembangkan strategi untuk menghidupkan kembali upaya berbasis
masyarakat yang sukses di masa lalu dengan mengkaji secara mendalam evaluasi

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
34
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
gerakan ini untuk mengidentifikasikan kesenjangan dan mengembangkan
rencana mengatasi kesenjangan tesebut yang relevan dengan situasi saat ini.
2.2.6. Memastikan ketersediaan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB/PKB)
untuk meningkatkan permintaan program KB.

Output 2.3: Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai program


keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

Kegiatan utama:
2.3.1. Melakukan advokasi kepada berbagai pemangku kepentingan dan mitra kerja
lainnya melalui media, audiensi serta forum dan kegiatan lainnya
2.3.2. Melakukan promosi dan KIE Program KB melalui berbagai media (media massa
cetak dan elektronik, media sosial, media luar ruang dan media lini bawah
2.3.3. Melakukan promosi dan KIE Program KB melalui Tenaga Lini Lapangan

Tujuan strategis 3: Meningkatnya penatalayanan/pengelolaan di semua jenjang


dan memantapkan lingkungan yang mendukung program KB yang efektif, adil dan
berkesinambungan si sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap
warga Negara dapat memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya. 

Output

Output 3.1: Meningkatnya kapasitas untuk penatalayanan/pengelolaan internal dan


lintas institusi di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten untuk program yang efisien dan
berkelanjutan
Output 3.2: Meningkatnya koordinasi antara BKKBN dan Kemenkes di tingkat pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota untuk memantapkan integrasi program KB dan kesehatan
reproduksi dalam sistem kesehatan.
Output 3.3: Meningkatnya kepemimpinan dan kapasitas pejabat OPD KB dan pejabat
dinas kesehatan di tingkat kabupaten/kota untuk secara efektif mengelola program KB.
Output 3.4: Meningkatnya kapasitas untuk melakukan advokasi berbasis bukti di semua
tingkat pemerintahan dan di masyarakat yang terfokus pada peran penting KB dalam
mencapai tujuan pembangunan serta untuk meningkatkan visibilitas program KB dan
sumberdayanya.
Output 3.5: Meningkatnya kapasitas dalam penyusunan kebijakan berbasis bukti untuk
meningkatkan efektifitas program KB dan menjamin pemerataan dan keberlanjutan
program.
Output 3.6: Tersedianya sistem akuntabilitas yang melibatkan masyarakat.

Output 3.1: Meningkatnya kapasitas untuk penatalayanan/pengelolaan internal dan


lintas institusi di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten untuk program yang efisien dan
berkelanjutan.

Kegiatan utama:
3.1.1. Mengawasi dan membimbing penyediaan pelayanan keluarga berencana
(pemerintah dan swasta) untuk melindungi hak reproduksi masyarakat.
3.1.1.1. Mengembangankan pedoman untuk topik berikut ini:
i. Membangun kerjasama dan koalisi lintas sektor termasuk masyarakat
madani di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota untuk
mempengaruhi faktor yang menentukan program KB.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
35
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
ii. Pedoman bagi OPD KB dalam memberikan advokasi program KB
dan bekerjasama dengan Kemenkes untuk memantau penyediaan
pelayanan KB.
iii. Peran sektor swasta dalam pengadaan pelayanan KB dan tanggung­
jawabnya.
iv. Peraturan mengenai perencanaan pengukuran kinerja yang berbasis
hak.
v. Penentuan target untuk provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan tren
penggunaan KB, dengan fokus pada keadilan (dengan menggunakan
data tingkat kabupaten/kota yang dianalisis oleh BKKBN).
vi. Mobilisasi masyarakat untuk menggunakan KB.
3.1.1.2. Melakukan orientasi mengenai pedoman di atas untuk petugas yang
berwenang.
3.1.1.3 Memantau kepatuhan pada pedoman dan sistem
3.1.2. Pengadaan Kontrasepsi
3.1.2.1. Melaksanakan peraturan mengenai pengadaan komoditas dengan
kualitas yang terjamin (komoditas yang memenuhi standar pre-kualifikasi
WHO).
3.1.2.2. Mengembang sistem e-procurement
3.1.3. Pengembangan sistem
3.1.3.1. Mengembangkan sistem pendanaan berbasis kinerja untuk kabupaten/
kota yang mencapai sasaran program KB yang disepakati sebelumnya
(transfer dana dari BKKBN ke kabupaten/kota yang mencapai target).
3.1.4. Pemantapan kerjasama lintas sektor
3.1.4.1. Mengkaji perjanjian dan menyusun perjanjian (Memorandum of
Understanding/MOU) atau keputusan bersama lintas kementrian
yang ditandatangani dengan kementerian terkait seperti Kementrian
Kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, dan
institusi lainnya untuk mempromosikan dan memperluas pelayanan dan
keberlangsungan program KB dan melakukan perubahan jika dibutuhkan.
3.1.5. Pengembangan kapasitas
3.1.5.1. Mengembangkan kapasitas staf BKKBN tingkat provinsi untuk
melaksanakan analisis anggaran KB di tingkat kabupaten/kota dari
berbagai sumber, yang dilakukan secara tahunan, untuk menjamin alokasi
yang memadai menurut standar minimum.

Output 3.2: Meningkatnya koordinasi dengan Kemenkes di tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota untuk memantapkan kontribusi sistem kesehatan terhadap KB di berbagai
tahap dalam siklus kesehatan reproduksi.

Kegiatan utama:
3.2.1. Berdasarkan perjanjian (Memorandum of Understanding/MOU) yang ditanda­
tangani oleh Kemenkes untuk memperkuat kontribusi sistem kesehatan di
program KB:
3.2.1.1. Mengkaji dan merevisi standar dan pedoman yang ada untuk pelayanan
KB terpadu.
3.2.1.2. Mengkaji standar pelayanan KB dan melakukan pemutahiran di bawah
koordinasi Kemenkes dan bekerjasama dengan organisasi profesi
untuk menjamin tidak adanya hambatan dalam sistem kesehatan dan
terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lainnya menurut kontinuum
pelayanan kesehatan reproduksi (Berhubungan dengan Output 1.6).

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
36
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
3.2.1.3. Mengembangkan mekanisme untuk sertifikasi pelatihan KB, integrasi
dengan Sistem Informasi Kesehatan, jaminan ketersediaan kontrasepsi
dan supervisi (linked to Outputs1.5, 1.3).
3.2.2. Mengembangkan strategi untuk memantapkan program KB pasca-salin dan
pasca-aborsi.
3.2.3. Mengembangkan kriteria untuk akreditasi fasilitas pelayanan KB baik sektor
pemerintah maupun swasta yang dikembangkan sebagai syarat registrasi BPJS
(Terkait dengan 1.1. 1.2).
3.2.4. Melakukan koordinasi pelatihan KB di tingkat kabupaten/kota antara OPD KB dan
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sejak tahap perencanaan.
3.2.5. Merencanakan kunjungan supervisi bersama antara PLKB/PKB dan bidan
koordinator secara teratur dan menciptakan lingkungan yang mendukung seperti
persetujuan kegiatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota, alokasi dana yang
memadai untuk perjalanan, dan sebagainya.

Output 3.3: Meningkatnya kepemimpinan dan kapasitas pejabat OPD KB dan pejabat
Kesehatan Kabupaten/kota untuk secara efektif mengelola program KB.

Kegiatan utama:
3.3.1. Mengkaji peran dan tanggungjawab Dinas Kesehatan Kabupaten/kota serta OPD
KB untuk mengidentifikasi area kerjasama yang potensial.
3.2.2. Meningkatkan kapasitas pejabat OPD KB dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
dalam:
3.3.2.1. Perencanaan, pengembangan rencana kerja, analisis anggaran dan
advokasi untuk meningkatkan sumberdaya (sumber daya finansial
maupun sumber daya manusia) untuk program KB.
3.3.2.2. Advokasi kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kelompok
perempuan untuk membahas pentingnya KB untuk pembangunan sosial
ekonomi serta pentingnya alokasi yang memadai untuk pelayanan dan
anggaran operasional program KB.
3.3.2.3. Membentuk mekanisme Jaga Mutu/Perbaikan Mutu (terkait dengan
Output 1.6).
3.3.3. Memantau pelaksanaan standar minimum
3.3.4. Mendukung pejabat OPD KB dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk
mengadakan pertemuan secara teratur dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,
dan kelompok perempuan untuk advokasi.

Output 3.4: Meningkatnya kapasitas untuk melakukan advokasi berbasis bukti di semua
tingkat pemerintahan dan di masyarakat yang terfokus pada peran penting KB dalam
mencapai tujuan pembangunan serta untuk meningkatkan visibilitas program KB dan
sumberdayanya

Kegiatan utama:
3.4.1. Mengembangkan strategi kabupaten/kota yang komprehensif untuk advokasi
program KB (berdasarkan strategi nasional) dengan peta jalan untuk implementasi
strategi pada semua jenjang termasuk di tingkat masyarakat serta menyusun
daftar tilik untuk memantau implementasi strategi ini.
3.4.2. Mengembangkan materi pelatihan untuk pelatihan petugas media dan anggota
parlemen dalam memberikan advokasi KB.
3.4.3. Memantau pelaksanaan upaya advokasi

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
37
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Output 3.5: Meningkatnya kapasitas dalam penyusunan kebijakan berbasis bukti
untuk meningkatkan efektifitas program KB dan menjamin pemerataan dan
keberlanjutan program

Kegiatan utama:
3.5.1. Melaksanakan kajian khusus tingkat provinsi mengenai kontribusi KB terhadap
pembangunan sosial ekonomi dan pencapaian tujuan pembangunan.
3.5.2. Mendukung pejabat KB tingkat kabupaten/kota dalam melakukan analisis alokasi
anggaran tahunan untuk pelayanan KB, terutama untuk melacak anggaran
operasional.
3.5.3. Mengembangkan kebijakan sumberdaya manusia setempat yang mendukung
program yang efektif, adil, dan berkelanjutan. Beberapa contohnya adalah: uraian
kerja dan seleksi Kepala OPD, penempatan bidan yang adil, kebijakan mengenai
rotasi jabatan, penyesuaian antara pekerjaan dan kualifikasi, insentif berdasarkan
kinerja untuk petugas kesehatan, dan sebagainya. Area kebijakan baru yang yang
perlu dikembangkan meliputi uraian kerja PLKB/PKB, mekanisme perekrutan,
distribusi (di jenjang mana di organisasi kabupaten), pemantauan kinerja, dll.
3.5.4. Mengkaji biaya transportasi untuk klien yang ingin mendapatkan pelayanan
sterilisasi dan tidak tinggal dekat dengan rumah sakit (terkait dengan Output 1.1
dan Tujuan strategis 4).
3.5.5. Memberikan orientasi kepada Bupati/Walikota dan anggota parlemen tentang
pentingnya KB dalam meningkatkan kesehatan ibu dan pembangunan sosial
ekonomi serta perlunya alokasi anggaran yang memadai untuk pelayanan dan
manajemen program.
3.5.6. Meningkatkan kapasitas BAPPEDA untuk memasukkan KB ke rencana daerah.

Output 3.6: Adanya sistem akuntabilitas yang fungsional yang melibatkan masyarakat
madani.

Kegiatan utama:
3.6.1. Membangun kapasitas kelompok perempuan (kelompok kerja Hak dan
Pemberdayaan) dan kelompok masyarakat madani lainnya sebagai pengawas
untuk memantau pelanggaran hak klien, akses remaja dan pemuda ke pelayanan,
dll. (terkait dengan Output 1.6).
3.6.2. Membentuk komite di Puskesmas dan rumah sakit dan membangun kapasitas
mereka untuk menjamin hak klien terlindungi.

Tujuan strategis 4: Dikembangkannya dan diaplikasikannya inovasi dan riset


operasional untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program serta berbagi
pengalaman melalui kerjasama Selatan-Selatan.

Output:

Output 4.1: Tersedianya model percontohan untuk meningkatkan kerjasama Selatan-


Selatan
Output 4.2: Terlaksananya penelitian operasional untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas program KB dan kesehatan reproduksi

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
38
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Output 4.1: Tersedianya model percontohan untuk meningkatkan kerjasama Selatan-
Selatan

Kegiatan utama:
4.1.1. Evaluasi dan dokumentasi inovasi dalam program KB yang dilaksanakan di dalam
negeri (termasuk proyek yang didanai oleh mitra pembangunan internasional)
untuk kemungkinan replikasi.
4.1.2. Identifikasi model untuk direplikasi dan dipromosikan dalam Kerjasama Selatan-
Selatan.

Output 4.2: Penelitian operasional untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program
KB diterapkan, dievaluasi, serta diperluas.

Kegiatan utama:
4.2.1. Melaksanakan penelitian operasional untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas
perencanaan program KB dan melakukan evaluasinya.
4.2.2. Mengidentifikasi penelitian operasional yang efektif untuk dipromosikan dalam
kerjasama Selatan-Selatan.

3.12. Kerangka Pemantauan dan Evaluasi


Pelaksanaan strategi akan dipantau dan dimonitor dengan menggunakan indikator yang
diusulkan di butir 3.15 dan Track 20. Di samping pemantauan yang akan dilaksanakan oleh
pemangku kepentingan utama (BKKBN, Kemenkes dan lainnya), organisasi masyarakat,
seperti yang dijelaskan di Output 3.6, di bawah kepemimpinan kelompok kerja Hak dan
Pemberdayaan akan memantau pelaksanaan program dari perspektif hak.

3.13. Indikator
Dokumen Strategi Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
dan Kesehatan Reproduksi Terintegrasi ini mengacu kepada indikator dampak yang
tertuang di dalam dokumen RPJMN. Indikator yang digunakan di dalam strategi ini juga
selaras dengan indikator Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable Development
Goals/SDG). Untuk setiap output diusulkan satu indikator yang bisa digunakan untuk
pemantauan pencapaian. Indikator lainnya yang dapat digunakan untuk memantau
pencapaian kegiatan dijabarkan di dalam lampiran.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
39
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
40
Sumber Lembaga yang Bertanggungjawab
Tujuan dan Hasil Indikator Kinerja Definisi Operational
Data
Tujuan (RPJMN 2015-2019 ) Angka Kematian Ibu Jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, SDKI Pusat: BKKBN, Kemenkes, Kemendagri,
(MMR) persalinan dan dalam masa 42 hari pasca persalinan per SUPAS BAPPENAS, Kemendesa, MenegPP,
100.000 kelahiran hidup pada periode tertentu. Angka SENSUS BPS, Organisasi Profesi, LSM, mitra
pengukuran risiko kematian wanita yang berkaitan pembangunan
dengan peristiwa kehamilan.
Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes Provinsi,
Angka Fertilitas Total Jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan oleh seorang SDKI
BAPPEDA Provinsi, organisasi profesi, LSM
(TFR) perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila SUPAS
perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR SENSUS
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
dihitung.
Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten,
Angka Kelahiran Remaja Jumlah kelahiran pada perempuan umur 15-19 tahun pada SDKI organisasi profesi, LSM
(ASFR 15-19) periode tertentu diantara jumlah penduduk perempuan
umur 15-19 tahun pada periode yang sama, yang
dinyatakan dalam 1000 perempuan 15-19 tahun.
Tingkat Pemakaian Jumlah pasangan (perempuan dan/atau laki-laki) usia SDKI
Kontrasepsi (CPR) reproduktif (15-49 tahun) yang menggunakan suatu metode SUSENAS
kontrasepsi dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia
Subur (PUS) dalam periode tertentu, dikali 100.
Tingkat Pemakaian Jumlah pasangan (perempuan dan/atau laki-laki) usia SDKI
Kontrasepsi modern reproduktif (15-49 tahun) yang menggunakan suatu metode SUSENAS
(mCPR) kontrasepsi modern dibandingkan dengan jumlah Pasangan
Usia Subur (PUS) dalam periode tertentu, dikali 100.
Kebutuhan KB yang Jumlah perempuan usia subur yang tidak ingin memiliki SDKI

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
tidak terpenuhi (Unmet anak atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi
needs) tidak menggunakan metode kontrasepsi dibandingkan
dengan jumlah peremouan usia subur dalam periode
tertentu, dikali 100.
Proporsi PUS yang Jumlah pasangan (perempuan dan/atau laki-laki) usia SDKI
menggunakan metode reproduktif (15-49 tahun) yang menggunakan suatu metode Susenas
jangka panjang jangka panjang dibandingkan dengan jumlah pasangan

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
usia subur (PUS) dalam periode satu terakhir, dikali 100.
Proporsi klien usia 30-49 Jumlah pasangan (perempuan dan/atau laki-laki) usia SDKI Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS, organisasi
tahun yang menggunakan reproduktif (30-49 tahun) yang menggunakan suatu metode Susenas profesi, mitra pembangunan
metode jangka panjang kontrasepsi jangka panjang dan permanen dibandingkan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes Provinsi,
dan permanen dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang BPJS, organisasi profesi
menggunakan suatu metode kontraspesi. Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BPJS, organisasi profesi
Proporsi kebutuhan KB Jumlah pasangan (perempuan dan/atau laki-laki) usia SDKI Pusat: BKKBN, Kemenkes
yang terpenuhi untuk reproduktif (15-49 tahun) yang menggunakan suatu metode Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes Provinsi
metode kontrasepsi kontrasepsi dibandingkan dengan total jumlah Pasangan Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
modern Usia Subur (PUS) yang menggunakan suatu metode Kabupaten
kontrasepsi, dalam periode tertentu dan jumlah kontrasepsi
yang tidak terpenuhi, dikali 100.
Tingkat putus pakai untuk Jumlah putus pakai kontrasepsi pada masing-masing durasi SDKI Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS, organisasi
metode kontrasepsi pemakaian setiap bulan dibandingkan dengan jumlah profesi, LSM
tertentu seluruh bulan pemakaian. Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes Provinsi,
Angka putus pakai setiap bulan kemudian dihitung secara BPJS, organisasi profesi, LSM
kumulatif untuk mendapatkan angka satu tahun. Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BPJS, organisasi profesi, LSM
Tujuan strategis 1:
Tersedianya sistem pelayanan KB berkualitas yang merata dan berkualitas di sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat memenuhi tujuan kesehatan
reproduksinya. 

Output 1.1: Jumlah faskes pemerintah Jumlah fasilitas kesehatan swasta yang terakreditasi untuk Laporan Pusat: Kemenkes, BPJS, BKKBN, Asosiasi
Meningkatnya ketersediaan yang terakreditasi untuk memberikan pelayanan KB, dalam satu tahun terakhir BKKBN, fasilitas swasta
pelayanan KB dengan akses yang pelayanan KB Kemenkes, Provinsi: Dinkes Provinsi, BPJS, BKKBN
lebih baik dan merata di sektor BPJS dan provinsi, Asosiasi fasilitas swasta
pemerintah sehingga seluruh jajarannya Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten, BPJS,
masyarakat dapat memenuhi OPD KB, Asosiasi fasilitas swasta
tujuan reproduksinya

Output 1.2: Meningkatnya Jumlah fasilitas kesehatan Jumlah fasilitas kesehatan swasta yang terdaftar di BPJS Laporan Jumlah fasilitas kesehatan swasta yang
pemanfaatan sektor swasta dalam swasta dan jejaringnya yang menyediakan minimal 5 metode KB jangka panjang, Kemenkes, terdaftar di BPJS yang menyediakan
pemerataan akses ke pelayanan KB yang bekerjasama dalam satu tahun terakhir BKKBN, minimal 5 metode KB jangka panjang,
berkualitas yang memperhatikan dengan dan menyediakan BPJS dan dalam satu tahun terakhir
hak klien. pelayanan KB MKJP jajarannya

Output 1.3:Meningkatnya Sistem Persentase stockout Persentase fasilitas yang mengalami stock-out untuk jenis Laporan Pusat: BKKBN
Jaminan Ketersediaan alat dan menurut jenis kontrasepsi kontrasepsi tertentu pada saat dilakukan asesmen, dalam BKKBN dan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes Provinsi,
obat kontrasepsi. di fasilitas, jaringan dan satu tahun terakhir jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
jejaringnya Kabupaten, BPJS

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
41
42
Output 1.4: Meningkatnya Rasio SDM KB (nakes dan Perbandingan jumlah SDM untuk KB dibandingkan dengan Laporan Pusat: BKKBN
kapasitas dan ketersediaan PLKB/PKB) per populasi jumlah penduduk di suatu wilayah kerja, dalam satu tahun BKKBN, Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes Provinsi,
sumberdaya manusia untuk sesuai standar terakhir Kemenkes, Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
menyediakan pelayanan KB yang BPJS dan Kabupaten, BPJS
berkualitas. jajarannya
Proporsi nakes yang Perbandingan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi Laporan Pusat: Kemenkes, organisasi profesi
memiliki kompetensi untuk memberikan pelayanan kontrasepsi dibandingkan Kemenkes Provinsi: Dinkes Provinsi, organisasi
untuk memberikan dengan jumlah keseluruhan tenaga kesehatan, dalam satu dan profesi
pelayanan kontrasepsi dan tahun terakhir jajarannya Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten,
MKJP organisasi profesi
Output 1.5: Diperkuatnya sistem Tersedianya satu laporan Adanya laporan KB yang mengintegrasikan data dari dinas Laporan Pusat: Bappenas, Kemenkes, BKKBN
informasi manajemen untuk KB yang yang terintegrasi kesehatan/kota serta OPD KB, dalam satu tahun terakhir BKKBN, Provinsi: BAPPEDA, Dinkes Provinsi,
menjamin kualitas, kelengkapan dari faskes Kemenkes BKKBN provinsi
serta integrasi yang sejalan dan Kabupaten/Kota: BAPPEDA, Dinkes
dengan sistem kesehatan. jajarannya Kabupaten, OPD KB
Output 1.6: Meningkatnya Proporsi pengguna Perbandingan jumlah pengguna kontrasepsi yang SDKI Pusat: BPS, Kemenkes, BKKBN
kualitas pelayanan KB yang kontrasepsi yang mendapatkan informed consent dibandingkan dengan Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN Provinsi
memperhatikan hak klien dan mendapatkan inform seluruh pengguna kontrasepsi, dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten, OPD
mengintegrasikan pelayanan consent KB
sepanjang kontinuum siklus
Proporsi pengguna Perbandingan jumlah pengguna kontrasepsi pasca Laporan Pusat: Kemenkes, BPJS, BKKBN
kesehatan reproduksi.
kontrasepsi pasca persalinan dibandingkan dengan junlah seluruh klien pasca Kemenkes Provinsi: Dinkes Provinsi, BPJS, BKKBN
persalinan salin, dalam satu tahun terakhir dan provinsi
jajarannya Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten, OPD
KB

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Tujuan strategis 2:
Meningkatnya permintaan penggunaan metode kontrasepsi modern dengan penggunaan yang berkesinambungan

Output 2.1: strategi Komunikasi Tersedianya strategi Adanya strategi komunikasi perubahan perilaku yangs Laporan Pusat: BKKBN
Perubahan Perilaku (Behavior komunikasi perubahan sesuai dengan kondisi local di suatu wilayah tertentu BKKBN dan Provinsi: BKKBN provinsi
Change Communication) yang perilaku yang sesuai jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB
komprehensif. dengan kondisi lokal

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
Output 2.2: Meningkatnya Jumlah kegiatan Jumlah kegiatan penggerakan masayarakt dalam program Laporan Pusat: BKKBN
keterlibatan tenaga kesehatan, penggerakan masyarakat KB yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat, BKKBN dan Provinsi: BKKBN provinsi
kelompok perempuan, dan tokoh dalam program KB oleh dalam satu tahun terakhir jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB
agama dalam menggerakkan berbagai kelompok
dukungan untuk program KB masyarakat
serta mengatasi hambatan dalam
ber-KB.
Output 2.3: Meningkatnya Proporsi masyarakat (15- Perbandingan jumlah masyarakat usia 15-49 tahun, baik SDKI Pusat: BKKBN
pengetahuan dan pemahaman 49 tahun) baik laki-laki laki-laki maupun perempuan yang memiliki pengetahuan Provinsi: BKKBN provinsi
masyarakat mengenai program maupun perempuan yang mengenai metode KB dibandingkan dengan seluruh jumlah Kabupaten/Kota: OPD KB
Keluarga Berencana dan kesehatan memiliki pengetahuan masyarakat usia 15-49 tahun
reproduksi mengenai kontrasepsi
(sesuai dg SDKI) dan
kesehatan reproduksi
Tujuan strategis 3:
Meningkatnya penatalayanan/ pengelolaan di semua jenjang dan memantapkan lingkungan yang mendukung program KB yang efektif, adil dan berkesinambungan si sektor pemerintah
dan swasta untuk menjamin agar setiap warga Negara dapat memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya. 
Output 3.1: Tersedianya dokumen Adanya dokumen RPJMD yang memuat perencanaan Laporan Pusat: Kemenkes, BKKBN, BAPPENAS
Meningkatnya kapasitas untuk perencanaan program KB program KB yang terintegrasi dengan sektor lainnya, dalam Kementerian Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN provinsi,
penatalayanan/pengelolaan terintegrasi dengan lintas satu tahun terakhir Kesehatan, BAPPEDA
internal dan lintas institusi di sektor lainnya di dalam BKKBN dan Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten, OPD
tingkat pusat, provinsi dan RPJMD jajarannya KB, BAPPEDA
kabupaten untuk program yang
efisien dan berkelanjutan
Output 3.2: Berfungsinya forum Adanya forum koordinasi lintas sektor untuk program KB Laporan Pusat: BAPPENAS, Kemenkes, BKKBN
Meningkatnya koordinasi antara koordinasi lintas sektor yang berfungsi. BKKBN, Provinsi: BAPPEDA, Dinkes Provinsi,
BKKBN dan Kemenkes di tingkat dalam program KB di Kemenkes BKKBN provinsi
pusat, provinsi, dan kabupaten/ tingkat pusat, provinsi dan Kriteria berfungsi akan disepakati lebih lanjut dan Kabupaten/Kota: BAPPEDA, Dinkes
kota untuk memantapkan kabupaten jajarannya Kabupaten, OPD KB
kontribusi sistem kesehatan
terhadap KB di berbagai tahap
dalam siklus kesehatan reproduksi.
Output 3.3: Adanya peningkatan Adanya peningkatan alokasi anggaran untuk program KB, Laporan Pusat: BAPPENAS, Kemenkes, BKKBN
Meningkatnya kepemimpinan alokasi anggaran untuk baik itu di sektor kesehatan maupun sektor KB, dalam satu BKKBN, Provinsi: BAPPEDA, Dinkes Provinsi,
dan kapasitas pejabat OPD KB dan program KB (di sektor KB tahun terakhir jika dibandingkan dengan petiode yang sama Kemenkes BKKBN provinsi
pejabat Kesehatan Kabupaten/ dan kesehatan) di tahun sebelumnya. dan Kabupaten/Kota: BAPPEDA, Dinkes
kota untuk secara efektif jajarannya Kabupaten, OPD KB
mengelola program KB.
Output 3.4: Tersedianya strategi Adanya strategi advokasi berbasis bukti untuk program KB Laporan Pusat: Kemenkes, BKKBN, BAPPEDA
Meningkatnya kapasitas untuk advokasi berbasis bukti di berbagai jenjang program KB BKKBN dan Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN provinsi,
melakukan advokasi berbasis bukti untuk program KB di setiap jajarannya BAPPEDA
di semua tingkat pemerintahan jenjang Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten, OPD
dan di masyarakat yang terfokus KB, BAPPEDA
pada peran penting KB dalam

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
mencapai tujuan pembangunan
serta untuk meningkatkan
visibilitas program KB dan
sumberdayanya.

