Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS GABUNGAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (GP3A)

GURAWES MARGABAKTI
MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengelolaan Air


Dosen Pengampu : Yanto Yulianto, Ir., M.P.

Oleh
175001064
Ira Seliawati 175001011 Nahiqal Ilham Matira
Rizky Mauluddin 175001016 Putri Amalia Suci Pratiwi 175001075
Fikri Ali Luthfi 175001022 Ecep Fahmi Ali Firmansah 175001079
Fufut Novianti 175001039 Ichsan Nazmi Kamil 175001085
Widya Kurniawati 175001044 Risman Priyadi 175001094
Meygy Alifudin 175001055 Huri Hariyati A 175001130
Fia Nurul Fadillah 175001059 Reineckia Aprina Amanah 175001146
Rashid Ahmad 175001063

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Pengelolaan Airdengan judul
“Analisis Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air di Gurawes Margabakti”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Bapak
Yanto Yulianto, Ir., M.P. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan Air kami yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


 

Tasikmalaya, 14 January 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 2

C. Tujuan.............................................................................................. 2

D. Kegunaan dan Manfaat Makalah..................................................... 2

E. Metode dan Pengolahan Data.......................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI


A. OPT penting tanaman teh................................................................. 4

B. Gejala serangan dan Tingkat kerusakan........................................... 5

BAB 3 PEMBAHASAN

A. Ambang ekonomi............................................................................. 7

B. Kerugian pada petani....................................................................... 8

BAB 4 PENUTUP
A. Simpulan.......................................................................................... 10

B. Saran................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan sumber kehidupan manusia yang mempunyai sifat selalu mengikuti
siklus hidrologis.Air erat kaitannya dengan kondisi cuaca pada suatu daerah, sehingga
menyebabkan ketersediaan air tidak merata dalam setiap waktu dan setiap wilayah.Dalam
pengelolaannya diperlukan peran serta masyarakat dan pemerintah.Irigasi mempunyai
fungsi dan peranan sangat penting dalam meningkatkan produksi tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pariwisata dan pembangkit
listrik (Sukmawijaya, 2013).
Irigasi dikelola berdasarkan asas partisipatif, berwawasan lingkungan, kelestarian,
keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian,
transparansi dan akuntabilitas.Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan
untuk mendorong peran serta petani baik secara perorangan atau melalui P3A Mitra Cai,
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.Irigasi yang baik harus dikelola untuk
mengatur pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di Daerah secara efisien, efektif,
terarah dan berkelanjutan, serta mengutamakan kepentingan petani.Irigasi berfungsi
mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani dan menunjang ketahanan
pangan nasional.
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai adalah wadah untuk menampung
kepentingan dan kegiatan petani secara bersama yang selanjutnya disingkat P 3 A Mitra
Cai dalam mengelola air irigasi, dalam satu atau lebih petak tersier, daerah irigasi
pedesaan, daerah irigasi pompa dan daerah irigasi tambak pada khususnya serta usaha
tani pada umumnya. P3A Mitra Cai bertujuan mendayagunakan potensi air irigasi secara
tepat guna dan berhasil guna yang tersedia untuk kesejahteraan masyarakat petani
(Mustafa, 1996).
Dalam pelaksanaan dan pengembangannya dilapangan, P3A Mitra Cai pelatihan rutin
dilakukan sebagai wujud pembinaan oleh pemerintah dengan harapan dapat
meningkatkan wawasan dan pengetahuan sehingga dapat memaksimalkan peranannya
terutama dalam sektor pertanian (Dirgantara, 2014).
Oleh karena itu, untuk melihat kondisi di lapangan terkait pengembangan dan
pengelolaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai kami melakukan studi
lapang melalui wawancara ke pihak P3A Mitra Cai Gurawes Margabakti Tasikmalaya.
Sehingga diharapkan diketahui korelasi antara kondisi ideal dan dilapangan terkait
pengembangan P3A.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah kondisi kepengurusan kelembagaan P3A Gurawes ?
2. Bagaimanakah kondisi lapangan yang terdapat P3A Gurawes ?
3. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh P3A Gurawes ?
4. Apa permasalahan yang sering dialami oleh pengelola P3A ?
5. Bagaimana peran pemerintah dalam pembangunan P3A ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui struktur organisasi kelembaggan P3A Gurawes
2. Mengetahui bagaimana kondisi lapangan P3A Gurawes
3. Mengetahui kegiatan, pengelolaan dan pemeliharaan saluran irigasi
4. Mengetahui permasalahan yang terdapat di irigasi sungai cikalang 2
5. Mengetahui harapan pengelola P3A terhadap permasalahan yang dialami

