Anda di halaman 1dari 7

TUGAS DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

PERBANDINGAN KONDISI SANITASI PADA STASIUN


DI INDONESIA, INDIA, DAN JEPANG

OLEH:
REVIANA DENISA HARTANTI
2011213037

DOSEN PENGAMPU: AZZYATI RIDHA ALFIAN, S.K.M.,


M.K.M.

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-2 di dunia sebagai negara dengan
sanitasi paling buruk setelah India. Berdasarkan penelitian dari Badan Kesehatan
Dunia (WHO), ditemukan bahwa orang di Asia Timur yang tidak menggunakan
fasilitas sanitasi yang layak lebih dari 671 juta orang. Akibat dari hal tersebut lebih
dari 450 juta kasus diare terjadi setiap tahun, sedangkan angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit terkait air dan sanitasi meningkat hampir 150 ribu per tahun
(Apik Mila Sari dkk, 2017)
Sanitasi berdasarkan World Health Organization (WHO) merupakan suatu
usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada
manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan
fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup. Sanitasi tidak dapat dipisahkan dengan
tempat-tempat umum (STTU) sehingga sanitasi menjadi suatu usaha untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum
yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai jenis penyakit. STTU ini dapat pula
dipahami sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat-
tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar
terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan (Apik Mila Sari dkk,
2017).

Tempat-tempat umum sendiri merupakan tempat kegiatan bagi umum yang


mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan
pemerintah, swasta, dan perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat.
Tempat-tempat umum ini berpotensi untuk menjadi tempat terjadinya penularan
penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi
lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya
resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan
upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik (Apik Mila Sari
dkk, 2017).

Salah satu tempat umum yang memerlukan pengawasan ketat dalam hal
sanitasi adalah stasiun. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007, stasiun
adalah tempat dimana para penumpang dapat naik-turun dalam memakai sarana
transportasi kereta api. Stasiun ini merupakan tempat umum yang rentan terhadap
terjadinya penularan penyakit seperti virus, bakteri, dan penyakit lainnya yang
diakibatkan oleh mobilitas yang terjadi oleh penumpang yang berasal dari berbagai
penjuru daerah. Sanitasi di stasiun yang baik dapat terwujud melalui pengawasan atau
pemeriksaan rutin dan berkala. Setiap hari di hampir semua stasiun kereta di
Indonesia ada sekitar 200 pengunjung di stasiun tersebut. Tingginya jumlah
pengunjung jika tidak diimbangi dengan sanitasi yang baik, maka akan berpotensi
menimbulkan penyakit menular berbasis lingkungan yang sangat erat hubungannya
dengan sanitasi. Sebagai tolak ukur dalam mengawasi dan memeriksa sanitasi stasiun
kereta adalah dinilai secara garis besar berdasarkan pengelolaan sampah atau limbah,
ketersediaan air bersih, dan sanitasi toilet umum.

Kondisi sanitasi toilet di stasiun Indonesia, contohnya di Stasiun Karang


Asem, Kabupaten Banyuwangi berdasarkan penelitian Apik Mila Sari, dkk tahun
2017 ditemukan masih kurang baik yaitu terdapat toilet yang bau, lantai yang licin
dan kotor, air yang kurang bersih dan tenaga kebersihan yang masih kurang, sehingga
untuk kondisi ini disarankan agar pembersihan toilet lebih ditingkatkan, kedisiplinan
dari pengguna toliet serta penambahan tenaga kebersihan toilet agar toilet selalu
bersih dan nyaman. Kondisi toilet di stasiun juga masih banyak tidak memenuhi
syarat dengan tidak menyediakan tempat urinior (tempat buang air kecil untuk laki-
laki), sabun pencuci tangan bahkan sebagian hanya menggunakan ember sebagai bak
air. Meskipun begitu toilet sudah memiliki jarak septic tank dengan toilet yang
memenuhi syarat dari Kementerian Kesehatan yaitu 15 meter dari jamban. Menurut
penelitian Dwi Esti Intari, dkk tahun 2017, kondisi tersebut juga berlaku di stasiun
Bogor, Kota Bogor, namun toilet stasiun sudah memiliki ventilasi udara walaupun
masih tidak maksimal dengan ukuran ventilasi yang sempit, dan sudah dipisah antara
WC pria dan wanita serta sudah dilengkapi dengan pintu yang bisa dikunci.

Untuk pengelolaan sampah di Stasiun Karang Asem, Banyuwangi hanya


tersedia 1 jenis tempat sampah, sehingga tidak dipisah antara sampah organic dan
anorganik (Apik Mila Sari dkk, 2017). Namun tempat sampah tertutup dan tidak
penuh, hal ini disebabkan karena setiap siang dan sore tempat sampah selalu
dibersihkan oleh petugas kebersihan. Selain itu lokasi tempat sampah sudah ada di
setiap sudut ruangan. Hal ini sesuai dengan penelitian adriyani menyatakan bahwa
tempat sampah yang baik adalah tempat sampah yang tertutup, dipisahkan sesuai
jenisnya, dan diwarnai untuk membedakan kategori sampah yang akan dibuang .
Sistem pembuangan sampah di stasiun terdiri dari out sourshing (diurus orang luar)
atau dikelola sendiri, namun sebagian besar masih menunjukkan kondisi yang buruk
dimana TPS sementara stasiun biasanya berada tidak jauh dari stasiun, tidak tertutup,
bau, menjadi sarang lalat atau serangga lain dan tidak ada yang mengangkut secara
berkala sehingga sampah jadi menumpuk seperti halnya di Stasiun Karang Asem,
Banyuwangi (Apik Mila Sari dkk, 2017). Ketersediaan air bersih pada sebagian besar
stasiun sudah dialirkan melalui air keran yang berasal dari Perusahaan Daerah Air
Minum milik pemerintah daerah, sehingga kebersihannya terjaga. Meskipun pada
penelitian Adinda Karima Nurafila tahun 2017 ditemukan bahwa pada stasiun
Tawang, Kota Semarang ditemukan bahwa tempat penampungan air di stasiun tidak
bersih dan tergenang dengan banyak jentik-jentik nyamuk.

Kondisi sanitasi di Indonesia dapat dikatakan jauh lebih baik dibandingkan


kondisi sanitasi di India. Berdasarkan The Comptroller and Auditor General report
dilaporkan bahwa kondisi sanitasi di India saat ini sangat buruk, terutama di ibukota
seperti Mumbai, tepatnya di stasiun Chhatrapati Shivaji Terminus, Mumbai Central,
Dadar, Kalyan and Dombivli. Masalah sanitasi di stasiun yang paling sulit
diselesaikan pemerintah India adalah mengenai genangan air kotor atau limbah yang
ada di banyak tempat, pengelolaan sampah dan ketersediaan air bersih. Setiap sudut
di peron Stasiun India terdapat sampah dan limbah yang berserakan. Tempat sampah
tidak banyak ditemukan dan masyarakat abai dengan keadaan tempat sampah.

Menurut penelitian kondisi sanitasi di Stasiun India yang dilakukan oleh


Hedaoo Manoj di tahun 2012 yang menemukan bahwa banyaknya orang-orang yang
buang air kecil dan buang air besar di sekitar peron, juga masih banyak sampah
berserakan di sekitarnya yang kemungkinan berpotensi sebagai penularan penyakit
dari lingkungan yang tidak higienis. Toilet umum stasiun di India penuh dengan air
tergenang di jamban atau lantai toilet yang berasal dari urin, tinja dan bekas limbah
manusia, dan tidak ada kepedulian terlihat dari tenaga kebersihan toilet untuk
membersihkannya. Setiap ada cekungan di jalan sekitar stasiun atau di peron, di
cekungan tersebut akan ditemukan genangan air kotor dari bekas buang air kecil atau
buang air besar warga. Hal yang dapat dikatakan hampir sama dengan Indonesia yang
menjadi buruk atau kurangnya sanitasi lingkungan di stasiun adalah kesadaran para
pengguna stasiun dan longgarnya peraturan dari pemerintah setempat.

Keadaan sanitasi yang dapat menjadi panutan atau jauh lebih baik bagi
Indonesia adalah sanitasi stasiun di Jepang. Berdasarkan penelitian M. Ojima tahun
2010 ditemukan kondisi toilet di Jepang ditemukan mengandung sangat rendah
mikroorganisme atau sangat bersih, bahkan lebih rendah angkanya dari bakteri yang
ditemukan di dapur rumah tangga (M.ojima, 2010). Toilet sudah dipisah antara WC
perempuan dan pria dengan tidak ada air tergenang di dalam toilet, dan dilengkapi
wastafel dengan sabun cuci tangan. Kondisi lingkungan stasiun di Jepang juga sangat
nyaman bersih dari sampah dengan tempat sampah yang sudah dipilah menjadi
organik dan anorganik. Tempat pembuangan sampah juga diatur dengan ketat oleh
pemerintah dan penanggung jawab stasiun sehingga tidak ada tempat pembuangan
sampah sementara yang ditemukan berada di dekat tempat-tempat umum (JFS, 2016).

Kondisi sanitasi yang baik dan ketersediaan air bersih termasuk dalam salah
satu poin Sustainable Development goals atau SDGs 2030 rumusan WHO yang
dijadikan patokan oleh Kementerian Kesehatan sehingga perlu dilakukan perbaikan di
bidang sanitasi di Indonesia secara komprehensif, salah satunya di Stasiun. Untuk
mencapai sanitasi yang baik di stasiun diperlukan kerjasama dari pemerintah,
penanggung jawab stasiun dan pengunjung atau pengguna stasiun. Pemerintah dan
pihak stasiun bertanggung jawab dalam pemelirahaan fasilitas kebersihan di stasiun
seperti tempat sampah, toilet umum dan air bersih, sedangkan pengguna stasiun harus
membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan toilet dan air di stasiun
(Apik Mila Sari dkk, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Adinda Karima Nurafila. 2017. Hubungan Antara Pemenuhan Sanitasi Dengan
Kenyamanan Di Stasiun Tawang Kota Semarang Tahun 2017. Skripsi.
Universitas Dian Nuswantoro.

Apik Mila Sari, Septa Indra Pupikawati, Khofifatul Islamiyah, dkk. 2017. Gambaran
Sanitasi Stasiun Karang Asem Di Banuwangi Tahun 2017. Preventif: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 9 Nomor 2 . PP 67-73.

Dwi Esti Intari , Irma Suryani, Swati Septya. 2017. Evaluasi Kinerja Pelayanan
Stasiun Kereta Api Bogor Di Kota Bogor, Jawa Barat’. Jurnal Fondasi,
Volume 6 No 1. PP 20 -25.

Hedaoo Manoj, Suchita Hirde, Arshi Khan. 2012. Sanitation in Indian Railway
Premises: A Great Cause of Concern’. International Journal of Advanced
Engineering Technology. PP 12 – 17.

Japan for Sustainability. 2016. 6 Clean Water & Sanitation. February 11, 2016.
Diakses dari: https://www.japanfs.org/en/projects/sdgs/sdgs_id035487.html
pada 3 Februari 2021.

M. Ojima, Y. Toshima, E. Koya, dkk. 2010. Bacterial contamination of Japanese


households and related concern about sanitation. International Journal of
Enviorment Health Research, Volume 12, 2002. PP 41-52.

Anda mungkin juga menyukai