43
44
Output 3.5: Adanya dokumen Terbentuknya dokumen kebijakan program KB yang Laporan Pusat: Kemenkes, BKKBN, BAPPEDA
Meningkatnya kapasitas dalam kebijakan program KB berbasis bukti dan berorientasi pada pemenuhan hak di BKKBN dan Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN provinsi,
penyusunan kebijakan berbasis yang berbasis bukti semuan jenjang pemerintahan. jajarannya BAPPEDA
bukti untuk meningkatkan dan berorientasi pada Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten, OPD
efektifitas program KB dan pemenuhan hak di semua KB, BAPPEDA
menjamin pemerataan dan jenjang
keberlanjutan program.
Output 3.6: Jumlah kabupaten/kota Jumlah kabupaten/kota di mana berbagai kelompok Laporan Pusat: Kemenkes, BKKBN, LSM dan
Adanya sistem akuntabilitas yang yang mengembangkan masyarakat dapat terlibat untuk melaporkan pelanggaran BKKBN dan organisasi masyarakat lainnya
fungsional yang melibatkan sistem/wadah pengaduan hak-hak klien,akses remaja dan pemuda dalam satu tahun jajarannya Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN provinsi,
masyarakat madani. masyarakat untuk terakhir LSM dan organisasi masyarakat lainnya
Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten, OPD
Jumlah pengaduan KB, LSM dan organisasi masyarakat lainnya
masyarakat yang
ditindaklanjuti
Tujuan strategis 4:
Dikembangkannya dan diaplikasikannya inovasi dan riset operasional untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program serta meningkatkan kerjasama Selatan-Selatan.
Output 4.1: Jumlah inovasi yang Jumlah inovasi yang dievaluasi dan direplikasi dalam satu Laporan Pusat: Kemenkes, BKKBN
Praktik terbaik dan model tersedia dievaluasi dan direplikasi tahun terakhir BKKBN dan Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN provinsi
untuk meningkatkan Kerjasama jajarannya Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten, OPD
Selatan-Selatan (South-South KB
Cooperation).
Output 4.2: Jumlah penelitian Jumlah penelitian operasional yang dilakukan dan Laporan Pusat: Kemenkes, BKKBN
Penelitian operasional untuk operasional yang dievaluasikan untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas BKKBN dan Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN provinsi
meningkatkan efisiensi dan dilakukan dan program KB dalam satu tahun terakhir jajarannya Kabupaten/Kota: Dinkes Kabupaten, OPD

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
efektifitas program KB diterapkan, dievaluasikan untuk KB
dievaluasi, serta diperluas. memperbaiki efisiensi dan
efektifitas dari program KB
dan KR

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
LAMPIRAN: KEGIATAN DAN SUB-KEGIATAN
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lembaga Pemangku Waktu
Kesehatan Utama Kepentingan

  Output 1.1: Meningkatnya ketersediaan pelayanan KB dengan akses yang lebih baik dan merata di sektor pemerintah sehingga seluruh masyarakat dapat memenuhi tujuan reproduksinya

  Kegiatan utama:                  

1.1.1 Mengkaji dan merevisi 1. Merekrut konsultan untuk 1. Distribusi standar dan 1. Distribusi standar       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
standar fasilitas dan memfasilitasi pengkajian pedoman dan pedoman 2. BPJS
pedoman yang ada 2. Lokakarya untuk mendapatkan 3. Organisasi
untuk pelayanan KB masukkan dan mencapai profesi
terpadu (dengan kesepakatan tentang standar 4. Mitra
mempertimbangkan dan pedoman dengan pembangunan
pengelompokkan klien mengundang perwakilan dari
berdasarkan umur, provinsi dan kabupaten/kota
kesamaan karakteristik, yang terpilih
tahap reproduksi, dsb, 3. Pencetakan dan distribusi
sehingga pelanggaran standar dan pedoman
hak tidak terjadi) serta
menetapkan standarisasi
fasilitas kesehatan.

1.1.2 Menyepakati kriteria 1. Pertemuan teknis di tingkat 1. Printing and 1. Distribution 1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
fasilitas pelayanan pusat distribution 2. BPJS
KB antara BKKBN, 2. Penyusunan pedoman 3. Organisasi
Kemenkes, dan BPJS mengenai kriteria fasilitas profesi
pelayanan KB 4. Mitra
3. Printing and distribution pembangunan

1.1.3 Pemetaan fasilitas 1. Kontrak dengan institusi 1. Pertemuan       1. Kemenkes 1. BAPPENAS 2017
pelayanan KB (pengembangan alat untuk teknis untuk 2. BKKBN 2. BPJS
(pemerintah dan swasta) mengukur fungsionalitas memberikan 3. Dinkes Provinsi
berdasarkan kriteria fasilitas dan pemetaan fasilitas masukkan atas 4. Dinkes
yang telah disepakati, kesehatan di sektor pemerintah pelaksanaan Kabupaten/
termasuk melihat dan swasta. Pengambilan pemetaan fasilitas kota
pelayanan keliling/ sampel fasilitas ditentukan kesehatan 5. Mitra
bergerak di daerah dengan mempertimbangkan di tingkat Pembangunan
terpecil, perbatasan dan distribusi yang merata. kabupaten/kota
kepulauan dan status 2. Sosialisasi di tingkat nasional

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
berfungsinya. tentang pemetaan fasilitas
kesehatan di tingkat
kabupaten/kota.

45
46
1.1.4 Berdasarkan hasil   1. Rapat koordinasi 1. Rapat koordinasi       1. Kemenkes 1. BAPPENAS 2017
pemetaan, melakukan di tingkat provinsi untuk 2. BKKBN 2. BAPPEDA
kegiatan sebagai berikut: untuk mendiskusikan mengembangkan 3. BPJS
-Meningkatkan fungsi rencana penguatan rencana 4. Dinkes Provinsi
fasilitas berdasarkan fasilitas kesehatan penguatan 5. Dinkes
kesenjangan yang 2. Pemantauan fasilitas kesehatan Kabupaten/
diidentifikasi dari pelaksanaan 2. Pelatihan petugas kota
pemetaan untuk penguatan fasilitas kesehatan
mencapai akses yang 3. Pemantauan
merata ke metode pelaksanaan
jangka pendek dan penguatan
jangka panjang. fasilitas
-Meningkatkan
kualitas fasilitas terpilih
sebagai sarana rujukan
berdasarkan pemetaan
untuk menjamin akses
yang merata.
-Memperkuat pelayanan
keliling (pelayanan luar
gedung pemerintah dan
pelayanan momentum)
untuk menyediakan
pelayanan berkualitas
secara teratur, termasuk
tindak lanjut dan
penanganan efek

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
samping.

1.1.5 Akreditasi fasilitas 1. Pertemuan/lokakarya           1. Kemenkes 1. BKKBN 2017


kesehatan: mengkaji pemangku kepentingan untuk 2. BPJS
dan memperluas mengkaji dan memperbaiki 3. DinKes Provinsi
ruang lingkup standar standar akreditasi puskesmas 4. Dinkes
akreditasi puskesmas dengan melibatkan perwakilan Kabupaten/

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
saat ini (yang Dinas Kesehatan provinsi dan kota
dikembangkan oleh Bina kabupaten/kota serta OPD KB 5. OPD KB Prov/
Upaya Kesehatan/BUK Kab
Kemenkes) sehingga
mencakup pelayanan
KB sebagai syarat untuk
registrasi BPJS. Terkait
dengan Ouput 3.2.
1.1.6 Pelayanan Kesehatan Reproduksi yang ramah remaja          

1.1.6.1 Merevisi atau 1. Mengkaji strategi pelayanan 1. Pengembangan 1. Pengembangan       1. Kemenkes 1. BAPPENAS 2017
mengembangkan ramah remaja Kemenkes dan rencana aksi rencana aksi 2. BKKBN 2. KEMENDIKBUD 2018
strategi pengenalan BKKBN dan mengidentifikasi pelaksanaan pelaksanaan 3. KEMENAG 2019
pelayanan ramah remaja area untuk integrasi (konsultan) pelayanan ramah pelayanan ramah 4. DinKes Provinsi
yang akan dilaksanakan 2. Pertemuan pemangku remaja di tingkat remaja di tingkat 5. Dinkes
secara bertahap dimulai kepentingan tentang provinsi kabupaten/kota Kabupaten/
dari wilayah dengan pelayanan ramah remaja 2. Distribusi strategi 2. Distribusi strategi kota
angka fertilitas remaja termasuk mengundang 3. Pemantauan 3. Pemantauan 6. OPD KB Prov/
tinggi. perwakilan dari provinsi dan pelaksanaan pelaksanaan Kab
kabupaten/kota 7. Mitra
3. Pencetakan dan distribusi Pembangunan
strategi

1.1.6.2 Mengembangkan 1. Pengembangan Nota 1. Koordinasi di tingkat 1. Koordinasi     1. Kemenkes 1. BPJS 2017
kerjasama antara PIK Kesepahaman (MoU) tentang provi di tingkap 2. BKKBN 2. BAPPENAS 2018
remaja, Puskesmas pelayanan ramah remaja kabupaten 3. LSM 2019
PKPR dan pelayanan 4. DinKes Provinsi
remaja lainnya dalam 5. DInkes
melaksanakan strategi Kabupaten/
di atas. kota
6. OPD KB Prov/
Kab
7. Dinas
Pendidikan

1.1.6.3 Merevisi atau 1. Pengembangan pedoman 1. Partisipasi perwakilan 1. Distribusi   1. Pelaksanaan 1. Kemenkes 1. LSM 2017
mengembangkan pelayanan ramah remaja provinsi terpilih di pedoman pedoman 2. BKKBN 2. DinKes Provinsi 2018
pedoman penanganan (konsultan) pertemuan atau pelayanan ramah pelayanan 3. DinKes 2019
rujukan untuk pendidik 2. Pertemuan/lokakarya lokakarya untuk remaja ramah Kabupaten/
sebaya dan tenaga pemangku kepentingan mendiskusikan, remaja Kota
kesehatan di bawah tentang pedoman pelayanan mengkaji, dan merevisi 4. OPD KB Prov/
koordinasi Kemenkes. ramah remaja pedoman pelayanan Kab
3. Pencetakan dan distribusi ramah remaja 5. Mitra
pedoman pelayanan ramah 2. Distribusi pedoman pembangunan
remaja pelayanan ramah
remaja

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
47
48
1.1.6.4 Pelatihan petugas 1. TOT tentang pelayanan ramah 1. TOT tentang 1. TOT tentang       1. Kemenkes 1. LSM 2017
termasuk rujukan untuk remaja pelayanan ramah pelayanan ramah 2. BKKBN 2. DinKes Provinsi 2018
pelayanan spesialis. 2. Pemantauan dan pengawasan remaja remaja 3. Dinkes 2019
2. Pelatihan petugas Kabupaten/
3. Pemantauan dan kesehatan kota
pengawasan tentang 4. OPD KB Prov/
pelayanan ramah Kab
remaja
3. Tindak lanjut
pascapelatihan
4. Pemantauan dan
pengawasan

1.1.6.5 Menyelenggarakan 1. Kampanye pelayanan ramah 1. Kampanye pelayanan 1. Kampanye     1. BKKBN 1. LSM 2017
kampanye publik remaja melalui berbagai media ramah remaja melalui pelayanan ramah 2. Kemenkes 2. Dinkes Provinsi 2018
mengenai pelayanan berbagai media remaja melalui 3. Dinkes 2019
ramah remaja. berbagai media Kabupaten/
kota
4. OPD KB Prov/
Kab

1.1.6.6 Memperkenalkan 1. Pengembangan program 1. Sosialisasi di tingkat 1. Sosialisasi     1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
dan mempromosikan pemasaran sosial (konsultan) provinsi di tingkat 2. LSM 2018
layanan kesehatan 2. Sosialisasi di tingkat nasional 2. Pelaksanaan program kabupaten/kota 3. DinKes Provinsi 2019
reproduksi bagi remaja pemasaran sosial 2. Pelaksanaan 4. Dinkes
di luar dari layanan program Kabupaten/
pemerintah. pemasaran sosial Kota

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
5. OPD KB Prov/
Kab

1.1.7 Penyediaan pelayanan 1. Mengembangkan rencana 1. Pertemuan/ 1. Pertemuan/       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
KB pada situasi penyediaan pelayanan KB pada lokakarya di tingkat lokakarya 2. BNPB 2018
bencana kemanusiaan saat bencana yang terintegrasi provinsi untuk di tingkat 3. DinKes Provinsi 2019
yang mengacu pada ke dalam rencana aksi mengembangkan kabupaten/ 4. Dinkes
Paket Pelayanan Awal Kemenkes (konsultan) rencana penyediaan kota untuk Kabupaten/

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
Minimum (PPAM) untuk 2. Pertemuan/lokakarya di pelayanan KB pada mengembangkan kota
meningkatkan akses ke tingkat nasional untuk saat bencana di rencana 5. LSM
pelayanan kontrasepsi mengembangkan rencana tingkat provinsi penyediaan
dan kontrasepsi darurat. penyediaan pelayanan KB pada 2. Pengadaan logistik pelayanan
Pedoman ini juga saat bencana KB pada saat
meliputi penyediaan 3. Pengadaan logistik bencana di
kontrasepsi kepada tingkat kabupaten
korban kekerasan 2. Pengadaan
berbasis gender. logistik
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lembaga Pemangku Waktu
Kesehatan Utama Kepentingan

1.2 Output 1.2: Meningkatnya pemanfaatan sektor swasta dalam pemerataan akses ke pelayanan KB berkualitas yang memperhatikan hak klien. Sektor swasta di bidang kesehatan di sini adalah
semua organisasi dan individu yang dalam melaksanakan kegiatannya di bidang pelayanan kesehatan dan tidak langsung dikendalikan oleh pemerintah.

  Kegiatan utama:                  

1.2.1 Pengembangan model bisnis 1. Melakukan standarisasi 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi model     1. Pelaksanaan 1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
kemitraan pemerintah-swasta yang model pelayanan KB swasta model bisnis bisnis kemitraan model bisnis 2. Organisasi 2. BPJS 2018
berkelanjutan melalui jaringan oleh Kemenkes kemitraan pemerintah- kemitraan profesi 3. Mitra 2019
standarisasi model pelayanan 2. Mengembangkan pemerintah- swasta di tingkat pemerintah- 3. Asosiasi Pembangunan
KB swasta, dengan fokus pada mekanisme pelaporan swasta di kabupaten/kota swasta di Fasilitas 4. Persi
peningkatan akses ke pelayanan berdasarkan wilayah kerja tingkat provinsi tingkat fasilitas Kesehatan 5. Adinkes
yang merata, terjangkau dan puskesmas. kesehatan Swasta 6. PKFI
berkualitas. Rencana jaringan 3. Membuat aturan mengenai 7. Asklin
model pelayanan KB swasta struktur tarif untuk 8. DinKes Provinsi
mencakup jenis model secara pelayanan KB swasta 9. Dinkes
penuh atau parsial. Peran dan 4. Mengembangkan kriteria Kabupaten/Kota
tanggungjawab jaringan ini akan akreditasi untuk registrasi 10. OPD KB Prov/
didefinisikan lebih lanjut. BPJS (kewajiban pelaporan Kab
sebagai bagian dari
akreditasi). Terkait dengan
Ouput 3. 2.
5. Kemitraan dengan Asosiasi
Kedokteran Swasta
Indonesia dan/atau Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) untuk
mengembangkan sistem
jaga mutu dan memastikan
kepatuhan pada standar
melalui pemantauan teratur,
dll. Terkait dengan Output
1.6.

1.2.2 Pemasaran sosial kontrasepsi 1. Pengembangan program 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi     1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
(pihak swasta/LSM) untuk pemasaran sosial tingkat provinsi di tingkat 2. Mitra 2018
meningkatkan akses pelayanan kontrasepsi bekerjasama 2. Implementasi kabupaten/kota pembangunan\ 2019
KB berkualitas di sektor swasta dengan pihak swasta/LSM pemasaran 2. Implementasi 3. Sektor swasta
dengan cara membangun program (konsultan) sosial pemasaran 4. LSM

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
yang sudah ada atau memulai 2. Sosialisasi di tingkat kontrasepsi sosial
program baru, dengan menjamin nasional kontrasepsi
kerahasian dan mengurangi biaya 3. Implementasi pemasaran
(terkait dengan Output 1.1). sosial kontrasepsi

49
50
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lembaga Pemangku Waktu
Kesehatan Utama Kepentingan

Output 1.3: Meningkatnya Sistem Jaminan Ketersediaan alat dan obat kontrasepsi

1.3.1 Pengadaan kontrasepsi yang 1. Mengkaji proses pengadaan 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi       1. BKKBN 1. BPJS 2017
dijamin berkualitas, termasuk dan mengembangkan tingkat provinsi di tingkat 2. Kemenkes 2. KPAN
mengembangkan sistem link ke e-procurement 2. Distribusi kabupaten/ 3. LKPP
e-procurement (terkait dengan (konsultan) pedoman kota 4. Mitra
Output 3.1). 2. Pengembangan pedoman 2. Distribusi pembangunan
3. Pertemuan pemangku panduan
kepentingan
4. Pencetakan dan distribusi
pedoman
5. Sosialisasi di tingkat
nasional

1.3.2 Sistem Jaminan Ketersediaan                  


Kontrasepsi yang berkualitas:

1.3.2.1 Melakukan revisi strategi 1. Konsultan untuk merevisi 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi       1. BKKBN 1. Kemenkes, 2017
jaminan ketersediaan strategi penjaminan tingkat provinsi di tingkat 2. BKKBN Provinsi
komoditas kontrasepsi yang ketersediaan kontrasepsi kabupaten/ 3. OPD KB Prov/Kab
merefleksikan pengadaan yang 2. Pertemuan pemangku kota 4. DinKes Provinsi
berkualitas. kepentingan 5. DinKes
3. Sosialisasi di tingkat Kabupaten/Kota
nasional 6. Mitra
Pembangunan

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
1.3.2.2 Menjamin ketersedian 1. Pengadaan komoditas KB 1. Pengadaan 1. Pengadaan   1. Pelaksanaan 1. Kemenkes 1. DinKes Provinsi 2017
komoditas KB sesuai dengan sesuai dengan target yang komoditas KB di komoditas manajamen 2. BKKBN 2. DinKes 2018
peramalan kebutuhan alokon diproyeksikana tingkat provinsi KB di tingkat komoditas Kabupaten/Kota 2019
untuk klien. 2. Distribusi komoditas KB ke sesuai dengan kabupaten/ KB di tingkat 3. BKKBN provinsi
jenjang yang lebih rendah target yang kota sesuai fasilitas 4. OPD KB Prov/Kab
diproyeksi dengan target kesehatan
2. Distribusi yang diproyeksi sesuai standar

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
komoditas KB 2. Distribusi
ke jenjang yang komoditas KB
lebih rendah ke jenjang yang
lebih rendah
1.3.2.3 Mengkaji standar produsen 1. Pelaksanaan studi tracing           1. BPOM 1. BKKBN 2017
untuk berbagai kontrasepsi dan (dari produsen - pengadaan 2. Kemenkes 2. Mitra
pelaksanaannya. - distribusi - penyimpanan - pembangunan
konsumsi)
2. Mengkaji standar produsen
untuk berbagai kontrasepsi
(konsultan)
3. Pertemuan teknis
pemangku kepentingan
untuk mendiskusikan hasil
kajian

1.3.2.4 Memperbaiki pergudangan:                  

  i. Mengkaji dan merevisi 1. Mengkaji standar 1. Distribusi 1. Distribusi     1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
standar pergudangan pergudangan (konsultan) pedoman pedoman 2. Mitra
BKKBN saat ini. 2. Perbaikan standar 2. Sosialisasi di 2. Sosialisasi pembangunan
pergudangan tingkat provinsi di tingkat
3. Pencentakan dan distribusi kabupaten/
4. Sosialisasi di tingkat kota
nasional

  ii. Mengkaji manajemen 1. Mengkaji manajemen 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi       1. BKKBN 1. Mitra 2017
dan distribusi komoditas dan distribusi komoditas tingkat provinsi di tingkat 2. Kemenkes pembangunan
kontrasepsi termasuk kontrasepi (konsultan) kabupaten/
pemetaan kondisi 2. Pertemuan pemangku kota
gudang Dinas Kesehatan kepentingan
provinsi dan kabupaten/ 3. Sosialisasi di tingkat
kota dan BKKBN/OPD KB nasional
dibandingkan dengan
standar fungsionalitas
gudang dari Kemenkes.

