BAB I
______________________________________________________________________
RUANG VEKTOR
Pada bab I ini akan dibahas mengenai definisi ruang vektor, ketergantungan linier
vektor, dimensi dan basis, lambang-lambang Kronecker dan penerapannya, operasi-
operasi aljabar di ruang vektor, metoda pengortogonalan Gramm Schmidt,
ketidaksamaan Schwarz, rangkuman, dan Lembaran Kerja Mahasiswa (LKM), soal-soal
yang berkaitan dengan sub-sub bab tersebut.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dasar
tentang ruang vektor yang sangat diperlukan sebagai prasyarat dalam memprogram fisika
kuantum. Kemampuan dasar tersebut adalah “menerapkan, menganalisis, mensintesis,
dan menilai” konsep-konsep ruang vektor secara konseptual dan kontekstual. Konsep
kontekstual khususnya diperlukan ketika mahasiswa akan mengkaji konsep-konsep fisika
kuantum yang terkait dengan konsep ruang vektor.
Indikator hasil belajar mahasiswa yang diharapkan setelah mereka mempelajari
bab ini adalah sebagai berikut.
masing berdimensi n, misalnya vektor x1 , x 2 , xm dan sebuah vektor lain yang berdimensi
n, misalnya vektor A , dan selanjutnya, dan apabila berlaku hubungan
n
A = k1 x1 + k 2 x2 + ... + k m xm = ki xi (1.1)
i =1
dengan ki = bilangan konstan, maka dikatakan bahwa vektor A bisa dinyatakan sebagai
Contoh 1.1
x1 = [1, 0, 0]; x 2 = [0, 1, 0]; dan x3 = [0, 0, 1]; dan A = [2, 3, 1]. Apakah A merupakan
Berarti k1 = 2, k 2 = 3, dan k 3 = 1.
a + (b + d ) = (a + b ) + d = a + b + d (1.3)
Vektor minus (vektor inversi) adalah vektor yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan dengan vektor aslinya. Misalnya, − a adalah vektor yang arahnya
berlawanan dengan a , tetapi besarnya − a sama dengan besarnya a . Pernyataan
(b) Unsur-unsur L dapat dikombinasikan dengan suatu operasi yang disebut perkalian
(kelipatan) skalar suatu vektor. Jika s adalah suatu skalar, maka akan terpenuhi suatu
formulasi berikut: b = sa , yang berarti pula bahwa b = sa = s a dengan arah b
sama dengan arah a untuk skalar s > 0 dan berlawanan dengan arah a untuk skalar s
< 0.
(c) Terpenuhinya sifat asosiatif, penormalan, dan distributif terhadap perkalian.
s1 ( s 2 x ) = ( s1 s 2 ) x (1.4a)
1x = x (1.4b)
s (− x ) = − s ( x ) (1.4c)
( s1 + s 2 ) x = s1 x + s 2 x (1.4d)
s( x + y) = sx + sy (1.4e)
dengan adalah sudut apit antara vektor-vektor a dan b . Persamaan (1.5a) menyatakan
bahwa pada perkalian skalar antara dua vektor terpenuhi juga sifat komutatif. Sifat-sifat
lain yang dipenuhi oleh perkalian skalar antara dua vektor adalah sifat distributif dengan
formulasi sebagai berikut.
a ( s1b1 + s 2 b2 ) = s1 (a b1 ) + s 2 (a b2 ) (1.5b)
2
a a = a = a2 0 (1.5c)
s1u + s 2 v = 0 (1.6b)
Persamaan (1.6b) menyatakan hubungan kombinasi linear dua vektor. Tentunya untuk
tanpa semua si (i = 1, 2, ….n) harus sama dengan nol. Persamaan (1.6) menyatakan
bahwa apabila b1 berubah, maka b 2 akan berubah, demikian pula b3 dan seterusnya.
