DISUSUN OLEH :
Kelompok 4 (A1)
Dwiki Aulia Harlan 1911211009
Misbah Aufa 1911212042
Muhammad Bagas Adrian 1911212041
Febrike Falensia 1911212015
Nur Faizah Yastri 1911213031
Alhamdulillah kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sanitasi Tempat Tempat
Umum” ini. Shalawat dan salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kami kepada zaman yang penuh dengan ilmu. Terima kasih kami ucapkan kepada
dosen mata kuliah Dasar Ilmu Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2
penyakit berbasis lingkungan pada tahun 2004, didapatkan datamalaria sebanyak 236
kasus, tahun 2005 198 kasus, tahun 2006 195 kasus. TB paru padatahun 2004 didapatkan
347 kasus, tahun 2005 633 kasus, tahun 2006 287 kasus. DBD tahun2004 253 kasus,
tahun 2005 839, tahun 2006 347 kasus. Diare tahun 2006 1.059 kasus, ISPAtahun 2006
231 kasus. Oleh karena itu, ke depan semakin dibutuhkan upaya yang intensif danserius
dari banyak pihak terkait untuk melakukan intervensi terahadap faktor lingkungan.2,
3,4Program kesehatan lingkungan Puskesmas Muara Fajar telah melakukan
kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, namun kegiatan
tersebut belumsesuai target yang ditetapkan Depkes RI. Dari laporan kegiatan program
Kesling bulanJanuari-November 2009, terdapat 42 tempat umum yang ada di wilayah
Puskesmas MuaraFajar, baru 14 yang pernah dilakukan pemeriksaan sanitasi. Jika
dipersentasikan, cakupan pelayanannya adalah 33,33%, sedangkan menurut standar
pelayanan minimal Kabupaten/kotayaitu 80%. Hasil wawancara dengan penanggung
jawab program Kesling, permasalahanterletak pada kurangnya jumlah tenaga
sanitarian dengan wilayah kerja yang luas, serta banyaknya beban kerja lainnya. Selain
itu formulir pemeriksaan dan inspeksi sanitasi untuktempat-tempat umum belum tersedia
lengkap.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.3 Hak Asasi Manusia Untuk Sanitasi
Hak asasi manusia untuk sanitasi memberikan hak kepada semua orang untuk layanan
sanitasi yang memberikan privasi dan memastikan martabat, dan yang secara fisik dapat
diakses dan terjangkau, aman, higienis, aman, dapat diterima secara sosial dan budaya
(UN, 2015a)
Konten normatif dari hak asasi manusia untuk sanitasi didefinisikan oleh:
1. Ketersediaan: Sejumlah fasilitas sanitasi harus tersedia untuk semua individu.
2. Aksesibilitas: Layanan sanitasi harus dapat diakses oleh semua orang di dalam, atau
di sekitar, rumah tangga, lembaga kesehatan dan pendidikan, lembaga publik dan
tempat serta tempat kerja. Keamanan fisik tidak boleh terancam ketika mengakses
fasilitas.
3. Kualitas: Fasilitas sanitasi harus aman secara higienis dan teknis untuk digunakan.
Untuk memastikan kebersihan yang baik, akses ke air untuk membersihkan dan
mencuci tangan pada saat kritis sangat penting.
4. Keterjangkauan: Harga sanitasi dan layanan harus terjangkau untuk semua tanpa
mengurangi kemampuan untuk membayar kebutuhan pokok lainnya yang dijamin
oleh hak asasi manusia seperti air, makanan, perumahan dan perawatan kesehatan.
5. Penerimaan: Layanan, khususnya fasilitas sanitasi, harus dapat diterima secara
budaya. Ini sering membutuhkan fasilitas khusus gender, dibangun untuk memastikan
privasi dan martabat.
5
• Desain toilet harus mencakup penyediaan fasilitas yang sesuai dengan budaya
dan konteks untuk pembersihan anal, cuci tangan dan manajemen kebersihan
menstruasi.
• Toilet perlu dirawat dengan baik dan dibersihkan secara regular
2.4.3 Pengangkutan
• Bila memungkinkan pengosongan dan pengangkutan bermesin (motorized
emptying and transport) harus diprioritaskan daripada pengosongan dan
pengangkutan manual.
• Semua pekerja harus dilatih tentang risiko penanganan air limbah dan / atau
lumpur tinja dan prosedur operasi standar (SOP).
• Semua pekerja harus mengenakan peralatan pelindung pribadi (mis. Sarung
tangan, masker, topi, terusan penuh, dan alas kaki kedap air yang tertutup)
terutama di mana pembersihan selokan manual atau pengosongan manual
diperlukan.
2.4.4 Treatment
6
• Terlepas dari sumbernya (yaitu air limbah dari teknologi berbasis selokan atau
lumpur tinja dari on-sitesanitation) baik fraksi cair dan padat memerlukan
pengolahan sebelum penggunaan / pembuangan akhir.
• Fasilitas pengolahan harus dirancang dan dioperasikan sesuai dengan tujuan
penggunaan / pembuangan akhir spesifik dan dioperasikan menggunakan
penilaian risiko dan pendekatan manajemen untuk mengidentifikasi,
mengelola, dan memantau risiko di seluruh sistem.
7
strategi komprehensif); Agar strategi menjadi sukses, strategi ini perlu berdampak pada
penyerapan, kepatuhan, dan praktik jangka panjang / penggunaan perilaku aman.
Pemrograman perubahan perilaku membutuhkan sumber daya yang memadai dan
berdedikasi.
