PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) merupakan usaha untuk
mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat -tempat umum terutama
yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit,
sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah.
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang
mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap diselenggarakan oleh badan
pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh
masyarakat (Adiyani, 2005).
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya
dengan tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial,
belajar maupun melakukan aktifitas lainnya. Menurut Chandra (2007),
tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan
penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya.
Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan
menambah
besarnya
resiko
penyebaran
penyakit
serta
pencemaran
Penyehatan
Lingkungan
Gereja
adalah
Kep.
Menkes
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sanitasi tempat ibadah Gereja Kristen Indonesia
Martadireja Kabupaten Banyumas tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui sanitasi di lingkungan tempat ibadah Gereja Kristen
Indonesia Martadereja Kabupaten Banyumas yang meliputi kondisi
bangunan, fasilitas sanitasi, pengawasan serangga dan vektor,
pengaturan barang-barang, fasilitas P3K, dan kebersihan perlengkapan
sembahyang.
b) Untuk mengetahui keadaan fisik yang meliputi pengukuran kelembaban
udara, suhu, intensitas cahaya dan kebisingan suara di lingkungan
Gereja Kristen Indonesia Martadireja Kabupaten Banyumas tahun
2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu
penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi
merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan (Arifin, 2009).
Sedangkan menurut Chandra (2007) bahwa sanitasi adalah bagian dari
ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau
masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal
yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan
hidup manusia.
B. Pengertian Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang
mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh
badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung
oleh masyarakat (Adriyani, 2005).
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya
dengan tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial,
belajar maupun melakukan aktifitas lainnya. Menurut Chandra (2007),
tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan
penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya.
Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan
menambah
besarnya
resiko
penyebaran
penyakit
serta
pencemaran
b. Lantai
Lantai dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak
meresap air. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan (Notoatmodjo,
2003).
c. Pencahayaan
Menurut
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
tanah,
dan
ketersediaan
jaringan
drainase
10
11
4. Fasilitas P3K
Tersedia kotak P3K minimal 1 buah yang berisi obat-obatan
lengkap untuk P3K. Tersedia ruang/pos pelayanan kesehatan dan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang mudah dijangkau
(Chandra, 2007). Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik IndonesiaNomor : Per.15/Men/Viii/2008 fasilitas
P3K sebagaimana dimaksud meliputi :
1) Ruang P3K;
2) Kotak P3K dan isi;
3) Alat evakuasi dan alat transportasi; dan
4) Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan
khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat
khusus.
BAB III
HASIL
A. Data Umum
1. Nama Lokasi
: GKI Martadireja
2. Alamat
3. Tahun Berdiri
: 2008
: 400 jemaat
: 1500 jemaat
: 100 jemaat
b. Untuk dewasa
: 800 jemaat
B. Data Khusus
1. Kondisi Lingkungan
a. Apakah bila musim hujan halaman Masjid/Gereja digenangi air (becek)?
Tidak
b. Jenis air bersih apa yang digunakan oleh Masjid/Gereja tersebut?
Sumur & PDAM
c. Bagaimana kualitas air bersih yang tersedia?
Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
d. Berapa kali alas seperti karpet, tikar dan plester dibersihkan?
Setiap ada event (sebelum dan sesudah)
e. Apakah pada Masjid/Gereja tersebut terdapat fasilitas tempat cuci tangan,
kamar mandi dan WC?
Ada
f. Apakah jumlah tersebut mencukupi kebutuhan pengunjung?
Mencukupi
g. Jenis pencahayaan apa yang digunakan di dalam Masjid/Gereja?
Lampu
h. Apakah pada Masjid/Gereja terdapat tempat sampah? Jika Ya, apakah
jumlahnya sudah mencukupi untuk menampung volume sampah yang
dihasilkan?
Ya, memenuhi
12
13
77,8
58,2
55,0
54,9
53,5
52,2
68,3
65,5
62,0
64,1
54,9
55,7
57,7
56,5
54,6
54,8
54,0
81,7
55,1
81,5
14,7
25,5
9,8
18,5
5,8
5,7
6,9
7,8
14
: Martadireja
Alamat
Tanggal pemeriksaan
: 27 November 2014
Kecamatan/kabupaten
Materi
Kondisi bangunan
1. Kebersihan Lantai
a. Kualitas
b. Perawatan
2. Kebersihan Dinding/Langit
a. Kualitas
b. Perawatan
Bobot
100
30
15
5
Nilai
5
15
Keterangan
Kuat
Mudah
dibersihkan
Tidak licin
10
Tidak terdapat
debu dan
kotoran
Mengkilap
5
5
5
Permanent
Kedap air
Tidak lembab
30
15
5
5
5
15
Catatan
Masih ada
debu di
sudut
ruangan
15
3. Pencahayaan
Kualitas
Warna terang
Tidak berdebu
10
Minimal 10 fc
atau masih
dapat untuk
dapat
membaca
dengan jelas
pada tempat
tergelap
10
Bila luas
penghawaan
minimal 20%
dari luas
bangunan
100
100
100
25
25
25
25
25
25
25
25
20
20
4. Penghawaan
Kualitas
20
20
II
Fasilitas sanitasi
1. Penyediaan Air Bersih
a. Kuantitas
b. Kualitas
2. Jamban
a. Kuantitas
520
200
Tidak berbau
Tak berasa
Jernih
Suhu = suhu
udara
90
30
b.Kualitas
Warna
dinding
kurang
terang
debu
nempel di
pengedap
suara
30
30
Bila jamban
yang tersedia
mencukupi
yaitu 1 jamban
untuk 200
jemaah
8,16 fc
16
c. Perawatan
3. Peturasan
10
10
10
10
30
10
6
6
6
6
6
6
45
Masih
Bebas
terdapat
serangga/kecoa
semut
Bersih
Tidak ada
ceceran
tinja/kotoran
Tersedia air
penggelontot
dalam jumlah
cukup
Tidak berbau
Tidak licin
Tersedia sabun
90
a. Kuantitas
b. Kualitas
Leher angsa
45
Bila jumlah
peturasan yang
tersedia
melebihi
kebutuhan
jemaah
45
9
Ada saluran
khusus
keresapan
Tidak berbau
Tersedia cukup
air untuk
menggelontor
Lantai tidak
licin
Tidak ada
kotoran
60
60
12
12
12
Tersedia
saluran
permanent dan
kedap air
Tersedia bak
kontrol
Tidak
tersedia
bak
17
kontrol
6.Tempat Pembuangan
Sampah
12
12
12
12
12
12
Tidak
mencemari
sumber air
Aliran air
mengalir
dengan lancar
Saluran
pembawa
dalam keadaan
bersih
30
30
15
15
15
15
Bila tersedia
saluran khusus
ke saluran
umum kota
Air mengalir
sehingga tidak
menggenang
50
a.Kualitas
25
Tertutup
Mudah
dibersihkan
Kedap air
25
Bila volume
tong sampah
mencukupi
volume
sampah
b.Kuantitas
25
III
80
20
20
20
20
Bila bebas
jentik
Bebas lalat
18
20
20
20
20
Bebas kecoa
Bebas tikus
VI
Fasilitas P3K
30
15
Teratur di
tempat yang
sesuai dengan
fungsinya
15
20
10
5
15
Tidak kotor
10
5
Ada
Isi Lengkap
Berfungsi
dengan baik
Penempata
n kurang
teratur
sehingga
barang
terlihat
berserakan
Kebersihan Perlengkapan
Sembahyang
80
Kualitas
20
20
20
20
20
20
20
20
Tidak berbau
Tidak kotor
Tidak berdebu
Utuh
Tidak ada
fasilias
wudlu
karena
merupaka
n
bangunan
Geraja
80
a. Kuantitas
20
b. Kualitas
Jumlah kran
berbanding
kapasitas
jemaah masjid
1: 50 jemaah
20
10
10
c. Penempatan
20
10
Menggunakan
kran
Bak air
tertutup
Terpisah
19
dengan masjid
tidak tercemar
bau
10
20
d. Perawatan
10
10
VIII Karyawan/Petugas/Pengurus
Gereja
a. Kebersihan Perorangan
80
40
20
20
20
20
Tidak sedang
sakit
mata/kulit
Penampilan
bersih
b. Pemeriksaan Kesehatan
JUMLAH
Kriteria penilaian
40
1000
822
: 700-1000
: 500-699
: 5-499
Pemeriksaan
dilakukan
berkala tiap 6
bulan 1X
Setiap
sakit
langsung
ke balai
pengobata
n
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Profil Gereja
1. Gambaran Umum
Praktikum sanitasi tempat ibadah dilakukan di GKI Martadireja yang
berlokasi di Jln. Martadireja I No. 784 Purwokerto Kecamatan Purwokerto
Timur Kabupaten Banyumas. Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis
tanggal 27 November 2014. GKI Martadireja berdiri pada tahun 2008. GKI
Martadireja memiliki kapasitas untuk menampung jemaat GKI sekitar 1500
jemaat dengan rata-rata per minggu GKI Martadireja dikunjungi sebanyak
400 jemaat. Jemaat GKI Martadireja yang terdaftar sebagai anggota tetap ada
900 jemaat, yang terbagi menjadi 100 jemaat anak-anak dan 800 jemaat
dewasa. Memiliki bangunan kokoh yang permanen yang terdiri dari 3
lantai. Lantai pertama digunakan sebagai ruang utama untuk beribadah, selain
itu juga terdapat ruang tunggu, ruang kantor administrasi, balai pengobatan,
gudang, toilet. Pada lantai kedua terdapat 2 kamar tamu, dapur, dan ruang
kendali. Pada lantai yang ketiga terdapat ruang pengaturan lampu. Pada
bagian luar bangunan terdapat halaman parkir yang luas dan pos penjagaan.
Jenis kegiatan yang dilakukan di GKI Martadireja meliputi kebaktian, sekolah
minggu, latihan paduan suara, latihan persiapan singer dan pemusik, worship
and healing ministry, senam kesehatan, kuliah agama Kristen dan bimbingan
belajar.
2. Profil tempat
a. Nama gereja
b. Alamat
20
21
3) Motto
Menabur dengan cerdik, menuai dengan tulus.
d. Sejarah
1) Dari Gereja Induk GKI Gatot Subroto, sesuai Rapat MJ 22 Januari
1975 maka :diputuskan bahwa Hari Pentakosta 18 Mei 1975, lahir
Pos PI Tanah Garing. Kebaktian dilaksanakan dengan meminjam
garasi Roda Mas dilayani oleh Sdr. Agus Susanto.
2) Pembangunan rumah Tuhan
Peletakan batu pertama tanggal 30 Oktober 1977 di atas tanah 532
m2 yang kemudian diresmikan tanggal 28 Juni 1978 oleh Ibu
Danrem 071 Ny. Sarwono.
3) Menjadi bakal jemaat
Terhitung sejak tanggal 19 Agustus 1987 ditingkatkan statusnya
menjadi Bakal Jemaat Dr. Suparno.
4) Menjadi dewasa
Dalam Persidangan IX Klasis Purwokerto disetujui rencana
pendewasaan Bajem Dr. Suparno yang terlaksana pada tanggal 3
September 1991 dengan nama GKI Dr. Suparno Purwokerto dan
sejak saat itu pula terjadi penggatian nama GKI Purwokerto
menjadi GKI Gatot Subroto Purwokerto.
5) Melangkah maju
Pada tanggal 1 Nopember 1994 hadir calon pendeta Stefanus Liem
Tjhiauw Soen yang sebelumnya melayani di GKI Salatiga dan
kemudian ditahbiskan pada tanggal 31 Januari 1995. Pada tanggal 3
September 2008 (bertepatan dengan HUT GKI Dr. Suparno ke-17)
gedung gereja di Jl. Martadireja I diresmikan penggunaannya dan
sejak saat itu nama GKI Dr. Suparno berubah menjadi GKI
Martadireja yang berdiri diatas tanah:
a) Desa Arcawinangun
: 154,00 Ha
b) Desa Mersi
: 130,00 Ha
22
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Total Anggota
511
533
571
650
663
699
734
776
831
871
897
900
Pertumbuhan
22
38
79
13
36
35
42
55
40
26
43
B. Komponen Penilaian
1. Kondisi Bangunan
a. Kebersihan Lantai
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006
bahwa persyaratan lantai tempat ibadah:
1) Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga.
2) Bahan penutup lantai dapat terdiri dari bahan tidak berpori, seperti
vinyl yang rata atau keramik dengan nat yang rapat sehingga debu
dari kotoran-kotoran tidak mengumpul, mudah dibersihkan, tidak
mudah terbakar.
3) Pertemuan dinding dengan lantai disarankan melengkung (hospital
plint), agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat
sarang debu dan kotoran.
Berdasarkan tabel 3.1 kondisi bangunan lantai di GKI
Martadireja dilihat dari aspek kualitas diberikan nilai 15 karena
memiliki ciri-ciri kuat, mudah dibersihkan dan tidak licin. Sedangkan
dilihat dari aspek perawatan diberikan nilai 13 karena kondisi lantai
mengkilap tetapi masih terdapat debu di sudut ruangan. Dengan
kualitas lantai yang sangat baik maka GKI Martadireja sudah
memenuhi persyaratan pembangunan tempat ibadah. Lantai di Gereja
23
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
29/PRT/M/2006 persyaratan di dinding atau langit langit yaitu langitlangit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan
debu/kotoran. Berdasarkan tabel 3.1 kebersihan dinding/langit GKI
Martadireja dilihat dari aspek kualitas diberikan nilai 15 karena
memiliki ciri-ciri yaitu permanent, kedap air dan tidak lembab. Dengan
kualitas dinding/langit yang sangat baik maka GKI Martadireja sudah
memenuhi persyaratan pembangunan tempat ibadah. Sedangkan dilihat
dari aspek perawatan GKI Martadireja diberikan nilai 11 karena
memiliki ciri-ciri yaitu memiliki warna yang gelap dan masih terdapat
debu karena GKI Martadireja menggunakan pengedap suara agar suara
yang ditimbulkan tidak pecah dan berbenturan. Sehingga dalam aspek
perawatan dinding/langit GKI Martadireja masih kurang baik.
c. Pencahayaan
Menurut
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
24
25
26
sampel tersebut. Bila hasil pemeriksaan 100 cc air kurang dari 4 bakteri
E. Coli maka air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan.
3) Syarat kimia: air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula, tidak boleh kurang atau lebih.
Berdasarkan tabel 3.1 penyediaan air bersih di Gereja Martadireja
dilihat dari aspek kuantitas diberikan nilai 100 karena jumlah air bersih
dapat dipastikan sudah mencukupi untuk kebutuhan jemaat dan dilihat dari
aspek kualitas diberikan nilai 100 karena memiliki ciri-ciri yaitu tidak
berbau, tidak berasa, jernih dan memiliki suhu yang sama dengan suhu
udara. Hal ini berarti penyediaan air di Gereja Martadireja sudah
memenuhi persyaratan.
b. Jamban
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga
kotoran tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman. Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara
dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI
(2004) adalah sebagai berikut:
1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering.
2) Di sekeliling jamban tidak ada genangan air.
3) Tidak ada sampah berserakan.
4) Rumah jamban dalam keadaan baik.
5) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat.
6) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada.
7) Tersedia alat pembersih.
8) Bila ada yang rusak segera diperbaiki.
9) Air selalu tersedia di dalam bak atau ember.
10) Sehabis digunakan lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih
agar tidak bau dan mengundang lalat, lantai jamban diusahakan selalu
bersih dan tidak licin, sehingga tidak membahayakan pemakai.
Berdasarkan tabel 3.1 kondisi jamban di Gereja Martadireja dilihat
dari aspek kuantitas diberikan nilai 30 karena jumlah jamban dapat
27
dipastikan sudah mencukupi untuk kebutuhan jemaat dan dilihat dari aspek
kualitas diberikan nilai 28 karena memiliki ciri-ciri yaitu berupa jamban
leher angsa akan tetapi masih terdapat serangga semut serta dilihat dari
aspek perawatan diberikan nilai 30 karena memiliki ciri-ciri keadaan
bersih, tidak ada ceceran tinja/kotoran, tersedia air penggelontoran dalam
jumlah cukup, tidak berbau, tidak licin, dan tersedia sabun. Hal ini berarti
kondisi jamban di Gereja Martadireja sudah cukup bagus dan memenuhi
persyaratan.
c. Peturasan
Peturasan menurut Alwi (2007) peturasan adalah tempat buang air
kecil untuk laki-laki. Ditinjau dari kontruksinya, peturasan dapat dibagi
seperti kloset, dimanayang paling banyak digunakan adalah tipe washdown. Untuk tempat-tempatumum, sering dipasang peturasan berbentuk
mirip talang terbuat dari porselen, plastik, atau baja tahan karat, dan
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Dalamnya talang 15 cm atau lebih.
2) Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan
saringan.
3) Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang
belakang talang dengan lapisan air.
4) Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap
setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.
Berdasarkan tabel 3.1 peturasan di GKI Martadireja dari segi
kuantitas dipastikan sudah mencukupi kebutuhan jemaat. Menurut SNI 036481-2000 setiap bangunan wajib memiliki sebuah peturasan untuk setiap
50 orang penghuni laki-laki. setiap penambahan 50 orang harus ditambah
1 peturasan. GKI Martadireja memiliki peturasan sebanyak 6 peturasan.
Hal ini sudah mencukupi jumlah pengunjung laki- laki yang data ke GKI
Martadireja yang bisa bisa menampung hingga 300 pengunjung laki- laki
GKI Martadireja, sehingga untuk penilaian aspek kuantitas peturasan kami
nilai sebesar 45. Dilihat dari segi kualitas kondisi GKI Martadireja sudah
memenuhi syarat kesehatan yaitu dengan kondisi peturasan yang bersih,
28
tidak berbau, lantai dan dinding yang kedap air, dan dilengkapi dengan
pancuran air dan tersedia cukup air untuk menggelontorkan kotoran. Hal
ini sesuai dengan persyaratan SNI 03-6481-2000 yang menyatakan jenis
peturasan yang dilarang
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor:
29
aliran air
yang
ii.
dilihat dari aspek kualitas diberikan nilai 25 karena memiliki ciri tempat
pembuangan sampah tertutup, mudah dibersihkan dan kedap air.
Sedangkan dilihat dari aspek kuantitas diberikan nilai 25 karena terdapat
beberapa tempat sampah yang dapat memenuhi kebutuhan jamaah.
3. Pengawasan Serangga dan Vektor
Berdasarkan tabel 3.1 pengawasan serangga dan vektor di
lingkungan GKI Martadireja diberikan nilai 80 karena tidak ditemukan
vector baik jentik nyamuk, lalat, kecoa ataupun tikus. Hal ini telah sesuai
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Nomor
10 Tahun 2012 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Hygiene Dan
30
31
dari
pekerjaan
seawal
mungkin
yang
perlu
32
oleh GKI Martadireja adalah lampu yang tersebar di setiap sudut ruangan
gereja dan luar ruangan gereja. GKI Martadireja memiliki tempat sampah
yang jumlahnya mencukupi untuk menampung volume sampah yang
dihasilkan. Selain tempat sampah gereja ini juga memiliki saluran
pembuangan air limbah dan pembuangan air hujan. Keadaan ventilasi di
dalam ruang gereja masih belum mencukupi karena, jumlah ventilasi udara
yang masih sedikit, sehingga membuat ruangan menjadi cukup panas.
9. Pengukuran Lingkungan Fisik
a. Kebisingan Ruangan
Menurut KEPMENKES nomor 1405 kebisingan adalah terjadinya
bunyi
yang
tidak
dikehendaki
sehingga
mengganggu
atau
kebisingan.
Pengukuran
dilakukan
menggunakan
alat
adalah jumlah
diperlukan untuk
33
1) Pencahayaan
alam
maupun
buatan
diupayakan
agar
tidak
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keadaan sanitasi di lingkungan tempat ibadah Gereja Martadereja
Kabupaten Banyumas tahun 2014 dimasukkan ke dalam kategori
baik dengan jumlah nilai keseluruan penilaian kuesioner dan check
list sebesar 822 poin.
2. Keadaan fisik di lingkungan tempat ibadah Gereja Martadireja
meliputi pengukuran kelembapan udara, suhu, intensitas cahaya
dan kebisingan suara dengan keterangan sebagai berikut :
a. kelembaban udara : 92 %
b. suhu
: 30o C
c. intensitas cahaya
: 8,16 fc
d. kebisingan suara
: 60, 9 dB
B. Saran
1. Untuk Gereja Kristen Indonesia Martadireja
a. Agar lebih diperhatikan pada kondisi bangunan yaitu
kebersihan lantai di bagian sudut-sudut ruangan karena masih
terdapat debu yang dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan.
b. Pada bagian dinding dan langit langit agar permukaannya
diberi warna yang agak terang serta perawatan secara pada
dinding karena masih terdapat debu yang menempel.
c. Pada bagian fasilitas sanitasi berupa jamban agar diperhatikan
perawatannya karena masih terdapat semut walau hanya
sedikit.
d. Pada bagian fasilitas sanitasi berupa saluran pembuangan
limbah agar sebisa mungkin diberikan fasilitas tambahan
berupa bak control.
35
36