Anda di halaman 1dari 30

Jepang dan Pergerakan Kebangsaan

Indonesia (Kenichi Goto)


Bag.1 (Sebuah Rangkuman)
Kuliah Nihon Indonesia Kankei-shi
M. Gandhi A

M. Gandhi A 2017 1
Ide Ekspansi/Invasi ke Selatan Jepang
Bagaimana Proses Kemunculannya?
• Ide awal ekpansi dari AL Jepang. Pemicunya karena
masalah minyak dan berakhir di minyak.
• Di awal-awal abad 20, AL selalu menyerukan
“pengembangan negara ke Selatan (nanshinron) ”
sementara AD menyerukan pengembangan negara
Utara (Hokushinron) (ke Tiongkok).
• Dari tahun 1868 – 1912 ide ke Selatan AL berhenti
sebatas ide karena kalah bersaing pengaruh dengan AD.
• AL mengkritik: ….keuntungan daerah Manchuria
Selatan dan daerah itu harus dipertahankan dengan
persentajaan yang terlalu besar tidak akan dilakukan
orang bijaksana” (Kenichi, 1998: 5).

M. Gandhi A 2017 2
• AL tidak puas karena Jepang ditempatkan di bawah AS dan
Inggris dalam perjanjian “Pembatasan Persenjataan
Angkatan Laut di Wasington 6 Feb 1922”.
• Padahal AL Jepang dapat mengalahkan Russia 1904 dan
mendapat mandat daerah jajahan Jerman pada masa PD I.
• Ketidakpuasan dapat diredam Pemerintah Jepang dan AL
sendiri.
• Ekspansi ke Selatan Jepang juga dibatasi “Persetujuan
Takahira-Root 30 Nov 1908” yg membatasi ruang lingkup
kekuasaan masing-masing di Asia Pasifik, dan “Perjanjian 4
negara, Inggris, Perancis, Amerika, dan Inggris” yg
memastikan “ saling menghormati pulau-pulau jajahan
masing-masing di laut Pasifik”.

M. Gandhi A 2017 3
• Namun, pada tahun 1923, karena tidak puas dengan pembatasan
perjanjian Wasington 1922, Haluan negara direvisi.
• Isinya: “Kekaisaran harus waspada terlebih terhadap AS, Russia, dan
Tiongkok”.
• Urutan musuh bayangan diubah dari: Russia, Amerika, Tiongkok menjadi:
AS, Russia, Tiongkok”.
• Pasca PD I minyak mulai dianggap barang yg vital. PM Perancis George
Clemenceau mengatakan: “Setitik minyak sama dengan setitik darah”.
• Pada bulan Juli 1918 AL menetapkan “Memorandum tentang
Kebijaksanaan Pokok Penyuplaian Minyak Militer”. Isinya:
• - Perdagangan minyak dalam negeri dipegang oleh pemerntah.
• - Memerger semua perusahaan minyak dalam negeri.
• - AL secara mandiri mengimpor dan menyuling minyak, dan memiliki
pabrik penyulingan minyak sendiri.

M. Gandhi A 2017 4
• Tahun 1915 – 16 minyak Jepang berkurang.
• Tahun 1916 ditetapan kebijakan pengimporan minyak
dari LN.
• Tahun 1918 dimulai pengimporan minyak dari Tarakan
Borneo secara besar besaran.
• Perwira AL penganjur supply minyak diambil dari
Selatan, dari HB (bernuansa anjuran ekspansi ke
Selatan) adalah: Matsuoka Shizuo.
• Ia mengatakan: “ …untuk sementara mau tak mau
terpaksa mengandalkan minyak LN karena masalah
kekurangan minyak ini telah mendesak bagaikan api
menyerang alis”. (Kenichi, 1998: 9)

M. Gandhi A 2017 5
• Jepang merasa dirugikan dalam Perjanjian
Pembatasan AL London 2 April 1930.
• AL Jepang pecah dua faksi: anti Inggris dan AS,
dan masih kompromi dengan Inggris AS.
• Lambat laun faksi anti Inggris dan AS menguat,
dan menyuarakan ekspansi ke Selatan yang
makin kuat.
• Muncul jargon “jangan ketinggalan oleh
Angkatan Darat”.
M. Gandhi A 2017 6
• Th 1933 Jepang keluar LBB. Menandai Jepang “keluar dari Eropa”
yang didengungkan sejak zaman Meiji. Jepang
• AL Jepang mengeluarkan “kaigun yoran” (ikhtisar AL) yang berisi
prioritas “pertahanan negara” yaitu:
• 1. Daratan Tiongkok bag Utara dan Selat Taiwan (1/4 perdagangan
Jepang)
• 2. Daratan Amerika Utara dan Amerika Selatan (40% perdg Jpn)
• 3. Daratan Asia Selatan dr Selat Taiwan (Hongkong, Indochina,
Singapura, India, dll) 13% Perdg Jpn.
• 4. Pulau kawasan Selatan (yakni Filipina. Borneo, Hindia Belanda,
dan Selandia Baru) 8% perdg Jpn.
• 5. Eropa
• 6. Afrika Selatan.