  iii. Mendukung/ memfasilitasi 1. Alokasi dana operasional 1. Alokasi dana 1. lokasi dana   1. Memperbaiki 1. BKKBN 1. Mitra 2017
masukan untuk untuk memperbaiki fasilitas operasional operasional fasilitasi yang 2. Kemenkes pembangunan 2018
memperbaiki fasilitas sesuai sesuai standar untuk untuk teridentifikasi 2. BKKBN Provinsi 2019
standar. memperbaiki memperbaiki sesuai standar 3. OPD KB Prov/Kab
fasilitas sesuai fasilitas sesuai 4. DinKes Provinsi
standar standar 5. DinKes
Kabupaten/Kota

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
51
52
  iv. Mengembangkan pedoman 1. Mengkaji pedoman 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi   1. Pelaksanaan 1. BKKBN 1. Mitra 2017
untuk penyimpanan penyimpanan kontrasepsi di tingkat provinsi di tingkat pedoman 2. Kemenkes pembangunan
kontrasepsi di rumah sakit RS, puskesmas, dan fasilitas 2. Distribusi kabupaten/ penyimpanan 2. BKKBN Provinsi
(RS), puskesmas, dan fasilitas lainnya di bawah puskesmas pedoman kota kontrasepsi di 3. OPD KB Prov/Kab
di bawah puskesmas. (konsultan) 2. Distribusi tingkat fasilitas 4. DinKes Provinsi
2. Pertemuan pemangku pedoman kesehatan 5. DinKes
kepentingan Kabupaten/Kota
3. Pencetakan dan distribusi
4. Sosialisasi di tingkat
nasional

  v. Melaksanakan pelatihan 1. TOT di tingkat nasional 1. TOT di tingkat 1. Pelatihan   1. Pelatihan 1. BKKBN 1. Mitra 2017
untuk berbagai jenjang provinsi di tingkat petugas 2. Kemenkes pembangunan 2018
manajer gudang termasuk kabupaten/ gudang 2. BKKBN Provinsi
farmasis/apoteker di fasilitas kota termasuk 3. OPD KB Prov/Kab
lebih rendah (farmasi/ apoteker di 4. DinKes Provinsi
manajer gudang di fasilitas tingkat fasilitas 5. DinKes
swasta yang menyediakan kesehatan Kabupaten/Kota
pelayanan KB diikutsertakan
dalam pelatihan ini).

  vi. Memantauan kepatuhan 1. Supervisi pemantauan 1. Supervisio 1. Supervisi     1. Rapat 1. BKKBN 1. Mitra 2017
terhadap standar di semua kepatuhan terhadap standar pemantauan pemantauan koordinasi 2. pembangunan 2018
jenjang, termasuk di fasilitas dari tingkat pusat kepatuhan kepatuhan rutin di tingkat Kemenkes 2. BKKBN Provinsi 2019
pelayanan swasta oleh terhadap standar terhadap fasilitas 3. OPD KB Prov/Kab
petugas tingkat nasional dari tingkat standar 4. DinKes Provinsi
(pemantauan tingkat provinsi dari tingkat 5. DinKes

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
provinsi), petugas tingkat kabupaten Kabupaten/Kota
provinsi (pemantauan
tingkat kabupaten/kota
– fasilitas utama sektor
pemerintah dan swasta),
petugas tingkat kabupaten/
kota (pemantauan

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
puskesmas serta fasilitas
sektor pemerintah, swasta,
dan penyedia pelayanan
lainnya).
1.3.3 Memperkuat manajemen 1. Konsultan untuk 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi       1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
rantai pasokan: Evaluasi mengevaluasi efisiensi, tingkat provinsi di tingkat 2. Lembaga
tiga model yang sedang cost-effectiveness, dan kabupaten/ penelitian
dilaksanakan untuk melihat sustainability dari ketiga kota 3. Organisasi
efisiensi, cost-effectiveness, dan model yang sedang profesi
keberlangsungan (ketiga model diimplementasi 4. Mitra
tersebut adalah perbaikan 2. Pertemuan pemangku pembangunan
sistem distribusi BKKBN, kepentingan
menggunakan sistem yang 3. Sosialisasi di tingkat
terintegrasi dengan Kemenkes nasional
dan menggunakan distribusi
melalui pos).

1.3.4 Memperkuat Sistem Informasi Manajemen Logistik dan peramalan            

1.3.4.1 Mengkaji Sistem Informasi 1. Konsultan untuk 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi       1. BKKBN 1. DinKes Provinsi 2017
Manajemen Logistik yang ada mengkaji sistem informasi tingkat provinsi di tingkat 2. Kemenkes 2. DinKes
dan menilai efektivitasnya manajemen logistik dan kabupaten/ Kabupaten/Kota
untuk memprediksi stock-out melihat efektivitasnya untuk kota 3. BKKBN Provinsi
dan membuat perubahan jika memprediksi stok out 4. OPD KB Prov/Kab
diperlukan. 2. Pertemuan pemangku 5. Mitra
kepentingan pembangunan
3. Sosialisasi di tingkat
nasional

1.3.4.2 Mengembangkan kapasitas 1. Pertemuan/lokakarya 1. TOT di tingkat 1. Pelatihan     1. Pelatihan 1. BKKBN 1. DinKes Provinsi 2017
peramalan di tingkat nasional, pemangku kepentingan provinsi di tingkat di fasilitas 2. Kemenkes 2. DinKes 2018
provinsi, dan kabupaten/ 2. TOT di tingkat nasional kabupaten/ kesehatan Kabupaten/Kota
kota serta rumah sakit dan kota 3. BKKBN Provinsi
puskesmas (terkait dengan 4. OPD KB Prov/Kab
Output 1.4). 5. Mitra
pembangunan

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
53
54
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lembaga Utama Pemangku Waktu
Kesehatan Kepentingan

  Output 1.4: Meningkatnya kapasitas dan ketersediaan sumberdaya manusia untuk menyediakan pelayanan KB yang berkualitas

1.4.1 Pelayanan KB yang berkualitas dengan dukungan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas

1.4.1.1 Menjamin 1. Pemetaan petugas 1. Pertemuan 1. Pertemuan       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017


ketersediaan tenaga kesehatan di berbagai pemangku pemangku 2. BAPPEDA 2018
kesehatan untuk tingkat (konsultan/ kepentingan kepentingan di 3. DinKes Provinsi 2019
pelayanana KB. institusi) di tingkat tingkat kabupaten/ 4. DinKes
2. Pertemuan pemangku provinsi untuk kota untuk Kabupaten/Kota
kepentingan di perencanaan SDM perencanaan SDM
tingkat nasional untuk kesehatan kesehatan
mengembangkan 2. Penempatan
rencana SDM kesehatan petugas kesehatan
di tingkat fasilitas

1.4.1.2 Melaksanakan pelatihan pre-service KB:

  i. Mengkaji 1. Mengkaji kurikulum dan 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi di tingkat       1. Kemenristekdikti 1. Kemenkes 2017
kurikulum yang ada memperkuat kurikulum tingkat provinsi kabupaten/kota 2. Konsil 2. BKKBN
dan memperkuat pelatihan KB selama Kedokteran 3. Perguruan tinggi
pelatihan KB berada di bagian Indonesia 4. Organisasi profesi
selama berada di Obstetri dan Ginekologi 5. Mitra
bagian Obstetri dan dan saat magang pembangunan
Gineakologi (O&G) (konsultan)
dan saat magang. 2. Pertemuan/lokakarya

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
pemangku kepentingan
untuk memperkuat
kurikulum pelatihan
3. Sosialisasi di tingkat
nasional

  ii. Mengembangkan 1. Mengembangkan 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi materi 1. Pelatihan     1. Kemenristekdikti 1. Kemenkes 2017
materi KB di materi KB di dalam materi KB yang KB yang diperbarui bidan 2. BKKBN 2018

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
kurikulum pelatihan kurikulum pelatihan diperbarui di di dalam kurikulum tentang 3. Perguruan tinggi 2019
dasar untuk bidan. dasar untuk bidan dalam kurikulum pelatihan dasar materi 4. Organisasi profesi
(konsultan) pelatihan dasar untuk bidan KB yang
2. Pertemuan/lokakarya untuk bidan 2. Pelatihan bidan diperbaiki
pemangku kepentingan 2. TOT di tingkat dengan materi KB
di tingkat nasional provinsi yang diperbaikii
3. TOT di tingkat nasional

1.4.1.3 Melaksanakan pelatihan In-service pelayanan KB untuk para bidan, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya berdasarkan kapasitas mereka.
i. Mengkaji kualitas 1. Mengkaji kualitas 1. Sosialisasi hasil 1. Sosialisasi hasil       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
pelatihan yang pelatihan yang ada kajian kajian 2. Lembaga
dilaksanakan di kabupaten/kota penelitian
di tingkat (konsultan) 3. Organisasi profesi
kabupaten/kota 2. Sosialisasi di tingkat 4. Mitra
termasuk menilai nasional mengenai hasil pembangunan
keterampilan kajian kualitas pelatihan
pelatih, proses yang ada di tingkat
sertifikasi di kabupaten/kota
lapangan dan
keterlibatan
unit pelatihan
Kemenkes,
sistem informasi
manajemen
pelatihan, analisis
alokasi dana untuk
pelatihan dan
tindak lanjutnya di
berbagai jenjang.

  ii. Menyusun strategi 1. Pertemuan/lokakarya 1. Pertemuan/ 1. Pertemuan/       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017


pengembangan untuk mengembangkan lokakarya lokakarya 2. Organisasi profesi
pelatihan strategi pelatihan pemangku pemangku 3. Private Medical
berdasarkan berdasarkan regulasi kepentingan untuk kepentingan untuk Association
regulasi terbaru terbaru mengenai mengembangkan mengembangkan
mengenai pelatihan in-service dan rencana pelatihan rencana pelatihan
pelatihan sertifikasinya termasuk di tingkat provinsi di tingkat
in-service dan pelatihan tindak lanjut kabupaten/kota
sertifikasinya di tingkat kabupaten/
termasuk tindak kota
lanjut pasca
pelatihan (untuk
pengembangan
profesional yang
berkelanjutan)
dan kendali mutu
pelatihan

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
55
56
  iii. Revisi modul 1. Merevisi modul 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi modul 1. Pelaksanaan     1. Kemenkes 1. BKKBN 2018
pelatihan yang pelatihan yang ada pelatihan yang pelatihan yang modul 2. Organisasi profesi
ada jika diperlukan berdasarkan hasil kajian sudah direvisi di sudah direvisi di pelatihan 3. Private Medical
berdasarkan 2. Pertemuan/lokakarya tingkat provinsi tingkat kabupaten yang sudah Association
penilaian di atas pemangku kepentingan direvisi
untuk
mendiskusikan
pelatihan yang ada
berdasarkan hasil kajian

  iv. Memperbaiki 1. Konsultan untuk 1. Sosialisasisistem 1. Sosialisasi 1. Pelaksanaan     1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
sistem informasi mengembangkan informasi sistem informasi pelatihan 2. BAPPENAS 2018
manajemen pelatihan sistem manajemen manajemen sistem 3. Organisasi profesi 2019
pelatihan informasi manajemen pelatihan di pelatihan di tingkat informasi 4. Private Medical
untuk dapat 2. Sosialisasi sistem tingkat orovinsi kabupaten manajemen Association
ditindaklanjuti informasi manajemen pelatihan 5. Perguruan tinggi
oleh institusi pelatihan
pelatihan dan
dilaporkan ke
BKKBNserta
divisi pelatihan
Kemenkes/PPSDM
(ini termasuk
sistem informasi
tenaga kesehatan,
untuk sektor
pemerintah dan

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
swasta.

  v. Pelatihan 1. TOT di tingkat nasional 1. TOT di tingkat 1. Pelatihan tenaga       1. Kemenkes 1. DinKes Provinsi 2017
pelayanan KB provinsi kesehatan 2. BKKBN 2. DinKes 2018
untuk petugas Kabupaten/Kota 2019
kesehatan dengan 3. BKKBN Provinsi
modul pelatihan 4. OPD KB Prov/Kab

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
yang sudah
direvisi (termasuk
pemberian
konseling) tindak
lanjut pasca
pelatihan yang
sudah diintegrasi
(terkait dengan
Output 1.1, dan
3.2).
1.4.1.4 Mengembangkan                
konsensus mengenai
peran perawat dalam
KB dan memperluas
cakupan pelayanan
KB yang dapat
diberikan oleh bidan.

  i. Mengembangkan 1. Pertemuan/lokakarya 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017


konsensus dan untuk mencapai kesepakatan dan kesepakatan dan 2. Organisasi profesi 2018
strategi untuk kesepakatan mengenai strategi mengenai strategi mengenai
pelatihan implant pelatihan implan untuk pelatihan implan pelatihan implan
untuk perawat perawat dan perluasan untuk perawat dan untuk perawat dan
dan memperluas cakupan pelayanan KB perluasan cakupan perluasan cakupan
cakupan oleh bidan pelayanan KB oleh pelayanan KB oleh
pelayanan KB oleh bidan bidan
bidan.

  ii. Mengembangkan 1. Pertemuan/lokakarya 1. Sosialisasi regulasi 1. Sosialisasi regulasi       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
regulasi yang untuk menyusun yang mendukung yang mendukung 2. Organisasi profesi 2018
mendukung regulasi yang pelatihan implan pelatihan implan
kegiatan pelatihan mendukung pelatihan untuk perawat dan untuk perawat dan
implan untuk implan untuk perawat perluasan cakupan perluasan cakupan
perawat dan dan perluasan cakupan pelayanan KB oleh pelayanan KB oleh
perluasan cakupan pelayanan KB oleh bidan bidan
pelayanan KB bidan
oleh bidan (terkait
dengan output
3.1)

1.4.2 Manajemen                  
program

1.4.2.1 Melaksanakan 1. Mengembangan 1. Sosialiasi tentang 1. Sosialisasi tentang       1. BKKBN 1. DinKes Provinsi 2017
pelatihan sistem modul pelatihan sistem modul pelatihan modul pelatihan 2. Kemenks 2. DinKes 2018
informasi manajemen informasi manajemen sistem informasi sistem informasi Kabupaten/Kota 2019
(terkait dengan (konsultan) manajemen di manajemen di 3. BKKBN Provinsi
Output 1.5) 2. Pertemuan/lokakarya tingkat provinsi tingkat kabupaten/ 4. OPD KB Prov/Kab
pemangku kepentingan 2. TOT di tingkat kota
3. TOT di tingkat nasional provinsi 2. TOT di tingkat

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
kabupaten/kota

57
58
1.4.2.2 Melaksanakan 1. Mengembangkan 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi       1. BKKBN 1. DinKes Provinsi 2017
pelatihan manajemen modul pelatihan modul pelatihan modul pelatihan 2. Kemenkes 2. DinKes 2018
program KB manajemen program KB manajemen manajemen Kabupaten/Kota 2019
(termasuk perencaan, 2. Pertemuan/lokakarya program KB program KB 3. BKKBN Provinsi
pembiayaan, dan pemangku kepentingan 2. TOT di tingkat 2. TOT di tingkat 4. OPD KB Prov/Kab
monev) termasuk untuk mendiskusikan provinsi provinsi
kepemimpinan untuk modul pelatihan
pengelola program manajemen program KB
tingkat provinsi dan 3. TOT di tingkat nasional
kabupaten/kota
di OPD KB maupun
Dinas Kesehatan
(terkait dengan
Output 3.3).

1.4.2.3 Melaksanakan 1. Pengembangan modul 1. Sosialiasi modul 1. Sosialiasi modul       1. Kemenkes 1. DinKes Provinsi 2017
pelatihan Jaga mutu pelatihan jaga mutu pelatihan jaga pelatihan jaga mutu 2. DinKes 2018
untuk penyelia dan untuk penyelia dan mutu untuk untuk penyelia Kabupaten/Kota
pengelola program pengelola program penyelia dan dan pengelola 3. BKKBN
(terkait dengan (konsultan) pengelola program di tingkat 4. BKKBN Provinsi
Output 1.6) 2. Pertemuan/lokakarya program di tingkat kabupaten/kota 5. OPD KB Prov/Kab
pemangku kepentingan provinsi 2. Pelatihan di tingkat
untuk mendiskusikan 2. TOT di tingkat kabupaten/kota
modul pelatihan jaga provinsi
mutu untuk penyelia
dan pengelola progrm
3. TOT di tingkat nasional

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
1.4.2.4 Melaksanakan 1. Pengembangan 1. TOT di tingkat 1. Pelatihan di tingkat       1. BKKBN 1. DinKes Provinsi 2017
pelatihan modul pelatihan untuk provinsi kabupaten/kota 2. Kemenkes 2. DinKes 2018
pergudangan, sistem pergudangan, sistem Kabupaten/Kota 2019
informasi manajemen informasi manajemen 3. BKKBN Provinsi
logistik dan logistik, dan peramalan 4. OPD KB Prov/Kab
peramalan (terkait (konsultan)

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
dengan Output 1.3) 2. Pertemuan/lokakarya
pemangku kepentingan
untuk mengembangkan
pedoman pelatihan
untuk pergudangan,
sistem informasi
manajemen logistik dan
peramalan
3. TOT di tingkat nasional
No Kegiatan Nasional Provincial Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Kesehatan Lembaga Stakeholders Waktu
Utama

  Output 1.5: Diperkuatnya sistem informasi manajemen untuk menjamin kualitas, kelengkapan serta integrasi yang sejalan dengan sistem kesehatan

1.5.1 Melakukan kajian 1. Konsultan untuk 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi pedoman     1. Menyelaraskan 1. Kemenkes 1. DinKes 2017
sistem pelaporan dan mengkaji sistem pedoman pelaporan dan data 2. BKKBN Provinsi
pencatatan saat ini pelaporan dan pelaporan dan pencatatan di tingkat 2. DinKes
-Tinjauan bersama pencatatan yang ada pencatatan di kabupaten/kota Kabupaten/
lintas sektor mengenai dan mengembangkan tingkat provinsi 2. Menyelaraskan data Kota
sistem pencatatan dan pedoman pelaporan dan 2. Menyelarasan data 3. BKKBN
pelaporan pelayanan pencatatan KB terpadu Provinsi
KBdari tingkat pusat 2. Pertemuan pemangku 4. OPD KB
hingga tingkat kepentingan di Prov/Kab
kabupaten/kota yang tingkat nasional untuk
meliputi mekanisme mendiskusikan hasil
pelaporan, sistem kajian
pengumpulan data dan 3. Sosialisasi hasil kajian di
validasi data. tingkat nasional

1.5.2 Mengembangkan sistem 1. Konsultan untuk 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi di tingkat       1. Kemenkes 1. DinKes 2017
pelaporan KB terpadu mengembangkan tingkat provinsi kabuDistribusi 2. BKKBN Provinsi 2018
dari fasilitas kesehatan pedoman pelaporan dan 2. Distribusi pedoman pedoman 2. DinKes 2019
termasuk fasilitas pencatatan KB terpadu Kabupaten/
kesehatan sektor swasta. 2. Pertemuan pemangku Kota
kepentingan di tingkat 3. BKKBN
nasional Provinsi
3. Pencetakan dan distribusi 4. OPD KB
4. Sosialisasi di tingkat Prov/Kab
nasional

1.5.3 Membangun kapasitas para 1. Mengembangan 1. Sosialiasi tentang 1. Sosialisasi tentang       1. Kemenkes 1. DinKes 2017
penyelia untuk mengkaji modul pelatihan sistem sistem informasi modul pelatihan 2. BKKBN Provinsi 2018
dan menganalisa Sistem informasi manajemen manajemen di manajemen program 2. DinKes
Informasi Manajemen (SIM) (konsultan) tingkat provinsi KB Kabupaten/
(terkait dengan Output 1.4). 2. Pertemuan/lokakarya 2. TOT di tingkat 2. TOT di tingkat Kota
pemangku kepentingan provinsi kabupaten/kota 3. BKKBN
3. TOT di tingkat nasional Provinsi
4. OPD KB

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
Prov/Kab

59
60
1.5.4 Mengembangkan 1. Mengembangkan sistem 1. Sosialisasi sistem 1. Sosialisasi sistem     1. Pelaksanaan 1. Kemenkes 1. DinKes 2017
sistem yang melakukan pelacakan kien melalui pelacakan klien pelacakan klien dan sistem pelacakan 2. BKKBN Provinsi 2018
penelusuran klien melalui tickler files serta sistem dan rencana rencana pelaksanaan klien di fasilitas 2. DinKes
tickler files (sistem siaga (alert system) pelaksanaan proyek percontohan kesehatan Kabupaten/
pelacakan perorangan), (konsultan) proyek di kabupaten/kota di wilayah Kota
serta sistem siaga 2. Pertemuan/lokakarya percontohan di terpilih percontohan 3. BKKBN
(alert system) yang pemangku kepentingan provinsi terpilih Provinsi
terkomputerisasi (terkait untuk mengembangkan 4. OPD KB
dengan Tujuan strategis 4). sistem pelacakan klien Prov/Kab
dan merencanakan
pelaksanaan proyek
percontohan di beberapa
wilayah

1.5.5 Mengembangkan proyek 1. Workshop untuk 1. Sosialisasi proyek 1. Sosialisasi proyek   1. Pelaksanaan 1. Kemenkes 1. DinKes 2017
percontohan untuk sosialisasi proyek percontohan percontohan siste pelacakan 2. BKKBN Provinsi
pelaporan elektronik percontohan pelaporan pelaporan pelaporan elektronik klien di fasilitas 2. DinKes
(terkait dengan Tujuan elektronik elektronik di di tingkat provinsi dan kesehatan Kabupaten/
strategis 4) 2. Pemantauan dan tingkat provinsi kabupaten/kota di proyek Kota
pengawasan dari tingkat 2. Pemantauan dan 2. Rapat koordinasi percontohan 3. BKKBN
nasional pengawasan bulanan untuk Provinsi
3. Evaluasi memantau kemajuan 4. OPD KB
pelaksanaan proyek Prov/Kab
percontohan
3. Pemantauan dan
pengawasan

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/kota Desa Masyarakat Fasilitas Lembaga Pemangku Waktu
Kesehatan Utama Kepentingan

  Output 1.6: Meningkatnya kualitas pelayanan KB yang memperhatikan hak klien dan mengintegrasikan pelayanan sepanjang kontinuum siklus
kesehatan reproduksi

  Kegiatan Utama                  

1.6.1 Mengkaji standar yang 1. Mengkaji standar 1. Lokakarya untuk 1. Sosialisasi standar       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
ada untuk pelayanan pelayan KB yang sudah sosialisasi standar pelayanan KB di 2. BPJS
KB (konseling – untuk ada (termasuk konseling pelayanan KB di tingkat kabupaten/ 3. Organisasi
metode umum dan prosedur, rujukan, tingkat provinsi kota profesi
khusus, instruksi tindak lanjut, STI/ 2. Distribusi standar 2. Distribusi standar 4. BKKBN
mengenai penggunaan HIV skrining, dan dual ke fasilitas Provinsi
metode, prosedur, protection) (konsultan) kesehatan 5. OPD KB
rujukan, tindak lanjut, 2. Lokakarya untuk Prov/Kab
penapisan infeksi mendapatkan 6. DinKes
menular seksual dan masukkan dan Provinsi
HIV serta perlindungan mencapai kesepakatan 7. DinKes
ganda) dan melakukan tentang standar Kabupaten/
revisi jika diperlukan pelayanan KB dengan Kota
(terkait dengan 3.2). mengundang
organisasi profesi dan
perwakilan provinsi dan
kabupaten/kota
3. Pencetakan dan
distribusi standar

1.6.2 Membangun sistem                  


jaga mutu/perbaikan
kualitas

1.6.2.1 Mengkaji sistem Jaga 1. Mengkaji sistem dan 1. Sosialisasi sistem 1. Sosialisasi sistem    1. Sosialisasi 1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
Mutu pelayanan KB mengembangkan jaga mutu untuk jaga mutu untuk sistem jaga 2. BPJS 2018
yang ada – pedoman, pedoman jaga mutu KB di tingkat KB di tingkat mutu untuk 3. Organisasi
implementasi, efisiensi, untuk KB (konsultan) kabupaten/kota kabupaten/kota KB di tingkat profesi
dan efektifitas. 2. Lokakarya untuk 2. Pencetakan dan 2. Pencetakan dan fasilitas 4. BKKBN
mendapatkan distribusi pedoman distribusi pedoman Provinsi
masukkan dan 5. OPD KB
mencapai kesepakatan Prov/Kab
mengenai sistem jaga 6. DinKes

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
mutu untuk KB Provinsi
3. Pencetakan dan 7. DinKes
distribusi pedoman Kabupaten/
4. Sosialisasi sistem jaga Kota

61
mutu untuk KB di
tingkat nasional
62
1.6.2.2 Meningkatkan sistem 1. Pelaksanaan sistem jaga 1. Pelaksanaan sistem 1. Pelaksanaan sistem   1. Pelaksanaan 1. Kemenkes 1. BKKBN  
jaga mutu untuk KB mutu untuk KB yang jaga mutu untuk KB jaga mutu untuk KB sistem jaga 2. BPJS
yang terintegrasi terintegrasi dengan yang terintegrasi yang terintegrasi mutu untuk 3. Organisasi
dengan pelayanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan dengan pelayanan KB yang profesi
kesehatan ibu dan ibu dan membentuk kesehatan ibu kesehatan ibu terintegrasi 4. BKKBN
membentuk siklus forum jaga mutu di dan membentuk dan membentuk dengan Provinsi
jaga mutu di berbagai tingkat nasional forum jaga mutu di forum jaga mutu di pelayanan 5. OPD KB
jenjang sistem tingkat provinsi tingkat kabupaten/ kesehatan Prov/Kab
kesehatan dan KB. kota ibu dan 6. DinKes
membentuk Provinsi
forum jaga 7. DInKes
mutu di Kabupaten/
tingkat fasilitas Kota
kesehatan

1.6.2.3 Mengkaji uraian kerja   1. Menyediakan 1. Mengkaji uraian       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
para penyelia di dinas bantuan teknis/ pekerjaan penyelia 2. BKKBN Provinsi
kesehatan kabupaten/ narasumber dari di Dinas Kesehatan 2. OPD KB
kota serta di OPD pejabat di tingkat kabupaten/kota Prov/Kab
KB untuk menjamin provinsi untuk dan OPD KB 3. DinKes
bahwa deskripsi mengkaji uraian Provinsi
pekerjaan ini meliputi pekerjaan penyelia 4. DinKes
tanggungjawab di Dinas Kesehatan Kabupaten/
penyeliaan serta kabupaten/kota Kota
melakukan revisi dan OPD KB
deskripsi pekerjaan
untuk mengatasi

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
kesenjangan.