1.4. Kegunaan dan Manfaat Makalah


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mahasiswa, masyarakat,
petani, pengelola P3A, mahasiswa serta pemerintah di bidang kelembagaan penggunaan
sumberdaya alam. Makalah ini menyajikan berbagai informasi yang berguna untuk
mahasiswa tentang P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) Gurawes di kelurahan
Margabakti, Tasikmalaya. Bagi petani ataupun masyarakat pengguna non anggota P3A
penting untuk mengetahui informasi serta permasalahan penting yang ditimbulkan oleh
pengguna air irigasi. Untuk pengelola P3A, dapat diberikan bantuan berupa meteriil dan
non materiil agar kelembagaan ini dapat berjalan semestinya. Untuk mahasiswa dan
pemerintah mengetahui permasalahan yang dialami oleh P3A setempat serta dapat melirik
beberapa permasalahan yang dialami pengelola P3A Gurawes Kelurahan Margabakti.

1.5. Metode dan Pengumpulan Data


Makalah ini dilaksanakan dengan metode deksriptif dengan menjelaskan dan
menggambarkan kondisi P3A Gurawes dimana Teknik pengumpulan data adalah dengan
cara mendatangi langsung lokasi P3A Gurawes dan mewawancarai ketua P3A dengan
beberapa pertanyaan. Makalah ini juga mengambil referensi dari beberapa sumber dari
internet serta dokumen penting P3A Gurawes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irigasi
Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah
ataupun buatan kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembapan yang berguna
bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah air disuplai kepada tanaman melalui air
hujan. Secara alamiah lainnya, adalah melalui genangan air akibat banjir dari sungai
yang akan menggenangi suatu daerah selama musim hujan, sehingga tanah yang ada
dapat siap ditanami pada musim kemarau. Ketika penggunaan air ini mengikutkan
pekerjaan rekayasa teknik dalam skala yang cukup besar, maka hal tersebut disebut
irigasi buatan.Irigasi buatan secara umum dapat dibagi dalam bagian Irigasi Pompa,
dimana air diangkat dari sumber air yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, baik
secara mekanis maupun manual. Irigasi Aliran, dimana air dialirkan ke lahan
pertanian secara gravitasi dari sumber pengambilan air. Sesuai dengan definisi
irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya rekayasa teknis
untuksuplementer dijumpai pada tanah yang telah kehilangan unsur-unsur hara akibat
pencucian dan mendapatkan unsur-unsur hara lain dari air irigasi.
Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-01 irigasi adalah sistem pemberian
air ketanah-tanah pertanian guna mencukupi kebutuhan tanaman agar tanaman
tersebut tumbuh dengan baik. Adapun tujuan irigasi adalah sebagai berikut:
A. Membasahi tanaman. Membasahi tanah dengan menggunakan air irigasi
bertujuan memenuhi kekurangan air di daerah pertanian pada saat air hujan
kurang atau tidak ada. Hal ini penting sekali karena kekurangan air yang di
perlukan untuk tumbuh dapat mempengaruhi hasil panen tanaman tersebut.
B. Merabuk. Merabuk adalah pemberian air yang tujuannya selain membasahi juga
memberi zat-zat yang berguna bagi tanaman itu sendiri.
C. Mengatur suhu. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah, sesuai dengan jenis tanamannya.
D. Membersihkan tanah atau memberantas hama. Maksud irigasi juga bertujuan
untuk membasmi hama-hama yang berada dan bersarang dalam tanah dan
membahayakan bagi tanaman sehingga pada musim kemarau sebaiknya sawah
diberikan air agar sifat garamnya hilang.
E. Kolmatase. Kolmatase adalah pengairan dengan maksud
memperbaiki/meninggikan permukaan tanah.
F. Menambah persediaan air tanah. Tujuan bermaksud menambah persediaan air
tanah untuk keperluan sehari-hari. Biasanya dilakukan dengan cara menahan air
di suatu tempat, sehingga memberikan kesempatan pada air tersebut untuk
meresap ke dalam tanah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh yang
memerlukan.