8
• Diare, masalah kesehatan masyarakat utama dan penyebab utama penyakit dan
kematian di antara anak-anak di bawah lima tahun di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah (Prüss-Üstün et al. 2016);
• Penyakit tropis terabaikan seperti soil-transmitted helminth infections,
schistosomiasis dan trachoma yang menyebabkan beban signifikan secara global
(WHO, 2017); dan
• Penyakit yang ditularkan melalui vektor seperti Virus West Nile atau filariasis
limfatik (Curtis et al., 2002; van den Berg, Kelly-Hope & Lindsay, 2013) melalui
kondisi sanitasi yang buruk memfasilitasi proliferasi Culex nyamuk.
Kondisi sanitasi yang tidak sehat telah terkait dengan kondisi stunting (Danaei et
al.,2016), yang mempengaruhi hampir seperempat anak balita secara global (UNICEF /
WHO / Bank Dunia, 2018) melalui beberapa mekanisme termasuk diare berulang
(Richard et al., 2013), infeksi cacing (Ziegelbauer et al., 2012) dan disfungsi enterik
lingkungan (Humphrey, 2009; Keusch et al., 2014; Crane et al., 2015).
Kurangnya sistem keamanan sanitasi berkontribusi terhadap munculnya penyebaran
resistensi antimikroba dengan meningkatkan risiko penyakit menular (Holmes et al.,
2016) dan dengan demikian penggunaan antibiotik untuk mengatasi infeksi yang dapat
dicegah.
Environmental enteric dysfunction (EED) adalah gangguan subklinis yang didapat
dari usus kecil, ditandai oleh peradangan kronis dan perubahan selanjutnya pada usus
(seperti atrofi vili dan hiperplasia crypt) (Crane et al., 2015; Harper et al., 2018) ,
berpotensi menyebabkan pertumbuhan terhambat dan mengurangi respons terhadap
vaksin enterik (Iqbal et al., 2018; Marie et al., 2018). Kondisi ini telah dihipotesiskan
menjadi penyebab penting stunting pada masa kanak-kanak di lingkungan
berpenghasilan rendah melalui malabsorpsi nutrisi, permeabilitas usus, dan aktivasi
kekebalan kronis yang mengalokasikan kembali sumber daya yang biasanya diarahkan
pada pertumbuhan dan perkembangan anak (Harper et al., 2018; Marie et al ., 2018). Hal
ini juga dianggap mempengaruhi perkembangan otak, dengan implikasi lebih lanjut
untuk fungsi kognitif dan prestasi pendidikan (Oriá et al., 2016; Harper et al., 2018).
Meskipun penyebab EED sulit untuk dijelaskan secara tepat, ini diasumsikan
disebabkan oleh paparan bakteri dari kontaminasi tinja karena perilaku sanitasi yang
tidak memadai dan sistem sanitasi yang tidak aman (Harper at al., 2018). Tingginya
tingkat kekurangan gizi dan diare pada populasi tertentu, juga terkait dengan sanitasi
9
yang buruk, diasumsikan meningkatkan kemungkinan EED (Crane et al., 2015). Potensi
signifikansi EED terhadap kesehatan dan gizi anak, dan selanjutnya hasil kesehatan
penting lainnya (lihat Tabel 1.1) patut mendapat perhatian lebih besar dalam sanitasi
publik dan kebijakan serta program kesehatan. Namun, sifat berkelanjutan dan tanpa
gejala dari EED, ketidakpastian seputar penyebabnya, pencegahan dan pengobatan
(Crane et al., 2015), dan tantangan metodologis dan etika yang terkait dengan
pengukuran yang akurat (Harper et al., 2018; Marie et al ., 2018), berkontribusi pada
EED sebagai blindspot persisten dalam program nutrisi dan kesehatan.
2.9 Syarat
Syarat-syarat dari sanitasi tempat-tempat umum, yaitu:
1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum.
2. Harus ada gedung dan tempat yang permanent.
3. Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, pengunjung).
4. Harus ada fasilitas (SAB, WC, Urinoir, tempat sampah, dll).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau masyarakat umum
berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara sementara (insidentil) maupun secara
terus menerus (permanent), baik membayar mapupun tidak membayar.
Kriteria suatu tempat umum adalah terpenuhinya beberapa syarat yaitu Diperuntukkan
bagi masyarakat umum, Harus ada gedung/tempat yang permanen, Harus ada aktivitas
(pengusaha, pegawai, pengunjung), Harus ada fasilitas (SAB, WC, Urinoir, tempat
sampah, dll)
10
Sedangkan yang disebut sanitasi tempat-tempat umum adalah suatau usaha untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum
tersebut yang mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit.
Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasn tempat-tempat umum meliputi
Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene),
Alat-alat kebersihan, Tempat kegiatan
Oleh karena itu, sanitasi di tempat-tempat umum sangat diperlukan sebab Adanya
kumpulan manusia yang berhubungan langsung dengan lingkungan, Kurangnya pengertian
dari masyarakat mengenai masalah kesehatan, Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik,
Adanya kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit, Adanya kemungkinan
terjadinya kecelakaan.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Health topics Sanitation
Guidelines on sanitation and health. Geneva: World Health Organization; 2018. Licence: CC
BY-NC-SA 3.0 IGO.
11
Anonim.______.”SanitasiTempat Umum”.https://www.slideshare.net/sanggede/sanitasi-tempat-
umum. Diakses pada 13 Februari 2020 pukul 15.12
Anonim.______. “ Pedoman Hygene Sarana” http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman
%20hygiene%20sarana.pdf. Diakses pada tanggal 14 Februari 2020 pukul 20.11
12