Responsi Sistemik Lupus Eritematosus 8 Sept (Updated Pok Ami)
Responsi Sistemik Lupus Eritematosus 8 Sept (Updated Pok Ami)
Oleh:
Pembimbing:
MALANG
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Penderita
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang karena timbul ruam kulit kemerahan di perut, kedua
betis, kedua lengan atas, punggung sejak 1 minggu SMRS. Ruam tidak
nyeri dan tidak gatal.
Pasien merasa lebih mudah lelah sejak 1 bulan lalu dan didapatkan
penurunan aktivitas ringan.
Demam hilang timbul setiap sore hari sejak 10 hari lalu.
Nyeri sendi di kedua lutut, jari telunjuk dan jari tengah kiri, jari
telunjuk kanan sejak 1 tahun lalu. Nyeri hilang timbul, muncul terutama
ketika digerakkan. Pasien merasakan kesulitan beraktivitas terutama
karena nyeri pada lututnya.
Batuk tidak berdahak hilang timbul sejak 3 hari lalu timbul hanya
sesekali saja dan tidak mengganggu.
Riwayat sering mimisan, mimisan terakhir sebanyak kurang lebih 20
ml dari lubang hidung kiri dan terdiagnosis demam berdarah sejak 3
tahun lalu.
3
Penurunan berat badan (-), sariawan (-), rambut rontok (-), merah
dan perih pada wajah ketika terkena sinar matahari (-).
4
Kanan Kiri Kanan Kiri
Anemis - - - -
Ikterik - - - -
Edema - - + pada -
lutut
Sianosis - - - -
Petekie + + + +
Purpura + + - -
Ekimosis - - - -
Laboratorium (25/7/2019)
5
Laboratorium (24/7/2019)
Urinalisis (25/7/2019)
6
7
Laboratorium Hasil Kisaran Normal Unit
Warna Kuning
Protein +2 Negatif
Darah +3 Negatif
10 x
40 x
Eumorfik 98 %
Dismorfik 2 %
Kristal - ≤5 LPB
Lain lain - - -
8
2.5 Problem Oriented Medical Record
Cue and Clue Problem List Initial Planning Planning Therapy Planning Planning
Diagosis Diagnosis Monitoring Education
9
purpura, ekimosis - Chloroquine
- Ekstremitas: 1x250mg
Menjelaskan ttg
Ptekie, purpura
prognosis, serta
Brachii, regio tibia,
komplikasi yang
betis.
dapat terjadi.
Nyeri (+) pada
squeeze test, gerak
aktif, gerak pasif
kedua sendi lutut, jari
1 sinistra (PIP dan
DIP) dan dextra (PIP)
Lab :
10
K+ = 2,98
Urinalisis:
Proteinuria 2+
11
purpura, ekimosis berhenti
- Ekstremitas (brachii,
Menjelaskan
tulang kering, betis):
terapi yang akan
ptekie, purpura
kita berikan,
Lab : tindakan, yang
akan dilakukan
PLT 4000//µL
pd pasien ini.
Menjelaskan ttg
prognosis, serta
komplikasi yang
dapat terjadi.
(+)
12
Laboratorium :
13
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien wanita usia reproduksi datang dengan gejala mudah merasa lelah,
demam, atralgia, purpura dan dilakukan beberapa pemeriksan laboratorium
dengan hasil proteinuria, anemia, limfostipenia, dan trombositopenia dan
kecurigaan mengarah pada lupus. Lupus adalah penyakit inflamasi kronis
sistemik yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru sehingga
mulai menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Penyebab kondisi autoimun
pada lupus belum diketahui. Inflamasi akibat lupus dapat menyerang berbagai
bagian tubuh, misalnya kulit, sendi, sel darah, paru-paru, jantung sehingga
manifestasi yang ditimbulkan beragam hal ini sesuai dengan kondisi pasien
(Rekomendasi Lupus, 2011); Kemenkes RI, 2017). Kewaspadaan akan penyakit
SLE perlu dipikirkan bila dijumpai 2 (dua) atau lebih kriteria sebagaimana
tercantum di bawah ini, yaitu:
1. Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.
2. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan
berat badan.
3. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, miositis
4. Kulit: ruam kupu-kupu (butterfly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi
membrana mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria,
vaskulitis.
5. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik.
6. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
7. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
8. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis.
9. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegaly).
10. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia.
11. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus,
gangguan kognitif neuropati kranial dan perifer.
14
Sesuai dengan teori diatas karena ditemukan lebih dari 2 kriteria kewaspadaan pada
pasien baik dari pemeriksaan fisik maupun laboratorium maka dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
15
Menurut EULAR 2019, riwayat titer ANA positif ≥ 1:80 diperlukan untuk
memasukkan pasien ke dalam klasifikasi LES. Pada pasien ini tes ANA positif
dan didapatkan skor ≥ 10 (yaitu 12) sehingga ditegakkan diagnosis SLE.
Pada penyakit LES dapat menimbulkan manifestasi klinis hampir pada
seluruh organ. Adapun manifestasi klinis pada pasien ini melibatkan sistem
muskuloskeletal berupa artralgia pada kedua sendi lutut, sendi PIP dan DIP jari 1
sinistra, serta sendi PIP jari 1 dextra. Nyeri dirasakan sepanjang hari dan
menetap, serta memberat saat aktivitas. Berdasarkan teori, nyeri sendi pada
pasien SLE umumnya dirasakan di jari tangan dan kaki, bersifat asimetris,
berpindah-pindah, tidak sebanding dengan pembengkakan sendi, dan disertai
kekakuan di pagi hari selama 30 menit atau lebih (REKOMENDASI LUPUS 2019)
Manifestasi lainnya berupa keterlibatan sistem hematologi, dimana
didapatkan anemia, limfopenia, dan trombositopenia dengan dugaan mengarah
pada PTI. Purpura Trombositopenia Imun (PTI) adalah suatu gangguan autoimun
ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah perifer
<150.000/mL). Autoantibodi yang mengikat antigen trombosit menyebabkan
destruksi prematur trombosit dalam sistem retikuloendotel terutama di limpa.
Berdasarkan etiologi, PTI dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder.
Pada pasien, diduga mengalami PTI sekunder karena penyakit LES (Papdi,
2014).
Pada pasien juga ditemukan proteinuria +2 yang mengarah pada gangguan
renal awal. Sesuai teori, kriteria penggolongan pasien nefritis lupus jika
didapatkan proteinuria menetap >0,5 gram/hari atau >+3 (ACR, 1997). Selain itu,
pada pasien ini ditemukan kondisi hipokalemia. Berdasarkan sabathine ed 6th
Pada pasien LES dengan gangguan renal yang GFRnya normal disertai turun
ekskresi kalium, hal ini berlawanan dengan kondisi pasien yang mengalami
peningkatan kalium
16
3.1 Derajat Berat Ringannya Penyakit SLE
Tabel 1.3 Kriteria Tatalaksana LES Nonrenal Berdasarkan Derajatnya (IRA, 2019)
Pada pasien ini didapatkan nilai skor MEX-SLEDAI lebih dari 10, yang dapat
diklasifikasikan sebagai SLE berat. Skor tersebut akan dibahas lebih lanjut pada
subab dibawah ini.
17
Perjalanan penyakit SLE yang ditandai dengan eksaserbasi dan remisi, memerlukan
pemantauan yang ketat akan aktivitas penyakitnya. Dianjurkan untuk menggunakan
18
Tabel 1.2 Penilaian Aktivitas Penyakit SLE Menggunakan MEX-SLEDAI (PRI, 2011)
Pada pasien ini didapatkan skor mex sledai 13 yang tediri dari
gangguan ginjal (6), hemolisis (3), trombostopenia, artritis (2), demam (1),
fatigue, dan limfopenia (1).
3.3 Penatalaksanaan
Tujuan dari tatalaksana SLE yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien SLE
melalui pengenalan dini, mendapatkan masa remisi yang panjang, menurunkan
aktivitas penyakit seringan mungkin, mengurangi rasa nyeri dan memelihara
fungsi organ agar aktivitas hidup keseharian tetap baik guna mencapai kualitas
hidup yang optimal. Pilar pengobatan SLE ini dilakukan secara bersamaan dan
berkesinambungan agar tujuan pengobatan tercapai. Pilar Pengobatan Lupus
Eritematosus Sistemik antara lain: (1) Edukasi dan konseling , (2) Program
rehabilitasi, dan (3) Pengobatan medikamentosa (OAINS, anti malaria, steroid,
imunosupresan / sitotoksik ataupun terapi lainnya)
19
3.7.2 Program Rehabilitasi
Terdapat berbagai modalitas yang dapat diberikan pada pasien dengan SLE
tergantung maksud dan tujuan dari program ini. Salah satu hal yang penting
adalah pemahamannya akan turunnya masa otot hingga 30% jika pasien SLE
dalam kondisi immobilitas selama 2 minggu. Berbagai latihan diperlukan untuk
mempertahankan kestabilan sendi dan juga untuk mempertahankan masa otot
serta kekuatan otot pada pasien SLE (IRA, 2011).
20
Gambar 2.1 Algoritma penatalaksanaan SLE sesuai dengan tingkat keparahan
manifestasinya (IRA, 2019)
Pada pasien yang tergolong SLE berat, diberikan pengobatan awal sesuai
dengan guideline terbaru yaitu diberikan pulse metilprednisolon 500-750 gram iv
selama 3 hari dilanjutkan metilprednisolon PO 3x8mg , AZA juga diberikan sebanyak
2x50mg PO pada hari ke-4 , dan chloroquine 1x250mg.
21
BAB IV
KESIMPULAN
Lupus eritematosus sistemik atau yang biasa dikenal dengan systemic lupus
erythematosus (SLE) merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis dengan etiologi
yang belum diketahui secara pasti serta memiliki manifestasi klinis, perjalanan
penyakit dan prognosis yang beragam. Gejala yang paling umum biasanya meliputi
demam, malaise, atralgia, myalgia, sakit kepala, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan. Kadang didapatkan juga gejala-gejala khas SLE pada
pasien
Pasien ini terdiagnosa SLE saat MRS di RSSA, dengan hasil ANA tes positif
dan keterlibatan beberapa organ. Lupus tersebut menyebabkan gangguan aktivitas
pada kehidupan pasien. Tujuan pengobatan SLE adalah mendapatkan masa remisi
yang panjang, menurunkan aktivitas penyakit seringan mungkin, mengurangi rasa
nyeri dan memelihara fungsi organ agar aktivitas hidup keseharian tetap baik guna
mencapai kualitas hidup yang optimal. Pilar Pengobatan Lupus Eritematosus
Sistemik antara lain edukasi dan konseling, program rehabilitasi, dan pengobatan
medikamentosa.
22
DAFTAR PUSTAKA
Tassiulas IO, Boumpas DT. Clinical features and treatment of SLE. In: Firestein GS,
Budd RC,
Teichmann LL, Ols ML, Kashgarian M, Reizis B, Kaplan DH, Shlomchik MJ.
Dendritic cells in lupus are not required for activation of T and B cells but
promote their expansion, resulting in tissue damage. Immunity. 2010; 33:967–
978. [PubMed: 21167752] Dendritic cells surprisingly play a major role in
expansion of both autoreactive T and B cells in murine lupus.
23
24