2.2 Kebijakan Pengelolaan Irigasi


Pengelolaan irigasi sebagai usaha pendayagunaan air irigasi yang meliputi
operasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi, dan peningkatan
irigasi.Pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air sebagai
pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi
tanggung jawabnya (Hansen, 1986).Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari
sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan
tanaman.Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai
kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal.Pemberian air irigasi yang ifisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi,
juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang
dibutuhkan tanaman.
Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi yang berkesinambungan memerlukan
keterpaduan yang holistik antara investasi jangka pendek (kegiatan OP) dan jangka
panjang untuk kegiatan rehabilitasi dari sistem irigasi. Terbatasnya kemampuan
pemerintah dari segi dana untuk menangani kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP)
irigasi, maka pemerintah mencanangkan kebijakan iuran pengelolaan air (IPAIR)
sepenuhnya dikelola oleh P3A. Tujuan IPAIR adalah untuk mencapai pemulihan
biaya secara penuh atas biaya OP dari system jaringan irigasi.Hal ini merupakan
tantangan dan peluang bagi P3A dalam memperluas kegiatan usaha ekonominya yang
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.
Upaya mewujudkan pengelolaan air yang mandiri, maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan pengaturan irigasi yang memuat tentang perlindungan
sumber daya air dan pengaturan pemanfaatannya. Kebijakan ini dituangkan dalam
Inpres No.3/1999 tentang pembaharuan kebijakan pengelolaan air (PKPI) yang
memuat 5 (lima) isi pokok yaitu: (1) redefinisi tugas dan tanggung jawab lembaga
pengelola irigasi, (2) pemberdayaan P3A, (3) penyerahan pengelolaan irigasi (PPI)
kepada P3A, (4) pembiayaan OP jaringan irigasi melalui IPAIR, dan (5) keberlanjutan
sistem irigasi. Terlaksananya PKPI ini sangat tergantung pada upaya pemerintah
dalam pemberdayaan P3A, khususnya menyangkut 3 (tiga) aspek pokok yaitu: (1)
PPI, (2) pelaksanaan IPAIR, dan (3) pengelolaan biaya OP jaringan irigasi.
Prinsip utama dalam penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi adalah
menempatkan masyarakat/petani sebagai pengambil keputusan dalam pengelolaan
irigasi. Implementasi PKPI kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan petunjuk
pelaksanaan berupa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No.529/KPTS/M/2001 tentang pedoman penyerahaan pengelolaan irigasi kepada
perkumpulan petani pemakai air dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.50 tahun
2001 tentang pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007 menyebutkan bahwa
pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan operasi dan pemeliharaan serta
rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.
A. Operasi Jaringan Irigasi
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya,
termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana
tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air,
melakukan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan
mengevaluasi. Agar operasi jaringan dapat dilaksanakan dengan baik harus
tersedia data pendukung antara lain:
1) Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Irigasi sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab.
2) Peta Daerah Irigasi dengan batas daerah irigasi dan plotting saluran induk
dan saluran sekunder, bangunan air, lahan irigasi serta pembagian golongan.
3) Skema Jaringan Irigasi yang menggambarkan saluran induk dan saluran
sekunder, bangunan air dan bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan
panjang saluran, petak tersier dengan data debit rencana, luas petak, kode
golongan yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.
B. Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan
operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan,
perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus
menerus. Adapun jenis pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari:
1) Pengamanan Jaringan Irigasi
Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh
daya rusak air, hewan atau manusia guna mempertahankan fungsi dari
jaringan irigasi tersebut.
2) Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka
mempertahankan kondisi jaringan irigasi yang dilaksanakan secara terus
menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti.
3) Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang
dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas
yang membidangi irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/ GP3A/ IP3A
secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula
dilaksanakan dengan kontraktual.

4) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam atau
kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti pengrusakan/
penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus
dll) dan penanggulangan segera dengan konstruksi tidak permanen agar
jaringan irigasi tetap berfungsi.

2.3 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah semua petani yang mendapat
nikmat dan manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari dari pengelolaan air
dan jaringan irigasi yang meliputi pemilik sawah, penggarap sawah, pemilik kolam
ikan yang mendapat air dari jaringan irigasi dan pemakai air irigasi lainnya. Organisai
P3A bersifat otonom dan mandiri :
A. Orang atau lembaga manapun (seperti Pemdes, LSM dan siapapun) tidak boleh
campur tangan, dalam arti mengatur atau mencampuri urusan perkumpulan petani
pemakai air yang bersifat intern;
B. Orang luar hanya boleh mendampingi dan memberi saran baik diminta maupun
tidak. Saran boleh diterima atau ditolak oleh organisasi tersebut sesuai dengan
keputusan rapat pengurus perkumpulan petani pemakai air; dan
C. Organisasi P3A tidak tergantung orang luar, secara perlahan dan bertahap,
organisasi ini berusaha untuk membiayai dirinya sendiri dengan kemampuan para
anggotanya. Organisasi ini boleh menerima bantuan, akan tetapi tidak boleh
menggantungkan diri dari bantuan. (Departemen PU, 2008)
Pada prinsipnya organisasi ini sudah ada sejak air irigasi mulai menjaga
bagian dari kehidupan pertanian. Pada mulanya organisasi seperti ini terkait erat
dengan lembaga pemerintah desa sebagi pusat pengatur kegiatan masyarakat desa,
meskipun ada yang berdiri sendiri seperti Subak di Bali, yang dalam
perkembangananya organisasi ini sudah ada sejak lama secara tradisional dan
mengakar pada kehidupan masyarakat.
Pada pemerintahan orde baru, pemerintah menganjurkan dibentuk organisasi
perkumpulan pemakai air secara formal, yang memiliki AD/ART yang dibuat oleh
pemerintah sebagai pijakan bagi kegiatannya. Atas dasar ini setiap desa yang
mempunyai areal irigasi dianjurkan untuk dibentuk perkumpulan petani pemakai air,
dengan proses pembentukan dilakukan dengan penekanan khusus, dan dengan
berorientasi terhadap jumlah dan waktu serta yang pada kenyataannya belum tentu
menjadi kebutuhanmasyarakat. Kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sistem
irigasi di tingkat usahatani telah ditetapkan dalam 2 (dua) landasan hukum yaitu UU
No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun
2006 tentang Irigasi.
Pada kedua landasan hukum tersebut, ditekankan bahwa “pengembangan
sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai
air“. Artinya, segala tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di
tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga Perkumpulan Petani Pemakai
Air/P3A (pada beberapa daerah dikenal dengan Mitra Cai, Subak, HIPPA, dll.)
termasuk perkumpulan petani pemakai air tanah/P3AT. Untuk mewujudkan sistem
pengembangan dan pengelolaan air irigasi yang baik dan berkelanjutan, diperlukan
kelembagaan yang kuat, mandiri, dan berdaya yang pada akhirnya
mampumeningkatkan produktivitas dan produksi pertanian dalam mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.
Menurut Pramulia (2014), bahwa Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
adalah kelembagaan yang ditumbuhkan oleh petani yang mendapat manfaat secara
langsung dari pengelolaan air pada jaringan irigasi, air permukaan, embung/dam parit
dan air tanah, termasuk kelembagaan kelompok tani ternak, perkebunan, dan
hortikultura yang memanfaatkan air irigasi/air tanah dangkal/air permukaan dan air
hasil konservasi/embung. Salah satu peran P3A adalah pengelolaan air pada jaringan
irigasi.

2.4 Tujuan dan Tugas Pokok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Adapun tujuan dari dibentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah untuk
:
A. Menampung masalah-masalah dan aspirasi petani yang berhubungan dengan air
untuk tanaman dan bercocok tanam. Selain itu organisasi ini juga sebagai wadah
bertemunya petani untuk saling bertukar pikiran, tukar pendapat dan membuat
keputusan–keputusan guna memecahkan permasalahan yang dihadapi petani, baik
yang dapat dipecahkan sendiri oleh petani maupun yang memerlukan bantuan dari
luar.
B. Memberikan pelayanan kebutuhan petani terutama dalam memenuhi kebutuhan
air irigasi untuk usaha taninya. Dalam perkembangan P3A diharapkan dapat
menjadi suatu unit usaha mandiri yang mampu menyediakan sarana produksi
pertanian maupun dalam pemasarannya.
C. Menjadi wakil petani dalam melakukan tawar menawar dengan pihak luar
(Pemerintah, LSM, atau lembaga lainnya) yang berhubungan dengan kepentingan
petani.
D. Sebagai wadah bertemunya petani untuk saling bertukar pikiran, curah pendapat
serta membuat keputusan-keputusan guna memecahkan permasalahan yang
dihadapi petani, baik yang dapat dipecahkan sendiri oleh petani maupun yang
memerlukan bantuan dari luar.
E. Untuk berperan serta dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer
dan sekunder.
F. Menyelenggarakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada jaringan
irigasi tersier/desa yang menjadi tanggung jawabnya (Departemen PU, 2008).
Adapun Tugas Pokok P3K dapat adalah sebagai berikut :
A. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan jaringan-jaringan pengairan tersier dan
pedesaan.
B. Membuat peraturan-peraturan dan ketentuan pembagian air pengairan serta
pengamanan jaringan-jaringan pengairan agar terhindar dari perusahaan si
pembutuh air pengairan yang hanya mementingkan diri sendiri.
C. Mengatasi dan menyelesaikan pelbagai masalah yang timbul dan terjadi diantara
para anggota petani pemakai air pengairan di dalam pengelolaan air pengairan.
D. Mengumpulkan dana mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan eksploitasi dan
pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan dari para anggota petani pemakai
air yang telah mereka sepakati bersama pada musyawarah diantara mereka.
E. Sebagai badan masyarakat mewujudkan peran serta kepada pemerintah,
melaksanakan kewajiban–kewajiban pemerintah dalam rangka kegiatan yang
menyangkut persoalan persoalan pengairan dan pertanian (Kartasapoetra dan
Mul, 1994).

2.5 Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


Untuk dapat mengimplementasikan pengembangan kelembagaan pengelolaan
irigasi, maka perlu dilakukan proses pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan
P3A/GP3A. Secara umum pemberdayaan kelembagaan P3A/GP3A adalah
memandirikan lembaga/organisasi tersebut dalam perencanaan, pelaksanaan,
koordinasi, pengorganisasian dan pengawasan serta meningkatkan kemampuan dalam
bidang teknik, sosial, ekonomi dan kelembagaan.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A perlu dilakukan
pendekatan (approach) yang sesuai dengan keberadaan P3A/GP3A/IP3A. Beberapa
pendekatan yang perlu ada untuk pemberdayaan petani pemakai air adalah : 1)
berdasarkan kebutuhan yang diperlukan oleh petani pemakai air, 2) menggunakan
sumberdaya local yang dimiliki, dan 3) berdasarkan prinsip gender mainstreaming.
Pemberdayaan kepada petani pemakai air harus didasarkan pada institusi lokal petani
yang ada, berbasis pada permasalahan yang dipahami oleh petani, dan dilakukan
dengan bentuk pendampingan.Sehingga pemberdayaan yang dilakukan instansi
pemerintah kabupaten kepada P3A/GP3A/IP3A berbasis kemampuan dari institusi
petani tersebut.Akan tetapi jika institusi petani sudah mempunyai kemampuan maka
pemberdayaan yang dilakukan bisa dalam bentuk melakukan kerjasama operasi atau
kerjasama pengelolaan irigasi di suatu wilayah jaringan irigasi.
Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan keberdayaan dan kemandirian
P3A sampai memiliki status hukum dan mempunyai kemampuan dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dibidang organisasi, teknis pertanian dan
jaringan irigasi. Secara khusus tujuan pemberdayaan P3A adalah :
A. Menguatkan kelembagaan P3A menjadi mandiri sehingga dapat berperan aktif
dalam kegiatan pengembangan dan pengelolaan irigasi terutama jaringan tersier
secara partisipatif;
B. Memperkuat kelembagaan P3A sampai memiliki status hukum dan meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia di bidang organisasi, teknis pertanian dan
jaringan irigasi serta keuangan, sehingga mampu mengelola suatu sistem irigasi
secara mandiri dalam upaya keberlanjutan sistem irigasi;
C. Memfasilitasi organisasi untuk mengembangkan kemampuan sendiri di bidang
teknis, keuangan, manajerial, administrasi dan organisasi agar dapat mengelola
daerah irigasi.
Sasaran pemberdayaan adalah tumbuhnya P3A yang mandiri baik dalam aspek
organisasi, teknis, keuangan dan partisipasinya dalam pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi sesuai dengan kebutuhan P3A pada aspek teknis irigasi yaitu : (1)
Diarahkan untuk peningkatan dan penguasaan keterampilan praktis pada bidang
keirigasian dalam rangka pembangunan, pengembangan dan pengelolaan jaringan
irigasi sehingga terpelihara dan berfungsi baik, (2) Mampu membuat Rencana Tata
Tanam Detail (RTTD) dan Rencana Pembagian Air (RPA) setiap tahun, (3) Dapat
memberi rasa keadilan dalam pembagian air kepada anggota baik di daerah hulu,
tengah, dan hilir, (4) Dapat memecahkan masalah, meredakan konflik pembagian air
diantara anggota dan atau dengan pihak luar, (5) Mampu mengelola dan
melaksanakan pembangunan, operasi dan pemeliharaan serta rehabilitasi pada
jaringan tersier secara berkelanjutan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. P3A Gurawes Margabakti


Perkumpulan Petani Pemakai Air Gurawes Margabakti (P3A Gurawes Margabakti)
berlokasi di Kelurahan Margabakti, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya secara legal
dibentuk pada tahun 2018 .Pembentukan P3A ini diinisiasi oleh pihak kelurahan melalui
kepala lurah kepada masyarakat setempat yang sebelumnya sudah menerapkan P3A secara
swadaya dan gotong royong. Pembentukan P3A Gurawes Margabakti ini dilakukan dengan
cara musyawarah dan melibatkan pengguna air irigasi se-kelurahan Margabakti.