1.6.2.4 Membangun kapasitas 1. TOT tentang supervisi 1. TOT tentang 1. TOT tentang   1. Pelatihan 1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
penyelia (Bidan fasilitatif supervisi fasilitatif supervisi fasilitatif tentang Provinsi 2018
Koordinator dan supervisi 2. OPD KB 2019
lainnya) melakukan fasilitatif untuk Prov/Kab
supervisi fasilitatif koordinator 3. DinKes

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
dan jaga mutu (terkait bidan Provinsi
dengan Output 1.4). 4. DinKes
Kabupaten/
Kota
1.6.2.5 Menciptakan 1. Pertemuan koordinasi 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
lingkungan yang untuk memastikan koordinasi koordinasi koordinasi Provinsi 2018
mendukung untuk pelaksanaan supervisi 2. OPD KB 2019
menjamin bahwa terfasilitasi di tingkat Prov/Kab
kegiatan penyeliaan nasional 3. DinKes
mendapat dukungan. Provinsi
4. DinKes
Kabupaten/
  Kota

1.6.2.6 Pembentukan 1. Membentuk forum di 1. Membentuk forum 1. Membentuk     1. Membentuk 1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
sistem pemantauan tingkat nasional untuk di tingkat provinsi forum di tingkat forum di 2. Dinkes Provinsi 2018
yang kualitas dan melakukan pemantauan untuk melakukan kabupaten/kota tingkat fasilitas Provinsi 2. OPD KB 2019
berkelanjutan serta rutin dan melaksanakan pemantauan rutin untuk melakukan kesehatan 3. Dinkes Prov/Kab
melakukan tindakan tindak lanjut dan melaksanakan pemantauan rutin untuk Kabupaten/
perbaikan. tindak lanjut dan melaksanakan melakukan Kota
tindak lanjut pemantauan
rutin dan
melaksanakan
tindak lanjut

1.6.3. Melibatkan berbagai 1. Pertemuan/seminar/ 1. Pertemuan/ 1. Pertemuan/ 1. Pertemuan 1. Pertemuan   1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
organisasi masyarakat lokakarya pemangku seminar/lokakarya seminar/lokakarya masyarakat LSM untuk 2. BKKBN Provinsi 2018
untuk memastikan kepentingan dengan pemangku pemangku di tingkat memantau 2. OPD KB 2019
kualitas terjamin. mengikutsertakan kepentingan kepentingan desa kualitas Prov/Kab
organisasi masyarakat dengan dengan 2. Alokasi pelayanan 3. DinKes
di tingkat nasional mengikutsertakan mengikutsertakan dana desa KB Provinsi
organisasi organisasi untuk 4. DinKes
masyarakat di masyarakat di pertemuan Kabupaten/
tingkat provinsi tingkat kabupaten/ masyarakat Kota
kota agar 5. Organisasi
kualitas profesi
terjamin 6. LSM

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
63
64
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Kesehatan Lembaga Pemangku Waktu
Utama Kepentingan

  Ouput 2.1: Tersedianya strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (Behavior Change Communication) yang komprehensif

2.1.1 Memperbarui/ 1. Melakukan kajian 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Pelaksanaan     1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
mengembangkan kebutuhan (needs pemangku pemangku strategi 2. Organisasi 2018
strategi Komunikasi, assessment) untuk kepentingan di kepentingan Komunikasi profesi 2019
Informasi, dan Edukasi mengidentifikasi tingkat provinsi di tingkat Perubahan 3. LSM
bagi remaja untuk keperluan masyarakat 2. Pelatihan petugas kabupaten/kota Perilaku di 4. Pemuka
perubahan perilaku 2. Mengkaji dan 3. Pelaksanaan 2. Pelatihan petugas tingkat desa agama
yang komprehensif, dan memperbarui strategi strategi Komunikasi 3. Pelaksanaan melalui 5. Tokoh
mencakup: Komunikasi Perubahan Perubahan Perilaku strategi kegiatan- masyarakat
- komponen Perilaku termasuk 4. Pemantauan dan Komunikasi kegiatan 6. Mitra
pemantauan dan komponen monev, pengawasan Perubahan Desa Pembangunan
evaluasi. strategi khusus untuk Perilaku Siaga dan
- strategi khusus untuk kabupaten/kota, 4. Pemantauan dan Kampung
mempertahankan dan perhatian pada pengawasan KB
kinerja di kabupaten/ keterlibatan laki-laki
kota dengan kinerja dan remaja (konsultan)
yang baik serta 3. Pertemuan antara
memperbaiki kinerja BKKBN dan pemangku
di kabupaten/kota kepentingan lainnya
dengan kinerja yang untuk mendiskusikan
buruk. strategi untuk strategi
- perhatian pada Komunikasi Perubahan
keterlibatan pria. Perilaku

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
- perhatian pada 4. Lokakarya untuk
remaja. mendapatkan
masukkan dan
mencapai kesepakatan
tentang strategi untuk
Komunikasi Perubahan
Perilaku
5. TOT tentang

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
Komunikasi Perubahan
Perilaku
6. Memfasilitasi regulasi
untuk melaksanakan
strategi Komunikasi
Perubahan Perilaku
2.1.2 Meningkatkan kapasitas 1. Sosialisasi strategi 1. Sosialisasi strategi 1. Sosialisi strategi 1. Orientasi tentang 1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
petugas terakit untuk Komunikasi Perubahan Komunikasi Kominikasi pesan-pesan KB 2. DinKes 2018
melaksanakan strategi Perilaku di tingkat Perubahan Perilaku Perubahan di tingkat fasilitas provinsi 2019
Komunikasi Perubahan nasional di tingkat provinsi Perilaku di tingkat kesehatan 3. Dinkes
Perilaku. 2. TOT di tingkat nasional 2. TOT di tingkat kabupaten/kota kabupaten/
provinsi 2. Pelatihan kota
4. LSM
5. Kemendagri
6. BKKBN
provinsi
7. OPD KB prov/
    kab

2.1.3 Mengembangkan 1. Mengembangkan 1. Mengembangkan 1. Mengembangkan       1. BKKBN 1. Kemenkes 2017


materi muatan lokal SRHR dengan SRHR dengan SRHR dengan 2. BKKBN 2. BPJS 2018
dan menyebarkan materi muatan lokal materi muatan lokal materi muatan Provinsi 3. BAPPENAS 2019
materi tersebut dengan termasuk pesan inti termasuk pesan inti lokal termasuk 3. OPD KB 4. LSM
menggunakan saluran yang menanggapi yang menanggapi pesan inti yang Prov/Kab 5. Kemendagri
komunikasi strategis hambatan agama dan hambatan agama menanggapi 6. BAPPEDA
dengan jangkauan integrasi pesan-pesan dan integrasi hambatan agama
maksimum. KB dengan pesan pesan-pesan KB dan integrasi
- Pesan inti menangani pelayanan kesehatan dengan pesan pesan-pesan KB
hambatan budaya dan ibu dan anak serta pelayanan dengan pesan
agama serta informasi mengenai pencegahan kesehatan ibu pelayanan
yang tidak tepat HIV dan infeksi menular dan anak serta kesehatan ibu
mengenai kontrasepsi seksual (konsultan) mengenai dan anak serta
sesuai kebutuhan. Pesan 2. Pertemuan antara pencegahan HIV mengenai
bersifat sensitif terhadap BKKBN dan pemangku dan infeksi menular pencegahan
gender dan ditargetkan kepentingan lainnya seksual (konsultan) HIV dan infeksi
kepada kelompok- 3. Dokumentasi praktek 2. menular seksual
kelompok khusus. terbaik untuk (konsultan)
- Integrasi pesan-pesan pengembangan SRHR
KB dengan pesan dengan materi muatan
pelayanan kesehatan lokal
ibu dan anak serta pesan
mengenai pencegahan
HIV dan infeksi menular
seksual.

2.1.4 Pencetakan dan 1. Desain, pencetakan 1. Desain, pencetakan 1. Desain,       1. BKKBN 1. BKKBN Provinsi 2017

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
distribusi poster dan dan distribusi poster dan distribusi pencetakan dan 2. OPD KB prov/ 2018
brosur KB dan menjamin dan booklet KB di poster dan buku KB distribusi poster kab 2019
ketersediaan materi ini tingkat nasional di tingkat provinsi dan buku KB di
di puskesmas, polindes, tingkat kabupaten

65
podes, dan rumah sakit.
66
2.1.5 Mengembangkan 1. Pengembangan sistem 1. Forum untuk 1. Forum untuk       1. BKKBN 1. BKKBN Provinsi 2017
sistem pengkajian yang (konsultan/pihak mengkaji secara mengkaji secara 2. OPD KB prov/ 2018
teratur untuk melihat ketiga) rutin dampak dari rutin dampak dari kab 2019
jangkauan saluran 2. Forum untuk mengkaji pesan-pesan yang pesan-pesan yang 3. Kemenkes
media dan dampak secara rutin dampak dikembangkan di dikembangkan 4. DinKes
dari pesan-pesan yang dari pesan-pesan yang tingkat provinsi di tingkat provinsi
dikembangkan. dikembangkan kabupaten/kota 5. DinKes
kabupaten/
kota

2.1.6 Mengembangkan sistem pesan KB melalui telepon genggam (terkait dengan Output 1.6)          

2.1.6.1 Mengembangkan 1. Pertemuan pemangku 1. Mempromosikan 1. Mempromosikan     1. Mempromosikan 1. BKKBN 1. Perusahaan 2017
rencana penggunaan kepentingan penggunaan sistem penggunaan penggunaan 2. Kemenkes swasta 2018
pesan telepon genggam 2. Mengadakan pesan KB melalui sistem pesan KB sistem pesan KB 3. Kementerian 2. Dinkes 2019
untuk mengingatkan kerjasama (MOU) telepon genggam melalui telepon melalui telepon Komunikasi provinsi
waktu mendapatkan dengan perusahaan di tingkat provinsi genggam genggam di dan 3. Dinkes
pelayananan KB serta penyedia layanan di tingkat tingkat fasilitas Informatika kabupaten/
memberikan informasi telepon genggam kabupaten/kota kesehatan kota
lainnya. terkait pelaksanaan 4. BKKBN
sistem pesan KB provinsi
melalui telepon 5. OPD KB prov/
genggam kab
3. Pelaksanaan sistem 6. Mitra
pesan KB melalui Pembangunan
telepon genggam 7. LSM
(menugaskan

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
pihak ketiga untuk
menangani sistem)

2.1.7 Memasukkan pesan 1. Konsultan untuk 1. Sosialisasi pesan KB 1. Sosialisasi       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
kesehatan reproduksi mengkaji dan yang terintegrasi pesan KB yang 2. BPJS 2018
dan KB dalam sesi mengintegrasikan dengan pesan terintegrasi 3. BAPPENAS 2019
pendidikan/promosi pesan KB ke dalam kesehatan ibu dan dengan pesan 4. LSM
kesehatan selama pesan kesehatan ibu anak serta prevensi kesehatan 5. Kemendagri

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
pelayanan antenatal, dan anak serta prevensi infeksi menular ibu dan anak 6. BAPPEDA
pelayanan kesehatan infeksi menular seksual seksual dan HIV/ serta prevensi
anak, serta pada saat dan HIV/AIDS di tingkat AIDS di tingkat infeksi menular
pengobatan infeksi nasional provinsi seksual dan HIV/
menular seksual dan 2. Pertemuan antara AIDS di tingkat
HIV/AIDS melalui BKKBN dan pemangku kabupaten/kota
koordinasi antara OPD kepentingan lainnya
KB dan Dinas Kesehatan
kabupaten/kota.
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lembaga Pemangku Waktu
Kesehatan Utama Kepentingan

  Output 2.2: Meningkatnya keterlibatan tenaga kesehatan, petugas lapangan keluarha berencana kelompok perempuan, dan tokoh agama dalam menggerakkan dukungan untuk program KB
serta mengatasi hambatan dalam ber-KB

2.2.1 Mendukung 1. Pertemuan pemangku 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Pertemuan   1. BKKBN 1. LSM 2017
organisasi kepentingan untuk pemangku pemangku masyarakat LSM/ 2. Kemenag 2. Kemendagri 2018
keagamaan dan mempromosikan KB pada kepentingan di kepentingan untuk masyarakat 3. Kementrian 2019
masyarakat untuk saat kegiatan keagamaan tingkat provinsi di tingkat promosi KB untuk Desa
mempromosikan di tingkat nasional 2. Sosialisasi/ kabupaten/kota oleh pemuka promosi KB 4. BKKBN
KB dalam kegiatan (konseling pra-nikah) di orientasi di 2. Sosialisasi/ agama dengan oleh pemuka provinsi
keagamaan dan tingkat nasional tingkat provinsi orientasi menggunakan agama dengan 5. OPD KB prov/
menggunakan 2. Konsultan untuk 3. Pencetakan dan di tingkat dana desa atau menggunakan kab
kesempatan seperti memperbaiki pedoman distribusi kabupaten/kota alokasi dana dana desa atau
konseling pra-nikah. tentang promosi KB pada 3. Pencetakan dan lainnya alokasi dana
saat kegiatan keagamaan distribusi lainnya
3. Pencetakan dan distribusi
4. Sosialisasi di tingkat
nasional

2.2.2 Memperkuat 1. Pertemuan antara 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Pelaksanaan   1. Sosialisasi/ 1. BKKBN 1. Dinkes 2017
komponen KB di BKKBN dan pemangku pemangku pemangku posyandu orientasi 2. Kemenkes provinsi 2018
Posyandu kepentingan lainnya kepentingan di kepentingan dengan di tingkat 3. PKK 2. Dinkes 2019
-Aktivasi pelayanan 2. Nota Kesepahaman tingkat provinsi di tingkat komponen KB fasilitas kabupaten/
KB di meja 5 (MoU) antara BKKBN dan 2. Sosialisasi/ kabupaten/kota yang sudah kesehatan kota
Posyandu Kemendagri orientasi di 2. Sosialisasi/ diperkuat 3. LSM
-Tenaga kesehatan 3. Konsultan untuk tingkat provinsi orientasi dengan 4. Kementrian
mempromosikan KB mengembangkan 3. Pencetakan dan di tingkat menggunakan Pemberdayaan
ketika mendaftarkan pedoman pelayanan KB distribusi kabupaten/kota dana desa atau Perempuan
para ibu, menimbang di meja 5 di posyandu 3. Pencetakan dan alokasi dana dan
anak-anak, dll. dan modul untuk kader distribusi lainnya Perlindungan
PKK Anak
4. Pencetakan dan distribusi 5. Kementrian
5. Sosialisasi/orientasi di Desa
tingkat nasional 6. BKKBN
provinsi
7. OPD KB prov/
kab

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
2.2.3 Meninjau dan mengembangkan insentif berdasarkan kinerja kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan keterlibatan laki-laki, pemuda, dan masyarakat (terkait dengan Output 3.5)

67
68
2.2.3.1 Menyediakan materi 1. Pengembangan materi 1. Pencetakan 1. Pencetakan dan 1. Distribusi 1. Pelatihan 1. Pelatihan 1. BKKBN 1. BKKBN 2017
untuk meningkatkan untuk meningkatkan dan distribusi dsitribusi poster poster dan LSM tentang tenaga 2. Kemenkes provinsi 2018
keterlibatan laki-laki keterlibatan laki-laki materi untuk dan brosur brosur KB di peningkatan kesehatan 3. LSM 2. OPD KB prov/ 2019
melalui pendidikan melalui pendidikan dan meningkatkan KB di tingkat tingkat desa keterlibatan tentang kab
dan diskusi di tingkat diskusi di tingkat desa keterlibatan kabupaten/kota 2. Pertemuan laki-laki peningkatan 3. Dinkes
desa. (konsultan) laki-laki melalui 2.Pelatihan masyarakat keterlibatan provinsi
2. Pencetakan dan pendidikan di di tingkat di tingkat laki-laki 4. Dinkes
distribusi materi tingkat provinsi kabupaten/kota desa untuk kabupaten/
untuk meningkatkan 2. Pelatihan di meningkatkan kota
keterlibatan laki-laki tingkat provinsi keterlibatan 5. Kementrian
melalui pendidikan dan laki-laki Desa
diskusi di tingkat desa 6. PKK
3. Sosialisasi/orientasi

2.2.3.2 Mengembangkan 1. Pengembangan sistem 1. Pengembangan 1. Pengembangan     1. Pelaksanaan 1. BKKBN 1. BKKBN 2017
insentif berdasarkan insentif berbasis kinerja kriteria untuk kriteria untuk insentif 2. Kemenkes provinsi 2018
kinerja untuk untuk tenaga kesehatan insentif berbasis insentif berbasis berbasis 2. OPD KB prov/ 2019
tenaga kesehatan agar meningkatkan kinerja kinerja kinerja kab
agar meningkatkan keterlibatan laki-laki 2. Pelaksanaan (seleksi) 3. Dinkes
keterlibatan laki- insentif berbasis provinsi
laki, pemuda, dan kinerja (seleksi) 4. Dinkes
masyarakat. kabupaten/
kota

2.2.4 Meningkatkan 1. Pertemuan pemangku 1. PTOT pendidik 1. TOT pendidik   1. Pelatihan   1. BKKBN 1. BKKBN 2017
kapasitas pimpinan kepentingan di tingkat sebaya tentang sebaya tentang pendidik 2. Kementrian provinsi 2018
pemuda sebagai nasional informasi dan informasi dan sebaya Pendidikan 2. OPD KB prov/ 2019

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
pendidik sebaya 2. TOT pendidik sebaya pelayanan KB pelayanan KB tentang 3. LSM kab
untuk informasi dan tentang informasi dan bagi remaja dan bagi remaja dan informasi dan 3. Kemenkes
pelayanan KB bagi pelayanan KB bagi remaja pemuda di tingkat pemuda di tingkat pelayana KB 4. Dinkes
remaja dan pemuda. dan pemuda provinsi kabupaten/kota provinsi
5. Dinkes
kabupaten/
kota

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
6. Kementrian
Desa
7. PKK
2.2.5 Mengembangkan 1. Mengkaji praktek terbaik 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Pelaksanaan     1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
strategi untuk dari gerakan KB berbasis pemangku pemangku Kampung 2. BKKBN 2. Dinkes 2018
menghidupkan masyarakat termasuk kepentingan di kepentingan KB dengan Provinsi provinsi 2019
kembali upaya Siaga dan Kampung KB tingkat provinsi di tingkat menggunakan 3. OPD KB 3. Dinkes
berbasis masyarakat dan mengembangkan 2. Sosialisasi di kabupaten/kota dana desa prov/kab kabupaten/
yang sukses di masa intervensi desa yang tingkat provinsi 2. Sosialisasi kota
lalu dengan mengkaji diperbarui di tingkat 4. Kementrian
secara mendalam 2. Pengembangan kabupaten/kota Pemberdayaan
evaluasi gerakan, pedoman operasional Perempuan
mengidentifikasi untuk Kampung KB dan
kesenjangan dan 3. Pertemuan antara Perlindungan
mengembangkan BKKBN dan pemangku Anak
rencana untuk kepentingan lainnya 5. Kementrian
mengatasi 4. Sosialisasi di tingkat Desa
kesenjangan tesebut nasional
yang relevan dengan
situasi saat ini.

2.2.6 Memastikan 1. Pemetaan ketersediaan 1. Pertemuan 1. Pertemuan       1. BKKBN 1. BAPPENAS 2017


ketersediaan PLKB/PKB di semua pemangku pemangku 2. BKKBN 2. BAPPEDA 2018
Petugas Pelayanan tingkat (konsultan/ kepentingan kepentingan provinsi 2019
Keluarga Berencana lembaga penelitian) di tingkat di tingkat 3. OPD KB
(PLKB/PKB) untuk 2. Pertemuan pemangku provinsi untuk kabupaten/ prov/kab
meningkatkan kepentingan di mengembangkan kota untuk
permintaan program tingkat nasional untuk rencana kerja mengembangkan
KB. mengembangkan PLKB/PKB rencana kerja
rencana kerja PLKB/PKB 2. Rekrutmen PLKB/ PLKB/PKB
3. Rekrutmen PLKB/PKB baru PKB baru 2. Rekrutmen PLKB/
4. Pelatihan PLKB/PKB 3. Pelatihan PLKB/ PKB baru
PKB baru 3. Pelatihan PLKB/
PKB baru

2.3 Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai program Keluarga Berencana

2.3.1 Melakukan 1. Pelaksanaan kegiatan 1. Pelaksanaan 1. Pelaksanaan 1. BKKBN 2017


advokasi kepada advokasi kepada berbagai kegiatan advokasi kegiatan advokasi 2. BKKBN 2018
berbagai pemangku pemangku kepentingan kepada berbagai kepada berbagai provinsi 2019
kepentingan melalui melalui berbagai forum di pemangku pemangku 3. OPD KB
media, audiensi serta tingkat pusat kepentingan kepentingan prov/kab
forum dan kegiatan melalui berbagai melalui berbagai

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
lainnya forum di tingkat forum di tingkat
provinsi kabupaten/kota

69
70
2.3.2 Melakukan pro- 1. Promosi den KIE Program 1. Promosi den 1. Promosi den 1. BKKBN 2017
mosi dan KIE Pro- KB melalui media masa KIE Program KB KIE Program KB 2. BKKBN 2018
gram KB melalui cetak melalui media melalui media provinsi 2019
berbagai media 2. Promosi dan KIE Program masa cetak masa cetak 3. OPD KB
(media massa ce- KB melalui media 2. Promosi dan 2. Promosi dan prov/kab
tak dan elektronik elektronik KIE Program KB KIE Program KB
, media luar ruang 3. Promosi dan KIE Program melalui media melalui media
dan media lini KB melalui media luar elektronik luar ruangan
bawah) ruangan 3. Promosi dan 3. Promosi dan
4. Promosi dan KIE Program KIE Program KB KIE Program KB
KB melalui media lini melalui media melalui media
bawah luar ruangan luar ruangan
4. Promosi dan 4. Promosi dan
KIE Program KB KIE Program KB
melalui media melalui media
lini bawah lini bawah
2.3.3 Melakukan 1. Penyediaan sarana 1. Penyediaan 1. Penyediaan 1. BKKBN 2017
promosi dan KIE dan prasarana untuk sarana dan sarana dan 2. BKKBN 2018
untuk Program KB operasionalisasi program prasarana untuk prasarana untuk provinsi 2019
melalui Tenaga KB melalui Tenaga Lini operasionalisasi operasionalisasi 3. OPD KB
Lini Lapangan Lapangan program KB program KB prov/kab
melalui Tenaga melalui Tenaga
Lini Lapangan Lini Lapangan

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lead Pemangku Waktu
Kesehatan institution Kepentingan

  Output 3.1: Meningkatnya kapasitas untuk penatalayanan/pengelolaan internal dan lintas institusi di tingkat pusat , provinsi, dan kabupaten untuk program yang efisien dan berkelanjutan

3.1.1 Mengawasi dan membimbing penyediaan pelayanan keluarga berencana (pemerintah dan swasta) untuk melindungi hak reproduksi masyarakat

3.1.1.1 Mengembangankan pedoman untuk topik berikut ini:


 

  i. Membangun 1. Lokakarya untuk 1. Lokakarya untuk 1. Lokakarya untuk       1. BKKBN 1. BAPPENAS 2017
kerjasama dan mengembangkan kerjasama mengembangkan mengembangkan 2. Kemenkes 2018
koalisi lintas dan membangun koalisi di kerjasama dan kerjasama dan 3. BPJS 2019
sektor, termasuk tingkat nasional membangun koalisi membangun koalisi di 4. Organisasi
dengan masyarakat di tingkat provinsi tingkat kabupaten/kota profesi
madani, untuk 5. Kemenag
mempengaruhi 6. Kemendes
faktor yang 7. Kemendagri
menentukan 8. Kemendikbud
program KB di 9. Keminfo
tingkat nasional,
provinsi dan
kabupaten/kota

  ii. Pedoman bagi 1. Konsultan untuk 1. Pertemuan/lokakarya 1. Pencetakan dan       1. BKKBN 1. BKKBN Provinsi 2017
OPD KB dalam mengembangkan pedoman dengan provinsi distribusi pedoman 2. Kemenkes 2. OPD KB prov/ 2018
memberikan bagi OPD KB mengenai terpilih untuk kab 2019
advokasi program advokasi KB dan pemantauan mendiskusikan 3. Dinkes provinsi
KB dan bekerjasama penyediaan pelayanan KB pedoman 4. Dinkes
dengan Kemenkes 2. Pertemuan/lokakarya untuk 2. Pencetakan dan kabupaten/kota
untuk memantau mendiskusikan pedoman distribusi pedoman
penyediaan 3. Pencetakan dan distribusi
pelayanan KB pedoman

  iii. Peran sektor swasta 1. Konsultan untuk 1. Sosialiasi di tingkat 1. Sosialisasi di tingkat     1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
dalam penyediaan mengembangkan pedoman provinsi kabupaten/kota 2. BPJS 2018
pelayanan KB dan mengenai peran sektor 3. Organisasi 2019
tanggungjawabnya swasta di dalam penyediaan profesi
pelayanan KB 4. Asosiasi
2. Pertemuan/lokakarya pelayanan

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
pemangku kepentingan kesehatan
untuk mengkaji dan swasta
mengembangkan pedoman
3. Pencetakan dan distribusi

71
pedoman
72
  iv. Regulasi mengenai 1. Konsultan untuk mengkaji       1. BKKBN 1. BKKBN provinsi 2017
desain pengukuran regulasi dan usulan indikator 2. Kemenkes 2. OPD-KB Prov/ 2018
kinerja yang kinerja yang berbasis hak Kab 2019
berbasis hak 2. Pertemuan/lokakarya 3. Dinkes provinsi
pemangku kepentingan di 4. Dinkes
tingkat nasional kabupaten/kota

  v. Penentuan target 1. Pertemuan/lokakarya 1. Pertemuan/ 1. Pertemuan/lokakarya       1. BKKBN 1. BKKBN provinsi 2017


untuk provinsi dan pemangku kepentingan lokakarya pemangku pemangku kepentingan 2. Kemenkes 2. OPD-KB prov/ 2018
kabupaten/kota untuk menyepakati target kepentingan untuk untuk menyepakati kab 2019
berdasarkan tren di tingkat provinsi dan menyepakati target target di tingkat fasilitas 3. Dinkes provinsi
penggunaan KB, kabupaten/kota di tingkat kabupaten/ fasilitas kesehatan 4. Dinkes
dengan fokus pada kota kabupaten/kota
keadilan (dengan
menggunakan data
tingkat kabupaten/
kota yang dianalisis
oleh BKKBN)

  vi. Mobilisasi 1. Konsultan untuk     1. BKKBN 1. BKKBN provinsi 2017


masyarakat untuk mengembangkan pedoman 2. OPD-KB prov/ 2018
menggunakan KB tentang mobilisasi masyarakat kab 2019
untuk menggunakan KB 3. Dinkes provinsi
2. Pertemuan/lokakarya 4. Dinkes
untuk mengkaji dan kabupaten/kota
mengembangkan pedoman
3. Pencetakan dan distribusi

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
pedoman

3.1.1.2 Melakukan orientasi 1. Orientasi di tingkat nasional 1. Orientasi di tingkat 1. Orientasi di tingkat     1. BKKBN 1. BAPPENAS 2017
mengenai pedoman provinsi kabupaten/kota 2. Kemenkes 2018
di atas untuk petugas 3. BPJS 2019
yang berwenang 4. Organisasi
profesi
5. Kemenag

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
6. Kemendes
7. Kemendagri
8. Kemendikbud 9.
Keminfo
10. BKKBN provinsi
11. OPD-KB prov/
kab
12. Dinkes provinsi
13. Dinkes
kabupaten/kota
3.1.1.3 Memantau kepatuhan 1. Pertemuan pemangku 1. Pelaksanaan supervisi 1. Pelaksanaan supervisi   1. Pelaksanaan 1. Kemenkes 1. BKKBN provinsi 2017
pada pedoman dan kepentingan untuk terfasilitasi di tingkat terfasilitasi dari tingkat supervisi 2. BKKBN 2. OPD KB prov/ 2018
sistem mendiskusikan lessons learned provinsi kabupaten/kota fasilitatif kab 2019
dari pelaksaaan supervisi dari tingkat 3. Dinkes provinsi
terfasilitasi fasilitas 4. Dinkes
kesehatan kabupaten/kota

3.1.2 Pengadaan Kontrasepsi        

3.1.2.1 Melaksanakan regulasi 1. Sosialisasi mengenai 1. Sosialisasi mengenai 1. Sosialisasi mengenai       1. BKKBN 1. BKKBN provinsi 2017
mengenai pengadaan pengadaan barang yang pengadaan barang pengadaan barang 2. OPD KB prov/ 2018
komoditas dengan berkualitas sesuai standar yang berkualitas yang berkualitas sesuai kab 2019
kualitas yang terjamin pre-kualifikasi WHO sesuai standar pre- standar pre-kualifikasi
(komoditas yang kualifikasi WHO WHO
memenuhi standar
pre-kualifikasi WHO)

3.1.2.2 Mengembangkan 1. Konsultan untuk mengkaji/ 1. Sosialisasi di tingkat 1. Sosialisasi di tingkat       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
sistem e-procurement mengembangkan/ provinsi kabupaten/kota 2. BPJS 2018
mengintegrasi komoditas KB 3. Organisasi 2019
di sistem e-procurement profesi
2. Pertemuan pemangku 4. Asosiasi
kepentingan pelayanan
3. Sosialisasi di tingkat nasional kesehatan
swasta

3.1.3 Pengembangan sistem

3.1.3.1 Mengembangkan 1. Konsultan untuk 1. Sosialisasi di tingkat 1. Sosialisasi di tingkat       1. BKKBN 1. BKKBN provinsi 2017
sistem pendanaan mengembangkan sistem provinsi kabupaten/kota 2. Kemenkes, 2. OPD-KB prov/ 2018
berbasis kinerja untuk pendanaan berbasis kinerja 2. Pencetakan dan 2. Pencetakan dan kab 2019
kabupaten/kota yang kepada kabupaten/kota yang distribusi pedoman distribusi pedoman 3. Dinkes provinsi
mencapai sasaran mencapai sasaran program KB 4. Dinkes
program KB yang yang sudah ditentukan kabuapten/kota
disepakati sebelumnya 2. Pertemuan/lokakarya
(transfer dana dari pemangku kepentingan
BKKBN ke kabupaten/ untuk mendiskusikan sistem
kota yang mencapai 3. Pencetakan dan distribusi
target) pedoman
4. Sosialisasi di tingkat nasional

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
3.1.4 Pemantapan kerjasama lintas sektor

73
74
3.1.4.1 Mengkaji dan 1. Pertemuan dengan berbagai 1. Pertemuan dengan 1. Pertemuan dengan       1. BKKBN 1. BAPPENAS, 2017
menyusun Nota pemangku kepentingan berbagai pemangku berbagai pemangku 2. Kemenkes 2018
Kesepahaman 2. Pengembangan dan kepentingan kepentingan 3. BPJS 2019
(Memorandum of penandatanganan MOU 4. Kemendagri
Understanding/ 5. KPPPA
MOU) atau keputusan 6. Kemenag
bersama lintas 7. Kemensos
kementrian yang 8. Kementrian
ditandatangani Komunikas dan
dengan kementerian Informatika
terkait seperti
Kementrian Kesehatan,
Kementerian Agama,
Kementerian Dalam
Negeri, dan institusi
lainnya untuk
mempromosikan dan
memperluas pelayanan
dan keberlangsungan
program KB

3.1.5 Pengembangan kapasitas

3.1.5.1 Mengembangkan 1. Konsutan untuk mengkaji 1. Orientasi/pelatihan di 1. Orientasi/pelatihan di       1. BKKBN 1. BKKBN provinsi 2017
kapasitas staf BKKBN pedoman analisis rencana tingkat provinsi tingkat kabupaten/kota 2. OPD-KB prov/ 2018
tingkat provinsi untuk anggaran KB di tingkat 2. Pencetakan dan 2. Pencetakan dan kab 2019
melaksanakan analisis kabupaten/kota distribusi pedoman distribusi pedoman
anggaran KB di tingkat 2. Pertemuan/lokakarya untuk

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
kabupaten/kota dari mendapatkan masukan untuk
berbagai sumber, pedoman
yang dilakukan secara 3. Pencetakan, dan distribusi
tahunan, untuk pedoman
menjamin alokasi yang 4. Sosialisasi di tingkat nasional
memadai menurut
standar minimum

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Kesehatan Lembaga Pemangku Waktu
Utama Kepentingan

  Output 3.2: Meningkatnya koordinasi dengan Kemenkes di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk memantapkan kontribusi sistem kesehatan terhadap KB di berbagai tahap
dalam siklus kesehatan reproduksi

3.2.1 Berdasarkan perjanjian (Memorandum of Understanding/MOU) yang ditandatangani oleh Kemenkes untuk memperkuat kontribusi sistem kesehatan di program KB:

3.2.1.1 Mengkaji dan merevisi 1. Merekrut konsultan untuk 1. Pertemuan 1. Pertemuan       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
standar dan pedoman memfasilitasi pengkajian pemangku pemangku 2. BPJS 2018
yang ada untuk 2. Lokakarya dengan kepentingan kepentingan untuk 3. Organisasi profesi
pelayanan KB terpadu. perwakilan dari provinsi untuk sosialisasi standar 4. Mitra
dan kabupaten/kota yang sosialisasi dan pedoman di pembangunan
terpilih untuk mendapatkan standar dan tingkat kabupaten/
masukan dan mencapai pedoman kota
kesepakatan tentang standar di tingkat 2. Distribusi standar
dan pedoman provinsi dan pedoman
3. Pengembangan dan 2. Distribusi
penandatanganan Nota standar dan
Kesepahaman (MoU) pedoman
4. Pencetakan dan distribusi
standar dan pedoman

3.2.1.2 Mengkaji standar 1. Mengkaji standar pelayan KB 1. Lokakarya 1. Sosialisasi standar       1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
pelayanan KB dan yang ada (termasuk prosedur untuk pelayanan KB di 2. BPJS 2018
melakukan pemutahiran konseling, rujukan, tindak sosialisasi tingkat kabupaten/ 3. Organisasi profesi
di bawah koordinasi lanjut, penapisan skrining standar kota 4. BKKBN provinsi
Kemenkes dan HIV dan infeksi menular pelayanan 2. Distribusi standar 5. OPD KB prov/kab
bekerjasama dengan seksual , dan dual protection) KB di tingkat ke fasilitas 6. Dinkes provinsi
organisasi profesi (konsultan) provinsi kesehatan 7. Dinkes
untuk menjamin tidak 2. Pertemuan pemangku 2. Distribusi kabupaten/kota
adanya hambatan dalam kepentingan antara standar
sistem kesehatan dan Kemenkes (Binkesmas,
terintegrasi dengan BUK), BKKBN, dan organisasi
pelayanan kesehatan profesi untuk mengulas
lainnya menurut standar pelayan KB yang ada
kontinuum pelayanan 3. Lokakarya dengan organisasi
kesehatan reproduksi profesi dan perwakilan
(Berhubungan dengan provinsi dan kabupaten/kota
Output 1.6). untuk mendapatkan
masukan dan mencapai

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
kesepakatan tentang standar
pelayanan KB
4. Pencetakan dan distribusi
standar

75
76
3.2.1.3 Mengembangkan 1.Pertemuan antara Kemenkes 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi di tingkat       1. Kemenkes 1. BKKBN provinsi 2017
mekanisme untuk dan BKKBN untuk mengkaji di tingkat kabupaten/kota 2. BKKBN 2. OPD KB rov/kab 2018
sertifikasi pelatihan KB, dan mengembangkan provinsi 3. Dinkes provinsi
integrasi dengan Sistem sertifikasi pelatihan KB, 4. Dinkes
Informasi Kesehatan, sistem informasi manajemen kabupaten/kota
jaminan ketersediaan terpadu, dan keamanan 5. Organisasi profesi
kontrasepsi dan supervisi komoditas dan supervisi 4. Mitra
(terkait dengan Output 2. Konsultan untuk pembangunan
1.5, 1.3). mengembangkan
mekanisme sertifikasi
pelatihan, jaminan
ketersediaan kontrasepsi dan
supervisi
3. Lokakarya untuk
mendapatkan masukkan
dan mencapai kesepakatan
tentang standar dan
pedoman dengan
mengundang perwakilan
dari provinsi dan kabupaten/
kota

3.2.2 Mengembangkan strategi 1. Konsultan untuk mengkaji 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi di tingkat   1. Sosialisasi di 1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
untuk memantapkan dan memperbaiki pedoman di tingkat kabupaten/kota tingkat fasilitas 2. Dinkes provinsi 2018
program KB pasca-salin yang ada terkait KB pasca provinsi 2. Distribusi pedoman kesehatan 3. Dinkes
dan pasca-keguguran. salin dan pasca keguguran 2. Distribusi 2. Distribusi pedoman kabupaten/kota
2. Pertemuan/lokakarya untuk pedoman 4. Organisasi profesi

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
mendiskusikan, mengulas,
dan merevisi pedoman
3. Pencetakan dan distribusi
pedoman

3.2.3 Mengembangkan kriteria 1. Pertemuan/lokakarya 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi standar     1. Sosialisasi standar 1. Kemenkes 1. Dinkes provinsi 2017
untuk akreditasi fasilitas pemangku kepentingan standar akreditasi baru di akreditasi baru di 2. Dinkes

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
pelayanan KB baik sektor untuk mengkaji dan akreditasi tingkat kabupaten/ tingkat fasilitas kabupaten/kota
pemerintah maupun memperbaiki standar baru di tingkat kota kesehatan 3. Organisasi profesi
swasta sebagai syarat akreditasi yang sudah ada provinsi 4. Asosiasi
registrasi dengan BPJS untuk sektor pemerintah dan pelayanan
(Terkait dengan Output swasta kesehatan swasta
1.1. 1.2). 2. Sosialisasi standar akreditasi
baru di tingkat provinsi
3.2.4 Melakukan koordinasi 1. Rapat koordinasi di tingkat 1. Rapat 1. Rapat koordinasi di       1. BKKBN, 2. 1. Dinkes provinsi 2017
pelatihan KB di tingkat nasional antara BKKBN dan koordinasi tingkat kabupaten/ Kemenkes 2. Dinkes 2018
kabupaten/kota antara Kemenkes di tingkat kota antara Dinkes kabupaten/kota 2019
OPD KB dan Dinas provinsi antara Kabuapten/Kota 3. BKKBn provinsi
Kesehatan Kabupaten/ Dinkes Provinsi dan OPD-KB 4. OPD-KB prov/kab
kota sejak tahap dan BKKBN
perencanaan. Provinsi

3.2.5 Merencanakan 1. Pertemuan rutin 1. Pertemuan 1. Pertemuan rutin   1. Pertemuan rutin 1. Kemenkes 1. Dinkes provinsi 2017
kunjungan supervisi 2. Biaya operasional untuk rutin 2. Biaya operasional 2. Biaya operasional 2. BKKBN 2. Dinkes 2018
bersama oleh PLKB/PKB supervisi terfasilitasi bersama 2. Biaya untuk supervisi untuk supervisi kabupaten/kota 2019
dan bidan koordinator operasional terfasilitasi bersama terfasilitasi 3. BKKBn provinsi
secara teratur dan untuk supervisi bersama 4. OPD-KB prov/kab
menciptakan lingkungan terfasilitasi
yang mendukung seperti bersama
persetujuan kegiatan
oleh Dinas Kesehatan
kabupaten/kota, alokasi
dana yang memadai
untuk perjalanan, dan
sebagainya.

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
77
78
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Kesehatan Lembaga Pemangku Waktu
Utama Kepentingan
  Output 3.3: Meningkatnya kepemimpinan dan kapasitas pejabat OPD KB dan pejabat dinas kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk secara efektif mengelola program KB
3.3.1 Mengkaji peran dan 1. Konsultan untuk 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi di tingkat       1. BKKBN, 2. 1. BKKBN provinsi 2017
tanggungjawab Dinas mengkaji uraian tingkat provinsi kabupaten/kota Kemenkes 2. OPD KB prov/ 2018
Kesehatan Kabupaten/ pekerjaan petugas kab 2019
kota serta OPD KB untuk KB di tingkat Dinkes 3. Dinkes provinsi
mengidentifikasi area kabupaten/kota 4. Dinkes
kerjasama. dan OPD KB untuk kabupaten/
mengidentifikasi area kota
kerjasama 5. BAPPEDA
2. Pertemuan pemangku
kepentingan
3. Sosialisasi di tingkat
nasional
3.3.2 Meningkatkan kapasitas pejabat OPD KB dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam:          
3.3.2.1 Perencanaan, 1. Konsultan untuk 1. Distribusi 1. Distribusi pedoman       1. BKKBN 1. BKKBN provinsi 2017
pengembangan mengembangkan pedoman 2. Sosialisasi di tingkat 2. OPD KB prov/ 2018
rencana kerja, analisis pedoman perencanaan 3. Sosialisasi di kabupaten/kota kab, 2019
anggaran dan advokasi untuk program KB tingkat provinsi 3. Dinkes
untuk meningkatkan 2. Pertemuan/lokakarya provinsi,
sumber daya finansial untuk mendiskusikan, 4. Dinkes
maupun sumber daya mengkaji, dan merevisi kabupaten/
manusiauntuk program pedoman kota
KB. 3. Pencetakan dan 5. BAPPEDA

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
distribusi pedoman
3.3.2.2 Advokasi kepada 1. Konsultan untuk 1. Distribusi 1. Distribusi pedoman       1. BKKBN 2. 1. Kemenkes 2017
tokoh agama, tokoh mengembangkan pedoman 2. Sosialisasi di tingkat Kemenag 2. Dinkes provinsi 2018
masyarakat, dan materi advokasi KB 3. Sosialisasi di kabupaten/kota 3. Dinkes 2019
kelompok perempuan untuk pemuka agama, tingkat provinsi kabupaten/
untuk membahas tokoh masyarakat, and kota
pentingnya KB untuk kelompok perempuan 4. BKKBN provinsi

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
pembangunan 2. Pertemuan/lokakarya 5. OPD-KB prov/
sosial ekonomi serta untuk mendiskusikan, kab ,
pentingnya alokasi mengkaji, dan merevisi 6. LSM
yang memadai untuk pedoman 7. Kemendagri
pelayanan dan anggaran 3. Pencetakan dan
operasional program KB. distribusi pedoman
3.3.2.3 Membentuk mekanisme 1. Mengkaji sistem 1. Sosialisasi sistem 1. Sosialisasi sistem   1. Sosialisasi sistem 1. Kemenkes 1. BKKBN 2017
jaga mutu/perbaikan jaga mutu untk KB jaga mutu untuk jaga mutu untuk jaga mutu untuk KB 2. BKKBN provinsi 2018
mutu (terkait dengan (konsultan) KB di tingkat KB di tingkat di tingkat fasilitas 3. OPD-KB prov/
Output 1.6). 2. Pertemuan pemangku provinsi kabupaten/kota kesehatan kab
kepentingan antara 2. Pertemuan 2. Pertemuan 4. Dinkes provinsi
Kemenkes (Binkesmas, pemangku pemangku 5. Dinkes
BUK), BKKBN, dan kepentingan di kepentingan di kabupaten/
organisasi profesi untuk tingkat provinsi tingkat kabupaten/ kota
mengkaji sistem jaga 3. Pencetakan dan kota
mutu untuk KB distribusi 3. Pencetakan dan
3. Lokakarya untuk distribusi
mendapatkan masukan
dan mencapai
kesepakatan tentang
sistem jaga mutu untuk
KB
4. Pencetakan dan
distribusi
5. Sosialisasi di tingkat
nasional
3.3.3 Memantau pelaksanaan 1. Pengembangan alat 1. Pertemuan 1. Pertemuan     1. BKKBN. 1. BKKBN 2017
standar minimum. untuk pemantauan pemangku pemangku 2. Kemenkes 2. BKKBN provinsi 2018
standar minimum kepentingan di kepentingan di 3. OPD-KB prov/ 2019
2. Pertemuan pemangku tingkat provinsi tingkat kabupaten/ kab
kepentingan di untuk memantai kota untuk 4. Dinkes provinsi
tingkat nasional untuk standar memantau standar 5. Dinkes
memantau standar minimum minimum kabupaten/
minimum kota
3.3.4 Mendukung pejabat 1. Pertemuan rutin 1. Pertemuan rutin 1. Pertemuan rutin   1. Pertemuan rutin 1. BKKBN. 1. BKKBN 2017
OPD KB dan Dinas 2. Supervisi terfasilitasi 2. Supervisi 2. Supervisi di tingkat fasilitas 2. Kemenkes 2. BKKBN provinsi 2018
Kesehatan kabupaten/ bersama terfasilitasi terfasilitasi bersama kesehatan 3. OPD-KB prov/ 2019
kota untuk mengadakan bersama kab ,
pertemuan secara teratur 4. Dinkes provinsi
dengan pemuka agama, 5. Dinkes
tokoh masyarakat, dan kabupaten/
kelompok perempuan kota
untuk advokasi.

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
79
80
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Kesehatan Lembaga Pemangku Waktu
Utama Kepentingan

  Output 3.4 Meningkatnya kapasitas untuk melakukan advokasi berbasis bukti di semua tingkat pemerintahan dan di masyarakat yang terfokus pada peran penting KB dalam mencapai
tujuan pembangunan serta untuk meningkatkan visibilitas program KB dan sumberdayanya

3.4.1. Mengembangkan strategi 1. Pertemuan pemangku 1. Pertemuan 1. Pertemuan pemangku       1. BKKBN 1. BAPPENAS 2017
kabupaten/kota yang kepentingan di tingkat pemangku kepentingan di tingkat 2. Kemenkes 2018
komprehensif untuk nasional kepentingan di kabupaten/kota 3. KPPPPA 2019
advokasi program KB 2. Konsultan untuk tingkat provinsi 2. Lokakarya di tingkat 4. Dinkes provinsi
(berdasarkan strategi mengembangkan strategi 2. Lokakarya di kabupaten/kota 5. Dinkes
nasional) dengan peta komprehensif kabupaten/ tingkat provinsi tentang strategi kabupaten/
jalan untuk implementasi kota untuk advokasi tentang strategi komprehensif untuk kota
strategi pada semua program KB komprehensif advokasi KB 6. BKKBN provinsi
jenjang termasuk di 3. Lokakarya nasional tentang untuk advokasi KB 7. OPD KB prov/
tingkat masyarakat strategi komprehensif untuk kab
serta menyusun daftar advokasi KB
tilik untuk memantau
implementasi strategi ini.

3.4.2. Mengembangkan 1. Konsultan untuk 1. Pertemuan 1. Pertemuan advokasi     1. BKKBN 1. Kemnkes 2017
materi pelatihan untuk mengembangkan materi adovokasi di di tingkat kabupaten/ 2. Dinkes provinsi 2018
pelatihan petugas media advokasi untuk anggota tingkat provinsi kota 3. Dinkes 2019
dan anggota DPR dalam DPR kabupaten/
memberikan advokasi KB. 2. Pencetakan dan distribusi kota
pedoman 4. BKKBN provinsi
3. Pertemuan advokasi di 5. OPD KB prov/
tingkat nasional kab

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
3.4.3. Memantau pelaksanaan 1. Pengembangan alats 1. Pertemuan 1. Pertemuan pemangku     1. BKKBN 1. Kemnkes 2017
upaya advokasi. untuk pemantauan standar pemangku kepentingan di tingkat 2. Dinkes provinsi 2018
minimum kepentingan di kabupaten/kota 3. Dinkes 2019
2. Pertemuan pemangku tingkat provinsi 2. Pelaksanaan kabupaten/
kepentingan di tingkat 2. pelaksanaan pemantauan bersama kota
nasional pemantauan 4. BKKBN provinsi

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
3. pelaksanaan pemantauan bersama 5. OPD KB prov/
bersama kab
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lead Pemangku Waktu
Kesehatan institution Kepentingan

  Output 3.5: Meningkatnya kapasitas dalam penyusunan kebijakan berbasis bukti untuk meningkatkan
efektifitas program KB dan menjamin pemerataan dan keberlanjutan program            

3.5.1. Melaksanakan kajian khusus tingkat 1. Konsultan/lembaga 1. Sosialisasi di 1. Sosialisasi di tingkat       1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
provinsi mengenai kontribusi KB penelitian untuk tingkat provinsi kabupaten/kota 2. BPJS 2018
terhadap pembangunan sosial melakukan pengkajian 3. BAPPENAS 2019
ekonomi dan pencapaian tujuan khusus tingkat provinsi 4. Lembaga
pembangunan. mengenai kontribusi KB penelitian
terhadap pembangunan 5. Organisasi
sosial ekonomi dan profesi
pencapaian tujuan 6. Mitra
pembangunan pembangunan
2. Pertemuan/lokakarya
untuk mendiskusikan dan
mengkaji hasil studi
3. Sosialisasi di tingkat
nasional

3.5.2 Mendukung pejabat KB tingkat 1. Lokakarya untuk analisis 1. Lokakarya untuk 1. Lokakarya untuk       1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
kabupaten/kota dalam melakukan dan perencanaan di analisis dan analisis dan 2. BPJS 2018
analisis alokasi anggaran tahunan tingkat nasional perencanaan di perencanaan di 3. BAPPENAS 2019
untuk pelayanan KB, terutama untuk tingkat provinsi tingkat kabupaten/
melacak anggaran operasional. kota

3.5.3 Mengembangkan kebijakan 1. Konsultan untuk 1. Pertemuan 1. Pertemuan       1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
sumberdaya manusia setempat yang mengembangkan pemangku pemangku 2. BPJS 2018
mendukung program yang efektif, kebijakan sumberdaya kepentingan kepentingan untuk 3. BAPPENAS 2019
adil, dan berkelanjutan. Beberapa manusia untuk KB untuk mendiskusikan 4. Lembaga
contohnya adalah: uraian kerja dan 2. Pertemuan pemangku mendiskusikan dan merencanakan penelitian
seleksi Kepala OPD KB, penempatan kepentingan untuk dan kebijakan 5. Organisasi
bidan yang merata, kebijakan mendiskusikan dan merencanakan sumberdaya profesi
mengenai rotasi jabatan, penyesuaian merencanakan kebijakan kebijakan manusia di tingkat 6. Dinkes provinsi
antara pekerjaan dan kualifikasi, sumberdaya manusia sumberdaya kabuapaten/kota 7. Dinkes
insentif berdasarkan kinerja untuk manusia di tingkat kabupaten/kota
petugas kesehatan, dan sebagainya. provinsi
Area kebijakan baru yang yang perlu
dikembangkan meliputi uraian kerja

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
PLKB/PKB, mekanisme perekrutan,
distribusi (di jenjang mana di
organisasi kabupaten), pemantauan
kinerja, dll.

81
82
3.5.4 Mengkaji biaya transportasi untuk 1. Pertemuan untuk 1. Alokasi dana 1. Alokasi dana       1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
klien yang ingin mendapatkan mengkaji alokasi dana transportasi transportasi 2. Dinkes provinsi 2018
pelayanan sterilisasi dan tidak tinggal transportasi untuk klien untuk klien yang untuk klien yang 3. Dinkes 2019
dekat dengan rumah sakit (terkait yang menggunakan menggunakan menggunakan kabupaten/kota
dengan Output 1.1 dan Tujuan metode kontrasepsi metode metode kontrasepsi 4. BKKBN provinsi
strategis 4) permanen kontrasepsi permanen di 5. OPD KB prov/
permanen di tingkat kabupaten/ kab
tingkat provinsi kota 6. LSM

3.5.5 Memberikan orientasi kepada Bupati/ 1. Konsultan 1. Pertemuan 1. Pertemuan       1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
Walikota dan anggota parlemen mengembangkan materi advokasi di tingkat advokasi di tingkat 2. Dinkes provinsi 2018
tentang pentingnya KB dalam advokasi untuk anggota provinsi kabupaten/kota 3. Dinkes 2019
meningkatkan kesehatan ibu dan DPR kabupaten/kota
pembangunan sosial ekonomi serta 2. Pencetakan dan distribusi 4. BKKBN provinsi
perlunya alokasi anggaran yang pedoman 5. OPD KB prov/
memadai untuk pelayanan dan 3. Pertemuan advokasi di kab
manajemen program. tingkat nasional 6. LSM

3.5.6 Meningkatkan kapasitas BAPPEDA 1. Konsultan untuk 1. Pelatihan di 1. Pelatihan di tingkat       1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
untuk memasukkan KB ke rencana mengembangkan tingkat provinsi kabupaten/kota 2. Dinkes provinsi 2018
daerah. materi advokasi dan 3. Dinkes 2019
alat bagi BAPPEDA kabupaten/kota
agar KB dimasukkan di 4. BKKBN Provinsi
perencanaan daerah 5. OPD KB prov/
2. Pencetakan dan distribusi kab
pedoman 6. LSM
3. Pelatihan di tingkat

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
nasional

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lembaga Pemangku Waktu
Kesehatan Utama Kepentingan

  Output 3.6: Adanya sistem akuntabilitas yang fungsional yang melibatkan masyarakat madani          

3.6.1 3.6.1. Membangun kapasitas 1. Konsultan untuk 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi 1. Pengembangan   1. BKKBN 1. Kemenkes 2017
kelompok perempuan mengembangkan di tingkat di tingkat kapasitas 2. BAPPENAS 2018
(kelompok kerja Hak alat bagi kelompok provinsi kabupaten/kota di tingkat 3. BAPPEDA 2019
dan Pemberdayaan) dan perempuan dan masyarakat 4. LSM
kelompok masyarakat organisasi masyarakat 5. Mitra
madani lainnya sebagai untuk memantau pembangunan
pengawas untuk memantau pelanggaran terhadap
pelanggaran hak klien, hak-hak klien dan akses
akses remaja dan pemuda ke pelayanan bagi
ke pelayanan, dll. (terkait remaja
dengan Output 1.6) 2. Pencetakan dan
distribusi pedoman
3. Sosialisasi di tingkat
nasional

3.6.2 Membentuk komite di 1. Pertemuan pemangku 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Pertemuan 1. Kemenkes 1. BAPPENAS 2017
Puskesmas dan rumah sakit kepentingan di tingkat pemangku pemangku rutin di rutin di tingkat rutin di tingkat 2. BKKBN 2. BAPPEDA 2018
dan membangun kapasitas nasional kepentingan kepentingan tingkat masyarakat fasilitas 3. LSM 2019
mereka untuk menjamin di tingkat di tingkat masyarakt kesehatan 4. Mitra
hak klien terlindungi. provinsi kabupaten/kota pembangunan
2.. Pembentukan
komite di
puskesmas

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
83
84
No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lembaga Pemangku Waktu
Kesehatan Utama Kepentingan

  Output 4.1: Praktek terbaik dan model tersedia untuk meningkatkan Kerjasama Selatan-Selatan (South-South
Cooperation)            

4.1.1 Evaluasi dan dokumentasi 1. Evaluasi inovasi dalam program KB dan 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi       1. BKKBN 1. BPJS 2018
inovasi dalam program KB yang dokumentasi praktek terbaik (konsultan) di tingkat di tingkat 2. Kemenkes 2. Kemenko
dilaksanakan di dalam negeri 2. Sosialisasi di tingkat nasional provinsi kabupaten/kota 3. BAPPENAS PMK
(termasuk proyek yang didanai 3. Lembaga
oleh mitra pembangunan penelitian
internasional) untuk 4. Organisasi
kemungkinan replikasi profesi
5. Kemendagri
6. BAPPEDA

4.1.2 Identifikasi model untuk 1. Mengidentifikasi model untuk 2. Sosialisasi 2. Sosialisasi       1. BKKBN 1. BPJS 2018
direplikasi dan dipromosikan dipromosikan dalam Kerjasama Selatan- di tingkat di tingkat 2. Kemenkes 2. Kemenko 2019
dalam Kerjasama Selatan- Selatan (konsultan) provinsi kabupaten/kota 3. BAPPENAS PMK
Selatan 2. Sosialisasi di tingkat nasional 3. Lembaga
penelitian
4. Organisasi
profesi
5. Kemendagri
6. BAPPEDA

No Kegiatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Desa Masyarakat Fasilitas Lembaga Pemangku Waktu

dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Kesehatan Utama Kepentingan

  Output 4.2: Penelitian operasional untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program KB diterapkan,
dievaluasi, serta diperluas            

4.2.1 Melaksanakan penelitian op- 1. Lembaga penelitian untuk melaksanakan 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi       1. BKKBN 1. BPJS 2018
erasional untuk memperbaiki penelitian operasional untuk di tingkat di tingkat 2. Kemenkes 2. Lembaga
efisiensi dan efektifitas program meningkatkan efisiensi dan efektifitas provinsi kabupaten/kota penelitian

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
KB dan melakukan evaluasinya program KB 3. Organisasi
2. Konsultan untuk melaksanakan evaluasi profesi
3. Sosialisasi tentang hasil penelitian
operasional di tingkat nasional

4.2.2 Mengidentifikasi penelitian 1. Pertemuan pemangku kepentingan       1. BKKBN 1. BPJS 2018


operasional yang efektif untuk untuk mengidentifikasi topik 2. Kemenkes 2. Lembaga
dipromosikan dalam kerjasama untuk penelitian operasional untuk penelitian
Selatan-Selatan dipromosikan dalam Kerjasama Selatan- 3. Organisasi
Selatan profesi
Usulan Indikator Lengkap
Sumber Data Lembaga yang
Tujuan dan Hasil Indikator Kinerja Definisi Operational
Bertanggungjawab

Tujuan (RPJMN 2015- Angka Kematian Ibu Jumlah kematian ibu akibat dari proses SDKI Pusat: BKKBN, Kemenkes,
2019 ) kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 SUPAS Kemendagri, BAPPENAS,
hari pasca persalinan per 100.000 kelahiran SENSUS Kemendesa, MenegPP, BPS,
hidup pada periode tertentu. Angka Organisasi Profesi, LSM, mitra
pengukuran risiko kematian wanita yang pembangunan
berkaitan dengan peristiwa kehamilan.
Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
Total Fertility Rate (TFR) Jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan SDKI Provinsi, BAPPEDA Provinsi,
oleh seorang perempuan pada akhir masa SUPAS organisasi profesi, LSM
reproduksinya apabila perempuan tersebut SENSUS
mengikuti pola fertilitas pada saat TFR Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
dihitung. Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten,
organisasi profesi, LSM
Angka Kelahiran Remaja Jumlah kelahiran pada perempuan umur SDKI
15-19 tahun pada periode tertentu diantara
jumlah penduduk perempuan umur 15-19
tahun pada periode yang sama, yang
dinyatakan dalam 1000 perempuan 15-19
tahun.

CPR all method Jumlah pasangan (perempuan dan/atau SDKI


CPR modern methods laki-laki) usia reproduktif (15-49 tahun) yang SUSENAS
menggunakan suatu metode kontrasepsi
dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia
Subur (PUS) dalam periode tertentu, dikali
100.

Unmet needs Jumlah perempuan usia subur yang tidak SDKI


ingin memiliki anak atau ingin menunda
kelahiran anak berikutnya tetapi tidak
menggunakan metode kontrasepsi
dibandingkan dengan jumlah perempuan
usia subur dalam periode tertentu, dikali 100.

Proporsi penggunaan metode Jumlah pasangan (perempuan dan/atau SDKI


jangka panjang laki-laki) usia reproduktif (15-49 tahun) yang Susenas
menggunakan suatu metode jangka panjang
dibandingkan dengan jumlah pasangan usia
subur (PUS) dalam periode satu terakhir,
dikali 100.

Proporsi klien usia 30-49 tahun Jumlah pasangan (perempuan dan/atau SDKI Pusat: BKKBN, Kemenkes,
yang menggunakan metode jangka laki-laki) usia reproduktif (30-49 tahun) Susenas BPJS, organisasi profesi, mitra
panjang dan permanen yang menggunakan suatu metode pembangunan
kontrasepsi jangka panjang dan permanen Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dibandingkan dengan jumlah Pasangan Provinsi, BPJS, organisasi profesi
Usia Subur (PUS) yang menggunakan suatu Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
metode kontraspesi. Kabupaten, BPJS, organisasi profesi

Proporsi kebutuhan KB yang Jumlah pasangan (perempuan dan/atau SDKI Pusat: BKKBN, Kemenkes
terpenuhi untuk metode laki-laki) usia reproduktif (15-49 tahun) yang Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
kontrasepsi modern menggunakan suatu metode kontrasepsi Provinsi
dibandingkan dengan total jumlah Pasangan Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Usia Subur (PUS) yang menggunakan Kabupaten
suatu metode kontrasepsi, dalam periode
tertentu dan jumlah kontrasepsi yang tidak
terpenuhi, dikali 100.

Tingkat putus pakai untuk metode Jumlah putus pakai kontrasepsi pada SDKI Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS,
kontrasepsi tertentu masing-masing durasi pemakaian setiap organisasi profesi, LSM
bulan dibandingkan dengan jumlah seluruh Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
bulan pemakaian. Provinsi, BPJS, organisasi profesi,
Angka putus pakai setiap bulan kemudian LSM
dihitung secara kumulatif untuk Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
mendapatkan angka satu tahun. Kabupaten, BPJS, organisasi profesi,
LSM

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
85
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Tujuan strategis 1:
Tersedianya sistem pelayanan KB yang merata dan berkualitas di sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat
memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya. 

Output 1.1: Jumlah faskes pemerintah yang Jumlah fasilitas kesehatan swasta Laporan Pusat: Kemenkes, BPJS, BKKBN,
Meningkatnya terakreditasi untuk pelayanan KB yang tersertifikasi untuk memberikan Kemenkes, BPJS, Asosiasi fasilitas swasta
ketersediaan pelayanan KB, dalam satu tahun terakhir BKKBN dan Provinsi: Dinkes Provinsi, BPJS,
pelayanan KB dengan jajarannya BKKBN provinsi, Asosiasi fasilitas
akses yang lebih baik swasta
dan merata di sektor Kabupaten/Kota: Dinkes
pemerintah sehingga Kabupaten, BPJS, OPD KB,
seluruh masyarakat Asosiasi fasilitas swasta
dapat memenuhi
tujuan reproduksi Jumlah tenaga kesehatan dengan Jumlah tenaga kesehatan (bidan atau dokter) Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS,
mereka tenaga yang terlatih untuk yang terlatih untuk menyediakan minimal 3 Kemenkes, BKKBN organisasi profesi
memberikan minimum 3 metode metode kontrasepsi (kondom, pil dan suntik) dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
kontrasepsi dalam satu tahun terakhir Provinsi, BPJS, organisasi profesi
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BPJS, organisasi profesi

Jumlah fasilitas pelayanan KB Jumlah fasilitas pelayanan KB yang Laporan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
yang menyediakan pelayanan alat menyediakan alat kontrasepsi jangka Kemenkes, BKKBN Provinsi, BAPPEDA Provinsi, BPJS,
kontrasepsi jangka panjang dan panjang (Implan, AKDR) dan permanen (MOP dan jajarannya organisasi profesi
permanen dan MOW) dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten,
organisasi profesi

Proporsi kabupaten/kota dengan Proporsi kabupaten/kota yang memiliki Laporan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
setidaknya satu sarana yang dapat setidaknya satu fasilitas kesehatan yang Kemenkes, BKKBN Provinsi, BAPPEDA Provinsi
menyediakan pelayanan MOP dan menyediakan pelayanan MOP dan MOW dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
MOW per 500.000 penduduk per 500.000 penduduk dalam satu tahun Kabupaten , BAPPEDA Kabupaten
terakhir, dikali 100.

Jumlah kabupaten/kota dengan Jumlah kabupaten/kota per provinsi yang Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
wilayah yang terpencil dan susah memiliki wilayah terpencil dan susah Kemenkes, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dijangkau yang memiliki pelayanan dijangkau yang memiliki pelayanan keliling dan jajarannya Provinsi, BAPPEDA Provinsi
keliling untuk mengakses wilayah- untuk mengakses wilayah-wilayah tersebut Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
wilayah tersebut dalam satu tahun terakhir Kabupaten , BAPPEDA Kabupaten

Jumlah klien pasca salin yang Jumlah klien pasca salin di fasilitas kesehatan Laporan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
mendapat konseling/pelayanan KB atau mendapat pertolongan tenaga Kemenkes, BKKBN Provinsi
kesehatan yang mendapatkan pelayanan dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
konseling/pelayanan KB, dalam satu tahun Kabupaten
terakhir

Jumlah kabupaten/kota yang telah Jumlah kabupaten/kota per provinsi yang Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, Kemenag
memasukkan KB ke dalam kegiatan memasukkan topik KB ke dalam konseling Kemenkes, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
konseling pra-nikah pra nikah yang disampaikan di wilayah dan jajarannya Provinsi, KUA
kabupaten tersebut dalam satu tahun Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
terakhir. Kabupaten , KUA

Jumlah kabupaten/kota yang telah Jumlah kabupaten/kota per provinsi Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
mengembangkan sistem dimana yang memiliki sistem dimana kader desa Kemenkes, BKKBN Kemendagri, PKK
kader desa memberikan informasi memberikan informasi KB untuk pasangan dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
KB ke pasangan yang baru menikah yang baru menikah dalam satu tahun Provinsi, PKK
terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten , Pem Desa, Kader PKK

Jumlah kabupaten/kota yang telah Jumlah kabupaten/kota per provinsi dimana Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
mengembangkan sistem pelayanan sarana kesehatannya (puskesmas, klinik Kemenkes, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
KB yang ramah remaja swasta, LSM) memberikan pelayanan ramah dan jajarannya Provinsi, LSM
remaja dalam satu tahun terakhir dibagi Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
seluruh sarana yang memberikan pelayanan, Kabupaten , LSM
dikali 100

Proporsi kabupaten/kota dimana Proporsi kabupaten/kota per provinsi dimana Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS,
semua sarana yang terdaftar di BPJS fasilitas pelayanan kesehatan yang terdaftar Kemenkes, BKKBN organisasi profesi
menyediakan metode KB jangka di BPJS menyediakan metode KB jangka dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
panjang dan permanen panjang dan permanen dalam satu tahun Provinsi, BPJS, organisasi profesi
terakhir dibandingkan dengan seluruh Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdaftar Kabupaten, BPJS, organisasi profesi
di BPJS

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
86
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Jumlah tenaga kesehatan yang Jumlah tenaga kesehatan per kabuaten/ Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS,
mematuhi standar dan pedoman kota yang mematuhi standar dan pedoman Kemenkes, BKKBN organisasi profesi
nasional *Juga digunakan di output pelayanan KB dalam satu tahun terakhir dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
1.6 Provinsi, BPJS, organisasi profesi
Kriteria utama meliputi konseling, menjamin Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
privasi dan kerahasiaan, pemberian informasi Kabupaten, BPJS, organisasi profesi
yang menyeluruh untuk setiap metode dan
persetujuan tindakan

Jumlah kabupaten dengan Jumlah kabupaten per provinsi yang Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS,
kapasitas untuk memberikan memiliki kapasitas untuk memberikan Kemenkes, BKKBN organisasi profesi
pelayanan KB dalam bencana/Paket pelayanan KB dalam bencana/Paket Layanan dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
Layanan Awal Minimum Awal Minimum dalam satu tahun terakhir Provinsi, BPJS, organisasi profesi
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BPJS, organisasi

Jumlah kabupaten dengan tenaga Jumlah kabupaten per provinsi dengan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS,
kesehatan yang dilatih untuk tenaga kesehatan yang dilatih untuk Kemenkes, BKKBN organisasi profesi
memberikan pelayanan KB dalam memberikan pelayanan KB dalam bencana/ dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
bencana/paket Layanan Awal Paket Layanan Awal Minimum dalam satu Provinsi, BPJS, organisasi profesi
minimum tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BPJS, organisasi

Output 1.2: Jumlah fasilitas kesehatan swasta Jumlah fasilitas kesehatan swasta yang Laporan Pusat: Kemenkes, BPJS, BKKBN,
Meningkatnya yang yang terdaftar di BPJS yang terdaftar di BPJS yang menyediakan Kemenkes, Asosiasi fasilitas swasta
pemanfaatan sektor menyediakan pelayanan KB minimal 5 metode KB jangka panjang, BKKBN, BPJS dan Provinsi: Dinkes Provinsi, BPJS,
swasta dalam dalam satu tahun terakhir jajarannya BKKBN provinsi, Asosiasi fasilitas
pemerataan akses swasta
ke pelayanan KB Kabupaten/Kota: Dinkes
berkualitas yang Kabupaten, BPJS, OPD KB,
memperhatikan hak Asosiasi fasilitas swasta
klien.
Rencana bisnis di tingkat nasional Adanya rencana bisnis di tingkat nasional Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes,
tersedia untuk keterlibatan sektor untuk meningkatkan keterlibatan sektor dan jajarannya organisasi profesi, pihak swasta
swasta dalam KB swasta dalam program KB Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
Provinsi, organisasi profesi, pihak
swasta
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, organisasi profesi,
pihak swasta

Jumlah sektor swasta yang Jumlah sektor swasta yang mendukung Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes,
mendukung rencana bisnis untuk rencana bisnis untuk meningkatkan program dan jajarannya organisasi profesi, pihak swasta
program KB KB di tingkat nasional, dalam satu tahun Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
terakhir Provinsi, organisasi profesi, pihak
swasta
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, organisasi profesi,
pihak swasta

