Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

Aspek Laboratorium
Carsinoma Prostat

OLEH:

Ardhia Regita Cahyani


NIM: 70700119020

PEMBIMBING:

Dr. Saraswati W. Hartono, Sp.PK.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN
2020

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan referat dengan judul “Aspek Laboratorium Carsinoma
Prostat” dalam rangka tugas kepaniteraan klinik Departemen Patologi Klinik
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Keberhasilan penyusunan referat ini adalah berkat bimbingan, kerja sama,


serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis
sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan referat
ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan


penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yang
terhormat:

1. dr. Saraswati W. Hartono selaku pembimbing.


2. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya
bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan
hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari
semua pihak.
Makassar, 8 Agustus 2020

Ardhia Regita Cahyani

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul

“Aspek Laboratorium Carsinoma Prostat”

Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui

Pada Tanggal……….

Oleh:

Pembimbing Supervisor

dr. Saraswati W. Hartono, Sp.PK

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter

UIN Alauddin Makassar

dr. Dewi Setiawati Sp,OG, M.Kes

NIP: 19810621200604200

iii
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Definisi ........................................................................................ 1
B. Anatomi ........................................................................................ 1
C. Etiologi ........................................................................................ 4
D. Epidemiologi ............................................................................... 6
E. Patogenesis .................................................................................. 7
F. Manifestasi Klinis ........................................................................ 9

BAB II DIAGNOSIS .................................................................................. 11

A. Anamnesis ................................................................................. 11
B. Pemeriksaan Fisik ..................................................................... 11

BAB III ASPEK PEMERIKSAAN LABORATORIUM ............................ 10

A. Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... 10

BAB IV DIAGNOSIS BANDING ............................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Anatomi Kelenjar Prostat Hepar ................................................ 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Kanker prostat merupakan suatu penyakit kanker yang menyerang
kelenjar prostat dengan sel-sel prostat, tumbuh secara abnormal dan tidak
terkendali, sehingga mendesak dan merusak jaringan sekitarnya yang
merupakan keganasan terbanyak diantara sistem urogenitalia pada pria.
Kanker ini sering menyerang pria yang berumur di atas 50 tahun,
diantaranya 30% menyerang pria berusia 70- 80 tahun dan 75% pada usia
lebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia di bawah 45
tahun.1
Perkembangan kelenjar prostat dipengaruhi oleh hormon androgen,
termasuk testosteron yang diproduksi oleh testis yaitu dehidroepiandros-
teron. Aksi dari androgen diperantarai oleh produksi growth factor lokal.
Androgen dan Growth Factor mempengaruhi proliferasi, differensiasi dan
fungsi dari sel – sel kelenjar prostat. Faktor – faktor tersebut memelihara
keseimbangan perkembangan kelenjar prostat dan fungsi melalui interaksi
epitel – stroma.1

B. Anatomi2,10

Gambar 1.1. Anatomi Kelenjar Prostat

1
Kelenjar Prostat merupakan salah satu kelenjar organ genetalian pria
yang berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler,
yang terletak disebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian
proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior
rektum (Drake et.al. 2007). Bentuknya sebesar buah kemiri yang dan
beratnya 20 gram, tebal ± 2cm , panjangnya ± 3cm dan lebar ± 4 cm pada
bagian depan prostat disokong oleh ligamentum prostatik dan di bagian
belakang oleh diafragma urogenital.
Kelenjar prostat dipengaruhi oleh hormon androgen, termasuk
testosteron yang diproduksi oleh testis yaitu dehidroepiandrosteron.
Fungsi kelenjar prostat mensekresi cairan encer, seperti susu yang
mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku, dan
profibrinolisin. Selama pengisian, simpai kelenjar prostat berkontraksi
sejalan dengan kontraksi ductus defferens sehingga cairan encer seperti
susu yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat (saat ejakulasi) menambah
lebih banyak lagi jumlah semen