Dua buah vektor u dan v dikatakan tidak saling bergantung secara linear atau
saling bebas libear (linearly independent), jika vektor yang satu bukan merupakan
kelipatan skalar vektor yang lain. Pernyataan tersebut dalam matematika diformulasikan
sebagai berikut.
s1u s2 v (1.8a)
Persamaan (1.7a) menyatakan bahwa u tidak saling bergantung linear dengan v , kecuali
tidak saling bergantung secara linear antara satu dengan yan lainnya jika dan hanya jika
kombinasi linearnya memenuhi hubungan berikut.
n
s1b1 + s 2 b2 + .... + s n bn = ( si bi ) 0 (1.8b)
i =1
saling bergantung secara linear, kecuali si (i = 1, 2, ….n) = 0. Dengan kata lain b1 bebas
linier dengan b 2 dengan b3 dan seterusnya. Artinya, apabila b1 berubah, maka b 2 tidak
akan berubah, demikian pula b3 dan seterusnya. Jadi perubahan vektor yang satu tidak
Contoh 1.2
Pembuktian
Persamaan (1.7d) sama dengan nol untuk i = j. Oleh karena bi b j 0 hanya untuk i
2
= j, sedangkan b j 0 , haruslah s j = 0 untuk semua nilai j. Jadi himpunan vektor-
Contoh 1.3
Apakah set dari vektor-vektor x1 = [1, 2, 4], x2 = [2, 2, 8], dan x3 = [1, 0, 4] saling
bergantung linear atau saling bebas linear?
Solusi
Asumsikan semua vektor saling bergantung linear, maka harus terpenuhi persamaan
k1 x1 + k2 x2 + k3 x3 = 0
k1[1, 2, 4] + k2[2, 2, 8] + k3[1, 0, 4] = [0, 0, 0]
k1 + 2k2 + k3 = 0 (a)
Lakukan substitusi, yaitu dengan cara mengurangi persamaan (a) dengan persamaan
(b), maka diperoleh k1 = k3 . Kemudian nilai k1 pada persamaan (c) diganti dengan
(3) Apabila tiga buah vektor berada pada satu bidang, maka ketiga vektor tersebut pasti
saling bergantung linear.
(4) Apabila tiga buah vektor berada di ruang fisis tetapi tidak pada satu bidang, maka
ketiga vektor tersebut pasti saling bebas linear.
(5) Apabila empat buah vektor berada di ruang fisis, maka keempat vektor tersebut pasti
saling bergantung linear.
sederhana yang saling bebas linear. Ketiga basis tersebut sering diberi notasi iˆ , ĵ , dan k̂ .
Vektor-vektor basis iˆ , ĵ , dan k̂ sering pula diistilahkan dengan vektor satuan (unit vector)
dalam koordinat Cartesan. Vektor satuan adalah vektor yang memiliki besar satu.
Basis ni yang memenuhi kedua syarat tersebut, yaitu ortogonal dan ternormalkan
diistilahkan dengan basis ortonormal. Basis ortonormal memenuhi formulasi berikut.
ni n j = ij (1.10b)
Pada persamaan (1.10b), ij adalah lambang delta kronecker. Delta kronecker tersebut
ij = 1 , untuk i = j (1.11a)
ij = 0 , untuk i j (1.11b)
11 = 22 = 33 = .... = NN =1 (1.12)
Jika x adalah sebuah vektor yang berada dalam ruang vektor berdimensi N, maka
aturan untuk menguraikan vektor tersebut dalam basis ortonormal memenuhi persamaan
berikut.
N
x= x i ni (1.14)
i =1
arah n i . Dalam hal ini, hendaknya dibedakan antara komponen vektor dengan vektor
komponen. Vektor komponen adalah vektor-vektor pada masing-masing sumbu
koordinat, misalnya iˆx , ĵy , dan k̂z pada koordinat Cartesan, sedangkan komponen
vektor adalah skalar, yang merupakan panjang proyeksi sebuah vektor pada masing-
masing sumbu koordinat tersebut.
Berdasarkan persamaan (1.14), untuk komponen vektor ke-i akan terpenuhi
persamaan berikut.
xi = x cos i (1.15)
dengan i adalah sudut di antara vektor x dan basis n i . Khusus untuk ruang fisis dengan
Contoh 1.3
Untuk ruang vektor berdimensi 3, tentukan berapa buah komponen yang memiliki
Pembahasan
Penjumlahan Vektor
Apabila terdapat dua vektor a dan b , maka penjumlahan secara vektor dari
kedua vektor tersebut akan menghasilkan vektor c . Penjumlahan kedua vektor dan
hasilnya ditunjukkan seperti persamaan berikut.
a +b = c (1.19)
Operasi penjumlahan secara vektor seperti yang ditunjukkan oleh persamaan (1.19)
tersebut dapat dilakukan dengan penjumlahan komponen-komponen masing-masing
vektor. Misalkan koordinat-koordinat a dan b terhadap basis ortonormal tertentu telah
diketahui, maka dapat pula ditentukan koordinat vektor c dengan cara mengenakan
peralian titik persamaan (1.19) dengan basis n i . Untuk ruas kanan persamaan (1.19),
hasil perkalian titik tersebut adalah sebagai berikut.
a ni + b ni = ai + bi (1.20)
Sedangkan untuk ruas kiri persamaan (1.19), hasil perkalian titik dengan basis ni
ditunjukkan seperti persamaan berikut.
Contoh 1.4
Lakukan operasi penjumlahan vektor seperti persamaan (1.20) dan (1.21) untuk ruang
vektor berdimensi 3.
Pembahasan
Untuk ruang vektor berdimensi 3, berarti N = 3, yang berarti pula bahwa i = 1, 2, 3;
maka komponen-komponen a, b, dan a + b memenuhi poersamaan berikut.
a1 b1 c1
a = a2 , b = b2 , dan c = c 2 (1.22)
a3 b3 c3
Sebagai akibat dari persamaan (1.19), maka berlaku pula persamaan berikut.
c1 a1 + b1
c = c 2 = a 2 + b2 (1.24)
c3 a3 + b3
c ni = c i (1.21)
Ruas kiri pada persamaan-persamaan (1.20) dan (1.21) adalah skalar yang menyatakan
komponen vektor. Persamaan (1.20) dan (1.21) berlaku juga untuk operasi pengurangan,
karena hakekat pengurangan sesungguhnya sama dengan penjumlahan terhadap vektor
yang sama tetapi dengan arah yang berlawanan. Jadi a − b = a + (−b ) . Dalam contoh ini,
vektor − b adalah vektor yang besarnya b tetapi arahnya berlawanan dengan arah
vektor b .
a b = a b cos (1.25a)
N N N
a b= ai ni b= ai (ni b ) = (ai bi )
i =1 i =1 i =1
ai bi
i =1 i =1
Perkalian silang antara dua vektor a dan b memberikan hasil sebuah vektor sa
yang besarnya memenuhi persamaan berikut.
sa = a b = − b a = a b sin (1.27)
dengan sa adalah luas jajaran genjang yang sisi-sisinya a dan b . Arah vektor sa
tegak lurus dengan bidang yang dilalui oleh a dan b , atau dengan perkataan lain, sa
tegak lurus dengan a dan b . Arah vektor s a secara eksplisit dapat ditentukan dengan
aturan skrup putar kanan, bahwa arah putaran skrup menyatakan arah cross dan arah
tertancapnya skrup menyatakan arah vektor hasil (arah vektor s a ). Perkalian silang dua
vektor memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a ( s1b1 + s 2 b2 ) = s1 (a b1 ) + s 2 (a b2 ) (1.28a)
( s1 a1 + s 2 a 2 ) b = s1 (a1 b ) + s 2 (a 2 b ) (1.28b)
3 3
c =a b = ai ni ajnj
i =1 j =1
3
= a i b j ( ni nj) (1.29)
i , j =1
Untuk menghindari munculnya tanda secara berulang pada persamaan (1.29) tersebut,
maka digunakan kesepakatan Einstaein, yang menyatakan bahwa tanda bisa
dihilangkan jika ada indeks yang muncul secara berulang. Prosesnya adalah sebagai
berikut.
c k = c n k = a i b j ( ni n j ) n k (1.30)
( ni n j ) n k = ijk (1.30a)
n1 n 2 = n3 , n2 n3 = n1 , n 3 n1 = n2 (1.30b)
ni n j = ij dan ni ni = 0 (1.30c)
c k = ai b j ijk = a bj
ijk i (1.31)
Apabila persamaan (1.31) diterapkan di ruang fisis berdimensi tiga, maka dengan
sederhana dapat diperoleh persamaan-persamaan berikut.
c1 = ab +
123 2 3 a b = a 2 b3 − a3b2
132 3 2 (1.32a)
c2 = ab +
231 3 1 a b = a3b1 − a1b3
213 1 3 (1.32b)
ai b j − a j bi = c =
ijk k ijk ( a b) k (1.33)
Dengan demikian, maka persamaan (1.29) dapat ditulis dalam bentuk berikut.
a b j = ai b j (ni n j ) (1.34)
Contoh 1.5
p = (a b ) c = b (a c ) − a (b c ) (1.35)
Pembuktian
pj = jki (a b ) k ci = ijk (a b ) k ci
p = (a b ) c = b (a c ) − a (b c )
Cara lain untuk membuktikan soal tersebut adalah dengan cara permisalan berikut.
a = iˆa x
b = iˆbx + ˆjby
a b =a x by kˆ
= a x by c x ˆj − a x by c y iˆ
= a x by c x ˆj + a x bx c x iˆ − a x by c y iˆ − a x bx c x iˆ
= (a c )b − a (b c )
V = (a b ) c (1.37)
a b
c
c cos
b sin
a
Gambar 1.1
Bangun paralelepipidum dengan rusuk a, b, c
V = (a b )1 c1 +(a b ) 2 c2 + (a b ) 3 c3
V = (a b ) i ci = ijk (a b ) k ci = ijk a j bk ci
a1 a2 a3
V = b1 b2 b3 (1.38)
c1 c2 c3
Persamaan (1.38) menyatakan diterminan yang jenisnya bergantung kepada jumlah baris
dan kolom suatu matriks.
Sejumlah himpunan vektor yang berada di ruang vektor tidak saling ortognal
antara yang satu dengan yang lainnya. Namun, semua vektor tersebut dapat
ditransformasi sehingga menghasilkan vektor-vektor yang saling ortogonal. Untuk
mentransformasi vektor-vektor yang semula tidak saling ortogonal agar menjadi saling
ortogonal dapat dilakukan dengan metoda pengortogonalan Gramm Schmidt.
Schmidt, dapat diperoleh pasangan v1 , v 2 , …. v 3 yang saling ortogonal yang berasal dari
(1) Misalkan v1 = u1
v 2 = u 2 + a 21v1 (1.39)
Dengan a 21 adalah konstanta yang dapat ditentukan berdasarkan kondisi product scalar
(v1 , v 2 ) = 0 ( v 1 ortogonal terhadap v 2 ). Kenakan operasi product scalar terhadap
persamaan (1.39) dan samakan dengan nol,
(v1 , u 2 )
a 21 = − (1.40b)
(v1 , v1 )
Dengan mensubstitusi nilai a 21 tersebut kr persamaan (1.39), maka diperoleh dua vektor
v1 dan v 2 yang telah memenuhi syarat saling ortogonal.
dengan a31 dan a32 adalah konstanta-konstanta yang dapat ditentukan berdasarkan kondisi
v 3 ortogonal terhadap v1 demikian pula terhadap v 2 , sehingga diperoleh
(v1 , u 3 )
a 31 = − (1.42a)
(v1 , v1 )
Demikian juga untuk koefesien a32 dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut
(v 2 ,u 3 )
a 32 = − (1.42b)
(v 2 , v 2 )
Dengan mensubstitusi nilai-nilai a31 dan a32 ke persamaan (1.40), maka diperoleh tiga
Demikian seterusnya untuk vektor nomor i dapat ditetapkan persamaan sebagai berikut
(v j , ui )
aij = − (1.44)
(v j , v j )
vi
xi = 1/ 2
(1.45)
vi
Contoh 1.6
Tentukan pasangan ortogonal dan ortonormal dari empat buah vektor di bawah ini
dengan metode pengortogonalan Gramm Schmidt!
Penyelesaian
Misalkan
v1 = u1 dan v2 = u 2 + a 21v1
(v1 , u 2 ) = 1 2 + 1 0 + 0 0 + 1 1 = 3
(v1 , v1 ) = 1 1 + 1 1 + 0 0 + 1 1 = 3
3
a 21 = − = −1
3
v2 = u 2 − v1 = (2,0,0,1) − (1,1,0,1) = (1,−1,0,0)
v3 = u3 + a31v1 + a32 v2
(v1 , u 3 ) = 0
a31 = 0
(v2 , u3 ) = −2
(v 2 , v 2 ) = 2
a32 = 1
v3 = (1, 1, 3, -2)
Selanjutnya dapat pula ditentukan
v4 = u 4 + a 41v1 + a 42 v2 + a 43 v3
(v1 , u 4 )
a 41 = − =1
(v1 , v1 )
(v 2 , u 4 )
a 42 = − =0
( v 2 ,v 2 )
(v 3 , u 4 )
a 43 = − = −1
(v 3 , v 3 )
v3 = (1, 1, 3, -2)
v 4= (1, 1, -2, -2)
dan pasangan-pasangan vektor ortonormalnya adalah sebagai berikut.
1
x1 = (1, 1, 0, 1)
3
1
x2 = (1, -1, 0, 0)
2
1
x3 = (1, 1, 3, -2)
15
1
x4 = (1, 1, -2, -2)
10
Misalkan dalam ruang vektor terdapat dua vektor sebarang, yaitu u dan v .
Ketidaksamaan Schwarz untuk kedua vektor tersebut dinyatakan sebagai berikut.
2 2 2
(u , v ) u v (1.46)
atau “Kuadrat nilai absolut perkalian dalam (inner product) dari dua buah vektor lebih
kecil atau sama dengan perkalian norma-normanya”. Sifat-sifat perkalian dalam dua buah
vektor adalah sebagai berikut.
( w, au + bv ) = a( w, u ) + b( w, v ) (1.47c)
(au + bv , w) = a * (u , w) + b * (v , w) (1.47d)
dengan a dan b pada persamaan (1.47b), (1.47c), dan (1.47d) masing-masing menyatakan
skalar kompleks dan notasi *) pada semua persamaan (1.47) menyatakan konjugat
kompleks. Apabila dinyatakan dalam perkalian komponen-komponennya, maka
perkalian dalam dua vektor u dan v memenuhi persamaan berikut.
n
(u , v ) = ui * vi (1.48)
i =1
Berdasarkan sifat-sifat perkalian dalam dari dua vektor tersebut, kita dapat
membuktikan ketidaksamaan Schwarz (1.45) dengan menerapkan kombinasi linear
sebagai berikut.
w=u+ v (1.49)
2 2 2
= u + (u , v ) + * (u , v ) * + v
2 2
u + ( + i )(u , v ) + ( − i )(u , v ) * +( 2
+ 2
)v (1.50)
2
w 2
= i(u , v ) − i(u , v ) * +2 v (1.51b)
2
Pada persamaan (1.51a) dan (1.51b), kuantitas w memiliki nilai minimum ketika kedua
persamaan tersebut sama dengan nol. Hasil ini akan memebrikan nilai-nilai dan
menjadi minimum pula. Nilai-nilai dan minimum memenuhi persamaan berikut.
(u , v ) + (u , v ) *
min =− 2
(1.52a)
2v
i[(u , v ) − (u , v )*]
min =− 2
(1.52b)
2v
(u , v ) *
min =− 2
(1.53a)
v
(u , v )
*min = − 2
(53b)
v
2
2 2 (u , v )
w m in = u − 2 (1.54)
v
Untuk menganalisis persamaan (1.54), kita perlu mereviu kembali bahwa norma suatu
vektor selalu bernilai lebih besar atau sama dengan nol, atau
2
w min 0 (1.55)
Dengan menggunakan formulasi (1.55), maka ruas kanan persamaan (1.54) menjadi
bernilai lebih kecil atau sama dengan nol, atau
2
2 (u , v )
0 u − 2
(1.56a)
v
2
2 (u , v )
u 2
(1.56b)
v
yang tidak lain, adalah hasil pembuktian ketidaksamaan Schwarz (1.46). Tanda sama
dengan pada ketidaksamaan (1.46) berlaku jika dan hanya jika dua vektor saling bebas
linear.
1.9 Rangkuman
• Agar himpunan vektor dapat memenuhi syarat sebagai ruang vektor, maka
himpunan vektor tersebut harus membentuk grup abelan. Termasuk grup abelan
adalah sifat komutatif, hadirnya vektor nol, sifat asosiatif, hadirnya vektor
inversi, sifat penormalan, distributif, kelipatan skalar, dan terpenuhinya
perkalian titik.
• Himpunan vektor saling bergantung linier antara yang satu dengan yang lainnya
apabila vektor yang satu merupakan kelipatan vektor yang lain. Jika vektor yang
satu bukan kelipatan vektor yang lain, maka vektor-vektor tersebut tidak saling
bergantung linier.
• Konsep delta kronecker sangat bermanfaat untuk menentukan komponen vektor
yang menghasilkan nilai nol dan yang memberikan nilai 1 dalam suatu operasi
perkalian titik. Konsep epsilon kronecker bermanfaat dalam menentukan
komponen-komponen. Vektor yang bernilai 0, -1, atau +1 untuk operasi
perkalian silang.
• Penjumlahan dua vektor atau lebih hasilnya adalah sebuah vektor, demikian
pula pengurangan, karena hakekat pengurangan adalah penjumlahan terhadap
vektor yang sama, tetapi arahnya berlawanan. Perkalian titik dua vektor
menghasilkan sebuah skalar. Perkalian silang antara dua vektor hasilnya adalah
sebuah vektor yang berada pada sebuah garis yang tegak lurus terhadap bidang
yang dilalui oleh kedua vektor tersebut. Arahnya dapat ditentukan dengan
mengikuti aturan skrup putar kanan, bahwa arah putaran skrup menunjukkan
arah kros dan arah tertancapnya skrup menunjukkan arah vektor hasil. Perkalian
susun tiga skalar dari tiga buah vektor memberikan hasil sebuah skalar yang
menyatakan volume bangun yangrusuk-rusuknya ketiga vektor tersebut.
Volume tersebut juga menyatakan besarnya diterminan matriks yang tersusun
atas komponen-komponen dari ketiga vektor tersebut.
Untuk menjawab semua pertanyaan yang ada dalam Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)
ini, Anda bisa melakukan investigasi secara kelompok atau individual terhadap materi-
materi yang telah disajikan pada Bab I pada sub pokok bahasan Ruang Vektor,
Ketergantungan Linier Vektor, Dimensi dan Basis dan melakukan elaborasi secara
cermat dalam sebuah kertas kerja!
15. Di mana sebaiknya vektor-vektor c dan d diletakkan agar keduanya saling bebas
linier? Tunjukkan secara grafis!
16. x = x1bˆ1 + x 2 bˆ2 + .... = ..... , yang mana di sebut basis? Yang mana disebut komponen
vektor? Yang mana disebut vektor komponen?
17. Dalam koordinat Cartesiaan untuk ruang berdimensi tiga, bagaimana simbul
basisnya? Berapa besar masing-masing basis tersebut?
18. Apakah antara basis yang satu dalam koordinat Cartesan saling bergantung linier atau
saling bebas linier terhadap yang lain? Mengapa?
19. Jika antara basis yang satu dalam koordinat Cartesian dikenakan perkalian titik (dot
product) atau perkalian silang (cross product) terhadap yang lain, bagaimana
hasilnya?
20. Jika antara basis yang satu dalam koordinat Cartesian dikenakan perkalian titik (dot
product) atau perkalian silang (cross product) terhadap dirinya sendiri, bagaimana
hasilnya?
Untuk menjawab semua pertanyaan yang ada dalamLembar Kerja Mahasiswa (LKM)
ini, Anda bisa melakukan investigasi secara kelompok atau individual terhadap materi-
materi yang telah disajikan pada Bab I pada sub pokok bahasan Lambang-Lambang
Kronecker dan Operasi-Operasi Aljabar Di Ruang Vektor dan melakukan
elaborasi secara cermat dalam sebuah kertas kerja!
1. Bagaimana syarat suatu basis berkualifikasi baik? dan …? Sebagai contoh adalah
basis….? Basis semacam ini disebut …? Untuk basis ini berlaku persamaan …?
Berdasarkan persamaan tersebut, yang mana disebut Delta Kronecker? Berapa
indeksnya? Jika kedua indeks bernilai sama, berapa nilai Delta Kronecker? Jika kedua
indeks memiliki nilai berbeda, berapa nilai Delta Kronecker?
2. Untuk ruang vektor berdimensi N, ada berapa buah Delta Kronecker bernilai 1?
Tulislah secara simbolis! Berapa buah Delta Kronecker bernilai nol? Tulislah secara
simbolis!
3. Jika F adalah sebuah vektor dalam ruang berdimensi N, bagaimana uraiannya dalam
basis ortonormal? Yang mana disebut vektor komponen? Yang mana disebut
komponen vektor?
4. Dalam sistem Koordinat Cartesiaan berdimensi tiga, bagaimana bentuk persamaan
vektor F jika dinyatakan dalam basis tersebut?
5. Lambang Kronecker yang memiliki indeks N disebut…? Bagaimana bentuk
persamaannya untuk permutasi genap, permutasi ganjil, dan yang bukan permutasi.
9. Jika a = 3iˆ + 4 ˆj dan b = 4iˆ + 2 ˆj , tentukan sudut apit antara vektor a terhadap
sumbu-x positif? Tentukan sudut apit antara vektor b terhadap sumbu-x positif?
a b = …? Tentukan sudut apit antara vektor-vektor a dan b ?
10. Apakah c = a b merupakan luas jajaran genjang yang sisi-sisinya a dan b ?
Buktikan! Tunjukkan arah vektor c ?
11. Jika c = a b , maka komponen-komponenya dapat ditulis sebagai ck = ijkaibj.
Untuk menjawab semua pertanyaan yang ada dalamLembar Kerja Mahasiswa (LKM)
ini, Anda bisa melakukan investigasi secara kelompok atau individual terhadap materi-
materi yang telah disajikan pada Bab I pada sub pokok bahasan Metode Gramm
Schmidt dan Ketidaksamaan Schwarz dan melakukan elaborasi secara cermat
dalam sebuah kertas kerja!
satu dengan yang lain dan ingin diubah menjadi v1 , v 2 , dan v 3 yang saling ortogonal
melalui metode Gramm Schmidt, maka langkah-langkahnya …?
3. Berdasarkan masalah nomor 2 tersebut, maka perumpamaan untuk vektor v yang ke-
i memenuhi persamaan …? koefisien aij memenuhi persamaan…? dan pasangan
ortonormalnya memenuhi persamaan …?
4. Perkalian dalam (inner product) antara vektor u dan v memenuhi persamaan …? Apa
perbedaan antara inner product dengan scakar product?
5. Jika w = u + v dengan = + i , buktikan ketidaksamaan Schwarz bahwa
6. Buktikan bahwa vektor-vektor (1, 2, 3, 4), (1, 0, 2, 1), (2, -1, 4, 1) dan (-1, 3, 0, 4)
adalah saling bergantung linier!
7. Selidikilah apakah kumpulan vektor-vektor di bawah ini merupakan basis untuk
ruang vektor F yang berdimensi tiga?
(a) X1 = [3, 0, 2], X2 = [2, 0, 9], dan X3 = [4, 3, 2]
(b) X1 = [1, 5, 7], X2 = [4, 0, 6], dan X3 = [1, 0, 0]
(c) X1 = [1, 5, 7], X2 = [4, 0, 6], dan X3 = [1, 0, 0]
8. Diketahui dua buah vektor, yaitu: u = [1+i, 2-i, -3] dan v = [3i, -1+2i, 2+i].
Apakah kedua vektor tersebut memenuhi ketidaksamaan Schwarz?
9. Ke empat buah vektor yang diketahui berikut ini, semuanya tidak saling ortogonal
antara vektor yang satu dengan yang lainnya. Dengan menggunakan metode
pengortogonalan Gramm-Schmidt, tentukan pasangan-pasangan vektor ortogonal dan
ortonormalnya!
10. Buktikan bahwa tiga vektor (1, 1, 1), (1, 0, -1), dan (1, -2, 1) adalah perangkat vektor
yang bebas linier! Buktikan pula bahwa ketiga vektor tersebut adalah saling
ortogonal!
11. Pada masing-masing kasus berikut, tentukan norma vektor dan tulislah vektor
tersebut sebagai sebuah vektor yang ternormalisasi!
(a) [2, 1, 3, -1], (b) [1, 0, -2, 3, 5]; (c) [1, i]; (d) [1+i, -2+3i, 3, 4i]; (e) [2+i, 1-i, 0,
3+3i]
12. Menurut persamaan (1.49), λ dipilih sebagai parameter yang kompleks untuk
membuktikan ketidaksamaan Schwarz? Apabila λ dipilih sebagai parameter yang riel,
sementara vektor-vektor u dan v masing-masing adalah kompleks, buktikan bahwa
2 2 2 2
kondisi w min 0 akan menhasilkan Re(u , v ) u v !