Jumlah kabupaten yang Jumlah kabupaten per provinsi yang Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes,
melaksanakan rencana bisnis untuk melaksanakan rencana bisnis untuk program dan jajarannya organisasi profesi, pihak swasta
program KB KB, dalam satu tahun terakhir Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
Provinsi, organisasi profesi, pihak
swasta
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, organisasi profesi,
pihak swasta

Kriteria akreditasi fasilitas untuk Adanya kriteria akreditasi fasilitas yang Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS,
registrasi ke BPJS tersedia meliputi kapasitas untuk menyediakan Kemenkes, organisasi profesi
yang meliputi kapasitas untuk metode KB jangka panjang untuk registrasi BKKBN, BPJS dan
menyediakan metode KB jangka ke BPJS jajarannya
panjang

Jumlah klien yang menerima Jumlah klien yang menerima pelayanan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS,
pelayanan KB gratis di fasilitas KB gratis di fasilitas kesehatan swasta yang Kemenkes, organisasi profesi
kesehatan swasta yang terakreditasi terakreditasi, dalam satu tahun terakhir BKKBN, BPJS dan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
jajarannya Provinsi, BPJS, organisasi profesi,
pihak swasta
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BPJS, organisasi profesi,
pihak swasta

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
87
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Jumlah mekanisme pemasaran Jumlah model pemasaran sosial untuk Laporan BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
sosial dengan fokus khusus pada remaja dan pemuda yang ada di wilayah dan jajarannya Provinsi, LSM, pihak swasta
para remaja dan pemuda kabupaten/kota, dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten , LSM, pihak

Jumlah kabupaten dengan Jumlah kabupaten/kota per provinsi Laporan Pusat: BKKBN, Kemnkes, organisasi
kemitraan dengan asosiasi yang memiliki kemitraan dengan asosiasi Kemenkes, BKKBN profesi, Asosiasi pelayanan
pelayanan kesehatan swasta pelayanan kesehatan swasta dan organisasi dan jajarannya kesehatan swasta Provinsi, Dinkes
dan organisasi profesi untuk profesi untuk penyediaan pelayanan KB, Provinsi, LSM, pihak swasta
penyediaan pelayanan KB dalam satu tahun terakhir Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
Provinsi dan organisasi profesi
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten , organisasi profesi

Output Persentase stockout menurut Persentase fasilitas yang mengalami Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
1.3:Meningkatnya jenis kontrasepsi stock-out untuk jenis kontrasepsi tertentu dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
Sistem Jaminan pada saat dilakukan asesmen, dalam satu Provinsi,
Ketersediaan alat dan tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
obat kontrasepsi. Kabupaten, BPJS

Jumlah gudang yang memenuhi Jumlah gudang kabupaten per provinsi Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
standar yang memenuhi standar sesuai dengan dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi
peraturan pemerintah no 3/2015 per Kabupaten/Kota: OPD KB
provinsi dalam satu tahun terakhir

Jumlah fasilitas pelayanan Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan per Laporan Pusat: BKKBN
kesehatan yang memenuhi standar kabupaten/kota yang memenuhi standar Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
minimum dan maksimum untuk minimum dan maksimum penyediaan stok Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
stok KB KB, dalam satu tahun terakhir dan jajarannya

Jumlah fasilitas kesehatan Jumlah fasilitas kesehatan per kabupaten/ Laporan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
yang memiliki kapasitas untuk kota yang memiliki kapasitas untuk Kementerian Provinsi
memenuhi permintaan secara tepat memenuhi permintaan secara tepat waktu Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
waktu dalam periode tertentu, dalam satu tahun dan jajarannya Kabupaten
terakhir

Jumlah supplier yang dapat Jumlah supplier yang dapat mengirimkan Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
mengirimkan komoditas KB ke komoditas KB ke gudang pusat dan provinsi dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi
gudang pusat dan provinsi sesuai sesuai ketentuan waktu pemenuhan Kabupaten/Kota: OPD KB
ketentuan pemesanan dan waktu pengiriman dan
dalam suhu yang terjaga dalam satu tahun
terakhir

Jumlah gudang yang melakukan Jumlah gudang dalam suatu wilayah Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
pengiriman rutin sesuai jadwal administrasi yang melakukan pengiriman dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
distribusi rutin sesuai jadwal distribusi dalam satu Provinsi
tahun terakhir. Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Jadwal distribusi perlu ditentukan lebih Kabupaten
lanjut

Persentase komoditas KB yang Jumlah komoditas KB yang didistribusikan Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
didistribusikan dibandingkan dari gudang di wilayah kabupaten/kota dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi
dengan pemakaian per permintaan dibandingkan dengan pemakaian dalam Kabupaten/Kota: OPD KB
rutin satu tahun terakhir

Jumlah gudang yang memiliki Jumlah gudang yang memiliki sistem Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
sistem informasi logistik yang informasi logistik yang berfungsi dalam dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi
berfungsi satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB

Jumlah gudang di tingkat Jumlah gudang di tingkat kabupaten Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
kabupaten dengan tenaga kunci dengan tenaga kunci yang mendapatkan dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi
yang mendapatkan pelatihan pelatihan logistik kontrasepsi/jaminan Kabupaten/Kota: OPD KB
logistik kontrasepsi/jaminan ketersediaan komoditas dalam satu tahun
ketersediaan komoditas terakhir

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
88
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Output 1.4: Rasio SDM KB (nakes dan PLKB/ Perbandingan jumlah SDM untuk KB Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
Meningkatnya PKB) per populasi sesuai standar dibandingkan dengan jumlah penduduk Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
kapasitas dan di suatu wilayah kerja, dalam satu tahun Kesehatan, Provinsi,
ketersediaan terakhir BKKBN dan Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
sumberdaya manusia jajarannya Kabupaten, BPJS
untuk menyediakan
pelayanan KB yang Proporsi nakes yang memiliki Perbandingan tenaga kesehatan yang Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
berkualitas. kompetensi untuk memberikan memiliki kompetensi untuk memberikan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
pelayanan kontrasepsi dan MKJP pelayanan kontrasepsi dibandingkan Kesehatan, Provinsi,
dengan jumlah keseluruhan tenaga BKKBN dan Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
kesehatan, dalam satu tahun terakhir jajarannya Kabupaten, BPJS

Tersedianya sistem manajemen Adanya sistem manajemen pelatihan yang Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
pelatihan yang sesuai dengan sesuai dengan strategi pengembangan Kementerian organisasi profesi
strategi pengembangan pelatihan pelatihan dan konsisten dengan peraturan Kesehatan, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
mengenai pelatihan in-service dan jajarannya Provinsi, organisasi profesi
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, organisasi profesi

Jumlah sekolah kebidanan/ Jumlah sekolah kebidanan/keperawatan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
keperawatan yang memasukkan di wilayah administrasi tertentu yang Kementerian Kemenristekdikti, organisasi profesi
KB ke dalam kurikulum pendidikan memasukkan KB ke dalam kurikulum Kesehatan,
pre-service pendidikan pre-service Kementerian
Pendidikan dan
jajarannya

Jumlah fasilitas pelatihan Jumlah fasilitas pelatihan kabupaten/ Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
kabupaten/kota yang memberikan kota yang memberikan pelatihan berbasis Kementerian organisasi profesi
pelatihan berbasis kompetensi kompetensi untuk metode jangka panjang Kesehatan, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
untuk metode jangka panjang dan dan permanen dalam satu tahun terakhir dan jajarannya Provinsi, organisasi profesi
permanen Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, organisasi profesi

Jumlah petugas kesehatan yang Jumlah petugas kesehatan di wilayah Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, Kemenag
telah dilatih untuk memberikan kabupaten/kota yang telah dilatih untuk Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
konseling pranikah memberikan konseling pranikah dalam satu Kesehatan, dan Provinsi, Kemenag Provinsi
tahun terakhir jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, KUA

Jumlah petugas kesehatan terlatih Jumlah petugas kesehatan terlatih di Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
yang mendapatkan sertifikat wilayah kabupaten/kota yang mendapatkan Kementerian organisasi profesi
kompetensi setelah pelatihan sertifikat kompetensi setelah pelatihan Kesehata dan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dalam satu tahun terakhir jajarannya Provinsi, organisasi profesi
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, organisasi profesi

Output 1.5: Tersedianya satu laporan KB yang Adanya laporan KB yang Laporan Pusat: Bappenas, Kemenkes,
Diperkuatnya sistem yang terintegrasi dari faskes mengintegrasikan data dari dinas Kementerian BKKBN
informasi manajemen kesehatan/kota serta OPD KB dalam satu Kesehatan, Provinsi: BAPPEDA, Dinkes
untuk menjamin tahun terakhir BKKBN dan Provinsi, BKKBN provinsi
kualitas, kelengkapan jajarannya Kabupaten/Kota: BAPPEDA,
serta integrasi yang Dinkes Kabupaten, OPD KB
sejalan dengan
sistem kesehatan. Jumlah kabupaten/kota dengan Jumlah kabupaten/kota dengan OPD Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
OPD KB yang mempunyai kapasitas KB yang mempunyai kapasitas untuk Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
untuk memonitor kualitas data memonitor kualitas data sesuai dengan Kesehatan, BKKBN Provinsi
kriteria yang disepakati dan mengambil dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
tindakan yang tepat dalam satu tahun Kabupaten
terakhir

*kriteria untuk kualitas harus ditentukan

Jumlah fasilitas sektor swasta yang Jumlah fasilitas sektor swasta (klinik dan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
terakreditasi yang melapor secara rumah sakit) yang terakreditasi di wilayah Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
teratur administrasi tertentu yang melapor secara Kesehatan, BKKBN Provinsi
teratur dalam satu tahun terakhir dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
89
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Jumlah petugas lapangan KB (PLKB/ Jumlah petugas lapangan KB (PLKB/PKB) Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
PKB) dilatih untuk memonitor yang dilatih untuk memonitor kualitas dan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
kualitas dan kelengkapan laporan kelengkapan laporan dari fasilitas kesehatan Kesehatan, BKKBN Provinsi
dari fasilitas kesehatan di tingkat di tingkat pelayanan kesehatan dasar dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
pelayanan kesehatan dasar (puskesmas, klinik swasta, bidan) dalam satu Kabupaten
tahun terakhir

Jumlah kabupaten/kota dimana Jumlah kabupaten/kota per provinsi dimana Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
laporan KB dari dinas kesehatan dilakukan penyelarasan laporan KB dari Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
kabupaten/kota dan OPD KB dinas kesehatan kabupaten/kota dan OPD Kesehatan, BKKBN Provinsi
diselaraskan KB dalam satu tahun terakhir dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota per provinsi yang Laporan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
memutakhirkan dan memvalidasi memutakhirkan dan memvalidasi kohort KB Kementerian Provinsi
kohort KB dana dalam satu tahun terakhir Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
dan jajarannya Kabupaten

Output 1.6: Proporsi pengguna kontrasepsi Perbandingan jumlah pengguna SDKI Pusat: BPS, Kemenkes, BKKBN
Meningkatnya yang mendapatkan inform kontrasepsi yang mendapatkan informed Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN
kualitas pelayanan KB consent consent dibandingkan dengan seluruh Provinsi
yang memperhatikan pengguna kontrasepsi, dalam satu tahun Kabupaten/Kota: Dinkes
hak klien dan terakhir Kabupaten, OPD KB
mengintegrasikan
pelayanan sepanjang Proporsi pengguna kontrasepsi Perbandingan jumlah pengguna Laporan Pusat: Kemenkes, BPJS, BKKBN
kontinuum pasca persalinan kontrasepsi pasca persalinan Kementerian Provinsi: Dinkes Provinsi, BPJS,
siklus kesehatan dibandingkan dengan junlah seluruh klien Kesehatan, BKKBN provinsi
reproduksi. pasca salin, dalam satu tahun terakhir BKKBN dan Kabupaten/Kota: Dinkes
jajarannya Kabupaten, OPD KB

Jumlah tenaga kesehatan yang Jumlah tenaga kesehatan yang mematuhi Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes, BPJS,
mematuhi standar dan pedoman standar dan pedoman nasional, dalam satu Kementerian organisasi profesi
nasional tahun terakhir Kesehatan, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
(kriteria utama meliputi konseling, menjamin dan jajarannya Provinsi, BPJS, organisasi profesi
*Juga digunakan di output 1.1 privasi dan kerahasiaan, pemberian informasi Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
yang menyeluruh untuk setiap metode dan Kabupaten, BPJS, organisasi profesi
persetujuan tindakan)

*Juga digunakan di output 1.1

Jumlah fasilitas kesehatan dimana Jumlah fasilitas kesehatan dimana pelayanan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
pelayanan KIA yang memberikan KIA (seperti pelayanan ANC, persalinan, nifas) Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
informasi dan pelayanan KB yang memberikan informasi dan pelayanan Kesehatan, BKKBN Provinsi
KB dalam satu tahun terakhir dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
melaksanakan sistem pengawasan sistem pengawasan fungsional pada semua Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
fungsional petugas pelayanan KB dalam satu terakhir Kesehatan, BKKBN Provinsi
dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
melaksanakan supervisi fasilitatif supervisi fasilitatif ke petugas pelayanan KB Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dalam satu tahun terakhir Kesehatan, BKKBN Provinsi
dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan Laporan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
melaksanakan sistem jaga mutu sistem jaga mutu fungsional di semua Kementerian Provinsi
jenjang dalam satu tahun terakhir Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
dan jajarannya Kabupaten

Jumlah organisasi masyarakatyang Jumlah organisasi masyarakat yang terlibat Laporan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
terlibat dalam pemantauan dalam pemantauan penyediaan informasi Kementerian Provinsi
penyediaan informasi dan dan pelayanan KB oleh fasilitas dan tenaga Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
pelayanan KB oleh fasilitas dan kesehatan dalam satu tahun terakhir dan jajarannya Kabupaten
tenaga kesehatan

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
90
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Tujuan strategis 2:
Meningkatnya permintaan penggunaan metode kontrasepsi modern dengan penggunaan yang berkesinambungan

Output 2.1: Tersedianya strategi komunikasi Adanya strategi komunikasi perubahan Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
strategi Komunikasi perubahan perilaku yang sesuai perilaku yangs sesuai dengan kebutuhan dan jajarannya Provinsi: BKKBN provinsi
Perubahan Perilaku dengan kondisi lokal dan kondisi lokal di suatu wilayah tertentu Kabupaten/Kota: OPD KB
(Behavior Change
Communication) Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota yang menggunakan Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
yang komprehensif. menggunakan sistem mobile sistem mobile (digital) untuk memberikan dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
(digital) untuk memberikan pesan pesan KB dan mengingatkan klien mengenai Provinsi, LSM, PKK, toma
KB waktu untuk mendapatkan pelayanan KB Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
ulang, dalam satu tahun terakhir Kabupaten, PKK, toma

Jumlah provinsi/kabupaten yang Jumlah provinsi/kabupaten yang Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
menggunakan TV, radio dan media menggunakan TV, radio serta media lainnya dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
lainnya untuk mempromosikan KB untuk mempromosikan KB, dalam satu Provinsi, LSM, PKK, toma
tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, PKK, toma

Jumlah fasilitas pelayanan Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
kesehatan yang menggunakan menggunakan materi KIE berbasis bukti, dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, LSM,
materi KIE berbasis bukti, materi materi cetak dan materi lainnya untuk toma, toga
cetak dan materi lainnya untuk mempromosikan KB, dalam satu tahun Kabupaten/Kota: OPD KB, LSM,
mempromosikan KB terakhir toma, toga

Jumlah remaja, pemuda dan Jumlah remaja, pemuda dan laki-laki yang Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes
laki-laki yang dilatih mengenai dilatih mengenai pendidikan sebaya untuk dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
pendidikan sebaya untuk mempromosikan KB, dalam satu tahun Provinsi, LSM
mempromosikan KB terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, LSM

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota yang mengadopsi Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
mengadopsi strategi Komunikasi strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
Perubahan Perilaku yang yang komprehensif, dalam satu tahun Provinsi
komprehensif terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Jumlah kabupaten yang telah Jumlah kabupaten per provinsi yang telah Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
mengembangkan pesan kunci mengembangkan pesan kunci untuk dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, LSM,
untuk mengatasi hambatan budaya mengatasi hambatan budaya dan hambatan toma, toga
dan hambatan lainnya dalam lainnya dalam penggunaan kontrasepsi, Kabupaten/Kota: OPD KB, LSM,
penggunaan kontrasepsi dalam satu tahun terakhir toma, toga

Jumlah kabupaten yang Jumlah kabupaten per provinsi yang Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
mengembangkan untuk mengkaji mengembangkan sistem untuk secara dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, LSM,
capaian saluran media dan teratur mengkaji capaian saluran media dan toma, toga
dampaknya dampaknya, dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, LSM,
toma, toga

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota per provinsi yang Laporan BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
menggunakan sistem pemberian menggunakan sistem pemberian pesan KB dan jajarannya Provinsi
pesan KB secara mobile/digital secara mobile/digital, dalam satu tahun Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
terakhir Kabupaten

Tersedianya strategi berbasis Adanya strategi berbasis kinerja untuk Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes
kinerja wilayah dengan tingkat kinerja yang dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
berbeda Provinsi
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota per provinsi yang Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes
menerapkan strategi berbasis menerapkan strategi berbasis kinerja dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
kinerja untuk wilayah dengan tingkat kinerja yang Provinsi
berbeda dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Jumlah fasilitas kesehatan dengan Jumlah fasilitas kesehatan dengan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
pelayanan KIA yang memberikan pelayanan KIA yang memberikan pelayanan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
informasi KB informasi KB dalam per kabupaten/provinsi, Kesehatan, BKKBN Provinsi
dalam satu tahun terakhir dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
91
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Output 2.2: Jumlah kegiatan penggerakan Jumlah kegiatan penggerakan masyarakat Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
Meningkatnya masyarakat dalam program dalam program KB yang dilakukan oleh dan jajarannya Provinsi: BKKBN provinsi
keterlibatan tenaga KB oleh berbagai kelompok berbagai kelompok masyarakat, dalam Kabupaten/Kota: OPD KB
kesehatan, kelompok masyarakat satu tahun terakhir
perempuan, dan
tokoh agama dalam Jumlah institusi keagamaan yang Jumlah institusi keagamaan yang Laporan BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
menggerakkan memasukkan KB ke pelayanan memasukkan KB ke pelayanan konseling dan Kementerian Provinsi, toga
dukungan untuk konseling calon pengantin atau calon pengantin atau kegiatan terkait Agama dan Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
program KB serta kegiatan terkait program KB lainnya program KB lainnya, dalam satu tahun jajarannya Kabupaten, toga
mengatasi hambatan terakhir
dalam ber-KB.
Jumlah tenaga kesehatan yang Jumlah tenaga kesehatan (dokter dan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
secara aktif mempromosikan KB bidan) per kabupaten/kota yang secara Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
aktif mempromosikan KB, dalam satu tahun Kesehatan, BKKBN Provinsi, PKK
terakhir dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, PKK

Jumlah kabupaten/kota Jumlah kabupaten/kota per provinsi dimana Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes,
dimana kelompok perempuan/ kelompok perempuan/ masyarakarat aktif dan jajarannya Kemendagri, LSM
masyarakarat aktif dalam promosi dalam promosi KB, dalam satu tahun terakhir Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
KB Provinsi, PKK, LSM
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, PKK, LSM

Jumlah kabupaten/kota dimana KB Jumlah kabupaten/kota per provinsi dimana Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
dipromosikan di Upaya Kesehatan KB dipromosikan di Upaya Kesehatan Kementerian Kemendagri, LSM
Berbasis Masyarakat Berbasis Masyarakat dalam satu tahun Kesehatan, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
terakhir dan jajarannya Provinsi, PKK, LSM
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, PKK, LSM

Jumlah organisasi pemuda, Jumlah organisasi pemuda, organisasi Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes, LSM
organisasi keagamaan dan keagamaan dan organisasi masyarakat dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
organisasi masyarakat lainnya yang lainnya yang dilatih dan terlibat dalam Provinsi, LSM
dilatih dalam kegiatan KB kegiatan KB dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
kabupaten, LSM

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah Kampung KB yang ada di wilayah Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, kemnkes, LSM, toma,
memiliki Kampung KB kabupaten/kota, dalam periode satu tahun dan jajarannya toga
terakhir Provinsi: BKKBN Provinsi, LSM,
toma, toga
Kabupaten/Kota: OPD KB, LSM,
toma, toga

Output 2.3: Proporsi masyarakat (15-49 Perbandingan jumlah masyarakat usia SDKI Pusat: BKKBN
Meningkatnya tahun) baik laki-laki maupun 15-49 tahun, baik laki-laki maupun Provinsi: BKKBN provinsi
pengetahuan perempuan yang memiliki perempuan yang memiliki pengetahuan Kabupaten/Kota: OPD KB
dan pemahaman pengetahuan mengenai mengenai metode KB dibandingkan
masyarakat kontrasepsi dengan seluruh jumlah masyarakat usia
mengenai program 15-49 tahun
Keluarga Berencana
Persentase stakeholders/pemangku Jumlah stakeholders/pemangku kepentingan Laporan Pusat: BKKBN
kepentingan tingkat pusat maupun tingkat pusat maupun provinsi dan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
provinsi dan kabupaten kota yang kabupaten kota yang mendapat orientasi Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
mendapat orientasi mengenai mengenai program KB dibandingkan dengan dan jajarannya
program KB program KB jumlah seluruh pemangku kepentingan
dalam satu tahun terakhir, dikali 100

Persentase masyarakat yang Jumlah masyarakat yang memahami isi Laporan Pusat: BKKBN
memahami isi pesan program KB pesan program KB dari berbagai media Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
dari berbagai media dibandingkan dengan jumlah mayarakat Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
yang terjangkau oleh pesan program KB dan jajarannya
yang disampaikan melalui berbagai media
dalam satu tahun terakhir , dikali 100

Persentase masyarakat yang Jumlah masyarakat yang memahami isi Laporan Pusat: BKKBN
memahami isi pesan program KB pesan program KB dari tenaga lini lapangan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
dari tenaga lini lapangan dibandingkan dengan jumlah masyarakat Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
yang dijangkau oleh program penyampaian dan jajarannya
pesan KB oleh tenaga lapangan dalam satu
tahun terakhir, dikali 100

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
92
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Persentase Kab dan Kota yang Persentase Kab dan Kota per provinsi yang Laporan Pusat: BKKBN
mempunyai Jumlah tenaga lini mempunyai Jumlah tenaga lini lapangan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
lapangan sesuai ratio yg memadai sesuai ratio yg memadai dalam satu tahun Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
terakhir. dan jajarannya

Persentase SDM Lini Lapangan Jumlah tenaga Lini Lapangan yang terampil Laporan Pusat: BKKBN
yang terampil melaksanakan tugas melaksanakan tugas sesuai standar Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
sesuai standar dibandingkan dengan jumlah tenaga Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
lapangan keseluruhan dalam satu tahun dan jajarannya
terakhir , dikali 100

Tujuan strategis 3:
Meningkatnya penatalayanan/ pengelolaan di semua jenjang dan memantapkan lingkungan yang mendukung program KB yang efektif, adil dan
berkesinambungan si sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga Negara dapat memenuhi tujuan kesehatan reproduksinya. 

