Anda di halaman 1dari 2

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT THEOLOGI JAKARTA

Nama: Ayub Bagus Setyosakti


NIM: 219772012293
Semester: 4 (Empat)
Mata Kuliah: Pembangunan Jemaat & Penataan Gereja
Dosen Pengampu: Dr. Lazarus H. Purwanto & Bambang Subandrijo, Ph.D.
Peran Jemaat dalam Gereja dan Masyarakat

Pemikiran Schippers

Beberapa para pakar yang membahas pembangunan jemaat dari kalangan


Protestan, yaitu Prof. Drs. K.A. Schippers, Dr. G.L. Goedhart, Dr. R. Bons-Storm, dan Dr. J.
Hendriks. Ada beberapa point yang bisa di ambil dari salah satu mereka terkhusus dari
K.A. Schippers. Menurut Schippers, “ pembangunan jemaat adalah bagian dari teologi
praktika yang dari segi teoretis mengolah kesalingterhubungan dalam dan keterarahan
dari jemaat, demi berfungsinya jemaat itu dalam konteksnya” (Suleeman 1999, 6-7).
Dari pandangan Schippers ini lah terdapat dua point yang bisa di ambil, yaitu
keberadaan jemaat dan fungsionalitas jemaat dalam konteksnya. Keberadaan jemaat
yang dimaksud adalah interaksi antar jemaat maupun dengan masyarakat secara
dinamis supaya mereka menjadi utuh dan terbuka terhadap banyak orang terkhusus
masyarakat. Sedangkan fungsionalitas jemaat adalah proses dari transformasi jemaat
itu sendiri dengan beberapa metode atau cara yang dilakukannya, misalnya pelayanan
dalam atau luar gereja, yang sesuai dengan maksud Yesus Kristus di dunia (Suleeman
1999, 7).
Dengan demikian, konteks dari jemaat itu adalah masyarakat agar jemaat tidak
hanya bertumbuh dalam gereja, melainkan juga bertumbuh dalam masyarakat supaya
menjadi terbuka tidak tertutup.

Jemaat Sebagai Pelaku Pembangunan

Allah sebagai pelaku utama atau pusat dalam pembangunan jemaat, ibarat
sebagai pondasi dalam pembangunan jemaat. Akan tetapi Ia tidak bisa bekerja atau
bertindak seorang diri, maka Ia memanggil dan memakai umat-Nya, yaitu jemaat atau
gereja sebagai rekan pekerja-Nya. Untuk itu gereja atau jemaat menjadi pelaku dalam
pembangunan jemaat dengan berbagai problematika di dalamnya (Suleeman 1999, 7-8).
Salah satu problematika yang terjadi dalam pembangunan jemaat adalah
kepemimpinan jemaat. Persoalan yang terjadi di sini adalah otoritas pejabat gerejawi.
Sering kali pemimpin gereja sebagai otoriter dalam hal pelayanan (kepemimpinan) dari
jabatan gerejawi yang tidak dicirikan sebagai representasi Kristus di hadapan jemaat.
Maka kepemimpinan bagi pembangunan jemaat seharusnya dilihat sebagai kerangka
umum untuk memahami pelayanan jabatan gerejawi supaya hubungan antara jemaat
dengan pemimpin gereja memiliki hubungan yang dinamis, korelatif, dan efektif, yang
tentunya Allah merangkul dan turut serta dalam pembangunan jemaat (Suleeman 1999,
8).

1
2

Kesimpulan

Jemaat menjadi pelaku dalam pembangunan jemaat tetapi Allah menjadi pelaku
utama dari itu semuanya. Dalam pembangunan jemaat pasti banyak problematika atau
persoalan yang terjadi, baik dalam gereja maupun luar gereja, maka dibutuhkan
seorang pemimpin gereja atau pejabat gerejawi agar masalah tersebut bisa diselesaikan
dengan tersistematis. Artinya pemimpin gereja melakukan penyelesaiannya dengan
beberapa metode atau cara, misalnya sering di buat rapat antara jemaat dengan
pemimpin yang didasar oleh firman supaya hubungan dalam gereja tetap terjalin erat.
Tidak hanya itu, jemaat memiliki peran dalam melakukan hubungan yang erat
dengan masyarakat sekitar agar bisa saling terbuka dan tidak tertutup dalam pelayanan
yang dilakukannya, misalnya bantuan kepada anak yatim atau bakti sosial. Demikian
pembangunan jemaat yang dilakukan oleh jemaat itu sendiri dan berpusat pada Allah
atau firman Tuhan dalam perkembangan atau pertumbuhan gereja atau jemaat.

Daftar Acuan

Buku

Suleeman, Ferdinand, A. A. Sutama, dan A. Rajendra. 1999. Bergumul dalam pengharapan:


buku penghargaan untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera (Struggling in hope: a tribute to
the Rev. Dr. Eka Darmaputera. Jakarta: Gunung Mulia, cet. ke-1.

Anda mungkin juga menyukai