M. Gandhi A 2017 7
• Daratan Tiongkok hrs dipertahankan baik
dalam kondisi perang atau tidak. Karena hal
itu menjamin kesinambungan hidup rakyat.
• Namun pada tahun 1933 ada perubahan
prioritas kepentingan:
• Muncul pandangan, Tiongkok sebagai garis
“gizi (baiyousen)” dan Pasifik (wilayah Selatan)
sebagai “garis nyawa” (Seimei-sen).

M. Gandhi A 2017 8
• Urutan prioritas perhatian negara berubah, pada
Kaigun Yoran th 1933:
1. Tiongkok dan Taiwan
2. Hindia-Belanda, Jajahan Inggris.
3. Australia
4. Amerikan Utara,
5. Eropa
6. Afrika.
(Bandingkan dengan urutan Kaigun Yoran th 1929)
M. Gandhi A 2017 9
• Th 1933 ditetapkan Garis Besar Kebijakan Bahan Bakar
negara (Nenryou Kokusaku no Taiko).
• Th 1934 dibuat dan diumumkan “UU Pengusahaan Minyak
“ (Sekiyugyoho).
• Isinya:
• 1. Demi memperlancar suplai minyak saat keadaan darurat
pengusaha penyulingan dan impor minyak wajib
menyimpan cadangan 50% untuk minyak mentah, minyak
berat, minyak bensin, yg diimpor tahun sebelumnya.
• 2. Demi penegakan dan pengembangan pengusahaan
minyak, untuk penyulingan dan impor dilakukan dengan
perijinan.

M. Gandhi A 2017 10
• Th 1934 AL melepaskan diri dari perjanjian
pembatasan senjata London.
• AL Jepang sejak itu sudah tak mau lagi di bawah
bayang-bayang AS dan Inggris.
• Th 1936 suara untuk ekspansi ke Selatan makin
meninggi.
• Th 1935 dalam tubuh AL mulai dibahas tentang
perlunya mengadakan penelitian kongkret dan
membuat konsep politik Selatan yang diperlukan
daripada seedar membahas ekspansi ke Selatan
yang masih sloganis (ibid, 28).
M. Gandhi A 2017 11
• Th 1934 dibentuk Seksi Penelitian Darurat yg
bertugas meneliti dan menyusun bahan yg
diperlukan AL. Titik beratnya adalah penelitian
Masalah Selatan.
• Muncul kritikan: “usaha penyelesaian masalah
penduduk Jepang dengan politik daratan
Tiongkok itu bagaikan “mencari ikan di atas
pohon”. “Putarlah arah mata kita, lihatlah
negeri Selatan!”.

M. Gandhi A 2017 12
• Pemikiran AL ini diduga menjadi cikal bakal pemikiran
konsep “Persemakmuran Asia Timur Raya” (Dai Toa
Kyoeiken).
• Semakin kuat pandagan pihak Jepang yang melihat
Indonesia sebagai “sasaran utama dalam
pengembangan Selatan”. (tahun 1930-an)
• Pemerintah HB semakin was-was terhadap Jepang.
• Pemerintah HB berusaha memperkuat hubungan
dengan Inggris dan AS. Jepang telah dijadikan musuh
bayangan. (hal.33)
• Saling tak percaya antara Jepang dan pemerintah HB
meningkat sejak pertengahan 1930-an.

M. Gandhi A 2017 13
• Media massa Jepang, terutama surat kabar
Jepang turut memanas-manasi.
• Harian Tokyo Nichi-Nichi Shinbun mengangkat
judul “Anjuran Pengembangan Selatan oleh
Angkatan Laut dan Penetapan Garis Besar Haluan
Pertahanan Garis Nyawa” pada 9 Okt 1935.
• Berita tersebut memberi kejutan pada
pemerintah HB.
• Suasana di HB ikut memanas dan meningkatkan
sentimen anti Jepang diantara pemerintah HB.
M. Gandhi A 2017 14
• Gerak gerik Jepang mulai diawasi oleh pem.HB.
• Tidak saling percaya antara Jepang dan pem.HB
makin meningkat sejak pertengahan tahun 1930-
an.
• Pem. HB kawatir Jepang memberikan pengaruh
terhadap pergerakan nasionalisme Indonesia. Hal
ini diperuncing dengan makin meningkatnya
kaum intelektual Indonesia yang belajar ke
Jepang. Kemudian, Soetomo dan Subarjo (tokoh
nasionalis Ind) mengadakan kunjungan ke Jepang.
M. Gandhi A 2017 15
• Dalam laporan resmi yg dibuat Badan Intelejen
Pemerintah HB dengan judul 10 tahun Gerakan
Subversif Jepang di HB dipaparkan: AL Jepang
telah mulai mengadakan kegiatan mata-mata di
wilayah HB.
• Dalam laporan itu pula, tertulis nelayan Jepang
dengan 4000 orang dan 500 kapal, disamping
menangkap ikan juga memainkan peranan
sebagai mata-mata AL Jepang.

M. Gandhi A 2017 16
Strategi Jepang Pra-Invasi
1. Mendirikan perusahaan sebagai kedok untuk
meneliti HB bernama: Nanyo Kohatsu
Kabushikigaisha (PT. Pembangunan dan
Pengembangan Selatan).
• Pem. HB menganggapnya sebagai barisan
terdepan Jepang dalam menaklukkan HB.
(hal.36).

M. Gandhi A 2017 17
2. Meninjau dan melakukan penelitian oleh orang AL.
Contoh 1:
- Laporan peninjauan pulau Jawa (nama penulis kurang
jelas).
- Penulis meninjau April 1935 selama 2 minggu ke
berbagai daerah di pulau Jawa.
- Selama peninjauan diawasi ketat pem.HB.
- Ia menulis pula, yang paling ditakuti pem.HB
sebenarnya bukan pihak luar, melainkan “pergerakan
orang-orang asli setempat dan pendekatan orang asing
terutama orang Jepang terhadap pergerakan orang-
orang asli setempat”.
M. Gandhi A 2017 18
- ada perasaan anti Hindia Belanda yang hebat pada diri para
pemimpin pergerakan nasional terutama lapisan
cendikiawan muda.
- Terdapat adanya dominasi perdagangan Jepang di HB.
- Terdapat adanya pembatasan impor barang dari pem.HB.
7000 pengusaha Jepang dlm kedaan merana.
- Dengan melihat kondisi orang inlander muncul perasaan
solidaritas sesama Asia untuk bebas dari jajahan Barat.
- Penulis tidak hanya meninjau kota penting di Pulau Jawa,
tetapi juga masuk hingga kota-kota pedalaman Pulau Jawa
lainnya dan mengadakan pengamatan intensif terhadap
keadaan nyata aktivitas pengusaha Jepang di sana.

M. Gandhi A 2017 19
Contoh 2:
- Catatan peninjauan oleh seorang militer
pensiunan muda AL Jepang bernama Sosa Taneji.
- Ia menulis dua karya: Fukamariyuku Nichibei no
Kiki (Krisis AS Jepang yang makin mendalam) dan
Nichi-Bei Tairitsuron (Pembahasan tentang
Konflik Jepan Amerika) tahun 1933
- Ia juga menjalin hubungan dengan organisasi
sayap kanan Aikokusha, Iwata Ainosuke.
M. Gandhi A 2017 20
• Sosa menginjakkan kaki pertama kali tahun 1935.
Setiap pulang ke Jepang ia selalu menegaskan akan
tugas darurat ekspansi ke Selatan.
• Salah satu essaynya berjudul: “Perjalanan ke Jawa”
(Jawa Kikou) dimuat dalam majalah “Meirin”.
• Perjalanan ke Jawa sendiri dilakukan Sosa dengan
rombongan berjumlah 7 orang.
• Selama perjalanan yang menjadi penunjuk jalan adalah
Mitsumaki Kenpei, manajer Nanyo Soko Kabushiki
Gaisha (PT. Gudang Selatan) cabang Surabaya.
• Mitsumaki juga menjabat sebagai ketua Asosiasi Orang
Jepang di Surabaya.

M. Gandhi A 2017 21
• Meski terlihat jalan-jalan namun perhatian Sosa
mengamati bagaimana pulau Jawa dibawah pem.HB
dan mengadakan kontak dengan orang Jepang di
berbagai daerah.
• Pem. HB mengawasi dengan ketat. Saat kapan yang
ditumpangi Sosa memasuki pelabuhan Makasar,
sebuah kapan pemasang torpedo dan dua kapal selam
AL HB telah berjaga di perairan tersebut.
• Sosa juga terkesan bahwa kota Makasar dan kota di
Jawa memiliki prasarana yang cukup modern di
zamannya.

M. Gandhi A 2017 22
• Pada masa itu pandangan orang Jepang umumnya
terhadap Selatan: “Kawasan orang-orang asli yang
menari-nari kegirangan terhadap bulan purnama di
bawah pohon kelapa yang rindang di tropis”.
• Tampak modernisasi muncul bersama bayangan
penderitaan orang inlander (Indonesia).
• Sosa juga diundang oleh Sultan di Solo. Sosa terharu
saat melihat tarian yang dipersembahkan karena mirip
tarian Jepang.
• Dalam resepsi sultan duduk dengan laksamana
Takeshita (rekan satu rombongan Sosa) dan permaisuri
dengan Sosa.

M. Gandhi A 2017 23
• Sultan berbincang dengan rombonan Sosa,
menanyakan tentan negara Manchuria, hubungan
Manchuria dengan Tiongkok, kekuatan AD dan AL
Jepang.
• Sosa menaruh simpati pada sultan karena
bagaikan pesakitan, bermahkota emas namun
dibawah pengawasan Belanda.
• Dari pertemuan tersebut, Sosa merasakan apa
yang dirasakan dan harapan Sultan terhadap
Jepang yang telah berkembang dan dipercayai
sebagai nenek moyang.

M. Gandhi A 2017 24
• Selama kunjungan Sosa telah meminta konjen Jepang
mempertemukannya dengan Gubernur Jenderal HB.
• Rombongan Sosa tidak menyinggung dan mengontak sama
sekali para nasionalis Indonesia.
• Rombongan Sosa selalu disambut dengan hangat oleh para
orang Jepang yang bekerja di HB.
• Ada kesenjangan antara pengusaha besar Jepang dengan
para pedagang kecil Jepang di HB. Perusahaan besar terlalu
mementingkan profit. Sementara pedagang kecil diberikan
berbagai batasan (pembatasan impor 56 produk) oleh pem.
HB.
• Bagi Sosa pedagang kecil inilah yang berpotensi besar
membantu Jepang di masa datang.

M. Gandhi A 2017 25
• Sosa juga mencoba menyuarakan aspirasi suara
pengusaha Jepang di HB: “kami telah memohon
bantuan pada pihak konsulat Jepang namun tidak
dihiraukan olehnya, walaupun kami telah
melaporkan situasi nyata. Isi hati kami tidak mau
dipertimbangkannya”. Artinya mereka tak puas
dengan Deplu Jepang.
• Sepulang dari Indonesia Sosa mengunjungi orang-
orang penting di Jepang dan menegaskan pada
mereka tugas darurat ekspansi ke Selatan.

M. Gandhi A 2017 26
• Inti pendapat Sosa:
1. Adalah hak wajar bagi Jepang “sebagai negara tidak
punya” untuk meminta pembagian ha dan
kepentingan kepada Belanda sebagai “negara punya”.
• Pendapat Takeshita Isamu, yg merupakan penasehat
rombongan Sosa: “Belanda telah menguasai Indonesia
57 kali lipat lebih besar dari Jepang. Hal ini sungguh tak
wajar. Ditinjau dari segi kemakmuran manusia di bumi
juga, hal demikian tidak dibenarkan”.
• Tuntuan Takeshita ini telah dijadikan prinsip politik luar
negeri Jepang yang resmi nantinya pada tahun 1940.

M. Gandhi A 2017 27
2. Perlu peranan dinamis AL Jepang dalam masalah
Selatan. Pendapat Sosa, AD dan AL harus secara sungguh-
sungguh menangani Selatan sebagai politik nasional. Juga
sangat penting AL Jepang menanamkan persepsi tentang
Indonesia kepada rakyat Jepang.
• Masukan Sosa ini menjadi salah satu penguat
diambilnya kebijakan ekspansi ke Selatan. Hal ini
diperkuat karena Sosa memiliki hubungan dengan
ideolog-ideolog praktisi ekspansi ke Selatan yang
memiliki pengaruh besar seperti Ishihara Koichiro dsb.

M. Gandhi A 2017 28
Puncaknya: Jepang menetapkan teori ekspansi
ke Selatan masuk dalam “Kriteria Haluan
Negara” pada Agustus 1936.

M. Gandhi A 2017 29
Rujukan
• Goto, Kenichi. 1998. Jepang dan Pergerakan
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor. ISBN: 979-
461-296-0
• Sekar Puji Astuti, Meta. 2008. Apakah Mereka
Mata-Mata. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
ISBN: 978-979-3472-83-6

M. Gandhi A 2017 30

Anda mungkin juga menyukai