Apex prostatae merupakan bagian paling bawah yang terletak diatas


diaphragm urogenitalis dan terletak satu setengah sentimeter di belakang
bagian bawah symphysis pubica. Basis prostat berhubungan dengan
vesica urinaria pada suatu bidang horizontal yang melalui bagian tengah
symphysis pubica. Prostat mempunyai otot polos yang melanjutkan ke
vesica urinaria. Ostium urethrae terletak pada bagian tengah dari basis
prostat. Pada penelitian terhadap prostat pada fetus atau neonatus
pembagian prostat menjadi empat lobus, yaitu :

1. Lobus Anterior atau Istmus yang terletak di depan urethra dan



menghubungkan lobus dexter dan lobus sinister. Bagian ini tidak

mengandung kelenjar dan hanya berisi otot polos. 


2. Lobus Medius yang terletak diantara uretra dan ductus ejaculaytoris.



Banyak mengandung kelenjar dan merupakan bagian yang

2
menyebabkan terbentuknya uvula vesicae yang menonjol ke dalam
vesica urinaria bila lobus medius ini membesar akibatnya dapat
terjadi bendungan aliran urin pada waktu buang air kecil. 


3. Lobus Posterior yang terletak di belakang urethra dan dibawah


ductus ejaculatorius. 


4. Lobus Lateralis yang terletak disisi kiri dan kanan urethra.


Merupakan suatu organ campuran terdiri atas berbagai unsur
glandular dan non glandular.

kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran terdiri atas


berbagai unsur glandular dan non glandular. Telah ditemukan lima daerah
atau zona tertentu yang berbeda:

1. Zona Anterior atau Ventral


Sesuai dengan lobus anterior, tidak mempunyai kelenjar, terdiri atas
stroma, fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona Sentralis

Zona ini mempunyai epitel bertingkat dan mempunyai 25% dari
volume kelenjar. Lokasinya terletak antara kedua duktus
ejakulatoris, zona ini resistensi terhadap inflamasi. 

3. Zona Perifer
Bagian sub-kapsular dari aspek posterior kelenjar prostat yang
mengitari uretra distal dan meliputi hingga 70% kelenjar prostat
normal pada lelaki muda. Dari bagian kelenjar inilah lebih dari 70%
penyakit kanker prostat berasal
4. Zona Transisional
Zona ini bertanggung jawab terhadap 5% volume prostat dan sangat
jarang terkait dengan karsinoma. Zona Transisi mengitari uretra
proksimal dan merupakan wilayah kelenjar prostat yang bertumbuh
sepanjang hidup anda. Zona ini terlibat dalam pembesaran prostat

3
jinak.
5. Kelenjar-Kelenjar Periuretra

Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar
abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.

C. Etiologi 3
Penyebab kanker prostat dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Secara garis besar etiologi kanker prostat dapat dibagi sebagai berikut:

a) Faktor Genetik

Riwayat keluarga sebagai faktor resiko kanker prostat. Sekitar 15 – 25 %


pasien didiagnosis dengan kanker prostat dilaporkan memiliki satu
hubungan darah relatif dengan diagnosa yang sama. Laki-laki dewasa
dengan ayah atau saudara laki-laki yang menderita kanker prostat
mempunyai resiko dua kali menderita kanker prostat dibandingkan dengan
laki-laki dewasa yang tidak memiliki riwayat kanker prostat. Sedangkan
adanya faktor genetika yang melandasi terjadinya kanker prostat, dimana
riwayat keluarga yang menderita kanker prostat menjadi dua kali jika
saudara laki-lakinya menderita, serta memungkinkan naik menjadi lima kali
jika ayah dan saudaranya juga menderita.

b) Faktor Ras dan Lingkungan

Berdasarkan ras dan factor lingkungan, Penderita prostat tertinggi


ditemukan pada pria dengan ras Afrika – Amerika.Pria kulit hitam memiliki
resiko 1,6 kali lebih besar untuk menderita kanker prostat dibandingkan
dengan pria kulit putih. Sementara bangsa Hispanik dan Asia memiliki
insiden yang lebih rendah dari orang kulit putih.