Pengelolaan Air irgasi P3A Gurawes Margabakti sekarang dikelola oleh Pemerintah
Kota Tasikmalaya melalui Dinas PUPR bidang Bina Operasi dan Perawatan sedangkan
sebelumnya dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawabarat. Adapun sistem pengambilan
keputusan tertinggi yang selalu dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan yang ada di P3A
Gurawes Margabakti ada dimusyawarah dalam rapat seluruh pengurus dan anggota.
Berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan bersama pihak kelurahan agar P3A Gurawes
Margabakti ini berbadan hukum didapatkan suatubentuk stukrural kepengurusan yang terdiri
dari :
Ketua : Bapak Momo Hidayat
Sekertaris : Bapak Maman Hartiman
Bendahara : Nana Hidayat
Anggota : Dadang Sunarya, dsb.
Sumber : Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor ANU-
0000101.AN.01.08 Tahun 2020 Tentang Persetujuan Perusahaan Badan Hukum
Perkumpulan Petani Pemakai Air Gurawes Margabakti.
Secara struktural, bagan organisasi ini telah sesuai dengan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Direktorat Bina
Operasi dan Pemeliharaan. Yang terdiri atas Ketua, Sekertaris, Bendahara, Pelaksana (Ulu-
ulu), ketua Blok/kuarter dan sampai ke anggota yang lain.
P3A Gurawes Margabakti terdiri dari 10 blok yang meliputi seluruh kelurahan
margabakti dengan anggota sebagian besar masyarakat yang memiliki sawah, kebun dan
kolam ikan. Adapun sumber air P3A Gurawes ini berasal dari sungai Cikalang 2 yang
merupakan sadapan, sehingga air yang masuk ke irigasi ini kurang dalam intensitas air yang
masuk karena perawatan dan pembangunan irigasinya kurang maksimal. Pengguna air irigasi
ini mencakup seluruh petani dan juga masyarakat lainnya. Irigasi inipun menjadi penting bagi
masyarakat dalam hal pertanian, baik sawah dan juga kebun warga, dan juga ke aspek
perikanan. Karena sebagain masyarakat memiliki kolam ikan yang harus terairi oleh irigasi.
Pengembangan P3A Gurawes ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2021
untuk menunjang irigasi yang baik. Sebelumnya perbaikan dan perawatan dilakukan oleh
masyarakat tanpa adanya bantuan dari instansi terkait. Terutama dari Dinas PUPR dan dinas
Pertanian yang belum terlalu memperhatikan. Sehingga masyarakat melakukan secara
mandiri dan gotong royong.
Keberadaan P3A Gurawes Margabakti ini sangat besar manfaatnya untuk masyarakat
pada tahun-tahun sebelum diresmikan secara legalitas dan berbadan hukum. Hal tersebut
terjadi karena sebelum berbadan hokum masyarakat melakukan P3A secara gotong royong
dan pembagian air pun dirasa lebih merata. Sedangkan pada P3A sekarang, penggunaan air
menjadi tersendat karena intensitas air yang masuk ke saluran irigasi Cikalang 2 ini tersendat,
hal itu disebabkan oleh banyaknya sampah dan limbah yang masuk ke saluran irigasi. Selain
itu perawatan pun tidak dilaksanakan, karena saluran air ini tidak hanya saluran yang telah
dibentuk bangunan irigasi, akan tetapi ada sebagian jalur irigasi masih belum dibentuk
bangunan saluran irigasi, sehingga rerumputan menutupi akses air yang menjadi sumber
irigasi ke P3A Gurawes. Selain itu jalur irigasi cikalang 2 ini bersumber dari Sungai Cikalang
dan rentang panjang irigasi ini dari pintu air sangat panjang dan juga lebar saluran irigasi pun
semakin menyempit karena adanya oknum pengguna air irigasi di dekat pintu air di Cikalang
2.
Kegiatan Perawatan Irigasi Cikalang 2 dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota,
pengguna dan juga karangtaruna kelurahan. Sedangkan tingkat pelanggaran atau kecurangan
dalam penggunaan air irigasi ini dirasa masih kecil dan bahkan kecil kemungkinan. Hal
tersebut terjadi karena para penggunaan air ini diatur sesuai peraturan yang berlaku, akan
tetapi masih ada sebagian oknum yang curang dalam pengambilan air irgasinya. Sedangkan
dalam hal perawatan sebagian pengguna air irigasi ini dirasa masih kurang partisipatif,
sehingga hanya menikmati hasil air irigasinya saja sedangkan dalam perawatan masih kurang
dan bahkan tidak ikut serta dalam perawatan.
B. Kondisi P3A Gurawes Margabakti setelah dikelola oleh pemerintah kota
Pada saat ini Pengelolaan Air irgasi P3A Gurawes ini di kelola oleh Pemerintah Kota
Tasikmalaya, tetapi ada beberapa permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar
diantaranya:
1) Pengelolaan Air Irigasi P3A Gurawes kini kurang dirasakana oleh masyarakat karena
Intensitas perawatan masih kurang yang disebabkan pembangunan bangunan saluran
irigasi belum dilaksanakan dengan dalih pembangunan saluran irigasi yang jauh dari
akses jalan untuk pengangkutan bahan matrial pembangunan saluran air irigasi.
2) Pencemaran air disebabkan sampah, limbah pesantren dan limbah peternakan sapi
serta ayam yang menyebabkan masyarakat mengalami gangguan kesehatan seperti
gatal-gatal pada kulit

Sebelum P3A ini dikelola pemerintah kota tasikmalaya, adanya iuran bagi penggunaan air
irgasi di P3A dan berjalan, dan tujuan dari iuran ini pun demi perawatan dan pemeliharaan
saluran irigasi. Akan tetapi untuk sekarang tidak berjalan karena merasa canggung dalam hal
pengambilan iurannya kepada pengguna atau pemakai air irigasi tersebut.
Iuran penggunaan air irgasi di P3A ini pun sempat dibentuk dan berjalan, dan tujuan dari
iuran adalah untuk perawatan dan pemeliharaan saluran irigasi. Kini iuaran tersebut tidak
berjalan lagi karena merasa canggung dalam hal pengambilan iurannya kepada pengguna atau
pemakai air irigasi tersebut.
Hak untuk seluruh anggota P3A Gurawes yaitu menerima pengairan yang baik dan juga
berkelanjutan, dan kewajiban bagi pengguna dan anggota lebih meningkatkan kesadaran
akan perawatan dan juga pemeliharaannya.
Pembuatan P3A yang lain dikeluruhan Margabakti direkomendasikan, karena banyaknya
sungai yang bisa dijadikan sumber irigasi. Selain itu pembuatan P3A yang baru juga dapat
mengelola irigasi air yang baik, karena P3A Gurawes ini dirasakan terlalu luas dengan
intensitas air irigasi yang tidak terlalu besar. Sehingga menurut pemaparan Bapak Momo
sebagai ketua P3A alangkah lebih baiknya ada P3A yang baru dengan sumber sungai yang
lain seperti sungai cikalang 1 dan Cimulu yang melewati Kelurahan Margabakti. Sedangkan
harapan besar Bapak Momo sebagai ketua P3A Gurawes Margbakti yaitu dalam hal
pemeliharaan saluran irigsi dan lebih diperhatikan dalam hal perbaikan jaluran irigasi, agar
air yang masuk bisa lancar dan juga berkelanjutan.
BAB IV

PENUTUP
A. SIMPULAN
Pada Makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Perkumpulan Petani Pemakai Air Gurawes Margabakti (P3A Gurawes
Margabakti) berlokasi di Kelurahan Margabakti, Kecamatan Cibeureum,
Kota Tasikmalaya secara legal dibentuk pada tahun 2018.
2. P3A Gurawes Margabakti terdiri dari 10 blok yang meliputi seluruh
kelurahan margabakti dengan anggota sebagian besar masyarakat yang
memiliki sawah, kebun dan kolam ikan.
3. Sumber Air P3A Gurawes ini berasal dari sungai Cikalang 2 yang
merupakan sungai sadapan, sehingga air yang masuk ke irigasi ini kurang
dalam intensitas air yang masuk karena perawatan dan pembangunan
irigasinya kurang maksimal.
4. Keberadaan P3A Gurawes Margabakti ini sangat besar manfaatnya untuk
masyarakat pada tahun-tahun sebelum diresmikan secara legalitas dan
berbadan hukum. Hal tersebut terjadi karena sebelum berbadan hukum
masyarakat melakukan P3A secara gotong royong dan pembagian air pun
dirasa lebih merata.
5. Pada saat ini Pengelolaan Air irgasi P3A Gurawes ini di kelola oleh
Pemerintah Kota Tasikmalaya, tetapi ada beberapa permasalahan yang
dirasakan oleh masyarakat sekitar diantaranya: Pengelolaan Air Irigasi P3A
Gurawes kini kurang dirasakan oleh masyarakat karena Intensitas perawatan
masih kurang dan Pencemaran air disebabkan sampah, limbah pesantren dan
limbah peternakan sapi serta ayam yang menyebabkan masyarakat
mengalami gangguan kesehatan seperti gatal-gatal pada kulit.
6. Hak untuk seluruh anggota P3A Gurawes yaitu menerima pengairan yang
baik dan juga berkelanjutan, dan kewajiban bagi pengguna dan anggota
lebih meningkatkan kesadaran akan perawatan dan juga pemeliharaannya.
7. Pembuatan P3A yang lain dikeluruhan Margabakti direkomendasikan,
karena banyaknya sungai yang bisa dijadikan sumber irigasi.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa lebih berperan aktif dalam mencari informasi didalam
masyarakat, terutama petani. Agar Mahasiswa dapat berkontribusi nyata
dalam pembangunan sumber daya desa, terutama mengenai irigasi yang
menunjang terhadap keperluan pangan. Selain itu agar menjadi penyambung
aspirasi dari masyarakat ke pemangku kebijakan demi masyarakat yang
makmur dan berprogres baik.
2. Bagi Petani
Terus berkolaborasi dengan berbagai komunitas, stakeholder, dan yang
lainnya dalam menunjang kebutuhan ekonomi social dan budaya mengenai
peririgasian yang ada didaerah tersebut, agar dapat memperoleh hasil yang
diinginkan (Peririgasian yang baik dan lancar)
3. Bagi Stakeholder
Berperan aktif dalam pemberian edukasi kepada masyarakat agar
masyarakat menjadi lebih peduli terhadap lingkungannya. Selain itu
stakeholder bisa menjadi contoh bagi masyarakat dalam pengelolaan irigasi
yang baik dan benar sesuai dengan procedural.
4. Bagi Pemerintah
Lebih banyak mendengarkan masyarakat dan melakukan aksi nyata terhadap
apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga tidak hanya memberi
harapan palsu atas apa yang akan dikerjakan dan diproyeksikan, terutama
mengenai irigasi yang sangat dibutuhkan oleh para Petani.
DAFTAR PUSTAKA
Dirgantara, G. (2014). Peran P3A Mitra Cai Tentukan Keberhasilan Pertanian. Antara news.
diakses pada laman : https://banten.antaranews.com/berita/20466/peran-p3a-mitra-cai-
tentukan-keberhasilan-pertanian 6:38 AM 1/14/2021

Ellyanora, F. (2011). Peranan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3a) Dalam Meningkatkan
Pendapatam Masyarakat Petani Di Daerah Irigasi Namo Rambe Kabupaten Deli
Serdang. Diakses pada laman : https://text-id.123dok.com/document/4zpnrm0y-
peranan-perkumpulan-petani-pemakai-air-p3a-dalam-meningkatkan-pendapatan-
masyarakat-petani-di-daerah-irigasi-namo-rambe-kabupaten-deli-serdang.html 12.35
PM 1/14/2021
LPPSLH.(2013). SISTEM IRIGASI DI INDONESIA. Diakses pada laman :
http://www.lppslh.or.id/artikel/sistem-irigasi-di-indonesia/ 11.28 1/14/2021

Mustafa, O. (1996). Pedoman Pembentukan dan Pengembangan Perkumpulan Petani


Pemakai Air Mitra Cai di Kabupaten. Indramayu: Pemerintah daerah. diakses pada
laman : http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/1995/KabupatenIndramayu-1995-
17.pdf 6:33 AM 1/14/2021

Rachman, B. (2009). Kebijakan Sistem Kelembagaan Pengelolaan Irigasi : Kasus Provinsi


Banten. Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Diakses
pada laman : https://media.neliti.com/media/publications/57414-ID-kebijakan-sistem-
kelembagaan-pengelolaan.pdf 12.00 AM 1/14/2021
Riadi, M. (2018).Pengertian, Tujuan dan Jenis-jenis Irigasi. Kajian Pustaka. Diakses pada
laman : https://www.kajianpustaka.com/2018/11/pengertian-tujuan-dan-jenis-jenis-
irigasi.html 11.37 AM 1/14/2021

Sukmawijaya. (2013). Irigasi. Sukabumi: Pemerintah Daerah. diakses pada laman :


https://jdihn.go.id/files/308/99perda-nomor-1-tentang-irigasi.pdf 6:35 AM 1/14/2021

Zulkarnain, I. (2018). BAB II. Irigasi. Diakses pada laman :


http://repository.lppm.unila.ac.id/8824/1/BAB%20II%20IRIGASI%20DAN
%20BANGUNAN%20IRIGASI-converted.pdf 10.47 AM 1/14/2021
Zulkarnain, I. (2018). BAB III. Pengguna Air Irigasi. Diakses pada laman :
http://repository.lppm.unila.ac.id/8826/ 9.23 AM 1/13/2021
LAMPIRAN

Piagam Resmi dari P3A Gurawes Margabakti


Pada Saat Wawancara dengan Pak Momo

Anda mungkin juga menyukai