Anda di halaman 1dari 74

DAFTAR ISI

Laporan Pendahuluan 5 Pages 2


Laporan Akhir 5 Pages 9

Laporan Pendahuluan 6 Pages 22


Laporan Akhir 6 Pages 34

Laporan Pendahuluan 7 Pages 41


Laporan Akhir 7 Pages 49

Laporan Pendahuluan 8 Pages 60


Laporan Akhir 8 Pages 69
LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1

MODUL KE-5

CATU DAYA TEREGULASI

NAMA : THEODORUS YULIANTO H.

NIM : 10219006

KELOMPOK / KELAS : SK - 1

TGL. PRAKTIKUM : KAMIS / 17 DESEMBER 2020

JAM PRAKTIKUM : 08.30 – 10.45

DOSEN : AGUS MULYANA, S.Kom., M.

NILAI :

PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2020
I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui rangkaian regulator catu daya menggunakan IC regulator 78xx dan
79xx.

2. Mampu merancang rangkaian regulator catu daya.

3. Mengetahui cara kerja rangkaian regulator catu daya.

4. Mampu menganalisa rangkaian regulator catu daya.

II. Bahan Praktikum

1. Transformator

2. Dioda Bridge

3. IC 7809, 7812, 7909, 7912

4. Kapasitor

5. Resistor

6. Projectboard

7. Multimeter

8. Osiloskop
III. Ringkasan Teori

Catu daya tetap adalah rangkaian catu daya yang menghasilkan tegangan
keluaran yang tetap dan stabil. Untuk mendapatkan catu daya tetap dapat
menggunakan baterai kering atau rangkaian penyearah yang dilengkapi dengan
stabilisator. Catu daya tersusun dari transformator step down, dioda penyearah,
kapasitor elektrolit, resistor, LED dan IC regulator. Catu daya sering disebut dengan
power supply adalah rangkaian yang merubah tegangan AC menjadi tegangan DC
teregulasi.

Symbol Trafo Step Down dan Step Up

IC Regulator

IC regulator adalah salah satu rangkaian yang sering digunakan dalam


perlatan elektronika yang berguna untuk mempertahankan atau memastikan
tegangan pada level tertentu secara otomatis.

Tipe 78xx untuk regulator tegangan positif

Tipe 79xx untuk regulator tegangan negatif


IV. Tugas Pendahuluan

1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan IC regulator !

Keunggulan :

- Berukuran kecil.

- Lebih ringan.

- Harga lebih murah.

- Mengkonsumsi daya listrik yang lebih kecil.

- Lebih mudah untuk melakukan perbaikan.

- Cocok untuk operasi sinyal rendah.

- Dapat melakukan fungsi yang lebih kompleks dan rumit.

Kekurangan :

- Tidak dapat menghasilkan daya yang tinggi.

- Hanya dapat beroperasi di tegangan rendah.

- Tidak tahan suhu yang tinggi.

- Tidak tahan terhadap tegangan tinggi yang berlebihan.

2. Rancanglah sebuah sumber tegangan dengan keluaran +12V, GND, dan -


12V menggunakan trafo CT dan IC regulator.
3. Rangkailah pada Fritzing dan simulasikan untuk semua rangkaian pada
langkah percobaan !

Gambar 5.2
Gambar 5.3
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/6800158/Catu_daya_teregulasi

https://teknikelektronika.com/kelebihan-keterbatasan-ic-integrated-circuit/
LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1

MODUL KE-5

Catu Daya Teregulasi

NAMA : THEODORUS YULIANTO H.

NIM : 10219006

KELOMPOK/KELAS : SK-1

HARI/TGL. PRAKTIKUM : KAMIS / 24 DESEMBER 2020

WAKTU PRAKTIKUM : 08.30~10.45

DOSEN : AGUS MULYANA, S.Kom., M.

NILAI :

Laboratorium Elektronika

Program Studi Sistem Komputer

Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer

Universitas Konputer Indonesia

Bandung

2020
Data Hasil Praktikum

A. Percobaan 1 (Catu daya Positif dengan Regulator)


1. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini, dengan ketentuan
nilai komponen sebagai berikut.

Trafo Dioda Kapasitor 1 Kapasitor 2 IC


CT 3A Bridge 3A 1000 µ/25V 100 µ/25V 7809

2. Ukur besar tegangan masukan dan keluaran IC regulator 7809


menggunakan multimeter.
3. Ukur besar tegangan masukan dan keluaran IC regulator 7809
menggunakan osiloskop.
4. Ganti nilai C1 dan C2 dengan nilai yang lebih besar, sebagai berikut
(C1 = 2200 µ F/ 25 V dan C2 = 1000 µ F/ 25 V)
5. Ulangi langkah 2 dan 3
6. Perhatikan perubahan bentuk gelombang setelah diganti kapasitor, lalu
catat hasilnya.
B. Percobaan 2 (Catu daya Positif dengan Regulator Negatif)
1. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini, dengan ketentuan nilai
komponen sebagai berikut.

Trafo Dioda Kapasitor 1 Kapasitor 2 IC


CT 3A Bridge 3A 1000 µF/25V 100 µF/25V 7912

2. Ukur besar tegangan masukan dan keluaran IC regulator 7912


menggunakan multimeter.
3. Ukur besar tegangan masukan dan keluaran IC regulator 7912
menggunakan osiloskop.
4. Ganti nilai C1 dan C2 dengan nilai berikut, (C1 = 2200 µ F/ 25 V dan C2
= 1000 µ F/ 25 V)
5. Ulangi langkah 2 dan 3.
6. Perhatikan perubahan bentuk gelombang setelah diganti kapasitor, lalu
catat hasilnya

Analisis hasil praktikum

A. Percobaan 1 (Catu daya Positif dengan Regulator)

Sebelum kapasitor di rubah :

1. Mengukur besar tegangan dengan multimeter

IC Kapasitor Multimeter
LM7809 1000 µF/25V 6,109 V
100 µF/25V

2. Gambar gelombang dan tegangan pada osiloskop

V/Div :10 V/Div

T/Div :10 ms / Div


3. Gambar rangkaian menggunakan Multisim dan fritzing :

Multisim :

Fritzing :
Setelah kapasitor dirubah :

1. Mengukur besar tegangan dengan multimeter

IC Kapasitor Multimeter
LM7809 2200 µF / 25V 6.11 V
1000 µF / 25V

2. Gambar gelombang dan tegangan pada osiloskop

V / Div : 10 V / Div

T / Div ; 10 ms / Div
3. Gambar rangkaian menggunakan Multisim dan fritzing :

Multisim :

Fritzing :
B. Percobaan 2 (Catu daya Positif dengan Regulator Negatif)

Sebelum nilai kapasitor diubah :

1. Mengukur tegangan dengan multi meter

IC Kapasitor Multimeter
LM7912 1000 µF/25V -3,42 V
100 µF/25V

2. Gambar gelombang dan tegangan pada osiloskop

V / Div : 10 V/Div

T / Div : 10 ms/Div
3. Gambar rangkaian menggunakan Multisim dan fritzing

Multisim :

Fritzing :
Setelah nilai kapasitor diubah :

1. Mencari dengan multimeter

IC Kapasitor Multimeter
LM7912 2200 µF/25V -3,42 V
1000 µF/25V

2. Gambar gelombang dan tegangan pada osiloskop

V/Div : 10 V/Div

T/Div : 10 ms/Div
3. Gambar rangkaian menggunakan Multisim dan fritzing

Multisim :

Fritzing :
Kesimpulan

1. Pada percobaan pertama saat nilai kapasintasinya sebelum dirubah IC7809


memiliki tegangan 6,109 Volt dan memiliki waktu yang cukup singkat
untuk mencapai nilai maksimum.
2. Pada percobaan pertama saat nilai kapasitansinya sudah di rubah IC7809
memiliki gambar gelombang yang awalnya berada di nilai konstan, tetapi
beberapa saat kemudian gelombangnya semakin naik dan akan konstan
setelah mengalami kenaikan.
3. Pada percobaan ke-2 gambar gelombang pada saat nilai kapasitnasinya
dirubah dan nilai kapasitnsinya yang sudah diubah gelombang IC LM7912
memiliki gambar gelombang yang sama.
4. Pada percobaan ke-2 pada saat nilai kapasitansinya telah diubah IC LM7912
memiliki tegangan -3,42 Volt tetapi membutuh kan waktu yang cukup
lambat untuk mencapai tegangan maksimum nya.
LAPORAN PRAKTIKUM

1. Lakukan analisa dari kedua percobaan di atas.


2. Berikan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan di atas.

Jawab

1. ● Percobaan pertama :
Sebelum nilai kapasitornya diubah IC LM7809 yaitu memiliki nilai
tegangan : 6.109 volt, tetapi
Setelah nilai kapasitornya diubah nilai tegangan dari IC LM7809 memiliki
tegangan : 6.11 Volt.

● Percobaan Kedua nilai tegangan dari IC LM7912 yaitu Memiliki Nilai -


3,42 Volt ( Hasil dari kapasitor sebelum di ubah dan setelah di ubah sama )

2. ● Kesimpulan yang di dapatkan dari percobaan pertama yaitu saat nilai


kapasitornya sebelum diubah IC LM7809 memiliki gambar gelombang
yang sedikit naik turun tetapi konstan berada di nilai positif dan untuk
gelombang saat nilai kapasitornya telah diubah IC LM7809 memiliki
gambar gelombang yang pada awalnya nilai dari gelombang tersebut tidak
terlalu tinggi tetapi beberapa saat kemudian gelombang tersebut naik.

● Kesimpulan untuk percobaan ke dua adalah gambar gelombang IC


LM7912 pada saat nilai kapasitornya sebelum diubah dan setelah diubah
memiliki gambar gelombang yang sama.
Daftar Pustaka

 Modul Praktikum Elektronika 2 2018-2019


LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1

MODUL KE-6

TRANSISTOR BIPOLAR

NAMA : THEODORUS YULIANTO HENDRAWAN

NIM : 10219006

KELOMPOK / KELAS : SK - 1

HARI / TGL PRAKTIKUM : KAMIS, 24 DESEMBER 2020

JAM PRAKTIKUM : 08.30 ~ 10.45

DOSEN : Agus Mulyana, M.T

NILAI :

PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2020
I. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui cara menentukan kaki-kaki transistor menggunakan Ohmmeter.

2. Mengetahui karakteristik transistor bipolar.

3. Mampu merancang rangkaian sederhana menggunakan transistor bipolar.

4. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar.

II. Bahan Praktikum


1. Transistor 2N3904

2. Resistor

3. Projectboard

4. Catu daya

5. Multimeter
III. Ringkasan Teori

Transistor

Transistor berfungsi sebagai penguat tegangan, penguat arus, penguat daya


atau sebagai saklar. Transistor memiliki 3 layer yang terdiri dari 2 layer tipe n dan
1 layer tipe p yang sering disebut Transistor NPN dan 2 layer p dan 1 layer n yang
disebut Transistor PNP. Transistor dapat bekerja jika diberi tegangan, tujuan
pemberian tegangan pada transistor adalah supaya transistor dapat mencapai
kondisi menghantar atau menyumbat.

Simbol transistor PNP dan NPN

Transistor memiliki 3 buah kaki yaitu : Basis (B), Emiter (E), dan Kolektor (C).
Pengertian sederhana fungsi dari kaki-kaki E, B dan C sebagai berikut :

- Basis (B) : Kaki basis biasanya digunakan sebagai masukan.

- Emiter (E) : Pada umunya digunakan sebagai sumber atau keluaran


tergantung rangkaian.

- Kolektor (C) : Keluaran dan sumber keluaran tergantung rangkaian.


Kurva Basis

Hubungan antara IB dan VBE tentu saja akan berupa kurva dioda. Karena
memang telah diketahui bahwa function base-emiter tidak lain adalah sebuah dioda.
Jika hukum Ohm diterapkan pada loop base diketahui adalah :

IB = (VBB + VBE) / RB

VBE adalah tegangan jepit dioda junction base-emiter. Arus hanya akan
mengalir jika tegangan antara base-emiter lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB
mulai aktif mengalir pada saat nilai VBE tertentu.

Besar VBE umunya tercantum di dalam data sheet. Tetapi untuk


penyederhanaan umumnya diketahui VBE = 0.7 Volt untuk transistor silikon dan
VBE = 0.3 Volt untuk transistor germanium. Nilai ideal VBE = 0 Volt. Sampai disini
akan sangat mudah mengetahui arus IB dan arus IC dari rangkaian berikut ini, jika
diketahui besar B = 200. Katakanlah yang digunakan adalah transistor yang dibuat
dari bahan silikon.
Kurva Kolektor

Sekarang sudah diketahui konsep arus base dan arus kolektor. Satu hal lain
yang menarik adalah bagaimana hubungan antara arus base IB, arus kolektor IC dan
tegangan kolektor-emiter VCE. Dengan menggunakan rangkaian 01, tegangan VBB
dan VCC dapaty diatur untuk memperoleh plot garis-garis kurva kolektor. Pada
gambar berikut telha diplot beberapa kurva kolektor arus IC terhadap VCE dimana
arus IB dibuat konstan.

Dari kurva ini terluhat ada beberapa region yang menunjukkan daerah kerja
transistor. Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian daerah
aktif dan seterusnya daerah breakdown.

Daerah Aktif

Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus IC
konstan terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus IC
hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear.
Jika hukum Kirchoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada loop kolektor,
maka dapat diperoleh hubungan :

VCE = VCC - ICRC

Dapat dihitung disipasi daya transistor adalah :

PD = VCE.IC
Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah tegangan
kolektor-emiter dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi daya ini berapa
panas yang menyebabkan naiknya temperatur transistor. Umumnya untuk transistor
power sangat perlu untuk mengetahui spesifikasi PD max. Spesifikasi ini
menunjukkan temperatur kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor
masih bekerja normal. Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya PD max,
maka transistor dapat rusak atau terbakar.

Daerah Saturasi

Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt
(transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-basis yang mana tegangan
VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron.

Daerah Cut-Off

Jika kemudian tegangan Vcc dinaikkan perlahan-lahan, sampai tegangan VCE


tertentu tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja
transistor berada pada daerah cut-off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi
aktif (ON). Perubahan ini hanya dipakai pada system digital yang hanya mengenal
angka biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh status transistor
OFF dan ON.
Misalkan pada rangkaian driver LED di atas, transistor yang digunakan adalah
transistor dengan b = 50. Penyalaan LED diatur oleh sebuah gerbang logika (logic
gate) dengan arus output high = 400 uA dan diketahui tegangan forward LED, VLED
= 2.4 volt. Lalu pertanyaannya adalah, berapakah seharusnya resistansi R L yang
dipakai. IC = bIB = 50 x 400 uA = 20mA

Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat transistor cut-off.
Tegangan VCE pada saat cut-off idealnya = 0, dan aproksimasi ini sudah cukup
untuk rangkaian ini.

RL = (VCC – VLED - VCE) / IC

= (5 – 2.4 - 0) V / 20 mA

= 2.6V / 20 mA

= 130 Ohm

Daerah Breakdown

Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40V, arus IC menanjak
naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini, karena akan dapat merusak transistor
tersebut. Untuk berbagai jenis transistor nilai tegangan VCE max yang
diperbolehkan sebelum breakdown bervariasi. VCE max pada data sheet transistor
selalu dicantumkan juga.

Alpha DC

Perbandingan arus kolektor dengan arus emiter hampir sama, alpha dc sebagai
definisi perbandingan kedua arus tersebut

𝐼𝑐
αDC = 𝐼𝑒 ≈ 1

Beta DC

Arus kolektor telah dihubungkan dengan arus emiter dengan menggunakan αDC.
Juga menghubungkan arus kolektor dengan arus basis dengan mendefinisikan beta
DC transistor:

𝐼𝑐
βDC = 𝐼𝑒
Mencari Kaki Basis

 Atur multimeter analog pada pengukuran Ohm meter x 100


 Lakukan pengukuran seperti gambar dibawah ini

 Perhatikan petunjuk pergerakan jarum. Apabila jarum bergerak ke kanan


dengan posisi probe yang satu tetap pada kaki 3 dan probe lainnya pada kaki
1 atau kaki 2 berarti kaki 3 adalah base transistor. Jika probe positif yang
berada pada kaki 3 berarti transistor tersebut berjenis NPN, sebaliknya jika
probe negatif berada pada kaki 3 berarti transistor tersebut berjenis PNP.

Mencari Kaki Kolektor dan Emiter

 Misal: transistor berjenis NPN


 Lakukan pengukuran seperti gambar di bawah ini

 Perhatikan penunjuk jarum, apabila jarum bergerak ke kanan maka kaki 1


(pada probe positif) adalah emiter dan kaki 2 (pada posisi probe negatif)
adalah kolektor. Atau jika dipasang kebalikkannya (probe positif pada kaki
2 dan probe negatif pada kaki 1) dan jarum tidak bergerak, maka kaki 1
adalah emiter dan kaki 2 adalah kolektor. Untuk transistor jenis PNP dapat
dilakukan seperti di atas dan hasilnya kebalikan dari transistor jenis NPN.
IV. Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan Alpha DC dan Beta DC ? Jelaskan!
- Alpha DC adalah perbandingan arus IC dengan arus IE pada titik kerja
- Beta DC adalah faktor penguatan arus pada emiter bersama.
2. Jelaskan tentang daerah kerja transistor !
Daerah kerja transistor yaitu :
- Daerah Saturasi : keadaan dimana transistor mengalirkan arus secara
maksimum dari kolektor ke emiter sehingga transistor tersebut seolah-olah
short pada hubungan kolektor – emiter.

- Daerah cut-off : keadaan dimana transistor menyumbat pada hubungan


kolektor – emiter.

- Daerah aktif : dimana arus IC konstan terhadap berapapun nilai VCE.

- Daerah breakdown : keadaan dimana saat tegangan VCE melebihi batas


maximum, dapat merusak transistor.

3. Sebuah transistor mempunyai IC sebesar 100mA dan IB sebesar 0.5mA,


berapakah besar gain arus untuk transistor tersebut !

IE = IC + IB

= 100mA + 0.5mA

= 100.5mA

4. Sebutkan cara mengenali urutan kaki-kaki transistor selain


menggunakan Ohmmeter ?
- dengan cara menyentuh bagian kaki paling kiri dengan kaki tengah
menggunakan jari yang lembab atau agak basah agar terjadi sifat konduktor

5. Tentukan persamaan-persamaan untuk mendapatkan bentuk kurva


kolektor transistor ?

- dengan menggunakan rangkaian-01, tegangan VBB dan VCC dapat diatur


untuk memeperoleh plot kurva kolektor
6. Rangkailah sesuai gambar 6.10 menggunakan Fritzing dan multisim !

Transistor di atas menggunakan NPN dengan kaki dari kiri : Kolektor,


Basis, Emiter
DAFTAR PUSTAKA

http://demuzze.blogspot.com/2017/02/transistor-bipolar.html

http://elektronika-dasar.web.id/konfigurasi-transistor-bipolar/

http://carita0.blogspot.com/2016/01/daerah-kerja-transistor.html#.Xe3_Ybh94oA

http://neozkopic.blogspot.com/2009/06/arus-bias-pada-transistor.html
LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1

MODUL KE-6

TRANSISTOR BIPOLAR

NAMA : THEODORUS YULIANTO H.

NIM : 10219006

KELOMPOK/KELAS : SK-1

HARI/TGL. PRAKTIKUM : KAMIS / 31 DESEMBER 2020

WAKTU PRAKTIKUM : 08.30~10.45

DOSEN : AGUS MULYANA, S.Kom., M

NILAI :

Laboratorium Elektronika

Program Studi Sistem Komputer

Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer

Universitas Konputer Indonesia

Bandung

2020
Data Hasil Praktikum

1. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini. Dengan ketentuan


sebagai berikut

Vbb Rb Transistor RC Vcc


5V 1K 2N 2N3904 5K6 Lihat( No.2)

Gambar Multisim :

Gambar Fritzing :
2. Ubah VCC: 0 ,0.3, 0.5, 0.8, 1, 2, 4, 6, 8, 10, 15, 20, 25, 30 volt.
3. Ukur besarnya VCE dan IC pada setiap perubahan VCC.
4. Catat data percobaan pada tabel di bawah ini.

Vcc Hasil Praktikum Hasil Simulasi


Vce Ic Vce Ic
0 37,741 nV -3,771 mA
0,3 299,998 mV 150,869 mV
0,5 499,998 mV 241,076 mV
0,8 799,998 mV 244,618 mA
1 999,998 mV 245,315 mA
2 2V 248,798 mA
4 4V 255,764 mA
6 6V 262,73 mA
8 8V 269,697 mA
10 10 V 276,663 mA
15 15 V 294,078 mA
20 20 V 311,434 mA
25 25 V 328,909 mA
30 30 V 346,324 mA
Analisis hasil praktikum

Laporan Hasil Praktikum

1. Buatlah kurva karakteristik transistor dari hasil pengujian yang telah


dilakukan
2. Bandingkan dengan kurva karakteristik yang sebenarnya, bagaimana
hasilnya? Jika terdapat perbedaan, berikan penjelasan menurut analisis
pribadi!
3. Pada kurva hasil praktikum tentukan dengan memberikan arsiran pada
daerah aktif dan daerah saturai transistor
4. Perbandingkan hasil praktikum dengan hasil perhitungan
5. Apakah hasil perhitungan dan hasil praktikum berbeda? Jika YA berikan
kemungkinan kenapa hal tersebut terjadi.

Jawab

1. Gambar Grafik :
2. Gambar karakteristik kurva sebenarnya :

Gambar kurva hasil simulasi

Kesimpulan :
Dari gambar kedua grafik diatas memiliki perbedaan yaitu untuk gambar
pertama memiliki gambar yang stabil mengarah keatas tetapi gambar
kedua memiliki gambar yang memiliki kenaikan yang signipikan di 0.5
volt tetapi setelah 0.5 volt keatas memiliki kenaikan yang tidak terlalu
besar.
3. Gambar :
4. Untuk perbandingan tidak dapat di lakukan karena hasil praktikum tidak
ada karena tidak melakukan praktikum menggunakan alat-alat elektro
5. Untuk perbandingan tidak dapat di lakukan karena hasil praktikum tidak
ada karena tidak melakukan praktikum menggunakan alat-alat elektro

Kesimpulan

1. Dari gambar kedua grafik diatas memiliki perbedaan yaitu untuk gambar
yang pertama memiliki gambar yang stabil mengarah keatas tetapi untuk
gambar yang kedua memiliki gambar yang memiliki kenaikan yang
signifikan di 0.5 volt tetapi setelah 0.5 volt keatas memiliki kenaikan yang
tidak terlalu besar.

2. Untuk bagian hasil pada simulasi saat mencari Ic pada saat Vcc 0,5 volt
memiliki kenaikan yang jauh.
Daftar Pustaka
 Modul Praktikum Elektronika 2 2018-2019
LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1

MODUL KE-7

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR

NAMA : THEODORUS YULIANTO H

NIM : 10219006

KELOMPOK / KELAS : SK - 1

HARI /TGL. PRAKTIKUM : KAMIS / 31 DESEMBER 2020

JAM PRAKTIKUM : 08.30~10.45

DOSEN : AGUS MULYANA, S.Kom., M

NILAI :

PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui cara menggunakan transistor sebagai saklar elektronik.

2. Mampu merancang rangkaian transistor sebagai saklar elektronik.

3. Mampu menganalisa rangkaian transistor sebagai saklar elektronik.

4. Mampu mengamplikasikan transistor sebagai saklar elektronik.


II. RINGKASAN TEORI

Transistor jenis NPN dan PNP dapat digunakan sebagai saklar on/off.
Transistor digunakan sebagai saklar untuk mengendalikan berbagai alat-alat seperti,
motor DC atau AC, lampu, selenoid dan sebagainya. Aplikasi transistor sebagai
saklar elektronika untuk komputer sebagai aplikasi kontrol dengan memanfaatkan
dua keadaan transistor yaitu keadaan saturasi (sebagai saklar tertutup) dan keadaan
cut-off (sebagai saklar terbuka).

Pada saat saturasi maka arus kolektor adalah

𝑉𝑐𝑐
IC(sat) = 𝑅𝑐

Pada saat cut-off tegangan kolektor emiter sama dengan tegangan sumber kolektor
dan arus basis mendekati nol.

VCE(cut) = VCC

IB(out) ≈ 0

Untuk mencari arus basis pada keadaan resistor basis terpasang dapat dihitung
dengan persamaan berikut:

IB . RB + VBE = VB

IB . RB = VB - VBE

Sehingga :

𝑉𝐵𝐵 − 𝑉𝐵𝐸
IB = 𝑅𝐵
Menggunakan transistor NPN sebagai saklar

1. Kolektor mendapatkan tegangan positif.

2. Emitor mendapatkan tegangan ground/negatif dengan kata lain, kolektor dan


basis mendapatkan tegangan lebih positif terhadap emitor.

3. kolektor mendapatkan tegangan lebih negatif terhadap basis.

Rangkaian transistor NPN sebagai saklar

- Saat Vin = 0, maka tidak ada arus yang mengalir pada RB dan basis transistor
sehingga transistor dalam kondisi tidak bekerja (saklar terbuka).

- Saat Vin mendapatkan masukkan yang cukup besar hingga dapat mengalirkan
arus basis yang cukup untuk transistor, maka arus kolektor akan mengalir dan
beban pada RL akan bekerja.
Menggunakan transistor PNP sebagai saklar

1. Emitor mendapat tegangan positif.

2. Kolektor mendapat tegangan ground/negatif dengan kata lain, emitor dan


basis mendapat tegangan lebih positif terhadap kolektor.

3. Emitor mendapat tegangan lebih negatif terhadap basis.

Rangkaian transistor PNP sebagai saklar

- Saat Vin = 1 maka tidak ada arus yang mengalir pada RB dan basis transistor
sehingga transistor dalam kondisi tidak bekerja (saklar terbuka).

- Saat Vin mendapatkan masukkan yang cukup kecil hingga dapat mengalirkan
arus basis yang cukup untuk transistor, maka arus kolektor akan mengalir dan
beban pada R5 akan bekerja.
III. TUGAS PENDAHULUAN

1. Apa yang dimaksud dengan saturasi dan cut-off ? jelaskan!

- Saturasi adalah daerah kerja transistor dimana arus kolektor mencapai nilai
maksimum.

- Cut-off adalah titik dimana transistor tidak menghantarkan arus dari kolektor
ke emitor, atau titik dimana transistor dalam keadaan menyumbat.

2. Jelaskan bagaimana cara menentukan garis beban pada kurva transistor!

Garis beban pada kurva, ditentukan dua titik yang berpotongan dengan
masing-masing sumbu x (VCE) dan sumbu y (IC).

Persamaan garis beban:

VCE = VCC - IC.RC

Garis beban akan memotong sumbu x (VCE), apabila arus IC adalah nol.
Dalam hal ini transistor dalam keadaan mati (IC = 0), sehingga tegangan
VCE adalah maksimum, yaitu:

VCEmaks = VCC

Garis beban akan memotong sumbu y (IC), apabila tegangan VCE adalah nol.
Dalam hal ini transistor dalam keadaan jenuh (VCE = 0), sehingga arus IC
adalah maksimum, yaitu:

VCE = VCC - IC.RC

0 = VCC - ICmaks. RC

ICmaks = VCC/ RC

3. Jelaskan cara kerja transistor sebagai saklar pada rangkaian percobaan A!

- Pada saat saklar dibuka tidak ada arus yang mengalir pada basis transistor
sehingga transistor tidak bekerja.

- Pada saat saklar ditutup basis akan mengalirkan arus yang cukup untuk
transistor, sehingga arus pada kolektor akan mengalir dan LED akan menyala.
4. Berapa besar penguatan arusnya ketika saklar S1 ditutup, jika V1 = 10V, V2 =
15V dan R1 = 1K dan R2 = 1K ?

IE = IC + IB

𝑉1 10𝑉
IB = 𝑅1 = 1𝐾Ω = 10mA

𝑉2 15𝑉
IC = 𝑅2 = 1𝐾Ω = 15mA

IE = 10mA + 15mA

= 25Ma

IV. BAHAN PRAKTIKUM

1. Transistor (2N222 / 2N3904)

2. Resistor

3. LED

4. Projectboard

5. Catu daya

6. Multimeter
DAFTAR PUSTAKA

https://rangkaianelektronika.info/transistor-sebagai-saklar/

http://ozzybegog.blogspot.com/2016/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1

MODUL KE-7

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR

NAMA : THEODORUS YULIANTO H.

NIM : 10219006

KELOMPOK/KELAS : SK-1

HARI/TGL. PRAKTIKUM : KAMIS / 07 JANUARI 2021

WAKTU PRAKTIKUM : 08.30~10.45

DOSEN : AGUS MULYANA, S.Kom., M

NILAI :

Laboratorium Elektronika

Program Studi Sistem Komputer

Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer

Universitas Konputer Indonesia

Bandung

2021
Data Hasil Praktikum

A. Transistor sebagai Saklar


1. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini. Dengan ketentuan
sebagai berikut.

V2 R1 Transistor R2 V1 LED
5V 1K 2N 3904 5K6 5V Standar

2. Ukur besar tegangan R2 dan LED.


3. Tutup saklar. Apa yang terjadi pada LED ?
4. Ukur kembali besar tegangan R2 dan LED.
5. Ukur besar IB dan IC.

Kondisi Tegangan Arus


Saklar R2 LED Ib Ic
Terbuka 213,393 nV 328,755 nV 333,891 µA 4,3 pA
Tertutup 1,913 V 3,06 V 3,659 mA 4,995 mA
B. Transistor sebagai Saklar tanpa 𝑹𝑩
1. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini. Dengan ketentuan
sebagai berikut

V2 R1 Transistor R2 V1 LED
5V 1K 2N 3904 470 ohm 5V Standar

2. Tutup saklar. Apa yang terjadi pada LED?


3. Ukur kembali besar tegangan R1 dan LED.
4. Ukur besar IB dan IC.

Kondisi Tegangan Arus Kondisi


Saklar R1 LED Ib Ic LED
Terbuka 22,293 nV 44,586 nV 1,606 pA 1,74 mA Mati
Tertutup 1,436 V 2,861 V 1,204 mA 1,74 mA Mati
C. Transistor sebagai Saklar Penggerak Motor DC
1. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini. Dengan ketentuan
sebagai berikut

V2 R2 Transistor Motor DC V1
5V 470 ohm 2N 3904 Standar 5V

2. Ukur besar tegangan R2 dan Motor DC.


3. Tutup saklar. Apa yang terjadi pada Motor DC?
4. Ukur kembali besar tegangan R2 dan Motor DC.
5. Ukur besar IB dan IC.

Kondisi Tegangan Arus Kondisi


Saklar R2 Motor DC Ib Ic LED
Terbuka -77,07 pV 26,067 nV 4,3 pA 1,227 A Mati
Tertutup 3,946 V 3,707 V 10,6 mA 1,206 A Hidup
ANALISIS HASIL PRAKTIKUM

A. Transistor sebagai Saklar


1. Gambar rangkaian fritzing dan multisim :

2. Besar tegangan R2 pada saat saklar terbuka yaitu 213,393 nV. Besar
tegangan pada LED pada saar saklar terbuka yaitu 328,755 nV.
3. Besar tegangan R2 pada saat saklar tertutup yaitu 1,913 V. Besar tegangan
pada LED pada saar saklar tertutup yaitu 3,06 V nV.
4. Besar arus Ib pada saat saklar terbuka yaitu 333,891 µA. besar arus Ic pada
saat saklar terbuka yaitu 4,3 pA.
5. Besar arus Ib pada saat saklar tertuutp yaitu 3,659 mA. Besar arus Ic pada
saklar tertutup yaitu 4,995 mA.
6. Pada saat saklar tertutup LED tidak menyala. itu karena hambatan R2 nya
memiliki hambatan yang besar sehingga Vdc dengan besar tegangan 5 V
tidak bisa menghidupkan LED dan arus yang masuk ke LED sebesar 4 mA.
Untuk meyalakan LED tersebut membutuhkan arus sebesar 5 mA karena
Value standar yang terdapat pada multisim adalah 5 mA.
7. Meskipun ada pada jalur yang sama Tegangan R2 dan LED memiliki
besaran yang berbeda baik saat saklar terbuka maupun tertutup.

B. Transistor sebagai Saklar tanpa 𝑹𝑩


1. Gambar Fritzing dan Multisim :

2. Pada saat saklar tertutup LED tidak menyala / hidup sama saperti saat saklar
terbuka. Itu desababkan karena arus yang masuk kedalam LED sebesar 1,7
mA, sedangkan standar besaran arus yang masuk untuk LED pada multisim
adalah 5 mA. Jadi Arus yang masuk masih kurang untuk menghidupkan
LED tersebut.
3. Nilai arus pada Ic saat saklar terbuka dan tertutup memiliki nilai arus yang
sama. Itu disebabkan karena transistor menjadi saklar tetapi tanpa
menggunakan Rb sehingga nilai arus di Ic pada saat saklar terbuka dan
tertutup memiliki nilai yang sama yaitu 1,74 mA.
C. Transistor sebagai Saklar Penggerak Motor DC
1. Gambar fritzing dan multisim :

2. Pada saat saklar terbuka motor DC tidak menyala, tetapi saat saklar ditutup
motor DC menyala.
3. Arus yang mengalir pada motor DC memiliki besaran 1,7 A sehingga
mampu mengerakan motor DC yang memiliki standar besaran 1 A.

Laporan Praktikum

1. Bandingkan nilai IB, IC dan VR2 hasil praktikum dengan hasil perhitungan
untuk masingmasing percobaan dan penguatan untuk masing-masing
rangkaian.
2. Apakan terjadi perbedaan untuk masing percobaan? Jika ya! berikan alasan
kenapa hal tersebut dapat terjadi.
3. Jelaskan cara kerja rangkaian percobaan A
4. Jelaskan cara kerja rangkaian percobaan B
5. Jelaskan cara kerja rangkaian percobaan C

Jawab

1. Tidak bisa di bandingkan karena hanya melakukan simulasi


2. Tidak bisa di bandingkan karena hanya melakukan simulasi
3. Cara kerja pada rangkaian A yaitu transistor pada rangkaian A dijadikan
sebagai saklar dengan Re. Rb. lalu sebagai intikasi bahwa arus yang
mengalir lebih dari 5 mA maka diberi LED. LED ini berfungsi jika saat
saklar ditutup dan arus yang melewati LED menyala maka arus total
mempunyai nilai lebih dari 5 mA.dan Sebelum di tutup saklar, mempunyai
Tegangan total senilai/sebesar 328,755 nV tetapi saat saklar ditutup
mempunyai tegangan total senilai/sebesar 3,06 V. Sebelum saklar tertutup
mempunyai arus sebesar 4,3 pA tetapi saat saklar ditutup mempunyai arus
sebesar 4,995 mA.
4. Cara kerja rangkaian pada rangkaian B yaitu transistor dijadikan sebagai
saklar dengan Re tetapi tanpa Rb. LED ini berfungsi / berguna jika saat
saklar ditutup dan arus yang melewati LED menyala maka arus total
mempunyai nilai lebih dari 5 mA. Sebagai intikasi bahwa arus yang
mengalir lebih dari 5 mA maka diberi LED. Dan sebelum di tutup saklar,
rangkaian B mempunyaai Tegangan total senilai/sebesar 44,586 nV tetapi
saat saklar ditutup mempunyai tegangan total senilai/sebesar 2,861 V.
Sebelum saklar tertutup mempunyai arus sebesar 1,606 pA tetapi saat saklar
ditutup rangkain A memiliki arus sebesar 1,204 mA

5. Cara kerja rangkaian pada rangkaian C adalah transistor dijadikan sebagai


saklar dengan Re tetapi tanpa Rb. Motor DC ini berfungsi jika saat saklar
ditutup dan arus yang melewati Motor DC menyala maka arus total di
rangkaian C mempunyai nilai lebih dari 1 A. Sebagai intikasi bahwa arus
yang mengalir lebih dari 1 A maka diberi Motor DC. Dan sebelum di tutup
saklar, mempunyai Tegangan total senilai/sebesar 26,067 nV tetapi saat
saklar ditutup mempunyai tegangan total senilai/sebesar 3,707 V. Sebelum
saklar tertutup mempunyai arus senilai/sebesar 4,3 pA tetapi saat saklar
ditutup rangkain A memiliki arus sebesar 1,206 A

Kesimpulan

1. Pada Percobaan A “Transistor sebagai Saklar”. Meskipun berada di jalur


yang sama Tegangan R2 dan LED memiliki besaran yang berbeda baik saat
saklar terbuka maupun tertutup.
2. Pada Percobaan B “Transistor Saklar Tanpa 𝑅𝐵 ” Pada saat saklar tertutup
LED tidak menyala sama seperti saat saklar terbuka. Ini disebabkan karena
arus yang masuk kedalam LED sebesar 1,7 mA, sedangkan standar besaran
arus yang masuk untuk LED pada multisim yaitu 5 mA. Jadi
Kesimpulannya Arus yang masuk masih tidak cukup untuk menghidupkan
LED tersebut. Dan nilai arus pada Ic pada saat saklar terbuka dan tertutup
memiliki nilai arus yang sama. Ini disebabkan karena transistor menjadi
saklar tetapi tanpa menggunakan Rb, sehingga nilai arus di Ic pada saat
saklar terbuka dan tertutup memiliki nilai yang sama yaitu 1,74 mA.
3. Pada percobaan C “Transistor Sebagai Penggerak Motor DC” Pada saat
saklar terbuka motor DC tidak menyala, tetapi pada saat saklar ditutup
motor DC menyala.
DAFTAR PUSTAKA

 Modul Praktikum Elektronika 2 2018-2019


LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1

MODUL KE-8

LDR SEBAGAI SENSOR CAHAYA

NAMA : THEODORUS YULIANTO HENDRAWAN

NIM : 10219006

KELOMPOK / KELAS : SK - 1

HARI / TGL. PRAKTIKUM : KAMIS / 07 JANUARI 2021

JAM PRAKTIKUM : 08.30 ~ 10.45

DOSEN : AGUS MULYANA, S.Kom., M

NILAI :

PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mampu mengenali bentuk dan karakteristik LDR.

2. Mampu membuat rangkaian pembagi tegangan untuk LDR.

3. Memahami penggunaan LDR dalam bidang elektronika.

II. RINGKASAN TEORI

Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis Resistor yang nilai
hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai
Hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan nilai Hambatannya akan menjadi tinggi
jika dalam kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR (Light Dependent Resistor) adalah untuk
menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya (Kondisi Terang) dan
menghambat arus listrik dalam kondisi gelap.

Naik turunnya nilai Hambatan akan sebanding dengan jumlah cahaya yang diterimanya.
Pada umumnya, Nilai Hambatan LDR akan mencapai 200 Kilo Ohm (kΩ) pada kondisi gelap dan
menurun menjadi 500 Ohm (Ω) pada Kondisi Cahaya Terang.
Pada aplikasinya, LDR harus digabung dengan beberapa resistor biasa, rangkaiannya
seperti berikut.

Vout merupakan tegangan hasil pembagian antara LDR dengan R. Nilai ini dapat kita
hitung sebagai berikut

Vout = (R*Vin) / (R+Rldr)

Berdasarkan konfigurasi di atas, maka Vout akan bertambah ketika LDR terkena cahaya.
Konfigurasi kedua adalah LDR terhubung ke ground, sedangkan R terhubung ke VCC.
Rangkaiannya adalah sebagai berikut

Vout merupakan tegangan hasil pembagian antara LDR dengan R. Nilai ini dapat kita
hitung sebagai berikut.

Vout = (Rldr*Vin) / (Rldr+R)

Berdasarkan konfigurasi di atas, maka Vout akan berkurang ketika LDR terkena cahaya.
Lebih lanjut, rangkaian sensor ini akan digabung dengan rangkaian sensor sebagai saklar untuk
mengaktifkan sesuatu, misal lampu, relay atau motor DC.
 Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan
komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni
Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay
menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga
dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan
lebih tinggi. . Untuk mengaktifkan sebuah relay, lebih baik menggunakan sebuah driver,
hal ini dapat menggunakan transistor atau IC.
Secara umum relay terbagi ke dalam dua , yaitu relay AC dan relay DC. Masing-
masing relay dapat digunakan berdasarkan kebutuhan sistem yang dibangun. Relay juga
memiliki rentang tegangan kerja yang berbeda, misal untuk relay DC,mulai dari relay 3 V
hingga relay 24 V.
III. TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sensor dan aktuator ?


Jawab :
- Sensor adalah komponen yang dapat digunakan untuk mengkonversi suatu
besaran tertentu menjadi satuan analog sehingga dapat dibaca oleh suatu
rangkaian elektronik.
- Aktuator adalah alat yang mengubah sinyal listrik menjadi gerakan mekanis.

2. Jelaskan mengenai LDR, NTC, dan PTC !


Jawab :
- LDR adalah resistor yang dapat berubah-ubah nilai resistansinya jika
permukaannya terkena cahaya. Kondisinya ialah jika terkena cahaya nilai
resistansinya kecil, sedangkan jika tidak terkena cahaya (kondisi gelap) maka
nilai resistansinya besar.
- NTC adalah resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah sesuai dengan
perubahan temperatur terhadapnya. Jika temperaturnya makin tinggi maka nilai
resistansinya kecil dan sebaliknya bila temperaturnya makin rendah maka nilai
resistansinya semakin besar.
- PTC adalah resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah sesuai dengan
temperatur terhadapnya. Jika temperaturnya makin tinggi maka nilai
resistansinya semakin besar sedangkan bila temperaturnya makin rendah maka
nilai resistansinya pun semakin kecil.
3. Jelaskan cara kerja relay, jelaskan jenis-jenis relay yang biasa digunakan !
Jawab :

Prinsip Kerja Relay

Skema relay elektromekanik

Relay terdiri dari coil dan contact. Perhatikan gambar diatas, coil adalah
gulungan kawat yang mendapat arus listrik, sedang contact adalah sejenis saklar
yang pergerakannya tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil.
Contact ada 2 jenis :

 Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open)


 Normally Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan close)

Secara prinsip kerja dari relay : ketika Coil mendapat energi listrik
(energized), akan timbul gaya elektromagnet yang akan menarik armature yang
berpegas, dan contact akan menutup.

Jenis – jenis Relay


Seperti saklar, relay juga dibedakan berdasar pole dan throw yang dimilikinya.

 Pole: banyaknya contact yang dimiliki oleh relay


 Throw: banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki contact
Berikut ini penggolongan relay berdasar jumlah pole dan throw:

 DPST (Double Pole Single Throw)


 SPST (Single Pole Single Throw)
 SPDT (Single Pole Double Throw)
 DPDT (Double Pole Double Throw)
 3PDT (Three Pole Double Throw)
 4PDT (Four Pole Double Throw)

Jenis Relay:

 Timing relay adalah jenis relay yang khusus. Cara kerjanya ialah sebagai
berikut : jka coil dari timing relay ON, maka beberapa detik kemudian, baru
contact relay akan ON atau OFF (sesuai jenis NO/NC contact).
 Latching relay ialah jenis relay digunakan untuk latching atau
mempertahankan kondisi aktif input sekalipun input sebenarnya sudah mati.
Cara kerjanya ialah sebagai berikut : jika latch coil diaktifkan, ia tidak akan bisa
dimatikan kecuali unlatch coil diaktifkan. Simbol dari latching relay

Rangkaian dan Simbol Relay

Relay jenis Single Pole Double Throw (SPDT)


Relay dengan contact lebih dari satu

4. Sebutkan dan jelaskan masing-masing posisi saklar relay !


Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
Jawab :
 Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada
di posisi CLOSE (tertutup)
 Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada
di posisi OPEN (terbuka)

5. Dengan Menggunakan LDR, rancanglah pada fritzing sebuah sensor untuk


mengaktifkan lampu 55 watt 220 volt AC, dan simulasikan pada multisim jika keadaan
sekitarnnya gelap atau terang!
Jawab:
IV. Komponen dan Alat Praktikum

1. Beberapa Resistor

2. LDR

3. Transistor

4. Projectboard

5. Catu daya

6. Multimeter

7. Osiloskop

DAFTAR PUSTAKA

BLOG TEKNIK & VOKASI: Sensor Cahaya Light Dependent Resistor (LDR) (margionoabdil.blogspot.com).
LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1

MODUL KE – 8

LDR SEBAGAI SENSOR CAHAYA

NAMA : THEODORUS YULIANTO HENDRAWAN

NIM : 10219006

KELAS : SK-1

HARI/TGL PRAKTIKUM : KAMIS / 14 JANUARI 2021

WAKTU PRAKTIKUM : 08.30 ~ 10.45

DOSEN : AGUS MULYANA, S.Kom., M.T

NILAI :

PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2021
I. DATA PRAKTIKUM
A. Mengenali Karakteristik LDR
Vout Vout Perubahan
Resistor
(LDR terkena cahaya) (LDR tertutup) Tegangan (∆V)
100Ω 154,856 mV 1,448 V -1,294 V
1KΩ 62,243 mV 1,535 V -1,473 V
10KΩ 17,953 mV 1,622 V -1,605 V
100KΩ 2,393 mV 1,71 V -1,708 V

B. LDR Untuk Mengaktifkan Relay


Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
Kondisi LDR Relay LED Motor DC Buzzer
On Off On Off On Off On Off
Terkena Cahaya
On On On On
Langsung
Tidak Terkena
Cahaya Off Off Off Off
Langsung
II. LAPORAN PRAKTIKUM
a. Analisis hasil praktikum dengan membandingkan dengan hasil dari
perhitungan dengan rumus
Jawab :
 Resistor 100Ω
𝑅𝐿𝐷𝑅 × 𝑉𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
𝑅𝐿𝐷𝑅 + 𝑅
1.000Ω × 5𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
1.000Ω + 100Ω
5000
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
1100
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 4,5𝑉
 Resistor 1KΩ
𝑅𝐿𝐷𝑅 × 𝑉𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
𝑅𝐿𝐷𝑅 + 𝑅
1.000Ω × 5𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
1.000Ω + 1.000Ω
5.000
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
2.000
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 2,5𝑉
 Resistor 10KΩ
𝑅𝐿𝐷𝑅 × 𝑉𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
𝑅𝐿𝐷𝑅 + 𝑅
1.000Ω × 5𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
1.000Ω + 10.000Ω
5.000
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
11.000Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,45𝑉
 Resistor 100KΩ
𝑅𝐿𝐷𝑅 × 𝑉𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
𝑅𝐿𝐷𝑅 + 𝑅
1.000Ω × 5𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
1.000Ω + 100.000Ω
500.000
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
101.000Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,049𝑉
b. Apakah ada perbedaan nilai dari hasil praktikum dengan hasil
perhitungan? Jika ya, mengapa hal tersebut terjadi?
Jawab :
ada perbedaan antara hasil simulasi dengan hasil perhitungan.Hal itu
disebabkan karena perhitungan pada praktikum berdasarkan LDR dengan
sinar cahaya secara langsung, sedangkan pada simulasi cahaya pada LDR
disetting berdasarkan settingan simulasi.
c. Hitunglah Error pengukuran
Jawab :
Terdapat 6 kali error pada saat simulasi
d. Buatlah grafik tegangan terhadap nilai R pada saat terkena cahaya dan
tidak terkena cahaya
Jawab :
 Grafik Transistor Terkena Cahaya

Terkena Cahaya
0.18
0.16
0.154
0.14
0.12
TEGANGAN

0.1
0.08
0.06 0.062
0.04
0.02 0.017
0 0.0023
100Ω 1KΩ 10KΩ 100KΩ
RESISTOR
 Grafik Transistor Tidak Terkena Cahaya

Tidak Terkena Cahaya


1.75
1.7 1.71
1.65
1.62
TEGANGAN 1.6
1.55
1.53
1.5
1.45 1.44
1.4
1.35
1.3
100Ω 1KΩ 10KΩ 100KΩ
RESISTOR

III. KESIMPULAN
1. Saat percobaan rangkaian Pertama jika LDR diberi Cahaya langsung
maka arus akan mengalir. Begitu juga sebaliknya, Saat percobaan
rangkaian Kedua jika LDR diberi rangkaian secara langsung maka arus
tidak akan mengalir.
2. Jika LDR tidak disorot oleh cahaya maka LDR tidak akan bisa
mengaktifkan Relay, LED, Buzzer, dan Motor DC. Begitu juga
sebaliknya, saat LDR terkena cahaya Langsung maka LDR pun akan
mengaktifkan Relay, LED, Buzzer serta Motor DC.
DAFTAR PUSTAKA

 Modul Praktikum Elektronika 2018-2019

Anda mungkin juga menyukai