Askep Pendarahan Post Partum 56b0c11a8f34d
Askep Pendarahan Post Partum 56b0c11a8f34d
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan.
Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh
sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post
Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000
kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post
partum.
etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta
dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab
sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta
mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang
genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain
laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
partum
2. Tujuan Khusus
partum.
LANDASAN TEORI
1. Defenisi
a. Perdarahan post partum primer (carly post partum hemorrhage) yang terjadi
sebab utama kematian ibu dalam persalinan, maka harus diperhatikan dalam
a. Penghetian perdarahan
keadaan sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap :
Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu
pertama) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke
enam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post
partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late
post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska
perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera
setelah bayi lahir. Tetapi menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan sulit
karena bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan dikain pada alas
perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan
tanda vital seperti klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, dalam
pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar
HB < 8 gr %.
2. Etiologi
a. Atonia uteri
Utrus terlalu regang dan besar. Misal pada qemeli, hidramnio dan
janin besar.
b. Sisa plasenta
Solusio plasenta
3. Patofisiologi
akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus,
persalinan sehingga pengelolaannya tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda sebagai
berikut:
c. Syok
e. Atonia uteri
h. Plasenta lengkap
i. Pucat
j. Lemah
k. Mengigil
p. Inversio uteri
q. Perdarahan lanjutan
r. Retensio plasenta
s. Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
t. Perdarahan segera
z. Inversio uteri
5. Komplikasi
a. Syok hemoragie
kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan
Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan
kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya meruak bagian korteks
renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan
b. Anemia
dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak
bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan ASI bayi.
c. Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum
6. Pemeriksaan diagnostik
menggunakan :
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterin
d. Urinalisis
e. Profil Koagulasi
a. Pencegahan
b. Penanganan
darah
1) Hentikan perdarahan.
d. Penatalaksanaan khusus:
hipogastrika, histerekstomi.
1. Pengkajian
a. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun
b. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar
e. Pengkajian fisik :
Tanda vital :
memanjang
2. Diagnosa Keperawatan
Rencana tindakan :
1) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang
5) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan
diatas simpisis.
terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks /
denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk,
9) Berikan antibiotik
Rencana keperawatan :
2) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
dingin
4) Tindakan kolaborasi :
a) Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH
kematian
R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak
diketahui
yang tepat.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas
normal )
Rencana tindakan :
berkepanjangan
resiko infeksi.
6) Tindakan kolaborasi
keadaan infeksi ).
secara baik.
yang berlebihan.
5) Kolaborasi dalam:
terjadinya shock
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
5. Evaluasi
3) Pernafasan : 20 – 24 x/menit
4) Suhu : 36 – 37 oc
PENUTUP
A. Kesimpulan
keadaan sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap :
Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu
pertama) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke
enam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post
partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late
post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska
B. Saran
sehari-hari. Dan untuk para tim medis agar dapat meningkatkan pelayanan
Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot
Company, Pholadelpia.
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book,
Philadelpia.
RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR,
Surabaya