Output 3.1: Tersedianya dokumen Adanya dokumen RPJMD yang memuat Laporan Pusat: Kemenkes, BKKBN,
Meningkatnya perencanaan program KB perencanaan program KB yang Kementerian BAPPENAS
kapasitas untuk terintegrasi dengan lintas sektor terintegrasi dengan sektor lainnya, dalam Kesehatan, Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN
penatalayanan/ lainnya di dalam RPJMD periode tertentu BKKBN dan provinsi, BAPPEDA
pengelolaan jajarannya Kabupaten/Kota: Dinkes
internal dan lintas Kabupaten, OPD KB, BAPPEDA
institusi di tingkat
pusat, provinsi dan Pedoman untuk bagi OPD KB Tersedianya pedoman bagi OPD KB untuk Laporan Pusat: BKKBN
kabupaten untuk untuk mengadvokasi program dan mengadvokasi program/pelayanan KB Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
program yang efisien pelayanan KB tersedia Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
dan berkelanjutan dan jajarannya

Jumlah OPD KB yang Jumlah OPD KB yang menggunakan Laporan Pusat: BKKBN
menngunakan pedoman untuk pedoman bagi OPD KB untuk mengadvokasi Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
bagi OPD KB untuk mengadvokasi program dan pelayanan KB dalam satu Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
program/pelayanan KB tahun terakhir dan jajarannya

Pedoman untuk membangun Tersedianya pedoman untuk membangun Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
kerjasama dan koalisi dengan kerjasama dan koalisi dengan berbagai Kementerian BAPPENAS, Kemendagri, PKK, LSM,
berbagai sektor sektor termasuk masyarakat sipil Kesehatan, BKKBN toma, toga
meningkatkan penggunaan kontrasepsi dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
Provinsi, BAPPEDA, PKK, LSM,toma,
toga
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BAPPEDA, PKK,
LSM,toma, toga

Jumlah kabupaten yang dilatih Jumlah kabupaten yang dilatih dengan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
dengan pedoman untuk pedoman untuk membangun kerjasama Kementerian BAPPENAS, Kemendagri, PKK, LSM,
membangun kerjasama dan koalisi dan koalisi dengan berbagai sektor, dalam Kesehatan, BKKBN toma, toga
dengan berbagai sektor satu tahun terakhir dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
Provinsi, BAPPEDA, PKK, LSM,toma,
toga
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BAPPEDA, PKK,
LSM,toma, toga

Sistem target untuk provinsi dan Terbentuknhya sistem target untuk provinsi Laporan Pusat: BKKBN
kabupaten/kota berdasarkan tren dan kabupaten/kota berdasarkan tren dan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
dan ekuitas dalam penggunaan KB ekuitas dalam penggunaan KB tersedia Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
tersedia dan jajarannya

MOU dengan kementerian Adanya MOU dengan kementerian Laporan Pusat: BKKBN
kesehatan dan kementrian terkait kesehatan dan kementerian terkait lainnya Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
lainnya di tingkat pusat, provinsi di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
dan kabupaten untuk promosi dan untuk promosi dan pengembangan dan jajarannya
pengembangan pelayanan KB pelayanan KB serta keberlangsungannya

Proporsi provinsi atau kabupaten Jumlah provinsi atau kabupaten yang Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
yang mengimplementasi MOU mengimplementasi MOU dengan sektor Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dengan sektor kesehatan dan kesehatan dan sektor terkait lainnya di Kesehatan, BKKBN Provinsi
sektor terkait lainnya untuk tingkat provinsi/kabupaten untuk koordinasi dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
koordinasi program KB dan integrasi pelayanan KB yang lebih baik Kabupaten
sepanjang kontinuum siklus reproduksi

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
93
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Sistem pencairan dana berbasis Adanya sistem pencairan dana berbasis Laporan Pusat: BKKBN, BAPPENAS
kinerja berdasarnya pencapaian kinerja berdasarkan pencapaian tolok Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, BAPPEDA
tolok ukur program KB yang sudah ukur program KB yang sudah disepakati Kesehatan, BKKBN Provinsi
disepakati sebelumnya dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB,
BAPPEDA Kabupaten

Jumlah kantor BKKBN provinsi/ Jumlah kantor BKKBN provinsi/OPD KB yang Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
OPD KB yang melakukan analisis secara rutin melakukan analisis tahunan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, BAPPEDA
tahunan atas anggaran program KB atas anggaran program KB untuk menjamin Kesehatan, BKKBN Provinsi
alokasi yang memadai dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB,
BAPPEDA Provinsi

Jumlah provinsi dan kabupaten Jumlah provinsi dan kabupaten dengan Laporan Pusat: BKKBN
dengan tenaga yang dilatih tenaga yang dilatih engenai pembiayaan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
mengenai pendanaan program KB program KB dari berbagai sumber untuk Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
menjamin ketersediaan dana, dalam satu dan jajarannya
tahun terakhir

Jumlah kabupaten/kota dengan Jumlah kabupaten/kota per kabupaten Laporan Kabupaten/Kota: OPD KB,
peningkatan anggaran operasional dengan peningkatan anggaran operasional Kementerian BAPPEDA Kabupaten
untuk program KB untuk program KB dibandingkan dengan Kesehatan, BKKBN
periode pelaporan sebelumnya dan jajarannya

Output 3.2: Adanya dokumen kebijakan Terbentuknya dokumen kebijakan Laporan Pusat: Kemenkes, BKKBN,
Meningkatnya program KB yang berbasis program KB yang berbasis bukti dan Kementerian BAPPEDA
koordinasi antara bukti dan berorientasi pada berorientasi pada pemenuhan hak di Kesehatan, Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN
BKKBN dan pemenuhan hak di semua semuan jenjang pemerintahan. BKKBN dan provinsi, BAPPEDA
Kemenkes di tingkat jenjang jajarannya Kabupaten/Kota: Dinkes
pusat, provinsi, dan Kabupaten, OPD KB, BAPPEDA
kabupaten/kota
untuk memantapkan MOU dengan Kemenkes untuk Adanya MOU dengan Kemenkes untuk Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
kontribusi sistem memantapkan kontribusi sistem memantapkan kontribusi sistem kesehatan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
kesehatan terhadap kesehatan dalam KB tersedia dalam KB Kesehatan, BKKBN Provinsi
KB di berbagai dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
tahap dalam Kabupaten
siklus kesehatan
Jumlah standar pelayanan KB Jumlah standar pelayanan KB yang Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
reproduksi.
dikaji dan dimutakhirkan di telah dikaji dan dimutakhirkan di bawah Kementerian organisasi profesi
bawah koordinasi Kemenkes dan koordinasi Kemenkes dan bekerjasama Kesehatan, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
bekerjasama dengan organisasi dengan organisasi profesi dan jajarannya Provinsi, organisasi profesi
profesi Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, organisasi profesi

Strategi untuk mempromosikan KB Adanya Strategi untuk memantapkan KB Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
pasca salin dan pasca keguguran pasca salin dan pasca keguguran Kementerian organisasi profesi
tersedia Kesehatan, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dan jajarannya Provinsi, organisasi profesi
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, organisasi profesi

Kriteria untuk akreditasi Adanya kriteria untuk akreditasi sarana Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes,
sarana pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan untuk registrasi ke Kementerian organisasi profesi
untuk registrasi ke BPJS yang BPJS yang mamasukkan kriteria penyediaan Kesehatan, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
mamasukkan kriteria penyediaan pelayanan KB dan jajarannya Provinsi, organisasi profesi
pelayanan KB tersedia Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, organisasi profesi

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota yang melakukan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
melakukan pertemuan pengkajian pertemuan pengkajian dan perencanaan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dan perencanaan yang dikoordinasi yang yang dikoordinasi oleh OPD KB dan Kesehatan, BKKBN Provinsi
oleh OPD KB dan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dimana dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten/kota dimana laporan laporan KB dibagikan (termasuk dari sektor Kabupaten
KB dibagikan (termasuk dari sektor swasta)
swasta)

Jumlah kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota per provinsi Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
malakukan harmonisasi pencatatan yang melakukan harmonisasi pencatatan Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dan pelaporan pelayanan KB dari dan pelaporan pelayanan KB dari tingkat Kesehatan, BKKBN Provinsi
tingkat pelayanan dasar pelayanan dasar dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
94
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Jumlah kabupaten/kota dimana Jumlah kabupaten/kota dimana pelatihan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
pelatihan KB dilakukan dengan KB dilakukan dengan koordinasi antara OPD Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
koordinasi antara OPD KB dan Dinas KB dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kesehatan, BKKBN Provinsi
Kesehatan Kabupaten/kota kota, dalam satu tahun terakhir dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Jumlah kabupaten/kota dimana Jumlah kabupaten/kota dimana kunjungan Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
kunjungan pengawasan bersama pengawasan bersama dilaksanakan oleh Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dilaksanakan oleh PLKB/PKB dan PLKB/PKB dan Bidan Koordinator, dalam Kesehatan, BKKBN Provinsi
Bidan Koordinator satu tahun terakhir dan jajarannya Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten

Output 3.3: Adanya peningkatan alokasi Adanya peningkatan alokasi anggaran Laporan Pusat: BAPPENAS, Kemenkes,
Meningkatnya anggaran untuk program KB (di untuk program KB, baik itu di sektor Kementerian BKKBN
kepemimpinan sektor KB dan kesehatan) kesehatan maupun sektor KB, dalam satu Kesehatan, Provinsi: BAPPEDA, Dinkes
dan kapasitas tahun terakhir jika dibandingkan dengan BKKBN dan Provinsi, BKKBN provinsi
pejabat OPD KB dan petiode yang sama di tahun sebelumnya. jajarannya Kabupaten/Kota: BAPPEDA,
pejabat Kesehatan Dinkes Kabupaten, OPD KB
Kabupaten/kota
untuk secara efektif Jumlah kabupaten/kota dimana Jumlah kabupaten/kota dimana kepala OPD Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
mengelola program kepala OPD KB dan Dinas KB dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota Kementerian BAPPENAS
KB. Kesehatan Kabupaten/kota terlatih terlatih dalam perencanaan, penyusunan Kesehatan, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
dalam perencanaan, penyusunan rencana kerja, analisis anggaran, dan dan jajarannya Provinsi, BAPPEDA provinsi
rencana kerja, analisis anggaran, advokasi untuk meningkatkan sumberdaya, Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
dan advokasi untuk meningkatkan dalam satu tahun terakhir Kabupaten, BAPPEDA provinsi
sumberdaya

Jumlah kabupaten/kota dimana Jumlah kabupaten/kota dimana kepala Laporan Pusat: BKKBN, Kemenkes
kepala OPD KB dan Dinas OPD KB dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kementerian BAPPENAS
Kesehatan Kabupaten/kota kota mengadakan pertemuan secara teratur Kesehatan, BKKBN Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
mengadakan pertemuan secara dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan dan jajarannya Provinsi, BAPPEDA provinsi
teratur dengan tokoh agama, kelompok perempuan untuk mendiskusikan Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
tokoh masyarakat, dan kelompok pentingnya KB bagi pembangunan sosial Kabupaten, BAPPEDA provinsi
perempuan untuk mendiskusikan ekonomi, yang dilakukan dalam periode
pentingnya KB bagi pembangunan waktu tertentu, dalam satu tahun terakhir
sosial ekonomi.

Jumlah kabupaten dimana Jumlah kabupaten dimana pengelola Laporan Pusat: BKKBN
pengelola program KB melakukan program KB melakukan pemantauan secara Kementerian Provinsi: BKKBN Provinsi
pemantauan secara rutin terhadap rutin terhadap pelaksanaan program KB, Kesehatan, BKKBN Kabupaten/Kota: OPD KB
pelaksanaan program KB dalam satu tahun terakhir dan jajarannya

Output 3.4: Tersedianya strategi advokasi Adanya strategi advokasi berbasis bukti Laporan BKKBN Pusat: Kemenkes, BKKBN,
Meningkatnya berbasis bukti untuk program KB untuk program KB di berbagai jenjang dan jajarannya BAPPEDA
kapasitas untuk di setiap jenjang program KB Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN
melakukan advokasi provinsi, BAPPEDA
berbasis bukti di Kabupaten/Kota: Dinkes
semua tingkat Kabupaten, OPD KB, BAPPEDA
pemerintahan dan
di masyarakat yang Jumlah kabupaten yang Jumlah kabupaten yang mendapatkan Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
terfokus pada peran mendapatkan orientasi mengenai pelatihan/orientasi mengenai Strategi KB dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi
penting KB dalam Strategi KB yang komprehensif yang komprehensif yang dikembang kan Kabupaten/Kota: OPD KB
mencapai tujuan dikembang kandengan peta jalan dengan peta jalan untuk implementasi
pembangunan serta untuk implementasi strategi di strategi di semua tingkat, dalam satu tahun
untuk meningkatkan semua tingkat terakhir
visibilitas program KB
Jumlah kabupaten/kota dengan Jumlah kabupaten/kota dengan petugas Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
dan sumberdayanya.
petugas media dan anggota media dan anggota parlemen yang terlatih dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi
parlemen yang terlatih KB KB, dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB

Jumlah kabupaten/kota dengan Jumlah kabupaten/kota dengan yang Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
yang melakukan pemantauan melakukan pemantauan upaya advokasi, dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi
upaya advokasi dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
95
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Output 3.5: Adanya dokumen kebijakan Terbentuknya dokumen kebijakan Laporan BKKBN Pusat: Kemenkes, BKKBN,
Meningkatnya program KB yang berbasis program KB yang berbasis bukti dan dan jajarannya BAPPEDA
kapasitas dalam bukti dan berorientasi pada berorientasi pada pemenuhan hak di Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN
penyusunan pemenuhan hak di semua semuan jenjang pemerintahan. provinsi, BAPPEDA
kebijakan berbasis jenjang Kabupaten/Kota: Dinkes
bukti untuk Kabupaten, OPD KB, BAPPEDA
meningkatkan
efektifitas program Jumlah kabupaten/kota dengan Jumlah kabupaten/kota dengan Bupati/ Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
KB dan menjamin Bupati/Walikota terorientasi Walikota yang mendapatkan pelatihan/ dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, BAPPEDA
pemerataan dan mengenai pentingnya KB dalam orientasi mengenai pentingnya KB dalam Provinsi
keberlanjutan pembangunan sosial ekonomi pembangunan sosial ekonomi, dalam satu Kabupaten/Kota: OPD KB,
program. tahun terakhir BAPPEDA Kabupaten

Jumlah kabupaten/kota dimana Jumlah kabupaten/kota dimana analisa Laporan BKKBN Pusat: BKKBN
analisa tahunan alokasi anggaran tahunan alokasi anggaran untuk pelayanan dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, BAPPEDA
untuk pelayanan KB tersedia untuk KB tersedia untuk advokasi ke pejabat Provinsi
advokasi ke pejabat kabupaten/ kabupaten/kota, dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: OPD KB,
kota BAPPEDA Kabupaten

Jumlah kabupaten dengan Jumlah kabupaten/kota dengan kebijakan Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes
kebijakan sumberdaya manusia sumberdaya manusia lokal yang mendukung dan jajarannya BAPPENAS
lokal yang mendukung program program yang efektif, bersifat adil, dan Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
yang efektif, bersifat adil, dan berkelanjutan, dalam satu tahun terakhir Provinsi, BAPPEDA provinsi
berkelanjutan Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BAPPEDA provinsi

Jumlah kabupaten dimana biaya Jumlah kabupaten/kota dimana biaya Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes
transportasi untuk klien metode transportasi untuk klien metode permanen dan jajarannya Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
permanen yang tinggal jauh dari yang tinggal jauh dari rumah sakit Provinsi, BAPPEDA Provinsi
rumah sakit ditanggung oleh pemerintah, dalam satu Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
tahun terakhir Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten

Output 3.6: Jumlah kabupaten/kota di mana Jumlah kabupaten/kota di mana berbagai Laporan BKKBN Pusat: Kemenkes, BKKBN, LSM
Adanya sistem kelompok perempuan (hak-hak kelompok masyarakat dapat terlibat dan jajarannya dan organisasi masyarakat
akuntabilitas dan kelompok pemberdayaan) untuk melaporkan pelanggaran hak-hak lainnya
yang fungsional melaporkan pelanggaran hak- klien, dalam satu tahun terakhir Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN
yang melibatkan hak klien, akses remaja dan provinsi, LSM dan organisasi
masyarakat madani. pemuda, dll. masyarakat lainnya
Kabupaten/Kota: Dinkes
Kabupaten, OPD KB, LSM dan
organisasi masyarakat lainnya

Jumlah kelompok perempuan Jumlah kelompok perempuan yang dilatih Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes,
yang dilatih untuk persetujuan untuk persetujuan berdasarkan informasi dan jajarannya BAPPENAS, Kemendagri, PKK, LSM,
berdasarkan informasi dan dan kesukarelaan/pendekatan berbasis hak toma, toga
kesukarelaan/pendekatan berbasis Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
hak Provinsi, BAPPEDA, PKK, LSM,toma,
toga
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BAPPEDA, PKK,
LSM,toma, toga

Jumlah kabupaten /kota dimana Jumlah kabupaten /kota dimana kelompok Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes,
kelompok perempuan/masyarakat perempuan/masyarakat sipil terlibat untuk dan jajarannya BAPPENAS, Kemendagri, PKK, LSM,
sipil terlibat untuk memantau memantau ekuitas dalam akses ke pelayanan toma, toga
ekuitas dalam akses ke pelayanan KB Provinsi: BKKBN Provinsi, Dinkes
KB Provinsi, BAPPEDA, PKK, LSM,toma,
toga
Kabupaten/Kota: OPD KB, Dinkes
Kabupaten, BAPPEDA, PKK,
LSM,toma, toga

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
96
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Tujuan strategis 4:
Dikembangkannya dan diaplikasikannya inovasi dan riset operasional untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program serta meningkatkan
kerjasama Selatan-Selatan.

Output 4.1: Jumlah inovasi yang dievaluasi Jumlah inovasi yang dievaluasi dan Laporan BKKBN Pusat: Kemenkes, BKKBN
Praktik terbaik dan dan direplikasi direplikasi dalam periode waktu tertentu dan jajarannya Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN
model tersedia provinsi
untuk meningkatkan Kabupaten/Kota: Dinkes
Kerjasama Selatan- Kabupaten, OPD KB
Selatan (South-South
Cooperation). Jumlah praktek terbaik Jumlah inovasi yang dievaluasi dan Laporan BKKBN Pusat: BKKBN, Kemenkes,
didokumentasikan dan direplikasi dalam satu tahun terakhir dan jajarannya BAPPENAS, mitra pembangunan
dipromosikan melalui kerjasama Provinsi: BKKBN Provinsi, BAPPEDA
Selatan-Selatan Provinsi, Dinkes Provinsi
Kabupaten/Kota: OPD KB,
BAPPEDA Kabupaten, Dinkes
Kabupaten

Output 4.2: Jumlah penelitian operasional Jumlah penelitian operasional yang Laporan BKKBN Pusat: Kemenkes, BKKBN
Penelitian yang dilakukan dan dievaluasikan dilakukan dan dievaluasikan untuk dan jajarannya Provinsi: Dinkes Provinsi, BKKBN
operasional untuk untuk memperbaiki efisiensi dan memperbaiki efisiensi dan efektifitas provinsi
meningkatkan efektifitas dari program KB dan KR program KB dalam satu tahun terakhir Kabupaten/Kota: Dinkes
efisiensi dan Kabupaten, OPD KB
efektifitas program
KB diterapkan,
dievaluasi, serta
diperluas .

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
97
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Matriks Indikator Utama dan Target
Target
Tujuan dan Hasil Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Tujuan (RPJMN 2015-2019) Angka kematian ibu 346 306
Total Fertility Rate (TFR) 2.6 2.3
Angka Kelahiran Remaja 48 38
CPR all methods 61.9 66.0
CPR modern methods 59.5
Unmet needs 11.4
Proporsi penggunaan metode 18.3 24.6
jangka panjang
Proporsi klien usia 30-49 tahun
yang menggunakan metode
jangka panjang
Proporsi kebutuhan KB yang 78.8
terpenuhi untuk metode KB (PMA)
modern
Tingkat putus pakai metode 27.1 24.6
kontrasepsi tertentu
Output 1.1: Jumlah faskes pemerintah yang
Meningkatnya ketersediaan tersertifikasi untuk pelayanan KB
pelayanan KB dengan akses yang
lebih baik dan merata di sektor
pemerintah sehingga seluruh
masyarakat dapat memenuhi
tujuan reproduksi mereka
Output 1.2: Meningkatnya Jumlah fasilitas kesehatan swasta
pemanfaatan sektor swasta yang yang terdaftar di BPJS yang
dalam pemerataan akses ke menyediakan minimal 5 metode
pelayanan KB berkualitas yang KB
memperhatikan hak klien.
Output 1.3:Meningkatnya Persentase stockout menurut
Sistem Jaminan Ketersediaan alat jenis kontrasepsi
dan obat kontrasepsi.
Output 1.4: Meningkatnya Rasio SDM KB (nakes dan PLKB/
kapasitas dan ketersediaan PKB) per populasi sesuai standar
sumberdaya manusia untuk
menyediakan pelayanan KB yang Proporsi nakes yang memiliki
berkualitas. kompetensi untuk memberikan
pelayanan kontrasepsi
Output 1.5: Diperkuatnya sistem Tersedianya satu laporan KB
informasi manajemen untuk yang yang terintegrasi dari dinas
menjamin kualitas, kelengkapan kesehatan kabupaten/kota dan
serta integrasi yang sejalan OPD KB
dengan sistem kesehatan.
Output 1.6: Meningkatnya Proporsi pengguna kontrasepsi
kualitas pelayanan KB yang yang mendapatkan inform
memperhatikan hak klien dan consent
mengintegrasikan pelayanan Proporsi pengguna kontrasepsi
sepanjang kontinuum siklus
pasca persalinan
kesehatan reproduksi.
Output 2.1: strategi Komunikasi Tersedianya strategi komunikasi
Perubahan Perilaku (Behavior perubahan perilaku yang sesuai
Change Communication) yang dengan kondisi lokal
komprehensif.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
98
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Output 2.2: Meningkatnya Jumlah kegiatan penggerakan
keterlibatan tenaga kesehatan, masyarakat dalam program
kelompok perempuan, dan tokoh KB oleh berbagai kelompok
agama dalam menggerakkan masyarakat
dukungan untuk program KB
serta mengatasi hambatan dalam
ber-KB.
Output 2.3: Meningkatnya Proporsi masyarakat (15-49
pengetahuan dan pemahaman tahun) baik laki-laki maupun
masyarakat mengenai program perempuan yang memiliki
Keluarga Berencana pengetahuan mengenai
kontrasepsi (sesuai dg SDKI)

Output 3.1: Tersedianya dokumen


Meningkatnya kapasitas untuk perencanaan program KB
penatalayanan/pengelolaan terintegrasi dengan lintas sektor
internal dan lintas institusi di lainnya di dalam RPJMD
tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten untuk program yang
efisien dan berkelanjutan

Output 3.2: Berfungsinya forum koordinasi


Meningkatnya koordinasi antara lintas sektor dalam program KB
BKKBN dan Kemenkes di tingkat di tingkat pusat, provinsi dan
pusat, provinsi, dan kabupaten/ kabupaten
kota untuk memantapkan
kontribusi sistem kesehatan
terhadap KB di berbagai
tahap dalam siklus kesehatan
reproduksi.
Output 3.3: Adanya peningkatan alokasi
Meningkatnya kepemimpinan anggaran untuk program KB (di
dan kapasitas pejabat OPD sektor KB dan kesehatan)
KB dan pejabat Kesehatan
Kabupaten/kota untuk secara
efektif mengelola program KB.
Output 3.4: Tersedianya strategi advokasi
Meningkatnya kapasitas berbasis bukti untuk program KB
untuk melakukan advokasi di setiap jenjang
berbasis bukti di semua tingkat
pemerintahan dan di masyarakat
yang terfokus pada peran
penting KB dalam mencapai
tujuan pembangunan serta
untuk meningkatkan visibilitas
program KB dan sumberdayanya.
Output 3.5: Adanya dokumen kebijakan
Meningkatnya kapasitas dalam program KB yang berbasis
penyusunan kebijakan berbasis bukti dan berorientasi pada
bukti untuk meningkatkan pemenuhan hak di semua
efektifitas program KB dan jenjang
menjamin pemerataan dan
keberlanjutan program.
Output 3.6: Jumlah kabupaten/kota di
Adanya sistem akuntabilitas yang mana kelompok perempuan
fungsional yang melibatkan melaporkan pelanggaran atas
masyarakat madani. hak-hak klien, akses remaja dan
pemuda, dll.

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
99
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Output 4.1: Jumlah inovasi yang dievaluasi
Praktik terbaik dan model dan direplikasi
tersedia untuk meningkatkan
Kerjasama Selatan-Selatan
(South-South Cooperation).
Output 4.2: Jumlah penelitian operasional
Penelitian operasional untuk yang dilakukan dan dievaluasikan
meningkatkan efisiensi untuk memperbaiki efisiensi dan
dan efektifitas program KB efektifitas dari program KB dan
diterapkan, dievaluasi, serta KR
diperluas

Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
100
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia
Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan Akses ke Pelayanan Keluarga Berencana
102
dan Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai