Disusun Oleh :
dr. Arlia Oroh
Dokter Pendamping :
dr. Fairuz Bachmid
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian ini diajukan sebagai syarat untuk dapat memenuhi tugas Mini Project
Program Internship Dokter Indonesia di Puskesmas Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow
Periode Oktober 2020 – Februari 2021
Penulis
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat,
anugerah, dan karunianya sehingga saya bisa menyelesaikan Mini Project yang berjudul
“Kepatuhan Pasien Minum Obat Tuberkulosis Berdasarkan Kartu Pengawasan Di Desa
Kuala, Bigo Selatan dan Bigo Kabupaten Bolaang Mongondow Utara” ini dengan baik.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Fairuz Bachmid selaku pendamping
dokter internsip Puskesmas Boroko beserta staf puskesmas Boroko yang membantu saya
dalam menyelesaikan Mini Project ini.
Saya menyadari bahwa isi penulisan ini masih kurang sempurna. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna perbaikan pada penulisan lainnya.
Terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
2.1 Definisi .....................................................................................................................................3
2.2 Epidemiologi..............................................................................................................................3
2.3 Etiologi......................................................................................................................................4
2.4 Patogenesis................................................................................................................................4
2.5 Klasifikasi..................................................................................................................................5
2.6. Diagnosis...................................................................................................................................6
2.7 Gambaran Klinis........................................................................................................................6
2.8 Penunjang..................................................................................................................................7
2.9 Tatalaksana..............................................................................................................................10
2.10 Komplikasi.................................................................................................................................14
BAB III Kartu Pengawasan .....................................................................................................
a. Kartu Pengawasan pasien TB........................................................................................15
b. Cara Pengisian Kartu Pengawasan................................................................................16
c. Data Pasien TB Tahun 2020………………………………………………....………..19
Bab IV Kesimpulan dan Saran.............................................................................................22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Kurangnya kesadaran yang tercipta dari dalam diri sebagian besar pasien, sehingga perlu
dipantau mengenai kepatuhan minum obat tuberculosis paru.
2. Kurangnya kerjasama antara pasien dengan orang terdekat, sehingga para perawat yang
menjadi penanggung jawab pengobatan tuberculosis paru harus memantau berdasarkan
kartu yang dimiliki.
1.3. Tujuan
1. Pelayanan pengobatan TB paru di Puskesmas Boroko yang lebih efisien
2. Meningkatkan serta mempertahankan kesadaran pasien untuk kepatuhan minum obat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan
yang terinfeksi, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.1
2.2. Epidemiologi
Hingga saat ini, TB masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia.
Mycobacterium tuberkulosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada Tahun 1993,
WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB karena pada sebagian besar negara di
dunia penyakit TB tidak terkendali. Hal ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak
berhasil disembuhkan terutama penderita menular (BTA positif). Pada tahun 1995
diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta
orang. Di negara-negara berkembang, kematian TB merupakan 25% dari seluruh kematian
yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara
berkembang 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif (15 – 50 tahun).1,2
Beban TB di Indonesia masih sangat tinggi, khususnya mengenai kesembuhan yang
ada. TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat
ketiga dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia yang menyebabkan sekitar
88.000 kematian setiap tahunnya. Secara Regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia
dikelompokan kedalam 3 wilayah, yaitu :2
1. Wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk
2. Wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk
3. Wilayah Indonesia timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk
Pada data epidemiologis penderita TB Paru tahun 2020 di Puskesmas Telaga, hingga
bulan September 2020, didapatkan 36 penderita TB Paru yang menjalani pengobatan di
Puskesmas Telaga, 31 dari daerah wilayah kerja dan 5 dari wilayah luar, mewakili 0,27% dari
total penduduk di wilayah kerja Puskesmas Telaga sebanyak 13.134 jiwa. 2 pasien (5.5%)
3
diantara total penderita termasuk dalam penderita usia anak-remaja (0-17 tahun). Berdasarkan
data diagnosis, 19 pasien (52.7%) terdiagnosis melalui hasil BTA (+), Untuk pemeriksaan
penunjang didapatkan 15 pasien (41.7%) terkonfirmasi melalui foto rontgen. Hanya satu
pasien yang menjalani pengobatan kategori II dan satu pasien lain memiliki status HIV
positif.
2.3. Etiologi
Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri
ini berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul.
Ukuran panjang sekitar 1 – 4 µm dan lebar 0,3 – 0,6 µm. Mycobacterium terdiri dari lapisan
lemak yang cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel bakteri adalah asam mikolat,
kompleks waxes, trehalosa dimicolat, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam
virulensi. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida
seperti arabinogalaktan dan arabinomatan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut
menyebabkan bakteri bersifat tahan asam.1,3
2.4. Patogenesis
2.4.1. Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran pernapasan akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk fokus primer. Fokus primer ini mungkin akan timbul
dibagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari fokus primer akan
tampak peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan
tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Fokus
primer bersama-sama dengan limfangitis regional disebut dengan kompleks primer.
Kompleks primer ini akan mengalami salah satu dari di bawah ini :2
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, dan
sarang perkapuran di hilus.
3. Menyebar dengan cara :
- Perkontinuitatum, yaitu meyebar ke sekitarnya.
- Bronkogen, baik dari paru yang bersangkutan maupun ke paru di sebelahnya atau
tertelan
- Hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah,
dan virulensi kuman. Fokus yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan
tetapi bila tidak terdapat imunitas yang adekuat penyebaran ini akan menimbulkan
4
keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier atau meningitis tuberkulosis.
Penyebaran ini dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya
tulang, ginjal, adrenal, genital, dan sebagainya.
2.4.2. Tuberkulosis Post Primer
Tuberkulosis post primer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah tuberkulosis
primer, biasanya terjadi pada usia 15 – 40 tahun. Tuberkulosis post primer dimulai dengan
sarang dini yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior.
Sarang ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil yang akan mengikuti salah satu
jalan sebagai berikut :2
1. Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan
jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
pengapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk perkejuan
dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonia meluas dan membentuk jaringan kaseosa. Kavitas akan muncul
dengan dibatukkannya jaringan kaseosa keluar. Kavitas awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kavitas sklerotik).
2.5. Klasifikasi
2.5.1. Berdasarkan Organ yang Terkena
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.4
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain – lain.4
2.5.2. Berdasarkan Pemeriksaan Laboratorium
1. Tuberkulosis paru BTA positif 4,5
- Sekurang- kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
5
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
2. Tuberkulosis paru BTA negatif 4,5
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
- Foto toraks abnormal menunjukan gambaran tuberkulosis.
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
2.5.3. Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya4
1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA postif (apusan atau kultur).
3. Kasus setelah putus berobat (default) adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat
2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
4. Kasus setelah gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kasus pindahan (transfes in) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kasus ini
termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
selesai pengobatan ulangan.
2.6. Diagnosis
2.6.1. Gambaran klinis
Gambaran klinis penderita tuberkulosis paru dibagi menjadi dua golongan, yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik.5,6
1. Gejala respiratorik, meliputi :
a. Batuk > 3 minggu/ batuk darah
- Pada awal terjadinya penyakit, kuman akan berkembang biak di jaringan paru. Batuk
baru akan terjadi bila bronkus telah terlibat. Batuk merupakan akibat dari
terangsangnya bronkus yang bersifat iritatif. Kemudian akibat terjadinya peradangan,
batuk berubah menjadi produktif karena diperlukan untuk membuang produk-produk
ekskresi dari peradangan. Sputum dapat bersifat mukoid atau purulen.
6
- Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat atau ringannya batuk darah
tergantung dari besarnya pembuluh darah yang pecah. Gejala batuk darah tidak selalu
terjadi pada setiap penderita tuberkulosis paru, kadang-kadang merupakan suatu tanda
perluasan proses tuberkulosis paru. Batuk darah tidak selalu ada sangkut-paut dengan
terdapatnya kavitas pada paru.
b. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru, TB
paru dengan efusi pleura yang massif, atau TB paru dengan penyakit kardiopulmoner yang
mendasarinya.
c. Nyeri dada
Nyeri dada bersifat tumpul. Adanya nyeri menggambarkan keterlibatan pleura yang
kaya akan persyarafan. Kadang-kadang hanya berupa nyeri menetap yang ringan. Dapat juga
disebabkan regangan otot karena batuk.
2. Gejala sistemik, meliputi :5,6
a. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza. Tetapi, kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-410C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, kemudian dapat
timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b. Keringat di malam hari tanpa disertai aktivitas
c. Anoreksia dan penurunan berat badan
- Penyakit tuberkulosis paru bersifat radang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia tidak ada nafsu makan sehingga membuat badan penderita makin
kurus (penurunan berat badan).
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.
Pada awal perkembangan penyakit umumnya sulit untuk ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan 6
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, namun kadang terdapat retraksi rongga dada,
difragma dan mediastinum.
Palpasi : Fremitus biasanya meningkat.
Perkusi : Tergantung dari beratnya TB, bisa dari pekak sampai redup.
7
Auskultasi : Suara nafas bronchial, amforik, suara nafas lemah, ronkhi basah
2.6.3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan, dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan tiga spesimen dahak yang dikumpulkan dalam
dua hari kunjungan yang berturutan berupa Sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS) :6,7
- S (sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua.
- P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
- S (sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi.
Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dalam skala IUATLD (International
Union Against Tuberkulosis and Lung Disease) :6,7
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif.
- Ditemukan 1 – 9 BTA dalam 100 lapang pandang hanya disebutkan dengan jumlah kuman
yang ditemukan.
- Ditemukan 10 – 99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (+1).
- Ditemukan 1 – 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (+2).
- Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (+3).
2.6.4. Pemeriksaan Radiologi
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakan dengan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun, pada kondisi tertentu,
pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut :7
- Hanya satu dari tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini,
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif
- Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah tiga spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotik non OAT.
- Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan
penangan khusus, seperti pneumothoraks, pleuritis eksudatif, efusi perikarditis, atau efusi
pleural dan pasien yang mengalami batuk berdarah berat untuk menyingkirkan
bronkiektasis atau aspergiloma.
8
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi aktif akan tampak bayangan berawan
di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah. Dapat
ditemukan juga kavitas atau bayangan bercak milier. Pada lesi TB inaktif tampak gambaran
fibrotik, kalsifikasi dan penebalan pleura.7,8
Pemeriksaan foto toraks standar untuk menilai kelainan radiologis TB paru adalah
foto toraks posisi posteroanterior dan lateral. Kelainan radiologis tuberkulosis paru menurut
klasifikasi The National Tuberkulosis Assosiation of the USA (1961) adalah sebagai berikut:8
1. Minimal lesion
- Infiltrat kecil tanpa kaverne
- Menenai sebagian kecil dari satu paru atau keduanya
- Jumlah keseluruhan paru yang ditemui tanpa memperhitungkan distribusi, tidak lebih dari
luas antara pesendian chondrosternal kedua sampai corpus vertebra torakalis V (kurang
dari 2 sela iga).
2. Moderately advanced lesion
Dapat mengenai sebelah paru atau kedua paru tetapi tidak melebihi ketentuan sebagai
berikut :
- Bercak infiltrat tersebar tidak melebihi volume sebelah paru
- Infiltrat yang mengelompok yang luasnya tidak melebihi 1/3 volume sebelah paru
- Diameter kaverne bila ada tidak melebihi dari 4 cm.
3. Far advanced lesion
Far advanced lesion merupakan lesi yang melewati moderately advanced lesion atau
ada kavernae yang sangat besar.
9
Tersangka penderita TBC
(suspek TBC)
2.7. Penatalaksanaan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan, dan mencegah terjadinya resistensi
10
kuman terhadap obat anti tuberkulosis (OAT). Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut :7,9
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah yang
cukup, dan dosis yang tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO).
3. Pengobatan TB dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
11
- Pasien TB ekstra paru.
9
Tabel 2.2
9
Tabel 2.3
10
Tabel 2.4
12
Tabel 2.5. Dosis KDT untuk sisipan10
13
Tabel 2.6. Tindak Lanjut Evaluasi Pemeriksaan Dahak11
2.9. Komplikasi
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi baik sebelum pengobatan
atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan. Beberapa komplikasi yang
akan timbul adalah10
1. Batuk darah.
2. Pneumotoraks.
3. Gagal nafas.
4. Efusi pleura.
BAB III
14
KARTU PENGAWASAN
15
Gambar 2. Halaman Belakang
Pengisian
Kartu ini disimpan di FasilitasKesehatan (Puskesmas, RS, BBKPM/BKPM/BP4 dan lain-
lain) dimana penderita tersebut mendapat pengobatan.
1. Nama pasien : Tulis nama lengkap pasien.
2. No. Telp./HP : Bila ada tulis nomor telepon pasien yang dapat dihubungi
3. Alamat lengkap : Tulis alamat lengkap pasien
4. Nama pengawas menelan obat/ PMO : Tulis lengkap, kemudian dalam kurung tulis
status PMO tersebut, misalnya : petugas kesehatan, kader terlatih, dll.
5. No Telp./HP : Bila ada tulis nomor telepon PMO yang dapat dihubungi
6. Alamat lengkap PMO : Tulis alamat lengkap PMO
7. Tahun : Tahun mulai pengobatan pasien
8. Nama Faskes : Tulis nama lengkap Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
memberi pelayanan pengobatan
9. Kabupaten/Kota dan Provinsi :Tulis nama Kabupaten Kota dan Provinsi lokasi Faskes
16
10. No. Reg. TB.03 Faskes dan No Reg TB.03 Kab : Di isi oleh petugas di Fasilitas
Kesehatan dan Reg Kab/Kota diisi oleh Wasor Kab/Kota, setiap awal tahun dimulai
dari 001, dst
11. Nomor Identitas Kependudukan (NIK) : Isi dengan NIK yang ada pada KTP pasien
12. Jenis kelamin : Beri tanda pada kotak yang sesuai.
13. Tanggal Lahir : Tulis tanggal bulan dan tahun lahir pasien.
14. Umur : Tulis umur dalam tahun dan bulan
15. Berat Badan : Tulis Berat Badan pasien dalam Kg
16. Tinggi Badan : Tulis Tinggi Badan pasien dalam cm
17. Riwayat pengobatan sebelumnya : Beri tanda rumput pada kotak yang sesuai
18. Parut BCG : Beri tanda pada kotak yang sesuai.
19. Skoring TB Anak : Beri tanda lingkaran pada keadaan dan nilai yang sesuai
20. Pemeriksaan Lain-lain : Isi dengan hasil pemeriksaan yang sesuai
21. Catatan : Tulis hasil pemeriksaan lain yang dilakukan misalnya foto
toraks, tulis nomor dantanggal pemeriksaan dan kesimpulan hasil bacaannya,
demikian juga hasil pemeriksaan lain seperti biopsi, kultur, skoring TB anak, semua
informasi pada tahap awal, dll.
22. Klasifikasi penyakit berdasarkan Riwayat Penyakit sebelumnya : Beri tanda pada
kotak yang sesuai. Jika pasien merupakan pasien pindahan, tulislah asal faskes dan
lokasi nya dengan lengkap
23. Klasifikasi penyakit berdasarkan lokasi Anatomis dan Penyakit : Beri tanda pada
kotak yang sesuai. Jika pilihan pada kotak ekstraparu, tulislah dimana lokasinya,
misalnya kelenjar limfe.
24. Hasil pemeriksaan dahak : Hasil tersebut harus ditulis sesuai baris dari bulan
pemeriksaan yangdilakukan, misalnya baris bulan 0 (awal) untuk pemeriksaan awal
(kepentingan diagnosis). Baris bulan ke 2 untuk pemeriksaan pada akhir bulan ke 2,
dan seterusnya.
25. Tanggal : Adalah tanggal gradasi positif tertinggi
26. No. Reg. Lab : Nomor Register Lab sesuai formulir TB.05 yang dikirim kembali ke
anda.
27. BTA : Tulis hasil tingkat positif (gradasi) yang tertinggi (misal : 3+). Untuk scanty:
tulis jumlah kuman (misal: 3 BTA)
28. BB (kg) : Berat badan penderita (dalam kg).
17
29. Kategori OAT dan Sediaan Obat : Beri tanda rumput pada kotak yang sesuai
30. Tahap Awal : Beri tanda pada kotak kategori obat yang sesuai.
31. Kolom pemberian obat : Di kolom bulan, tulis nama bulan pengobatan. Di
kotak-kotak tanggal, beri tanda jika pasien datang mengambil obat atau pengobatan
dibawah pengawasan petugas. Jika obat dibawa pulang dan ditelan sendiri dirumah,
beri tanda (garis lurus) pada kotak-kotak tersebut sebanyak dosis harian obat
yang diberikan, misalnya diberi 5 dosis maka beri tanda garis lurus pada 4 kotak.
32. Hasil akhir pengobatan : Tulislah tanggal hasil akhir pengobatan dalam kotak
yang sesuai.
18
B. Lampiran 1. Data Pasien TBC Tahun 2020
KUALA
KETERANGAN
JENIS PENDIDIKAN RIWAYAT KATEGORI
NO NAMA USIA
KELAMIN TERAKHIR HIV PENGOBATAN KONFIRMASI
BIGO SELATAN
2 BA L 58 SMP - 1 Rontgen
TAHUN
BIGO
NO NAMA JENIS USIA PENDIDIKAN RIWAYAT KATEGORI KETERANGAN
KELAMIN HIV PENGOBATAN KONFIRMASI
TERAKHIR
2. RA P 40 SMP - 1 BTA(+)
TAHUN
4. RP L 57 SMA - 1 BTA(+)
TAHUN
Berikut telah dilampikan daftar pasien tuberkulosis paru dengan identitas inisial
mengenai data pribadi dan sedang menjalani pengobatan kategori satu ataupun dua.
Berdasarkan tabel tersebut, telah terlihat bahwa desa Kuala memiliki tiga pasien yang terbagi
atas dua orang pasien perempuan dan satu orang pasien laki-laki. Kemudian Desa Bigo
Selatan memiliki dua pasien berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan Desa Bigo terbagi atas
tiga orang pasien perempuan dan satu pasien laki-laki. Sebagian besar pasien terkonfirmasi
berdasarkan hasil pemeriksaan lab dalam hal ini dahak (BTA +). Sebagian besar juga pasien
menjalani pengobatan kategori satu.
19
C. Lampiran 2. Data Pasien Mengenai Kepatuhan Minum Obat Atau Tidak
KUALA
KETERANGAN
N JENIS PENDIDIKAN KATEGORI KATEGORI
NAMA USIA
O KELAMIN TERAKHIR MINUM OBAT PENGOBATAN
(tambahan)
TAHUN
2 DP L 52 SMA PATUH 1 -
TAHUN
3 RP P 42 SMA PATUH 1 -
TAHUN
BIGO SELATAN
KETERANGAN
N JENIS PENDIDIKAN KATEGORI KATEGORI
NAMA USIA
O KELAMIN TERAKHIR MINUM OBAT PENGOBATAN
(tambahan)
1 IK L 20 SMA PATUH 1 -
TAHUN
2 BA L 58 SMP PATUH 1 -
TAHUN
BIGO
N NAMA JENIS USIA PENDIDIKAN KATEGORI KATEGORI KETERANGAN
O KELAMIN TERAKHIR MINUM OBAT PENGOBATAN
(tambahan)
1 FD P 34 SMA PATUH 1 -
TAHUN
2. RA P 40 SMP PATUH 1 -
TAHUN
4. RP L 57 SMA PATUH 1 -
TAHUN
Berdasarkan tabel yang dilampirkan, dapat disimpulkan bahwa semua pasien pada ketiga
desa tersebut menjalani pengobatan dengan teratur dan patuh dalam minum obat. Pada kartu
pemantauan yang dimiliki oleh petugas, pasien tuberculosis paru kartunya akan diberikan
tanda centang jika pasien datang mengambil obat dan minum obat didepan petugas. Ini jelas
20
bahwa kartu pemantauan ini sangat berguna bagi pasien ataupun petugas. Sebagai alat
kontroler merupakan juga sebagai sarana mengevaluasi kepatuhan minum obat.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
TB paru adalah penyakit menular yang masih menjadi momok dalam dunia kesehatan,
karena peningkatan prevalensi yang signifikan di dunia yang diikuti dengan peningkatan
angka resistensi OAT.
Pengobatan TB membutuhkan perhatian dan pendampingan dari tenaga kesehatan
pada penderitanya, khususnya dalam menjalani pengobatan OAT. Studi prevalensi pasien
TB Paru di Desa Kuala, Bigo Selatan dan Bigo periode Desember 2020 - Januari 2021
menemukan hasil 9 pasien yang terdiagnosis TB. Dari total 32 kasus TB Paru positif di
wilayah kerja Puskesmas Boroko.
Hasil temuan ini masih perlu ditelusuri lebih lanjut karena studi hanya berdasarkan
temuan pasif, untuk mencegah penularan secara laten. Selain itu masih ini merupakan studi
tiga desa saja. Perlu dilakukan studi untuk desa-desa lainnya agar menunjang keberhasilan
pengobatan seluruh wilayah kerja puskesmas boroko.
B. SARAN
Kartu pemantauan ini dapat mempermudah dalam pelayanan pasien, mengontrol
pengambilan obat ataupun kepatuhan minum obat. Oleh karena itu diharapkan tenaga
kesehatan dapat mengisi kartu tersebut sesuai dengan panduan cara pengisian kartu dan
mempertahankan efektifitas kerja.
Edukasi pasien dan keluarga terkait pengobatan OAT agar lebih ditekankan diantaranya
meliputi pengaturan dosis, efek samping, dan penyakit komorbid agar peningkatan
keberhasilan pengobatan dapat tercapai.
Edukasi kepada keluarga yang memiliki kontak erat dengan pasien perlu dilakukan
pemantauan secara berkala bila perlu dilakukan pemeriksaan BTA.
22
DAFTAR PUSTAKA
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi IV Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Peyakit Dalam Fakultas
Kedoktern UI, Jakarta: 2006.
8. Bello SI, Itiola OA. (2010). DrugAdherence amongst tuberculosis patients in the
University of Ilorin Teaching Hospital, Ilorin, Nigeria. African Journal of Pharmacy and
Pharmacology: 4(3),p 109-114.
9. Adane AA, Alene KA, Koye DN, Zeleke BM. (2013). Nonadherence to Anti-
Tuberculosis Treatments and Determinant Factors among patients with Tuberculosis in
Northwest Ethiopia. PLoS ONE 8(11): e78791.
23
LAMPIRAN
24