4
c) Faktor Gaya Hidup

1. Makanan
Kanker prostat juga sering dikaitkan dengan kadar


pengambilan lemak. Dimana, baik lemak dari tumbuhan maupun lemak
dari hewan. Akan tetapi, harus diingatkan bahwa tidak semua lemak
punya kecenderungan untuk menyebabkan kanker prostat. Ini adalah
berdasarkan hasil studi yang dijalankan pada orang Jepang yang tinggal
di Jepang dan orang Jepang yang tinggal di Amerika, dari hasil
penelitian yang dijalankan, di lihat bahwa yang tinggal di Amerika lebih
tinggi prevalensi menderita kanker prostat dibanding orang Jepang
yang memang tinggal di Jepang. Hasil kultur sel menunjukkan bahwa
asam lemak omega-6 merupakan stimulan positif terhadap
pertumbuhan sel kanker prostat. Sedangkan stimulasi negatif asam
lemak omega-3 menunjukkan asam lemak omega-3 dapat
mempengaruhi hormon seks atau faktor pertumbuhan dan kesan
langsung terhadap 5-alpha reductase.

2. Kalsium
Para usia lanjut akan kehilangan kandungan kalsium tubuh


sebanyak 30% setelah usia 50 tahun dan 80% setelah 70 tahun yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis sehingga membutuhkan
asupan kalsium yang lebih banyak daripada usia dewasa. Hal ini
menciptakan paradigma di kalangan usia lanjut untuk mengkonsumsi
kalsium dalam jumlah banyak, tetapi dengan pola konsumsi kalsium
berlebih khususnya pada pria usia lanjut dapat meningkatkan risiko
terkena kanker prostat. Peran kalsium dalam meningkatkan risiko kanker
prostat dengan asupan kalsium berlebih (>2000 mg/hari), sehingga
menurunkan regulasi 1,25 dihidroksi vitamin D, vitamin D aktif yang
diduga berperan penting dalam proses karsinogenesis melalui inhibisi
pertumbuhan dan proliferasi sel kanker dan metastasis.

3. Kimia Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan suatu logam putih, mudah


dibentuk lunak dengan warna kebiruan. Titik didih yang relative rendah

5
0
(767 C) membuatnya mudah terbakar, sehingga membentuk asap
kadnium oksida. Kadmium juga merupakan unsur yang terdapat di alam
dan karena sebagian aplikasinya menyebabkan penyebaran luas dalam
lingkungan, maka kadmium mudah tertapar dalam makanan, udara dan
air. Paparan dapat juga terjadi dengan merokok dan mengunyah
tembakau, dll. Beberapa studi epidemiologis adanya peningkatan
insidens kanker prostat dan kanker paru.

d) Faktor Hormonal

Faktor hormonal Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan oleh
sel Leydig pada testis yang akan ditukar menjadi bentuk metabolit, berupa
dihidrotestosteron (DHT) di organ prostat oleh enzim 5 - α reduktase.
Beberapa teori menyimpulkan bahwa kanker prostat terjadi karena adanya
peningkatan kadar testosteron pada pria, tetapi hal ini belum dapat
dibuktikan secara ilmiah. Beberapa penelitian menemukan terjadinya
penurunan kadar testosteron pada penderita kanker prostat. Selain itu, juga
ditemukan peningkatan kadar DHT pada penderita prostat, tanpa diikuti
dengan meningkatnya kadar testosteron.

D. Epidemiologi
Di Asia, insiden kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per 100.000 pria per-
tahun. Di Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di tiga RS pusat
pendidikan (Jakarta, Surabaya dan Bandung) selama 8 tahun terakhir adalah
1.102 pasien dengan rerata usia 67,18 tahun. Stadium penyakit tersering saat
datang berobat adalah stadium lanjut sebesar 59,3% kasus, dan terapi primer
yang terbanyak dipilih adalah orkhiektomi sebesar 31,1 %, obat hormonal
182 (18%), prostatektomi radikal 89 (9%), radioterapi 63 (6%), sisanya
adalah pemantauan aktif, kemoterapi dan kombinasi. Modalitas diagnostik
yang digunakan terutama biopsi 57.9%.11

6
Patogenesis sFungsi prostat serta pertumbuhan dan perkembangan kanker
prostat, sangat bergantung pada pensinyalan reseptor androgen (AR).
Aktivitas AR diatur oleh 2 ligan utamanya, testosteron dan
dihidrotestosteron (DHT). Testosteron diproduksi oleh sel Leydig testis dan
diubah menjadi DHT metabolit yang lebih kuat oleh 5a-reduktase di prostat.
DHT memiliki afinitas pengikatan hampir 10 kali lebih tinggi untuk AR
daripada testosteron dan merupakan androgen utama yang diikat oleh AR.
Pengikatan DHT ke AR mendorong perekrutan protein kinase,
menghasilkan fosforilasi beberapa residu serin. Fosforilasi AR ini memiliki
banyak fungsi, termasuk perlindungan dari degradasi proteolitik, stabilisasi,
dan aktivasi transkripsi. Transaktivasi AR melibatkan beberapa protein
koregulatori yang mampu merespon secara berbeda terhadap perubahan
lingkungan mikro untuk mengatur target gen spesifik yang terlibat
pertumbuhan sel dan kelangsungan hidup. Dalam epitel prostat normal, ada
keseimbangan antara kecepatan proliferasi sel dan kecepatan apoptosis;
Namun, pada kanker prostat keseimbangan ini hilang, yang menyebabkan
pertumbuhan tumor. 5

E. Manifestasi Klinis 6
Penderita kanker prostat selalu menunjukkan gejala lokal seperti retensi
urin (20-25%), nyeri pinggang dan tungkai (20-40%), hematuria (10-15%),
sering miksi (38%), penurunan aliran urin (23%). Akan tetapi 47% pasien
tidak menunjukkan gejala klinis, sehingga pasien mungkin didiagnosa
dengan kanker prostat stadium lanjut tanpa adanya gejala. Selain gejala
lokal, dapat dijumpai gejala-gejala metastasis, seperti penurunan berat
badan, kehilangan nafsu makan, nyeri pada tulang dengan atau tanpa fraktur
patologis, nyeri dan bengkak pada tungkai bawah, gejala uremik dapat
muncul akibat obstruksi uretra dan retroperitoneal.
Tanda-tanda dan gejala kanker prostat umumnya tidak akan muncul
pada saat stadium awal. Gejala seringkali baru muncul apabila sel kanker
sudah berkembang. Berikut beberapa gejala yang umumnya terjadi:

7
• Sering ingin buang air kecil, terutama pada malam hari.
• Kesulitan untuk memulai buang air kecil atau menahan air seni.
• Aliran air seni lemah atau terganggu.
• Perasaan nyeri atau terbakar saat buang air kecil.
• Adanya darah pada air seni atau sperma
• Gangguan seksual lain, seperti sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi.
• Sering nyeri atau kaku pada punggung bawah, pinggul, atau paha atas

BAB II
DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan langkah-langkah mulai dari


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
A. Anamnesis13
Pasien dengan kanker prostat bisa asimtomatik. Namun, pasien dapat pula
mengeluhkan nyeri punggung dan gangguan saat buang air kecil. Keluhan buang
air kecil pada penderita kanker biasanya bervariasi, mulai dari nyeri berkemih,
sulit buang air kecil, hingga hematuria.

B. Pemeriksaan Fisik6,13
Pemeriksaan utama dalam menegakkan Kanker prostat adalah pemeriksaan
colok dubur, PSA serum serta ultrasonografi transrektal/ transabdominal.

Pemeriksaan colok dubur


Kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat dideteksi
dengan colok dubur jika volumenya sudah > 0.2 ml. Jika terdapat kecurigaan
dari colok dubur berupa: nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol, maka
kecurigaan tersebut dapat menjadi indikasi biopsi prostat. 18% dari seluruh
penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja, dibandingkan
dengan kadar PSA. Penderita dengan kecurigaan pada colok dubur dengan
disertai kadar PSA > 2ng/ml mempunyai nilai prediksi 5-30%.

Prostate-Specific Antigen (PSA)

Pemeriksaan kadar PSA telah mengubah kriteria diagnosis dari Kanker prostat.
PSA adalah serine-kalikrein protease yang hampir seluruhnya diproduksi oleh
sel epitel prostat. Pada prakteknya PSA adalah organ spesifik namun bukan
kanker spesifik. Maka itu peningkatan kadar PSA juga dijumpai pada BPH,
prostatitis, dan keadaan non-maligna lainnya. Kadar PSA secara tunggal adalah
variabel yang paling bermakna dibandingkan colok dubur atau TRUS. Kadar

11
PSA adalah parameter berkelanjutan semakin tinggi kadarnya, semakin tinggi
pula kecurigaan adanya Kanker prostat. Nilai baku PSA di Indonesia saat ini
yang dipakai adalah 4ng/ml.

Transrectal ultrasonography (TRUS) dan biopi prostat


Gambaran klasik hipoekhoik adanya zona peripheral prostat tidak akan selalu
terlihat.Gray-scale dari TRUS tidak dapat mendeteksi area Kanker prostat
secara adekuat. Maka itu biopsi sistematis tidak perlu digantikan dengan biopsi
area yang dicurigai. Namun biopsi daerah yang dicurigai sebagai tambahan
dapat menjadi informasi yang berguna.

12
BAB III
ASPEK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

A. Pemeriksaan Laboratorium6,7,8
Prostate Specific Antigen (PSA) adalah protein yang diproduksi terutama
oleh sel-sel di prostat, kelenjar kecil pada pria yang mengelilingi uretra dan
menghasilkan cairan yang membentuk sebagian dari air mani. Sebagian besar
PSA yang diproduksi prostat dilepaskan ke dalam cairan ini, tetapi sejumlah
kecil PSA juga dilepaskan ke dalam darah. PSA ada dalam dua bentuk utama
di dalam darah: kompleks (cPSA, terikat pada protein lain) dan bebas (fPSA,
tidak terikat). Tes PSA yang paling sering digunakan adalah PSA total, yang
mengukur jumlah cPSA dan fPSA dalam darah.

Tes PSA dapat digunakan sebagai penanda tumor untuk menyaring dan
memantau kanker prostat. Tujuan skrining adalah untuk mendeteksi kanker
prostat yang masih terbatas pada prostat. Peningkatan kadar PSA dalam darah
berhubungan dengan kanker prostat, tetapi juga dapat terlihat dengan
peradangan prostat (prostatitis) dan benign prostatic hyperplasia (BPH). Level
PSA cenderung meningkat pada semua pria seiring bertambahnya usia.

• Sampel Diperlukan adalah Sampel darah vena


• Persiapan Tes Dibutuhkan yaitu Hindari ejakulasi selama 24 jam sebelum
pengambilan sampel karena telah akan meningkatan kadar PSA; hindari
aktivitas fisik yang berat seperti bersepeda; obat-obatan dan suplemen
herbal tertentu juga dapat mempengaruhi kadar PSA, sampel harus
dikumpulkan sebelum melakukan pemeriksaan rektal digital (DRE) dan
sebelum (atau beberapa minggu setelah) biopsi prostat karena keduanya
dapat meningkatkan kadar PSA.
• Kadar PSA total antara 4,0 ng / ml dan 10,0 ng / ml dapat
mengindikasikan kanker prostat (sekitar 25%), benign prostate hyperplasia
(BPH), atau radang prostat. Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang tua,
seperti peningkatan kadar PSA secara umum.

13
• Selama pengobatan kanker prostat, kadar PSA seharusnya mulai turun.
Pada akhir pengobatan, kadar darah harus sangat rendah atau tidak
terdeteksi di dalam darah. Jika konsentrasi tidak turun ke tingkat yang
sangat rendah, maka pengobatan tersebut belum sepenuhnya efektif.
Setelah pengobatan, tes PSA dilakukan secara berkala untuk memantau
orang tersebut untuk kekambuhan kanker. Karena peningkatan sekecil apa
pun dapat menjadi signifikan.

14
BAB IV
DIAGNOSIS BANDING

A. Benign Prostat Hiperplasia


BPH (Benigna Prostatic hyperplasia) merupakan Pembesaran pada
kelenjar prostat yang dapat menyumbat aliran urin yang sering terjadi
umumnya pada pria. Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai
sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat
tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan
BPH adalah proses penuaan/ usia lanjut.14
BPH merupakan salah satu keadaan yang menyebabkan gangguan miksi
yaitu retensio urin yang mengakibatkan supersaturasi urin, sehingga rentan
untuk terbentuknya batu buli. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai
penyebab timbulnya BPH diantaranya teori dihidrotestosteron, teori
ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron, teori interaksi stroma-
epitel, teori berkurangnya kematian sel prostat, serta teori sel stem.14

B. Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan pada kelenjar prostat yang bisa terjadi tiba-tiba
(akut) atau berkembang secara bertahap dalam waktu yang lama (kronis).
Prostatitis biasanya ditandai dengan nyeri dan kesulitan buang air kecil.
Prostatitis adalah kondisi pada pria yang menyebabkan gangguan dalam
berkemih seperti nyeri, pembesaran kelenjar prostat, dan gangguan dalam
mengeluarkan air kencing. Prostatitis merupakan salah satu masalah urologi
tersering.13

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Ari Sutjahjo. Dasar-dasar ilmu penyakit dalam. Edisi 1. Surabaya:


Airlangga University Press; 2015
2. Netter, Frank H. Atlas Human of Anatomy Edisi 25.Jakarta: EGC;2014.
3. Sherwood, Lauralee.Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem Edisi
8.Jakarta: EGC; 2014.
4. Guyton A.C. and J.E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta: EGC;2011
5. Wang G, Zhao D, Spring D, DePinho R. Genetics and biology of
prostate cancer. Genes & Development. 2018.
6. Mottet N, Bellmunt J, Bolla M, Briers E, Cumberbatch M, De Santis M
et al. EAU-ESTRO-SIOG Guidelines on Prostate Cancer. Part 1:
Screening, Diagnosis, and Local Treatment with Curative Intent. Eur
Urol, 2017.
7. J. J. Fenton, M. S. Weyrich, S. Durbin, Y. Liu, H. Bang, J. Melnikow,
Prostate-Specific Antigen–Based Screening for Prostate Cancer
Evidence Report and Systematic Review for the US Preventive Services
Task Force, JAMA, 2018.
8. Filson CP, Natarajan S, Margolis DJA, et al. Prostate cancer detection
with magnetic resonance-ultrasound fusion biopsy: The role of
systematic and targeted biopsies. Cancer, 2016.
9. Mohler JL, Armstrong AJ, Bahnson RR, et al. Prostate Cancer, Version
1.2016. Journal of the National Comprehensive Cancer Network, 2016.
10. Chodak G. Prostate Cancer: Practice Essentials, Background, Anatomy.
Medscape, 2018
11. Bashir M. Epidemiology of Prostate Cancer. Asian Pac J Cancer Prev.
2015.
12. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin : Stop Kanker. Depkes.go.id.
2015.

16
13. Pontari M, Giusto L. New developments in the diagnosis and treatment
of chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome. Curr. Opin. Urol.
2013
14. Flannery M, Abel E, Chapple C. Benign Prostatic Hyperplasia. BMJ
Best Prac. 2017.
15. Shafei A. Prostate Biopsy. Medscape, 2016.
16. Turek P. Prostatitis Clinical Presentation: History, Physical
Examination, Complications. Medscape, 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai